SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 15
Descargar para leer sin conexión
BAB II
                             TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian

         Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan

membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, (2) Mendapatkan kelahiran yang diingikan, (3) Mengatur interval

diantara kehamilan, (4) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan

umur suami dan isteri, (5) Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto,

2002).

         Menurut bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Padjajaran Bandung yang dikutip oleh Abdurrahman dkk (2001), Keluarga

Berencana adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pertemuan antara

sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar senggama. Sedangkan menurut

Djoko Roesmoro (2000), Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian

dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawianan, pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk

mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Juliantoro, 2000).

         Keluarga Berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah dan jarak anak

yang diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat untuk

mencapai keinginan tersebut (Mc Kenzie, 2006).




                                                            Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana

       Tujuan Keluarga Berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak

serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar

bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan

pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era otonomi

daerah saat ini pelaksanaan program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk

mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju, bertanggung jawab,

bertakwa dan mempunyai anak ideal, dengan demikian diharapkan :

a. Terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan penduduk.

b. Meningkatnya Jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela dengan dasar

   pertimbangan moral dan agama.

c. Berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan

   anak, serta kematian ibu pada masa kehamilan dan persalinan.

2.1.3 Sasaran dan Target Program Keluarga Berencana

       Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program Keluarga Berencana

adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya Norma Keluarga Kecil

yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada masyarakat Indonesia. Sasaran yang

mesti digarap untuk mencapai target tersebut adalah:

a. Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama

   dimana istrinya berusia 15-49 tahun, yang harus dimotivasi terus-menerus

   sehingga menjadi pesrta Keluarga Berencana Lestari.

b. Non PUS, yaitu anak sekolah, orang yang belum kawin, pemuda-pemudi,

   pasangan diatas 45 tahun, tokoh masyarakat, dan




                                                          Universitas Sumatera Utara
c. Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat, pemerintah dan

   swasta.

2.1.4 Pelayanan Keluarga Berencana

       Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan

suami-istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula

menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi

penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan masyarakat

yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia membayar untuk memenuhinya.

       Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk menunjang tercapainya

kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada

keadaan dan saat yang tepat, akan lebih menjamin keselamtan ibu dan bayi yang

dikandungnya. Pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau membatasi

kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian pelayanan KB sangat

berguna dalam mengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak

diinginkan tau tidak tepat waktu. Ada lima hal penting dalam pelayanan Keluarga

Berencana yang perlu diperhatikan:

a. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada Pasangan Usia Subur yang

   isterinya mempunyai keadaan 4 terlalu yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20

   tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan

   (kurang dari 2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun).

b. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan

   isteri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam ber KB dengan menggunakan

   alat/metode kontrasepsi untuk pria.




                                                              Universitas Sumatera Utara
c. Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan kelemahan masing-

   masing metode kontrasepsi. Setiap klien berhak untuk mendapat informasi

   mengenai hal ini, sehingga dapat mempertimbangkan metode yang paling cocok

   bagi dirinya.

d. Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesuai dengan hasil

   pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien, untuk

   memudahkan klien menentukan pilihan.

e. Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode

   kontrasepsi. Pelaksanaan pelayanan KB perlu melakukan skrining atau

   penyaringan melalui pemeriksaa fisik terhadap klien untuk memastikan bahwa

   tidak terdapat kontraindikasi bagi pemakaian metoda kontrasepsi yang akan

   dipilih. Khusus untuk tindakan operatif diperlukan surat pernyataan setuju

   (informed consent) dari klien (Depkes, 2002).

2.2 Akseptor KB

       Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur yang menggunakan salah satu alat

kontrasepsi. Ada lima kategori akseptor KB:

a. Akseptor Aktif

   Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi

   untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

b. Akseptor KB aktif kembali

   Pasangan Usia Subur yang telah menggunakan selama tiga bulan atau lebih yang

   tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan cara/alat




                                                        Universitas Sumatera Utara
kontrasepsi yang baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah

   berhenti/istirahat paling kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

c. Akseptor KB baru

   Akseptor yang baru pertama kali menggunakan cara kontrasepsi, atau menjadi

   akseptor setelah melahirkan atau abortus.

d. Akseptor KB Ideal

   Akseptor aktif yang mempunyai anak tidak lebih dari 2 orang dan berumur

   kurang dari 45 tahun.

e. Akseptor Lestari

   Peserta KB yang tetap memakai cara kontrasepsi dengan benar untuk waktu lebih

   dari 10 tahun dan tidak pernah diselingi kelahiran (BKKBN, 1985).

2.3 Kontrasepsi

       Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan

kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra”

dan ”konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah

pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang mengakibatkan

kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut (Mansjoer, 1999).

2.4 Sejarah Alat Kontrasepsi

       Kontrasepsi dapat diartikan sebagai menghindarkan konsepsi atau kehamilan,

sedangkan alat kontrasepsi adalah segala macam alat atau cara yang digunakan satu

pihak atau kedua belah pihak pasangan suami isteri untuk menghindarkan konsepsi.

Malahan dewasa ini falsafah kontrasepsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi




                                                             Universitas Sumatera Utara
yang tujuan utamanya untuk kesehatan reproduksi, kebahagiaan dan kesejahteraan

keluarga yang lebih dikenal dengan istilah Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera.

       Dahulu pada abad sebelum masehi, Hipocrates pernah menganjurkan wanita-

wanita yang telambat haid dan kebanyakan anak untuk bekerja lebih keras atau

berolah raga lebih berat lagi agar mereka mendapatkan haid lagi.

       Alat kontrasepsi yang sudah tua usianya ialah operasi tubektomi pada wanita

dan vasektomi pada pria yang pada saat ini lebih dikenal dengan alat kontrasepsi

mantap. Kontrasepsi ini telah dilaksanakan sekitar tahun 1880-an, yaitu dipakai

untuk mereka yang dikhawatirkan akan menurunkan penyakit-penyakit keturunan

pada anaknya dan juga alasan ”eugenik” pada orang-orang gila, demi mencegah

keturunan selanjutnya. Kondom juga sudah dikenal orang sejak tahun1800-an, yang

pada mulanya terbuat dari usus domba (Koesnadi 1992).

2.5 Jenis Alat Kontrasepsi Pada Pria

2.5.1 Kondom

1. Pengertian

     Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai

bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)

yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari bahan karet

sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muara berpinggir tebal, yang bila

digulung berbentuk rata atau mempunyai sepeti puting susu.




                                                             Universitas Sumatera Utara
2. Cara Kerja

      Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara

mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga

sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Mencegah

penularan Mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan

kepada pasangan yang lain (khususnya kondom yang terbuat dari lateks dan Vinil)

3. Efektifitas

      Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan

seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak

dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan

kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

4. Keuntungan

    a. Tidak mengganggu produksi ASI

    b. Mudah dipakai sendiri

    c. Tidak mengganggu kesehatan klien

    d. Murah dan dapat dibeli secara umum

    e. Tidak perlu resep dokter dan pemeriksaan kesehatan khusus

    f. Dapat mencegah penularan IMS

    g. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (Saifuddin, 2003).




                                                           Universitas Sumatera Utara
5. Kerugian

   a. Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan)

   b. Selalu harus memakai kondom yang baru

   c. Kadang-kadang ada yang tidak tahan (alergi) terhadap karetnya

   d. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual

   e. Tingkat kegagalannya cukup tinggi (BKKBN, 1993)

2.5.2 Vasektomi

1. Pengertian

        Suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria dengan memotong saluran

mani (vasdeferen) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat

produksinya yaitu buah pelir (testis) (Notodihardjo, 2002).

2. Cara Kerja Vasektomi

        Oklusi vasdeferen hingga menghambat perjalanan spermatozoa sehingga

tidak didapatkan spermatozoa dari testis ke penis (Hartanto, 2002)

3. Keuntungan Vasektomi

   a.   Efektif

   b.   Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas

   c.   Sederhana

   d.   Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit

   e.   Menyenangkan bagi akseptor karena hanya memerlukan anastesi lokal saja

   f.   Biaya rendah




                                                              Universitas Sumatera Utara
g. Secara kultural sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa

       malu untuk ditangani oleh dokter pria dan kurang tersedia dokter wanita atau

       para medis wanita (Hartanto, 2002)

4. Kerugian Vasektomi

   a. Diperlukan suatu tindakan operasi

   b. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau infeksi

   c. Belum memberikan perlindungan total, harus menunggu beberapa hari,

       minggu atau bulan sampai sel mani sudah tidak ada.

   d. ..Bagi yang memiliki problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku

       seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif

   e. Tidak bisa dilakukan pada orang yang masih menginginkan punya anak

5. Efektifitas Vasektomi

   a. Angka kegagalan 0-2,2% atau umumnya > 1%

   b. Kegagalan vasektomi umumnya disebabkan oleh :

       − Senggama yang tidak terlindungi sebelum semen per ejakulat bebas sama

          sekali dari spermatozoa.

       − Rekanalisasi spontan dari vasedeferen, umumnya terjadi setelah

          pembentukan granuloma spermatozoa.

       − Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.

       − Jaringan duplikasi kongenital dari vasdeferen (terdapat lebih dari satu

          vasdeferen pada satu sisi.




                                                            Universitas Sumatera Utara
2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi

2.6.1 Sosio Demografi

       Menurut Bertrand (1980) yang dikutip oleh Agus (2004) menyatakan ada

dua faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi oleh Pasangan Usia

Subur (PUS), yaitu :sosio demografi dan pemberi pelayanan KB (provider), yang

termasuk dalam sosio demografi meliputi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan

jumlah anak. Sedangkan pada pemberi pelayanan yaitu sumber pelayanan KB dan

keterampilan petugas KB.

2.6.2 Pengetahuan

       Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari

pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain,

didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2003).

       Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau

menolak inovasi. Menurut Roger (1983), prilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Roger

dalam hanafi (1987) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku

baru (berprilaku baru) dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

   terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap

   subjek mulai timbul.




                                                              Universitas Sumatera Utara
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut

   bagi dirinya.

4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

   dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

   kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

   Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui

   pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik

   secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan

   yang bertujuan untuk meningkatkan prilaku individu, keluarga dan masyarakat

   dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

   Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :

1. Tahu (know)

   Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,

   termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap

   sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang

   telah diterima. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari

   antara lain : menyebutkan, mendefinisikan dan mengatakan.

2. Memahami (comprehension)

   Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek

   yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

   Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

   menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.




                                                           Universitas Sumatera Utara
3. Aplikasi (application )

   Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

   pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai

   aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dalam

   konteks, atau situasi lain misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam

   perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip

   siklus, pemecahan masalah dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

   Adalah suatu harapan untuk menjabarkan materi atau objek dalam komponen-

   komponen tetapi masih dalam sruktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya

   dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata

   kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

   sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

   Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk menghubungkan

   bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

   sintesis   adalah      suatu   kemampuan    untuk    menyusun,     merencanakan,

   meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap sesuatu teori atau

   rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

   Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan

   identifikasi atau penilaian terhadap sesuatu materi atau objek, penilaian-panilaian




                                                             Universitas Sumatera Utara
ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-

   kriteria yang ada.

     Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden kedalam

pengetahuan yang ingin kita ketahui (Notoatmodjo, 2003).

       Menurut     Raharjo   (2000)   mengatakan    ada    beberapa   faktor   yang

mempengaruhi pria untuk tidak ber-KB yaitu rendahnya pengetahuan dan kesadaran

pria terhadap pentingnya KB, rendahnya kualitas dan jaringan pelayanan yang

diberikan terhadap pria tentang KB.

2.6.3 Sikap

       Menurut Notoatmodjo (1993), sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb,

menyatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang ada dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi bersifat emosional

terhadap stimulus sosial.

       Menurut Alport (1954) dalam Notoatmodjo (1993), sikap itu mempunyai tiga

komponen pokok yaitu : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu

objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan kecendrungan

untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude).




                                                           Universitas Sumatera Utara
Sikap juga memiliki tingkatan, hal ini dibagi dalam empat tingkatan yaitu :

1. Menerima (receiving)

   Menerima diartikan bahwa subjek (orang) mau dan memperhatikan stimulus

   yang diberikan (objek).



2. Merespon (responding)

   Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

   yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

   Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah.

4. Bertanggung jawab (responsible)

   Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risikonya.

2.6.4 Sosio Ekonomi

   Menurut Notoadmojo (1997) yang mengutip pendapat andersen, menyatakan

bahwa penghasilan memiliki pengaruh terhadap keikutsertaan seseorang dalam

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

       Penghasilan sesorang tidak dapat diukur sepenuhnya dari pekerjaannya. Bila

dihubungkan dengan tingkat keikutsertaan pada program KB, orang pada tingkat

penghasilan tinggi akan lebih mudah menerima dan mengikuti program ini.

Sebaliknya orang dengan penghasilan rendah akan sangat sulit ikut dalam program

KB. Hal ini dikarenakan pada program KB, akseptor menanggung sendiri biaya yang

dikenakan bila dia menggunakan salah satu alat kontrasepsi.




                                                              Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Konsep

         Variabel Independen                                Variabel Dependen

     −     Jumlah anak

     −     Pendidikan
                                                         Keikutsertaan Pria
     −     Pendapatan                                         Ber-KB
                                                        • Ikut
     −     Pengetahuan
                                                        •    Tidak ikut
     −     Sikap

     −     Pelayanan kesehatan



Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Rendahnya
           Keikutsertaan Pria Dalam Program KB Di Wilayah Kerja Puskesmas
           Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008




2.8. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara jumlah anak dengan keikutsertaan KB

2. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan keikutsertaan KB

3. Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keikutsertaan KB

4. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keikutsertaan KB

5. Terdapat hubungan antara sikap dengan keikutsertaan KB

6. Terdapat hubungan antara Pelayanan KB dengan keikutsertaan KB




                                                        Universitas Sumatera Utara

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Ruang lingkup program keluarga berencana,ppt
Ruang lingkup program keluarga berencana,pptRuang lingkup program keluarga berencana,ppt
Ruang lingkup program keluarga berencana,pptmartaagustinasirait
 
Konsep dasar asuhan kebidanan
Konsep dasar asuhan kebidanan Konsep dasar asuhan kebidanan
Konsep dasar asuhan kebidanan Baniz Nurbaniy
 
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencanaKonsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencanaLinda Meliati
 
Buku kesehatan-ibu-dan-anak
Buku kesehatan-ibu-dan-anakBuku kesehatan-ibu-dan-anak
Buku kesehatan-ibu-dan-anakTezar Ramadhan
 
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitasModul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitaspjj_kemenkes
 
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balita
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balitaAskeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balita
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balitaPurwaningsih Rahayu
 
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam Komunitas
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam KomunitasAsuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam Komunitas
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam KomunitasLilis c'Ben
 
Paparan catin 17 april 2017
Paparan catin 17 april 2017Paparan catin 17 april 2017
Paparan catin 17 april 2017Rs husada
 
1. konsep dasar kehamilan -
1. konsep dasar kehamilan -1. konsep dasar kehamilan -
1. konsep dasar kehamilan -Devi Narti
 
Upaya upaya promkes kebidanan
Upaya upaya promkes kebidananUpaya upaya promkes kebidanan
Upaya upaya promkes kebidananAzim Abdullah
 
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsi
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsiModul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsi
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsiRafika Nur Handayani
 
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. Dwiana
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. DwianaMerencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. Dwiana
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. DwianaAisyah N
 

La actualidad más candente (20)

Pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan kehamilanPemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan
 
Ruang lingkup program keluarga berencana,ppt
Ruang lingkup program keluarga berencana,pptRuang lingkup program keluarga berencana,ppt
Ruang lingkup program keluarga berencana,ppt
 
Masa Antara
Masa Antara Masa Antara
Masa Antara
 
Konsep dasar asuhan kebidanan
Konsep dasar asuhan kebidanan Konsep dasar asuhan kebidanan
Konsep dasar asuhan kebidanan
 
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencanaKonsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
Konsep kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
 
Buku kesehatan-ibu-dan-anak
Buku kesehatan-ibu-dan-anakBuku kesehatan-ibu-dan-anak
Buku kesehatan-ibu-dan-anak
 
Pelayanan kb
Pelayanan kbPelayanan kb
Pelayanan kb
 
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitasModul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
 
Kespro bagi catin
Kespro bagi catinKespro bagi catin
Kespro bagi catin
 
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balita
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balitaAskeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balita
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balita
 
Konsep dasar asuhan kehamilan
Konsep dasar asuhan kehamilanKonsep dasar asuhan kehamilan
Konsep dasar asuhan kehamilan
 
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam Komunitas
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam KomunitasAsuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam Komunitas
Asuhan Kesehatan Bayi dan Balita dalam Komunitas
 
Paparan catin 17 april 2017
Paparan catin 17 april 2017Paparan catin 17 april 2017
Paparan catin 17 april 2017
 
Kompetensi Bidan
Kompetensi BidanKompetensi Bidan
Kompetensi Bidan
 
1. konsep dasar kehamilan -
1. konsep dasar kehamilan -1. konsep dasar kehamilan -
1. konsep dasar kehamilan -
 
Anc2
Anc2Anc2
Anc2
 
Upaya upaya promkes kebidanan
Upaya upaya promkes kebidananUpaya upaya promkes kebidanan
Upaya upaya promkes kebidanan
 
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsi
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsiModul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsi
Modul Biologi kd 3.13 kelas xi tentang KB dan kontrasepsi
 
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. Dwiana
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. DwianaMerencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. Dwiana
Merencanakan Kehamilan dan Persalinan oleh dr. Dwiana
 
Presentasi Regulasi ASI
Presentasi Regulasi ASIPresentasi Regulasi ASI
Presentasi Regulasi ASI
 

Similar a TINJAUAN PUSTAKA KB

PAPARAN KONSEP KB I.ppt
PAPARAN KONSEP KB I.pptPAPARAN KONSEP KB I.ppt
PAPARAN KONSEP KB I.pptendangprapta
 
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdf
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdfBAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdf
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdfIishNurlela1
 
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA Operator Warnet Vast Raha
 
MATERI PUS binjai pdf.pptx
MATERI PUS binjai pdf.pptxMATERI PUS binjai pdf.pptx
MATERI PUS binjai pdf.pptxPenaLangkat
 
Faktor wanita memilih kontrasepsi pil
Faktor wanita memilih kontrasepsi pilFaktor wanita memilih kontrasepsi pil
Faktor wanita memilih kontrasepsi pilbebeabe
 
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptxSY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptxGabbyRachedia
 
pandangan agama terhadap kesehatan
pandangan agama terhadap kesehatanpandangan agama terhadap kesehatan
pandangan agama terhadap kesehatanpjj_kemenkes
 
Pandangan Agama Terhadap Kesehatan
Pandangan Agama Terhadap KesehatanPandangan Agama Terhadap Kesehatan
Pandangan Agama Terhadap Kesehatanpjj_kemenkes
 
PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...
PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...
PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...DindaAyuPangestu
 
A.04.lailah fauziah.tugas4(perbaikan materi)
A.04.lailah fauziah.tugas4(perbaikan materi)A.04.lailah fauziah.tugas4(perbaikan materi)
A.04.lailah fauziah.tugas4(perbaikan materi)Lailah Fauziah
 
393161230-PUS-DAN-WUS-pptx.pptx
393161230-PUS-DAN-WUS-pptx.pptx393161230-PUS-DAN-WUS-pptx.pptx
393161230-PUS-DAN-WUS-pptx.pptxPrimaWiraNanda1
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 

Similar a TINJAUAN PUSTAKA KB (20)

Kb askeb
Kb askebKb askeb
Kb askeb
 
PAPARAN KONSEP KB I.ppt
PAPARAN KONSEP KB I.pptPAPARAN KONSEP KB I.ppt
PAPARAN KONSEP KB I.ppt
 
Makalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kbMakalah kesehatan tentang kb
Makalah kesehatan tentang kb
 
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdf
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdfBAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdf
BAB 3 KIA dan KB-WPS Office.pdf
 
Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA
Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA
Proposal kebidanan AKBID PARAMATA RAHA
 
Makalah kb dalam islam
Makalah kb dalam islamMakalah kb dalam islam
Makalah kb dalam islam
 
Tugas promkes
Tugas promkesTugas promkes
Tugas promkes
 
KELOMPOK 9.pptx
KELOMPOK 9.pptxKELOMPOK 9.pptx
KELOMPOK 9.pptx
 
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
Contoh proposal kebidanan pak hasariy AKBID PARAMATA RAHA
 
MATERI PUS binjai pdf.pptx
MATERI PUS binjai pdf.pptxMATERI PUS binjai pdf.pptx
MATERI PUS binjai pdf.pptx
 
Faktor wanita memilih kontrasepsi pil
Faktor wanita memilih kontrasepsi pilFaktor wanita memilih kontrasepsi pil
Faktor wanita memilih kontrasepsi pil
 
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptxSY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
SY-KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB.pptx
 
pandangan agama terhadap kesehatan
pandangan agama terhadap kesehatanpandangan agama terhadap kesehatan
pandangan agama terhadap kesehatan
 
Pandangan Agama Terhadap Kesehatan
Pandangan Agama Terhadap KesehatanPandangan Agama Terhadap Kesehatan
Pandangan Agama Terhadap Kesehatan
 
PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...
PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...
PPT TUGAS B ZENY GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP ALAT KONTR...
 
A.04.lailah fauziah.tugas4(perbaikan materi)
A.04.lailah fauziah.tugas4(perbaikan materi)A.04.lailah fauziah.tugas4(perbaikan materi)
A.04.lailah fauziah.tugas4(perbaikan materi)
 
393161230-PUS-DAN-WUS-pptx.pptx
393161230-PUS-DAN-WUS-pptx.pptx393161230-PUS-DAN-WUS-pptx.pptx
393161230-PUS-DAN-WUS-pptx.pptx
 
Makalah pandangan islam tentang kb
Makalah pandangan islam tentang kbMakalah pandangan islam tentang kb
Makalah pandangan islam tentang kb
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulanaskeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
 

Último

Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 

Último (20)

Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 

TINJAUAN PUSTAKA KB

  • 1. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Menurut WHO (1970), Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami isteri untuk, (1), Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, (2) Mendapatkan kelahiran yang diingikan, (3) Mengatur interval diantara kehamilan, (4) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan isteri, (5) Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2002). Menurut bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung yang dikutip oleh Abdurrahman dkk (2001), Keluarga Berencana adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita sekitar senggama. Sedangkan menurut Djoko Roesmoro (2000), Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawianan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Juliantoro, 2000). Keluarga Berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah dan jarak anak yang diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat untuk mencapai keinginan tersebut (Mc Kenzie, 2006). Universitas Sumatera Utara
  • 2. 2.1.2 Tujuan Keluarga Berencana Tujuan Keluarga Berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era otonomi daerah saat ini pelaksanaan program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju, bertanggung jawab, bertakwa dan mempunyai anak ideal, dengan demikian diharapkan : a. Terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan penduduk. b. Meningkatnya Jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela dengan dasar pertimbangan moral dan agama. c. Berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, serta kematian ibu pada masa kehamilan dan persalinan. 2.1.3 Sasaran dan Target Program Keluarga Berencana Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program Keluarga Berencana adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada masyarakat Indonesia. Sasaran yang mesti digarap untuk mencapai target tersebut adalah: a. Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama dimana istrinya berusia 15-49 tahun, yang harus dimotivasi terus-menerus sehingga menjadi pesrta Keluarga Berencana Lestari. b. Non PUS, yaitu anak sekolah, orang yang belum kawin, pemuda-pemudi, pasangan diatas 45 tahun, tokoh masyarakat, dan Universitas Sumatera Utara
  • 3. c. Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat, pemerintah dan swasta. 2.1.4 Pelayanan Keluarga Berencana Pelayanan kontrasepsi saat ini dirasakan masyarakat, khususnya pasangan suami-istri, sebagai salah satu kebutuhannya. Pelayanan kontrasepsi yang semula menjadi program pemerintah dengan orientasi pemenuhan target melalui subsidi penuh dari pemerintah, berangsur-angsur bergeser menjadi suatu gerakan masyarakat yang sadar akan kebutuhannya hingga bersedia membayar untuk memenuhinya. Peran pelayanan Keluarga Berencana diarahkan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung pada keadaan dan saat yang tepat, akan lebih menjamin keselamtan ibu dan bayi yang dikandungnya. Pelayanan KB bertujuan menunda, menjarangkan, atau membatasi kehamilan bila jumlah anak sudah cukup. Dengan demikian pelayanan KB sangat berguna dalam mengaturan kehamilan dan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan tau tidak tepat waktu. Ada lima hal penting dalam pelayanan Keluarga Berencana yang perlu diperhatikan: a. Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada Pasangan Usia Subur yang isterinya mempunyai keadaan 4 terlalu yaitu terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3 orang), terlalu dekat jarak kehamilan (kurang dari 2 tahun), dan terlalu tua (lebih dari 35 tahun). b. Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan isteri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam ber KB dengan menggunakan alat/metode kontrasepsi untuk pria. Universitas Sumatera Utara
  • 4. c. Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan kelemahan masing- masing metode kontrasepsi. Setiap klien berhak untuk mendapat informasi mengenai hal ini, sehingga dapat mempertimbangkan metode yang paling cocok bagi dirinya. d. Memberi nasehat tentang metoda yang paling cocok sesuai dengan hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada klien, untuk memudahkan klien menentukan pilihan. e. Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai metode kontrasepsi. Pelaksanaan pelayanan KB perlu melakukan skrining atau penyaringan melalui pemeriksaa fisik terhadap klien untuk memastikan bahwa tidak terdapat kontraindikasi bagi pemakaian metoda kontrasepsi yang akan dipilih. Khusus untuk tindakan operatif diperlukan surat pernyataan setuju (informed consent) dari klien (Depkes, 2002). 2.2 Akseptor KB Akseptor KB adalah Pasangan Usia Subur yang menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Ada lima kategori akseptor KB: a. Akseptor Aktif Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. b. Akseptor KB aktif kembali Pasangan Usia Subur yang telah menggunakan selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi oleh suatu kehamilan dan kembali menggunakan cara/alat Universitas Sumatera Utara
  • 5. kontrasepsi yang baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat paling kurang tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil. c. Akseptor KB baru Akseptor yang baru pertama kali menggunakan cara kontrasepsi, atau menjadi akseptor setelah melahirkan atau abortus. d. Akseptor KB Ideal Akseptor aktif yang mempunyai anak tidak lebih dari 2 orang dan berumur kurang dari 45 tahun. e. Akseptor Lestari Peserta KB yang tetap memakai cara kontrasepsi dengan benar untuk waktu lebih dari 10 tahun dan tidak pernah diselingi kelahiran (BKKBN, 1985). 2.3 Kontrasepsi Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata ”kontra” dan ”konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut (Mansjoer, 1999). 2.4 Sejarah Alat Kontrasepsi Kontrasepsi dapat diartikan sebagai menghindarkan konsepsi atau kehamilan, sedangkan alat kontrasepsi adalah segala macam alat atau cara yang digunakan satu pihak atau kedua belah pihak pasangan suami isteri untuk menghindarkan konsepsi. Malahan dewasa ini falsafah kontrasepsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi Universitas Sumatera Utara
  • 6. yang tujuan utamanya untuk kesehatan reproduksi, kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga yang lebih dikenal dengan istilah Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera. Dahulu pada abad sebelum masehi, Hipocrates pernah menganjurkan wanita- wanita yang telambat haid dan kebanyakan anak untuk bekerja lebih keras atau berolah raga lebih berat lagi agar mereka mendapatkan haid lagi. Alat kontrasepsi yang sudah tua usianya ialah operasi tubektomi pada wanita dan vasektomi pada pria yang pada saat ini lebih dikenal dengan alat kontrasepsi mantap. Kontrasepsi ini telah dilaksanakan sekitar tahun 1880-an, yaitu dipakai untuk mereka yang dikhawatirkan akan menurunkan penyakit-penyakit keturunan pada anaknya dan juga alasan ”eugenik” pada orang-orang gila, demi mencegah keturunan selanjutnya. Kondom juga sudah dikenal orang sejak tahun1800-an, yang pada mulanya terbuat dari usus domba (Koesnadi 1992). 2.5 Jenis Alat Kontrasepsi Pada Pria 2.5.1 Kondom 1. Pengertian Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari bahan karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muara berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai sepeti puting susu. Universitas Sumatera Utara
  • 7. 2. Cara Kerja Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Mencegah penularan Mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khususnya kondom yang terbuat dari lateks dan Vinil) 3. Efektifitas Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. 4. Keuntungan a. Tidak mengganggu produksi ASI b. Mudah dipakai sendiri c. Tidak mengganggu kesehatan klien d. Murah dan dapat dibeli secara umum e. Tidak perlu resep dokter dan pemeriksaan kesehatan khusus f. Dapat mencegah penularan IMS g. Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (Saifuddin, 2003). Universitas Sumatera Utara
  • 8. 5. Kerugian a. Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum berhubungan) b. Selalu harus memakai kondom yang baru c. Kadang-kadang ada yang tidak tahan (alergi) terhadap karetnya d. Mengurangi kenikmatan hubungan seksual e. Tingkat kegagalannya cukup tinggi (BKKBN, 1993) 2.5.2 Vasektomi 1. Pengertian Suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria dengan memotong saluran mani (vasdeferen) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya yaitu buah pelir (testis) (Notodihardjo, 2002). 2. Cara Kerja Vasektomi Oklusi vasdeferen hingga menghambat perjalanan spermatozoa sehingga tidak didapatkan spermatozoa dari testis ke penis (Hartanto, 2002) 3. Keuntungan Vasektomi a. Efektif b. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas c. Sederhana d. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit e. Menyenangkan bagi akseptor karena hanya memerlukan anastesi lokal saja f. Biaya rendah Universitas Sumatera Utara
  • 9. g. Secara kultural sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria dan kurang tersedia dokter wanita atau para medis wanita (Hartanto, 2002) 4. Kerugian Vasektomi a. Diperlukan suatu tindakan operasi b. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti pendarahan atau infeksi c. Belum memberikan perlindungan total, harus menunggu beberapa hari, minggu atau bulan sampai sel mani sudah tidak ada. d. ..Bagi yang memiliki problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif e. Tidak bisa dilakukan pada orang yang masih menginginkan punya anak 5. Efektifitas Vasektomi a. Angka kegagalan 0-2,2% atau umumnya > 1% b. Kegagalan vasektomi umumnya disebabkan oleh : − Senggama yang tidak terlindungi sebelum semen per ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa. − Rekanalisasi spontan dari vasedeferen, umumnya terjadi setelah pembentukan granuloma spermatozoa. − Pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi. − Jaringan duplikasi kongenital dari vasdeferen (terdapat lebih dari satu vasdeferen pada satu sisi. Universitas Sumatera Utara
  • 10. 2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Kontrasepsi 2.6.1 Sosio Demografi Menurut Bertrand (1980) yang dikutip oleh Agus (2004) menyatakan ada dua faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi oleh Pasangan Usia Subur (PUS), yaitu :sosio demografi dan pemberi pelayanan KB (provider), yang termasuk dalam sosio demografi meliputi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan jumlah anak. Sedangkan pada pemberi pelayanan yaitu sumber pelayanan KB dan keterampilan petugas KB. 2.6.2 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, didapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pengetahuan sangat berpengaruh terhadap proses menerima atau menolak inovasi. Menurut Roger (1983), prilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Roger dalam hanafi (1987) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru) dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yaitu : 1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek). 2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut, disini sikap subjek mulai timbul. Universitas Sumatera Utara
  • 11. 3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. 5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu : 1. Tahu (know) Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefinisikan dan mengatakan. 2. Memahami (comprehension) Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. Universitas Sumatera Utara
  • 12. 3. Aplikasi (application ) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dalam konteks, atau situasi lain misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus, pemecahan masalah dari kasus yang diberikan. 4. Analisis (analysis) Adalah suatu harapan untuk menjabarkan materi atau objek dalam komponen- komponen tetapi masih dalam sruktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada sesuatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap sesuatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini dikaitkan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan identifikasi atau penilaian terhadap sesuatu materi atau objek, penilaian-panilaian Universitas Sumatera Utara
  • 13. ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui (Notoatmodjo, 2003). Menurut Raharjo (2000) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pria untuk tidak ber-KB yaitu rendahnya pengetahuan dan kesadaran pria terhadap pentingnya KB, rendahnya kualitas dan jaringan pelayanan yang diberikan terhadap pria tentang KB. 2.6.3 Sikap Menurut Notoatmodjo (1993), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Newcomb, menyatakan sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu, sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang ada dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Alport (1954) dalam Notoatmodjo (1993), sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan kecendrungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Universitas Sumatera Utara
  • 14. Sikap juga memiliki tingkatan, hal ini dibagi dalam empat tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa subjek (orang) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan sesuatu masalah. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risikonya. 2.6.4 Sosio Ekonomi Menurut Notoadmojo (1997) yang mengutip pendapat andersen, menyatakan bahwa penghasilan memiliki pengaruh terhadap keikutsertaan seseorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Penghasilan sesorang tidak dapat diukur sepenuhnya dari pekerjaannya. Bila dihubungkan dengan tingkat keikutsertaan pada program KB, orang pada tingkat penghasilan tinggi akan lebih mudah menerima dan mengikuti program ini. Sebaliknya orang dengan penghasilan rendah akan sangat sulit ikut dalam program KB. Hal ini dikarenakan pada program KB, akseptor menanggung sendiri biaya yang dikenakan bila dia menggunakan salah satu alat kontrasepsi. Universitas Sumatera Utara
  • 15. 2.7 Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen − Jumlah anak − Pendidikan Keikutsertaan Pria − Pendapatan Ber-KB • Ikut − Pengetahuan • Tidak ikut − Sikap − Pelayanan kesehatan Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Rendahnya Keikutsertaan Pria Dalam Program KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008 2.8. Hipotesis Penelitian 1. Terdapat hubungan antara jumlah anak dengan keikutsertaan KB 2. Terdapat hubungan antara pendidikan dengan keikutsertaan KB 3. Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keikutsertaan KB 4. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan keikutsertaan KB 5. Terdapat hubungan antara sikap dengan keikutsertaan KB 6. Terdapat hubungan antara Pelayanan KB dengan keikutsertaan KB Universitas Sumatera Utara