2. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. MENGETAHUI LANDASAN PERATURAN K3 LISTRIK. 2. MENGETAHUI PERSYARATAN DAN PROSEDUR PENGAWASAN K3 LISTRIK 3. MEMAHAMI BENTUK BAHAYA LISTRIK 4. MEMAHAMI PERSYARATAN DASAR PROTEKSI UNTUK KESELAMATAN LISTRIK.
4. HAZARD CONTROL Prinsip dasar penerapan K3 Risk assessment identifikasi & analisa potensi bahaya Tindakan Pengendalian bahaya
5. Adm Procedure JSO JSA OSH Management System Unsafe Condition Unsafe Act Management Failure Safe Engineering Control Human Control Accident
6. Electrical Hazards Arus kejut listrik Efek termal (Suhu berlebihan) Efek medan listrik dan medan magnet
7. Bahaya kejut listrik t : 1,0 0,8 0,6 0,4 0,3 0,2 (detik) E : 90 100 110 125 140 200 (Volt) I : 180 200 250 280 330 400 (mA)
8. Sentuhan langsung adalah bahaya sentuhan pada bagian konduktif yang secara normal bertegangan Sentuhan tidak langsung adalah bahaya sentuhan pada bagian konduktif yang secara normal tidak bertegangan, menjadi bertegangan karena terjadi kegagalan isolasi
13. TM/ TR A3 DASAR HUKUM UU 1 / 70 G Tempat kerja Bukan tempat kerja TT/ TET M K3 UU 20 / 02 UU 15 / 85 Kebijakan nasional dalam hal upaya menjamin tempat kerja yang Aman dan lingkungan yang Sehat Kebijakan nasional dalam hal penyediaan tenaga listrik (pengusahaan) yang Andal, Aman dan Akrap lingkungan
14. Dasar hukum : Undang undang No 1 tahun 1970 Keselamatan Kerja Pasal 2 ayat (2) huruf q (Ruang lingkup) Setiap tempat dimana listrik dibangkitkan, ditransmisikan, dibagi-bagikan, disalurkan dan digunakan ggggggggggg K3 Listrik
15. Dasar hukum : Undang undang No 1 tahun 1970 Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat (1) huruf q (Objective) Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk: q. mencegah terkena aliran listrik berbahaya ggggggggggg K3 Listrik
16. K3 Listrik Tujuan K3 Listrik 1. Menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai tujuan penggunaannya. 2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik bahaya sentuhan langsung bahaya sentuhan tidak langsung bahaya kebakaran ggggggggggg
19. STANDAR K3 LISTRIK DI INDONESIA Peraturan KHUSUS B AVE 1938 ggggggggggg Peraturan Khusus B PUIL 1964 Peraturan 04/78 PUIL 1977 Peraturan 04/88 PUIL 1987 SNI 225 1987 SNI 04-0225-2000 Terbaru PUIL 2000
20. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No Kep 75/Men/2002 Pemberlakuan PUIL 2000 Dasar hukum : Undang undang No 1 tahun 1970 Keselamatan Kerja wajib Standard Teknik ggggggggggg K3 Listrik SNI 04-0225-2000 Terbaru PUIL 2000
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33. TANAH SISTEM PENGAMANAN “ ISOLASI LANTAI KERJA” ISOLASI LANTAI KERJA (R1) Kayu 75 kg Kain basah 27 x 27 Cm R1 = Rd ( V 1 /V 2 -1) Ohm R1 min. 50 kilo Ohm Pelat logam 25 x 25 x 0,2 Cm V V 2 V 1 Rd 3000
34.
35. L1 L2 L3 N PE Bila terjadi kegagalan isolasi, teganan suplai akan terputus karena alat proteksi bekerja otomatik 1. Sistem TT atau Pembumian Pengaman (PP) Membumikan titik netral di sumbernya dan membumikan pada BKT instalasi dan BKT perlengkapan listrik.
37. 2. Sistem IT atau Hantaran pengaman (HP) Tujuan pembumian : Bila terjadi arus bacor atau hubung singkat, arus akan tersalur ke bumi melalui penghantar pengaman sehingga arus meningkat dan pengaman akan terputus secara otomatik Fasa tunggal 3 kawat Penghantar Aktif Penghantar Nol/Netral Hantaran pengaman
39. WAKTU PEMUTUSAN SISTEM IT TEGANGAN (volt) WAKTU PEMUTUSAN (detik) 120-240 0,8 230/400 0,4 400/690 0,2 580’1000 0,1 5 0,8 0,4 0,2 N tdk terdistribusi N terdistribusi
40. 3. Sistem TN atau Pembumian Netral Pengaman (PNP) Fasa tunggal 3 kawat Nol & Ground dihubungkan
42. WAKTU PEMUTUSAN SISTEM TN TEGANGAN (volt) WAKTU PEMUTUSAN (detik) 120 0,8 230 0,4 277 0,4 400 0,2 > 400 0,1
43. M PENGAMAN HUBUNG PENDEK KELENGKAPAN PENGAMAN SIRKIT MOTOR PUIL 2000 Ayat 5.5.1.3 SARANA PEMUTUS PENGAMAN BEBAN LEBIH KENDALI PENGAMAN HUBUNG PENDEK
44. 4 MOTOR SANGKAR In.1 = 42 A MOTOR SEREMPAK In.2 = 54 A MOTOR ROTOR LILIT In.3 = 68 A MOTOR ROTOR LILIT In.4 = 68 A SETELAN MAK 2,5 In 1 = 105A 1,5 In 3 = 102A 2 In2 = 108A 1,5 In = 102A KHA. MIN. 1.25 In KHA. MIN. 1.25 (68) + 42 + 54 = 170,8A SETELAN MAK 108 + 42 + 68 = 218A SETELAN MAK 218 + 68 = 286 A PENGAMAN HUBUNG SINGKAT PUIL 2000 Ayat 556 1 2 3
45. KEMAMPUAN HANTAR ARUS KHA kabel listrik ditentukan oleh jenis bahan konduktornya dan ukuran penampangnya (Periksa tabel PUIL) SYARAT K3 KHA : MIN 1,25 X I nominal
48. 1 HYDRANT 2 SPRINGKLER 3 LIFT 4 PRESSURIZED FAN 5 EMERGENCY 6 MDB G MDB 1 2 3 4 5 6. Spare Suplai daya listrik untuk sarana keselamatan tidak beleh terganggu pada kondisi apapun
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN LISTRIK. Penolong harus mengamankan diri dahulu untuk menhindarkan pengaruh arus listrik, berada pada papan kering, kain kering, pakaian, alas yang serupa itu yang bukan logam (kayu, karet). Jika tidak mungkin kedua tangan penolong dibalut dengan kain kering, pakaian kering atau bahan serupa itu (kertas, karet). Pada saat memberikan pertolongan, penolong harus menjaga diri agar tubuhnya jangan bersentuhan dengan benda logam.
57.
58. Klasifikasi : Kelompok 1 : Instalasi untuk Utilitas bangunan, bila terputus tidak berpengruh langsung terhadap pasien Kelompok 1 E : Instalasi listrik untuk intalasi medik, yang berfungsi langsung dengan penderita, bila terputus dalam tempo kurang dari 10 detik harus segera mendapat catu daya pengganti khusus (CDPK) Kelompok 2 E : Instalasi listrik untuk intalasi medik berfungsi langsung dengan penderita, bila terputus harus langsung mendapat catu daya pengganti khusus (CDPK) ggggggggggg REF. K3 LISTRIK DI RUMAH SAKIT PUIL-2000 FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
59. Sistem distribusi listrik di rumah sakit Sumber Normal Sumber Emergency Baterai atau Motor Generator RUANG KELOMPOK 1 RUANG KELOMPOK 1E RUANG KELOMPOK 2E G < 10 dt < 0,5 dt
60. Instalasi listrik Ketel Uap Alat penerangan dan alat listrik lainya tidak diijinkan menggunakan tegangan lebih dari 50 Volt Jika digunakan kabel fleksibel harus berselubung karet atau berperisai logam fleksibel. Bila diperlukan tegangan lebih dari 50 V, maka bagian logam dari ketel uap harus dibumikan Jenis kabel yang digunakan harus berselubung karet dan berperisai logam PUIL 2000 Psl. 8.12
63. GENERATOR Ref. PUIL 2000 (5.5.1.1.) a. nama pabbrik pembuat b. tegangan pengenal c. arus beban pengenal d. daya pengenal e. freq, Jumlah fase, f. rpm g. suhu lingkungan > kenaikan suhu h. klas isolasi I. teg. kerja dan arus beban penuh j. lilitan k. daur kerja Tanda Pengenal (Plat nama)
64. GENERATOR (PEMBANGKIT LISTRIK) Ref. PUIL 2000 (5.5.1.1.) a. Pada saat beban dimasukan, teg turun mak 25% dan pulih 0,5 detik b. Kapasitas bahan bakar untuk 8 jam c. Pipa saluran bahan bakar harus terlindung dari panas dan mekanis d. Pipa saluran gas buang harus disalut shg suhu mak 70 o C e. Pelepasan gas buang pada sebelah sisih udara masuk f. Sistem pendinginan harus terjamin g. Pondasi harus dirancang dengan peredam getaran mesin h. Harus dipasang tanda peringatan PENGGERAK MULA G BEBAN
65. GENERATOR Ref. PUIL 2000 (5.6) 1. Harus diproteksi thd arus lebih 2. Mak 150 % > I beban penuh 3. Penghantar 115% > I beban penuh G
66. Gbr Rencana Prosedur Sertifikasi Alat / Instalasi Pasang (Instal) Dipakai/ Digunakan Aman Terkendali Riksa Uji Berkala Riksa/Uji Commissioning Commissioning Pengesahan Gbr Rencana Pengesahan Pemakaian
67.
68. A. Sertifikasi Alat / Instalasi 1. Listrik - Pengesahan Pembuatan Alat / Bahan - Pengesahan Pemasangan Instalasi - Sertifikat Penggunaan Alat / Instalasi 2. Penyalur Petir - Pengesahan Pembuatan Alat / Bahan - Pengesahan Pemasangan Instalasi - Sertifikat Penggunaan Alat / Instalasi 3. Pesawat Lift - Pengesahan Pembuatan Alat / Bahan - Pengesahan Pemasangan Instalasi - Sertifikat Penggunaan Alat / Instalasi Jenis Sertifikasi / Perijinan K3 Listrik
81. KONSEP PROTEKSI BAHAYA SAMBARAN PETIR PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG Dengan memasang instalasi penyalur petir pada bangunan Jenis instalasi : - Sistem Franklin - Sistem Sangkar Faraday - Sistem Elektro statik PERLINDUNGAN SAMBARAN TIDAK LANGSUNG Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan pada jaringan instalasi listrik (Arrester)
82. Instalasi penyalur petir yang tidak memenuhi syarat dapat mengundang bahaya Grounding tidak sempurna Berbahaya
83. Sistem Proteksi Petir Ref 1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02/Men/1989 tentang instalasi penyalur petir Berlaku untuk sistem proteksi eksternal / proteksi bahaya sambaran langsung 2. SNI 04- 0225 2000 (PUIL 2000) Sebagai rujukan untuk sistem proteksi internal / proteksi bahaya sambaran tidak langsunglangsung Instalasi penyalur petir yang tidak memenuhi syarat dapat mengundang bahaya ggggggggggg
84. INSTALASI PENYALUR PETIR PERMENAKER PER-02 MEN/1989 SISTEM FRANKLIN BAGIAN BAGIAN PENTING Sudut perlindungan 112 o Resistan pembumian mak 5 ohm PENERIMA (AIR TERMINAL) HANTARAN PEMBUMIAN (GROUNDING) HANTARAN PENURUNAN (DOWN CONDUCTOR)
88. Pengawasan K3 Instalasi Penyalur Petir PERMENAKER No. PER 02/MEN/1989 Tentang Instalasi Penyalur Petir Ruang lingkup : Sistem eksternal Jenis : konvensi onal & elektrostatik +++++++ +++++++++ +++++++ - - - - - - - - - - - - - - - - - -
89. INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR A : Peruntukan bangunan (-10 0 1 2 3 5 15) B : Struktur konstruksi ( 0 1 2 3 ) C : Tinggi bangunan ( 0 2 3 4 5 - 10) D : Lokasi bangunan ( 0 1 2) E : Hari guruh ( 0 1 2 3 4 - 7) R = A + B + C + D + E < 11 ABAIKAN = 11 KECIL = 12 SEDANG = 13 AGAK BESAR = 14 BESAR > 14 SANGAT BESAR PERTIMBANGAN PEMASANGAN INSTALASI PENYALUR PETIR
90. INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR A : Peruntukan bangunan Rumah tinggal : 1 Bangunan umum : 2 Banyak orang : 3 Instalasi gas,minyak, rumah sakit : 5 Gudang handak : 15 B : Struktur konstruksi Steel structure : 0 Beton bertulang, kerangka baja atap logam: 1 Beton bertulang, atap bukan logam : 2 Kerangka kayu atap bukan logam : 3 C : Tinggi bangunan
91. INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR C : Tinggi bangunan s/d 6 m : 0 12 m : 2 17 m : 3 25 m : 4 35 m : 5 50 m : 6 70 m : 7 100 m : 8 140 m : 9 200 m : 10
92. D : Lokasi bangunan Tanah datar : 0 Lereng bukit : 1 Puncak bukit : 2 E : Hari guruh per tahun 2 : 0 4 : 1 8 : 2 16 : 3 32 : 4 64 : 5 128 : 6 156 : 7 INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
93.
94. PROTEKSI PETIR SYSTEM INTERNAL Semua bagian konduktif dibonding Semua fasa jaringan RSTNG dipasang Arrester Bila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik semua kawat RSTN tegangannya sama tidak ada beda potensial GROUNDING ARRESTER RSTN RSTN
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103. Pesawat lift sebagai sarana transportasi vertikal yang dirancang dengan perangkat pengendali otomatik dari dalam kereta dan pada setiap lantai pemberhentian. Pengguna/penumpang lift hanya dengan tekan tombol dapat mengendalikannya menuju lantai yang dikehendaki; LIFT
104.
105.
106. Apabila terjadi sesuatu hal yang membahayakan, penumpang tidak dapat berbuat apa apa, Aspek kehandalan dan keselamatan penumpang merupakan faktor dasar dalam pertimbangan perancangan pesawat lift. LIFT
107. K3 LIFT Untuk menjamin kehandalan dan keamanan pesawat lift, telah ditetapkan syarat-syarat K3, Dasar : Undang undang No 1 th 1970; Peraturan Menaker No Per. 03/Men/1999 Kepmenaker No. : Kep 407/M/BW/1999
108. Dasar pertimbangan Pertimbangan teknis penetapan Peraturan K3 Lift (Perat. Menteri Tenaga Kerja No Per 03/Men/1999) adalah bahwa Pesawat lift dinilai mempunyai potensi bahaya tinggi, Pasal 25 Pengurus yang membuat, memasang, memakai pesawat lift dan perubahan teknis maupun administrasi harus mendapat ijin dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya. PENGENDALIAN K3 LIFT PERMENAKER NO : PER 03/MEN/1999
109.
110.
111.
112.
113.
114. GAMBAR RENCANA PEMASANGAN IJIN PEMASANGAN EVALUASI RIKSA UJI IJIN PEMAKAIAN OK OK RIKSA UJI BERKALA PEMAKAIAN MEKANISME PENGAWASAN K3
115.
116.
117.
118.
119. Ditetapkan Sebagai Standar Wajib Kep Menteri Energi & Sumber Daya Mineral No. : 2046 K/40/MEN/2001 Tanggal 28 Agustus 2001 Batas waktu penyesuaian 3 tahun Persyaratan Umum Instalasi Listrik Peluncuran perdana 24-10-2001 SNI 04-0225-2000 Terbaru PUIL 2000
120.
121. PABRIKASI LIFT DESAIN LIFT IJIN K3 PEMASANGAN LIFT DESAIN KONSTRUKSI PEMASANGAN LIFT IJIN K3 PEMAKAIAN LIFT AS BUILT DRAWING TEST & Commissioning PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN IJIN K3 PERIJINAN K3 LIFT (PERMENAKER : PER 03/MEN/1999)
122.
123. A. Sertifikasi Alat / Instalasi 1. Listrik - Pengesahan Pembuatan Alat / Bahan - Pengesahan Pemasangan Instalasi - Sertifikat Penggunaan Alat / Instalasi 2. Penyalur Petir - Pengesahan Pembuatan Alat / Bahan - Pengesahan Pemasangan Instalasi - Sertifikat Penggunaan Alat / Instalasi 3. Pesawat Lift - Pengesahan Pembuatan Alat / Bahan - Pengesahan Pemasangan Instalasi - Sertifikat Penggunaan Alat / Instalasi Jenis Sertifikasi / Perijinan K3 Listrik
124.
125. PENGHANTAR R S T BEBAN kW 1 NYY 4 x 15 3P.25 kW 2 NYY 4 x 15 3P.20 kW 3 NYY 4 x 15 3P.15 kW 4 NYY 3 x 4 - - 1P. 25 kW 5 NYY 3 x 4 - - IP. 20 kW 6 NYY 3 x 4 - - 1P. 15 kW 120 kW M1 M2 M3 M4 M5 M6 Case Study
126. Case Study W1 W1 : 5 A, W2 : 3A: W3 : 6 A KK 3 : 250V- 10 A KK1 : 250 V- 15 A MCB : 25 A KHA kabel 1,5 mm2 : 19 A 2,5 mm2 : 25 A W3 W2 KK 3 KK 1 25 A 2 x 2,5 mm2 2 x 1,5 mm2 2 x 1,5 mm2
127. Case Study W1 W3 W2 KK 3 KK 1 25 A 2 x 2,5 mm2 2 x 1,5 mm2 2 x 1,5 mm2 W tot. = 5 A + 6A + 6 A = 17 A KK 3 : 250V- 10 A (terbakar) KK1 : 250 V- 15 A (terbakar) MCB : tidak menjamin sbg pengaman (kabel panas MCB belum bekerja melebihi KHA kabel)
128. Dimaksudkan untuk mencegah atau memperbaiki kesalahan, penyimpangan, ketidaksesuaian, pelanggaran dan lainnya yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan Sistem Pengawasan Pengawasan
129. Sistem : desentralisasi Sifat : langsung & tidak langsung Mekanisme : - pertama - berkala/periodik - khusus - ulang Sistem Pengawasan K3
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136. Sekian & TERIMA KASIH UTAMAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ggggggggggg