SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 4
Lampung Post 
Minggu, 02 Desember 2007 
Serpih Persahabatan 
Cerpen: Eni Muslihah 
PUKUL 06.00, telepon seluler Sari berdering sekali, menandakan pesan singkat masuk ke 
ponsel-nya. Sari memang punya kebiasaan yang tidak bagus, sehabis salat subuh Sari sering 
melanjutkan mimpi yang sempat terputus. Tidak jarang ibunya selalu menasihatinya supaya 
jangan meneruskan kebiasaan buruknya. 
"Bangun Nak, katanya kau mau pergi pagi ini," kata ibu Sari, sambil membuka jendela 
kamar Sari. "Kebiasaan mu ini jangan diteruskan, gimana kalau kamu nanti berumah-rumahan 
alias berumah tangga kelak. Kasihan suami mu Nak," ujar Ibu Sari. "Tuh, ponsel 
kamu bunyi," kata ibu Sari, sambil menunjuk ponsel putri bungsunya. 
"Makasih ya Bu udah bangunin aku. Tapi Bu, ini kan baru pukul 06.00," jawab Sari sambil 
meraba-raba mencari ponsel-nya yang baru saja berdering. "Maaf Bu, semalam aku tidur 
agak malam, jadinya ngantuk berat," sahut Sari, sambil membuka pesan singkat yang 
mengusik tidur paginya. 
Ternyata pesan singkat itu asalnya dari Dea, sahabat Sari. Dea berusia jauh lebih di atas 
dari Sari dan Dea sudah berkeluarga. Sekarang Dea memiliki tiga anak yang lucu-lucu, Sari 
pun sangat menyenangi ketiga anaknya itu. Walaupun usia Dea terpaut jauh dengan Sari, 
Dea bisa mengimbangi pertemanan mereka. Makanya, persahabatan mereka lumayan 
langgeng. 
"Ups, SMS dari Mba Dea," kata Sari sambil menunggu pesan yang ingin disampaikan Dea 
terbuka. Maklumlah ponsel Sari bukan barang mahal, jadi menunggu pesan terbuka semua 
membutuhkan waktu beberapa detik. 
Betapa terkejutnya Sari membaca pesan yang berisikan ungkapan kekecewaan Dea pada 
Sari. "Ri, apa perlu aku hadir pada rapat tanggal 17 September itu? Sepertinya Kau sudah 
bisa jalan tanpa aku. Maaf ya Sar, semaleman aku gak bisa tidur mikirin tabloid. Aku malu 
namaku masih nampang di situ, sedangkan tak satu pun tulisan maupun konsepku muncul 
di sana. Kalau kau memang bisa kerjakan sendiri silakan saja," begitu pesan yang 
disampaikan Dea pada Sari. 
Dea dan Sari memang terlibat sebuah organisasi besar. Mereka berdua satu tim. Bidang 
yang mereka geluti adalah informasi publik. Salah satu produknya Sinar Abadi. Selama ini 
Dea bertanggung jawab atas penerbitan karena kesibukannya sebagai seorang pekerja di 
salah satu instansi swasta dan sebagai seorang ibu yang harus mengasuh ketiga anaknya, 
akhirnya terbitnya Sinar Abadi sering tertunda. Sementara itu, Sari adalah seorang 
mahasiswi semester akhir di perguruan swasta tempatnya tinggal. Waktu luang yang 
dimiliki Sari relatif banyak, karena tidak ada lagi jadwal perkuliahan yang harus di tempuh 
Sari. Makanya, Sari sering muncul dan mengaktualisasikan kegemarannya sebagai penulis 
di organisasi itu. 
Sari terdiam usai membaca pesan dari Dea. Tanpa sadar, Sari telah mengabaikan ibunya 
yang terus saja berbicara padanya. 
"Sar, kamu denger ibu kan?" tanya ibunya. 
"Maaf bu. Ibu tadi bilang apa?" Sari balik bertanya pada ibunya, yang baru tersentak dari
lamunannya. 
"Kamu ini masih pagi udah ngelamun. SMS dari siapa? Ibu tadi bilang buruan cuci piring, 
tapi ibu sudah nyapu halaman depan," lanjut wanita paro baya itu pada putri bungsunya. 
"Tenang Bu, itu udah jadi kewajiban Sari. Pasti aku kerjain. Sari gak bakal pergi sebelum 
pekerjaan rumah selesai," celoteh Sari pada ibunya, sambil menutup pesan dari Dea. Sari 
tidak sempat membalas SMS Dea, keburu ibunya bicara panjang lebar. Langsung saja Sari 
beranjak dari tempat tidurnya, bergegas mengerjakan tugas rutinnya. 
*** 
Seminggu sudah Sari tidak menjalin komunikasi pada Dea lewat SMS. Sari masih bingung 
harus menjawab bagaimana pesan Dea. Sampai akhirnya mereka harus bertemu. Gadis 
berkulit hitam manis itu mencoba meraba-raba perkataan dan sikap apa yang membuat Dea 
jadi marah. Tiba-tiba muncul dalam benak Sari Tabloid Sinar Abadi. 
"Ups. Kenapa sewaktu ini terbit, aku gak pernah konfirmasi dengan Mba Dea ya," jujur 
Sari pada dirinya sendiri. Bahkan, yang membuat Dea lebih kesal, tabloid itu sampai ada di 
tangannya, tak sepatah kata pun Sari memberi tahu, baik lewat SMS maupun yang lainnya. 
Padahal, sebelumnya Dea sudah mengirim pesan pancingan. Harapan Dea, Sari akan 
memberi tahu terbitnya dari mulut Sari. 
"Oh Sari! Betapa bodohnya kau ini, kenapa pula gak bilang-bilang kalo Sinar Abadi sudah 
terbit," keluh Sari pada dirinya sendiri. 
Sari bingung bagaimana menjelaskan keteledorannya itu pada Dea. Tak lama kemudian, 
Sari teringat Arman, atasan Sari dan Dea. Sari berpikir Arman adalah orang yang tepat 
menyelesaikan masalah uang sedang dihadapinya. SMS yang Dea kirimkan sepekan lalu 
pun langsung di-forward ke Arman. Arman pun membalas SMS Sari. 
"Sar, masalah ini miskomunikasi aja. Kesalahan sepenuhnya tidak cuma di Sari aja, Saya 
yang tanggung jawab. Nanti saya menghubungi Dea, tetep semangat ya...!" pesan balasan 
Arman pada Sari. 
Kini Sari mulai tenang. Berharap pada Arman masalah ini selesai dengan baik-baik. Tiga 
hari berikutnya, Sari bertemu Arman di salah satu tempat tanpa sengaja. Sari pun 
menanyakan kembali perkembangan masalahnya. 
"Gimana urusan kita, selesai?" tanya Sari pada Arman, mengawali perjumpaan mereka. 
"Oh.. saya belum menghubunginya. Nantilah cari waktu yang tepat. Sekarang saya masih 
banyak urusan. Sabar ya," jawab Arman dengan meyakinkan Sari. 
"Pokoknya saya gak mau masalah ini kelamaan. Saya udah kangen sama anak-anaknya. 
Saya berharap ending bagus!" pinta Sari. 
"Ya dah...tenang Bos," timpal Arman. 
Belum sempat Arman menghubungi Dea untuk membicarakan permasalah itu, keesokan 
harinya Sari dan Dea bertemu di sebuah pesta pernikahan rekan mereka. Sari merasa kikuk. 
Pertemuan ini tidak seperti biasanya. Ada sekitar setengah jam Sari dan Dea tidak memulai 
percakapan. Kebekuan suasana itu pun akhirnya menyair karena tangisan anak Dea yang 
bungsu. Sari sibuk, berusaha menenangkan si kecil. Alhasil anak Dea pun terhenti dari
tangisannya. 
Barulah tiga menit pertama Sari memulai pembicaraan. "Mba Dea, gimana kesibukanmu 
sekarang?" tanya Sari yang berusaha mencairkan suasana. "Aku minta maaf, SMS-mu 
waktu itu gak saya bales. Aku bingung gimana bales-nya," lanjut Sari. 
"Saat itu yang ada di pikiranku, gimana caranya Sinar Abadi bisa terbit. Gak satu pun dari 
temen-temen tim saya beri tahu. Sekali lagi maaf ya," tutur Sari. 
Dea pun senyum kecut tanpa melihat Sari. "Menurutku, terbitnya Sinar Abadi tanpa 
memberi tahu aku, terjawab sudah," jawab Dea. "Kayaknya emang aku dah gak layak lagi 
berada di organisasi ini," tambahnya. "Tapi demi Allah, aku sudah berusaha meluangkan 
waktu untuk bisa eksis di sini. Dan kenyataannya aku tidak bisa," keluh Dea pada Sari. 
"Mungkin jalan yang terbaik, aku harus memilih mana yang prioritas buat hidupku. Tapi 
kalau Sari bisa mengerjakan dengan sendirian tabloid itu, ya silakah sajalah," ungkap Dea 
sambil menahan rasa sedihnya. 
Kembali Sari tidak bisa mengutarakan perasaan hatinya. Ia hanya bisa menangis dan 
menangis. Senja pun mulai menyingsing, dan pertemuan mereka pun harus berakhir tanpa 
ada penyelesaian yang tegas. Sekali lagi, Sari hanya bisa mengucap kata "maaf", Sari pun 
berlalu dari Dea. 
Usai prtemuan itu, semalaman Sari tidak bisa tidur memikirkan pertemuan mereka berdua. 
Lagi-lagi, Sari berharap pada Arman untuk bisa menenangkan perasaannya. Kemudian Sari 
mengirimkan pesan lewat telepon selulernya pada Arman. Sari menyeritakan hasil 
pertemuannya dengan Dea. Tapi sayang, Arman tidak membalas pesan dari Sari. 
Akhirnya Sari pun memutuskan untuk menceritakan permasalahan itu pada Tio, teman Sari. 
Kebetulan Tio juga banyak tau tentang Dea. Tio memang orang yang bijak, dari Tio lah 
Sari banyak belajar memetik sebuah hikmah dari sebuah persoalan. Walaupun pada 
dasarnya Tio punya sifat yang sedikit temperamen. Tapi di satu sisi Tio orangnya cukup 
baik dan menenangkan hati. 
Tak terasa waktu terus berlalu dan malam pun makin larut. Perlahan tapi pasti 
permasalahan yang tengah Sari hadapi tenggelam menjadi sebuah mimpi yang indah. Sari 
terbangun lantaran mendengar azan subuh berkumandang. Sedikit banyaknya Sari mulai 
melupakan kejadian bersama Dea kemarin. Bergegaslah Sari pergi ke kamar mandi, 
mengambil air wudu dan menunaikan salat subuh. 
Kriiiing..., ponsel Sari berdering, tanda ada pesan yang masuk. Sebuah pesan dari Dea. Sari 
pun buru-buru menuntaskan salat subuhnya. Pesan itu berbunyi pengulangan pesan Dea 
yang lalu. Ternyata beberapa pesan Dea yang lain tidak bisa terbuka di ponsel Sari. 
Yahh...maklumlah ponsel Sari sudah lawas. 
Dengan percaya diri Sari membalas dengan kata-kata, "SMS-mu ini sudah aku baca, dan 
sampai kapanpun akan tetap kusimpan. Ini adalah sebuah pelajaran berharga buatku, aku 
tidak akan mengulanginya lagi. Maafkan aku ya Mba...," begitu balasan Sari. 
Tak lama kemudian, Dea pun membalas dengan pesan yang cukup mengejutkan yang 
berbunyi, "Aku pun belajar dari orang-orang yang tampak loyal. Ternyata tidak cuma 
fulan...carilah cara yang lain dik, jangan menikam dari belakang," balasan Dea kembali 
pada Sari.
Sontak Sari terkejut. Begitu besarkah rasa marah Dea pada Sari sehingga dipenghujung 
pesannya begitu mengena sasaran. Padahal sepengetahuannya, pesan-pesan seperti itu tidak 
mungkin keluar dari seorang Dea. Sari tahu persis siapa Dea, karakter menghunjam orang 
tidak mungkin muncul dari diri seorang Dea. 
Sari dengan penuh rasa emosi bercampur sedih, mengirim ulang pesan itu kepada Arman. 
Arman-lah satu-satunya orang yang berhak membaca pesan Dea. Dengan penuh 
kemarahan, Sari meminta untuk bertemu sesegera mungkin pada Arman. Sari minta 
pertanggungjawaban Arman atas persoalan ini. Sepanjang jalan menuju kantor organisasi 
yang menerbitkan Tabloid Sinar Abadi, Sari menangis. Kepalanya terasa berat. Seperti ada 
batu besar yang menimpanya. 
Dalam hati, Sari selalu berkata, "Aku bukan orang yang seperti ada dalam pikiranmu Dea. 
Aku adalah Sari yang selalu ingin bersamamu baik dalam senang maupun susah." 
Sesampainya di kantor tersebut, Sari langsung meminjam ponsel temannya untuk membuka 
pesan yang tidak bisa dibaca di pesawat teleponnya. Pesan itu adalah pesan terusan yang 
berbunyi "Aku agak sulit memaafkan kejadian ini semua, toh maafku tidak begitu berarti 
bagimu. Ada dan tiadanya aku, kau tetap berprestasi. Teruslah kau berkiprah selagi kau 
belum berkeluarga dan beranak -inak. Biar Allah saja yang tahu," pesan yang cukup 
mengguncangkan hati Sari. Wajar kalau Sari memutuskan persoalan ini untuk diketahui 
Arman dan meminta segera diselesaikan. 
Pada akhirnya, Arman pun turun tangan menyelesaikan persoalan yang tampak sepele ini. 
Pagi sekali Arman berkunjung ke rumah Dea, tapi sayang Dea sudah keburu pergi bekerja. 
Arman pun bertemu dengan suami Dea dan menyeritakan duduk persoalan ini pada suami 
Dea. Arman berharap persoalan ini segera berakhir dengan cara yang baik. 
Memang apa yang diharapkan Arman terwujud. Keesokannya Dea mendatangi rumah Sari. 
Membawa buah tangan. Sari pun terheran dengan perlakuan Dea yang tampak tidak pernah 
terjadi apa-apa. Padahal kemarin, sempat terjadi ketegangan antara mereka. 
Sari menyambut gembira kedatangan Dea walaupun hanya beberapa menit saja. Sari 
berpikir selesai sudah persoalan antara mereka dan hari-hari berikutnya Sari berharap 
hubungan mereka tetap seperti sediakala. 
Sayang, harapan Sari tidak tercapai. Rupanya Dea masih membutuhkan waktu lama untuk 
bisa melupakan kejadian yang dialaminya. Akhirnya, walaupun selesai permasalahan 
mereka, tetap saja masih ada jarak antara mereka, kaca yang sudah pernah pecah tidak 
mungkin bisa disatukan kembali seperti sedia kala. Enam bulan berikutnya Dea pergi ke 
Pulau Jawa, menemani sang suami yang sedang bertugas di sana. Empat tahun berikutnya, 
Dea sudah punya momongan baru dan Sari sudah berkeluarga bersama lelaki yang 
diharapkannya.***

Más contenido relacionado

La actualidad más candente (20)

173533428 cerpen
173533428 cerpen173533428 cerpen
173533428 cerpen
 
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
Dear diary di negeri sakura by (seshakri)
 
SUKMARAGA : Fana
SUKMARAGA : FanaSUKMARAGA : Fana
SUKMARAGA : Fana
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
CERPEN SUDUT PANDANG KETIGA "JIKA KAU SAHABAT"
 
Kado buat elisa
Kado buat elisaKado buat elisa
Kado buat elisa
 
Teks ulasan buku non akademik
Teks ulasan buku non akademikTeks ulasan buku non akademik
Teks ulasan buku non akademik
 
Kisah Hidup Damayanti
Kisah Hidup Damayanti Kisah Hidup Damayanti
Kisah Hidup Damayanti
 
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah PerbedaanCerpen Tentang Sebuah Perbedaan
Cerpen Tentang Sebuah Perbedaan
 
Cerpenku
CerpenkuCerpenku
Cerpenku
 
Adore you, my brother chapter 1
Adore you, my brother chapter 1Adore you, my brother chapter 1
Adore you, my brother chapter 1
 
Adekecil
AdekecilAdekecil
Adekecil
 
short story
short storyshort story
short story
 
CERPEN "mustawa tsaqalain"
CERPEN "mustawa tsaqalain"CERPEN "mustawa tsaqalain"
CERPEN "mustawa tsaqalain"
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
merged_document
merged_documentmerged_document
merged_document
 
Marry sue
Marry sueMarry sue
Marry sue
 
HaPPy16rd
HaPPy16rdHaPPy16rd
HaPPy16rd
 
Ich liebe dich
Ich liebe dichIch liebe dich
Ich liebe dich
 
Aku hanya guru lesmu
Aku hanya guru lesmuAku hanya guru lesmu
Aku hanya guru lesmu
 

Destacado

Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Arvinoor Siregar SH MH
 
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Arvinoor Siregar SH MH
 
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)Arvinoor Siregar SH MH
 
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Arvinoor Siregar SH MH
 
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)Arvinoor Siregar SH MH
 

Destacado (15)

Tak bisa pulang (eh kartanegara)
Tak bisa pulang (eh kartanegara)Tak bisa pulang (eh kartanegara)
Tak bisa pulang (eh kartanegara)
 
Tentang musim (lan fang)
Tentang musim (lan fang)Tentang musim (lan fang)
Tentang musim (lan fang)
 
Perkawinan rahasia (evi idawati)
Perkawinan rahasia (evi idawati)Perkawinan rahasia (evi idawati)
Perkawinan rahasia (evi idawati)
 
Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )Anting (ratna indraswari ibrahim )
Anting (ratna indraswari ibrahim )
 
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
Bohonglah sekali lagi (yustine pravitasmara dewi)
 
Sebotol mineral (isbedy stiawan zs)
Sebotol mineral (isbedy stiawan zs)Sebotol mineral (isbedy stiawan zs)
Sebotol mineral (isbedy stiawan zs)
 
Pintu yang terkunci (azizah hefni)
Pintu yang terkunci (azizah hefni)Pintu yang terkunci (azizah hefni)
Pintu yang terkunci (azizah hefni)
 
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
Seorang ibu menunggu (an. ismanto)
 
Perahu yang lelah (agustinus wahyono)
Perahu yang lelah (agustinus wahyono)Perahu yang lelah (agustinus wahyono)
Perahu yang lelah (agustinus wahyono)
 
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
Ceracau ompu gabe (hasan al banna)
 
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
Perempuan dan puisi tuhan (restoe prawironegoro ibrahim)
 
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
Tiga surat cinta untuk bunga (heru kurniawan)
 
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
Bakauheni yang merenda rindu penyesalan (badarudin)
 
Sepatu tuhan (ugoran prasad)
Sepatu tuhan (ugoran prasad)Sepatu tuhan (ugoran prasad)
Sepatu tuhan (ugoran prasad)
 
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)
Sopir taksi dan sebuah kepala (naning pranoto)
 

Similar a Serpih persahabatan (eni muslihah)

Similar a Serpih persahabatan (eni muslihah) (20)

Allahuakbar.docx
Allahuakbar.docxAllahuakbar.docx
Allahuakbar.docx
 
Cinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satuCinta dan tahajud terakhirku satu
Cinta dan tahajud terakhirku satu
 
Cinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhirCinta dan tahajud terakhir
Cinta dan tahajud terakhir
 
Syal merah
Syal merahSyal merah
Syal merah
 
Cerpen farina (email ha)
Cerpen farina (email ha)Cerpen farina (email ha)
Cerpen farina (email ha)
 
Cc 1
Cc 1Cc 1
Cc 1
 
Adore y ou, my brother chapter 3
Adore y ou, my brother chapter 3Adore y ou, my brother chapter 3
Adore y ou, my brother chapter 3
 
Kertas pena by cmoot
Kertas pena by cmootKertas pena by cmoot
Kertas pena by cmoot
 
Cerpen bahasa indonesia
Cerpen bahasa indonesiaCerpen bahasa indonesia
Cerpen bahasa indonesia
 
Sadam
SadamSadam
Sadam
 
TEMA DAN PESAN DALAM CERPEN (PUISI) XI.pptx
TEMA DAN PESAN DALAM CERPEN (PUISI) XI.pptxTEMA DAN PESAN DALAM CERPEN (PUISI) XI.pptx
TEMA DAN PESAN DALAM CERPEN (PUISI) XI.pptx
 
Winna eff-rememberwhen
Winna eff-rememberwhenWinna eff-rememberwhen
Winna eff-rememberwhen
 
Tentang aku
Tentang akuTentang aku
Tentang aku
 
Surat dari amerika
Surat dari amerikaSurat dari amerika
Surat dari amerika
 
Remember when winna efendi pdf
Remember when   winna efendi pdfRemember when   winna efendi pdf
Remember when winna efendi pdf
 
kisah persahabatan
kisah persahabatankisah persahabatan
kisah persahabatan
 
Rembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata IbuRembulan di Mata Ibu
Rembulan di Mata Ibu
 
A. guardian angel
A. guardian angelA. guardian angel
A. guardian angel
 
A. guardian angel
A. guardian angelA. guardian angel
A. guardian angel
 
Asmanadia rembulandimataibu.
Asmanadia rembulandimataibu.Asmanadia rembulandimataibu.
Asmanadia rembulandimataibu.
 

Más de Arvinoor Siregar SH MH (20)

Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212
 
Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223
 
Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501
 
Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225
 
Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572
 
Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223
 
Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184
 
Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223
 
Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433
 
Thurgood marshall
Thurgood marshallThurgood marshall
Thurgood marshall
 
The rainbow coalition
The rainbow coalitionThe rainbow coalition
The rainbow coalition
 
The halls of power
The halls of powerThe halls of power
The halls of power
 
The dred scott decision
The dred scott decisionThe dred scott decision
The dred scott decision
 
Slavery
SlaverySlavery
Slavery
 
Rosa parks
Rosa parksRosa parks
Rosa parks
 
Martin luther king's dream
Martin luther king's dreamMartin luther king's dream
Martin luther king's dream
 
Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.
 
Jordon and ali
Jordon and aliJordon and ali
Jordon and ali
 
Jackie robinson
Jackie robinsonJackie robinson
Jackie robinson
 
Harriet tubman
Harriet tubmanHarriet tubman
Harriet tubman
 

Último

Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99
 
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99
 
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKAN
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKANIDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKAN
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKANNeta
 
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTNeta
 

Último (7)

Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
 
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
 
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKAN
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKANIDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKAN
IDMPO : SLOT BONUS REBATE MINGGUAN MENGUNTUNGKAN
 
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
 

Serpih persahabatan (eni muslihah)

  • 1. Lampung Post Minggu, 02 Desember 2007 Serpih Persahabatan Cerpen: Eni Muslihah PUKUL 06.00, telepon seluler Sari berdering sekali, menandakan pesan singkat masuk ke ponsel-nya. Sari memang punya kebiasaan yang tidak bagus, sehabis salat subuh Sari sering melanjutkan mimpi yang sempat terputus. Tidak jarang ibunya selalu menasihatinya supaya jangan meneruskan kebiasaan buruknya. "Bangun Nak, katanya kau mau pergi pagi ini," kata ibu Sari, sambil membuka jendela kamar Sari. "Kebiasaan mu ini jangan diteruskan, gimana kalau kamu nanti berumah-rumahan alias berumah tangga kelak. Kasihan suami mu Nak," ujar Ibu Sari. "Tuh, ponsel kamu bunyi," kata ibu Sari, sambil menunjuk ponsel putri bungsunya. "Makasih ya Bu udah bangunin aku. Tapi Bu, ini kan baru pukul 06.00," jawab Sari sambil meraba-raba mencari ponsel-nya yang baru saja berdering. "Maaf Bu, semalam aku tidur agak malam, jadinya ngantuk berat," sahut Sari, sambil membuka pesan singkat yang mengusik tidur paginya. Ternyata pesan singkat itu asalnya dari Dea, sahabat Sari. Dea berusia jauh lebih di atas dari Sari dan Dea sudah berkeluarga. Sekarang Dea memiliki tiga anak yang lucu-lucu, Sari pun sangat menyenangi ketiga anaknya itu. Walaupun usia Dea terpaut jauh dengan Sari, Dea bisa mengimbangi pertemanan mereka. Makanya, persahabatan mereka lumayan langgeng. "Ups, SMS dari Mba Dea," kata Sari sambil menunggu pesan yang ingin disampaikan Dea terbuka. Maklumlah ponsel Sari bukan barang mahal, jadi menunggu pesan terbuka semua membutuhkan waktu beberapa detik. Betapa terkejutnya Sari membaca pesan yang berisikan ungkapan kekecewaan Dea pada Sari. "Ri, apa perlu aku hadir pada rapat tanggal 17 September itu? Sepertinya Kau sudah bisa jalan tanpa aku. Maaf ya Sar, semaleman aku gak bisa tidur mikirin tabloid. Aku malu namaku masih nampang di situ, sedangkan tak satu pun tulisan maupun konsepku muncul di sana. Kalau kau memang bisa kerjakan sendiri silakan saja," begitu pesan yang disampaikan Dea pada Sari. Dea dan Sari memang terlibat sebuah organisasi besar. Mereka berdua satu tim. Bidang yang mereka geluti adalah informasi publik. Salah satu produknya Sinar Abadi. Selama ini Dea bertanggung jawab atas penerbitan karena kesibukannya sebagai seorang pekerja di salah satu instansi swasta dan sebagai seorang ibu yang harus mengasuh ketiga anaknya, akhirnya terbitnya Sinar Abadi sering tertunda. Sementara itu, Sari adalah seorang mahasiswi semester akhir di perguruan swasta tempatnya tinggal. Waktu luang yang dimiliki Sari relatif banyak, karena tidak ada lagi jadwal perkuliahan yang harus di tempuh Sari. Makanya, Sari sering muncul dan mengaktualisasikan kegemarannya sebagai penulis di organisasi itu. Sari terdiam usai membaca pesan dari Dea. Tanpa sadar, Sari telah mengabaikan ibunya yang terus saja berbicara padanya. "Sar, kamu denger ibu kan?" tanya ibunya. "Maaf bu. Ibu tadi bilang apa?" Sari balik bertanya pada ibunya, yang baru tersentak dari
  • 2. lamunannya. "Kamu ini masih pagi udah ngelamun. SMS dari siapa? Ibu tadi bilang buruan cuci piring, tapi ibu sudah nyapu halaman depan," lanjut wanita paro baya itu pada putri bungsunya. "Tenang Bu, itu udah jadi kewajiban Sari. Pasti aku kerjain. Sari gak bakal pergi sebelum pekerjaan rumah selesai," celoteh Sari pada ibunya, sambil menutup pesan dari Dea. Sari tidak sempat membalas SMS Dea, keburu ibunya bicara panjang lebar. Langsung saja Sari beranjak dari tempat tidurnya, bergegas mengerjakan tugas rutinnya. *** Seminggu sudah Sari tidak menjalin komunikasi pada Dea lewat SMS. Sari masih bingung harus menjawab bagaimana pesan Dea. Sampai akhirnya mereka harus bertemu. Gadis berkulit hitam manis itu mencoba meraba-raba perkataan dan sikap apa yang membuat Dea jadi marah. Tiba-tiba muncul dalam benak Sari Tabloid Sinar Abadi. "Ups. Kenapa sewaktu ini terbit, aku gak pernah konfirmasi dengan Mba Dea ya," jujur Sari pada dirinya sendiri. Bahkan, yang membuat Dea lebih kesal, tabloid itu sampai ada di tangannya, tak sepatah kata pun Sari memberi tahu, baik lewat SMS maupun yang lainnya. Padahal, sebelumnya Dea sudah mengirim pesan pancingan. Harapan Dea, Sari akan memberi tahu terbitnya dari mulut Sari. "Oh Sari! Betapa bodohnya kau ini, kenapa pula gak bilang-bilang kalo Sinar Abadi sudah terbit," keluh Sari pada dirinya sendiri. Sari bingung bagaimana menjelaskan keteledorannya itu pada Dea. Tak lama kemudian, Sari teringat Arman, atasan Sari dan Dea. Sari berpikir Arman adalah orang yang tepat menyelesaikan masalah uang sedang dihadapinya. SMS yang Dea kirimkan sepekan lalu pun langsung di-forward ke Arman. Arman pun membalas SMS Sari. "Sar, masalah ini miskomunikasi aja. Kesalahan sepenuhnya tidak cuma di Sari aja, Saya yang tanggung jawab. Nanti saya menghubungi Dea, tetep semangat ya...!" pesan balasan Arman pada Sari. Kini Sari mulai tenang. Berharap pada Arman masalah ini selesai dengan baik-baik. Tiga hari berikutnya, Sari bertemu Arman di salah satu tempat tanpa sengaja. Sari pun menanyakan kembali perkembangan masalahnya. "Gimana urusan kita, selesai?" tanya Sari pada Arman, mengawali perjumpaan mereka. "Oh.. saya belum menghubunginya. Nantilah cari waktu yang tepat. Sekarang saya masih banyak urusan. Sabar ya," jawab Arman dengan meyakinkan Sari. "Pokoknya saya gak mau masalah ini kelamaan. Saya udah kangen sama anak-anaknya. Saya berharap ending bagus!" pinta Sari. "Ya dah...tenang Bos," timpal Arman. Belum sempat Arman menghubungi Dea untuk membicarakan permasalah itu, keesokan harinya Sari dan Dea bertemu di sebuah pesta pernikahan rekan mereka. Sari merasa kikuk. Pertemuan ini tidak seperti biasanya. Ada sekitar setengah jam Sari dan Dea tidak memulai percakapan. Kebekuan suasana itu pun akhirnya menyair karena tangisan anak Dea yang bungsu. Sari sibuk, berusaha menenangkan si kecil. Alhasil anak Dea pun terhenti dari
  • 3. tangisannya. Barulah tiga menit pertama Sari memulai pembicaraan. "Mba Dea, gimana kesibukanmu sekarang?" tanya Sari yang berusaha mencairkan suasana. "Aku minta maaf, SMS-mu waktu itu gak saya bales. Aku bingung gimana bales-nya," lanjut Sari. "Saat itu yang ada di pikiranku, gimana caranya Sinar Abadi bisa terbit. Gak satu pun dari temen-temen tim saya beri tahu. Sekali lagi maaf ya," tutur Sari. Dea pun senyum kecut tanpa melihat Sari. "Menurutku, terbitnya Sinar Abadi tanpa memberi tahu aku, terjawab sudah," jawab Dea. "Kayaknya emang aku dah gak layak lagi berada di organisasi ini," tambahnya. "Tapi demi Allah, aku sudah berusaha meluangkan waktu untuk bisa eksis di sini. Dan kenyataannya aku tidak bisa," keluh Dea pada Sari. "Mungkin jalan yang terbaik, aku harus memilih mana yang prioritas buat hidupku. Tapi kalau Sari bisa mengerjakan dengan sendirian tabloid itu, ya silakah sajalah," ungkap Dea sambil menahan rasa sedihnya. Kembali Sari tidak bisa mengutarakan perasaan hatinya. Ia hanya bisa menangis dan menangis. Senja pun mulai menyingsing, dan pertemuan mereka pun harus berakhir tanpa ada penyelesaian yang tegas. Sekali lagi, Sari hanya bisa mengucap kata "maaf", Sari pun berlalu dari Dea. Usai prtemuan itu, semalaman Sari tidak bisa tidur memikirkan pertemuan mereka berdua. Lagi-lagi, Sari berharap pada Arman untuk bisa menenangkan perasaannya. Kemudian Sari mengirimkan pesan lewat telepon selulernya pada Arman. Sari menyeritakan hasil pertemuannya dengan Dea. Tapi sayang, Arman tidak membalas pesan dari Sari. Akhirnya Sari pun memutuskan untuk menceritakan permasalahan itu pada Tio, teman Sari. Kebetulan Tio juga banyak tau tentang Dea. Tio memang orang yang bijak, dari Tio lah Sari banyak belajar memetik sebuah hikmah dari sebuah persoalan. Walaupun pada dasarnya Tio punya sifat yang sedikit temperamen. Tapi di satu sisi Tio orangnya cukup baik dan menenangkan hati. Tak terasa waktu terus berlalu dan malam pun makin larut. Perlahan tapi pasti permasalahan yang tengah Sari hadapi tenggelam menjadi sebuah mimpi yang indah. Sari terbangun lantaran mendengar azan subuh berkumandang. Sedikit banyaknya Sari mulai melupakan kejadian bersama Dea kemarin. Bergegaslah Sari pergi ke kamar mandi, mengambil air wudu dan menunaikan salat subuh. Kriiiing..., ponsel Sari berdering, tanda ada pesan yang masuk. Sebuah pesan dari Dea. Sari pun buru-buru menuntaskan salat subuhnya. Pesan itu berbunyi pengulangan pesan Dea yang lalu. Ternyata beberapa pesan Dea yang lain tidak bisa terbuka di ponsel Sari. Yahh...maklumlah ponsel Sari sudah lawas. Dengan percaya diri Sari membalas dengan kata-kata, "SMS-mu ini sudah aku baca, dan sampai kapanpun akan tetap kusimpan. Ini adalah sebuah pelajaran berharga buatku, aku tidak akan mengulanginya lagi. Maafkan aku ya Mba...," begitu balasan Sari. Tak lama kemudian, Dea pun membalas dengan pesan yang cukup mengejutkan yang berbunyi, "Aku pun belajar dari orang-orang yang tampak loyal. Ternyata tidak cuma fulan...carilah cara yang lain dik, jangan menikam dari belakang," balasan Dea kembali pada Sari.
  • 4. Sontak Sari terkejut. Begitu besarkah rasa marah Dea pada Sari sehingga dipenghujung pesannya begitu mengena sasaran. Padahal sepengetahuannya, pesan-pesan seperti itu tidak mungkin keluar dari seorang Dea. Sari tahu persis siapa Dea, karakter menghunjam orang tidak mungkin muncul dari diri seorang Dea. Sari dengan penuh rasa emosi bercampur sedih, mengirim ulang pesan itu kepada Arman. Arman-lah satu-satunya orang yang berhak membaca pesan Dea. Dengan penuh kemarahan, Sari meminta untuk bertemu sesegera mungkin pada Arman. Sari minta pertanggungjawaban Arman atas persoalan ini. Sepanjang jalan menuju kantor organisasi yang menerbitkan Tabloid Sinar Abadi, Sari menangis. Kepalanya terasa berat. Seperti ada batu besar yang menimpanya. Dalam hati, Sari selalu berkata, "Aku bukan orang yang seperti ada dalam pikiranmu Dea. Aku adalah Sari yang selalu ingin bersamamu baik dalam senang maupun susah." Sesampainya di kantor tersebut, Sari langsung meminjam ponsel temannya untuk membuka pesan yang tidak bisa dibaca di pesawat teleponnya. Pesan itu adalah pesan terusan yang berbunyi "Aku agak sulit memaafkan kejadian ini semua, toh maafku tidak begitu berarti bagimu. Ada dan tiadanya aku, kau tetap berprestasi. Teruslah kau berkiprah selagi kau belum berkeluarga dan beranak -inak. Biar Allah saja yang tahu," pesan yang cukup mengguncangkan hati Sari. Wajar kalau Sari memutuskan persoalan ini untuk diketahui Arman dan meminta segera diselesaikan. Pada akhirnya, Arman pun turun tangan menyelesaikan persoalan yang tampak sepele ini. Pagi sekali Arman berkunjung ke rumah Dea, tapi sayang Dea sudah keburu pergi bekerja. Arman pun bertemu dengan suami Dea dan menyeritakan duduk persoalan ini pada suami Dea. Arman berharap persoalan ini segera berakhir dengan cara yang baik. Memang apa yang diharapkan Arman terwujud. Keesokannya Dea mendatangi rumah Sari. Membawa buah tangan. Sari pun terheran dengan perlakuan Dea yang tampak tidak pernah terjadi apa-apa. Padahal kemarin, sempat terjadi ketegangan antara mereka. Sari menyambut gembira kedatangan Dea walaupun hanya beberapa menit saja. Sari berpikir selesai sudah persoalan antara mereka dan hari-hari berikutnya Sari berharap hubungan mereka tetap seperti sediakala. Sayang, harapan Sari tidak tercapai. Rupanya Dea masih membutuhkan waktu lama untuk bisa melupakan kejadian yang dialaminya. Akhirnya, walaupun selesai permasalahan mereka, tetap saja masih ada jarak antara mereka, kaca yang sudah pernah pecah tidak mungkin bisa disatukan kembali seperti sedia kala. Enam bulan berikutnya Dea pergi ke Pulau Jawa, menemani sang suami yang sedang bertugas di sana. Empat tahun berikutnya, Dea sudah punya momongan baru dan Sari sudah berkeluarga bersama lelaki yang diharapkannya.***