Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Kus
1. Materi Kultum Ramadhan: 3 Obat untuk Penyakit Hati
Kultum ramadhan kali ini kita akan membahas masalah tasyfiatun nufus (penyucian jiwa), dimana
menjadi sangat penting untuk pribadi-pribadi muslim saat ini. Sehingga kewajiban untuk para da‟i
menyampaikannya kepada kaum muslimin, apalagi di momen yang tepat di bulan Ramadhan yang
Mulia ini. Berikut ini sajiannya:
Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh,
Kaum muslimin yang berbahagia
Syukur Alhamdulillah kita haturkan ke hadhirat Allah, Sang Pemberi petunjuk, Yang menguasai dan
mengendalikan seluruh hati manusia. Puji syukur kita haturkan pula kepada Allah, karena dengan
rahmat dan hidayahnya, kita bisa merasakan nikmatnya ibadah dan ketaatan kepada-Nya.
Hadhirin yang kami hormati,
Seperti yang kita sadari bersama, umumnya manusia sangat sulit untuk melakukan ibadah kepada Allah.
Umumnya manusia sangat malas untuk diajak melakukan ketaatan kepada Sang Pencipta. Mengapa?
Kita semua akan memiliki jawaban yang sama, karena manusia dibekali dengan hawa nafsu. Hanya saja,
manusia berbeda-beda. Ada yang hawa nafsunya lebih menguasi dirinya, sehingga dia bergelimang
dengan maksiat, namun dia tidak merasa bersalah. Ada yang hati nuraninya lebih mendominasi,
sehingga dia menjadi hamba yang taat.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Jika kita perhatikan, sejatinya iman, islam, dan ketaatan kepada Allah adalah sebuah kenikmatan.
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa ibadah bisa dirasakan kenikmatannya, diantaranya
firman Allah ketika menceritakan salah satu kenikmatan yang Allah berikan kepada para sahabat,
Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti kemauan kalian dalam
beberapa urusan benar-benarlah kalian mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kalian „cinta‟
kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati kalian… (QS. Al-Hujurat: 7).
2. Atas petunjuk Allah ta‟ala, Allah jadikan para sahabat manusia yang bisa menikmati lezatnya iman,
bahkan Allah jadikan iman itu sesuatu yang indah pada hati para sahabat. Sehingga kecintaan mereka
kepada kebaikan, mengalahkan segalanya.
Kemudian dalam hadis dari Abbas bin Abdul Mutahalib radhiyallahu „anhu, Rasulullah shallallahu
„alaihi wa sallam bersabda,
“Akan merasakan nikmatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabnya, islam sebagai agamanya,
dan Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam, sebagai rasulnya.”(HR. Muslim, Turmudzi dan yang
lainnya).
Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menyebut tiga kriteria:
Orang yang mentauhidkan Allah dengan sepenuhnya, sebagai bukti dia ridha Allah sebagai Rabnya,
kemudian dia menjadikan syariat islam sebagai aturan hidupnya, sebagai bukti dia ridha bahwa
islam sebagai agamanya
dan dia mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dalam hidupnya
orang yang memiliki 3 kriteria ini akan merasakan lezatnya.
Dalam hadis lain, yang mungkin hadis ini sering kita dengar, Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam juga bersabda,
“Tiga hal, siapa yang memilikinya maka dia akan merasakan lezatnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih
dia cintai dari pada selainnya, dia mencintai seseorang hanya karena Allah, dan dia sangat benci untuk
kembali kepada kekufuran, sebagaimana dia benci untuk dilempar ke neraka.” (HR. Bukhari, Muslim
dan yang lainnya).
Semua dalil di atas menunjukkan betapa iman, islam, dan segala turunannya, merupakan kenikmatan
dan bisa dirasakan lezatnya.
Hadhirin, jamaah yang kami hormati,
Yang menjadi tanda tanya kita, mengapa banyak orang justru merasa berat atau bahkan merasa tersiksa
ketika melakukan ketaatan? Bisa jadi, bahkan termasuk kita, seringkali masih menganggap ketaatan itu
sesuatu yang sulit bagi kita. Lalu dimanakah nikmatnya iman itu?
Jamaah yang berbahagia,
Sejatinya kasus semacam ini juga dialami oleh fisik manusia. Seperti yang kita pahami, hampir semua
orang yang mengalami sakit, dia akan susah makan, dan semua terasa pahit. Selezat apapun jenis
makanan yang diberikan, orang sakit akan merasakannya sebagai sesuatu yang pahit. Soto pahit, sate
pahit, bahkan sitipun pahit rasanya. Kenapa? Karena dia sedang sakit.
3. Seperti itu pula, orang yang sedang sakit hati dan mentalnya. Selezat apapun nutrisi yang diberikan, dia
akan merasakan pahit dan berusaha menolaknya. Dengan ini kita bisa menemukan jawaban, mengapa
banyak orang tidak merasakan nikmatnya iman? Karena kebanyakan manusia, hati dan jiwanya sedang
sakit.
Jamaah yang berbahagia,
Untuk bisa mengembalikan pada kondisi normal, tentu kita harus berusaha mengobati penyakit itu.
Karena jika sakit ini dibiarkan, selamanya kita tidak bisa merasakan nikmatnya nutrisi dan makanan.
Hati sakit yang dibiarkan, selamanya akan sulit untuk menikmati lezatnya iman.
Lalu bagaimana cara mengobati hati?
Imam Ibnul Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul Lahafan (1/16 – 17) menjelaskan bahwa ada 3 teori
pokok untuk mengobati sesuatu yang sakit. Teori ini juga digunakan dalam ilmu medis.
Dalam dunia medis, ketika seorang dokter hendak mengobati pasien, dia akan memberlakukan 3 hal:
Pertama, [ ] menjaga kekuatan. Ketika mengobati pasien, dokter akan menyarankan
agar pasien banyak makan yang bergizi, banyak istirahat, tenangkan pikiran, tidak lupa, sang dokter
juga memberikan multivitamin. Semua ini dilakukan dalam rangka menjaga kekuatan fisik pasien.
Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang harus dia lakukan adalah
menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang bermanfaat dan melakukan berbagai ketaatan. Hatinya
harus dipaksa untuk mendengarkan nasehat dan ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan sunah, serta
fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karena ilmu dan amal, merupakan nutrisi bagi
hati manusia. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dalam hadis riwayat Bukhari, memisalkan ilmu
sebagaimana hujan dan hati manusia sebagaimana tanah. Karena hati senantiasa butuh nutrisi berupa
ilmu.
Kedua, [ ]melindungi pasien dari munculnya penyakit yang baru atau
sesuatu yang bisa memparah sakitnya.
Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah menyarankan pasien untuk
menghindari berbagai pantangan sesuai jenis penyakit yang diderita pasien.
Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang dijelaskan Ibnul Qoyim, orang yang sakit
harus menghindari segala yang bisa memperparah panyakit dalam hatinya, yaitu dengan menjauhi
semua perbuatan dosa dan maksiat. Dia hindarkan dirinya dari segala bentuk penyimpangan. Karena
dosa dan maksiat adalah sumber penyakit bagi hati. Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam
menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati manusia,
4. Sesungguhnya seorang hamba, apabila melakukan perbuatan maksiat maka akan dititikkan dalam
hatinya satu titik hitam. Jika dia meninggalkan maksiat itu, memohon ampun dan bertaubat, hatinya
akan dibersihakn. Namun jika dia kembali maksiat, akan ditambahkan titik hitam tersebut hingga
menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar-raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya, (yang
artinya), „Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka.‟ (HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnauth).
Ketiga, [ ] menghilangkan penyakit yang ada dalam dirinya
Tahapan terakhir, setelah dokter memastikan jenis penyakit yang diderita pasien, dokter akan
memberikan obat untuk menyerang penyakit itu. Dokter akan memberinkan antibiotik dengan dosis
yang sesuai, atau obat lainnya yang sesuai dengan penyakit pasien.
Di bagian akhir keterangannya untuk pembahasan ini, Ibnul Qoyim menjelaskan bahwa cara untuk
menghilangkan penyakit yang merusak hati adalah dengan banyak bertaubat, beristighfar, memohon
ampunan kepada Allah. Jika kesalahan itu harus ditutupi dengan membayar kaffarah maka dia siap
membayarnya. Jika terkait dengan hak orang lain, diapun siap dengan meminta maaf kepadanya.
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam menggambarkan,
Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak melakukan dosa itu. (HR. Ibn
Majah).
Karena dengan taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa dosa dalam dirinya.
Jamaah yang kami hormati,
Obat yang diberika seorang dokter akan berbeda-beda sesuai dengan jenis dan tingkat penyakit yang
diderita pasien.
Dokter akan memberikan penanganan lebih, ketika sakit yang diderita pasien cukup parah, bahkan
sampai harus rawat inap di ICU atau bahkan CCU. Dengan rentang waktu berbeda-beda, atau bahkan
pemberian obat tanpa batas waktu. Termasuk treatment operasi dan ampuntasi.
Sama halnya dengan mereka yang sakit hatinya. Jika penyakit yang diderita sangat parah, karena
pelanggaran yang dilakukan adalah dosa besar, syariat memberikan treatment sampai pada taraf
hukuman had, seperti cambuk, potong tangan, pengasingan, qishas, denda, hingga rajam.
Sebagaimana anda tidak dibenarkan untuk menuduh dokter kejam karena melakukan bedah operasi atau
amputasi. Anda juga sangat tidak dibenarkan mengatakan islam kejam karena memberikan hukuman
kematian.
Allahu a‟lam.
Semoga Allah melindungi kita dari segala penyakit hati yang berbahaya, dan menjadikan hati kita, hati
yang sehat, yang bisa merasakan lezatnya iman, islam, dan amal soleh.