SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 7
1
BAB I
PENDAHULUAN
Aqidah Tauhid merupakan pokok Diinul Islam, di mana tugas utama
semua Nabi dan Rasul adalah menyampaikan Aqidah Tauhid, menegakkannya,
serta mendidik umat di atas fondasi ini. Umat yang kuat aqidahnya akan terbebas
dari semua perbudakan dan belenggu keyakinan yang menghalangi kemajuan
berpikir dan produktivitas amal saleh. Aqidah kuat yang menghunjam di hati akan
melahirkan buah cinta, takut dan harapan serta ketundukan yang tinggi terhadap
Allah, dan ikatan hati yang kuat sesama kaum mukminin, serta semangat beramal
saleh.
Dalam mempelajari ilmu Tauhid para ulama telah menetapkan beberapa
syarat, adapun syarat tersebut ialah1
:
a. Dengan yakin jangan menaruh syak (ragu), dhan, dan waham.
b. Muafakat dengan hak yakni bersetuju dengan hukum yang benar.
c. Dengan dalil aqli dan dalil naqli keterangan-keterangan yang shah dibuat
dalil, bukan taqlid teturunan.
Apabila terhimpun ketiga perkara ini, barulah orang itu dikatakan ma’rifah
kepada Allah, maka tidak sempurnalah ma’rifah (mengenal Allah) sebelum
mengetahui hukum yang diwajibkan bagi tiap-tiap mukallaf dalam mempelajari
tauhid.
Hukum artinya adalah Sekumpulan Peraturan yang menetapkan suatu
Perbuatan. Dan melarang suatu Perbuatan. Sebab apabila terlanggar salah satu
dari Hukum Peraturan tersebut. Maka akan dikenakan Sanksi, atau diambil
tindakan oleh Undang-undang yang tertera dan di dalam peraturan itu sendiri.
Hukum yang wajib diketahui oleh mukallaf supaya dapat memahami ilmu
tauhid dengan benar dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu Hukum Aqli, Hukum
Syar‟i dan Hukum „Adi („adat). Namun Pada kesempatan ini kami hanya akan
membahas tentang hukum ‘adi (‘adat) saja.
1
Haji Abdurrahman Bin Haji Muhammad A’li Sughai Banar, Kifayatul Mubtadiin.(Maktan Darul
Hikmah,-) hlm 3.
2
BAB II
PEMBAHASAN
HUKUM ‘ADI (‘ADAT)
A. Definisi Hukum ’Adi (‘Adat)
Hukum ‘adi (‘adat) adalah menetapkan keterkaitan suatu perkara atas
suatu perkara lainnya atau menafikannya karena disebabkan kejadiannya
berulang-ulang (sudah biasa) dan sah bersalahan antara kedua perkara itu, serta
tidak ada hubungan salah satu dengan yang lainnya2
. Boleh juga hukum ‘adi ini
sebut dengan hukum Sebab Akibat.
Ketetapan hukum ‘Adi menjadi landasan hukum Syara’ maka ketentuan-
ketentuannya wajib dihormati, seperti merokok akan menimbulkan penyakit
kanker hati maka sebaiknya tidak merokok, atau apabila terlalu banyak makan
sambal akan menimbulkan sakit perut maka janganlah terlalu sering makan
sambal dan lain sebagainya.
Firman Allah dalam Qs. ar-Ra’d ayat 11
Artinya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
2
Habib Utsman bi Abdullah bin ‘Aqil Bin Yahya, Kitab Sifat Dua Puluh,(Banda Aceh: Putra Aceh
Sejati, 1324H/1906M) hlm. 4
3
Firman Allah yang menunjukkan kepada Syari’at dan Hakikat, di dalam
pengamalannya bagi kita sebagai ummat Islam adalah : Firman Allah yang
menunjukkan kepada ‘Adat adalah untuk dijadikan landasan ‘amal dan
pembicaraan, sedangkan firman Allah yang menunjukkan kepada hakikat adalah
untuk di ‘itikadkan sebagai landasan tawakal, sabar dan syukur kepada Allah
SWT.
Sepanjang Allah masih menyelenggarakan hukum ‘Adat maka ketentuan
hukum ‘Adat harus dihormat (dilakukan), namun apabila Allah tidak
menyelenggarakan hukum ‘Adat, Allah tidak mentaklif untuk menjalankan
ketetapan hukum’Adat semata-mata, melainkan memerintahkan untuk bertawakal
(berserah diri) secara penuh kepada Allah SWT. Diserta dengan sabar dan
bersyukur.
Sebagaimana peristiwa yang menimpa kepada Nabi Ibrahim AS, ketika
akan dibakar oleh Raja Namrud. Di hadapan Nabi Ibrahim AS tidak nampak lagi
perjalanan Syari’at (hukum ‘Adat) untuk dapat menghindari dari kedzaliman Raja
Namrud. Di saat seperti ini Nabi Ibrahim AS berserah diri secara bulat kepada
Allah (Tawakal), di hatinya berkeyakinan bahwa api tidak mempunyai
kemampuan sedikitpun untuk menciptakan hangus dan panas, hanya Allah lah
yang mampu mewujudkan suatu perkara. Maka disaat situasi dan kondisi Nabi
Ibrahim yang demikian itu, datanglah pertolongan dari Allah, dimana ketentuan
hukum ‘Adat menjadi sangat bertolak belakang, api bukannya merasa panas
melainkan menjadi dingin yang menggigil, sebagaimana firman Allah dalam al-
Qur’an surat 21, al-Anbiya ayat 69 :
Artinya :
“Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim".
4
B. Pembagian Hukum Adat ada empat macam, yaitu :
a. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan adanya suatu perkara
(Ada dengan Ada)
Misalnya:
 Ada terasa kenyang sebab Adanya makanan dalam Perut.
 Ada merasa sakit sebab Adanya luka.
b. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan tidak adanya suatu
perkara (Tiada dengan Tiada)
Misalnya:
 Tiada rasa kenyang sebab tiada makan.
 Tiada sembuh penyakit sebab tiada minum obat.
c. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan tidak adanya sutu perkara
(Ada dengan Tiada)
Misalnya :
 Ada dingin sebab tiada selimut.
 Ada haus sebab tiada minum.
d. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan adanya suatu
perkara (Tiada dengan Ada)
Misalnya:
 Tiada dingin sebab adanya selimut.
 Tiada basah sebab adanya mantel.
· Ini menjadi suatu ilmu serta bisa memudahkan untuk menelusuri ilmu
Tauhid. Sehingga menumbuhkan rasa Haqqul Yaqin kepada Allah SWT. Dan
perlu kita perhatikan, karena seringnya kita lihat Adat Api adalah Membakar,
Adat Air adalah Membasahi, Adat Angin adalah Bertiup dingin, Adat Bumi
adalah Memberi tempat tumbuh segala tumbuhan.
5
Namun bisa hukum ‘adi ini bersalahan antara kedua perkara tersebut, yang
biasanya disebut Khawarikul ‘adi ( suatu kejadian yang bersalahan hukum ‘adi).
Adapun kejadian Khawarikul ‘adi terhimpun kedalam tujuh bagi3
, antara lain:
1. Irhash : kejadian luar biasa pada Calon Nabi(Nabi masih kecil), seperti
Awan selalu menaungi Rasul Saw pada Waktu beliau dalam perjalanan
Niaga Ke Syam.
2. Mujizat : kejadian luar biasa pada Nabi dan Rasul, seperti Tongkat Nabi
Musa bisa membelah Lautan.
3. Karamah : kejadian luar biasa pada para Waliyullah, seperti bercahayanya
jari Imam Nawawi, keluar bau harum dari makam Siti Fatimah, dan dapat
berjalan diatas air Imam Abdul Qadir Jailani.
4. Maunah:kejadian luar biasa pada orang mukmin yang soleh, seperti
terselamatkan dari kejadian berbahaya yang menurut kasat mata tidak
mungkin didiselamatkan lagi, berkat dan cukup makanan yang sedikit bagi
orang banyak.
5. Istidjrad : kejadian luar biasa pada orang fasiq atau kafir, seperti
bertambah harta dan kesehatannya padahal ia selalu berbuat ma’siat
kepada Allah.
6. Ihanah : Kejadian luar biasa pada orang fasiq atau kafir namun segala yang
diinginkan berbalik kejadiaanya, seperti Musailamah Al-kasab (nabi palsu)
pada suatu hari ia meludahi sumur yang sedikit airnya dengan berkata
bahwa air sumur tersebut akan bertambah banyak, tetapi kenyataanya
sumur tersebut bertambah kering dan sama sekali tiada keluar airnya,
maka bertambahlah kehinaan dirinya.
7. Sihir : kejadian luar biasa pada orang fasiq dan kafir, seperti santet, susuk,
tenung, membuat orang sejahtera dan mudharat dengan menggunakan
iblis, syaitan atau jin.
3 3
Haji Abdurrahman Bin Haji Muhammad A’li Sughai Banar, Kifayatul Mubtadiin….hal. 21
6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hukum adat adalah Menetapkan suatu perkara (sebab) kepada perkara
yang lain (musabbab) atau meniadakan suatu perkara dari perkara yang lain
dengan melalui suatu analisa dari sering terjadi, dan boleh bersalah, serta tidak
ada hubungan salah satu dengan yang lainnya .
Hukum adat terbagi atas empat perkara, yaitu :
a. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan adanya suatu perkara.
b. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan tidak adanya suatu
perkara.
c. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan tidak adanya sutu perkara.
d. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan adanya suatu perkara.
7
DAFTAR PUSTAKA
Haji Abdurrahman Bin Haji Muhammad A’li Sughai Banar, Kifayatul
Mubtadiin.(Maktan Darul Hikmah,-)
Habib Utsman bi Abdullah bin ‘Aqil Bin Yahya, Kitab Sifat Dua Puluh, Banda
Aceh: Putra Aceh Sejati, 1324H/1906M
Kamarul Shukri Mohd. Teh, Pengantar Ilmu Tauhid (Buku digital), Kuala
Lumpur: Yeochprinco sdn. Bhd, 2008
http://rpcellular.blogspot.com/2011/10/kajian-tauhid-tentang-hukum-adat.html,
diakses 14-04-2013

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Sebab – sebab talak
Sebab – sebab talakSebab – sebab talak
Sebab – sebab talaki_fa
 
Usaha orde baru dalam stabilisasi penyeragaman indonesia
Usaha orde baru dalam stabilisasi penyeragaman indonesiaUsaha orde baru dalam stabilisasi penyeragaman indonesia
Usaha orde baru dalam stabilisasi penyeragaman indonesiamakio01
 
Iman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhirIman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhirDechy Ebc
 
Darul Islam / Tentara Islam Indonesia
Darul Islam / Tentara Islam IndonesiaDarul Islam / Tentara Islam Indonesia
Darul Islam / Tentara Islam IndonesiaSignsaild
 
H viii akhlakul karimah
H viii akhlakul karimahH viii akhlakul karimah
H viii akhlakul karimahFajar Zain
 
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allahMenangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allahIdrus Abidin
 
22390957 kisah-nabi-yusuf
22390957 kisah-nabi-yusuf22390957 kisah-nabi-yusuf
22390957 kisah-nabi-yusufsdm_ssa
 
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
 
Kelantan Islamic Family Law Enactment 2002
Kelantan Islamic Family Law Enactment 2002Kelantan Islamic Family Law Enactment 2002
Kelantan Islamic Family Law Enactment 2002Azrin Hafiz
 
Adab terhadap diri sendiri
Adab terhadap diri sendiriAdab terhadap diri sendiri
Adab terhadap diri sendiriridwansyah218
 
Manajemen konflik rumah tangga
Manajemen konflik rumah tanggaManajemen konflik rumah tangga
Manajemen konflik rumah tanggaHamidah Jabalnoer
 
Pemerintahan Reformasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Pemerintahan Reformasi Presiden Susilo Bambang YudhoyonoPemerintahan Reformasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Pemerintahan Reformasi Presiden Susilo Bambang YudhoyonoPandu Adi
 
Penaklukan constantinople (TITAS UKM)
Penaklukan constantinople (TITAS UKM)Penaklukan constantinople (TITAS UKM)
Penaklukan constantinople (TITAS UKM)Wan Norshafika
 
Fiqhud dakwah
Fiqhud dakwahFiqhud dakwah
Fiqhud dakwaharaditiya
 
Adab terhadap kedua orang tua
Adab terhadap kedua orang tuaAdab terhadap kedua orang tua
Adab terhadap kedua orang tuaridwansyah218
 

La actualidad más candente (20)

Sebab – sebab talak
Sebab – sebab talakSebab – sebab talak
Sebab – sebab talak
 
Usaha orde baru dalam stabilisasi penyeragaman indonesia
Usaha orde baru dalam stabilisasi penyeragaman indonesiaUsaha orde baru dalam stabilisasi penyeragaman indonesia
Usaha orde baru dalam stabilisasi penyeragaman indonesia
 
Adab di masjid
Adab di masjidAdab di masjid
Adab di masjid
 
Kebersihan diri
Kebersihan diriKebersihan diri
Kebersihan diri
 
Iman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhirIman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhir
 
Power ikhlas bsi
Power ikhlas bsiPower ikhlas bsi
Power ikhlas bsi
 
Darul Islam / Tentara Islam Indonesia
Darul Islam / Tentara Islam IndonesiaDarul Islam / Tentara Islam Indonesia
Darul Islam / Tentara Islam Indonesia
 
H viii akhlakul karimah
H viii akhlakul karimahH viii akhlakul karimah
H viii akhlakul karimah
 
Thaharah
ThaharahThaharah
Thaharah
 
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allahMenangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
Menangis Karena Takut dan Rindu Kepada allah
 
22390957 kisah-nabi-yusuf
22390957 kisah-nabi-yusuf22390957 kisah-nabi-yusuf
22390957 kisah-nabi-yusuf
 
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...
Kebijakan dan Mekanisme Pelaksanaan UU no. 23/2014 tentang Pemda terkait Dese...
 
Kelantan Islamic Family Law Enactment 2002
Kelantan Islamic Family Law Enactment 2002Kelantan Islamic Family Law Enactment 2002
Kelantan Islamic Family Law Enactment 2002
 
Adab terhadap diri sendiri
Adab terhadap diri sendiriAdab terhadap diri sendiri
Adab terhadap diri sendiri
 
Manajemen konflik rumah tangga
Manajemen konflik rumah tanggaManajemen konflik rumah tangga
Manajemen konflik rumah tangga
 
Pemerintahan Reformasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Pemerintahan Reformasi Presiden Susilo Bambang YudhoyonoPemerintahan Reformasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Pemerintahan Reformasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
 
Penaklukan constantinople (TITAS UKM)
Penaklukan constantinople (TITAS UKM)Penaklukan constantinople (TITAS UKM)
Penaklukan constantinople (TITAS UKM)
 
iman kepada hari akhir
iman kepada hari akhiriman kepada hari akhir
iman kepada hari akhir
 
Fiqhud dakwah
Fiqhud dakwahFiqhud dakwah
Fiqhud dakwah
 
Adab terhadap kedua orang tua
Adab terhadap kedua orang tuaAdab terhadap kedua orang tua
Adab terhadap kedua orang tua
 

Similar a Hukum adi

Similar a Hukum adi (20)

Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz GaulHadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
Hadis 5 Arbain Nawawi/ustadz Gaul
 
Makanan halal dan haram dalam Islam
Makanan halal dan haram dalam IslamMakanan halal dan haram dalam Islam
Makanan halal dan haram dalam Islam
 
Tentang Makanan
Tentang MakananTentang Makanan
Tentang Makanan
 
2. PPT KTA.pptx
2. PPT KTA.pptx2. PPT KTA.pptx
2. PPT KTA.pptx
 
Tiga serangkai sendi agama
Tiga serangkai sendi agama Tiga serangkai sendi agama
Tiga serangkai sendi agama
 
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
 
Akidah akhlak
Akidah akhlakAkidah akhlak
Akidah akhlak
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Pedoman Krr Islam
Pedoman Krr IslamPedoman Krr Islam
Pedoman Krr Islam
 
null.pptx
null.pptxnull.pptx
null.pptx
 
59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil
 
59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil
 
59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil59353148 pemimpin-yang-adil
59353148 pemimpin-yang-adil
 
Amalan perbomohan atau jampi dalam masyarakat
Amalan perbomohan atau jampi dalam masyarakatAmalan perbomohan atau jampi dalam masyarakat
Amalan perbomohan atau jampi dalam masyarakat
 
Presentase Sifat Terpuji.
Presentase Sifat Terpuji. Presentase Sifat Terpuji.
Presentase Sifat Terpuji.
 
Fenomena Syirik di Masyarakat
Fenomena Syirik di MasyarakatFenomena Syirik di Masyarakat
Fenomena Syirik di Masyarakat
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
39cedf97-bb30-4cc1-9d52-adbb2783b2f4.pdf
39cedf97-bb30-4cc1-9d52-adbb2783b2f4.pdf39cedf97-bb30-4cc1-9d52-adbb2783b2f4.pdf
39cedf97-bb30-4cc1-9d52-adbb2783b2f4.pdf
 
Id islam agama_rahmat_keadilan
Id islam agama_rahmat_keadilanId islam agama_rahmat_keadilan
Id islam agama_rahmat_keadilan
 

Hukum adi

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN Aqidah Tauhid merupakan pokok Diinul Islam, di mana tugas utama semua Nabi dan Rasul adalah menyampaikan Aqidah Tauhid, menegakkannya, serta mendidik umat di atas fondasi ini. Umat yang kuat aqidahnya akan terbebas dari semua perbudakan dan belenggu keyakinan yang menghalangi kemajuan berpikir dan produktivitas amal saleh. Aqidah kuat yang menghunjam di hati akan melahirkan buah cinta, takut dan harapan serta ketundukan yang tinggi terhadap Allah, dan ikatan hati yang kuat sesama kaum mukminin, serta semangat beramal saleh. Dalam mempelajari ilmu Tauhid para ulama telah menetapkan beberapa syarat, adapun syarat tersebut ialah1 : a. Dengan yakin jangan menaruh syak (ragu), dhan, dan waham. b. Muafakat dengan hak yakni bersetuju dengan hukum yang benar. c. Dengan dalil aqli dan dalil naqli keterangan-keterangan yang shah dibuat dalil, bukan taqlid teturunan. Apabila terhimpun ketiga perkara ini, barulah orang itu dikatakan ma’rifah kepada Allah, maka tidak sempurnalah ma’rifah (mengenal Allah) sebelum mengetahui hukum yang diwajibkan bagi tiap-tiap mukallaf dalam mempelajari tauhid. Hukum artinya adalah Sekumpulan Peraturan yang menetapkan suatu Perbuatan. Dan melarang suatu Perbuatan. Sebab apabila terlanggar salah satu dari Hukum Peraturan tersebut. Maka akan dikenakan Sanksi, atau diambil tindakan oleh Undang-undang yang tertera dan di dalam peraturan itu sendiri. Hukum yang wajib diketahui oleh mukallaf supaya dapat memahami ilmu tauhid dengan benar dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu Hukum Aqli, Hukum Syar‟i dan Hukum „Adi („adat). Namun Pada kesempatan ini kami hanya akan membahas tentang hukum ‘adi (‘adat) saja. 1 Haji Abdurrahman Bin Haji Muhammad A’li Sughai Banar, Kifayatul Mubtadiin.(Maktan Darul Hikmah,-) hlm 3.
  • 2. 2 BAB II PEMBAHASAN HUKUM ‘ADI (‘ADAT) A. Definisi Hukum ’Adi (‘Adat) Hukum ‘adi (‘adat) adalah menetapkan keterkaitan suatu perkara atas suatu perkara lainnya atau menafikannya karena disebabkan kejadiannya berulang-ulang (sudah biasa) dan sah bersalahan antara kedua perkara itu, serta tidak ada hubungan salah satu dengan yang lainnya2 . Boleh juga hukum ‘adi ini sebut dengan hukum Sebab Akibat. Ketetapan hukum ‘Adi menjadi landasan hukum Syara’ maka ketentuan- ketentuannya wajib dihormati, seperti merokok akan menimbulkan penyakit kanker hati maka sebaiknya tidak merokok, atau apabila terlalu banyak makan sambal akan menimbulkan sakit perut maka janganlah terlalu sering makan sambal dan lain sebagainya. Firman Allah dalam Qs. ar-Ra’d ayat 11 Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” 2 Habib Utsman bi Abdullah bin ‘Aqil Bin Yahya, Kitab Sifat Dua Puluh,(Banda Aceh: Putra Aceh Sejati, 1324H/1906M) hlm. 4
  • 3. 3 Firman Allah yang menunjukkan kepada Syari’at dan Hakikat, di dalam pengamalannya bagi kita sebagai ummat Islam adalah : Firman Allah yang menunjukkan kepada ‘Adat adalah untuk dijadikan landasan ‘amal dan pembicaraan, sedangkan firman Allah yang menunjukkan kepada hakikat adalah untuk di ‘itikadkan sebagai landasan tawakal, sabar dan syukur kepada Allah SWT. Sepanjang Allah masih menyelenggarakan hukum ‘Adat maka ketentuan hukum ‘Adat harus dihormat (dilakukan), namun apabila Allah tidak menyelenggarakan hukum ‘Adat, Allah tidak mentaklif untuk menjalankan ketetapan hukum’Adat semata-mata, melainkan memerintahkan untuk bertawakal (berserah diri) secara penuh kepada Allah SWT. Diserta dengan sabar dan bersyukur. Sebagaimana peristiwa yang menimpa kepada Nabi Ibrahim AS, ketika akan dibakar oleh Raja Namrud. Di hadapan Nabi Ibrahim AS tidak nampak lagi perjalanan Syari’at (hukum ‘Adat) untuk dapat menghindari dari kedzaliman Raja Namrud. Di saat seperti ini Nabi Ibrahim AS berserah diri secara bulat kepada Allah (Tawakal), di hatinya berkeyakinan bahwa api tidak mempunyai kemampuan sedikitpun untuk menciptakan hangus dan panas, hanya Allah lah yang mampu mewujudkan suatu perkara. Maka disaat situasi dan kondisi Nabi Ibrahim yang demikian itu, datanglah pertolongan dari Allah, dimana ketentuan hukum ‘Adat menjadi sangat bertolak belakang, api bukannya merasa panas melainkan menjadi dingin yang menggigil, sebagaimana firman Allah dalam al- Qur’an surat 21, al-Anbiya ayat 69 : Artinya : “Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim".
  • 4. 4 B. Pembagian Hukum Adat ada empat macam, yaitu : a. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan adanya suatu perkara (Ada dengan Ada) Misalnya:  Ada terasa kenyang sebab Adanya makanan dalam Perut.  Ada merasa sakit sebab Adanya luka. b. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan tidak adanya suatu perkara (Tiada dengan Tiada) Misalnya:  Tiada rasa kenyang sebab tiada makan.  Tiada sembuh penyakit sebab tiada minum obat. c. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan tidak adanya sutu perkara (Ada dengan Tiada) Misalnya :  Ada dingin sebab tiada selimut.  Ada haus sebab tiada minum. d. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan adanya suatu perkara (Tiada dengan Ada) Misalnya:  Tiada dingin sebab adanya selimut.  Tiada basah sebab adanya mantel. · Ini menjadi suatu ilmu serta bisa memudahkan untuk menelusuri ilmu Tauhid. Sehingga menumbuhkan rasa Haqqul Yaqin kepada Allah SWT. Dan perlu kita perhatikan, karena seringnya kita lihat Adat Api adalah Membakar, Adat Air adalah Membasahi, Adat Angin adalah Bertiup dingin, Adat Bumi adalah Memberi tempat tumbuh segala tumbuhan.
  • 5. 5 Namun bisa hukum ‘adi ini bersalahan antara kedua perkara tersebut, yang biasanya disebut Khawarikul ‘adi ( suatu kejadian yang bersalahan hukum ‘adi). Adapun kejadian Khawarikul ‘adi terhimpun kedalam tujuh bagi3 , antara lain: 1. Irhash : kejadian luar biasa pada Calon Nabi(Nabi masih kecil), seperti Awan selalu menaungi Rasul Saw pada Waktu beliau dalam perjalanan Niaga Ke Syam. 2. Mujizat : kejadian luar biasa pada Nabi dan Rasul, seperti Tongkat Nabi Musa bisa membelah Lautan. 3. Karamah : kejadian luar biasa pada para Waliyullah, seperti bercahayanya jari Imam Nawawi, keluar bau harum dari makam Siti Fatimah, dan dapat berjalan diatas air Imam Abdul Qadir Jailani. 4. Maunah:kejadian luar biasa pada orang mukmin yang soleh, seperti terselamatkan dari kejadian berbahaya yang menurut kasat mata tidak mungkin didiselamatkan lagi, berkat dan cukup makanan yang sedikit bagi orang banyak. 5. Istidjrad : kejadian luar biasa pada orang fasiq atau kafir, seperti bertambah harta dan kesehatannya padahal ia selalu berbuat ma’siat kepada Allah. 6. Ihanah : Kejadian luar biasa pada orang fasiq atau kafir namun segala yang diinginkan berbalik kejadiaanya, seperti Musailamah Al-kasab (nabi palsu) pada suatu hari ia meludahi sumur yang sedikit airnya dengan berkata bahwa air sumur tersebut akan bertambah banyak, tetapi kenyataanya sumur tersebut bertambah kering dan sama sekali tiada keluar airnya, maka bertambahlah kehinaan dirinya. 7. Sihir : kejadian luar biasa pada orang fasiq dan kafir, seperti santet, susuk, tenung, membuat orang sejahtera dan mudharat dengan menggunakan iblis, syaitan atau jin. 3 3 Haji Abdurrahman Bin Haji Muhammad A’li Sughai Banar, Kifayatul Mubtadiin….hal. 21
  • 6. 6 BAB III PENUTUP KESIMPULAN Hukum adat adalah Menetapkan suatu perkara (sebab) kepada perkara yang lain (musabbab) atau meniadakan suatu perkara dari perkara yang lain dengan melalui suatu analisa dari sering terjadi, dan boleh bersalah, serta tidak ada hubungan salah satu dengan yang lainnya . Hukum adat terbagi atas empat perkara, yaitu : a. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan adanya suatu perkara. b. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan tidak adanya suatu perkara. c. Keterkaitan adanya suatu perkara dengan tidak adanya sutu perkara. d. Keterkaitan tidak adanya suatu perkara dengan adanya suatu perkara.
  • 7. 7 DAFTAR PUSTAKA Haji Abdurrahman Bin Haji Muhammad A’li Sughai Banar, Kifayatul Mubtadiin.(Maktan Darul Hikmah,-) Habib Utsman bi Abdullah bin ‘Aqil Bin Yahya, Kitab Sifat Dua Puluh, Banda Aceh: Putra Aceh Sejati, 1324H/1906M Kamarul Shukri Mohd. Teh, Pengantar Ilmu Tauhid (Buku digital), Kuala Lumpur: Yeochprinco sdn. Bhd, 2008 http://rpcellular.blogspot.com/2011/10/kajian-tauhid-tentang-hukum-adat.html, diakses 14-04-2013