SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 14
Descargar para leer sin conexión
ILMU DAN KEBUDAYAAN




                  Disusun Oleh:

1. Ayu Kusumaningrum Siregar      (111714007)

2. Rizqy Ayu Pramita              (111714017)

3. Adi Setyo Rochmadi             (111714026)

4. Rayhana Ayuninnisa             (111714040)

5. Ady Setiawan                   (111714043)

                       Kelas :

                   MP A/2011

                       Dosen:

          DR. Erny Roesminingsih, M.Si



     UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

       FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

     PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN

                  TAHUN 2011
KATA PENGANTAR



       Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayahNya kami selaku kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Ilmu
mengenai “ilmu dan kebudayaan” ini dengan baik dan lancar.

        Fitrah kehidupan manusia adalah menjalani kehidupan ini sesuai dengan aturan-
aturan kehidupan yang telah ditetapkan oleh penciptanya, yaitu Allah Swt karena Dia yang
paling mengetahui segalanya tentang makhluk ciptaan-Nya.

        Kami menyadari akan adanya kekeliruan dari segi struktur kata, bahkan pembahasan
yang kurang koheren untuk dijadikan sebagai Makalah. Untuk itu, kami mengharapkan
sebuah kritikan dan saran yang mendukung demi kesempurnaan makalah kami yang
selanjutnya. Terimakasih.




                                                         Surabaya, 26 November 2011
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULAN

      A. Latar Belakang

BAB II. PEMBAHASAN

      A.     Manusia dan Kebudayaan

             a.       kebudayaan dan pendidikan

      B.     Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

             a.       Ilmu sebagai suatu cara berpikir
             b.       Ilmu sebagai asas moral
             c.       Nilai-nilai ilmiah dan pengembangan kebudayaan nasional
             d.       Kearah peningkatan peranan keilmuan

      C.     Dua Pola Kebudayaan

BAB III. PENUTUP

      A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

                                  PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Ilmu adalah seperangakat pengetahuan yang merupakan buah pemikiran manusia yang
memiliki metode tertentu yang berguna untuk umat manusia agar manusia dapat senantiasa
eksis dalam kehidupannya.

        Ilmu yang menjadi alat bagi manusia agar dapat menyesuaikan diri dan merubah
lingkungan, memiliki kaitan erat dengan kebudayaan. Talcot Parsons (Suriasumantri,
1990:272) menyatakan bahwa “Ilmu dan kebudayaan saling mendukung satu sama lain:
dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembang dengan pesat, demikian pula
sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa di dukung
perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapan”. Ilmu dan kebudayaan berada dalam
posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu
dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaan. Sedangkan di pihak lain,
pengembangan ilmu akan mempengrauhi jalannya kebudayaan.
BAB II

                                  PEMBAHASAN

A.   Manusia dan Kebudayaan

a.   Pengertian

             Definisi kebudayaan selalu mengalami perkembangan seiring bergulirnya
     waktu, namun definisi-definisi yang timbul tersebut secara keseluruhan dapat diambil
     garis merah bahwa tidak memiliki perbedaan signifikan yang bersifat prinsip jika
     harus berpatokkan pada definisi pertama yang berhasil dicetuskan oleh E. B. Taylor
     (1871), yakni sebagai suatu keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,
     seni, moral, hokum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnyayang diperoleh
     manusia sebagai anggota masyarakat.

             Kemudian, kuntjaraningrat (1974) secara lebih terperinci membagi
     kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari system religi dan upacara
     keagamaan, system pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian serta
     sitem teknologi dan peralatan.

b.   Perbedaan

               Berbagai sepak terjang manusia yang beraneka ragam merupakan buah bukti
     atas kolaborasi kebutuhan yang dimiliki manusia itu sendiri sehingga memotivasi
     untuk memenuhi segala kebutuhan mereka tersebut. Dalam hal ini, menurut Ashley
     Montagu, kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar
     hidupnya. Berbagai kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan fisiologi, rasa aman,
     afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi inilah yang menjadikan suatu ciri khas
     tersendiri bagi manusia, jika dibandingkan dengan binatang yang tidak memiliki
     kebutuhan sedetail itu. Akan tetapi, kebutuhan binatang lebih terpusat pada
     kebutuhan fisiologi dan rasa aman serta pemenuhan kebutuhan secara instinktif.
     Sebaliknya, jika binatang tidak memiliki kebutuhan sekonkret manusia, namun
     binatang memiliki satu kebutuhan yang tidak manusia miliki, yakni kebutuhan secara
     instinktif tersebut. Hal inilah yang mendorong manusia untuk berbelok pada konsep
     kebudayaan yang lebih mengajarkan tentang bagaimana cara hidup, guna
     membangun dinding sekat antara manusia dan binatang.

              Kelemahan manusia dengan ketidakmampuan untuk bertindak instinktif ini
     telah diimbangi dengan suatu kemampuan lain berupa kemampuan untuk belajar,
     berkomunikasi dan menguasai objek-objek yang bersifat fisik, hal ini tentunya tidak
     dimiliki oleh binatang apapun. Selain itu, kemampuan lain yang berbentuk budi juga
     memberikan corak berbeda pada manusia yang mana didalamnya terkandung
     berbagai hal mengenai dorongan-dorongan hidup yang dasar, insting, perasaan,
     berfikir, kemauan dan fantasi. Budi inilah yang menyebabkan manusia
     mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitar melalui
     pemberian penilaian terhadap objek dan kejadian, dan penilaian inilah yang menjadi
     tujuan dan isi serta inti dari kebudayaan tersebut.
Kebudayaan dalam hal ini diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya
      dalam bentuk penilaian kebudayaan dan tata hidup yang mencerminkan nilai
      kebudayaan yang dikandungnya serta dapat berbentuk sarana kebudayaan yang
      merupakan perwujudan bersifat fisik sebagai produk dari kebudayaan atau alat yang
      memudahkan kehidupan manusia.

              Keseluruhan fase kebudayaan diatas sangatlah erat hubungannya dengan
     pendidikan sebab secara tidak langsung proses kebudayaan ini didapat oleh manusia
     melalui pintu gerbang pendidikan. Adat kebudayaan diwariskan pada generasi
     selanjutnya pasti melewati proses belajar, dengan demikian kebudayaan selalu
     diteruskan dari waktu ke waktu. Maka pada sub bab selanjutnya akan kita kupas
     mengenai hubungan antara kebudayaan dan pendidikan secara lebih terperinci,
     sekaligus akan dikaji beberapa masalah pokok yang perlu diperhatikan terkait
     kemajuan proses pendidikan yang dikaitkan dengan kebudayaan.

c.   Kebudayaan dan pendidikan

             Sebelum kita menyelami lebih dalam mengenai kebudayaan, kaitannya degan
     pendidikan. Maka tidak ada salahnya jika terlebih dahulu kita mengenal beberapa nilai
     dasar dalam kebudayaan, diantaranya:
a)   Nilai teori; hakikat penemuan kebenaran melalui berbagai metode seperti
     nasionalisme, empirisme dan metode ilmiah,
b)   Nilai ekonomi; mencakup dengan kegunaan berbagai benda dalam memenuhi
     kebutuhan manusia,
c)   Nilai estetika; nilai yang berhubungan dengan keindahan dan segi-segi artistic yang
     menyangkut bentuk, harmoni dan wujud kesenian lainnya yang memberikan
     kenikmatan pada manusia,
d)   Nilai social; nilai yang berorientasi pada hubungan antat manusia dan penekanan segi-
     segi kemanusiaan yang luhur,
e)   Nilai politik; nilai yang berpusat pada kekuasaan dan pengaruh baik dalam kehidupan
     masyarakat maupun di dunia politik, dan
f)   Nilai agama; nilai yang beorientasi pada penghayatan yang bersifat mistik dan
     transedental dalam usaha manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya
     di muka bumi.

              Setiap kebudayaan memiliki skala hirarki yang begitu terformat mengenai
     beberapa nilai di atas, mulai tingkatan yang kurang penting hingga nilai terpenting dari
     nilai-nilai di atas. Juga memiliki penilaian tersendiri dari tiap-tiap kategori tersebut.
     Berdasarkan penggolongan tersebut di atas maka masalah pertama yang dihadapi oleh
     pendidikan ialah menetapkan nilai-nilai budaya apa saja yang harus dikembangkan
     dalam diri anak bangsa.
              Memahami pengertian pendidikan yang dapat dimaknai secara luas sebagai
      usaha yang sadar dan sistematis dalam membantu anak didik untuk mengembangkan
      fikiran, kepribadian dan kemampuan fisiknya, mengharuskan kita untuk selalu up to
      date dalam pengkajian masalah tersebut. hal ini harus dilakukan disebabkan oleh
      beberapa hal, yakni:
              Pertama; nilai-nilai budaya yang akan dikembangkan harus sesuai dengan
      tuntutan zaman, kelak di masa anak bangsa hidup. Kedua; usaha pendidikan yang
sadar dan sistematis mengharuskan kita untuk lebih eksplisit dan definitive tentang
      hakikat nilai-nilai budaya tersebut. keharusan ini disebabkan karena gejala
      kebudayaan yang lebih banyak bersifat tersembunyi daripada terungkap, bahkan
      hakekat kebudayaan tersebut justru yang tersembunyi bagi masyarakat umum. Hal ini
      tidaklah lain disebabkan karena sikap kita sendiri yang menelan begitu saja tanpa
      menyaring dan mengenal lebih dalam terlebih dahulu segala kebudayaan baru yang
      datang.
              Masalah ini lebih serius lagi jika diperhatiakn bahwa dalam faktanya, nilai
      kebudayaan yang diajarkan dalam pendidikan tidaklah sesuai dengan keperluan anak
      bangsa kelak di masa mendatang. hal ini diperkuat dengan kesimpulan penelitian
      Sheldon Shaeffer di kecamatan Turen, Malang. Menyatakan bahwa kegiatan
      pendidikan dasar di tempat tersebut tidak memberikan pengetahuan, nilai, sikap yang
      diperlukan anak kelak sebagai bekal hidup pada abad XXI. Maka, sebagai solusi
      untuk menjawab salah satu permasalahan di atas, haruslah ditentukan terlebih dahulu
      alur perkiraan scenario kihidupan masyarakat mendatang. tentunya harus berpacu
      pada perkembangan dan keadaan masyarakat Indonesia saat ini, sebagai barometer
      tersendiri untuk menentukan keadaan mendatang. langkah pertama yang bisa kita
      lakukan dengan memusatkan perhatian pada nilai-nilai masyarakat modern yang
      sedang berkembang, sebelum memprediksikan perkembangan akan datang. Selain itu,
      selayaknya kita memahami secara mendalam criteria masyarakat modern, baik dari
      segi kehidupan, ekonomi, budaya, dll. Kemudian, dibandingkan dengan criteria dan
      cirri-ciri masyarakat tradisional yang mestinya terdapat sisi kekurangan diantara
      keduanya. Setelah barulah kita merancang pengembangan kreativitas kebudayaan
      yang diselipkan dalam proses pendidikan, agar kebudayaan selalu up to date tanpa
      meninggalkan nilai-nilai suci budaya yang diwariskan dan sesuai dengan kebutuhan
      masyarakat mendatang. sehingga, tidak mengurangi rasa peduli dan antusias
      masyarakat dalam mempelajari, mengamalkan dan mengajarkan kebudayaan tersebut
      secara turun menurun.
     Dalam proses pewarisan budaya di atas, perlu dipondasikan terlebih dahulu dengan
     menggunakan nilai agama. Karena nilai agama berfungsi sebagai sumber moral bagi
     segenap kegiatan. Hakikat segala usaha manusia dalam lingkup kebudayaan haruslah
     ditujukan untuk meningkatkan martabat manusia, bukan sebaliknya. Sebab jika tidak
     demikian, maka hal ini bukanlah suatu proses pembudayaan melainkan dekadensi,
     proses peruntuhan peradaban.dalam hal ini, agama memang memberikan kompas dan
     tujuan serta arti tersendiri bagi manusia yang berbeda dengan makhluk apapun itu
     yang ada di jagad raya ini. Kemajuan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
     dinilai ternyata tidak memberikan nilai kebahagiaan yang hakiki, hal ini menyebabkan
     manusia kembali pada nilai-nilai agama yang dinilai memang sebagai pondasi dan
     pedoman dalam mencapai kejayaan peradaban dan kebudayaan. Kita ingat bahwa
     “ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh”.
     Jadi, memang kebuyaan sesungguhnya yang perlu kita wariskan pada anak bangsa
     ialah menjadikan mereka manusia yang bertaqwa, terdidik, bermoral tinggi, brakhlak
     mulia dan makhluk yang berusaha maju dengan kerja keras dan usaha sendiri
     (mandiri).


B. Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Talcot Parsons (Suriasumantri, 1990:272) menyatakan bahwa “Ilmu dan kebudayaan saling
mendukung satu sama lain: dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembang dengan
pesat, demikian pula sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa
di dukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapan”. Ilmu dan kebudayaan berada
dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak
perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaan. Sedangkan
di pihak lain, pengembangan ilmu akan mempengrauhi jalannya kebudayaan.

Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari
kebudayaan. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan
cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara.

Dalam kerangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunyai peranan ganda
(Suriasumantri, 1990:272)

a.   Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan
     kebudayaan nasional.

b.   Ilmu merupakan sumber nilai yang meengisi pembentukan watak suatu bangsa.

Dalam perkembangan zaman yang begitu cepat, terkadang ilmu dikaitkan dengan teknologi.
Kebudayaan kita tak terlepas dari teknologi. Namun sayangnya yang memiliki pengaruh yang
dominan pada kebudayaan adalah teknologi, padahal teknologi adalah buah/produk kegiatan
ilmiah. Sedangkan ilmu sendiri yang merupakan sumber nilai yang konstruktif memiliki
ruang yang sempit dalam pengembangan kebudayaan nasional. Maka dari itu, pemahaman
terhadap hakikat ilmu perlu dijadikan fokus pembicaraan dalam rangka untuk
mengembangkan kebudayaan nasional, setelah itu baru dibahas mengenai langkah-langkah
apa yang akan ditempuh untuk meningkatkan peranan keilmuan dalam pengembangan
kebudayaan nasional.

a.    Ilmu sebagai suatu cara berpikir

Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan sesuatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan yang dapat diandalkan. Berpikir bukan satu-satunya cara dalam mendapatkan
pengetahuan, demikian juga ilmu bukan satu-satunya produk dari kegiatan berpikir. Ilmu
merupakan produk dari hasil proses berpikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara
umum dapat disebut sebagai berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah merupakan proses berpikir/
pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan-
pengetahuan ilmiah yang sudah ada.

b.   Ilmu sebagai asas moral

Dari awal perkembangan ilmu selalu dikaitkan dengan masalah moral. Copernicus (1473-
1543) yang menyatakan bumi berputar mengelilingi matahari, yang kemudian diperkuat oleh
Galileo (1564-1642) yang menyatakan bumi bukan merupakan pusat tata surya yang akhirnya
harus berakhir di pengadilan inkuisisi. Kondisi ini selama 2 abad mempengaruhi proses
perkembangan berpikir di Eropa. Moral reasioning adalah proses dimana tingkah laku
manusia, institusi atau kebijakan dinilai apakah sesuai atau menyalahi standar moral.
Kriterianya: Logis, bukti nyata yang digunakan untuk mendukung penilaian haruslah tepat,
konsisten dengan lainnya (http://scribd.com.FilsafatIlmu_dan_MetodeRiset)
Dua karakteristik yang merupakan asas moral bagi ilmuan antara lain (Suriasumantri,
1990:274):

         1.     Meninggikan kebenaraan

Ilmu merupakan kegiatan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, atau secara
lebih sederhana, ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Kriteria kebenaran ini pada
hakikatnya bersifat otonom dan terbebas dari struktur kekuasaan diluar bidang keilmuan. Ini
artinya, untuk mendapatkan suatu pernyataan benar atau salah seorang ilmuan harus terbebas
dari intervensi pihak lain diluar bidang keilmuan

        2.    Pengabdian secara universal

Seorang ilmuan tidak mengabdi pada golongan tertentu, penguasa, partai politik ataupun yang
lainnya. Akan tetapi seorang ilmuan harus mengabdi untuk kepentingan khalayak ramai.

Dari karakteristik ilmuan diatas, dapat kita ketahui bahwa ilmu yang merupakan kegiatan
untuk mendapatkan pengetahuan yang benar haruslah terlepas dari pengaruh asing diluar
bidang keilmuan (bebas nilai) dan harus memiliki manfaat yang dapat dirasakan oleh
masyarakat luas bukan golongan tertentu. Namun dalam hal ini para ilmuan dalam rangka
untuk melakukan penelitian tidak dapat terlepas dari nilai-nilai ilahiyah, norma yang berlaku
dalam masyarakat dan kondisi budaya agar hasil dari penelitian tersebut tidak mendatangkan
kerusakan yang berakibat fatal, baik bagi manusia itu sendiri maupun alam semesata.

c.    Nilai-nilai ilmiah dan pengembangan kebudayaan nasional

Nilai yang terpancar dari hakikat keilmuan yakni, kritis, rasional, logis, obyektif, terbuka,
menjunjung kebenaran dan pengabdian universal (Suriasumantri, 1990:275).

Pada hakikatnya, perkembangan kebudayaan nasional adalah perubahan dari kebudayaan
yang sekarang bersifat konvensional kearah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan
asprasi dan tujuan nasional. Proses perkembangan kebudayaan ini pada dasarnya adalah
penafsiran kemabli nilai-nilai konvensional agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman serta
penumbuhan nilai-nilai bru yang fungsional. Untuk terlaksananya proses dalam
pengembangan kebudayaan nasional tersebut maka diperlukan sifat kritis, rasional, logis,
obyektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal (Suriasumantri).

d.   Kearah peningkatan peranan keilmuan

Berdasarkan pada penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa ilmu memiliki peran dalam
mendukung perkembangan kebudayaan nasional. Diperlukan langkah-langkah yang sistemik
dan sistematik untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan dalam peerkembangan
kebudayaan nasional yang pada dasarnya mengandung beberapa pemikiran sebagaimana
tercakup di bawah ini (Suriasumantri, 1990:278)., antara lain:

1. Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah-langkah ke arah
peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan
masyarakat kita.
2. Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran, disamping itu masih terdapat cara-
cara lain yang sah sesuai dengan lingkup pendekatan dan permasalahannya masing-masing.
Pendewaan terhadap akal sebagai satu-satunya sumber kebenaran harus dihindarkan.

3. Meninggikan integritas ilmuan dan lembaga. Dalam hal ini modus operandinya adalah
melaksanakan dengan konsekuen kaidah moral dari keilmuan.

4. Pendidikan keilmuan harus sekaligus dikaitkan denga pendidikan moral

5. Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang
filsafat terutama yang menyangkut keilmuan

6. Kegiatan ilmiah haruslah bersifat otonom yang terbebas dari kekangan struktur kekuasaan.
Namun ini bukan berarti kegiatan keilmuan harus bebas dari sistem kehidupan. Seorang
ilmuan tidak akan terlepas dari kehidupan sosial, ideology dan agama, walaupun tidak
mengikat namun seorang ilmuan harus memperhatikan norma-norma yang berlaku pada
masing daerah.

C. Dua Pola Kebudayaan

        C.P. Snow adalah seorang ilmuwan sekaligus pengarang buku yang mengingatkan
negara-negara Barat akan adanya dua pola kebudayaan yakni : masyarakat ilmuwan dan non-
ilmuwan,yang menghambat kemajuan di bidang ilmu dan teknologi.

         Di negara Indonesia juga telah diterapkan dalam bidang keilmuwan itu sendiri,
dengan adanya polarisasi dan membentuk kebudayaan sendiri. Polarisasi ini cenderung
kepada beberapa kalangan tertentu untuk mrmisahkan ilmu ke dalam dua golongan yakni
ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Kedua golongan ini dianggap memiliki perbedaan yang
sangat segnifikan,di mana keduanya seakan membentuk diri sendiri yang masing-masing
terpisah sehingga terdapat dua kebudayaan dalam bidang keilmuwan yakni ilmu-ilmu alam
dan ilmu-ilmu sosial. Namun perbedaaan itu hanyalah bersifat teknis yang tidak menjurus
kepada perbedaan yang fundamental karena dasar ontologis,epistemologis,dan aksiologi dari
kedua ilmu terssebut adalah sama. Metode yang digunakan di dalam keduanya adalah metope
ilmiah yang sama pula,tak terdapat alasan yang bersifat metodologis yang membedakan
antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam.

        Ilmu-ilmu alam mempelajari dunia fisik yang relatif tetap dan mudah untuk dikontrol.
Objek-objek penelaahan ilmu-ilmu alam dapat dikatakan tidak pernah mengalami perubahan
baik dalam perspektif waktu maupun tempat.

        Ilmu bukan bermaksud mengumpulkan berbagai fakta tetapi ilmu bertujuan untuk
mencari penjelasan dari gejala-gejala yang kita temukandan memungkinkan kita dapat
mengetahui sepenuhnya hakikat objek yang kita hadapi,sehingga pengetahuan dapat memberi
kita alat untuk menguasai masalah tersebut. Hal ini berlaku baik bagi ilmu-ilmu alamiah
maupun ilmu-ilmu sosial. Dimensi perubahannya hanyalah merupakan satu variabel dalam
sistem pengkajian begitu juga tingkat generalisasinya, ilmu-ilmu alamiah dengan ilmu-ilmu
sosial bedanya hanya terletak dalam soal gradasi,dimana tingkat keumumannya suatu teori
ilmu sosial harus lebih jauh diperinci dengan memperhitungkan faktor-faktor yang bervariasi.

Ilmu-ilmu sosial mengalami masalah dalam menganalisis kuantitatif yakni :
a. Sukarnya melakukan pengukuran karena mengukur aspirasi atau emosi seseorang
      manusia.

   b. Banyaknya variabel yang mempengaruhi tingkah laku manusia.

Sehingga menyebabkan ilmu-ilmu alam menjadi relatif maju karena ilmu-ilmu alam dapat
menganalisis data secara kuantitatif dengan mengisolasikan dalam kegiatan laboratoris.
Sedangkan teori ilmu-ilmu sosial merupakan alat bagi manusia untuk memecahkan masalah
yang dihadapi,seperti ilmu-ilmu alam sehingga ilmu-ilmu sosial harus cermat dan tepat. Maka
hukum penawaran dan permintaan yang bersifat kualitatif tidak lagi memenuhi syarat karena
tidak memungkinkan jika kita harus menghitung derajat kenaikan inflansi secara kuantitatif.

        Ilmuwan dalam bidang sosial haruslah berusaha lebih sungguh-sunggguh untuk
pengukuran yang rumit dan variabel yang relatif banyak membutuhkan pengetahuan
matematika dan statistika yang lebih maju dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Namun
adanya kesukaran dalam pengukuran ini malah dijadikan ilmu-ilmu sosial bertindak regresif
dan membentuk dunianya sendiri yang menjauh dari matematika serta statistika,sehingga
yang memperkuat matematika dan statistika adalah ilmu-ilmu alam. Oleh karena itu
berkembanglah dua kebudayaan yang jurang perbedaannya makin melebar dengan sendirinya
tanpa kita sadari adanya.

        Secara sosiologis terdapat kelompok-kelompok yang memberi nafas baru kepada
ilmu-ilmu sosial dengan mengembangakan ilmu-imu perilaku manusia yang bertumpu kepada
ilmu-ilmu sosial dimana perbedaan yang utama antara keduanya hanya terletak dalam
keinginan untuk menjadikan ilmu-ilmu tentang manusia menjadi sesuatu yang lebih dapat
diandalkan dan kuantitatif. Ilmu-ilmu perilaku lebih mengkaji penyusunan teori secara
deduktif sebagaimana yang biasanya ada dalam ilmu-ilmu sosial namun penalaran deduktif
digabungkan dengan proses pengujian induktif. Dan ilmu ekonomi yang paling pertama
memasuki tahap kuantitatif sebelum ilmu-ilmu peri laku.

        Adanya dua kebudayaan yang terbagi ke dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial
masih terdapat di Indonesia. Dapat dicerminkan adanya jurusan Pasti-Alam dan Sosial-
Budaya dalam sistem pendidikan kita. Jika kita menginginkan bidang keilmuan mencakup
ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial maka dualisme harus segera dibongkar karena dapat
menghambat psikologis dan Intelektual bagi pengembangan keimuan di negara kita.

Meskipun terdapat argumen asumsi dalam pembagian jurusan tersebut,yaitu :

   a. Asumsi pertama mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda
      dalam mendidikan matematika sehingga harus dikembangkan pola pendidikan yang
      berbeda pula.

   b. Asumsi yang kedua menganggap ilmu-ilmu sosial kurang memerlukan pengetahuan
      matematika sehingga dapat menjuruskan keahliannya dibidang keilmuan ini.

   Kita harus menganalisis dahulu tujuan pendidikan agar tidak salah pengasumsian.

   Pendidikan bertujuan :

   a. Pendidikan analitik maka yang penting adalah penguasaan berpikir matematika yang
      memungkinkan adanya suatu analisis hingga terbentuknya suatu rumusan statistik.
b. Pendidikan simbolik yang penting adalah pengetahuan mengenai kegunaan rumus
   tersebut serta penalaran deduktif dalam penyusunan meskipun tidak seluruhnya
   merupakan analisis matematika

Jadi adanya pendekatan dikotom dalam pendekatan pendidikan matematika ini tidak akan
bisa memecahkan semua persoalan ,namun paling tidak terdapat suatu jalan luar yang
pragmatis dari dilema yang dihadapi sistem pendidikan kita dan harus adanya sikap
kehati-hatian. Karena manusia adalah produk dari suatu proses belajar dimana tercakup
karakter cara berpikir yang berkembang sesuai tahapannya.

    Suatu usaha yang fundamental dan sistematis dalam menghadapi masalah ini harus
adanya usaha. Adanya dua pola kebudayaan dalam bidang keilmuan kita bukan hanya
merupakan suatu yang regresif melainkan juga destruktif,bukan saja bagi kemajuan ilmu
itu sendiri tetapi juga bagi pengengembangan peradaban secara keseluruhan. Sehingga
tidak ada pemisah diantara keduanya.
BAB III

                                   PENUTUP

A. Kesimpulan

    Berdasar dengan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu
merupakan bagian terpenting dalam membangun dan mengembangkan kebudayaan
nasional. Ilmu dan kebudayaan saling memiliki ketergantungan. Kebudayaan yang
merupakan seperangkat nilai yang berlaku dalam masyarakat harus di dasari oleh
ilmu, agar kebudayaan tersebut dapat selalu berkembang sesuai dengan jalurnya.
Sementara ilmu tidak dapat berkembang jika tidak di iringi oleh kebudayaan, dalam
hal ini adalah kebudayaan ilmiah. Agar kebudayaan tersebut senantiasa berdiri
diatas ilmu dan nilai-nilai normative yang bermuara pada nilai-nilai ilahiyah maka
dibutuhkan pendidikan untuk melestarikan kebudayaan tersebut agar tetap berada
pada jalurnya
DAFTAR PUSTAKA

http://blog.unsri.ac.id/heru_09/welcome/ilmu-dan-kebudayaan/mrdetail/12649

Suriasumantri, Jujun S. 1981. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar
Harapan.




                                                                        @dhy collection

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELINGMAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELINGAlexandria Madinah
 
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2dpyulianti
 
Epistemologi Keilmuan Islam
Epistemologi Keilmuan IslamEpistemologi Keilmuan Islam
Epistemologi Keilmuan Islamshofichofifah
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuayu Naoman
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatSusi Yanti
 
Power Point Filsafat Islam
Power Point Filsafat IslamPower Point Filsafat Islam
Power Point Filsafat IslamFirdika Arini
 
Makalah Sejarah Kurikulum di INDONESIA
Makalah Sejarah Kurikulum di INDONESIAMakalah Sejarah Kurikulum di INDONESIA
Makalah Sejarah Kurikulum di INDONESIAEVI PAULINA SIMAREMARE
 
Makalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanMakalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanDedy Wiranto
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikanErta Erta
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Yamanto Isa
 
Aliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikanAliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikanBu Ila
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuAbidaAnggun
 

La actualidad más candente (20)

MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELINGMAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP  BIMBINGAN KONSELING
MAKALAH FUNGSI TUJUAN DAN RUANG LINGKUP BIMBINGAN KONSELING
 
Hakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat IlmuHakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat Ilmu
 
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
Makalah kepemimpinan kepala sekolah kelompok 2
 
Epistemologi Keilmuan Islam
Epistemologi Keilmuan IslamEpistemologi Keilmuan Islam
Epistemologi Keilmuan Islam
 
Tantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmuTantangan dan masa depan ilmu
Tantangan dan masa depan ilmu
 
Ruang lingkup studi islam
Ruang lingkup studi islamRuang lingkup studi islam
Ruang lingkup studi islam
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
 
Power Point Filsafat Islam
Power Point Filsafat IslamPower Point Filsafat Islam
Power Point Filsafat Islam
 
Makalah Sejarah Kurikulum di INDONESIA
Makalah Sejarah Kurikulum di INDONESIAMakalah Sejarah Kurikulum di INDONESIA
Makalah Sejarah Kurikulum di INDONESIA
 
Makalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanMakalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
Makalah Aliran-aliran Dalam Pendidikan
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
POWER POINT STUDI ISLAM
POWER POINT STUDI ISLAMPOWER POINT STUDI ISLAM
POWER POINT STUDI ISLAM
 
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
03 kondisi dan karakteristik perencanaan pendidikan
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Landasan - Landasan Pendidikan
Landasan - Landasan PendidikanLandasan - Landasan Pendidikan
Landasan - Landasan Pendidikan
 
Kode etik guru
Kode etik guruKode etik guru
Kode etik guru
 
Aliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikanAliran filsafat pendidikan
Aliran filsafat pendidikan
 
Makalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modernMakalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modern
 
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmuKumpulan Soal jawab filsafat ilmu
Kumpulan Soal jawab filsafat ilmu
 
Etika konseling
Etika konselingEtika konseling
Etika konseling
 

Destacado

Ilmu dan kebudayaan
Ilmu dan kebudayaanIlmu dan kebudayaan
Ilmu dan kebudayaanAdy Setiawan
 
Pola pola kebudayaan
Pola pola kebudayaanPola pola kebudayaan
Pola pola kebudayaanFarida Lukmi
 
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatifBahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatifidapurnama7475
 
Saddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ahSaddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ahMahrus Ali
 
Tips Cerdas Memilih Materi Dakwah
Tips Cerdas Memilih Materi DakwahTips Cerdas Memilih Materi Dakwah
Tips Cerdas Memilih Materi DakwahEnjang Muhaemin
 

Destacado (6)

Ilmu dan kebudayaan
Ilmu dan kebudayaanIlmu dan kebudayaan
Ilmu dan kebudayaan
 
Pola pola kebudayaan
Pola pola kebudayaanPola pola kebudayaan
Pola pola kebudayaan
 
Hubungan antara kebudayaan dengan ilmu dan tekhnologi
Hubungan antara kebudayaan dengan ilmu dan tekhnologiHubungan antara kebudayaan dengan ilmu dan tekhnologi
Hubungan antara kebudayaan dengan ilmu dan tekhnologi
 
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatifBahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
Bahasa sebagai alat berpikir,filsafat,representatif
 
Saddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ahSaddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ah
 
Tips Cerdas Memilih Materi Dakwah
Tips Cerdas Memilih Materi DakwahTips Cerdas Memilih Materi Dakwah
Tips Cerdas Memilih Materi Dakwah
 

Similar a Ilmu dan kebudayaan

Manusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaanManusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaanAdy Setiawan
 
Masyarakat dan kesadaran budaya
Masyarakat dan kesadaran budayaMasyarakat dan kesadaran budaya
Masyarakat dan kesadaran budayaUnnes
 
Tugas makalah antropologi kebudayaan
Tugas makalah antropologi kebudayaanTugas makalah antropologi kebudayaan
Tugas makalah antropologi kebudayaanarifdefri
 
Makalah Ilmu Budaya Dasar
Makalah Ilmu Budaya DasarMakalah Ilmu Budaya Dasar
Makalah Ilmu Budaya Dasarmithasuciana
 
Makalah ibd
Makalah ibdMakalah ibd
Makalah ibdnewskiem
 
Makalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasarMakalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasarErvina Cranberry's
 
Makalah jadi bu al
Makalah jadi bu alMakalah jadi bu al
Makalah jadi bu alIman Tani
 
Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...
Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...
Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...UNESA
 
Ilmu & kebudayaan
Ilmu & kebudayaanIlmu & kebudayaan
Ilmu & kebudayaanadysintang
 
Hakikat ilmu budaya dasar
Hakikat ilmu budaya dasarHakikat ilmu budaya dasar
Hakikat ilmu budaya dasarmudiantari
 
Gina Hanindya Rini, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Gina Hanindya Rini, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.SosGina Hanindya Rini, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Gina Hanindya Rini, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.SosGina Hanindya
 
Makalah sosiontropologi kebudayaan
Makalah sosiontropologi kebudayaanMakalah sosiontropologi kebudayaan
Makalah sosiontropologi kebudayaanYadhi Muqsith
 
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial Rasmitadila Mita
 
ar__sos_bud_007_lengkap.ppt
ar__sos_bud_007_lengkap.pptar__sos_bud_007_lengkap.ppt
ar__sos_bud_007_lengkap.pptFajarSubekti7
 
Ppt refisi filsafat
Ppt refisi filsafatPpt refisi filsafat
Ppt refisi filsafatTati-Haryati
 
Isbd membangun peradapan manusia masa kini melalui pendidikan seni
Isbd membangun peradapan manusia masa kini melalui pendidikan seniIsbd membangun peradapan manusia masa kini melalui pendidikan seni
Isbd membangun peradapan manusia masa kini melalui pendidikan seniSiti Purwaningsih
 
Pend multikultur s1_pgsd_pjj
Pend multikultur s1_pgsd_pjjPend multikultur s1_pgsd_pjj
Pend multikultur s1_pgsd_pjjSalma Van Licht
 
Makalah Kebudayaan UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Kebudayaan UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdfMakalah Kebudayaan UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Kebudayaan UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdfZukét Printing
 

Similar a Ilmu dan kebudayaan (20)

Manusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaanManusia dan kebudayaan
Manusia dan kebudayaan
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Masyarakat dan kesadaran budaya
Masyarakat dan kesadaran budayaMasyarakat dan kesadaran budaya
Masyarakat dan kesadaran budaya
 
Tugas makalah antropologi kebudayaan
Tugas makalah antropologi kebudayaanTugas makalah antropologi kebudayaan
Tugas makalah antropologi kebudayaan
 
Makalah Ilmu Budaya Dasar
Makalah Ilmu Budaya DasarMakalah Ilmu Budaya Dasar
Makalah Ilmu Budaya Dasar
 
Makalah ibd
Makalah ibdMakalah ibd
Makalah ibd
 
Makalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasarMakalah ilmu sosial dan budaya dasar
Makalah ilmu sosial dan budaya dasar
 
Makalah jadi bu al
Makalah jadi bu alMakalah jadi bu al
Makalah jadi bu al
 
Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...
Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...
Makalah Filsafat IPA: Hubungan IPA Dengan Kebudayaan Serta IPA dan Pengembang...
 
Ilmu & kebudayaan
Ilmu & kebudayaanIlmu & kebudayaan
Ilmu & kebudayaan
 
Ilmu & kebudayaan
Ilmu & kebudayaanIlmu & kebudayaan
Ilmu & kebudayaan
 
Hakikat ilmu budaya dasar
Hakikat ilmu budaya dasarHakikat ilmu budaya dasar
Hakikat ilmu budaya dasar
 
Gina Hanindya Rini, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Gina Hanindya Rini, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.SosGina Hanindya Rini, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
Gina Hanindya Rini, ISBD, Farmasi, Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
 
Makalah sosiontropologi kebudayaan
Makalah sosiontropologi kebudayaanMakalah sosiontropologi kebudayaan
Makalah sosiontropologi kebudayaan
 
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial
 
ar__sos_bud_007_lengkap.ppt
ar__sos_bud_007_lengkap.pptar__sos_bud_007_lengkap.ppt
ar__sos_bud_007_lengkap.ppt
 
Ppt refisi filsafat
Ppt refisi filsafatPpt refisi filsafat
Ppt refisi filsafat
 
Isbd membangun peradapan manusia masa kini melalui pendidikan seni
Isbd membangun peradapan manusia masa kini melalui pendidikan seniIsbd membangun peradapan manusia masa kini melalui pendidikan seni
Isbd membangun peradapan manusia masa kini melalui pendidikan seni
 
Pend multikultur s1_pgsd_pjj
Pend multikultur s1_pgsd_pjjPend multikultur s1_pgsd_pjj
Pend multikultur s1_pgsd_pjj
 
Makalah Kebudayaan UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Kebudayaan UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdfMakalah Kebudayaan UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Kebudayaan UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 

Más de Ady Setiawan

Presentasi Usulan Maskot dan Slogan UNTAN
Presentasi Usulan Maskot dan Slogan UNTANPresentasi Usulan Maskot dan Slogan UNTAN
Presentasi Usulan Maskot dan Slogan UNTANAdy Setiawan
 
Konsep Sistem Desentralisasi Dalam Pendidikan
Konsep Sistem Desentralisasi Dalam PendidikanKonsep Sistem Desentralisasi Dalam Pendidikan
Konsep Sistem Desentralisasi Dalam PendidikanAdy Setiawan
 
Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan PendidikanKepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan PendidikanAdy Setiawan
 
Pelaksanaan Kurikulum Modifikasi di Sekolah Inklusif
Pelaksanaan Kurikulum Modifikasi di Sekolah InklusifPelaksanaan Kurikulum Modifikasi di Sekolah Inklusif
Pelaksanaan Kurikulum Modifikasi di Sekolah InklusifAdy Setiawan
 
Fiqih Penguatan Penyandang Disabilitas
Fiqih Penguatan Penyandang DisabilitasFiqih Penguatan Penyandang Disabilitas
Fiqih Penguatan Penyandang DisabilitasAdy Setiawan
 
Buku KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdlatul Ulama)
Buku KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdlatul Ulama)Buku KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdlatul Ulama)
Buku KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdlatul Ulama)Ady Setiawan
 
Pedoman Diklat Berjenjang Bagi Guru PAUD di Daerah 3T
Pedoman Diklat Berjenjang Bagi Guru PAUD di Daerah 3TPedoman Diklat Berjenjang Bagi Guru PAUD di Daerah 3T
Pedoman Diklat Berjenjang Bagi Guru PAUD di Daerah 3TAdy Setiawan
 
Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Tahun 2018
Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Tahun 2018Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Tahun 2018
Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Tahun 2018Ady Setiawan
 
Analisis Biaya Pendidikan
Analisis Biaya PendidikanAnalisis Biaya Pendidikan
Analisis Biaya PendidikanAdy Setiawan
 
Konsep Belajar dan Kinerja
Konsep Belajar dan KinerjaKonsep Belajar dan Kinerja
Konsep Belajar dan KinerjaAdy Setiawan
 
Kebijakan Pendidikan yang Unggul
Kebijakan Pendidikan yang UnggulKebijakan Pendidikan yang Unggul
Kebijakan Pendidikan yang UnggulAdy Setiawan
 
Wawancara sebagai Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif
Wawancara sebagai Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian KualitatifWawancara sebagai Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif
Wawancara sebagai Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian KualitatifAdy Setiawan
 
Promosi, Perpindahan, Demosi, dan PHK dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Pen...
Promosi, Perpindahan, Demosi, dan PHK dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Pen...Promosi, Perpindahan, Demosi, dan PHK dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Pen...
Promosi, Perpindahan, Demosi, dan PHK dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Pen...Ady Setiawan
 
Teori dan Fungsi Manajemen
Teori dan Fungsi ManajemenTeori dan Fungsi Manajemen
Teori dan Fungsi ManajemenAdy Setiawan
 
Menyusun Instrumen Penelitian Kuantitatif
Menyusun Instrumen Penelitian KuantitatifMenyusun Instrumen Penelitian Kuantitatif
Menyusun Instrumen Penelitian KuantitatifAdy Setiawan
 
e-Book Senarai Kearifan Gontory Karya Ust. Ahmad Suharto
e-Book Senarai Kearifan Gontory Karya Ust. Ahmad Suhartoe-Book Senarai Kearifan Gontory Karya Ust. Ahmad Suharto
e-Book Senarai Kearifan Gontory Karya Ust. Ahmad SuhartoAdy Setiawan
 
Pendekatan Cost Benefit, Cost Effectiveness, dan Sarpras dalam Perencanaan Pe...
Pendekatan Cost Benefit, Cost Effectiveness, dan Sarpras dalam Perencanaan Pe...Pendekatan Cost Benefit, Cost Effectiveness, dan Sarpras dalam Perencanaan Pe...
Pendekatan Cost Benefit, Cost Effectiveness, dan Sarpras dalam Perencanaan Pe...Ady Setiawan
 
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)Ady Setiawan
 
Analisis Biaya dan Pengeluaran dalam Perencanaan Pendidikan
Analisis Biaya dan Pengeluaran dalam Perencanaan PendidikanAnalisis Biaya dan Pengeluaran dalam Perencanaan Pendidikan
Analisis Biaya dan Pengeluaran dalam Perencanaan PendidikanAdy Setiawan
 
Menentukan Sumber Data Penelitian (Populasi dan Sampel)
Menentukan Sumber Data Penelitian (Populasi dan Sampel)Menentukan Sumber Data Penelitian (Populasi dan Sampel)
Menentukan Sumber Data Penelitian (Populasi dan Sampel)Ady Setiawan
 

Más de Ady Setiawan (20)

Presentasi Usulan Maskot dan Slogan UNTAN
Presentasi Usulan Maskot dan Slogan UNTANPresentasi Usulan Maskot dan Slogan UNTAN
Presentasi Usulan Maskot dan Slogan UNTAN
 
Konsep Sistem Desentralisasi Dalam Pendidikan
Konsep Sistem Desentralisasi Dalam PendidikanKonsep Sistem Desentralisasi Dalam Pendidikan
Konsep Sistem Desentralisasi Dalam Pendidikan
 
Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan PendidikanKepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan Pendidikan
 
Pelaksanaan Kurikulum Modifikasi di Sekolah Inklusif
Pelaksanaan Kurikulum Modifikasi di Sekolah InklusifPelaksanaan Kurikulum Modifikasi di Sekolah Inklusif
Pelaksanaan Kurikulum Modifikasi di Sekolah Inklusif
 
Fiqih Penguatan Penyandang Disabilitas
Fiqih Penguatan Penyandang DisabilitasFiqih Penguatan Penyandang Disabilitas
Fiqih Penguatan Penyandang Disabilitas
 
Buku KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdlatul Ulama)
Buku KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdlatul Ulama)Buku KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdlatul Ulama)
Buku KH. Hasyim Asy'ari (Pendiri Nahdlatul Ulama)
 
Pedoman Diklat Berjenjang Bagi Guru PAUD di Daerah 3T
Pedoman Diklat Berjenjang Bagi Guru PAUD di Daerah 3TPedoman Diklat Berjenjang Bagi Guru PAUD di Daerah 3T
Pedoman Diklat Berjenjang Bagi Guru PAUD di Daerah 3T
 
Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Tahun 2018
Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Tahun 2018Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Tahun 2018
Kebijakan Pendidikan Kesetaraan Tahun 2018
 
Analisis Biaya Pendidikan
Analisis Biaya PendidikanAnalisis Biaya Pendidikan
Analisis Biaya Pendidikan
 
Konsep Belajar dan Kinerja
Konsep Belajar dan KinerjaKonsep Belajar dan Kinerja
Konsep Belajar dan Kinerja
 
Kebijakan Pendidikan yang Unggul
Kebijakan Pendidikan yang UnggulKebijakan Pendidikan yang Unggul
Kebijakan Pendidikan yang Unggul
 
Wawancara sebagai Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif
Wawancara sebagai Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian KualitatifWawancara sebagai Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif
Wawancara sebagai Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian Kualitatif
 
Promosi, Perpindahan, Demosi, dan PHK dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Pen...
Promosi, Perpindahan, Demosi, dan PHK dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Pen...Promosi, Perpindahan, Demosi, dan PHK dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Pen...
Promosi, Perpindahan, Demosi, dan PHK dalam Manajemen Sumber Daya Manusia Pen...
 
Teori dan Fungsi Manajemen
Teori dan Fungsi ManajemenTeori dan Fungsi Manajemen
Teori dan Fungsi Manajemen
 
Menyusun Instrumen Penelitian Kuantitatif
Menyusun Instrumen Penelitian KuantitatifMenyusun Instrumen Penelitian Kuantitatif
Menyusun Instrumen Penelitian Kuantitatif
 
e-Book Senarai Kearifan Gontory Karya Ust. Ahmad Suharto
e-Book Senarai Kearifan Gontory Karya Ust. Ahmad Suhartoe-Book Senarai Kearifan Gontory Karya Ust. Ahmad Suharto
e-Book Senarai Kearifan Gontory Karya Ust. Ahmad Suharto
 
Pendekatan Cost Benefit, Cost Effectiveness, dan Sarpras dalam Perencanaan Pe...
Pendekatan Cost Benefit, Cost Effectiveness, dan Sarpras dalam Perencanaan Pe...Pendekatan Cost Benefit, Cost Effectiveness, dan Sarpras dalam Perencanaan Pe...
Pendekatan Cost Benefit, Cost Effectiveness, dan Sarpras dalam Perencanaan Pe...
 
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
 
Analisis Biaya dan Pengeluaran dalam Perencanaan Pendidikan
Analisis Biaya dan Pengeluaran dalam Perencanaan PendidikanAnalisis Biaya dan Pengeluaran dalam Perencanaan Pendidikan
Analisis Biaya dan Pengeluaran dalam Perencanaan Pendidikan
 
Menentukan Sumber Data Penelitian (Populasi dan Sampel)
Menentukan Sumber Data Penelitian (Populasi dan Sampel)Menentukan Sumber Data Penelitian (Populasi dan Sampel)
Menentukan Sumber Data Penelitian (Populasi dan Sampel)
 

Ilmu dan kebudayaan

  • 1. ILMU DAN KEBUDAYAAN Disusun Oleh: 1. Ayu Kusumaningrum Siregar (111714007) 2. Rizqy Ayu Pramita (111714017) 3. Adi Setyo Rochmadi (111714026) 4. Rayhana Ayuninnisa (111714040) 5. Ady Setiawan (111714043) Kelas : MP A/2011 Dosen: DR. Erny Roesminingsih, M.Si UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN TAHUN 2011
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayahNya kami selaku kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas makalah Filsafat Ilmu mengenai “ilmu dan kebudayaan” ini dengan baik dan lancar. Fitrah kehidupan manusia adalah menjalani kehidupan ini sesuai dengan aturan- aturan kehidupan yang telah ditetapkan oleh penciptanya, yaitu Allah Swt karena Dia yang paling mengetahui segalanya tentang makhluk ciptaan-Nya. Kami menyadari akan adanya kekeliruan dari segi struktur kata, bahkan pembahasan yang kurang koheren untuk dijadikan sebagai Makalah. Untuk itu, kami mengharapkan sebuah kritikan dan saran yang mendukung demi kesempurnaan makalah kami yang selanjutnya. Terimakasih. Surabaya, 26 November 2011
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULAN A. Latar Belakang BAB II. PEMBAHASAN A. Manusia dan Kebudayaan a. kebudayaan dan pendidikan B. Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional a. Ilmu sebagai suatu cara berpikir b. Ilmu sebagai asas moral c. Nilai-nilai ilmiah dan pengembangan kebudayaan nasional d. Kearah peningkatan peranan keilmuan C. Dua Pola Kebudayaan BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu adalah seperangakat pengetahuan yang merupakan buah pemikiran manusia yang memiliki metode tertentu yang berguna untuk umat manusia agar manusia dapat senantiasa eksis dalam kehidupannya. Ilmu yang menjadi alat bagi manusia agar dapat menyesuaikan diri dan merubah lingkungan, memiliki kaitan erat dengan kebudayaan. Talcot Parsons (Suriasumantri, 1990:272) menyatakan bahwa “Ilmu dan kebudayaan saling mendukung satu sama lain: dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembang dengan pesat, demikian pula sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa di dukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapan”. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaan. Sedangkan di pihak lain, pengembangan ilmu akan mempengrauhi jalannya kebudayaan.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN A. Manusia dan Kebudayaan a. Pengertian Definisi kebudayaan selalu mengalami perkembangan seiring bergulirnya waktu, namun definisi-definisi yang timbul tersebut secara keseluruhan dapat diambil garis merah bahwa tidak memiliki perbedaan signifikan yang bersifat prinsip jika harus berpatokkan pada definisi pertama yang berhasil dicetuskan oleh E. B. Taylor (1871), yakni sebagai suatu keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum, adat serta kemampuan dan kebiasaan lainnyayang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kemudian, kuntjaraningrat (1974) secara lebih terperinci membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari system religi dan upacara keagamaan, system pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian serta sitem teknologi dan peralatan. b. Perbedaan Berbagai sepak terjang manusia yang beraneka ragam merupakan buah bukti atas kolaborasi kebutuhan yang dimiliki manusia itu sendiri sehingga memotivasi untuk memenuhi segala kebutuhan mereka tersebut. Dalam hal ini, menurut Ashley Montagu, kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Berbagai kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan fisiologi, rasa aman, afiliasi, harga diri dan pengembangan potensi inilah yang menjadikan suatu ciri khas tersendiri bagi manusia, jika dibandingkan dengan binatang yang tidak memiliki kebutuhan sedetail itu. Akan tetapi, kebutuhan binatang lebih terpusat pada kebutuhan fisiologi dan rasa aman serta pemenuhan kebutuhan secara instinktif. Sebaliknya, jika binatang tidak memiliki kebutuhan sekonkret manusia, namun binatang memiliki satu kebutuhan yang tidak manusia miliki, yakni kebutuhan secara instinktif tersebut. Hal inilah yang mendorong manusia untuk berbelok pada konsep kebudayaan yang lebih mengajarkan tentang bagaimana cara hidup, guna membangun dinding sekat antara manusia dan binatang. Kelemahan manusia dengan ketidakmampuan untuk bertindak instinktif ini telah diimbangi dengan suatu kemampuan lain berupa kemampuan untuk belajar, berkomunikasi dan menguasai objek-objek yang bersifat fisik, hal ini tentunya tidak dimiliki oleh binatang apapun. Selain itu, kemampuan lain yang berbentuk budi juga memberikan corak berbeda pada manusia yang mana didalamnya terkandung berbagai hal mengenai dorongan-dorongan hidup yang dasar, insting, perasaan, berfikir, kemauan dan fantasi. Budi inilah yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitar melalui pemberian penilaian terhadap objek dan kejadian, dan penilaian inilah yang menjadi tujuan dan isi serta inti dari kebudayaan tersebut.
  • 6. Kebudayaan dalam hal ini diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya dalam bentuk penilaian kebudayaan dan tata hidup yang mencerminkan nilai kebudayaan yang dikandungnya serta dapat berbentuk sarana kebudayaan yang merupakan perwujudan bersifat fisik sebagai produk dari kebudayaan atau alat yang memudahkan kehidupan manusia. Keseluruhan fase kebudayaan diatas sangatlah erat hubungannya dengan pendidikan sebab secara tidak langsung proses kebudayaan ini didapat oleh manusia melalui pintu gerbang pendidikan. Adat kebudayaan diwariskan pada generasi selanjutnya pasti melewati proses belajar, dengan demikian kebudayaan selalu diteruskan dari waktu ke waktu. Maka pada sub bab selanjutnya akan kita kupas mengenai hubungan antara kebudayaan dan pendidikan secara lebih terperinci, sekaligus akan dikaji beberapa masalah pokok yang perlu diperhatikan terkait kemajuan proses pendidikan yang dikaitkan dengan kebudayaan. c. Kebudayaan dan pendidikan Sebelum kita menyelami lebih dalam mengenai kebudayaan, kaitannya degan pendidikan. Maka tidak ada salahnya jika terlebih dahulu kita mengenal beberapa nilai dasar dalam kebudayaan, diantaranya: a) Nilai teori; hakikat penemuan kebenaran melalui berbagai metode seperti nasionalisme, empirisme dan metode ilmiah, b) Nilai ekonomi; mencakup dengan kegunaan berbagai benda dalam memenuhi kebutuhan manusia, c) Nilai estetika; nilai yang berhubungan dengan keindahan dan segi-segi artistic yang menyangkut bentuk, harmoni dan wujud kesenian lainnya yang memberikan kenikmatan pada manusia, d) Nilai social; nilai yang berorientasi pada hubungan antat manusia dan penekanan segi- segi kemanusiaan yang luhur, e) Nilai politik; nilai yang berpusat pada kekuasaan dan pengaruh baik dalam kehidupan masyarakat maupun di dunia politik, dan f) Nilai agama; nilai yang beorientasi pada penghayatan yang bersifat mistik dan transedental dalam usaha manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di muka bumi. Setiap kebudayaan memiliki skala hirarki yang begitu terformat mengenai beberapa nilai di atas, mulai tingkatan yang kurang penting hingga nilai terpenting dari nilai-nilai di atas. Juga memiliki penilaian tersendiri dari tiap-tiap kategori tersebut. Berdasarkan penggolongan tersebut di atas maka masalah pertama yang dihadapi oleh pendidikan ialah menetapkan nilai-nilai budaya apa saja yang harus dikembangkan dalam diri anak bangsa. Memahami pengertian pendidikan yang dapat dimaknai secara luas sebagai usaha yang sadar dan sistematis dalam membantu anak didik untuk mengembangkan fikiran, kepribadian dan kemampuan fisiknya, mengharuskan kita untuk selalu up to date dalam pengkajian masalah tersebut. hal ini harus dilakukan disebabkan oleh beberapa hal, yakni: Pertama; nilai-nilai budaya yang akan dikembangkan harus sesuai dengan tuntutan zaman, kelak di masa anak bangsa hidup. Kedua; usaha pendidikan yang
  • 7. sadar dan sistematis mengharuskan kita untuk lebih eksplisit dan definitive tentang hakikat nilai-nilai budaya tersebut. keharusan ini disebabkan karena gejala kebudayaan yang lebih banyak bersifat tersembunyi daripada terungkap, bahkan hakekat kebudayaan tersebut justru yang tersembunyi bagi masyarakat umum. Hal ini tidaklah lain disebabkan karena sikap kita sendiri yang menelan begitu saja tanpa menyaring dan mengenal lebih dalam terlebih dahulu segala kebudayaan baru yang datang. Masalah ini lebih serius lagi jika diperhatiakn bahwa dalam faktanya, nilai kebudayaan yang diajarkan dalam pendidikan tidaklah sesuai dengan keperluan anak bangsa kelak di masa mendatang. hal ini diperkuat dengan kesimpulan penelitian Sheldon Shaeffer di kecamatan Turen, Malang. Menyatakan bahwa kegiatan pendidikan dasar di tempat tersebut tidak memberikan pengetahuan, nilai, sikap yang diperlukan anak kelak sebagai bekal hidup pada abad XXI. Maka, sebagai solusi untuk menjawab salah satu permasalahan di atas, haruslah ditentukan terlebih dahulu alur perkiraan scenario kihidupan masyarakat mendatang. tentunya harus berpacu pada perkembangan dan keadaan masyarakat Indonesia saat ini, sebagai barometer tersendiri untuk menentukan keadaan mendatang. langkah pertama yang bisa kita lakukan dengan memusatkan perhatian pada nilai-nilai masyarakat modern yang sedang berkembang, sebelum memprediksikan perkembangan akan datang. Selain itu, selayaknya kita memahami secara mendalam criteria masyarakat modern, baik dari segi kehidupan, ekonomi, budaya, dll. Kemudian, dibandingkan dengan criteria dan cirri-ciri masyarakat tradisional yang mestinya terdapat sisi kekurangan diantara keduanya. Setelah barulah kita merancang pengembangan kreativitas kebudayaan yang diselipkan dalam proses pendidikan, agar kebudayaan selalu up to date tanpa meninggalkan nilai-nilai suci budaya yang diwariskan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat mendatang. sehingga, tidak mengurangi rasa peduli dan antusias masyarakat dalam mempelajari, mengamalkan dan mengajarkan kebudayaan tersebut secara turun menurun. Dalam proses pewarisan budaya di atas, perlu dipondasikan terlebih dahulu dengan menggunakan nilai agama. Karena nilai agama berfungsi sebagai sumber moral bagi segenap kegiatan. Hakikat segala usaha manusia dalam lingkup kebudayaan haruslah ditujukan untuk meningkatkan martabat manusia, bukan sebaliknya. Sebab jika tidak demikian, maka hal ini bukanlah suatu proses pembudayaan melainkan dekadensi, proses peruntuhan peradaban.dalam hal ini, agama memang memberikan kompas dan tujuan serta arti tersendiri bagi manusia yang berbeda dengan makhluk apapun itu yang ada di jagad raya ini. Kemajuan pesat di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dinilai ternyata tidak memberikan nilai kebahagiaan yang hakiki, hal ini menyebabkan manusia kembali pada nilai-nilai agama yang dinilai memang sebagai pondasi dan pedoman dalam mencapai kejayaan peradaban dan kebudayaan. Kita ingat bahwa “ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh”. Jadi, memang kebuyaan sesungguhnya yang perlu kita wariskan pada anak bangsa ialah menjadikan mereka manusia yang bertaqwa, terdidik, bermoral tinggi, brakhlak mulia dan makhluk yang berusaha maju dengan kerja keras dan usaha sendiri (mandiri). B. Ilmu dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
  • 8. Talcot Parsons (Suriasumantri, 1990:272) menyatakan bahwa “Ilmu dan kebudayaan saling mendukung satu sama lain: dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembang dengan pesat, demikian pula sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat berfungsi dengan wajar tanpa di dukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan penerapan”. Ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaan. Sedangkan di pihak lain, pengembangan ilmu akan mempengrauhi jalannya kebudayaan. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan kehidupan bernegara. Dalam kerangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu mempunyai peranan ganda (Suriasumantri, 1990:272) a. Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional. b. Ilmu merupakan sumber nilai yang meengisi pembentukan watak suatu bangsa. Dalam perkembangan zaman yang begitu cepat, terkadang ilmu dikaitkan dengan teknologi. Kebudayaan kita tak terlepas dari teknologi. Namun sayangnya yang memiliki pengaruh yang dominan pada kebudayaan adalah teknologi, padahal teknologi adalah buah/produk kegiatan ilmiah. Sedangkan ilmu sendiri yang merupakan sumber nilai yang konstruktif memiliki ruang yang sempit dalam pengembangan kebudayaan nasional. Maka dari itu, pemahaman terhadap hakikat ilmu perlu dijadikan fokus pembicaraan dalam rangka untuk mengembangkan kebudayaan nasional, setelah itu baru dibahas mengenai langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk meningkatkan peranan keilmuan dalam pengembangan kebudayaan nasional. a. Ilmu sebagai suatu cara berpikir Ilmu merupakan suatu cara berpikir dalam menghasilkan sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan yang dapat diandalkan. Berpikir bukan satu-satunya cara dalam mendapatkan pengetahuan, demikian juga ilmu bukan satu-satunya produk dari kegiatan berpikir. Ilmu merupakan produk dari hasil proses berpikir menurut langkah-langkah tertentu yang secara umum dapat disebut sebagai berpikir ilmiah. Berpikir ilmiah merupakan proses berpikir/ pengembangan pikiran yang tersusun secara sistematis yang berdasarkan pengetahuan- pengetahuan ilmiah yang sudah ada. b. Ilmu sebagai asas moral Dari awal perkembangan ilmu selalu dikaitkan dengan masalah moral. Copernicus (1473- 1543) yang menyatakan bumi berputar mengelilingi matahari, yang kemudian diperkuat oleh Galileo (1564-1642) yang menyatakan bumi bukan merupakan pusat tata surya yang akhirnya harus berakhir di pengadilan inkuisisi. Kondisi ini selama 2 abad mempengaruhi proses perkembangan berpikir di Eropa. Moral reasioning adalah proses dimana tingkah laku manusia, institusi atau kebijakan dinilai apakah sesuai atau menyalahi standar moral. Kriterianya: Logis, bukti nyata yang digunakan untuk mendukung penilaian haruslah tepat, konsisten dengan lainnya (http://scribd.com.FilsafatIlmu_dan_MetodeRiset)
  • 9. Dua karakteristik yang merupakan asas moral bagi ilmuan antara lain (Suriasumantri, 1990:274): 1. Meninggikan kebenaraan Ilmu merupakan kegiatan berpikir untuk mendapatkan pengetahuan yang benar, atau secara lebih sederhana, ilmu bertujuan untuk mendapatkan kebenaran. Kriteria kebenaran ini pada hakikatnya bersifat otonom dan terbebas dari struktur kekuasaan diluar bidang keilmuan. Ini artinya, untuk mendapatkan suatu pernyataan benar atau salah seorang ilmuan harus terbebas dari intervensi pihak lain diluar bidang keilmuan 2. Pengabdian secara universal Seorang ilmuan tidak mengabdi pada golongan tertentu, penguasa, partai politik ataupun yang lainnya. Akan tetapi seorang ilmuan harus mengabdi untuk kepentingan khalayak ramai. Dari karakteristik ilmuan diatas, dapat kita ketahui bahwa ilmu yang merupakan kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar haruslah terlepas dari pengaruh asing diluar bidang keilmuan (bebas nilai) dan harus memiliki manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas bukan golongan tertentu. Namun dalam hal ini para ilmuan dalam rangka untuk melakukan penelitian tidak dapat terlepas dari nilai-nilai ilahiyah, norma yang berlaku dalam masyarakat dan kondisi budaya agar hasil dari penelitian tersebut tidak mendatangkan kerusakan yang berakibat fatal, baik bagi manusia itu sendiri maupun alam semesata. c. Nilai-nilai ilmiah dan pengembangan kebudayaan nasional Nilai yang terpancar dari hakikat keilmuan yakni, kritis, rasional, logis, obyektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal (Suriasumantri, 1990:275). Pada hakikatnya, perkembangan kebudayaan nasional adalah perubahan dari kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional kearah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan asprasi dan tujuan nasional. Proses perkembangan kebudayaan ini pada dasarnya adalah penafsiran kemabli nilai-nilai konvensional agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman serta penumbuhan nilai-nilai bru yang fungsional. Untuk terlaksananya proses dalam pengembangan kebudayaan nasional tersebut maka diperlukan sifat kritis, rasional, logis, obyektif, terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal (Suriasumantri). d. Kearah peningkatan peranan keilmuan Berdasarkan pada penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa ilmu memiliki peran dalam mendukung perkembangan kebudayaan nasional. Diperlukan langkah-langkah yang sistemik dan sistematik untuk meningkatkan peranan dan kegiatan keilmuan dalam peerkembangan kebudayaan nasional yang pada dasarnya mengandung beberapa pemikiran sebagaimana tercakup di bawah ini (Suriasumantri, 1990:278)., antara lain: 1. Ilmu merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah-langkah ke arah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situasi kebudayaan masyarakat kita.
  • 10. 2. Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran, disamping itu masih terdapat cara- cara lain yang sah sesuai dengan lingkup pendekatan dan permasalahannya masing-masing. Pendewaan terhadap akal sebagai satu-satunya sumber kebenaran harus dihindarkan. 3. Meninggikan integritas ilmuan dan lembaga. Dalam hal ini modus operandinya adalah melaksanakan dengan konsekuen kaidah moral dari keilmuan. 4. Pendidikan keilmuan harus sekaligus dikaitkan denga pendidikan moral 5. Pengembangan bidang keilmuan harus disertai dengan pengembangan dalam bidang filsafat terutama yang menyangkut keilmuan 6. Kegiatan ilmiah haruslah bersifat otonom yang terbebas dari kekangan struktur kekuasaan. Namun ini bukan berarti kegiatan keilmuan harus bebas dari sistem kehidupan. Seorang ilmuan tidak akan terlepas dari kehidupan sosial, ideology dan agama, walaupun tidak mengikat namun seorang ilmuan harus memperhatikan norma-norma yang berlaku pada masing daerah. C. Dua Pola Kebudayaan C.P. Snow adalah seorang ilmuwan sekaligus pengarang buku yang mengingatkan negara-negara Barat akan adanya dua pola kebudayaan yakni : masyarakat ilmuwan dan non- ilmuwan,yang menghambat kemajuan di bidang ilmu dan teknologi. Di negara Indonesia juga telah diterapkan dalam bidang keilmuwan itu sendiri, dengan adanya polarisasi dan membentuk kebudayaan sendiri. Polarisasi ini cenderung kepada beberapa kalangan tertentu untuk mrmisahkan ilmu ke dalam dua golongan yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Kedua golongan ini dianggap memiliki perbedaan yang sangat segnifikan,di mana keduanya seakan membentuk diri sendiri yang masing-masing terpisah sehingga terdapat dua kebudayaan dalam bidang keilmuwan yakni ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Namun perbedaaan itu hanyalah bersifat teknis yang tidak menjurus kepada perbedaan yang fundamental karena dasar ontologis,epistemologis,dan aksiologi dari kedua ilmu terssebut adalah sama. Metode yang digunakan di dalam keduanya adalah metope ilmiah yang sama pula,tak terdapat alasan yang bersifat metodologis yang membedakan antara ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam. Ilmu-ilmu alam mempelajari dunia fisik yang relatif tetap dan mudah untuk dikontrol. Objek-objek penelaahan ilmu-ilmu alam dapat dikatakan tidak pernah mengalami perubahan baik dalam perspektif waktu maupun tempat. Ilmu bukan bermaksud mengumpulkan berbagai fakta tetapi ilmu bertujuan untuk mencari penjelasan dari gejala-gejala yang kita temukandan memungkinkan kita dapat mengetahui sepenuhnya hakikat objek yang kita hadapi,sehingga pengetahuan dapat memberi kita alat untuk menguasai masalah tersebut. Hal ini berlaku baik bagi ilmu-ilmu alamiah maupun ilmu-ilmu sosial. Dimensi perubahannya hanyalah merupakan satu variabel dalam sistem pengkajian begitu juga tingkat generalisasinya, ilmu-ilmu alamiah dengan ilmu-ilmu sosial bedanya hanya terletak dalam soal gradasi,dimana tingkat keumumannya suatu teori ilmu sosial harus lebih jauh diperinci dengan memperhitungkan faktor-faktor yang bervariasi. Ilmu-ilmu sosial mengalami masalah dalam menganalisis kuantitatif yakni :
  • 11. a. Sukarnya melakukan pengukuran karena mengukur aspirasi atau emosi seseorang manusia. b. Banyaknya variabel yang mempengaruhi tingkah laku manusia. Sehingga menyebabkan ilmu-ilmu alam menjadi relatif maju karena ilmu-ilmu alam dapat menganalisis data secara kuantitatif dengan mengisolasikan dalam kegiatan laboratoris. Sedangkan teori ilmu-ilmu sosial merupakan alat bagi manusia untuk memecahkan masalah yang dihadapi,seperti ilmu-ilmu alam sehingga ilmu-ilmu sosial harus cermat dan tepat. Maka hukum penawaran dan permintaan yang bersifat kualitatif tidak lagi memenuhi syarat karena tidak memungkinkan jika kita harus menghitung derajat kenaikan inflansi secara kuantitatif. Ilmuwan dalam bidang sosial haruslah berusaha lebih sungguh-sunggguh untuk pengukuran yang rumit dan variabel yang relatif banyak membutuhkan pengetahuan matematika dan statistika yang lebih maju dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Namun adanya kesukaran dalam pengukuran ini malah dijadikan ilmu-ilmu sosial bertindak regresif dan membentuk dunianya sendiri yang menjauh dari matematika serta statistika,sehingga yang memperkuat matematika dan statistika adalah ilmu-ilmu alam. Oleh karena itu berkembanglah dua kebudayaan yang jurang perbedaannya makin melebar dengan sendirinya tanpa kita sadari adanya. Secara sosiologis terdapat kelompok-kelompok yang memberi nafas baru kepada ilmu-ilmu sosial dengan mengembangakan ilmu-imu perilaku manusia yang bertumpu kepada ilmu-ilmu sosial dimana perbedaan yang utama antara keduanya hanya terletak dalam keinginan untuk menjadikan ilmu-ilmu tentang manusia menjadi sesuatu yang lebih dapat diandalkan dan kuantitatif. Ilmu-ilmu perilaku lebih mengkaji penyusunan teori secara deduktif sebagaimana yang biasanya ada dalam ilmu-ilmu sosial namun penalaran deduktif digabungkan dengan proses pengujian induktif. Dan ilmu ekonomi yang paling pertama memasuki tahap kuantitatif sebelum ilmu-ilmu peri laku. Adanya dua kebudayaan yang terbagi ke dalam ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial masih terdapat di Indonesia. Dapat dicerminkan adanya jurusan Pasti-Alam dan Sosial- Budaya dalam sistem pendidikan kita. Jika kita menginginkan bidang keilmuan mencakup ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial maka dualisme harus segera dibongkar karena dapat menghambat psikologis dan Intelektual bagi pengembangan keimuan di negara kita. Meskipun terdapat argumen asumsi dalam pembagian jurusan tersebut,yaitu : a. Asumsi pertama mengemukakan bahwa manusia mempunyai bakat yang berbeda dalam mendidikan matematika sehingga harus dikembangkan pola pendidikan yang berbeda pula. b. Asumsi yang kedua menganggap ilmu-ilmu sosial kurang memerlukan pengetahuan matematika sehingga dapat menjuruskan keahliannya dibidang keilmuan ini. Kita harus menganalisis dahulu tujuan pendidikan agar tidak salah pengasumsian. Pendidikan bertujuan : a. Pendidikan analitik maka yang penting adalah penguasaan berpikir matematika yang memungkinkan adanya suatu analisis hingga terbentuknya suatu rumusan statistik.
  • 12. b. Pendidikan simbolik yang penting adalah pengetahuan mengenai kegunaan rumus tersebut serta penalaran deduktif dalam penyusunan meskipun tidak seluruhnya merupakan analisis matematika Jadi adanya pendekatan dikotom dalam pendekatan pendidikan matematika ini tidak akan bisa memecahkan semua persoalan ,namun paling tidak terdapat suatu jalan luar yang pragmatis dari dilema yang dihadapi sistem pendidikan kita dan harus adanya sikap kehati-hatian. Karena manusia adalah produk dari suatu proses belajar dimana tercakup karakter cara berpikir yang berkembang sesuai tahapannya. Suatu usaha yang fundamental dan sistematis dalam menghadapi masalah ini harus adanya usaha. Adanya dua pola kebudayaan dalam bidang keilmuan kita bukan hanya merupakan suatu yang regresif melainkan juga destruktif,bukan saja bagi kemajuan ilmu itu sendiri tetapi juga bagi pengengembangan peradaban secara keseluruhan. Sehingga tidak ada pemisah diantara keduanya.
  • 13. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasar dengan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Ilmu merupakan bagian terpenting dalam membangun dan mengembangkan kebudayaan nasional. Ilmu dan kebudayaan saling memiliki ketergantungan. Kebudayaan yang merupakan seperangkat nilai yang berlaku dalam masyarakat harus di dasari oleh ilmu, agar kebudayaan tersebut dapat selalu berkembang sesuai dengan jalurnya. Sementara ilmu tidak dapat berkembang jika tidak di iringi oleh kebudayaan, dalam hal ini adalah kebudayaan ilmiah. Agar kebudayaan tersebut senantiasa berdiri diatas ilmu dan nilai-nilai normative yang bermuara pada nilai-nilai ilahiyah maka dibutuhkan pendidikan untuk melestarikan kebudayaan tersebut agar tetap berada pada jalurnya
  • 14. DAFTAR PUSTAKA http://blog.unsri.ac.id/heru_09/welcome/ilmu-dan-kebudayaan/mrdetail/12649 Suriasumantri, Jujun S. 1981. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan. @dhy collection