SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 4
TUGAS BAHASA INDONESIA


                                                                               Nilai
Nama : Apit Nopiyanti

Kelas   : XI IPA 2

Tugas : Membuat Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi



Judul            : Pelajaran Unik

Ide Pokok        :

        1. Tugas cerpen yang membuat otak berpikir keras
        2. Mulai mencoba mencari inspirasi
        3. Mengeluh dan mulai menyerah untuk dapat mencari sesuatu hal yang menarik dari
            pengalaman pribadi
        4. Omelan Riri
        5. Suatu hal aneh mulai muncul yaitu bertemu teman lama yang sudah sangat lama tidak
            bertemu
        6. Muncul kejutan lagi, ternyata Riri menyukai teman lamaku itu
        7. Riri salah paham dan marah besar
        8. Semua mulai kacau
        9. Ternyata semuanya telah diatur
        10. Hikmah dibalik semuanya



                                             Pelajaran Unik

          Cerita pendek, itulah dua kata yang membuatku pusing belakangan ini. Tugas akhir
semester untuk pelajaran Bahasa Indonesia ini sangat membuat otakku berpikir keras. Cerpen yang
dibuat harus berdasarkan pengalaman pribadi. Itulah inti dari permasalahanku. Pengalaman
pribadiku bukanlah sesuatu hal yang menarik untuk dijadikan cerpen menurutku. Tugas ini mungkin
sangatlah mudah bagi teman-temanku yang lain. Apalagi Riri. Riri adalah sahabatku yang paling
dekat. Ya, dia adalah orang yang sangat periang dan ekspresif. Banyak cerita unik yang ia alami.
Mulai dari cerita cinta pertamanya di SD, ketinggalan bus saat study tour di SMP, hingga
memenangkan kuis konyol di majalah. Semua ceritanya menarik bagiku. Tidak heran mengapa ia
dapat dengan mudah menulis cerpennya. Dia sudah menyelesaikan tugas ini sejak seminggu yang
lalu. Sedangkan aku belum mulai menulis apapun. Setiap hari Riri selalu mengingatkanku untuk
segera menyelesaikan cerpenku karena tinggal dua minggu lagi harus sudah dikumpulkan. “Risa!
Cepetan selesain cerpennya. Tinggal dua minggu lagi. Emang dikira gampang cari inspirasinya, ayo
cepetan dikerjain Ris!”, omel Riri tiap hari padaku. Sebenarnya aku juga ingin cepat-cepat
menyelesaikannya, tapi ya bagaimana lagi. Pikiranku terasa tersumbat. Aku tidak bisa menemukan
ide apapun. Sempat terlintas olehku untuk menulis apa saja yang bukan merupakan pengalaman
pribadiku. Menurutku itu tidak terlalu buruk. Toh Pak Harun, guru Bahasa Indonesiaku tidak akan
tahu kebenaran ceritaku itu. Tapi akhirnya aku berpikir dua kali untuk melakukannya karena cerita
Riri tempo hari. Riri bilang bahwa Pak Harun bisa mengetahui mana cerita yang palsu dan asli. Jelas
aku tidak percaya, bagaimana mungkin, memangnya ia seorang cenayang? Tapi, Riri bercerita kalau
beberapa orang di kelas sebelah sudah menjadi buktinya. Mereka semua mendapat omel dari Pak
Harun. Riri menceritakannya dengan serius tanpa ada ekspresi bercanda. “Beneran Ris, mau kayak
mereka? Ih Riri sih ogah”, katanya menakuti.

        Sepanjang perjalanan pulang sekolah, pikiranku masih tertuju ke tugas cerpenku. Aku paling
tidak suka dengan urusan karang-mengarang. Apalagi masalah pengalaman pribadi. Menurutku,
cerita hidupku itu terlalu datar untuk dijadikan sebuah cerpen. Setahuku cerpen haruslah menarik,
penuh kejutan, dan berkesan. Lalu, kalau harus berdasarkan pengalaman pribadiku, menyerahlah
aku. Kuputar otak mengingat hal menarik apa yang pernah kualami untuk dijadikan bahan cerpen.
Lama aku berpikir. Dan hasilnya kosong, aku tidak bisa menemukan hal apapun yang menarik.

         Malam harinya aku mencoba mencari inspirasi dengan membaca cerpen di majalah, mencari
di internet, hingga menghayati drama di televisi. Tidak ada yang berhasil. Semua cerita yang kulihat
itu terlalu langka bagiku. Mengapa? Ya, karena aku merasa tidak pernah dan tidak akan mungkin
mengalaminya. Mulai dari cerita cinta pertama yang ditemui dengan cara yang unik, seorang biasa
bisa hidup bersama seorang yang hebat, seseorang yang sederhana bisa dicintai seseorang yang
sempurna, keberhasilan menggapai mimpi, keberuntungan yang tiada henti. Ah semua itu terlalu
wah bagiku. Seperti yang kubilang tadi, terlalu indah untuk jadi kenyataan. Dan akhirnya aku
menyerah dan memutuskan untuk tidur.

        Keesokan harinya seperti biasa, Riri menginterogasiku lagi. Aku bilang menyerah, dan
menceritakan semua yang membebaniku. Mulai dari caraku mencari inspirasi melalui majalah,
internet, dan televisi hingga kejengkelanku akan cerita hidupku yang sedatar papan triplek sehingga
membuatku harus jungkir balik untuk membuat sebuah cerpen. Mendengar ceritaku, Riri geram dan
mengomel. “Risa, Risa, emang ada apa sih sama hidup lo? Kayaknya asik-asik aja. Lo aja yang aneh.
Emang lo mau punya kehidupan kayak drama di tv? Hah?”, omelnya. Mendengar perkataan Riri, aku
jadi berpikir, andaikan semua cerita itu bisa terjadi di hidupku, mungkin akan menarik. Setiap hari
penuh dengan kejutan yang tak pernah kubayangkan.

        Biasanya aku pulang bersama Riri. Tapi hari ini Riri harus pergi ke rumah saudaranya. Jadi
terpaksa aku pulang sendiri. Hari ini aku memutuskan untuk pulang lewat jalan lain yang lebih jauh,
sehingga aku bisa jalan lebih jauh. Menurutku, mungkin saja dengan hal itu aku bisa mencari
inspirasi cerpen dengan lebih mudah. Lagi-lagi cerpen. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikannya.
Tugas ini sangat membebaniku. Saat aku berjalan sambil merenung, tiba-tiba seseorang menyapaku.
“Arisa? Arisa kan?”, sapanya ramah. Aku mencoba fokus dan melihat siapa yang menyapaku.
“Andi??”, jawabku heran. “Hai Ris, gimana kabarnya? Udah lama banget ya ga ketemu.”, balasnya.
“Apa? Ah iya baik. Iya lama banget.”, jawabku bingung. “Oh ya gimana sekarang sekolahnya?”,
tanyanya sambil tersenyum. “Hmm, ya gitu biasa aja haha”, jawabku singkat. “Oh gitu, haha. Eh iya
duluan ya Ris, ga nyangka bisa ketemu disini.”, katanya ramah. “Oh iya Di haha”, jawabku masih
bingung. Andi pun pergi dan aku masih kaget bercampur bingung. Itu Andi, teman lama yang sangat
lama. Sudah hampir tiga tahun aku tidak bertemu dengannya. Dan yang lebih anehnya, dia
menyapaku seperti itu. Dulu kami jarang bertegur sapa seperti itu. Penyebabnya sangat konyol,
sikap anak kecil yang karena persaingan kecil dan masalah tidak jelas bisa dengan mudah
menyebabkan permusuhan tanpa ujung. Dan kami malu untuk saling meminta maaf. Tapi tadi, Andi
menyapaku ramah. Itulah sebabnya aku heran dan salah tingkah. Aku senang akhirnya kami bisa
bertingkah normal tanpa harus malu dan menjaga citra seperti dulu. Aku tak sabar ingin
menceritakan hal ini pada Riri. Riri juga mengenal Andi, karena dulu kami juga satu sekolah.

        Keesokan harinya aku menceritakan kejadian itu kepada Riri. Riri kaget dan sangat antusias
mendengarnya. Ia sangat penasaran dan memberondongku dengan sejumlah pertanyaan. “Eh demi
apa? Ya ampun, sekarang dia kayak gimana? Udah ga kaku gimana? Ramah gitu? Aduh jadi
penasaran deh Ris”, tanya Riri panjang. Sebenarnya aku agak sedikit bingung dengan reaksi Riri
barusan. Aku mulai berpikir jangan-jangan Riri menyukai Andi. Pada awalnya Riri dengan cepat
menyanggah dugaanku itu, tapi setelah kupancing lagi akhirnya ia mengaku. Jadi, cinta pertamanya
yang selama ini ia ceritakan kepadaku adalah Andi. Aku benar-benar kaget. Sebenarnya aku agak
sedikit kecewa karena Riri baru menceritakannya sekarang. Dulu Riri pernah bercerita bahwa ia
sangat menyukai orang itu, yang sekarang kuketahui yaitu Andi. Riri sangat mengaguminya, dan
tidak ada orang lain yang bisa menarik perhatiannya seperti Andi. Setiap mendengar ceritanya itu,
aku selalu senang. Bahkan pernah aku berpikir untuk menjadi mak comblang Riri dengan orang itu.
Ya, karena aku tahu seberapa sukanya Riri terhadap orang itu. Tapi, setelah aku tahu orang itu
adalah Andi, hmm aku jadi agak sedikit bingung dan malas untuk memikirkannya. Aku juga tidak
tahu kenapa.

        Hari ini aku tidak pulang sendiri lagi, karena ada Riri. Dan tak kusangka, sepulang sekolah
kami bertemu dengan Andi. Aku sangat kaget dan merasa ini terlalu aneh, terlalu kebetulan seperti
adegan di sinetron saja. Andi tersenyum dan menyapa kami berdua. Aku menengok ke arah Riri, dan
benar saja, Riri tampak sangat senang dan membalas sapaan Andi dengan sangat semangat. Aku
hanya bisa tersenyum aneh. Mereka mengobrol lumayan panjang. Aku baru tahu ternyata mereka
berdua bisa sedekat ini. Aku lama-lama bosan dan tanpa kusadari aku menarik tangan Riri dan
memaksanya pulang. “Andi, kita duluan pulang ya, udah sore”, kataku cepat. Riri bingung dan heran,
tapi karena tarikanku lumayan keras, Riri tidak bisa mengelak. Riri agak sedikit kesal dengan sikapku
tadi. Ia bertanya kenapa aku harus menariknya buru-buru. Aku juga bingung dan tidak bisa
menjawab apa-apa.

         Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan pengalamanku hari ini. Hari ini tidak seperti
biasanya yang berjalan normal. Hari ini agak aneh menurutku. Mulai dari pengakuan Riri,
pertemuanku dan Riri dengan Andi, sampai sikap anehku menarik Riri tadi. Benar-benar aneh
pikirku.

        Besoknya di sekolah, tampaknya Riri sudah tidak terlalu kesal denganku. Ia menghampiriku
sambil tersenyum lebar. “Risa, Risa, aduh senangnya kemarin akhirnya bisa ketemu sama Andi juga.
Iya loh beneran beda dia sekarang. Jadi bisa ngobrol gitu hehe. Tapi, kenapa sih harus ada tarik-
tarikan kemarin?”, tanya Riri penasaran. Aku menjawabnya dengan tenang, “Oh ga, ya karena
kemarin itu udah sore.”

       Waktu istirahat tiba, Riri menghampiriku. Dan, lagi-lagi ia bercerita tentang Andi. Awalnya
aku maklum, tapi lama-lama ia semakin menjadi. Dan tanpa kusadari aku menerobos, “Aduh Ri,
capek deh dengerin cerita Andi mulu dari tadi. Ga ada topik lain apa? Emang segitu senengnya apa
ketemu sama dia sampai seharian diceritain melulu?” Seketika Riri diam dan ekspresi wajahnya
berubah muram. Ia pun pergi meninggalkan mejaku tanpa berkata apapun.
Sepanjang sisa pelajaran Riri diam dan muram. Ia tidak mau menoleh ke arahku. Setiap
kutanya ia selalu menghindar. Aku pusing dan merasa bersalah dengan ucapanku ke Riri tadi. Aku
merasa sangat jahat berkata seperti tadi. Dan sepertinya Riri marah besar kepadaku.

        Semenjak kejadian itu, Riri seakan sangat menjauhiku. Sudah lima hari kami tidak pulang
bersama lagi.     Aku sudah mencoba meminta maaf padanya, tapi ia sepertinya tidak
mendengarkanku. Aku sadar bahwa ucapanku waktu itu memang sangat keterlaluan. Harusnya aku
tidak bersikap seperti itu, apa salahnya mendengar cerita kebahagiaan sahabat sendiri. Aku juga
sebenarnya tidak tahu alasanku bersikap kasar begitu. Aku sungguh menyesal. Riri adalah sahabat
terdekatku, ia sudah seperti saudara perempuanku. Kami selalu mengobrol bersama, bekerja
bersama, tertawa terbahak-bahak bersama. Dan saat ia menjauhiku, itu sangat tidak menyenangkan.
Aku merasa tidak nyaman dan malas melakukan apapun. Apalagi di sekolah. Aku tidak fokus, dan
pikiranku melayang-layang. Aku semakin sulit menemukan ide untuk cerpenku. Padahal batas waktu
pengumpulan semakin dekat. Hah, semua kacau. Semua terbengkalai. Masalah baru setiap hari
muncul. Aku jadi rindu kehidupanku yang sederhana dan tidak aneh-aneh seperti sekarang.
Mengapa waktu itu aku kesal dengan kehidupan yang kupunya, dengan mudahnya aku bilang
hidupku sedatar papan triplek. Hah, aku baru sadar kehidupanku dulu sebenarnya lebih
menyenangkan, hanya saja aku yang kurang mensyukurinya.

         Saat sedang termenung memikirkan hal itu, Riri tiba-tiba menghampiriku. Ia tersenyum dan
berkata, “Gimana Ris, udah bosen sama cerita sinetron yang Riri buat? Ga enak kan?” Aku bingung
mendengar ucapan Riri. “Iya, cerita tentang sahabat yang ternyata menyukai orang yang sama-sama
disukai, bertingkah aneh sampai bikin sahabatnya itu marah terus ngejauhin dia, semua
terbengkalai, sampai cari ide buat cerpen gadapet-dapet karena menurutnya hidupnya terlalu
datar”, lanjutnya panjang. Aku terbelalak karena akhirnya aku mengerti maksud ucapan Riri. “Iya Ris,
Riri Cuma pura-pura. Pura-pura bilang kalau Riri suka sama Andi, pura-pura ngobrol deket sama
Andi, sampai pura-pura marah sama Risa waktu itu. Haha, akting Riri keren ya?”, jelas Riri. “Tapi buat
apa Ri?”, balasku lemas. “Ya, Cuma mau bikin Risa sadar kalau ga semua yang kita lihat
menyenangkan itu bener-bener menyenangkan. Banyak hal menarik yang tanpa kita sadari terjadi
loh sama kita. Jadi, jangan ngiri sama kehidupan kayak di cerpen majalah, atau drama di televisi Ris.
Ga enak kan?”, ceritanya lebar lalu tersenyum. Karena terlalu senang bahwa ternyata Riri tidak
benar-benar marah padaku, aku terdiam dan memeluk Riri. Riri tertawa dan berkata, “Maaf ya Ris,
jadi bikin sedih dan pusing belakangan ini haha.” “Huh, dasar. Tapi ya, yang harus anda tahu. Saya
tidak menyukai Andi seperti yang anda pikir. Inget itu!”, omelku. Riri hanya tertawa mendengar
omelanku itu.

       Aku tidak menyangka Riri punya cara seunik ini untuk memberi pelajaran bagiku. Caranya
benar-benar ampuh dan terbukti. Aku berterima kasih sekali kepada Riri karena banyak hikmah yang
kudapat dari cerita drama yang dibuatnya untukku. Selain sekarang aku sadar akan pentingnya
mensyukuri hidup, sekarang aku juga sudah punya ide untuk dijadikan bahan menulis cerpenku. Ya,
aku akan menulis tentang pengalamanku ditipu Riri.




                                                    -SELESAI -

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Bahasa Indonesia - Cerpen
Bahasa Indonesia - CerpenBahasa Indonesia - Cerpen
Bahasa Indonesia - CerpenWahyu Perwira
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaGhina Siti Ramadhanty
 
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Fajar Sany
 
presentasi cerpen bahasa indonesia
presentasi cerpen bahasa indonesiapresentasi cerpen bahasa indonesia
presentasi cerpen bahasa indonesiaDelaina Annur
 
Remember when winna efendi pdf
Remember when   winna efendi pdfRemember when   winna efendi pdf
Remember when winna efendi pdfFitrotul Af'idah
 
Presentasi Bahasa indonesia kelas IX Materi cerpen
Presentasi Bahasa indonesia kelas IX Materi cerpenPresentasi Bahasa indonesia kelas IX Materi cerpen
Presentasi Bahasa indonesia kelas IX Materi cerpenHesta Anggia Sari
 
Thermodinamika Cinta Boarkim'09
Thermodinamika Cinta Boarkim'09Thermodinamika Cinta Boarkim'09
Thermodinamika Cinta Boarkim'09ZainulHasan13
 
173533428 cerpen
173533428 cerpen173533428 cerpen
173533428 cerpenWarnet Raha
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiTito Aloysius
 
Bunga Mawar Kuning Tercinta
Bunga Mawar Kuning TercintaBunga Mawar Kuning Tercinta
Bunga Mawar Kuning TercintaNur Agustinus
 
Sayap bidadari
Sayap bidadariSayap bidadari
Sayap bidadarionessfee
 

La actualidad más candente (20)

Bahasa Indonesia - Cerpen
Bahasa Indonesia - CerpenBahasa Indonesia - Cerpen
Bahasa Indonesia - Cerpen
 
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra IndonesiaSASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
SASTRA INDONESIA: Beberapa contoh karya sastra Indonesia
 
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
Kumpulan Cerpen Fajar Sany: Desember 2014 - Mei 2015
 
presentasi cerpen bahasa indonesia
presentasi cerpen bahasa indonesiapresentasi cerpen bahasa indonesia
presentasi cerpen bahasa indonesia
 
Serpih persahabatan (eni muslihah)
Serpih persahabatan (eni muslihah)Serpih persahabatan (eni muslihah)
Serpih persahabatan (eni muslihah)
 
Krakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustakaKrakteristik balai pustaka
Krakteristik balai pustaka
 
HaPPy16rd
HaPPy16rdHaPPy16rd
HaPPy16rd
 
Cinta Asya
Cinta AsyaCinta Asya
Cinta Asya
 
Remember when winna efendi pdf
Remember when   winna efendi pdfRemember when   winna efendi pdf
Remember when winna efendi pdf
 
Presentasi Bahasa indonesia kelas IX Materi cerpen
Presentasi Bahasa indonesia kelas IX Materi cerpenPresentasi Bahasa indonesia kelas IX Materi cerpen
Presentasi Bahasa indonesia kelas IX Materi cerpen
 
Cerpenku
CerpenkuCerpenku
Cerpenku
 
Thermodinamika Cinta Boarkim'09
Thermodinamika Cinta Boarkim'09Thermodinamika Cinta Boarkim'09
Thermodinamika Cinta Boarkim'09
 
173533428 cerpen
173533428 cerpen173533428 cerpen
173533428 cerpen
 
Banyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangiBanyuwangi jenggirat tangi
Banyuwangi jenggirat tangi
 
Bunga Mawar Kuning Tercinta
Bunga Mawar Kuning TercintaBunga Mawar Kuning Tercinta
Bunga Mawar Kuning Tercinta
 
Adhe
AdheAdhe
Adhe
 
Cc 1
Cc 1Cc 1
Cc 1
 
Sayap bidadari
Sayap bidadariSayap bidadari
Sayap bidadari
 
Puisi untuk ibu
Puisi untuk ibuPuisi untuk ibu
Puisi untuk ibu
 
Sebatang pen
Sebatang penSebatang pen
Sebatang pen
 

Destacado

Kerajaan majapahit
Kerajaan majapahitKerajaan majapahit
Kerajaan majapahittikha12
 
Tugas terakhir power point SKS tambahan
Tugas terakhir power point SKS tambahanTugas terakhir power point SKS tambahan
Tugas terakhir power point SKS tambahanEdy Puitis
 
Sejarah kerajaan majapahit
Sejarah kerajaan majapahitSejarah kerajaan majapahit
Sejarah kerajaan majapahitRico Robertson
 
Kerajaan singosari
Kerajaan singosariKerajaan singosari
Kerajaan singosarikutungy
 
Kerajaan majapahit
Kerajaan majapahitKerajaan majapahit
Kerajaan majapahitRessa
 
Sejarah Kerajaan Singasari dan Banten
Sejarah Kerajaan Singasari dan BantenSejarah Kerajaan Singasari dan Banten
Sejarah Kerajaan Singasari dan BantenbellaAArindy
 
Kerajaan Majapahit
Kerajaan MajapahitKerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahitghalih
 
Kerajaan Majapahit
Kerajaan MajapahitKerajaan Majapahit
Kerajaan MajapahitVionitaVf
 
Sejarah kelas X SMA - Kerajaan Singasari
Sejarah kelas X SMA - Kerajaan Singasari Sejarah kelas X SMA - Kerajaan Singasari
Sejarah kelas X SMA - Kerajaan Singasari Debby Zalina
 
Xi ipa 4 kerajaan majapahit
Xi ipa 4 kerajaan majapahitXi ipa 4 kerajaan majapahit
Xi ipa 4 kerajaan majapahitAtika Fauziyyah
 

Destacado (20)

Kerajaan majapahit
Kerajaan majapahitKerajaan majapahit
Kerajaan majapahit
 
Kerajaan singasari
Kerajaan singasariKerajaan singasari
Kerajaan singasari
 
Tugas terakhir power point SKS tambahan
Tugas terakhir power point SKS tambahanTugas terakhir power point SKS tambahan
Tugas terakhir power point SKS tambahan
 
Sejarah kerajaan majapahit
Sejarah kerajaan majapahitSejarah kerajaan majapahit
Sejarah kerajaan majapahit
 
Kerajaan singosari
Kerajaan singosariKerajaan singosari
Kerajaan singosari
 
Kerajaan majapahit
Kerajaan majapahitKerajaan majapahit
Kerajaan majapahit
 
Sejarah Kerajaan Singasari dan Banten
Sejarah Kerajaan Singasari dan BantenSejarah Kerajaan Singasari dan Banten
Sejarah Kerajaan Singasari dan Banten
 
Kerajaan singosari
Kerajaan singosariKerajaan singosari
Kerajaan singosari
 
Kerajaan majapahit
Kerajaan majapahitKerajaan majapahit
Kerajaan majapahit
 
Kerajaan singasari (1)
Kerajaan singasari (1)Kerajaan singasari (1)
Kerajaan singasari (1)
 
Majapahit
MajapahitMajapahit
Majapahit
 
Sriwijaya ppt
Sriwijaya pptSriwijaya ppt
Sriwijaya ppt
 
Kerajaan majapahit
Kerajaan majapahitKerajaan majapahit
Kerajaan majapahit
 
Kerajaan Majapahit
Kerajaan MajapahitKerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit
 
Kerajaan singasari
Kerajaan singasariKerajaan singasari
Kerajaan singasari
 
Kerajaan Majapahit
Kerajaan MajapahitKerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit
 
Kerajaan Majapahit dan Buleleng
Kerajaan Majapahit dan BulelengKerajaan Majapahit dan Buleleng
Kerajaan Majapahit dan Buleleng
 
Kerajaan Singasari
Kerajaan SingasariKerajaan Singasari
Kerajaan Singasari
 
Sejarah kelas X SMA - Kerajaan Singasari
Sejarah kelas X SMA - Kerajaan Singasari Sejarah kelas X SMA - Kerajaan Singasari
Sejarah kelas X SMA - Kerajaan Singasari
 
Xi ipa 4 kerajaan majapahit
Xi ipa 4 kerajaan majapahitXi ipa 4 kerajaan majapahit
Xi ipa 4 kerajaan majapahit
 

Similar a Inspirasi Tak Terduga

Similar a Inspirasi Tak Terduga (20)

Cinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satuCinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satu
 
Cinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhirCinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhir
 
1
11
1
 
Cerpen 1 pop
Cerpen 1 popCerpen 1 pop
Cerpen 1 pop
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
A. guardian angel
A. guardian angelA. guardian angel
A. guardian angel
 
Guruji.docx
Guruji.docxGuruji.docx
Guruji.docx
 
Ebook tuhan maha romantis bab 1
Ebook tuhan maha romantis   bab 1Ebook tuhan maha romantis   bab 1
Ebook tuhan maha romantis bab 1
 
Adekecil
AdekecilAdekecil
Adekecil
 
Kecil kecil keren
Kecil kecil kerenKecil kecil keren
Kecil kecil keren
 
Syal merah
Syal merahSyal merah
Syal merah
 
My last love
My last love My last love
My last love
 
Ceritaku
CeritakuCeritaku
Ceritaku
 
Jingga untuk matahari part 2
Jingga untuk matahari part 2Jingga untuk matahari part 2
Jingga untuk matahari part 2
 
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
'Endahkan?' endah pramesti s x=ph1
 
Post 1
Post 1Post 1
Post 1
 
Boarkim 2009.pdf
Boarkim 2009.pdfBoarkim 2009.pdf
Boarkim 2009.pdf
 
Patta palinggi danun xii ipa 2
Patta palinggi danun xii ipa 2Patta palinggi danun xii ipa 2
Patta palinggi danun xii ipa 2
 
Cerpe
CerpeCerpe
Cerpe
 
Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..
 

Inspirasi Tak Terduga

  • 1. TUGAS BAHASA INDONESIA Nilai Nama : Apit Nopiyanti Kelas : XI IPA 2 Tugas : Membuat Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Judul : Pelajaran Unik Ide Pokok : 1. Tugas cerpen yang membuat otak berpikir keras 2. Mulai mencoba mencari inspirasi 3. Mengeluh dan mulai menyerah untuk dapat mencari sesuatu hal yang menarik dari pengalaman pribadi 4. Omelan Riri 5. Suatu hal aneh mulai muncul yaitu bertemu teman lama yang sudah sangat lama tidak bertemu 6. Muncul kejutan lagi, ternyata Riri menyukai teman lamaku itu 7. Riri salah paham dan marah besar 8. Semua mulai kacau 9. Ternyata semuanya telah diatur 10. Hikmah dibalik semuanya Pelajaran Unik Cerita pendek, itulah dua kata yang membuatku pusing belakangan ini. Tugas akhir semester untuk pelajaran Bahasa Indonesia ini sangat membuat otakku berpikir keras. Cerpen yang dibuat harus berdasarkan pengalaman pribadi. Itulah inti dari permasalahanku. Pengalaman pribadiku bukanlah sesuatu hal yang menarik untuk dijadikan cerpen menurutku. Tugas ini mungkin sangatlah mudah bagi teman-temanku yang lain. Apalagi Riri. Riri adalah sahabatku yang paling dekat. Ya, dia adalah orang yang sangat periang dan ekspresif. Banyak cerita unik yang ia alami. Mulai dari cerita cinta pertamanya di SD, ketinggalan bus saat study tour di SMP, hingga memenangkan kuis konyol di majalah. Semua ceritanya menarik bagiku. Tidak heran mengapa ia dapat dengan mudah menulis cerpennya. Dia sudah menyelesaikan tugas ini sejak seminggu yang lalu. Sedangkan aku belum mulai menulis apapun. Setiap hari Riri selalu mengingatkanku untuk segera menyelesaikan cerpenku karena tinggal dua minggu lagi harus sudah dikumpulkan. “Risa! Cepetan selesain cerpennya. Tinggal dua minggu lagi. Emang dikira gampang cari inspirasinya, ayo cepetan dikerjain Ris!”, omel Riri tiap hari padaku. Sebenarnya aku juga ingin cepat-cepat menyelesaikannya, tapi ya bagaimana lagi. Pikiranku terasa tersumbat. Aku tidak bisa menemukan ide apapun. Sempat terlintas olehku untuk menulis apa saja yang bukan merupakan pengalaman pribadiku. Menurutku itu tidak terlalu buruk. Toh Pak Harun, guru Bahasa Indonesiaku tidak akan
  • 2. tahu kebenaran ceritaku itu. Tapi akhirnya aku berpikir dua kali untuk melakukannya karena cerita Riri tempo hari. Riri bilang bahwa Pak Harun bisa mengetahui mana cerita yang palsu dan asli. Jelas aku tidak percaya, bagaimana mungkin, memangnya ia seorang cenayang? Tapi, Riri bercerita kalau beberapa orang di kelas sebelah sudah menjadi buktinya. Mereka semua mendapat omel dari Pak Harun. Riri menceritakannya dengan serius tanpa ada ekspresi bercanda. “Beneran Ris, mau kayak mereka? Ih Riri sih ogah”, katanya menakuti. Sepanjang perjalanan pulang sekolah, pikiranku masih tertuju ke tugas cerpenku. Aku paling tidak suka dengan urusan karang-mengarang. Apalagi masalah pengalaman pribadi. Menurutku, cerita hidupku itu terlalu datar untuk dijadikan sebuah cerpen. Setahuku cerpen haruslah menarik, penuh kejutan, dan berkesan. Lalu, kalau harus berdasarkan pengalaman pribadiku, menyerahlah aku. Kuputar otak mengingat hal menarik apa yang pernah kualami untuk dijadikan bahan cerpen. Lama aku berpikir. Dan hasilnya kosong, aku tidak bisa menemukan hal apapun yang menarik. Malam harinya aku mencoba mencari inspirasi dengan membaca cerpen di majalah, mencari di internet, hingga menghayati drama di televisi. Tidak ada yang berhasil. Semua cerita yang kulihat itu terlalu langka bagiku. Mengapa? Ya, karena aku merasa tidak pernah dan tidak akan mungkin mengalaminya. Mulai dari cerita cinta pertama yang ditemui dengan cara yang unik, seorang biasa bisa hidup bersama seorang yang hebat, seseorang yang sederhana bisa dicintai seseorang yang sempurna, keberhasilan menggapai mimpi, keberuntungan yang tiada henti. Ah semua itu terlalu wah bagiku. Seperti yang kubilang tadi, terlalu indah untuk jadi kenyataan. Dan akhirnya aku menyerah dan memutuskan untuk tidur. Keesokan harinya seperti biasa, Riri menginterogasiku lagi. Aku bilang menyerah, dan menceritakan semua yang membebaniku. Mulai dari caraku mencari inspirasi melalui majalah, internet, dan televisi hingga kejengkelanku akan cerita hidupku yang sedatar papan triplek sehingga membuatku harus jungkir balik untuk membuat sebuah cerpen. Mendengar ceritaku, Riri geram dan mengomel. “Risa, Risa, emang ada apa sih sama hidup lo? Kayaknya asik-asik aja. Lo aja yang aneh. Emang lo mau punya kehidupan kayak drama di tv? Hah?”, omelnya. Mendengar perkataan Riri, aku jadi berpikir, andaikan semua cerita itu bisa terjadi di hidupku, mungkin akan menarik. Setiap hari penuh dengan kejutan yang tak pernah kubayangkan. Biasanya aku pulang bersama Riri. Tapi hari ini Riri harus pergi ke rumah saudaranya. Jadi terpaksa aku pulang sendiri. Hari ini aku memutuskan untuk pulang lewat jalan lain yang lebih jauh, sehingga aku bisa jalan lebih jauh. Menurutku, mungkin saja dengan hal itu aku bisa mencari inspirasi cerpen dengan lebih mudah. Lagi-lagi cerpen. Aku ingin cepat-cepat menyelesaikannya. Tugas ini sangat membebaniku. Saat aku berjalan sambil merenung, tiba-tiba seseorang menyapaku. “Arisa? Arisa kan?”, sapanya ramah. Aku mencoba fokus dan melihat siapa yang menyapaku. “Andi??”, jawabku heran. “Hai Ris, gimana kabarnya? Udah lama banget ya ga ketemu.”, balasnya. “Apa? Ah iya baik. Iya lama banget.”, jawabku bingung. “Oh ya gimana sekarang sekolahnya?”, tanyanya sambil tersenyum. “Hmm, ya gitu biasa aja haha”, jawabku singkat. “Oh gitu, haha. Eh iya duluan ya Ris, ga nyangka bisa ketemu disini.”, katanya ramah. “Oh iya Di haha”, jawabku masih bingung. Andi pun pergi dan aku masih kaget bercampur bingung. Itu Andi, teman lama yang sangat lama. Sudah hampir tiga tahun aku tidak bertemu dengannya. Dan yang lebih anehnya, dia menyapaku seperti itu. Dulu kami jarang bertegur sapa seperti itu. Penyebabnya sangat konyol, sikap anak kecil yang karena persaingan kecil dan masalah tidak jelas bisa dengan mudah
  • 3. menyebabkan permusuhan tanpa ujung. Dan kami malu untuk saling meminta maaf. Tapi tadi, Andi menyapaku ramah. Itulah sebabnya aku heran dan salah tingkah. Aku senang akhirnya kami bisa bertingkah normal tanpa harus malu dan menjaga citra seperti dulu. Aku tak sabar ingin menceritakan hal ini pada Riri. Riri juga mengenal Andi, karena dulu kami juga satu sekolah. Keesokan harinya aku menceritakan kejadian itu kepada Riri. Riri kaget dan sangat antusias mendengarnya. Ia sangat penasaran dan memberondongku dengan sejumlah pertanyaan. “Eh demi apa? Ya ampun, sekarang dia kayak gimana? Udah ga kaku gimana? Ramah gitu? Aduh jadi penasaran deh Ris”, tanya Riri panjang. Sebenarnya aku agak sedikit bingung dengan reaksi Riri barusan. Aku mulai berpikir jangan-jangan Riri menyukai Andi. Pada awalnya Riri dengan cepat menyanggah dugaanku itu, tapi setelah kupancing lagi akhirnya ia mengaku. Jadi, cinta pertamanya yang selama ini ia ceritakan kepadaku adalah Andi. Aku benar-benar kaget. Sebenarnya aku agak sedikit kecewa karena Riri baru menceritakannya sekarang. Dulu Riri pernah bercerita bahwa ia sangat menyukai orang itu, yang sekarang kuketahui yaitu Andi. Riri sangat mengaguminya, dan tidak ada orang lain yang bisa menarik perhatiannya seperti Andi. Setiap mendengar ceritanya itu, aku selalu senang. Bahkan pernah aku berpikir untuk menjadi mak comblang Riri dengan orang itu. Ya, karena aku tahu seberapa sukanya Riri terhadap orang itu. Tapi, setelah aku tahu orang itu adalah Andi, hmm aku jadi agak sedikit bingung dan malas untuk memikirkannya. Aku juga tidak tahu kenapa. Hari ini aku tidak pulang sendiri lagi, karena ada Riri. Dan tak kusangka, sepulang sekolah kami bertemu dengan Andi. Aku sangat kaget dan merasa ini terlalu aneh, terlalu kebetulan seperti adegan di sinetron saja. Andi tersenyum dan menyapa kami berdua. Aku menengok ke arah Riri, dan benar saja, Riri tampak sangat senang dan membalas sapaan Andi dengan sangat semangat. Aku hanya bisa tersenyum aneh. Mereka mengobrol lumayan panjang. Aku baru tahu ternyata mereka berdua bisa sedekat ini. Aku lama-lama bosan dan tanpa kusadari aku menarik tangan Riri dan memaksanya pulang. “Andi, kita duluan pulang ya, udah sore”, kataku cepat. Riri bingung dan heran, tapi karena tarikanku lumayan keras, Riri tidak bisa mengelak. Riri agak sedikit kesal dengan sikapku tadi. Ia bertanya kenapa aku harus menariknya buru-buru. Aku juga bingung dan tidak bisa menjawab apa-apa. Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan pengalamanku hari ini. Hari ini tidak seperti biasanya yang berjalan normal. Hari ini agak aneh menurutku. Mulai dari pengakuan Riri, pertemuanku dan Riri dengan Andi, sampai sikap anehku menarik Riri tadi. Benar-benar aneh pikirku. Besoknya di sekolah, tampaknya Riri sudah tidak terlalu kesal denganku. Ia menghampiriku sambil tersenyum lebar. “Risa, Risa, aduh senangnya kemarin akhirnya bisa ketemu sama Andi juga. Iya loh beneran beda dia sekarang. Jadi bisa ngobrol gitu hehe. Tapi, kenapa sih harus ada tarik- tarikan kemarin?”, tanya Riri penasaran. Aku menjawabnya dengan tenang, “Oh ga, ya karena kemarin itu udah sore.” Waktu istirahat tiba, Riri menghampiriku. Dan, lagi-lagi ia bercerita tentang Andi. Awalnya aku maklum, tapi lama-lama ia semakin menjadi. Dan tanpa kusadari aku menerobos, “Aduh Ri, capek deh dengerin cerita Andi mulu dari tadi. Ga ada topik lain apa? Emang segitu senengnya apa ketemu sama dia sampai seharian diceritain melulu?” Seketika Riri diam dan ekspresi wajahnya berubah muram. Ia pun pergi meninggalkan mejaku tanpa berkata apapun.
  • 4. Sepanjang sisa pelajaran Riri diam dan muram. Ia tidak mau menoleh ke arahku. Setiap kutanya ia selalu menghindar. Aku pusing dan merasa bersalah dengan ucapanku ke Riri tadi. Aku merasa sangat jahat berkata seperti tadi. Dan sepertinya Riri marah besar kepadaku. Semenjak kejadian itu, Riri seakan sangat menjauhiku. Sudah lima hari kami tidak pulang bersama lagi. Aku sudah mencoba meminta maaf padanya, tapi ia sepertinya tidak mendengarkanku. Aku sadar bahwa ucapanku waktu itu memang sangat keterlaluan. Harusnya aku tidak bersikap seperti itu, apa salahnya mendengar cerita kebahagiaan sahabat sendiri. Aku juga sebenarnya tidak tahu alasanku bersikap kasar begitu. Aku sungguh menyesal. Riri adalah sahabat terdekatku, ia sudah seperti saudara perempuanku. Kami selalu mengobrol bersama, bekerja bersama, tertawa terbahak-bahak bersama. Dan saat ia menjauhiku, itu sangat tidak menyenangkan. Aku merasa tidak nyaman dan malas melakukan apapun. Apalagi di sekolah. Aku tidak fokus, dan pikiranku melayang-layang. Aku semakin sulit menemukan ide untuk cerpenku. Padahal batas waktu pengumpulan semakin dekat. Hah, semua kacau. Semua terbengkalai. Masalah baru setiap hari muncul. Aku jadi rindu kehidupanku yang sederhana dan tidak aneh-aneh seperti sekarang. Mengapa waktu itu aku kesal dengan kehidupan yang kupunya, dengan mudahnya aku bilang hidupku sedatar papan triplek. Hah, aku baru sadar kehidupanku dulu sebenarnya lebih menyenangkan, hanya saja aku yang kurang mensyukurinya. Saat sedang termenung memikirkan hal itu, Riri tiba-tiba menghampiriku. Ia tersenyum dan berkata, “Gimana Ris, udah bosen sama cerita sinetron yang Riri buat? Ga enak kan?” Aku bingung mendengar ucapan Riri. “Iya, cerita tentang sahabat yang ternyata menyukai orang yang sama-sama disukai, bertingkah aneh sampai bikin sahabatnya itu marah terus ngejauhin dia, semua terbengkalai, sampai cari ide buat cerpen gadapet-dapet karena menurutnya hidupnya terlalu datar”, lanjutnya panjang. Aku terbelalak karena akhirnya aku mengerti maksud ucapan Riri. “Iya Ris, Riri Cuma pura-pura. Pura-pura bilang kalau Riri suka sama Andi, pura-pura ngobrol deket sama Andi, sampai pura-pura marah sama Risa waktu itu. Haha, akting Riri keren ya?”, jelas Riri. “Tapi buat apa Ri?”, balasku lemas. “Ya, Cuma mau bikin Risa sadar kalau ga semua yang kita lihat menyenangkan itu bener-bener menyenangkan. Banyak hal menarik yang tanpa kita sadari terjadi loh sama kita. Jadi, jangan ngiri sama kehidupan kayak di cerpen majalah, atau drama di televisi Ris. Ga enak kan?”, ceritanya lebar lalu tersenyum. Karena terlalu senang bahwa ternyata Riri tidak benar-benar marah padaku, aku terdiam dan memeluk Riri. Riri tertawa dan berkata, “Maaf ya Ris, jadi bikin sedih dan pusing belakangan ini haha.” “Huh, dasar. Tapi ya, yang harus anda tahu. Saya tidak menyukai Andi seperti yang anda pikir. Inget itu!”, omelku. Riri hanya tertawa mendengar omelanku itu. Aku tidak menyangka Riri punya cara seunik ini untuk memberi pelajaran bagiku. Caranya benar-benar ampuh dan terbukti. Aku berterima kasih sekali kepada Riri karena banyak hikmah yang kudapat dari cerita drama yang dibuatnya untukku. Selain sekarang aku sadar akan pentingnya mensyukuri hidup, sekarang aku juga sudah punya ide untuk dijadikan bahan menulis cerpenku. Ya, aku akan menulis tentang pengalamanku ditipu Riri. -SELESAI -