1. REALITA
Sudahempat jamaku berhadapandenganlaptopmerahjambu milikkakakku.Matakusakit,
kepalakupusing,perutkumulai mual.Tapi pikirankumasihbuntu.Peringatandi salahsatu blog yang
aku kunjungi tadi yang membuat halaman microsoft word yang dari tadi aku pelototi masih kosong
melompong. Perlahan jariku mulai menekan keyboard dengan ragu, menekan huruf-huruf lalu
menekan tombol back space. Menekan huruf-huruf lagi dan menekan tombol back space. Begitu
seterusnya. Sampai jarum pendek jam dinding winnie the pooh di kamarku menunjukkan pukul 10
malam, sedangkan jarum panjang mulai bergerak ke angka 2. Hh...... aku pun berbaring sebentar
denganmaksudmengistirahatkanmatasejenak.Pikiranku kembali pada blog seorang laki-laki yang
tidakaku kenal,di blogtersebutdiamencantumkan sebuah cerpen, dan tak berapa lama kemudian
muncul peringatan yang sudah diatur otomatis untuk muncul apabila ada yang mengunjungi blog
tersebut “HARGAI HAK CIPTA. MOHON CANTUMKAN NAMA PENULIS BILA INGIN MENYALIN”.
Kalimat inilah yang membuatku masih belum bisa melampiaskan hasrat untuk tidur di atas kasur
empuk dan memeluk guling kumal kesayanganku.
“Bahasa cewekitulebihbagus,pemikirannya juga lebih kreatif! Bener nggak dik?” tanya Rifki pada
Dikki yang sedang asyik makan kuaci.
“Pastinya. Cewek itu rajin, apalagi cewek yang seperti kalian ini,” ucap Dikki bersemangat.
“Kalian sedang butuh uang ya?” tanyaku spontan.
“Hahahaha jahat ah. Mungkin mereka sedang lapar dan tidak membawa uang,” sambung Ana.
“Sama saja, sudah yuk, kita ke kantin. Aku yang traktir deh.” Entah kenapa aku sedang berbaik hati
saat itu.
Diperjalanan menuju kantin..
“Eh, kita dapat tugas dari Bu Wisnu, karena kita kan belum menampilkan drama,” ucap Rifki tiba-
tiba. “Apa tugasnya?” tanya Ana.
“Disuruh membuat cerpen,” ucap Rifki singkat.
2. Aku dan Ana saling berpandangan. Sepertinya aku mulai tahu apa maksud Rifki dan Dikki memuji
kami tadi. “Kalau begitu yuk kita kembali ke kelas, kalian berdua saja yang ke kantin ya,” ucapku
cepat sambil menarik tangan Ana. Kami pun berlalu dari hadapan kedua sahabat laki-laki kami.
“Yah, kamu sih ki ngasih taunya sekarang. Coba pas kita sudah sampai di kantin. Sudah memesan
makanan. Aku lapar sekali sekarang,” protes Dikki.
“Iya ya, tapi sudahlah, kamu kan tadi sudah makan kuaci,” ucap Rifki cepat dan berlalu,
meninggalkan Dikki yang memasang tampang prihatin.
“Gimana ini Na? Kita harus mengumpulkan cerpennya besok,” tanyaku pada Ana.
“Yasudahlah kita cari di internet saja! Tapi modemku sedang rusak. Kamu saja ya yang cari nanti
malam?”
“Betul juga! Buat apa dari tadi kita pusing-pusing dengan tugas ini. Oke nanti malam biar aku yang
cari. Ini sih 5 menit juga akan selesai,” ujarku bersemangat.
Akupun tersadar dari lamunanku. Jarum panjang jam winnie the pooh di kamarku sudah
bergerakke angka6. Ternyatasudahhampirdua puluhmenitakumelamun.Segeraakupaksabadan
ini untukbangundan dudukkembali di hadapanlaptopmerahjambuyangsetiamenemanikumalam
ini.Pekerjaanyang aku kira dapat terselesaikan dalam waktu 5 menit, tenyata hampir 5 jam belum
dapat aku selesaikan.
Keesokan paginya disekolah...
“Halo Ana, Nia, bagaimana dengan tugas kita?” tanya Dikki dan Rifki tiba-tiba.
“Ini kami sedang membuatnya,” ucap Ana santai.
“Loh memangnyasemalamkaliankemanasaja?Mengapakalianmengabaikantugasdari BuWisnu?”
“Iya, kalian tahu tidak tugas cerpen itu akan mempengaruhi nilai rapor kita?” sambung Rifki.
“Kami berdua benar-benar kecewa..” ucap Dikki dengan mimik sok serius.
“Hei,kaliankiramembuatcerpensemudahdenganmembukakulitkuaci?”ujar Ana sambil menjitak
kepalaDikki. Dikki menjitakkepalaRifki.Rifki menjitakkepalaku.Aku menjitakkepalaAna. Lalu kami
main jitak-jitakan.
“Sudah,sudah..kalaubegini terustidakakan selesai. Lebih baik kita kerjakan bersama-sama,” ucap
Ana menghentikan tindakan bodoh kami.
3. Akhirnya Dikki mengusulkan untuk membuat cerpen dari kejadian yang telah kami alami.
KejadiansaatRifki meminta kami membuat cerpen. Kejadian saat Dikki makan kuaci. Kejadian saat
aku menjitak kepala Ana. Akhirnya cerpen kami selesai. Kami sangat puas. Aku sangat berterima
kasih kepada laki-laki pemilik blog yang kemarin aku kunjungi. Kalau saja aku tidak membaca
peringatan tersebut mungkin kami sudah membohongi Bu Wisnu dengan mengumpulkan cerpen
yang bukan hasil karya kami.