Dokumen tersebut membahas tentang aliran filsafat hukum realisme Amerika dan Skandinavia. Aliran realisme Amerika merupakan reaksi terhadap positivisme hukum dan menekankan hukum sebagai "law in action". Sedangkan realisme Skandinavia menekankan bahwa hukum hanya dapat dijelaskan melalui fakta-fakta yang dapat diamati dan menolak konsep metafisika dalam hukum. Kedua aliran ini menolak pendek
1. LEGAL REALISM
American and Scanidanvian
Oleh:
Ahsanul Minan
Indah Sari Septiani Putri Mukhtar Pakpahan
!1
2. Fungsi Filsafat Hukum
• Filsafat hukum memiliki peran penting dalam membantu
merenungkan kembali penerapan sistem hukum serta
membantu mengembalikan fungsi hukum ke arah yang
seharusnya.
• Filsafat hukum merupakan alat bantu untuk melakukan
refleksi dan menemukan kembali cara pandang, metode
berpikir serta substansi pemahaman atas nilai-nilai dasar
yang harus dicapai melalui instrument hukum.
• Filsafat hukum memegang peranan penting dalam
kegiatan penalaran dan penelaahan asas dan dasar etik
dari pengawasan sosial, yang berkaitan dengan (a).
tujuan-tujuan masyarakat, (b) masalah-masalah hak asasi,
(c) kodrat alam
!2
3. SEJARAH DAN ANATOMI ALIRAN FILSAFAT HUKUM
• Kemunculan dan perkembangan aliran-aliran dalam
filsafat hukum selalu berjalan seiring dengan dialektika
sejarah terutama menyangkut peran hukum dalam
proses kehidupan kenegaraan.
• Perkembangan politik, dan relasi kekuasaan dengan
masyarakat selalu menjadi latar belakang penting yang
membayangi evolusi aliran filsafat hukum.
!3
4. ANATOMI ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT HUKUM
ALIRAN
HUKUM ALAM
ALIRAN
POSITIVISM
Aliran
Irrasional Rasional UTILITARIANISM
Analytical Aliran Hukum
Jurisprudence Murni
Madzhab Sejarah
Sociological
Jurisprudence
Legal Realism
!4
5. ALIRAN LEGAL REALISM
• Aliran Legal Realism muncul sebagai reaksi
atas aliran hukum alam dan legal positivism.
Konsepsi yang dibangun oleh aliran ini
dipengaruhi sebagian oleh pandangan-
pandangan dari aliran utilaterianism.
• Aliran legal realism dapat dibagi menjadi 2
bagian; pertama aliran legal realism Amerika,
dan kedua, aliran legal realism Skandinavia.
!5
6. AMERICAN REALISM
• GERAKAN REALISME DI AMERIKA ADALAH
MERUPAKAN REAKSI TERHADAP ALIRAN
POSITIVISME
• REALISME AMERIKA SERIKAT ADALAH MERUPAKAN
PENDEKATAN SECARA PRAGMATIS DAN
BEHAVIOURITIS TERHADAP LEMBAGA-LEMBAGA
SOSIAL
• ALIRAN REALISME INI MENEKANKAN HUKUM
SEBAGAI LAW IN ACTION DAN MENGANGGAP
HUKUM ITU SEBAGAI PENGALAMAN
• SUMBER HUKUM DALAM ALIRAN REALISM INI
PUTUSAN HAKIM
!6
7. • TOKOH-TOKOH DALAM ALIRAN REALISME DI
AMERIKA ADALAH OLIVER WENDELL HOLMES,
JOHN DEWEY, JEROME FRANK, K. LLEWELLYN, AXEL
HAGERSTROM, W TWINNING
• JEROME FRANK
ALIRAN REALISME DIBAGI KEDALAM DUA
KELOMPOK :
1. RULE SKEPTICS : DIMANA KETIDAKPASTIAN
HUKUM ITU TIMBUL AKIBAT DARI PERATURAN
YANG TERTULIS DAN PENERAPAN HUKUM YANG
MENGUTAMAKAN KESERAGAMAN
2. FAC T S K E P T I C S : M E M A N DA N G B A H WA
KETIDAKPASTIAN HUKUM ITU BERASALA DARI
HAKIM YANG MENGAMBIL KEPUTUSAN HUKUM
BERDASARKAN FAKTA-FAKTA
!7
8. CIRI-CIRI REALISME MENURUT K LLEWELLYN
• REALISME TIDAK MENGAKUI ADANYA SUATU
MAZHAB REALISME
• REALISME ADALAH KONSEP HUKUM YANG TERUS
BERUBAH
• REALISME BERPOKOK PANGKAL PADA PEMISAHAN
DAS SAIN DAN DAS SOLLEN
• REALISME TIDAK MENGGANTUNGKAN PUTUSAN-
PUTUSAN PADA PERATURAN DAN PENGERTIAN
HUKUM TRADISIONAL
• GERAKAN REALISME BERPENDIRIAN BAHWA SETIAP
HUKUM HARUS MEMPERHATIKAN AKIBAT DARI
HUKUM
!8
9. • JEROME FRANK JUGA MEMBUAT TULISAN YANG
TERDIRI DARI 2
1. LAW AND THE MODERN MIND : SUATU PERATUAN
MENGANDUNG SUATU YANG TETAP DAN PRINSIP-
PRINSIP HUKUM YANG SELALU BAIK DAN BENAR
YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI ACUAN
DALAM MEMUTUSKAN SUATU PERKARA NAMUN
TIDAK SELAMANYA PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN ITU LENGKAP DAN DAPAT
MENYELESAIKAN PERMASALAHAN HUKUM
2. COURTS ON TRIAL : DALAM TULISANNYA INI
FRANK MEMPERSOALKAN PEMERIKSAAN PERKARA
DI PENGADILAN DENGAN MENGGUNAKAN
METODE PEMIKIRAN COMMON LAW
TRADITIONAL
!9
10. O W HOLMES (DALAM BUKUNYA PATH OF THE LAW)
• HOLMES MEMBERIKAN SUATU GAGASAN TENTANG HUKUM
YANG DIDASARKAN PADA PENGALAMAN DAN HOLMES
MERAGUKAN PERANAN LOGIKA
• HOLMES MENGATAKAN KESELURUHAN LOGIS HUKUM
ADALAH HASIL DARI KONFLIK PADA SETIAP TINGKAT
DIANTARA LOGIKA DAN PENGERTIAN YANG BAIK DAN
USAHA-USAHA UNTUK MENDAPATKAN HASIL YANG
KONSISTEN
• DUGAAN-DUGAAN TENTANG APA YANG AKAN DIPUTUSKAN
OLEH PENGADILAN ITULAH YANG DISEBUT SEBAGAI HUKUM.
(PENDAPAT HOLMES INI LAH YANG YANG SECARA TEPAT
MENGGAMBARKAN BAHWA PEMIKIRAN ALIRAN REALISME DI
AMERIKA PRAGMATIS)
!10
11. K LLEWELLYN
• DALAM BUKUNYA “SOME REALISM ABOUT REALISM “ LLEWELLYN
MENYIMPULKAN BAHWA :
1. HUKUM ITU SELALU BERUBAH-UBAH
2. MEMAHAMI BAHWA HUKUM ADALAH ALAT UNTUK MENGAKHIRI
SENGKETA-SENGKETA YANG ADA DI MASYARAKAT
3. MASYARAKAT SELALU BERUBAH-UBAH DAN PERUBAHAN LEBIH CEPAT
DARI HUKUM
4. PEMISAHAN ANATAR IN DAN OUT
5. KONSEP PEMIKIRAN HUKUM YANG LAMA SUDAH TIDAK SESUAI LAGI
PRINSIP-PRINSIP HUKUM DAN KETENTUAN HUKUM DISESUAIKAN
DENGAN KENYATAAN YANG ADA DI MASYARAKAT
6. MEMBUAT SUATU PEDOMAN TERHADAP PRAKTEK-PRAKTEK MASA
LALU UNTUK DAPAT MENJADI PEDOMAN DALAM MENGHADAPI
KASUS YANG SEDANG BERJALAN DIMASA SEKARANG
• K LLEWELLYN MEMBUAT BEBERAPA TULISAN ANATARA LAIN “THE
COMMON LAW TRADITION”, “MY PHILOSOPHY OF LAW”, “THE
NORMATIVE, THE LEGAL AND THE LAW JOBS THE PROBLEM OF
JURISTIC METHOD”
!11
12. SCANDINAVIAN LEGAL REALISM
• Law as Fact. Aliran ini berkeyakinan bahwa hukum hanya bisa dijelaskan melalui fakta-
fakta yang bisa diobservasi, dan studi tentang fakta ini –yang disebut dengan ilmu
pengetahuan hukum- karenanya merupakan sebuah ilmu pengetahuan sebagaimana
ilmu pengetahuan lain yang peduli dan memfokuskan diri pada fakta dan kejadian
dalam hubungan sebab-akibat.oleh karena itu, keyakinan tentang kekuatan mengikat,
kebenaran hukum, eksistensi hak dan kewajiban, keyakinan tentang hak property
dipisahkan dari khayalan dan dunia metafisika.
• Bagi Olivecrona, aturan hukum merupakan “perintah yang independen” yang
termanifestasikan dalam bentuk perintah, namun tidak seperti perintah yang berasal
dari seseorang. Hukum termanifestasikan dalam “rasa” dari rangkaian kaliman dalam
undang-undang, dan ditangkap oleh alam pikiran manusia dan selanjutnya
mempengaruhi tingkah laku manusia. Lundstedt menambahkan bahwa aturan hukum
hanyalah sebuah prosedur untuk mencapai tujuan tertentu (dalam hal ini adalah
kesejahteraan sosial). Lundstedt memandang bahwa hak dan kewajiban hanyalah
merupakan konklusi hukum. Dia mencontohkan bahwa hak atas property sebenarnya
hanyalah tiadanya resiko hukum bagi pemilik property untuk melakukan tindakan-
tindakan atas properti tersebut. Dengan demikian, property right tidak muncul dari
das sollen, melainkan dari das Sein.
!12
13. SCANDINAVIAN LEGAL REALISM
• Theory of Law. Ross membedakan 2 jenis ilmu hukum, pertama hukum dalam arti yang
dimuat dalam undang-undang, dan kedua kalimat-kalimat dalam buku dimana hukum
dinyatakan. Kategori pertama bersifat menentukan, sedangkan yang kedua lebih
mengarah kepada pengetahuan tentang apa hukum yang sebenarnya yang berisi
pernyataan dan penjelasan. Bagi Ross, validitas hukum adalah serangkaian abstrak dari
ide-ide normatif yang disajikan dalam sebuah skema intepretasi atas fenomena hukum
dalam kenyataan, yang dimaksdukan untuk memprediksikan aktifitas para hakim. Dia
menyatakan bahwa norma hukum utamanya ditujukan bukan kepada seluruh masyarakat,
namun merupakan petunjuk kepada hakim. Aturan hukum adalah aturan tentang
penggunaan kekuatan dan ditujukan kepada para pejabat terkait. Contoh, larangan
membunuh, merupakan petunjuk bagi hakim dan beberapa instansi pemerintah dalam
berurusan dengan kasus-kasus pembunuhan yang diajukan kepada mereka. Dalam
pandangan Ross, semakin efektif pemenuhan aturan oleh masyarakat, maka semakin sulit
untuk mengukur validitas (hukum) nya, karena pengadilan tidak memiliki kesempatan
untuk menunjukkan reaksinya. Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa hukum adalah
valid jika hakim menganggapnya mengikat. Namun, pemikiran Ross ini dianggap banyak
menimbulkan persoalan karena dianggap sulit untuk menyelidiki pemikiran hakim.
!13
14. SCANDINAVIAN LEGAL REALISM
• Prinsip-prinsip verifiabilitas. Fakta, bagi aliran realis merupakan hal yang tidak bisa ditawar, dan
menolak metafisika. Dalam hal ini, terdapat kemiripan antara aliran ini dengan legal positivism.
Ross mengatakan bahwa hanya ada satu dunia dan satu kognisi (kesadaran). Seluruh ilmu
pengetahuan (termasuk ilmu pengathuan hukum) hanya memustakan perhatian kepada fakta,
seluruh dalil ilmu pengetahuan menyangkut realitas, dan seluruh yang tidak sepenuhnya logis -
matematis- selalu merujuk kepada uji pengalaman. Studi hukum doktrinal bagi Ross dianggap
sebagai ilmu pengetahuan sosial empirik. Dia juga mengatakan bahwa makna diberikan
terhadap fakta yang dapat diferivikasi, sehingga dalil-dalil yang tidak dapat diverifikasi maka
tidak bermakna. Namun demikian, Lloyd D. Dan Freeman menganggap bahwa pandangan Ross
ini bermasalah dengan pemahaman tentang kegunaan bahasa, yang menurutnya bersifat tunggal.
Padahal dalam kenyataannya kegunaan bahasa dapat bermacam-macam. Meskipun demikian,
dalam perkembangan berikutnya, aliran ini lebih bersikap toleran terhadap keragamaan
kegunaan bahasa. MacCormak mengatakan bahwa keragaman fungsi bahasa dan realitas
psikologis dari keyakinan dan perasaan adalah elemen utama dari penjelasan Ross dan
Olivecrona mengenai aturan hukum dan viliditasnya, dan juga hak-hak hukum. Ross membuat 3
perbedaan atas perkataan yang digunakan dalam aturan hukum: indicative, directive dan
emotive. Sedangkan Olivecrona membedakan bahasa hukum ke dalam 2 kategori: technical
(yang bersifat pasif), dan performative (yang bersifat kreatif).
• Asal mula hukum. Dalam pandangan Olivecrona, asal mula hukum sejatinya adalah pertanyaan
tentang asal mula histori dan faktual tentang perkembangan “aturan yang luar biasa, bersifat
magis-religius yang ditemukan dalam masyarakat kuno”.
• Reductionism dan legal concept. Menurut Ross, konsep dapat selalu direduksi dengan analisa
atas serangkaian dalil yang setara, atau dapat disubtitusikan.
!14
15. SCANDINAVIAN LEGAL REALISM
• Feature of law. Menurut Olivecrona, kinerja sistem hukum tidaklah mistis, atau
didasarkan pada enititas yang fiktif, misalnya negara atau sifat mengikat dari hukum.
Dia beranggapan bahwa hukum diproduksi oleh sekumpulan orang yang berada
dalam sebuah organisasi negara yang mampu menjalankan hukum melalui kekuatan
pemaksa yang dimilikinya, dan sekumpulan orang di lembaga legislatif yang dapat
menghadirkan tekanan psikologis terhadap masyarakat.
• Hukum dan moralitas. Dalam pemikiran aliran Skandinavia, gagasan-gagasan moral
sebenarnya dibentuk oleh hukum. Hukum menjadi faktor utama yang
mempangaruhi standard moral, terutama karena kemampuannya untuk
menggunakan kekuatan untuk menegakkanya. Teori ini memang sangat rentan untuk
diperdebatkan, terutama jika dipertanyakan tentang mana yang lebih dulu hadir,
apakah moral ataukah hukum.
• Ideologi hukum-method of Justice dan Social Welfare. Kebanyakan kelompok realis
mendukung konsep legal ideology atau method of justice dengan menyandarkan
diri pada tujuan material hukum, mengutamakan sistem hukum yang aktual, sehingga
menolak aspek metafisika, atau penggunaan hukum alam atau nilai keadilan sebagai
parameter penilaian objective, karena menurut aliran realis, sebuah penilaian
pastilah subjectif. Bagi Lundstedt, jurisprudence haruslah berdasarkan observasi atas
fakta, bukannya berdasarkan atas penilaian individual atau metafisika.
!15
16. Perbedaan Realisme Amerika & Skandinavia
• Realisme Amerika lebih memfokuskan diri pada kerja
praktis untuk mengkaji proses hukum, berbeda dengan
Realisme Skanidnavia yang lebih berfokus kepada operasi
teoritis atas sistem hukum secara keseluruhan.
• Skandinavia memang merepresentasikan aliran empiris
yang ekstrem, namun Amerika justru yang paling depan
dalam menekankan pentingnya sutdi faktual dalam rangka
mencari solusi atas problem hukum. Skandinavia tampak
lebih mengandalkan pada argumen apriori dalam
menemukan solusi atas problem hukum.
• Gerakan Realisme Skandinavia dipengaruhi oleh tradisi
filsafat Eropa, sedangkan realisme Amerika lebih
dipengaruhi oleh karakter empirisme Inggris.
!16