SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 43
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI

Kelas B semester 2
Disusun oleh kelompok F:
1. Said

(130012072)

2. Silvianita Fitri Anggraini (130012073)
3. Siti Aminah Hidayat

(130012074)

4. Siti Habibah

(130012075)

5. Siti Nurjanah Siska L.

(130012076)

Prodi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya
Surabaya
2013
KATAPENGANTAR

Alhamdulillahhirobbilallamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami kelompok F, dapat menyelesaikan dokumentasi
keperawatan yang berjudul “Dokumentasi Asuhan Keperawatan Infeksi ” dengan
baik dan lancar.
Penyusun menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Yanis Kartini, SKM, M. Kep, selaku pebimbing “ILMU
KEPERAWATA DASAR III” Tahun 2012-2013
2. Ibu Wesiana Heris Santy, S.Kep.Ns.M. Kep, selaku Pembimbing
Akademik S1 Keperawatan kelas “B” Tahun 2012-2013
3. Bpk Thomas Sumarsono S.Si,MSi. selaku Pembimbing Akademik S1
Keperawatan kelas “B”Tahun 2012-2013
Akhirnya dengan kelapangan dada penyusun menerima segala kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam bidang pendidikan.

Surabaya, 15 April 2013

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1
1.3 Tujuan .............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................3
2.1 Definisi Infeksi ...............................................................................................3
2.2 Rantai Infeksi..................................................................................................3
2.2.1 Agens Infeksius .......................................................................................3
2.2.2 Pengertian dari Elemen-elemen Rantai Infeksi .......................................5
2.3 Proses Infeksi................................................................................................10
2.4 Jenis Infeksi .................................................................................................11
2.5 Pertahanan Tubuh Terhadap Infeksi .............................................................11
2.5.1 Flora Normal ..........................................................................................12
2.5.2 Sistem Pertahanan Tubuh ......................................................................12
2.5.3 Inflamasi ................................................................................................13
2.5.4 Respons Imun ........................................................................................15
2.7 Infeksi Nosokomial ......................................................................................17
BAB III APLIKASI TEORI (KASUS) ..................................................................19
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................20
3.1 Pengkajian ....................................................................................................20
3.1.1 Keluhan Utama ......................................................................................20
3.1.2 Riwayat Kesehatan ................................................................................21
3.1.3 Pemeriksaan Fisik ..................................................................................21
3.1.4 Keadaan Umum .....................................................................................23
3.1.5 Psiko, Sosio, Budaya dan Spiritual ........................................................24
3.1.6 Pemeriksaan penunjang .........................................................................24
3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................................................24
3.3 Perencanaan ..................................................................................................27
3.4 Implementasi ................................................................................................30
3.5 Evaluasi ........................................................................................................34
BAB V PENUTUP .................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................37
LEMBARAN FOTO ..............................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Insidensi infeksi merupakan pola yang selalu berubah sehingga menjadi
salah satu alasan mengapa studi tentang penyakit infeksi sangat menarik.
Walaupun beberapa penyakit telah dapat dikendalikan dengan sanitasi yang
lebih baik, higiene personal, vaksi, dan obat-obatan. Namun beberapa
penyakit baru mulai muncul dan penyakit-penyakit lain baru diketahui
memiliki dasar infeksi. Di negara berkembang yang miskin sumber daya,
penyakit infeksi terus menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang
signifikan.
Pada dekade terakhir (sampai dengan tahun 2003), lima faktor global telah
muncul sebagai kekuatan yang dapat menyebabkan perubahan lebih lanjut:
1. Perubahan iklim dan pemanasan global yang secara spesifik dapat
memperluas cakupan geografis infeksi seperti malaria.
2. Peningkatan populasi yang disertai degradasi lingkungan dapat
menyebabkan kurangnya persediaan makan dan minuman yang aman.
3. Meningkatnya perpindahan penduduk ke kota di negara berkembang
dan negara maju dengan alasan keamanan atau ekonomi dan sosial
dapat menyebabkan peningkatan penyakit seperti tuberkulosis.
4. Xenotransplantasi dan modifikasi genetik, secara teoretis, dapat
menghasilkan patogen baru pada manusia, walaupun telah ditetapkan
panduan keamanan untuk mencegahnya.
5. Bioterorisme dan pelepasan agen biologis yang disengaja mungkin
dapat dilakukan untuk memeras uang.
Berdasarkan masalah di atas, maka dari itu makalah ini akan membahas
tentang infeksi dengan judul “Dokumentasi Asuhan Keperawatan Infeksi”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi infeksi?
2. Bagaimana rantai infeksi?
3. Bagaimana terjadinya proses infeksi?
4. Bagaimana jenis infeksi?
5. Bagaimana pertahanan tubuh terhadap infeksi?
6. Bagaimana infeksi nosokomial?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi infeksi.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami rantai infeksi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses infeksi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami jenis infeksi.
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pertahanan tubuh terhadap
infeksi.
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami infeksi nosokomial.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Infeksi
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit. Jika mikroorganisme gagal menyebabkan cedera
yang serius terhadap sel atau jaringan, infeksi disebut asimptomatik. Penyakit
timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan
normal. Jika penyakit infeksi dapat ditularkan langsung dari satu orang ke
orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagious.
2.2 Rantai Infeksi
Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi. Perkembangan
infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen-elemen berikut:
1. Agens infeksius atau pertumbuhan patogen.
2. Tempat atau sumber pertumbuhan patogen.
3. Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut.
4. Cara penularan.
5. Portal masuk ke pejamu.
6. Pejamu yang rentan.
Infeksi akan terjadi jika rantai ini tetap berhubungan (gambar 34-1).
Perawat menggunakan kewaspadaan dan pengendalian infeksi untuk
memutuskan rantai tersebut terjadi.
2.2.1 Agens infeksius
Mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur, dan protozoa
(tabel 34-1). Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora residen
atau transien. Organisme transien normalnya ada dan jumlahnya stabil.
Orgtanisme tersebut bertahan hidup dan berbiak di kulit. Kebanyakan
ditemukan pada lapisan kulit superfisial, namun 10% sampai 20%
mendiasmi lapisan epidermal dalam (garner dan favero, 1986).
Organisme residen tidak dengan mudah dapat dihilangakan melalui
mencuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan
dilakukan secara seksama. Mikroorganisme pada lapisan kulit dalam
biasanya dibunuh hanya dengan mencuci memakai produk yang
mengandung bahan anti mikroba.
Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak
dengan orang atau objek lain dalam aktivitas atau kehidupan normal.
Mislanya, bila perawat menyentuh bedpan atau balutan terkontaminasi,
bakteri transien menempel pada kulit perawat. Organisme melekat tidak
erat pada kulit yang kotor atau berminyak ataupun di bawah kuku jari.
Organisme ini siap untuk ditularkan kecuali bila dihilangkan dengan
mencuci tangan (larson 1995)
Kemungkinan

bagi

mikroorganisme

atau

parasit

untuk

menyebabkan penyakit bergantung pada faktor-faktor berikut :
1. Organisme dalam jumlah yang cukup.
2. Virulensi, atau kemampuan untuk menyebabkan sakit.
3. Kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam pejamu.
4. Pejamu yang rentan.
Agena infeksius

Pejamu

Reservoar

Portal keluar

Portal masuk

Cara menular
Gambar 34-1. Rantai Infeksi.
Banyak mikroorganisme residen kulit tidak virulen dan hanya
menyebabkan infeksi kulit minor. Namun, mikroorganisme tersebut
dapat mengakibatkan infeksi serius bila perbedaan atau prosedur invasif
lainnya memungkinkan mereka untuk masuk ke jaringan dalam atau
bila klien dalam kondisi sangat menurun imunitasnya (kerusakan sistem
imun).
2.2.2 Pengertian dari Elemen-elemen Rantai Infeksi
1. Reservoar
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi
dapat atau tidak dapat berkembang biak; pseudomonas- bertahan
hidup dan berkembang biak dalam reservoar nebuliser yang
digunakan dalam perawatan klien dengan gangguan pernapasan.
Reservoar yang paling umum adalah tubuh manusia. Berbagai
mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh, cairan
dan keluaran. Adanya mikroorganisme tidak selalu menyebabkan
seseorang menjadi sakit. Carier (penular) adalah manusia atau
binatang yang tidak menunjukkan gejala penyakit tetapi ada patogen
dalam tubuh mereka yang dapat ditularkan ke orang lain. Misalnya,
seseorang dapat menjadi karier virus hepatitis B tanpa ada tanda dan
ada gejala infeksi. Binatang , makanan, air, insekta, dan benda mati
dapat juga menjadi reservoar bagi mikroorganisme infeksius. Karena
dapat

terkontaminasi

dengan

vibriocholerae,

bakteri

yang

menyebabkan kolera. Clostridium botulinum toksin bertahan hidup
dalam makanan yang di proses dengan tidak baik (mis. Kacang hijau
kaleng)

yang

menyebabkan

botulisme.

Bakteri

Legionella

pneumophila, yang menyebabkan penyakit legionaire, hidup dalam
air dan sistem pengairan yang berkontaminasi. Untuk berkembang
dengan cepat, organisme memerlukan lingkungan yang sesuai,
termasuk makanan, oksigen, suhu yang tepat, pH dan cahaya.
a. Makanan.
Mikroorganisme membutuhkan makanan. Beberapa, seperti
clotridium perfringens, mikroba yang menyebabkan gangren
gas, berkembang pada materi organik yang lain, seperti E. Coli
mengkonsumsi makanan yang tidak dicerna diusus. Organisme
lain mendapat makanan dari karbon dioksida dan materi
anorganik seperti tanah.
b. Oksigen.
Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan
multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit. Organisme
aerob cenderung untuk mengakibatkan infeksi pada manusia.
Contoh dari organisme aerob adalah staphylococcus aureus dan
turunan organisme streptecoccus.
Bakteri anaerob berkembang biak ketika terdapat sedikit
atau tidak ada tersedia oksigen bebas. Infeksi dalam di rongga
pleural, pada sendi atau traktus sinus secara tipikal disebabkan
oleh anaerob. Bakteri yang menyebabkan tetanus, gas gangren
dan botulisme adalah anaerob.
c. Air.
Kebanyakan

mikroorganisme

membutuhkan

air

atau

kelembapan untuk bertahan hidup. Misalnya, tempat yang
disukai oleh mikroorganisme adalah drainase lembab dari luka
bedah. Spirokaeta yang menyebabkan sifilis, treponema
pallidium, hanya hidup dalam lingkungan lembab. Bebrapa
bakteri berubah bentuk, disebut spora,yang resisten terhadap
kekeringan.

Bakteri

berbentuk

spora

ini,

seperti

yang

menyebabkan antraks, botulisme dan tetanus dapat hidup tanpa
air.
d. Suhu.
Mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu
tertentu. Namun, beberapa dapat hidup dalam tempratur yang
ekstrem yang mungkin fatal bagi manusia. Beberapa virus (mis.
Virus AIDS) resisten terhadap air mendidih. Suhu yang dingin
cenderung mencegah pertumbuhan dan reproduksi bakteri
(bakteriostatis). Suhu yang termasuk bakteri adalah bakteriosid.
e. pH.
Keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup
suatu mikroorganisme. Kebanyakan mikroorganisme lebih
menyukai lingkungan dalam batasan pH 5 sampai 8. Bakteri
terutama berkembang dengan pesat dalam urine dengan pH
alkalin. Banyak mikroorganisme tidak dapat bertahan hidup
dalam lingkungan asam dalam lambung.
f. Cahaya.
Mikroorganisme

berkembang

dengan

pesat

dalam

lingkungan yang gelap seperti di bawah balutan dan dalam
rongga tubuh. Sinar ultraviolet dapat efektif membunuh
beberapa bentuk bakteri.
2. Portal Keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan
berkembang baik, mereka harus menemukan jalan keluar jika
mereka masuk

ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit.

Mikroorganisme dapat keluar melalui beberapa tempat, sepereti kulit
dan membran mukosa, traktus respiratorius, raktus urinarius, traktus
gastrointestinal, traktus reproduktif dan darah.
a. Kulit dan Membran Mukosa.
Normalnya kulit dipertimbangkan sebagai portal masuk
karena adanya kerusakan pada kulit dan membran mukosa dapat
menimbulkan infeksi. Namun, sering kali respons tubuh
terhadap organisme patogenik dengan membentuk drainase
purulen. Misalnya S. aureus menyebabkan derainase kuning
yang

khas,

sedangkan

Pseudomonas

aereuginosa

mengakibatkan drainase kehijauan. Drainase ini merupakan
portal ke luar yang potensial.
b. Traktus Respiratori.
Patogen seperti Mycobacterium tuberculosis yang ada pada
traktur respiratosius dapat dilepaskan dari tubuh ketika individu
yang

terinfeksi,

batuk,

bicara

atau

bahkan

bernapas.

Mikroorganisme keluar melalui mulut dan hidung pada klien
normal. Pada klien yang menggunakan jalan napas artifisial
seperti selang trakeostomi atau endotrakea, organisme dapat
dengan mudah keluar dari traktus respiratorius melalui alat-alat
ini.
c. Traktus Urinarius.
Normalnya, urine steril. Namun, kletika terjadi infeksi
saluran kemih pada klien, mikroorganisme keluar pada saat
berkemih atau melalui pengalih sistem urinarius seperti drain
ileostomi dan suprapubik.
d. Traktus Gastrointestinal.
Mulut adalah salah satu bagian tubuh yang paling
terkontaminasi bakteri, meskipun kebanyakan dari organisme
tersebut adalah flora normal, bakteri yang hidup dalam tubuh
dan bertahan terhadap infeksi. Namun, organisme yang
merupakan flora normal pada satu orang dapat menjadi patogen
bagi orang lain. Organisme, misalnya, keluar saat seseorang
mengeluarkan saliva. Berciuman juga dapat memberi cara untuk
keluar. Eliminasi usus, drainase empedu melalui luka bedah atau
selang drainase dan pengeluaran isi lambung saat muntah
merupakan jalan keluar yang lain.
e. Traktus Reproduktif.
Organiseme seperti Neisseria gonorheae dan virus human
immunodeficiency (HIV) daoat keluar melalui meatus uretra pria
atau kanal vagina wanita. Pada pria, semen dapat merupakan
pembawa patogen. Rabas dan cairan vaginma dari kanal vagina
wanita dapat membawa patogen.
f. Darah.
Normalnya darah steril. Tetapi dalam kasus infeksius
seperti hepatitis B atau C, darah menjadi reservoar organisme
infeksius. Luka pada kulit memungkinkan patogen keluar dari
tubuh. Pemberi layanan kesehatan dapat dengan mudah terpapar
kecuali dilakukan pencegahan.
3. Cara Penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari rerservoar ke
pejamu (host). Tabel 34-2 merangkumkan cara penularan cara yang
umum. Penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan melalui
lebih dari satu rute. Misalnya, herpes zoster dapat disebarkan melalui
udara dalam nuklei droplet atau melalui kontak langsung.
Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan
dari pemberi layanan kesehatan, hampir semua objek dalam
lingkungan (mis. Stetoskop, atau termometer) dapat menjadi alat
penularan patogen. Semua personel rumah sakit yang memberi
asuhan langsung (mis. Teknisi laboratorium, terapis pernapasan dan
petugas nutrisi) harus mengikuti praktik untuk meminimalkan
penyebaran

infeksi.

Setiap

kelompok

mengikuti

prosedur

penanganan peralatan dan bahan yang digunakan oleh klien dan
membuang peralatan terapi yang kotor ke wadah yang telah
ditentukan. Peralatan medis dan prosedur diagnostik tertentu
memberi jalan bagi penyebaran patogen. Prosedur invasif seperti
sitoskopi (visualisasi kandung kemih) mempermudah diagnosis
masalah namun juga meningkatkan risiko penyebaran infeksi.
4. Portal Masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama
dengan yang digunakan untuk keluar. Misalnya, pada saat jarum
yanng terkontaminasi mengenai kulit klien, organisme masuk ke
dalam tubuh. Setiap obstruksi aliran urine dari kateter urine
memungkinkan organisme untuk berpindah ke uretra. Kesalahan
pemakaian balutan steril pada luka yang terbuka memungkinkan
patogen memasuki jaringan yang tidak terlindungi. Faktor-faktor
yang menurunkan daya tahan memperbesar kesempatan patogen
masuk ke dalam tubuh.
5. Hospes Rentan
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap
agens infeksi. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan
individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan
kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah besar, infeksi tidak
akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah
mikroorganisme tersebut. Makin virulen suatu organisme, makin
besar kemungkinan kerentanan seseorang. Organisme yang lebih
virulen didapati muncul di lingkungan perawatan akut. Hal ini
diyakini berhubungan dengan seringnya menggunakan sefalosporin
generasi ketiga, yang terhadapnya organisme menjadi resisten.
Pertahanan

faktor

lain,

mempengaruhi

resistensi.

Resistensi

seseorang terhadap agens infeksi ditingkatkan dengan vaksin atau
bahkan mengalami sakit.
2.3 Proses Infeksi
Dengan memahami rantai infeksi, perawat dapat melakukan intervensi
untuk mencegah infeksi berkembang. Saat klien mendapat infeksi, perawat
mampu mengobservasi tanda dan gejala infeksi dan mengambil tindakan
yang tepat untuk mencegah penyebabnya. Infeksi terjadi secara progresif.
Beratnya penyakit klien bergantung pada tingkat infeksi, patogenesis
mikroorganisme dan kerentanan penjamu.
Jika infeksi setempat (misalnya infeksi luka) perawatan yang tepat
mengontrol penyebaran dan meminimalkan penyakit. Klien dapat merasakan
gejala setempat seperti nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka. Infeksi yang
mengenai seluruh tubuh bukan satu atau sebagian organ adalah sistematik dan
dapat menjadi fatal.
Perkembangan infeksi mempenagruhi tingkat asuhan keperawatan yang
diberikan. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian antibiotik dan
memantau respons terhadap reaksi pengobatan. Terapi suportif termasuk
pemberian nutrisi secara adekuat dan istirahat untuk memperkuat pertahanan
terhadap proses infeksi. Kompleksnya perawatan lebih lanjut bergantung pada
sistem tubuh yang terkena infeksi.
Tanpa memperhatikan apakah infeksi setempat atau sistematik, perawat
memainkan peran kritis dalam meminimalkan penyebarannya. Organisme
penyebab infeksi luka kecil dapat menyebar mengenai tempat infeksi jarum
intravena jika perawat menggunakan teknik yang tidak tepat saat mengganti
balutan (IV). Perawat yang kulitnya luka dapat juga mendapat infeksi dari
klien jika teknik mereka dalam pemantauan penularan infeksi tidak adekuat.
2.4 Jenis Infeksi
Kolonisasi merupakan proses ketika strain mikrooorganisme menjadi
flora normal. Pada keadaan ini, mikroorganisme dapat tumbuh dan
berkembang, tetapi tidak menyebabkan penyakit. Infceksi terjadi ketika
mikroorganisme yang baru terbentuk atau flora normal berhasil menginvasi
bagian tubuh ketika mekanisme pertahanan tubuh inang tidak infektif dan
pathogen tersebut menyebabkan kerusakan jaringan. Infeksi dapat menjadi
penyakit ketika tanda dan gejala infeksi sangat unik dan dapat dibedakan dari
kondisi lain.
Infeksi dapat lokal atau sistemik. Infeksi local terbatas pada bagian
tubuh tertentu tempat mikroorganisme berada. Apabila mikroorganisme
tersebut menyebar dan merusak bagian tubuh lain, disebut infeksi sistemik.
Keadaan kerika biakan darah individu mengungkap adanya mikroorganisme
disebut bakteremia. Kondisi ketika bakteremia menyebabkan infeksi sistemik
disebut septicemia.
Selain itu, terdapat infeksi akut atau kronik. Pada umunya, infeksi akut
terjadi sangat cepat atau berlangsung dalam waktu yang sangat pendek.
Infeksi kronik dapat terjadi lebih lambat, berlangsung dalam waktu yang
cukup lama, dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahuntahun.
2.5 Pertahanan Tubuh Terhadap Infeksi
Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal
tubuh yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari
beberapa patogen. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang
mempertahankan terhadap paparan mikroorganisme infeksius. Proses
peradangan adalah reaksi propektif selular dan vaskular yang menetralisasi
patogen dan memperbaiki sel tubuh. Flora normal, sistem pertahanan tubuh
dan inflamasi adalah pertahanan nonspesifik yang melindungi terhadap
mikroorganisme dengan mengabaikan paparan sebelumnya. Beberapa respons
pertahanan dan sistem imun tidak spesifik, sementara yang lain spesifik
terhadap patogen yang spesifik. Jika ada pertahanan tubuh yang gagal, infeksi
dapat dengan cepat berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius.
2.5.1 Flora Normal
Normalnya, tubuh mengandung mikroorganisme yang ada pada
lapisan permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran
gastrointestinal. Manusia secara normal mengkskresi setiap hari
trilyunan mikroba melalui usus. Kulit juga memiliki populasi flora yang
besar. Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi justru turut
berperan dalam memelihara kesehatan.
Flora normal pada usus besar hidup dalam jumlah yang besar tanpa
menyebabkan

sakit.

Flora

bakterial

ini

bersaing

dengan

mikroorganisme penyebab penyakit untuk makanan. Flora normal juga
menyekresi substansi anti-bakteri dalam dinding usus. Flora normal
kulit menggunakan tindakan protektif dengan menghambat multiplikasi
organisme yang menempel pada kulit. Mulut dan faring juga dilindungi
oleh flora yang menggangu pertumbuhan mikroba yang menginvasi.
Flora normal dalam jumlah yang sangat banyak mempertahankan
keseimbangan yang sensitif dengan mikroorgansime lain untuk
mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan ini
mengakibatkan individu semakin beresiko mendapat penyakit infeksi.
Misalnya, penggunaan antibiotik spektrum-luas untuk mengobati
infeksi dapat mengarah ke suprainfeksi. Flora bakteri normal dibunuh,
memungkinkan

mikroorgansime

penyebab

penaykit

untuk

bermultiplikasi.
2.5.2 Sistem Pertahanan Tubuh
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan yang unik
terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran pernapasan dan saluran
gastrointestinal

sangat

mudah

dimasuki

oleh

mikroorganisme.

Organsime patogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit,
diinhalasi ke paru atau dicerna dengan makanan. Setiap sistem organ
memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan
dengan struktur dan fungsinya. Misalnya, paru tidak dapat sepenuhnya
mengatur masuknya mikroorgansime. Namun, jalan masuk dilapisi oleh
tonjolan yang berbentuk seperti rambut, atau silia yang secara ritmis
beregrak untuk memindahkan lapisan mukus dan organisme yang
melekat ke faring untuk diekshalasi. Kondisi yang mempenagruhi
pertahanan khusus organ meningkatkan kecenderungan terhadap
infeksi.
2.5.3 Inflamasi
Respons selular tubuh terhadap cedera atau infeksi adalah
inflamasi.

Inflamasi

adalah

reaksi

protektif

vaskular

dengan

menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial
ke daerah cedera. Proses tersebut menetralisasi dan mengeliminasi
patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan
sel dan jaringan tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan,
panas, nyeri, atau nyeri tekan, dna hilangnya fungsi pada bagian tubuh
yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik, muncul tanda dan
gejala lain, termasuk demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual,
muntah dan pembesaran kelenjar limfe.
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agens fisik, kimiawi, atau
mikroorgansime.

Trauma

mekanis,

suhu

yang

ekstrem

dan

mikroorgansime. Trauma mekanis, suhu yang ekstrem dan radiasi
merupakan contoh agens fisik. Agens kimiawi termasuk iritan ekstrenal
dan internal seperti racun keras atau asam lambung. Mikroorganisme
dapat mencetuskan respons ini sebagaimana telah didiskusikan
terdahulu.
Setelah jaringan cedera, terjadi urutan kejadian yang dikoordinasi
dengan baik. Respons inflamasi termasuk hal-hal berikut:
a. Respons vaskular dan selular
Inflamasi akut adalah respons segera terhadap cedera selular.
Arteriol yang menyuplai daerah yang terinfeksi atau cedera
berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk ke sirkulasi
lokal. Peningkatan aliran darah lokal tersebut menghasilkan
karakteristik kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal
dihasilkan dari volume darah yang lebih besar pada daerah inflamasi.
Vasodilatasi lokal menghantarkan darah dan sel darah putih (SDP)
ke jaringan yang cedera.
Cedera menyebabkan nekrosis jaringan dan sebagai akibatnya
tubuh mengeluarkan histamin, bradikinin, prostaglandin, dan
serotonin. Mediator kimiawi ini meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang
interstisial. Cairan yang terakumulasi tampak sebagai pembekakan
lokal (edema).
Tanda lainnya dari inflamasi adalah nyeri. Pembekakan jaringan
yang

terinflamasi

mengakibatkan

meningkatkan

nyeri.

Substansi

tekanan

pada

kimiawi

ujung

seperti

saraf

histamin

menstimulasi ujung saraf. Sebagai akibat dari terjadinya perubahan
fisiologi pada inflamasi, bagian tubuh yang terkena biasanya
mengalami kehilangan fungsi sementara. Misalnya infeksi lokal pada
tangan menyebabkan jari menjadi bengkak, nyeri dan pucat. Sendi
menjadi kaku sebagai akibat dari pembengkakan, namun fungsi jari
akan kembali pada saat inflamasi berkurang.
Respons selular inflamasi termasuk meningkatnya SDP lewat
melalui pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan. Melalui
proses fagositosis, SDP tertentu disebut neutrofil dan monosit,
menelan dan menghancurkan mikroorganisme atau partikel kecil
lainnya. Jika inflamasi terjadi sistemik terjadi tanda dan gejala
lainnya.

Leukositosis

atau

peningkatan

jumlah

SDP

yang

bersirkulasi adalah respons tubuh terhadap SDP yanng keluar dari
pembuluh darah. Jumlah SDP serum normalnya 5000 sampai
10.000/mm3 namun dapat meningkat sampai menjadi 15.000 sampai
20.000/mm3 selama inflamasi. Demam disebabkan oleh pelepasan
fagositik oleh pirogen dari sel bakteri yang menyebabkan
peningkatan set point hipotalamik. Tanda dan gejala sistemik lainnya
termasuk malaise, mual, dan pembesaran nodus limfe.
b. Pembentukan eksudat inflamasi
Akumulasi cairan dan sel mati jaringan serta SDP membentuk
eksudatpada daerah inflamasi. Eksudat dapat berbentuk serosa
(jernih seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah),
atau purulen (mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya eksudat
disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma
seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada
tempat inflamasi untuk mencegah penyebarannya.
c. Perbaikan jaringan.
Bila terjadi cedera pada sel jaringan, penyembuhan termasuk
tingkat bertahan, rekonstruksi dan maturatif. Sel baru mengalami
maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur
dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya. Jika inflamasi kronik,
kerusakan jaringan dapat diisi dengan jaringan granulasi yang midah
rusak. Jaringan granulasi tidak sekuat kalogen jaringan dan
mengambil berbentuk parut.
2.5.4 Respons Imun
Saat

mikroorganisme

penginvasi

memasuki

tubuh,

mikroorganisme tersebut diserang pertama kali oleh monosit. Sisa
mikroorganisme tersebut kemudian memicu respons imun. Materi asing
tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respons yang mengubah
susunan biologis tubuh sehingga reaksi untuk paparan berikutnya
berbeda daro reaksi pertama. Respons yang berubah ini dikenal sebagai
respons imun. Dalam respons imun normal, antigen dinetralisasi,
dihancurkan atau dimusnahkan. Antigen biasanya tersusun dari protein
yang normalnya tidak ditemukan dalam tubuh manusia. Seringkali
adanya antigen sebagai bagian dari struktur bakteri atau virus. Setelah
antigen masuk ke dalam tubuh antigen tersebut bergerak ke darah atau
limfe dan memulai imunitas selular atau humoral.
a. Imunitas Selular
Ada dua kelas limfosit: limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel
B). Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas selular. Ada
reseptor antigen pada membran permukaan limfosit CD4T. Bila
antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai
dengan antigen, terjadi ikatan. Ini mengaktifkan limfosit CD4T
untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka.
Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi atau cedera,
berikatan dengan antigen dan melepaskan senyawa kimiawi yang
disebut limfokin. Limfokin menarik dan menstimulasi makrofag
untuk menyerang antigen. Akhirnya antigen dimatikan. Respons
selular tersebut diubah oleh HIV, yang menyebabkan AIDS.
b. Imunitas Humoral
Stimulasi sel B memicu respons imun humoral, menyebabkan
sintesis imunoglubulin atau antibodi yang membunuh antigen.
Setelah sel B berikatan dengan satu antigen. Akan menyebabkan
pembentukan sel B plasma dan memori. Sel plasma mensintesis dan
mensekresi antibodi dalam jumlah besar, yang merupakan protein
yang normalnya ditemukan dalam tibuh yang menyediakan imunitas
menyeluruh. Sel B memori mempersiapkan tubuh melawan invasi
antigen nantinya. Jadi bila antigen masuk lagi ke dalam tubuh,
antibodi terbentuk lebih cepat daripada saat pertama kali terpapar,
dan kadar imunoglobulin tetap tinggi untuk menyerang antigen.
c. Antibodi
Merupakan molekul protein besar. Ada lima kelas antibodi
imunoglobulin yang diidentifikasi dengan huruf M, G, A, E dan D.
imunoglobulin M (IgM) adalah antibodi awal pradominan dibentuk
setelah kontak awal dengan antigen. Kontak awal ini adalah respons
imun primer, dan adanya IgM menandakan adanya infeksi baru
terjadi. Antibodi yang paling berlebih yang bersirkulasi adalah IgG,
yang dibentuk setelah kontak berikutnya dengan antigen atau selama
respons imun sekunder, dan keberadaannya menandakan infeksi
terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar dari imunisai
terhadap penyakit dan merupakan kejadian natural atau buatan.
Imunitas natural dihasilkan setelah terkena penyakit tertentu seperti
campak, dan biasanya bertahan selama hidup. Imunitas buatan
biasanya didapat setelah menerima vaksin vaksin seperti vaksin
polio. Durasi merupakan variabel dan dapat atau tidak memerlukan
pendorong. Imunitas pasif biasanya berdurasi pendek dan merupakan
jenis yang dapat diperoleh secara transplasenta.
d. Komplemen
Adalah senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah.
Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat bersama.
Setelah komplemen diaktifkan, rentetan yang cepat dari aktivitas
katalitik

mengubah

bentuk

sel

antigenik

bakteri.

Misalnya

mengambil bentuk donat. Sesungguhnya komplemen membuat
lubang melalui membran sel antigen. Ion dan air masuk ke dalam sel,
mengakibatkan sel mengembang. Proses ini disebut sitolisis.
e. Interferon
Pada saat tertentu diinvassi oleh virus, sel tersebut mensintesis
interferon protein. Interferon mengganggu kemampuan virus
bermultiplikasi dan melindungi sel tubuh dari infeksi stimulan virus
lain. Diklasifikasikan sebagai pemodifikasi respons biologis,
interferon juga menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel tumor
(Grimes dan Grimes, 1994).
2.6 Infeksi Nosokomial
Klien yang berada dalam lingkungan perawatan kesehatan dapat
beresiko tinggi mendapat infeksi. Infeksi nosokomial diakibatkan oleh
pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan. Rumah
sakit merupakan satu dari tempat yang paling mungkin mendapat infeksi
karena mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis
virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik. Unit Perawatan Intensif
(UPI) merupakan salah satu area dalam rumah sakit yang beresiko tinggi
terkena infeksi nosokomial. Sayangnya, kebanyakan infeksi nosokomial
ditularkan oleh pemberi pelayanan kesehatan.
Infeksi iatrogenik adalah jenis infeksi nosokomial yang diakibatkan
oleh prosedur diagnostik atau terapeutik. Infeksi traktur urinarius yang terjadi
setelah insersi kateter merupakan contoh infeksi nosokomial iatrogenik.
Insiden infeksi nosokomial dapt diturunkan jika perawat menggunakan
pemikiran yang kritis pada saat mempraktikkan teknik aseptik. Perawat harus
selalu mempertimbangkan risiko klien terkena infeksi dan mengantisipasi
bagaimana pendekatan perawatan dapat meningkatkan atau menurunkan
kemungkinan penularan infeksi.
Infeksi nosokomial dapat secara eksogen atau endogen. Infeksi eksogen
didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan
merupakan flora normal, contohnya adalah organisme Salmonella dan
Clostridium tetani. Infeksi endogen dapat terjadi pertumbuhan yang
berlebihan. Contohnya adalah infeksi yang disebabkan oleh enterokokus,
ragi, dan streptokokus. Bila mikroorganisme dalam

jumlah cukup yang

normalnya ditemukan dalam salah satu rongga atau lapisan tubuh
dipindahkan ke bagian tubuh lain, terjadi infeksi endogen. Misalnya
penularan dari enterokukus, normalnya ditemukan dalam feses, dari tangan ke
kulit sering mengakibatkan infeksi luka. Jumlah mikroorganisme yang
diperlukan untuk menyebabkan infeksi nosokomial bergantung pada virulensi
organisme, kerentanan hospes dan daerah yang diinfeksi.
Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak langsung dengan
pasien, jenis dan jumlah prosedur invansif, terapi yang diterima, dan lama
perawatan mempengaruhi risiko terinfeksi. Tempat utama untuk infeksi
nosokomial termasuk traktus urinarius, luka trauma bedah, traktus
respiratorius, dan pembuluh darah.
Infeksi nosokomial meningkatkan biaya perawatan kesehatan secara
signifikan, lamanya masa rawat, diinstitusi layanan kesehatan, meningkatkan
ketidakmampuan, peningkatan biaya antibodi dan masa penyembuhan yang
memanjang menambah pengeluaran klien, juga institusi layanan kesehatan
dan badan pemberi dana (mis. Medicare). Seringkali biaya untuk infeksi
nosokomial tidak diganti, oleh sebab itu, pencegahan memiliki pengaruh
finansial yang menguntungkan dan merupakan bagian penting dalam
penatalaksanaan perawatan.
BAB III
CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI

Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RSI A. Yani mengantar anak
perempuannya yang masih berumur 5th karena anaknya menangis terus-menerus
sejak kemarin sore dikarenakan febris dan disuria. Bp.A juga mengatakan, An.K
di rumah dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal higiennya biasanya
dibantu oleh pembantunya.
Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremasremas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK
padahal buang air kecilnya lebih sering dari biasanya, oleh sebab itu An.K
mengatakan takut untuk banyak minum.
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan
adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan
terasa gatal. Karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk
berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh
ayahnya.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :
RR

: 28x/menit

S

: 40 ºC

N

: 108x/menit
Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat

ukuran 24 dan diberikan terapi obat: Ceftriaxone 2x500m dan Ketorolax 2x
0,5mg/kg/BB
BAB IV
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
a. Nama perawat

: Adit

Tgl pengkajian

: 10 April 2013

Jam pengkajian

: 15.00 WIB

b. Identitas Pasien
Nama Pasien

: An. K

Agama

: Islam

Umur

: 5 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Almat

: Jln. Karangrejo

Tanggal masuk RS

: 18 April 2013

Diagnosa medis

: Gangguan Eliminasi Urinarius

No rekam medis

: 20954777

Jam masuk

: 15.00 WIB

Suku

: Jawa

Bangsa

: Indonesia

c. Penanggung jawab
Orang tua/wali

: Bp. A

Umur

: 36 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: Perawat

Status Pernikahan

: Menikah

Hubungan dengan klien

: Bapak kandung

Alamat

: Jln. Karangrejo

Suku

: Jawa

Bangsa

:Indonesia

3.1.1 Keluhan Utama
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Penyakit sekarang
Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K
merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari
mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya. Saat di UGD, An.K
dilakukan pemasangan infus RL 20 tetes/menit dengan abocat
ukuran 24 selama 2 hari.
B. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Penyakit yang pernah dialami: klien sering mengalami nyeri
abdomen
a. Kecelakaan

: tidak terkaji

b. Pernah dirawat di RS

: Bpk.A mengatakan, pada usia 4

tahun An.K pernah dirawat di RS karena mengalami malaria.
c. Operasi

: Bpk.A mengatakan An.K tidak

pernah dioperasi
2. Alergi

: Bpk.A mengatakan bahwa An.K

alergi terhadap ikan yang ditandai dengan gatal-gatal pada kulit
dan mual-mual.
3. Vaksin

: Bpk.A mengatakan bahwa An.K

baru saja di vaksin Hepatitis B 3 bulan yang lalu.
4. Kebiasaan

: An.K mengatakan bahwa ia suka

jajan di sembarang tempat seperti mie remes.
C. Riwayat Penyakit Keluarga
Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari
An.K yaitu Ny. T sudah pernah mengalami gangguan eliminasi
urinarius selama lebih kurang satu minggu.
3.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Dasar
A. Aktivitas dan latihan
Sebelum Masuk Rumah Sakit

Saat Masuk Rumah Sakit

An. K sebelum sakit masih bisa setelah mengalami ISK An. K
melakukan aktifitas seperti anak menjadi
seusianya

seperti

pendiam

karena

bermain menahan rasa sakit perutnya.
bersama teman-temannya.

Selama sakit An. K dirumah
melakukan aktifitas dan dirawat
oleh

pembantunya

sehingga

untuk personal hygen biasanya
dibantu oleh pembantunya.

B. Tidur dan Istirahat
Sebelum Masuk Rumah Sakit

Saat Masuk Rumah Sakit

Sebelum sakit Bp. A mengatakan Saat sakit Bp. A mengatakan An.
An. K tidak ada masalah dalam K

mengalami sulit tidur dan

masalahnya, A.n K biasanya sering

terbangun

saat

tidur

tidur 9 jam saat malam dan 2 dikarenakan perut bagian bawah
jam saat siang

terasa nyeri dan sangat sakit, An.
K hanya bisa tidur 6 jam saat
malam dan tidak bisa tidur saat
siang.

C. Kenyamanan dan nyeri
1. Palliative/profokatif
Bp. A mengatakan anaknya mengalami hematuria, selain itu
diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa
gatal
2. Quality
Klien mengatakan sangat nyeri seperti diremas-remas dan perih
ketika akan berkemih dan terasa sedikit berkurang nyerinya
sesudah berkemih.
3. Region
Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian
Suprapubic.
4. Scale
Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 5.
5. Time
Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK.
6. Nutrisi
Sebelum Masuk Rumah Sakit
Sebelum
gangguan

klien

Saat Masuk Rumah Sakit

mengalami pada saat mengalami gangguan

eliminasi,

klien eliminasi urine, nafsu makan

mempuyai nafsu makan sehingga klien
selalu makan 3 porsi sehari.

menjadi

berkurang,

sehingga hanya makan 1 porsi
sehari.

7. Cairan elektrolit dan asam basa
Saat Masuk Rumah Sakit

Saat Masuk Rumah Sakit

sebelum sakit klien minum 8 Pada saat klien mengalami
gelas standar 250cc perhari.

gangguan eliminasi urin klien
hanya minum 4 gelas standar
250 cc dan dibantu dengan
Suport IV Line cairan RL
20tts/mnt.

8. Oksigenasi
Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien
tidak mengalami sesak nafas dan tidak ada sputum.
9. Eliminasi Alvi
Saat Masuk Rumah Sakit
Sebelum

sakit

Saat Masuk Rumah Sakit

klien saat

mengalami

gangguan

mengatakan BAB lancar fases eliminasi urin klien merasakan
berwarna kuning 2x sehari.

perut terasa diremas-remas dan
warna fases cokelat.

10. Eliminasi urine
Saat Masuk Rumah Sakit

Saat Masuk Rumah Sakit

Sebelum mengalami ganguan selama mengalami gangguan
eliminasi

urin

mempunyai
berkemih 500cc/hr.

klien eliminasi

urin

klien

hanya

frekuensi berkemih 250cc/hr dan warna
urine merah terdapat hematuria
dan klien mengatakan nyeri
pada saat BAK.
11. Sensori,persepsi dan kognitif
Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan
pada Sensori, persepsi dan kognitif.
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil
pemeriksaan Vital Sign:
TD

: 100/70 mmHg

N

: 108xmnt

RR

: 28x/mnt

S

: 400c

B. Kepala:
Inspeksi

: Pada saat dilakukan inspeksi tidak terdapat

benjolan yang terdapat di kepala, bentuk tengkorak semetris dengan
bagian frontal menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap
ke belakang.
Palpasi

: Pada saat dilakukan palpasi tidak terdapat benjolan

yang terdapat di kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian
frontal menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap ke
belakang.
C. Leher: Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher
klien dapat melakukan gerakan leher secara terkoordinasi tanpa
gangguan.
D. Dada: paru dan jantung
Inspeksi

: Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas,

yaitu frekuensi pernapasan 28x/menit.
Palpasi

: pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding

dada sebelah kanan lebih keras dari pada dinding dada sebelah kiri.
Perkusi

: Pada saat dilakukan perkusi suara paru klien

normal yaitu terdengar bunyi resonan.
Auskultasi

: Pada saat dilakukan auskultasi suara paru klien

normal yaitu terdengar bunyi resonan.
E. Abdomen:
Inspeksi

: Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen

normal, pada saat inspeksi tidak ada pembengkakkan, dan semetris.
Palpasi

: pada saan palpasi abdomen teraba keras dan kaku.

Perkusi

: pada saat dilakukan perkusi abdomen terdengar

dung-dung yang menadai abdomen kembung.
Auskultasi

: Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara

bising usus, secara normal terdengar setiap bising usus normal
terdengar 10 kali/menit.
3.1.5 Psiko sosio budaya dan spiritual
A. Psikologis
Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada
saat ingin BAK.
B. Sosial
Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada
bicara klien sopan.
C. Budaya: Tidak terkaji
D. Spiritual: Tidak terkaji
3.1.6 Pemeriksaan penunjang
A. Terapi Medis
Saat di UGD klien deberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt,
klien juga diberikan obat melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram
dan obat peroral Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB.
3.2. Diagnosis Keperawatan
ANALISA DATA
Nama klien

: An.K

No.Register

: 01377

Umur

: 5 tahun

Diagnosa Medis

: ISK

Ruang Rawat

: Tulip

Alamat

: Jl. Karangrejo

NO
1.

Data Fokus
Data Subjektif:

Etiologi
Proses infeksi

Problem
Hipertermi
1. Bapak klien mengatakan suhu
badan anaknya teraba panas.
Data Objektif:

Terjadi peningkatan
panas

akibat

TD: 100/70 mmHg

produksi

sitokin

1.

N : 108x/menit

pirogen.

2.

S : 40⁰C

3.

RR : 28x/menit

Perangkat
imun

sistem

tubuh

akan

aktif untuk merespon
adanya

bentuk

infeksi tersebut.

Dari

hasil

lab.

Terdapat bakteri E.
Coli pada uretra.
2.

Data Subjektif:

Agen cidera biologis

1. Palliative/profokatif
Bp. A mengatakan anaknya Adanya

kerusakan

mengalami hematuria, selain fungsi organ akibat
itu

diawal

berkemih

ada infeksi

bakteri

E.

cairan eksudat yang purulen Coli (pada kandung
dan terasa gatal

kemih)

2. Quality
Klien

mengatakan

sangat Sensitisasi

system

nyeri seperti diremas-remas saraf perifer maupun
dan

perih

ketika

akan system saraf sentral.

berkemih dan terasa sedikit
berkurang nyerinya sesudah
berkemih.
3. Region
Bp. A mengatakan anaknya
mengalami nyeri pada bagian

Nyeri akut
Suprapubic.
4. Scale
Dari

skala

mengatakan

1-10
skala

klien
sakitnya

sekitar angka 5.
5. Time
Klien merasa nyeri datang
pada saat ingin BAK.
Data Objektif:
1. Klien tampak terlihat pucat
dan lemas.
2. Klien terlihat memegangi
perut bagian bawah.
3.

Data Subjektif:

Infeksi saluran

Gangguan

1. An.K mengatakan sulit dan

kemih.

Eliminasi

Sakit pada perut seperti

urinarius

diremas-remas dan perih saat

Tanda-tandanya

mau buang air kecil, sehingga

antara lain sering

An.K jadi takut jika mau BAK

kencing, disuria,

padahal buang air kecilnya

hematuria, dan puria

lebih sering daripada biasanya,
oleh sebab itu An.K

E.coli yang

mengatakan takut untuk

nefropatogenik

banyak minum.

secara khas

Data Objektif:

menghasilkan

1. Klien terlihat kesakitan dan

hemolisin.

takut saat buang air kecil.
E.coli yang biasa
menyebabkan infeksi
saluran kemih ialah
jenis 01, 2, 4, 6, dan
7.
Adanya bakteri E.
coli pada saluran
kemih.
3.2.1

Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

3.3. Intervensi
RENCANA ( INTERVENSI ) KEPERAWATAN
Nama klien

: An.K

No.Register

: 01377

Umur

: 5 tahun

Diagnosa Medis

: ISK

Ruang Rawat

: Tulip

Alamat

: Jl. karangrejo

No.

Tujuan &

Keperawatan
1

Diagnosa

Intervensi

Kriteria Hasil

Eliminasi

Setelah

urinarius

dilakukan

eliminasi urin

urin merupakan

berhubungan

tindakan

contohnya

tindakan untuk

dengan infeksi

keperawatan

frekuensi urin,

mengetahui apakah

saluran kemih

selama 2x24 jam

volume urin,

urin sudah normal.

maka eliminasi

konsistensi

urinarius An. K

urin dengan

berkurang

tepat.

dengan kriteria

1. Pantau

Rasional

2. Ajarkan klien

1. Memantau eliminasi

2. Tindakan ini penting

hasil sbb:

tanda dan

agar klien memahami

1. Eliminasi

gejala infeksi

tentang penyakitnya

lancar.

saluran kemih.

2. Urin berwarna

3. Instruksikan

kuning cerah

klien atau

dilakukan agar

tetapi sedikit

keluarga untuk

mengetahui keluaran

pucat.

mencatat

urin normal.

3. Volume

keluaran urin.

3. Tindakan ini
pengeluaran
urine 9002100 CC/hari.
2

Nyeri akut

Setelah

berhubungan

dilakukan

teknik

merupakan

dengan agen

tindakan

relaksasi nafas

penurunan nyeri.

cidera biologis

keperawatan

dalam.

selama 2x24

1. Ajarkan klien

2. Beri kompres

1. Relaksasi napas dalam

2. Merupakan

tindakan

tindakan

jam maka nyeri

hangat pada

untuk

yang dialami

bagian yang

sirkulasi dan relaksasi

oleh An.K

nyeri.

otot.

berkurang

3. Kolaborasi

meningkatkan

3. Analgesik

ketorolax

dengan kriteria

dalam

merupakan

hasil sbb:

pemberian

penurun

6. Selera makan

analgesik

aktivitas peristaltik.

klien kembali

nyeri

dan

Ketorolax 2x

normal.

obat

0,5mg/kg/BB

7. Klien sudah
tidak
mengalami
gelisah.
8. Klien dapat
beraktivitas
kembali
seperti
biasanya.
9. Skala nyeri
klien 2.
3

Hipertermi

Setelah

1. Observasi

berhubungan

dilakukan

keadaan umum

mengetahui keadaan

dengan proses

tindakan

klien.

pasien.

infeksi

keperawatan

2. Monitor vital

1. Tindakan untuk

2. Tindakan untuk
selama 2x24 jam

sign klien

mengetahui TTV

maka An. K

(suhu & nadi).

klien.

tidak mengalami

3. Beri kompres

3. Kompres hangat untuk

hipertermi

hangat pada

menurunkan/menormal

dengan kriteria

kening klien.

kan suhu tubuh klien.

hasil sbb :

4. Anjurkan pada

4. Istirahat merupakan

1. RR klien

klien untuk

tindakan untuk

normal 16-

meningkatkan

mengembalikan

24/menit.

istirahat.

kesegaran tubuh.

2. Suhu tubuh

5. Kolaborasi

5. Infus RL merupakan

klien dalam

dalam

infus untuk

rentang 36,5-

pemberian

memberikan nutrisi

37,5⁰C

infus RL, 20

dan cairan tubuh klien.

3. Nadi klien
normal (60100x/menit).

tts/mnt.
6. Anjurkan

6. Air putih untuk

banyak minum

menambah cairan

air putih

tubuh agar tidak

minimal 8

mengalami dehidrasi.

gelas/hari.
7. Kolaborasi

7. Ceftriaxone adalah

dalam

obat untuk membunuh

pemberian

bakteri (antibiotik).

injeksi
Ceftriaxone
2x500mg
8. Kolaborasi

8. Paracetamol adalah

dalam

obat analgesik dan

pemberian

antipiretik.

analgetik
paracetamol
10-10-15
mg/kgBB/kali.
3.4. Implementasi
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama klien

No.Register

: 01377

Umur

: 5 tahun

Diagnosa Medis

: ISK

Ruang Rawat
No.

: An.K

: Tulip

Alamat

: Jl. Karangrejo

Hari/Tgl/Jam

Implementasi

Respon Tindakan

Dx
1

Nama &
TTD

Rabu, 10/04/2013
09.15 WIB

Data Subjektif:
1. Memantau eliminasi
urin contohnya

Adit

Bapak klien
mengatakan An.K

frekuensi urin, volume sudah berkurang
urin, konsistensi urin
09.15 WIB

sakitnya saat

dengan tepat.

kencing.

2. Mengajarkan klien
tanda dan gejala
infeksi saluran kemih.
09.30 WIB

3. Menginstruksikan
klien atau keluarga
untuk mencatat
keluaran urin.

Data Objektif:
1. Volume
pengeluaran urin
normal 7001000 ml/hari.

2. Klien sedikit
mengerti tentang
tanda dan gejala
infeksi saluran
kemih.

2

Rabu, 10/04/2013
09.15 WIB

Data Subjektif:
1. Mengajarkan klien

1. Bapak klien

tekhnik relaksasi nafas
dalam.
09.25 WIB

mengatakan
anaknya tampak

2. Memberikan kompres

lebih tenang dan

hangat pada bagian
yang nyeri.
09.35 WIB

sudah tidak
merasakan nyeri

3. Memberikan
analgesik Ketorolax

setelah diberikan
kompres hangat.

Erna
2x 0,5mg/kg/BB
8.

Data Objektif:
1. Klien sudah
tampak tenang,
dan berkurang
nyerinya.
2. An. K tampak
mendapatkan
kompres hangat
pada bagian
abdomennya.
3. An. K tampak
masih kelihatan
memegang
perutnya karena
nyeri.

3

Rabu, 10/04/2013
10.15 WIB

Data subjektif:
1. Mengobservasi

1. Bapak klien

keadaan umum klien.
10.20 WIB

mengatakan

2. Memonitor vital sign

suhu badan

klien (suhu & nadi).
10.30WIB

3. Memberikan kompres

anaknya
berkurang.

hangat pada klien.

Data Objektif:

4. Menganjurkan pada

1. Hasil TTV

klien untuk

menunjukkan

meningkatkan

suhu 37,5⁰C

istirahat.

2. Nadi An. K

5. Memberikan infus

90x/mnt.

RL, 20 tts/mnt.

3. Tubuh An. K

6. Memberikan injeksi
Ceftriaxone 2x500mg

teraba normal,
panas berkurang.
4. An. K tampak
mendapatkan

Reza
kompres hangat
pada keningnya.
5. An. K tidak
tampak terjadi
dehidrasi selama
adanya demam.
1

Kamis,11/04/2013
09.15 WIB

Data Subjektif:
1. Memantau eliminasi

1. Bapak klien

urin contohnya
frekuensi urin, volume

An.K sudah

urin, konsistensi urin

hilang sakitnya

dengan tepat.
09.20 WIB

mengatakan

saat kencing.

2. Mengajarkan klien
tanda dan gejala
infeksi saluran kemih.

09.30 WIB

3. Menginstruksikan
klien atau keluarga

Data Objektif:
1. Volume
pengeluaran urin
normal.
2. Klien mengerti

untuk mencatat

tentang tanda

keluaran urin.

dan gejala
infeksi saluran
kemih.

Niki
2

Kamis,11/04/2013
10.00 WIB

Data Subjektif:
1. Mengajarkan klien

1. Bapak klien

tekhnik relaksasi nafas

mengatakan

dalam.
10.10 WIB

anaknya tampak

2. Memberikan kompres

lebih tenang dan

hangat pada bagian

sudah tidak

yang nyeri.

merasakan nyeri

3. Memberikan

10.30 WIB

Tasya

setelah diberikan

analgesik Ketorolax
2x 0,5mg/kg/BB
16.

kompres hangat.
Data Objektif:
1. Klien sudah
tampak tenang,
dan hilang
nyerinya.
2. An. K tampak
mendapatkan
kompres hangat
pada bagian
abdomennya.

3

Kamis,11/03/2013
09.25 WIB

Data Subjektif:
1. Mengobservasi

1. Bapak klien

keadaan umum klien.
09.35 WIB

mengatakan

2. Memonitor vital sign

suhu badan

klien (suhu &nadi).
09.45 WIB

3. Memberikan kompres

anaknya
berkurang.

hangat pada klien.

Data Objektif:

4. Menganjurkan pada

1. Hasil TTV

klien untuk

menunjukkan

meningkatkan

suhu 37,5⁰C

istirahat.

2. Nadi An. K

5. Memberikan infus

90x/mnt.

RL, 20 tts/mnt.

3. Tubuh An. K

Joko
6. Memberikan injeksi

teraba normal.

Ceftriaxone 2x500mg

4. An. K tidak
tampak terjadi
dehidrasi selama
adanya demam.

3.5. Evaluasi
Evaluasi hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan selama target
waktu yang ditemtukan (2x24 jam)
Hari/Tgl/Jam
Kamis/10/April/2013

No. Diagnosis

Evaluasi Hasil

Keperawatan
1

10.30 WIB

S:

Joko

1. Bapak klien
mengatakan An.K
sudah hilang sakitnya
saat kencing.
O:
1. Volume pengeluaran
urin normal.
2. Klien mengerti
tentang tanda dan
gejala infeksi saluran
kemih.
A: tujuan tercapai, masalah
teratasi.
P: hentikan tindakan.
2

Paraf

S:
1. Bapak klien
mengatakan anaknya
tampak lebih tenang
dan sudah tidak
merasakan nyeri
setelah diberikan
kompres hangat.
O:
1. Klien sudah tampak
tenang, dan hilang
nyerinya.
2. An. K tampak
mendapatkan kompres
hangat pada bagian
abdomennya
A: Masalah teratasi, tujuan
tercapai.
P: Hentikan Tindakan
3

S:
1. Bapak klien
mengatakan suhu
badan anaknya
normal.
O:
1. Hasil TTV
menunjukkan suhu
37,5⁰C
2. Nadi An. K 90x/mnt.
3. Tubuh An. K teraba
normal.
4. An. K tidak tampak
terjadi dehidrasi
selama adanya
demam.
A: tujuan tercapai, masalah
teratasi.
P: hentikan tindakan.
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran
kemih.
Pada

pengkajian

dilakukan

dengan

cara

wawancara,

observasi,

pemeriksaan fisik. Diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus
adalah perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau
hokturia) berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih
ataupun struktur urinarius lain, sedangkan diagnose yang ada pada teori dan
pada kasus adalah infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri dan kurang
pengetahuan.
Dalam membuat perencanaan keperawatan penulis menyesuaikan dengan
kondisi klien saat dikaji dan membuat prioritas masalah sesuai kebutuhan
dasar manusia menurut Maslow dan kebutuhan utama klien.
Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.
Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua diagnose dapat
teratasi dan tujuan keperawatan tercapai.
4.2 Saran
Untuk teman sejawat dan penulis agar dapat memprioritaskan masalah
sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, walaupun
pendokumentasian data tidak dapat dilakukan karena data yang diperoleh
hanya berdasarkan ilustrasi kasus tetapi rencana tindakan dapat dilakukan
dengan baik.
Untuk perawat diruangan agar dapat mendokumentasikan semua data pada
klien baik verbal maupun obyektif dengan benar sehingga dapat membuat
evaluasi dengan baik. Untuk menunjang pendokumentasian pihak rumah sakit
harus menyediakan lembaran renpra untuk perawat ruangan.
DAFTAR PUSTAKA

Mandal, B.K., dkk. 2004. Lecture Notes: Penyakit Infeksi edisi keenam. Jakarta:
Erlangga.
Potter & Perry. 1999. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta: EGC.
Kozier, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan praktik ed. 7.
Jakarta: EGC

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

La actualidad más candente (20)

Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
ASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIAASKEP DISPEPSIA
ASKEP DISPEPSIA
 
Tipe keluarga
Tipe keluargaTipe keluarga
Tipe keluarga
 
pathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhfpathway dhfPathway dhf
pathway dhfPathway dhf
 
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada anAsuhan keperawatan kejang demam pada an
Asuhan keperawatan kejang demam pada an
 
Sp rpk
Sp rpkSp rpk
Sp rpk
 
Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Sp isolasi sosial
Sp isolasi sosialSp isolasi sosial
Sp isolasi sosial
 
Pathways diabetes
Pathways diabetesPathways diabetes
Pathways diabetes
 
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
 
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien AnemiaAsuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
Asuhan Keperawatan dengan Klien Anemia
 
Santi askep dm
Santi askep dmSanti askep dm
Santi askep dm
 
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyamanKebutuhan rasa aman dan nyaman
Kebutuhan rasa aman dan nyaman
 
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
Asuhan Keperawatan GOUT (Asam Urat)
 
Laporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensiLaporan pendahuluan hipertensi
Laporan pendahuluan hipertensi
 
Askep Demam Thypoid
Askep Demam ThypoidAskep Demam Thypoid
Askep Demam Thypoid
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Prosedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan InfusProsedur Melepaskan Infus
Prosedur Melepaskan Infus
 

Destacado

Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan NyamanAsuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyamanpjj_kemenkes
 
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1Aci Lasvi
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...Operator Warnet Vast Raha
 
Kebijakan ppi-kemenkes
Kebijakan ppi-kemenkesKebijakan ppi-kemenkes
Kebijakan ppi-kemenkesFikri Jafar
 
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan NyamanAsuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyamanpjj_kemenkes
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifSri Nala
 
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis)
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis)Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis)
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis)Operator Warnet Vast Raha
 
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeOperator Warnet Vast Raha
 
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...Operator Warnet Vast Raha
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN (PERIKARDITIS, MIOKARDITIS ...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN  (PERIKARDITIS, MIOKARDITIS ...ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN  (PERIKARDITIS, MIOKARDITIS ...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN (PERIKARDITIS, MIOKARDITIS ...pjj_kemenkes
 

Destacado (20)

Kumpulan askep
Kumpulan askepKumpulan askep
Kumpulan askep
 
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan NyamanAsuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
 
Catatan perkembangan AKPER PEMKAB MUNA
Catatan perkembangan AKPER PEMKAB MUNA Catatan perkembangan AKPER PEMKAB MUNA
Catatan perkembangan AKPER PEMKAB MUNA
 
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
 
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod  l...
Kti asuhan keperawatan pada klien ny. r dengan post op sectio caesarea pod l...
 
Kebijakan ppi-kemenkes
Kebijakan ppi-kemenkesKebijakan ppi-kemenkes
Kebijakan ppi-kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan NyamanAsuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
 
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
Penumpukan serumen AKPER PEMKAB MUNA
 
70593200 nyeri-persalinan
70593200 nyeri-persalinan70593200 nyeri-persalinan
70593200 nyeri-persalinan
 
Kti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludinKti la ode muhammad jamaludin
Kti la ode muhammad jamaludin
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis Ulseratif
 
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisikGangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
 
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis)
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis)Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis)
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis)
 
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 erekeSelasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
Selasa,, askep pada klien dengan gangguan repirasi kanker paru2 fitri2 ereke
 
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...
Askep infeksi jantung (perikarditis, endokarditis dan miokarditis) AKPER PEMK...
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN (PERIKARDITIS, MIOKARDITIS ...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN  (PERIKARDITIS, MIOKARDITIS ...ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN  (PERIKARDITIS, MIOKARDITIS ...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN (PERIKARDITIS, MIOKARDITIS ...
 
Patofisiologi isk
Patofisiologi iskPatofisiologi isk
Patofisiologi isk
 
Agd
AgdAgd
Agd
 
Fisioterapi Dada
Fisioterapi DadaFisioterapi Dada
Fisioterapi Dada
 
Askep ards tahyr
Askep ards tahyrAskep ards tahyr
Askep ards tahyr
 

Similar a ASUHAN INFEKSI

konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatan
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatankonsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatan
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatansiakadurban
 
presentation1-senin-besok1.pptx
presentation1-senin-besok1.pptxpresentation1-senin-besok1.pptx
presentation1-senin-besok1.pptxssuserbe54ac
 
Network antara tenaga kesehatan lingkungan dengan perawat dan tenaga kesehata...
Network antara tenaga kesehatan lingkungan dengan perawat dan tenaga kesehata...Network antara tenaga kesehatan lingkungan dengan perawat dan tenaga kesehata...
Network antara tenaga kesehatan lingkungan dengan perawat dan tenaga kesehata...riri_hermana
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologiAzmi Yunita
 
Makalah konsep dasar pertahanan tubuh
Makalah konsep dasar pertahanan tubuhMakalah konsep dasar pertahanan tubuh
Makalah konsep dasar pertahanan tubuhRahmania Azwarini
 
Modul 3 kb 1 penanganan luka cedera
Modul 3 kb 1 penanganan luka cederaModul 3 kb 1 penanganan luka cedera
Modul 3 kb 1 penanganan luka cederapjj_kemenkes
 
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...Valentina Frebianti
 
Sosialisasi tentang HIV/AIDS
Sosialisasi tentang HIV/AIDS Sosialisasi tentang HIV/AIDS
Sosialisasi tentang HIV/AIDS Febi_valentina30
 
Kb 2 proses penyembuhan luka
Kb 2 proses penyembuhan lukaKb 2 proses penyembuhan luka
Kb 2 proses penyembuhan lukapjj_kemenkes
 
Proses Penyembuhan luka
Proses Penyembuhan lukaProses Penyembuhan luka
Proses Penyembuhan lukapjj_kemenkes
 
Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7Vina Widya Putri
 
(1). program pemerintah dalam penanggulangan masalah
(1). program pemerintah dalam penanggulangan masalah(1). program pemerintah dalam penanggulangan masalah
(1). program pemerintah dalam penanggulangan masalahProdalima Sinulingga, M.Kep
 
Kb 1 radang dan mekanisme proses infeksi
Kb 1 radang dan mekanisme proses infeksiKb 1 radang dan mekanisme proses infeksi
Kb 1 radang dan mekanisme proses infeksipjj_kemenkes
 

Similar a ASUHAN INFEKSI (20)

konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatan
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatankonsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatan
konsep infeksi keselamatan dan kenyamanan - d3 keperawatan
 
presentation1-senin-besok1.pptx
presentation1-senin-besok1.pptxpresentation1-senin-besok1.pptx
presentation1-senin-besok1.pptx
 
Aplikasi imunologi
Aplikasi imunologiAplikasi imunologi
Aplikasi imunologi
 
Penyakit menular AKPER PEMKAB MUNA
Penyakit menular AKPER PEMKAB MUNAPenyakit menular AKPER PEMKAB MUNA
Penyakit menular AKPER PEMKAB MUNA
 
Imunisasi.pdf
Imunisasi.pdfImunisasi.pdf
Imunisasi.pdf
 
Imunisasi
ImunisasiImunisasi
Imunisasi
 
Rantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan PenyakitRantai Penularan Penyakit
Rantai Penularan Penyakit
 
Network antara tenaga kesehatan lingkungan dengan perawat dan tenaga kesehata...
Network antara tenaga kesehatan lingkungan dengan perawat dan tenaga kesehata...Network antara tenaga kesehatan lingkungan dengan perawat dan tenaga kesehata...
Network antara tenaga kesehatan lingkungan dengan perawat dan tenaga kesehata...
 
Penyakit menular
Penyakit menularPenyakit menular
Penyakit menular
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologi
 
Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun Makalah imunologi autoimun
Makalah imunologi autoimun
 
Makalah konsep dasar pertahanan tubuh
Makalah konsep dasar pertahanan tubuhMakalah konsep dasar pertahanan tubuh
Makalah konsep dasar pertahanan tubuh
 
Modul 3 kb 1 penanganan luka cedera
Modul 3 kb 1 penanganan luka cederaModul 3 kb 1 penanganan luka cedera
Modul 3 kb 1 penanganan luka cedera
 
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...
Upaya pencegahan penyakit menular untuk meningkatkan derajat kesehatan masyar...
 
Sosialisasi tentang HIV/AIDS
Sosialisasi tentang HIV/AIDS Sosialisasi tentang HIV/AIDS
Sosialisasi tentang HIV/AIDS
 
Kb 2 proses penyembuhan luka
Kb 2 proses penyembuhan lukaKb 2 proses penyembuhan luka
Kb 2 proses penyembuhan luka
 
Proses Penyembuhan luka
Proses Penyembuhan lukaProses Penyembuhan luka
Proses Penyembuhan luka
 
Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7Laporan tutorial skenario 2 blok 7
Laporan tutorial skenario 2 blok 7
 
(1). program pemerintah dalam penanggulangan masalah
(1). program pemerintah dalam penanggulangan masalah(1). program pemerintah dalam penanggulangan masalah
(1). program pemerintah dalam penanggulangan masalah
 
Kb 1 radang dan mekanisme proses infeksi
Kb 1 radang dan mekanisme proses infeksiKb 1 radang dan mekanisme proses infeksi
Kb 1 radang dan mekanisme proses infeksi
 

Más de Amee Hidayat

Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Amee Hidayat
 
Hasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid ameeHasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid ameeAmee Hidayat
 
Artritis Reumatoid
Artritis ReumatoidArtritis Reumatoid
Artritis ReumatoidAmee Hidayat
 
Buku saku artritis reumatoid
Buku saku artritis reumatoidBuku saku artritis reumatoid
Buku saku artritis reumatoidAmee Hidayat
 
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)Amee Hidayat
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAmee Hidayat
 
Fisiologi sistem respirasi
Fisiologi sistem respirasiFisiologi sistem respirasi
Fisiologi sistem respirasiAmee Hidayat
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAmee Hidayat
 
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidurAsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidurAmee Hidayat
 
Makalah Etik Keperawatan
Makalah Etik KeperawatanMakalah Etik Keperawatan
Makalah Etik KeperawatanAmee Hidayat
 

Más de Amee Hidayat (12)

Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
Gastritis dan Gastroeteritis (Amee)
 
demam tifoid amee
demam tifoid ameedemam tifoid amee
demam tifoid amee
 
Hasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid ameeHasil laporan seven jump demam tifoid amee
Hasil laporan seven jump demam tifoid amee
 
Artritis Reumatoid
Artritis ReumatoidArtritis Reumatoid
Artritis Reumatoid
 
Buku saku artritis reumatoid
Buku saku artritis reumatoidBuku saku artritis reumatoid
Buku saku artritis reumatoid
 
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)
Asuhan Keperawatan IMA (Infark Miokardium Akut)
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
Fisiologi sistem respirasi
Fisiologi sistem respirasiFisiologi sistem respirasi
Fisiologi sistem respirasi
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidurAsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
AsKep gangguan pemenuhan istirahat tidur
 
Makalah Etik Keperawatan
Makalah Etik KeperawatanMakalah Etik Keperawatan
Makalah Etik Keperawatan
 
Herpes genital
Herpes genitalHerpes genital
Herpes genital
 

Último

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxPuskesmasTete
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 

Último (20)

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 

ASUHAN INFEKSI

  • 1. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI Kelas B semester 2 Disusun oleh kelompok F: 1. Said (130012072) 2. Silvianita Fitri Anggraini (130012073) 3. Siti Aminah Hidayat (130012074) 4. Siti Habibah (130012075) 5. Siti Nurjanah Siska L. (130012076) Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya Surabaya 2013
  • 2. KATAPENGANTAR Alhamdulillahhirobbilallamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami kelompok F, dapat menyelesaikan dokumentasi keperawatan yang berjudul “Dokumentasi Asuhan Keperawatan Infeksi ” dengan baik dan lancar. Penyusun menyadari bahwa terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Ibu Yanis Kartini, SKM, M. Kep, selaku pebimbing “ILMU KEPERAWATA DASAR III” Tahun 2012-2013 2. Ibu Wesiana Heris Santy, S.Kep.Ns.M. Kep, selaku Pembimbing Akademik S1 Keperawatan kelas “B” Tahun 2012-2013 3. Bpk Thomas Sumarsono S.Si,MSi. selaku Pembimbing Akademik S1 Keperawatan kelas “B”Tahun 2012-2013 Akhirnya dengan kelapangan dada penyusun menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya dalam bidang pendidikan. Surabaya, 15 April 2013 Penulis
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 1.1 Latar Belakang................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1 1.3 Tujuan .............................................................................................................2 BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................................3 2.1 Definisi Infeksi ...............................................................................................3 2.2 Rantai Infeksi..................................................................................................3 2.2.1 Agens Infeksius .......................................................................................3 2.2.2 Pengertian dari Elemen-elemen Rantai Infeksi .......................................5 2.3 Proses Infeksi................................................................................................10 2.4 Jenis Infeksi .................................................................................................11 2.5 Pertahanan Tubuh Terhadap Infeksi .............................................................11 2.5.1 Flora Normal ..........................................................................................12 2.5.2 Sistem Pertahanan Tubuh ......................................................................12 2.5.3 Inflamasi ................................................................................................13 2.5.4 Respons Imun ........................................................................................15 2.7 Infeksi Nosokomial ......................................................................................17 BAB III APLIKASI TEORI (KASUS) ..................................................................19 BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................20 3.1 Pengkajian ....................................................................................................20 3.1.1 Keluhan Utama ......................................................................................20 3.1.2 Riwayat Kesehatan ................................................................................21 3.1.3 Pemeriksaan Fisik ..................................................................................21 3.1.4 Keadaan Umum .....................................................................................23 3.1.5 Psiko, Sosio, Budaya dan Spiritual ........................................................24 3.1.6 Pemeriksaan penunjang .........................................................................24 3.2 Diagnosis Keperawatan ................................................................................24 3.3 Perencanaan ..................................................................................................27
  • 4. 3.4 Implementasi ................................................................................................30 3.5 Evaluasi ........................................................................................................34 BAB V PENUTUP .................................................................................................36 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................37 LEMBARAN FOTO ..............................................................................................38
  • 5. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insidensi infeksi merupakan pola yang selalu berubah sehingga menjadi salah satu alasan mengapa studi tentang penyakit infeksi sangat menarik. Walaupun beberapa penyakit telah dapat dikendalikan dengan sanitasi yang lebih baik, higiene personal, vaksi, dan obat-obatan. Namun beberapa penyakit baru mulai muncul dan penyakit-penyakit lain baru diketahui memiliki dasar infeksi. Di negara berkembang yang miskin sumber daya, penyakit infeksi terus menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Pada dekade terakhir (sampai dengan tahun 2003), lima faktor global telah muncul sebagai kekuatan yang dapat menyebabkan perubahan lebih lanjut: 1. Perubahan iklim dan pemanasan global yang secara spesifik dapat memperluas cakupan geografis infeksi seperti malaria. 2. Peningkatan populasi yang disertai degradasi lingkungan dapat menyebabkan kurangnya persediaan makan dan minuman yang aman. 3. Meningkatnya perpindahan penduduk ke kota di negara berkembang dan negara maju dengan alasan keamanan atau ekonomi dan sosial dapat menyebabkan peningkatan penyakit seperti tuberkulosis. 4. Xenotransplantasi dan modifikasi genetik, secara teoretis, dapat menghasilkan patogen baru pada manusia, walaupun telah ditetapkan panduan keamanan untuk mencegahnya. 5. Bioterorisme dan pelepasan agen biologis yang disengaja mungkin dapat dilakukan untuk memeras uang. Berdasarkan masalah di atas, maka dari itu makalah ini akan membahas tentang infeksi dengan judul “Dokumentasi Asuhan Keperawatan Infeksi”. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana definisi infeksi? 2. Bagaimana rantai infeksi? 3. Bagaimana terjadinya proses infeksi?
  • 6. 4. Bagaimana jenis infeksi? 5. Bagaimana pertahanan tubuh terhadap infeksi? 6. Bagaimana infeksi nosokomial? 1.3 Tujuan 1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi infeksi. 2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami rantai infeksi. 3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses infeksi. 4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami jenis infeksi. 5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pertahanan tubuh terhadap infeksi. 6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami infeksi nosokomial.
  • 7. BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Definisi Infeksi Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. Jika mikroorganisme gagal menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan, infeksi disebut asimptomatik. Penyakit timbul jika patogen berbiak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika penyakit infeksi dapat ditularkan langsung dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan penyakit menular atau contagious. 2.2 Rantai Infeksi Adanya patogen tidak berarti bahwa infeksi akan terjadi. Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen-elemen berikut: 1. Agens infeksius atau pertumbuhan patogen. 2. Tempat atau sumber pertumbuhan patogen. 3. Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut. 4. Cara penularan. 5. Portal masuk ke pejamu. 6. Pejamu yang rentan. Infeksi akan terjadi jika rantai ini tetap berhubungan (gambar 34-1). Perawat menggunakan kewaspadaan dan pengendalian infeksi untuk memutuskan rantai tersebut terjadi. 2.2.1 Agens infeksius Mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur, dan protozoa (tabel 34-1). Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora residen atau transien. Organisme transien normalnya ada dan jumlahnya stabil. Orgtanisme tersebut bertahan hidup dan berbiak di kulit. Kebanyakan ditemukan pada lapisan kulit superfisial, namun 10% sampai 20% mendiasmi lapisan epidermal dalam (garner dan favero, 1986). Organisme residen tidak dengan mudah dapat dihilangakan melalui mencuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila gosokan dilakukan secara seksama. Mikroorganisme pada lapisan kulit dalam
  • 8. biasanya dibunuh hanya dengan mencuci memakai produk yang mengandung bahan anti mikroba. Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan orang atau objek lain dalam aktivitas atau kehidupan normal. Mislanya, bila perawat menyentuh bedpan atau balutan terkontaminasi, bakteri transien menempel pada kulit perawat. Organisme melekat tidak erat pada kulit yang kotor atau berminyak ataupun di bawah kuku jari. Organisme ini siap untuk ditularkan kecuali bila dihilangkan dengan mencuci tangan (larson 1995) Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit bergantung pada faktor-faktor berikut : 1. Organisme dalam jumlah yang cukup. 2. Virulensi, atau kemampuan untuk menyebabkan sakit. 3. Kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam pejamu. 4. Pejamu yang rentan. Agena infeksius Pejamu Reservoar Portal keluar Portal masuk Cara menular Gambar 34-1. Rantai Infeksi. Banyak mikroorganisme residen kulit tidak virulen dan hanya menyebabkan infeksi kulit minor. Namun, mikroorganisme tersebut dapat mengakibatkan infeksi serius bila perbedaan atau prosedur invasif lainnya memungkinkan mereka untuk masuk ke jaringan dalam atau
  • 9. bila klien dalam kondisi sangat menurun imunitasnya (kerusakan sistem imun). 2.2.2 Pengertian dari Elemen-elemen Rantai Infeksi 1. Reservoar Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak dapat berkembang biak; pseudomonas- bertahan hidup dan berkembang biak dalam reservoar nebuliser yang digunakan dalam perawatan klien dengan gangguan pernapasan. Reservoar yang paling umum adalah tubuh manusia. Berbagai mikroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh, cairan dan keluaran. Adanya mikroorganisme tidak selalu menyebabkan seseorang menjadi sakit. Carier (penular) adalah manusia atau binatang yang tidak menunjukkan gejala penyakit tetapi ada patogen dalam tubuh mereka yang dapat ditularkan ke orang lain. Misalnya, seseorang dapat menjadi karier virus hepatitis B tanpa ada tanda dan ada gejala infeksi. Binatang , makanan, air, insekta, dan benda mati dapat juga menjadi reservoar bagi mikroorganisme infeksius. Karena dapat terkontaminasi dengan vibriocholerae, bakteri yang menyebabkan kolera. Clostridium botulinum toksin bertahan hidup dalam makanan yang di proses dengan tidak baik (mis. Kacang hijau kaleng) yang menyebabkan botulisme. Bakteri Legionella pneumophila, yang menyebabkan penyakit legionaire, hidup dalam air dan sistem pengairan yang berkontaminasi. Untuk berkembang dengan cepat, organisme memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk makanan, oksigen, suhu yang tepat, pH dan cahaya. a. Makanan. Mikroorganisme membutuhkan makanan. Beberapa, seperti clotridium perfringens, mikroba yang menyebabkan gangren gas, berkembang pada materi organik yang lain, seperti E. Coli mengkonsumsi makanan yang tidak dicerna diusus. Organisme lain mendapat makanan dari karbon dioksida dan materi anorganik seperti tanah.
  • 10. b. Oksigen. Bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit. Organisme aerob cenderung untuk mengakibatkan infeksi pada manusia. Contoh dari organisme aerob adalah staphylococcus aureus dan turunan organisme streptecoccus. Bakteri anaerob berkembang biak ketika terdapat sedikit atau tidak ada tersedia oksigen bebas. Infeksi dalam di rongga pleural, pada sendi atau traktus sinus secara tipikal disebabkan oleh anaerob. Bakteri yang menyebabkan tetanus, gas gangren dan botulisme adalah anaerob. c. Air. Kebanyakan mikroorganisme membutuhkan air atau kelembapan untuk bertahan hidup. Misalnya, tempat yang disukai oleh mikroorganisme adalah drainase lembab dari luka bedah. Spirokaeta yang menyebabkan sifilis, treponema pallidium, hanya hidup dalam lingkungan lembab. Bebrapa bakteri berubah bentuk, disebut spora,yang resisten terhadap kekeringan. Bakteri berbentuk spora ini, seperti yang menyebabkan antraks, botulisme dan tetanus dapat hidup tanpa air. d. Suhu. Mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu tertentu. Namun, beberapa dapat hidup dalam tempratur yang ekstrem yang mungkin fatal bagi manusia. Beberapa virus (mis. Virus AIDS) resisten terhadap air mendidih. Suhu yang dingin cenderung mencegah pertumbuhan dan reproduksi bakteri (bakteriostatis). Suhu yang termasuk bakteri adalah bakteriosid. e. pH. Keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu mikroorganisme. Kebanyakan mikroorganisme lebih menyukai lingkungan dalam batasan pH 5 sampai 8. Bakteri
  • 11. terutama berkembang dengan pesat dalam urine dengan pH alkalin. Banyak mikroorganisme tidak dapat bertahan hidup dalam lingkungan asam dalam lambung. f. Cahaya. Mikroorganisme berkembang dengan pesat dalam lingkungan yang gelap seperti di bawah balutan dan dalam rongga tubuh. Sinar ultraviolet dapat efektif membunuh beberapa bentuk bakteri. 2. Portal Keluar Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang baik, mereka harus menemukan jalan keluar jika mereka masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar melalui beberapa tempat, sepereti kulit dan membran mukosa, traktus respiratorius, raktus urinarius, traktus gastrointestinal, traktus reproduktif dan darah. a. Kulit dan Membran Mukosa. Normalnya kulit dipertimbangkan sebagai portal masuk karena adanya kerusakan pada kulit dan membran mukosa dapat menimbulkan infeksi. Namun, sering kali respons tubuh terhadap organisme patogenik dengan membentuk drainase purulen. Misalnya S. aureus menyebabkan derainase kuning yang khas, sedangkan Pseudomonas aereuginosa mengakibatkan drainase kehijauan. Drainase ini merupakan portal ke luar yang potensial. b. Traktus Respiratori. Patogen seperti Mycobacterium tuberculosis yang ada pada traktur respiratosius dapat dilepaskan dari tubuh ketika individu yang terinfeksi, batuk, bicara atau bahkan bernapas. Mikroorganisme keluar melalui mulut dan hidung pada klien normal. Pada klien yang menggunakan jalan napas artifisial seperti selang trakeostomi atau endotrakea, organisme dapat
  • 12. dengan mudah keluar dari traktus respiratorius melalui alat-alat ini. c. Traktus Urinarius. Normalnya, urine steril. Namun, kletika terjadi infeksi saluran kemih pada klien, mikroorganisme keluar pada saat berkemih atau melalui pengalih sistem urinarius seperti drain ileostomi dan suprapubik. d. Traktus Gastrointestinal. Mulut adalah salah satu bagian tubuh yang paling terkontaminasi bakteri, meskipun kebanyakan dari organisme tersebut adalah flora normal, bakteri yang hidup dalam tubuh dan bertahan terhadap infeksi. Namun, organisme yang merupakan flora normal pada satu orang dapat menjadi patogen bagi orang lain. Organisme, misalnya, keluar saat seseorang mengeluarkan saliva. Berciuman juga dapat memberi cara untuk keluar. Eliminasi usus, drainase empedu melalui luka bedah atau selang drainase dan pengeluaran isi lambung saat muntah merupakan jalan keluar yang lain. e. Traktus Reproduktif. Organiseme seperti Neisseria gonorheae dan virus human immunodeficiency (HIV) daoat keluar melalui meatus uretra pria atau kanal vagina wanita. Pada pria, semen dapat merupakan pembawa patogen. Rabas dan cairan vaginma dari kanal vagina wanita dapat membawa patogen. f. Darah. Normalnya darah steril. Tetapi dalam kasus infeksius seperti hepatitis B atau C, darah menjadi reservoar organisme infeksius. Luka pada kulit memungkinkan patogen keluar dari tubuh. Pemberi layanan kesehatan dapat dengan mudah terpapar kecuali dilakukan pencegahan. 3. Cara Penularan
  • 13. Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari rerservoar ke pejamu (host). Tabel 34-2 merangkumkan cara penularan cara yang umum. Penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan melalui lebih dari satu rute. Misalnya, herpes zoster dapat disebarkan melalui udara dalam nuklei droplet atau melalui kontak langsung. Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberi layanan kesehatan, hampir semua objek dalam lingkungan (mis. Stetoskop, atau termometer) dapat menjadi alat penularan patogen. Semua personel rumah sakit yang memberi asuhan langsung (mis. Teknisi laboratorium, terapis pernapasan dan petugas nutrisi) harus mengikuti praktik untuk meminimalkan penyebaran infeksi. Setiap kelompok mengikuti prosedur penanganan peralatan dan bahan yang digunakan oleh klien dan membuang peralatan terapi yang kotor ke wadah yang telah ditentukan. Peralatan medis dan prosedur diagnostik tertentu memberi jalan bagi penyebaran patogen. Prosedur invasif seperti sitoskopi (visualisasi kandung kemih) mempermudah diagnosis masalah namun juga meningkatkan risiko penyebaran infeksi. 4. Portal Masuk Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan yang digunakan untuk keluar. Misalnya, pada saat jarum yanng terkontaminasi mengenai kulit klien, organisme masuk ke dalam tubuh. Setiap obstruksi aliran urine dari kateter urine memungkinkan organisme untuk berpindah ke uretra. Kesalahan pemakaian balutan steril pada luka yang terbuka memungkinkan patogen memasuki jaringan yang tidak terlindungi. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh. 5. Hospes Rentan Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agens infeksi. Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan
  • 14. kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah besar, infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme tersebut. Makin virulen suatu organisme, makin besar kemungkinan kerentanan seseorang. Organisme yang lebih virulen didapati muncul di lingkungan perawatan akut. Hal ini diyakini berhubungan dengan seringnya menggunakan sefalosporin generasi ketiga, yang terhadapnya organisme menjadi resisten. Pertahanan faktor lain, mempengaruhi resistensi. Resistensi seseorang terhadap agens infeksi ditingkatkan dengan vaksin atau bahkan mengalami sakit. 2.3 Proses Infeksi Dengan memahami rantai infeksi, perawat dapat melakukan intervensi untuk mencegah infeksi berkembang. Saat klien mendapat infeksi, perawat mampu mengobservasi tanda dan gejala infeksi dan mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah penyebabnya. Infeksi terjadi secara progresif. Beratnya penyakit klien bergantung pada tingkat infeksi, patogenesis mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Jika infeksi setempat (misalnya infeksi luka) perawatan yang tepat mengontrol penyebaran dan meminimalkan penyakit. Klien dapat merasakan gejala setempat seperti nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka. Infeksi yang mengenai seluruh tubuh bukan satu atau sebagian organ adalah sistematik dan dapat menjadi fatal. Perkembangan infeksi mempenagruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian antibiotik dan memantau respons terhadap reaksi pengobatan. Terapi suportif termasuk pemberian nutrisi secara adekuat dan istirahat untuk memperkuat pertahanan terhadap proses infeksi. Kompleksnya perawatan lebih lanjut bergantung pada sistem tubuh yang terkena infeksi. Tanpa memperhatikan apakah infeksi setempat atau sistematik, perawat memainkan peran kritis dalam meminimalkan penyebarannya. Organisme penyebab infeksi luka kecil dapat menyebar mengenai tempat infeksi jarum intravena jika perawat menggunakan teknik yang tidak tepat saat mengganti
  • 15. balutan (IV). Perawat yang kulitnya luka dapat juga mendapat infeksi dari klien jika teknik mereka dalam pemantauan penularan infeksi tidak adekuat. 2.4 Jenis Infeksi Kolonisasi merupakan proses ketika strain mikrooorganisme menjadi flora normal. Pada keadaan ini, mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang, tetapi tidak menyebabkan penyakit. Infceksi terjadi ketika mikroorganisme yang baru terbentuk atau flora normal berhasil menginvasi bagian tubuh ketika mekanisme pertahanan tubuh inang tidak infektif dan pathogen tersebut menyebabkan kerusakan jaringan. Infeksi dapat menjadi penyakit ketika tanda dan gejala infeksi sangat unik dan dapat dibedakan dari kondisi lain. Infeksi dapat lokal atau sistemik. Infeksi local terbatas pada bagian tubuh tertentu tempat mikroorganisme berada. Apabila mikroorganisme tersebut menyebar dan merusak bagian tubuh lain, disebut infeksi sistemik. Keadaan kerika biakan darah individu mengungkap adanya mikroorganisme disebut bakteremia. Kondisi ketika bakteremia menyebabkan infeksi sistemik disebut septicemia. Selain itu, terdapat infeksi akut atau kronik. Pada umunya, infeksi akut terjadi sangat cepat atau berlangsung dalam waktu yang sangat pendek. Infeksi kronik dapat terjadi lebih lambat, berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahuntahun. 2.5 Pertahanan Tubuh Terhadap Infeksi Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang tinggal di dalam dan luar tubuh melindungi seseorang dari beberapa patogen. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang mempertahankan terhadap paparan mikroorganisme infeksius. Proses peradangan adalah reaksi propektif selular dan vaskular yang menetralisasi patogen dan memperbaiki sel tubuh. Flora normal, sistem pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan nonspesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme dengan mengabaikan paparan sebelumnya. Beberapa respons pertahanan dan sistem imun tidak spesifik, sementara yang lain spesifik
  • 16. terhadap patogen yang spesifik. Jika ada pertahanan tubuh yang gagal, infeksi dapat dengan cepat berkembang menjadi masalah kesehatan yang serius. 2.5.1 Flora Normal Normalnya, tubuh mengandung mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal. Manusia secara normal mengkskresi setiap hari trilyunan mikroba melalui usus. Kulit juga memiliki populasi flora yang besar. Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi justru turut berperan dalam memelihara kesehatan. Flora normal pada usus besar hidup dalam jumlah yang besar tanpa menyebabkan sakit. Flora bakterial ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab penyakit untuk makanan. Flora normal juga menyekresi substansi anti-bakteri dalam dinding usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan protektif dengan menghambat multiplikasi organisme yang menempel pada kulit. Mulut dan faring juga dilindungi oleh flora yang menggangu pertumbuhan mikroba yang menginvasi. Flora normal dalam jumlah yang sangat banyak mempertahankan keseimbangan yang sensitif dengan mikroorgansime lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan ini mengakibatkan individu semakin beresiko mendapat penyakit infeksi. Misalnya, penggunaan antibiotik spektrum-luas untuk mengobati infeksi dapat mengarah ke suprainfeksi. Flora bakteri normal dibunuh, memungkinkan mikroorgansime penyebab penaykit untuk bermultiplikasi. 2.5.2 Sistem Pertahanan Tubuh Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan yang unik terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran pernapasan dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh mikroorganisme. Organsime patogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit, diinhalasi ke paru atau dicerna dengan makanan. Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya. Misalnya, paru tidak dapat sepenuhnya
  • 17. mengatur masuknya mikroorgansime. Namun, jalan masuk dilapisi oleh tonjolan yang berbentuk seperti rambut, atau silia yang secara ritmis beregrak untuk memindahkan lapisan mukus dan organisme yang melekat ke faring untuk diekshalasi. Kondisi yang mempenagruhi pertahanan khusus organ meningkatkan kecenderungan terhadap infeksi. 2.5.3 Inflamasi Respons selular tubuh terhadap cedera atau infeksi adalah inflamasi. Inflamasi adalah reaksi protektif vaskular dengan menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cedera. Proses tersebut menetralisasi dan mengeliminasi patogen atau jaringan mati (nekrotik) dan memulai cara-cara perbaikan sel dan jaringan tubuh. Tanda inflamasi termasuk bengkak, kemerahan, panas, nyeri, atau nyeri tekan, dna hilangnya fungsi pada bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi sistemik, muncul tanda dan gejala lain, termasuk demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe. Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agens fisik, kimiawi, atau mikroorgansime. Trauma mekanis, suhu yang ekstrem dan mikroorgansime. Trauma mekanis, suhu yang ekstrem dan radiasi merupakan contoh agens fisik. Agens kimiawi termasuk iritan ekstrenal dan internal seperti racun keras atau asam lambung. Mikroorganisme dapat mencetuskan respons ini sebagaimana telah didiskusikan terdahulu. Setelah jaringan cedera, terjadi urutan kejadian yang dikoordinasi dengan baik. Respons inflamasi termasuk hal-hal berikut: a. Respons vaskular dan selular Inflamasi akut adalah respons segera terhadap cedera selular. Arteriol yang menyuplai daerah yang terinfeksi atau cedera berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk ke sirkulasi lokal. Peningkatan aliran darah lokal tersebut menghasilkan karakteristik kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal
  • 18. dihasilkan dari volume darah yang lebih besar pada daerah inflamasi. Vasodilatasi lokal menghantarkan darah dan sel darah putih (SDP) ke jaringan yang cedera. Cedera menyebabkan nekrosis jaringan dan sebagai akibatnya tubuh mengeluarkan histamin, bradikinin, prostaglandin, dan serotonin. Mediator kimiawi ini meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein dan sel memasuki ruang interstisial. Cairan yang terakumulasi tampak sebagai pembekakan lokal (edema). Tanda lainnya dari inflamasi adalah nyeri. Pembekakan jaringan yang terinflamasi mengakibatkan meningkatkan nyeri. Substansi tekanan pada kimiawi ujung seperti saraf histamin menstimulasi ujung saraf. Sebagai akibat dari terjadinya perubahan fisiologi pada inflamasi, bagian tubuh yang terkena biasanya mengalami kehilangan fungsi sementara. Misalnya infeksi lokal pada tangan menyebabkan jari menjadi bengkak, nyeri dan pucat. Sendi menjadi kaku sebagai akibat dari pembengkakan, namun fungsi jari akan kembali pada saat inflamasi berkurang. Respons selular inflamasi termasuk meningkatnya SDP lewat melalui pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan. Melalui proses fagositosis, SDP tertentu disebut neutrofil dan monosit, menelan dan menghancurkan mikroorganisme atau partikel kecil lainnya. Jika inflamasi terjadi sistemik terjadi tanda dan gejala lainnya. Leukositosis atau peningkatan jumlah SDP yang bersirkulasi adalah respons tubuh terhadap SDP yanng keluar dari pembuluh darah. Jumlah SDP serum normalnya 5000 sampai 10.000/mm3 namun dapat meningkat sampai menjadi 15.000 sampai 20.000/mm3 selama inflamasi. Demam disebabkan oleh pelepasan fagositik oleh pirogen dari sel bakteri yang menyebabkan peningkatan set point hipotalamik. Tanda dan gejala sistemik lainnya termasuk malaise, mual, dan pembesaran nodus limfe. b. Pembentukan eksudat inflamasi
  • 19. Akumulasi cairan dan sel mati jaringan serta SDP membentuk eksudatpada daerah inflamasi. Eksudat dapat berbentuk serosa (jernih seperti plasma), sanguinosa (mengandung sel darah merah), atau purulen (mengandung SDP dan bakteri). Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein plasma seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi untuk mencegah penyebarannya. c. Perbaikan jaringan. Bila terjadi cedera pada sel jaringan, penyembuhan termasuk tingkat bertahan, rekonstruksi dan maturatif. Sel baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel sebelumnya. Jika inflamasi kronik, kerusakan jaringan dapat diisi dengan jaringan granulasi yang midah rusak. Jaringan granulasi tidak sekuat kalogen jaringan dan mengambil berbentuk parut. 2.5.4 Respons Imun Saat mikroorganisme penginvasi memasuki tubuh, mikroorganisme tersebut diserang pertama kali oleh monosit. Sisa mikroorganisme tersebut kemudian memicu respons imun. Materi asing tertinggal (antigen) menyebabkan rentetan respons yang mengubah susunan biologis tubuh sehingga reaksi untuk paparan berikutnya berbeda daro reaksi pertama. Respons yang berubah ini dikenal sebagai respons imun. Dalam respons imun normal, antigen dinetralisasi, dihancurkan atau dimusnahkan. Antigen biasanya tersusun dari protein yang normalnya tidak ditemukan dalam tubuh manusia. Seringkali adanya antigen sebagai bagian dari struktur bakteri atau virus. Setelah antigen masuk ke dalam tubuh antigen tersebut bergerak ke darah atau limfe dan memulai imunitas selular atau humoral. a. Imunitas Selular Ada dua kelas limfosit: limfosit T (CD4T) dan limfosit B (sel B). Limfosit T memainkan peran utama dalam imunitas selular. Ada reseptor antigen pada membran permukaan limfosit CD4T. Bila
  • 20. antigen bertemu dengan sel yang reseptor permukaannya sesuai dengan antigen, terjadi ikatan. Ini mengaktifkan limfosit CD4T untuk membagi diri dengan cepat untuk membentuk sel yang peka. Limfosit yang peka bergerak ke daerah inflamasi atau cedera, berikatan dengan antigen dan melepaskan senyawa kimiawi yang disebut limfokin. Limfokin menarik dan menstimulasi makrofag untuk menyerang antigen. Akhirnya antigen dimatikan. Respons selular tersebut diubah oleh HIV, yang menyebabkan AIDS. b. Imunitas Humoral Stimulasi sel B memicu respons imun humoral, menyebabkan sintesis imunoglubulin atau antibodi yang membunuh antigen. Setelah sel B berikatan dengan satu antigen. Akan menyebabkan pembentukan sel B plasma dan memori. Sel plasma mensintesis dan mensekresi antibodi dalam jumlah besar, yang merupakan protein yang normalnya ditemukan dalam tibuh yang menyediakan imunitas menyeluruh. Sel B memori mempersiapkan tubuh melawan invasi antigen nantinya. Jadi bila antigen masuk lagi ke dalam tubuh, antibodi terbentuk lebih cepat daripada saat pertama kali terpapar, dan kadar imunoglobulin tetap tinggi untuk menyerang antigen. c. Antibodi Merupakan molekul protein besar. Ada lima kelas antibodi imunoglobulin yang diidentifikasi dengan huruf M, G, A, E dan D. imunoglobulin M (IgM) adalah antibodi awal pradominan dibentuk setelah kontak awal dengan antigen. Kontak awal ini adalah respons imun primer, dan adanya IgM menandakan adanya infeksi baru terjadi. Antibodi yang paling berlebih yang bersirkulasi adalah IgG, yang dibentuk setelah kontak berikutnya dengan antigen atau selama respons imun sekunder, dan keberadaannya menandakan infeksi terakhir. Pembentukan antibodi merupakan dasar dari imunisai terhadap penyakit dan merupakan kejadian natural atau buatan. Imunitas natural dihasilkan setelah terkena penyakit tertentu seperti campak, dan biasanya bertahan selama hidup. Imunitas buatan
  • 21. biasanya didapat setelah menerima vaksin vaksin seperti vaksin polio. Durasi merupakan variabel dan dapat atau tidak memerlukan pendorong. Imunitas pasif biasanya berdurasi pendek dan merupakan jenis yang dapat diperoleh secara transplasenta. d. Komplemen Adalah senyawa protein yang ditemukan dalam serum darah. Komplemen diaktifkan saat antigen dan antibodi terikat bersama. Setelah komplemen diaktifkan, rentetan yang cepat dari aktivitas katalitik mengubah bentuk sel antigenik bakteri. Misalnya mengambil bentuk donat. Sesungguhnya komplemen membuat lubang melalui membran sel antigen. Ion dan air masuk ke dalam sel, mengakibatkan sel mengembang. Proses ini disebut sitolisis. e. Interferon Pada saat tertentu diinvassi oleh virus, sel tersebut mensintesis interferon protein. Interferon mengganggu kemampuan virus bermultiplikasi dan melindungi sel tubuh dari infeksi stimulan virus lain. Diklasifikasikan sebagai pemodifikasi respons biologis, interferon juga menghambat pertumbuhan dan pembelahan sel tumor (Grimes dan Grimes, 1994). 2.6 Infeksi Nosokomial Klien yang berada dalam lingkungan perawatan kesehatan dapat beresiko tinggi mendapat infeksi. Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas perawatan kesehatan. Rumah sakit merupakan satu dari tempat yang paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik. Unit Perawatan Intensif (UPI) merupakan salah satu area dalam rumah sakit yang beresiko tinggi terkena infeksi nosokomial. Sayangnya, kebanyakan infeksi nosokomial ditularkan oleh pemberi pelayanan kesehatan. Infeksi iatrogenik adalah jenis infeksi nosokomial yang diakibatkan oleh prosedur diagnostik atau terapeutik. Infeksi traktur urinarius yang terjadi setelah insersi kateter merupakan contoh infeksi nosokomial iatrogenik.
  • 22. Insiden infeksi nosokomial dapt diturunkan jika perawat menggunakan pemikiran yang kritis pada saat mempraktikkan teknik aseptik. Perawat harus selalu mempertimbangkan risiko klien terkena infeksi dan mengantisipasi bagaimana pendekatan perawatan dapat meningkatkan atau menurunkan kemungkinan penularan infeksi. Infeksi nosokomial dapat secara eksogen atau endogen. Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu, yang bukan merupakan flora normal, contohnya adalah organisme Salmonella dan Clostridium tetani. Infeksi endogen dapat terjadi pertumbuhan yang berlebihan. Contohnya adalah infeksi yang disebabkan oleh enterokokus, ragi, dan streptokokus. Bila mikroorganisme dalam jumlah cukup yang normalnya ditemukan dalam salah satu rongga atau lapisan tubuh dipindahkan ke bagian tubuh lain, terjadi infeksi endogen. Misalnya penularan dari enterokukus, normalnya ditemukan dalam feses, dari tangan ke kulit sering mengakibatkan infeksi luka. Jumlah mikroorganisme yang diperlukan untuk menyebabkan infeksi nosokomial bergantung pada virulensi organisme, kerentanan hospes dan daerah yang diinfeksi. Jumlah tenaga pelayanan kesehatan yang kontak langsung dengan pasien, jenis dan jumlah prosedur invansif, terapi yang diterima, dan lama perawatan mempengaruhi risiko terinfeksi. Tempat utama untuk infeksi nosokomial termasuk traktus urinarius, luka trauma bedah, traktus respiratorius, dan pembuluh darah. Infeksi nosokomial meningkatkan biaya perawatan kesehatan secara signifikan, lamanya masa rawat, diinstitusi layanan kesehatan, meningkatkan ketidakmampuan, peningkatan biaya antibodi dan masa penyembuhan yang memanjang menambah pengeluaran klien, juga institusi layanan kesehatan dan badan pemberi dana (mis. Medicare). Seringkali biaya untuk infeksi nosokomial tidak diganti, oleh sebab itu, pencegahan memiliki pengaruh finansial yang menguntungkan dan merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan perawatan.
  • 23. BAB III CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI Bp. A seorang perawat, datang ke UGD RSI A. Yani mengantar anak perempuannya yang masih berumur 5th karena anaknya menangis terus-menerus sejak kemarin sore dikarenakan febris dan disuria. Bp.A juga mengatakan, An.K di rumah dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal higiennya biasanya dibantu oleh pembantunya. Selain itu An.K juga mengatakan sulit dan sakit pada perut seperti diremasremas dan perih saat mau buang air kecil, sehingga An.K jadi takut jika mau BAK padahal buang air kecilnya lebih sering dari biasanya, oleh sebab itu An.K mengatakan takut untuk banyak minum. Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic dan adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. Karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV : RR : 28x/menit S : 40 ºC N : 108x/menit Saat di UGD An.K dilakukan pemasangan infus RL, 20 tts/mnt dengan abocat ukuran 24 dan diberikan terapi obat: Ceftriaxone 2x500m dan Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB
  • 24. BAB IV PEMBAHASAN 3.1 Pengkajian a. Nama perawat : Adit Tgl pengkajian : 10 April 2013 Jam pengkajian : 15.00 WIB b. Identitas Pasien Nama Pasien : An. K Agama : Islam Umur : 5 tahun Jenis kelamin : Perempuan Almat : Jln. Karangrejo Tanggal masuk RS : 18 April 2013 Diagnosa medis : Gangguan Eliminasi Urinarius No rekam medis : 20954777 Jam masuk : 15.00 WIB Suku : Jawa Bangsa : Indonesia c. Penanggung jawab Orang tua/wali : Bp. A Umur : 36 tahun Agama : Islam Pendidikan : S1 Pekerjaan : Perawat Status Pernikahan : Menikah Hubungan dengan klien : Bapak kandung Alamat : Jln. Karangrejo Suku : Jawa Bangsa :Indonesia 3.1.1 Keluhan Utama Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian suprapubic.
  • 25. 3.1.2 Riwayat Kesehatan A. Riwayat Penyakit sekarang Klien mengatakan karena sakit pada perut bagian bawah, An.K merasa tidak kuat untuk berjalan sendiri sehingga waktu turun dari mobil ke UGD, An.K digendong oleh ayahnya. Saat di UGD, An.K dilakukan pemasangan infus RL 20 tetes/menit dengan abocat ukuran 24 selama 2 hari. B. Riwayat Penyakit Dahulu 1. Penyakit yang pernah dialami: klien sering mengalami nyeri abdomen a. Kecelakaan : tidak terkaji b. Pernah dirawat di RS : Bpk.A mengatakan, pada usia 4 tahun An.K pernah dirawat di RS karena mengalami malaria. c. Operasi : Bpk.A mengatakan An.K tidak pernah dioperasi 2. Alergi : Bpk.A mengatakan bahwa An.K alergi terhadap ikan yang ditandai dengan gatal-gatal pada kulit dan mual-mual. 3. Vaksin : Bpk.A mengatakan bahwa An.K baru saja di vaksin Hepatitis B 3 bulan yang lalu. 4. Kebiasaan : An.K mengatakan bahwa ia suka jajan di sembarang tempat seperti mie remes. C. Riwayat Penyakit Keluarga Sebelum An.K mengalami gangguan eliminasi urinarius, nenek dari An.K yaitu Ny. T sudah pernah mengalami gangguan eliminasi urinarius selama lebih kurang satu minggu. 3.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Dasar A. Aktivitas dan latihan Sebelum Masuk Rumah Sakit Saat Masuk Rumah Sakit An. K sebelum sakit masih bisa setelah mengalami ISK An. K melakukan aktifitas seperti anak menjadi seusianya seperti pendiam karena bermain menahan rasa sakit perutnya.
  • 26. bersama teman-temannya. Selama sakit An. K dirumah melakukan aktifitas dan dirawat oleh pembantunya sehingga untuk personal hygen biasanya dibantu oleh pembantunya. B. Tidur dan Istirahat Sebelum Masuk Rumah Sakit Saat Masuk Rumah Sakit Sebelum sakit Bp. A mengatakan Saat sakit Bp. A mengatakan An. An. K tidak ada masalah dalam K mengalami sulit tidur dan masalahnya, A.n K biasanya sering terbangun saat tidur tidur 9 jam saat malam dan 2 dikarenakan perut bagian bawah jam saat siang terasa nyeri dan sangat sakit, An. K hanya bisa tidur 6 jam saat malam dan tidak bisa tidur saat siang. C. Kenyamanan dan nyeri 1. Palliative/profokatif Bp. A mengatakan anaknya mengalami hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal 2. Quality Klien mengatakan sangat nyeri seperti diremas-remas dan perih ketika akan berkemih dan terasa sedikit berkurang nyerinya sesudah berkemih. 3. Region Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Suprapubic. 4. Scale Dari skala 1-10 klien mengatakan skala sakitnya sekitar angka 5. 5. Time
  • 27. Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK. 6. Nutrisi Sebelum Masuk Rumah Sakit Sebelum gangguan klien Saat Masuk Rumah Sakit mengalami pada saat mengalami gangguan eliminasi, klien eliminasi urine, nafsu makan mempuyai nafsu makan sehingga klien selalu makan 3 porsi sehari. menjadi berkurang, sehingga hanya makan 1 porsi sehari. 7. Cairan elektrolit dan asam basa Saat Masuk Rumah Sakit Saat Masuk Rumah Sakit sebelum sakit klien minum 8 Pada saat klien mengalami gelas standar 250cc perhari. gangguan eliminasi urin klien hanya minum 4 gelas standar 250 cc dan dibantu dengan Suport IV Line cairan RL 20tts/mnt. 8. Oksigenasi Sebelum dan sesudah mengalami ganguan eliminasi urin, Klien tidak mengalami sesak nafas dan tidak ada sputum. 9. Eliminasi Alvi Saat Masuk Rumah Sakit Sebelum sakit Saat Masuk Rumah Sakit klien saat mengalami gangguan mengatakan BAB lancar fases eliminasi urin klien merasakan berwarna kuning 2x sehari. perut terasa diremas-remas dan warna fases cokelat. 10. Eliminasi urine Saat Masuk Rumah Sakit Saat Masuk Rumah Sakit Sebelum mengalami ganguan selama mengalami gangguan eliminasi urin mempunyai berkemih 500cc/hr. klien eliminasi urin klien hanya frekuensi berkemih 250cc/hr dan warna urine merah terdapat hematuria dan klien mengatakan nyeri
  • 28. pada saat BAK. 11. Sensori,persepsi dan kognitif Setelah melakukan pengkajian klien tidak mengalami gamgguan pada Sensori, persepsi dan kognitif. 3.1.4 Pemeriksaan Fisik A. Keadaan Umum Keadaan umum pasien saat ini adalah cemas dengan hasil pemeriksaan Vital Sign: TD : 100/70 mmHg N : 108xmnt RR : 28x/mnt S : 400c B. Kepala: Inspeksi : Pada saat dilakukan inspeksi tidak terdapat benjolan yang terdapat di kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap ke belakang. Palpasi : Pada saat dilakukan palpasi tidak terdapat benjolan yang terdapat di kepala, bentuk tengkorak semetris dengan bagian frontal menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap ke belakang. C. Leher: Setelah dilakukan inspeksi, palpasi dan teknik gerakan leher klien dapat melakukan gerakan leher secara terkoordinasi tanpa gangguan. D. Dada: paru dan jantung Inspeksi : Pada saat inspeksi klien tidak terlihat sesak napas, yaitu frekuensi pernapasan 28x/menit. Palpasi : pada saat dilakukan palpasi getaran pada dinding dada sebelah kanan lebih keras dari pada dinding dada sebelah kiri. Perkusi : Pada saat dilakukan perkusi suara paru klien normal yaitu terdengar bunyi resonan.
  • 29. Auskultasi : Pada saat dilakukan auskultasi suara paru klien normal yaitu terdengar bunyi resonan. E. Abdomen: Inspeksi : Setelah dilakukan pemeriksaan fisik abdomen normal, pada saat inspeksi tidak ada pembengkakkan, dan semetris. Palpasi : pada saan palpasi abdomen teraba keras dan kaku. Perkusi : pada saat dilakukan perkusi abdomen terdengar dung-dung yang menadai abdomen kembung. Auskultasi : Pada saat dilakukan auskultasi terdengar suara bising usus, secara normal terdengar setiap bising usus normal terdengar 10 kali/menit. 3.1.5 Psiko sosio budaya dan spiritual A. Psikologis Klien mengatakan Takut jika mau BAK, karena merasa nyeri pada saat ingin BAK. B. Sosial Klien berkomunikasi dengan bahasa jawa dan bahasa Inonesia, nada bicara klien sopan. C. Budaya: Tidak terkaji D. Spiritual: Tidak terkaji 3.1.6 Pemeriksaan penunjang A. Terapi Medis Saat di UGD klien deberikan cairan IV yaitu infus RL 20tts/mnt, klien juga diberikan obat melalui injeksi Cefotriaxone 2x500 gram dan obat peroral Ketorolak 2x0,5 mg/kg/BB. 3.2. Diagnosis Keperawatan ANALISA DATA Nama klien : An.K No.Register : 01377 Umur : 5 tahun Diagnosa Medis : ISK Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. Karangrejo NO 1. Data Fokus Data Subjektif: Etiologi Proses infeksi Problem Hipertermi
  • 30. 1. Bapak klien mengatakan suhu badan anaknya teraba panas. Data Objektif: Terjadi peningkatan panas akibat TD: 100/70 mmHg produksi sitokin 1. N : 108x/menit pirogen. 2. S : 40⁰C 3. RR : 28x/menit Perangkat imun sistem tubuh akan aktif untuk merespon adanya bentuk infeksi tersebut. Dari hasil lab. Terdapat bakteri E. Coli pada uretra. 2. Data Subjektif: Agen cidera biologis 1. Palliative/profokatif Bp. A mengatakan anaknya Adanya kerusakan mengalami hematuria, selain fungsi organ akibat itu diawal berkemih ada infeksi bakteri E. cairan eksudat yang purulen Coli (pada kandung dan terasa gatal kemih) 2. Quality Klien mengatakan sangat Sensitisasi system nyeri seperti diremas-remas saraf perifer maupun dan perih ketika akan system saraf sentral. berkemih dan terasa sedikit berkurang nyerinya sesudah berkemih. 3. Region Bp. A mengatakan anaknya mengalami nyeri pada bagian Nyeri akut
  • 31. Suprapubic. 4. Scale Dari skala mengatakan 1-10 skala klien sakitnya sekitar angka 5. 5. Time Klien merasa nyeri datang pada saat ingin BAK. Data Objektif: 1. Klien tampak terlihat pucat dan lemas. 2. Klien terlihat memegangi perut bagian bawah. 3. Data Subjektif: Infeksi saluran Gangguan 1. An.K mengatakan sulit dan kemih. Eliminasi Sakit pada perut seperti urinarius diremas-remas dan perih saat Tanda-tandanya mau buang air kecil, sehingga antara lain sering An.K jadi takut jika mau BAK kencing, disuria, padahal buang air kecilnya hematuria, dan puria lebih sering daripada biasanya, oleh sebab itu An.K E.coli yang mengatakan takut untuk nefropatogenik banyak minum. secara khas Data Objektif: menghasilkan 1. Klien terlihat kesakitan dan hemolisin. takut saat buang air kecil. E.coli yang biasa menyebabkan infeksi saluran kemih ialah jenis 01, 2, 4, 6, dan 7.
  • 32. Adanya bakteri E. coli pada saluran kemih. 3.2.1 Prioritas Diagnosa Keperawatan 1. Eliminasi urinarius berhubungan dengan infeksi saluran kemih 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis 3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi 3.3. Intervensi RENCANA ( INTERVENSI ) KEPERAWATAN Nama klien : An.K No.Register : 01377 Umur : 5 tahun Diagnosa Medis : ISK Ruang Rawat : Tulip Alamat : Jl. karangrejo No. Tujuan & Keperawatan 1 Diagnosa Intervensi Kriteria Hasil Eliminasi Setelah urinarius dilakukan eliminasi urin urin merupakan berhubungan tindakan contohnya tindakan untuk dengan infeksi keperawatan frekuensi urin, mengetahui apakah saluran kemih selama 2x24 jam volume urin, urin sudah normal. maka eliminasi konsistensi urinarius An. K urin dengan berkurang tepat. dengan kriteria 1. Pantau Rasional 2. Ajarkan klien 1. Memantau eliminasi 2. Tindakan ini penting hasil sbb: tanda dan agar klien memahami 1. Eliminasi gejala infeksi tentang penyakitnya lancar. saluran kemih. 2. Urin berwarna 3. Instruksikan kuning cerah klien atau dilakukan agar tetapi sedikit keluarga untuk mengetahui keluaran pucat. mencatat urin normal. 3. Volume keluaran urin. 3. Tindakan ini
  • 33. pengeluaran urine 9002100 CC/hari. 2 Nyeri akut Setelah berhubungan dilakukan teknik merupakan dengan agen tindakan relaksasi nafas penurunan nyeri. cidera biologis keperawatan dalam. selama 2x24 1. Ajarkan klien 2. Beri kompres 1. Relaksasi napas dalam 2. Merupakan tindakan tindakan jam maka nyeri hangat pada untuk yang dialami bagian yang sirkulasi dan relaksasi oleh An.K nyeri. otot. berkurang 3. Kolaborasi meningkatkan 3. Analgesik ketorolax dengan kriteria dalam merupakan hasil sbb: pemberian penurun 6. Selera makan analgesik aktivitas peristaltik. klien kembali nyeri dan Ketorolax 2x normal. obat 0,5mg/kg/BB 7. Klien sudah tidak mengalami gelisah. 8. Klien dapat beraktivitas kembali seperti biasanya. 9. Skala nyeri klien 2. 3 Hipertermi Setelah 1. Observasi berhubungan dilakukan keadaan umum mengetahui keadaan dengan proses tindakan klien. pasien. infeksi keperawatan 2. Monitor vital 1. Tindakan untuk 2. Tindakan untuk
  • 34. selama 2x24 jam sign klien mengetahui TTV maka An. K (suhu & nadi). klien. tidak mengalami 3. Beri kompres 3. Kompres hangat untuk hipertermi hangat pada menurunkan/menormal dengan kriteria kening klien. kan suhu tubuh klien. hasil sbb : 4. Anjurkan pada 4. Istirahat merupakan 1. RR klien klien untuk tindakan untuk normal 16- meningkatkan mengembalikan 24/menit. istirahat. kesegaran tubuh. 2. Suhu tubuh 5. Kolaborasi 5. Infus RL merupakan klien dalam dalam infus untuk rentang 36,5- pemberian memberikan nutrisi 37,5⁰C infus RL, 20 dan cairan tubuh klien. 3. Nadi klien normal (60100x/menit). tts/mnt. 6. Anjurkan 6. Air putih untuk banyak minum menambah cairan air putih tubuh agar tidak minimal 8 mengalami dehidrasi. gelas/hari. 7. Kolaborasi 7. Ceftriaxone adalah dalam obat untuk membunuh pemberian bakteri (antibiotik). injeksi Ceftriaxone 2x500mg 8. Kolaborasi 8. Paracetamol adalah dalam obat analgesik dan pemberian antipiretik. analgetik paracetamol 10-10-15 mg/kgBB/kali.
  • 35.
  • 36. 3.4. Implementasi CATATAN PERKEMBANGAN Nama klien No.Register : 01377 Umur : 5 tahun Diagnosa Medis : ISK Ruang Rawat No. : An.K : Tulip Alamat : Jl. Karangrejo Hari/Tgl/Jam Implementasi Respon Tindakan Dx 1 Nama & TTD Rabu, 10/04/2013 09.15 WIB Data Subjektif: 1. Memantau eliminasi urin contohnya Adit Bapak klien mengatakan An.K frekuensi urin, volume sudah berkurang urin, konsistensi urin 09.15 WIB sakitnya saat dengan tepat. kencing. 2. Mengajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih. 09.30 WIB 3. Menginstruksikan klien atau keluarga untuk mencatat keluaran urin. Data Objektif: 1. Volume pengeluaran urin normal 7001000 ml/hari. 2. Klien sedikit mengerti tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih. 2 Rabu, 10/04/2013 09.15 WIB Data Subjektif: 1. Mengajarkan klien 1. Bapak klien tekhnik relaksasi nafas dalam. 09.25 WIB mengatakan anaknya tampak 2. Memberikan kompres lebih tenang dan hangat pada bagian yang nyeri. 09.35 WIB sudah tidak merasakan nyeri 3. Memberikan analgesik Ketorolax setelah diberikan kompres hangat. Erna
  • 37. 2x 0,5mg/kg/BB 8. Data Objektif: 1. Klien sudah tampak tenang, dan berkurang nyerinya. 2. An. K tampak mendapatkan kompres hangat pada bagian abdomennya. 3. An. K tampak masih kelihatan memegang perutnya karena nyeri. 3 Rabu, 10/04/2013 10.15 WIB Data subjektif: 1. Mengobservasi 1. Bapak klien keadaan umum klien. 10.20 WIB mengatakan 2. Memonitor vital sign suhu badan klien (suhu & nadi). 10.30WIB 3. Memberikan kompres anaknya berkurang. hangat pada klien. Data Objektif: 4. Menganjurkan pada 1. Hasil TTV klien untuk menunjukkan meningkatkan suhu 37,5⁰C istirahat. 2. Nadi An. K 5. Memberikan infus 90x/mnt. RL, 20 tts/mnt. 3. Tubuh An. K 6. Memberikan injeksi Ceftriaxone 2x500mg teraba normal, panas berkurang. 4. An. K tampak mendapatkan Reza
  • 38. kompres hangat pada keningnya. 5. An. K tidak tampak terjadi dehidrasi selama adanya demam. 1 Kamis,11/04/2013 09.15 WIB Data Subjektif: 1. Memantau eliminasi 1. Bapak klien urin contohnya frekuensi urin, volume An.K sudah urin, konsistensi urin hilang sakitnya dengan tepat. 09.20 WIB mengatakan saat kencing. 2. Mengajarkan klien tanda dan gejala infeksi saluran kemih. 09.30 WIB 3. Menginstruksikan klien atau keluarga Data Objektif: 1. Volume pengeluaran urin normal. 2. Klien mengerti untuk mencatat tentang tanda keluaran urin. dan gejala infeksi saluran kemih. Niki
  • 39. 2 Kamis,11/04/2013 10.00 WIB Data Subjektif: 1. Mengajarkan klien 1. Bapak klien tekhnik relaksasi nafas mengatakan dalam. 10.10 WIB anaknya tampak 2. Memberikan kompres lebih tenang dan hangat pada bagian sudah tidak yang nyeri. merasakan nyeri 3. Memberikan 10.30 WIB Tasya setelah diberikan analgesik Ketorolax 2x 0,5mg/kg/BB 16. kompres hangat. Data Objektif: 1. Klien sudah tampak tenang, dan hilang nyerinya. 2. An. K tampak mendapatkan kompres hangat pada bagian abdomennya. 3 Kamis,11/03/2013 09.25 WIB Data Subjektif: 1. Mengobservasi 1. Bapak klien keadaan umum klien. 09.35 WIB mengatakan 2. Memonitor vital sign suhu badan klien (suhu &nadi). 09.45 WIB 3. Memberikan kompres anaknya berkurang. hangat pada klien. Data Objektif: 4. Menganjurkan pada 1. Hasil TTV klien untuk menunjukkan meningkatkan suhu 37,5⁰C istirahat. 2. Nadi An. K 5. Memberikan infus 90x/mnt. RL, 20 tts/mnt. 3. Tubuh An. K Joko
  • 40. 6. Memberikan injeksi teraba normal. Ceftriaxone 2x500mg 4. An. K tidak tampak terjadi dehidrasi selama adanya demam. 3.5. Evaluasi Evaluasi hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan selama target waktu yang ditemtukan (2x24 jam) Hari/Tgl/Jam Kamis/10/April/2013 No. Diagnosis Evaluasi Hasil Keperawatan 1 10.30 WIB S: Joko 1. Bapak klien mengatakan An.K sudah hilang sakitnya saat kencing. O: 1. Volume pengeluaran urin normal. 2. Klien mengerti tentang tanda dan gejala infeksi saluran kemih. A: tujuan tercapai, masalah teratasi. P: hentikan tindakan. 2 Paraf S: 1. Bapak klien mengatakan anaknya tampak lebih tenang dan sudah tidak merasakan nyeri
  • 41. setelah diberikan kompres hangat. O: 1. Klien sudah tampak tenang, dan hilang nyerinya. 2. An. K tampak mendapatkan kompres hangat pada bagian abdomennya A: Masalah teratasi, tujuan tercapai. P: Hentikan Tindakan 3 S: 1. Bapak klien mengatakan suhu badan anaknya normal. O: 1. Hasil TTV menunjukkan suhu 37,5⁰C 2. Nadi An. K 90x/mnt. 3. Tubuh An. K teraba normal. 4. An. K tidak tampak terjadi dehidrasi selama adanya demam. A: tujuan tercapai, masalah teratasi. P: hentikan tindakan.
  • 42. BAB V PENUTUP 4.1 Kesimpulan Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Pada pengkajian dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Diagnose yang ada pada teori tetapi tidak ada pada kasus adalah perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau hokturia) berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun struktur urinarius lain, sedangkan diagnose yang ada pada teori dan pada kasus adalah infeksi, gangguan rasa nyaman nyeri dan kurang pengetahuan. Dalam membuat perencanaan keperawatan penulis menyesuaikan dengan kondisi klien saat dikaji dan membuat prioritas masalah sesuai kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dan kebutuhan utama klien. Dalam pelaksanaan keperawatan penulis melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat. Dalam evaluasi penulis dapat menyimpulkan bahwa semua diagnose dapat teratasi dan tujuan keperawatan tercapai. 4.2 Saran Untuk teman sejawat dan penulis agar dapat memprioritaskan masalah sesuai kebutuhan dasar manusia dan masalah utama klien tersebut, walaupun pendokumentasian data tidak dapat dilakukan karena data yang diperoleh hanya berdasarkan ilustrasi kasus tetapi rencana tindakan dapat dilakukan dengan baik. Untuk perawat diruangan agar dapat mendokumentasikan semua data pada klien baik verbal maupun obyektif dengan benar sehingga dapat membuat evaluasi dengan baik. Untuk menunjang pendokumentasian pihak rumah sakit harus menyediakan lembaran renpra untuk perawat ruangan.
  • 43. DAFTAR PUSTAKA Mandal, B.K., dkk. 2004. Lecture Notes: Penyakit Infeksi edisi keenam. Jakarta: Erlangga. Potter & Perry. 1999. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta: EGC. Kozier, dkk. 2010. Fundamental Keperawatan: konsep, proses, dan praktik ed. 7. Jakarta: EGC