SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 38
KONTROVERSI TENTANG DIAGNOSIS
DAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT
ALERGI ANAK

Prof Ariyanto Harsono MD PhD
SpA(K)
Pendahuluan
Kondisi alergi, dengan asma sebagai penyakit kronis
yang paling umum pada anak-anak di sebagian besar
negara maju. Sekitar 80% dari anak-anak asma peka
terhadap aeroalergen, bulu binatang dan tungau debu
rumah. Kumulatif prevalensi asma pada masa anakanak mungkin 39%. Alergi makanan dan anafilaksis
semakin banyak dijumpai. Untuk penunjang diagnosis
dapat digunakan pengukuran in vivo dan in vitro dari
alergen spesifik Imunoglobulin E. Imunoterapi
sublingual, parenteral secara luas dipraktekkan secara
internasional untuk penyakit alergi karena kepekaan
aeroallergen.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

2
Prosedur ini mungkin bisa mengubah riwayat alami
penyakit reaktif aeroallergen di saluran napas atas dan
bawah. Spesifik induksi toleransi oral merupakan ujung
tombak penatalaksanaan alergi saat ini. Clemens von
Pirquet dan Béla Schick, mengemukakan istilah alergi
pertama kali, untuk menggambarkan “keluar dari
kelaziman”, reaksi antibody dan alergen yang
menyebabkan hiper sensitifitas tipe 1.
Artikel ini akan menyajikan pendekatan untuk anak
dengan alergi seperti yang terlihat dalam rutinitas praktek
alergi pediatrik, termasuk diagnosis dan manajemen
alergi dengan perhatian khusus pada kontroversi.

Key words: alergi, diagnosis, management, kontroversi
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

3
Uji IgE invitro versus invivo
Diagnosis dan manajemen penyakit alergi memiliki hubungan
erat dengan patofisiologi. Karena penyakit alergi adalah
multifaktorial, diagnosis dan manajemen bervariasi dari waktu ke
waktu tergantung pada perkembangan ilmu pengetahuan, dan
kontroversi muncul menyusul penemuan baru. Perbedaan juga
muncul karena penemuan alat-alat diagnostik baru dan obatobatan baru. Penemuan imunoglobulin E (IgE) oleh Ishizaka dan
Ishizaka pada tahun 1960 dan pengembangan laboratorium
praktis berarti mengukur jumlah yang sangat kecil dari total IgE
dan alergen-IgE spesifik dalam darah, adalah petanda zaman
dalam sejarah imunologi. Ada dua cara umum menunjukkan
antibodi IgE yang digunakan dalam diagnosis sehari-hari: in vivo
alergen uji cucuk kulit (SPT), dan sebagai pengukuran in vitro
serum IgE alergen spesifik, menggunakan ImmunoCAP.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

4
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

5
Dokter harus menyadari sistem laboratorium yang mereka gunakan,
karena sebagian besar literatur internasional berkaitan dengan
ImmunoCAP dan pendahulunya ada sangat sedikit perbandingan langsung
dari kinerja masing-masing sistem uji yang karakteristik.
SPT ini pertama kali dijelaskan oleh Blackley pada tahun 1873 sebagai
sarana untuk menunjukkan sensitisasi serbuk sari. Aman, praktis dan
sangat dapat diterima orangtua dan anak untuk melihat sensitivitas
alergen pada bayi dan anak-anak. Sejumlah kecil alergen standar
diperkenalkan epicutan, menggunakan jarum tunggal atau ganda standar.
Alergen menjembatani IgE pada sel mast mengeluarkan histamin dan
mediator peradangan. Dalam 10 menit teraba papul atau bintul gatal.
Wheal tersebut diukur dengan menggunakan penggaris, dan dicatat ratarata dua diameter tegak lurus (tercatat dalam mm) atau dicatat dalam
mm2, dengan menggunakan laser pembaca. Praktek lama
membandingkan ukuran wheal dengan respon terhadap kontrol histamin
tidak lagi didukung, sekarang dapat menggunakan ukuran wheal mutlak
dinyatakan dalam mm untuk memprediksi reaktivitas klinis, sebagaimana
dinilai dalam provokasi makanan.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

6
Ada yang berpendapat masih perlu untuk menggunakan
kontrol positif histamin, untuk memastikan bahwa anak
sebenarnya mampu untuk merespon wheal dan flare sehingga
memvalidasi respon apapun wheal yang ditimbulkan oleh
alergen), dan tidak minum anti-histamin, yang akan memblokir
respon tersebut. Negatif (saline) kontrol selalu digunakan
untuk memastikan bahwa anak tidak memiliki dermographism
atau sensitivitas tekanan.
SPT dapat dilakukan pada bayi dan anak-anak dan dicatat
untuk keamanan dan penerimaan. Hal ini dapat dilakukan pada
anak-anak berisiko rendah. Sebagian besar reaksi negatif
terhadap SPT terjadi pada subyek dengan kondisi alergi tidak
stabil, terutama inhalansia asma alergi.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

7
Prick–prick testing
Beberapa alergen, terutama mereka yang berasal dari
buah dan sayuran, tidak stabil dan cara terbaik untuk
menunjukkan kepekaan terhadap makanan [dalam kasus
seperti sindrom alergi oral (OAS)] adalah dengan
menggunakan buah-buahan dan sayuran segar, dipotong
dan tetes jus ditempatkan pada kulit dan lancet didorong
melalui tetesan ini atau lanset dimasukkan ke dalam buah
dan kemudian langsung ditusukkan ke lengan ('metode
tusukan-tusukan'). Karena masih ada unit standar yang
diterima secara universal reaktivitas untuk solusi SPT,
beberapa unit tidak pernah menggunakan solusi SPT
tersedia secara komersial dan hanya menggunakan
makanan segar, seperti susu sapi, putih telur.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

8
Pengujian awal tidak digunakan dalam praktek
klinis. Pengujian intradermal, dimana dosis
yang jauh lebih besar dari alergen (sekitar 200
kali lebih besar dari SPT) disuntikkan ke dalam
kulit, kini umumnya dicadangkan untuk
identifikasi sensitivitas obat, terutama obat
anestesi.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

9
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

10
Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa yang volar aspek lengan
bawah digunakan, pada bayi belakang adalah yang terbaik.
Penting untuk tidak menggunakan terlalu banyak alergen ketika
pengujian sebagai SPT spesifik, terutama untuk alergen makanan
umum, tetapi tidak cukup sensitif. Prevalensi penyakit alergi dalam
populasi yang diuji memiliki efek yang kuat dengan sensitivitas 50%
dalam penelitian berbasis populasi, tetapi tingkat spesifisitas yang
lebih tinggi hingga 90% pada populasi dimaksud. Pengujian harus
dibatasi kepada alergen yang terlibat oleh anamnesa [misalnya,
dalam tes asma untuk tungau debu rumah (HDM), kucing, rumput]
atau di mana ada kemungkinan tinggi alergi (dalam uji bayi untuk
susu dan telur , misalnya atau pada anak yang lebih tua dibenarkan
untuk menguji kulit dengan ekstrak kacang).

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

11
Telah dibuktikan bahwa di atas ukuran wheal
tertentu untuk susu, telur dan kacang tanah
(masing-masing 7 dan 8 mm), reaksi positif yang
universal terlihat pada challenge makanan
terbuka. Namun, ini tidak berlaku untuk
gandum, ikan atau kedelai.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

12
In vitro IgE
Pengalaman adalah bahwa mengukur IgE total jarang menambah proses diagnostik
di klinik alergi, seperti kebanyakan anak yang terlihat telah menaikkan tingkat
prevalensi penyakit atopik pada populasi disebut harus mendekati 80-90%. IgE
total bukanlah gambaran alergi, tetapi mungkin berguna dalam interpretasi hasil
IgE spesifik ketika IgE total sangat tinggi. Hal ini penting untuk memberikan rincian
klinis yang akurat pada formulir permintaan untuk memungkinkan laboratorium
untuk menawarkan tes yang optimal.
Pengalaman traumatis bagi anak-anak untuk pengambilan darah, dan ini harus
dihormati bila laboratorium berurusan dengan sampel pediatrik. Banyak
laboratorium akan menghemat serum untuk beberapa minggu untuk
memungkinkan pengujian selanjutnya yang akan dilakukan pada sampel yang sama
bila diperlukan.
Terlepas dari kontroversi apakah uji in vivo atau invitro yang lebih akurat, saat ini
para klinisi banyak yang mengadopsi keduanya sebagai penunjang diagnosis. Uji
invivo dilakukan dahulu sebagai penapis atopi, bila uji invivo positif dilanjutkan
dengan uji invitro sehingga lebih akurat. Untuk alergi makanan semua sepakat
Double Blind Placebo Controlled Food Challenge sebagai sarana diagnosis baku
emas.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)
13
Keadaan Alergi spesifik: Alergi
Makanan
Secara akademis standar emas dari diagnosis alergi makanan
adalah Double Blind Placebo Controlled Food Chellenge.
Kontroversi ada di tingkat praktis dimana Challenge terbuka
(Open Challenge) lebih feasible untuk determianasi atopi,
diagnosis dan sensitisasi terhadap makanan.
Proporsi terbesar dari bayi dan anak dirujuk untuk evaluasi
adalah untuk klarifikasi yang diduga reaksi merugikan alergi
terhadap makanan. Tantangan terbuka, tantangan doubleblind, pada bayi muda dan anak-anak menghasilkan temuan
alergen yang sama yaitu susu sapi, telur dan kacang.
Beberapa praktisi melakukan tantangan (challenge) makanan
terbuka awal jika ada keraguan klinis tentang diagnosis atau
hasil tes bertentangan dengan klinis.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

14
Challenge makanan juga digunakan untuk
menyelidiki sensitisasi asimtomatik terhadap
makanan jika terdeteksi pada saat diagnosis,
dan untuk menentukan resolusi alergi
makanan. Tantangan Makanan buta, jarang
dilakukan dalam praktek pediatrik rutin,
berbeda dengan protokol penelitian di mana
tes standar emas double-blind, placebocontrolled food challenge diperlukan.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

15
Setelah alergi makanan dikonfirmasi dengan challenge
terbuka, menghindari makanan yang diperlukan. Hal ini bisa
sangat mudah jika makanan khas dan mudah diidentifikasi.
Bila identifikasi makanan penyebab belum bisa ditentukan
Diet eliminasi awal diperlukan. Kontroversi terjadi tentang
regimen diet yang digunakan dalam eliminasi awal. Ada
perbedaan antara senter yang satu dengan yang lain, hal ini
terjadi karena perbedaan paparan dan budaya makanan di
masing masing daerah. Di Surabaya digunakan regimen
eliminasi awal: Buah, Susu sapi, Telur, Ikan dan Kacang
sebagai diet eliminasi awal, dilakukan selama 3 minggu
disusul dengan profokasi atau challenge satu persatu selama
1 minggu untuk setiap 1 makanan. Regimen diet yang lain
adalah Minimal Diet 1, Minimal Diet 2, Egg and Fish free diet
dan His Own Diet yang dtrapkan untuk kondisi alergi tertentu.
Regimen-2 ini akan mendapat kotroversi yang hebat bila
dikemukakan di senter lain.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

16
Soy Formula untuk Pencegahan alergi
dan intoleransi makanan
Ada data yang bertentangan tentang formula kedelai untuk pencegahan
alergi dan intoleransi makanan. Systematic review tentang topik ini
menunjukkan bahwa menyusui dengan susu formula kedelai tidak dapat
direkomendasikan untuk pencegahan alergi atau intoleransi makanan.
Formula kedelai secara rutin direkomendasikan untuk bayi dengan riwayat
keluarga alergi susu untuk pencegahan sekunder. Yaitu ketika telah terjadi
gejala alergi sedangkan asi sudah tidak bisa lagi diberikan. Ada kontroversi
utama dalam penggunaan susu formula kedelai ini.
 Pertama mengenai kandungan fitoestrogen dalam formula ini,
 Kedua mengenai kegunaan untuk alergi yang Non IgE mediated.
 Ketiga tentang pemberian pada usia bayi dibawah 6 bulan,
 Keempat mengenai penggunaan transgenik soya sebagai bahan
pembuatan formula soya,
 Kelima mengenai terjadinya alergi soya dikemudian hari pada bayi bayi
yang diberi formula soya.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

17
Masih ada lagi kontroversi yang lain misalnya
kandungan phitates, gula yang digunakan
pada formula kedelai, tingginya kadar
aluminium dan sodium yang termasuk
kontroversi minor. Beberapa literature
menyebutkan beberapa keuntungan formula
soya antara lain aktifitas antioksidan dan
kegunaanya dalam pencegahan penyakit
koroner.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

18
Probiotik untuk Pencegahan Alergi
Percobaan Acak Kontrol telah menunjukkan efek yang
menguntungkan dalam penggunaan probiotik untuk
memodulasi penyakit alergi untuk menggeser keseimbangan
Th1 dan Th2 dalam mendukung perbaikan alergi. Tapi review
sistematis mengenai probiotik untuk mencegah alergi masih
kontrversial. Ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan
penambahan probiotik untuk bayi untuk pencegahan primer
penyakit alergi atau intoleransi makanan. Imunomodulator
efek Probiotik: Probiotik mikroorganisme paling penting yang
terlibat dalam stimulasi kekebalan usus adalah ekspansi
klonal dari B-limfosit IgA + dan respon imun bawaan.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

19
Besarnya stimulasi itu tidak meningkatkan
respon imun inflamasi. Mereka menginduksi
up-atau down- respon bawaan untuk
mempertahankan homeostasis usus.
Meskipun populasi sel T tidak diubah dalam
lamina propria usus, kita tidak bisa
mengecualikan aktivasi T-cell sebagai sumber
dari sitokin.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

20
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

21
Dalam banyak uji coba terkontrol secara acak, probiotik
memiliki efek menguntungkan dalam menurunkan
peradangan kronis pada alergi, tetapi sedikit yang
diketahui dari meta-analisis. Ada bukti yang cukup untuk
menentukan peran suplemen prebiotik susu formula
untuk pencegahan penyakit alergi dan hipersensitivitas
makanan. Satu percobaan kecil oligosakarida prebiotik
dengan kelebihan kerugian melaporkan penurunan eksim
dalam formula bayi yang diberi susu sapi. Percobaan lebih
lanjut diperlukan untuk menentukan apakah temuan ini
terus berlanjut selama jangka waktu yang lama, berlaku
untuk manifestasi penyakit alergi, terkait dengan
penurunan sensitisasi alergen, dan bisa direproduksi

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

22
Pemberian simbiotik mengurangi kejadian Asma
dari bayi yang menderita Dermatitis Atopika.
Probiotik untuk penderita alergi, Inflammatory
Bowel Disease, auto imun membangkitkan
keseimbangan kearah Treg melalui resptor TLR2,
TLR4, TLR6. Probiotik Menyebabkan
Keseimbangan intestinal dan sistem imun
menurunkan kejadian penyakit alergi. Probiotic
merangsang klonal CD4 T limfosit berperan dalam
perbaikan penyakit alergi.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

23
Susu formula terhidrolisis sapi untuk
pencegahan alergi
Tidak ada bukti untuk mendukung formula terhidrolisis
dibandingkan dengan ASI eksklusif untuk pencegahan alergi atau
intoleransi makanan. Sampai uji kualitas tinggi yang dilakukan
yang membandingkan susu formula terhidrolisa pemberian ASI,
susu formula terhidrolisa tidak harus secara rutin ditawarkan
kepada bayi untuk mencegah alergi atau intoleransi makanan
dalam preferensi untuk ASI. Tidak ada bukti manfaat dari
penggunaan formula hidrolisat dalam preferensi untuk ASI untuk
awal. Pada bayi dengan risiko tinggi alergi yang tidak dapat secara
eksklusif ASI, ada bukti terbatas bahwa suplementasi
berkepanjangan dengan rumus dihidrolisis sebagai lawan susu sapi
formula mengurangi risiko alergi. Namun, tidak ada perbedaan
yang signifikan dalam tingkat asma, eksim atau rhinitis.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

24
Alergi Hirupan
Kontroversi penggunaan rutin uji radioallergosorbent (RAST) untuk
awal diagnosis inhalansia alergi terutama menyangkut biaya untuk
pasien. Disajikan adalah metode untuk memanfaatkan RAST,
dengan semua keuntungan yang melekat, dengan biaya yang
kompetitif untuk kedua negatif dan positif. Penggunaan awal dari
"screening" RAST yang memanfaatkan sekitar sepertiga jumlah tes
dalam biasa RAST penuh dianjurkan. Ketika semua tanggapan pada
RAST skrining negatif, pengujian RAST lebih lanjut membuktikan
umumnya tidak perlu. Untuk responden positif, RAST skrining
sering menghilangkan kebutuhan serbuk sari tambahan dan/atau
cetakan pengujian alergen. Penelitian yang dipresentasikan
menggambarkan keberhasilan teknik ini. Bagian latar belakang
disediakan untuk membiasakan pembaca dengan modalitas umum
yang tersedia untuk menguji dan mengobati alergi inhalansia IgEmediated.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

25
Alergi konjungtivitis dan rinitis alergi yang umum dan memiliki efek
sosio-ekonomi yang signifikan karena kinerja sekolah yang buruk,
penurunan kualitas hidup dan lainnya langsung dan tidak langsung
mempengaruhi biaya kesehatan. Alergen utama dari serbuk sari
(rumput, pohon dan gulma), hewan peliharaan (kucing, anjing,
kelinci, kuda) dan HDM. IgE spesifik tes untuk semua alergen ini
tersedia. Hal yang menarik tentang bagaimana kecil alergen yang
dibutuhkan untuk membangkitkan respon (perkiraan untuk serbuk
sari harian atau paparan tungau adalah 5-50 ng / hari) menunjukkan
sifat yang sensitif dari sistem IgE. Sangat mudah untuk memberikan
saran dan mempromosikan penghindaran aeroallergen, tapi sangat
sulit untuk mencapai atau mempertahankan. HDM dan bulu kucing
yang umum alergen 'abadi' dan pengobatan farmakologis mungkin
diperlukan sepanjang tahun.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

26
Kortikosteroid hirupan sangat efektif dalam
kebanyakan kasus rhinitis alergi, tetapi tidak
mengubah kondisi sejarah alam. Meta-analisis
subkutan (SCIT) dan imunoterapi sublingual untuk
HDM menunjukkan bahwa mereka adalah
pengobatan yang efektif dalam alergi saluran
napas. Ada penelitian menarik (dari berbagai
kekuatan desain) untuk menunjukkan bahwa
alergen (SCIT) monoterapi mencegah
perkembangan sensitisasi terhadap aeroalergen
lain dan timbulnya asma.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

27
House dust mite

Mungkin mengejutkan bahwa peran alergen di asma anak
masih diperdebatkan. Pada 1970-an, Sarsfield menunjukkan
bahwa 85% dari anak-anak dengan asma klinik rawat yang
peka terhadap House Dust Mite. Sensitisasi alergen
merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam setiap
anak asma. Tindakan menghindari alergen sulit dalam
lingkungan rumah tangga, dan efektivitasnya tampaknya
meragukan.
Pemberian Human anti-IgE (Omalizumab ®, Novartis)
menhasilkan penurunan drastis IgE spesifik (tapi tidak total)
dalam serum. Penggunaannya dalam kasus asma sulit dewasa
berhasil dan efektivitas biaya tampaknya sebanding dengan
agen hayati lainnya yang digunakan dalam kondisi kronis
lainnya. Penggunaannya pada anak-anak masih di bawah
review, ada perbaikan penggunaan dalam kasus asma anak
sulit.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

28
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

29
Baru-baru ini, ada kontroversi tentang hubungan
antara sering menggunakan 2-agonis dan
morbiditas serta mortalitas. Pedoman NAEP
merekomendasikan bahwa pasien dengan asma
harus menggunakan inhaler 2-agonis tidak lebih
dari 8 hirupan harian. Namun, 11% dari semua
pasien dan 20% dengan asma berat dilaporkan
menggunakan inhaler beta 2-agonis lebih dari 8
kali sehari. Persentase berlebihan meningkat
secara substansial sebagai tingkat keparahan yang
meningkat.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

30
Antagonis leukotrien telah digunakan untuk
pengelolaan asma dalam dekade terakhir. Laporan
tingkat keberhasilan telah terkumpul. Metaanalisis tidak mendukung temuan ini. Memang
sesungguhnya leukotrien antagonis tidak bisa
digunakan sendiri dalam penanganan asma.
Penggunaan bersama beta 2 agonis, xantin dan
steroid sangat efektif, bahkan sangat mengurangi
kebutuhan beta 2 agonis dan steroid.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

31
Meta-analisis menunjukkan bahwa Inhalasi Cortiko
Steroid berguna pada bayi dan anak-anak prasekolah
dengan mengi persisten/asma dalam mengurangi
eksaserbasi (hampir di 40%) dan penarikan yang
disebabkan oleh eksaserbasi (hampir di 50%)
dibandingkan dengan plasebo independen usia,
diagnosis, atopi, modus dari disampaikan, dan ICS
digunakan. Juga, bayi/anak-anak prasekolah dengan ICS
menunjukkan penggunaan yang kurang akan
kebutuhan albuterol dan skor klinis (perubahan skor
gejala) dan fungsional (perubahan PEF dan FEV1 dari
baseline) peningkatan yang lebih besar dibandingkan
pada plasebo.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

32
Studi yang lebih dahulu menghasilkan hasil yang
bertentangan tentang kemanjuran ICS pada anak-anak di
bawah usia 5 tahun. Namun, 2 uji klinis jangka panjang yang
besar pada balita dengan asma risiko tinggi menunjukkan
bahwa meskipun terapi ICS rutin mengontrol episode mengi
persisten/parah dan meningkatkan fungsi paru-paru, ICS tidak
mengubah perkembangan/keparahan penyakit yang
mendasari dan berkaitan dengan efek mengganggu pada
pertumbuhan. Meskipun demikian, pedoman, praktek, dan
laporan gugus tugas baru-baru ini semua direkomendasikan
percobaan 3 bulan ICS dengan tindak lanjut berkaitan dengan
respon terhadap pengobatan. Oleh karena itu tampaknya
masuk akal untuk melakukan pendekatan yang lebih kritis
terhadap penggunaan ICS pada anak-anak usia prasekolah
dengan wheezing berulang.

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

33
Anafilaksis
Injeksi intramuskular dosis yang tepat adrenalin (epinefrin) adalah
pengobatan pilihan pada bayi dan anak-anak dengan anaphylaxis.
Untuk bayi dengan berat kurang dari 10 kg ada dilema mengenai
dosis. Dosis yang benar adalah 0 .1 ml per kg berat badan dari 1000
pengenceran 1:10 adrenalin. Kepedulian tentang tersedianya tabel
berat badan yang sesuai untuk bayi yang sebagian diimbangi oleh
dua faktor: relatif dari kebutuhan adrenalin dalam kelompok usia
ini dan kapasitas fisiologis anak untuk mentoleransi adrenalin yang
lebih baik daripada orang dewasa. Konsensus yang berkembang
bahwa lebih baik untuk mengobati bayi dengan sedikit terlalu
banyak adrenalin intramuskular daripada tidak memberikan
adrenalin apapun. Infus dengan dosis yang tidak sesuai mungkin
fatal. Kriteria medis lebih selektif, berdasarkan pada tingkat
keparahan reaksi (setiap mengi, spasme laring, asma, batuk,
hipotensi, kolaps atau kehilangan kesadaran membutuhkan
adrenalin).
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

34
Perlindungan utama anak-anak 'anafilaksis' adalah identifikasi
reaktivitas diikuti dengan strategi untuk menghindari alergen
yang relevan. Kontroversi muncul dalam penggunaan reseptor
H2-antagonis dalam anafilaksis yang juga menderita urtikaria.
Antihistamin ini telah menunjukkan efektifitasnya dalam
banyak kasus. Mereka yang Pro mengatakan bahwa secara
teoritis H2-antagonis mengisi reseptor H2, sehingga histamine
mengisi reseptor H3 menyebabkan down regulasi pada
reseptor H1, dan secara klinis memberikan hasil terapeutis
yang lebih baik dibanding pemberian H1 antagonis sendiri.
Mereka yang Kontra mengatakan tidak ada meta-analisis
mendukung tindakan ini. Kubu Pro berpendapat, untuk
mengatasi keadaan yang mengancam jiwa tidak perlu
menunggu meta analisis.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

35
Kesimpulan
Banyak dari bidang alergi pediatrik yang dilakukan
adalah sederhana dan mudah, memberikan diagnostik
dan manajemen untuk alergi makanan, alergi
inhalansia, asma, eksim, rhinitis dan alergi obat.
Masalah utama adalah kontroversi tentang diagnosis
dan manajemen. Masalah utama diagnosis adalah
apakah tes vivo atau in vitro tes untuk digunakan dalam
penentuan atopi. Penggunaan probiotik dalam
pengelolaan alergi didukung oleh banyak uji coba
terkontrol secara acak, tetapi sedikit yang diketahui dari
meta-analisis.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

36
Meta Analisis menunjukkan manfaat imunoterapi
untuk asma, kontroversi masih ada mengenai
potensi efek samping dari prosedur ini. Pedoman
internasional terbaru merekomendasikan
penggunaan kortikosteroid inhalasi dosis rendah
sebagai obat pengendali, studi yang lebih dahulu
menunjukkan hasil yang bertentangan tentang
kemanjuran Inhalasi Cortikosteroid pada anak-anak
di bawah usia 5 tahun.
Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

37
Thank you

Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)

38

Más contenido relacionado

Destacado

Alessandro manzoni , lo juventino!
Alessandro manzoni , lo juventino!Alessandro manzoni , lo juventino!
Alessandro manzoni , lo juventino!aurora98
 
Keek video contests
Keek video contestsKeek video contests
Keek video contestsbony895
 
Keek using videos
Keek using videosKeek using videos
Keek using videosbony895
 
руководство для кондиционеров Cooper&hunter cozy www.climatmontage.com.ua
руководство для кондиционеров Cooper&hunter cozy www.climatmontage.com.uaруководство для кондиционеров Cooper&hunter cozy www.climatmontage.com.ua
руководство для кондиционеров Cooper&hunter cozy www.climatmontage.com.uaClimatmontage
 
Pln reports progress
Pln reports progress Pln reports progress
Pln reports progress MargauxATX
 

Destacado (6)

Alessandro manzoni , lo juventino!
Alessandro manzoni , lo juventino!Alessandro manzoni , lo juventino!
Alessandro manzoni , lo juventino!
 
Keek video contests
Keek video contestsKeek video contests
Keek video contests
 
Keek using videos
Keek using videosKeek using videos
Keek using videos
 
руководство для кондиционеров Cooper&hunter cozy www.climatmontage.com.ua
руководство для кондиционеров Cooper&hunter cozy www.climatmontage.com.uaруководство для кондиционеров Cooper&hunter cozy www.climatmontage.com.ua
руководство для кондиционеров Cooper&hunter cozy www.climatmontage.com.ua
 
Pln reports progress
Pln reports progress Pln reports progress
Pln reports progress
 
bad one
bad onebad one
bad one
 

Similar a DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ALERGI ANAK

ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
Food allergy, the beginning of allergic march1.
Food allergy, the beginning of allergic march1.Food allergy, the beginning of allergic march1.
Food allergy, the beginning of allergic march1.Ariyanto Harsono
 
ALERGI MAKANAN kuliah 21.pptx
ALERGI MAKANAN kuliah 21.pptxALERGI MAKANAN kuliah 21.pptx
ALERGI MAKANAN kuliah 21.pptxssuser1b74ca
 
Alergi Ude News
Alergi   Ude NewsAlergi   Ude News
Alergi Ude NewsUDE-NEWS
 
Soal skenario 4 kelompok 8
Soal skenario 4 kelompok 8Soal skenario 4 kelompok 8
Soal skenario 4 kelompok 8Nora Ramkita
 
Analisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBSAnalisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBSAmalia Senja
 
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docxTATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docxUGDPKMMARIDAN
 
The Choice of OTC Drugs for Cough, Cold and Other Common Symptom in Paediatric
 The Choice of OTC Drugs for Cough, Cold and Other Common Symptom in Paediatric The Choice of OTC Drugs for Cough, Cold and Other Common Symptom in Paediatric
The Choice of OTC Drugs for Cough, Cold and Other Common Symptom in PaediatricAndi Himyatul Hidayah
 
Mekanisme Terjadinya Alergi Makana.docx
Mekanisme Terjadinya Alergi Makana.docxMekanisme Terjadinya Alergi Makana.docx
Mekanisme Terjadinya Alergi Makana.docxNettyKilay
 
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergiFormula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergiAriyanto Harsono
 
Pemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara RasionalPemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara Rasionalmataharitimoer MT
 
PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxPENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxmateripptgc
 
PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxPENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxmateripptgc
 

Similar a DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ALERGI ANAK (20)

ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
Food allergy, the beginning of allergic march1.
Food allergy, the beginning of allergic march1.Food allergy, the beginning of allergic march1.
Food allergy, the beginning of allergic march1.
 
ALERGI MAKANAN kuliah 21.pptx
ALERGI MAKANAN kuliah 21.pptxALERGI MAKANAN kuliah 21.pptx
ALERGI MAKANAN kuliah 21.pptx
 
Preskripsi alergi
Preskripsi  alergiPreskripsi  alergi
Preskripsi alergi
 
Syok anafilaktik
Syok anafilaktikSyok anafilaktik
Syok anafilaktik
 
Alergi Ude News
Alergi   Ude NewsAlergi   Ude News
Alergi Ude News
 
Alergi.pptx
Alergi.pptxAlergi.pptx
Alergi.pptx
 
Soal skenario 4 kelompok 8
Soal skenario 4 kelompok 8Soal skenario 4 kelompok 8
Soal skenario 4 kelompok 8
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Analisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBSAnalisis kasus MTBS
Analisis kasus MTBS
 
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docxTATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
TATALAKSANA DEMAM PADA ANAK (EFIR).docx
 
Saad alergi makanan AKPER PEMKAB MUNA
Saad alergi makanan AKPER PEMKAB MUNA Saad alergi makanan AKPER PEMKAB MUNA
Saad alergi makanan AKPER PEMKAB MUNA
 
The Choice of OTC Drugs for Cough, Cold and Other Common Symptom in Paediatric
 The Choice of OTC Drugs for Cough, Cold and Other Common Symptom in Paediatric The Choice of OTC Drugs for Cough, Cold and Other Common Symptom in Paediatric
The Choice of OTC Drugs for Cough, Cold and Other Common Symptom in Paediatric
 
Mekanisme Terjadinya Alergi Makana.docx
Mekanisme Terjadinya Alergi Makana.docxMekanisme Terjadinya Alergi Makana.docx
Mekanisme Terjadinya Alergi Makana.docx
 
MAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDALMAKALAH UJI WIDAL
MAKALAH UJI WIDAL
 
alergi makanan.ppt
alergi makanan.pptalergi makanan.ppt
alergi makanan.ppt
 
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergiFormula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
Formula hipo alergenik untuk pencegahan alergi
 
Pemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara RasionalPemakaian Antihistamin secara Rasional
Pemakaian Antihistamin secara Rasional
 
PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxPENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
 
PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptxPENDAHULUAN & test typhoid.pptx
PENDAHULUAN & test typhoid.pptx
 

Más de Ariyanto Harsono

Pediatric Sjogren syndrome
Pediatric Sjogren syndromePediatric Sjogren syndrome
Pediatric Sjogren syndromeAriyanto Harsono
 
9 Obat untuk mengobati Asma Alergi
9 Obat untuk mengobati Asma  Alergi9 Obat untuk mengobati Asma  Alergi
9 Obat untuk mengobati Asma AlergiAriyanto Harsono
 
Steven Johnson Syndrome-TEN
Steven Johnson Syndrome-TENSteven Johnson Syndrome-TEN
Steven Johnson Syndrome-TENAriyanto Harsono
 
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asmaRisiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asmaAriyanto Harsono
 
Immunomodulation Induced by Echinacea
Immunomodulation Induced by Echinacea Immunomodulation Induced by Echinacea
Immunomodulation Induced by Echinacea Ariyanto Harsono
 
Juvenile idiopathic arthritis
Juvenile idiopathic arthritisJuvenile idiopathic arthritis
Juvenile idiopathic arthritisAriyanto Harsono
 
Best practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapyBest practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapyAriyanto Harsono
 
Best practice of Allergen Immunotherapy
Best practice of Allergen ImmunotherapyBest practice of Allergen Immunotherapy
Best practice of Allergen ImmunotherapyAriyanto Harsono
 
Kuliah semester vii, imunodefisiensi
Kuliah semester vii, imunodefisiensiKuliah semester vii, imunodefisiensi
Kuliah semester vii, imunodefisiensiAriyanto Harsono
 
Penanganan Dermatitis Atopik
Penanganan Dermatitis AtopikPenanganan Dermatitis Atopik
Penanganan Dermatitis AtopikAriyanto Harsono
 
Health economics perspective in allergy prevention in children
Health economics perspective in allergy prevention in childrenHealth economics perspective in allergy prevention in children
Health economics perspective in allergy prevention in childrenAriyanto Harsono
 
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virus
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virusRespons imun pada bayi dan anak terhadap virus
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virusAriyanto Harsono
 
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.Ariyanto Harsono
 

Más de Ariyanto Harsono (20)

Pediatric Sjogren syndrome
Pediatric Sjogren syndromePediatric Sjogren syndrome
Pediatric Sjogren syndrome
 
9 Obat untuk mengobati Asma Alergi
9 Obat untuk mengobati Asma  Alergi9 Obat untuk mengobati Asma  Alergi
9 Obat untuk mengobati Asma Alergi
 
Steven Johnson Syndrome-TEN
Steven Johnson Syndrome-TENSteven Johnson Syndrome-TEN
Steven Johnson Syndrome-TEN
 
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asmaRisiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
Risiko pada bayi yang terlahir dari ibu asma
 
Immunomodulation Induced by Echinacea
Immunomodulation Induced by Echinacea Immunomodulation Induced by Echinacea
Immunomodulation Induced by Echinacea
 
Vernal conjunctivitis
Vernal conjunctivitisVernal conjunctivitis
Vernal conjunctivitis
 
Rheumatic Fever
Rheumatic FeverRheumatic Fever
Rheumatic Fever
 
Juvenile idiopathic arthritis
Juvenile idiopathic arthritisJuvenile idiopathic arthritis
Juvenile idiopathic arthritis
 
Takayasu arteritis
Takayasu arteritisTakayasu arteritis
Takayasu arteritis
 
Ebola
EbolaEbola
Ebola
 
Sleroderma
SlerodermaSleroderma
Sleroderma
 
Best practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapyBest practice of allergen immunotherapy
Best practice of allergen immunotherapy
 
Best practice of Allergen Immunotherapy
Best practice of Allergen ImmunotherapyBest practice of Allergen Immunotherapy
Best practice of Allergen Immunotherapy
 
Atopic dermatitis update
Atopic dermatitis  updateAtopic dermatitis  update
Atopic dermatitis update
 
Kuliah semester vii, imunodefisiensi
Kuliah semester vii, imunodefisiensiKuliah semester vii, imunodefisiensi
Kuliah semester vii, imunodefisiensi
 
Penanganan Dermatitis Atopik
Penanganan Dermatitis AtopikPenanganan Dermatitis Atopik
Penanganan Dermatitis Atopik
 
Health economics perspective in allergy prevention in children
Health economics perspective in allergy prevention in childrenHealth economics perspective in allergy prevention in children
Health economics perspective in allergy prevention in children
 
Sindroma pseudo asma
Sindroma pseudo asmaSindroma pseudo asma
Sindroma pseudo asma
 
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virus
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virusRespons imun pada bayi dan anak terhadap virus
Respons imun pada bayi dan anak terhadap virus
 
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
Respons imun pada bayi dan anak terhadap bakteri.
 

Último

1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 

Último (20)

1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN ALERGI ANAK

  • 1. KONTROVERSI TENTANG DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT ALERGI ANAK Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K)
  • 2. Pendahuluan Kondisi alergi, dengan asma sebagai penyakit kronis yang paling umum pada anak-anak di sebagian besar negara maju. Sekitar 80% dari anak-anak asma peka terhadap aeroalergen, bulu binatang dan tungau debu rumah. Kumulatif prevalensi asma pada masa anakanak mungkin 39%. Alergi makanan dan anafilaksis semakin banyak dijumpai. Untuk penunjang diagnosis dapat digunakan pengukuran in vivo dan in vitro dari alergen spesifik Imunoglobulin E. Imunoterapi sublingual, parenteral secara luas dipraktekkan secara internasional untuk penyakit alergi karena kepekaan aeroallergen. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 2
  • 3. Prosedur ini mungkin bisa mengubah riwayat alami penyakit reaktif aeroallergen di saluran napas atas dan bawah. Spesifik induksi toleransi oral merupakan ujung tombak penatalaksanaan alergi saat ini. Clemens von Pirquet dan Béla Schick, mengemukakan istilah alergi pertama kali, untuk menggambarkan “keluar dari kelaziman”, reaksi antibody dan alergen yang menyebabkan hiper sensitifitas tipe 1. Artikel ini akan menyajikan pendekatan untuk anak dengan alergi seperti yang terlihat dalam rutinitas praktek alergi pediatrik, termasuk diagnosis dan manajemen alergi dengan perhatian khusus pada kontroversi. Key words: alergi, diagnosis, management, kontroversi Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 3
  • 4. Uji IgE invitro versus invivo Diagnosis dan manajemen penyakit alergi memiliki hubungan erat dengan patofisiologi. Karena penyakit alergi adalah multifaktorial, diagnosis dan manajemen bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada perkembangan ilmu pengetahuan, dan kontroversi muncul menyusul penemuan baru. Perbedaan juga muncul karena penemuan alat-alat diagnostik baru dan obatobatan baru. Penemuan imunoglobulin E (IgE) oleh Ishizaka dan Ishizaka pada tahun 1960 dan pengembangan laboratorium praktis berarti mengukur jumlah yang sangat kecil dari total IgE dan alergen-IgE spesifik dalam darah, adalah petanda zaman dalam sejarah imunologi. Ada dua cara umum menunjukkan antibodi IgE yang digunakan dalam diagnosis sehari-hari: in vivo alergen uji cucuk kulit (SPT), dan sebagai pengukuran in vitro serum IgE alergen spesifik, menggunakan ImmunoCAP. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 4
  • 5. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 5
  • 6. Dokter harus menyadari sistem laboratorium yang mereka gunakan, karena sebagian besar literatur internasional berkaitan dengan ImmunoCAP dan pendahulunya ada sangat sedikit perbandingan langsung dari kinerja masing-masing sistem uji yang karakteristik. SPT ini pertama kali dijelaskan oleh Blackley pada tahun 1873 sebagai sarana untuk menunjukkan sensitisasi serbuk sari. Aman, praktis dan sangat dapat diterima orangtua dan anak untuk melihat sensitivitas alergen pada bayi dan anak-anak. Sejumlah kecil alergen standar diperkenalkan epicutan, menggunakan jarum tunggal atau ganda standar. Alergen menjembatani IgE pada sel mast mengeluarkan histamin dan mediator peradangan. Dalam 10 menit teraba papul atau bintul gatal. Wheal tersebut diukur dengan menggunakan penggaris, dan dicatat ratarata dua diameter tegak lurus (tercatat dalam mm) atau dicatat dalam mm2, dengan menggunakan laser pembaca. Praktek lama membandingkan ukuran wheal dengan respon terhadap kontrol histamin tidak lagi didukung, sekarang dapat menggunakan ukuran wheal mutlak dinyatakan dalam mm untuk memprediksi reaktivitas klinis, sebagaimana dinilai dalam provokasi makanan. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 6
  • 7. Ada yang berpendapat masih perlu untuk menggunakan kontrol positif histamin, untuk memastikan bahwa anak sebenarnya mampu untuk merespon wheal dan flare sehingga memvalidasi respon apapun wheal yang ditimbulkan oleh alergen), dan tidak minum anti-histamin, yang akan memblokir respon tersebut. Negatif (saline) kontrol selalu digunakan untuk memastikan bahwa anak tidak memiliki dermographism atau sensitivitas tekanan. SPT dapat dilakukan pada bayi dan anak-anak dan dicatat untuk keamanan dan penerimaan. Hal ini dapat dilakukan pada anak-anak berisiko rendah. Sebagian besar reaksi negatif terhadap SPT terjadi pada subyek dengan kondisi alergi tidak stabil, terutama inhalansia asma alergi. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 7
  • 8. Prick–prick testing Beberapa alergen, terutama mereka yang berasal dari buah dan sayuran, tidak stabil dan cara terbaik untuk menunjukkan kepekaan terhadap makanan [dalam kasus seperti sindrom alergi oral (OAS)] adalah dengan menggunakan buah-buahan dan sayuran segar, dipotong dan tetes jus ditempatkan pada kulit dan lancet didorong melalui tetesan ini atau lanset dimasukkan ke dalam buah dan kemudian langsung ditusukkan ke lengan ('metode tusukan-tusukan'). Karena masih ada unit standar yang diterima secara universal reaktivitas untuk solusi SPT, beberapa unit tidak pernah menggunakan solusi SPT tersedia secara komersial dan hanya menggunakan makanan segar, seperti susu sapi, putih telur. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 8
  • 9. Pengujian awal tidak digunakan dalam praktek klinis. Pengujian intradermal, dimana dosis yang jauh lebih besar dari alergen (sekitar 200 kali lebih besar dari SPT) disuntikkan ke dalam kulit, kini umumnya dicadangkan untuk identifikasi sensitivitas obat, terutama obat anestesi. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 9
  • 10. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 10
  • 11. Pada anak yang lebih tua dan orang dewasa yang volar aspek lengan bawah digunakan, pada bayi belakang adalah yang terbaik. Penting untuk tidak menggunakan terlalu banyak alergen ketika pengujian sebagai SPT spesifik, terutama untuk alergen makanan umum, tetapi tidak cukup sensitif. Prevalensi penyakit alergi dalam populasi yang diuji memiliki efek yang kuat dengan sensitivitas 50% dalam penelitian berbasis populasi, tetapi tingkat spesifisitas yang lebih tinggi hingga 90% pada populasi dimaksud. Pengujian harus dibatasi kepada alergen yang terlibat oleh anamnesa [misalnya, dalam tes asma untuk tungau debu rumah (HDM), kucing, rumput] atau di mana ada kemungkinan tinggi alergi (dalam uji bayi untuk susu dan telur , misalnya atau pada anak yang lebih tua dibenarkan untuk menguji kulit dengan ekstrak kacang). Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 11
  • 12. Telah dibuktikan bahwa di atas ukuran wheal tertentu untuk susu, telur dan kacang tanah (masing-masing 7 dan 8 mm), reaksi positif yang universal terlihat pada challenge makanan terbuka. Namun, ini tidak berlaku untuk gandum, ikan atau kedelai. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 12
  • 13. In vitro IgE Pengalaman adalah bahwa mengukur IgE total jarang menambah proses diagnostik di klinik alergi, seperti kebanyakan anak yang terlihat telah menaikkan tingkat prevalensi penyakit atopik pada populasi disebut harus mendekati 80-90%. IgE total bukanlah gambaran alergi, tetapi mungkin berguna dalam interpretasi hasil IgE spesifik ketika IgE total sangat tinggi. Hal ini penting untuk memberikan rincian klinis yang akurat pada formulir permintaan untuk memungkinkan laboratorium untuk menawarkan tes yang optimal. Pengalaman traumatis bagi anak-anak untuk pengambilan darah, dan ini harus dihormati bila laboratorium berurusan dengan sampel pediatrik. Banyak laboratorium akan menghemat serum untuk beberapa minggu untuk memungkinkan pengujian selanjutnya yang akan dilakukan pada sampel yang sama bila diperlukan. Terlepas dari kontroversi apakah uji in vivo atau invitro yang lebih akurat, saat ini para klinisi banyak yang mengadopsi keduanya sebagai penunjang diagnosis. Uji invivo dilakukan dahulu sebagai penapis atopi, bila uji invivo positif dilanjutkan dengan uji invitro sehingga lebih akurat. Untuk alergi makanan semua sepakat Double Blind Placebo Controlled Food Challenge sebagai sarana diagnosis baku emas. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 13
  • 14. Keadaan Alergi spesifik: Alergi Makanan Secara akademis standar emas dari diagnosis alergi makanan adalah Double Blind Placebo Controlled Food Chellenge. Kontroversi ada di tingkat praktis dimana Challenge terbuka (Open Challenge) lebih feasible untuk determianasi atopi, diagnosis dan sensitisasi terhadap makanan. Proporsi terbesar dari bayi dan anak dirujuk untuk evaluasi adalah untuk klarifikasi yang diduga reaksi merugikan alergi terhadap makanan. Tantangan terbuka, tantangan doubleblind, pada bayi muda dan anak-anak menghasilkan temuan alergen yang sama yaitu susu sapi, telur dan kacang. Beberapa praktisi melakukan tantangan (challenge) makanan terbuka awal jika ada keraguan klinis tentang diagnosis atau hasil tes bertentangan dengan klinis. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 14
  • 15. Challenge makanan juga digunakan untuk menyelidiki sensitisasi asimtomatik terhadap makanan jika terdeteksi pada saat diagnosis, dan untuk menentukan resolusi alergi makanan. Tantangan Makanan buta, jarang dilakukan dalam praktek pediatrik rutin, berbeda dengan protokol penelitian di mana tes standar emas double-blind, placebocontrolled food challenge diperlukan. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 15
  • 16. Setelah alergi makanan dikonfirmasi dengan challenge terbuka, menghindari makanan yang diperlukan. Hal ini bisa sangat mudah jika makanan khas dan mudah diidentifikasi. Bila identifikasi makanan penyebab belum bisa ditentukan Diet eliminasi awal diperlukan. Kontroversi terjadi tentang regimen diet yang digunakan dalam eliminasi awal. Ada perbedaan antara senter yang satu dengan yang lain, hal ini terjadi karena perbedaan paparan dan budaya makanan di masing masing daerah. Di Surabaya digunakan regimen eliminasi awal: Buah, Susu sapi, Telur, Ikan dan Kacang sebagai diet eliminasi awal, dilakukan selama 3 minggu disusul dengan profokasi atau challenge satu persatu selama 1 minggu untuk setiap 1 makanan. Regimen diet yang lain adalah Minimal Diet 1, Minimal Diet 2, Egg and Fish free diet dan His Own Diet yang dtrapkan untuk kondisi alergi tertentu. Regimen-2 ini akan mendapat kotroversi yang hebat bila dikemukakan di senter lain. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 16
  • 17. Soy Formula untuk Pencegahan alergi dan intoleransi makanan Ada data yang bertentangan tentang formula kedelai untuk pencegahan alergi dan intoleransi makanan. Systematic review tentang topik ini menunjukkan bahwa menyusui dengan susu formula kedelai tidak dapat direkomendasikan untuk pencegahan alergi atau intoleransi makanan. Formula kedelai secara rutin direkomendasikan untuk bayi dengan riwayat keluarga alergi susu untuk pencegahan sekunder. Yaitu ketika telah terjadi gejala alergi sedangkan asi sudah tidak bisa lagi diberikan. Ada kontroversi utama dalam penggunaan susu formula kedelai ini.  Pertama mengenai kandungan fitoestrogen dalam formula ini,  Kedua mengenai kegunaan untuk alergi yang Non IgE mediated.  Ketiga tentang pemberian pada usia bayi dibawah 6 bulan,  Keempat mengenai penggunaan transgenik soya sebagai bahan pembuatan formula soya,  Kelima mengenai terjadinya alergi soya dikemudian hari pada bayi bayi yang diberi formula soya. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 17
  • 18. Masih ada lagi kontroversi yang lain misalnya kandungan phitates, gula yang digunakan pada formula kedelai, tingginya kadar aluminium dan sodium yang termasuk kontroversi minor. Beberapa literature menyebutkan beberapa keuntungan formula soya antara lain aktifitas antioksidan dan kegunaanya dalam pencegahan penyakit koroner. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 18
  • 19. Probiotik untuk Pencegahan Alergi Percobaan Acak Kontrol telah menunjukkan efek yang menguntungkan dalam penggunaan probiotik untuk memodulasi penyakit alergi untuk menggeser keseimbangan Th1 dan Th2 dalam mendukung perbaikan alergi. Tapi review sistematis mengenai probiotik untuk mencegah alergi masih kontrversial. Ada bukti yang cukup untuk merekomendasikan penambahan probiotik untuk bayi untuk pencegahan primer penyakit alergi atau intoleransi makanan. Imunomodulator efek Probiotik: Probiotik mikroorganisme paling penting yang terlibat dalam stimulasi kekebalan usus adalah ekspansi klonal dari B-limfosit IgA + dan respon imun bawaan. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 19
  • 20. Besarnya stimulasi itu tidak meningkatkan respon imun inflamasi. Mereka menginduksi up-atau down- respon bawaan untuk mempertahankan homeostasis usus. Meskipun populasi sel T tidak diubah dalam lamina propria usus, kita tidak bisa mengecualikan aktivasi T-cell sebagai sumber dari sitokin. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 20
  • 21. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 21
  • 22. Dalam banyak uji coba terkontrol secara acak, probiotik memiliki efek menguntungkan dalam menurunkan peradangan kronis pada alergi, tetapi sedikit yang diketahui dari meta-analisis. Ada bukti yang cukup untuk menentukan peran suplemen prebiotik susu formula untuk pencegahan penyakit alergi dan hipersensitivitas makanan. Satu percobaan kecil oligosakarida prebiotik dengan kelebihan kerugian melaporkan penurunan eksim dalam formula bayi yang diberi susu sapi. Percobaan lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah temuan ini terus berlanjut selama jangka waktu yang lama, berlaku untuk manifestasi penyakit alergi, terkait dengan penurunan sensitisasi alergen, dan bisa direproduksi Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 22
  • 23. Pemberian simbiotik mengurangi kejadian Asma dari bayi yang menderita Dermatitis Atopika. Probiotik untuk penderita alergi, Inflammatory Bowel Disease, auto imun membangkitkan keseimbangan kearah Treg melalui resptor TLR2, TLR4, TLR6. Probiotik Menyebabkan Keseimbangan intestinal dan sistem imun menurunkan kejadian penyakit alergi. Probiotic merangsang klonal CD4 T limfosit berperan dalam perbaikan penyakit alergi. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 23
  • 24. Susu formula terhidrolisis sapi untuk pencegahan alergi Tidak ada bukti untuk mendukung formula terhidrolisis dibandingkan dengan ASI eksklusif untuk pencegahan alergi atau intoleransi makanan. Sampai uji kualitas tinggi yang dilakukan yang membandingkan susu formula terhidrolisa pemberian ASI, susu formula terhidrolisa tidak harus secara rutin ditawarkan kepada bayi untuk mencegah alergi atau intoleransi makanan dalam preferensi untuk ASI. Tidak ada bukti manfaat dari penggunaan formula hidrolisat dalam preferensi untuk ASI untuk awal. Pada bayi dengan risiko tinggi alergi yang tidak dapat secara eksklusif ASI, ada bukti terbatas bahwa suplementasi berkepanjangan dengan rumus dihidrolisis sebagai lawan susu sapi formula mengurangi risiko alergi. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat asma, eksim atau rhinitis. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 24
  • 25. Alergi Hirupan Kontroversi penggunaan rutin uji radioallergosorbent (RAST) untuk awal diagnosis inhalansia alergi terutama menyangkut biaya untuk pasien. Disajikan adalah metode untuk memanfaatkan RAST, dengan semua keuntungan yang melekat, dengan biaya yang kompetitif untuk kedua negatif dan positif. Penggunaan awal dari "screening" RAST yang memanfaatkan sekitar sepertiga jumlah tes dalam biasa RAST penuh dianjurkan. Ketika semua tanggapan pada RAST skrining negatif, pengujian RAST lebih lanjut membuktikan umumnya tidak perlu. Untuk responden positif, RAST skrining sering menghilangkan kebutuhan serbuk sari tambahan dan/atau cetakan pengujian alergen. Penelitian yang dipresentasikan menggambarkan keberhasilan teknik ini. Bagian latar belakang disediakan untuk membiasakan pembaca dengan modalitas umum yang tersedia untuk menguji dan mengobati alergi inhalansia IgEmediated. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 25
  • 26. Alergi konjungtivitis dan rinitis alergi yang umum dan memiliki efek sosio-ekonomi yang signifikan karena kinerja sekolah yang buruk, penurunan kualitas hidup dan lainnya langsung dan tidak langsung mempengaruhi biaya kesehatan. Alergen utama dari serbuk sari (rumput, pohon dan gulma), hewan peliharaan (kucing, anjing, kelinci, kuda) dan HDM. IgE spesifik tes untuk semua alergen ini tersedia. Hal yang menarik tentang bagaimana kecil alergen yang dibutuhkan untuk membangkitkan respon (perkiraan untuk serbuk sari harian atau paparan tungau adalah 5-50 ng / hari) menunjukkan sifat yang sensitif dari sistem IgE. Sangat mudah untuk memberikan saran dan mempromosikan penghindaran aeroallergen, tapi sangat sulit untuk mencapai atau mempertahankan. HDM dan bulu kucing yang umum alergen 'abadi' dan pengobatan farmakologis mungkin diperlukan sepanjang tahun. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 26
  • 27. Kortikosteroid hirupan sangat efektif dalam kebanyakan kasus rhinitis alergi, tetapi tidak mengubah kondisi sejarah alam. Meta-analisis subkutan (SCIT) dan imunoterapi sublingual untuk HDM menunjukkan bahwa mereka adalah pengobatan yang efektif dalam alergi saluran napas. Ada penelitian menarik (dari berbagai kekuatan desain) untuk menunjukkan bahwa alergen (SCIT) monoterapi mencegah perkembangan sensitisasi terhadap aeroalergen lain dan timbulnya asma. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 27
  • 28. House dust mite Mungkin mengejutkan bahwa peran alergen di asma anak masih diperdebatkan. Pada 1970-an, Sarsfield menunjukkan bahwa 85% dari anak-anak dengan asma klinik rawat yang peka terhadap House Dust Mite. Sensitisasi alergen merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam setiap anak asma. Tindakan menghindari alergen sulit dalam lingkungan rumah tangga, dan efektivitasnya tampaknya meragukan. Pemberian Human anti-IgE (Omalizumab ®, Novartis) menhasilkan penurunan drastis IgE spesifik (tapi tidak total) dalam serum. Penggunaannya dalam kasus asma sulit dewasa berhasil dan efektivitas biaya tampaknya sebanding dengan agen hayati lainnya yang digunakan dalam kondisi kronis lainnya. Penggunaannya pada anak-anak masih di bawah review, ada perbaikan penggunaan dalam kasus asma anak sulit. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 28
  • 29. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 29
  • 30. Baru-baru ini, ada kontroversi tentang hubungan antara sering menggunakan 2-agonis dan morbiditas serta mortalitas. Pedoman NAEP merekomendasikan bahwa pasien dengan asma harus menggunakan inhaler 2-agonis tidak lebih dari 8 hirupan harian. Namun, 11% dari semua pasien dan 20% dengan asma berat dilaporkan menggunakan inhaler beta 2-agonis lebih dari 8 kali sehari. Persentase berlebihan meningkat secara substansial sebagai tingkat keparahan yang meningkat. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 30
  • 31. Antagonis leukotrien telah digunakan untuk pengelolaan asma dalam dekade terakhir. Laporan tingkat keberhasilan telah terkumpul. Metaanalisis tidak mendukung temuan ini. Memang sesungguhnya leukotrien antagonis tidak bisa digunakan sendiri dalam penanganan asma. Penggunaan bersama beta 2 agonis, xantin dan steroid sangat efektif, bahkan sangat mengurangi kebutuhan beta 2 agonis dan steroid. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 31
  • 32. Meta-analisis menunjukkan bahwa Inhalasi Cortiko Steroid berguna pada bayi dan anak-anak prasekolah dengan mengi persisten/asma dalam mengurangi eksaserbasi (hampir di 40%) dan penarikan yang disebabkan oleh eksaserbasi (hampir di 50%) dibandingkan dengan plasebo independen usia, diagnosis, atopi, modus dari disampaikan, dan ICS digunakan. Juga, bayi/anak-anak prasekolah dengan ICS menunjukkan penggunaan yang kurang akan kebutuhan albuterol dan skor klinis (perubahan skor gejala) dan fungsional (perubahan PEF dan FEV1 dari baseline) peningkatan yang lebih besar dibandingkan pada plasebo. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 32
  • 33. Studi yang lebih dahulu menghasilkan hasil yang bertentangan tentang kemanjuran ICS pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Namun, 2 uji klinis jangka panjang yang besar pada balita dengan asma risiko tinggi menunjukkan bahwa meskipun terapi ICS rutin mengontrol episode mengi persisten/parah dan meningkatkan fungsi paru-paru, ICS tidak mengubah perkembangan/keparahan penyakit yang mendasari dan berkaitan dengan efek mengganggu pada pertumbuhan. Meskipun demikian, pedoman, praktek, dan laporan gugus tugas baru-baru ini semua direkomendasikan percobaan 3 bulan ICS dengan tindak lanjut berkaitan dengan respon terhadap pengobatan. Oleh karena itu tampaknya masuk akal untuk melakukan pendekatan yang lebih kritis terhadap penggunaan ICS pada anak-anak usia prasekolah dengan wheezing berulang. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 33
  • 34. Anafilaksis Injeksi intramuskular dosis yang tepat adrenalin (epinefrin) adalah pengobatan pilihan pada bayi dan anak-anak dengan anaphylaxis. Untuk bayi dengan berat kurang dari 10 kg ada dilema mengenai dosis. Dosis yang benar adalah 0 .1 ml per kg berat badan dari 1000 pengenceran 1:10 adrenalin. Kepedulian tentang tersedianya tabel berat badan yang sesuai untuk bayi yang sebagian diimbangi oleh dua faktor: relatif dari kebutuhan adrenalin dalam kelompok usia ini dan kapasitas fisiologis anak untuk mentoleransi adrenalin yang lebih baik daripada orang dewasa. Konsensus yang berkembang bahwa lebih baik untuk mengobati bayi dengan sedikit terlalu banyak adrenalin intramuskular daripada tidak memberikan adrenalin apapun. Infus dengan dosis yang tidak sesuai mungkin fatal. Kriteria medis lebih selektif, berdasarkan pada tingkat keparahan reaksi (setiap mengi, spasme laring, asma, batuk, hipotensi, kolaps atau kehilangan kesadaran membutuhkan adrenalin). Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 34
  • 35. Perlindungan utama anak-anak 'anafilaksis' adalah identifikasi reaktivitas diikuti dengan strategi untuk menghindari alergen yang relevan. Kontroversi muncul dalam penggunaan reseptor H2-antagonis dalam anafilaksis yang juga menderita urtikaria. Antihistamin ini telah menunjukkan efektifitasnya dalam banyak kasus. Mereka yang Pro mengatakan bahwa secara teoritis H2-antagonis mengisi reseptor H2, sehingga histamine mengisi reseptor H3 menyebabkan down regulasi pada reseptor H1, dan secara klinis memberikan hasil terapeutis yang lebih baik dibanding pemberian H1 antagonis sendiri. Mereka yang Kontra mengatakan tidak ada meta-analisis mendukung tindakan ini. Kubu Pro berpendapat, untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa tidak perlu menunggu meta analisis. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 35
  • 36. Kesimpulan Banyak dari bidang alergi pediatrik yang dilakukan adalah sederhana dan mudah, memberikan diagnostik dan manajemen untuk alergi makanan, alergi inhalansia, asma, eksim, rhinitis dan alergi obat. Masalah utama adalah kontroversi tentang diagnosis dan manajemen. Masalah utama diagnosis adalah apakah tes vivo atau in vitro tes untuk digunakan dalam penentuan atopi. Penggunaan probiotik dalam pengelolaan alergi didukung oleh banyak uji coba terkontrol secara acak, tetapi sedikit yang diketahui dari meta-analisis. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 36
  • 37. Meta Analisis menunjukkan manfaat imunoterapi untuk asma, kontroversi masih ada mengenai potensi efek samping dari prosedur ini. Pedoman internasional terbaru merekomendasikan penggunaan kortikosteroid inhalasi dosis rendah sebagai obat pengendali, studi yang lebih dahulu menunjukkan hasil yang bertentangan tentang kemanjuran Inhalasi Cortikosteroid pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 37
  • 38. Thank you Prof Ariyanto Harsono MD PhD SpA(K) 38