2. Siti Khadijah adalah putri Khuwailid bin As’ad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab al-
Qurasyiyah al-Asadiyah. Siti Khadijah dilahirkan di rumah yang mulia dan terhormat, pada
tahun 68 sebelum hijrah. Khadijah tumbuh dalam lingkungan yang keluarga yang mulia,
sehingga akhirnya setelah dewasa ia menjadi wanita yang cerdas, teguh, dan berperangai
luhur. Karena itulah banyak laki-laki dari kaumnya yang menaruh simpati padanya. Syaikh
Muhammad Husain Salamah menjelaskan bahwa Siti Khadijah, nasab dari jalur ayahnya
bertemu dengan nasab Rasulullah pada kakeknya yang bernama Qushay. Dia menempati
urutan kakek keempat bagi dirinya.
3. Pada tahun 575 Masehi, Siti Khadijah ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian
ayahnya, Khuwailid, menyusul. Sepeninggal kedua orang tuanya, Khadijah dan saudara-
saudaranya mewarisi kekayaannya. Kekayaan warisan menyimpan bahaya. Ia bisa
menjadikan seseorang lebih senang tinggal di rumah dan hidup berfoya-foya. Bahaya ini
sangat disadari Khadijah. Ia pun memutuskan untuk tidak menjadikan dirinya
pengangguran. Kecerdasan dan kekuatan sikap yang dimiliki Khadijah mampu mengatasi
godaan harta. Karenanya, Khadijah mengambil alih bisnis keluarga.
4. Pada mulanya, Siti Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi. Pernikahan
itu membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun. Tak lama kemudian
suamianya meninggal dunia, dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan
perniagaan yang luas dan berkembang. Lalu Siti Khadijah menikah lagi untuk yang kedua
dengan Atiq bin ‘A’id bin Abdullah al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan beberapa
waktu, akhirnya suami keduanya pun meninggal dunia, yang juga meninggalkan harta dan
perniagaan.
5. Dengan demikian, saat itu Siti Khadijah menjadi wanita terkaya di kalangan bangsa
Quraisy. Karenanya, banyak pemuka dan bangsawan bangsa Quraisy yang melamarnya,
mereka ingin menjadikan dirinya sebagai istri. Namun, Siti Khadijah menolak lamaran
mereka dengan alas an bahwa perhatian Khadijah saat itu sedang tertuju hanya untuk
mendidik anak-anaknya. Juga dimungkinkan karena, Khadijah merupakan saudagar kaya
raya dan disegani sehingga ia sangat sibuk mengurus perniagaan.
6. Siti Khadijah mempunyai saudara sepupu yang bernama Waraqah bin Naufal. Beliau
termasuk salah satu dari hanif di Mekkah. Ia adalah sanak keluarga Khadijah yang tertua.
Ia mengutuk bangsa Arab yang menyembah patung dan melakukan penyimpangan dari
kepercayaan nenek moyang mereka (nabi Ibrahim dan Ismail).
7. Para sejawatnya mengakui keberhasilan Siti Khadijah, ketika itu mereka memanggilnya
“Ratu Quraisy” dan “Ratu Mekkah”. Ia juga disebut sebagai at-Thahirah, yaitu “yang bersih
dan suci”. Nama at-Thahirah itu diberikan oleh sesama bangsa Arab yang juga terkenal
dengan kesombongan, keangkuhan, dan kebanggaannya sebagai laki-laki. Karenanya
perilaku Khadijah benar-benar patut diteladani hingga ia menjadi terkenal di kalangan
mereka.
Pertama kali dalam sejarah bangsa Arab, seorang wanita diberi panggilan Ratu Mekkah
dan juga dijuluki at-Thahirah. Orang-orang memanggil Khadijah dengan Ratu Mekkah
karena kekayaannya dan menyebut Khadijah dengan at-Thahirah karena reputasinya
yang tanpa cacat.
8. Suatu ketika, Muhammad berkerja mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah untuk
dijual ke Syam bersama Maisyarah. Setibanya dari berdagang Maysarah menceritakan
mengenai perjalanannya, mengenai keuntungan-keuntungannya, dan juga mengenai
watak dan kepribadian Muhammad. Setelah mendengar dan melihat perangai manis,
pekerti yang luhur, kejujuran, dan kemampuan yang dimiliki Muhammad, kian hari
Khadijah semakin mengagumi sosok Muhammad. Selain kekaguman, muncul juga
perasaan-perasaan cinta Khadijah kepada Muhammad.
9. Tibalah hari suci itu. Maka dengan maskawin 20 ekor
unta muda, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah
pada tahun 595 Masehi. Pernikahan itu berlangsung
diwakili oleh paman Khadijah, ‘Amr bin Asad.
Sedangkan dari pihak keluarga Muhammad diwakili
oleh Abu Thalib dan Hamzah. Ketika Menikah,
Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Siti Khadijah
berusia 40 tahun. Bagi keduanya, perbedaan usia yang
terpaut cukup jauh dan harta kekayaan yang tidak
sepadan di antara mereka, tidaklah menjadi masalah,
karena mereka menikah dilandasi oleh cinta yang
tulus, serta pengabdian kepada Allah. Dan, melalui
pernikahan itu pula Allah telah memberikan
keberkahan dan kemuliaan kepada mereka.
10. Dari pernikahan itu, Allah menganugerahi mereka dengan beberapa orang anak, maka
dari rahim Siti Khadijah lahirlah enam orang anak keturunan Muhammad. Anak-anak itu
terdiri dari dua orang laki-laki dan empat orang perempuan. Anak laki-laki mereka, al-
Qasim dan dan Abdullah at-Tahir at-Tayyib meninggal saat bayi. Kemudian, empat anak
perempuannya adalah Zainab, Ruqayyah, Ummi Kulsum, dan Fatimah az-Zahra. Siti
Khadijah mengasuh dan membimbing anak-anaknya dengan bijaksana, lembut, dan
penuh kasih sayang, sehingga mereka pun setia dan hormat sekali kepada ibunya.
11. Setelah berakhirnya pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum muslim, Siti Khadijah
sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari
kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam sakit yang tidak terlalu lama,
dalam usia 60 tahun, wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya,
Sayyidah Siti Khadijah al-Kubra binti Khuwailid.
12. Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10
kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketia itu, usia
Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal
dengan sebutan al-Hajun.
13. Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah. Alangkah
sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah ketika itu. Karena dua orang yang dicintainya
(Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai ‘Aamul Huzni
(tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.
14. Ia adalah wanita yang pertama kali memeluk Islam.
Ia beriman kepada Nabi disaat semua orang kafir padanya.
Ia adalah wanita pertama yang dijamin masuk surga bahkan ia mendapat kabar gembira dari Allah, bahwa Allah telah membangunkan
bagi rumah di surga.
Manusia pertama yang mendapat salam dari Allah yang disampaikan dari langit ke tujuh. Ia pantas menerimanya karena selalu setia
mendampingi Nabi dalam kondisi seperti apapun.
Wanita pertama yang layak dikategorikan shiddiq di antara wanita mukmin lainnya.
Mengorbankan seluruh hartanya untuk kepentingan Nabi
Wanita yang memberikan keturunan bagi Nabi
Wanita yang matang dan cerdas, pandai menjaga kesucian, dan terpandang bahkan sejak masa jahiliyah dan diberi gelar Ath Thahiroh
(wanita yang suci). Ia adalah orang yang terhormat, taat beragama dan sangat dermawan.
Seluruh hidupnya di berikan untuk mendukung dan membela dakwah Nabi.
Orang yang pertama shalat bersama Nabi SAW.