SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 10
BAB II 
PEMBAHASAN 
Mengukur Kadar Enzim 
Enzim sebagai katalisator juga mempunyai sifat-sifat seperti katalisator pada umumnya, 
seperti ikut bereaksi, tetapi padaakhir reaksi didapatkan kembali dalam bentuk semula.Hal 
tersebut mengakibatkan enzim dapat dipakai kembali setelah melaksanakan aktivitasnya, 
sehingga tubuh kita tidak membutuhkan enzim dalam jumlah yang besar. Jumlah/kadar enzim 
yang kecil tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri bagi kita untuk mengukur kadar enzim, 
sehingga memerlukan teknik yang rumit. Enzim plasma nonfungsinal dapat dijadikan sebagai 
petanda adanya kerusakan organ tertentu.Pengukuran kadar enzim dapat dilkaukan denga dua 
cara, yaitu: 
(1) Dibandingkan dengan enzim murni; 
(2) Mengukur kecepatan reaksi yang dikatalisisnya. 
Cara ke-1 dilakukan dengan membandingkan enzim yang ingin diukur kadarnya dengan 
enzim murni yang sudah diketahui kadarnya. Kadar enzim dinyatakan dengan satuan μg. Sebagai 
contoh misalnya enzim murni dengan kadar 2 μg dapat mengkatalisis substrat dengan jumlah 
tertentu selama 10 detik. Jika memakai enzim yang ingin diukur kadarnya membutuhkan waktu 
20 detik, maka kadar enzim yang bersangkutan adalah 1 μg. 
Pengukuran dengan cara diatas, jelas membutuhkan tersedianya enzim murni. 
Kenyataannya banyak enzim yang belum tersedia bentuk murninya. Untuk mengatasi hal ini 
digunakanlah cara ke-2. Satuan enzim dinyatakan dalam unit.Kadar enzim diukur berdasarkan 
jumlah substrat yang bereaksi atau produk yang terbentuk per satuan waktu.Satu unit 
internasional disepakati sebagai jumlah enzim yang perlukan untuk mengkatalisis pembentukan 
1 μmol produk per menit pada kondisi tertentu. 
( sumberhttp://klinikdokterhairrudin.blogspot.com/2008/10/kinetika-enzim_14.html) 
Jumlah enzim di dalam larutan atau eksrak jaringan tertentu dapat diuji secara kuantitatif 
dalam hal pengaruh katalitik yang dihasilkan. Untuk tujuan ini, kita perlu mengetahui 
1. Persamaan keseluruhan reaksi yang dikatalisa 
2. Suatu prosedur analitik untuk menentukan menghilangnya substrat atau, munculnya 
produk reaksi
3. Apakah enzim memerlukan kofaktor atau koenzim 
4. Ketergantungan aktivitas enzim terhadap konsentrasi substrat, yaitu KM bagi subtrat 
5. pH optimum 
6. daerah suhu yang membiarkan enzim dalam keadaan stabil dan memiliki aktivitas tinggi 
Dengan persetujuan internasional 1,0 unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai jumlah 
yang menyebabkan pengubahan1,0 mikromol (μmol = 10-6 mol) substrat per menit pada 25o 
pada keaadaan pengukuran optimum. Aktivitas spesifik adalah jumlah unit enzim per milligram 
protein. Aktivitas spesifik adalah suatu ukuran kemurnian enzim: nilainya meningkat selam 
pemurnian suatu enzim dan menjadi maksimum dan tetap (tetap) jika enzim sudah berada pada 
keadaan murni. 
Bilangan putaran suatu enzim adalah jumlah molekul substrat yang terubah persatuan 
waktu oleh satu molekul enzim (atau oleh sisi katalitik), jika konsentrasi enzim sendiri 
merupakan factor pembatas kecepatan reaksi.(lehninger, 1982) 
Aktivitas Enzim = mol substrat yang diubah per unit waktu = kecepatn × volume reaksi. 
Satuan SI untuk aktivitas enzim adalah katal, 1 katal = 1 mol s−1, tapi ini merupkan unit yang 
terlau besar. Nilai yang lebih praktis dan sering digunakan adalah unit enzim (U) = 
1 μmol min−1. 1 U sama dengan 16.67 nanokatal . 
Aktivitas enzim yang dinyatakan dalam katal biasanya menunjukkan jumlah senyawa 
target dari enzim. Aktivitas enzim dapat diberikan dalam jumlah substrat tertentu yang 
dikatalisis, seperti gelatin, yang kemudian disebut gelatin digesting units (GDU), atau protein 
susu, yang kemudian disebut milk clotting units (MCU). Unit GDU dan MCU bergantung pada 
seberapa cepat 1 gram enzim akan mendigesti gelatin atau protein susu. 1 GDU sama dengan 
1.5 MCU. 
Kenaikan jumlah substrat akan menaikkan aktivitas enzim. Akan tetapi pada suatu titik 
kecepatan reaksi akan tetap karena jumlah sisi aktif enzim yang tetap.( sumber. Wikipedia.com) 
PERSAMAAN MICHAELIS-MENTEN 
Persamaan Michaelis-Menten adalah pernyataan aljabar bagi bentuk hiperbolik kurva 
tersebut, dengan parameter pentingnya adalah ; konsentrasi substrat ( [푆]), kecepatan awal (v0),
Vmaks, dan KM 
.. persamaan ini menjadi dasar bagi semua penelitian kinetika enzim karena 
memungkinkan perhitungan kualitatif sifat-sifat enzim dan analisis penghambatan enzim. 
Disini, kita akan mengembangkan logika dan tahap-tahap dasar dalam penentuan 
persamaan Michaelis-Menten secara modern. Penurunan pertama-tama dimulai dengan dua 
reaksi dasar yang terlibat dalam pembentukan dan penguraian kompleks enzim-substrat 
(a) 
(b) 
Lalu, [퐸푡 ] menggambarkan konsentrasi enzim total (jumlah enzim bebas dan enzim terikat), 
[퐸푆] adalah konsentrasi kompleks enzim-substrat, dan [퐸푡 ] - [퐸푆]menggambarkan konsentrasi 
enzim bebas atau enzim tak terikat, [푆], konsentrasi substrat yang biasanya jauh lebih besar dari 
[퐸푡 ], sehingga jumlah S yang terikat oleh E pada setiap saat dapat diabaikan dibandingkan 
dengan konsentrasi S total. Penurunan rumus ini dimulai dengan memperhatikan kecepatan 
pembentukan dan penguraian ES. 
1. kecepatan pembentukan ES. Kecepatan pembentukan ES pada reaksi a adalah 
Kecepatan pembentukan = k1([퐸푡 ] – [퐸푆])[푆] (c) 
2. kecepatan penguraian ES. Kecepatan penguraian ES adalah 
Kecepatan penguraian = k_1[퐸푆] + k2[퐸푆] 
Dengan k_1 dan k2 merupakan tetapan kecepatan bagi reaksi kebalikan (a) dan reaksi yang 
mengarah ke muk (b) berturut-turut 
3. keadaan seimbang. Ketika kecepatan pembentukan ES sama dengan kecepatan 
penguraiannya, konsentrasi ES dan tetap dan system reaksi berad dalam keadaan 
seimbang: 
Kecepatan pembentukan ES = kecepatan penguraian ES 
k1([퐸푡 ] – [퐸푆])[푆]= k_1[퐸푆] + k2[퐸푆] (d) 
4. pemisahan tetapan keseimbangan. Bagian kiri persamaan (d) dikalikan, sehingga 
memberikan 
k1([퐸푡 ][푆] – k1[퐸푆])[푆] 
dan bagian kaan kita sederhanakan, sehingga dihasilkan 
(k_1 + k2 )[퐸푆]
Lalu, kita peroleh 
k1[퐸푡 ][푆] – k1[퐸푆][푆]= (k_1 + k2 )[퐸푆] 
jika kita memindahkan dan mengubah tanda hasil perkalian – k1[퐸푆])[푆], kita memperoleh 
k1([퐸푡 ][푆] = k1[퐸푆][푆] + (k_1 + k2 )[퐸푆] 
persamaan ini dapat kita sederhanakan lebih lanjut 
k1[퐸푡 ][푆] = (k1[푆] + k_1 + k2 )[퐸푆] 
sekarang, persamaan ini kita bagi [퐸푆] 
[퐸푆] = 
푘1 [퐸푡][푆] 
푘1 [푆]+ 푘1+ 푘−1 
Dengan menggabungkan tetapan kecepatan reaksi menjadi satu persamaan 
[퐸푆] = 
푘1 [퐸푡][푆] 
[푆] + (푘1+ 푘−1) 
⁄ 
푘1 
5. definisi kecepatan awal v0 dengan melibatkan [퐸푆] . Kecepatan awal, menurut teori 
Michaelis-Menten, ditentukan oleh penguraian [퐸푆] dalam reaksi (b) yang tetapan 
kecepatan reaksinya adalahk2. Jadi kita memiliki 
V0 = k2[퐸푆] 
Karena semua [퐸푆] berada di bagian kiri persamaan, (e) kita memperoleh 
V0 = 
푘2 [퐸푡][푆] 
[푆]+ (푘1+ 푘−1 ) 
⁄ 
푘1 
(f) 
Sekarang, marilah kita sederhanakan lebih lanjut persamaan di atas dengan mendefinisikan KM 
(tetapan Michelis-Menten) sebagai 
(푘1 + 푘−1) 
⁄ dan dengan mendefinisikan Vmaks sebagai 
푘1 
k2[퐸푡 ], kecepatan pada saat semua E yang tersedia terdapat sebagai ES. Kita lakukan substitusi 
parameter ini pada persamaan (f) dan memperoleh 
푉푚푎푘푠 [푆] 
[푆] + 퐾푀 
V0 = 
Persamaan di atas adalah persamaan Michelis-Menten, oersamaan kecepatan bagi suatu reaksi 
enzimatik satu substrat. Persamaan ini adalah suatu pernytaan ,mengenai hubungan kuantitatif 
diantara kecepatan reaksi awal v0, kecepatan maksimum Vmaks, dan konsentrasi substrat awal, 
semua dihubungkan melalui tetapan Michelis-Menten KM.
METODE PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM SECARA FOTOMETRIK 
Ada 3 jenis metode yang digunakan 
a) Pengukuan cahaya yang diabsorpsi (serap) oleh larutan 
b) Pengukuran cahaya yang dipantulkan oleh suspensi 
c) Pengukuran cahaya yang diemisikan zat terlarut setelah eksitasi yang disebabkan oleh 
penyinaran dengan panjang gelombang yang sesuai 
Prinsip dasar penentuan konsentrasi secara fotometrik 
Pengukuran konsentrasi secara fotometri berdasarkan pada cahaya yang melewati suatu larutan 
akan diabsorpsi (diserap) yang jumlahnya sebanding dengan konsentrasi larutan. Perbandigan 
intensitas cahayayang tidak diserap dengan intensitas awal I/I0 (disebut transmitansi) meningkat 
jika konsentrasi meningkat. Densitas optik (OD) menunjukkan fraksi cahaya yang diserap dan 
jumlahnya bergantung ukuran yang dibuat. 
OD = log 
1 
푡푟푎푛푠푚푖푡푎푛푠푖 
= log I/I0 
Cahaya yang diabsorpsi diukur dengan fotosel atau ammeter , kemudian transmitansi dari 
larutan dibaca pada skala dari instrument. 
( wiliiamson,1965) 
PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM SECARA SPEKROSKOPI 
Untuk mengukur aktivitas enzim ini dengan spektroskopi, beberapa teknik spektroskopi yang 
digunakan: spektroskopi fluoresensi, Spektroskopi UV / VIS, dan Spektroskopi inframerah. 
1. Spektroskopi florosensi 
Dalam spektroskopi fluoresensi, senyawa ditembakkancahaya UV yang menyebabkan 
molekul tereksitasit sehingga memancarkan cahaya pada panjang gelombang yang lebih 
panjang, yang biasanya dalam kisaran cahaya tampak. Fenomena penyerapan foton oleh 
molekul pada satu panjang gelombang tertentu dan menyebabkan emisi foton lain dari 
molekul yang sama pada panjang gelombang yang lebih panjang dikenal sebagai 
fluoresensi. Dalam teknik spektroskopi, fluoresensi substrat diukur dan dibandingkan 
dengan fluoresensi produk, dan selisihnyamenunjukkan aktivitas enzimatik diukur.
2. Spektroskopi UV-vis 
Spektroskopi UV menggunakan cahaya di daerah UV di mana molekul yang paling 
mungkin untuk mengalami transisi elektronik. Yang dimaksud dengan transisi elektronik 
adalah bahwa ketika molekul menyerap energi UV, ini menyebabkan elektron menglami 
eksitasi, yang menyebabkan mereka pindah ke orbital dengan energi yang lebih tinggi l. 
Instrumen yang digunakan dalam spektroskopi UV adalah UV / VIS. Perangkat ini 
mengukur transmitansi cahaya melalui sampel. Persamaan yang digunakan untuk 
menghitung transmitansi adalah 
A = -log (% T) 
di mana A adalah absorbansi dan T adalah I / Io, dimana I adalah intensitas cahaya yang 
melewati sampel dan Io adalah intensitas awal cahaya sebelum dilewatkan melalui sampel. 
Setelah absorbansi dihitung, dapat diplot versus panjang gelombang memberikan UV / VIS 
spectrum 
(wikibook) 
Pengukuran aktifitas enzim menggunakan alat spektrofotometer. Sebagai contoh misalnya 
aktifitas enzim dehidrogenase yang bergantung NADP+ diperiksa secara spektofotometris 
dengan mengukur perubahan absorbsi nya pada 340 nm yang menyertai oksidasi atau reduksi 
NADP+/NADPH. Oksidasi NADH menjadi NAD+ terjadi disertai dengan penurunan densitas 
optik (OD, optical density) pada 340 nm, yang proporsional dengan jumlah NADH yang 
dioksidasi. Demikian pula, kalau NAD+ direduksi, OD pada 340 nm akan meningkat seband ing 
dengan jumlah NADH yang terbentuk. Perubahan OD pada 340 nm ini dapat dimanfaatkan bagi 
pemeriksaan analisis kuantitatif setiap enzim dehidrogenase yang bergantung NAD+ atau 
NADP+. Bagi enzim dehidrogenase yang mengatalitis oksidasi NADH oleh substratnya yang 
teroksidasi, kecepatan penurunan OD pada 340 nm akan berbanding lurus dengan konsentrasi 
enzim. Oleh karena itu, hasil pengukuran kecepatan penurunan OD pada 340 nm memungkinkan 
kita menyimpulkan kuantitas enzim. 
( sumberhttp://klinikdokterhairrudin.blogspot.com/2008/10/kinetika-enzim_14.html) 
PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM SECARA MANOMETER
Prinsip 
Manometer ditemukan oleh Barcroft dan kemudian dikembangkan oleh O. Warburg, 
menghitung volume gas dengan cara membandingkan dengan volume konstan dari 
manometer. Termoregulator yang efisien sangat penting dalam penentuan secara 
manometer. 
Jenis reaksi yang dapat ditentukan 
1. Reaksi yang menghasilkan gas, contoh CO2 yang dihasilkan dari reaksi karboksilase 
2. Reaksi yang menggunakan gas, contoh O2 yang digunakan dalam reaksi sitokrom 
oksidase 
3. Reaksi yang menghasilkan gas, produksi CO2 dari buffer bikarbonat 
4. Reaksi pengikatan asam dalam bikarbonat/buffer CO2 (secara praktek tidak pernah 
digunakan) contoh reaksi pospat ester, dan ester yang menghasilkan nilai pK yang besar. 
Dua reaksi yang terakhir kurang berguna disebabkan karena tidak spesifik. Untuk reaksi yang 
menghasilkan dua gas misalnya O2 dan CO2 dalam reaksi glikolisi secara anaerobic dapat 
dieliminasi dengan mengeliminasi CO2 dengan KOH atau menggunakan dua labu 
Peralatan yang mengukur perubahan jumlah gas terdiri dari sensor tekanan yang melekat 
pada wadah tertutup yang memiliki ruang utama yang berisi enzim ca iran atau sejenisnya dan 
disesuaikan dengan perubahan tekanan dalam bejana menjadi sinyal listrik dan output sinyal nilai 
tekanan diukur; sensor fotolistrik disesuaikan dengan perubahan optik enzim cairan atau 
sejenisnya dalam bejana tertutup menjadi sinyal listrik dan output sinyal nilai yang terukur optik; 
elektroda disesuaikan dengan bersentuhan de
ngan enzim cairan atau sejenisnya dalam kapal untuk mengkonversi perubahan konduktivitas 
menjadi sinyal listrik dan output sinyal konduktivitas diukur; dan sirkuit aritmatika disesuaikan 
dengan masukan masing-masing mengatakan sinyal nilai tekanan diukur, sinyal nilai tekanan 
terukur dan mengatakan sinyal optik nilai terukur, dan sinyal nilai tekanan diukur dan berkata 
diukur sinyal 
konduktivitas secara bersamaan, perhitungan efek secara bersamaan secara paralel sesuai dengan 
ekspresi numerik yang telah ditetapkan disimpan di muka dan sinyal perhitungan data keluaran 
masing-masing. 
(google/patent) 
PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM SECARA THUNBERG 
TeknikThunberg secara hakikat sudah digantikan oleh manometer.Tabung Thunberg 
tetap digunakan saat reaksi mememrlukan kondisi anaerobicKegiatan dehidrogenase yang 
biasanya diukur dengan adanya kelebihansubstrat dengan tingkat penyerapan oksigen dihadapan 
biru metilen(Warburg Teknik) atau pada saat dekolorisasi metilen biru di tidak adanya oksigen 
(teknik Thunberg).Dehydrogenases larut dalam airmenderita denaturasi permukaan dan
dinonaktifkan selama gemetar cepat diperlukan untuk menjaga keseimbangan dengan fasa uap di 
sebaliknya Teknik Warburg memuaskan.Akurasi dalam teknik Thunberg membutuhkan 
penambahan jumlah konstan metilen biru dan lengkap penghapusan oksigen dari ruang 
reaksi.Kelemahan ini mungkindihilangkan dengan perangkat berikut.Sebuah 14 X 125 mm. 
Pyrex tabung cocok untuk digunakan di Klett-Summerson kalorimeter fotolistrik dilengkapi 
dengan 14/35 luar lancip standarsendi. Sebuah lengan sisi dengan segelas stop-ayam disegel ke 
tabung sedemikiancara yang tidak akan mengganggu penggunaan dalam kalorimeter. Lengan 
daribatin 14/35 standar lancip sendi disegel dan melengkung ke 90 "atau lebih untuk bola 
samping.1 ml. dari 5 persen substrat ditempatkan dalam bola samping dan dipanaskan sampai 
mendidih selama beberapa detik.5 ml. dari 0,002 persen methylene blue (atau cukup untuk 
memberikan pembacaan sekitar 500) sama-sama direbus dalam tabung utama.Keduayang eooled 
37 ". 0,5 ml. ekstrak jaringan atau persiapan enzim dan 0,5ml. dari '! Kochaaft "atau persiapan 
codehydrogenase kemudian ditambahkan ketabung utama. Sisi bola diletakkan di tempat dan 
tabung dievakuasi keTekanan dari 40 sampai 50 mm. Hg. Hal ini tidak perlu dan tidak 
diinginkan untukmenghapus semua oksigen. Halte-ayam ini kemudian ditutup dan isitabung 
dicampur.Hal ini kemudian ditempatkan dalam kalorimeter, dilengkapi denganNo. 66 filter 
merah.Setelah 5 sampai 15 menit oksigen yang tersisa dalam larutanmenjadi kelelahan dan 
warna biru metilen menurun secara linear denganwaktu kecuali untuk periode kecil di awal dan 
di akhir kurva.Tingkat penurunan membaca kalorimeter adalah ukuran dari jumlah hadir 
dehidrogenase.Aparat dapat dikalibrasi dengan diketahui jumlah biru metilen dilarutkan dalam 7 
ml. air, dalam hal colorim- unit eter per mol metilen biru per liter.Kehadiran merah atau 
coklat.warna atau bahan halus ditangguhkan dalam penyusunan enzim tidak mengganggu 
metode. Alat ini telah berhasil digunakan untuk mengukur glutamat, glukosa, suksinat, sitrat, dan 
alcohol dehidrogenase dalam berbagai persiapan hati.Studi pengaruh konsentrasi substrat dapat 
dibuat dengan ini
DAFTAR PUSTAKA 
Lehninger, 1982. DASAR-DASAR BIOKIMA, Jilid 1, Jakarta : Erlangga 
Williamson,1965. METHODS of ENZYMATIC ANAlYSIS. New York: McGrawHill 
http://klinikdokterhairrudin.blogspot.com/2008/10/kinetika-enzim_14.html 
http://wikipedia.com 
http://wikipedia/patent.com

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisDwi Andriani
 
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)XINYOUWANZ
 
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) SurfaktanPenentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) SurfaktanAhmad Dzikrullah
 
Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1Ani Suyono
 
Materi 2 Kinetika dan Laju Reaksi.pptx
Materi 2 Kinetika dan Laju Reaksi.pptxMateri 2 Kinetika dan Laju Reaksi.pptx
Materi 2 Kinetika dan Laju Reaksi.pptxShaniaNabilaNajwa
 
Larutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutanLarutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutanDokter Tekno
 
Biosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunderBiosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunderSyahrir Ghibran
 
FITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAKFITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAKSapan Nada
 
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonAndriana Andriana
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisPharmacist
 
Presentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsungPresentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsungZidny Ilmayaqin
 
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganKimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganAnna Lisstya
 
372319403-PREPARASI-SAMPEL-ppt.pptx
372319403-PREPARASI-SAMPEL-ppt.pptx372319403-PREPARASI-SAMPEL-ppt.pptx
372319403-PREPARASI-SAMPEL-ppt.pptxSITIFATIMAH405294
 
Nukleofilik dan elektrofilik_by:echang
Nukleofilik dan elektrofilik_by:echangNukleofilik dan elektrofilik_by:echang
Nukleofilik dan elektrofilik_by:echangreza_kaligis
 
Asam karboksilat
Asam karboksilatAsam karboksilat
Asam karboksilatargentum17
 

La actualidad más candente (20)

Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)
Jurnal isolasi kasein (kelompok 1)
 
Fenomena antarmuka
Fenomena antarmuka Fenomena antarmuka
Fenomena antarmuka
 
Pembuatan amilum
Pembuatan amilumPembuatan amilum
Pembuatan amilum
 
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) SurfaktanPenentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
Penentuan Konsentrasi Kritis Misel (CMC) Surfaktan
 
Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1Powerpoint new kel 1
Powerpoint new kel 1
 
Rheologi
RheologiRheologi
Rheologi
 
Materi 2 Kinetika dan Laju Reaksi.pptx
Materi 2 Kinetika dan Laju Reaksi.pptxMateri 2 Kinetika dan Laju Reaksi.pptx
Materi 2 Kinetika dan Laju Reaksi.pptx
 
Larutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutanLarutan dan kelarutan
Larutan dan kelarutan
 
Biosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunderBiosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunder
 
FITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAKFITOKIMIA EKSTRAK
FITOKIMIA EKSTRAK
 
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormonlaporan, alkaloid, anstetik, hormon
laporan, alkaloid, anstetik, hormon
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
Presentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsungPresentasi kempa langsung
Presentasi kempa langsung
 
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganKimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas Pekalongan
 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
 
372319403-PREPARASI-SAMPEL-ppt.pptx
372319403-PREPARASI-SAMPEL-ppt.pptx372319403-PREPARASI-SAMPEL-ppt.pptx
372319403-PREPARASI-SAMPEL-ppt.pptx
 
Nukleofilik dan elektrofilik_by:echang
Nukleofilik dan elektrofilik_by:echangNukleofilik dan elektrofilik_by:echang
Nukleofilik dan elektrofilik_by:echang
 
Asam karboksilat
Asam karboksilatAsam karboksilat
Asam karboksilat
 
ppt gel
ppt gelppt gel
ppt gel
 

Similar a Teknologi enzim

Kinetika Enzim untuk mahasiswa kesehatan
Kinetika Enzim untuk mahasiswa kesehatanKinetika Enzim untuk mahasiswa kesehatan
Kinetika Enzim untuk mahasiswa kesehatanshandy83
 
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayantiTugas 5 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayantiTri Asmayanti
 
acara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimiaacara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimiabanachan
 
Makalah laju reaksi
Makalah laju reaksiMakalah laju reaksi
Makalah laju reaksiilmanafia13
 
Nisrina muslihin farmasi
Nisrina muslihin farmasiNisrina muslihin farmasi
Nisrina muslihin farmasiNis Muslihin
 
Energy Transformation and Cellular Metabolism
Energy Transformation and Cellular Metabolism Energy Transformation and Cellular Metabolism
Energy Transformation and Cellular Metabolism Surya Amal
 
Kecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBo
Kecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBoKecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBo
Kecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBoQuina Fathonah
 
lajur_kim2_5.pdf
lajur_kim2_5.pdflajur_kim2_5.pdf
lajur_kim2_5.pdfHildaSarah2
 
Teori tumbukan dan faktor faktor yang memengaruhi laju reaksi
Teori tumbukan dan faktor faktor yang memengaruhi laju reaksiTeori tumbukan dan faktor faktor yang memengaruhi laju reaksi
Teori tumbukan dan faktor faktor yang memengaruhi laju reaksiSMAN 2 Dumai
 
Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)
Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)
Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)samira_fa34
 
thermodinamika teknik kimia
thermodinamika teknik kimiathermodinamika teknik kimia
thermodinamika teknik kimiasartikot
 
enzim-1.ppt
enzim-1.pptenzim-1.ppt
enzim-1.ppthidnisa
 
MATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptx
MATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptxMATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptx
MATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptxJulfiana Mardatillah
 

Similar a Teknologi enzim (20)

Kinetika Enzim untuk mahasiswa kesehatan
Kinetika Enzim untuk mahasiswa kesehatanKinetika Enzim untuk mahasiswa kesehatan
Kinetika Enzim untuk mahasiswa kesehatan
 
ENZIM
ENZIMENZIM
ENZIM
 
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayantiTugas 5 q1 a117036_tri asmayanti
Tugas 5 q1 a117036_tri asmayanti
 
Laporan Praktikum Kimia
Laporan Praktikum KimiaLaporan Praktikum Kimia
Laporan Praktikum Kimia
 
acara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimiaacara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimia
 
3. enzim
3. enzim3. enzim
3. enzim
 
Makalah laju reaksi
Makalah laju reaksiMakalah laju reaksi
Makalah laju reaksi
 
Laporan kinetika reaksi
Laporan kinetika reaksiLaporan kinetika reaksi
Laporan kinetika reaksi
 
Nisrina muslihin farmasi
Nisrina muslihin farmasiNisrina muslihin farmasi
Nisrina muslihin farmasi
 
Energy Transformation and Cellular Metabolism
Energy Transformation and Cellular Metabolism Energy Transformation and Cellular Metabolism
Energy Transformation and Cellular Metabolism
 
Kecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBo
Kecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBoKecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBo
Kecepatan Reaksi 10.7 58 SMAKBo
 
8. Enzyme.ppt
8. Enzyme.ppt8. Enzyme.ppt
8. Enzyme.ppt
 
lajur_kim2_5.pdf
lajur_kim2_5.pdflajur_kim2_5.pdf
lajur_kim2_5.pdf
 
Teori tumbukan dan faktor faktor yang memengaruhi laju reaksi
Teori tumbukan dan faktor faktor yang memengaruhi laju reaksiTeori tumbukan dan faktor faktor yang memengaruhi laju reaksi
Teori tumbukan dan faktor faktor yang memengaruhi laju reaksi
 
Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)
Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)
Laporan kelompok 3(kinetika reaksi)
 
Termokimia
TermokimiaTermokimia
Termokimia
 
thermodinamika teknik kimia
thermodinamika teknik kimiathermodinamika teknik kimia
thermodinamika teknik kimia
 
Teori Tumbukan
Teori TumbukanTeori Tumbukan
Teori Tumbukan
 
enzim-1.ppt
enzim-1.pptenzim-1.ppt
enzim-1.ppt
 
MATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptx
MATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptxMATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptx
MATERI BIOLOGI MOLEKULER - PRINCIPLES OF CHEMICAL KINETICS.pptx
 

Último

Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 

Último (20)

Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 

Teknologi enzim

  • 1. BAB II PEMBAHASAN Mengukur Kadar Enzim Enzim sebagai katalisator juga mempunyai sifat-sifat seperti katalisator pada umumnya, seperti ikut bereaksi, tetapi padaakhir reaksi didapatkan kembali dalam bentuk semula.Hal tersebut mengakibatkan enzim dapat dipakai kembali setelah melaksanakan aktivitasnya, sehingga tubuh kita tidak membutuhkan enzim dalam jumlah yang besar. Jumlah/kadar enzim yang kecil tersebut menimbulkan kesulitan tersendiri bagi kita untuk mengukur kadar enzim, sehingga memerlukan teknik yang rumit. Enzim plasma nonfungsinal dapat dijadikan sebagai petanda adanya kerusakan organ tertentu.Pengukuran kadar enzim dapat dilkaukan denga dua cara, yaitu: (1) Dibandingkan dengan enzim murni; (2) Mengukur kecepatan reaksi yang dikatalisisnya. Cara ke-1 dilakukan dengan membandingkan enzim yang ingin diukur kadarnya dengan enzim murni yang sudah diketahui kadarnya. Kadar enzim dinyatakan dengan satuan μg. Sebagai contoh misalnya enzim murni dengan kadar 2 μg dapat mengkatalisis substrat dengan jumlah tertentu selama 10 detik. Jika memakai enzim yang ingin diukur kadarnya membutuhkan waktu 20 detik, maka kadar enzim yang bersangkutan adalah 1 μg. Pengukuran dengan cara diatas, jelas membutuhkan tersedianya enzim murni. Kenyataannya banyak enzim yang belum tersedia bentuk murninya. Untuk mengatasi hal ini digunakanlah cara ke-2. Satuan enzim dinyatakan dalam unit.Kadar enzim diukur berdasarkan jumlah substrat yang bereaksi atau produk yang terbentuk per satuan waktu.Satu unit internasional disepakati sebagai jumlah enzim yang perlukan untuk mengkatalisis pembentukan 1 μmol produk per menit pada kondisi tertentu. ( sumberhttp://klinikdokterhairrudin.blogspot.com/2008/10/kinetika-enzim_14.html) Jumlah enzim di dalam larutan atau eksrak jaringan tertentu dapat diuji secara kuantitatif dalam hal pengaruh katalitik yang dihasilkan. Untuk tujuan ini, kita perlu mengetahui 1. Persamaan keseluruhan reaksi yang dikatalisa 2. Suatu prosedur analitik untuk menentukan menghilangnya substrat atau, munculnya produk reaksi
  • 2. 3. Apakah enzim memerlukan kofaktor atau koenzim 4. Ketergantungan aktivitas enzim terhadap konsentrasi substrat, yaitu KM bagi subtrat 5. pH optimum 6. daerah suhu yang membiarkan enzim dalam keadaan stabil dan memiliki aktivitas tinggi Dengan persetujuan internasional 1,0 unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai jumlah yang menyebabkan pengubahan1,0 mikromol (μmol = 10-6 mol) substrat per menit pada 25o pada keaadaan pengukuran optimum. Aktivitas spesifik adalah jumlah unit enzim per milligram protein. Aktivitas spesifik adalah suatu ukuran kemurnian enzim: nilainya meningkat selam pemurnian suatu enzim dan menjadi maksimum dan tetap (tetap) jika enzim sudah berada pada keadaan murni. Bilangan putaran suatu enzim adalah jumlah molekul substrat yang terubah persatuan waktu oleh satu molekul enzim (atau oleh sisi katalitik), jika konsentrasi enzim sendiri merupakan factor pembatas kecepatan reaksi.(lehninger, 1982) Aktivitas Enzim = mol substrat yang diubah per unit waktu = kecepatn × volume reaksi. Satuan SI untuk aktivitas enzim adalah katal, 1 katal = 1 mol s−1, tapi ini merupkan unit yang terlau besar. Nilai yang lebih praktis dan sering digunakan adalah unit enzim (U) = 1 μmol min−1. 1 U sama dengan 16.67 nanokatal . Aktivitas enzim yang dinyatakan dalam katal biasanya menunjukkan jumlah senyawa target dari enzim. Aktivitas enzim dapat diberikan dalam jumlah substrat tertentu yang dikatalisis, seperti gelatin, yang kemudian disebut gelatin digesting units (GDU), atau protein susu, yang kemudian disebut milk clotting units (MCU). Unit GDU dan MCU bergantung pada seberapa cepat 1 gram enzim akan mendigesti gelatin atau protein susu. 1 GDU sama dengan 1.5 MCU. Kenaikan jumlah substrat akan menaikkan aktivitas enzim. Akan tetapi pada suatu titik kecepatan reaksi akan tetap karena jumlah sisi aktif enzim yang tetap.( sumber. Wikipedia.com) PERSAMAAN MICHAELIS-MENTEN Persamaan Michaelis-Menten adalah pernyataan aljabar bagi bentuk hiperbolik kurva tersebut, dengan parameter pentingnya adalah ; konsentrasi substrat ( [푆]), kecepatan awal (v0),
  • 3. Vmaks, dan KM .. persamaan ini menjadi dasar bagi semua penelitian kinetika enzim karena memungkinkan perhitungan kualitatif sifat-sifat enzim dan analisis penghambatan enzim. Disini, kita akan mengembangkan logika dan tahap-tahap dasar dalam penentuan persamaan Michaelis-Menten secara modern. Penurunan pertama-tama dimulai dengan dua reaksi dasar yang terlibat dalam pembentukan dan penguraian kompleks enzim-substrat (a) (b) Lalu, [퐸푡 ] menggambarkan konsentrasi enzim total (jumlah enzim bebas dan enzim terikat), [퐸푆] adalah konsentrasi kompleks enzim-substrat, dan [퐸푡 ] - [퐸푆]menggambarkan konsentrasi enzim bebas atau enzim tak terikat, [푆], konsentrasi substrat yang biasanya jauh lebih besar dari [퐸푡 ], sehingga jumlah S yang terikat oleh E pada setiap saat dapat diabaikan dibandingkan dengan konsentrasi S total. Penurunan rumus ini dimulai dengan memperhatikan kecepatan pembentukan dan penguraian ES. 1. kecepatan pembentukan ES. Kecepatan pembentukan ES pada reaksi a adalah Kecepatan pembentukan = k1([퐸푡 ] – [퐸푆])[푆] (c) 2. kecepatan penguraian ES. Kecepatan penguraian ES adalah Kecepatan penguraian = k_1[퐸푆] + k2[퐸푆] Dengan k_1 dan k2 merupakan tetapan kecepatan bagi reaksi kebalikan (a) dan reaksi yang mengarah ke muk (b) berturut-turut 3. keadaan seimbang. Ketika kecepatan pembentukan ES sama dengan kecepatan penguraiannya, konsentrasi ES dan tetap dan system reaksi berad dalam keadaan seimbang: Kecepatan pembentukan ES = kecepatan penguraian ES k1([퐸푡 ] – [퐸푆])[푆]= k_1[퐸푆] + k2[퐸푆] (d) 4. pemisahan tetapan keseimbangan. Bagian kiri persamaan (d) dikalikan, sehingga memberikan k1([퐸푡 ][푆] – k1[퐸푆])[푆] dan bagian kaan kita sederhanakan, sehingga dihasilkan (k_1 + k2 )[퐸푆]
  • 4. Lalu, kita peroleh k1[퐸푡 ][푆] – k1[퐸푆][푆]= (k_1 + k2 )[퐸푆] jika kita memindahkan dan mengubah tanda hasil perkalian – k1[퐸푆])[푆], kita memperoleh k1([퐸푡 ][푆] = k1[퐸푆][푆] + (k_1 + k2 )[퐸푆] persamaan ini dapat kita sederhanakan lebih lanjut k1[퐸푡 ][푆] = (k1[푆] + k_1 + k2 )[퐸푆] sekarang, persamaan ini kita bagi [퐸푆] [퐸푆] = 푘1 [퐸푡][푆] 푘1 [푆]+ 푘1+ 푘−1 Dengan menggabungkan tetapan kecepatan reaksi menjadi satu persamaan [퐸푆] = 푘1 [퐸푡][푆] [푆] + (푘1+ 푘−1) ⁄ 푘1 5. definisi kecepatan awal v0 dengan melibatkan [퐸푆] . Kecepatan awal, menurut teori Michaelis-Menten, ditentukan oleh penguraian [퐸푆] dalam reaksi (b) yang tetapan kecepatan reaksinya adalahk2. Jadi kita memiliki V0 = k2[퐸푆] Karena semua [퐸푆] berada di bagian kiri persamaan, (e) kita memperoleh V0 = 푘2 [퐸푡][푆] [푆]+ (푘1+ 푘−1 ) ⁄ 푘1 (f) Sekarang, marilah kita sederhanakan lebih lanjut persamaan di atas dengan mendefinisikan KM (tetapan Michelis-Menten) sebagai (푘1 + 푘−1) ⁄ dan dengan mendefinisikan Vmaks sebagai 푘1 k2[퐸푡 ], kecepatan pada saat semua E yang tersedia terdapat sebagai ES. Kita lakukan substitusi parameter ini pada persamaan (f) dan memperoleh 푉푚푎푘푠 [푆] [푆] + 퐾푀 V0 = Persamaan di atas adalah persamaan Michelis-Menten, oersamaan kecepatan bagi suatu reaksi enzimatik satu substrat. Persamaan ini adalah suatu pernytaan ,mengenai hubungan kuantitatif diantara kecepatan reaksi awal v0, kecepatan maksimum Vmaks, dan konsentrasi substrat awal, semua dihubungkan melalui tetapan Michelis-Menten KM.
  • 5. METODE PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM SECARA FOTOMETRIK Ada 3 jenis metode yang digunakan a) Pengukuan cahaya yang diabsorpsi (serap) oleh larutan b) Pengukuran cahaya yang dipantulkan oleh suspensi c) Pengukuran cahaya yang diemisikan zat terlarut setelah eksitasi yang disebabkan oleh penyinaran dengan panjang gelombang yang sesuai Prinsip dasar penentuan konsentrasi secara fotometrik Pengukuran konsentrasi secara fotometri berdasarkan pada cahaya yang melewati suatu larutan akan diabsorpsi (diserap) yang jumlahnya sebanding dengan konsentrasi larutan. Perbandigan intensitas cahayayang tidak diserap dengan intensitas awal I/I0 (disebut transmitansi) meningkat jika konsentrasi meningkat. Densitas optik (OD) menunjukkan fraksi cahaya yang diserap dan jumlahnya bergantung ukuran yang dibuat. OD = log 1 푡푟푎푛푠푚푖푡푎푛푠푖 = log I/I0 Cahaya yang diabsorpsi diukur dengan fotosel atau ammeter , kemudian transmitansi dari larutan dibaca pada skala dari instrument. ( wiliiamson,1965) PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM SECARA SPEKROSKOPI Untuk mengukur aktivitas enzim ini dengan spektroskopi, beberapa teknik spektroskopi yang digunakan: spektroskopi fluoresensi, Spektroskopi UV / VIS, dan Spektroskopi inframerah. 1. Spektroskopi florosensi Dalam spektroskopi fluoresensi, senyawa ditembakkancahaya UV yang menyebabkan molekul tereksitasit sehingga memancarkan cahaya pada panjang gelombang yang lebih panjang, yang biasanya dalam kisaran cahaya tampak. Fenomena penyerapan foton oleh molekul pada satu panjang gelombang tertentu dan menyebabkan emisi foton lain dari molekul yang sama pada panjang gelombang yang lebih panjang dikenal sebagai fluoresensi. Dalam teknik spektroskopi, fluoresensi substrat diukur dan dibandingkan dengan fluoresensi produk, dan selisihnyamenunjukkan aktivitas enzimatik diukur.
  • 6. 2. Spektroskopi UV-vis Spektroskopi UV menggunakan cahaya di daerah UV di mana molekul yang paling mungkin untuk mengalami transisi elektronik. Yang dimaksud dengan transisi elektronik adalah bahwa ketika molekul menyerap energi UV, ini menyebabkan elektron menglami eksitasi, yang menyebabkan mereka pindah ke orbital dengan energi yang lebih tinggi l. Instrumen yang digunakan dalam spektroskopi UV adalah UV / VIS. Perangkat ini mengukur transmitansi cahaya melalui sampel. Persamaan yang digunakan untuk menghitung transmitansi adalah A = -log (% T) di mana A adalah absorbansi dan T adalah I / Io, dimana I adalah intensitas cahaya yang melewati sampel dan Io adalah intensitas awal cahaya sebelum dilewatkan melalui sampel. Setelah absorbansi dihitung, dapat diplot versus panjang gelombang memberikan UV / VIS spectrum (wikibook) Pengukuran aktifitas enzim menggunakan alat spektrofotometer. Sebagai contoh misalnya aktifitas enzim dehidrogenase yang bergantung NADP+ diperiksa secara spektofotometris dengan mengukur perubahan absorbsi nya pada 340 nm yang menyertai oksidasi atau reduksi NADP+/NADPH. Oksidasi NADH menjadi NAD+ terjadi disertai dengan penurunan densitas optik (OD, optical density) pada 340 nm, yang proporsional dengan jumlah NADH yang dioksidasi. Demikian pula, kalau NAD+ direduksi, OD pada 340 nm akan meningkat seband ing dengan jumlah NADH yang terbentuk. Perubahan OD pada 340 nm ini dapat dimanfaatkan bagi pemeriksaan analisis kuantitatif setiap enzim dehidrogenase yang bergantung NAD+ atau NADP+. Bagi enzim dehidrogenase yang mengatalitis oksidasi NADH oleh substratnya yang teroksidasi, kecepatan penurunan OD pada 340 nm akan berbanding lurus dengan konsentrasi enzim. Oleh karena itu, hasil pengukuran kecepatan penurunan OD pada 340 nm memungkinkan kita menyimpulkan kuantitas enzim. ( sumberhttp://klinikdokterhairrudin.blogspot.com/2008/10/kinetika-enzim_14.html) PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM SECARA MANOMETER
  • 7. Prinsip Manometer ditemukan oleh Barcroft dan kemudian dikembangkan oleh O. Warburg, menghitung volume gas dengan cara membandingkan dengan volume konstan dari manometer. Termoregulator yang efisien sangat penting dalam penentuan secara manometer. Jenis reaksi yang dapat ditentukan 1. Reaksi yang menghasilkan gas, contoh CO2 yang dihasilkan dari reaksi karboksilase 2. Reaksi yang menggunakan gas, contoh O2 yang digunakan dalam reaksi sitokrom oksidase 3. Reaksi yang menghasilkan gas, produksi CO2 dari buffer bikarbonat 4. Reaksi pengikatan asam dalam bikarbonat/buffer CO2 (secara praktek tidak pernah digunakan) contoh reaksi pospat ester, dan ester yang menghasilkan nilai pK yang besar. Dua reaksi yang terakhir kurang berguna disebabkan karena tidak spesifik. Untuk reaksi yang menghasilkan dua gas misalnya O2 dan CO2 dalam reaksi glikolisi secara anaerobic dapat dieliminasi dengan mengeliminasi CO2 dengan KOH atau menggunakan dua labu Peralatan yang mengukur perubahan jumlah gas terdiri dari sensor tekanan yang melekat pada wadah tertutup yang memiliki ruang utama yang berisi enzim ca iran atau sejenisnya dan disesuaikan dengan perubahan tekanan dalam bejana menjadi sinyal listrik dan output sinyal nilai tekanan diukur; sensor fotolistrik disesuaikan dengan perubahan optik enzim cairan atau sejenisnya dalam bejana tertutup menjadi sinyal listrik dan output sinyal nilai yang terukur optik; elektroda disesuaikan dengan bersentuhan de
  • 8. ngan enzim cairan atau sejenisnya dalam kapal untuk mengkonversi perubahan konduktivitas menjadi sinyal listrik dan output sinyal konduktivitas diukur; dan sirkuit aritmatika disesuaikan dengan masukan masing-masing mengatakan sinyal nilai tekanan diukur, sinyal nilai tekanan terukur dan mengatakan sinyal optik nilai terukur, dan sinyal nilai tekanan diukur dan berkata diukur sinyal konduktivitas secara bersamaan, perhitungan efek secara bersamaan secara paralel sesuai dengan ekspresi numerik yang telah ditetapkan disimpan di muka dan sinyal perhitungan data keluaran masing-masing. (google/patent) PENGUKURAN AKTIVITAS ENZIM SECARA THUNBERG TeknikThunberg secara hakikat sudah digantikan oleh manometer.Tabung Thunberg tetap digunakan saat reaksi mememrlukan kondisi anaerobicKegiatan dehidrogenase yang biasanya diukur dengan adanya kelebihansubstrat dengan tingkat penyerapan oksigen dihadapan biru metilen(Warburg Teknik) atau pada saat dekolorisasi metilen biru di tidak adanya oksigen (teknik Thunberg).Dehydrogenases larut dalam airmenderita denaturasi permukaan dan
  • 9. dinonaktifkan selama gemetar cepat diperlukan untuk menjaga keseimbangan dengan fasa uap di sebaliknya Teknik Warburg memuaskan.Akurasi dalam teknik Thunberg membutuhkan penambahan jumlah konstan metilen biru dan lengkap penghapusan oksigen dari ruang reaksi.Kelemahan ini mungkindihilangkan dengan perangkat berikut.Sebuah 14 X 125 mm. Pyrex tabung cocok untuk digunakan di Klett-Summerson kalorimeter fotolistrik dilengkapi dengan 14/35 luar lancip standarsendi. Sebuah lengan sisi dengan segelas stop-ayam disegel ke tabung sedemikiancara yang tidak akan mengganggu penggunaan dalam kalorimeter. Lengan daribatin 14/35 standar lancip sendi disegel dan melengkung ke 90 "atau lebih untuk bola samping.1 ml. dari 5 persen substrat ditempatkan dalam bola samping dan dipanaskan sampai mendidih selama beberapa detik.5 ml. dari 0,002 persen methylene blue (atau cukup untuk memberikan pembacaan sekitar 500) sama-sama direbus dalam tabung utama.Keduayang eooled 37 ". 0,5 ml. ekstrak jaringan atau persiapan enzim dan 0,5ml. dari '! Kochaaft "atau persiapan codehydrogenase kemudian ditambahkan ketabung utama. Sisi bola diletakkan di tempat dan tabung dievakuasi keTekanan dari 40 sampai 50 mm. Hg. Hal ini tidak perlu dan tidak diinginkan untukmenghapus semua oksigen. Halte-ayam ini kemudian ditutup dan isitabung dicampur.Hal ini kemudian ditempatkan dalam kalorimeter, dilengkapi denganNo. 66 filter merah.Setelah 5 sampai 15 menit oksigen yang tersisa dalam larutanmenjadi kelelahan dan warna biru metilen menurun secara linear denganwaktu kecuali untuk periode kecil di awal dan di akhir kurva.Tingkat penurunan membaca kalorimeter adalah ukuran dari jumlah hadir dehidrogenase.Aparat dapat dikalibrasi dengan diketahui jumlah biru metilen dilarutkan dalam 7 ml. air, dalam hal colorim- unit eter per mol metilen biru per liter.Kehadiran merah atau coklat.warna atau bahan halus ditangguhkan dalam penyusunan enzim tidak mengganggu metode. Alat ini telah berhasil digunakan untuk mengukur glutamat, glukosa, suksinat, sitrat, dan alcohol dehidrogenase dalam berbagai persiapan hati.Studi pengaruh konsentrasi substrat dapat dibuat dengan ini
  • 10. DAFTAR PUSTAKA Lehninger, 1982. DASAR-DASAR BIOKIMA, Jilid 1, Jakarta : Erlangga Williamson,1965. METHODS of ENZYMATIC ANAlYSIS. New York: McGrawHill http://klinikdokterhairrudin.blogspot.com/2008/10/kinetika-enzim_14.html http://wikipedia.com http://wikipedia/patent.com