Tinjauan pustaka membahas tentang pengertian, tujuan, sasaran dan pelayanan program keluarga berencana. Jenis kontrasepsi yang dibahas meliputi kondom dan vasektomi beserta cara kerja, keunggulan dan kerugiannya.
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
TINJAUAN PUSTAKA KB
1. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga Berencana
2.1.1 Pengertian
Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan
membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak
diinginkan, (2) Mendapatkan kelahiran yang diingikan, (3) Mengatur interval
diantara kehamilan, (4) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami dan isteri, (5) Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto,
2002).
Menurut bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran Bandung yang dikutip oleh Abdurrahman dkk (2001), Keluarga
Berencana adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pertemuan antara
sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar senggama. Sedangkan menurut
Djoko Roesmoro (2000), Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawianan, pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Juliantoro, 2000).
Keluarga Berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah dan jarak anak
yang diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat untuk
mencapai keinginan tersebut (Mc Kenzie, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2. 2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana
Tujuan Keluarga Berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar
bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era otonomi
daerah saat ini pelaksanaan program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk
mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju, bertanggung jawab,
bertakwa dan mempunyai anak ideal, dengan demikian diharapkan :
a. Terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan penduduk.
b. Meningkatnya Jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela dengan dasar
pertimbangan moral dan agama.
c. Berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan
anak, serta kematian ibu pada masa kehamilan dan persalinan.
2.1.3 Sasaran dan Target Program Keluarga Berencana
Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program Keluarga Berencana
adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya Norma Keluarga Kecil
yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada masyarakat Indonesia. Sasaran yang
mesti digarap untuk mencapai target tersebut adalah:
a. Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama
dimana istrinya berusia 15-49 tahun, yang harus dimotivasi terus-menerus
sehingga menjadi pesrta Keluarga Berencana Lestari.
b. Non PUS, yaitu anak sekolah, orang yang belum kawin, pemuda-pemudi,
pasangan diatas 45 tahun, tokoh masyarakat, dan
Universitas Sumatera Utara
3. c. Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat, pemerintah dan
swasta.
2.1.4 Pelayanan Keluarga Berencana
Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan
suami-istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula
menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi
penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan masyarakat
yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia membayar untuk memenuhinya.
Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk menunjang tercapainya
kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada
keadaan dan saat yang tepat, akan lebih menjamin keselamtan ibu dan bayi yang
dikandungnya. Pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau membatasi
kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian pelayanan KB sangat
berguna dalam mengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan tau tidak tepat waktu. Ada lima hal penting dalam pelayanan Keluarga
Berencana yang perlu diperhatikan:
a. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada Pasangan Usia Subur yang
isterinya mempunyai keadaan 4 terlalu yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20
tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan
(kurang dari 2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun).
b. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan
isteri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam ber KB dengan menggunakan
alat/metode kontrasepsi untuk pria.
Universitas Sumatera Utara
4. c. Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan kelemahan masing-
masing metode kontrasepsi. Setiap klien berhak untuk mendapat informasi
mengenai hal ini, sehingga dapat mempertimbangkan metode yang paling cocok
bagi dirinya.
d. Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesuai dengan hasil
pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien, untuk
memudahkan klien menentukan pilihan.
e. Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode
kontrasepsi. Pelaksanaan pelayanan KB perlu melakukan skrining atau
penyaringan melalui pemeriksaa fisik terhadap klien untuk memastikan bahwa
tidak terdapat kontraindikasi bagi pemakaian metoda kontrasepsi yang akan
dipilih. Khusus untuk tindakan operatif diperlukan surat pernyataan setuju
(informed consent) dari klien (Depkes, 2002).
2.2 Akseptor KB
Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur yang menggunakan salah satu alat
kontrasepsi. Ada lima kategori akseptor KB:
a. Akseptor Aktif
Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi
untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
b. Akseptor KB aktif kembali
Pasangan Usia Subur yang telah menggunakan selama tiga bulan atau lebih yang
tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan cara/alat
Universitas Sumatera Utara
5. kontrasepsi yang baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah
berhenti/istirahat paling kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.
c. Akseptor KB baru
Akseptor yang baru pertama kali menggunakan cara kontrasepsi, atau menjadi
akseptor setelah melahirkan atau abortus.
d. Akseptor KB Ideal
Akseptor aktif yang mempunyai anak tidak lebih dari 2 orang dan berumur
kurang dari 45 tahun.
e. Akseptor Lestari
Peserta KB yang tetap memakai cara kontrasepsi dengan benar untuk waktu lebih
dari 10 tahun dan tidak pernah diselingi kelahiran (BKKBN, 1985).
2.3 Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan
kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra”
dan ”konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang mengakibatkan
kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut (Mansjoer, 1999).
2.4 Sejarah Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi dapat diartikan sebagai menghindarkan konsepsi atau kehamilan,
sedangkan alat kontrasepsi adalah segala macam alat atau cara yang digunakan satu
pihak atau kedua belah pihak pasangan suami isteri untuk menghindarkan konsepsi.
Malahan dewasa ini falsafah kontrasepsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi
Universitas Sumatera Utara
6. yang tujuan utamanya untuk kesehatan reproduksi, kebahagiaan dan kesejahteraan
keluarga yang lebih dikenal dengan istilah Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.
Dahulu pada abad sebelum masehi, Hipocrates pernah menganjurkan wanita-
wanita yang telambat haid dan kebanyakan anak untuk bekerja lebih keras atau
berolah raga lebih berat lagi agar mereka mendapatkan haid lagi.
Alat kontrasepsi yang sudah tua usianya ialah operasi tubektomi pada wanita
dan vasektomi pada pria yang pada saat ini lebih dikenal dengan alat kontrasepsi
mantap. Kontrasepsi ini telah dilaksanakan sekitar tahun 1880-an, yaitu dipakai
untuk mereka yang dikhawatirkan akan menurunkan penyakit-penyakit keturunan
pada anaknya dan juga alasan ”eugenik” pada orang-orang gila, demi mencegah
keturunan selanjutnya. Kondom juga sudah dikenal orang sejak tahun1800-an, yang
pada mulanya terbuat dari usus domba (Koesnadi 1992).
2.5 Jenis Alat Kontrasepsi Pada Pria
2.5.1 Kondom
1. Pengertian
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)
yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari bahan karet
sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muara berpinggir tebal, yang bila
digulung berbentuk rata atau mempunyai sepeti puting susu.
Universitas Sumatera Utara
7. 2. Cara Kerja
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Mencegah
penularan Mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan
kepada pasangan yang lain (khususnya kondom yang terbuat dari lateks dan Vinil)
3. Efektifitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak
dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan
kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
4. Keuntungan
a. Tidak mengganggu produksi ASI
b. Mudah dipakai sendiri
c. Tidak mengganggu kesehatan klien
d. Murah dan dapat dibeli secara umum
e. Tidak perlu resep dokter dan pemeriksaan kesehatan khusus
f. Dapat mencegah penularan IMS
g. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (Saifuddin, 2003).
Universitas Sumatera Utara
8. 5. Kerugian
a. Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan)
b. Selalu harus memakai kondom yang baru
c. Kadang-kadang ada yang tidak tahan (alergi) terhadap karetnya
d. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
e. Tingkat kegagalannya cukup tinggi (BKKBN, 1993)
2.5.2 Vasektomi
1. Pengertian
Suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria dengan memotong saluran
mani (vasdeferen) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat
produksinya yaitu buah pelir (testis) (Notodihardjo, 2002).
2. Cara Kerja Vasektomi
Oklusi vasdeferen hingga menghambat perjalanan spermatozoa sehingga
tidak didapatkan spermatozoa dari testis ke penis (Hartanto, 2002)
3. Keuntungan Vasektomi
a. Efektif
b. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas
c. Sederhana
d. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
e. Menyenangkan bagi akseptor karena hanya memerlukan anastesi lokal saja
f. Biaya rendah
Universitas Sumatera Utara
9. g. Secara kultural sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa
malu untuk ditangani oleh dokter pria dan kurang tersedia dokter wanita atau
para medis wanita (Hartanto, 2002)
4. Kerugian Vasektomi
a. Diperlukan suatu tindakan operasi
b. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau infeksi
c. Belum memberikan perlindungan total, harus menunggu beberapa hari,
minggu atau bulan sampai sel mani sudah tidak ada.
d. ..Bagi yang memiliki problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku
seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif
e. Tidak bisa dilakukan pada orang yang masih menginginkan punya anak
5. Efektifitas Vasektomi
a. Angka kegagalan 0-2,2% atau umumnya > 1%
b. Kegagalan vasektomi umumnya disebabkan oleh :
− Senggama yang tidak terlindungi sebelum semen per ejakulat bebas sama
sekali dari spermatozoa.
− Rekanalisasi spontan dari vasedeferen, umumnya terjadi setelah
pembentukan granuloma spermatozoa.
− Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.
− Jaringan duplikasi kongenital dari vasdeferen (terdapat lebih dari satu
vasdeferen pada satu sisi.
Universitas Sumatera Utara
10. 2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi
2.6.1 Sosio Demografi
Menurut Bertrand (1980) yang dikutip oleh Agus (2004) menyatakan ada
dua faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi oleh Pasangan Usia
Subur (PUS), yaitu :sosio demografi dan pemberi pelayanan KB (provider), yang
termasuk dalam sosio demografi meliputi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan
jumlah anak. Sedangkan pada pemberi pelayanan yaitu sumber pelayanan KB dan
keterampilan petugas KB.
2.6.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari
pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain,
didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2003).
Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau
menolak inovasi. Menurut Roger (1983), prilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Roger
dalam hanafi (1987) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku
baru (berprilaku baru) dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu :
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap
subjek mulai timbul.
Universitas Sumatera Utara
11. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik
secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan
yang bertujuan untuk meningkatkan prilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain : menyebutkan, mendefinisikan dan mengatakan.
2. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
Universitas Sumatera Utara
12. 3. Aplikasi (application )
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dalam
konteks, atau situasi lain misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus, pemecahan masalah dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (analysis)
Adalah suatu harapan untuk menjabarkan materi atau objek dalam komponen-
komponen tetapi masih dalam sruktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya
dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk menghubungkan
bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan,
meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap sesuatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan
identifikasi atau penilaian terhadap sesuatu materi atau objek, penilaian-panilaian
Universitas Sumatera Utara
13. ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden kedalam
pengetahuan yang ingin kita ketahui (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Raharjo (2000) mengatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pria untuk tidak ber-KB yaitu rendahnya pengetahuan dan kesadaran
pria terhadap pentingnya KB, rendahnya kualitas dan jaringan pelayanan yang
diberikan terhadap pria tentang KB.
2.6.3 Sikap
Menurut Notoatmodjo (1993), sikap merupakan reaksi atau respon yang
masih dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb,
menyatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan suatu tindakan atau
aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang ada dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi bersifat emosional
terhadap stimulus sosial.
Menurut Alport (1954) dalam Notoatmodjo (1993), sikap itu mempunyai tiga
komponen pokok yaitu : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan kecendrungan
untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Universitas Sumatera Utara
14. Sikap juga memiliki tingkatan, hal ini dibagi dalam empat tingkatan yaitu :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek (orang) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risikonya.
2.6.4 Sosio Ekonomi
Menurut Notoadmojo (1997) yang mengutip pendapat andersen, menyatakan
bahwa penghasilan memiliki pengaruh terhadap keikutsertaan seseorang dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Penghasilan sesorang tidak dapat diukur sepenuhnya dari pekerjaannya. Bila
dihubungkan dengan tingkat keikutsertaan pada program KB, orang pada tingkat
penghasilan tinggi akan lebih mudah menerima dan mengikuti program ini.
Sebaliknya orang dengan penghasilan rendah akan sangat sulit ikut dalam program
KB. Hal ini dikarenakan pada program KB, akseptor menanggung sendiri biaya yang
dikenakan bila dia menggunakan salah satu alat kontrasepsi.
Universitas Sumatera Utara
15. 2.7 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
− Jumlah anak
− Pendidikan
Keikutsertaan Pria
− Pendapatan Ber-KB
• Ikut
− Pengetahuan
• Tidak ikut
− Sikap
− Pelayanan kesehatan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Rendahnya
Keikutsertaan Pria Dalam Program KB Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008
2.8. Hipotesis Penelitian
1. Terdapat hubungan antara jumlah anak dengan keikutsertaan KB
2. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan keikutsertaan KB
3. Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keikutsertaan KB
4. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keikutsertaan KB
5. Terdapat hubungan antara sikap dengan keikutsertaan KB
6. Terdapat hubungan antara Pelayanan KB dengan keikutsertaan KB
Universitas Sumatera Utara