Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Askep tuna rungu
1. BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Penyandang tunarungu merupakan individu yang unik, pada umumnya
memiliki potensi atau kekuatan yang dapat dikembangkan demi tercapainya keseimbangan,
keserasian dan berintekrasi terhadap lingkungan, apakah itu lingkungan keluarga, lingkungan
sekolahmaupun lingkungan masyarakat. Potensi tersebut akan dapat diarahkan dan
dikembangkan seoptimal mungkin. Hal ini tentu sangat erat keterkaitannya dengan bahasa
yang digunakan.Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting di dalam
berinteraksi denganorang lain. Selain itu, dengan bahasa manusia dapat mengemukakan
pendapatnya danmengekspresikan perasaannya.Tunarungu merupakan suatu kondisi
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau
tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Penyandang tuna rungu
adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang
disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran
sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa (Suryanah, 1996).
Pendengaran merupakan alat sensoris utama untuk berbicara dan berbahasa. Kehilangan
pendengaran sejak lahir atau sejak lahir atau sejak usia dini akan menyebabkankesulitan
dalam berbicara dan berkomunikasi sdengan orang lain secara lisan. Kehilangan pendengaran
pada seseorang juga berpengaruh pada perkembangan kognitifnya, karena itu penyandang
tunarungu mengalami kesulitan dalam memahami informasi yang bersifat verbal terutama
konsep-konsep yang bersifat abstrak yang memerlukan penjelasan. Pemahaman konsep dan
proses pembentukan pengertian betapa pun sederhananya diperlukanketerampilan berbahasa
yang memadai sebab bahasa merupakan alat berfikir. Penyandang tuna rungu mengalami
kesulitan dalam berbahasa secara lisan, oleh karena itu penyandang tuna rungu mengalami
kesulitan dalam mengikuti program pendidikan.
2. Salah satu permasalahn pada penyandang tunarungu yaitu minimnya pemahaman penyandang
tunarungu terhadap materi pelajaran, termasuk pada mata pelajaran matematika mengenai
operasi hitung perkali karena kurang berfungsinya indera pendengaran. Sebagian penyandang
tunarungu mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal perkalian matematika, selain itu
penyandang tunarungu yang mampu menyelesaikan soal perkalian merasa bosan dengan
cara penyelesaian yang lama. penyandang tunarungu mengalami hambatan dalam memahami
hal-hal yang bersifat abstrak karena keterbatasan persepsi dengarnya. Hal ini yang menyebabkan
penyandang tunarungu mengalami kesulitan menyelesaikan soal-soal matematika yang bersifat
abstrak.
BAB II
ANALISIS KEKUATAN DAN HAMBATAN PADA TUNA RUNGU
2.1 Kekuatan (Strength)
Berdasarkan jurnal penelitian di atas, maka kekuatan yang dimiliki oleh seorangtunarungu adalah
sebagai berikut :
a.Positive thinking (Berpikir positif)
Tuna rungu merupakan suatu kondisi kekurangan atau kehilangan kemampuanmendengar
yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pendengaran. Tunarungu tidak
akan pernah mendengar pengaruh buruk dimasyarakat, baik dari interaksi social seperti
cemoohan, gossip, kata-kata kasar maupun dari pengaruh media televisi sehingga pemikirannya
tidak akanterkontaminasi. Hal ini merupakan kekuatan yang dimiliki oleh orang
dengankecacatan (impairment) selain tunarungu. Selain itu, perawat akan lebih mudahmasuk ke
dalam kehidupannya.
b. Diam dan Lebih Banyak Berpikir Tunarungu memiliki keterbatasan kosa kata dikarenakan
ketidakmampuan dalammenerima stimulus bahasa sejak masa anak. Tunarungu akan cenderung
diam.Diam merupakan kesempatan yang besar baginya untuk berpikir. Sehingga,sebagian besar
waktunya akan dihabiskan untuk memberikan kesibukan diri seperti belajar, membaca buku,
3. browsing, dan sebagainya. Hal ini dapat mengasah otak kirinya yang salah satunya adalah
kemampuan matematika.
2Hambatan
Hambatan yang dihadapi oleh seorang tunarungu adalah Sulit berkomunikasiAsuhan
keperawatan terdiri dari pengkajian sampai evaluasi. Meskipun saat pengkajian dapat dilakukan
dengan pendekatan data dari orang terdekat, sepertiorangtua, namun saat implementasi, perawat
tetap berhadapan langsung dengan klien.Solusi yang dapat dilakukan adalah pelatihan khusus
bagi perawat agar mampu
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK TUNA RUNGU
3.1 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan anomaly kongenital, harapanyang tidak
terpenuhi
2.Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan perlambatan dalam pemenuhantugas
perkembangan danperilaku atau nilai sosial yang tidak diterima.
3.2 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan 1 :Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan anomali congenital
dan harapanyang tidak terpenuhi.
NOC : Harga diri
Kriteria Hasil :
1.Mengungkapkan penerimaan diri
2.Komunikasi terbuka
3.Mengetahui kekuatan diri
4.Melakukan perilaku yang dapat meningkatkan kepercayaan diri
NIC : Peningkatan harga diri
1.Pantau frekuensi pengungkapan diri yang negatif
2.Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan dukungannya terhadap perkembangan
konsep diri yang positif pada anak.
4. 3.Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien.
4.Tekanan kekutan diri yang dapat diidentifikasi oleh pasien
5.Berikan penghargaan atau pujian terhadap perkembangan pasien dalam pencapaintujuan
6.Bantu pasien mengidentifikasi dampak teman sebaya terhadp perasaan penghargaan terhadap
diri.
Diagnosa Keperawatan 2 :Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan perlambatan dalam
pemenuhantugas perkembangan dan perilaku atau nilai sosial yang tidak diterima.
NOC : Keterlibatan Sosial
Kriteria Hasil :
1.Melaporkan adanya interaksi dengan teman dekat, tetangga, anggota keluarga.
2.Memulai berhubungan dengan orang lain.
3.Mengembangkan hubungan satu sama lain.
4.Mengembangkan keteramplan sosial yang dapat mengurangi isolasi.
5.Melaporkan adanya peningkatan dukungan sosial.
NIC : Peningkatan Sosialisasi
1.Dentifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada perasaan isolasisosial.
2.Dukung hubungan dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan dan tujuanyang sama.
3.Dukung usaha-usaha yang dilakukan pasien, keluarga dan teman-teman untuk berinteraksi.
4.Kurangi stigma isolasi dengan menghormati martabat pasien.
5.Berikan umpan balik tentang peningkatan dalam penampilan diri, atau aktivitaslainnya.
6.Anjurkan sabar dalam membangun hubungan baru.
7.Anjurkan menghargai hak orang lain.
8.Gunakan teknik bermain peran untuk meningkatkan keterampilan dan teknik berkomunikasi.
9.Kaji pola interaksi pasien dengan orang lain
5. DAFTAR PUSTAKA
Matematika Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
. Sleman : KTSPDelphie, Bandi.2009.
Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan Inklusi
, Sleman : KTSPHariwijaya.2009.
Meningkatkan Kecerdasan Matematika
. Yogyakarta : TuguHeruman.2010.
Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar.
Bandung : RosdaJihad, Asep dan Abdul Haris.2009.
Evaluasi Pembelajaran
. Yogyakarta : Multi PressKurikulum Pendidikan Luarbiasa. 2006.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB- B
. Jakarta : Departemen Pendidikan dan KebudayaanLutfiana, W.D.2010.
Peningkatan Kemampuan Berhitung Perkalian Cepat Melalui Metode Jarimagic Pada Siswa
Kelas IV SDN Kesamben Blitar
. Malang : Skripsi SarjanaKependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah UNM. Tidak
diterbitkanRasvianty, V.2009.
Penerapan Polamatika Pada Operasi Perkalian Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Tunarungu.
Bandung : Skripsi. Tidak diterbitkanRiyanto, Yatim.2007.
Metode Penelitian dan Penilaian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif
. Surabaya : Unesa University PressRochyadi, Endang.2005.
Pengembangan Program Pembelajaran Individu Bagi Anak Tunagrahita.
Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan TinggiSaleh, Samsubar. 1996.
Statistik Non Parametrik Edisi 2.
Yogyakarta : BPFESomantri, Sutjihati.2007.
Psikologi Anak Luar Biasa
. Bandung : Refika AditamaSudjana, Nana.2001.
Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar
. Bandung : RemajaRosdakaryaSudjana, Nana.2009.
Penelitian dan Penilaian Pendidikan
6. . Bandung : Sinar Baru AlgesindoSunaryo.2007.
Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus
. Jakarta : Direktorat JendralPendidikan TinggiSusilowati, Ina.2009.
Penggunaan Math Trick Pada Operasi Perkalian Untuk Meningkatkan Kemampuan Hitung
Anak Tunarungu.
Bandung : Skripsi PLB UPI. Tidak diterbitkanWahyudi, Ari, 2009.
Metodelogi Penelitian Pendidikan Luar Biasa.
Surabaya : UnesaUniversity Perss.