SlideShare a Scribd company logo
1 of 87
DERMATOMIKOSIS
SUPERFISIALIS
Endra Yustin
PENDAHULUAN
Jamur:
 Eukariotik – a true nucleus
 Tidak mengandung klorofil
 Heterotrof (memerlukan nutrisi organik)
 Punya dinding sel (kitin/ selulose atau keduanya)
 Struktur uniseluler - filamentosa
 Memproduksi spora
(sexual and asexual)
 Sterol pada membran sel (ergosterol)
 >> aerobik
 Parasit
 Juga saprofit
Biologi sel jamur
 Unit seluler dasar  hifa
 Sel tubuler dgn dinding sel (kitin) yang
kaku
 Hifa tumbuh  pertumbuhan ujung hifa
 Multiplikasi  bercabang (branching) 
anyaman  miselium
Biologi sel jamur
 Tidak semua jamur multiseluler
 Beberapa uniseluler  yeast
 Tumbuh  binary fission atau
budding  inidividu baru dari sel
induknya
Yeast of the species Saccharomyces cerevisiae.
Biologi sel jamur
 Hifa:
 Bersepta
 Asepta
 Hifa  miselium/ thallus
 Miselium:
 Vegetatif
 Aerial
 Reproduktif
>> jamur terdiri dari: struktur filamentosa (tubuler)  hifa
Bagaimana cara mengetahui di tubuh kita
terinfeksi jamur?
 Penegakan diagnosis mikosis:
 Anamnesis
 Klinis: efloresensi kulit/ UKK
 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan penunjang:
 Lampu Wood (sinar UV 320-
400 nm)
 Mikroskopis (KOH, KOH+tinta
parker, Lactophenol Cotton
Blue, pewarnaan gram)
 Kultur (Agar Sabouroud,
Modifikasi Agar Sabouroud,
Media DTM)
 Histopatologi
Cara pemeriksaan
Pemeriksaan fluoresensi (lampu Wood)
1. Alat
a. Lampu Wood
b. Kamar gelap
2. Teknik
a. Kulit atau rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan
alamiah
b. Dilakukan di kamar gelap
c. Lampu Wood diletakkan di depan lokasi lesi dengan jarak 10-15
cm dari permukaan kulit
3. Hasil
Fluoresensi penyakit jamur:
 Tinea kapitis: hijau, biru kehijauan
 Pitiriasis versikolor: kuning keemasan
Cara pemeriksaan
Pemeriksaan elemen jamur (mikroskop)
Alat dan bahan
 Mikroskop cahaya
 Skalpel, kuret kulit, sengkelit, gunting, forseps, lidi kapas,
selotip
 Larutan alkohol 70%
 Larutan KOH 10-30%
 Larutan KOH + tinta Parker blue black
 Larutan pewarna Lactophenol Cotton Blue
 Larutan pewarna Gram
 Gelas objek dan gelas penutup
 Cawan petri
Cara pemeriksaan
Bahan Pemeriksaan
 Bagian tubuh (kulit, kuku atau rambut) –> alkohol 70%
 Kulit
 Pinggir lesi yang lebih aktif
 Kuku
 Dasar kuku, lipatan kuku, lempeng kuku, hiponikium
 Rambut
 Rambut atau sisa rambut dipilih yang tidak mengkilap
atau kusam
 Kerokan daerah kulit sekitar rambut
Hasil pemeriksaan mikroskopis:
1. Elemen jamur dermatofit
 Garis-garis yang tersusun
dari hifa di antara sel-sel
epitel, bersepta dan
biasanya bercabang
 Artrospora
1. Kandida
 Spora yang bulat atau
lonjong (blastospora),
kadang ada yg menonjol
di dinding spora (budding
blastospora)
 Pseudohifa
3. Malazessia furfur
 Spora yang bundar dgn
dinding tebal, ditemukan
dalam kelompok bersama
pseudohifa yg pendek 
spaghetti and meatballs
3. Infeksi jamur pada rambut
 Ektotrik: artrospora di bagian
luar batang rambut
 Endotrik: artrospora di dalam
batang rambut
DERMATOMIKOSIS
SUPERFISIALIS
Dermatomikosis Superfisialis
1. Dermatofitosis
2. Non dermatofitosis:
Yeast infection:
 Kandida
 PVC
Dermatofitosis
 Dermatofita:
 fungi yg menggunakan keratin sbg nutrien,
dapat berkoloni dgn jaringan yg mengandung
keratin: str.korneum epidermis, rambut, kuku.
 Dermatofitosis:
 Infeksi superfisial yang disebabkan oleh
dermatofita
Organisme Penyebab
3 genus (dermatofita) yang
menyebabkan dermatofitosis:
 Trichophyton
menginfeksi kulit, kuku &
rambut
 Microsporum:
menginfeksi kulit dan
rambut
 Epidermophyton
hanya menginfeksi kulit
Klasifikasi
 Dermatophytoses of keratinized epidermis (epidermal
dermatophytosis, epidermomikosis):
 Tinea fasialis, tinea korporis, tinea kruris, tinea manus,
tinea pedis.
 Dermatophytoses of nail apparatus (onikomikosis):
 Tinea unguium (kuku kiki, kuku tangan).
 Onikomikosis (istilah lebih inklusif  infeksi kuku yg
disebabkan oleh dermatofita, yeast, dan mold [kapang]).
 Dermatophytoses of hair and hair follicle (trikomikosis):
 Dermatophytic folliculitis, Majocchi's (trichophytic)
granuloma, tinea kapitis, tinea barbae.
 Stratum korneum
 Skuama
 Respon inflamasi  eritema,
papulasi, vesikulasi
Epidermomikosis
Sel inflamasi
dermatofita
 Batang rambut
 Destruksi dan patah rambut
 Lebih dalam  respon
inflamasi  nodul, pustulasi
folikuler, and abses
Sel inflamasi
dermatofita
Trikomikosis
Penyebaran / Pejamu & Habitat
1. Antropofilik
 Menyerang manusia, jarang mengenai hewan
 Trichophyton spp.: T. rubrum, T. mentagrophytes (var.
interdigitale), T. schoenleinii, T. tonsurans, T. violaceum.
Microsporum audouinii. Epidermophyton floccosum
1. Geofilik
 Tanah
 Trichophyton spp.: T. equinum, T. mentagrophytes (var.
mentagrophytes), T. verrucosum. M. canis.
1. Zoofilik
 Hewan (anjing, kucing, sapi, kuda, dll), dapat juga
menyerang manusia
 Microsporum spp.: M. gypseum, M. nanum
Berdasarkan lokasi
 T. capitis : facialis,barbae,scalp
 T. corporis : abdominal, thoracal, cervical
 T. cruris : inguinal, gluteal, femoral
 T. manus : interdigital, dorsum,
plantar
 T. pedis : interdigital,dorsum,plantar
 T. unguium : onychomycosis
Sifat Dermatofita
 bersifat keratinofilik :
 untuk hidupnya membutuhkan keratin
 bersifat lipofilik :
 untuk hidupnya membutuhkan lemak
Patogenesis
jamur menempel pada kulit & keadaan kulit cocok
 jamur tumbuh
Jamur mengeluarkan suatu enzym keratolitik 
menghancurkan keratin makanan yang baik
untuk jamur  tumbuh & berkembang dengan
subur
Jamur bertambah  enzym bertambah 
makanan jamur juga bertambah
penyakit makin lebar
1. Langsung:
• kontak dengan penderita
• kontak dengan binatang yang sakit jamur
• kontak dengan tanah/sampah yang mengandung jamur
2. Tidak langsung:
Lewat alat-alat: untuk tidur, mandi, rumah tangga 
skuama penderita jatuh atau melekat disitu
Cara Penularan
Tanda khas penyakit jamur
 ada skuama &/ papula
 tersusun/ bentuk melingkar (sirsinata)
 dengan bagian tepi aktif/ eritem
 di bagian tengah tampak sembuh
 terasa gatal, terutama kalau berkeringat
Dermatofitosis
Berdasarkan Lokasi
Tinea Kapitis
 Dermatofitosis pada kulit kepala
 Etiologi: Trichophyton & Microsporum
 Usia: 3-14 th
 Tipe:
A. Non Inflamasi
1. Black dot ringworm
2. Gray patch ringworm
B. Inflamasi
1. Kerion celsi
2. Tinea favosa
Infeksi jamur pada rambut
• Ektotrik: artrospora di
bagian luar batang rambut
• Endotrik: artrospora di
dalam batang rambut
Black dot ringwormBlack dot ringworm
 Etiologi: >> endotrik:
T.tonsurans, T. violaceum.
 Rambut sangat rapuh & patah
pada tepat pada muara folikel
 ujung rambut yg hitam di
dalam folikel rambut terlihat
sbg bintik hitam
 Lampu Wood: fluoresensi (-)
Gray patch ringwormGray patch ringworm
 Etiologi:
M. audouinii / M.ferrugineum
 Klinis:
 Lesi mulai dgn papul eritem
di sekitar batang rambut.
 Papul kemudian melebar
dan membentuk bercak yg
memucat dan bersisik.
 Rambut mjd berwarna abu-
abu, tidak berkilat lagi dan
lebih mudah patah (1-3 mm
di atas kulit kepala)
dibanding dicabut
 Lampu wood: fluoresensi (+)
Kerion Celsi
 Etiologi:
 M. canis, M. gypseum, T.
mentagrophytes, T. violaceum
 Klinis:
 Lesi dimulai dari bentuk
pustular folikulitis sampai
bentuk kerion
 Sebukan massa rambut yg
patah dan pus, serta dapat tjd
limfadenopati
 Keluhan: gatal, demam & sakit
 Lampuwood: fluoresensi (+)/(-)
Tinea favosaTinea favosa
 Etiologi:
 T. schoenleini
 Klinis: Pembentukan skutula
 krusta yg berbentuk
mangkuk berwarna merah
kuning dan berkembang mjd
kuning kecoklatan
 Pada pengangkatan krusta
terlihat dasar yg cekung,
merah, basah dan berbau
seperti tikus (mousy odor)
Diagnosis Banding
Diagnosis banding tinea kapitis:
 Dermatitis seboroik
 Psoriasis
 Alopesia areata
 Lupus eritematosus diskoid
 Trikotilomania
 Folikulitis
Etiologi :
 T. mentagrophytes, T. verucosum, M.
canis, T. violaceum, T. schoenleini
Klinis :
⇒ Dikenal 3 tipe tinea barbae
1. Peradangan ≈ kerion celci
2. Tipe superfisial atau sikosis
3. Tipe menyebar sirsinata
Tinea Barbae
Terapi:
• Griseofulvin 0,5 - 1 gr / hr.
• Anti jamur topikal : gol azole
• Shampo anti jamur
Tinea korporisTinea korporis
 Infeksi dermatofita pd badan, tungkai & lengan
 Etiologi:
 M. canis,T. verruccosum, E. floccosum,
T. rubrum
 Klinis:
 Lesi bulat berbatas tegas, pada tepi lesi
tampak tanda radang lebih aktif dan bagian
tengah cenderung menyembuh (central
healing)
 Lesi yang berdekatan dapat bergabung
membentuk pola gyrata atau polisiklik
 Derajad inflamasi bervariasi, dengan
morfologi dan eritem s/d vesikel dan pustul,
tergntung pada spesies dan status imun
tubuh
 Penyebab zoofilik  tanda inflamasi
akut
 Imunosupresi  lesi sering mjd luas
Diagnosis banding tinea korporis:
 Dermatitis kontak
 Dermatitis numularis
 Dermatitis seboroik
 Pitiriasis rosea
 Psoriasis
 Eritema anulare sentrifugum
Tinea Fasialis
Tinea krurisTinea kruris
 Sininom: eksema marginatum atau
jock itch
 Infeksi dermatofita pada daerah
pubis dan sela paha
 Etiologi:
 E. floccosum, T. rubrum, T.
mentagrophytes
 Klinis:
 Lesi berbatas tegas, tepi
meninggi yang dapat berupa
papulo vesikel eritematosa, atau
kadang terlihat pustul
 Bagian tengah menyembuh
berupa daerah coklat kehitaman
berskuama
Diagnosis banding tinea kruris:
 Intertrigo
 Eritrasma
 Dermatitis seboroik
 Psoriasis
 kandidiasis
Tinea pedis
 Athlete’s foot, ringworm of the foot
 Infeksi dermatofita pada kaki, terutama
menyerang sela jari kaki dan telapak
kaki, dapat meluas ke lateral maupun
punggung kaki
 Etiologi
 E. floccosum, T. rubrum, T.
Mentagrophytes
 Klinis:
Ada 3 tipe:
1. Tipe interdigitalis
– Tersering
– Maserasi di sela jari kaki ke-4 & 5
– Kulit terlihat putih, dapat
terbentuk fisura dan bau tidak
enak
– Lesi dapat meluas ke bawah jari
dan telapak kaki
2. Tipe vesikuler subakut
 Beberapa vesikel, vesiko-
pustulosa, kadang-kadang
bula, di telapak kaki dan
jarang terjadi pada tumit.
 Lesi dapat timbul dari
perluasan lesi daerah
interdigital
 Dapat mulai sekitar jari,
kemudian meluas ke
punggung kaki atau telapak
kaki
 Vesikel pecah  skuama
melingkar (koloret)
3. Tipe papuloskuamosa
hiperkeratotik menahun
 Sering terdapat di daerah
tumit, telapak kaki, dan kaki
bagian lateral.
 Bercak dgn skuama putih
agak mengkilat, melekat dan
relatif tidak meradang
 Lesi umumnya setempat, dpt
bergabung mengenai seluruh
telapak kaki dan sering
simetris (moccasin foot)
Tinea pedis tipe intertriginosa:
 Saling mempengaruhi:
 Dermatofit (T. rubrum, T.
Mentagrophytes)
 Bakteri
(Micrococcussedentarius,
Brevibacterium epidermidis,
Corynebacterium minutissimum,
Pseudomonas, proteus)
 Candida
 Dermatofitosis simpleks  inferksi
dermatofit ringan
 Dermatofitosis komplek  infeksi
campuran dermatofit dan bakteri
Diagnosis banding tinea pedis:
 Kandidiasis interdigital
 Dermatitis kontak alergik
 Psoriasis pustulosa
 Skabies pada kaki
Tinea Manum
 Infeksi dermatofit pada satu /dua
tangan
 Etiologi:
 T. rubrum, T. mentagrophytes
varian interdigitale, E.
floccosum, M. canis,T.
verruccosum, M. gypseum
 Klinis:
 Biasanya unilateral, tu pada
tangan, dan lesi pada dorsum
manus menyerupai gambaran
tinea korporis.
Terdapat 2 bentuk lesi pada palmar:
1. Dishidrosis/ eksematoid
 Bentuk akut berupa vesikel
pada tangan sisi lateral dan
palmar jari-jari atau telapak
tangan disertai gatal dan rasa
terbakar
 Fase remisi dan eksaserbasi
1. Hiperkeratotik
• Berlangsung kronik, tak pernah
sembuh spontan
• Bila kronik dapat mengenai
seluruh tangan & tjd fisura
Diagnosis banding:
 Dishidrosis
 DKI kronis
Onikomikosis
 Onikomikosis:
 istilah umum untuk kelainan kuku akibat infeksi jamur
 Tinea unguium:
 kelainan kuku akibat infeksi dermatofita
 Etiologi:
 Dermatofita: T. rubrum, T. mentagrophytes,
epidermophyton
 Candida sp
 Non dermatofita lain: Aspergillus spp, Scytalidium
dimidiatum, Scopulariosis brevicaulis, dan Fusarium spp
Dikenal 4 tipe onikomikosis:
1. Onikomikosis subungual distal
(OSD)
 Bantalan kuku di bawah lempeng
kuku melalui hiponikium dan
bergerak ke arah proksimal.
 Invasi juga dapat dari lateral
(onikomikosis subungual distal
dan lateral atau OSDL)
 Klinis: hiperkeratosis subungual
dan onikolisis, selain warna kuku
kekuningan.
 Etiologi: T. rubrum, T.
mentagrophytes varian
interdigitale
Onikomikosis subungual distal
2. Onikomikosis subungual proksimal
(OSP)
• Infeksi dimulai dari lipat kuku
proksimal, melalui kutikula dan
masuk ke kuku yang baru
terbentuk, selanjutnya bergerak
ke arah distal.
• Klinis: hiperkeratosis & onikolisis
proksimal, serta destruksi
lempeng kuku proksimal.
• Paling jarang, tapi biasa
ditemukan pada penderita AIDS.
• Etiologi: T. rubrum
Onikomikosis subungual
proksimal
3. Onikomikosis superfisial putih
(OSPT):
• Jarang dijumpai
• Jamur menginvasi
langsung lapisan superfisial
lempeng kuku
• Klinis: bercak-bercak
keruhberbatas tegas yg dpt
berkonfluen. Kuku mjd
kasar, lunak dan rapuh
• Etiologi: T.
mentagrophytes, kapang
nondermatofita: Aspergillus,
Acremonium, Fusarium
Onikomikosis superfisial putih
4. Onikomikosis kandida (OK)
kategori:
1. Dimulai sbg paronikia yg kemudian
menginvasi matriks  depresi
transversal kuku  kuku cekung, kasar
dan akhirnya distrofi
2. Pada kandidosis mukokutan kronik,
kandida langsung menginvasi lempeng
kuku sehingga baru pada std lanjut 
pembengkakan lipat kuku proksimal dan
lateral gambaran pseudoclubbing
atau chicken drumstick
3. Invasi pada kuku yang telah onikolisis.
Hiperkeratosis subungual dgn massa
abu-abu kekuningan di bawahnya
Onikomikosis kandida
Pada keadaan lanjut keempat tipe tersebut  gambaran distrofi total (ODT)
Diagnosis banding onikomikosis:
 Psoriasis
 Liken planus
 Infeksi bakterial
 Dermatitis kontak
 Onikodistropi traumatik
Non Dermatofita
1. Infeksi Malassezia
 Malassezia furfur :
 Pityriasis versicolor
 Pityriasis folliculitis
 Seborrhoeic dermatitis & dandruff
 M. furfur : yeast lipofilik yang terdapat di kulit
sebagai folra normal
Pityriasis versicolor
 Etiologi: M. furfur
 Gejala klinis
 Usia: >> usia belasan
 Lokasi: bagian atas dada & meluas ke
lengan atas, leher & perut / tungkai atas/
bawah
 Keluhan: bercak berwarna putih /
kecoklatan, gatal ringan (tu saat
berkeringat)
 UKK:
 Lesi baru: makula skuamosa folikular
 Lesi primer: makula dengan batas
sangat tegas tertutup skuama halus
 Kulit hitam/ coklat: berwarna putih
 Kulit putih/ terang: coklat/ kemerahan
 Skuamasi  finger nail sign
Pityriasis versicolor
Diagnosis
 Klinis: makula hipopigmentasi, hiperpigmentasi, atau
kemerahan yg sgt berbatas tegas, tertutup skuama
halus
 Lampu wood: fluoresensi kuning keemasan
 Mikroskopis (KOH): meat ball and spahetti
Pityriasis versicolor
Diagnosis banding
Terapi:
Topikal:
• Sampo selenium sulfid 2,5%/ hr slm
2 mgg
• Semua golongan azol (miconazol,
ketokonazol dll)
• Sampo ketokonazol 2% diulangi slm
3 hr berturut-turut
• Solusio terbinafin 1% 2x/ hr slm 7 hr
Sistemik:
• Ketokonazol oral 200 mg/ hr slm 7 hr
• Itrakonazol oral 200-400 mg/ hr slm
3-7 hr
• Flukonazol 400 mg dosis tunggal
2. Kandidiasis
 Penyebab : >> Candida albicans.
 Flora normal mulut, traktus digestivus & vagina
 Bersifat semi anaerob
 Punya dua bentuk:
 mycelia (suhu kamar)  infeksi kronis
 yeast (37o
C)  infeksi akut
Predileksi :
Daerah intertrigeneus / basah:
inguinal, infra mamma, perianal,
interdigital, axilia, sekitar mulut & mulut,
genital & sela kuku.
Faktor Risiko:
 pemakaian antibiotik & steroid yang terus-menerus
 kelembaban
 kehamilan
 penyakit sistemik a.l. DM
UKK KANDIDIASIS
Kandidiasis Oral
Pacth eritem yang ditutupi pseudomembran,
bila diangkat nampak dasar yang erosif
Kandidiasis kutan
Patch eritem yang melebar, dikelilingi lesi satelit
ditengah lesi nampak erosif, di tepi lesi terjadi
pengelupasan tanpa peninggian.
Kandidiasis kuku
Nampak eritem dan edema pada kulit sekitar kuku
& bantal kuku (nail bed) disertai gamb kelainan jamur
kuku (onikolisis, diskolorisasi, hiperkeratosis, onikodistrofi)
Klasifikasi kandidiasis (Rippon):
I. Penyakit infeksi
A.Keterlibatan mukokutaneus:
1. Oral: thrush, glossitis, stomatitis, cheilitis, perléche
2. Vaginitis dan balanitis
3. Bronchial dan pulmonal
4. Sistem pencernaan: esofagitis, gastritis, peritonitis, penyakit enterik &
perianal
5. Kandidiasis mukokutaneus kronik
B.Keterlibatan kutaneus
1. Kandidiasis intertriginosa dan generalisata
2. Paronikia & onikomikosis
3. Penyakit popok (kandidiasis popok)
4. Granuloma kandida
C.Keterlibatan sistemik
1. Saluran kemih
2. Endokarditis
3. Meningitis
4. Septikemia
5. Kandidemia iatrogenik (kandidemia akibat kerusakan sawar)
6. Diseminata ke sistem organ lain
II. Penyakit alergi
A.Kandidid
B.Eksim
C.Asma
D.Gastritis
Kandidiasis Mukokutan
1. Oral:
 thrust,
 glositis,
 stomatitis,
 cheilitis,
 perleche
1. Vaginitis & Balanitis
2. Kandidiasis mukokutan kronik
Kandidiasis pseudomembranosa akut (thrush)
 neonatus sehat
 bayi marasmik
 gx keseimbangan mikroflora oral ok pemakaian antibiotik,
kortikosteroid atau xerostomia.
 Plakat putih/ keabuan pada mukosa bukal & tepi lateral lidah.
 Bergabung dan menjadi konfluens.
 Dasar plakat lembab, berwarna kemerahan dan maserasi.
 Lesi dapat menjalar ke esofagus  disfagia yang serius.
Thrush…
 Pada orang dewasa, mukosa
bukal (stomatitis), bibir dan lidah
(glositis) dapat terkena.
 Papil lidah menjadi atrofi,
permukaannya menjadi licin,
mengkilat dan berwarna merah
terang.
 Kadang dijumpai erosi pada tepi
lidah.
 Seringkali infeksi meluas ke
sudut mulut untuk membentuk
perléche.
Kandidiasis oral: thrush
Cheilitis angular / perléche
 Eritem, fisura, maserasi dan nyeri
pada sudut mulut.
 Sering:
 orang dengan kebiasaan
menjilat bibir
 orang tua dengan kulit yang
berkerut pada komisura oral.
 Gigi yang hilang, gigi yang tidak
teratur, maloklusi dan defisiensi
riboflavin  faktor predisposisi.
 Cheilitis sering berhubungan
dengan kandidiasis atrofik kronik
akibat pemakaian gigi palsu.
Kandidiasis oral: atrofik dengan cheilitis
angular
Kandidiasis vulvovaginal (KVV)
 Penyebab >> discar ♀.
 KU: Pruritus vulva & duh tubuh
 Discar : khas  keju (cottage-cheese), tp dpt
bervariasi : cair – homogen - pekat.
 Keluhan: Nyeri pada vagina, iritasi, rasa terbakar
pada vulva, dispareunia & disuria eksternal.
 UKK: labia & vulva eritem & bengkak, sering
disertai lesi perifer berbentuk papulopustular
diskrit.
 Serviks N & eritema epitel vagina muncul
bersama duh tubuh berwarna keputihan yang
melekat.
 Gejala khas memuncak pada minggu menjelang
menstruasi.
Kandidiasis vulvovaginalis
vulvitis
Balanitis kandida
 >> pd ♂ yang tidak disirkumsisi
 > muncul setelah hub seksual dengan wanita
terinfeksi
 UKK: pada glans / batang penis tampak
papul merah, kecil, lunak & pustul. Pustul
pecah dengan cepat dibawah prepusium 
tidak terdeteksi.
 Khas, cincin konfluens berbentuk seperti
donat, berukuran 1-2 mm, putih muncul
setelah pustul pecah.
 Pada beberapa kasus tidak dijumpai pustul
dan papul merah multipel dapat tersembunyi
dan sembuh tanpa pengobatan.
Kandidiasis perianal
 Klinis ≈ dermatitis perianal dgn
eritema, oozing & maserasi.
 KU: Pruritus & rasa terbakar
 Kandidiasis perianal dapat muncul
dengan atau tanpa keterlibatan
genital.
 Walaupun biasanya berawal
disekitar tepi anus dengan eritema
non-spesifik, nyeri dan iritasi,
penjalaran ke perineum sering
dijumpai, dengan gambaran klasik
berkembang seiring penjalarannya.
 Adanya pustul satelit biasanya
merupakan indikasi untuk terapi.
Kandidiasis mukokutaneus kronik
 KMK: sekelompok pasien yang heterogen
dgn infeksi Candida kronik tapi superfisial.
 Tanda: infeksi Candida yang persisten/
rekuren pada orofaring, kulit dan kuku,
biasanya berhubungan dengan keadaan
imunokompromais & awitan saat bayi / anak
pra-sekolah.
 Limfosit sel-T gagal merespon stimulasi
antigen Candida secara efektif.
 Penyakit ini sering berhubungan dengan
endokrinopati
 Keparahan KMK bervariasi mulai dari
keterlibatan beberapa kuku hingga
berkembangnya lesi berat dan luas
bersamaan dengan berbagai bentuk
lokalisata yang lain.
Kandidiasis Kutan
1. Kandidiasis intertriginosa & generalisata
2. Paronikia
3. Diaper disease
4. Granuloma kandida
Kandidiasis kutis intertriginosa
 Setiap lipatan dapat terkena, & >>
pd obesitasas.
 Intertrigo >> pada lipat ketiak,
inguinal, payudara, intergluteal,
interdigital, glans penis & umbilikus.
 Tanda khas: berupa eritem dan
eksudasi yang lembab mulai dari
bagian terdalam lipatan.
 Lesi klasik berupa lesi satelit baik
papular maupun pustular.
 Sering dijumpai nyeri, gatal dan
rasa terbakar.
 Pada penyakit yang kronik,
terdapat papul-papul, likenifikasi,
hiperpigmentasi dan skuama.
Kandidiasis kutis generalisata
 Kulit glabrosa, dapat berasal dari perluasan kandidiasis
intertriginosa.
 Pasien diabetes, debil & penderita dgn berbagai defek
ektodermal, /dapat juga pada orang yang berdiam lama di
dalam air sehingga dinamakan water-bath dermatitis.
 Lesi eritem, menyerupai dermatitis, bisa terdapat vesikel
atau pustul pada daerah yang luas.
 Lesi dapat juga berupa papulopustul folikular yang purulen,
ulseratif, nekrotik, noduler, folikulitis atau pustulosis.
 Pada pasien debil, lesi dapat meluas, seringkali berupa lesi
ulseratif, nekrotik atau eksfoliatif.
Kandidiasis kutis kongenital
 Bayi baru lahir dengan ibu
menderita KVV sebelum
melahirkan.
 UKK: papul multipel di atas dasar
eritematosa pada wajah, leher,
badan dan anggota gerak.
 Diduga terjadi karena penetrasi
asenderen Candida melalui amnion
dari vagina ibu saat kehamilan.
 Saat kelahiran dapat dijumpai lesi-
lesi kekuningan mengandung ragi
pada plasenta dan tali pusat.
Paronikia kandida
 Candida sp.  infeksi bernanah yg sangat nyeri pada lipatan
kuku & dasar kuku.
 Beberapa jari biasanya terinfeksi secara kronik, tetapi satu jari
atau seluruh jari dapat saja terlibat.
 Lipatan kuku tampak merah dan bengkak, kutikula hilang dan
lipatan kuku terlepas dari permukaan dorsal dari lempeng kuku
membentuk kantung.
 Kadang pus berwarna putih tebal dapat keluar; seringkali
dibutuhkan penekanan untuk mengeluarkannya.
 Perubahan sekunder meliputi onikolisis dan depresi transversal
dari lempeng kuku (Beau’s lines) dengan diskolorasi kecoklatan
atau hijau sepanjang tepi lateral.
Penyakit popok
(kandidiasis popok)
Bokong & daerah perianal pada
bayi, berhubungan dengan
pemakaian popok, UKK: eritema,
skuama & pustul satelit (khas)
dapat disertai skuama pada
tepinya.
Bila kandidiasis mengenai
genitalia UKK: eritema konfluens
mengenai seluruh skrotum / labia.
Kadang-kadang UKK ≈ dermatofita.
Lesi meluas ke bokong, punggung
& perut.
Apabila kelainan tersebut menetap,
menimbulkan erosi superfisial yang
nyeri disebut sebagai erythema of
Jacquet.
Granuloma kandida
 jarang, diduga berhubungan dengan
terjadinya KMK
 >> pd anak-anak. Lesi umumnya
mengenai wajah, namun dapat juga
timbul pada kulit kepala berambut
(scalp), jari tangan, badan, kaki &
faring.
 UKK: papul hiperkeratotik yang ditutupi
oleh krusta tebal berwarna kuning
kecoklatan (granuloma).
 Kadang-kadang lesi tumbuh menonjol
hingga 2 cm menyerupai tanduk. Granuloma kandida
Penyakit alergi
Kandidid
 Kandidid merupakan “reaksi id” yaitu kelainan yang timbul akibat
hipersensitivitas terhadap infeksi Candida di tempat lain, atau
terhadap metabolitnya.
 Hipersensitivitas tersebut dapat tipe cepat atau lambat, dengan
manifestasi pada kulit, mata, atau timbul gastritis dan asma.
 Pada kulit terutama mengenai sela jari tangan atau pada bagian
badan lainnya.
 Lesi berupa papul atau vesikel steril yang berkelompok (tipe
pomfoliks).
 Kandidid menghilang setelah kandidiasis primernya sembuh.
Penatalaksanaan
 Umum: menanggulangi fakt prdisposisi,
menjaga kelembaban kulit, mengurangi
kontak dengan air, berpakaian nyaman
 Khusus:
Kandidiasis intertriginosa :akut 
kombinasi steroid + antifungal, kmd
dilanjutkan antifungal saja
alternatif lain: krim nistatin, imidazol,
alilamin, terbinafin, amorolfin
Kandidiasis konginetalKandidiasis konginetal : krim nistatin: krim nistatin
Kandidiasis mukokutan kronik:Kandidiasis mukokutan kronik: 5-fluorositosin (50-5-fluorositosin (50-
200mg/kgBB/hari), amfoterisin B 15mg/hari selama 3200mg/kgBB/hari), amfoterisin B 15mg/hari selama 3
minggu, ketokonazol, itrakonazol, flukonazolminggu, ketokonazol, itrakonazol, flukonazol
Vulvovaginitis:Vulvovaginitis:
Topikal: nistatin krim, kotrimazol tablet vaginaTopikal: nistatin krim, kotrimazol tablet vagina
Sistemik: ketokonazol, itrakonazol, flukonazolSistemik: ketokonazol, itrakonazol, flukonazol
Kandidiasis oral:Kandidiasis oral:
Topikal: nistatin suspensi oral, gential violet, mikonazol gelTopikal: nistatin suspensi oral, gential violet, mikonazol gel
sistemik: ketokonazol, itrakonazol, flukonazolsistemik: ketokonazol, itrakonazol, flukonazol
Terapi kandidiasis kutaneus
Terapi kandidiasis oral
 Golongan Azole
 topikal (clotrimazole)
 sistemik (fluconazole, itraconazole)
 antifungal topikal lama (gentian violet,
nystatin)
Terapi KVV akut & rekuren
TERIMA KASIH
endra_yustin@yahoo.com

More Related Content

What's hot

Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011Irene Susilo
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiUsqi Krizdiana
 
Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13tristyanto
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisyudhasetya01
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakSyscha Lumempouw
 
Urtikaria akut
Urtikaria akutUrtikaria akut
Urtikaria akutdeky akbar
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
 
Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaPerdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaDika Saja
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabieshomeworkping4
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)fikri asyura
 
Bedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusBedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusAsep Hermana
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPuteri Mentira
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo BullosaPhil Adit R
 

What's hot (20)

Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
 
Lapsus varicella
Lapsus varicellaLapsus varicella
Lapsus varicella
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorLaporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolor
 
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitisKolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
 
Urtikaria akut
Urtikaria akutUrtikaria akut
Urtikaria akut
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
Perdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran CernaPerdarahan Saluran Cerna
Perdarahan Saluran Cerna
 
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
 
Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)Kuliah otologi (1)
Kuliah otologi (1)
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Bedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavusBedah minor ; eksisi clavus
Bedah minor ; eksisi clavus
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Impetigo Bullosa
Impetigo BullosaImpetigo Bullosa
Impetigo Bullosa
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Kolesistitis
KolesistitisKolesistitis
Kolesistitis
 

Viewers also liked (20)

Dermatomikosis
DermatomikosisDermatomikosis
Dermatomikosis
 
Teori kandidiasis
Teori kandidiasisTeori kandidiasis
Teori kandidiasis
 
Penyakit Ringworm atau Kurap pada hewan
Penyakit Ringworm atau Kurap pada hewanPenyakit Ringworm atau Kurap pada hewan
Penyakit Ringworm atau Kurap pada hewan
 
Kelompok 6
Kelompok 6Kelompok 6
Kelompok 6
 
Rkk11
Rkk11Rkk11
Rkk11
 
Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroikDermatitis seboroik
Dermatitis seboroik
 
Morfologi fungi
Morfologi fungiMorfologi fungi
Morfologi fungi
 
Makalah penyakit kurap
Makalah penyakit kurapMakalah penyakit kurap
Makalah penyakit kurap
 
Jamur
JamurJamur
Jamur
 
Makalah penyakit kurap
Makalah penyakit kurapMakalah penyakit kurap
Makalah penyakit kurap
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
K8 jamur artro cacing tropmed16
K8   jamur artro cacing tropmed16K8   jamur artro cacing tropmed16
K8 jamur artro cacing tropmed16
 
Eflorecensi
EflorecensiEflorecensi
Eflorecensi
 
Seborrhoeic Dermatitis by Aseem
Seborrhoeic Dermatitis by AseemSeborrhoeic Dermatitis by Aseem
Seborrhoeic Dermatitis by Aseem
 
Mikologi
MikologiMikologi
Mikologi
 
SISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIASISTEM REPRODUKSI PRIA
SISTEM REPRODUKSI PRIA
 
Cacar air ppt
Cacar air pptCacar air ppt
Cacar air ppt
 
Ppt campak
Ppt campakPpt campak
Ppt campak
 
Candidiasis
CandidiasisCandidiasis
Candidiasis
 
Materi Tentang Sistem Reproduksi fungi/ Jamur
Materi Tentang Sistem Reproduksi fungi/ JamurMateri Tentang Sistem Reproduksi fungi/ Jamur
Materi Tentang Sistem Reproduksi fungi/ Jamur
 

Similar to DERMATOMIKOSIS

Similar to DERMATOMIKOSIS (20)

4. dermatomikosis definition,etiology,clinical manifestation (wulan).pptx
4. dermatomikosis definition,etiology,clinical manifestation (wulan).pptx4. dermatomikosis definition,etiology,clinical manifestation (wulan).pptx
4. dermatomikosis definition,etiology,clinical manifestation (wulan).pptx
 
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slideInfeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
Infeksi Jamur pembagian dan tatalaksana slide
 
12b. DERMATOFITOSIS 2014.ppt
12b. DERMATOFITOSIS 2014.ppt12b. DERMATOFITOSIS 2014.ppt
12b. DERMATOFITOSIS 2014.ppt
 
Tinea
TineaTinea
Tinea
 
Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA
Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA
Tinea kapitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Praktikum Parasitologi Blok 20 Integumen
Praktikum Parasitologi Blok 20 IntegumenPraktikum Parasitologi Blok 20 Integumen
Praktikum Parasitologi Blok 20 Integumen
 
2020_JAMUR.en.id.pdf
2020_JAMUR.en.id.pdf2020_JAMUR.en.id.pdf
2020_JAMUR.en.id.pdf
 
Infeksi Jamur.pptx
Infeksi Jamur.pptxInfeksi Jamur.pptx
Infeksi Jamur.pptx
 
Tinea kapitis
Tinea kapitisTinea kapitis
Tinea kapitis
 
Inf.jamur (1) new 2
Inf.jamur (1) new 2Inf.jamur (1) new 2
Inf.jamur (1) new 2
 
6 Konsep Mikologi.pdf
6 Konsep Mikologi.pdf6 Konsep Mikologi.pdf
6 Konsep Mikologi.pdf
 
Kulit part 1
Kulit part 1Kulit part 1
Kulit part 1
 
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptxKuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
 
Definisi etiologi non dermato dan dermato
Definisi etiologi non dermato dan dermatoDefinisi etiologi non dermato dan dermato
Definisi etiologi non dermato dan dermato
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Modul 7 lbm 4 ukkie...
Modul  7 lbm 4   ukkie...Modul  7 lbm 4   ukkie...
Modul 7 lbm 4 ukkie...
 
Tinea korporis ( infeksi jamur)
Tinea korporis ( infeksi jamur)Tinea korporis ( infeksi jamur)
Tinea korporis ( infeksi jamur)
 
Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2Ada kusta diantara kita 2
Ada kusta diantara kita 2
 
Tinea favosa
Tinea favosaTinea favosa
Tinea favosa
 
Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2Makalah penyakit jamur 2
Makalah penyakit jamur 2
 

DERMATOMIKOSIS

  • 2. PENDAHULUAN Jamur:  Eukariotik – a true nucleus  Tidak mengandung klorofil  Heterotrof (memerlukan nutrisi organik)  Punya dinding sel (kitin/ selulose atau keduanya)  Struktur uniseluler - filamentosa  Memproduksi spora (sexual and asexual)
  • 3.  Sterol pada membran sel (ergosterol)  >> aerobik  Parasit  Juga saprofit
  • 4. Biologi sel jamur  Unit seluler dasar  hifa  Sel tubuler dgn dinding sel (kitin) yang kaku  Hifa tumbuh  pertumbuhan ujung hifa  Multiplikasi  bercabang (branching)  anyaman  miselium
  • 5. Biologi sel jamur  Tidak semua jamur multiseluler  Beberapa uniseluler  yeast  Tumbuh  binary fission atau budding  inidividu baru dari sel induknya Yeast of the species Saccharomyces cerevisiae.
  • 6. Biologi sel jamur  Hifa:  Bersepta  Asepta  Hifa  miselium/ thallus  Miselium:  Vegetatif  Aerial  Reproduktif >> jamur terdiri dari: struktur filamentosa (tubuler)  hifa
  • 7. Bagaimana cara mengetahui di tubuh kita terinfeksi jamur?
  • 8.  Penegakan diagnosis mikosis:  Anamnesis  Klinis: efloresensi kulit/ UKK  Pemeriksaan penunjang  Pemeriksaan penunjang:  Lampu Wood (sinar UV 320- 400 nm)  Mikroskopis (KOH, KOH+tinta parker, Lactophenol Cotton Blue, pewarnaan gram)  Kultur (Agar Sabouroud, Modifikasi Agar Sabouroud, Media DTM)  Histopatologi
  • 9. Cara pemeriksaan Pemeriksaan fluoresensi (lampu Wood) 1. Alat a. Lampu Wood b. Kamar gelap 2. Teknik a. Kulit atau rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan alamiah b. Dilakukan di kamar gelap c. Lampu Wood diletakkan di depan lokasi lesi dengan jarak 10-15 cm dari permukaan kulit 3. Hasil Fluoresensi penyakit jamur:  Tinea kapitis: hijau, biru kehijauan  Pitiriasis versikolor: kuning keemasan
  • 10. Cara pemeriksaan Pemeriksaan elemen jamur (mikroskop) Alat dan bahan  Mikroskop cahaya  Skalpel, kuret kulit, sengkelit, gunting, forseps, lidi kapas, selotip  Larutan alkohol 70%  Larutan KOH 10-30%  Larutan KOH + tinta Parker blue black  Larutan pewarna Lactophenol Cotton Blue  Larutan pewarna Gram  Gelas objek dan gelas penutup  Cawan petri
  • 11. Cara pemeriksaan Bahan Pemeriksaan  Bagian tubuh (kulit, kuku atau rambut) –> alkohol 70%  Kulit  Pinggir lesi yang lebih aktif  Kuku  Dasar kuku, lipatan kuku, lempeng kuku, hiponikium  Rambut  Rambut atau sisa rambut dipilih yang tidak mengkilap atau kusam  Kerokan daerah kulit sekitar rambut
  • 12. Hasil pemeriksaan mikroskopis: 1. Elemen jamur dermatofit  Garis-garis yang tersusun dari hifa di antara sel-sel epitel, bersepta dan biasanya bercabang  Artrospora 1. Kandida  Spora yang bulat atau lonjong (blastospora), kadang ada yg menonjol di dinding spora (budding blastospora)  Pseudohifa
  • 13. 3. Malazessia furfur  Spora yang bundar dgn dinding tebal, ditemukan dalam kelompok bersama pseudohifa yg pendek  spaghetti and meatballs 3. Infeksi jamur pada rambut  Ektotrik: artrospora di bagian luar batang rambut  Endotrik: artrospora di dalam batang rambut
  • 15. Dermatomikosis Superfisialis 1. Dermatofitosis 2. Non dermatofitosis: Yeast infection:  Kandida  PVC
  • 16. Dermatofitosis  Dermatofita:  fungi yg menggunakan keratin sbg nutrien, dapat berkoloni dgn jaringan yg mengandung keratin: str.korneum epidermis, rambut, kuku.  Dermatofitosis:  Infeksi superfisial yang disebabkan oleh dermatofita
  • 17. Organisme Penyebab 3 genus (dermatofita) yang menyebabkan dermatofitosis:  Trichophyton menginfeksi kulit, kuku & rambut  Microsporum: menginfeksi kulit dan rambut  Epidermophyton hanya menginfeksi kulit
  • 18. Klasifikasi  Dermatophytoses of keratinized epidermis (epidermal dermatophytosis, epidermomikosis):  Tinea fasialis, tinea korporis, tinea kruris, tinea manus, tinea pedis.  Dermatophytoses of nail apparatus (onikomikosis):  Tinea unguium (kuku kiki, kuku tangan).  Onikomikosis (istilah lebih inklusif  infeksi kuku yg disebabkan oleh dermatofita, yeast, dan mold [kapang]).  Dermatophytoses of hair and hair follicle (trikomikosis):  Dermatophytic folliculitis, Majocchi's (trichophytic) granuloma, tinea kapitis, tinea barbae.
  • 19.  Stratum korneum  Skuama  Respon inflamasi  eritema, papulasi, vesikulasi Epidermomikosis Sel inflamasi dermatofita
  • 20.  Batang rambut  Destruksi dan patah rambut  Lebih dalam  respon inflamasi  nodul, pustulasi folikuler, and abses Sel inflamasi dermatofita Trikomikosis
  • 21. Penyebaran / Pejamu & Habitat 1. Antropofilik  Menyerang manusia, jarang mengenai hewan  Trichophyton spp.: T. rubrum, T. mentagrophytes (var. interdigitale), T. schoenleinii, T. tonsurans, T. violaceum. Microsporum audouinii. Epidermophyton floccosum 1. Geofilik  Tanah  Trichophyton spp.: T. equinum, T. mentagrophytes (var. mentagrophytes), T. verrucosum. M. canis. 1. Zoofilik  Hewan (anjing, kucing, sapi, kuda, dll), dapat juga menyerang manusia  Microsporum spp.: M. gypseum, M. nanum
  • 22. Berdasarkan lokasi  T. capitis : facialis,barbae,scalp  T. corporis : abdominal, thoracal, cervical  T. cruris : inguinal, gluteal, femoral  T. manus : interdigital, dorsum, plantar  T. pedis : interdigital,dorsum,plantar  T. unguium : onychomycosis
  • 23. Sifat Dermatofita  bersifat keratinofilik :  untuk hidupnya membutuhkan keratin  bersifat lipofilik :  untuk hidupnya membutuhkan lemak
  • 24. Patogenesis jamur menempel pada kulit & keadaan kulit cocok  jamur tumbuh Jamur mengeluarkan suatu enzym keratolitik  menghancurkan keratin makanan yang baik untuk jamur  tumbuh & berkembang dengan subur Jamur bertambah  enzym bertambah  makanan jamur juga bertambah penyakit makin lebar
  • 25. 1. Langsung: • kontak dengan penderita • kontak dengan binatang yang sakit jamur • kontak dengan tanah/sampah yang mengandung jamur 2. Tidak langsung: Lewat alat-alat: untuk tidur, mandi, rumah tangga  skuama penderita jatuh atau melekat disitu Cara Penularan
  • 26. Tanda khas penyakit jamur  ada skuama &/ papula  tersusun/ bentuk melingkar (sirsinata)  dengan bagian tepi aktif/ eritem  di bagian tengah tampak sembuh  terasa gatal, terutama kalau berkeringat
  • 28. Tinea Kapitis  Dermatofitosis pada kulit kepala  Etiologi: Trichophyton & Microsporum  Usia: 3-14 th  Tipe: A. Non Inflamasi 1. Black dot ringworm 2. Gray patch ringworm B. Inflamasi 1. Kerion celsi 2. Tinea favosa
  • 29. Infeksi jamur pada rambut • Ektotrik: artrospora di bagian luar batang rambut • Endotrik: artrospora di dalam batang rambut
  • 30. Black dot ringwormBlack dot ringworm  Etiologi: >> endotrik: T.tonsurans, T. violaceum.  Rambut sangat rapuh & patah pada tepat pada muara folikel  ujung rambut yg hitam di dalam folikel rambut terlihat sbg bintik hitam  Lampu Wood: fluoresensi (-)
  • 31. Gray patch ringwormGray patch ringworm  Etiologi: M. audouinii / M.ferrugineum  Klinis:  Lesi mulai dgn papul eritem di sekitar batang rambut.  Papul kemudian melebar dan membentuk bercak yg memucat dan bersisik.  Rambut mjd berwarna abu- abu, tidak berkilat lagi dan lebih mudah patah (1-3 mm di atas kulit kepala) dibanding dicabut  Lampu wood: fluoresensi (+)
  • 32. Kerion Celsi  Etiologi:  M. canis, M. gypseum, T. mentagrophytes, T. violaceum  Klinis:  Lesi dimulai dari bentuk pustular folikulitis sampai bentuk kerion  Sebukan massa rambut yg patah dan pus, serta dapat tjd limfadenopati  Keluhan: gatal, demam & sakit  Lampuwood: fluoresensi (+)/(-)
  • 33. Tinea favosaTinea favosa  Etiologi:  T. schoenleini  Klinis: Pembentukan skutula  krusta yg berbentuk mangkuk berwarna merah kuning dan berkembang mjd kuning kecoklatan  Pada pengangkatan krusta terlihat dasar yg cekung, merah, basah dan berbau seperti tikus (mousy odor)
  • 34. Diagnosis Banding Diagnosis banding tinea kapitis:  Dermatitis seboroik  Psoriasis  Alopesia areata  Lupus eritematosus diskoid  Trikotilomania  Folikulitis
  • 35. Etiologi :  T. mentagrophytes, T. verucosum, M. canis, T. violaceum, T. schoenleini Klinis : ⇒ Dikenal 3 tipe tinea barbae 1. Peradangan ≈ kerion celci 2. Tipe superfisial atau sikosis 3. Tipe menyebar sirsinata Tinea Barbae Terapi: • Griseofulvin 0,5 - 1 gr / hr. • Anti jamur topikal : gol azole • Shampo anti jamur
  • 36. Tinea korporisTinea korporis  Infeksi dermatofita pd badan, tungkai & lengan  Etiologi:  M. canis,T. verruccosum, E. floccosum, T. rubrum  Klinis:  Lesi bulat berbatas tegas, pada tepi lesi tampak tanda radang lebih aktif dan bagian tengah cenderung menyembuh (central healing)  Lesi yang berdekatan dapat bergabung membentuk pola gyrata atau polisiklik  Derajad inflamasi bervariasi, dengan morfologi dan eritem s/d vesikel dan pustul, tergntung pada spesies dan status imun tubuh  Penyebab zoofilik  tanda inflamasi akut  Imunosupresi  lesi sering mjd luas
  • 37. Diagnosis banding tinea korporis:  Dermatitis kontak  Dermatitis numularis  Dermatitis seboroik  Pitiriasis rosea  Psoriasis  Eritema anulare sentrifugum
  • 39. Tinea krurisTinea kruris  Sininom: eksema marginatum atau jock itch  Infeksi dermatofita pada daerah pubis dan sela paha  Etiologi:  E. floccosum, T. rubrum, T. mentagrophytes  Klinis:  Lesi berbatas tegas, tepi meninggi yang dapat berupa papulo vesikel eritematosa, atau kadang terlihat pustul  Bagian tengah menyembuh berupa daerah coklat kehitaman berskuama
  • 40. Diagnosis banding tinea kruris:  Intertrigo  Eritrasma  Dermatitis seboroik  Psoriasis  kandidiasis
  • 41. Tinea pedis  Athlete’s foot, ringworm of the foot  Infeksi dermatofita pada kaki, terutama menyerang sela jari kaki dan telapak kaki, dapat meluas ke lateral maupun punggung kaki  Etiologi  E. floccosum, T. rubrum, T. Mentagrophytes  Klinis: Ada 3 tipe: 1. Tipe interdigitalis – Tersering – Maserasi di sela jari kaki ke-4 & 5 – Kulit terlihat putih, dapat terbentuk fisura dan bau tidak enak – Lesi dapat meluas ke bawah jari dan telapak kaki
  • 42. 2. Tipe vesikuler subakut  Beberapa vesikel, vesiko- pustulosa, kadang-kadang bula, di telapak kaki dan jarang terjadi pada tumit.  Lesi dapat timbul dari perluasan lesi daerah interdigital  Dapat mulai sekitar jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki  Vesikel pecah  skuama melingkar (koloret)
  • 43. 3. Tipe papuloskuamosa hiperkeratotik menahun  Sering terdapat di daerah tumit, telapak kaki, dan kaki bagian lateral.  Bercak dgn skuama putih agak mengkilat, melekat dan relatif tidak meradang  Lesi umumnya setempat, dpt bergabung mengenai seluruh telapak kaki dan sering simetris (moccasin foot)
  • 44. Tinea pedis tipe intertriginosa:  Saling mempengaruhi:  Dermatofit (T. rubrum, T. Mentagrophytes)  Bakteri (Micrococcussedentarius, Brevibacterium epidermidis, Corynebacterium minutissimum, Pseudomonas, proteus)  Candida  Dermatofitosis simpleks  inferksi dermatofit ringan  Dermatofitosis komplek  infeksi campuran dermatofit dan bakteri
  • 45. Diagnosis banding tinea pedis:  Kandidiasis interdigital  Dermatitis kontak alergik  Psoriasis pustulosa  Skabies pada kaki
  • 46. Tinea Manum  Infeksi dermatofit pada satu /dua tangan  Etiologi:  T. rubrum, T. mentagrophytes varian interdigitale, E. floccosum, M. canis,T. verruccosum, M. gypseum  Klinis:  Biasanya unilateral, tu pada tangan, dan lesi pada dorsum manus menyerupai gambaran tinea korporis.
  • 47. Terdapat 2 bentuk lesi pada palmar: 1. Dishidrosis/ eksematoid  Bentuk akut berupa vesikel pada tangan sisi lateral dan palmar jari-jari atau telapak tangan disertai gatal dan rasa terbakar  Fase remisi dan eksaserbasi 1. Hiperkeratotik • Berlangsung kronik, tak pernah sembuh spontan • Bila kronik dapat mengenai seluruh tangan & tjd fisura
  • 49. Onikomikosis  Onikomikosis:  istilah umum untuk kelainan kuku akibat infeksi jamur  Tinea unguium:  kelainan kuku akibat infeksi dermatofita  Etiologi:  Dermatofita: T. rubrum, T. mentagrophytes, epidermophyton  Candida sp  Non dermatofita lain: Aspergillus spp, Scytalidium dimidiatum, Scopulariosis brevicaulis, dan Fusarium spp
  • 50. Dikenal 4 tipe onikomikosis: 1. Onikomikosis subungual distal (OSD)  Bantalan kuku di bawah lempeng kuku melalui hiponikium dan bergerak ke arah proksimal.  Invasi juga dapat dari lateral (onikomikosis subungual distal dan lateral atau OSDL)  Klinis: hiperkeratosis subungual dan onikolisis, selain warna kuku kekuningan.  Etiologi: T. rubrum, T. mentagrophytes varian interdigitale Onikomikosis subungual distal
  • 51. 2. Onikomikosis subungual proksimal (OSP) • Infeksi dimulai dari lipat kuku proksimal, melalui kutikula dan masuk ke kuku yang baru terbentuk, selanjutnya bergerak ke arah distal. • Klinis: hiperkeratosis & onikolisis proksimal, serta destruksi lempeng kuku proksimal. • Paling jarang, tapi biasa ditemukan pada penderita AIDS. • Etiologi: T. rubrum Onikomikosis subungual proksimal
  • 52. 3. Onikomikosis superfisial putih (OSPT): • Jarang dijumpai • Jamur menginvasi langsung lapisan superfisial lempeng kuku • Klinis: bercak-bercak keruhberbatas tegas yg dpt berkonfluen. Kuku mjd kasar, lunak dan rapuh • Etiologi: T. mentagrophytes, kapang nondermatofita: Aspergillus, Acremonium, Fusarium Onikomikosis superfisial putih
  • 53. 4. Onikomikosis kandida (OK) kategori: 1. Dimulai sbg paronikia yg kemudian menginvasi matriks  depresi transversal kuku  kuku cekung, kasar dan akhirnya distrofi 2. Pada kandidosis mukokutan kronik, kandida langsung menginvasi lempeng kuku sehingga baru pada std lanjut  pembengkakan lipat kuku proksimal dan lateral gambaran pseudoclubbing atau chicken drumstick 3. Invasi pada kuku yang telah onikolisis. Hiperkeratosis subungual dgn massa abu-abu kekuningan di bawahnya Onikomikosis kandida Pada keadaan lanjut keempat tipe tersebut  gambaran distrofi total (ODT)
  • 54. Diagnosis banding onikomikosis:  Psoriasis  Liken planus  Infeksi bakterial  Dermatitis kontak  Onikodistropi traumatik
  • 55.
  • 57. 1. Infeksi Malassezia  Malassezia furfur :  Pityriasis versicolor  Pityriasis folliculitis  Seborrhoeic dermatitis & dandruff  M. furfur : yeast lipofilik yang terdapat di kulit sebagai folra normal
  • 58. Pityriasis versicolor  Etiologi: M. furfur  Gejala klinis  Usia: >> usia belasan  Lokasi: bagian atas dada & meluas ke lengan atas, leher & perut / tungkai atas/ bawah  Keluhan: bercak berwarna putih / kecoklatan, gatal ringan (tu saat berkeringat)  UKK:  Lesi baru: makula skuamosa folikular  Lesi primer: makula dengan batas sangat tegas tertutup skuama halus  Kulit hitam/ coklat: berwarna putih  Kulit putih/ terang: coklat/ kemerahan  Skuamasi  finger nail sign
  • 59. Pityriasis versicolor Diagnosis  Klinis: makula hipopigmentasi, hiperpigmentasi, atau kemerahan yg sgt berbatas tegas, tertutup skuama halus  Lampu wood: fluoresensi kuning keemasan  Mikroskopis (KOH): meat ball and spahetti
  • 60. Pityriasis versicolor Diagnosis banding Terapi: Topikal: • Sampo selenium sulfid 2,5%/ hr slm 2 mgg • Semua golongan azol (miconazol, ketokonazol dll) • Sampo ketokonazol 2% diulangi slm 3 hr berturut-turut • Solusio terbinafin 1% 2x/ hr slm 7 hr Sistemik: • Ketokonazol oral 200 mg/ hr slm 7 hr • Itrakonazol oral 200-400 mg/ hr slm 3-7 hr • Flukonazol 400 mg dosis tunggal
  • 61. 2. Kandidiasis  Penyebab : >> Candida albicans.  Flora normal mulut, traktus digestivus & vagina  Bersifat semi anaerob  Punya dua bentuk:  mycelia (suhu kamar)  infeksi kronis  yeast (37o C)  infeksi akut
  • 62. Predileksi : Daerah intertrigeneus / basah: inguinal, infra mamma, perianal, interdigital, axilia, sekitar mulut & mulut, genital & sela kuku. Faktor Risiko:  pemakaian antibiotik & steroid yang terus-menerus  kelembaban  kehamilan  penyakit sistemik a.l. DM
  • 63. UKK KANDIDIASIS Kandidiasis Oral Pacth eritem yang ditutupi pseudomembran, bila diangkat nampak dasar yang erosif Kandidiasis kutan Patch eritem yang melebar, dikelilingi lesi satelit ditengah lesi nampak erosif, di tepi lesi terjadi pengelupasan tanpa peninggian. Kandidiasis kuku Nampak eritem dan edema pada kulit sekitar kuku & bantal kuku (nail bed) disertai gamb kelainan jamur kuku (onikolisis, diskolorisasi, hiperkeratosis, onikodistrofi)
  • 64. Klasifikasi kandidiasis (Rippon): I. Penyakit infeksi A.Keterlibatan mukokutaneus: 1. Oral: thrush, glossitis, stomatitis, cheilitis, perléche 2. Vaginitis dan balanitis 3. Bronchial dan pulmonal 4. Sistem pencernaan: esofagitis, gastritis, peritonitis, penyakit enterik & perianal 5. Kandidiasis mukokutaneus kronik B.Keterlibatan kutaneus 1. Kandidiasis intertriginosa dan generalisata 2. Paronikia & onikomikosis 3. Penyakit popok (kandidiasis popok) 4. Granuloma kandida C.Keterlibatan sistemik 1. Saluran kemih 2. Endokarditis 3. Meningitis 4. Septikemia 5. Kandidemia iatrogenik (kandidemia akibat kerusakan sawar) 6. Diseminata ke sistem organ lain II. Penyakit alergi A.Kandidid B.Eksim C.Asma D.Gastritis
  • 65. Kandidiasis Mukokutan 1. Oral:  thrust,  glositis,  stomatitis,  cheilitis,  perleche 1. Vaginitis & Balanitis 2. Kandidiasis mukokutan kronik
  • 66. Kandidiasis pseudomembranosa akut (thrush)  neonatus sehat  bayi marasmik  gx keseimbangan mikroflora oral ok pemakaian antibiotik, kortikosteroid atau xerostomia.  Plakat putih/ keabuan pada mukosa bukal & tepi lateral lidah.  Bergabung dan menjadi konfluens.  Dasar plakat lembab, berwarna kemerahan dan maserasi.  Lesi dapat menjalar ke esofagus  disfagia yang serius.
  • 67. Thrush…  Pada orang dewasa, mukosa bukal (stomatitis), bibir dan lidah (glositis) dapat terkena.  Papil lidah menjadi atrofi, permukaannya menjadi licin, mengkilat dan berwarna merah terang.  Kadang dijumpai erosi pada tepi lidah.  Seringkali infeksi meluas ke sudut mulut untuk membentuk perléche. Kandidiasis oral: thrush
  • 68. Cheilitis angular / perléche  Eritem, fisura, maserasi dan nyeri pada sudut mulut.  Sering:  orang dengan kebiasaan menjilat bibir  orang tua dengan kulit yang berkerut pada komisura oral.  Gigi yang hilang, gigi yang tidak teratur, maloklusi dan defisiensi riboflavin  faktor predisposisi.  Cheilitis sering berhubungan dengan kandidiasis atrofik kronik akibat pemakaian gigi palsu. Kandidiasis oral: atrofik dengan cheilitis angular
  • 69. Kandidiasis vulvovaginal (KVV)  Penyebab >> discar ♀.  KU: Pruritus vulva & duh tubuh  Discar : khas  keju (cottage-cheese), tp dpt bervariasi : cair – homogen - pekat.  Keluhan: Nyeri pada vagina, iritasi, rasa terbakar pada vulva, dispareunia & disuria eksternal.  UKK: labia & vulva eritem & bengkak, sering disertai lesi perifer berbentuk papulopustular diskrit.  Serviks N & eritema epitel vagina muncul bersama duh tubuh berwarna keputihan yang melekat.  Gejala khas memuncak pada minggu menjelang menstruasi. Kandidiasis vulvovaginalis vulvitis
  • 70. Balanitis kandida  >> pd ♂ yang tidak disirkumsisi  > muncul setelah hub seksual dengan wanita terinfeksi  UKK: pada glans / batang penis tampak papul merah, kecil, lunak & pustul. Pustul pecah dengan cepat dibawah prepusium  tidak terdeteksi.  Khas, cincin konfluens berbentuk seperti donat, berukuran 1-2 mm, putih muncul setelah pustul pecah.  Pada beberapa kasus tidak dijumpai pustul dan papul merah multipel dapat tersembunyi dan sembuh tanpa pengobatan.
  • 71. Kandidiasis perianal  Klinis ≈ dermatitis perianal dgn eritema, oozing & maserasi.  KU: Pruritus & rasa terbakar  Kandidiasis perianal dapat muncul dengan atau tanpa keterlibatan genital.  Walaupun biasanya berawal disekitar tepi anus dengan eritema non-spesifik, nyeri dan iritasi, penjalaran ke perineum sering dijumpai, dengan gambaran klasik berkembang seiring penjalarannya.  Adanya pustul satelit biasanya merupakan indikasi untuk terapi.
  • 72. Kandidiasis mukokutaneus kronik  KMK: sekelompok pasien yang heterogen dgn infeksi Candida kronik tapi superfisial.  Tanda: infeksi Candida yang persisten/ rekuren pada orofaring, kulit dan kuku, biasanya berhubungan dengan keadaan imunokompromais & awitan saat bayi / anak pra-sekolah.  Limfosit sel-T gagal merespon stimulasi antigen Candida secara efektif.  Penyakit ini sering berhubungan dengan endokrinopati  Keparahan KMK bervariasi mulai dari keterlibatan beberapa kuku hingga berkembangnya lesi berat dan luas bersamaan dengan berbagai bentuk lokalisata yang lain.
  • 73. Kandidiasis Kutan 1. Kandidiasis intertriginosa & generalisata 2. Paronikia 3. Diaper disease 4. Granuloma kandida
  • 74. Kandidiasis kutis intertriginosa  Setiap lipatan dapat terkena, & >> pd obesitasas.  Intertrigo >> pada lipat ketiak, inguinal, payudara, intergluteal, interdigital, glans penis & umbilikus.  Tanda khas: berupa eritem dan eksudasi yang lembab mulai dari bagian terdalam lipatan.  Lesi klasik berupa lesi satelit baik papular maupun pustular.  Sering dijumpai nyeri, gatal dan rasa terbakar.  Pada penyakit yang kronik, terdapat papul-papul, likenifikasi, hiperpigmentasi dan skuama.
  • 75. Kandidiasis kutis generalisata  Kulit glabrosa, dapat berasal dari perluasan kandidiasis intertriginosa.  Pasien diabetes, debil & penderita dgn berbagai defek ektodermal, /dapat juga pada orang yang berdiam lama di dalam air sehingga dinamakan water-bath dermatitis.  Lesi eritem, menyerupai dermatitis, bisa terdapat vesikel atau pustul pada daerah yang luas.  Lesi dapat juga berupa papulopustul folikular yang purulen, ulseratif, nekrotik, noduler, folikulitis atau pustulosis.  Pada pasien debil, lesi dapat meluas, seringkali berupa lesi ulseratif, nekrotik atau eksfoliatif.
  • 76. Kandidiasis kutis kongenital  Bayi baru lahir dengan ibu menderita KVV sebelum melahirkan.  UKK: papul multipel di atas dasar eritematosa pada wajah, leher, badan dan anggota gerak.  Diduga terjadi karena penetrasi asenderen Candida melalui amnion dari vagina ibu saat kehamilan.  Saat kelahiran dapat dijumpai lesi- lesi kekuningan mengandung ragi pada plasenta dan tali pusat.
  • 77. Paronikia kandida  Candida sp.  infeksi bernanah yg sangat nyeri pada lipatan kuku & dasar kuku.  Beberapa jari biasanya terinfeksi secara kronik, tetapi satu jari atau seluruh jari dapat saja terlibat.  Lipatan kuku tampak merah dan bengkak, kutikula hilang dan lipatan kuku terlepas dari permukaan dorsal dari lempeng kuku membentuk kantung.  Kadang pus berwarna putih tebal dapat keluar; seringkali dibutuhkan penekanan untuk mengeluarkannya.  Perubahan sekunder meliputi onikolisis dan depresi transversal dari lempeng kuku (Beau’s lines) dengan diskolorasi kecoklatan atau hijau sepanjang tepi lateral.
  • 78. Penyakit popok (kandidiasis popok) Bokong & daerah perianal pada bayi, berhubungan dengan pemakaian popok, UKK: eritema, skuama & pustul satelit (khas) dapat disertai skuama pada tepinya. Bila kandidiasis mengenai genitalia UKK: eritema konfluens mengenai seluruh skrotum / labia. Kadang-kadang UKK ≈ dermatofita. Lesi meluas ke bokong, punggung & perut. Apabila kelainan tersebut menetap, menimbulkan erosi superfisial yang nyeri disebut sebagai erythema of Jacquet.
  • 79. Granuloma kandida  jarang, diduga berhubungan dengan terjadinya KMK  >> pd anak-anak. Lesi umumnya mengenai wajah, namun dapat juga timbul pada kulit kepala berambut (scalp), jari tangan, badan, kaki & faring.  UKK: papul hiperkeratotik yang ditutupi oleh krusta tebal berwarna kuning kecoklatan (granuloma).  Kadang-kadang lesi tumbuh menonjol hingga 2 cm menyerupai tanduk. Granuloma kandida
  • 80. Penyakit alergi Kandidid  Kandidid merupakan “reaksi id” yaitu kelainan yang timbul akibat hipersensitivitas terhadap infeksi Candida di tempat lain, atau terhadap metabolitnya.  Hipersensitivitas tersebut dapat tipe cepat atau lambat, dengan manifestasi pada kulit, mata, atau timbul gastritis dan asma.  Pada kulit terutama mengenai sela jari tangan atau pada bagian badan lainnya.  Lesi berupa papul atau vesikel steril yang berkelompok (tipe pomfoliks).  Kandidid menghilang setelah kandidiasis primernya sembuh.
  • 81. Penatalaksanaan  Umum: menanggulangi fakt prdisposisi, menjaga kelembaban kulit, mengurangi kontak dengan air, berpakaian nyaman  Khusus: Kandidiasis intertriginosa :akut  kombinasi steroid + antifungal, kmd dilanjutkan antifungal saja alternatif lain: krim nistatin, imidazol, alilamin, terbinafin, amorolfin
  • 82. Kandidiasis konginetalKandidiasis konginetal : krim nistatin: krim nistatin Kandidiasis mukokutan kronik:Kandidiasis mukokutan kronik: 5-fluorositosin (50-5-fluorositosin (50- 200mg/kgBB/hari), amfoterisin B 15mg/hari selama 3200mg/kgBB/hari), amfoterisin B 15mg/hari selama 3 minggu, ketokonazol, itrakonazol, flukonazolminggu, ketokonazol, itrakonazol, flukonazol Vulvovaginitis:Vulvovaginitis: Topikal: nistatin krim, kotrimazol tablet vaginaTopikal: nistatin krim, kotrimazol tablet vagina Sistemik: ketokonazol, itrakonazol, flukonazolSistemik: ketokonazol, itrakonazol, flukonazol Kandidiasis oral:Kandidiasis oral: Topikal: nistatin suspensi oral, gential violet, mikonazol gelTopikal: nistatin suspensi oral, gential violet, mikonazol gel sistemik: ketokonazol, itrakonazol, flukonazolsistemik: ketokonazol, itrakonazol, flukonazol
  • 83.
  • 85. Terapi kandidiasis oral  Golongan Azole  topikal (clotrimazole)  sistemik (fluconazole, itraconazole)  antifungal topikal lama (gentian violet, nystatin)
  • 86. Terapi KVV akut & rekuren