11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
Laporan skenario a blok 6 (Sirosis hepatis)
1. KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa karena atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya lah kami dapat meyusun laporan tutorial
ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini merupakan tugas hasil kegiatan tutorial pertama dalam blok 6 Pendidikan
Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya tahun 2013. Di sini kami
membahas sebuah kasus kemudian dipecahkan secara kelompok berdasarkan sistematikanya
mulai dari klarifikasi istilah, identifikasi masalah, menganalisis, meninjau ulang dan
menyusun keterkaitan antar masalah, serta mengidentifikasi topik pembelajaran.
Bahan laporan ini kami dapatkan dari hasil diskusi antar anggota kelompok dan bahan
ajar dari dosen-dosen pembimbing.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa, orang tua, tutor dr. Dwi Handayani, M.Kes., dan para anggota kelompok yang
telah mendukung baik moril maupun materil dalam pembuatan laporan ini. Kami mengakui
dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami memohon
maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari pembaca demi kesempurnaan laporan kami di
kesempatan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Terima
kasih.
Palembang, Januari 2013
Penulis
1
2. DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................. 1
Daftar ................................................................................................................................ 2
I. Petugas Kelompok .......................................................................................... 3
II. Skenario .......................................................................................................... 3
III. Klarifikasi Istilah ............................................................................................ 3
IV. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 5
V. Analisis Masalah ............................................................................................ 5
2
3. TUTORIAL BLOK 6 SKENARIO A
I. Petugas Kelompok
Tutor : dr. Dwi Handayani, M.Kes.
Moderator : Imanuel
Sekretaris : 1. Eddy Yuristo
2. Syarifa Aisyah
Anggota : 1. Abdul Aziz Siregar
2. Amanda Putri Utami
3. Dalila
4. Devuandre Naziat
5. Laksmita Chandra D.
6. Najmi Ilal Hayati
7. Nelvin Raesandra
8. Shabrina Yunita A.
9. Suci Indah Sari
10. Trie Vany Putri
II. Skenario
Tn. Budi , seorang laki-laki yang pernah bekerja di cafetaria. Ia gemar minum-minuman
berakohol. Sekitar 20 tahun yang lalu, ia pernah menderita hepatitis B. Saat ini, Tn. Budi telah
berusia 50 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan BAB berwarna hitam sejak dua hari
yang lalu. Ia juga mengalami nausea dan anorexia.
Pada pemeriksaan kepala dijumpai sklera ikterik dan konjunctiva pucat. Pada
pemeriksaan dada ditemukan spider naevi. Pada pemeriksaan abdomen terlihat perutnya
membesar, adanya caput Medusae, hepar tak teraba, dan splenomegali (Schuffner 2), shifting
dullness (+), disertai kaki yang membengkak dan palmar eritema. Dokter menyatakan bahwa
Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis.
III. Klarifikasi Istilah
1. Minuman berakohol : minuman yang mengandung senyawa organik dengan
gugus OH pada atom karbon jenuh.
2. Hepatitis B : penyakit viral akut yang terutama disebabkan secara
parenteral atau terkadang peroral, melalui kontak personal
3
4. yang erat, atau dari ibu ke neonatus, dengan gejala berupa
demam, malaise, anorexia, mual, dan muntah seiring
dengan timbulnya gejala klinis ikterus, angiodema, lesi
kulit urtikarial, dan arthritis.
3. Nausea : sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium
dan abdomen dengan kecenderungan untuk muntah.
4. Anorexia : tidak adanya atau hilangnya selera makan
5. Sklera ikterik : sklera yang berwarmna kekuningan dan ekskresi akibat
hiperbilirubimenia dan pengendapan batu empedu.
6. Konjunctiva : membran halus yang melapisi kelopak mata, dan
menutupi bola mata
7. Spider naevi : taleangiektasis yang disebabkan oleh dilatasi dan
percabangan arteri kutaneous superfisial, tampak sebagai
area sentral berwarna merah terang dengan percabangan
yang menyerupai kaki seekor laba-laba; dapat timbul
spontan atau akibat kehamilan dan penyakit hati
8. Caput medusae : pelebaran vena cutaneous di sekitar umbilicus terutama
terlihat pada bayi yang baru lahir dan pasien cirrhosis
hepatis
9. Splenomegali : pembesaran limfa dengan ukuran schuffner 2
(schuffner 2)
10. Shifting dullness : Suatu gejala pekak alih yang didapat melalui perkusi
sebagai pertanda adanya cairan peritoneal yang bebas.
11. Palmar eritema : kemerahan pada kulit tangan yang dihasilkan oleh
kongesti pembuluh kapiler
12. Cirrhosis hepatis : sekelompok penyakit hati yang ditandai oleh peradangan
interstisial hati, hilangnya arsitektur hati yang normal,
fibrosis, dan degenerasi nodula.
IV. Identifikasi Masalah
No Masalah Concern
1 Tn. Budi yang gemar minum alkohol pernah menderita hepatitis
vv
B dua puluh tahun lalu.
2 Tn Budi, 50 tahun, datang ke puskesmas dengan nausea,
v
anorexia, dan BAB berwarna hitam sejak dua hari yang lalu.
3 Hasil pemeriksaan fisik menujukkan dijumpainya sklera ikterik, vv
konjunctiva pucat, spider naevi pada pemeriksaan dada,
ppembesaran perut, adanya caput Medusae, hepar tak teraba,
dan splenomegali (Schuffner 2), shifting dullness (+), disertai
4
5. kaki yang membengkak dan palmar eritema.
4. Dokter menyatakan bahwa Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis. vvv
V. Analisis Masalah
1. Tn. Budi yang gemar minum alkohol pernah menderita hepatitis B dua puluh tahun
lalu.
a. Apa hubungan kebiasaan konsumsi minuman alkohol dengan hepatitis B?
Penyakit hati akibat mengkonsumsi alkohol yang berlebih dapat memicu
timbulnya lemak pada organ hati (disebut perlemakan hati). Selain itu, mengkonsumsi
alkohol berlebih dapat menyebabkan seseorang terserang penyakit hepatitis dan
munculnya peradangan hati lainnya. Dalam beberapa kasus, perlemakan hati tidak
menimbulkan gejala dan sering tidak terdiagnosis. Namun, beberapa penderita akan
mengalami pembesaran hati yang menimbulkan rasa tidak nyaman di bagian atas
perut.
b. Bagaimana patofisiologi dari penyakit hepatitis B?
Infeksi HBV merupakan penyebab utama hepatitis B. virus hepatitis berupa
partikel dua lapis berukuran 42 nm yang disebut dengan partikel dane. Lapisan luar
terdiri atas lapisan HBsAg yang membungkus partikel inti (core). Pada inti terdapat
DNA VHB Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen HBcAg
dan hepatitis B “e” antigen (HBeAg).cara penularan virus hepatitis B melaui dibagi
menjadi parenteral dan non parenteral. Parenteral adalah dimana terjadi penembusan
kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk jarum atau benda yang sudah tercemar
virus hepatitis B dan pembuatan tato. Sedangkan non parenteral adalah penularan
yang terjadi karena persentuhan yang erat denagn benda yang tercemar virus hepatitis
B.
Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B.hepatis. Virus
hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesifik dimembran sel hepar
kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma
hepatosit VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid.
Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel hati. Di dalam hepatosit ini
asam nukeat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA
hospes dan berintegrasi pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan
sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi pembentukan
virus baru. Virus-virus ini akan dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya
kerusakan hati yang kronik disebabakan karena respon imunologik penderita
terhadap infeksi. Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka akan
terjadi keadaan karier sehat.
Gambaran patologis hepatitis akut tipe B dengan tipe lainnya pada umumnya
sama, yaitu terjadi peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati
disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi
5
6. hepatitis akut fulminan.bila penyakit menjadi kronik dengann peradangandan fibrosis
meluas didaerah portal dan batas antara lobules masih utuh, maka akan terjadi
hepatitis kronik persisten. Sedangkan bila daerah portal melebar, tidak teratur dengan
nekrosis diantar daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang
meluas maka akan terjadi hepatitis kronik
c. Bagaimana komplikasi yang diderita orang hepatitis B?
Memiliki infeksi Hepatitis B kronis dapat mengakibatkan komplikasi serius, seperti :
− Jaringan parut hati (sirosis). Infeksi hepatitis B dapat menyebabkan peradangan
yang menyebabkan jaringan parut yang luas dari hati (sirosis). Jaringan parut di
hati dapat mengganggu kemampuan hati untuk berfungsi.
− Kanker hati. Orang dengan infeksi hepatitis B kronis memiliki peningkatan risiko
kanker hati.
− Gagal hati. Kegagalan hati akut adalah suatu kondisi di mana fungsi-fungsi vital
dari hati ditutup. Ketika itu terjadi, transplantasi hati diperlukan untuk
mempertahankan kehidupan.
− Infeksi hepatitis D. Siapapun yang terinfeksi HBV kronis juga rentan terhadap
infeksi dengan yang lain strain virus hepatitis - hepatitis D. Anda tidak dapat
terinfeksi dengan hepatitis D kecuali Anda sudah terinfeksi dengan HBV. Setelah
kedua hepatitis B dan hepatitis D membuatnya lebih besar kemungkinan Anda
akan mengembangkan komplikasi hepatitis.
− Masalah ginjal. Infeksi hepatitis B dapat menyebabkan masalah ginjal yang pada
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal. Anak-anak lebih mungkin untuk pulih
dari masalah ginjal dibandingkan orang dewasa, yang mungkin mengalami gagal
ginjal.
d. Bagaimana perbandingan struktur anatomis-histologis hepar orang sehat dan
penderita hepatitis B?
Perubahan struktur hati yang ditunjukkan oleh penderita hepatitis B meliputi
perubahan morfologi. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran dan berwarna
normal , namun kadang-kadang terlihat agak edema, memebesar dan pada palpasi
“teraba nyeri ditepian”. Secara histologi, terjadi kekacauan susunan hepatoseluler ,
cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat dan peradangan periportal.
Perubahan ini bersifat reversibel bila fase akut pada penyakit mereda.
Struktur hati normal
Hati terbagi atas menjadi dua lapisan utama :
1. permukaan atas berbentuk cembung terletak dibawah diaphragm
2. permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan fissura transversus
Hati dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu bagian kanan dan kiri oleh fissure
longitudinal dan dibagi menjadi empat lobus : lobus kanan, lobus kiri, lobus caudatus,
lobus quadratus.
Pembuluh darah hati ada dua peredaran darah yaitu :
a. arteri hepatica, keluar dari aorta 1/5 darah dan keluar sebagai vena hepatica
b. vena porta, terbentuk dari lienalis dan vena mesentrica posterior
6
7. Struktur hati yang terkena hepatitis B
Pada hepar orang yang terkena hepatitis akan terjadi inflamasi dan cedera akibat
reaksi hepar terhadap virus. Inflamasi yang menyebar pada hati akan menyebabkan
unit fungsional dasar terganggu. Gangguan suplai darah normal pada sel-sel hati ini
menyebabkan nekrosis.
Gambar 1. Perbandingan Morfologi Hati Pada Berbagai Kasus Klinik
2. Tn Budi, 50 tahun, datang ke puskesmas dengan nausea, anorexia, dan BAB
berwarna hitam sejak dua hari yang lalu.
a. Bagaimana proses pewarnaan feses?
Billirubin, konstituen utama empedu, sama sekali tidak berperan dalam
pencernaan, tetapi merupakan salah satu dari beberapa produk sisa yang diekskresikan
dalam empedu. Billirubin adalah pigmen empedu utama yang berasal dari penguraian
sel darah merah yang usang. Masa hidup sel darah merah dalam system sirkulasi rata-
rata adalah 120 hari. Sel darah merah yang usang dikeluarkan dari darah oleh
makrofag yang melapisi sinusoid hati dan yang terletak dibagian tubuh lain. Billirubin
adalah produk lain yang dihasilkan oleh penguraian bagian heme dari hemoglobin
yang terkandung didalam sel-sel darah merah tersebut. Billirubin ini diekstraksi dari
darah oleh hepatosit dan secara aktif diekskresikan kedalam empedu.
7
8. Gambar 2. Metabolisme Bilirubin
Billirubin adalah pigmen kuning yang menyebabkan empedu berwarna kuning.
Didalam saluran pencernaan, pigmen ini mengalami modifikasi oleh enzim-enzim
bakteri usus menjadi serangkaian senyawa yang disebut sterkobilin dan urobilinogen
yang kemudian menyebabkan tinja berwarna coklat khas. Jika tidak terjadi sekresi
billirubin, misalnya apabila duktus billiiaris tarsumbat secara total oleh batu empedu,
feses akan berwarna putih keabu-abuan. Dalam keadaan normal, sejumlah kecil
billirubin direabsorpsi oleh usus untuk kembali kedarah, dan sewaktu akhirnya
dikeluarkan melalui urine, billirubin tersebut merupakan penentu warna kuning pada
air kemih. Ginjal baru mampu mengekresikan billirubin apabila zat ini telah
dimodifikasi sewaktu melalui hati dan usus.
b. Pada skenario, apa yang menyebabkan BAB berwarna hitam?
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal dan
menimbulkan bau yang khas yang menunjukan pendarahan saluran cerna bagian atas
serta di cernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari
konversi hemoglobin menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Pada melena,
dalam perjalannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam.
Perubahan warna ini disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini
diduga karena adanya pigmen porfirin. Diperkirakan darah yang muncul dari
duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk
merubahwarna feses menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50-100 cc
baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48-72
jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna
hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi
terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah episode perdarahan tunggal.
8
9. Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran
cerna. Hematemesis adalah muntah darah, sedangkan melena adalah warna feses
menjadi hitam pekat. Perdarahan ini dapat disebabkan karena sirosis hepatis (dengan
pecahnya varises esofagus) dan gastritis. Walaupun perdarahan ini akan berhenti
sendiri, tetapi hal ini dianggap sebagai suatu yang serius yang setiap saat dapat
membahayakan pasien. Perdarahan akibat sirosis hati disebabkan oleh gangguan
fungsi hati penderita, alkohol, obat-obatan, virus hepatitis dan penyakit bilier.
Konsumsi alkohol dan adanya riwayat penyakit hepatitis B menyebabkan sel
Hepatosit meradang sehingga terjadi koligenasi pada sel Stellata pada keadaan lanjut
menyebabkan penderita mengalami Fibrosis hepar atau sirosis hepatis. Salah satu
akibat dari sirosis adalah terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi pada
Vena porta hepatis. Pada keadaan normal darah vena portae hepatis menyeberangi
hepar dan mengalir ke dalam vena cava inferior dari sirkulasi vena sistemik melalui
vena hepatica dan disebut jalur langsung. Tetapi ada hubungan yang lebih kecil antara
sistem porta dan sistemik, dan menjadi berperanan penting jika jalur langsung
mengalami hambatan.
Hubungan ini dijumpai pada ⅓ bawah oesophagus, r. oesophagealis v. gastrica
sinistra (cabang porta) beranastomosis dengan vv. oesophagealis yang mengalirkan
darah dari ⅓ bagian tengah oesophagus ke v. azygos (cabang sistemik). Sehingga
apabila terjadi hipertensi pada vena porta hepatis akan menimbulkan tekanan darah
pada pembuluh sistemik ikut naik ,yang dapat mengakibatkan varises esofagus dan
juga gastritis karena kerusakan pada v. gastrica sinistra.
Sirosis hati dapat menyebabkan pecahnya varises esofagus yang akan
menimbulkan hematemesis melena. Varises esofagus ini disebabkan oleh hipertensi
portal yang terjadi karena penekanan sistem sekunder vena porta sehingga
meningkatnya aliran karena kerusakan hati. Terjadi hipertensi ini akan menimbulkan
enselofati hepatic, dimana akan terjadinya :
a. Akumulasi nitrogen didalam sel pada GI. Nitrogen ini berperan serta terhadap
patogenensis portal sistemik enselofati. Akumulasi nitrogen ini belum diketahui
faktor penyebabnya namun dapat diperkirakan terjadinya perubahan metabolisme
GABA dan neurotransmiter octopamin.
b. Gangguan kesadaran yang lanjut, ditandai dengan gangguan kesadaran yang
berlanjut sampai koma yang dalam (koma hepatikum), berbagai saraf, perubahan
psiatrik, tremor telapak tangan dan fetor heptikus
9
10. Gambar 3. Aliran Darah pada Viscera Abdomen
Gambar 4. Vaskularisasi
Esofagus
10
11. Gambar 5. Histologi Esofagus
Karena terjadi varises pada pembuluh darah esofagus hingga menimbulkan
pendarahan hal tersebut berarti terjadi kerusakan pembuluh darah yang ada pada (4)
lamina mucularis mucosa dan (8) tunica adventitia.
c. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan nausea dan anorexia?
Nausea adalah sensasi tidak menyenangkan yang samar pada epigastrium dan
abdomen, dengan kecenderungan untuk muntah. Nausea merupakan gejala awal dari
vomit (muntah). Nausea adalah pengenalan sadar pada daerah medulla yang secara
erat berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat muntah. Nausea dapat
disebabkan oleh (1) impuls iritatif yang datang dari traktus gastrointestinal (2) impuls
yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness (3) impuls
dari korteks serebri untuk mencetuskan muntah.
Sinyal sensoris yang mencetuskan rasa mual dan muntah terutama berasal dari
faring, esofagus, lambung, dan bagian atas usus halus. Impuls saraf kemudian di
transmisikan, baik oleh serabut saraf aferen vagal maupun oleh saraf simpatis ke
berbagai nukleus yang tersebar di batang otak yang semuanya disebut “pusat muntah”.
Dari sini, impuls motorik yang menyebabkan muntah sesungguhnya ditransmisikan
dari pusat muntah melalui jalur saraf kranialis V, VII, IX, X, dan XII ke traktus
gastrointestinal bagian atas, melalui saraf vagus dan simpatis ke traktus yang lebih
bawah, dan melalui saraf spinalis ke diafragma dan abdomen.
Anoreksia adalah penurunan nafsu makan atau hilangnya nafsu makan dalam
waktu yang lama. Anoreksia dapat disertai dengan penurunan berat badan atau tidak.
Keadaan ini hampir mempunyai satu penyebab yang mendasari atau lebih.
Secara patofisiologi anoreksia dapat dijelaskan sebagai berikut; hipotalamus
dinilai dapat mengatur baik rasa kenyang maupun lapar, dengan menghasilkan
homeostasis berat badan dalam keadaan yang ideal. Hipotalamus mengintepretasikan
dan mengintegrasikan sejumlah besar masukan neural dan humoral untuk
11
12. mengkoordinasikan tahapan lapar dengan pengeluaran energi sebagai respon terhadap
keadaan perubahan keseimbangan energi.
Sinyal jangka panjang yang menghubungkan informasi tentang simpanan energi
badan, status endokrin, dan kesehatan umum terutama merupakan masukan humoral.
Sinyal jangka pendek, termasuk hormon usus dan sinyal neuran dari pusat otak lebih
tinggi dan usus, meregulasi tahapan awal dan akhir proses makan. Hormon-hormon
yang terlibat dalam proses inimencakup leptin, insulin, kolesitokinin, grelin,
polipeptida YY, polipeptida pankreas, peptida-1 yang mirip glukagon, dan
oxytomodulin. Perubahan setiap proses humoral atau neuronal ini dapat menimbulkan
anoreksia.
Hubungan sirosis hepatis dengan nausea dan anoreksia adalah terjadinya ikterus
hepatoseluler dan meningkatnya produksi bilirubin atau hiperbilirubinemia sehingga
sekresi sekretin dan kolesistokitinin meningkat yang menyebabkan penurunan tekanan
sfinger esofagus bagian bawah, peningkatan motilitas duodenum dan sekresi, dan
motilitas lambung berkurang.
Gambar 6. Inervasi Sistem Saraf Vegetatif Pars Parasympathica
Efek dari hal tersebut adalah refluks isi lambung yang asam melewati esofagus
padahal epitel dari esofagus tidak dipersiapkan untuk menahan asam sehingga terjadi
12
13. iritasi dari lapisan mukosa esofasgus. Refluks dari isi lambung ke esofagus mentrigger
pusat mual muntah di bagian otak belakang bagian bawah untuk memberikan respons
mual atau nausea.
Ketika refluks sampai ke mulut dan akhirnya dikeluarkan (refluks esofagus) juga
merangsang nervus vagus di sepanjang esofagus untuk terksitasi dan terjadilah
vomitting. Maka dari itu umumnya pada penderita sirosis terkena gangguan nafsu
makan atau anoreksia.
3. Hasil pemeriksaan fisik menujukkan dijumpainya sklera ikterik, konjunctiva pucat,
sipder naevi pada pemeriksaan dada, ppembesaran perut, adanya caput Medusae,
hepar tak teraba, dan splenomegali (Schuffner 2), shifting dullness (+), disertai kaki
yang membengkak dan palmar eritema.
a. Bagaimana struktur anatomi dan histologi mata normal?
Struktur Anatomi
Lapisan-lapisan mata
• Sklera : Lapisan terluar mata mirip duramater.
• Konjungtiva : untuk melindungi kornea dan sklera.
• Kornea : struktur transparan yang seperti kubah, merupakan
pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan
cahaya.
• Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris. Tempat masuknya cahaya.
• Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di
belakang kornea dan di depan lensa. Fungsinya adalah untuk mengatur jumlah
cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
• Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung di antara Humor
Aqueous dan Humor Vitreus. Fungsinya adalah untuk memfokuskan cahaya ke
retina.
• Humor Aqueous : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan
kornea. Fungsinya untuk memberi nutrisi (makanan) untuk lensa dan kornea.
• Humor Vitreus: gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina.
• Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang
bola mata. Fungsinya adalah untuk menerima rangsangan cahaya, mengolah dan
mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.
13
14. Gambar 7. Bagian-bagian Mata
Os pembentuk rongga mata :
1. superior : os. frontal
2. inferior : os. Zygomaticum, os. maxillaries ,os.palatina
3. lateral : os. frontal, os. zygomaticum, ala magna os sphenoid
4. medial : os. maxillaris, os. lakrimal, os. Etmoid
Tabel 1. Otot-Otot Bola Mata dan Kelopak Mata
Nama Otot Origo Insersio Persarafan Fungsi
Otot-otot Ekstrinsik Bola Mata ( Otot Lurik )
M. rectus Annulus tendineus Permukaan N. oculomotorius Mengangkat cornea
superior communis pada superior bola ( N.III ) ke atas dan medial
dinding posterior mata tepat
orbita posterior
terhadap taut
corneo-scleral
M. rectus Annulus tendineus Permukaan N. oculomotorius Menurunkan
inferior communis pada inferior bola ( N. III ) cornea ke bawah
dinding posterior mata tepat dan medial
orbita posterior
terhadap taut
corneo-scleral
M. rectus Annulus tendineus Permukaan N. oculomotorius Memutar bola mata
medialis communis pada medial bola mata ( N. III ) sehingga kornea
dinding posterior tepat posterior menghadap ke
orbita terhadap taut medial
corneo-scleral
M. rectus Annulus tendineus Permukaan N. abducens Memutar bola mata
lateralis communis pada lateral bola mata ( N. VI ) sehingga cornea
14
15. dinding posterior tepat posterior menghadap ke
orbita terhadap taut lateral
corneo-scleral
M. Dinding posterior Melalui trochlear N. trochlearis Memutar bola mata
obliquus dan dilekatkan ( N. IV ) sehingga cornea
superior pada permukaan menghadap ke
superior bola bagian bawah dan
mata, di bawah lateral
m. rectus
superior
M. Dasar orbita Permukaan N. occulomotorius Memutar bola mata
obliquus lateral bola mata, ( N. III ) sehingga cornea
inferior profunda menghadap ke atas
terhadap m. dan lateral
rectus lateralis
Otot-otot Intrinsik Bola Mata ( Otot Polos )
M. sphincter Parasimpatis Konstriksi pupil
puppilae melalui n.
oculomotorius
M. dilator Simpatis Dilatasi pupil
pupillae
M. ciliaris Parasimpatis Mengatur bentuk
melalui n. lensa, pada
oculomotorius akomodasi
membuat lensa
lebih bulat.
Otot-otot Palpebra
M. orbicularis
oculi
M. levator Belakang orbita Permukaan Otot lurik oleh n. Mengangkat
palpebrae anterior dan oculomootorius, palpebra superior
superior pinggir atas otot polos oleh
tarsus superior saraf simpatis
Vaskularisasi mata:
Arteri: Vena:
• Arteri Oftalmika • Vena Oftalmika
• A. Conjunctiva • V. Centralis Retina
• A. Ciliaris • V. Cilliaris
• A. Episcleralis • V. Conjunctiva
• A. Centralis Retina • V. Episcleralis
• Arteri Retinalis • V. Vorticosa
• Vena Retinalis
Innervasi pada orbita
1. Nervus opticus
2. Nervus lacrimalis
15
16. 3. Nervus frontalis
4. Nervus trochealis
5. Nervus oculomotorius
6. Nervus nasocilaris
7. Nervus abducens
Struktur Histologi
Pada Bola mata terdapat 3 lapisan
1. Tunica Fibrosa
o Berfungsi melindungi struktur halus dalam mata
o Mempertahankan tekanan cairan intra okuler
o Mempertahankan bentuk dan tekanan bola mata
Ada beberapa bagian mata dalam lapisan ini yaitu
1. Kornea, memiliki lapisan-lapisan:
Epitel Kornea
Membran Bowman
Substansia Propia/Stroma
Membran Descement
Endotel Kornea
2. Sklera memiliki jaringan fibrosa padat dan mempertahankan bentuk ukuran
bola mata, terdiri dari tiga lapisan:
• Episklera terdiri dari jaringan fibroelastis
• Stroma Sklera terdiri dari serat kolagen
• Lamina Fusca terdiri dari melanosit dan fibroblast
2. Tunica Vaskuola berfungsi:
o Memberi nutrisi pada bola mata
o Akomodasi penglihatan
o Mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata
Ada beberapa bagian mata dalam T. Vaskuola yaitu:
1. Choroid, memiliki empat lapisan:
Lapisan Suprakoroid
Lapisan Vaskuola
Lapisan Koriokapilaris
Lamina Elastika atau Membran Brunch
2. Corpus Cilliaris terdiri epitel siliaris, lamina elastica
3. Iris terdiri membrane sellular dan membentuk lapisan yang tidak utuh
16
17. Gambar 8. Potongan Coronal Mata Tampak Posterior
3. Tunica Nervosa terdiri dari:
o Pars Seka Retina terdiri dari:
Pars Siliaris Retina
Pars Iridka Retina
o Pars Optica Retina
Retina terdiri dari 10 lapisan
o Retinal pigment epithelium (RPE)
o Lapisan fotoreseptor (Rods/Cones)
o Membran pembatas eksternal - Lapisan yang membatasi bagian dalam
fotoreseptor dari inti selnya
o Lapisan luar inti
o Lapisan luar plexiform - Pada bagian makular, ini dikenal sebagi "Lapisan
serat Henle" (Fiber layer of Henle).
o Lapisan dalam inti
o Lapisan dalam plexiform
o Lapisan sel ganglion - Lapisan yang terdiri dari inti sel ganglion dan
merupakan asal dari serat syaraf optik.
o Lapisan serat syaraf
o Membran pembatas dalam - Tempat sel-sel Műller berpijak
17
18. Gambar 9. Diagram Struktur Retina
b. Apa penyebab sklera ikterik dan konjunctiva pucat?
Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya
(membran mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin
yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Ikterus biasanya baru dapat
dilihat di sclera, kulit dan urin kalau kadar bilirubin serum mencapai 2-3
mg/dl. Normalnya kadar bilirubin dalam darah adalah 0,3-1 mg/dl. Ada tiga jenis
ikterus berdasarkan penyebabnya, yaitu :
1.) Ikterus Hemolitik
Ikterus hemolitik disebabkan oleh hemolisis sel darah merah berlebihan yang
merupakan penyebab ikterus prehepatik sehingga hati tidak dapat
mengkonjugasikan semua bilirubin yang dihasilkan. Ikterus ini dapat dijumpai
pada reaksi transfuse atau lisis sel darah merah akibat gangguan hemoglobin,
misalnya pada anemia sel sabit dan thalasemia..
2.) Ikterus Hepatoseluler
Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi karena disfungsi
hepatosit. Disfungsi hepatosit terjadi apabila hati terinfeksi oleh virus pada
hepatitis atau apabila sel hati rusak akibat kanker atau sirosis.
3.) Ikterus Obstruktif
Ikterus Obstruktif disebabkan oleh obstruksi duktus biliaris (yang
sering terjadi bila sebuah batu empedu atau kanker menutupi duktus
choleocus) atau kerusakan sel hati (yang terjadi pada hepatitis).
Kecepatan pembentukan bilirubinnya normal , tetapi bilirubin yang dibentuk
tidak dapat lewat dari darah kedalam usus dan dikonjugasi dengan cara
yang biasa. Bilirubin terkonjugasi ini kemudian kembali ke dalam
darah, mungkin karena pecahnya kanalikuli biliaris yang terbendung dan
pengosongan langsung ke saluran limfe yang meninggalkan hati. Jadi, kebanyakan
bilirubin dalam plasma menjadi bilirubin terkonjugasi dan bukan bilirubin bebas.
Sumbatan terhadap aliran empedu keluar hati atau melalui duktus
18
19. biliaris, hal ini dianggap berasal dari intrahepatik apabila sumbatan
disebabkan oleh sumbatan aliran empedu keluar hati. Disebut
ekstrahepatik apabila disebabkan oleh sumbatan aliran empedu melintasi
duktus biliaris. Keduanya dapat terjadi karena ada batu atau tumor.
Konjungtiva pucat merupakan tanda anemia. Anemia adalah suatu kondisi dimana
kadar sel darah merah dalam tubuh berkurang atau jumlah hemoglobin yang berkurang
dalam darah. Tiga penyebab utama anemia adalah perdarahan yang berlebihan seperti
perdarahan akut/kronik, hemolisis yang berlebihan, atau hematopoiesis yang tidak
efektif. Dalam kasus ini, Tn. Budi mengalami perbesaran pada limfanya
(splenomegaly). Akibat dari splenomegaly ini adalah jumlah sel darah merah yang
akan dilisis meningkat sehingga jumlah sel darah merah yang berada dalam pembuluh
darah menurun dan menyebabkan anemia.
c. Bagaimana dampak dari sklera ikterik dan konjunctiva pucat terhadap proses
penglihatan?
Derajat serum bilirubin paling baik dilihat pada sklera, sklera memiliki afinitas
terhadap bilirubin karena memiliki elastin yang banyak. Adanya sklera ikterik
mengindikasikan kadar bilirubin setidaknya 3.0 mg/dl (normal <1 mg/dl). Kelainan
pada sklera dan konjungtiva tidak membawa pengaruh terhadap sistem penglihatan
karena keduanya tidak termasuk dalam bagian jalur masuknya cahaya menuju
reseptor cahaya.
d. Bagaimana proses terjadinya sklera ikterik dan konjunctiva pucat?
Mekanisme sklera ikterik
Bilirubin berasal dari hasil pemecahan hemoglobin oleh sel retikuloendotelial,
cincin heme setelah dibebaskan dari besi dan globin diubah menjadi biliverdin yang
berwarna hijau. Biliverdin berubah menjadi bilirubin yang berwarna kuning. Bilirubin
ini dikombinasikan dengan albumin membentuk kompleks protein-pigmen dan
ditransportasikan ke dalam sel hati. Bentuk bilirubin ini sebagai bilirubin yang belum
dikonjugasi atau bilirubin indirek berdasar reaksi diazo dari Van den Berg, tidak larut
dalam air dan tidak dikeluarkan melalui urin. Didalam sel inti hati albumin dipisahkan,
bilirubin dikonjugasikan dengan asam glukoronik yang larut dalam air dan dikeluarkan
ke saluran empedu. Pada reaksi diazo Van den Berg memberikan reaksi langsung
sehingga disebut bilirubin direk. Bilirubin indirek yang berlebihan akibat pemecahan
sel darah merah yang terlalu banyak, kekurangmampuan sel hati untuk melakukan
konjugasi akibat penyakit hati, terjadinya refluks bilirubin direk dari saluran empedu
ke dalam darah karena adanya hambatan aliran empedu menyebabkan tingginya kadar
bilirubin didalam darah. Keadaan ini disebut hiperbilirubinemia dengan manifestasi
klinis berupa ikterus. Warna dari kulit dan sklera bervariasi tergantung pada kadar
bilirubin. Ketika kadar bilirubin sedikit meningkat, kulit dan sklera terlihat menguning.
Ketika kadar bilirubin tinggi, warnanya cenderung menjadi lebih kecoklatan.
Mekanisme konjungtiva pucat
19
20. Dalam kasus ini, Tn. Budi menderita sirosis hati yang menyebabkan hipertensi
porta. Hipertensi porta ini juga mengakibatkan beberapa hal, seperti splenomegaly.
Dalam hal ini, fungsi hati sebagai tempat destruksi eritrosit diambil alih oleh spleen
(lien). Pembesaran pada ukuran lien ini menyebabkan daya tampung lien meningkat.
Karena adanya peningkatan jumlah eritrosit yang mengalami destruksi, jumlah eritrosit
dalam pembuluh darah menurun dan mengakibatkan anemia. Anemia akibat hemolisis
yang berlebihan memberika gejala-gejala tertentu, salah satunya warna konjungtiva
yang terlihat pucat.
e. Bagaimana struktur vaskularisasi cutaneous pada regio thoraks?
Vaskularisasi cutaneous regio thorax berasal dari arteri thoracica interna (cabang
dari arteri subclavia) yang memperdarahi dinding anterior tubuh dari clavicula sampai
ke umbilicus. Arteri thoracica interna dicabangkan oleh arteri subclavia dekat dengan
percabangan awalnya. Arteri ini berjalan turun dari dalam rangkaian costae sekitar 1
cm dari tepi sternum, medial dari papilla mammae. Kemudian arteri thoracica interna
akan bercabang menjadi arteri intercostalis anterior sampai ke intercostal ke VI. Arteri
ini akan bercabang lagi menjadi 5:
1. A. Perforans
2. A. pericardiacophrenica
3. A. mediastinalis (mediastinalis ant:timus)
4. A. epigastrica sup (rectus abdominis)
5. A. musculophrenica (diafragma)
f. Bagaimana mekanisme terbentuknya spider naevi?
Spider naevi adalah taleangiektasis yang disebabkan oleh dilatasi dan
percabangan arteri kutaneous superfisial, tampak sebagai area sentral berwarna merah
terang dengan percabangan yang menyerupai kaki seekor laba-laba. Hal ini dapat
disebabkan oleh hiperestrogenemia. Hati merupakan organ yang salah satu fungsinya
adalah detoksifikasi estrogen menjadi estradiol dan estron menjadi estriol. Estradiol,
estron dan estriol merupakan substrat untuk enzim hepatik, dimana hati
mengkonjugasi estrogen untuk membentuk glukuronida dan sulfat. Aktifitas enzim
yang melaksanakan reaksi konjugasi ini bervariasi antara berbagai spesies. Hormon
steroid yang terkonjugasi bersifat dapat larut dalam air dan tidak terikat dengan protein
pengangkut, karena itu hormon estrogen ini mudah disekresikan ke dalam getah
empedu, feses dan urin.
“Weak androgen” (Androstrenidonine dan dehiydroepiandrosterone) secara
normal dimetabolisme menjadi estrogen pada jaringan perifer. Gangguan fungsi hati
menyebabkan penurunan katabolisme estrogen. Hipertensi portal yang disebabkan
oleh sirosis juga menyebabkan hormon-hormon ini lewat begitu saja di hati.
Estrogen berfungsi sebagai vasodilatator dan mempengaruhi sirkulasi darah
pada kulit dengan cara menyebabkan kulit menjadi lebih vaskular. Hiperesterogenemia
menyebabkan pelebaran pembuluh darah yang termanifestasi secara kilinis sebagai
spider naevi dan palmar aritema.
20
21. g. Bagaimana struktur anatomi traktus digestivus dan kelenjar aksesorius?
Traktus Digestivus
Traktus digestivus terdiri dari:
1. Cavum Oris
Merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan juga sistem pernafasan.
Cavum oris dibatasi oleh m. Mylohyoideus pada bagian inferior, palatum durum dan
palatum molle pada bagian superior, pipi pada lateral, dan labium oris pada anterior.
Cavum oris dibagi dalam vestibulum oris (bagian antara bibir dan pipi di sebelah luar
dengan gusi dan gigi geligi di sebelah dalam) dan cavitas oris propria yang terletak di
dalam arcus alveolaris, gusi, dan gigi-geligi (incivus medial, incivus lateral, caninus,
premolar pertama, premolar kedua, molar pertama, dan molar kedua). Selain itu, di
bagian dasar dari cavum oris terdapat lidah yang ditutupi oleh membran mukosa
dimana 2/3 bagian anteriornya terletak di dalam mulut dan 1/3 bagian posteriornya
terletak di pharynx. Pada permukaan atas 2/3 bagian anterior lidah terdapat 3 jenis
papilla yakni filiformis, fungiformis, dan circumvalata.
Bagian atap cavum oris dipersarafi oleh n. palatina major dan n. nasopalatinus
yang serabut serabut sarafnya berjalan di dalam n. maxillaris. Bagian dasar di persarafi
oleh n. lingualis yang merupakan cabang dari n. mandibularis. Sedangkan bagian
lateral (pipi) di persarafi oleh n. buccalis yang merupakan cabang dari n. mandibularis.
Vaskularisasi cavum oris
Vaskularisasi gigi
Arteri alveolaris superior dan arteri alveolaris inferior yang merupakan
cabang arteri maxillaries. Vena yang sesuai dengan nama arteri mengikuti peredaran
arteri tersebut
Vaskularisasi palatum
Arteria palatina major yang merupakan cabang arteria palatina descendens.
Arteria palatina minor mengadakan anastomosis dengan arteri palatina ascendens.
Vena pada palatum di beri nama sesuai nama arteri dan mengiringi cabang-cabang
arteri maxillaries anak cabang plexus pterygoideus.
Vaskularisasi Lingua
Lidah mendapat darah dari a. Lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis, dan a. Pharyngea
ascendens. Sedangkan vena-venanya bermuara ke dalam v. Jugularis interna
2. Pharynx
Pharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bentuknya mirip
corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian
bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai oesophagus. Secara garis besar, pharynx
dibagi menjadi 3 bagian yakni nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx.
Vaskularisasi pharynx berasal dari cabang-cabang a. Pharyngea ascendens, a.
Palatina ascendens, a. Facialis, a. Maxillaris, dan a. Lingualis. Venanya bermuara ke
plexus venosus pharyngeus yang kemudian bermuara ke v. Jugularis interna.
Inervasi pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-
cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus. Persarafan pharynx ini
dibagi menjadi 2 yakni persarafan motorik yang berasal dari pars cranialis n.
21
22. acessorius yang berjalan melalui cabang n. vagus menuju plexus pharyngeus dan
persarafan sensorik yang berasal dari n. maxillaris (nasopharynx), n. glossopharyngeus
(oropharynx) dan n. ramus laryngeus internus n. vagus (laryngopharynx).
3. Oesophagus
Oesophagus merupakan struktur berbentuk tabung yang berjalan melalui
diafragma setinggi vertebra thoracica X untuk bersatu dengan gaster. Di dalam leher,
oesophagus terletak di depan columna vertebralis; di lateral dibatasi oleh lobus
glandula thyroidea; di anterior berhubungan dengan trachea dan nervus laryngeus
recurrens. Di dalam thorax, oesophagus berjalan ke bawah dan kiri melalui
mediastinum superior dan kemudian mediastinum posterior. Pada setinggi angulus
sterni, arcus aorta mendorong oesophagus ke arah garis tengah. Pada bagian distal
oesophagus terdapat sphincter gastrooesophagea yang merupakan lapisan sirkular otot
polos yang berperan untuk mencegah isi lambung mengalami regurgitasi ke dalam
oesophagus.
Sepertiga atas oesophagus diperdarahi oleh arteria thyroidea inferior, sepertiga
tengahnya oleh cabang aorta thoracica, sepertiga bawahnya oleh cabang arteria
gastrica sinistra. Vena-vena dari sepertiga bagian atas mengalir ke vena thyroidea
inferior dan sepertiga bagian tengah ke vena azygos, dan sepertiga bagian bawah ke
vena gastrica sinistra (cabang vena porta).
Oesophagus dipersarafi oleh serabut eferen dan aferen parasimpatis dan
simpatis melalui nervus vagus dan truncus symphaticus. Pada bagian bawah dalam
perjalanannya di rongga thorax oesophagus dikelilingi oleh plexus oesophagus.
4. Gaster
Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah
arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbicalis. Secara kasar, gaster
berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang (ostium cardiacum dan ostium
pyloricum); dua curvatura (curvatura major dan curvatura minor); dua dinding (paries
anterior dan paries posterior). Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut yakni:
a. Fundus gastricum, berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebalh kiri
ostium cardiacum dan biasanya berisi udara.
b. Corpus gastricum, terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis,
suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor.
c. Anthrum pyloricum, terbentang dari incisura angularis sampai pylorus.
d. Pylorus, bagian gaster yang berbentuk tubular.
Vaskularisasi gaster berasal dari cabang truncus coeliacus:
a. Arteri gastrica sinistra, berjalan ke atas dan ke kiri untuk mencapai oesophagus
kemudian turun sepanjang curvatura minor gaster. Arteri ini memperdarahi
sepertiga bawah oesophagus dan bagian kanan gaster.
b. Arteri gastrica dextra, cabang dari a. Hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri
sepanjang curvatura minor. Arteri ini mendarahi bagian kana bawah gaster.
c. Arteri gastricae breves, berasal dari a. Lienalis. Arteri ini berjalan ke depan di
dalam ligamentum gastrosplenicum untuk mendarahi fundus.
d. Arteri gastroomentalis sinistra, berasal dari a. Splenica. Arteri ini berjalan ke
depan di dalam ligamentum gastrolienale untuk mendarahi gaster sepanjang bagian
atas curvatura major.
22
23. e. Arteri gastroomentalis dextra, berasal dari arteria gastroduodenalis yang
merupakan cabang arteri hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri dan
mendarahi gaster sepanjang bagian bawah curvatura major.
f. Vena gastrica sinistra dan dextra bermuara ke vena partae hepatis
g. Venae gastricae breves dan vena gastroomentalis sinistra bermuara ke vena
lienalis.
h. Vena gastroomentalis dextra bermuara ke vena mesenterica superior.
Inervasi simpatis gaster berasal dari plexus coeliacus dan parasimpatisnya
berasal dari serabut-serbaut nervus vagus dextra dan sinistra. Truncus vagalis
anterior yang berasal dari nervus vagus sinistra, memasuki abdomen pada
permukaan anterior oesophagus. Truncus ini mempersarafi bagian anterior gaster.
Truncus vagalis posterior berasal dari nervus vagus dextra memasuki abdomen
pada permukaan posterior oesophagus. Serabut motoris dari sistem simpatis da
serabut inhibitor dari nervus vagus mempersarafi m. Sphincter pyloricus.
5. Duodenum
Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C yang menghubungkan gaster
dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting karena merupakan tempat muara
dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Duodenum dibagi menjadi 4 bagian
utama yakni:
a. Pars superior duodenum
Pars superior duodenum ini berjalan mulai dari pylorus terus ke atas dan belakang
pada sisi kanan vertebra lumbalis I. Jadi bagian ini terletak pada planum
transpyloricum.
b. Pars descendens duodenum
Pars descendens berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, disebelah
kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah pada
margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding
duodenum. Kedua ductus ini bergabung membentuk ampula hepatopancreatica
yang akan bermuara pada papilla duodeni major. Sedangkan ductus pancreaticus
acessorius akan bermuara ke dalam duodenum sedikit lebih tinggi yakni pada
papilla duodeni minor.
c. Pars horizontalis duodenum
Pars horizontalis ini berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di
depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis.
d. Pars ascendens duodenum
Pars ascendens duodenum ini berjalan ke atas dan ke kiri flexura duodenojejunalis.
Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz yang melekat
pada crus dextrum diaphragma.
Setengah bagian atas duodenum diperdarahi arteri pancreaticoduodenalis
superior (cabang arteri gastroduodenalis). Setengah bagian bawah diperdarahi oleh
arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang dari arteri mesenterica superior).
23
24. Gambar 10. Duodenum
6. Jejunum dan Ileum
Jejunum dimulai dari duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
ileocaecalis. Lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat
pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas yang dikenal sebagai mesenterium. Radix mesenterii ini
memungkinkan keluar masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterica superior,
pembuluh limf, serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum
yang membentuk mesenterium. Berikut perbedaan antara jejunum dan ileum:
Tabel 2. Perbedaan Jejenum dan
Ileum
24
25. Gambar 11. Perbedaan Jejenum dan Ileum
Jejunum dan ileum diperdarahi oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior.
Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteri dan berjalan di dalam
mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh ini beranastomosis satu dengan yang
lainnya untuk membentuk arcade. Bagian paling bawah ileum diperdarahi oleh arteri
ileocolica. Venae yang memperdarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang
vena mesenterica superior. Keduanya dipersarafi oleh saraf-saraf yang berasal dari
saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) plexus mesentericus superior.
7. Intestinum crassum
a. Caecum
Caecum terletak di perbatasan ileum dan intestinum crassum. Caecum terletak
pada fossa iliaca dextra. Arteri caecalis anterior dan posterior membentuk arteri
ileocolica (cabang arteri mesenterica superior) memperdarahi caecum. Caecum
dipersarafi oleh n. vagus yang membentuk plexus mesentericus superior.
b. Appendix vermiformis
Appendix vermiformis mengandung banyak jaringan limfoid. Appendix ini
melekat pada permukaan posteromedial caecum. Arteri caecalis posterior
memberikan cabangnya kepada arteri appendicularis yang memperdarahi appendix
vermiformis. Inervasinya dari cabang n. vagus dari plexus mesentericus superior.
c. Colon ascendens
Colon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior
lobus hepatis dexter lalu membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra dan
melanjutkan diri sebagai colon transversum. Colon ascendens mendapat suplai
darah dari arteri ileocolica dan arteri colica dextra (cabang-cabang arteri
mesenterica superior). Colon ini dipersarafi oleh n. vagus dari plexus mesentericus
superior.
d. Colon transversum
Colon ini berjalan menyilang abdomen, menempati regio umbicalis. Colon
transversum mulai dari flexura coli dextra dan tergantung ke bawah oleh
mesocolon transversum dari pancreas. Kemudian berjalan ke atas sampai flexura
coli sinistra di bawah lien. Dua pertiga bagian proksimal colon ini diperdarahi oleh
arteri colica media (cabang arteri mesenterica superior). Sepertiga distalnya
diperdarahi oleh arteri colica sinistra (cabang arteri mesenterica inferior). Colon
transversum dipersarafi oleh saraf simpatis dan nervus vagus melalui plexus
mesentericus superior pada bagian dua pertiga proksimal. Sedangkan sepertiga
distalnya oleh saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici melalui
plexus mesentericus inferior.
e. Colon descendens
Colon ini terletak di kuadran kiri atas dan bawah dan berjalan ke bawah dari
flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, disini ia melanjutkan diri sebagai colon
sigmoideum. Arteri colica sinistra dan arteriae sigmoideae yang merupakan cabang
arteri mesenterica inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan inervasinya dari
saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchinici pelvici melalui plexus
mesentericus inferior.
f. Colon sigmoideum
25
26. Colon ini terletak di depan apertura pelvis superior. Colon ini mudah bergerak dan
tergantung ke bawah masuk ke dalam cavitas pelvis dalam bentuk
lengkungan.arteri sigmoideae yang merupakan cabang dari arteri mesenterica
inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis dari
plexus hypogastricus inferior mempersarafi colon ini.
8. Rectum
Rectum berawal di depan vertebra sacralis III sebagai lanjutan colon sigmoideum dan
berjalan ke bawah mengikuti lengkung os sacrum dan coccygis serta berakhir di depan
ujung coccygis dengan menembus diafragma pelvis dan melanjutkan diri jadi canalis
analis. Bagian bawah rectum yang melebar membentuk ampulla recti. rectum di
vaskularisasi oleh a. Rectalis superior, a. Rectalis media, a. Rectalis inferior serta
dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus
inferior.
Organ accessorius
1. Hepar
Gambar 12. Hepar Aspek Anterior
26
27. Gambar 13. Hepar Aspek Posterior
Organ terbesar ini terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat di bawah
diafragma. Hepar dibagi menjadi menjadi lobus hepatis dexter dan lobus hepatis
sinister. Lobus hepatis dexter dibagi lagi menjadi lobus quadratus dan lobus caudatus
oleh adanya vesica biliaris, fissura ligamenti teretis, vena cava inferior, dan fissura
ligamenti venosi. Pada facies visceralisnya terdapat porta hepatis yang terletak di
antara lobus caudatus dan lobus quadratus.
Hepar divaskularisasi oleh arteri hepatica propia (cabang arteri truncus
coeliacus). Vena porta hepatis bercabang menjadi 2 cabang terminal yakni ramus
dexter dan sinister. Venae hepaticae muncul dari pars posterior hepatis dan bermuara
ke dalam vena cava inferior. Hepar diinervasi oleh saraf simpatis dan parasimpatis
yang membentuk plexus coeliacus. Truncus vagalis anterior mempercabangkan
banyak rami hepatici yang berjalan langsung ke hepar.
Hepar erat kaitannya dengan vesica biliaris. Empedu yang disekresikan oleh
sel-sel hepar akan disimpan dan di pekatkan di dalam vesica biliaris kemudian
dialirkan ke duodenum melalui ductus-ductus.
a. Ductus biliaris hepatis
Ductus ini terbagi menjadi ductus hepaticus dexter dan sinister. Keduanya
bergabung menjadi ductus hepaticus communis. Sedangkan ductus oada vesica
biliaris adalah ductus cysticus. Kedua ductus tersebut (ductus hepaticus communis
dan cysticus) akan bergabung membentuk ductus choledochus.
Gambar 14. Ductus yang bermuara pada Duodenum
2. Vesica biliaris
Vesica biliaris adalah sebuah kantong berbentuk buah pir yang terletak pada
permukaan bawah (facies visceralis) hepar. Vesica biliaris ini dibagi menjadi 3 bagian
utama:
a. Fundus vesicae biliaris, berbentuk bulat dan biasanya menonjol di bawah margo
inferior hepar, penonjolan ini merupakan tempat fundus bersentuhan dengan
dinding anterior abdomen (setinggi ujing kartilago costalis IX dextra).
b. Corpus vesicae biliaris, terletak dan berhubungan dengan facies visceralis hepar
dan arahnya ke atas, belakang dan kiri.
27
28. c. Collum vesicae biliaris melanjutkan diri sebagai ductus cysticus yang berbeluk ke
dalam omentum minus dan bergabung dengan siis kanan ductus hepaticus
communis membentuk ductus choledochus.
Vesica biliaris divaskularisasi oleh arteri cystica (cabang arteri hepatica dextra) dan
vena cystica yang mengalirkan darah langsung ke vena porta. Sedangkan inervasinya
oleh plexus coeliacus.
3. Pancreas
Gambar 15. Pankreas
Pancreas merupakan kelenjar eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin
menghasilkan sekret yang mengandung enzim-enzim. Bagian endokrinnya (pulau
Langerhans) menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Pancreas berbentuk
memanjang yang terletak pada epigastrium dan kuadran kiri atas. Strukturnya lunak,
berlobulus, dan terletak pada dinding posterior abdomen di balekang peritoneum.
Pancreas divaskularisasi oleh arteri lienalis serta arteri pancreaticoduodenalis superior
dan inferior; diinervasi oleh serabut simpatis dan parasimpatis n. vagus. Pancreas
dibagi menjadi beberapa bagian:
a. Caput pancreatis, berbentuk cakram dan terletak dalam bagian cekung duodenum.
b. Collum pancreatis, bagian pancreas yang mengecil yang terletak di depan pangkal
vena portae hepatis.
c. Corpus pancreatis, berjalan ke atas dan kiri menyilang garis tengah.
d. Cauda pancreatis, berjalan ke depan menuju ligamen lienorenale dan berhubungan
dengan hilum lienale.
4. Lien
Gambar 16. Lien
28
29. Lien merupakan sebuah massa limfoid terbesar di dalam tubuh. Lien berbentuk
lonjong dan memiliki incisura di extremitas anteriornya yang terletak tepat di bawah
pertengahan kiri diafragma, dekat dengan costae IX< XI, dan XI.
Vaskularisasi
Arteri lienalis adalah arteri yang besar dan merupakan cabang terbesar dari truncus
coeliacus. Arteri ini akan bercabang menjadi 6 pembuluh arteri yang masuk ke lien
melalui hilum lienale. Sedangkan, vena lienalis keluar dari hilum lienale dan berjalan
di belakang cauda dan corpus pancreatis kemudian bergabung dengan vena
mesenterica superior membentuk vena porta hepatis.
h. Bagaimana struktur histologi hepar?
Gambar 17. Histologi Hepar
Hepar terdiri dari unit-unit heksagonal yaitu lobulus hepaticus. Di bagian
tengah setiap lobulus terdapat sebuah vena sentralis yang dikelilingi secara radial oleh
lempeng sel hati (hepatosit) dan sinusoid ke arah perifer. Disini, jaringan ikat
membentuk canalis porta (spatium portale).
Semua nutrien dan cairan yang diserap di usus masuk ke hati melalui vena
porta hepatis, kecuali lemak yang diangkut oleh pembuluh limfe.produk yang
diabsorbsi mula-mula mengalir melalui kapiler-kapiler hati yaitu sinusoid. Sinusoid
adalah saluran darah yang lebar dan berliku dilapisi oleh lapisan tidak utuh dari
endotel fenestrated. Sinusoid dipisahkan dari hepatosit oleh spatium perisinusoideum
subendothelial. Akibatnya, zat makanan yang mengalir di dalam sinusoid memiliki
akses langsung melalui dinding endotel yang tidak utuh dengan hepatosit. Struktur dan
jalur sinusoid yang berliku di hati memungkinka pertukaran zat yang efisien antara
hepatosit dengan darah.
Selain itu, sinusoid hati juga mengandung makrofag yang disebut sebagai sel
Kupffer yang terletak disisi luminal sel endotel. Hepatosit mengeluarkan empedu ke
dalam saluran halus disebut kanalikulis biliaris yang terletak di antara hepatosit.
Kanalikulus menyatu di tepi lobulus hati di daerah porta sebagai duktus biliaris.
Duktus biliaris kemudian mengalir ke dalam duktus hepatikus yang lebih besar yang
embawa empedu keluar dari hati.
i. Struktur apa saja yang dapat dipalpasi pada regio abdomen?
29
30. Pada keadaan normal, viscera abdomen tidak bisa dipalpasi. Jika organ-organ
pada abdomen dapat dipalpasi, maka terdapat gangguan atau pembesaran pada organ
tersebut.
Struktur yang bisa dipalpasi di regio abdomen dan cara memalpasinya
Palpasi superficial berguna untuk mengidentifikasi adanya tahanan otot (muscular
resistance), nyeri tekan dinding abdomen, dan beberapa organ dan masa yang
superficial. Dengan tangan dan lengan dalam posisi horizontal, mempergunakan ujung
– ujung jari cobalah gerakan yang enteng dan gentle. Hindari gerakan yang tiba tiba
dan tidak diharapkan. Secara pelan gerakkan dan rasakan seluruh kwadran. Identifikasi
setiap organ atau massa, area yang nyeri tekan, atau tahanan otot yang meningkat
(spasme). Gunakanlah kedua telapak tangan, satu diatas yang lain pada tempat yang
susah dipalpasi. ( contoh, pada orang gemuk).
Palpasi dalam dibutuhkan untuk mencari massa dalam abdomen. Dengan
menggunakan permukaan palmaris dari jari-jari anda, lakukanlah palpasi diseluruh
kwadran untuk mengetahui adanya massa, lokasi, ukuran, bentuk, mobilitas terhadap
jaringan sekitarnya dan nyeri tekan.
1. Penilaian adanya iritasi peritoneum
Nyeri abdomen dan nyeri tekan abdomen, terutama bila disertai dengan spasme
otot dinding perut akan menyokong adanya inflamasi dari peritoneum parietal.
Tentukan lokasinya secara akurat dan tepat. Sebelum melakukan palpasi, suruh pasien
batuk dan menunjukkan dengan satu jari lokasi nyeri tersebut, kemudian palpasi
tempat tersebut secara jentel. Dan carilah adanya nyeri tekan lepas. Caranya dengan
menekankan jari-jari secara lambat pada dinding perut, kemudian tiba- tiba dilepaskan.
Bila waktu jari tangan dilepaskan menyebabkan nyeri yang tidak hanya nyeri tekan,
maka disebut nyeri lepas positif.
2. Palpasi Hepar / Hati
Letakkan tangan kiri anda dibawah dan dorong setinggi iga 11 dan 12 pada posisi
pasien tidur telentang. Suruh pasien relak. Dengan cara menekan tangan kiri kearah
depan maka hepar akan mudah diraba dengan tangan kanan dianterior. Letakkan
tangan kanan pada perut sebelah kanan, lateral dari muskulus rektus dengan ujung jari
dibawah dari batas pekak hepar. Posisikan jari-jari ke arah cranial atau obliq, tekanlah
ke bawah dan ke atas. Suruh pasien mengambil nafas dalam. Usahakan meraba hepar
pada ujung jari karena hepar akan bergerak ke caudal. Jika kamu telah merabanya,
lepaskan tekanan palpasi sehingga hepar dapat bergeser dibawah jari-jari anda dan
anda akan dapat meraba permukaan anterior dari hepar ( gambar 7). Pinggir hepar
normal teraba lunak, tajam, dan rata. Hitunglah pembesaran hepar dengan
menggunakan jari-jari pemeriksa:
• jarak antara arkus kostarum dengan pinggir hepar terbawah
• antara prosesus xyphoideus dengan pinggir hepar terbawah
Cara lain meraba hepar dengan metode “Teknik hooking” (gambar 7).
Caranya berdiri pada sebelah kanan pasien. Letakkan kedua tangan pada perut
sebelah kanan, dibawah dari pinggir pekak hepar. Tekankan dengan jari-jari mengarah
ke atas dan pinggir costa. Suruh pasien bernafas abdomen dalam, akan teraba hati.
3. Palpasi limpa
30
31. Dalam menentukan pembesaran limpa secara palpasi, teknik pemeriksaannya
tidak banyak berbeda dengan palpasi hati. Pada keadaan normal limpa tidak teraba.
Limpa membesar mulai dari lengkung iga kiri, melewati umbilikus sampai regio iliaka
kanan. Seperti halnya hati, limpa juga bergerak sesuai dengan gerakan pernapasan.
Palpasi dimulai dari regio iliaka kanan, melewati umbilikus di garis tengah abdomen,
menuju ke lengkung iga kiri. Pembesaran limpa diukur dengan menggunakan garis
Schuffner (disingkat dengan ’S’), yaitu garis yang dimulai dari titik lengkung iga kiri
menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke spina iliaka anterior superior (SIAS)
kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama yaitu S1 sampai dengan S8.
Palpasi limpa dapat dipermudah dengan cara memiringkan penderita 450 ke arah
kanan (ke arah pemeriksa). Setelah tepi bawah limpa teraba, kemudian dilakukan
deskripsi pembesarannya. Untuk meyakinkan bahwa yang teraba tersebut adalah
limpa, maka harus diusahakan meraba insisuranya.
Letakkan tangan kiri anda dibawah dari arkus kostarum kiri pasien, dorong dan
tekan kearah depan. Dengan tangan kanan dibawah pinggir costa, tekan kearah limpa.
Mulailah palpasi pada posisi limpa yang membesar. Suruh pasien nafas dalam
kemudian usahakan meraba puncak atau pinggir dari limpa karena limpa turun
mengenai ujung jari. Catatlah adanya nyeri tekan, nilai contour dari limpa dan ukur
jarak antara titik terendah dari limpa dengan pinggir costa kiri.
Gambar 18. Palpasi Hepar teknik mengkait ( Hooking technic )
31
32. Gambar 19. Gambar Palpasi limpa
Gambar 20. Pemeriksaan Bimanual Ginjal
4. Palpasi Ginjal
a. Ginjal kanan
Letakkan tangan kanan dibawah dan paralel dengan iga 12 dengan ujung jari menyentuh sudut
costovertebral. Angkat dan dorong ginjal kanan kearah anterior. Letakkan tangan kanan secara
gentle di kwadrant kanan atas sebelah lateral dan paralel dengan muskulus rektus. Suruh
pasien bernafas dalam. Saat pasien dipuncak inspirasi, tekan tangan kanan cepat dan dalam ke
kwadrant kanan atas dibawah pinggir arcus costarum dan ginjal kanan akan teraba diantara-
antara tangan.
32
33. Suruh pasien menahan nafas. Lepaskan tekanan tangan kanan secara pelan-pelan dan rasakan
bagaimana ginjal kanan kembali ke posisi semula dalam ekpirasi. Jika ginjal kanan teraba
tentukan ukuran, contour, dan adanya nyeri tekan.
b. Ginjal kiri
Untuk meraba ginjal kiri, pindahlah ke sebelah kiri pasien. Gunakan tangan kanan untuk
mendorong dan mengangkat dari bawah, kemudian gunakan tangan kiri menekan kwadrant
kiri atas. Lakukan seperti sebelumnya. Pada keadaan normal ginjal kiri jarang teraba.
c. Nyeri tekan ginjal
Nyeri tekan ginjal mungkin ditemui saat palpasi abdomen, tetapi juga dapat dilakukan pada
sudut costovertebrae. Kadang- kadang penekanan pada ujung jari pada tempat tersebut cukup
membuat nyeri, dan dapat pula ditinju dengan permukaan ulnar kepalan tangan kanan dengan
beralaskan volar tangan kiri ( fish percussion).
Gambar 21. Nyeri ketok ginjal
a. Proccessus xiphoideus
Proccessus xiphoideus mudah diraba pada lekukan dimana arcus costalis bertemu
dangan bagian atas dinding anterior abdomen.
b. Arcus costalis
Merupakan pinggir bawah dinding thorax yang melengkung dan dibentuk di depan
oleh cartilago costalis XII, VIII, IX, dan X.
c. Crista iliaca
Crista iliaca dapat diraba seluruh panjangnya dan berakhir di depan pada spina iliaca
anterior superior dan dibelakang pada spina iliaca posterior superior.
33
34. d. Symphysis pubicum
Symphysis pubicum dirasakan sebagai struktur padat di bawah kulit di garis tengah
pada bagian bawah dinding anterior abdomen.
e. Hepar
Pada orang dewasa yang kurus, pinggir bawah hepar mungkin teraba satu jari di
bawah arcus costalis. Hepar mudah diraba jika pasien inspirasi dalam dan diaphragma
berkontraksi dan menekan hepar kebawah.
f. Lien
Pada bayi, kutub bawah lien sedikit teraba
g. Ginjal
Kutub bawah ginjal mungkin teraba di regio lumbalis kanan pada akhir respirasi dalam
dari orang dengan otot-otot abdomen yang tidak berkembang dengan baik.
h. Colon ascendens dan descendens
Dapat dipalpasi melalui dinding anterior abdomen.
j. Bagaimana mekanisme perut membesar, splenomegali (schuffner 2), caput medussae,
shifting dullness, kaki yang membengkak, dan palmar eritema pada pasien sirosis hati?
a. Kondisi perut yang membesar pada penderita sirosis hati biasa dikenal dengan
sebutan asites. Asites merupakan penimbunan cairan di dalam peritoneum akibat
hipertensi portal, hipoalbuminea, meningkatnya pembentukan dan aliran limfe hati,
retensi natrium, dan gangguan ekskresi air. Tertimbunnya cairan ini merupakan
manifestasi dari kelebihan garam/natrium dan air secara total dalam tubuh. Ada
beberapa teori yang menerangkan patofisiologi asites transudasi, yaitu underfilling,
overfilling, dan peripheral vasodilatation. Di antara teori tersebut, dua di antaranya
masih dianggap tidak valid dikarenakan tidak ada penjelasan mendetail, tetapi teori
vasodilatasi perifer dianggap benar. Menurut teori ini, faktor pathogenesis
pembentukan asites yang amat penting adalah hipertensi porta yang disebut sebagai
factor lokal dan gangguan fungsi ginjal yang sering disebut factor sistemik yang
diakibatkan oleh vasokontriksi dan fibrotisasi sinusoid terjadi peningkatan resistansi
sistem porta. Peningkatan resistensi ini diimbangi vasodilatasi splanchnic bed
menyebabkan hipertensi porta menetap. Hipertensi porta kemudian akan
meningkatkan tekanan transudasi terutama di sinusoid dan selanjutnya di kapiler
usus. Transudat terkumpul di rongga peritoneum, vasodilator endogen yang dicurigai
berperan adalah glucagon, nitric oxide, calcitonic gene related peptide, endotelin,
prostaglandin, substansi A, factor natriuretik atrial, enkefalin, dan tumor necrosis
factor. Vasodilator endogen pada saatnya akan memengaruhi sirkulasi arterial
sistemik. Tubuh akan meningkatkan aktifitas system saraf simpatis, system rennin
34
35. angiotensin aldosteron, dan arginin vasopressin. Akibat selanjutnya adalah
peningkatan reabsorbsi air dan garam oleh ginjal dan peningkatan indeks jantung.
b. Splenomegali(schuffner 2), Pada sirosis hati, aliran darah pada vena porta mengalami
obstruksi, karena terjadi fibrosis hati. Keadaan seperti ini menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik vena porta dan vena splenik, sehingga menyebabkan pembesaran
limpa. Pembesaran limpa akibat sirosis hati disertai penebalan local pada kapsula.
Splenomegali pada sirosis dapat dijelaskan berdasarkan kongesti pasif kronis akibat
aliran balik dan tekanan darah yang lebih tinggi pada vena lienalis (hampir sama
pada penjelasan hipertensi portal). Tekanan balik inilah yang mendasari
splenomegali. Limpa membesar jika diminta untuk melakukan pekerjaan yang
berlebihan dalam menyaring atau manufaktur sel darah, jika ada aliran darah yang
abnormal, atau jika diserang dengan sel abnormal. Tekanan vena limpa /
penyumbatan: Darah memasuki limpa melalui arteri lienalis dan mengalir keluar
melalui vena lienalis. Jika tekanan di dalam vena meningkat atau jika vena lienalis
terblokir, darah tidak bisa meninggalkan limpa dan mungkin akan membengkak.
Karena hubungannya ke aliran darah hati, sirosis dan obstruksi vena portal dapat
menyebabkan komplikasi dengan aliran darah vena dari limpa.
c. Caput Medussae. Caput medussae juga bisa terjadi akibat hipertensi portae. Pada
sitem anastomosis vena sistemik dan porta, ditemukan anastomosis di dekat
umbilikus yang dikenal sebagai vena paraumbilicales. Peningkatan tekanan darah
pada ramus sinister vena portae hepatis, menyebabkan peningkatan tekanan darah
pada vena superfisialis pada dinding anterior abdomen yang keduanya saling
dihubungkan oleh vena paraumbilicales. Peningkatan tekanan darah yang terjadi
kronis, menyebabkan pelebaran pembuluh darah pada veba superfisialis pada dinding
abdomen anterior di sekitar umbilicus yang dikenal sebaai caput medussae.
d. Shifting dullness mendeskripsikan suara pekak yang berpindah-pindah saat perkusi
akibat adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen. Cairan tersebut disebut asites
yang disebabkan oleh hipertensi portal dan/atau hipoalbuminea.
e. Kaki membengkak (Edema tungkai)
Akibat dari sirosis hati yang cukup parah, sinyal dikirim ke ginjal untuk menahan
garam dan air dalam tubuh. Kelebihan garam dan air terakumulasi dalam jaringan di
bawah kulit pergelangan kaki karena efek gravitasi ketika kaki berdiri atau duduk.
Akumulasi cairan ini disebut edema.
35
36. f. Palmar Eritema, Thenar dan hipothenar telapak tangan berwarna merah karena
perubahan metabolism hormone estrogen. Oleh karena dapat dijumpai pada wanita
hamil, hipertiroidisme, dan keganasan hematologi, maka tanda ini dianggap kurang
spesifik.
4. Dokter menyatakan bahwa Tn. Budi menderita cirrhosis hepatis.
a. Bagaimana fisiologi hepar?
Hati/ hepar adalah organ terbesar dalam tubuh, unit fungsional hati adalah lobules hati
dimana hati manusia mengandung 50.000-100.000 lobulus. Lobules ini terbentuk
mengelilingi sebuah vena sentralis dan dibentuk oleh banyak lempeng sel. Hati
memiliki berbagai fungsi, yang pertama yaitu sebagai penyimpanan darah. Sejumlah
besar darah dapat disimpan di dalam pembuluh darah hati. Volume darah normal pada
hati, baik di vena ataupun jaringannya sekitar 450 ml. Bila tekanan tinggi di dalam
atrium kanan menyebabkan tekanan balik dalam hati, hati meluas dan oleh karena itu
0,5 sampai 1 liter cadangan darah terkadang disimpan di dalam vena dan sinus
hepatica. Bisa kita simpulkan bahwa hati adalah organ terbesar yang mampu bekerja
sebagai tempat penampungan darah di saat volume darah berlebih dan mampu bekerja
ekstra menyuplai darah di saat kekurangan volume darah.
Fungsi berikutnya dari hati yaitu metabolisme, yaitu karbohidrat, protein, dan
lemak. Mekanisme dari metabolism karbohidrat yaitu penyimpanan glikogen
memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya, dan
mengembalikannya lagi ke darah bila darah membutuhkan glukosa di saat konsentrasi
glukosa di darah menurun. Kemudian pada metabolisme lemak, hati juga mampu
memberikan fungsi oksidasi asam lemak untuk menyuplai energy di mana lemak akan
dipecah menjadi gliserol kemudian bekerja dengan pengaruh asetil-KoA. Fungsi yang
lain yaitu sintesis, sekitar 80 % kolesterol yang disintesis dalam hati diubah menjadi
garam empedu yang akan disekresikan lagi ke empedu. Sisa dari hasil tersebut akan
diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh.
Begitupun dengan fosfolipid yang disintesis oleh hati sama halnya seperti kolesterol.
Metabolisme selanjutnya yaitu protein yang pada dasarnya semua protein plasma
kecuali bagian dari gammaglobulin akan dibentuk oleh sel hati yang kira-kira bias
menghasilkan 90% dari semua protein plasma. Sisa gamma globulin adalah antibody
yang dibentuk terutama oleh sel plasma dalam jaringan limfe tubuh. Fungsi hati yang
lain yaitu untuk deaminasi asam amino dan pembentukan ureum untuk mengeluarkan
ammonia dari cairan tubuh.
Fungsi hati yang juga penting adalah sekresi empedu, yang berhubungan
dengan system digestif. Empedu penting untuk absorbs lemak dan mengeluarkan
beberapa produk buangan yang penting dari darah, meliputi bilirubin, suatu produk
akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol. Empedu disekresikan
melalui dua tahap, yaitu bagian awal disekresikan oleh sel hepatocyte yang kemudian
disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris kecil yang letaknya di antara sel-sel hati.
Tahap kedua adalah empedu dari kanalikuli mengalir menuju septa interlobularis ke
duktus biliaris termina kemudian secara progresif ke duktus yang lebih besar yang
36
37. pada akhirnya mencapai duktus hepatikus dan duktus biliaris komunis. Selain semua
fungsi diatas, hati juga memiliki fungsi lain seperti penimbunan vitamin, besi, dan
tembaga serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen.
b. Bagaimana patofisiologi cirrhosis hepatis?
Hati/ hepar adalah organ terbesar dalam tubuh, unit fungsional hati adalah
lobules hati dimana hati manusia mengandung 50.000-100.000 lobulus. Lobules ini
terbentuk mengelilingi sebuah vena sentralis dan dibentuk oleh banyak lempeng sel.
Hati memiliki berbagai fungsi, yang pertama yaitu sebagai penyimpanan darah.
Sejumlah besar darah dapat disimpan di dalam pembuluh darah hati. Volume darah
normal pada hati, baik di vena ataupun jaringannya sekitar 450 ml. Bila tekanan tinggi
di dalam atrium kanan menyebabkan tekanan balik dalam hati, hati meluas dan oleh
karena itu 0,5 sampai 1 liter cadangan darah terkadang disimpan di dalam vena dan
sinus hepatica. Bisa kita simpulkan bahwa hati adalah organ terbesar yang mampu
bekerja sebagai tempat penampungan darah di saat volume darah berlebih dan mampu
bekerja ekstra menyuplai darah di saat kekurangan volume darah.
Fungsi berikutnya dari hati yaitu metabolisme, yaitu karbohidrat, protein, dan
lemak. Mekanisme dari metabolism karbohidrat yaitu penyimpanan glikogen
memungkinkan hati mengambil kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya, dan
mengembalikannya lagi ke darah bila darah membutuhkan glukosa di saat konsentrasi
glukosa di darah menurun. Kemudian pada metabolisme lemak, hati juga mampu
memberikan fungsi oksidasi asam lemak untuk menyuplai energy di mana lemak akan
dipecah menjadi gliserol kemudian bekerja dengan pengaruh asetil-KoA. Fungsi yang
lain yaitu sintesis, sekitar 80 % kolesterol yang disintesis dalam hati diubah menjadi
garam empedu yang akan disekresikan lagi ke empedu. Sisa dari hasil tersebut akan
diangkut dalam lipoprotein dan dibawa oleh darah ke semua sel jaringan tubuh.
Begitupun dengan fosfolipid yang disintesis oleh hati sama halnya seperti kolesterol.
Metabolisme selanjutnya yaitu protein yang pada dasarnya semua protein plasma
kecuali bagian dari gammaglobulin akan dibentuk oleh sel hati yang kira-kira bias
menghasilkan 90% dari semua protein plasma. Sisa gamma globulin adalah antibody
yang dibentuk terutama oleh sel plasma dalam jaringan limfe tubuh. Fungsi hati yang
lain yaitu untuk deaminasi asam amino dan pembentukan ureum untuk mengeluarkan
ammonia dari cairan tubuh.
Fungsi hati yang juga penting adalah sekresi empedu, yang berhubungan
dengan system digestif. Empedu penting untuk absorbs lemak dan mengeluarkan
beberapa produk buangan yang penting dari darah, meliputi bilirubin, suatu produk
akhir dari penghancuran hemoglobin, dan kelebihan kolesterol. Empedu disekresikan
melalui dua tahap, yaitu bagian awal disekresikan oleh sel hepatocyte yang kemudian
disekresikan ke dalam kanalikuli biliaris kecil yang letaknya di antara sel-sel hati.
Tahap kedua adalah empedu dari kanalikuli mengalir menuju septa interlobularis ke
duktus biliaris termina kemudian secara progresif ke duktus yang lebih besar yang
pada akhirnya mencapai duktus hepatikus dan duktus biliaris komunis. Selain semua
fungsi diatas, hati juga memiliki fungsi lain seperti penimbunan vitamin, besi, dan
tembaga serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen.
6B. Bagaimana patofisiologi cirrhosis hepatis?
37
38. Berdasarkan skenario A tuan Budi, jenis sirosis yang diderita adalah Laennec
Cirrhosis/Sirosis Laennec, dilihat dari riwayat kebiasaan Budi yang mengkonsumsi
alcohol. Perubahan pertama pada hati yang ditmbulkan alcohol adalah akumulasi
lemak secara bertahap di dalam sel hati (infiltrasi lemak). Para ahli setuju bahwa
minuman beralkohol menimbulkan efek toksik langsung terhadap hati. Akumulasi
lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolic yang mencakup
pembentukan trigliserida secara berlebih pada tubuh, menurunnya jumlah pengeluaran
trigliserid dari hati, serta menurunnya oksidasi asam lemak pada hati. Secara
makroskopis hati membesar, rapuh, tampak berlemak, dan mengalami gangguan
fungsional akibat dari akumulasi lemak tersebut. Selain itu, pasien juga dapat
mengalami malnutrisi termasuk vitamin A, asam folat, dan sebagainya.
Sebenarnya mekanisme cedera hati alkoholik ini masih belum
pasti,diperkirakan mekanisme yang terjadi adalah :
1. Hipoksia sentrilobular, metabolism asetaldehid etanol meningkatkan konsumsi
oksigen lobular, menyebabkan terjadi hipoksemia relative dan cedera pada sel
yang jauh dari aliran darah yang teroksigenasi.
2. Infiltrasi/ aktivitas neutrofil, terjadi pelepasan chemoattractans neutrofil oleh
hepatosit yang memetabolisme etanol, cedera jaringan dapat terjadi dari neutrofil
dan hepatosit yang melepaskan intermediet oksigen reaktif, protease, dan sitokin.
3. Formasi acetal-dehyde protein adducts mengambil peran sebagai neoantigen dan
menghasilkan limfosit yang tersensitiasi juga antibody spesifik yang menyerang
hepatosit pembawa antigen tersebut.
4. Pembentukan radikal bebas oleh jalur alternative metabolisme etanol atau bias
disebut system yang mengoksidasi enzim mikrosomal.
38
39. VI. Keterkaitan Antarmasalah
VII. Learning Issue
What I What I have How I
No LI What I don’t know
know to prove Learn
1. Struktur Organ- 1. Struktur Anatomi Hepar Internet,
Anatomi organ 2. Struktur Anatomi Traktus jurnal, text
Traktus traktus Digestivus book, pakar
Digestivus digestivus 3. Struktur Anatomi
dan dan Kelenjar Aksesorius Selain
Kelenjar kelenjar Hepar
Aksesorius aksesorius
2 Struktur 1. Struktur Histologi Hepar
Histologi 2. Struktur Histologi Umum
Traktus Traktus Digestivus
Digestivus 3. Struktur Histologi
dan Kelenjar Aksesorius Selain
39
40. Kelenjar Hepar
Aksesorius
3 Cirrhosis 1. Patologi Cirrhosis Hepatis 1. Gejala klinis
Hepatis 2. Patohistologi Cirrhosis cirrhosis
Hepatis hepatis
3. Patofisiologi Cirrhosis 2. Hubungan
Hepatis riwayat
penyakit
hepatitis B
terhadap
cirrhosis
hepatis
VIII. Sintesis Masalah
1. Anatomi dan Histologi Traktus Digestivus dan Kelenjar Aksesorius
Traktus Digestivus
Traktus digestivus terdiri dari:
Cavum Oris
Merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan dan juga sistem pernafasan.
Cavum oris dibatasi oleh m. Mylohyoideus pada bagian inferior, palatum durum dan
palatum molle pada bagian superior, pipi pada lateral, dan labium oris pada anterior.
Cavum oris dibagi dalam vestibulum oris (bagian antara bibir dan pipi di sebelah luar
dengan gusi dan gigi geligi di sebelah dalam) dan cavitas oris propria yang terletak di
dalam arcus alveolaris, gusi, dan gigi-geligi (incivus medial, incivus lateral, caninus,
premolar pertama, premolar kedua, molar pertama, dan molar kedua). Selain itu, di
bagian dasar dari cavum oris terdapat lidah yang ditutupi oleh membran mukosa
dimana 2/3 bagian anteriornya terletak di dalam mulut dan 1/3 bagian posteriornya
terletak di pharynx. Pada permukaan atas 2/3 bagian anterior lidah terdapat 3 jenis
papilla yakni filiformis, fungiformis, dan circumvalata.
Bagian atap cavum oris dipersarafi oleh n. palatina major dan n. nasopalatinus
yang serabut serabut sarafnya berjalan di dalam n. maxillaris. Bagian dasar di persarafi
oleh n. lingualis yang merupakan cabang dari n. mandibularis. Sedangkan bagian
lateral (pipi) di persarafi oleh n. buccalis yang merupakan cabang dari n. mandibularis.
Vaskularisasi cavum oris
Vaskularisasi gigi
40
41. Arteri alveolaris superior dan arteri alveolaris inferior yang merupakan
cabang arteri maxillaries. Vena yang sesuai dengan nama arteri mengikuti peredaran
arteri tersebut
Vaskularisasi palatum
Arteria palatina major yang merupakan cabang arteria palatina descendens.
Arteria palatina minor mengadakan anastomosis dengan arteri palatina ascendens.
Vena pada palatum di beri nama sesuai nama arteri dan mengiringi cabang-cabang
arteri maxillaries anak cabang plexus pterygoideus.
Vaskularisasi Lingua
Lidah mendapat darah dari a. Lingualis, ramus tonsilaris a. Facialis, dan a. Pharyngea
ascendens. Sedangkan vena-venanya bermuara ke dalam v. Jugularis interna
Pharynx
Pharynx terletak di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Bentuknya mirip
corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian
bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai oesophagus. Secara garis besar, pharynx
dibagi menjadi 3 bagian yakni nasopharynx, oropharynx, dan laryngopharynx.
Vaskularisasi pharynx berasal dari cabang-cabang a. Pharyngea ascendens, a.
Palatina ascendens, a. Facialis, a. Maxillaris, dan a. Lingualis. Venanya bermuara ke
plexus venosus pharyngeus yang kemudian bermuara ke v. Jugularis interna.
Inervasi pharynx berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-
cabang n. glossopharyngeus, n. vagus, dan n. symphaticus. Persarafan pharynx ini
dibagi menjadi 2 yakni persarafan motorik yang berasal dari pars cranialis n.
acessorius yang berjalan melalui cabang n. vagus menuju plexus pharyngeus dan
persarafan sensorik yang berasal dari n. maxillaris (nasopharynx), n. glossopharyngeus
(oropharynx) dan n. ramus laryngeus internus n. vagus (laryngopharynx).
Oesophagus
Oesophagus merupakan struktur berbentuk tabung yang berjalan melalui
diafragma setinggi vertebra thoracica X untuk bersatu dengan gaster. Di dalam leher,
oesophagus terletak di depan columna vertebralis; di lateral dibatasi oleh lobus
glandula thyroidea; di anterior berhubungan dengan trachea dan nervus laryngeus
recurrens. Di dalam thorax, oesophagus berjalan ke bawah dan kiri melalui
mediastinum superior dan kemudian mediastinum posterior. Pada setinggi angulus
sterni, arcus aorta mendorong oesophagus ke arah garis tengah. Pada bagian distal
oesophagus terdapat sphincter gastrooesophagea yang merupakan lapisan sirkular otot
41
42. polos yang berperan untuk mencegah isi lambung mengalami regurgitasi ke dalam
oesophagus.
Sepertiga atas oesophagus diperdarahi oleh arteria thyroidea inferior, sepertiga
tengahnya oleh cabang aorta thoracica, sepertiga bawahnya oleh cabang arteria
gastrica sinistra. Vena-vena dari sepertiga bagian atas mengalir ke vena thyroidea
inferior dan sepertiga bagian tengah ke vena azygos, dan sepertiga bagian bawah ke
vena gastrica sinistra (cabang vena porta).
Oesophagus dipersarafi oleh serabut eferen dan aferen parasimpatis dan
simpatis melalui nervus vagus dan truncus symphaticus. Pada bagian bawah dalam
perjalanannya di rongga thorax oesophagus dikelilingi oleh plexus oesophagus.
Gaster
Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah
arcus costalis sinistra sampai regio epigastrica dan umbicalis. Secara kasar, gaster
berbentuk huruf J dan mempunyai dua lubang (ostium cardiacum dan ostium
pyloricum); dua curvatura (curvatura major dan curvatura minor); dua dinding (paries
anterior dan paries posterior). Gaster dibagi menjadi bagian-bagian berikut yakni:
a. Fundus gastricum, berbentuk kubah, menonjol ke atas dan terletak di sebalh kiri
ostium cardiacum dan biasanya berisi udara.
b. Corpus gastricum, terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis,
suatu lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvatura minor.
c. Anthrum pyloricum, terbentang dari incisura angularis sampai pylorus.
d. Pylorus, bagian gaster yang berbentuk tubular.
Vaskularisasi gaster berasal dari cabang truncus coeliacus:
a. Arteri gastrica sinistra, berjalan ke atas dan ke kiri untuk mencapai oesophagus
kemudian turun sepanjang curvatura minor gaster. Arteri ini memperdarahi
sepertiga bawah oesophagus dan bagian kanan gaster.
b. Arteri gastrica dextra, cabang dari a. Hepatica communis. Arteri ini berjalan ke
kiri sepanjang curvatura minor. Arteri ini mendarahi bagian kana bawah gaster.
c. Arteri gastricae breves, berasal dari a. Lienalis. Arteri ini berjalan ke depan di
dalam ligamentum gastrosplenicum untuk mendarahi fundus.
d. Arteri gastroomentalis sinistra, berasal dari a. Splenica. Arteri ini berjalan ke
depan di dalam ligamentum gastrolienale untuk mendarahi gaster sepanjang
bagian atas curvatura major.
42
43. e. Arteri gastroomentalis dextra, berasal dari arteria gastroduodenalis yang
merupakan cabang arteri hepatica communis. Arteri ini berjalan ke kiri dan
mendarahi gaster sepanjang bagian bawah curvatura major.
f. Vena gastrica sinistra dan dextra bermuara ke vena partae hepatis
g. Venae gastricae breves dan vena gastroomentalis sinistra bermuara ke vena
lienalis.
h. Vena gastroomentalis dextra bermuara ke vena mesenterica superior.
Inervasi simpatis gaster berasal dari plexus coeliacus dan parasimpatisnya
berasal dari serabut-serbaut nervus vagus dextra dan sinistra. Truncus vagalis
anterior yang berasal dari nervus vagus sinistra, memasuki abdomen pada
permukaan anterior oesophagus. Truncus ini mempersarafi bagian anterior gaster.
Truncus vagalis posterior berasal dari nervus vagus dextra memasuki abdomen
pada permukaan posterior oesophagus. Serabut motoris dari sistem simpatis da
serabut inhibitor dari nervus vagus mempersarafi m. Sphincter pyloricus.
Duodenum
Duodenum merupakan saluran berbentuk huruf C yang menghubungkan gaster
dengan jejunum. Duodenum adalah organ penting karena merupakan tempat muara
dari ductus choledochus dan ductus pancreaticus. Duodenum dibagi menjadi 4 bagian
utama yakni:
Pars superior duodenum
Pars superior duodenum ini berjalan mulai dari pylorus terus ke atas dan belakang
pada sisi kanan vertebra lumbalis I. Jadi bagian ini terletak pada planum
transpyloricum.
Pars descendens duodenum
Pars descendens berjalan vertikal ke bawah di depan hilum renale dextra, disebelah
kanan vertebrae lumbales II dan III. Kira-kira pertengahan arah ke bawah pada
margo medialis, ductus choledochus dan ductus pancreaticus menembus dinding
duodenum. Kedua ductus ini bergabung membentuk ampula hepatopancreatica
yang akan bermuara pada papilla duodeni major. Sedangkan ductus pancreaticus
acessorius akan bermuara ke dalam duodenum sedikit lebih tinggi yakni pada
papilla duodeni minor.
Pars horizontalis duodenum
Pars horizontalis ini berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostale, berjalan di
depan columna vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatis.
Pars ascendens duodenum
43
44. Pars ascendens duodenum ini berjalan ke atas dan ke kiri flexura duodenojejunalis.
Flexura ini difiksasi oleh lipatan peritoneum, ligamentum Treitz yang melekat
pada crus dextrum diaphragma.
Setengah bagian atas duodenum diperdarahi arteri pancreaticoduodenalis
superior (cabang arteri gastroduodenalis). Setengah bagian bawah diperdarahi oleh
arteri pancreaticoduodenalis inferior (cabang dari arteri mesenterica superior).
Jejunum dan Ileum
Jejunum dimulai dari duodenojejunalis dan ileum berakhir pada junctura
ileocaecalis. Lengkung jejunum dan ileum dapat bergerak dengan bebas dan melekat
pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan lipatan peritoneum yang
berbentuk kipas yang dikenal sebagai mesenterium. Radix mesenterii ini
memungkinkan keluar masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesenterica superior,
pembuluh limf, serta saraf-saraf ke dalam ruangan di antara kedua lapisan peritoneum
yang membentuk mesenterium. Berikut perbedaan antara jejunum dan ileum:
44
45. Tabel 3. Perbedaan Jejenum dan Ileum
Jejunum dan ileum diperdarahi oleh cabang-cabang arteri mesenterica superior.
Cabang-cabang intestinal berasal dari sisi kiri arteri dan berjalan di dalam
mesenterium untuk mencapai usus. Pembuluh ini beranastomosis satu dengan yang
lainnya untuk membentuk arcade. Bagian paling bawah ileum diperdarahi oleh arteri
ileocolica. Venae yang memperdarahi jejunum dan ileum berasal dari cabang-cabang
vena mesenterica superior. Keduanya dipersarafi oleh saraf-saraf yang berasal dari
saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) plexus mesentericus superior.
4. Intestinum crassum
Caecum
Caecum terletak di perbatasan ileum dan intestinum crassum. Caecum terletak
pada fossa iliaca dextra. Arteri caecalis anterior dan posterior membentuk arteri
ileocolica (cabang arteri mesenterica superior) memperdarahi caecum. Caecum
dipersarafi oleh n. vagus yang membentuk plexus mesentericus superior.
Appendix vermiformis
Appendix vermiformis mengandung banyak jaringan limfoid. Appendix ini
melekat pada permukaan posteromedial caecum. Arteri caecalis posterior
memberikan cabangnya kepada arteri appendicularis yang memperdarahi appendix
vermiformis. Inervasinya dari cabang n. vagus dari plexus mesentericus superior.
Colon ascendens
Colon ascendens membentang ke atas dari caecum sampai permukaan inferior
lobus hepatis dexter lalu membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra dan
melanjutkan diri sebagai colon transversum. Colon ascendens mendapat suplai
darah dari arteri ileocolica dan arteri colica dextra (cabang-cabang arteri
mesenterica superior). Colon ini dipersarafi oleh n. vagus dari plexus mesentericus
superior.
45
46. Colon transversum
Colon ini berjalan menyilang abdomen, menempati regio umbicalis. Colon
transversum mulai dari flexura coli dextra dan tergantung ke bawah oleh
mesocolon transversum dari pancreas. Kemudian berjalan ke atas sampai flexura
coli sinistra di bawah lien. Dua pertiga bagian proksimal colon ini diperdarahi oleh
arteri colica media (cabang arteri mesenterica superior). Sepertiga distalnya
diperdarahi oleh arteri colica sinistra (cabang arteri mesenterica inferior). Colon
transversum dipersarafi oleh saraf simpatis dan nervus vagus melalui plexus
mesentericus superior pada bagian dua pertiga proksimal. Sedangkan sepertiga
distalnya oleh saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici melalui
plexus mesentericus inferior.
Colon descendens
Colon ini terletak di kuadran kiri atas dan bawah dan berjalan ke bawah dari
flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis, disini ia melanjutkan diri sebagai colon
sigmoideum. Arteri colica sinistra dan arteriae sigmoideae yang merupakan cabang
arteri mesenterica inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan inervasinya dari
saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchinici pelvici melalui plexus
mesentericus inferior.
Colon sigmoideum
Colon ini terletak di depan apertura pelvis superior. Colon ini mudah bergerak dan
tergantung ke bawah masuk ke dalam cavitas pelvis dalam bentuk
lengkungan.arteri sigmoideae yang merupakan cabang dari arteri mesenterica
inferior memperdarahi colon ini. Sedangkan saraf simpatis dan parasimpatis dari
plexus hypogastricus inferior mempersarafi colon ini.
5. Rectum
Rectum berawal di depan vertebra sacralis III sebagai lanjutan colon sigmoideum dan
berjalan ke bawah mengikuti lengkung os sacrum dan coccygis serta berakhir di depan
ujung coccygis dengan menembus diafragma pelvis dan melanjutkan diri jadi canalis
analis. Bagian bawah rectum yang melebar membentuk ampulla recti. rectum di
vaskularisasi oleh a. Rectalis superior, a. Rectalis media, a. Rectalis inferior serta
dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus
inferior.
Anastomosis Portal – Sistemik Vena Portae Hepatis
Dalam keadaan normal, darah di dalam vena portae hepatis melewati hati dan masuk ke vena
cava inferior, yang merupakan sirkulasi vena sistemik melalui venae hepaticae. Rute ini
46