SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 13
Descargar para leer sin conexión
| Celah |

Perubahan Anak,
Perubahan Orang Tua
Ida S. Widayanti

S

eorang ibu begitu kaget ketika dipanggil ke
sekolah berkaitan dengan perilaku anaknya yang
berusia sepuluh tahun. Menurut sang guru, si
anak mengalami kemunduran dalam berbicara dan
bersikap, sehingga cenderung membuat kesal temannya. Beberapa hari kemudian laporan senada juga diberikan oleh tetangganya, bahwa si anak telah mengejek
anaknya sehingga mereka sempat saling pukul.
Tentu saja bagi si ibu hal itu merupakan masalah
serius, ia berdiskusi dengan suaminya. Mereka sepakat
untuk mengajak sang anak berdialog mengenai penyebab munculnya sikap yang tidak diharapkan baik di
rumah maupun sekolah.
Awalnya si anak hanya terdiam. Namun, ibu dan
ayahnya terus meyakinkan bahwa ayah, ibu, juga gurunya di sekolah bermaksud membantu. Mereka tidak
ingin sang anak bersikap yang menyebabkan orang lain
tidak nyaman, karena hal itu hanya akan membuat dirinya tidak nyaman juga. Ketidakmampuan membangun hubungan sosial dengan teman dan lingkungan
akan merugikan diri sendiri.
Si anak dengan tangisan sesal akhirnya berkata, “Aku
berbicara kasar karena mengikuti teman-teman di
sekitar rumah.” Rumah keluarga itu memang berada di
lingkungan kampung yang terbiasa berbicara kasar, sedangkan orangtua mereka juga cenderung membiarkan.
Ibunya berkata, “Nah, kalau tahu penyebabnya dari
anak-anak itu, apa yang harus dilakukan?”
“Aku jangan sering main dengan mereka,” ujar si
anak. “Makanya, Bunda jangan pulang malam supaya
pulang sekolah kita buat kegiatan di dalam rumah, jadi
aku tidak main sama anak-anak itu,” tambahnya. Si
anak juga menyarankan untuk tidak menggunakan
pembantu rumah tangga, karena salah satu pengaruh
buruk berbicara kasar juga datang dari dalam rumahnya sendiri, yaitu dari pembantunya.
Si ibu merenung, ia menyadari bahwa ia harus
mengambil langkah yang cukup besar. Sebagai ibu tiga
anak yang masih kecil, dan bekerja di luar rumah tentu

tidak mudah. Ia pun memutuskan untuk bekerja setengah hari sekaligus tidak lagi menggunakan jasa pembantu rumah tangga.
Rencana pun disusun. Pergantian tahun baru Hijriah dijadikan momen yang tepat untuk melakukan perubahan. Si anak berkata bahwa ia akan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah. Adik-adiknya pun dilibatkan, mereka berbagi tugas. Si anak bertugas menyiram
bunga, mengepel lantai, serta sekali-kali ikut membantu memasak. Adik perempuannya yang berusia delapan
tahun bertugas memasak nasi, menyapu lantai, dan
menata meja makan. Sedangkan si kecil yang berusia
menjelang tiga tahun diminta membereskan mainannya
sendiri, menyimpan baju, dan piring kotor di tempatnya.
Hari-hari pun dimulai, tentu saja tak selalu mudah.
Ada masa transisi dari kondisi sebelumnya yang biasa
sering dibantu, menjadi serba dikerjakan sendiri. Namun, mereka semua bertekad untuk menghadapi semua konsekuensinya.
Seiring perjalanan waktu, si ibu kaget melihat begitu banyak perubahan. Karena banyak kegiatan di dalam rumah, si anak jadi jarang bermain ke luar. Si anak
berbicara dan bersikap lebih baik, kemandirian, tanggung jawabnya
lebih berkembang, bahkan ia
menjadi lebih empati pada
orangtuanya karena melihat
orangtuanya begitu kerja keras mengerjakan semuanya.
Si ibu pun makin menyadari bahwa tidak
mungkin orangtua
mengharapkan perubahan pada anaknya jika perubahan
itu tidak dimulai
dari diri mereka
GETTYIMAGES
sendiri.* Penulis buku.
SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432

65
| usrah |

Ketika Pasangan
Kecanduan Pornografi
Banyak pasangan yang menganggap
mengakses materi pornografi dapat membantu meningkatkan gairah seksual. Alihalih dapat hal itu, malah ketidakharmonisan rumah tangga yang dituai
Sebut saja namanya Ardi. Ia dikenal oleh tetangganya
sebagai sosok yang rajin shalat berjamaah di masjid. Ardi
memiliki istri yang cantik dan ramah bernama Fitri. Kehidupan rumah tangga mereka terlihat harmonis dan bahagia.
Namun, dalam sebuah kesempatan konsultasi Ardi mengaku telah berselingkuh dengan wanita tuna susila. Entah
apa yang kurang dari Fitri sehingga Ardi seakan merasa tak
cukup terpenuhi kebutuhan biologisnya ?
Berdasarkan pengakuannya, Ardi mulai berubah sekitar
dua tahun terakhir. Ia tak mengerti mengapa dirinya menjadi
bosan dengan istrinya dan mulai mengalami ketidakpuasan
secara seksual. Gairah seksual terhadap istrinya menjadi menurun, sehingga untuk membangkitkannya kembali ia terlebih dahulu melihat film atau gambar-gambar porno.
Menurut pengakuannya, cara ini dirasakan cukup membantu untuk meningkatkan gairah seksual. Lambat laun hal
ini menjadi kebiasaan, hingga Ardi merasakan ketergantungan olehnya. Akhirnya, kebiasaan ini membuat Ardi terperosok ke lembah yang semakin dalam. Suatu ketika Ardi
mendapat tugas ke luar kota selama dua pekan. Di sela-sela
tugasnya itu seorang teman memperkenalkannya dengan
“dunia hitam” di hotel tempatnya menginap. Ardi begitu menikmati.
Mendengar sekelumit kisah di atas, kita jangan merasa
aman dan menganggap bahwa pornografi hanyalah gambar
semata yang dapat membantu menumbuhkan gairah seksual
dalam berhubungan dengan pasangan. Karena ternyata
dampak negatif pornografi hampir-hampir tak pernah kita
duga.
Kebiasaan seseorang menikmati gambar dan film porno,
hingga terpicu gairah seksualnya, adalah sebuah proses yang
disebut ‘asosiasi’. Ketika perbuatan menonton gambar porno
diasosiasikan oleh seseorang dengan gairah seksual, maka

66

SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432

selanjutnya akan terjadi hubungan ketergantungan antara
keduanya, hingga perlahan tapi pasti, seseorang tak lagi bisa
membangkitkan gairah seksualnya tanpa bantuan gambar
porno.

Gejala Adiksi Pornografi
Gejala yang terlihat biasanya seputar dari ketidakmampuan mereka menghindari segala sesuatu yang berbau pornografi. Maka perlu diwaspadai jika pasangan Anda mulai
menjadi sangat tergantung dengan akses internet di laptopnya secara sembunyi-sembunyi. Atau jika Anda menemukan
gambar-gambar porno yang disimpan pasangan Anda secara
rahasia.
Maka jangan merasa ragu untuk mencoba secara rutin
mengecek situs-situs apa saja yang telah dibrowsing pasangan Anda jika hal itu memungkinkan. Setidaknya, ada
beberapa tips yang bisa dilakukan untuk upaya penyembuhan adiksi pornografi.

1. Pengertian dan Dukungan dari Pasangan.
Kecanduan adiksi pornografi merupakan penyakit, yang
meskipun berat namun tetap bisa disembuhkan. Yang sangat
diperlukan dalam proses penyembuhan adalah adanya pengertian dan dukungan baik dari pasangan maupun dari keluarga. Adiksi pornografi lebih banyak berawal dari keisengan mengakses materi pornografi, kemudian terus menikmatinya dan membiarkan dirinya terjebak dalam kebiasaan
tersebut hingga akhirnya menjadi sebuah candu.
Ketergantungan ini membuat mereka tak berdaya dan
tak tahu bagaimana memutus kesalahan ini. Disaat inilah
dibutuhkan pengertian dan dukungan dari pasangan. Para
pasangan ini harus bisa lebih banyak memaafkan pasangannya, memberikan pemahaman terhadap kesulitannya untuk
bisa keluar dari siklus ketergantungan. Selanjutnya terus
menemani pasangannya dalam melakukan tindakan-tindakan penyembuhan dengan sabar dan kasih sayang.

2. Perlahan dan Bertahap
Dalam al-Qur‘an terdapat sebuah terapi adiksi yang efektif, yaitu tentang terapi menghilangkan kecanduan minuman
keras (khamr) kepada bangsa Arab kala itu. Konsep penyembuhan yang langsung diterapkan Allah adalah dengan perlahan
dan bertahap.
Pertama, untuk mengurangi adiksi terhadap khamr
tersebut Allah menurunkan anjuran untuk mengubah
kebiasaan minum khamr ini dengan kebiasaan memakan
angggur secara langsung.
Kemudian dalam firman Allah disebutkan bahwa khamr
memang ada manfaatnya bagi kehidupan, namun ternyata
masih lebih banyak mudharatnya. Jadi, melalui peringatan
ini, dianjurkan masyarakat untuk perlahan menghindari
khamr.
Tahap ketiga, Allah lalu menurunkan ayat yang melarang
umat Islam untuk shalat ketika sedang mabuk akibat minum
khamr. Karena umat Islam harus shalat lima kali dalam
sehari, maka mereka terpaksa harus lebih serius
menghindari khamr agar tidak mabuk saat
masuk waktu shalat. Tahap akhir terapi
Allah yakni dengan menurunkan ayat
yang benar-benar mengharamkan
khamr. Sungguh sebuah proses
terapi yang perlahan namun
pasti, disesuaikan dengan kemampuan umat manusia
menghadapi beratnya tantangan.
Konsep yang dipergunakan Allah ini bisa diadopsi dalam hal penyembuhan adiksi pornografi.
Mengingat tingkat beratnya adiksi ini tergolong sangat berat dan sangat sulit
untuk diputus dan disembuhkan, maka terapi penyembuhannya bisa dilakukan sesuai dengan kondisi pasien.
Sebagai contoh, bisa dibuatkan terapi tahapan
awal dengan sebuah kesepakatan untuk mengurangi
frekuensi menonton pornografi. Jika sebelumnya
setiap hari atau dua hari sekali, bisa diubah menjadi
seminggu cukup dua kali.
Jika tahap satu telah berhasil, maka dilanjutkan dengan tahap berikutnya dengan semakin mengurangi frekuensinya, semisal cukup dengan sepekan sekali.
Tahap berikutnya pasien dihindarkan dari akses terhadap internet. Kemudian tahap terakhir pasien benar-benar
dihilangkan dari akses pornografi sama sekali. Terapi ini bisa
jadi memerlukan waktu beberapa bulan. Akan lebih dipercepat jika didukung oleh kedekatan, pengertian, dan duku-

ngan penuh oleh pasangannya, disertai dengan upaya meningkatan sisi kehidupan spiritualitasnya.

3. Memutus Asosiasi yang Salah
Ketika awalnya seseorang merasakan gairah yang nikmat
ketika melihat gambar porno, maka di saat penyembuhan ia
akan diminta melihat kembali gambar tersebut, namun kali
ini sambil dikejutkan oleh aliran listrik yang menyetrum
tubuhnya. Hal ini akan terus berulang, setiap kali ia melihat
gambar porno, ia akan selalu dikejutkan dengan rasa sakit
akibat setruman listrik itu.

4.

Memutus Siklus Adiksi

Dalam proses terjadinya kecanduan
terdapat sebuah siklus yang akan selalu
berulang, yakni berupa rangkaian
melingkar antara proses saat ketergantungan itu terjadi dan
dilanjut dengan munculnya
kepuasan. Selanjutnya akan
datang masa tumbuhnya
kesadaran, dimana seseorang merasa amat bersalah, lantas berjanji untuk
tak mengulangi lagi. Namun masa ini kerap berakhir juga dengan datangnya kembali godaan adiksi
yang membuatnya secara
tak sadar terseret kembali
ke tahap ketergantungan
terjadi.
Yang harus dilakukan
adalah menghambat datangnya godaan, sehingga
seseorang bisa memperGETTYIMAGES
panjang masa kesadarannya. Dan di masa inilah
ia harus diisi sebanyak-banyaknya dengan nilai-nilai
dan motivasi spiritual
yang akan menguatkan tekadnya untuk sembuh.
Proses kesembuhan perlu
waktu panjang sehingga
masih wajar jika pasien
masih harus berkali-kali
gagal melawan godaan, namun yang penting diperkuat
adalah menguatkan motivasi spiritualnya di saat masa
kesadaran dan memperpanjang datangnya masa kesadaran
itu sendiri.
Dengan upaya-upaya di atas diharapkan secara perlahan
pasien ketergantungan pornografi bisa disembuhkan. *Irawati

Proses kesembuhan perlu waktu
panjang sehingga masih wajar
jika pasien masih harus berkalikali gagal melawan godaan

Istadi, penulis buku-buku parenting

SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432

67
| mar’ah |

LuarMeski Tak Sempurna
Biasa
Sempurna atau tidak ada dalam
pikiran kita. Impian pun tetap
akan nyata meski bukan dengan
cara yang biasa
Cantik dan mampu meraih seluruh keinginan
diri, pastilah idaman setiap perempuan, tak
terkecuali bagi Muslimah. Tak ada perempuan
yang memungkiri, penampilan fisik adalah hal
yang penting. Juga tak ada perempuan masa kini
yang mengingkari, prestasi adalah prestise yang
harus diperjuangkan dan menjadi nilai tersendiri
bagi eksistensi di tengah masyarakat.
Namun, di tengah idealita yang didamba tersebut, ternyata ada perempuan yang harus menerima kenyataan bahwa fisiknya tak sesempurna
orang lain. Juga harus berdamai dengan kenyataan
bahwa ia tak dapat bergerak bebas untuk meraih
impian karena ia terlahir atau menjadi cacat.

Menyempurnakan Hati
Allah pun pastinya tak salah menjadikan mereka atau bahkan diri kita sendiri seseorang yang
tak memiliki fisik sempurna. Ada pesan yang ingin
disampaikan melalui penciptaan-Nya yang tetap
sempurna tersebut. Ada sesuatu yang tetap indah
dan ada prestasi yang tetap bisa dibanggakan di
balik fisik yang tidak seindah mestinya itu.
Sesuatu yang tetap indah itu sesungguhnya ada
pada apa yang kita yakini dan pikirkan. Jika kita
adalah yang terpilih untuk menjalani ketidaksempurnaan fisik tersebut, maka mulailah untuk menyempurnakan apa yang kita yakini dan apa yang
kita pikirkan.

68

SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432

Sungguh, Allah adalah Pencipta Yang Maha
Rahman dan Maha Rahiim. Allah bahkan telah
menjamin bahwa Ia menciptakan manusia dalam
bentuk yang terbaik, “Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya. Dan Kami kembalikan ia ke tempat yang
serendah-rendahnya (neraka) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh;
maka bagi mereka pahala yang tiada putusputusnya.” (At-Tiin [95]: 4-6)
Dengan demikian, Allah telah menciptakan kita
pun dengan kesempurnaan. Penciptaan Yang dikaruniakan-Nya dengan segenap cinta dan kebijaksanaan.
Ayat ini begitu indah. Dalam ayat ini Allah berfirman bahwa Ia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna. Kesempurnaan itulah
yang menjadi ujian, bersyukur dan mengabdi atau
tidaknya seorang hamba. Bila dengan kesempurnaan tersebut ia menjadi sombong atau sebaliknya
menganggap Allah tidak adil karena fisik yang tak
seindah mestinya, maka Allah berjanji akan mengembalikan hamba tersebut dalam tempat yang
rendah. Sebaliknya, Allah berjanji bahwa Ia akan
mengaruniakan pahala yang tak terputus pada
hamba yang beriman dan beramal shalih. Bukan

pada hamba yang berfisik
sempurna dan berwajah cantik.
Konsep ini sama sekali bukan sesuatu yang
abstrak. Bagi kita yang terlahir tak seindah semestinya, ayat ini tidak mengajarkan kita mengabaikan apa
yang terjadi di depan mata. Ayat ini bukan berarti
pembenaran untuk menganggap kosong pencapaian
prestasi kita di dunia. Ayat ini justru mendorong kita
untuk menjadi hamba yang selalu beruntung dengan
pahala dan keberkahan dari sisi Allah.
Kuncinya adalah apa yang kita imani dan apa
yang kita kerjakan di dunia ini. Jika kita yakin bahwa Allah menciptakan seluruh mahluk-Nya dalam
bentuk yang sebaik-baiknya, maka kita pun harus
yakin bahwa ketidaksempurnaan yang tampak di
mata, sesungguhnya terganti dengan sesuatu yang
tersimpan dalam bilik-bilik potensi yang mengendap dalam diri.

Bertindak Luar Biasa
Allah pasti dengan seadil-adilnya menciptakan
setiap hamba-Nya. Karena tidak ada hamba-Nya
yang tercipta dengan sempurna. Manusia yang terlahir dan dengan fisik yang semestinya pun memiliki banyak kekurangan, meski mungkin tak
tampak mata. Bila ingin membandingkan, apa
yang dikaruniakan pada diri kita yang tak sempurna, mungkin masih lebih banyak dibandingkan pada mereka yang secara fisik sempurna.
Mari menengok pada sosok fenomenal ‘Amr bin
Jamuh yang diberi kemuliaan oleh Allah mati syahid di medan perang. Sahabat Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang memiliki cacat pada kakinya sehingga berjalan dengan pincang ini berhasil meraih impian para sahabat yang fisiknya sempurna sekalipun. Bahkan
sekaliber Khalid bin Walid,
panglima Islam yang di
akhir hidupnya malah
menghembuskan nafas di
atas tempat tidur.
Begitu banyak jalan
yang dan kemudahan yang
Allah bentangkan bagi kita
yang mau dan berusaha
semaksimal mungkin menyambut perintah-Nya. Semua kesedihan dan kerendahdirian hanya akan mematikan potensi. Perlakukanlah diri kita sama dengan orang lain yang sempurna secara fisik.
Lakukanlah apa yang bisa kita lakukan untuk ketaatan kita pada kehendak-Nya dengan cara yang
dapat kita tempuh.
Bila kekurangan itu membuat impian mendapatkan pendamping hidup yang indah seperti
semestinya menguap, mungkin Allah ingin mempersatukan dengan kita pendamping yang tak
biasa. Yang lebih indah, juga luar biasa. Yang mencintai kita bukan dengan cara yang biasa, bukan
dengan standar yang digunakan oleh orang
umumnya. Melainkan dengan cara mempraktikkan seluruh teladan Rasul-Nya yang selalu meri-

ngankan beban istri dan membahagiakannya.
Begitu pula dengan prestasi yang ingin kita
capai. Bila mungkin prestasi yang biasanya dicapai
oleh orang yang sempurna secara fisik terbentur
dengan kekurangan yang kita miliki, maka jadilah
kita pioner bagi prestasi-prestasi yang selama ini
tak terpikirkan oleh orang biasa.
Marilah belajar dari keteguhan Washington
Roebling yang berhasil mewujudkan cita-citanya
dan ayahnya. Cita-cita besar untuk membangun
sebuah jembatan yang mampu menghubungkan
satu kota dengan kota lainnya yang terpisah oleh
sungai besar atau selat, bahkan mampu menghubungkan dua benua. Sementara di abad ke-18 tersebut, pada umumnya orang hanya mengenal jembatan batu yang menghubungkan sisi sungai yang
satu dengan sisi di seberangnya. Jaraknya pun
tentunya juga sangat pendek.
Roebling berhasil mewujudkan cita-citanya
meski ia terserang penyakit caisson. Ia menderita
kerusakan otak permanen, tak bisa bicara, hampir
tuli, dan seluruh badannya lumpuh. Ia hanya bisa
menggerakan jari telunjuk kanan. Namun, semua
kondisi yang hampir mustahil itu tak membuatnya
surut semangat. Selama sepuluh tahun ia mengetukkan jari telunjuk tangan kanannya di atas leMUH. ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH
ngan istrinya untuk menginstruksikan para insinyur tentang apa yang harus mereka kerjakan. Pada bulan bulan Mei 1883,
jembatan yang dicita-citakannya, Jembatan Brooklyn, berhasil membentang
di atas East River dan
menghubungkan kota
Manhattan
dengan
Brooklyn, New York.
Belajar dari Roebling,
marilah bertekad untuk
menyempurnakan apa yang ada dalam pikiran
kita. Karena, apa yang ada di hati bisa menjadi lemah manakala tak diiringi dengan derap kerja nyata kita. Yakinlah bahwa keajaiban bukanlah selamanya menjadi impian, bila kita percaya dan
berjuang untuk mewujudkannya.
Marilah tunjukkan pada dunia bahwa keajaiban adalah milik Allah Penggenggam seluruh semesta. Allah pula yang mewujudkannya bagi hamba-hamba-Nya yang berjuang dan yakin akan pertolongan-Nya. Karena, kitalah hamba-Nya yang
telah diciptakan dengan sebaik-baiknya dan bukan
untuk menjadi yang sia-sia.* Kartika Trimarti, ibu rumah
tangga tinggal di Bekasi

SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432

69
KOLOM PARENTING | Mohammad Fauzil Adhim

Belajar Menakar
A

Tindakan

da saatnya diam merupakan kebaikan. Kita
berdiam diri karena memberi kesempatan
untuk berpikir dan menyadari kekeliruannya.
Kita diam bukan karena tidak bertindak, tetapi justru
diam itulah tindakan yang kita ambil agar anak dapat
mengembangkan dirinya. Tetapi adakalanya diam
justru tercela. Kita menahan diri dari bicara, padahal
saat itu seharusnya kita angkat bicara agar anak tidak
terjatuh pada keburukan lebih yang besar. Diam pada
saat seharusnya berbicara merupakan tanda kelemahan. Sebagaimana terlalu banyak meributkan anak
merupakan penanda ketidakmampuan menahan diri.
Dua hal inilah PR panjang yang harus diselesaikan
bagi orangtua semacam saya; orangtua yang miskin
ilmu, lemah kendali diri dan serba instan. Ingin mengubah anak, tetapi tidak sabar menunggu proses.
Ingin membaguskan akhlak, tetapi tidak siap mendengarkan keluhan mereka.
Ada saat-saat kita harus tegas, ada pula saat kita
perlu memberi kelonggaran kepada anak. Ada hal-hal
yang mengharuskan kita menunjukkan kemarahan
kepada anak meskipun kita tidak sedang emosi, tetapi
ada pula saat dimana kita perlu berusaha keras untuk
menahan diri meskipun emosi kita sedang meledakledak. Ini semua berkait erat dengan apa yang dilakukan anak sekaligus menimbang maslahat dan
madharat dari setiap tindakan kita. Adapun terhadap
kerasnya ucapan dan tindakan yang muncul dari
lemahnya kendali emosi, secara jujur kita perlu menyadari kekeliruan kita, mengakuinya sebagai kesalahan meski belum mampu mengungkapkan secara
terbuka kepada anak, dan bersedia meminta
maaf kepada anak atas salah dan keliru kita.
Hal yang sama juga berlaku untuk perbuatan baik mereka. Meskipun kita sedang marah dan suasana emosi kita sedang tidak
enak, kita tetap harus menyampaikan ucapan
terima kasih kepada mereka. Jika perlu, kita
memaksakan diri untuk mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya meskipun kita sedang jengkel. Ini bukan
tindakan pura-pura. Justru kita se-

70

SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432

dang mendidik diri sendiri untuk mampu mengungkapkan rasa terima kasih kita secara sadar dan
memaksakan diri untuk mengucapkannya, meskipun
suasana hati kita sedang dongkol. Kalau ternyata kita
tidak mampu menaklukkan raut muka kita sendiri,
kita bisa secara terbuka mengatakan apa yang kita rasakan kepada anak dengan didahului permohonan
maaf kepada mereka. Dengan demikian anak akan
belajar mengakui kebaikan orang lain dan menyadari
keadaan mereka. Ini juga bisa meningkatkan penerimaan mereka terhadap orangtua.

Harus Punya Kendali
Kembali pada soal kelonggaran. Anak yang dibesarkan dengan toleransi, memang akan belajar mengendalikan diri. Sebaliknya, anak yang dibesarkan
dengan kekerasan juga belajar menggunakan kekuatannya untuk memaksakan keinginannya. Tetapi ada
hal yang harus kita ingat, di luar apa yang kita lakukan, anak juga sedang berkembang. Mereka secara
terus-menerus belajar, termasuk belajar memegang
kendali sehingga orangtua pun bahkan bisa tak berdaya. Orangtua melakukan apa pun yang diinginkan
anak, meskipun tampaknya ia melakukan itu agar
anaknya melakukan apa yang diinginkan oleh orangtua. Contohnya, orangtua memaksakan diri membelikan mainan untuk anak karena mainan itulah yang
diminta anak ketika ia disuruh mandi.
Kecenderungan anak memaksa orangtua menuruti keinginannya sebagai imbalan atas kesediaannya melakukan perintah orangtua, terutama mudah
terjadi ketika orangtua memberlakukan cara pengasuhan yang tidak konsisten. Apalagi jika cara mengasuh antara kedua orangtua tidak selaras. Mereka
saling menyalahkan di depan anak, atau cara pengasuhan mereka saling bertentangan. Lebih parah lagi
jika salah satu pihak cenderung dominan dan mudah
menyalahkan di depan anak. Artinya, ada salah satu
pihak –entah ayah, entah ibu—yang sering disalahsalahkan di depan anak sehingga otoritasnya sebagai
orangtua melemah dan dengan demikian perintahnya
menjadi kurang efektif.
ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH

Jika ini terjadi, anak akan berusaha meningkatkan
pengaruh dan daya paksanya sehingga orangtua
benar-benar di bawah kendalinya. Tak ada jalan lain
kecuali orangtua harus mengambil keputusan dengan
segera dan secara terencana menghentikan situasi
yang tidak sehat ini. Pada saat yang sama, orangtua
harus menyadari bahwa kebiasaan memaksakan keinginan ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Anak belajar
sedikit demi sedikit. Anak memiliki pengalaman panjang sehingga bisa memaksakan kehendak kepada
orangtuanya, sementara orangtua tak berdaya menghadapinya.
Sebaliknya, anak yang tidak memiliki kendali atas
diri dan lingkungannya karena terbiasa dipaksa oleh
orangtua, akan berangsur menjadi pribadi yang tidak
mandiri. Ia sulit mengambil keputusan, sekalipun hanya untuk mengambil pilihan dalam perkara sederhana. Ia takut menghadapi risiko, yang sangat kecil
sekalipun, terutama yang berimbas pada teguran
orangtua. Padahal apa pun yang kita lakukan, pasti
ada risikonya. Bahkan berdiam diri pun punya resiko.
Ketakutan menghadapi risiko tersebut bukan
hanya terjadi saat mereka masih kanak-kanak. Jika
tidak disadari, lalu secara sengaja diatasi, maka ketakutan dalam mengambil keputusan tersebut bisa berlanjut sampai mereka dewasa dan menjadi orangtua.
Ia tetap menjadi kanak-kanak, bahkan di saat ia seharusnya bertindak sebagai orangtua dari anak-anaknya.
Serupa dengan takut menghadapi risiko adalah
peragu. Ia sulit mengambil keputusan bukan terutama
karena takut menghadapi risiko, tetapi karena sulit
memilih. Ini mudah terjadi pada anak yang dibesarkan
dengan pemanjaan. Anak tunggal, anak bungsu, atau

ADA SAAT
-SAAT KITA HARUS TEGAS,
ADA PULA SAAT KITA PERLU MEMBERI
KELONGGARAN KEPADA ANAK.
anak laki-laki maupun perempuan satu-satunya dalam
keluarga –begitu pula cucu laki-laki atau perempuan
satu-satunya dalam keluarga besar— sering tumbuh
dengan cara pengasuhan yang memanjakan. Mereka
serba dilayani sehingga menyebabkan dirinya tidak
memiliki keterampilan melayani dirinya sendiri.
Mereka serba dituruti, sehingga tidak memperoleh
kesempatan belajar menahan diri. Mereka juga sulit
belajar berempati. Mereka juga terbiasa dipenuhi keinginannya, sehingga tidak ada kesempatan yang memadai untuk belajar menimbang, mengambil keputusan dan menentukan prioritas; mana yang lebih penting di antara yang penting. Bahkan boleh jadi, sulit
baginya untuk membedakan mana yang penting dan
mana yang tidak karena ia miskin pengalaman untuk
memilah antara kebutuhan dan keinginan.

Apa yang menyebabkan anak-anak itu mengalami
kesulitan di masa dewasanya? Bukan sulitnya kehidupan. Bukan pula kecilnya pendapatan. Tetapi
kekeliruan orangtua dalam mengasuh mereka. Bisa
karena berlebihan dalam membantu anak menghadapi masalah, bisa juga karena mereka membiasakan
anak hidup mudah sehingga anak kehilangan tantangan. Mereka sibuk mengurusi apa yang seharusnya diatasi sendiri oleh anak, sehingga anak akhirnya
kehilangan inisiatif produktif.
Ini semua tidak berhubungan dengan kekayaan
dan banyaknya fasilitas hidup. Ini terkait dengan
sikap kita sebagai orangtua, termasuk kemampuan
kita menakar setiap tindakan.
Wallahu a’lam bish-shawab.

SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432

71
| profil keluarga |

Yahdi Sulaiman dan Iryani

“Kalau Bukan karena Allah,
Saya Sudah Gila”
Keluarga ini menjalani ujian
yang begitu berat. Namun,
berkat pertolongan-Nya,
mereka masih tetap tabah,
sabar dan ikhlas.
Sepeda motor itu melaju di jalan
raya sisi barat Taman Margasatwa Ragunan, Kampung Pisangan, Pasar
Minggu, Jakarta Selatan. Namun tak
dinyana, motor yang dikendarai sepasang ayah dan anak itu oleng. Motor terpelanting dan terseret beberapa meter.
Yang dibonceng, Nurul Hikmah, yang
masih duduk di bangku SD kelas 3 kala
itu terpental masuk ke bawah kolong
mobil angkutan kota. Sedangkan sang
ayah, Yahdi Sulaiman, terkapar di
pinggir trotoar. Beberapa bagian tubuhnya lebam.
Di jalan sekitar tempat mereka jatuh
ramai penjual kambing. Beberapa orang
yang menyaksikan peristiwa itu menyangka yang masuk ke kolong mobil
adalah anak kambing. Ternyata si kecil
Nurul.
Lama setelah kejadian itu, Nurul tak
terlihat mengalami luka berarti. Ia tetap
tampak sehat. Rasa sakit baru muncul
saat ia duduk di kelas 4 SDN 001 Ragunan Jalan Harsono RM Jakarta. Ia sering mengeluh di kepalanya. Nyeri dan
badannya juga terasa panas. Karena
dianggap biasa, sakit itu ditahan saja.
Namun, makin hari sakit itu kian mendera dan merasuk. Setiap rasa sakit itu

72

muncul, seringkali ia diobati dengan
obat eceran yang dibeli di warung.
Sembuh, tapi sebentar saja. Hanya beberapa menit. Setelah itu rasa sakitnya
kambuh kembali. Pernah suatu kali,
lantaran saking sakitnya, Nurul tiba-tiba
lunglai tak bertenaga. Dia kemudian
jatuh terduduk. Akibatnya, kakinya
keseleo.
Karena sakitnya semakin parah,
Nurul tak sanggup lagi pergi ke sekolah.
Namun sayangnya, baru dua tahun
kemudian, -itupun atas bantuan derma-

wan ibu-ibu di Perumahan Departemen
Pertanian Yayasan Uswathun HasanahNurul dirujuk untuk berobat ke RS
Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Entah
ada hubungan atau tidak antara kecelakaan yang dialami Nurul dengan rasa
sakitnya, yang jelas hasil diagnose
dokter menyatakan Nurul mengidap virus kanker otak. Secara fisik gejala penyakit ini adalah kepala membesar dan
rambut rontok.
Siapa pun orangtuanya, saat buah
hatinya divonis mengidap virus memaFOTO-FOTO: AINUDDIN CHALIK/SUARA HIDAYATULLAH

Iryani dan Yahdi Sulaiman (orang tua Nurul Hikmah) : Tetap tegar dalam keterbatasannya

SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432
tikan itu tentu bakal terpukul. Termasuk Iryani (46). “Saya sebenarnya gak
kuat, tapi saya harus kuat. Saya kuatin,”
kata Iryani, ibunda Nurul kepada Suara
Hidayatullah yang menyambangi
rumahnya di Jalan Al-Busyro, RT 04
RW 01, Desa Citayam, Kota Depok,
Jawa Barat, awal bulan lalu.
Karena ketiadaan biaya, Iryani
membawa pulang paksa anaknya, setelah dirawat 15 hari di rumah sakit.
Bukan bertambah sembuh, sakit Nurul
malah menjadi lebih parah. Ia hanya bisa terbujur tak berdaya di atas tempat
tidur.
Dalam keadaan tak berdaya seperti
itu, matanya tiba-tiba terasa gatal dan
perih. Makin hari kian parah. Tentu saja ini menambah penderitaan anak perempuan yang tumbuh menjadi remaja
itu. Pada usia 15 tahun, mata Nurul tak
bisa diselamatkan lagi. “Tiba tiba saja
saya gak bisa ngeliat,” kata Nurul.

Tetap Tabah
Yahdi Sulaiman (52 tahun) dan
Iryani adalah pasangan keluarga Betawi tulen yang sederhana. Yahdi tidak
punya ijazah jenjang pendidikan tinggi.
Peluang kerja profesional pun bagi orang sepertinya seperti mimpi di siang
bolong. Tak ayal, setiap hari Yahdi bekerja serabutan. Terkadang jadi tukang
ojek, lain hari menjadi tukang bangunan, dan lain kali lagi jadi tukang batu.
Yahdi yang diajak bincang-bincang
Suara Hidayatullah lebih banyak melempar senyum ketimbang menjawab
pertanyaan.
Sedangkan Iryani bekerja sebagai
tukang cuci di Perumahan Asri Permai
Komplek Pertanian Citayam Depok.
Setiap hari berangkat pagi, pulang
kalau sudah tengah hari. Ia masih
mampu mencuci pakaian pesanan dua
sampai tiga rumah. Sebulan dalam satu
rumah ada yang memberi Rp 300 ribu.
Selain itu, ia kadang juga disuruh
menyetrika baju. “Sekali menggosok
pakaian ada yang memberi dua puluh
atau tiga puluh ribu rupiah,” ujar Iryani. Dari situlah andalan sumber keuangan mengalir, termasuk untuk sekolah anak bungsunya, Yandi Sulaiman

Nurul
Hikmah

Saking kuatnya
Nurul menekan
tangan saat
bertasbih, ada bekas
di jari-jarinya,
barangkali juga
karena tekanan
yang begitu kuat.
“Saya ibadahnya
hanya bisa begini,
mudah-mudah
Allah menerima
ibadah dan doa
saya”
(16) yang kini duduk di bangku SMK,
dan untuk makan sehari hari.
Sedangkan untuk pengobatan Nurul, sebulan sekali Iryani mengambil
obat di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma
(LKC) Dompet Dhuafa Republika. “Tergantung hanya kepada Allah saja. Kalau
berharap kepada manusia itu tidak akan
mungkin,” kata Iryani, didampingi sang
suami.
16 Tahun Menanti
Umur Nurul Hikmah kini sudah
masuk 24 tahun, dan sakit yang dideritanya sudah 16 tahun lamanya. Sebagai
ibu, Iryani jujur mengatakan tak tahan
melihat penderitaan anak pertamanya
itu, yang hanya bisa berbaring tak ber-

daya. Kadang ia hanya bisa menangis
dan berdoa agar anaknya segera diberikan kesembuhan dan normal seperti
sedia kala.
Namun di sisi lain, Iryani juga bersyukur. Sebab, selama sakitnya yang
bertahun-tahun itu, diakui Iryani, anaknya tidak pernah mengeluh. Bagi Iryani
dan Yahdi, atau bagi siapa pun, penantian selama 16 tahun bukanlah waktu
yang singkat. Namun, mereka tetap berusaha bersabar dan menerima segalanya kehendak Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
“Sudah 16 tahun, Mas. Lama sekali.
Kalau bukan karena pertolongan Allah,
mungkin saya sudah gila,” ucap Iryani,
sambil menitikkan air mata. Ia mengucapkan itu seraya mengelus kaki anaknya.
Hingga kini, Yahdi, Iryani, dan Yandi tak bosan-bosannya menjaga dan
mendampingi Nurul. Ada kalanya mereka menggantikan pakaian dalam Nurul saat sedang datang bulan, membersihkan buang air yang kadang kala bercampur darah, menyuapi makan, dan
memandikannya.
Syukurnya, Nurul bukan anak yang
lekas putus asa. Di pembaringannya, ia
tetap istikamah menjalankan shalat
lima waktu, puasa hari Senin-Kamis,
dan menunaikan shalat Tahajjud sambil
berbaring. Zikir pun ia tak lekang, terutama saat rasa sakit menyerang kepalanya. Saking kuatnya Nurul menekan
tangan saat bertasbih, ada bekas di jari-jarinya, barangkali juga karena tekanan yang begitu kuat. “Saya ibadahnya
hanya bisa begini, mudah-mudah Allah
menerima ibadah dan doa saya,” tutur
Nurul mengiba.
Sakalipun tak berdaya. Semangat hidupnya tak berarti meredup. Bahkan, ia
pun masih punya hasrat untuk menikah
suatu ketika. “Iya, hasrat ada. Apalagi
kalau mendengar teman-teman saya
yang dulu, sudah pada nikah dan punya
anak,” kata Nurul. “Saya mau sembuh,
biar pun tak seratus persen. Yang penting bisa jalan,” sambungnya, suaranya
bersih. Amin….
Semoga Allah Ta’ala memberikan
yang terbaik. *Ainuddin Chalik/Suara Hidayatullah

SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432

73
| tarbiyah |

Lingkungan memang semakin
mengkhawatirkan tetapi kendali
pengaruhnya tetap ada di tangan orangtua.
Banyak orangtua yang hari ini semakin khawatir melihat pergaulan putra-putrinya. Pemberitaan di media massa pun tak henti-hentinya menyuguhkan tindak kriminalitas dan kenakalan yang
bahkan tak disangka-sangka dilakukan oleh anak-anak usia balita.
Belum lagi dampak pergaulan yang nampak di depan mata. Anakanak yang berkata-kata kasar akibat terlalu banyak menonton sinetron. Sungguh sebuah realita yang menyesakkan dan membuat
orangtua tak dapat tidur dengan nyenyak karena memikirkan apa
yang harus dilakukan.
Akhirnya banyak orangtua yang memutuskan untuk memasukkan putra-putrinya ke berbagai institusi pendidikan yang menerapkan sistem boarding atau minimal sekolah sepanjang hari.

Walhasil, anak-anak pun berada di sekolah dari pagi hingga sore
hari. Mereka pun hanya bertemu dengan orangtuanya saat hari
mulai gelap.
Orangtua berharap dengan menyekolahkan pada institusi
pendidikan seperti ini maka anak akan terjauhkan dari lingkungan
yang buruk dan mendapatkan pendidikan secara islami. Benarkah
ini akan efektif memproteksi anak-anak?
Seorang guru yang mengajar di pesantren khusus putri
menyatakan keprihatinannya terhadap ulah anak didiknya setiap
kali kembali ke pesantren pasca liburan. Bila di pesantren mereka
dilarang mendengarkan musik, maka sekembalinya mereka ke
pesantren mereka menyeludupkan MP3 atau diam-diam mendengarkannya dari handphone. Kondisi ini tentu memberitahu bahwa proteksi yang dilakukan oleh pihak pesantren tidak sekaligus
memproteksi perilaku dan psikologis anak.
Konsisten Bersikap
Lantas apa yang dapat kita lakukan agar lingkungan negatif
tak meracuni anak?Langkah pertama, tentu kita harus dapat
menjadi orangtua yang mampu menjadi cermin bagi anak. Anak
dalam perkembangannya akan mengambil sesuatu menjadi model

MUH. ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH

Jangan

“Takluk”
pada Lingkungan

74

SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432
yang dijadikannya cermin. Bila tidak, mereka
pun akan membuat anak sadar betul kemana
akan mengambil alternatif lain yang bisa
seharusnya ia melangkah dan menghindardijadikannya panutan. Salah satunya
kannya dari pengaruh pergaulan yang
adalah lingkungan.
membuat tujuan serta masa depanDi antara penyebabnya adalah
nya tidak jelas.
sikap inkonsistensi yang dilakuTujuan takwa ini juga sekan orangtua. Misalkan saja,
kaligus menjadi pegangan dasar
kita selalu menyuruh anak
bagi anak yang lahir dari kesauntuk memberi salam dan
darannya sendiri. Tujuan takmencium tangan orang tua
wa ini tidak akan membebani
sebagai tanda penghormaanak dengan gelar-gelar matan. Akan tetapi, kita orangterialistik yang menekannya.
tuanya seringkali lupa meTujuan takwa sesungguhnya
nyapa anak dengan salam
mengembalikan setiap mamanakala masuk ke rumah
nusia pada kondisi fitrahnya
atau bertemu dengannya sedan melakukan segala sesuatu
pulang dari bepergian. Sikap
berdasarkan keridaan Allah
inkonsistensi ini sesungguhnya
saja. Bila ia bercita-cita menjadi
sangat berbahaya bagi perkempilot, lalu ternyata ia gagal dalam
bangan kepribadian anak selansetiap tesnya, maka ia pun akan
jutnya.
dengan mudah memahami bahwa
(Al-Furqoon:25)
Sikap inkonsistensi akan menyeAllah lebih meridhai jalan lain baginya.
babkan aturan yang menjadi pondasi
utama berantakan dan anak kehilangan
Zona dalam Doa
pegangan. Bila ketidakjelasan ini terus didapatkan
Sejatinya, orangtua adalah gerbang penentu
oleh anak dari orangtuanya, maka tentu ia akan mencari
diizinkan atau tidaknya pengaruh lingkungan negatif masuk
kejelasan di tempat lain. Anak pun akan berhenti berharap tentang
membentuk anak. Bila orangtua menutup rapat-rapat gerbang
kebaikan yang datang dari orangtuanya.
ini dengan menciptakan zona terindah dan ternyaman bagi anak
untuk tinggal di dalam gerbang, maka anak tak akan tertarik untuk
Komitmen Takwa
mencari zona tumbuh lainnya. Seandainya pun sesekali ia “meloSelanjutnya, alangkah indahnya bila kita merenungkan doa
ngok keluar”, ia hanya akan menikmatinya sekejap karena filter
orang-orang saleh berikut ini, “Ya Rabb kami, anugerahkanlah
yang telah ditanamkan orangtuanya tetap memandunya untuk
kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai
memilah mana yang baik dan mana yang buruk.
penyejuk hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orangFilter ini tumbuh dari bagaimana cara orangtua membesarkan
orang yang bertaqwa.” (Al-Furqoon :25)
anak. Melalui sikap, kasih sayang, aturan yang diberikan, dan
Doa dari orang-orang shalih di atas berisi permohonan agar
tentu saja doa yang dicurahkan untuk anak. Doa yang menjaga
keluarga mereka dapat menjadi penyejuk hati dan mereka dapat
anak, doa yang membuka pintu hati anak, dan doa yang menggemenjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa. Alangkah
tarkan arsy Allah sehingga Dia berkenan melindungi dan mengaindahnya bila setiap orangtua memiliki komitmen yang tinggi
runiakan yang terbaik untuk anak-anak kita.
untuk menjadikan keluarga yang dipimpinnya sebagai keluarga
Sungguh, doa adalah penjagaan terhebat dari orangtua terorang-orang yang bertakwa. Anak-anaknya pun yang terutama
hadap anak-anaknya. Doa bahkan melampaui keterbatasan
menjadi orang-orang yang bertakwa. Bukan sekadar menjadi
orangtua sebagai manusia dan mewujudkan harapan yang hanya
dokter, menjadi insinyur, menjadi artis, pejabat atau sejumlah
dapat dianugerahkan oleh Yang Maha Perkasa. Oleh karena itu,
gelar yang diidamkan sebagian besar orang.
Rasulullah senantiasa mengutamakan doa bagi anak dengan
Tujuan utama yang jelas dalam hidup ini akan membimbing
selalu mendoakan anak sejak pertama kelahirannya.
anak untuk mengetahui dengan jelas pula langkah-langkah yang
Abu Musa berkata, “Ketika anak saya lahir, saya segera memharus diambil. Bila ingin memilih jalan sebagai seorang dokter
bawanya kepada Rasulullah saw. Setelah menamakannya
maka untuk menjadi dokter yang bertakwa, ia harus menolong
Ibrahim, Beliau lalu mengusapkan saripati kurma yang sudah
orang lain dengan ikhlas, rela berkorban dan semasa kuliah harus
dikunyah hingga lumat ke langit-langit mulutnya kemudian
menjalani perkuliahan dengan baik, sehingga ia dapat menyerap
mendoakannya agar mendapat limpahan berkah. Setelah itu,
seluruh ilmu dengan sempurna.
Rasulullah menyerahkannya kembali kepada saya.” (Riwayat
Tujuan takwa ini otomatis juga mengarahkan orangtua dalam
Bukhari)
memberikan motivasi dan fasilitas yang jelas bagi anak. Bukan
Lingkungan, seperti apapun tidak akan lepas dari kehidupan
sekadar memberi motor supaya keren atau memfasilitasi
dan tumbuh kembang anak. Namun, lingkungan pergaulan yang
hanpdhone supaya anak terlihat gaul. Akan tetapi, fasilitas pennegatif tidak akan pernah membentuk jiwa anak jika orangtua sudukung yang diberikan orangtua pun berkaitan dengan jalan apa
dah membentuk lingkungan terbaik bagi anak. Karena itu, jangan
yang dipilih anak untuk menjadi wasilah ketakwaannya. Cara ini
menyerah pada lingkungan. *Ummu Arina, ibu rumahtangga tinggal di Bekasi

“Ya Rabb kami,
anugerahkanlah
kepada kami istri-istri
kami dan keturunan kami
sebagai penyejuk hati (kami)
dan jadikanlah kami imam
bagi orang-orang yang
bertaqwa.”

SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432

75
| konsultasi |

diasuh oleh
Ustadz Hamim Thohari

Bapak Menghajikan
Anaknya

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Perkenankanlah saya mengajukan pertanyaan seputar ibadah haji. Februari 2010 lalu, anak saya perempuan, kelas 2 SMU, wafat pada usia 17 tahun. Sebagai orangtua, (saya sudah naik haji) bermaksud
menghajikan anak saya tersebut pada tahun 2011
(semoga Allah memampukan saya).
Pertanyaan saya apakah ada dalil yang shahih
yang menjadi dasar hukum bagi orangtua untuk
menghajikan anaknya? Mohon diberikan dalil yang
lengkap (untuk menghilangkan keragu-raguan kami
atas pendapat yang mengatakan bahwa tidak ada dalil
atau tidak perlu orangtua menghajikan anaknya.
Atas perhatian dan perkenannya saya ucapkan
jazaakumullahu khairan katsiira.
JP
Depok, Jawa Barat
109876543210987654321098765432121098765432109876543210987654321
109876543210987654321098765432121098765432109876543210987654321
109876543210987654321098765432121098765432109876543210987654321

Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
Pada dasarnya anak menghajikan orangtua atau
sebaliknya hukumnya boleh, dengan ketentuan yang
menghajikan tersebut sudah terlebih dulu melaksanakan kewajibannya. Artinya, dia sudah melaksanakan ibadah haji untuk dan atas nama dirinya sendiri.
Karena bapak sudah melaksanakan haji atas nama diri
sendiri, maka bapak bisa menghajikan anak bapak.
Masalahnya, apakah anak bapak yang sudah wafat
tersebut sudah memenuhi syarat istitha’ah? Apakah
dia sudah terhitung wajib haji karena telah memiliki
harta cukup untuk membayar ongkos haji? Jika belum
memenuhi syarat istitha’ah, maka tidak ada kewajiban
apa pun atas bapak untuk menghajikannya.
Sebaliknya, jika anak bapak sudah berkewajiban
melaksanakan ibadah haji, namun sebelum terlaksana
kewajiban tersebut dia telah meninggal, maka wajib
bagi ahli warisnya untuk menghajikannya.
Kedua, apakah dia pernah ber-nadzar untuk haji?
Jika dia telah ber-nadzar dan nadzar-nya telah terpenuhi tapi sebelum melaksanakan nadzar-nya dia
sudah dipanggil Allah, maka ada kewajiban bagi ahli
warisnya untk membayarnya, yaitu menghajikan untuk dan atas namanya. Jika tidak, maka tidak ada

76

SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432

kewajiban untuk menggantikannya.
Ada beberapa Hadits yang dijadikan hujjah mengenai kewajiban ahli waris untuk menghajikan keluarga
yang sudah meninggal dunia, di antaranya: Dari Ibnu
Abbas ra, “Seorang perempuan telah datang menemui
Rasulullah SAW lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, ibuku
telah bernadzar akan menunaikan haji, tapi ia tidak
sempat menunaikannya sampai wafatnya. Apakah aku
boleh berhaji atas nama ibuku?” Rasulullah menjawab,
“Ya, berhajilah engkau atas nama ibumu! Bagaimana
pendapatmu jika ibumu itu mempunyai utang, apakah
engkau akan membayarnya ? Bayarlah utangnya
kepada Allah SWT karena Allah adalah Zat yang harus
dipenuhi utangnya.” (Riwayat Imam Bukhari)
Tentang menghajikan orang yang telah ber-nadzar,
Rasulullah bersabda: Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata;
“Seorang perempuan telah bernadzar menunaikan
ibadah haji, lalu ia meninggal dunia. Kemudian saudara laki-lakinya datang menemui Rasulullah dan
menanyakan tentang hal itu. Beliau pun bersabda,
“Bagaimana menurutmu seandainya saudara perempuanmu itu mempunyai utang, apakah engkau akan
membayarnya?” Ia menjawab, “Ya!” Rasulullah bersabda lagi, “Bayarlah utangnya kepada Allah. Sesungguhnya Allah SWT adalah Zat yang paling berhak
dipenuhi.” (Riwayat Imam Nasa’i)
Melaksanakan ibadah haji bagi orang yang
istitha’ah merupakan sebuah kewajiban, dan di sisi
Allah pelaksanaan tersebut merupakan hak-Nya. Orang yang belum memenuhi kewajibannya berarti telah
berhutang kepada Allah. Dan hutang kepada Allah tentu harus diutamakan dalam pembayarannya.
Beliau bersabda, “Lunasilah piutang kepada Allah.
Sesungguhnya Allah adalah Zat yang paling berhak
dilunasi utang-Nya.”
Syarat sah menghajikan orang lain:
1. Ia termasuk orang yang sah jika menunaikan haji
fardhu atas namanya sendiri.(Muslim, sudah
dewasa, merdeka, dan berakal)
2. Ia sudah melaksanakan haji fardhu atas namanya
sendiri dan tidak mempunyai tanggungan haji
wajib yang fardhu, qadha, atau nadzar.
3. Ia termasuk orang yang dapat dipercaya, dapat
memenuhi janji dan dikenal taat
4. Ia tidak cacat (mampu menunaikan haji).
Semoga jawaban tersebut dapat memperjelas
sekaligus menghilangkan keraguan bapak.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Aku tinggalkan cintaku kerana allah
Aku tinggalkan cintaku kerana allahAku tinggalkan cintaku kerana allah
Aku tinggalkan cintaku kerana allahDinar Sarajuddin
 
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 9
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 9Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 9
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 9sitisarahrahmania
 
Laporan psikolog perkembangan
Laporan psikolog perkembanganLaporan psikolog perkembangan
Laporan psikolog perkembanganirinanuar
 
Tak apa jika kelak jodohmu adalah pria yang lebih muda
Tak apa jika kelak jodohmu adalah pria yang lebih mudaTak apa jika kelak jodohmu adalah pria yang lebih muda
Tak apa jika kelak jodohmu adalah pria yang lebih mudaHome Schooling
 
Adab Berbakti Kepada Orang Tua
Adab Berbakti Kepada Orang TuaAdab Berbakti Kepada Orang Tua
Adab Berbakti Kepada Orang TuaGiffari Muslih
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
BIDANG PRIBADI SOSIAL (Berbakti Kepada Orangtua
BIDANG PRIBADI SOSIAL (Berbakti Kepada OrangtuaBIDANG PRIBADI SOSIAL (Berbakti Kepada Orangtua
BIDANG PRIBADI SOSIAL (Berbakti Kepada OrangtuaAne Si Sulung
 
Filsafat ilmu pilihan hidup
Filsafat ilmu pilihan hidupFilsafat ilmu pilihan hidup
Filsafat ilmu pilihan hidupdirgaalfian
 
Ppt agama kelompok 5
Ppt agama kelompok 5Ppt agama kelompok 5
Ppt agama kelompok 5wahkur
 
Paradigma dan keluarga
Paradigma dan keluargaParadigma dan keluarga
Paradigma dan keluarga05121965
 
Berpikir positif
Berpikir positifBerpikir positif
Berpikir positifPT. SASA
 
Sekolah berasrama penuh integrasi selandar
Sekolah berasrama penuh integrasi selandarSekolah berasrama penuh integrasi selandar
Sekolah berasrama penuh integrasi selandarikie Arshadz
 

La actualidad más candente (18)

Aku tinggalkan cintaku kerana allah
Aku tinggalkan cintaku kerana allahAku tinggalkan cintaku kerana allah
Aku tinggalkan cintaku kerana allah
 
Khutbah jum
Khutbah jumKhutbah jum
Khutbah jum
 
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 9
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 9Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 9
Kelas 09 SMP Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Bab 9
 
Laporan psikolog perkembangan
Laporan psikolog perkembanganLaporan psikolog perkembangan
Laporan psikolog perkembangan
 
Tak apa jika kelak jodohmu adalah pria yang lebih muda
Tak apa jika kelak jodohmu adalah pria yang lebih mudaTak apa jika kelak jodohmu adalah pria yang lebih muda
Tak apa jika kelak jodohmu adalah pria yang lebih muda
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
Kecil2 nikah yok
Kecil2 nikah yokKecil2 nikah yok
Kecil2 nikah yok
 
sex before marriage
sex before marriagesex before marriage
sex before marriage
 
Adab Berbakti Kepada Orang Tua
Adab Berbakti Kepada Orang TuaAdab Berbakti Kepada Orang Tua
Adab Berbakti Kepada Orang Tua
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Pidato kenakalan remaja
Pidato kenakalan remajaPidato kenakalan remaja
Pidato kenakalan remaja
 
BIDANG PRIBADI SOSIAL (Berbakti Kepada Orangtua
BIDANG PRIBADI SOSIAL (Berbakti Kepada OrangtuaBIDANG PRIBADI SOSIAL (Berbakti Kepada Orangtua
BIDANG PRIBADI SOSIAL (Berbakti Kepada Orangtua
 
Filsafat ilmu pilihan hidup
Filsafat ilmu pilihan hidupFilsafat ilmu pilihan hidup
Filsafat ilmu pilihan hidup
 
Pidato kenakalan remaja
Pidato  kenakalan remajaPidato  kenakalan remaja
Pidato kenakalan remaja
 
Ppt agama kelompok 5
Ppt agama kelompok 5Ppt agama kelompok 5
Ppt agama kelompok 5
 
Paradigma dan keluarga
Paradigma dan keluargaParadigma dan keluarga
Paradigma dan keluarga
 
Berpikir positif
Berpikir positifBerpikir positif
Berpikir positif
 
Sekolah berasrama penuh integrasi selandar
Sekolah berasrama penuh integrasi selandarSekolah berasrama penuh integrasi selandar
Sekolah berasrama penuh integrasi selandar
 

Similar a Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

Similar a Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah (20)

Hypno addicted
Hypno addictedHypno addicted
Hypno addicted
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
Hypno behavior
Hypno behaviorHypno behavior
Hypno behavior
 
Membimbing anak memilih teman hidup
Membimbing anak memilih teman hidupMembimbing anak memilih teman hidup
Membimbing anak memilih teman hidup
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
PPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptx
PPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptxPPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptx
PPT KESEHATAN REPRODUKSI DAN KENAKALAN REMAJA.pptx
 
Pacaran
PacaranPacaran
Pacaran
 
Beberapa pria merasa ditinggalkan
Beberapa pria merasa ditinggalkanBeberapa pria merasa ditinggalkan
Beberapa pria merasa ditinggalkan
 
Ninang file
Ninang fileNinang file
Ninang file
 
Hypno gay-lesbi
Hypno gay-lesbiHypno gay-lesbi
Hypno gay-lesbi
 
Makalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebasMakalah pergaulan bebas
Makalah pergaulan bebas
 
Rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Jendela Keluarga Majalah HidayatullahRubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
Rubrik Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah
 
Hypno socialization
Hypno socializationHypno socialization
Hypno socialization
 
Makalah seks bebas
Makalah seks bebasMakalah seks bebas
Makalah seks bebas
 
Pacaran.pptx
Pacaran.pptxPacaran.pptx
Pacaran.pptx
 
Artkel 3 Mengelola Persepsi
Artkel 3 Mengelola PersepsiArtkel 3 Mengelola Persepsi
Artkel 3 Mengelola Persepsi
 
7. Mengelola Persepsi
7. Mengelola Persepsi7. Mengelola Persepsi
7. Mengelola Persepsi
 
Toxic Relationship
Toxic RelationshipToxic Relationship
Toxic Relationship
 

Más de MAJALAH HIDAYATULLAH

Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MAJALAH HIDAYATULLAH
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH MAJALAH HIDAYATULLAH
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement MAJALAH HIDAYATULLAH
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH
 

Más de MAJALAH HIDAYATULLAH (20)

Generari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIALGenerari muslimah MILENIAL
Generari muslimah MILENIAL
 
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
Rubrik JENDELA KELUARGA Majalah Hidayatullah
 
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK CELAH - MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK IHWAL MAJALAH HIDAYATULLAH
 
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAHRUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK FIGUR MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA PRICE LIST MAJALAH MULIA
PRICE LIST MAJALAH MULIA
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
MAJALAH HIDAYATULLAH SURABAYA
 
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK LAPORAN UTAMA MAJALAH HIDAYATULLAH
 
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
PRICE LIST IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH 2016
 
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016 MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
MITRA BISNIS MAJALAH HIDAYATULLAH Edisi Maret 2016
 
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
Proposal iklan majalah karima 4 tahun 2016
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI FEBRUARI 2016
 
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
RUBRIK PARENTING MAJALAH HIDAYATULLAH
 
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
DR.UMMIAMIZAH Beautiy And Health Supplement
 
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
IKLAN MAJALAH HIDAYATULLAH EDISI JANUARI 2016
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
MAJALAH HIDAYATULLAH - Iklan Desember 2015
 
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAHMAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
MAJALAH HIDAYATULLAH - RUBRIK FIGUR SEORANG AYAH
 
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015 KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
KAJIAN UTAMA EDISI JULI 2015
 

Rubrik Parenting - Jendela Keluarga Majalah Hidayatullah

  • 1.
  • 2. | Celah | Perubahan Anak, Perubahan Orang Tua Ida S. Widayanti S eorang ibu begitu kaget ketika dipanggil ke sekolah berkaitan dengan perilaku anaknya yang berusia sepuluh tahun. Menurut sang guru, si anak mengalami kemunduran dalam berbicara dan bersikap, sehingga cenderung membuat kesal temannya. Beberapa hari kemudian laporan senada juga diberikan oleh tetangganya, bahwa si anak telah mengejek anaknya sehingga mereka sempat saling pukul. Tentu saja bagi si ibu hal itu merupakan masalah serius, ia berdiskusi dengan suaminya. Mereka sepakat untuk mengajak sang anak berdialog mengenai penyebab munculnya sikap yang tidak diharapkan baik di rumah maupun sekolah. Awalnya si anak hanya terdiam. Namun, ibu dan ayahnya terus meyakinkan bahwa ayah, ibu, juga gurunya di sekolah bermaksud membantu. Mereka tidak ingin sang anak bersikap yang menyebabkan orang lain tidak nyaman, karena hal itu hanya akan membuat dirinya tidak nyaman juga. Ketidakmampuan membangun hubungan sosial dengan teman dan lingkungan akan merugikan diri sendiri. Si anak dengan tangisan sesal akhirnya berkata, “Aku berbicara kasar karena mengikuti teman-teman di sekitar rumah.” Rumah keluarga itu memang berada di lingkungan kampung yang terbiasa berbicara kasar, sedangkan orangtua mereka juga cenderung membiarkan. Ibunya berkata, “Nah, kalau tahu penyebabnya dari anak-anak itu, apa yang harus dilakukan?” “Aku jangan sering main dengan mereka,” ujar si anak. “Makanya, Bunda jangan pulang malam supaya pulang sekolah kita buat kegiatan di dalam rumah, jadi aku tidak main sama anak-anak itu,” tambahnya. Si anak juga menyarankan untuk tidak menggunakan pembantu rumah tangga, karena salah satu pengaruh buruk berbicara kasar juga datang dari dalam rumahnya sendiri, yaitu dari pembantunya. Si ibu merenung, ia menyadari bahwa ia harus mengambil langkah yang cukup besar. Sebagai ibu tiga anak yang masih kecil, dan bekerja di luar rumah tentu tidak mudah. Ia pun memutuskan untuk bekerja setengah hari sekaligus tidak lagi menggunakan jasa pembantu rumah tangga. Rencana pun disusun. Pergantian tahun baru Hijriah dijadikan momen yang tepat untuk melakukan perubahan. Si anak berkata bahwa ia akan membantu menyelesaikan pekerjaan rumah. Adik-adiknya pun dilibatkan, mereka berbagi tugas. Si anak bertugas menyiram bunga, mengepel lantai, serta sekali-kali ikut membantu memasak. Adik perempuannya yang berusia delapan tahun bertugas memasak nasi, menyapu lantai, dan menata meja makan. Sedangkan si kecil yang berusia menjelang tiga tahun diminta membereskan mainannya sendiri, menyimpan baju, dan piring kotor di tempatnya. Hari-hari pun dimulai, tentu saja tak selalu mudah. Ada masa transisi dari kondisi sebelumnya yang biasa sering dibantu, menjadi serba dikerjakan sendiri. Namun, mereka semua bertekad untuk menghadapi semua konsekuensinya. Seiring perjalanan waktu, si ibu kaget melihat begitu banyak perubahan. Karena banyak kegiatan di dalam rumah, si anak jadi jarang bermain ke luar. Si anak berbicara dan bersikap lebih baik, kemandirian, tanggung jawabnya lebih berkembang, bahkan ia menjadi lebih empati pada orangtuanya karena melihat orangtuanya begitu kerja keras mengerjakan semuanya. Si ibu pun makin menyadari bahwa tidak mungkin orangtua mengharapkan perubahan pada anaknya jika perubahan itu tidak dimulai dari diri mereka GETTYIMAGES sendiri.* Penulis buku. SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432 65
  • 3. | usrah | Ketika Pasangan Kecanduan Pornografi Banyak pasangan yang menganggap mengakses materi pornografi dapat membantu meningkatkan gairah seksual. Alihalih dapat hal itu, malah ketidakharmonisan rumah tangga yang dituai Sebut saja namanya Ardi. Ia dikenal oleh tetangganya sebagai sosok yang rajin shalat berjamaah di masjid. Ardi memiliki istri yang cantik dan ramah bernama Fitri. Kehidupan rumah tangga mereka terlihat harmonis dan bahagia. Namun, dalam sebuah kesempatan konsultasi Ardi mengaku telah berselingkuh dengan wanita tuna susila. Entah apa yang kurang dari Fitri sehingga Ardi seakan merasa tak cukup terpenuhi kebutuhan biologisnya ? Berdasarkan pengakuannya, Ardi mulai berubah sekitar dua tahun terakhir. Ia tak mengerti mengapa dirinya menjadi bosan dengan istrinya dan mulai mengalami ketidakpuasan secara seksual. Gairah seksual terhadap istrinya menjadi menurun, sehingga untuk membangkitkannya kembali ia terlebih dahulu melihat film atau gambar-gambar porno. Menurut pengakuannya, cara ini dirasakan cukup membantu untuk meningkatkan gairah seksual. Lambat laun hal ini menjadi kebiasaan, hingga Ardi merasakan ketergantungan olehnya. Akhirnya, kebiasaan ini membuat Ardi terperosok ke lembah yang semakin dalam. Suatu ketika Ardi mendapat tugas ke luar kota selama dua pekan. Di sela-sela tugasnya itu seorang teman memperkenalkannya dengan “dunia hitam” di hotel tempatnya menginap. Ardi begitu menikmati. Mendengar sekelumit kisah di atas, kita jangan merasa aman dan menganggap bahwa pornografi hanyalah gambar semata yang dapat membantu menumbuhkan gairah seksual dalam berhubungan dengan pasangan. Karena ternyata dampak negatif pornografi hampir-hampir tak pernah kita duga. Kebiasaan seseorang menikmati gambar dan film porno, hingga terpicu gairah seksualnya, adalah sebuah proses yang disebut ‘asosiasi’. Ketika perbuatan menonton gambar porno diasosiasikan oleh seseorang dengan gairah seksual, maka 66 SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432 selanjutnya akan terjadi hubungan ketergantungan antara keduanya, hingga perlahan tapi pasti, seseorang tak lagi bisa membangkitkan gairah seksualnya tanpa bantuan gambar porno. Gejala Adiksi Pornografi Gejala yang terlihat biasanya seputar dari ketidakmampuan mereka menghindari segala sesuatu yang berbau pornografi. Maka perlu diwaspadai jika pasangan Anda mulai menjadi sangat tergantung dengan akses internet di laptopnya secara sembunyi-sembunyi. Atau jika Anda menemukan gambar-gambar porno yang disimpan pasangan Anda secara rahasia. Maka jangan merasa ragu untuk mencoba secara rutin mengecek situs-situs apa saja yang telah dibrowsing pasangan Anda jika hal itu memungkinkan. Setidaknya, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk upaya penyembuhan adiksi pornografi. 1. Pengertian dan Dukungan dari Pasangan. Kecanduan adiksi pornografi merupakan penyakit, yang meskipun berat namun tetap bisa disembuhkan. Yang sangat diperlukan dalam proses penyembuhan adalah adanya pengertian dan dukungan baik dari pasangan maupun dari keluarga. Adiksi pornografi lebih banyak berawal dari keisengan mengakses materi pornografi, kemudian terus menikmatinya dan membiarkan dirinya terjebak dalam kebiasaan tersebut hingga akhirnya menjadi sebuah candu. Ketergantungan ini membuat mereka tak berdaya dan tak tahu bagaimana memutus kesalahan ini. Disaat inilah dibutuhkan pengertian dan dukungan dari pasangan. Para pasangan ini harus bisa lebih banyak memaafkan pasangannya, memberikan pemahaman terhadap kesulitannya untuk bisa keluar dari siklus ketergantungan. Selanjutnya terus menemani pasangannya dalam melakukan tindakan-tindakan penyembuhan dengan sabar dan kasih sayang. 2. Perlahan dan Bertahap Dalam al-Qur‘an terdapat sebuah terapi adiksi yang efektif, yaitu tentang terapi menghilangkan kecanduan minuman keras (khamr) kepada bangsa Arab kala itu. Konsep penyembuhan yang langsung diterapkan Allah adalah dengan perlahan dan bertahap.
  • 4. Pertama, untuk mengurangi adiksi terhadap khamr tersebut Allah menurunkan anjuran untuk mengubah kebiasaan minum khamr ini dengan kebiasaan memakan angggur secara langsung. Kemudian dalam firman Allah disebutkan bahwa khamr memang ada manfaatnya bagi kehidupan, namun ternyata masih lebih banyak mudharatnya. Jadi, melalui peringatan ini, dianjurkan masyarakat untuk perlahan menghindari khamr. Tahap ketiga, Allah lalu menurunkan ayat yang melarang umat Islam untuk shalat ketika sedang mabuk akibat minum khamr. Karena umat Islam harus shalat lima kali dalam sehari, maka mereka terpaksa harus lebih serius menghindari khamr agar tidak mabuk saat masuk waktu shalat. Tahap akhir terapi Allah yakni dengan menurunkan ayat yang benar-benar mengharamkan khamr. Sungguh sebuah proses terapi yang perlahan namun pasti, disesuaikan dengan kemampuan umat manusia menghadapi beratnya tantangan. Konsep yang dipergunakan Allah ini bisa diadopsi dalam hal penyembuhan adiksi pornografi. Mengingat tingkat beratnya adiksi ini tergolong sangat berat dan sangat sulit untuk diputus dan disembuhkan, maka terapi penyembuhannya bisa dilakukan sesuai dengan kondisi pasien. Sebagai contoh, bisa dibuatkan terapi tahapan awal dengan sebuah kesepakatan untuk mengurangi frekuensi menonton pornografi. Jika sebelumnya setiap hari atau dua hari sekali, bisa diubah menjadi seminggu cukup dua kali. Jika tahap satu telah berhasil, maka dilanjutkan dengan tahap berikutnya dengan semakin mengurangi frekuensinya, semisal cukup dengan sepekan sekali. Tahap berikutnya pasien dihindarkan dari akses terhadap internet. Kemudian tahap terakhir pasien benar-benar dihilangkan dari akses pornografi sama sekali. Terapi ini bisa jadi memerlukan waktu beberapa bulan. Akan lebih dipercepat jika didukung oleh kedekatan, pengertian, dan duku- ngan penuh oleh pasangannya, disertai dengan upaya meningkatan sisi kehidupan spiritualitasnya. 3. Memutus Asosiasi yang Salah Ketika awalnya seseorang merasakan gairah yang nikmat ketika melihat gambar porno, maka di saat penyembuhan ia akan diminta melihat kembali gambar tersebut, namun kali ini sambil dikejutkan oleh aliran listrik yang menyetrum tubuhnya. Hal ini akan terus berulang, setiap kali ia melihat gambar porno, ia akan selalu dikejutkan dengan rasa sakit akibat setruman listrik itu. 4. Memutus Siklus Adiksi Dalam proses terjadinya kecanduan terdapat sebuah siklus yang akan selalu berulang, yakni berupa rangkaian melingkar antara proses saat ketergantungan itu terjadi dan dilanjut dengan munculnya kepuasan. Selanjutnya akan datang masa tumbuhnya kesadaran, dimana seseorang merasa amat bersalah, lantas berjanji untuk tak mengulangi lagi. Namun masa ini kerap berakhir juga dengan datangnya kembali godaan adiksi yang membuatnya secara tak sadar terseret kembali ke tahap ketergantungan terjadi. Yang harus dilakukan adalah menghambat datangnya godaan, sehingga seseorang bisa memperGETTYIMAGES panjang masa kesadarannya. Dan di masa inilah ia harus diisi sebanyak-banyaknya dengan nilai-nilai dan motivasi spiritual yang akan menguatkan tekadnya untuk sembuh. Proses kesembuhan perlu waktu panjang sehingga masih wajar jika pasien masih harus berkali-kali gagal melawan godaan, namun yang penting diperkuat adalah menguatkan motivasi spiritualnya di saat masa kesadaran dan memperpanjang datangnya masa kesadaran itu sendiri. Dengan upaya-upaya di atas diharapkan secara perlahan pasien ketergantungan pornografi bisa disembuhkan. *Irawati Proses kesembuhan perlu waktu panjang sehingga masih wajar jika pasien masih harus berkalikali gagal melawan godaan Istadi, penulis buku-buku parenting SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432 67
  • 5. | mar’ah | LuarMeski Tak Sempurna Biasa Sempurna atau tidak ada dalam pikiran kita. Impian pun tetap akan nyata meski bukan dengan cara yang biasa Cantik dan mampu meraih seluruh keinginan diri, pastilah idaman setiap perempuan, tak terkecuali bagi Muslimah. Tak ada perempuan yang memungkiri, penampilan fisik adalah hal yang penting. Juga tak ada perempuan masa kini yang mengingkari, prestasi adalah prestise yang harus diperjuangkan dan menjadi nilai tersendiri bagi eksistensi di tengah masyarakat. Namun, di tengah idealita yang didamba tersebut, ternyata ada perempuan yang harus menerima kenyataan bahwa fisiknya tak sesempurna orang lain. Juga harus berdamai dengan kenyataan bahwa ia tak dapat bergerak bebas untuk meraih impian karena ia terlahir atau menjadi cacat. Menyempurnakan Hati Allah pun pastinya tak salah menjadikan mereka atau bahkan diri kita sendiri seseorang yang tak memiliki fisik sempurna. Ada pesan yang ingin disampaikan melalui penciptaan-Nya yang tetap sempurna tersebut. Ada sesuatu yang tetap indah dan ada prestasi yang tetap bisa dibanggakan di balik fisik yang tidak seindah mestinya itu. Sesuatu yang tetap indah itu sesungguhnya ada pada apa yang kita yakini dan pikirkan. Jika kita adalah yang terpilih untuk menjalani ketidaksempurnaan fisik tersebut, maka mulailah untuk menyempurnakan apa yang kita yakini dan apa yang kita pikirkan. 68 SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432 Sungguh, Allah adalah Pencipta Yang Maha Rahman dan Maha Rahiim. Allah bahkan telah menjamin bahwa Ia menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya. Dan Kami kembalikan ia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putusputusnya.” (At-Tiin [95]: 4-6) Dengan demikian, Allah telah menciptakan kita pun dengan kesempurnaan. Penciptaan Yang dikaruniakan-Nya dengan segenap cinta dan kebijaksanaan. Ayat ini begitu indah. Dalam ayat ini Allah berfirman bahwa Ia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna. Kesempurnaan itulah yang menjadi ujian, bersyukur dan mengabdi atau tidaknya seorang hamba. Bila dengan kesempurnaan tersebut ia menjadi sombong atau sebaliknya menganggap Allah tidak adil karena fisik yang tak seindah mestinya, maka Allah berjanji akan mengembalikan hamba tersebut dalam tempat yang rendah. Sebaliknya, Allah berjanji bahwa Ia akan mengaruniakan pahala yang tak terputus pada hamba yang beriman dan beramal shalih. Bukan pada hamba yang berfisik sempurna dan berwajah cantik. Konsep ini sama sekali bukan sesuatu yang abstrak. Bagi kita yang terlahir tak seindah semestinya, ayat ini tidak mengajarkan kita mengabaikan apa yang terjadi di depan mata. Ayat ini bukan berarti pembenaran untuk menganggap kosong pencapaian prestasi kita di dunia. Ayat ini justru mendorong kita untuk menjadi hamba yang selalu beruntung dengan
  • 6. pahala dan keberkahan dari sisi Allah. Kuncinya adalah apa yang kita imani dan apa yang kita kerjakan di dunia ini. Jika kita yakin bahwa Allah menciptakan seluruh mahluk-Nya dalam bentuk yang sebaik-baiknya, maka kita pun harus yakin bahwa ketidaksempurnaan yang tampak di mata, sesungguhnya terganti dengan sesuatu yang tersimpan dalam bilik-bilik potensi yang mengendap dalam diri. Bertindak Luar Biasa Allah pasti dengan seadil-adilnya menciptakan setiap hamba-Nya. Karena tidak ada hamba-Nya yang tercipta dengan sempurna. Manusia yang terlahir dan dengan fisik yang semestinya pun memiliki banyak kekurangan, meski mungkin tak tampak mata. Bila ingin membandingkan, apa yang dikaruniakan pada diri kita yang tak sempurna, mungkin masih lebih banyak dibandingkan pada mereka yang secara fisik sempurna. Mari menengok pada sosok fenomenal ‘Amr bin Jamuh yang diberi kemuliaan oleh Allah mati syahid di medan perang. Sahabat Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang memiliki cacat pada kakinya sehingga berjalan dengan pincang ini berhasil meraih impian para sahabat yang fisiknya sempurna sekalipun. Bahkan sekaliber Khalid bin Walid, panglima Islam yang di akhir hidupnya malah menghembuskan nafas di atas tempat tidur. Begitu banyak jalan yang dan kemudahan yang Allah bentangkan bagi kita yang mau dan berusaha semaksimal mungkin menyambut perintah-Nya. Semua kesedihan dan kerendahdirian hanya akan mematikan potensi. Perlakukanlah diri kita sama dengan orang lain yang sempurna secara fisik. Lakukanlah apa yang bisa kita lakukan untuk ketaatan kita pada kehendak-Nya dengan cara yang dapat kita tempuh. Bila kekurangan itu membuat impian mendapatkan pendamping hidup yang indah seperti semestinya menguap, mungkin Allah ingin mempersatukan dengan kita pendamping yang tak biasa. Yang lebih indah, juga luar biasa. Yang mencintai kita bukan dengan cara yang biasa, bukan dengan standar yang digunakan oleh orang umumnya. Melainkan dengan cara mempraktikkan seluruh teladan Rasul-Nya yang selalu meri- ngankan beban istri dan membahagiakannya. Begitu pula dengan prestasi yang ingin kita capai. Bila mungkin prestasi yang biasanya dicapai oleh orang yang sempurna secara fisik terbentur dengan kekurangan yang kita miliki, maka jadilah kita pioner bagi prestasi-prestasi yang selama ini tak terpikirkan oleh orang biasa. Marilah belajar dari keteguhan Washington Roebling yang berhasil mewujudkan cita-citanya dan ayahnya. Cita-cita besar untuk membangun sebuah jembatan yang mampu menghubungkan satu kota dengan kota lainnya yang terpisah oleh sungai besar atau selat, bahkan mampu menghubungkan dua benua. Sementara di abad ke-18 tersebut, pada umumnya orang hanya mengenal jembatan batu yang menghubungkan sisi sungai yang satu dengan sisi di seberangnya. Jaraknya pun tentunya juga sangat pendek. Roebling berhasil mewujudkan cita-citanya meski ia terserang penyakit caisson. Ia menderita kerusakan otak permanen, tak bisa bicara, hampir tuli, dan seluruh badannya lumpuh. Ia hanya bisa menggerakan jari telunjuk kanan. Namun, semua kondisi yang hampir mustahil itu tak membuatnya surut semangat. Selama sepuluh tahun ia mengetukkan jari telunjuk tangan kanannya di atas leMUH. ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH ngan istrinya untuk menginstruksikan para insinyur tentang apa yang harus mereka kerjakan. Pada bulan bulan Mei 1883, jembatan yang dicita-citakannya, Jembatan Brooklyn, berhasil membentang di atas East River dan menghubungkan kota Manhattan dengan Brooklyn, New York. Belajar dari Roebling, marilah bertekad untuk menyempurnakan apa yang ada dalam pikiran kita. Karena, apa yang ada di hati bisa menjadi lemah manakala tak diiringi dengan derap kerja nyata kita. Yakinlah bahwa keajaiban bukanlah selamanya menjadi impian, bila kita percaya dan berjuang untuk mewujudkannya. Marilah tunjukkan pada dunia bahwa keajaiban adalah milik Allah Penggenggam seluruh semesta. Allah pula yang mewujudkannya bagi hamba-hamba-Nya yang berjuang dan yakin akan pertolongan-Nya. Karena, kitalah hamba-Nya yang telah diciptakan dengan sebaik-baiknya dan bukan untuk menjadi yang sia-sia.* Kartika Trimarti, ibu rumah tangga tinggal di Bekasi SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432 69
  • 7. KOLOM PARENTING | Mohammad Fauzil Adhim Belajar Menakar A Tindakan da saatnya diam merupakan kebaikan. Kita berdiam diri karena memberi kesempatan untuk berpikir dan menyadari kekeliruannya. Kita diam bukan karena tidak bertindak, tetapi justru diam itulah tindakan yang kita ambil agar anak dapat mengembangkan dirinya. Tetapi adakalanya diam justru tercela. Kita menahan diri dari bicara, padahal saat itu seharusnya kita angkat bicara agar anak tidak terjatuh pada keburukan lebih yang besar. Diam pada saat seharusnya berbicara merupakan tanda kelemahan. Sebagaimana terlalu banyak meributkan anak merupakan penanda ketidakmampuan menahan diri. Dua hal inilah PR panjang yang harus diselesaikan bagi orangtua semacam saya; orangtua yang miskin ilmu, lemah kendali diri dan serba instan. Ingin mengubah anak, tetapi tidak sabar menunggu proses. Ingin membaguskan akhlak, tetapi tidak siap mendengarkan keluhan mereka. Ada saat-saat kita harus tegas, ada pula saat kita perlu memberi kelonggaran kepada anak. Ada hal-hal yang mengharuskan kita menunjukkan kemarahan kepada anak meskipun kita tidak sedang emosi, tetapi ada pula saat dimana kita perlu berusaha keras untuk menahan diri meskipun emosi kita sedang meledakledak. Ini semua berkait erat dengan apa yang dilakukan anak sekaligus menimbang maslahat dan madharat dari setiap tindakan kita. Adapun terhadap kerasnya ucapan dan tindakan yang muncul dari lemahnya kendali emosi, secara jujur kita perlu menyadari kekeliruan kita, mengakuinya sebagai kesalahan meski belum mampu mengungkapkan secara terbuka kepada anak, dan bersedia meminta maaf kepada anak atas salah dan keliru kita. Hal yang sama juga berlaku untuk perbuatan baik mereka. Meskipun kita sedang marah dan suasana emosi kita sedang tidak enak, kita tetap harus menyampaikan ucapan terima kasih kepada mereka. Jika perlu, kita memaksakan diri untuk mengucapkan terima kasih dengan setulus-tulusnya meskipun kita sedang jengkel. Ini bukan tindakan pura-pura. Justru kita se- 70 SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432 dang mendidik diri sendiri untuk mampu mengungkapkan rasa terima kasih kita secara sadar dan memaksakan diri untuk mengucapkannya, meskipun suasana hati kita sedang dongkol. Kalau ternyata kita tidak mampu menaklukkan raut muka kita sendiri, kita bisa secara terbuka mengatakan apa yang kita rasakan kepada anak dengan didahului permohonan maaf kepada mereka. Dengan demikian anak akan belajar mengakui kebaikan orang lain dan menyadari keadaan mereka. Ini juga bisa meningkatkan penerimaan mereka terhadap orangtua. Harus Punya Kendali Kembali pada soal kelonggaran. Anak yang dibesarkan dengan toleransi, memang akan belajar mengendalikan diri. Sebaliknya, anak yang dibesarkan dengan kekerasan juga belajar menggunakan kekuatannya untuk memaksakan keinginannya. Tetapi ada hal yang harus kita ingat, di luar apa yang kita lakukan, anak juga sedang berkembang. Mereka secara terus-menerus belajar, termasuk belajar memegang kendali sehingga orangtua pun bahkan bisa tak berdaya. Orangtua melakukan apa pun yang diinginkan anak, meskipun tampaknya ia melakukan itu agar anaknya melakukan apa yang diinginkan oleh orangtua. Contohnya, orangtua memaksakan diri membelikan mainan untuk anak karena mainan itulah yang diminta anak ketika ia disuruh mandi. Kecenderungan anak memaksa orangtua menuruti keinginannya sebagai imbalan atas kesediaannya melakukan perintah orangtua, terutama mudah terjadi ketika orangtua memberlakukan cara pengasuhan yang tidak konsisten. Apalagi jika cara mengasuh antara kedua orangtua tidak selaras. Mereka saling menyalahkan di depan anak, atau cara pengasuhan mereka saling bertentangan. Lebih parah lagi jika salah satu pihak cenderung dominan dan mudah menyalahkan di depan anak. Artinya, ada salah satu pihak –entah ayah, entah ibu—yang sering disalahsalahkan di depan anak sehingga otoritasnya sebagai orangtua melemah dan dengan demikian perintahnya menjadi kurang efektif.
  • 8. ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH Jika ini terjadi, anak akan berusaha meningkatkan pengaruh dan daya paksanya sehingga orangtua benar-benar di bawah kendalinya. Tak ada jalan lain kecuali orangtua harus mengambil keputusan dengan segera dan secara terencana menghentikan situasi yang tidak sehat ini. Pada saat yang sama, orangtua harus menyadari bahwa kebiasaan memaksakan keinginan ini tidak terjadi secara tiba-tiba. Anak belajar sedikit demi sedikit. Anak memiliki pengalaman panjang sehingga bisa memaksakan kehendak kepada orangtuanya, sementara orangtua tak berdaya menghadapinya. Sebaliknya, anak yang tidak memiliki kendali atas diri dan lingkungannya karena terbiasa dipaksa oleh orangtua, akan berangsur menjadi pribadi yang tidak mandiri. Ia sulit mengambil keputusan, sekalipun hanya untuk mengambil pilihan dalam perkara sederhana. Ia takut menghadapi risiko, yang sangat kecil sekalipun, terutama yang berimbas pada teguran orangtua. Padahal apa pun yang kita lakukan, pasti ada risikonya. Bahkan berdiam diri pun punya resiko. Ketakutan menghadapi risiko tersebut bukan hanya terjadi saat mereka masih kanak-kanak. Jika tidak disadari, lalu secara sengaja diatasi, maka ketakutan dalam mengambil keputusan tersebut bisa berlanjut sampai mereka dewasa dan menjadi orangtua. Ia tetap menjadi kanak-kanak, bahkan di saat ia seharusnya bertindak sebagai orangtua dari anak-anaknya. Serupa dengan takut menghadapi risiko adalah peragu. Ia sulit mengambil keputusan bukan terutama karena takut menghadapi risiko, tetapi karena sulit memilih. Ini mudah terjadi pada anak yang dibesarkan dengan pemanjaan. Anak tunggal, anak bungsu, atau ADA SAAT -SAAT KITA HARUS TEGAS, ADA PULA SAAT KITA PERLU MEMBERI KELONGGARAN KEPADA ANAK. anak laki-laki maupun perempuan satu-satunya dalam keluarga –begitu pula cucu laki-laki atau perempuan satu-satunya dalam keluarga besar— sering tumbuh dengan cara pengasuhan yang memanjakan. Mereka serba dilayani sehingga menyebabkan dirinya tidak memiliki keterampilan melayani dirinya sendiri. Mereka serba dituruti, sehingga tidak memperoleh kesempatan belajar menahan diri. Mereka juga sulit belajar berempati. Mereka juga terbiasa dipenuhi keinginannya, sehingga tidak ada kesempatan yang memadai untuk belajar menimbang, mengambil keputusan dan menentukan prioritas; mana yang lebih penting di antara yang penting. Bahkan boleh jadi, sulit baginya untuk membedakan mana yang penting dan mana yang tidak karena ia miskin pengalaman untuk memilah antara kebutuhan dan keinginan. Apa yang menyebabkan anak-anak itu mengalami kesulitan di masa dewasanya? Bukan sulitnya kehidupan. Bukan pula kecilnya pendapatan. Tetapi kekeliruan orangtua dalam mengasuh mereka. Bisa karena berlebihan dalam membantu anak menghadapi masalah, bisa juga karena mereka membiasakan anak hidup mudah sehingga anak kehilangan tantangan. Mereka sibuk mengurusi apa yang seharusnya diatasi sendiri oleh anak, sehingga anak akhirnya kehilangan inisiatif produktif. Ini semua tidak berhubungan dengan kekayaan dan banyaknya fasilitas hidup. Ini terkait dengan sikap kita sebagai orangtua, termasuk kemampuan kita menakar setiap tindakan. Wallahu a’lam bish-shawab. SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432 71
  • 9. | profil keluarga | Yahdi Sulaiman dan Iryani “Kalau Bukan karena Allah, Saya Sudah Gila” Keluarga ini menjalani ujian yang begitu berat. Namun, berkat pertolongan-Nya, mereka masih tetap tabah, sabar dan ikhlas. Sepeda motor itu melaju di jalan raya sisi barat Taman Margasatwa Ragunan, Kampung Pisangan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Namun tak dinyana, motor yang dikendarai sepasang ayah dan anak itu oleng. Motor terpelanting dan terseret beberapa meter. Yang dibonceng, Nurul Hikmah, yang masih duduk di bangku SD kelas 3 kala itu terpental masuk ke bawah kolong mobil angkutan kota. Sedangkan sang ayah, Yahdi Sulaiman, terkapar di pinggir trotoar. Beberapa bagian tubuhnya lebam. Di jalan sekitar tempat mereka jatuh ramai penjual kambing. Beberapa orang yang menyaksikan peristiwa itu menyangka yang masuk ke kolong mobil adalah anak kambing. Ternyata si kecil Nurul. Lama setelah kejadian itu, Nurul tak terlihat mengalami luka berarti. Ia tetap tampak sehat. Rasa sakit baru muncul saat ia duduk di kelas 4 SDN 001 Ragunan Jalan Harsono RM Jakarta. Ia sering mengeluh di kepalanya. Nyeri dan badannya juga terasa panas. Karena dianggap biasa, sakit itu ditahan saja. Namun, makin hari sakit itu kian mendera dan merasuk. Setiap rasa sakit itu 72 muncul, seringkali ia diobati dengan obat eceran yang dibeli di warung. Sembuh, tapi sebentar saja. Hanya beberapa menit. Setelah itu rasa sakitnya kambuh kembali. Pernah suatu kali, lantaran saking sakitnya, Nurul tiba-tiba lunglai tak bertenaga. Dia kemudian jatuh terduduk. Akibatnya, kakinya keseleo. Karena sakitnya semakin parah, Nurul tak sanggup lagi pergi ke sekolah. Namun sayangnya, baru dua tahun kemudian, -itupun atas bantuan derma- wan ibu-ibu di Perumahan Departemen Pertanian Yayasan Uswathun HasanahNurul dirujuk untuk berobat ke RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Entah ada hubungan atau tidak antara kecelakaan yang dialami Nurul dengan rasa sakitnya, yang jelas hasil diagnose dokter menyatakan Nurul mengidap virus kanker otak. Secara fisik gejala penyakit ini adalah kepala membesar dan rambut rontok. Siapa pun orangtuanya, saat buah hatinya divonis mengidap virus memaFOTO-FOTO: AINUDDIN CHALIK/SUARA HIDAYATULLAH Iryani dan Yahdi Sulaiman (orang tua Nurul Hikmah) : Tetap tegar dalam keterbatasannya SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432
  • 10. tikan itu tentu bakal terpukul. Termasuk Iryani (46). “Saya sebenarnya gak kuat, tapi saya harus kuat. Saya kuatin,” kata Iryani, ibunda Nurul kepada Suara Hidayatullah yang menyambangi rumahnya di Jalan Al-Busyro, RT 04 RW 01, Desa Citayam, Kota Depok, Jawa Barat, awal bulan lalu. Karena ketiadaan biaya, Iryani membawa pulang paksa anaknya, setelah dirawat 15 hari di rumah sakit. Bukan bertambah sembuh, sakit Nurul malah menjadi lebih parah. Ia hanya bisa terbujur tak berdaya di atas tempat tidur. Dalam keadaan tak berdaya seperti itu, matanya tiba-tiba terasa gatal dan perih. Makin hari kian parah. Tentu saja ini menambah penderitaan anak perempuan yang tumbuh menjadi remaja itu. Pada usia 15 tahun, mata Nurul tak bisa diselamatkan lagi. “Tiba tiba saja saya gak bisa ngeliat,” kata Nurul. Tetap Tabah Yahdi Sulaiman (52 tahun) dan Iryani adalah pasangan keluarga Betawi tulen yang sederhana. Yahdi tidak punya ijazah jenjang pendidikan tinggi. Peluang kerja profesional pun bagi orang sepertinya seperti mimpi di siang bolong. Tak ayal, setiap hari Yahdi bekerja serabutan. Terkadang jadi tukang ojek, lain hari menjadi tukang bangunan, dan lain kali lagi jadi tukang batu. Yahdi yang diajak bincang-bincang Suara Hidayatullah lebih banyak melempar senyum ketimbang menjawab pertanyaan. Sedangkan Iryani bekerja sebagai tukang cuci di Perumahan Asri Permai Komplek Pertanian Citayam Depok. Setiap hari berangkat pagi, pulang kalau sudah tengah hari. Ia masih mampu mencuci pakaian pesanan dua sampai tiga rumah. Sebulan dalam satu rumah ada yang memberi Rp 300 ribu. Selain itu, ia kadang juga disuruh menyetrika baju. “Sekali menggosok pakaian ada yang memberi dua puluh atau tiga puluh ribu rupiah,” ujar Iryani. Dari situlah andalan sumber keuangan mengalir, termasuk untuk sekolah anak bungsunya, Yandi Sulaiman Nurul Hikmah Saking kuatnya Nurul menekan tangan saat bertasbih, ada bekas di jari-jarinya, barangkali juga karena tekanan yang begitu kuat. “Saya ibadahnya hanya bisa begini, mudah-mudah Allah menerima ibadah dan doa saya” (16) yang kini duduk di bangku SMK, dan untuk makan sehari hari. Sedangkan untuk pengobatan Nurul, sebulan sekali Iryani mengambil obat di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Republika. “Tergantung hanya kepada Allah saja. Kalau berharap kepada manusia itu tidak akan mungkin,” kata Iryani, didampingi sang suami. 16 Tahun Menanti Umur Nurul Hikmah kini sudah masuk 24 tahun, dan sakit yang dideritanya sudah 16 tahun lamanya. Sebagai ibu, Iryani jujur mengatakan tak tahan melihat penderitaan anak pertamanya itu, yang hanya bisa berbaring tak ber- daya. Kadang ia hanya bisa menangis dan berdoa agar anaknya segera diberikan kesembuhan dan normal seperti sedia kala. Namun di sisi lain, Iryani juga bersyukur. Sebab, selama sakitnya yang bertahun-tahun itu, diakui Iryani, anaknya tidak pernah mengeluh. Bagi Iryani dan Yahdi, atau bagi siapa pun, penantian selama 16 tahun bukanlah waktu yang singkat. Namun, mereka tetap berusaha bersabar dan menerima segalanya kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Sudah 16 tahun, Mas. Lama sekali. Kalau bukan karena pertolongan Allah, mungkin saya sudah gila,” ucap Iryani, sambil menitikkan air mata. Ia mengucapkan itu seraya mengelus kaki anaknya. Hingga kini, Yahdi, Iryani, dan Yandi tak bosan-bosannya menjaga dan mendampingi Nurul. Ada kalanya mereka menggantikan pakaian dalam Nurul saat sedang datang bulan, membersihkan buang air yang kadang kala bercampur darah, menyuapi makan, dan memandikannya. Syukurnya, Nurul bukan anak yang lekas putus asa. Di pembaringannya, ia tetap istikamah menjalankan shalat lima waktu, puasa hari Senin-Kamis, dan menunaikan shalat Tahajjud sambil berbaring. Zikir pun ia tak lekang, terutama saat rasa sakit menyerang kepalanya. Saking kuatnya Nurul menekan tangan saat bertasbih, ada bekas di jari-jarinya, barangkali juga karena tekanan yang begitu kuat. “Saya ibadahnya hanya bisa begini, mudah-mudah Allah menerima ibadah dan doa saya,” tutur Nurul mengiba. Sakalipun tak berdaya. Semangat hidupnya tak berarti meredup. Bahkan, ia pun masih punya hasrat untuk menikah suatu ketika. “Iya, hasrat ada. Apalagi kalau mendengar teman-teman saya yang dulu, sudah pada nikah dan punya anak,” kata Nurul. “Saya mau sembuh, biar pun tak seratus persen. Yang penting bisa jalan,” sambungnya, suaranya bersih. Amin…. Semoga Allah Ta’ala memberikan yang terbaik. *Ainuddin Chalik/Suara Hidayatullah SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432 73
  • 11. | tarbiyah | Lingkungan memang semakin mengkhawatirkan tetapi kendali pengaruhnya tetap ada di tangan orangtua. Banyak orangtua yang hari ini semakin khawatir melihat pergaulan putra-putrinya. Pemberitaan di media massa pun tak henti-hentinya menyuguhkan tindak kriminalitas dan kenakalan yang bahkan tak disangka-sangka dilakukan oleh anak-anak usia balita. Belum lagi dampak pergaulan yang nampak di depan mata. Anakanak yang berkata-kata kasar akibat terlalu banyak menonton sinetron. Sungguh sebuah realita yang menyesakkan dan membuat orangtua tak dapat tidur dengan nyenyak karena memikirkan apa yang harus dilakukan. Akhirnya banyak orangtua yang memutuskan untuk memasukkan putra-putrinya ke berbagai institusi pendidikan yang menerapkan sistem boarding atau minimal sekolah sepanjang hari. Walhasil, anak-anak pun berada di sekolah dari pagi hingga sore hari. Mereka pun hanya bertemu dengan orangtuanya saat hari mulai gelap. Orangtua berharap dengan menyekolahkan pada institusi pendidikan seperti ini maka anak akan terjauhkan dari lingkungan yang buruk dan mendapatkan pendidikan secara islami. Benarkah ini akan efektif memproteksi anak-anak? Seorang guru yang mengajar di pesantren khusus putri menyatakan keprihatinannya terhadap ulah anak didiknya setiap kali kembali ke pesantren pasca liburan. Bila di pesantren mereka dilarang mendengarkan musik, maka sekembalinya mereka ke pesantren mereka menyeludupkan MP3 atau diam-diam mendengarkannya dari handphone. Kondisi ini tentu memberitahu bahwa proteksi yang dilakukan oleh pihak pesantren tidak sekaligus memproteksi perilaku dan psikologis anak. Konsisten Bersikap Lantas apa yang dapat kita lakukan agar lingkungan negatif tak meracuni anak?Langkah pertama, tentu kita harus dapat menjadi orangtua yang mampu menjadi cermin bagi anak. Anak dalam perkembangannya akan mengambil sesuatu menjadi model MUH. ABDUS SYAKUR/SUARA HIDAYATULLAH Jangan “Takluk” pada Lingkungan 74 SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432
  • 12. yang dijadikannya cermin. Bila tidak, mereka pun akan membuat anak sadar betul kemana akan mengambil alternatif lain yang bisa seharusnya ia melangkah dan menghindardijadikannya panutan. Salah satunya kannya dari pengaruh pergaulan yang adalah lingkungan. membuat tujuan serta masa depanDi antara penyebabnya adalah nya tidak jelas. sikap inkonsistensi yang dilakuTujuan takwa ini juga sekan orangtua. Misalkan saja, kaligus menjadi pegangan dasar kita selalu menyuruh anak bagi anak yang lahir dari kesauntuk memberi salam dan darannya sendiri. Tujuan takmencium tangan orang tua wa ini tidak akan membebani sebagai tanda penghormaanak dengan gelar-gelar matan. Akan tetapi, kita orangterialistik yang menekannya. tuanya seringkali lupa meTujuan takwa sesungguhnya nyapa anak dengan salam mengembalikan setiap mamanakala masuk ke rumah nusia pada kondisi fitrahnya atau bertemu dengannya sedan melakukan segala sesuatu pulang dari bepergian. Sikap berdasarkan keridaan Allah inkonsistensi ini sesungguhnya saja. Bila ia bercita-cita menjadi sangat berbahaya bagi perkempilot, lalu ternyata ia gagal dalam bangan kepribadian anak selansetiap tesnya, maka ia pun akan jutnya. dengan mudah memahami bahwa (Al-Furqoon:25) Sikap inkonsistensi akan menyeAllah lebih meridhai jalan lain baginya. babkan aturan yang menjadi pondasi utama berantakan dan anak kehilangan Zona dalam Doa pegangan. Bila ketidakjelasan ini terus didapatkan Sejatinya, orangtua adalah gerbang penentu oleh anak dari orangtuanya, maka tentu ia akan mencari diizinkan atau tidaknya pengaruh lingkungan negatif masuk kejelasan di tempat lain. Anak pun akan berhenti berharap tentang membentuk anak. Bila orangtua menutup rapat-rapat gerbang kebaikan yang datang dari orangtuanya. ini dengan menciptakan zona terindah dan ternyaman bagi anak untuk tinggal di dalam gerbang, maka anak tak akan tertarik untuk Komitmen Takwa mencari zona tumbuh lainnya. Seandainya pun sesekali ia “meloSelanjutnya, alangkah indahnya bila kita merenungkan doa ngok keluar”, ia hanya akan menikmatinya sekejap karena filter orang-orang saleh berikut ini, “Ya Rabb kami, anugerahkanlah yang telah ditanamkan orangtuanya tetap memandunya untuk kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai memilah mana yang baik dan mana yang buruk. penyejuk hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orangFilter ini tumbuh dari bagaimana cara orangtua membesarkan orang yang bertaqwa.” (Al-Furqoon :25) anak. Melalui sikap, kasih sayang, aturan yang diberikan, dan Doa dari orang-orang shalih di atas berisi permohonan agar tentu saja doa yang dicurahkan untuk anak. Doa yang menjaga keluarga mereka dapat menjadi penyejuk hati dan mereka dapat anak, doa yang membuka pintu hati anak, dan doa yang menggemenjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa. Alangkah tarkan arsy Allah sehingga Dia berkenan melindungi dan mengaindahnya bila setiap orangtua memiliki komitmen yang tinggi runiakan yang terbaik untuk anak-anak kita. untuk menjadikan keluarga yang dipimpinnya sebagai keluarga Sungguh, doa adalah penjagaan terhebat dari orangtua terorang-orang yang bertakwa. Anak-anaknya pun yang terutama hadap anak-anaknya. Doa bahkan melampaui keterbatasan menjadi orang-orang yang bertakwa. Bukan sekadar menjadi orangtua sebagai manusia dan mewujudkan harapan yang hanya dokter, menjadi insinyur, menjadi artis, pejabat atau sejumlah dapat dianugerahkan oleh Yang Maha Perkasa. Oleh karena itu, gelar yang diidamkan sebagian besar orang. Rasulullah senantiasa mengutamakan doa bagi anak dengan Tujuan utama yang jelas dalam hidup ini akan membimbing selalu mendoakan anak sejak pertama kelahirannya. anak untuk mengetahui dengan jelas pula langkah-langkah yang Abu Musa berkata, “Ketika anak saya lahir, saya segera memharus diambil. Bila ingin memilih jalan sebagai seorang dokter bawanya kepada Rasulullah saw. Setelah menamakannya maka untuk menjadi dokter yang bertakwa, ia harus menolong Ibrahim, Beliau lalu mengusapkan saripati kurma yang sudah orang lain dengan ikhlas, rela berkorban dan semasa kuliah harus dikunyah hingga lumat ke langit-langit mulutnya kemudian menjalani perkuliahan dengan baik, sehingga ia dapat menyerap mendoakannya agar mendapat limpahan berkah. Setelah itu, seluruh ilmu dengan sempurna. Rasulullah menyerahkannya kembali kepada saya.” (Riwayat Tujuan takwa ini otomatis juga mengarahkan orangtua dalam Bukhari) memberikan motivasi dan fasilitas yang jelas bagi anak. Bukan Lingkungan, seperti apapun tidak akan lepas dari kehidupan sekadar memberi motor supaya keren atau memfasilitasi dan tumbuh kembang anak. Namun, lingkungan pergaulan yang hanpdhone supaya anak terlihat gaul. Akan tetapi, fasilitas pennegatif tidak akan pernah membentuk jiwa anak jika orangtua sudukung yang diberikan orangtua pun berkaitan dengan jalan apa dah membentuk lingkungan terbaik bagi anak. Karena itu, jangan yang dipilih anak untuk menjadi wasilah ketakwaannya. Cara ini menyerah pada lingkungan. *Ummu Arina, ibu rumahtangga tinggal di Bekasi “Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432 75
  • 13. | konsultasi | diasuh oleh Ustadz Hamim Thohari Bapak Menghajikan Anaknya Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Perkenankanlah saya mengajukan pertanyaan seputar ibadah haji. Februari 2010 lalu, anak saya perempuan, kelas 2 SMU, wafat pada usia 17 tahun. Sebagai orangtua, (saya sudah naik haji) bermaksud menghajikan anak saya tersebut pada tahun 2011 (semoga Allah memampukan saya). Pertanyaan saya apakah ada dalil yang shahih yang menjadi dasar hukum bagi orangtua untuk menghajikan anaknya? Mohon diberikan dalil yang lengkap (untuk menghilangkan keragu-raguan kami atas pendapat yang mengatakan bahwa tidak ada dalil atau tidak perlu orangtua menghajikan anaknya. Atas perhatian dan perkenannya saya ucapkan jazaakumullahu khairan katsiira. JP Depok, Jawa Barat 109876543210987654321098765432121098765432109876543210987654321 109876543210987654321098765432121098765432109876543210987654321 109876543210987654321098765432121098765432109876543210987654321 Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Pada dasarnya anak menghajikan orangtua atau sebaliknya hukumnya boleh, dengan ketentuan yang menghajikan tersebut sudah terlebih dulu melaksanakan kewajibannya. Artinya, dia sudah melaksanakan ibadah haji untuk dan atas nama dirinya sendiri. Karena bapak sudah melaksanakan haji atas nama diri sendiri, maka bapak bisa menghajikan anak bapak. Masalahnya, apakah anak bapak yang sudah wafat tersebut sudah memenuhi syarat istitha’ah? Apakah dia sudah terhitung wajib haji karena telah memiliki harta cukup untuk membayar ongkos haji? Jika belum memenuhi syarat istitha’ah, maka tidak ada kewajiban apa pun atas bapak untuk menghajikannya. Sebaliknya, jika anak bapak sudah berkewajiban melaksanakan ibadah haji, namun sebelum terlaksana kewajiban tersebut dia telah meninggal, maka wajib bagi ahli warisnya untuk menghajikannya. Kedua, apakah dia pernah ber-nadzar untuk haji? Jika dia telah ber-nadzar dan nadzar-nya telah terpenuhi tapi sebelum melaksanakan nadzar-nya dia sudah dipanggil Allah, maka ada kewajiban bagi ahli warisnya untk membayarnya, yaitu menghajikan untuk dan atas namanya. Jika tidak, maka tidak ada 76 SUARA HIDAYATULLAH | JANUARI 2011/MUHARRAM 1432 kewajiban untuk menggantikannya. Ada beberapa Hadits yang dijadikan hujjah mengenai kewajiban ahli waris untuk menghajikan keluarga yang sudah meninggal dunia, di antaranya: Dari Ibnu Abbas ra, “Seorang perempuan telah datang menemui Rasulullah SAW lalu ia berkata, “Ya Rasulullah, ibuku telah bernadzar akan menunaikan haji, tapi ia tidak sempat menunaikannya sampai wafatnya. Apakah aku boleh berhaji atas nama ibuku?” Rasulullah menjawab, “Ya, berhajilah engkau atas nama ibumu! Bagaimana pendapatmu jika ibumu itu mempunyai utang, apakah engkau akan membayarnya ? Bayarlah utangnya kepada Allah SWT karena Allah adalah Zat yang harus dipenuhi utangnya.” (Riwayat Imam Bukhari) Tentang menghajikan orang yang telah ber-nadzar, Rasulullah bersabda: Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata; “Seorang perempuan telah bernadzar menunaikan ibadah haji, lalu ia meninggal dunia. Kemudian saudara laki-lakinya datang menemui Rasulullah dan menanyakan tentang hal itu. Beliau pun bersabda, “Bagaimana menurutmu seandainya saudara perempuanmu itu mempunyai utang, apakah engkau akan membayarnya?” Ia menjawab, “Ya!” Rasulullah bersabda lagi, “Bayarlah utangnya kepada Allah. Sesungguhnya Allah SWT adalah Zat yang paling berhak dipenuhi.” (Riwayat Imam Nasa’i) Melaksanakan ibadah haji bagi orang yang istitha’ah merupakan sebuah kewajiban, dan di sisi Allah pelaksanaan tersebut merupakan hak-Nya. Orang yang belum memenuhi kewajibannya berarti telah berhutang kepada Allah. Dan hutang kepada Allah tentu harus diutamakan dalam pembayarannya. Beliau bersabda, “Lunasilah piutang kepada Allah. Sesungguhnya Allah adalah Zat yang paling berhak dilunasi utang-Nya.” Syarat sah menghajikan orang lain: 1. Ia termasuk orang yang sah jika menunaikan haji fardhu atas namanya sendiri.(Muslim, sudah dewasa, merdeka, dan berakal) 2. Ia sudah melaksanakan haji fardhu atas namanya sendiri dan tidak mempunyai tanggungan haji wajib yang fardhu, qadha, atau nadzar. 3. Ia termasuk orang yang dapat dipercaya, dapat memenuhi janji dan dikenal taat 4. Ia tidak cacat (mampu menunaikan haji). Semoga jawaban tersebut dapat memperjelas sekaligus menghilangkan keraguan bapak.