SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 65
MANAJEMEN
KEUANGAN I
Kuliah VII
Manajemen Modal Kerja:
1.Persediaan
2.Pengelolaan Piutang
3.Struktur Utang
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
KERJA
 Manajemen Persediaan (Inventory
Management)
Secara umum, tiga jenis persediaan, yaitu:
Persediaan bahan baku/ mentah (raw
materials inventory), yaitu persediaan bahan-
bahan yang menjadi komponen dari produk
jadi tetapi belum digunakan dalam proses
produksi.
Persediaan barang dalam proses (work in
progress inventory), yaitu persediaan barang
setengah jadi yang memerlukan proses lebih
lanjut sebelum menjadi barang/produk jadi.MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL
KERJA
 Persediaan barang jadi (finished goods
inventory), yaitu persediaan barang jadi yang
belum dijual (untuk perusahaan industri) atau
persediaan barang dagang (untuk perusahaan
distributor dan ritel).
 Persediaan memberikan manfaat dan
sekaligus biaya bagi perusahaan. Persediaan
yang terlalu sedikit akan mengecewakan
konsumen karena barang yang diinginkan
tidak tersedia. Akibatnya keuntungan
perusahaan akan menurun.
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL KERJA
Sebaliknya, apabila persediaan
perusahaan terlalu banyak akan
menyerap dana dari modal yang
seharusnya diinvestasikan pada
komponen modal kerja lainnya karena
persediaan yang besar akan
membutuhkan biaya penyimpanan di
gudang dan biaya harus keamanan.
Tingkat persediaan ideal pertimbangkan
keseimbangan antara manfaat dan biaya
(benefits and costs) bagi perusahaan.MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL KERJA
 Bagi perusahaan, lebih ‘bijaksana’ untuk
melihat ‘manfaat’ persediaan sebagai usaha
‘menghindari biaya’ yang lebih besar,(’biaya’
atas penurunan penjualan dan kepercayaan
konsumen)
 Jadi manajemen persediaan dapat dipandang
sebagai ‘cost of minimization.’
 Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan
terkait dengan persediaan dapat dibagi dalam
tiga kelompok, yaitu biaya perolehan
(acquisition costs), biaya kepemilikan (carrying
costs) dan biaya ‘kehabisan persediaan’
(stockout costs).
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL KERJA
Biaya persediaan untuk perusahaan
distributor dan ritel
 Acquisition costs: biaya pemesanan (ordering
costs), biaya antar (freight and handling costs)
& potongan harga yang hilang apabila jumlah
yang dipesan sedikit (quantity discount
foregone).
 Carrying costs: biaya yang dikeluarkan untuk
kepemilikan persediaan yang seharusnya
dapat diinvestasikan pada kegiatan
perusahaan lainnya (opportunity costs of
investment), biaya penyimpanan (storage
costs),MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL
KERJA
biaya asuransi (insurance premiums), biaya
yang terkait dengan persediaan yang sifatnya
mudah aus dan rusak (deterioration and
obsolescence) dan biaya pemindahan (price
movements).
 Stockout costs, yaitu biaya yang akan
dikeluarkan oleh perusahaan apabila
perusahaan memiliki persediaan yang minim.
Biaya ini terkait dengan kehilangan konsumen
karena ketidaktersediaan barang yang
diinginkannya dan mengakibatkan konsumen
membeli di perusahaan pesaing.
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL
KERJA
Biaya persediaan untuk perusahaan
industri
 Persediaan bahan baku, biaya yang
dikeluarkan perusahaan distributor sama
dengan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan industri,
 perbedaan utamanya: stockout costs, yaitu
ketika perusahaan industri kekurangan bahan
baku/mentah akan mengakibatkan
terganggunya proses produksi dan
menimbulkan ‘biaya’ karena peralatan
produksi dan tenaga kerja tidak dimanfaatkan
(under-utilised).
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL KERJA
 Persediaan barang jadi, perusahaan
industri juga menghadapi masalah
carrying costs dan stockout costs yang
sama dengan perusahaan
distributor/similar, tetapi agak berbeda
terkait dengan acquisition costs karena
harus mempertimbangkan biaya yang
dikenal dengan ‘set-up costs’. Biaya ini
terjadi setiap proses produksi baru
dimulai.
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL
KERJA
 Manajemen persediaan sangat diperlukan
dalam perusahaan karena harus
memperhitungkan dua sisi yaitu biaya (cost)
yang harus dikeluarkan dengan keuntungan
(benefit) yang dihasilkan. Perusahaan dapat
memenuhi permintaan konsumen apabila
mempunyai persediaan yang banyak. Akan
tetapi pada perusahaan harus pula
mengeluarkan biaya pemeliharaan dan
penyimpanan persediaan yang besar.
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL KERJA
 Pada dasarnya, inti dari permasalahan
persediaan suatu perusahaan adalah
kemampuan perusahaan memperkirakan
kebutuhan persediaan bahan baku (atau
barang jadi) tepat waktu dengan jumlah yang
diperlukan. Teknik ini dikenal sebagai Just In
Time atau Zero Inventory, karena jumlah
persediaan bisa saja sangat kecil atau tidak
ada sama sekali pada saat permintaan
menurun.
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL KERJA
 Pengawasan Persediaan
 Jumlah persediaan dikaitkan dengan variabel
tertentu.
Metode ini merupakan pengawasan
persediaan yang paling sederhana, dimana
jumlah persediaan dihubungkan dengan
variabel tertentu, misalnya variabel
penjualan dan siklus produksi. Perusahaan
menetapkan jumlah persediaan barang jadi
sebesar rata-rata satu bulan penjualan.
Dengan demikian, jumlah persediaan akan
berbanding lurus dengan tingkat penjualan.
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL KERJA
Perusahaan juga dapat menetapkan tingkat
persediaan dengan cara menghubungkan
waktu dan besarnya pemesanan dengan
kebutuhan selama periode tertentu.
Jadi, perusahaan dapat memesan persediaan ketika
persediaan hanya cukup untuk satu bulan produksi dan
jumlah yang dipesan untuk kebutuhan tiga bulan
produksi.
 Economic Order Quantity (EOQ) atau jumlah
pemesanan ekonomis didasarkan pada pemikiran
perusahaan dapat menghemat biaya
pembelian/pemesanan apabila perusahaan
mempunyai rata-rata persediaan yang cukup.MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN MODAL KERJA
Tetapi perusahaan harus menanggung
biaya penyimpanan yang besar apabila
memiliki persediaan yang besar.
Jadi diperlukan tingkat pemesanan yang
sesuai dengan kebutuhan dengan waktu
yang tepat, dengan menghitung persediaan
yang harus dimiliki dengan biaya
persediaan yang terkecil.
Biaya persediaan: Akumulasi biaya simpan
(gudang) dan biaya pemesanan/
pembelian.
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
PENENTUAN SALDO PERSEDIAAN
OPTIMAL
Rumus:
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
c
aD
Q
2
=
Q = jumlah pemesanan yang ekonomis
a = biaya tiap kali pemesanan
D = kebutuhan bahan baku dalam satu
tahun
c = biaya penyimpanan per satuan per
tahun
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
ECONOMIC ORDER QUANTITY
(EOQ)
Q
waktu
Q/2
0
101 t2 t3 Dst…
Q = 10.000
36 hr
ECONOMIC ORDER QUANTITY
(EOQ)
Biaya pemesanan (order): biaya karena
adanya aktifitas pemesanan persediaan
Jika perusahaan punya persediaan
banyak, frekuensi pemesanan berkurang
& biaya order juga kecil. Demikian
sebaliknya
Biaya penyimpanan: jika perusahaan
punya persediaan besar, biaya simpannya
akan meningkat secara proporsional
terhadap jumlah kenaikan persediaan
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
TRADE-OFF TOTAL BIAYA
PERSEDIAAN
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
biaya
Total biaya persediaan
Biaya order
Biaya simpan
persediaan
TOTAL BIAYA PERSEDIAAN
 Total biaya persediaan: biaya simpan + biaya order
 Total biaya persediaan = biaya simpan/unit x
persediaan rata-rata
 Total biaya pesan = jumlah pemesanan yang
dilakukan x biaya satu kali pesan
TC = (Q/2)c + (D/Q)a
TC = total biaya
Q = jumlah persediaan yang dipesan
Q/2 = persediaan rata-rata
c =biaya simpan
D =total kebutuhan per periode
a = biaya pesan
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
TOTAL BIAYA PERSEDIAAN
TC minimal dapat diperoleh jika
turunan pertama persamaan diatas = 0,
sehingga diperoleh Q* (Q optimal)
δTC/δQ= -c/2 + Da/Q2
 SO/Q2
=c/2
 Q2
= (2aD)/c
 Q*
= [(2aD)/c]1/2
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
TOTAL BIAYA
PERSEDIAAN
Contoh: total penjualan 1 tahun = 100.000
unit; biaya simpan = Rp. 20/unit; biaya pesan
= Rp. 10.000/pesan. Berapa Q*?
Q* = [(2 x 10.000 x 100.000)/20]1/2
Q* = 10.000 unit
Jadi, tingkat persediaan yang optimal =
10.000 unit
TC = [(10.000/2)x20]+
[(100.000/10.000)x10.000]
TC = 100.000 + 100.000 = Rp. 200.000
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
TOTAL BIAYA PERSEDIAAN
Total biaya simpan = Rp. 100.000; biaya
pesan = Rp. 100.000
Rata-rata persediaan = 5.000 unit
Perusahaan memesan persediaan 10
kali/tahun = ada 10 kali siklus persediaan /
tahun
Periode perputaran persediaan (asumsi 1
tahun = 360 hari) = 36 hari (360 hari/10kali)
Tingkat konsumsi persediaan (tk.
Penjualan) = 10.000/36 = 278 unit/hari
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MENENTUKAN REORDER POINT
Misal butuh waktu tunggu (lead time = LT)
5 hari dari pesanan dikirimkan sampai
pesanan datang, perusahaan dapat
menentukan kapan perusahaan harus
memesan kembali (reorder point = RO)
Hubungan antara lead time, reorder point
dan tingkat persediaan dapat ditunjukkan
pada gambar berikut:
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
MENENTUKAN REORDER POINT
10.000
hari
5.000
31
0
36
Lead time
Jumlah unit
Slope = 278 unit/hari
Reorder point = 1.390 unit
MENENTUKAN REORDER POINT
Lead time = 5 hari, perusahaan sudah
harus memesan kembali jika persediaan
berada pada level 1,390 unit = 278 x 5
hari
Jika sesuatu berjalan seperti yang
digambarkan maka perusahaan dapat
menentukan tingkat persediaan dan
reorder point dengan akurasi 100%
Tapi, realitasnya selalu penuh
ketidakpastian, maka perlu safety stock
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MENENTUKAN REORDER POINT
Misal perusahaan menetapkan safety
stock = 2.000 unit, maka perusahaan
memiliki 12.000 unit persediaan (10.000
+ 2.000)
Persediaan rata-rata menjadi 12.000/2 =
6.000 unit
Reorder dilakukan kembali pada saat
persediaan = 3.390 unit
Kondisi ini ditunjukkan oleh gambar
berikut:
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
SAFETY STOCK
12.000
hari
5.000
31
0
36
Lead time
Jumlah unit
Lead time menjadi 7 hari
Reorder point = 3.390 unit
2.000
Penjualan meningkat menjadi 500
PERUBAHAN LEAD TIME
Misal, karena sesuatu hal, lead time
bukannya 5 hari, tetapi menjadi 7
hari
Jadi, pada hari ke-38 barang
pesanan baru datang
Jika perusahaan tidak punya safety
stock, maka perusahaan akan out of
stock & tidak bisa melayani 556 unit
produk (278 x 2 hari), hilang profit
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
PERUBAHAN LEAD TIME
Jika ada safety stock, perusahaan
memenuhi pesanan 556 unit produk
Diambil dari safety stock, sisa safety
stock = 2.000 – 556 = 1.444 unit
Ketika pesanan datang, barang dagangan
bertambah menjadi sekitar 11.444 unit
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
PERUBAHAN TINGKAT
PENJUALAN
Misal setelah reorder, tingkat penjualan
meningkat menjadi 500 unit/hari
Jika lead time tidak berubah, persediaan
akan habis dalam waktu 2,78 hari =
1.390/500, sedangkan persediaan akan
datang 5 hari lagi
Karenanya perusahaan akan kehilangan
kesempatan menjual barang dagangan
sebanyak 1.110 unit = 500 x 2,22 hari, hal
ini dibantu dengan adanya safety stock
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
SISTEM PENGENDALIAN
PERSEDIAAN
Sistem pengendalian persediaan:
Metode ABC
Metode just in time
Sistem pengendalian dengan komputer
Metode ABC : menggolongkan
persediaan berdasarkan nilai & kuantitas
Gambar berikut menunjukkan tiga kelas
persediaan: kelas A meliputi hanya 10%
dari total kuantitas tapi mencakup 50%
dari total nilai persediaanMAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
SISTEM PENGENDALIAN
PERSEDIAAN
Kelas B mencakup 30% dari total
kuantitas, tetapi mencakup 30% dari
total nilai persediaan
Kelas C, mencakup 60% dari total
kuantitas dan mencakup 20% dari total
nilai persediaan
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
SISTEM PENGENDALIAN
PERSEDIAAN
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
Nilai kumulatif
Kelas B
Kelas A
10% kuantitas60%30%
Kelas C
100%
50%
80%
SISTEM PENGENDALIAN
PERSEDIAAN
Just-in-time : bertujuan meminimalkan
tingkat persediaan, jika perlu = nol
Dipopulerkan oleh perusahaan Jepang,
dikenal dengan sistem Kamban
Bahan yang dibutuhkan datang hanya
beberapa jam sebelum proses produksi
dimulai
Misal perusahaan Toyota
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
SISTEM PENGENDALIAN
PERSEDIAAN
Sistem pengendalian dengan
komputer: komputer mencatat
persediaan awal
Jika barang terjual, komputer akan
mencatatnya dan secara otomatis
memperbaharui posisi persediaan
Jika persediaan menyentuh level
tertentu, komputer secara otomatis akan
memesan ke supplier
Misal retailer Wal-Mart melakukannya
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
SISTEM PENGENDALIAN
PERSEDIAAN
Komputer mencatatnya dengan bar-code
Sistem ini dikembangkan & menjadi
MRP (material requirement planning)
Dengan sistem ini, sistem produksi dan
sistem persediaan dikoordinasi dengan
kebutuhan produksi
Komputer akan koordinasikan aktifitas
produksi, hasilkan jadwal produksi dan
kapan kebutuhan bahan produksi
tertentu datang
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN PIUTANG DAGANG
Mencakup beberapa isu:
Faktor yang berpengaruh terhadap
besarnya piutang
Kebijakan pemberian piutang
Monitoring posisi piutang
Investasi pada piutang (dan juga
persediaan) memiliki konsekuensi
manfaat – biaya sehingga selalu
terjadi trade-off
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN PIUTANG DAGANG
Piutang adalah salah satu komponen
penting dalam aktiva lancar
Umumnya, perusahaan lebih suka
menjual secara tunai, karena akan
menerima kas lebih cepat &
memperpendek siklus kas
Tapi karena tekanan persaingan,
perusahaan bersedia menjual secara
kredit, menimbulkan piutang
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN PIUTANG DAGANG
Diharapkan piutang dapat meningkatkan
keuntungan
Namun, piutang yang meningkat akan
menimbulkan biaya piutang (opportunity
cost)
Kebijakan piutang yang baik adalah yang
dapat optimalkan trade-off antara
keuntungan dan risiko/kerugian dari
piutang tersebut
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN PIUTANG DAGANG
Besarnya piutang tergantung dari
penjualan kredit perperiode dan lamanya
periode pengumpulan piutang
Contoh jika perusahaan memiliki
penjualan kredit rata-rata Rp. 1
juta/hari, periode pengumpulan piutang =
30 hari
Piutang dagang perusahaan = Rp. 1 juta
x 30 hari = Rp. 30 juta
Jika kebijakan piutang berubah maka
piutang juga akan berubah
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN PIUTANG DAGANG
Piutang adalah suatu investasi,
karenanya harus didanai dengan sumber
dana tertentu
Dana investasi untuk piutang dapat
berasal dari utang wesel atau utang
dagang
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
MANAJEMEN PIUTANG DAGANG
Jika tingkat keuntungan perusahaan =
25%, maka 75% dari piutang dagang
harus didanai
Bagian piutang yang harus didanai =
0,75 x Rp. 30 juta = Rp. 22,5 juta; 7,5
juta = bagian dari laba/profit maka tak
perlu didanai
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
SIKLUS PIUTANG DAGANG
Tingkat piutang perusahaan dalam
suatu periode dapat dipecah menjadi:
Besarnya piutang rata-rata
Rata-rata lamanya periode pengumpulan
piutang
Contoh jika penjualan kredit perusahaan
rata-rata harian Rp. 1 juta; periode
pengumpulan piutang 30 hari, maka
pada saat operasi perusahaan sudah
mulai stabil, piutang perusahaan adalah
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
SIKLUS PIUTANG DAGANG
Piutang = 30 hari x rp. 1 juta = rp. 30
juta
Jika suatu perusahaan baru saja berdiri
dengan menerbitkan saham, & langsung
produksi persediaan.
Neraca perusahaan adalah:
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
Persediaan 1.500 Saham 1.500
SIKLUS PIUTANG DAGANG
Lalu perusahaan menjual secara kredit
rp. 2.000:
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
Piutang 2.000
Persediaan 0
Saham biasa 1.500
Laba ditahan 500
Untuk hari berikutnya, perusahaan
harus produksi kembali, tapi piutang
belum bisa digunakan. Perusahaan
harus cari sumber pendanaan, misal
utang wesel
SIKLUS PIUTANG DAGANG
Pada hari ketiga, ketika piutang telah
dibayar, neraca sbb:
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
Piutang 2.000
Persediaan 1.500
Utang wesel 1.500
Saham biasa 1.500
Laba ditahan 500
Kas 2.000
Piutang 2.000
Utang wesel 1.500
Saham biasa 1.500
Laba ditahan 1.000
MANAJEMEN PIUTANG
DAGANG
Setelah utang wesel terbayar, nilai kas
menunjukkan sbb:
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
Saham biasa 1.500
Laba ditahan 1.000
Kas 500
Piutang 2.000
Ilustrasi diatas menunjukkan siklus
piutang
Piutang didanai oleh utang wesel dan
saham
FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG
DAGANG
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
Faktor
eksternal
Faktor
internal
Misal:
- Permintaaan
terhadap produk
- Karakteristik
industri
Misal:
- Kebijakan promosi
dan iklan
- Kebijakan piutang
P
I
U
T
A
N
G
FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG
DAGANG
Faktor eksternal (permintaan terhadap
produk dan karakteristik industri) dan
faktor internal (kebijakan promosi iklan
dan kebijakan piutang) adalah faktor
yang mempengaruhi besarnya piutang
Karakteristik produk & proses produksi
dapat sebagai faktor berpengaruh besar
tidaknya piutang suatu perusahaan
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG
DAGANG
Misal produk pesanan khusus, dengan
teknologi tinggi, maka penjual mungkin
akan meminta pembayaran di muka, &
hal ini akan mengurangi piutang
perusahaan
Sebaliknya, jika perusahaan menjual
produk yang terstandar, maka
penyimpanan dalam persediaan dapat
dengan mudah dilakukan, karena
risikonya lebih kecil
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG
DAGANG
Faktor kompetisi juga mempengaruhi
piutang dan persediaan
Misal jika satu perusahaan dalam
industri tawarkan penjualan kredit,
maka perusahaan lain, untuk imbangi
daya saingnya, juga akan tawarkan
penjualan kredit
Faktor musiman juga berpengaruh,
misal penjualan jas hujan; saat
kemarau piutang menurun, saat hujan
piutan meningkat tajam
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG
DAGANG
Faktor internal juga akan berpengaruh
terhadap besarnya piutang & persediaan
Misal, manajer keuangan punya pilihan
apakah akan memilih kebijakan kredit
yang longgar (piutang jadi meningkat)
atau yang ketat (piutang jadi minimum)
Kebijakan kredit memiliki trade-off :
peningkatan keuntungan & peningkatan
biaya karena adanya piutang tersebut
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG
DAGANG
Peningkatan keuntungan diperoleh dari
peningkatan penjualan
Peningkatan biaya dapat terjadi melalui
peningkatan biaya investasi, risiko
piutang tak terbayar (kualitas
langganan), dan peningkatan potongan
kas, jangka waktu kredit
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS KUANTITATIF
BENEFIT:COST
Misal, PT. A menjual tunai saat ini.
Penjualan saat ini = rp. 100juta
Perusahaan pertimbangkan pemberian
kredit untuk tingkatkan penjualan
sebesar rp. 20 juta
Harga produk = rp. 1.000;Biaya variabel
= rp. 750; tingkat keuntungan yang
disyaratkan untuk piutang = 20%
sebelum pajak; rata-rata pengumpulan
piutang = 2 bulan
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS KUANTITATIF
BENEFIT:COST
analisis berikut perlihatkan apakah
kebijakan kredit pantas dilakukan:
Tambahan keuntungan:
Tambahan penjualan = rp. 20.000.000
Tambahan keuntungan = 0,25x20.000.000
 = rp. 5.000.000
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS KUANTITATIF
BENEFIT:COST
Tambahan biaya:
Tambahan piutang = rp. 120juta/6 = rp. 20
juta
Tambahan investasi pada piutang = 0,75 x
rp. 20.000.000 = rp. 15.000.000
Keuntungan yang disyaratkan = 0,2 x rp.
15.000.000 = rp. 3.000.000
Margin kontribusi = [(harga – biaya
variabel) / harga] x 100 % = 25% (untuk
menghitung tambahan keuntungan dan
biaya)MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS KUANTITATIF
BENEFIT:COST
Karena tambahan keuntungan (rp. 5
juta) > tambahan biaya (rp. 3 juta),
maka kebijakan kredit layak dilakukan
Contoh di atas belum perhitungkan
biaya-biaya lain
Misal, berdasar penjualan kredit di
atas, PT. A pertimbangkan pelonggaran
lebih lanjut: modern dan ekstrim
Berikut informasi berkaitan dengan
pelonggaran tersebut:
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS KUANTITATIF
BENEFIT:COST
Moderat Ekstrim
Tambahan penjualan Rp. 20.000.000 Rp. 30.000.000
Rata-rata periode
pengumpulan piutang 3 bulan 4 bulan
Piutang tak terbayar
1% 3%
Perputaran piutang
dalam 1 periode 4 kali 3 kali
(12/rata-rata periode
pengumpulan piutang
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS KUALITATIF KEBIJAKAN
KREDIT
Informasi yang dibutuhkan untuk
analisis kualitatif:
Laporan keuangan: perusahaan dapat
minta pelanggan untuk mengirimkan
laporan keuangannya digunakan untuk
mengidentifikasi kemampuan ekonomis &
stabilitas aliran kas
Bank: bank dapat diminta membantu
untuk menentukan apakah suatu
perusahaan layak diberi pinjaman kredit
atau tidak
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS KUALITATIF KEBIJAKAN
KREDIT
Informasi yang dibutuhkan untuk
analisis kualitatif:
Asosiasi perdagangan: yang memiliki
informasi lengkap mengenai anggotanya
Pengalaman perusahaan: berdasarkan
data historis transaksi perusahaan
Informasi lainnya: misalnya credit rating,
dll
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS KUALITATIF KEBIJAKAN
KREDIT
Informasi dikumpulkan dianalisis,
menggunakan 5C:
Character: kemauan calon penerima membayar
utang-utangnya
Capacity: kemampuan keuangan perusahaan
(ekonomi)
Capital: modal yang dimiliki perusahaan
Collateral: jaminan aset tertentu
Conditions: kondisi ekonomi akan menentukan
kemampuan perusahaan melunasi utangnya
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS
KREDIT
 Merupakan model dengan teknik statistik
diskriminan:
Y = 0,23 + 0,2 (usia) + 0,003 (pendapatan) +
500 (kepemilikan rumah)
 Kepemilikan rumah = variabel dummy,
bernilai 1 = memiliki rumah; 0 = jika tidak
 Misal seorang pelamar kartu kredit berusia
30 tahun, pendapatan = rp. 5 juta/bulan,
dan punya rumah sendiri
 Dengan model di atas, orang ini memiliki
skor:
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS
KREDIT
 Y = 0,23 + 0,2 (30) + 0,003 (5 juta) + 500 (1)
 Y = 15.500,229
 Misal, jika perusahaan memiliki batas skor
(cut-off rate) = 10.000; karena pelamar tsb
punya skor = 15.500,29 > 10.000 maka
pantas diberikan kredit
 Jika calon penerima kredit adalah
perusahaan, model ini dapat dimodifikasi:
 Y = 5 (coverage biaya tetap) + 20 (quick
ratio) + 1,5 (usia perusahaan)
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS
KREDIT
Lalu perusahaan punya pengelompokan
risiko:
Skor > 50 = risiko rendah → kebijakan
kredit: langsung diberikan
Skor antara 25 dan 50 = risiko menengah →
kebijakan kredit: diberikan secara terbatas,
laporan keuangan diberikan setiap 1
semester
Skor < 25 = risiko tinggi → kebijakan kredit:
tidak diberikan

MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks
ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS
KREDIT
Misal seorang calon penerima kredit
punya data coverage: biaya tetap 4;
quick ratio = 1, usia perusahaan = 10
tahun, maka:
Y = 5 (4) + 20 (1) + 1,5 (10) = 55
Calon tersebut memiliki risiko kelas
rendah, maka kredit dapat diberikan
secara langsung kepada perusahaan
tersebut.
MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN
Alauddin Mks

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

modul managemen keuangan
modul managemen keuanganmodul managemen keuangan
modul managemen keuangan
Haidar Bashofi
 
Manajemen keuangan bab 22
Manajemen keuangan bab 22Manajemen keuangan bab 22
Manajemen keuangan bab 22
Lia Ivvana
 
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 20133 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
Cep Fathurrahman
 
Manajemen keuangan bab 21
Manajemen keuangan bab 21Manajemen keuangan bab 21
Manajemen keuangan bab 21
Lia Ivvana
 
Learning summary susilawati rosmery - corp cash management
Learning summary   susilawati rosmery - corp cash managementLearning summary   susilawati rosmery - corp cash management
Learning summary susilawati rosmery - corp cash management
PD LMS Usage
 
Bab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kasBab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kas
Inal Ypyn
 
Makalah manajemen keuangan ii uas
Makalah manajemen keuangan ii uasMakalah manajemen keuangan ii uas
Makalah manajemen keuangan ii uas
Cak Qur
 
Pengertian persediaan (2)
Pengertian persediaan (2)Pengertian persediaan (2)
Pengertian persediaan (2)
anaanniesa
 
Manajemen keuangan bab 26
Manajemen keuangan bab 26Manajemen keuangan bab 26
Manajemen keuangan bab 26
Lia Ivvana
 
Tugas presentasi (fm)
Tugas presentasi (fm)Tugas presentasi (fm)
Tugas presentasi (fm)
hogiwiyana
 

La actualidad más candente (20)

modul managemen keuangan
modul managemen keuanganmodul managemen keuangan
modul managemen keuangan
 
Pembelanjaan
PembelanjaanPembelanjaan
Pembelanjaan
 
Manajemen keuangan bab 22
Manajemen keuangan bab 22Manajemen keuangan bab 22
Manajemen keuangan bab 22
 
manajemen kas
manajemen kasmanajemen kas
manajemen kas
 
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 20133 manajemen-kas materi 21 04 2013
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
 
Manajemen keuangan bab 21
Manajemen keuangan bab 21Manajemen keuangan bab 21
Manajemen keuangan bab 21
 
Presentasi Pembelanjaan
Presentasi PembelanjaanPresentasi Pembelanjaan
Presentasi Pembelanjaan
 
Manajemen modal kerja
Manajemen modal kerjaManajemen modal kerja
Manajemen modal kerja
 
Learning summary susilawati rosmery - corp cash management
Learning summary   susilawati rosmery - corp cash managementLearning summary   susilawati rosmery - corp cash management
Learning summary susilawati rosmery - corp cash management
 
Manajemen kas
Manajemen kasManajemen kas
Manajemen kas
 
Bab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kasBab 5 manajemen_kas
Bab 5 manajemen_kas
 
3 manajemen-kas-1
3 manajemen-kas-13 manajemen-kas-1
3 manajemen-kas-1
 
Makalah manajemen keuangan ii uas
Makalah manajemen keuangan ii uasMakalah manajemen keuangan ii uas
Makalah manajemen keuangan ii uas
 
RESUME Materi Manajemen keuangan Smt 2 #part 1
RESUME Materi Manajemen keuangan Smt 2 #part 1RESUME Materi Manajemen keuangan Smt 2 #part 1
RESUME Materi Manajemen keuangan Smt 2 #part 1
 
RESUME Materi Manajemen keuangan Smt 2 #part 2
RESUME Materi Manajemen keuangan Smt 2 #part 2RESUME Materi Manajemen keuangan Smt 2 #part 2
RESUME Materi Manajemen keuangan Smt 2 #part 2
 
Working Capital Management/Abshor.marantika/Gracelina Pusparani/3-04
Working Capital Management/Abshor.marantika/Gracelina Pusparani/3-04Working Capital Management/Abshor.marantika/Gracelina Pusparani/3-04
Working Capital Management/Abshor.marantika/Gracelina Pusparani/3-04
 
Pengertian persediaan (2)
Pengertian persediaan (2)Pengertian persediaan (2)
Pengertian persediaan (2)
 
Working-Capital Management/abshor.marantika/Teuku M. Ilham Aprianto/3-03
Working-Capital Management/abshor.marantika/Teuku M. Ilham Aprianto/3-03Working-Capital Management/abshor.marantika/Teuku M. Ilham Aprianto/3-03
Working-Capital Management/abshor.marantika/Teuku M. Ilham Aprianto/3-03
 
Manajemen keuangan bab 26
Manajemen keuangan bab 26Manajemen keuangan bab 26
Manajemen keuangan bab 26
 
Tugas presentasi (fm)
Tugas presentasi (fm)Tugas presentasi (fm)
Tugas presentasi (fm)
 

Destacado

Print makalah analisis titik impas
Print   makalah analisis titik impasPrint   makalah analisis titik impas
Print makalah analisis titik impas
Astri Yulia
 

Destacado (19)

Manajemen Modal Kerja
Manajemen Modal KerjaManajemen Modal Kerja
Manajemen Modal Kerja
 
Manajemen Kas
Manajemen KasManajemen Kas
Manajemen Kas
 
Print makalah analisis titik impas
Print   makalah analisis titik impasPrint   makalah analisis titik impas
Print makalah analisis titik impas
 
PP ARUS KAS
PP ARUS KASPP ARUS KAS
PP ARUS KAS
 
The History of Accounting Management
The History of Accounting ManagementThe History of Accounting Management
The History of Accounting Management
 
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN RASIO LANCAR TERHADAP ...
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN RASIO LANCAR TERHADAP ...PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN RASIO LANCAR TERHADAP ...
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN DAN RASIO LANCAR TERHADAP ...
 
Investasi
InvestasiInvestasi
Investasi
 
Analisis break-even
Analisis break-evenAnalisis break-even
Analisis break-even
 
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODALARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
 
Ppsi pertemuan-11-risk-management
Ppsi pertemuan-11-risk-managementPpsi pertemuan-11-risk-management
Ppsi pertemuan-11-risk-management
 
laporan keuangan
laporan keuanganlaporan keuangan
laporan keuangan
 
Building A Strong Engineering Culture - my talk from BBC Develop 2013
Building A Strong Engineering Culture - my talk from BBC Develop 2013Building A Strong Engineering Culture - my talk from BBC Develop 2013
Building A Strong Engineering Culture - my talk from BBC Develop 2013
 
WORKING CAPITAL MANAGEMENT
WORKING CAPITAL MANAGEMENTWORKING CAPITAL MANAGEMENT
WORKING CAPITAL MANAGEMENT
 
LinkedIn’s Culture of Transformation
LinkedIn’s Culture of TransformationLinkedIn’s Culture of Transformation
LinkedIn’s Culture of Transformation
 
Culture Code: Creating A Lovable Company
Culture Code: Creating A Lovable CompanyCulture Code: Creating A Lovable Company
Culture Code: Creating A Lovable Company
 
Digitized Student Development, Social Media, and Identity
Digitized Student Development, Social Media, and IdentityDigitized Student Development, Social Media, and Identity
Digitized Student Development, Social Media, and Identity
 
Connecting With the Disconnected
Connecting With the DisconnectedConnecting With the Disconnected
Connecting With the Disconnected
 
Can We Assess Creativity?
Can We Assess Creativity?Can We Assess Creativity?
Can We Assess Creativity?
 
Guided Reading: Making the Most of It
Guided Reading: Making the Most of ItGuided Reading: Making the Most of It
Guided Reading: Making the Most of It
 

Similar a Manajemen modal kerja 2

Akuntansi " persediaan "
Akuntansi " persediaan "Akuntansi " persediaan "
Akuntansi " persediaan "
Wirodat Az
 
Bab 6 manajemen_persediaan
Bab 6 manajemen_persediaanBab 6 manajemen_persediaan
Bab 6 manajemen_persediaan
Inal Ypyn
 
8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan
Lambok_siregar
 

Similar a Manajemen modal kerja 2 (20)

Management Produksi
Management ProduksiManagement Produksi
Management Produksi
 
Ema susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional i
Ema susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional iEma susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional i
Ema susanti 2019020034 makalah uts manaj. operasional i
 
Akuntansi " persediaan "
Akuntansi " persediaan "Akuntansi " persediaan "
Akuntansi " persediaan "
 
David
DavidDavid
David
 
Artikel 10103546
Artikel 10103546Artikel 10103546
Artikel 10103546
 
Bab-2-Manajemen-Persediaan-Bisnis-Ritel.ppt
Bab-2-Manajemen-Persediaan-Bisnis-Ritel.pptBab-2-Manajemen-Persediaan-Bisnis-Ritel.ppt
Bab-2-Manajemen-Persediaan-Bisnis-Ritel.ppt
 
Bab 6 manajemen_persediaan
Bab 6 manajemen_persediaanBab 6 manajemen_persediaan
Bab 6 manajemen_persediaan
 
Pengelolaan persediaan - Pert. 5.pptx
Pengelolaan persediaan - Pert. 5.pptxPengelolaan persediaan - Pert. 5.pptx
Pengelolaan persediaan - Pert. 5.pptx
 
manajemen operasional
manajemen operasionalmanajemen operasional
manajemen operasional
 
Artikel pengelolaan persediaan perusahaan
Artikel pengelolaan persediaan perusahaanArtikel pengelolaan persediaan perusahaan
Artikel pengelolaan persediaan perusahaan
 
Kelompok 8 tm13 pengelolaan persediaan perusahaan
Kelompok 8 tm13 pengelolaan persediaan perusahaanKelompok 8 tm13 pengelolaan persediaan perusahaan
Kelompok 8 tm13 pengelolaan persediaan perusahaan
 
8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan
 
Metode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
Metode Persediaan - Awaludin Siking.pptMetode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
Metode Persediaan - Awaludin Siking.ppt
 
manajemen keuangan
manajemen keuanganmanajemen keuangan
manajemen keuangan
 
Pengendalian Persediaan.ppt
Pengendalian Persediaan.pptPengendalian Persediaan.ppt
Pengendalian Persediaan.ppt
 
Inventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPIC
Inventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPICInventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPIC
Inventory Control, EOQ & FIFO, LIPO _ Materi Training PPIC
 
Economic order quantity
Economic order quantityEconomic order quantity
Economic order quantity
 
Pertemuan 5_Inventory.pptx
Pertemuan 5_Inventory.pptxPertemuan 5_Inventory.pptx
Pertemuan 5_Inventory.pptx
 
Bab 6 manajemen persediaan
Bab 6 manajemen persediaanBab 6 manajemen persediaan
Bab 6 manajemen persediaan
 
Tugas 1 (inventory)
Tugas 1 (inventory)Tugas 1 (inventory)
Tugas 1 (inventory)
 

Más de Throne Rush Indo

Risiko dan return investasi
Risiko dan return investasiRisiko dan return investasi
Risiko dan return investasi
Throne Rush Indo
 
Penialaian investasi (investment decision)
Penialaian investasi (investment decision)Penialaian investasi (investment decision)
Penialaian investasi (investment decision)
Throne Rush Indo
 
Konsep penilaian dalam manajemen keuangan
Konsep penilaian dalam manajemen keuanganKonsep penilaian dalam manajemen keuangan
Konsep penilaian dalam manajemen keuangan
Throne Rush Indo
 
Keputusan pembiayaan 2 (fianancing decision)
Keputusan pembiayaan 2 (fianancing decision)Keputusan pembiayaan 2 (fianancing decision)
Keputusan pembiayaan 2 (fianancing decision)
Throne Rush Indo
 
Keputusan pembiayaan 1 (fianncing decission)
Keputusan pembiayaan 1 (fianncing decission)Keputusan pembiayaan 1 (fianncing decission)
Keputusan pembiayaan 1 (fianncing decission)
Throne Rush Indo
 
Kebijakan deviden (dividend policy)
Kebijakan deviden (dividend policy)Kebijakan deviden (dividend policy)
Kebijakan deviden (dividend policy)
Throne Rush Indo
 
Fungsi dan tujuan manajemen keuangan
Fungsi dan tujuan manajemen keuanganFungsi dan tujuan manajemen keuangan
Fungsi dan tujuan manajemen keuangan
Throne Rush Indo
 

Más de Throne Rush Indo (20)

Struktur modal
Struktur modalStruktur modal
Struktur modal
 
Risiko investasi
Risiko investasiRisiko investasi
Risiko investasi
 
Risiko dan return investasi
Risiko dan return investasiRisiko dan return investasi
Risiko dan return investasi
 
Rasio rasio keuangan
Rasio rasio keuanganRasio rasio keuangan
Rasio rasio keuangan
 
Penialaian investasi (investment decision)
Penialaian investasi (investment decision)Penialaian investasi (investment decision)
Penialaian investasi (investment decision)
 
Laporan keuangan
Laporan keuanganLaporan keuangan
Laporan keuangan
 
Konsep penilaian dalam manajemen keuangan
Konsep penilaian dalam manajemen keuanganKonsep penilaian dalam manajemen keuangan
Konsep penilaian dalam manajemen keuangan
 
Keputusan pembiayaan 2 (fianancing decision)
Keputusan pembiayaan 2 (fianancing decision)Keputusan pembiayaan 2 (fianancing decision)
Keputusan pembiayaan 2 (fianancing decision)
 
Keputusan pembiayaan 1 (fianncing decission)
Keputusan pembiayaan 1 (fianncing decission)Keputusan pembiayaan 1 (fianncing decission)
Keputusan pembiayaan 1 (fianncing decission)
 
Kebijakan deviden (dividend policy)
Kebijakan deviden (dividend policy)Kebijakan deviden (dividend policy)
Kebijakan deviden (dividend policy)
 
Analisis laporan keuangan
Analisis laporan keuanganAnalisis laporan keuangan
Analisis laporan keuangan
 
Fungsi dan tujuan manajemen keuangan
Fungsi dan tujuan manajemen keuanganFungsi dan tujuan manajemen keuangan
Fungsi dan tujuan manajemen keuangan
 
Korelasi dan regresi linear sederhana
Korelasi dan regresi linear sederhanaKorelasi dan regresi linear sederhana
Korelasi dan regresi linear sederhana
 
Materi iv Kewirausahaan Mengajukan Pinjaman
Materi iv Kewirausahaan Mengajukan PinjamanMateri iv Kewirausahaan Mengajukan Pinjaman
Materi iv Kewirausahaan Mengajukan Pinjaman
 
Cara memperoleh modal dan transaksi pembayaran
Cara memperoleh modal dan transaksi pembayaranCara memperoleh modal dan transaksi pembayaran
Cara memperoleh modal dan transaksi pembayaran
 
Kewirausahaan Berfikir Kreatif
Kewirausahaan Berfikir KreatifKewirausahaan Berfikir Kreatif
Kewirausahaan Berfikir Kreatif
 
Tugas firah
Tugas firahTugas firah
Tugas firah
 
Power point sdm (seleksi)
Power point sdm (seleksi)Power point sdm (seleksi)
Power point sdm (seleksi)
 
Power point msdm seleksi
Power point msdm seleksiPower point msdm seleksi
Power point msdm seleksi
 
Pengenalan, penempatan dan pemberhentian
Pengenalan, penempatan dan pemberhentianPengenalan, penempatan dan pemberhentian
Pengenalan, penempatan dan pemberhentian
 

Manajemen modal kerja 2

  • 1. MANAJEMEN KEUANGAN I Kuliah VII Manajemen Modal Kerja: 1.Persediaan 2.Pengelolaan Piutang 3.Struktur Utang MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 2. KERJA  Manajemen Persediaan (Inventory Management) Secara umum, tiga jenis persediaan, yaitu: Persediaan bahan baku/ mentah (raw materials inventory), yaitu persediaan bahan- bahan yang menjadi komponen dari produk jadi tetapi belum digunakan dalam proses produksi. Persediaan barang dalam proses (work in progress inventory), yaitu persediaan barang setengah jadi yang memerlukan proses lebih lanjut sebelum menjadi barang/produk jadi.MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 3. MANAJEMEN MODAL KERJA  Persediaan barang jadi (finished goods inventory), yaitu persediaan barang jadi yang belum dijual (untuk perusahaan industri) atau persediaan barang dagang (untuk perusahaan distributor dan ritel).  Persediaan memberikan manfaat dan sekaligus biaya bagi perusahaan. Persediaan yang terlalu sedikit akan mengecewakan konsumen karena barang yang diinginkan tidak tersedia. Akibatnya keuntungan perusahaan akan menurun. MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 4. MANAJEMEN MODAL KERJA Sebaliknya, apabila persediaan perusahaan terlalu banyak akan menyerap dana dari modal yang seharusnya diinvestasikan pada komponen modal kerja lainnya karena persediaan yang besar akan membutuhkan biaya penyimpanan di gudang dan biaya harus keamanan. Tingkat persediaan ideal pertimbangkan keseimbangan antara manfaat dan biaya (benefits and costs) bagi perusahaan.MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 5. MANAJEMEN MODAL KERJA  Bagi perusahaan, lebih ‘bijaksana’ untuk melihat ‘manfaat’ persediaan sebagai usaha ‘menghindari biaya’ yang lebih besar,(’biaya’ atas penurunan penjualan dan kepercayaan konsumen)  Jadi manajemen persediaan dapat dipandang sebagai ‘cost of minimization.’  Biaya yang harus dikeluarkan perusahaan terkait dengan persediaan dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu biaya perolehan (acquisition costs), biaya kepemilikan (carrying costs) dan biaya ‘kehabisan persediaan’ (stockout costs). MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 6. MANAJEMEN MODAL KERJA Biaya persediaan untuk perusahaan distributor dan ritel  Acquisition costs: biaya pemesanan (ordering costs), biaya antar (freight and handling costs) & potongan harga yang hilang apabila jumlah yang dipesan sedikit (quantity discount foregone).  Carrying costs: biaya yang dikeluarkan untuk kepemilikan persediaan yang seharusnya dapat diinvestasikan pada kegiatan perusahaan lainnya (opportunity costs of investment), biaya penyimpanan (storage costs),MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 7. MANAJEMEN MODAL KERJA biaya asuransi (insurance premiums), biaya yang terkait dengan persediaan yang sifatnya mudah aus dan rusak (deterioration and obsolescence) dan biaya pemindahan (price movements).  Stockout costs, yaitu biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan apabila perusahaan memiliki persediaan yang minim. Biaya ini terkait dengan kehilangan konsumen karena ketidaktersediaan barang yang diinginkannya dan mengakibatkan konsumen membeli di perusahaan pesaing. MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 8. MANAJEMEN MODAL KERJA Biaya persediaan untuk perusahaan industri  Persediaan bahan baku, biaya yang dikeluarkan perusahaan distributor sama dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan industri,  perbedaan utamanya: stockout costs, yaitu ketika perusahaan industri kekurangan bahan baku/mentah akan mengakibatkan terganggunya proses produksi dan menimbulkan ‘biaya’ karena peralatan produksi dan tenaga kerja tidak dimanfaatkan (under-utilised). MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 9. MANAJEMEN MODAL KERJA  Persediaan barang jadi, perusahaan industri juga menghadapi masalah carrying costs dan stockout costs yang sama dengan perusahaan distributor/similar, tetapi agak berbeda terkait dengan acquisition costs karena harus mempertimbangkan biaya yang dikenal dengan ‘set-up costs’. Biaya ini terjadi setiap proses produksi baru dimulai. MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 10. MANAJEMEN MODAL KERJA  Manajemen persediaan sangat diperlukan dalam perusahaan karena harus memperhitungkan dua sisi yaitu biaya (cost) yang harus dikeluarkan dengan keuntungan (benefit) yang dihasilkan. Perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen apabila mempunyai persediaan yang banyak. Akan tetapi pada perusahaan harus pula mengeluarkan biaya pemeliharaan dan penyimpanan persediaan yang besar. MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 11. MANAJEMEN MODAL KERJA  Pada dasarnya, inti dari permasalahan persediaan suatu perusahaan adalah kemampuan perusahaan memperkirakan kebutuhan persediaan bahan baku (atau barang jadi) tepat waktu dengan jumlah yang diperlukan. Teknik ini dikenal sebagai Just In Time atau Zero Inventory, karena jumlah persediaan bisa saja sangat kecil atau tidak ada sama sekali pada saat permintaan menurun. MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 12. MANAJEMEN MODAL KERJA  Pengawasan Persediaan  Jumlah persediaan dikaitkan dengan variabel tertentu. Metode ini merupakan pengawasan persediaan yang paling sederhana, dimana jumlah persediaan dihubungkan dengan variabel tertentu, misalnya variabel penjualan dan siklus produksi. Perusahaan menetapkan jumlah persediaan barang jadi sebesar rata-rata satu bulan penjualan. Dengan demikian, jumlah persediaan akan berbanding lurus dengan tingkat penjualan. MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 13. MANAJEMEN MODAL KERJA Perusahaan juga dapat menetapkan tingkat persediaan dengan cara menghubungkan waktu dan besarnya pemesanan dengan kebutuhan selama periode tertentu. Jadi, perusahaan dapat memesan persediaan ketika persediaan hanya cukup untuk satu bulan produksi dan jumlah yang dipesan untuk kebutuhan tiga bulan produksi.  Economic Order Quantity (EOQ) atau jumlah pemesanan ekonomis didasarkan pada pemikiran perusahaan dapat menghemat biaya pembelian/pemesanan apabila perusahaan mempunyai rata-rata persediaan yang cukup.MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 14. MANAJEMEN MODAL KERJA Tetapi perusahaan harus menanggung biaya penyimpanan yang besar apabila memiliki persediaan yang besar. Jadi diperlukan tingkat pemesanan yang sesuai dengan kebutuhan dengan waktu yang tepat, dengan menghitung persediaan yang harus dimiliki dengan biaya persediaan yang terkecil. Biaya persediaan: Akumulasi biaya simpan (gudang) dan biaya pemesanan/ pembelian. MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 15. PENENTUAN SALDO PERSEDIAAN OPTIMAL Rumus: MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks c aD Q 2 = Q = jumlah pemesanan yang ekonomis a = biaya tiap kali pemesanan D = kebutuhan bahan baku dalam satu tahun c = biaya penyimpanan per satuan per tahun
  • 16. MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) Q waktu Q/2 0 101 t2 t3 Dst… Q = 10.000 36 hr
  • 17. ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) Biaya pemesanan (order): biaya karena adanya aktifitas pemesanan persediaan Jika perusahaan punya persediaan banyak, frekuensi pemesanan berkurang & biaya order juga kecil. Demikian sebaliknya Biaya penyimpanan: jika perusahaan punya persediaan besar, biaya simpannya akan meningkat secara proporsional terhadap jumlah kenaikan persediaan MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 18. TRADE-OFF TOTAL BIAYA PERSEDIAAN MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks biaya Total biaya persediaan Biaya order Biaya simpan persediaan
  • 19. TOTAL BIAYA PERSEDIAAN  Total biaya persediaan: biaya simpan + biaya order  Total biaya persediaan = biaya simpan/unit x persediaan rata-rata  Total biaya pesan = jumlah pemesanan yang dilakukan x biaya satu kali pesan TC = (Q/2)c + (D/Q)a TC = total biaya Q = jumlah persediaan yang dipesan Q/2 = persediaan rata-rata c =biaya simpan D =total kebutuhan per periode a = biaya pesan MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 20. TOTAL BIAYA PERSEDIAAN TC minimal dapat diperoleh jika turunan pertama persamaan diatas = 0, sehingga diperoleh Q* (Q optimal) δTC/δQ= -c/2 + Da/Q2  SO/Q2 =c/2  Q2 = (2aD)/c  Q* = [(2aD)/c]1/2 MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 21. TOTAL BIAYA PERSEDIAAN Contoh: total penjualan 1 tahun = 100.000 unit; biaya simpan = Rp. 20/unit; biaya pesan = Rp. 10.000/pesan. Berapa Q*? Q* = [(2 x 10.000 x 100.000)/20]1/2 Q* = 10.000 unit Jadi, tingkat persediaan yang optimal = 10.000 unit TC = [(10.000/2)x20]+ [(100.000/10.000)x10.000] TC = 100.000 + 100.000 = Rp. 200.000 MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 22. TOTAL BIAYA PERSEDIAAN Total biaya simpan = Rp. 100.000; biaya pesan = Rp. 100.000 Rata-rata persediaan = 5.000 unit Perusahaan memesan persediaan 10 kali/tahun = ada 10 kali siklus persediaan / tahun Periode perputaran persediaan (asumsi 1 tahun = 360 hari) = 36 hari (360 hari/10kali) Tingkat konsumsi persediaan (tk. Penjualan) = 10.000/36 = 278 unit/hari MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 23. MENENTUKAN REORDER POINT Misal butuh waktu tunggu (lead time = LT) 5 hari dari pesanan dikirimkan sampai pesanan datang, perusahaan dapat menentukan kapan perusahaan harus memesan kembali (reorder point = RO) Hubungan antara lead time, reorder point dan tingkat persediaan dapat ditunjukkan pada gambar berikut: MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 24. MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks MENENTUKAN REORDER POINT 10.000 hari 5.000 31 0 36 Lead time Jumlah unit Slope = 278 unit/hari Reorder point = 1.390 unit
  • 25. MENENTUKAN REORDER POINT Lead time = 5 hari, perusahaan sudah harus memesan kembali jika persediaan berada pada level 1,390 unit = 278 x 5 hari Jika sesuatu berjalan seperti yang digambarkan maka perusahaan dapat menentukan tingkat persediaan dan reorder point dengan akurasi 100% Tapi, realitasnya selalu penuh ketidakpastian, maka perlu safety stock MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 26. MENENTUKAN REORDER POINT Misal perusahaan menetapkan safety stock = 2.000 unit, maka perusahaan memiliki 12.000 unit persediaan (10.000 + 2.000) Persediaan rata-rata menjadi 12.000/2 = 6.000 unit Reorder dilakukan kembali pada saat persediaan = 3.390 unit Kondisi ini ditunjukkan oleh gambar berikut: MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 27. MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks SAFETY STOCK 12.000 hari 5.000 31 0 36 Lead time Jumlah unit Lead time menjadi 7 hari Reorder point = 3.390 unit 2.000 Penjualan meningkat menjadi 500
  • 28. PERUBAHAN LEAD TIME Misal, karena sesuatu hal, lead time bukannya 5 hari, tetapi menjadi 7 hari Jadi, pada hari ke-38 barang pesanan baru datang Jika perusahaan tidak punya safety stock, maka perusahaan akan out of stock & tidak bisa melayani 556 unit produk (278 x 2 hari), hilang profit MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 29. PERUBAHAN LEAD TIME Jika ada safety stock, perusahaan memenuhi pesanan 556 unit produk Diambil dari safety stock, sisa safety stock = 2.000 – 556 = 1.444 unit Ketika pesanan datang, barang dagangan bertambah menjadi sekitar 11.444 unit MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 30. PERUBAHAN TINGKAT PENJUALAN Misal setelah reorder, tingkat penjualan meningkat menjadi 500 unit/hari Jika lead time tidak berubah, persediaan akan habis dalam waktu 2,78 hari = 1.390/500, sedangkan persediaan akan datang 5 hari lagi Karenanya perusahaan akan kehilangan kesempatan menjual barang dagangan sebanyak 1.110 unit = 500 x 2,22 hari, hal ini dibantu dengan adanya safety stock MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 31. SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN Sistem pengendalian persediaan: Metode ABC Metode just in time Sistem pengendalian dengan komputer Metode ABC : menggolongkan persediaan berdasarkan nilai & kuantitas Gambar berikut menunjukkan tiga kelas persediaan: kelas A meliputi hanya 10% dari total kuantitas tapi mencakup 50% dari total nilai persediaanMAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 32. SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN Kelas B mencakup 30% dari total kuantitas, tetapi mencakup 30% dari total nilai persediaan Kelas C, mencakup 60% dari total kuantitas dan mencakup 20% dari total nilai persediaan MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 33. SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks Nilai kumulatif Kelas B Kelas A 10% kuantitas60%30% Kelas C 100% 50% 80%
  • 34. SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN Just-in-time : bertujuan meminimalkan tingkat persediaan, jika perlu = nol Dipopulerkan oleh perusahaan Jepang, dikenal dengan sistem Kamban Bahan yang dibutuhkan datang hanya beberapa jam sebelum proses produksi dimulai Misal perusahaan Toyota MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 35. SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN Sistem pengendalian dengan komputer: komputer mencatat persediaan awal Jika barang terjual, komputer akan mencatatnya dan secara otomatis memperbaharui posisi persediaan Jika persediaan menyentuh level tertentu, komputer secara otomatis akan memesan ke supplier Misal retailer Wal-Mart melakukannya MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 36. SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN Komputer mencatatnya dengan bar-code Sistem ini dikembangkan & menjadi MRP (material requirement planning) Dengan sistem ini, sistem produksi dan sistem persediaan dikoordinasi dengan kebutuhan produksi Komputer akan koordinasikan aktifitas produksi, hasilkan jadwal produksi dan kapan kebutuhan bahan produksi tertentu datang MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 37. MANAJEMEN PIUTANG DAGANG Mencakup beberapa isu: Faktor yang berpengaruh terhadap besarnya piutang Kebijakan pemberian piutang Monitoring posisi piutang Investasi pada piutang (dan juga persediaan) memiliki konsekuensi manfaat – biaya sehingga selalu terjadi trade-off MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 38. MANAJEMEN PIUTANG DAGANG Piutang adalah salah satu komponen penting dalam aktiva lancar Umumnya, perusahaan lebih suka menjual secara tunai, karena akan menerima kas lebih cepat & memperpendek siklus kas Tapi karena tekanan persaingan, perusahaan bersedia menjual secara kredit, menimbulkan piutang MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 39. MANAJEMEN PIUTANG DAGANG Diharapkan piutang dapat meningkatkan keuntungan Namun, piutang yang meningkat akan menimbulkan biaya piutang (opportunity cost) Kebijakan piutang yang baik adalah yang dapat optimalkan trade-off antara keuntungan dan risiko/kerugian dari piutang tersebut MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 40. MANAJEMEN PIUTANG DAGANG Besarnya piutang tergantung dari penjualan kredit perperiode dan lamanya periode pengumpulan piutang Contoh jika perusahaan memiliki penjualan kredit rata-rata Rp. 1 juta/hari, periode pengumpulan piutang = 30 hari Piutang dagang perusahaan = Rp. 1 juta x 30 hari = Rp. 30 juta Jika kebijakan piutang berubah maka piutang juga akan berubah MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 41. MANAJEMEN PIUTANG DAGANG Piutang adalah suatu investasi, karenanya harus didanai dengan sumber dana tertentu Dana investasi untuk piutang dapat berasal dari utang wesel atau utang dagang MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 42. MANAJEMEN PIUTANG DAGANG Jika tingkat keuntungan perusahaan = 25%, maka 75% dari piutang dagang harus didanai Bagian piutang yang harus didanai = 0,75 x Rp. 30 juta = Rp. 22,5 juta; 7,5 juta = bagian dari laba/profit maka tak perlu didanai MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 43. SIKLUS PIUTANG DAGANG Tingkat piutang perusahaan dalam suatu periode dapat dipecah menjadi: Besarnya piutang rata-rata Rata-rata lamanya periode pengumpulan piutang Contoh jika penjualan kredit perusahaan rata-rata harian Rp. 1 juta; periode pengumpulan piutang 30 hari, maka pada saat operasi perusahaan sudah mulai stabil, piutang perusahaan adalah MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 44. SIKLUS PIUTANG DAGANG Piutang = 30 hari x rp. 1 juta = rp. 30 juta Jika suatu perusahaan baru saja berdiri dengan menerbitkan saham, & langsung produksi persediaan. Neraca perusahaan adalah: MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks Persediaan 1.500 Saham 1.500
  • 45. SIKLUS PIUTANG DAGANG Lalu perusahaan menjual secara kredit rp. 2.000: MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks Piutang 2.000 Persediaan 0 Saham biasa 1.500 Laba ditahan 500 Untuk hari berikutnya, perusahaan harus produksi kembali, tapi piutang belum bisa digunakan. Perusahaan harus cari sumber pendanaan, misal utang wesel
  • 46. SIKLUS PIUTANG DAGANG Pada hari ketiga, ketika piutang telah dibayar, neraca sbb: MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks Piutang 2.000 Persediaan 1.500 Utang wesel 1.500 Saham biasa 1.500 Laba ditahan 500 Kas 2.000 Piutang 2.000 Utang wesel 1.500 Saham biasa 1.500 Laba ditahan 1.000
  • 47. MANAJEMEN PIUTANG DAGANG Setelah utang wesel terbayar, nilai kas menunjukkan sbb: MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks Saham biasa 1.500 Laba ditahan 1.000 Kas 500 Piutang 2.000 Ilustrasi diatas menunjukkan siklus piutang Piutang didanai oleh utang wesel dan saham
  • 48. FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANG MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks Faktor eksternal Faktor internal Misal: - Permintaaan terhadap produk - Karakteristik industri Misal: - Kebijakan promosi dan iklan - Kebijakan piutang P I U T A N G
  • 49. FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANG Faktor eksternal (permintaan terhadap produk dan karakteristik industri) dan faktor internal (kebijakan promosi iklan dan kebijakan piutang) adalah faktor yang mempengaruhi besarnya piutang Karakteristik produk & proses produksi dapat sebagai faktor berpengaruh besar tidaknya piutang suatu perusahaan MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 50. FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANG Misal produk pesanan khusus, dengan teknologi tinggi, maka penjual mungkin akan meminta pembayaran di muka, & hal ini akan mengurangi piutang perusahaan Sebaliknya, jika perusahaan menjual produk yang terstandar, maka penyimpanan dalam persediaan dapat dengan mudah dilakukan, karena risikonya lebih kecil MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 51. FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANG Faktor kompetisi juga mempengaruhi piutang dan persediaan Misal jika satu perusahaan dalam industri tawarkan penjualan kredit, maka perusahaan lain, untuk imbangi daya saingnya, juga akan tawarkan penjualan kredit Faktor musiman juga berpengaruh, misal penjualan jas hujan; saat kemarau piutang menurun, saat hujan piutan meningkat tajam MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 52. FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANG Faktor internal juga akan berpengaruh terhadap besarnya piutang & persediaan Misal, manajer keuangan punya pilihan apakah akan memilih kebijakan kredit yang longgar (piutang jadi meningkat) atau yang ketat (piutang jadi minimum) Kebijakan kredit memiliki trade-off : peningkatan keuntungan & peningkatan biaya karena adanya piutang tersebut MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 53. FAKTOR BERPENGARUH PIUTANG DAGANG Peningkatan keuntungan diperoleh dari peningkatan penjualan Peningkatan biaya dapat terjadi melalui peningkatan biaya investasi, risiko piutang tak terbayar (kualitas langganan), dan peningkatan potongan kas, jangka waktu kredit MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 54. ANALISIS KUANTITATIF BENEFIT:COST Misal, PT. A menjual tunai saat ini. Penjualan saat ini = rp. 100juta Perusahaan pertimbangkan pemberian kredit untuk tingkatkan penjualan sebesar rp. 20 juta Harga produk = rp. 1.000;Biaya variabel = rp. 750; tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk piutang = 20% sebelum pajak; rata-rata pengumpulan piutang = 2 bulan MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 55. ANALISIS KUANTITATIF BENEFIT:COST analisis berikut perlihatkan apakah kebijakan kredit pantas dilakukan: Tambahan keuntungan: Tambahan penjualan = rp. 20.000.000 Tambahan keuntungan = 0,25x20.000.000  = rp. 5.000.000 MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 56. ANALISIS KUANTITATIF BENEFIT:COST Tambahan biaya: Tambahan piutang = rp. 120juta/6 = rp. 20 juta Tambahan investasi pada piutang = 0,75 x rp. 20.000.000 = rp. 15.000.000 Keuntungan yang disyaratkan = 0,2 x rp. 15.000.000 = rp. 3.000.000 Margin kontribusi = [(harga – biaya variabel) / harga] x 100 % = 25% (untuk menghitung tambahan keuntungan dan biaya)MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 57. ANALISIS KUANTITATIF BENEFIT:COST Karena tambahan keuntungan (rp. 5 juta) > tambahan biaya (rp. 3 juta), maka kebijakan kredit layak dilakukan Contoh di atas belum perhitungkan biaya-biaya lain Misal, berdasar penjualan kredit di atas, PT. A pertimbangkan pelonggaran lebih lanjut: modern dan ekstrim Berikut informasi berkaitan dengan pelonggaran tersebut: MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 58. ANALISIS KUANTITATIF BENEFIT:COST Moderat Ekstrim Tambahan penjualan Rp. 20.000.000 Rp. 30.000.000 Rata-rata periode pengumpulan piutang 3 bulan 4 bulan Piutang tak terbayar 1% 3% Perputaran piutang dalam 1 periode 4 kali 3 kali (12/rata-rata periode pengumpulan piutang MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 59. ANALISIS KUALITATIF KEBIJAKAN KREDIT Informasi yang dibutuhkan untuk analisis kualitatif: Laporan keuangan: perusahaan dapat minta pelanggan untuk mengirimkan laporan keuangannya digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan ekonomis & stabilitas aliran kas Bank: bank dapat diminta membantu untuk menentukan apakah suatu perusahaan layak diberi pinjaman kredit atau tidak MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 60. ANALISIS KUALITATIF KEBIJAKAN KREDIT Informasi yang dibutuhkan untuk analisis kualitatif: Asosiasi perdagangan: yang memiliki informasi lengkap mengenai anggotanya Pengalaman perusahaan: berdasarkan data historis transaksi perusahaan Informasi lainnya: misalnya credit rating, dll MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 61. ANALISIS KUALITATIF KEBIJAKAN KREDIT Informasi dikumpulkan dianalisis, menggunakan 5C: Character: kemauan calon penerima membayar utang-utangnya Capacity: kemampuan keuangan perusahaan (ekonomi) Capital: modal yang dimiliki perusahaan Collateral: jaminan aset tertentu Conditions: kondisi ekonomi akan menentukan kemampuan perusahaan melunasi utangnya MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 62. ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS KREDIT  Merupakan model dengan teknik statistik diskriminan: Y = 0,23 + 0,2 (usia) + 0,003 (pendapatan) + 500 (kepemilikan rumah)  Kepemilikan rumah = variabel dummy, bernilai 1 = memiliki rumah; 0 = jika tidak  Misal seorang pelamar kartu kredit berusia 30 tahun, pendapatan = rp. 5 juta/bulan, dan punya rumah sendiri  Dengan model di atas, orang ini memiliki skor: MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 63. ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS KREDIT  Y = 0,23 + 0,2 (30) + 0,003 (5 juta) + 500 (1)  Y = 15.500,229  Misal, jika perusahaan memiliki batas skor (cut-off rate) = 10.000; karena pelamar tsb punya skor = 15.500,29 > 10.000 maka pantas diberikan kredit  Jika calon penerima kredit adalah perusahaan, model ini dapat dimodifikasi:  Y = 5 (coverage biaya tetap) + 20 (quick ratio) + 1,5 (usia perusahaan) MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 64. ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS KREDIT Lalu perusahaan punya pengelompokan risiko: Skor > 50 = risiko rendah → kebijakan kredit: langsung diberikan Skor antara 25 dan 50 = risiko menengah → kebijakan kredit: diberikan secara terbatas, laporan keuangan diberikan setiap 1 semester Skor < 25 = risiko tinggi → kebijakan kredit: tidak diberikan  MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks
  • 65. ANALISIS SKORING DALAM ANALISIS KREDIT Misal seorang calon penerima kredit punya data coverage: biaya tetap 4; quick ratio = 1, usia perusahaan = 10 tahun, maka: Y = 5 (4) + 20 (1) + 1,5 (10) = 55 Calon tersebut memiliki risiko kelas rendah, maka kredit dapat diberikan secara langsung kepada perusahaan tersebut. MAK-1, Hj. Salmah Said@2013_UIN Alauddin Mks