SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 11
Descargar para leer sin conexión
Abstract
Pantai Baru merupakan salah satu tujuan wisata pantai yang ada di Kecamatan srandakan, desa
poncosari ,dusun ngentak, Kabupaten Bantul. Dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai
Baru selain menguntungkan para pedagang kuliner yang berjualan juga menimbulkan efek lain yaitu masalah
sampah sisa-sisa makanan dari para wisatawan. Masalah lain di kawasan Pantai Baru sendiri adalah
banyaknya daun-daun cemara udang yang berguguran di kawasan pantai yang merusak kenyamanan dan
keindahan pantai. Sampah daun-daun cemara udang kemudian dibakar, sedangkan sisa-sisa makanan
dibiarkan hingga menyebabkan bau yang kurang sedap di sekitar kawasan Pantai Baru, yang mengakibatkan
tercemarnya lingkungan dan memberikan suatu dampak yang kurang baik bagi lingkungan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk, 1.Mengurangi kuantitas sampah dan limbah yang di sebabkan
oleh daun cemara udang di kawasan Pantai Baru, 2.Memanfaatkan limbah dan sampah daun cemara udang
yang dihasilkan pada kawasan Pantai Baru menjadi kompos dan 3.Mengetahui variasi campuran bioactivator
yang lebih efektif untuk mempercepat proses pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos daun cemara
udang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan proses pengomposan daun cemara udang di
kawasan Pantai baru, mampu mengurangi volume timbulan sampah sebesar 77% dan mengurangi berat
timbulan sampah sebesar 61%. Proses pengomposan daun cemara udang dengan dekomposer kotoran sapi
dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas kompos, dilihat dari tercapainya kestabilan suhu dan C/N rasio.
Pada kisaran variabel yang diteliti diperoleh hasil optimal pada saat perlakuan SD1 (3,5%) dengan
perbandingan campuran bahan kompos 1:5 dan bioactivator diperlukan waktu pengomposan selama 31 hari,
dengan rasio C/N sebesar 23,01. Pengolahan sampah akan memberikan perbaikan dalam kebersihan
lingkungan di kawasan Pantai baru sebanyak 55% dan perbaikan pelayanan sampah sebanyak 65%.
Pengolahan sampah akan memberikan manfaat positif sebanyak 80% tidak terjadinya penumpukan sampah
dan sebanyak 20% memberikan edukasi kepada masyarakat Kawasan Pantai Baru. Pengolahan sampah
selama ini di kawasan Pantai Baru belum sesuai dengan metode dan teknik pengolahan sampah yang
berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
Sejarah:
Diterima 10 Mei 2010
Diterima revisi 2 Juni 2010
Disetujui 2 Juli 2010
Tersedia online 1 Agustus 2010
Keywords:
Pengomposan
Kawasan Pantai Baru
Zero Waste
Daun Cemara Udang
PENGOMPOSAN DAUN CEMARA UDANG
SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAWASAN ZERO WASTE
DI PANTAI BARU KABUPATEN BANTUL
Ahmad Darmawi1
,Arif Kusumawanto2
,Ria Millati3
1
Magister Teknik Sistem, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
2
Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
3
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Korespondensi : a_darmawi@yahoo.com
1. Pendahuluan
Lingkungan pantai merupakan suatu kawasan yang
spesifik, dinamis, kaya keanekaragaman hayati dan
banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan pantai
ini sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai
kawasan wisata, budaya, pertanian, pertambangan,
perikanan dan laboratorium alam bagi kepentingan
ilmiah (Wibowo, 2011). Pantai Baru merupakan salah
satu tujuan wisata pantai yang ada di Kecamatan
Srandakan, desa Poncosari ,dusun Ngentak, Kabupaten
Bantul. Secara astronomi keberadaan kacamatan
srandakan terletak di 110
0
14’ 46” Bujur Timur dan 07
0
56’ 20” Lintang Selatan. Berdasarkan posisi geografisnya
kecamatan srandakan terletak dibagian paling barat daya
dari wilayah Kabupaten Bantul. Luas wilayah 18,32 km2,
panjang pantai 4,5 km dengan ketinggian 2 – 7 dari
permukaan laut. Selain menikmati alam pantai,
pengunjung juga dapat menenikmati kuliner, aneka sajian
ikan laut segar. Puluhan warung atau gazebo dengan
masakan khas masing-masing siap melayani pengunjung.
Daya tarik lainnya sebagai daerah pantai di Pantai Baru
adalah pohon cemara udang (casuarina equisetifolia l)
yang merindangi sepanjang pantai sehingga membuat
suasana semakin teduh.
Pohon cemara udang tahan terhadap garam, sehingga
pohon ini digunakan sebagai pengendali erosi di daerah
pantai (Irwanto ,2006). Manfaat lain sebagai bahan pulp,
kayu perkakas, naungan / peneduh, tanaman hias,
reklamasi lahan, dan memperbaiki tanah. Dengan adanya
wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Baru
selain menguntungkan para pedagang kuliner yang
berjualan juga menimbulkan efek lain yaitu masalah
sampah sisa-sisa makanan dari para wisatawan. Masalah
lain di kawasan Pantai Baru sendiri adalah banyaknya
daun-daun cemara udang yang berguguran di kawasan
pantai yang merusak kenyamanan dan keindahan pantai.
Saat ini pengelolaan sampah dan limbah yang
ditimbulkan dari sisa-sisa makanan dan daun-daun
cemara udang yang berguguran hanya dikelola dengan
cara ; kumpul – angkut – buang. Sampah daun-daun
cemara udang kemudian dibakar, sedangkan sisa-sisa
makanan dibiarkan hingga menyebabkan bau yang
kurang sedap di sekitar kawasan Pantai Baru, yang
mengakibatkan tercemarnya lingkungan dan memberikan
suatu dampak yang kurang baik bagi lingkungan.
Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu adanya
solusi yang tepat untuk merubah perilaku masyarakat
dengan memberikan penyelesaian secara nyata
bagaimana memanfaatkan limbah dan sampah yang
mencemari kawasan Pantai Baru, menjadi lebih berdaya
guna dan memberikan dampak positif terhadap kawasan
pantai, sehingga akan tercipta kawasan zero waste. Salah
satu cara adalah dengan pengomposan daun cemara
udang, dimana dengan pengomposan tersebut secara
nyata akan mengurangi kuantitas sampah daun cemara
udang dan secara kualitas akan memberikan manfaat
terhadap lingkungan dengan menggunakan pupuk
kompos daun cemara udang pada kawasan Pantai Baru.
2. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Pantai Baru
Kecamatan srandakan dusun Ngentak, Desa Poncosari,
Kecematan Bantul , Yogyakarta. Waktu penelitian dimulai
pada bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Juli 2013.
Pemisahan sampah organik dan anorganik dilakukan di
kawasan Pantai Baru. Analisis bahan baku kompos di CV.
Chem-Mix Pratama, Kretek, Jambidan, Banguntapan,
Bantul, Yogyakarta. Analisis hasil proses pengomposan di
Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Yogyakarta (BPTP), Wedomartani, Ngemplak, Sleman,
Yogyakarta. Uji aktivasi enzim selulase di laboratorium
Bioteknologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Gadjah Mada.
Pengukuran dan Perhitungan Timbulan Sampah
Pengukuran dan perhitungan timbulan sampah harus
mengikuti ketentuan sebagai berikut (SNI, 1994):
1. Satuan yang digunakan dalam pengukuran timbulan
sampah adalah adalah :
a. Volume basah (asal) : Liter / unit / hari
b. Berat basah (asal) : Kilogram / unit / hari
2. Satuan yang digunakan dalam pengukuran
komposisisi sampah adalah dalam % berat basah /
asal ;
3. Jumlah unit masing-masing lokasi pengambilan
timbulan sampah (u), yaitu pengelola warung makan
di kawasan Pantai Baru.
4. Metode pegukuran timbulan sampah, yaitu :
a. Sampah terkumpul diukur volume dengan wadah
pengukur 50 x 40 x 32 cm dan ditimbang
beratnya ; dan atau
b. Sampah terkumpul diukur dalam bak pengukur
besar 50 x 40 x 32 cm dan ditimbang beratnya ;
kemudian dipisahkan berdasarkan komponen
komposisi sampah dan ditimbang beratnya.
5. Perhitungan besaran timbulan sampah di kawasan
Pantai Baru berdasarkan lokasi pengambilan yaitu :
a. Volume sampah yang diukur (Vs) = Liter
b. Berat sampah yang diukur (Bs) = Kg
c. Jumlah unit penghasil sampah (u) = Jiwa
Jadi :
( Vs/u) = Liter/Jiwa
(Bs/u) = Kg / Jiwa
6. Cara pengerjaan pengambilan dan pengukuran
contoh adalah sebagai berikut:
 tentukan lokasi pengambilan contoh;
 tentukan jumlah tenaga pelaksana;
siapkan peralatan;
 laksanakan pengambilan dan pengukuran
timbulan sampah sebagai berikut:
 bagikan kantong plastik yang sudah diberi
tanda kepada sumber sampah 1 hari sebelum
dikumpulkan;
 catat jumlah unit masing-masing penghasil
sampah;
 kumpulkan kantong plastik yang sudah terisi
sampah;
 angkut seluruh kantong plastik ke tempat
pengukuran;
 timbang kotak pengukur;
 tuang secara bergiliran contoh tersebut ke
kotak pengukur 50 x 40 x 32 cm (64 liter);
 hentak 3 kali kotak contoh dengan
mengangkat kotak setinggi 20 cm. Lalu
jatuhkan ke tanah;
 ukur dan catat volume sampah (Vs);
 timbang dan catat berat sampah (Bs);
Proses Pengomposan Daun cemara Udang
1. Daun cemara udang (kg) , kotoran sapi (kg) dan
Bioactivator (%) berat dicampur dengan
menggunakan perbandingan berat
2. Masukkan variasi campuran kedalam setiap
tangki komposter yang telah disediakan.
3. Dilakukan pendiaman dan perlakuan
pengomposan yang standar.
4. Mencatat perubahan suhu dan pH yang terjadi
pada tangki komposter setiap hari.
5. Setiap 3 hari dilakukan proses pembalikan
kompos.
6. Melakukan analisa N, P dan K setelah kompos
jadi.
7. Membuat kesimpulan.
Gambar 1. Diagram Alur Pengomposan
Uji Aktivitas Enzim Selulase pada Bioactivator
Untuk mengetahui seberapa besar aktivitas enzim
selulase yang ada pada bioactivator (starter) dilakukan uji
aktivasi enzim selulase dengan menggunakan media dan
teknik sebagai berikut :
1. Media
media yang digunakan pada penelitian ini adalah
media PDA dan media Mandels. Media PDA
dipergunakan sebagai media penyimpanan
mikroorganisme. Komposisi PDA terdiri dari 250 gram
kentang, 20 gram glukosa D (+) glucose wako 041-
00595 dan 17,5 gram agar. Kentang yang telah
dipotong tipis direbus dengan 500 ml air hingga
mendidih, kemudian disaring sehingga didapatkan
ekstrak kentang. Ekstrak kentang ditambah glukosa
dan agar, selanjutnya ditambahkan air hingga volume
1 liter. Media yang digunakan untuk mengetahui
seberapa banyak produksi enzim selulasenya, adalah
media Mandels dengan sumber karbon selulosa,
komposisinya terdiri dari mandels mineral salts
solution yaitu : urea (0,3 g/l), (NH4)SO4 (1,4g/l),
KH2PO4 (2,0 g/l), CaCl2.2H2O (0,4g/l), FeSO4.7H2O
(5,0 mg/l), MnSO4.7H2O (1,6 mg/l), ZnSO4.7H2O (1,4
mg/l), CMC 1 %, agar 1,5 %, Congo red 1%.
2. Teknik yang digunakan
 Starter yang berbentuk serbuk diambil sebanyak
1 gram, lalu diencerkan dengan menggunakan
larutan tween 80 (0,05%) hingga mencapai 100
ml.
 Mengambil 1 ml starter dari larutan 1 untuk
diencerkan dengan menggunakan tween 80
(0,05%) hingga mencapai 10 ml.
 Mengambil 0,1 ml starter dari larutan 2,
kemudian inokulasikan pada medium PDA
secara spread plate.
 Inkubasikan pada suhu 30 °C selama 3-4 hari.
 Amati koloni jamur yang terbentuk.
 Kultur jamur yang terbentuk diisolasi kemudian
diinokulasi dengan cara menitikkan suspensi
spora sebanyak 107/ml pada cawan petri yang
mengandung medium Mandels.
 Inkubasi pada suhu 30
o
C selama 2 hari.
 Tuangi dengan larutan Congo red 1 % ,
digoncang selama 15 menit.
 Larutan Congo red kemudian dibuang dan
diganti dengan menggunakan NaCl 1 N
kemudian digoncang kembali selama 156 menit.
 Selanjutnya NaCl dibuang dan diganti dengan
larutan NaOH 1 N.
 Amati zona jernih yang terbentuk dan hitung
berapa diameter zona jernih yang terbentuk.
 Zona jernih dihitung dengan menggunakan
rumus :
( )
DZJ = Diameter Zona Jernih
DKT = Diameter Koloni yang Terbentuk
 Semakin lebar zona jernih yang terbentuk
semakin banyak enzim selulase yang terbentuk.
3. Hasil dan Pembahasan
Sumber dan Timbulan Sampah
Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik
sampah merupakan hal yang sangat menunjang dalam
menyusun sistem pengelolaan persampahan di suatu
wilayah. Data tersebut harus tersedia agar dapat disusun
suatu alternatif sistem pengelolaan sampah yang baik.
Jumlah timbulan sampah ini biasanya akan berhubungan
dengan elemen-elemen pengelolaan sampah antara lain
(Damhuri dan Padmi, 2010):
a. Pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat
pengumpulan, dan pengangkutan
b. Perencanaan rute pengangkutan
c. Fasilitas untuk daur ulang
d. Luas dan jenis TPA.
Kondisi yang terjadi di kawasan Pantai Baru sudah
memiliki elemen-elemen pengelolaan sampah, akan
tetapi kesemua elemen tersebut tidak berjalan secara
maksimal, berdasarkan data yang penulis dapatkan dan
observasi dilapangan, adanya wadah, alat pengumpulan
dan pengangkutan sampah masih dilakukan secara
manual, rute pengangkutan hanya sebatas di kawasan
Pantai Baru saja sehingga masih banyak terdapat
sampah-sampah yang belum tertangani secara baik,
dikawasan tersebut belum memiliki fasilitas untuk daur
ulang serta TPA yang ada hanya berupa tempat
penampungan yang terbuat dari semen persegi yang
kondisnya tidak di gunakan secara maksimal dan kumuh.
Pengukuran Timbulan Sampah Daun Cemara Udang
Pengambilan contoh timbulan sampah daun cemara
udang ini dilakukan selama delapan hari berturut-turut
pada lokasi yang sama sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI, 1994). Dari hasil pengukuran contoh
timbulan sampah daun cemara udang di kawasan Pantai
Baru, dapat di hitung jumlah volume rata-rata dan berat
rata-rata daun cemara udang yang dihasilkan. Hasil
pengukuran timbulan sampah daun cemara udang pada
luas lokasi tersebut untuk volume rata-rata timbulannya
sebesar 264 liter/hari, sedangkan berat rata-rata
timbulan sampah daun cemara udang sebesar 15,25
Kg/hari.
Gambar 2. Timbulan daun cemara udang
Volume contoh timbulan daun cemara udang pada
Gambar 2. sangat besar terjadi pada hari sabtu yaitu
sebesar 410 liter dikarenakan kondisi pada saat dilkaukan
pengambilan contoh timbulan sampah daun cemara
udang dilapangan turunnya hujan selama 25 menit, dan
volume sangat kecil pada hari minggu yaitu sebesar 178
liter pada kondisi cuaca normal. Sedangkan berat contoh
timbulan daun cemara udang sangat besar terjadi pada
hari sabtu sebesar 23,7 Kg dan berat contoh timbulan
daun cemara udang sangat kecil pada hari minggu
sebesar 10,2 Kg.
Gambar 3. Jumlah pohon daun cemara udang
Gambar 4. Timbulan sampah daun cemara udang
setiap area
Area pengukuran 5 merupakan pohon cemara
udang paling banyak yaitu 90 pohon, dengan volume
timbulan sebesar 594 liter dan berat timbulan sebesar
34,31 kg. Area pengukuran 10 terdapat pohon cemara
udang paling sedikit yaitu 36 batang, dengan volume
timbulan sebesar 238 liter dan berat timbulan sebesar
13,73 kg. Berdasarkan data pengukuran timbulan sampah
daun cemara udang setiap area pengukuran maka
didapatkan total jumlah volume serta berat timbulan
sampah daun cemara udang perhari di kawasan Pantai
Baru Kabupaten Bantul sebesar 4.792 liter dan 276 kg.
Pengukuran Timbulan Sampah Warung Makan
Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan yang
dilakukan selama penelitian terdapat 78 bangunan kios
dan warung makan yang berada dalam kawasan Pantai
Baru. Pada kenyataannya tidak seluruh kios dan warung
makan menjalankan usahanya setiap hari. Pada saat
pengambilan data primer ini dilakukan hanya didapati ±
12 kios dan warung makan saja membuka usahanya pada
hari senin – jumat, sedangkan untuk hari sabtu dan
minggu terdapat ± 58 kios dan warung makan.
Pengambilan data volume (liter) dan berat (kg) timbulan
sampah yang dihasilkan dari tiap kios dan warung makan
untuk mendapatkan data timbulan sampah perharinya
peneliti mengambil 5 warung makan dari ±12 kios dan
warung makan yang membuka usahanya. Dimana setiap
harinya warung makan yang peneliti ambil datanya
menjalankan usah warung makannya antara pukul 08.00
– 19.00 Wib. Pada (Lampiran 3) diberikan data
pengambilan timbulan sampah yang dihasilkan oleh lima
warung makan selama delapan hari secara berurutan
(SNI, 1994) .
Gambar 5. Timbulan sampah warung makan
Volume contoh timbulan sampah warung makan
Gambar 5. sangat besar terjadi pada hari senin yaitu
sebesar 404 liter dikarenakan pada hari minggunya
merupakan hari libur sehingga didapati begitu banyak
pengunjung yang datang dan hadir bersama keluarganya
untuk berwisata dan makan di kawasan Pantai Baru.
Volume contoh timbulan sampah warung makan sangat
kecil pada hari selasa yaitu sebesar 45 liter karena
pengunjung dan wisata relatif berkurang pada hari
tersebut. Sedangkan berat contoh timbulan sampah
warung makan sangat besar terjadi pada hari minggu
sebesar 48,7 Kg dan berat contoh timbulan sampah
warung makan sangat kecil pada hari selasa sebesar 5,3
Kg.
Komposisi Sampah di Kawasan Pantai Baru Kabupaten
Bantul
Pengelompokan berikutnya yang juga sering
dilakukan adalah berdasarkan komposisinya, misalnya
dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau
% volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik,
logam, kaca, kain, makanan, dan lain-lain. Tabel 1
menggambarkan tipikal komposisi sampah di kawasan
Pantai Baru. Menurut (Damhuri dan Padmi, 2010)
komposisi dan sifat-sifat sampah menggambarkan
keanekaragaman aktivitas manusia yang berada salam
kawasan Pantai Baru. Komposisi sampah yang
ditampilkan pada tebel dibawah ini adalah sampah daun
cemara udang dan sampah dari warung makan yang
dikumpulkan pada selang waktu pengukuran selama 8
hari, sehingga didapatkan komposisi sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi sampah Kawasan Pantai Baru
Gambar 6. Komposisi volume dan berat sampah daun
cemara udang di Kawasan Pantai Baru
Gambar 6. menjelaskan bahwa sampah organik seperti
komposisi berat dan volume timbulan sampah lebih
bersifat untuk mempermudah pengertian umum, untuk
menggambarkan komponen sampah yang cepat
terdegradasi (cepat membusuk), terutama yang berasal
dari sisa makanan. Sampah yang membusuk (garbage)
adalah sampah yang dengan mudah terdekomposisi
karena aktivitas mikroorganisme.
Uji Aktivitas Enzim Selulase
Uji aktivitas enzim selulase pernah dilakukan oleh
Zaman (2005) yang menguji aktivitas enzim selulase pada
beberapa mikrobia selulolitik dengan media Tandan
Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan menyimpulkan bahwa
kisaran rasio diameter zona jernih pada media Mandels
antara 1,86 – 3,22 cm. Munawaraton (2010) melakukan
uji aktivitas enzim selulase dari jamur Tricoderma sp, dan
didapatkan zona jernih jamur sebesar 2,43 cm, dimana
kisaran angka ini termasuk dalam aktifitas jamur yang
baik. Hal ini dibuktikan dengan lama proses
pengomposan yang memakan waktu hanya 3 minggu
untuk perlakuan pemberian Tricoderma sp 5% dan 7,5.
Rokhima (2010) dari hasil analisa diperoleh rasio
diameter zona jernih sebesar 1,55, penelitian ini
menyatakan bahwa enzim selulase dari mikrobia yang
terdapat dalam orgadec ini jauh lebih kecil dibandingkan
dari hasil uji enzim selulase kedua penguji sebelumnya.
Gambar 7. Jona jernih medium CMC
Gambar 7. Menyatakan aktivitas enzim selulase
media mandels, dengan diameter zona jernih total 9,5 cm
dan diameter koloni yang terbentuk 2,6 cm, maka
didapatkan diameter zona jernih media mandels sebesar
2,65 cm. Aktivitas enzim selulase dapat juga dinyatakan
dengan luas per jam (cm2 /jam). Luas didapatkan dari
zona jernih total dengan koloni yang terbentuk berupa
lingkaran, sedangkan waktu menyatakan lamanya aktivasi
enzim selulase pada saat perlakuan dilaboratorium.
Berdasarkan data dan keterangan diatas maka dapat
dinyatakan bahwa Aktivitas Enzim Selulase Media
Mandels rata-rata adalah sebesar 0,78995 cm2/Jam.
Pengomposan
Pada proses pengomposan, suhu merupakan salah
satu syarat untuk terjadinya proses pertumbuhan
mikroorganisme serta menjadi indikator bahwa proses
pengomposan yang dilakukan berlangsung dengan baik.
Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah
bahan-bahan mentah dicampur.
Gambar 8. Grafik perubahan suhu bahan kompos
1:3 dan konsentrasi bioactivator
Gambar 8. Memberikan tahap penghangatan
untuk SD1 hari ke-1 sampai hari ke-3 sebesar 29
0
C -38
0
C,
SD2 hari ke-1 sampai hari ke-6 sebesar 31
0
C – 36
0
C, SD3
pada hari ke-1 sebesar 30
0
C dan SD4 pada hari ke-1
sebesar 29
0
C. Tahap suhu puncak untuk SD1 suhu puncak
terjadi pada hari ke-4, SD2 suhu puncak terjadi pada hari
ke-7, SD3 suhu puncak terjadi pada hari ke-2 dan SD4
suhu puncak terjadi pada hari ke-2. Tahap pematangan
kompos untuk SD1 mulai hari ke-20 dengan suhu konstan
29
0
C, SD2 mulai hari ke-19 dengan suhu konstan 30
0
C,
SD3 mulai hari ke-20 dengan suhu konstan 30
0
C dan SD4
mulai hari ke-20 dengan suhu konstan 29
0
C.
Untuk perbandingan bahan kompos dan
konsentrasi bioactivator 1:5, 1:7 dan 1:9, sedangkan
ketiga suhu kritis proses pengomposan yang terjadi
dalam penelitian ini di tampilkan pada Tebel 2. Dibawah
ini ;
Tabel 2. Profil waktu mencapai titik kritis suhu
semua perbandingan bahan kompos dan konsentrasi
bioactivator
Menurut Hartutik, dkk (2009) kenaikan suhu di
awal pengomposan terjadi karena adanya aktivitas
mikroba dalam mendekomposisi bahan organik dengan
oksigen sehingga menghasilkan energi dalam bentuk
panas, CO2, dan uap air. Panas yang ditimbulkan akan
tersimpan dalam tumpukan, sementara di bagian
permukaan terpakai untuk penguapan. Panas yang
terperangkap dalam tumpukan akan menaikkan suhu
tumpukan. Dalam proses pengomposan diperlukan
adanya pembalikan, pembalikan tersebut dimaksudkan
untuk menghindari terjadinya akumulasi panas sehingga
proses pengomposan kurang berjalan secara maksimal.
Perubahan pH
Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas
mikroorganisme adalah pH, sehingga nilai pH merupakan
indikator yang baik bagi aktivitas mikroorganisme.
Mikroorganisme berkembang biak dan melakukan
metabolisme pada kondisi dan kisaran pH tertentu.
Pengukuran pH tumpukan kompos dilakukan setiap pagi,
CMC
Zona Jernih
Koloni
siang, dan sore hari untuk mengetahui apakah proses
pengomposan berjalan dengan baik. Menurut Zaman dan
Sutrisno (2007), proses yang terjadi pada awal
pengomposan adalah dekomposisi bahan-bahan organik
yang kompleks dan bersifat reaktif seperti gula, tepung,
karbohidrat, lemak menjadi asam organik
sederhana,karbondioksida, air dan amoniak.
Gambar 9. Grafik perubahan pH pengomposan bahan
kompos 1:3 dan bioactivator
Gambar 9. Menunjukan perubahan pH
pengomposan dengan perbandingan bahan kompos dan
konsentrasi bioactivator 1:3, terlihat bahwa profil pH
pada tahap-tahap pengomposan. Tahapan pH bersifat
asam, tahapan pH bersifat basa dan tahapan pH
medekati netral. pH bersifat asam untuk SD1 hari ke-1
sampai hari ke-14 sebesar 6,8 - 6,9 ; SD2 hari ke-1 sampai
hari ke-25 sebesar 6,8 – 6,9; SD3 pada hari ke-1 sampai
hari ke-12 sebesar 6,6 – 6,9 dan SD4 pada hari ke-1
sampai hari ke-12 sebesar 6,6 – 6,9. Tahap pH bersifat
basa untuk SD1 hari ke-17 sampai dengan hari ke-22
sebesar 7,1 – 7,2 ; SD2 hari ke-26 sampai hari ke-30
sebesar 7,1-7,3; SD3 hari ke-17 sampai hari ke-21 sebesar
7,1 – 7,3 dan SD4 hari ke-16 sampai hari ke-33 sebesar
7,1 – 7,3. Tahap pH mencapai netral untuk SD1 pada hari
ke-22, untuk SD2 hari ke-31, untuk SD3 hari ke-22 dan
SD4 hari ke-34.
Untuk perbandingan bahan kompos dan
konsentrasi bioactivator 1:5, 1:7 dan 1:9, kondisi asam
dan kondisi normal proses yang terjadi dalam penelitian
ini di tampilkan pada Tebel 3.
Tabel 3. . Profil pH mencapai kondisi asam, kondisi basa
dan kondisi normal semua perbandingan bahan kompos
dan konsentrasi bioavtivator
Proses pengomposan terjadi pada kisaran pH 5.5 - 9.
Proses pengomposan akan menyebabkan perubahan
pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai
contoh, proses pelepasan asam secara temporer atau
lokal akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman),
sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang
mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-
fase awal pengomposan. Kadar pH kompos yang sudah
matang biasanya mendekati netral (Epstein, 1997).
Rasio C/N
Jika merujuk pada standarisasi kompos yang
tertuang dalam SNI Pupuk Nomor 19-7030 Tahun 2004,
dimana rentang rasio C/N adalah 10 -20, maka dari 16
perlakuan ini tidak ada yang masuk SNI. Tetapi jika
merujuk pada hasil pembahasan para pakar di lingkup
Puslitbangtanak, Direktorat Pupuk dan Pestisida, IPB
Jurusan Tanah, Depperindag, serta Asosiasi Pengusaha
Pupuk dan Pengguna dimana rentang rasio C/N adalah 10
– 25 ( Suriadikarta, 2010) maka perlakuan SD1(3,5%)
untuk perbandingan bahan kompos dengan bioactivator
1:5 dengan rasio C/N sebesar 23,01 masuk dalam
standar. Hal ini menunjukan bahwa selama proses
pengomposan terjadi penurunan kadar karbon dan kadar
nitrogen relativef tetap. Mikrobia membutuhkan energi
untuk pertumbuhannya, didapat melalui pembongkaran
komponen karbon sampah organik. Sebagian
derivatderivat senyawa hasil pembongkaran tersebut
dijadikan biomassa sel bersama nitrogen, sebagian besar
lainya dilepaskan sebagai CO2, air dan panas sehingga
menyebabkan penurunan karbon. Nitrogen hanya
mengalami transformasi menjadi bentuk lain terutama
komponen pengatur pertumbuhan dan metabolism sel.
Apabila sel mati maka komponen bernitrogen dari sel
tersebut didegradasi dan digunakan kembali oleh sel
yang baru ( Tuomela, 2000).
Penyusutan Bahan Organik
Dalam proses pengomposan, bahan organik
akan mengalami penyusutan 30 -50 % dari keadaan awal
(Yuwono D, 2005). Untuk mengetahui besarnya
penyusutan bahan organik dalam penelitian ini, setiap
minggu dilakukan penimbangan .
Gambar 10. Penyusutan bahan organik pengomposan
untuk bahan kompos 1:3 dan konsentrasi bioactivator
Gambar 10. menunjukkan penyusutan bahan
organik pengomposan dengan perbandingan bahan
kompos 1:3 dan konsentrasi bioactivator setiap
minggunya. Untuk SD1 berat hasil kompos 3,4 kg, terjadi
penyusutan bahan kompos sebesar 0,74 kg dan dengan
persentasi penyusutannya adalah 17,87%, untuk SD2
berat hasil kompos 3 kg, terjadi penyusutan bahan
kompos sebesar 1,12 kg dan dengan persentasi
penyusutannya adalah 27,18%, untuk SD3 berat hasil
kompos 3,3 kg, terjadi penyusutan bahan kompos
sebesar 0,8 kg dan dengan persentasi penyusutannya
adalah 19,51% dan untuk SD4 berat hasil kompos 3,1 kg,
terjadi penyusutan bahan kompos sebesar 0,98 kg dan
dengan persentasi penyusutannya adalah 24,02%.
Untuk mengetahui kualitas kompos yang
dihasilkan dilakukan pemeriksaan kompos baik secara
fisik dan kimia. Pemeriksaan secara fisik meliputi : kadar
air, pH, suhu, warna dan bau. Sedangkan pemeriksaan
kemiawi meliputi analisis kimia unsur hara makro yang
meliputi, kadar karbon (C), nitrogen (N), rasio C/N,
phosphor (P) da kalium (K). Kemudian hasil pemeriksaan
tersebut dibandingkan dengan SNI kompos yang masih
berlaku. Hasil pemeriksaan dan analisa kompos serta
perbandingan dengan SNI tersaji dalam Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji kualitas bahan Kompos dan
bandingannya terhadap SNI 19-7030-2004
Dari Tabel 4 diuraikan sebagai berikut
Kadar air
Kadar air kompos dari kompos matang yang dihasilkan
untuk perlakuan SD1 dengan perbandingan bahan
kompos 1:3 dan 1:5 memenuhi standar SNI-19-7030-
2004, sedangkan untuk perlakuan yang lain yang tidak
disebutkan belum masuk standar SNI. Untuk perlakuan
yang belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI
bisa dilakukan pengeringan tanpa terkena sinar matahari
langsung untuk beberapa hari sebelum melakukan uji
organik di laboratorium, sehingga kadar air yang
terkandung didalam kompos tersebut memenuhi standar
SNI yang dipersyaratkan yaitu maksimal 50%.
Suhu
Suhu akhir kompos yang dihasilkan untuk semua
perlakuan berkisar antara 28-30 0C dan kisaran suhu ini
memenuhi standar SNI-19-7030-2004, yaitu sesuai suhu
air tanah yang berkisar antara 26-32 0C.
Warna
Warna kompos yang dihasilkan untuk semua perlakuan
adalah berwarna hitam. Sehingga semua perlakuan
(SD1,SD2,SD3 dan SD4) dengan perbandingan bahan
kompos (1:3; 1:5; 1:7; dan 1:9) sudah memenuhi standar
SNI-19-7030-2004 yang dipersyaratkan dimana kompos
yang matang berwarna kehitaman.
Bau
Bau kompos yang dihasilkan untuk semua perlakuan
(SD1,SD2,SD3 dan SD4) sudah memenuhi standar SNI-19-
7030-2004 yang dipersyaratkan yaitu berbau tanah.
pH (derajat keasaman)
pH (derajat keasaman) kompos yang di hasilkan adalah 7
untuk semua perlakuan, hasil ini sudah memenuhi
standar SNI-19-7030-2004 yang berkisar 6,8 – 7,49.
Kadar N kompos
Kompos yang dihasilkan untuk perlakuan SD1, SD2, SD3
dan SD4 dan perbandingan bahan kompos (1:3; 1:5; 1:7;
dan 1:9), semuanya memenuhi standar SNI-19-7030-2004
yang dipersyaratkan. Dimana kadar N total kompos
adalah minimal 0,4 %.
Kadar karbon kompos
Kadar C organik kompos yang dihasilkan untuk perlakuan
(SD1,SD2,SD3 dan SD4) dan perbandingan bahan kompos
(1:3; 1:5; 1:7; dan 1:9) semuanya melebihi standar SNI-
19-7030-2004 dimana kadar C organik berkisar antara 9,8
– 32%. Akan tetapi Menurut Peraturan Menteri Pertanian
No 70/Permentan/SR.140/10/2011 (Permentan, 2011),
standar mutu persyaratan teknis minimal pupuk organik
padat dinyatakan bahwa C organik murni dan diperkaya
mikroba minimal 15%. Sehingga berdasarkan peraturan
menteri pertanian tersebut semua perlakuan kompos
cemara udang memenuhi persyaratan pupuk organik.
Kadar carbon organik yang melebihi dari standar SNI bisa
diatasi dengan cara membiarkan kelangsungan proses
pengomposan lebih lama, karena dimungkinkan aktifitas
mikrobia masih terus berlangsung.
Kadar rasio C/N
Standar SNI-19-7030-2004 untuk kadar rasio C/N kompos
adalah 10-20. Dari semua perlakuan tidak ada yang
mendekati standar SNI, perlakuan SD1,SD2, SD3 dan SD4
masih melebihi standar. Hal ini juga bisa diatasi dengan
membiarkan proses pengomposan berjalan lebih lama.
Tetapi jika merujuk pada hasil pembahasan para pakar di
lingkup Puslitbangtanak, Direktorat Pupuk dan Pestisida,
IPB Jurusan Tanah, Depperindag, serta Asosiasi
Pengusaha Pupuk dan Pengguna. Dimana rentang rasio
C/N adalah 10 – 25 ( Suriadikarta, 2010 dan Permentan,
2011) maka perlakuan SD1 dengan perbandingan bahan
kompos 1:5 dan bioactivator mempunyai nilai rasio C/N
sebesar 23,01 sehingga memenuhi standar pupuk
organik.
Kadar P
Kadar P kompos untuk semua perlakuan sudah
memenuhi standar SNI-19-7030-2004 yang
dipersyaratkan, dimana standar SNI untuk kadar P
kompos adalah minimal 0,1
Kadar K
Kadar P kompos untuk semua perlakuan sudah
memenuhi standar SNI-19-7030-2004 yang
dipersyaratkan, dimana standar SNI untuk kadar P
kompos adalah minimal 0,2.
Analisa Kawasan Zero Waste
Neraca Limbah Kompos
Berdasarkan data timbulan sampah daun cemara
udang yang peneliti dapatkan melalui data primer
sebesar 276 kg/hari atau setara dengan 0,276 ton/hari,
akan diperlukan dekomposer kotoran sapi 1.380 kg atau
1,38 ton dengan perbandingan (1:5) efesiensi
pengomposan sebesar 25,93 % maka akan dihasilkan
kompos sebesar 1.269,5 kg atau 1,27 ton. Dari kompos
yang dihasilkan dalam satu tahun, dapat diaplikasikan
untuk pemupukan pohon cemara udang yang ada di
kawasan Pantai Baru sebanyak 463,38 ton, dimana setiap
batang pohon cemara udang (726 pohon) diberikan
pupuk kompos sebanyak 5 Kg/batang setiap 6 (enam)
bulan (Permentan 10, 2013). Dengan demikian pupuk
kompos dapat diaplikasikan ke kawasan sebesar 463,38
ton, sedangkan sisanya 455,76 ton kompos dapat
digunakan untuk peruntukan lainnya.
Tabel 5. Neraca limbah Kompos
Rumah Kompos
Konsep zero waste yang dicoba ini adalah oleh, dari
dan untuk masyarakat, dengan menerapkan beberapa
jenis pengolahan secara simultan untuk menghasilkan
produk dari hasil daur ulang. Sehingga pemerintah dalam
hal konsep ini berperan sebagai fasilitator dan
penyediaan prasarana seperti jalan, sarana komunikasi
dan lain sebagainya.
Gambar 11. Tata letak rumah kompos (Djaja, 2011)
Tinjauan Perilaku Masyarakat di Kawasan Pantai Baru
Terkait Pengolahan Sampah
Berdasarkan jenis kelamin, responden didominasi
oleh wanita sebanyak 12 responden (80%). Berdasarkan
umur, responden yang dominan adalah yang berumur
antara 36 – 40 tahun sebanyak 9 responden (50%).
Responden sebagian besar berpendidikan terakhir SMP
yaitu sebesar 60% atau 12 responden. Responden juga
didominasi oleh petani sebanyak 8 responden (40%).
Tabel 6. Karakteristik Responden
Tabel 7. Harapan masyarakat dengan adanya pengolahan
sampah di Pantai Baru
Adanya unit pengolahan sampah diakui sebagian
responden akan memberikan perbaikan dalam
kebersihan lingkungan sebanyak 11 responden (55%) dan
perbaikan pelayanan sampah sebanyak 13 responden
(65%). Responden yang menjawab tidak ada perubahan
atau perbaikan dalam pelayanan sampah dan kebersihan
lingkungan beranggapan bahwa sejak awal atau sebelum
adanya rencana pengolahan sampah (rumah kompos) di
kawasan Pantai Baru, pelayanan sampah dan kebersihan
lingkungan juga sudah baik karena adanya petugas
pembersih sejumlah 6 (enam) orang yang bertugas
membuang sampah warung makan dan sampah daun
cemara udang. Adanya pengolahan sampah (rumah
kompos) dirasakan akan memberikan manfaat positif
bagi 16 responden atau sebanyak 80%. Manfaat langsung
yang paling banyak dirasakan oleh responden adalah
tidak terjadinya penumpukan sampah. Sebanyak 4 orang
(20% ) memilih manfaat tidak langsung atau manfaat
secara makro yang paling berpotensi dirasakan dengan
adanya pengolahan sampah adalah memberikan edukasi
kepada masyarakat tentang manfaat pengolahan
sampah.
Tabel 8. Kegiatan operasional pengolahan sampah
Selain dampak positif yang akan didapat dari adanya
pengolahan sampah (rumah kompos) juga terdapat
dampak negatif, semua responden (20 orang)
menyatakan belum mengetahui dampak negatif dengan
adanya rencana pengolahan sampah di kawasan Pantai
Baru kabupaten Bantul. Sehingga peneliti belum
melakukan langkah penanganan untuk mengatasi
masalah yang berupa masukan dari masyarakat yang ada
di kawasan Pantai Baru, terhadap pengolahan sampah
baik sampah warung makan maupun sampah daun
cemara udang.
Perubahan Perilaku Responden dalam Menangani
Sampah
Tabel 9. perubahan perilaku masyarakat di Pantai
Baru terhadap pengolahan sampah
Perilaku menyediakan wadah khusus atau tempat
sampah yang terpisah untuk sampah organik dan non-
organik dipengaruhi perilaku memilah sampah pada saat
pengumpulan, karena untuk memudahkan pemilahan
sampah di kawasan Pantai Baru, akan tetapi sebagian
besar responden tidak menyediakan tempat sampah
yang terpisah antara organik dan anorganik, sehingga
semua sampah yang dihasilkan dari warung makan
berkumpul dalam satu wadah. Perilaku tersebut
merupakan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan para
responden sejak dulu. Jadi, dengan adanya proses
pengolahan sampah (pengomposan) diharapkan akan
mempengaruhi perilaku tersebut.
Merubah Perilaku Masyarakat di Kawasan Pantai Baru
terhadap Pengolahan Sampah
Kurangnya sosialisasi yang berlanjut pada minimnya
sarana dan prasarana penunjang menimbulkan
perubahan sikap yang tidak terus-menerus (kontinyu)
dalam menangani sampah. Sarana penunjang memang
menjadi salah satu faktor penentu karena pola perilaku
masyarakat di kawasan Pantai Baru Kabupaten Bantul
terhadap sampah masih memerlukan insentif atau
penggerak agar perubahan positif yang diharapkan dapat
bersifat kontinyu. Misalnya, agar masyarakat di kawasan
Pantai Baru mau memilah sampah organik dan anorganik
, Pemkot Bantul dapat bekerjasama dengan Bina
Lingkungan Hidup (BLH), pihak pengelola dan peneliti
membuat desain tempat sampah yang sesuai dengan
kawasan Pantai Baru.
Menindaklanjuti masalah sosialisasi, Pemkot
sebaiknya bekerjasama dengan Lembaga Perberdayaan
Masyarakat (LPM), Bina Lingkungan Hidup (BLH),
komunitas-komunitas lingkungan, perkumpulan warga.
dan pejabat-pejabat setempat sperti Ketua RT, RW, dan
Lurah agar membentuk atau menunjuk kelompok kader
penggerak sehingga masyarakat dapat berpartisipasi aktif
dalam menangani sampah rumah tangganya dan juga
memudahkan proses sosialisasi.
Untuk mengidentifikasi apakah ada dorongan dan
perubahan perilaku responden dalam menangani sampah
di kawasan Pantai Baru, maka dianggap perlu untuk
dilakukan pelatihan tentang pengolahan sampah.
Berdasarkan pelatihan tersebut, diharapkan adanya
perubahan perilaku yang nyata/signifikan adalah
memilah sampah yang bersal dari warung makan, rumah
tangga, menyediakan wadah atau tempat sampah
khusus, dan melakukan pengolahan sampah
(pengomposan) untuk sampah daun cemara udang.
Pelatihan dilakukan di kawasan Pantai Baru pada
tanggal 1 Juli 2013, dengan jumlah peserta sebanyak 10
orang dimana karakteristik peserta pelatihan bisa di lihat
pada Tabel 10.
Tabel 10. Karakteristik peserta pelatihan
pengolahan sampah
Pelatihan yang diberikan kepada peserta adalah
materi yang berkaitan dengan konsep kawasan zero
waste yang berwawasan lingkungan di Pantai Baru antara
lain, pengomposan daun cemara udang, pembuatan pelet
dari tulang ikan, perencanaan masterplan kawasan Pantai
Baru dan penanganan limbah cair cucian dari warung
kuliner
Gambar 12. Pelaksanaan Pelatihan pengolahan sampah
Untuk mengetahui perubahan perilaku masyarakat di
kawasan Pantai baru menuju kawasan zero waste
memerlukan pendampingan, penelitian dan pembahasan
lebih lanjut yang dituangkan dalam aplikasinya berupa
pemberdayaan masyarakat. Harapan dari peneliti dengan
adanya penelitian dan pelatihan ini memberikan
gambaran secara nyata bagaimana merubah perilaku
masyarakat tidak bisa dengan hanya melakukan diskusi
dan penyelesaian secara sektoral akan tetapi secara
integral bagi semua lapisan masyarakat di kawasan Pantai
Baru Kabupaten Bantul.
Tabel 11. Partisifasi peserta peserta(masyarakat) dalam
menciptakan kawasan zero waste
Tabel 11. Perilaku penilaian persepsi masyarakat
berkaitan dengan menciptakan kawasan zero waste, 80
persen responden menyatakan kondisi lingkungan di
kawasan Pantai Baru masih dalam kondisi bersih, akan
tetapi responden juga menyatakan bahwa sampah yang
ada di kawasan Pantai Baru jika tidak di tangani dengan
benar maka akan membawa dampak yang tidak baik dan
mengkhawatirkan sebanyak 70 persen responden, selain
itu juga responden memandang timbulan sampah baik
daun cemara udang dan maupun sampah warung makan
(kuliner) sebagai potensi sebesar 70 persen.
Dalam menciptakan kawasan zero waste partisifasi
masyarakat sangatlah diperlukan, dimana kawasan Pantai
Baru merupakan tempat usaha dan sumber mata
pencaharian tambahan selain pekerjaan utama mereka
sebagai petani, nelayan dan swata. Bentuk partisifasi
masyarkat di kawasan Pantai Baru dalam menciptakan
kawasan zero waste adalah membuang sampah pada
tempatnya untuk setiap aktivitas yang menghasilkan
sampah didukung oleh semua warga sebesar 100 persen.
Untuk sampah-sampah yang memiliki potensi untuk
dilakukan daur ulang atau di rubah menjadi produk
tertentu seperti kompos dan pakan ikan masyarakat
menyatakan 90 persen siap melakukan pemilahan
sampah dan seluruh warga bersepakat juga secara
bersama untuk dilakukan pengolahan sampah menjadi
produk kompos atau pakan ikan sebesar 100 persen.
Sebagai daerah tujuan wisata edukasi, wisata kuliner dan
wisata terpadu dalam rangka pencanangan kawasan zero
waste di kawasan Pantai Baru masyarakat menyatakan
akan berpartisifasi 100 persen dalam pencangan
tersebut, karena akan membawa dampak positif
terhadap pengembangan wilayah, sebagai ajang promosi
dan diharapkan kawasan Pantai Baru mejadi kawasan
wisata percontohan kawasan pantai yang serupa di
Yogyakarta.
Dalam mendukung program kawasan zero waste
harapan masyarakat di kawasan Pantai Baru adalah
adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung untuk
tercapainya kawasan zero waste yaitu tempat sampah,
pengolahan sampah dan pemanfaatan sampah menjadi
produk yang bernilai guna, 70 persen responden
menyatakan bahwa fasilitas tersebut belum terpenuhi
dan belum ada sedangkan 30 persen responden
menyatakan sudah memiliki akan tetapi masih kurang
dari yang diharapkan. Selama ini fasilitas-fasilitas
pengolahan sampah hanya dibantu dari dana swadaya
masyarakat dalam bentuk iuran dan koperasi warga.
Bentuk awal suatu kawasan zero waste adalah adanya
fasilitas pemilahan atau pemisahan sampah yang di
hasilkan pada kawasan tersebut, Pantai Baru sebagai
kawasan wisata tentunya harus memiliki bak sampah
yang terpisah sesuai dengan jenis sampahnya baik
organik maupun anorganik, semua warga masyarakat di
kawasan Pantai Baru menyetujui sebesar 100 persen
untuk adanya fasilitas bak sampah secara terpisah baik di
area warung kuliner maupun di areal terbuka untuk
pengunjung.
Pengetahuan masyarakat di kawasan Pantai Baru
berkaitan dengan pengolahan sampah sangatlah
diperlukan guna mendukung program kawasan zero
waste. Pengetahuan tersebut secara tidak langsung akan
membawa perubahan tentang manfaat yang dirasakan
baik segi lingkungan, ekonomi dan sosial, dengan adanya
pengetahuan tentunya akan merubah watak dan perilaku
masyarakat terhadap sampah. Dengan adanya garis
pantai yang di tumbuhi oleh pohon cemara, selain
menambah daya tarik juga menimbulkan sampah dari
daun cemara udang yang berguguran. Sebanyak 60
persen responden tidak mengetahui bahwa daun cemara
udang bisa dijadikan produk pupuk organik yaitu kompos.
Solusi yang mereka lakukan selama ini hanya
membakarnya dalam jumlah sangat besar dan
menimbulkan asap. Berkaitan dengan pengolahan
sampah daun cemara udang menjadi produk kompos
seluruh responden (100%) menyatakan belum pernah
mendapatkan pengetahuan dan pelatihan pembuatan
produk kompos dari limbah daun cemara udang.
Sebanyak 70 persen responden juga menyatakan bahwa
produk kompos dari daun cemara udang lebih mudah
cara pembuatannya dibandingkan dengan kompos dari
bahan lain (kotoran sapi), salah satu kesulitannya kompos
selain daun cemara udang bagi masyarakat adalah
banyaknya campuran yang harus di tambahkan
(urea,kapur dan molase) dalam campuran pembuatan
kompos.
Pencangan Kawasan Zero Waste
Berdasarkan kebutuhan akan sistem pengelolaan
sampah di kawasan Pantai Baru tersebut, maka beberapa
tahun terakhir Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten
Bantul mulai mencanangkan program pengelolaan
sampah terpadu yang dinilai dapat mengatasi
permasalahan sampah yang semakin kompleks.
Keberadaan program pengelolaan sampah yang terpadu
tidak hanya menyangkut masalah kebersihan dan
lingkungan saja, namun juga menyimpan potensi manfaat
ekonomi dan sosial. Masuknya unsur teknologi, SDM,
sistem, hukum, sosial, dan dana dalam suatu program
pengelolaan sampah, akan menjadikan sampah tidak lagi
diletakkan sebagai sumber masalah, tetapi sebaliknya,
dipandang sebagai sumber daya yang dapat diolah dan
dikelola untuk memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat.
Gambar 13. Foto Pencanganan Kawasan Zero Waste oleh
Bupati Bantul dan Dekan Fak. Teknik UGM
Oleh karenanya, dengan melihat potensi tersebut,
Pemerintah Kabupaten Bantul dan Dekan Fakultas Teknik
Universitas mencanangkan Kawasan Pantai Baru sebagai
kawasan Zero Waste pada hari kamis, 8 Juli 2013,
pencanangan tersebut ditandai dengan penerbitan buku
tentang zero waste dan pameran master plan di aula
kepala Desa Poncosari Kacamatan Srandakan.
4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat di simpulkan ;
1) Proses pengomposan daun cemara udang di
kawasan Pantai baru, mampu mengurangi
volume timbulan sampah sebesar 77% dan
mengurangi berat timbulan sampah sebesar
61%.
2) Proses pengomposan daun cemara udang
dengan dekomposer kotoran sapi dapat
mempengaruhi kecepatan dan kualitas kompos,
dilihat dari tercapainya kestabilan suhu dan C/N
rasio.
3) Pada kisaran variabel yang diteliti diperoleh hasil
optimal pada saat perlakuan SD1 (3,5%) dengan
perbandingan campuran bahan kompos 1:5 dan
bioactivator diperlukan waktu pengomposan
selama 31 hari, dengan rasio C/N sebesar 23,01.
4) Pengolahan sampah akan memberikan
perbaikan dalam kebersihan lingkungan di
kawasan Pantai baru sebanyak 55% dan
perbaikan pelayanan sampah sebanyak 65%.
5) Pengolahan sampah akan memberikan manfaat
positif sebanyak 80% tidak terjadinya
penumpukan sampah dan sebanyak 20%
memberikan edukasi kepada masyarakat di
kawasan Pantai Baru.
6) Pengolahan sampah selama ini di kawasan
Pantai Baru belum sesuai dengan metode dan
teknik pengolahan sampah yang berwawasan
lingkungan sehingga menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
Daftar Pustaka
Damhuri dan Padmi. 2010. Pengolahan Sampah. Program
Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Epstein, E. 1997. The Science of Composting. Technomic
Publishing Inc. Pensylvania. 83p.
Hartutik, Sri, Sriatun, dan Taslimah, 2009. Pembuatan
Pupuk kompos dari Lmbah bunga kenanga dan
pengaruh persentase terhadap ketersedian nitrogen
tanah.Http://eprints.Undip.Ac.Id/3008/1/Jurnal_tan
ah. Pdf diakses 6 mei 2013.
Mardi Wibowo. 2001. Aplikasi Sistem Informasi Geografi
(Sig) Untuk Penataan Kawasan Pantai Kasus Pantai
Parangtritis Dan Sekitarnya. Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol.2, No. 2, Mei 2001 : 159-167
Munawaraton. 2010. Percepatan Waktu Pengomposan
Sampah Organik Dengan Penambahan Starter
Trichoderma SP. Tesis Pasca Sarjana UGM,
Yogyakarta.
Permentan 10. 2011. Pedoman Teknis Pembangunan
Kebun Induk Lada. Kementerian Pertanian Republik
Indonesia.
Permentan 70. 20011. Peraturan Menteri Pertanian.
Tentang Pupuk Oranik,Pupuk Hayati dan
Pembenahan Tanah. Kementerian Pertanian
Republik Indonesia.
Rokhimah,S.R. 2010. Pengaruh Bioaktivator Orgadek
Terhadap Kecepatan dan Kualitas Hasil
Pengomposan Sampah Organik. Tesis Pasca Sarjana
UGM, Yogyakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2004. Standar Nasional
Indonesia No. 19-7030-2004 tentang Spesifikasi
Kompos Dari Sampah Organik Domestik. Badan
Standarisasi Nasional.
Standart Nasional Indonesia. 1994. Standar Nasional
Indonesia No. 03-3241-1994 tentang Tata Cara
Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir
Sampah, Badan Standar Nasional.
Tuomela, 2000. Biodegradation of lignin in a compost
environtment. Bioresource Tecnology p : 169 – 183
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18. 2008.
Tentang Pengolahan Sampah
Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
91hal.
Zaman. 2005 . Aplikasi Mikroba Selulotik untuk
Mempercepat Biodegradasi Tandan Kosong Kelapa
Sawit. Tesis Pasca Sarjana, UGM, Yogyakar

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Surat keterangan kesalahan tanggal bulan lahir 2016
Surat keterangan       kesalahan tanggal bulan lahir 2016Surat keterangan       kesalahan tanggal bulan lahir 2016
Surat keterangan kesalahan tanggal bulan lahir 2016
Dimaz Raider's
 
SOP Petunjuk pelaksanaan
SOP Petunjuk pelaksanaanSOP Petunjuk pelaksanaan
SOP Petunjuk pelaksanaan
Rivana Az
 
313953811 pedoman-pel-ugd-docx
313953811 pedoman-pel-ugd-docx313953811 pedoman-pel-ugd-docx
313953811 pedoman-pel-ugd-docx
ambariyanto02
 

La actualidad más candente (20)

PDSA Dalam Tata Kelola Mutu Puskesmas.pptx
PDSA Dalam Tata Kelola Mutu Puskesmas.pptxPDSA Dalam Tata Kelola Mutu Puskesmas.pptx
PDSA Dalam Tata Kelola Mutu Puskesmas.pptx
 
Surat Usulan Kegiatan Rumah Sakit
Surat Usulan Kegiatan Rumah SakitSurat Usulan Kegiatan Rumah Sakit
Surat Usulan Kegiatan Rumah Sakit
 
Surat keterangan kesalahan tanggal bulan lahir 2016
Surat keterangan       kesalahan tanggal bulan lahir 2016Surat keterangan       kesalahan tanggal bulan lahir 2016
Surat keterangan kesalahan tanggal bulan lahir 2016
 
FORMAT BUKU KUNJUNGAN UKS
FORMAT BUKU KUNJUNGAN UKSFORMAT BUKU KUNJUNGAN UKS
FORMAT BUKU KUNJUNGAN UKS
 
Kepmenkes puskesmas
Kepmenkes puskesmasKepmenkes puskesmas
Kepmenkes puskesmas
 
Surat keputusan-uks
Surat keputusan-uksSurat keputusan-uks
Surat keputusan-uks
 
Standar pelayanan konsultasi gizi
Standar pelayanan   konsultasi giziStandar pelayanan   konsultasi gizi
Standar pelayanan konsultasi gizi
 
Formulir pendaftaran
Formulir pendaftaranFormulir pendaftaran
Formulir pendaftaran
 
Permohonan dana ke alumni
Permohonan dana ke alumniPermohonan dana ke alumni
Permohonan dana ke alumni
 
58. spo perubahan cara bayar pasien
58. spo perubahan cara bayar pasien58. spo perubahan cara bayar pasien
58. spo perubahan cara bayar pasien
 
Spo rekam medik
Spo rekam medikSpo rekam medik
Spo rekam medik
 
SOP Petunjuk pelaksanaan
SOP Petunjuk pelaksanaanSOP Petunjuk pelaksanaan
SOP Petunjuk pelaksanaan
 
313953811 pedoman-pel-ugd-docx
313953811 pedoman-pel-ugd-docx313953811 pedoman-pel-ugd-docx
313953811 pedoman-pel-ugd-docx
 
Supervisi, ronde, dokumentasi
Supervisi, ronde, dokumentasiSupervisi, ronde, dokumentasi
Supervisi, ronde, dokumentasi
 
Contoh audit plan dan instrumen audit pkm
Contoh audit plan dan instrumen audit pkmContoh audit plan dan instrumen audit pkm
Contoh audit plan dan instrumen audit pkm
 
Laporan PKL Rekam Medis
Laporan PKL Rekam MedisLaporan PKL Rekam Medis
Laporan PKL Rekam Medis
 
Sk pembentukan tim uks sekolah dasar negeri 2 pandan sari
Sk pembentukan tim uks sekolah dasar negeri 2 pandan sariSk pembentukan tim uks sekolah dasar negeri 2 pandan sari
Sk pembentukan tim uks sekolah dasar negeri 2 pandan sari
 
Konsep Dasar Pemberdayaan Lansia.ppt
Konsep Dasar Pemberdayaan Lansia.pptKonsep Dasar Pemberdayaan Lansia.ppt
Konsep Dasar Pemberdayaan Lansia.ppt
 
Bab 3 UKP.pptx
Bab 3 UKP.pptxBab 3 UKP.pptx
Bab 3 UKP.pptx
 
Identifikasi umpan balik pelanggan
Identifikasi umpan balik pelangganIdentifikasi umpan balik pelanggan
Identifikasi umpan balik pelanggan
 

Similar a Naskah publikasi

Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...
Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...
Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...
SMTI Pontianak
 
Identifikasi kualitas lingkungan dan keragaan budidaya di desa tanjung banon,...
Identifikasi kualitas lingkungan dan keragaan budidaya di desa tanjung banon,...Identifikasi kualitas lingkungan dan keragaan budidaya di desa tanjung banon,...
Identifikasi kualitas lingkungan dan keragaan budidaya di desa tanjung banon,...
Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Republic of Indonesia
 
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
Repository Ipb
 
Pemantauan usaha budidaya, penyakit dan kualitas lingkungan di pulau nguan
Pemantauan usaha budidaya, penyakit dan kualitas lingkungan di pulau nguanPemantauan usaha budidaya, penyakit dan kualitas lingkungan di pulau nguan
Pemantauan usaha budidaya, penyakit dan kualitas lingkungan di pulau nguan
Ministry of Marine Affairs and Fisheries, Republic of Indonesia
 

Similar a Naskah publikasi (20)

Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...
Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...
Pengomposan Daun Cemara Udang Sebagai Upaya Menciptakan Kawasan Zero Waste di...
 
Zero Waste Research
Zero Waste ResearchZero Waste Research
Zero Waste Research
 
Potensi Pengolahan Sampah Pasar dan Sentra Makanan
Potensi Pengolahan Sampah Pasar dan Sentra MakananPotensi Pengolahan Sampah Pasar dan Sentra Makanan
Potensi Pengolahan Sampah Pasar dan Sentra Makanan
 
Identifikasi kualitas lingkungan dan keragaan budidaya di desa tanjung banon,...
Identifikasi kualitas lingkungan dan keragaan budidaya di desa tanjung banon,...Identifikasi kualitas lingkungan dan keragaan budidaya di desa tanjung banon,...
Identifikasi kualitas lingkungan dan keragaan budidaya di desa tanjung banon,...
 
Optimalisasi kualitas air_melalui_sistem_filterisasi_cartridge_anion_kation_d...
Optimalisasi kualitas air_melalui_sistem_filterisasi_cartridge_anion_kation_d...Optimalisasi kualitas air_melalui_sistem_filterisasi_cartridge_anion_kation_d...
Optimalisasi kualitas air_melalui_sistem_filterisasi_cartridge_anion_kation_d...
 
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
ESTIMASI DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN AREAL TAMBAK BERDA...
 
Persentation Identifikasi Jenis-Jenis sampah
Persentation Identifikasi Jenis-Jenis sampahPersentation Identifikasi Jenis-Jenis sampah
Persentation Identifikasi Jenis-Jenis sampah
 
jurnal 1.pdf
jurnal 1.pdfjurnal 1.pdf
jurnal 1.pdf
 
Geografi XI Sosial Environment
Geografi XI Sosial EnvironmentGeografi XI Sosial Environment
Geografi XI Sosial Environment
 
Pemantauan usaha budidaya, penyakit dan kualitas lingkungan di pulau nguan
Pemantauan usaha budidaya, penyakit dan kualitas lingkungan di pulau nguanPemantauan usaha budidaya, penyakit dan kualitas lingkungan di pulau nguan
Pemantauan usaha budidaya, penyakit dan kualitas lingkungan di pulau nguan
 
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...
ekologi pangan, kerentanan pangan, diversifikasi pangan dan daya dukung lingk...
 
Presentasi Penerapan Adipura di Tingkat Desa.pptx
Presentasi Penerapan Adipura di Tingkat Desa.pptxPresentasi Penerapan Adipura di Tingkat Desa.pptx
Presentasi Penerapan Adipura di Tingkat Desa.pptx
 
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
Pkm gt u uts rabu 26 maret 2014
 
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
Analisis prospek-budidaya-tambak-udang (1)
 
61 200-1-pb
61 200-1-pb61 200-1-pb
61 200-1-pb
 
Sumberdaya Alam & Jasa
Sumberdaya Alam & JasaSumberdaya Alam & Jasa
Sumberdaya Alam & Jasa
 
09 makalah-sampah-untuk-dies-th-20081
09 makalah-sampah-untuk-dies-th-2008109 makalah-sampah-untuk-dies-th-20081
09 makalah-sampah-untuk-dies-th-20081
 
Pengolahan air-limbah-domestik-dengan-metode-biology-irigation-memanfaatkan-e...
Pengolahan air-limbah-domestik-dengan-metode-biology-irigation-memanfaatkan-e...Pengolahan air-limbah-domestik-dengan-metode-biology-irigation-memanfaatkan-e...
Pengolahan air-limbah-domestik-dengan-metode-biology-irigation-memanfaatkan-e...
 
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPBJurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
Jurnal Ekonomi Lingkungan vol.17 no.1 IPB
 
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktifPerencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
Perencanaan tps dan pengelolaan sampah produktif
 

Último

SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
FahrizalTriPrasetyo
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
arifyudianto3
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
EnginerMine
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
VinaAmelia23
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
IftitahKartika
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
yoodika046
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
rororasiputra
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
Arisatrianingsih
 

Último (20)

B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdfB_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
B_Kelompok 4_Tugas 2_Arahan Pengelolaan limbah pertambangan Bauksit_PPT.pdf
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifierKonsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
Konsep rangkaian filter aktif berbasis operational amplifier
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATASPOWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
POWER POINT TEKLING UNTUK SARJANA KEATAS
 
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian KompetePEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
PEMELIHARAAN JEMBATAN pada Ujian Kompete
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 

Naskah publikasi

  • 1. Abstract Pantai Baru merupakan salah satu tujuan wisata pantai yang ada di Kecamatan srandakan, desa poncosari ,dusun ngentak, Kabupaten Bantul. Dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Baru selain menguntungkan para pedagang kuliner yang berjualan juga menimbulkan efek lain yaitu masalah sampah sisa-sisa makanan dari para wisatawan. Masalah lain di kawasan Pantai Baru sendiri adalah banyaknya daun-daun cemara udang yang berguguran di kawasan pantai yang merusak kenyamanan dan keindahan pantai. Sampah daun-daun cemara udang kemudian dibakar, sedangkan sisa-sisa makanan dibiarkan hingga menyebabkan bau yang kurang sedap di sekitar kawasan Pantai Baru, yang mengakibatkan tercemarnya lingkungan dan memberikan suatu dampak yang kurang baik bagi lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk, 1.Mengurangi kuantitas sampah dan limbah yang di sebabkan oleh daun cemara udang di kawasan Pantai Baru, 2.Memanfaatkan limbah dan sampah daun cemara udang yang dihasilkan pada kawasan Pantai Baru menjadi kompos dan 3.Mengetahui variasi campuran bioactivator yang lebih efektif untuk mempercepat proses pengomposan dan meningkatkan kualitas kompos daun cemara udang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan melakukan proses pengomposan daun cemara udang di kawasan Pantai baru, mampu mengurangi volume timbulan sampah sebesar 77% dan mengurangi berat timbulan sampah sebesar 61%. Proses pengomposan daun cemara udang dengan dekomposer kotoran sapi dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas kompos, dilihat dari tercapainya kestabilan suhu dan C/N rasio. Pada kisaran variabel yang diteliti diperoleh hasil optimal pada saat perlakuan SD1 (3,5%) dengan perbandingan campuran bahan kompos 1:5 dan bioactivator diperlukan waktu pengomposan selama 31 hari, dengan rasio C/N sebesar 23,01. Pengolahan sampah akan memberikan perbaikan dalam kebersihan lingkungan di kawasan Pantai baru sebanyak 55% dan perbaikan pelayanan sampah sebanyak 65%. Pengolahan sampah akan memberikan manfaat positif sebanyak 80% tidak terjadinya penumpukan sampah dan sebanyak 20% memberikan edukasi kepada masyarakat Kawasan Pantai Baru. Pengolahan sampah selama ini di kawasan Pantai Baru belum sesuai dengan metode dan teknik pengolahan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Sejarah: Diterima 10 Mei 2010 Diterima revisi 2 Juni 2010 Disetujui 2 Juli 2010 Tersedia online 1 Agustus 2010 Keywords: Pengomposan Kawasan Pantai Baru Zero Waste Daun Cemara Udang PENGOMPOSAN DAUN CEMARA UDANG SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAWASAN ZERO WASTE DI PANTAI BARU KABUPATEN BANTUL Ahmad Darmawi1 ,Arif Kusumawanto2 ,Ria Millati3 1 Magister Teknik Sistem, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 2 Jurusan Teknik Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada 3 Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada Korespondensi : a_darmawi@yahoo.com 1. Pendahuluan Lingkungan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamis, kaya keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan pantai ini sangat potensial untuk dikembangkan baik sebagai kawasan wisata, budaya, pertanian, pertambangan, perikanan dan laboratorium alam bagi kepentingan ilmiah (Wibowo, 2011). Pantai Baru merupakan salah satu tujuan wisata pantai yang ada di Kecamatan Srandakan, desa Poncosari ,dusun Ngentak, Kabupaten Bantul. Secara astronomi keberadaan kacamatan srandakan terletak di 110 0 14’ 46” Bujur Timur dan 07 0 56’ 20” Lintang Selatan. Berdasarkan posisi geografisnya kecamatan srandakan terletak dibagian paling barat daya dari wilayah Kabupaten Bantul. Luas wilayah 18,32 km2, panjang pantai 4,5 km dengan ketinggian 2 – 7 dari permukaan laut. Selain menikmati alam pantai, pengunjung juga dapat menenikmati kuliner, aneka sajian ikan laut segar. Puluhan warung atau gazebo dengan masakan khas masing-masing siap melayani pengunjung. Daya tarik lainnya sebagai daerah pantai di Pantai Baru adalah pohon cemara udang (casuarina equisetifolia l) yang merindangi sepanjang pantai sehingga membuat suasana semakin teduh. Pohon cemara udang tahan terhadap garam, sehingga pohon ini digunakan sebagai pengendali erosi di daerah pantai (Irwanto ,2006). Manfaat lain sebagai bahan pulp, kayu perkakas, naungan / peneduh, tanaman hias, reklamasi lahan, dan memperbaiki tanah. Dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke kawasan Pantai Baru selain menguntungkan para pedagang kuliner yang berjualan juga menimbulkan efek lain yaitu masalah sampah sisa-sisa makanan dari para wisatawan. Masalah lain di kawasan Pantai Baru sendiri adalah banyaknya daun-daun cemara udang yang berguguran di kawasan pantai yang merusak kenyamanan dan keindahan pantai. Saat ini pengelolaan sampah dan limbah yang ditimbulkan dari sisa-sisa makanan dan daun-daun cemara udang yang berguguran hanya dikelola dengan cara ; kumpul – angkut – buang. Sampah daun-daun cemara udang kemudian dibakar, sedangkan sisa-sisa makanan dibiarkan hingga menyebabkan bau yang kurang sedap di sekitar kawasan Pantai Baru, yang mengakibatkan tercemarnya lingkungan dan memberikan suatu dampak yang kurang baik bagi lingkungan. Berdasarkan permasalahan di atas maka perlu adanya solusi yang tepat untuk merubah perilaku masyarakat dengan memberikan penyelesaian secara nyata bagaimana memanfaatkan limbah dan sampah yang mencemari kawasan Pantai Baru, menjadi lebih berdaya guna dan memberikan dampak positif terhadap kawasan pantai, sehingga akan tercipta kawasan zero waste. Salah satu cara adalah dengan pengomposan daun cemara udang, dimana dengan pengomposan tersebut secara
  • 2. nyata akan mengurangi kuantitas sampah daun cemara udang dan secara kualitas akan memberikan manfaat terhadap lingkungan dengan menggunakan pupuk kompos daun cemara udang pada kawasan Pantai Baru. 2. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Pantai Baru Kecamatan srandakan dusun Ngentak, Desa Poncosari, Kecematan Bantul , Yogyakarta. Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Juli 2013. Pemisahan sampah organik dan anorganik dilakukan di kawasan Pantai Baru. Analisis bahan baku kompos di CV. Chem-Mix Pratama, Kretek, Jambidan, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Analisis hasil proses pengomposan di Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta (BPTP), Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Uji aktivasi enzim selulase di laboratorium Bioteknologi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada. Pengukuran dan Perhitungan Timbulan Sampah Pengukuran dan perhitungan timbulan sampah harus mengikuti ketentuan sebagai berikut (SNI, 1994): 1. Satuan yang digunakan dalam pengukuran timbulan sampah adalah adalah : a. Volume basah (asal) : Liter / unit / hari b. Berat basah (asal) : Kilogram / unit / hari 2. Satuan yang digunakan dalam pengukuran komposisisi sampah adalah dalam % berat basah / asal ; 3. Jumlah unit masing-masing lokasi pengambilan timbulan sampah (u), yaitu pengelola warung makan di kawasan Pantai Baru. 4. Metode pegukuran timbulan sampah, yaitu : a. Sampah terkumpul diukur volume dengan wadah pengukur 50 x 40 x 32 cm dan ditimbang beratnya ; dan atau b. Sampah terkumpul diukur dalam bak pengukur besar 50 x 40 x 32 cm dan ditimbang beratnya ; kemudian dipisahkan berdasarkan komponen komposisi sampah dan ditimbang beratnya. 5. Perhitungan besaran timbulan sampah di kawasan Pantai Baru berdasarkan lokasi pengambilan yaitu : a. Volume sampah yang diukur (Vs) = Liter b. Berat sampah yang diukur (Bs) = Kg c. Jumlah unit penghasil sampah (u) = Jiwa Jadi : ( Vs/u) = Liter/Jiwa (Bs/u) = Kg / Jiwa 6. Cara pengerjaan pengambilan dan pengukuran contoh adalah sebagai berikut:  tentukan lokasi pengambilan contoh;  tentukan jumlah tenaga pelaksana; siapkan peralatan;  laksanakan pengambilan dan pengukuran timbulan sampah sebagai berikut:  bagikan kantong plastik yang sudah diberi tanda kepada sumber sampah 1 hari sebelum dikumpulkan;  catat jumlah unit masing-masing penghasil sampah;  kumpulkan kantong plastik yang sudah terisi sampah;  angkut seluruh kantong plastik ke tempat pengukuran;  timbang kotak pengukur;  tuang secara bergiliran contoh tersebut ke kotak pengukur 50 x 40 x 32 cm (64 liter);  hentak 3 kali kotak contoh dengan mengangkat kotak setinggi 20 cm. Lalu jatuhkan ke tanah;  ukur dan catat volume sampah (Vs);  timbang dan catat berat sampah (Bs); Proses Pengomposan Daun cemara Udang 1. Daun cemara udang (kg) , kotoran sapi (kg) dan Bioactivator (%) berat dicampur dengan menggunakan perbandingan berat 2. Masukkan variasi campuran kedalam setiap tangki komposter yang telah disediakan. 3. Dilakukan pendiaman dan perlakuan pengomposan yang standar. 4. Mencatat perubahan suhu dan pH yang terjadi pada tangki komposter setiap hari. 5. Setiap 3 hari dilakukan proses pembalikan kompos. 6. Melakukan analisa N, P dan K setelah kompos jadi. 7. Membuat kesimpulan. Gambar 1. Diagram Alur Pengomposan
  • 3. Uji Aktivitas Enzim Selulase pada Bioactivator Untuk mengetahui seberapa besar aktivitas enzim selulase yang ada pada bioactivator (starter) dilakukan uji aktivasi enzim selulase dengan menggunakan media dan teknik sebagai berikut : 1. Media media yang digunakan pada penelitian ini adalah media PDA dan media Mandels. Media PDA dipergunakan sebagai media penyimpanan mikroorganisme. Komposisi PDA terdiri dari 250 gram kentang, 20 gram glukosa D (+) glucose wako 041- 00595 dan 17,5 gram agar. Kentang yang telah dipotong tipis direbus dengan 500 ml air hingga mendidih, kemudian disaring sehingga didapatkan ekstrak kentang. Ekstrak kentang ditambah glukosa dan agar, selanjutnya ditambahkan air hingga volume 1 liter. Media yang digunakan untuk mengetahui seberapa banyak produksi enzim selulasenya, adalah media Mandels dengan sumber karbon selulosa, komposisinya terdiri dari mandels mineral salts solution yaitu : urea (0,3 g/l), (NH4)SO4 (1,4g/l), KH2PO4 (2,0 g/l), CaCl2.2H2O (0,4g/l), FeSO4.7H2O (5,0 mg/l), MnSO4.7H2O (1,6 mg/l), ZnSO4.7H2O (1,4 mg/l), CMC 1 %, agar 1,5 %, Congo red 1%. 2. Teknik yang digunakan  Starter yang berbentuk serbuk diambil sebanyak 1 gram, lalu diencerkan dengan menggunakan larutan tween 80 (0,05%) hingga mencapai 100 ml.  Mengambil 1 ml starter dari larutan 1 untuk diencerkan dengan menggunakan tween 80 (0,05%) hingga mencapai 10 ml.  Mengambil 0,1 ml starter dari larutan 2, kemudian inokulasikan pada medium PDA secara spread plate.  Inkubasikan pada suhu 30 °C selama 3-4 hari.  Amati koloni jamur yang terbentuk.  Kultur jamur yang terbentuk diisolasi kemudian diinokulasi dengan cara menitikkan suspensi spora sebanyak 107/ml pada cawan petri yang mengandung medium Mandels.  Inkubasi pada suhu 30 o C selama 2 hari.  Tuangi dengan larutan Congo red 1 % , digoncang selama 15 menit.  Larutan Congo red kemudian dibuang dan diganti dengan menggunakan NaCl 1 N kemudian digoncang kembali selama 156 menit.  Selanjutnya NaCl dibuang dan diganti dengan larutan NaOH 1 N.  Amati zona jernih yang terbentuk dan hitung berapa diameter zona jernih yang terbentuk.  Zona jernih dihitung dengan menggunakan rumus : ( ) DZJ = Diameter Zona Jernih DKT = Diameter Koloni yang Terbentuk  Semakin lebar zona jernih yang terbentuk semakin banyak enzim selulase yang terbentuk. 3. Hasil dan Pembahasan Sumber dan Timbulan Sampah Data mengenai timbulan, komposisi, dan karakteristik sampah merupakan hal yang sangat menunjang dalam menyusun sistem pengelolaan persampahan di suatu wilayah. Data tersebut harus tersedia agar dapat disusun suatu alternatif sistem pengelolaan sampah yang baik. Jumlah timbulan sampah ini biasanya akan berhubungan dengan elemen-elemen pengelolaan sampah antara lain (Damhuri dan Padmi, 2010): a. Pemilihan peralatan, misalnya wadah, alat pengumpulan, dan pengangkutan b. Perencanaan rute pengangkutan c. Fasilitas untuk daur ulang d. Luas dan jenis TPA. Kondisi yang terjadi di kawasan Pantai Baru sudah memiliki elemen-elemen pengelolaan sampah, akan tetapi kesemua elemen tersebut tidak berjalan secara maksimal, berdasarkan data yang penulis dapatkan dan observasi dilapangan, adanya wadah, alat pengumpulan dan pengangkutan sampah masih dilakukan secara manual, rute pengangkutan hanya sebatas di kawasan Pantai Baru saja sehingga masih banyak terdapat sampah-sampah yang belum tertangani secara baik, dikawasan tersebut belum memiliki fasilitas untuk daur ulang serta TPA yang ada hanya berupa tempat penampungan yang terbuat dari semen persegi yang kondisnya tidak di gunakan secara maksimal dan kumuh. Pengukuran Timbulan Sampah Daun Cemara Udang Pengambilan contoh timbulan sampah daun cemara udang ini dilakukan selama delapan hari berturut-turut pada lokasi yang sama sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI, 1994). Dari hasil pengukuran contoh timbulan sampah daun cemara udang di kawasan Pantai Baru, dapat di hitung jumlah volume rata-rata dan berat rata-rata daun cemara udang yang dihasilkan. Hasil pengukuran timbulan sampah daun cemara udang pada luas lokasi tersebut untuk volume rata-rata timbulannya sebesar 264 liter/hari, sedangkan berat rata-rata timbulan sampah daun cemara udang sebesar 15,25 Kg/hari. Gambar 2. Timbulan daun cemara udang Volume contoh timbulan daun cemara udang pada Gambar 2. sangat besar terjadi pada hari sabtu yaitu sebesar 410 liter dikarenakan kondisi pada saat dilkaukan
  • 4. pengambilan contoh timbulan sampah daun cemara udang dilapangan turunnya hujan selama 25 menit, dan volume sangat kecil pada hari minggu yaitu sebesar 178 liter pada kondisi cuaca normal. Sedangkan berat contoh timbulan daun cemara udang sangat besar terjadi pada hari sabtu sebesar 23,7 Kg dan berat contoh timbulan daun cemara udang sangat kecil pada hari minggu sebesar 10,2 Kg. Gambar 3. Jumlah pohon daun cemara udang Gambar 4. Timbulan sampah daun cemara udang setiap area Area pengukuran 5 merupakan pohon cemara udang paling banyak yaitu 90 pohon, dengan volume timbulan sebesar 594 liter dan berat timbulan sebesar 34,31 kg. Area pengukuran 10 terdapat pohon cemara udang paling sedikit yaitu 36 batang, dengan volume timbulan sebesar 238 liter dan berat timbulan sebesar 13,73 kg. Berdasarkan data pengukuran timbulan sampah daun cemara udang setiap area pengukuran maka didapatkan total jumlah volume serta berat timbulan sampah daun cemara udang perhari di kawasan Pantai Baru Kabupaten Bantul sebesar 4.792 liter dan 276 kg. Pengukuran Timbulan Sampah Warung Makan Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan yang dilakukan selama penelitian terdapat 78 bangunan kios dan warung makan yang berada dalam kawasan Pantai Baru. Pada kenyataannya tidak seluruh kios dan warung makan menjalankan usahanya setiap hari. Pada saat pengambilan data primer ini dilakukan hanya didapati ± 12 kios dan warung makan saja membuka usahanya pada hari senin – jumat, sedangkan untuk hari sabtu dan minggu terdapat ± 58 kios dan warung makan. Pengambilan data volume (liter) dan berat (kg) timbulan sampah yang dihasilkan dari tiap kios dan warung makan untuk mendapatkan data timbulan sampah perharinya peneliti mengambil 5 warung makan dari ±12 kios dan warung makan yang membuka usahanya. Dimana setiap harinya warung makan yang peneliti ambil datanya menjalankan usah warung makannya antara pukul 08.00 – 19.00 Wib. Pada (Lampiran 3) diberikan data pengambilan timbulan sampah yang dihasilkan oleh lima warung makan selama delapan hari secara berurutan (SNI, 1994) . Gambar 5. Timbulan sampah warung makan Volume contoh timbulan sampah warung makan Gambar 5. sangat besar terjadi pada hari senin yaitu sebesar 404 liter dikarenakan pada hari minggunya merupakan hari libur sehingga didapati begitu banyak pengunjung yang datang dan hadir bersama keluarganya untuk berwisata dan makan di kawasan Pantai Baru. Volume contoh timbulan sampah warung makan sangat kecil pada hari selasa yaitu sebesar 45 liter karena pengunjung dan wisata relatif berkurang pada hari tersebut. Sedangkan berat contoh timbulan sampah warung makan sangat besar terjadi pada hari minggu sebesar 48,7 Kg dan berat contoh timbulan sampah warung makan sangat kecil pada hari selasa sebesar 5,3 Kg. Komposisi Sampah di Kawasan Pantai Baru Kabupaten Bantul Pengelompokan berikutnya yang juga sering dilakukan adalah berdasarkan komposisinya, misalnya dinyatakan sebagai % berat (biasanya berat basah) atau % volume (basah) dari kertas, kayu, kulit, karet, plastik, logam, kaca, kain, makanan, dan lain-lain. Tabel 1 menggambarkan tipikal komposisi sampah di kawasan Pantai Baru. Menurut (Damhuri dan Padmi, 2010) komposisi dan sifat-sifat sampah menggambarkan keanekaragaman aktivitas manusia yang berada salam kawasan Pantai Baru. Komposisi sampah yang ditampilkan pada tebel dibawah ini adalah sampah daun cemara udang dan sampah dari warung makan yang dikumpulkan pada selang waktu pengukuran selama 8 hari, sehingga didapatkan komposisi sebagai berikut : Tabel 1. Komposisi sampah Kawasan Pantai Baru Gambar 6. Komposisi volume dan berat sampah daun cemara udang di Kawasan Pantai Baru Gambar 6. menjelaskan bahwa sampah organik seperti komposisi berat dan volume timbulan sampah lebih bersifat untuk mempermudah pengertian umum, untuk menggambarkan komponen sampah yang cepat terdegradasi (cepat membusuk), terutama yang berasal
  • 5. dari sisa makanan. Sampah yang membusuk (garbage) adalah sampah yang dengan mudah terdekomposisi karena aktivitas mikroorganisme. Uji Aktivitas Enzim Selulase Uji aktivitas enzim selulase pernah dilakukan oleh Zaman (2005) yang menguji aktivitas enzim selulase pada beberapa mikrobia selulolitik dengan media Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan menyimpulkan bahwa kisaran rasio diameter zona jernih pada media Mandels antara 1,86 – 3,22 cm. Munawaraton (2010) melakukan uji aktivitas enzim selulase dari jamur Tricoderma sp, dan didapatkan zona jernih jamur sebesar 2,43 cm, dimana kisaran angka ini termasuk dalam aktifitas jamur yang baik. Hal ini dibuktikan dengan lama proses pengomposan yang memakan waktu hanya 3 minggu untuk perlakuan pemberian Tricoderma sp 5% dan 7,5. Rokhima (2010) dari hasil analisa diperoleh rasio diameter zona jernih sebesar 1,55, penelitian ini menyatakan bahwa enzim selulase dari mikrobia yang terdapat dalam orgadec ini jauh lebih kecil dibandingkan dari hasil uji enzim selulase kedua penguji sebelumnya. Gambar 7. Jona jernih medium CMC Gambar 7. Menyatakan aktivitas enzim selulase media mandels, dengan diameter zona jernih total 9,5 cm dan diameter koloni yang terbentuk 2,6 cm, maka didapatkan diameter zona jernih media mandels sebesar 2,65 cm. Aktivitas enzim selulase dapat juga dinyatakan dengan luas per jam (cm2 /jam). Luas didapatkan dari zona jernih total dengan koloni yang terbentuk berupa lingkaran, sedangkan waktu menyatakan lamanya aktivasi enzim selulase pada saat perlakuan dilaboratorium. Berdasarkan data dan keterangan diatas maka dapat dinyatakan bahwa Aktivitas Enzim Selulase Media Mandels rata-rata adalah sebesar 0,78995 cm2/Jam. Pengomposan Pada proses pengomposan, suhu merupakan salah satu syarat untuk terjadinya proses pertumbuhan mikroorganisme serta menjadi indikator bahwa proses pengomposan yang dilakukan berlangsung dengan baik. Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Gambar 8. Grafik perubahan suhu bahan kompos 1:3 dan konsentrasi bioactivator Gambar 8. Memberikan tahap penghangatan untuk SD1 hari ke-1 sampai hari ke-3 sebesar 29 0 C -38 0 C, SD2 hari ke-1 sampai hari ke-6 sebesar 31 0 C – 36 0 C, SD3 pada hari ke-1 sebesar 30 0 C dan SD4 pada hari ke-1 sebesar 29 0 C. Tahap suhu puncak untuk SD1 suhu puncak terjadi pada hari ke-4, SD2 suhu puncak terjadi pada hari ke-7, SD3 suhu puncak terjadi pada hari ke-2 dan SD4 suhu puncak terjadi pada hari ke-2. Tahap pematangan kompos untuk SD1 mulai hari ke-20 dengan suhu konstan 29 0 C, SD2 mulai hari ke-19 dengan suhu konstan 30 0 C, SD3 mulai hari ke-20 dengan suhu konstan 30 0 C dan SD4 mulai hari ke-20 dengan suhu konstan 29 0 C. Untuk perbandingan bahan kompos dan konsentrasi bioactivator 1:5, 1:7 dan 1:9, sedangkan ketiga suhu kritis proses pengomposan yang terjadi dalam penelitian ini di tampilkan pada Tebel 2. Dibawah ini ; Tabel 2. Profil waktu mencapai titik kritis suhu semua perbandingan bahan kompos dan konsentrasi bioactivator Menurut Hartutik, dkk (2009) kenaikan suhu di awal pengomposan terjadi karena adanya aktivitas mikroba dalam mendekomposisi bahan organik dengan oksigen sehingga menghasilkan energi dalam bentuk panas, CO2, dan uap air. Panas yang ditimbulkan akan tersimpan dalam tumpukan, sementara di bagian permukaan terpakai untuk penguapan. Panas yang terperangkap dalam tumpukan akan menaikkan suhu tumpukan. Dalam proses pengomposan diperlukan adanya pembalikan, pembalikan tersebut dimaksudkan untuk menghindari terjadinya akumulasi panas sehingga proses pengomposan kurang berjalan secara maksimal. Perubahan pH Salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme adalah pH, sehingga nilai pH merupakan indikator yang baik bagi aktivitas mikroorganisme. Mikroorganisme berkembang biak dan melakukan metabolisme pada kondisi dan kisaran pH tertentu. Pengukuran pH tumpukan kompos dilakukan setiap pagi, CMC Zona Jernih Koloni
  • 6. siang, dan sore hari untuk mengetahui apakah proses pengomposan berjalan dengan baik. Menurut Zaman dan Sutrisno (2007), proses yang terjadi pada awal pengomposan adalah dekomposisi bahan-bahan organik yang kompleks dan bersifat reaktif seperti gula, tepung, karbohidrat, lemak menjadi asam organik sederhana,karbondioksida, air dan amoniak. Gambar 9. Grafik perubahan pH pengomposan bahan kompos 1:3 dan bioactivator Gambar 9. Menunjukan perubahan pH pengomposan dengan perbandingan bahan kompos dan konsentrasi bioactivator 1:3, terlihat bahwa profil pH pada tahap-tahap pengomposan. Tahapan pH bersifat asam, tahapan pH bersifat basa dan tahapan pH medekati netral. pH bersifat asam untuk SD1 hari ke-1 sampai hari ke-14 sebesar 6,8 - 6,9 ; SD2 hari ke-1 sampai hari ke-25 sebesar 6,8 – 6,9; SD3 pada hari ke-1 sampai hari ke-12 sebesar 6,6 – 6,9 dan SD4 pada hari ke-1 sampai hari ke-12 sebesar 6,6 – 6,9. Tahap pH bersifat basa untuk SD1 hari ke-17 sampai dengan hari ke-22 sebesar 7,1 – 7,2 ; SD2 hari ke-26 sampai hari ke-30 sebesar 7,1-7,3; SD3 hari ke-17 sampai hari ke-21 sebesar 7,1 – 7,3 dan SD4 hari ke-16 sampai hari ke-33 sebesar 7,1 – 7,3. Tahap pH mencapai netral untuk SD1 pada hari ke-22, untuk SD2 hari ke-31, untuk SD3 hari ke-22 dan SD4 hari ke-34. Untuk perbandingan bahan kompos dan konsentrasi bioactivator 1:5, 1:7 dan 1:9, kondisi asam dan kondisi normal proses yang terjadi dalam penelitian ini di tampilkan pada Tebel 3. Tabel 3. . Profil pH mencapai kondisi asam, kondisi basa dan kondisi normal semua perbandingan bahan kompos dan konsentrasi bioavtivator Proses pengomposan terjadi pada kisaran pH 5.5 - 9. Proses pengomposan akan menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai contoh, proses pelepasan asam secara temporer atau lokal akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase- fase awal pengomposan. Kadar pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral (Epstein, 1997). Rasio C/N Jika merujuk pada standarisasi kompos yang tertuang dalam SNI Pupuk Nomor 19-7030 Tahun 2004, dimana rentang rasio C/N adalah 10 -20, maka dari 16 perlakuan ini tidak ada yang masuk SNI. Tetapi jika merujuk pada hasil pembahasan para pakar di lingkup Puslitbangtanak, Direktorat Pupuk dan Pestisida, IPB Jurusan Tanah, Depperindag, serta Asosiasi Pengusaha Pupuk dan Pengguna dimana rentang rasio C/N adalah 10 – 25 ( Suriadikarta, 2010) maka perlakuan SD1(3,5%) untuk perbandingan bahan kompos dengan bioactivator 1:5 dengan rasio C/N sebesar 23,01 masuk dalam standar. Hal ini menunjukan bahwa selama proses pengomposan terjadi penurunan kadar karbon dan kadar nitrogen relativef tetap. Mikrobia membutuhkan energi untuk pertumbuhannya, didapat melalui pembongkaran komponen karbon sampah organik. Sebagian derivatderivat senyawa hasil pembongkaran tersebut dijadikan biomassa sel bersama nitrogen, sebagian besar lainya dilepaskan sebagai CO2, air dan panas sehingga menyebabkan penurunan karbon. Nitrogen hanya mengalami transformasi menjadi bentuk lain terutama komponen pengatur pertumbuhan dan metabolism sel. Apabila sel mati maka komponen bernitrogen dari sel tersebut didegradasi dan digunakan kembali oleh sel yang baru ( Tuomela, 2000). Penyusutan Bahan Organik Dalam proses pengomposan, bahan organik akan mengalami penyusutan 30 -50 % dari keadaan awal (Yuwono D, 2005). Untuk mengetahui besarnya penyusutan bahan organik dalam penelitian ini, setiap minggu dilakukan penimbangan . Gambar 10. Penyusutan bahan organik pengomposan untuk bahan kompos 1:3 dan konsentrasi bioactivator Gambar 10. menunjukkan penyusutan bahan organik pengomposan dengan perbandingan bahan kompos 1:3 dan konsentrasi bioactivator setiap minggunya. Untuk SD1 berat hasil kompos 3,4 kg, terjadi penyusutan bahan kompos sebesar 0,74 kg dan dengan persentasi penyusutannya adalah 17,87%, untuk SD2 berat hasil kompos 3 kg, terjadi penyusutan bahan kompos sebesar 1,12 kg dan dengan persentasi penyusutannya adalah 27,18%, untuk SD3 berat hasil kompos 3,3 kg, terjadi penyusutan bahan kompos sebesar 0,8 kg dan dengan persentasi penyusutannya adalah 19,51% dan untuk SD4 berat hasil kompos 3,1 kg, terjadi penyusutan bahan kompos sebesar 0,98 kg dan dengan persentasi penyusutannya adalah 24,02%. Untuk mengetahui kualitas kompos yang dihasilkan dilakukan pemeriksaan kompos baik secara fisik dan kimia. Pemeriksaan secara fisik meliputi : kadar air, pH, suhu, warna dan bau. Sedangkan pemeriksaan kemiawi meliputi analisis kimia unsur hara makro yang
  • 7. meliputi, kadar karbon (C), nitrogen (N), rasio C/N, phosphor (P) da kalium (K). Kemudian hasil pemeriksaan tersebut dibandingkan dengan SNI kompos yang masih berlaku. Hasil pemeriksaan dan analisa kompos serta perbandingan dengan SNI tersaji dalam Tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji kualitas bahan Kompos dan bandingannya terhadap SNI 19-7030-2004 Dari Tabel 4 diuraikan sebagai berikut Kadar air Kadar air kompos dari kompos matang yang dihasilkan untuk perlakuan SD1 dengan perbandingan bahan kompos 1:3 dan 1:5 memenuhi standar SNI-19-7030- 2004, sedangkan untuk perlakuan yang lain yang tidak disebutkan belum masuk standar SNI. Untuk perlakuan yang belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI bisa dilakukan pengeringan tanpa terkena sinar matahari langsung untuk beberapa hari sebelum melakukan uji organik di laboratorium, sehingga kadar air yang terkandung didalam kompos tersebut memenuhi standar SNI yang dipersyaratkan yaitu maksimal 50%. Suhu Suhu akhir kompos yang dihasilkan untuk semua perlakuan berkisar antara 28-30 0C dan kisaran suhu ini memenuhi standar SNI-19-7030-2004, yaitu sesuai suhu air tanah yang berkisar antara 26-32 0C. Warna Warna kompos yang dihasilkan untuk semua perlakuan adalah berwarna hitam. Sehingga semua perlakuan (SD1,SD2,SD3 dan SD4) dengan perbandingan bahan kompos (1:3; 1:5; 1:7; dan 1:9) sudah memenuhi standar SNI-19-7030-2004 yang dipersyaratkan dimana kompos yang matang berwarna kehitaman. Bau Bau kompos yang dihasilkan untuk semua perlakuan (SD1,SD2,SD3 dan SD4) sudah memenuhi standar SNI-19- 7030-2004 yang dipersyaratkan yaitu berbau tanah. pH (derajat keasaman) pH (derajat keasaman) kompos yang di hasilkan adalah 7 untuk semua perlakuan, hasil ini sudah memenuhi standar SNI-19-7030-2004 yang berkisar 6,8 – 7,49. Kadar N kompos Kompos yang dihasilkan untuk perlakuan SD1, SD2, SD3 dan SD4 dan perbandingan bahan kompos (1:3; 1:5; 1:7; dan 1:9), semuanya memenuhi standar SNI-19-7030-2004 yang dipersyaratkan. Dimana kadar N total kompos adalah minimal 0,4 %. Kadar karbon kompos Kadar C organik kompos yang dihasilkan untuk perlakuan (SD1,SD2,SD3 dan SD4) dan perbandingan bahan kompos (1:3; 1:5; 1:7; dan 1:9) semuanya melebihi standar SNI- 19-7030-2004 dimana kadar C organik berkisar antara 9,8 – 32%. Akan tetapi Menurut Peraturan Menteri Pertanian No 70/Permentan/SR.140/10/2011 (Permentan, 2011), standar mutu persyaratan teknis minimal pupuk organik padat dinyatakan bahwa C organik murni dan diperkaya mikroba minimal 15%. Sehingga berdasarkan peraturan menteri pertanian tersebut semua perlakuan kompos cemara udang memenuhi persyaratan pupuk organik. Kadar carbon organik yang melebihi dari standar SNI bisa diatasi dengan cara membiarkan kelangsungan proses pengomposan lebih lama, karena dimungkinkan aktifitas mikrobia masih terus berlangsung. Kadar rasio C/N Standar SNI-19-7030-2004 untuk kadar rasio C/N kompos adalah 10-20. Dari semua perlakuan tidak ada yang mendekati standar SNI, perlakuan SD1,SD2, SD3 dan SD4 masih melebihi standar. Hal ini juga bisa diatasi dengan membiarkan proses pengomposan berjalan lebih lama. Tetapi jika merujuk pada hasil pembahasan para pakar di lingkup Puslitbangtanak, Direktorat Pupuk dan Pestisida, IPB Jurusan Tanah, Depperindag, serta Asosiasi Pengusaha Pupuk dan Pengguna. Dimana rentang rasio C/N adalah 10 – 25 ( Suriadikarta, 2010 dan Permentan, 2011) maka perlakuan SD1 dengan perbandingan bahan kompos 1:5 dan bioactivator mempunyai nilai rasio C/N sebesar 23,01 sehingga memenuhi standar pupuk organik. Kadar P Kadar P kompos untuk semua perlakuan sudah memenuhi standar SNI-19-7030-2004 yang dipersyaratkan, dimana standar SNI untuk kadar P kompos adalah minimal 0,1 Kadar K Kadar P kompos untuk semua perlakuan sudah memenuhi standar SNI-19-7030-2004 yang dipersyaratkan, dimana standar SNI untuk kadar P kompos adalah minimal 0,2. Analisa Kawasan Zero Waste Neraca Limbah Kompos Berdasarkan data timbulan sampah daun cemara udang yang peneliti dapatkan melalui data primer sebesar 276 kg/hari atau setara dengan 0,276 ton/hari, akan diperlukan dekomposer kotoran sapi 1.380 kg atau 1,38 ton dengan perbandingan (1:5) efesiensi pengomposan sebesar 25,93 % maka akan dihasilkan kompos sebesar 1.269,5 kg atau 1,27 ton. Dari kompos yang dihasilkan dalam satu tahun, dapat diaplikasikan untuk pemupukan pohon cemara udang yang ada di kawasan Pantai Baru sebanyak 463,38 ton, dimana setiap batang pohon cemara udang (726 pohon) diberikan pupuk kompos sebanyak 5 Kg/batang setiap 6 (enam) bulan (Permentan 10, 2013). Dengan demikian pupuk kompos dapat diaplikasikan ke kawasan sebesar 463,38 ton, sedangkan sisanya 455,76 ton kompos dapat digunakan untuk peruntukan lainnya.
  • 8. Tabel 5. Neraca limbah Kompos Rumah Kompos Konsep zero waste yang dicoba ini adalah oleh, dari dan untuk masyarakat, dengan menerapkan beberapa jenis pengolahan secara simultan untuk menghasilkan produk dari hasil daur ulang. Sehingga pemerintah dalam hal konsep ini berperan sebagai fasilitator dan penyediaan prasarana seperti jalan, sarana komunikasi dan lain sebagainya. Gambar 11. Tata letak rumah kompos (Djaja, 2011) Tinjauan Perilaku Masyarakat di Kawasan Pantai Baru Terkait Pengolahan Sampah Berdasarkan jenis kelamin, responden didominasi oleh wanita sebanyak 12 responden (80%). Berdasarkan umur, responden yang dominan adalah yang berumur antara 36 – 40 tahun sebanyak 9 responden (50%). Responden sebagian besar berpendidikan terakhir SMP yaitu sebesar 60% atau 12 responden. Responden juga didominasi oleh petani sebanyak 8 responden (40%). Tabel 6. Karakteristik Responden Tabel 7. Harapan masyarakat dengan adanya pengolahan sampah di Pantai Baru Adanya unit pengolahan sampah diakui sebagian responden akan memberikan perbaikan dalam kebersihan lingkungan sebanyak 11 responden (55%) dan perbaikan pelayanan sampah sebanyak 13 responden (65%). Responden yang menjawab tidak ada perubahan atau perbaikan dalam pelayanan sampah dan kebersihan lingkungan beranggapan bahwa sejak awal atau sebelum adanya rencana pengolahan sampah (rumah kompos) di kawasan Pantai Baru, pelayanan sampah dan kebersihan lingkungan juga sudah baik karena adanya petugas pembersih sejumlah 6 (enam) orang yang bertugas membuang sampah warung makan dan sampah daun cemara udang. Adanya pengolahan sampah (rumah kompos) dirasakan akan memberikan manfaat positif bagi 16 responden atau sebanyak 80%. Manfaat langsung yang paling banyak dirasakan oleh responden adalah tidak terjadinya penumpukan sampah. Sebanyak 4 orang (20% ) memilih manfaat tidak langsung atau manfaat secara makro yang paling berpotensi dirasakan dengan adanya pengolahan sampah adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat pengolahan sampah. Tabel 8. Kegiatan operasional pengolahan sampah Selain dampak positif yang akan didapat dari adanya pengolahan sampah (rumah kompos) juga terdapat dampak negatif, semua responden (20 orang) menyatakan belum mengetahui dampak negatif dengan adanya rencana pengolahan sampah di kawasan Pantai Baru kabupaten Bantul. Sehingga peneliti belum melakukan langkah penanganan untuk mengatasi masalah yang berupa masukan dari masyarakat yang ada di kawasan Pantai Baru, terhadap pengolahan sampah baik sampah warung makan maupun sampah daun cemara udang. Perubahan Perilaku Responden dalam Menangani Sampah Tabel 9. perubahan perilaku masyarakat di Pantai Baru terhadap pengolahan sampah Perilaku menyediakan wadah khusus atau tempat sampah yang terpisah untuk sampah organik dan non- organik dipengaruhi perilaku memilah sampah pada saat pengumpulan, karena untuk memudahkan pemilahan sampah di kawasan Pantai Baru, akan tetapi sebagian besar responden tidak menyediakan tempat sampah yang terpisah antara organik dan anorganik, sehingga semua sampah yang dihasilkan dari warung makan berkumpul dalam satu wadah. Perilaku tersebut merupakan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan para responden sejak dulu. Jadi, dengan adanya proses
  • 9. pengolahan sampah (pengomposan) diharapkan akan mempengaruhi perilaku tersebut. Merubah Perilaku Masyarakat di Kawasan Pantai Baru terhadap Pengolahan Sampah Kurangnya sosialisasi yang berlanjut pada minimnya sarana dan prasarana penunjang menimbulkan perubahan sikap yang tidak terus-menerus (kontinyu) dalam menangani sampah. Sarana penunjang memang menjadi salah satu faktor penentu karena pola perilaku masyarakat di kawasan Pantai Baru Kabupaten Bantul terhadap sampah masih memerlukan insentif atau penggerak agar perubahan positif yang diharapkan dapat bersifat kontinyu. Misalnya, agar masyarakat di kawasan Pantai Baru mau memilah sampah organik dan anorganik , Pemkot Bantul dapat bekerjasama dengan Bina Lingkungan Hidup (BLH), pihak pengelola dan peneliti membuat desain tempat sampah yang sesuai dengan kawasan Pantai Baru. Menindaklanjuti masalah sosialisasi, Pemkot sebaiknya bekerjasama dengan Lembaga Perberdayaan Masyarakat (LPM), Bina Lingkungan Hidup (BLH), komunitas-komunitas lingkungan, perkumpulan warga. dan pejabat-pejabat setempat sperti Ketua RT, RW, dan Lurah agar membentuk atau menunjuk kelompok kader penggerak sehingga masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam menangani sampah rumah tangganya dan juga memudahkan proses sosialisasi. Untuk mengidentifikasi apakah ada dorongan dan perubahan perilaku responden dalam menangani sampah di kawasan Pantai Baru, maka dianggap perlu untuk dilakukan pelatihan tentang pengolahan sampah. Berdasarkan pelatihan tersebut, diharapkan adanya perubahan perilaku yang nyata/signifikan adalah memilah sampah yang bersal dari warung makan, rumah tangga, menyediakan wadah atau tempat sampah khusus, dan melakukan pengolahan sampah (pengomposan) untuk sampah daun cemara udang. Pelatihan dilakukan di kawasan Pantai Baru pada tanggal 1 Juli 2013, dengan jumlah peserta sebanyak 10 orang dimana karakteristik peserta pelatihan bisa di lihat pada Tabel 10. Tabel 10. Karakteristik peserta pelatihan pengolahan sampah Pelatihan yang diberikan kepada peserta adalah materi yang berkaitan dengan konsep kawasan zero waste yang berwawasan lingkungan di Pantai Baru antara lain, pengomposan daun cemara udang, pembuatan pelet dari tulang ikan, perencanaan masterplan kawasan Pantai Baru dan penanganan limbah cair cucian dari warung kuliner Gambar 12. Pelaksanaan Pelatihan pengolahan sampah Untuk mengetahui perubahan perilaku masyarakat di kawasan Pantai baru menuju kawasan zero waste memerlukan pendampingan, penelitian dan pembahasan lebih lanjut yang dituangkan dalam aplikasinya berupa pemberdayaan masyarakat. Harapan dari peneliti dengan adanya penelitian dan pelatihan ini memberikan gambaran secara nyata bagaimana merubah perilaku masyarakat tidak bisa dengan hanya melakukan diskusi dan penyelesaian secara sektoral akan tetapi secara integral bagi semua lapisan masyarakat di kawasan Pantai Baru Kabupaten Bantul. Tabel 11. Partisifasi peserta peserta(masyarakat) dalam menciptakan kawasan zero waste Tabel 11. Perilaku penilaian persepsi masyarakat berkaitan dengan menciptakan kawasan zero waste, 80 persen responden menyatakan kondisi lingkungan di kawasan Pantai Baru masih dalam kondisi bersih, akan tetapi responden juga menyatakan bahwa sampah yang ada di kawasan Pantai Baru jika tidak di tangani dengan benar maka akan membawa dampak yang tidak baik dan mengkhawatirkan sebanyak 70 persen responden, selain itu juga responden memandang timbulan sampah baik daun cemara udang dan maupun sampah warung makan (kuliner) sebagai potensi sebesar 70 persen. Dalam menciptakan kawasan zero waste partisifasi masyarakat sangatlah diperlukan, dimana kawasan Pantai
  • 10. Baru merupakan tempat usaha dan sumber mata pencaharian tambahan selain pekerjaan utama mereka sebagai petani, nelayan dan swata. Bentuk partisifasi masyarkat di kawasan Pantai Baru dalam menciptakan kawasan zero waste adalah membuang sampah pada tempatnya untuk setiap aktivitas yang menghasilkan sampah didukung oleh semua warga sebesar 100 persen. Untuk sampah-sampah yang memiliki potensi untuk dilakukan daur ulang atau di rubah menjadi produk tertentu seperti kompos dan pakan ikan masyarakat menyatakan 90 persen siap melakukan pemilahan sampah dan seluruh warga bersepakat juga secara bersama untuk dilakukan pengolahan sampah menjadi produk kompos atau pakan ikan sebesar 100 persen. Sebagai daerah tujuan wisata edukasi, wisata kuliner dan wisata terpadu dalam rangka pencanangan kawasan zero waste di kawasan Pantai Baru masyarakat menyatakan akan berpartisifasi 100 persen dalam pencangan tersebut, karena akan membawa dampak positif terhadap pengembangan wilayah, sebagai ajang promosi dan diharapkan kawasan Pantai Baru mejadi kawasan wisata percontohan kawasan pantai yang serupa di Yogyakarta. Dalam mendukung program kawasan zero waste harapan masyarakat di kawasan Pantai Baru adalah adanya fasilitas-fasilitas yang mendukung untuk tercapainya kawasan zero waste yaitu tempat sampah, pengolahan sampah dan pemanfaatan sampah menjadi produk yang bernilai guna, 70 persen responden menyatakan bahwa fasilitas tersebut belum terpenuhi dan belum ada sedangkan 30 persen responden menyatakan sudah memiliki akan tetapi masih kurang dari yang diharapkan. Selama ini fasilitas-fasilitas pengolahan sampah hanya dibantu dari dana swadaya masyarakat dalam bentuk iuran dan koperasi warga. Bentuk awal suatu kawasan zero waste adalah adanya fasilitas pemilahan atau pemisahan sampah yang di hasilkan pada kawasan tersebut, Pantai Baru sebagai kawasan wisata tentunya harus memiliki bak sampah yang terpisah sesuai dengan jenis sampahnya baik organik maupun anorganik, semua warga masyarakat di kawasan Pantai Baru menyetujui sebesar 100 persen untuk adanya fasilitas bak sampah secara terpisah baik di area warung kuliner maupun di areal terbuka untuk pengunjung. Pengetahuan masyarakat di kawasan Pantai Baru berkaitan dengan pengolahan sampah sangatlah diperlukan guna mendukung program kawasan zero waste. Pengetahuan tersebut secara tidak langsung akan membawa perubahan tentang manfaat yang dirasakan baik segi lingkungan, ekonomi dan sosial, dengan adanya pengetahuan tentunya akan merubah watak dan perilaku masyarakat terhadap sampah. Dengan adanya garis pantai yang di tumbuhi oleh pohon cemara, selain menambah daya tarik juga menimbulkan sampah dari daun cemara udang yang berguguran. Sebanyak 60 persen responden tidak mengetahui bahwa daun cemara udang bisa dijadikan produk pupuk organik yaitu kompos. Solusi yang mereka lakukan selama ini hanya membakarnya dalam jumlah sangat besar dan menimbulkan asap. Berkaitan dengan pengolahan sampah daun cemara udang menjadi produk kompos seluruh responden (100%) menyatakan belum pernah mendapatkan pengetahuan dan pelatihan pembuatan produk kompos dari limbah daun cemara udang. Sebanyak 70 persen responden juga menyatakan bahwa produk kompos dari daun cemara udang lebih mudah cara pembuatannya dibandingkan dengan kompos dari bahan lain (kotoran sapi), salah satu kesulitannya kompos selain daun cemara udang bagi masyarakat adalah banyaknya campuran yang harus di tambahkan (urea,kapur dan molase) dalam campuran pembuatan kompos. Pencangan Kawasan Zero Waste Berdasarkan kebutuhan akan sistem pengelolaan sampah di kawasan Pantai Baru tersebut, maka beberapa tahun terakhir Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bantul mulai mencanangkan program pengelolaan sampah terpadu yang dinilai dapat mengatasi permasalahan sampah yang semakin kompleks. Keberadaan program pengelolaan sampah yang terpadu tidak hanya menyangkut masalah kebersihan dan lingkungan saja, namun juga menyimpan potensi manfaat ekonomi dan sosial. Masuknya unsur teknologi, SDM, sistem, hukum, sosial, dan dana dalam suatu program pengelolaan sampah, akan menjadikan sampah tidak lagi diletakkan sebagai sumber masalah, tetapi sebaliknya, dipandang sebagai sumber daya yang dapat diolah dan dikelola untuk memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Gambar 13. Foto Pencanganan Kawasan Zero Waste oleh Bupati Bantul dan Dekan Fak. Teknik UGM Oleh karenanya, dengan melihat potensi tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul dan Dekan Fakultas Teknik Universitas mencanangkan Kawasan Pantai Baru sebagai kawasan Zero Waste pada hari kamis, 8 Juli 2013, pencanangan tersebut ditandai dengan penerbitan buku tentang zero waste dan pameran master plan di aula kepala Desa Poncosari Kacamatan Srandakan. 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat di simpulkan ; 1) Proses pengomposan daun cemara udang di kawasan Pantai baru, mampu mengurangi volume timbulan sampah sebesar 77% dan mengurangi berat timbulan sampah sebesar 61%. 2) Proses pengomposan daun cemara udang dengan dekomposer kotoran sapi dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas kompos, dilihat dari tercapainya kestabilan suhu dan C/N rasio.
  • 11. 3) Pada kisaran variabel yang diteliti diperoleh hasil optimal pada saat perlakuan SD1 (3,5%) dengan perbandingan campuran bahan kompos 1:5 dan bioactivator diperlukan waktu pengomposan selama 31 hari, dengan rasio C/N sebesar 23,01. 4) Pengolahan sampah akan memberikan perbaikan dalam kebersihan lingkungan di kawasan Pantai baru sebanyak 55% dan perbaikan pelayanan sampah sebanyak 65%. 5) Pengolahan sampah akan memberikan manfaat positif sebanyak 80% tidak terjadinya penumpukan sampah dan sebanyak 20% memberikan edukasi kepada masyarakat di kawasan Pantai Baru. 6) Pengolahan sampah selama ini di kawasan Pantai Baru belum sesuai dengan metode dan teknik pengolahan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Daftar Pustaka Damhuri dan Padmi. 2010. Pengolahan Sampah. Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Epstein, E. 1997. The Science of Composting. Technomic Publishing Inc. Pensylvania. 83p. Hartutik, Sri, Sriatun, dan Taslimah, 2009. Pembuatan Pupuk kompos dari Lmbah bunga kenanga dan pengaruh persentase terhadap ketersedian nitrogen tanah.Http://eprints.Undip.Ac.Id/3008/1/Jurnal_tan ah. Pdf diakses 6 mei 2013. Mardi Wibowo. 2001. Aplikasi Sistem Informasi Geografi (Sig) Untuk Penataan Kawasan Pantai Kasus Pantai Parangtritis Dan Sekitarnya. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.2, No. 2, Mei 2001 : 159-167 Munawaraton. 2010. Percepatan Waktu Pengomposan Sampah Organik Dengan Penambahan Starter Trichoderma SP. Tesis Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta. Permentan 10. 2011. Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Induk Lada. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Permentan 70. 20011. Peraturan Menteri Pertanian. Tentang Pupuk Oranik,Pupuk Hayati dan Pembenahan Tanah. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Rokhimah,S.R. 2010. Pengaruh Bioaktivator Orgadek Terhadap Kecepatan dan Kualitas Hasil Pengomposan Sampah Organik. Tesis Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta. Standar Nasional Indonesia. 2004. Standar Nasional Indonesia No. 19-7030-2004 tentang Spesifikasi Kompos Dari Sampah Organik Domestik. Badan Standarisasi Nasional. Standart Nasional Indonesia. 1994. Standar Nasional Indonesia No. 03-3241-1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah, Badan Standar Nasional. Tuomela, 2000. Biodegradation of lignin in a compost environtment. Bioresource Tecnology p : 169 – 183 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18. 2008. Tentang Pengolahan Sampah Yuwono, D. 2005. Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 91hal. Zaman. 2005 . Aplikasi Mikroba Selulotik untuk Mempercepat Biodegradasi Tandan Kosong Kelapa Sawit. Tesis Pasca Sarjana, UGM, Yogyakar