Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir usia 0 7 hari
Kueisioner daftar isi
1. kumpulan askep and KTI
Selasa, 30 Maret 2010
KTI PENGETAHUAN IBU TERHADAP IMUNISASI PADA BAYI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama dalam proses tumbuh kembang, memerlukan asupan gizi yang adekuat
penanaman nilai agama dan budaya, pembiasaan disiplin yang konsisten dan upaya
pencegahan penyakit. Salah satu upaya pencegahan penyakit, yaitu melalui
pemberian imunisasi, pemahaman tentang imunisasi diperlukan sebagai dasar dalam
memberikan asuhan keperawatan terutama pada anak sehat dan konsep imunisasi
pada saat merawat anak sakit, khususnya tuberkolosis, difteri , pertusis, tetanus, folio,
campak, dan hepatitis PD31 ( Yupi Supartini, 2004 )
menunjukkan bahwa setiap tahunnya didunia terdpat 1,5 juta kematian bayi berusia 1
minggu dan 1, 4 juta bayi lahir mati (Tinker, 1997 dalam WHO- Depkes FKMUI,
1998) akibat tidak mendapatkan imunisasi.
(http//www.google.com diakses 29 September 2007).
berdasarkan data dari departemen AS, stastistik menunjukkan penurunan penyakit
dan kematian. Misalnya saja pada tahun 1936 – 1945 lebih dari 21.000 orang
terinfeksi difteri dan menelan koraban jiwa 1.800 orang tiap tahunnya. Namun kasus
penyakit ini sudah tidak ditemukan lagi pada tahun 2006.
Antara tahun 1953 dan 1962, lebih dari 500.000 orang menderita cacar air tiap
tahunnya dan 440 orang meninggal karenanya. Ditahun 2006 hanya ada 55 kasus
penyakit cacar air ditemukan penurunan kasus penyakit gondok mencapai 95, 9 %
tetanus 92, 9 % dan penyakit pertusis turun 92, 2 %. Kematian akibat tetanus dan
pertusis menurun hingga 99 %. (http://www. google.co.id 2006).
Data yang ada menyebutkan kematian akibat campak di dunia yang dilaporkan pada
tahun 2002 mencapai 777.000 orang, 202.000 diantaranya berasal dari ASEAN, serta
15 % kematian akibat campak berasal dari Indonesia. Setiap tahun diperkirakan
2. 30.000 anak Indonesia meninggal karena komplikasi yang diakibatkan campak.
(kdedy@yahoo.com).
Angka kematian bayi di Indonesia menurut hasil sensus penduduk tahun 1990 masih
cukup tinggi, yaitu 74 per 1000 kelahiran hidup. Hasil survei kesehatan Rumah
tangga ( SKRT ) tahun 1986 dan 1992 menunjukkan bahwa penyebab utama kemtian
bayi. (http://www.google.com, Diakses 29 September 2007).
Namun berdasarkan data 2002 – 2003 angka cakupan Imunisasi anak usia 12 13
bulan di Indonesia baru sebesar 52 %. Angka ini masih kecil dibandingkan di negara
80 % angka cakupan imunisasi lengkap yang ditargetkan oleh UCI (Universal
Childhood Immunization).
(kdedy-c@ yahoo.com).
Indeks campak di Indonesia selama tahun 1992 – 1998 dari data rutin rumah sakit
dan puskesmas untuk semua kelompok umur cenderung menurun dengan
kelengkapan laporan rata-rata kurang lebih 60% dan rumah sakit 40%. Namun
beberapa desa masih sering terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) campak. Dari
sejumlah kasus tersebut pada umumnya > 70% balita
(http://www.dr.suririnah//www.info ibu.com, 2007).
Di peroleh data dari Puskesmas Kenten di kelurahan Bukit Sangkal Palembang tahun
2007 pemberian Imunisasi BCG tercatat 685 bayi, Imunisasi DPT / HB1 tercatat 694
bayi, Imunisasi Polio 2 tercatat 712 bayi, Imunisasi Polio 3 tercatat 685 bayi,
Imunisasi Campak tercatat 685 bayi, Imunisasi Hepatitis B tercatat 604 bayi dengan
jumlah bayi 6849 bayi.
Dari data diatas tersebut dapat diperkirakan Imunisasi masih rendah dan masih
banyak penyakit menular dan infeksi yang menyerang anak – anak. Ini karena
ketidaktahuan ibu mengenai pemberian Imunisasi karena alasan inilah penulis tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan ibu tentang Imunisasi pada bayi
di Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas. Maka rumusan masalah yang dapat diangkat oleh
penulis adalah belum diketahuinya pengetahuan ibu tentang Imunisasi pada bayi di
Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi pada bayi di wilayah
kerja Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang pengertian imunisasi pada bayi di
wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.
3. 2. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang tujuan imunisasi pada bayi di
wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.
3. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang jenis dan manfaat imunisasi pada
bayi di wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.
4. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang efek samping imunisasi pada bayi di
wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
5. Diketahui gambaran pengetahuan ibu tentang waktu / vaksinasi pada bayi di
wilayah kerja Puskesmas Kenten Palembang Tahun 2008.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Memberikan pengetahuan secara jelas tentang Imunisasi pada bayi yang meliputi
definisi, tujuan Imunisasi, jenis dan manfaat imunisasi, efek samping Imunisasi dan
waktu pemberian Imunisasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian tentang pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada bayi,
dapat mengurangi angka kesakitan pada bayi karena ketidaktahuan ibu tentang
Imunisasi.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran suatu
keadaan secara objektif (Notoatmojo, 2002).
1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada bayi,
ditujukan pada ibu yang bayinya akan di Imunisasi di Puskesmas Kenten Palembang
tahun 2008. Penelitian ini direncanakan pada bulan Juni 2008.
1.5.2 Populasi dan sampel
a. Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian adalah keseluruhan ibu yang bayinya akan di imunisasi di
Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
b. Sampel penelitian
Sampel diambil secara accidental sampling dari responden yang kebetulan ada selama
penelitian berlangsung yaitu 30 responden.
1.5.3 Tehnik pengambilan sampel
Pengambilan sampel atau sampling pada penelitian dilakukan dengan cara non
probality dengan metode perposire sampling yaitu suatu tehnik penempatan sample
dengan cara memilih sample diantaranya populasi sesuai dengan yang dikehendaki
penelitian sehingga dapat mewakili populasi yang telah dikenal sebelumnya (
Nursalam, 2003 ).
4. 1.5.4 Informan
Penelitian informan di pilih sesuai dengan prinsip yang berlaku pada penelitian
kuantitatif berdasarkan kesesuaian (appropriatiness) dan kecukupan (adequacy)
(Hadi, 2000).
Kriteria informan adalah :
1. Ibu yang memiki bayi yang berusia 0 – 11 bulan
2. Tidak mengalami gangguan jiwa / sehat fisik dan mental
3. Bersedia menjadi informan dalam penelitian ( kooperatif)
Adapun sumber informan dalam penelitian ini adalah :
Dokter, bidan, perawat, yang bertugas di Puskesmas Kenten Palembang tahun 2008.
1.5.5 Cara pengumpulan data
Data sekunder, merupakan data yang dikumpulkan dari orang lain misalnya: keluarga
atau orang terdekat pasien (Ali, 2002)
1.5.6 Tehink Analisa data
Data yang dianalisis dengan tabulasi pada tabel distribusi frekuensi yang dilakukan
terhadap variabel hubungan antara pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada bayi.
Cara Ukur = wawancara
Alat Ukur = Kuesioner
Skala Ukur = Ordinal
Hasil Ukur =
1. Baik Jika > 75% menjawab benar
2. Cukup Jika 60% - 75% menjawab benar
3. Kurang Jika <>
(Arikunto, 2002)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP
2.1KONSEP DASAR
2.1.1Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif
5. merupakan domain yang sangat penting membentuk tindakan seseorang,
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoadmodjo, 2007 : 139).
2.1.2Tingkat Pengetahuan
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat selalu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahasan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
6. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk melekatkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –
formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. (Notoadmodjo, 2003 : 140 -
142).
2.1.3Faktor yang mempegaruhi pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terbagi atas dua macam yaitu :
Faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
muncul dari diri seseorang yang berupa keinginan yang kuat untuk
mengetahui sesuatu, sedangkan faktor - faktor eksternal adalah faktor yang
didapat dari luar, yaitu : (1) media cetak, berupa leaflet, flip, chart, rubrik /
tulisan – tulisan pada surat kabar / majalah, poster (2) media papan yang
7. dipasang di tempat - tempat yang berisi pesan – pesan kesehatan (Notoatmojo,
2003)
2.2Konsep Imunisasi
2.2.1 Imunisasi
Imunisasi adalah merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi
dan anak dengan memasukan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (A.Aziz Alumul Hidayat,
2005 :101).
Kekebalan manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu kekabalan
pasif dan kekebalan aktif
a.Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif terdiri atas dua klasifikasi, yaitu menurut terbentuknya
dan menurut lokasi dalam tubuh.
1.Menurut terbentuknya
Ada dua kategori menurut klasifikasi yaitu kekebalan pasif bawaan
(passive conegnital) dan pasif didapat.
8. Kekebalan pasif didapat (passive ecquired immunity) didapat dari
luar, misalnya, campak, tetanus, gigitan ular berbisa, rabies).
Umumnya imunisasi berupa serum dan pemberian serum ini
menimbulkan efek samping berupa reaksi optik, anafilaktik, dan
alergi
Kekebalan pasif bawaan
Kekebalan pasif bawaan ini terdapat pada neonatus sampai dengan
bulan, yang didapat dari ibu berupa antibodi melalui vaskularisasi
pada plasenta, misalnya difetri, tetanus, dan campak, antibodi
tersebut dapat melindungi bayi dari penyakit tetanus sampai usia
12 bulan.
2. Menurut lokasi dalam tubuh
Menurut lokasinya, ada dua jenis imunisasi yaitu humoral dan
seluler imunitas humoral (humoral imunity) terdapat imuno-
globulin (19), yaitu lg 6, A, dan M. Sedangkan imunitas seluler
terdiri atas fagisitosis oleh sel – sel sistem retikuloendoteial.
Pada dasarnya, imunitas seluler berhubungan dengan kemampuan
sel tubuh untuk menolak benda asing dan dapat ditunjukkan
dengan adanya alergi kulit terhadap benda asing.
9. b.Kekebalan aktif
Ada dua jenis kekebalan aktif yaitu kekebalan aktif didapat secara
alami dan kekebalan yang disengaja dibuat
1. Kekebalan didapat secara alami (naturally acauired)
Misalnya anak yang terkena difteri atau polielitis dengan proses
anak terkena infeksi kemudian terjadi siolent abortive, sembuh,
selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut, jadi bila seorang
menderita suatu penyakit, apabila sembuh, ia akan kebal terhadap
penyakit tersebut.
2. Kekebalan yang sengaja dibuat
Kekebalan ini dikenal dengan imunisasi dasar ulangan (booster),
berupa pemberian vaksin (misalnya, cacar dan polio) yang
kumannya masih hidup, tetapi sudah dilemahkan, virus kolera,
tipus, dan pertusis, toksoid (foksin). Vaksin tersebut akan
berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan
respon imun. Hasil yang diperoleh akan sama dengan kekebalan
seseorang yang mendapat penyakit tersebut secara alamiah.
(Yupi Supartini, 2004: 176-177)
10. c.Faktor – faktor yang mempengaruhi kekebalan
Banyak faktor yang mempengaruhi kekebalan antara lain umur, sex,
kehamilan, gizi dan trauma
1. Umur
Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita), dan
orang tua lebih mudah terserang, karena pada usia sangat muda
atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit–
penyakit menular tertentu. Mungkin disebabkan karena kedua
kelompok umur tersebut daya tahan tubuhnya rendah.
2. Sex
Untuk penyakit–penyakit menular tertetntu seperti polio dan
diphteria lebih parah terjadi pada wanita dari pada pria.
3. Kehamilan
Wanita yang sedang hamil pada umumnya lebih rentan terhadap
penyakit–penyakit menular tertentu misalnya penyakit polio,
pnemonia, malaria serta amublasis.
4. Gizi
11. Gizi yang baik pada umumnya akan meningkatkan resistensi tubuh
terhadap penyakit–penyakit infeksi. Tetapi sebaliknya kekurangan
gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit
5. Trauma
Stres salah satu bentuk trauma adalah merupakan penyebab seseorang
terhadap suatu penyakit infeksi tertentu (Notoatmojo, 2003:28)
2.2.2Tujuan Imunisasi
Untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat mencegah
penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit (http://www.infeksi.com/articel, 2005)
Vaksinasi adalah tindakan dengan sengaja memberikan paparan pada
antigen dari suatu patogen, tidak menimbulkan sakit namun meproduksi
liposit yang peka antibiotik sel memori meberikan kekebalan
Secara konvesional upaya pencegahan terhadap penyakit maupun cidera dan
keracunan dapat dilakukan dalam 3 kategori :
Pencegahan Primer adalah upaya untuk menghindari terjadinya sakit atau
kejadian yang mengakibatkan seseorang sakit atau menderita cidera dan
cacat. Memperhatikan gizi yang baik sanitasi lingkungan, pengamanan
12. terhadap segala macam cedera dan keracunan serta imunisasi terhadap
penyakit.
Pencegahan sekunder adalah deteksi dini pada adanya suatu penyimpangan
kesehatan seorang bayi atau anak sehingga intervensi dan pengobatan
dapat dilakukan untuk koreksi secepatnya, yaitu tindakan pada seseorang
yang telah menderita sakit sehingga memerlukan upaya penyembuhan
agar tidak terjadi suatu bekas, sekuele, maupun cacat fisik atau mental.
Pencegahan tersier adalah membatasi berlanjutnya suatu penyakit atau
kecacatan dengan upaya agara dapat hidup mandiri. Seperti rehabilitasi
medik (Ranuh dkk, 2001:2)
2.2.3Jenis dan Manfaat Imunisasi
1. Imunisasi BCG
Vaksin BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit Tuberculosis
atau lebih dikenal dengan istilah penyakit TBC. Penyakit TBC merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh jenis bakteri yang berbentuk batang
yang disebut Mycobacterium Tuberculosis atau basil tahan asam (BTA)
(Achmadi, 2006 : 52).
13. BCG merupakan imunisasi yang digunakan utuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang
primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi
BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk BCG yang berat seperti TBC
pada selaput otak, TBC miller (pada seluruh lapangan paru) atau TBC
tulang. Imunisasi ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC
yang telah dilemahkan.
Penularan penyakit TBC dapat terjadi melalui droplet atau
percikan air ludah penderita. Pemberian imunisasi BCG satu kali dan
waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0 – 11 bulan, akan tetapi
pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, pemberian
imunisasi BCG melalui intra dermal (Hidayat, 2005 : 103).
2. Imunisasi DPT (Depteri, pertusis, tetanus )
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri corynebakterium Diftheriae. Mudah menular dan menyerang
saluran nafas bagian atas dengan gejala : adanya demam yang tidak terlalu
tinggi, lesu, pucat, nyeri kepala, anoreksia (gejala tidak mau makan), dan
lemah (Achmadi, 2006 : 57-58).
14. Imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit ini adalah
DPT pada anak dibawah satu tahun (imunisasi dasar) dan DT pada anak
kelas I dan VI SD (Booster) (Yupi Supartini, 2004:178).
Penyakit pertusis atau yang dikenal dengan batuk rejan adalah
penyakit infeksi saluran nafas yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
Pertusis. Gejala awal adalah batu-batuk ringan pada siang hari, pilek,
serak, anoreksia (tidak mau makan). Gejala penyakit ini sering
menimbulkan komplikasi gangguan penyakit lainnya, pencegahan paling
efektif dengan imunisasi bersama dengan tetanus dan difteri sebanyak 3
kali sejak bayi berumur 2 bulan.
Penyakit tetanus adalah penyakit menular yang tidak menular dari
manusia ke manusia secara langsung. Penyebabnya adalah bakteri
Clostridium Tetani. Gejala yang timbul : kesulitan membuka mulut,
dinding otot-otot perut menjadi kaku, kejang otot wajah dengan alis
tertarik keatas (Achmadi, 2006 : 61-63).
3. Imunisasi polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio.
Penyakit ini disebabkan oleh virus, menyebar melalui tinja / kotoran yang
terinfeksi ( http/www.mediaindonesia.com).
15. Sesuai dengan namanya penyebab infeksi ini adalah virus polio
tipe 1, 2 dan 3,yang menyerang mielin atau serabut otot, gejala awal tidak
jelas, dapat timbul gejala demam ringan dan infeksi saluran nafas atas
(ISPA). kemudian timbul gejala paralisis yang bersifat flaksit yang
mengenai sekelompok serabut hingga timbul kelumpuhan. Kelumpuhan
dapat terjadi pada anggota badan, saluran nafas, dan otot menelan.
Penularan penyakit ini adalah melalui droplet atau fekal, dan reservoarnya
adalah manusia yang menderita polio.
Pencegahan dapat dilakukan dengan imunisasi dengan
menggunakan vaksin polio (Yupi Supartini, 2004:179).
Vaksin polio ada 2 jenis yakni vaksin inactivated (IPV) dan vaksin
polio oral (OPV) vaksin ini diberikan kepada bayi baru lahir 2,4,6,18
bulan dan 5 tahun (http://www.google.co.id)
4. Imunisasi campak
Penyakit ini dikenal dengan “hasba” dalam bahasa Arab
maksudnya adalah erruption yakni pemunculan bintik-bintik kemerahan
diseluruh badan. Dalam bahasa latin disebut Rubeola dan Morbilli dari
kata Morbus artinya penyakit.
16. Penyakit campak secara klinik dikenal dengan tiga stadium atau
tingkatan yaitu :
a.Stadium Katara
Biasanya berlangsung 4 – 5 hari, ditandai panas, malaise, batuk,
fotofobia (takut terhadap suasana terang atau cahaya).
b.Erupsi
Batuk bertambah, timbul bintik-bintik dikulit
c.Konvalensi atau penyembuhan
Seperti penyakit virus lainnya, penyakit campak akan sembuh dengan
sendirinya, mula-mula bintik hitam menghilang dan suhu badan
menurun. Bila tidak terjadi komplikasi.
Penyakit campak timbul dengan gejala awal berupa demam, malaise
atau lemah, kemerahan pada mata dan gejala radang tenggorokan
saluran nafas bagian atas. Vaksin ini diberikan secara subkutan 0,5
ml pada umur 9 bulan dan diberikan sebagai vaksin tunggal (hanya
campak) vaksin ini memberikan imunitas yang cukup lama hingga
umur 8 – 10 tahun, namun setelah itu kekebalan akan menurun lagi,
17. oleh sebab itu pada anak kelas 1 SD dapat diberikan vaksin campak
ulang (Achmadi, 2006 : 90-92)
5. Imunisasi Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit liver (hati) kronik hingga akut, selain
itu juga dapat menyebabkan kanker dan pengerasan hati (serosis). Tidak
ada obat yang spesifik untuk penyakit ini obat yang ada hanya
meningkatkan kekebalan untuk mengurangi atau menghentikan
perkembangan virus namun tidak menghabisinya.
Penularan melalui kulit, misalnya tukar-menukar jarum suntik,
hubungan seksual antara orang sehat dan penderita. Vaksin hepatitis B
diberikan secara intramuskular yaitu pada otot paha. Hepatiti B juga
direkomendasikan untuk diberikan pada orang dewasa. Dengan 3 kali
pemberian, vaksin hepatitis B dapat memberikan perlindungan sebesar
90% (Achmadi, 2006 : 98-100).
Untuk imunisasi ini diperlukan 3 suntikan dalam jangka waktu 6
bulan (Edward, 2004 : 199).
2.2.4 Manfaat Imunisasi
a. Untuk Anak
18. Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau
kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit
mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan perkembangan negara.
(http://suririnah//www.infoibu.com.2007)
2.2.5 Kontra indikasi Imunisasi
Kontra indikasi adalah keadaan pada bayi / anak yang dapat
meningkatkan kemungkinan besar terjadianya efek samping yang serius
apabila dilakukan imunisasi.
a.Vaksin BCG kontra indikasi
Reaksi tuberkulin > smm
19. Menderita HIV, resiko HIV radiasi, keganasan
Menderita gizi buruk
Demam tinggi
Infeksi kulit yang luas
Pernah sakit TBC
b.Vaksin DPT kontra indikasi
Riwayat anafilaksi
Ensepalopati sesudah pemberian vaksin pertusis sebelumnya
Riwayat hiperpireksia
Keadaan hipotonik – hiporesponik dalam 48 jam paska DPT
kejang dalam 3 hari paska DPT
Menangis terus – menerus selama 3 jam
c.Vaksin hepatitis B kontra indikasi
Tidak ada kontar indikasi
20. Reaksi anafilaksis terhadap ragi
d.Vaksin polio oral, kontra indikasi
Muntah
Diare
Demam
Pemakian kortikosteroid
Keganasan
e.Vaksin campak kontar indikasi
-Demam tinggi
-Hamil
-Sedang dalam pengobatan imunosupresif
2.2.6 Efek Samping Pemberian Imunisasi
Membutuhkan bahwa vaksin betul – betul bekerja secara tepat, efek samping
yang terjadi sebagai berikut :
21. a. BCG, Sekolah 2 – 6 minggu setelah imunisasi BCG dapat timbul bisul
kecil ( papula) yang semakin membesar dan terjadi ubserasi selama 2 – 4
bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan
parut.
b. DPT, kebanyakan bayi akan demam tinggi, rewel setelah mendapat
imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dalam waktu 2 hari akan merasa
nyeri, sakit, merah dan pembengkakan ditempat suntikan akan sembuh
sendiri.
c.Polio / oral , jarang terjadi reaksi sesudah pemberian Imunisasi polio
d. Campak, reaksi yang dapat terjadi pasca vaskinasis campak berupa rasa
tidak nyaman dibekas penyuntikan vaksin. Selain itu dapat terjadi
gejala–gejala lain yang timbul 5 – 12 hari setelah penyuntikan yaitu
demam tinggi atau erupsi kulit haus / tipis yang berlangsung kurang dari
48 jam
e. Hepatitis B reaksi yang dapat terjadi pasca Imunisasi pada hepatitis B
jarang terjadi, tapi setelah imunisasi biasanya adapat timbul demam yang
tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerah – merahan,
pembengkakan, nyeri, rasa mual dan nyeri sendi (Ranuh dkk, 2002 : 31–
33)
22. 2.2.7 Waktu Imunisasi / vaksinasi
Tabel. 2.1. jadwal imunsisasi dasar
No Vaksinasi Jadwal usia Booster / ulangan Untuk melawan
1
2
3
BCG
Hepatitis B
DPT dan Polio
waktu lahir
waktu lahir 1
1 bulan 2
6 bulan 3
3 bulan 1
4 bulan 2
5 bulan 3
9 bulan
-
1 tahun pada bayi
yang lahir dari ibu
dengan Hep B
18 bulan 1
6 tahun 2
12 tahun 3
-
Tuberkolosis
Hepatitis B
Dipteria, pertusis
tetanus, dan
polio
campak
Sumber : Imunisasi, at http Dr. Suririnah //www.infoibu.com, 2007
Tabel 2.2
jadwal pemberian Imunisasi pada bayi menurut frekuensi selang waktu dan umur
pemberian
No Vaksin Pemberian
Imunisasi
Selang waktu
pemberian
Umur
pemberian
Keterangan
1 BCG 1 x - 0 - 11 bulan Untuk bayi lahir di RS
/ Puskesmas, hep B,
BCG, dan polio dapat
23. 2
3
4
5
DPT
Polio
Campak
Hib
3 x
4 x
1 x
3 x
4 minggu
4 minggu
-
4 minggu
2 - 11 bulan
0 - 11 bulan
0 - 11 bulan
0 - 11 bulan
diberikan segera
Sumber : Yupi Supartini, 2004 : 181
2.3Kerangka konsep
Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat keterkaitan antara
variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka
konsep akan membantu peneliti dalam menghubungkan penemuan dengan
teori (Nursalam, 2003).
Kerangka konsep yang dibuat berdasarkan masalah yang akan dibahas
yaitu pengetahuan ibu terhadap imunisasi pada bayi.
Dibawah ini skematis kerangka konsep pengetahuan ibu terhadap
imunisasi dasar pada bayi
Gambar 2.3
Kerangka Konsep
24. -Pengetahuan imunisasi
-Tujuan imunisasi
-Jenis dan manfaat imunisasi
-Efek samping imunisasi
-Waktu pemberian imunisasi
Variabel Independen Variabel Dependent
2.4Definisi Istilah
2.4.1Variabel Independent
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif merupakan
domain yang sangat penting membentuk tindakan seseorang, sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007
: 139).
2.4.2Variabel Dependen
25. Imunisasi dasar adalah merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi
dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat
anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat,2005:1).
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Umar Fahmi Prof. 2006. Imunisasi. Kompas : Jakarta
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian.. Jakarta : Rineka Cipta
Hadi, Ela Nurlela. 2000. Pencegahan dan Penyakit Menular. Jakarta : FMUI
Hidayat, Azis Alimur.2005.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba
Medika.
http://www.google.com/infoibu.com.index.html.2007
http://www.google.com/infeksi.com/articel.2007
http://www.google.com/mediaindonesia.com.2007
http://www.google.com/suplemen.2007
http://www.google.co.id.2006
http://yahoo.com/kontrak.co.id.2008
Noto Atmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka
Cipta
Noto Atmojo, Soekidjo.2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT
Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Surabaya : Salemba Medika.
26. Prambudi. 2008. Kumpulan Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Palembang, Akademi
Kebidanan Mitra Adiguna.
Ranuh,dkk. 2001. Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter Anak
Indonesia
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakart