1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar baik segi kekayaan
sumber daya alam maupun sumber daya manusia, hal ini pernah tercatat, bangsa
Indonesia terbanyak penduduk setelah Cina dan India artinya maju mundurnya
kemajuan bangsa salah satunya ditentukan oleh kualitas manusia atau lebih
spesifik keluarga. Tidak dapat kita pungkiri, sebagai institusi terkecil dalam
masyarakat, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan
pembangunan sebuah bangsa. Hal ini terkait erat dengan fungsi keluarga sebagai
wahana pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu,
sudah sewajarnya bila pemerintah bersama-sama dengan segenap komponen
masyarakat berkepentingan untuk membangun keluarga-keluarga di negara kita
tercinta ini agar menjadi keluarga yang sejahtera yang dalam konteks ini kita
maknai sebagai keluarga yang sehat, maju dan mandiri dengan ketahanan keluarga
yang tinggi. Terlebih Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
sebagai motor penggerak Program KB di Indonesia, sekarang ini sangat berpihak
pada upaya membangun keluarga sejahtera dengan visi dan misinya yang telah
derbaharuhi, yakni ”Seluruh Keluarga Ikut KB” dan ”Mewujudkan Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera”.
Keluarga yang sejahtera, dengan demikian, tentu menjadi dambaan setiap
orang untuk mencapainya. Bukan saja karena dengan mencapai tingkat
kesejahteraan tertentu, seseorang akan dapat menikmati hidup secara wajar dan
menyenangkan karena tercukupi kebutuhan materill dan spirituilnya, tetapi
dengan kondisi keluarga yang sejahtera setiap individu didalamnya akan
mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang sesuai dengan potensi,
bakat dan kemampuan yang dimiliki.
1
2. Dalam agama Islam, keluarga sejahtera disubstansikan dalam bentuk
keluarga sakinah. Pengertian keluarga sakinah diambil dan berasal dari Al Qur’an,
yang dipahami dari ayat-ayat Surat Ar Ruum, dimana dinyatakan bahwa tujuan
keluarga adalah untuk mencapai ketenteraman dan kebahagiaan dengan dasar
kasih sayang. Yaitu keluarga yang saling cinta mencintai dan penuh kasih sayang,
sehingga setiap anggota keluarga merasa dalam suasana aman, tenteram, tenang
dan damai, bahagia dan sejahtera namun dinamis menuju kehidupan yang lebih
baik di dunia maupun di akhirat.
Mencermati penjelasan di atas antara keluarga sejahtera secara umum
dengan kosnep keluarga sakinah mempunyai hubungan yang sangat erat, untuk itu
dalam makalah ini penulis akan mencoba mendeskripsikan KB dalam pandangan
Agama.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan penulis dalam latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep keluarga berencana secara umum?
2. Bagaimana keluarga berencana dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadits?
3. Bagaimana hukum keluarga berencana dalam Islam?
4. Bagaimana Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan konsep keluarga berencana secara umum
2. Untuk mendeskripsikan keluarga berencana dalam pandangan Al-Qur’an
2
3. dan Hadits
3. Untuk mendeskripsikan hukum keluarga berencana dalam Islam
4. Untuk mendeskripsikan Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang
oleh Islam
1.4 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu menggunakan
metode deskriptif analitis dimana penulis berusaha mendeskripsikan permasalahan
dan menganalisisnya sesuai dengan kajian pustaka yang diperoleh/studi literature,
dimana sumber yang digunakan menggunakan sumber pustaka (buku) dan hasil
browusing dari internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan meliputi : Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,
metode penulisan dan sistematika penulisan
Bab II Pembahasan meliputi : konsep keluarga berencana secara umum, keluarga
berencana dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadits, hukum keluarga berencana
dalam Islam, dan Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam
Bab III Penutup meliputi kesimpulan dan saran
3
4. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Keluarga Berencana
2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997:
keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan
jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga
berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan
dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi
ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan
kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut. Diharapkan dengan
adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan merupakan suatu hal yang
memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar dari perbuatan untuk
mengakhiri kehamilan dengan aborsi.
4
5. 2.2 Tujuan Keluarga Berencana
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
2.2.1 Tujuan demografi
Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan
menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti
dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87
menjadi 2,69 per wanita. Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan
mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya
kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan
dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-
1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret
ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
2.2.2 Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan
Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan
anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta
menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.
2.2.3 Mengobati kemandulan
Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah
lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini
memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
2.2.4 Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja
Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan
yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan berkualitas.
2.2.5 Tujuan akhir KB
Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga
berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang,
5
6. pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi.
2.3 Sasaran Keluarga Berencana
2.3.1 Sasaran Langsung
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49
tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan
seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS
diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga
memberi efek langsung penurunan fertilisasi.
2.3.2 Sasaran Tidak Langsung
a. Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan
target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi
merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual
akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB
disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.
b. Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi
pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita,
dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam
pelembagaan NKKBS.
2.4 Macam-macam Alat Kontrasepsi
Dalam pelaksanaan KB harus menggunakan alat kontrsepsi yang sudah
dikenal diantaranya ialah:
a. Pil, berupa tablet yang berisi progrestin yang bekerja dalam tubuh wanita untuk
mencegah terjadinya ovulasi dan melakukan perubahan pada endometrium.
b. Suntikan, yaitu menginjeksikan cairan kedalam tubuh. Cara kerjanya yaitu
menghalangi ovulasi, menipiskan endometrin sehingga nidasi tidak mungkin
6
7. terjadi dan memekatkan lendir serlak sehingga memperlambat perjalanan
sperma melalui canalis servikalis.
c. Susuk KB, levermergostrel. Terdiri dari enam kapsul yang diinsersikan dibawah
kulit lengan bagian dalam kira-kira sampai 10 cm dari lipatan siku. Cara
kerjanya sama dengan suntik.
d. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) terdiri atas lippiss loop(spiral) multi
load terbuat dari plastik harus dililit dengan tembaga tipis cara kerjanya ialah
membuat lemahnya daya sperma untuk membuahi sel telur wanita.
e. Sterelisasi (Vasektomi/ tubektomi) yaitu operasi pemutusan atau pengikatan
saluran pembuluh yang menghubungkan testis (pabrik sperma) dengan kelenjar
prostat (gudang sperma menjelang diejakulasi) bagi laki-laki. Atau tubektomi
dengan operasi yang sama pada wanita sehingga ovarium tidak dapat masuk
kedalam rongga rahim. Akibat dari sterilisasi ini akan menjadi mandul
selamanya.
f. Alat-alat konrasepsi lainnya adalah kondom, diafragma, tablet vagmat, dan tiisu
yang dimasukkan kedalam vagina. Disamping itu ada cara kontrasepsi yang
bersifat tradisional seperti jamuan, urut dsb.
2.5 Keluarga Berencana Dalam Pandangan Al-Qur’an Hadits
2.5.1 Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu
kita laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
Surat An-Nisa’ ayat 9:
“Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap
kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
7
8. Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang
pelaksanaan KB diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman:
14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal: 53, dan at-Thalaq: 7.
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang
perlu dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri,
mempertimbangkan kepentingan anak, memperhitungkan biaya hidup brumah
tangga.
2.5.2 Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana
Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan
berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan
orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang
biaya rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak
mereka menjadi beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran
anak hendaknya dipikirkan bersama.
2.6 Hukum Keluarga Berencana Dalam Islam
2.6.1 Menurut al-Qur’an dan Hadits
Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang
melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus
dikembalikan kepada kaidah hukum Islam, yaitu:
8
9. Tetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang
diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena hal-hal berikut:
Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan
firman Allah:
“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.
Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal
ini sesuai dengan hadits Nabi:
“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.
Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran
anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi:
“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.
2.7 Menurut Pandangan Ulama’
2.7.1 Ulama’ yang memperbolehkan
Diantara ulama’ yang membolehkan adalah Imam al-Ghazali, Syaikh al-
Hariri, Syaikh Syalthut, Ulama’ yang membolehkan ini berpendapat bahwa
diperbolehkan mengikuti progaram KB dengan ketentuan antara lain, untuk
menjaga kesehatan si ibu, menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak.
Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan
pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap ketujuh
dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat al-Mu’minun ayat:
12, 13, 14.
9
10. 2.7.2 Ulama’ yang melarang
Selain ulama’ yang memperbolehkan ada para ulama’ yang melarang
diantaranya ialah Prof. Dr. Madkour, Abu A’la al-Maududi. Mereka melarang
mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan seperti firman
Allah:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan)
kami akan memberi rizkqi kepadamu dan kepada mereka”.
2.8 Cara KB yang Diperbolehkan dan Yang Dilarang oleh Islam
2.8.1 Cara yang diperbolehkan
Ada beberapa macam cara pencegahan kehamilan yang diperbolehkan oleh
syara’ antara lain, menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet
vaginal , tisue. Cara ini diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang
ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan kepada azl yang tidak dipermasalahkan
hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :
Kami dahulu dizaman Nabi SAW melakukan azl, tetapi beliau tidak melarangnya.
2.8.2 Cara yang dilarang
Ada juga cara pencegahan kehamilan yang dilarang oleh syara’, yaitu
dengan cara merubah atau merusak organ tubuh yang bersangkutan. Cara-cara
yang termasuk kategori ini antara lain, vasektomi, tubektomi, aborsi. Hal ini tidak
diperbolehkan karena hal ini menentang tujuan pernikahan untuk menghasilakn
keturunan.
10
11. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga berencana berarti pasangan suami istri yang telah mempunyai
perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anaknya diharapkan lahir agar setiap
anaknya lahir disambut dengan rasa gembira dan syukur dan merencanakan
berapa anak yang dicita-citakan, yang disesuaikan dengan kemampuannya dan
situasi kondisi masyarakat dan negaranya.
Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang cara kerjanya
mencegah kehamilan (man’u al-haml), bersifat sementara (tidak permanen) dan
dapat dipasang sendiri olrh yang bersangkutan atau oleh orang lain yang tidak
haram memandang auratnya atau oleh orang lain yang pada dasarnya tidak boleh
memandang auratnya tetapi dalam keadaan darurat ia dibolehkan. Selain itu bahan
pembuatan yang digunakan harus berasal dari bahan yang halal, serta tidak
menimbulkan implikasi yang membahayakan (mudlarat) bagi kesehatan.
Alat/metode kontrasepsi yang tersedia saat ini telah memenuhi kriteria-
kriteria tersebut diatas, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa KB secara
substansial tidak bertentangan dengan ajaran Islam bahkan merupakan salah satu
bentuk implementasi semangat ajaran Islam dalam rangka mewujudkan sebuah
kemashlahatan, yaitu menciptakan keluarga yang tangguh, mawardah, sakinah dan
penuh rahmah. Selain itu, kebolehan (mubah) hukum ber-KB, dengan ketentuan-
ketentuan seperti dijelaskan diatas, sudah menjadi kesepakatan para ulama dalam
forum-forum ke Islaman, baik pada tingkat nasional maupun Internasional
(ijma’al-majami).
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencana (KB)
yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran
atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena
situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
11
12. Hukum KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB dengan
maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan
keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu
mewujudkan kemashlahatan bagi umatnya. Selain itu, Kb juga memiliki sejumlah
manfaat yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi
dan manfaat KB yang dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah
kemudlaratan maka tidak diragukan lagi kebolehan KB dalam Islam
3.2 Saran
Dalam mewujudkan keluarga yang sejahtera sesuai dengan syariat Islam
maka penulis berharap pemerintah tidak henti-hentinya memberikan penyuluhan
dan bimbingan kepada masyarakat agar melaksanakan program pemerintah karena
dengan menggunakan alat kontrasepsi bukan berarti menolak takdir dari Allah
SWT tetapi dalam rangka meningkatkan ke Imanan dan Ketaqwaan kepada Allah
SWT.
12
13. DAFTAR PUSTAKA
Mas say loros. (2011). Dalam As-sunnah edisi 01/Tahun V/2001M/1421H]
termuat dalam :http://kanal3.wordpress.com/2011/02/13/bagaimanakah-hukum-
keluarga-berencana-kb-dalam-pandangan-islam/
Drs.H. Aminudin Yakub,MA-Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI
Pusat http://keluargaberencanadalamislam.blogspot.com/2009/12/pandangan-
hukum-islam-tentang-keluarga.html
Tu’nas Fuaidah. (2009). http://8tunas8.wordpress.com/keluarga-berencana-kb-
dalam-pandangan-islam/
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/18/program-kb-dalam-perspektif-
islam/
Mardiyahttp://www.kulonprogokab.go.id/v2/files/MEWUJUDKAN%20KELUA
RGA_%20SEJAHTERA_DALAM_PERSPEKTIF_ISLAM_2.pdf
13