SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 11
Makalah


   ASMA




           Di susun oleh :
             Asiyanto




MAJELIS TENAGA KESEHATAN PROPINSI
          JAWA TENGAH
               2011
ASMA
  I.    PENDAHULUAN
1. Definisi Asma
        Asma adalah penyakit yang memiliki karakteristik dengan sesak napas dan wheezing,
dimana keparahan dan frekuensi dari tiap orang berbeda. Kondisi ini akibat kelainan inflamasi
dari jalan napas di paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas saraf pada jalan napas sehingga
mudah teriritasi. Pada saat serangan, alur jalan napas membengkak karena penyempitan jalan
napas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru-paru (WHO, 2011).
        Asma juga ditandai dengan meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
rangsangan dengan manifestasi nya dapat berubah secara spontan maupun hasil pengobatan
(Muttaqin, 2008).
        Dengan demikian, asma adalah kelainan inflamasi dengan ciri adanya obstruksi aliran
napas, hipersensitivitas bronchial dan terdapat inflamasi (Bethesda, 2007).
        Inflamasi kronis pada bronkus tersebut berhubungan dengan hiperresponsif dari saluran
pernafasan yang menyebabkan episode wheezing, apneu, sesak nafas dan batuk-batuk terutama
pada malam hari atau awal pagi (Kepmenkes, 2009).


2. Etiologi Asma
        Sampai pada saat ini etioologi asma masih belum jelas diketahui secara pasti, namun ada
beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma
bronkhial (Tanjung, 2003; Muttaqin, 2008).
a. Faktor predisposisi
• Genetik
        Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
• Alergen
 Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
    1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
       ex: debu (Dermatophagoides pteronissynus), bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,
       bakteri dan polusi
    2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
       ex: makanan dan obat-obatan
    3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
       ex: perhiasan, logam dan jam tangan
• Perubahan cuaca
           Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir
yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal
ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
• Stress
           Stress/ gangguan emosi bukan penyebab asma namun dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
  Lingkungan kerja
           Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
  Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
           Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut
 Obat-obatan
           Beberapa klien asma bronkhial sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti
pennisilin, salisilat, beta blocker dan kodein.


3. Epidemologi Asma
           Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 81% pada anak dan 3-5% pada dewasa,
dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50% . Berdasarkan laporan National Center
for Health Statistics atau NCHS (2003), prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun
adalah 57 per 1000 anak (jumlah anak 4,2 juta) dan pada dewasa > 18 tahun, 38 per 1000
(jumlah dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita yang mengalami serangan lebih banyak daripada lelaki.
WHO memperkirakan terdapat sekitar 250.000 kematian akibat asma. Sedangkan berdasarkan
laporan NCHS (2000) terdapat 4487 kematian akibat asma atau 1,6 per 100 ribu populasi
(Dahlan, 1998; Kartasasmita, 2008).
           Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan
bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang
dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood
(ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang
64 % diantaranya mempunyai gejala klasik (Necel, 2009).
Penatalaksanaan medis untuk asma dibagi menjadi dua, yaitu (Muttaqin, 2008; Kepmenkes
2009) :
- Pengobatan Nonfarmakologi
             a. Memberikan penyuluhan penggunaan Inhaler
             b. Menghindari faktor pencetus
             c. Pemberian cairan
             d. Fisiotherapy
- Pengobatan Farmakologi
 Obat-obat pengontrol adalah obat-obat yang diberikan tiap hari untuk jangka lama untuk
 mengontrol asma persisten.
 Dewasa ini pengontrol yang paling efektif adalah kortikosteroid inhalasi.
 Obat-obat pelega adalah yang bekerja cepat untuk menghilangkan konstriksi bronkus beserta
 keluhan-keluhan yang menyertainya.
 Selain pengobatan jangkah panjang, terdapat pula pengobatan ekserbasi (serangan asma).
 Eksaserbasi (serangan ) asma adalah memburuknya gejala asma secara cepat berupa
 bertambahnya sesak nafas, batuk mengi atau berat di dada atau kombinasi dari gejala–gejala
 ini.
 II.      FARMAKOTERAPI
  1. Teofilin
        Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan penyakit paru
        obstruktif yang kronik, namun tidak efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif
        kronik. Teofilin dapat meningkatkan risiko efek samping jika digunakan bersamaan dengan
        agonis reseptor beta, seperti munculnya hipokalemia. Teofilin dimetabolisme oleh hati.
        Penggunaan teofilin harus lah berhati-hati karena batas keamanan dosis yang cukup
        sempit. Dosis terapi dapat dicapai pada kadar 10-20 mg/lt, namun efek samping juga sudah
        muncul pada kadar tersebut dan lebih berat lagi pada kadar diatas 20 mg/lt.
        Indikasi : obstruksi saluran nafas yang reversibel, serangan asma berat.
        Kontraindikasi : hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakti jantung, hipertensi,
        hipertiroid, ulkus lambung, epilepsi, lanjut usia, gangguan hati, kehamilan dan menyusui.
        Dosis : (Dosis tergantung juga dari tiap merk teofilin) Secara umum dosis 200-400 mg tiap
        12 jam. Anak 6-12 tahun : 125-200 mg tiap 12 jam Anak 2-12 tahun : 9mg/kg setiap 12
        jam (maksimal 200 mg)
        Sediaan : Tablet/kapsul 125 mg, 130 mg, 150 mg, 250 mg, 300 mg Syrup 130 mg/15 ml,
        150 mg/15 ml
        Mekanisme aksi : Menghambat enzim fosfodiesterase, antagonis adenosine, menghambat
        pelepasan mediator dan meningkatkan aktivitas simpatetik.
        Interaksi obat :
        Allupurinol : meningkatkan kadar teofilin dalam darah.
Ketamine : meningkatkan risiko kejang
Halotan : meningkatkan risiko artimia
Adenosine : teofilin berlawanan efek dengan antiaritmia adenosine.
Propafenon : meningkatkan kadar teofilin dalam darah
Azitromisin,    isoniazid,   claritromisin,   eritromisin,    ciprofloxacin,   norfloxacin   :
meningkatkan kadar teofilin dalam darah
Rifampisin : meningkatkan metabolism teofilin, menurunkan kadar teofilin dalam darah.
Kuinolon : meningkatkan risiko kejang.
Fluvoxamin : meningkatkan kadar teofilin dalam darah, teofilin dosis rendah masih dapat
digunakan dengan pemantauan kadar teofilin dalam darah.
Carbamazepine, pirimidone : meningkatkan metabolism teofilin, menurunkan kadar
teofilin dalam darah.
Fenitoin : kadar keduanya menurun.
Fluconazole, ketokonazole : meningkatkan kadar teofilin dalam darah.
Ritonavir : meningkatkan metabolism teofilin, menurunkan kadar teofilin dalam darah.
Benzodiazepin : teofilin menurunkan efek benzodiazepine.
Barbiturate : meningkatkan metabolism teofilin, menurunkan kadar teofilin dalam darah.
Diltiazem, verapamil : meningkatkan kadar teofilin dalam darah, meningkatkan efek
teofilin. - Kortikosteroid : meningkatkan risiko hipokalemia.
Metotrexate : meningkatkan kadar teofilin dalam darah.
Disulfiram : meningkatakan risiko toksisitas dari teofilin.
Acetazolamide : meningkatkan risiko hipokalemia.
Doxapram : meningkatkan efek rangsangan terhadap saraf pusat.
Interferon : menghambat metabolism teofilin, meningkatkan kadarnya dalam darah.
Zafirlukast : meningkatkan kadar teofilin dalam darah.
Litium : teofilin meningkatkan sekresi litium sehingga menurunkan kadar litium dalam
darah.
Estrogen : menurunkan ekskresi teofilin sehingga meningkatkan kadar teofilin dalam
darah.
Pentoxifilin : meningkatkan kadar teofilin dalam darah
Sulfinpirazone : menurunkan kadar teofilin dalam darah.
Simpatomimetik : pabrik pembuat teofilin tidak menganjurkan penggunaan bersamaan
dengan efedrin terutama pada anak-anak.
Simetidin : menghambat metabolism teofilin, meningkatkan kadar teofilin dalam darah.
Sukralfat : menghambat penyerapan teofilin, minum dengan jarak 2 jam satu sama lain.
Vaksin : vaksin influenza meningkatkan kadar teofilin.
Efek Samping : Denyut jantung meningkat, berdebar-debar, mual-muntah, gangguan
   saluran cerna lainnya, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan irama jantung, kejang
2. Epinefrin
   Epinefrin adalah bronkodilator yang efektif, efek bronkodilatornya cepat bila diberikan
   secara subkutan. Efedrin mungkin mempunyai riwayat yang paling lama digunakan dalam
   pengobatan Asma, dibanding epinefrin , efedrin mempunyai masa kerja yang lebih lama,
   aktif per oral, efek-efek sentral lebih menonjol, dan potensinya jauh lebih lemah.
3. Isoprotenolol
   Isoprotenolol adalah suatu bronkodilator yang kuat; bila diinhalasi dalam bentuk
   mikroaerosol dengan tabung bertekanan dengan dosis 80-120 mcg akan menghasilkan
   bronkodilatasi maksimum dalam 5 menit.
4. Agonis β2
   Termasuk didalam agonis beta-2 kerja lama inhalasi adalah salmeterol dan formoterol yang
   mempunyai waktu kerja lama (>12 jam). Seperti lazimnya agonis beta-2 mempunyai efek
   relaksasi otot polos, meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti
   pembuluh darah dan memodulasi penglepasan medoator dari sel mast dan basofil.
   Kenyataannya pada pemberian jangka lama, mempunyai efek antiinflamasi walau kecil.
   Inhalasi agonis beta-2 kerja lama yang diberikan jangka lama mempunyai efek protektif
   terhadap rangsang bronkokonstriktor. Pemberian inhalasi agonis beta-2 kerja lama,
   menghasilkan efek bronkodilatasi lebih baik dibandingkan preparat oral.

                                                Durasi (lama kerja)
                    Ons
                    et            Singkat                       Lama

                    Cep           Fenoterol                     Formoterol
                    at            Prokaterol
                                  Salbutamol/
                                  Albuterol
                                  Terbutalin
                                  Pirbuterol
                  Lam                                       Salmeterol
                  bat
   Yang termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan prokaterol yang
   telah beredar di Indonesia.mempunyai waktu mulai kerja (onset) yang cepat. Formoterol
   mempunyai onset cepat dan durasi yang lama. Pemberian dapat secara inhalasi atau oral,
   pemberian inhalasi mempunyai onset yang lebih cepat dan efek samping minimal/tidak
   ada.
   Mekanisme kerja agonis beta-2 yaitu relaksasi otot plos saluran napas, meningkatkan
   bersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan modulasi penglepasan
   mediator dari sel mast.Merupakan terapi pilihan pada serangan akut dan sangat bermanfaat
   sebagai praterapi pada exercise-induced asthma.
Efek sampingnya adalah rangsangan kardiovaskular, tremor otot rangka dan hipokalemi.
    Pemberian secara inhalasi jauh lebih sedikit menimbulkan efek samping dari pada oral.
    Dinajurkan pemberian inhalasi, kecuali penderita yang tidak dapat/mungkin menggunakan
    terapi inhalasi.

5. Ipratropium Bromida
    Ipratropium bromid memungkinkan pembebasannya dalam dosis tinggi ke reseptor-
    reseptor muskarinik dalam saluran nafas, karena senyawa ini sukar diabsorpsi dan tidak
    masuk ke dalam SSP.
6. Na Kromolin
    Kromolin natrium (dinatrium kromoglikat) dan nedokromil berbeda dari kebanyakan obat-
    obat antiasmatik lain karena obat-obat ini hanya bermanfaat jika digunakan sebagai
    profilaksis. Obat-obat ini stabil tetapi tidak sempurna larut dalam garam-garam. Bila
    digunakan sebagai aerosol, obat ini efektif menghambat asma yang diinduksi oleh antigen
    dan asma akibat latihan fisik (exercise-induce asthma), dan pemakaian menahun (4 kali
    sehari) dapat mengurangi derajat reaktivitas bronkial; namun demikian obat-obat ini tidak
    berefek pada tonus otot polos saluran nafas dan tidak efektif dalam pemulihan
    bronkospasme asmatik.

    Mekanisme kerja

    Kromolin mempunyai efek penghambatan yang sedikit pada mediator yang dibebaskan
    dari basofil-basofil manusia atau pada degranulasi sel-sel mastosit yang diperantarai IgG.
    Mungkin juga efek penghambatan ini juga spesifik untuk organ-organ tertentu, karena
    kromolin menghambat anafilaksis pada paru-paru manusia dan pada binatang primata
    tetapi tidak pada kulit

    Kromolin menghambat pembebasan mediator dari sel-sel mastosit saluran nafas. Praterapi
    dengan kromolin tidak saja hanya menghambat pencetusan bronkospasme yang
    ditimbulkan oleh antigen yang diinhalasi atau oleh latihan; tetapi secara kebetulan juga
    menghambat munculnya NCF pada waktu bersamaan, yang diduga merupakan suatu tanda
    adanya aktivasi sel mastosit yang ada dalam sirkulasi darah .

    Penggunaan Klinik Kromolin dan Nedokromil

-   Bila obat digunakan sebelum pemaparan, maka obat akan menghambat reaksi cepat dan
    reaksi lambat terhadap antigen yang diinhalasi
-   Praterapi dengan kromolin juga memblok bronkokonstriksi yang diinduksi oleh olahraga
    dan oleh aspirin dan melindungi terhadap pencetusan bronkospasme oleh berbagai zat-zat
    industri, termasuk toluen diisosianat, debu kayu, aliran pateri, piperazin hidroklorida, dan
    enzim-enzim tertentu.
-   Kromolin bermanfaat untuk diberikan sesaat sebelum olahraga atau sebelum pemaparan
    dengan antigen yang tidak bisa dihindari.
-   Nedokromil mempunyai efek penghambatan yang lebih besar pada sel-sel mastosit paru
    primata secara invitro dan telah memberikan hasil-hasil dalam uji klinik yang besar.
    Nedokromil dapat ditawarkan sebagai antiasmatik dengan potensi lebih kuat dari kromolin.

    Efek samping

-   Karena kromolin sukar diabsorpsi, efek-efek samping kromolin adalah minor dan
    terlokalisasi pada tempat yang tertimbun berupa gejala-gejala iritasi tenggorokan batuk,
    mulut kering, dada terasa terikat, dan mengi. Beberapa gejala ini dapat di dicegah dengan
    inhalasi suatu obat β2 –agonis sebelum terapi dengan kromolin.
-   Efek samping yang berat jarang terjadi. Efek samping yang telah dilaporkan adalah
    dermatitis, miositis, atau gastroenteritis yang ditemukan pada sekitar 2% pasien.
7. Kortikosteroid
    Karena efek sampingnya yang berat bila diberikan secara kronis, maka kortikosteroid per
    oral untuk pasien-pasien yang tidak mengalami perbaikan secara adekuat dengan
    bronkodilator, atau tidak mengalami perbaikan pada mereka dengan gejala-gejala asma
    yang memburuk meskipun telah diobati dengan bronkodilator dengan dosis rumat. Supresi
    adrenal tergantung dosis kortikosteroid yang diberikan, pada pemberian dosis rendah pada
    pagi hari dapat memperkecil supresi adrenal.

    Cara paling efektif untuk mengurangi efek samping kortikosteroid adalah dengan
    pemberian secara aerosol/ Dengan diperkenalkannya kortikosteroid yang larut dalam lipid
    seperti beklometason, tramnisolon, budesonid, dan flunisolid yang merupakan metode
    yang efektif untuk membebaskan kortikosteroid ke saluran nafasdengan absorpsi minimum
    dan efek-efek samping lebih sedikit.

    Penggunaan kortikosteroid secara menahun efektif untuk mengurangi gejala-gejala dan
    memperbaiki fungsi paru pada pasien-pasien Asma ringan.

    Efek samping steroid inhalasi adalah efek samping lokal seperti kandidiasis orofaring,
    disfonia dan batuk karena iritasi saluran napas atas. Semua efek samping tersebut dapat
    dicegah dengan penggunan spacer, atau mencuci mulut dengan berkumur-kumur dan
    membuang keluat setelah inahalasi.

    Evaluasi terapi :

    Semua pasien pada obat-obatan yang menggunakaninhaler, mereka dievaluasi secara
    berkala-bulanan awalnya dan kemudian setiap 3 sampai 6 bulan. Setelah memulai terapi
    anti-inflamasi atau peningkatan dalam dosis, kebanyakan pasien harus mulai mengalami
penurunan gejala dalam 1 sampai 2 minggu dan mencapai maksimum gejala perbaikan
              dalam waktu 4 sampai 8 minggu.

              Penggunaan dosis yang lebih tinggi harus di monitoring FEV1. Peningkatan FEV1 dan
              PEF harus mengikuti kerangka waktu yang sama, namun penurunan BHR, yang diukur
              dengan pagi hari PEF, variabilitas PEF, dan olahraga toleransi, bisa lebih lama dan
              meningkatkan selama 1 sampai 3 bulan.

              Teknik Inhaler diajarkan, seperti ketika untuk mencari rencana tindakan medis.Medical
              record harus disediakan. Tindak lanjut kunjungan harus dalam 2 sampai 4 minggu. Pada
              waktu itu pesan dari kunjungan pertama harus diulang, serta pertanyaan tentang obat-
              obatan saat ini pasien dan kesulitan terkait dengan terapi.

    III.       SEDIAN YANG ADA DI PASARAN
    IV.        Sediaan yang ada di pasaran :
                                                Sediaan dan Dosis obat pengontrol Asma

Medikasi                Sediaan obat         Dosis dewasa           Dosis anak            Keterangan
Kortikosteroid
sistemik

Metilprednisolon        Tablet               4-40 mg/hari, dosis    0,25-2 mg/kg B B/     Pemakaian jangka panjang dosis 4-
                        4, 8, 16 mg          tunggal atau terbagi   hari, dosis tunggal   5 mg/hari atau 8-10 mg selang
                                                                    atau terbagi          sehari untuk pengontrol asma, atau
                                                                                          sebagai pengganti steroid inhalasi
                                             Short course : 20-40   Short-course : 1-2    pada kasus yang tidak dapat/mampu
Prednison               Tablet 15mg          mg/hari dosis          mg/kgBB/hari          menggunakan steroid inhalasi
                                             tunggal atau terbagi   Maks. 40 mg/hari,
                                             selama 3-10 hari       selama 3-10 hari.
Kromolin &
Nedokromil

Kromolin                IDT                  1-2 semprot            1 semprot             Sebagai alternatif antiinflamasi
                        5 mg/semprot         3-4 x/hari             3-4 x/hari
                                                                                          Sebelum exercise atau pajanan
Nedokromil              IDT                  2 semprot              2 semprot             alergen, profilaksis efektif dalam
                        2 mg/semprot         2-4 x/hari             2-4 x/hari            1-2 jam

Agonis beta-2 kerja
Lama

Salmeterol              IDT 25               2-4 semprot,           1-2 semprot,          Digunakan bersama/kombinasi
                        mcg/semprot          2 x/hari               2 x/hari              dengan steroid inhalasi untuk
                        Rotadisk 50 mcg                                                   mengontrol asma.

                        Tablet 10 mg
Bambuterol                                   1 x 10 mg/hari,        --
                                             malam
                        Tablet 25, 50 mcg                                                 Tidak dianjurkan untuk mengatasi
Prokaterol              Sirup 5 mcg/ml       2 x 50 mcg/hari        2 x 25 mcg/hari       gejala pada eksaserbasi. Kecuali
                                             2 x 5 ml/hari          2 x 2,5 ml/hari       formoterol yang mempunyai onset
                        IDT 4,5 ; 9                                                       kerja lama, sehingga dapat
                        mcg/semprot                                                       digunakan mengatasi gejala pada
                                             4,5 -9 mcg             2 x 1 semprot         eksaserbasi.
Formoterol                                   1-2 x/hari             (>12 tahun)
Metilxantin

Aminofilin lepas        Tablet 225 mg        2 x 1 tablet           ½-1 tablet,           Atur dosis sampai mencapai kadar
lambat                                                              2 x/hari              obat
                                                                    (>12 tahun)           Dalam serum 5-15 mcg/ml

Teofilin lepas lambat   Tablet               2 x 125-300 mg                               Sebaiknya monitoring kadar obat
                        125, 250, 300 mg –                                                dalam serum dilakukan rutin,
2 x/hari;                                                                   mengingat sangat bervariasinya
                                               200-400 mg 1x/hari                                  metabolic clearence dari teofilin,
                       400 mg                                                                      sehingga mencegah efek samping.
Antileukotrien

Zafirlukast            Tablet 20 mg            2 x 20 mg/hari          ---                         Pemberian bersama makanan
                                                                                                   mengurangi bioavailabiliti.
                                                                                                   Sebaiknya diberikan 1 jam sebelum
                                                                                                   atau 2 jam setelah makan.
Steroid inhalasi

Flutikason propionat   IDT 50-125              125-500 mcg/hari        50-125 mcg/hari             Dosis bergantung kepada derajat
                       mcg/semprot                                                                 berat asma
Budesonide                                     100-800 mcg/hari        100-200 mcg/hari
                       IDT, Turbuhaler                                                             Sebaiknya diberikan dengan spacer.
                       100, 200, 400 mcg

                       IDT, rotacap,           100-800 mcg/hari        100-200 mcg/hari
Beklometason           rotahaler, rotadisk.
dipropionat



                                        Sediaan dan dosis obat pelega untuk mengatasi gejala Asma

Medikasi               Sediaan obat               Dosis dewasa               Dosis anak                   Keterangan
Agonis beta-2 kerja
lama

Terbutalin             IDT 0, 25 mcg/semprot      0,25-0,5 mg                Inhalasi 0,25 mg 3-4         Penggunaan obat pelega
                       Turbuhaler 0,25 mg ;       3-4 x/hari                 x/hari                       sesua kebutuhan, bila perlu
                       0,5 mg/hirup                                          (>12 tahun)
                       Respule/solutio 5 mg/ 2
                       ml
                       Tablet 2,5 mg
                       Sirup 1,5; 2,5 mg/ml.      Oral 1,5-2,5 mg, 3-4       Oral
                                                  x/hari                     0,05 mg/kgBB/x, 3-4 x
                       IDT 100 mcg/semprot                                   hari
                       Nebules/solutio 2,5                                                                Untuk mengatasi
Salbutamol             mg/2 ml,                   Inhalasi 200 mcg 3-        100 mcg 3-4 x/hari           eksaserbasi, dosis
                       5 mg/ml                    4 x/hari                   0,05 mg/kgBB/x, 3-4          pemeliharaan berkisar 3-4
                       Tablet 2 mg, 4mg                                      x/hari                       x/hari
                       Sirup 1 mg,
                       2 mg/5ml
                                                  Oral 1-2 mg, 3-4
                       IDT 100, 200 mcg/          x/hari
                       semprot
                                                                             100 mcg, 3-4 x/hari
Fenoterol              Solutio                    200 mcg 3-4 x/hari         10 mcg,
                       100 mcg/ml                 10-20 mcg.
                                                                             2 x/hari
                       IDT 10 mcg/semprot         2-4 x/hari
Prokaterol             Tablet 25, 50mcg
                       Sirup 5 mcg/semprot

                                                                             2 x 25 mcg/hari
                                                  2 x 50 mcg/hari
                                                  2 x 5 ml/hari              2 x 2,5 ml/hari

Antikolinergik

Ipratropium bromide    IDT 20 mcg/semprot         40 mcg                     20 mcg,                      Diberikan kombinasi
                                                  3-4 x/hari                 3-4 x/hari                   dengan agonis beta-2 kerja
                                                                                                          singkat,untuk mengatasi
                                                                                                          serangan.
                       Solutio 0,25 mg/ml
                       (0,025%) (nebulisasi)      0,25 mg setiap 6           0,25-0,5 mg tiap 6 jam       Kombinasi dengan agonis
                                                  jam                                                     beta-2 pada pengobatan
                                                                                                          jangka panjang, tidak ada
                                                                                                          manfaat tambahan.


Kortikosteroid
sistemik
Metilprednisolon      Tablet 4, 8, 16mg   Short course : 24-40   Short-course : 1-2      Short-course efektif untuk
                                          mg/hari dosis          mg/kgBB/hari,           mengontrol asma pada
                                          tunggal atau terbagi   maksimum 40 mg/hari     terapi awal, sampai tercapai
Prednison             Tablet 5 mg         selama 3-10 hari       selama 3-10 hari        APE 80% terbaik atau
                                                                                         gejala mereda, umumnya
                                                                                         membutuhkan 3-10 hari
Metilsantin

Teofilin              Tablet              3-5mg/                 3-5 mg/kgBB kali, 3-4   Kombinasi
                      130-150mg           kgBB/kali, 3-4         x/hari                  teofilin/aminofilin dengan
Aminofilin            Tablet 200 mg       x/hari                                         agonis beta-2 kerja singkat
                                                                                         (masing-masing dosis
                                                                                         minimal). Meningkatkan
                                                                                         efektifitas dengan efek
                                                                                         samping.




      V.      PENUTUP
              Hal lain yang mempercepat penyembuhan/ terapi
              a) Kepatuhan terhadap dosis dan penggunaan obat asma
              b) Fisiotherapy


              Edukasi pengobatan maupun non obat
              a) Memberikan penyuluhan penggunaan Inhaler yang benar
              b) Menghindari faktor pencetus
              c) Pemberian tindakan medis exserbasi secara benar




    VI.       DAFTAR PUSTAKA

              Mangunnegoro, H., Widjaja, A., Syafiuddin, T. 2006. Asma. Pedoman Diagnosis dan
                      Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. FK UI.
                      Jakarta.

              Katzung, BG. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi IV. Penerbit Buku Kedokteran
                      EGC. Jakarta.

              Alsagaff, H., Mukty, A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University
                      Press. Surabaya.

              DiPiro, Joseph T ., 2005. PHARMACOTHERAPY APathophysiologic Approach Sixth
                      Edition. MCGRAW-HILL. New York

              http://emedicine.medscape.com/pulmonology

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

La actualidad más candente (20)

Penyakit asma revisi
Penyakit asma revisiPenyakit asma revisi
Penyakit asma revisi
 
Obat sistem pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Obat sistem pernapasan AKPER PEMKAB MUNAObat sistem pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Obat sistem pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
 
Pengobatan darurat sederhana untuk meredakan
Pengobatan darurat sederhana untuk meredakanPengobatan darurat sederhana untuk meredakan
Pengobatan darurat sederhana untuk meredakan
 
Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)
Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)
Asma pada anak (penatalaksanaan, pencegahan, edukasi, prognosis)
 
FARMAKOLOGI ANTITUSIF
FARMAKOLOGI ANTITUSIFFARMAKOLOGI ANTITUSIF
FARMAKOLOGI ANTITUSIF
 
Batuk dan pengobatannya
Batuk dan pengobatannyaBatuk dan pengobatannya
Batuk dan pengobatannya
 
Leaflet asma bronkial akper pemda muna
Leaflet asma bronkial akper pemda munaLeaflet asma bronkial akper pemda muna
Leaflet asma bronkial akper pemda muna
 
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIKEKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
 
Leaflet asma
Leaflet asmaLeaflet asma
Leaflet asma
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Ekspektoran
EkspektoranEkspektoran
Ekspektoran
 
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
 
Makalah ASMA
Makalah ASMAMakalah ASMA
Makalah ASMA
 
Ikun asma bab 1 dan 2
Ikun asma bab 1 dan 2Ikun asma bab 1 dan 2
Ikun asma bab 1 dan 2
 
Power point asma bronkial
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkial
 
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMADefinisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
 
Satpel asma
Satpel asmaSatpel asma
Satpel asma
 
Leaflet asma hitam putih
Leaflet asma hitam putihLeaflet asma hitam putih
Leaflet asma hitam putih
 
Antitusif
AntitusifAntitusif
Antitusif
 
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
 

Destacado (20)

Obat antihistamin dan abat
Obat antihistamin dan abatObat antihistamin dan abat
Obat antihistamin dan abat
 
asthma bronchiale
asthma bronchialeasthma bronchiale
asthma bronchiale
 
Ppt asma bronkhiale
Ppt asma bronkhialePpt asma bronkhiale
Ppt asma bronkhiale
 
Obat obatan sistem ssp
Obat obatan sistem sspObat obatan sistem ssp
Obat obatan sistem ssp
 
Obat antihistamin
Obat antihistaminObat antihistamin
Obat antihistamin
 
Histamin antihistamin
Histamin antihistaminHistamin antihistamin
Histamin antihistamin
 
Anticholinergic pharmacology
Anticholinergic pharmacologyAnticholinergic pharmacology
Anticholinergic pharmacology
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Histamin
HistaminHistamin
Histamin
 
Rhinitis alergi
Rhinitis alergi Rhinitis alergi
Rhinitis alergi
 
Azolin Nasal drops (Oxymetazoline) ppt
Azolin Nasal drops (Oxymetazoline) pptAzolin Nasal drops (Oxymetazoline) ppt
Azolin Nasal drops (Oxymetazoline) ppt
 
Riskesdas 2013
Riskesdas 2013Riskesdas 2013
Riskesdas 2013
 
Antihistamin
AntihistaminAntihistamin
Antihistamin
 
Antihistamin
AntihistaminAntihistamin
Antihistamin
 
PNEUMONIAS BY DR BASHIR AHMED DAR ASSOCIATE PROFESSOR MEDICINE SOPORE KASHMIR
PNEUMONIAS BY DR BASHIR AHMED DAR ASSOCIATE PROFESSOR MEDICINE SOPORE KASHMIRPNEUMONIAS BY DR BASHIR AHMED DAR ASSOCIATE PROFESSOR MEDICINE SOPORE KASHMIR
PNEUMONIAS BY DR BASHIR AHMED DAR ASSOCIATE PROFESSOR MEDICINE SOPORE KASHMIR
 
Jadi Dokter untuk Diri Sendiri
Jadi Dokter untuk Diri SendiriJadi Dokter untuk Diri Sendiri
Jadi Dokter untuk Diri Sendiri
 
Ppt Penyakit Asma
Ppt Penyakit AsmaPpt Penyakit Asma
Ppt Penyakit Asma
 
L6: adrenergic neurotransmition/ agonists
L6: adrenergic neurotransmition/ agonistsL6: adrenergic neurotransmition/ agonists
L6: adrenergic neurotransmition/ agonists
 
Pseudoephedrine
PseudoephedrinePseudoephedrine
Pseudoephedrine
 

Similar a ASMA PENYAKIT PARU

Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchialSumadin1112
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchialSumadin1112
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchialSumadin1112
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchialSumadin1112
 
Asma pada kehamilan ppt.pptx
Asma pada kehamilan ppt.pptxAsma pada kehamilan ppt.pptx
Asma pada kehamilan ppt.pptxWhinikeCintya
 
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada AnakDiagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada AnakLena Setianingsih
 
Kasus Farmakoterapi asma C2 Farmasi Unpad
Kasus Farmakoterapi asma C2 Farmasi UnpadKasus Farmakoterapi asma C2 Farmasi Unpad
Kasus Farmakoterapi asma C2 Farmasi Unpadssuser1b264b
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1sharklasers22
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchialSumadin1112
 
Diagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anak
Diagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anakDiagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anak
Diagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anakzakiyzuhdi
 
konseling asma
konseling asmakonseling asma
konseling asmawitanurma
 
Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus Omhe_ID
 

Similar a ASMA PENYAKIT PARU (20)

Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Asma pada kehamilan ppt.pptx
Asma pada kehamilan ppt.pptxAsma pada kehamilan ppt.pptx
Asma pada kehamilan ppt.pptx
 
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
 
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada AnakDiagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
 
askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma
 
Asma bronkial
Asma bronkialAsma bronkial
Asma bronkial
 
Kasus Farmakoterapi asma C2 Farmasi Unpad
Kasus Farmakoterapi asma C2 Farmasi UnpadKasus Farmakoterapi asma C2 Farmasi Unpad
Kasus Farmakoterapi asma C2 Farmasi Unpad
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
 
89948381 006-akbid-asma-pada-ibu-hamil
89948381 006-akbid-asma-pada-ibu-hamil89948381 006-akbid-asma-pada-ibu-hamil
89948381 006-akbid-asma-pada-ibu-hamil
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Asma Bronkiale Pada Anak
Asma Bronkiale Pada AnakAsma Bronkiale Pada Anak
Asma Bronkiale Pada Anak
 
Diagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anak
Diagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anakDiagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anak
Diagnosis dan penatalaksanaan terkini asma pada anak
 
konseling asma
konseling asmakonseling asma
konseling asma
 
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusiaKelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus
 
Pneumonia_.ppt
Pneumonia_.pptPneumonia_.ppt
Pneumonia_.ppt
 

ASMA PENYAKIT PARU

  • 1. Makalah ASMA Di susun oleh : Asiyanto MAJELIS TENAGA KESEHATAN PROPINSI JAWA TENGAH 2011
  • 2. ASMA I. PENDAHULUAN 1. Definisi Asma Asma adalah penyakit yang memiliki karakteristik dengan sesak napas dan wheezing, dimana keparahan dan frekuensi dari tiap orang berbeda. Kondisi ini akibat kelainan inflamasi dari jalan napas di paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas saraf pada jalan napas sehingga mudah teriritasi. Pada saat serangan, alur jalan napas membengkak karena penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru-paru (WHO, 2011). Asma juga ditandai dengan meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap rangsangan dengan manifestasi nya dapat berubah secara spontan maupun hasil pengobatan (Muttaqin, 2008). Dengan demikian, asma adalah kelainan inflamasi dengan ciri adanya obstruksi aliran napas, hipersensitivitas bronchial dan terdapat inflamasi (Bethesda, 2007). Inflamasi kronis pada bronkus tersebut berhubungan dengan hiperresponsif dari saluran pernafasan yang menyebabkan episode wheezing, apneu, sesak nafas dan batuk-batuk terutama pada malam hari atau awal pagi (Kepmenkes, 2009). 2. Etiologi Asma Sampai pada saat ini etioologi asma masih belum jelas diketahui secara pasti, namun ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial (Tanjung, 2003; Muttaqin, 2008). a. Faktor predisposisi • Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. b. Faktor presipitasi • Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu (Dermatophagoides pteronissynus), bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi 2. Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan 3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan, logam dan jam tangan
  • 3. • Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. • Stress Stress/ gangguan emosi bukan penyebab asma namun dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut Obat-obatan Beberapa klien asma bronkhial sensitif atau alergi terhadap obat tertentu seperti pennisilin, salisilat, beta blocker dan kodein. 3. Epidemologi Asma Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 81% pada anak dan 3-5% pada dewasa, dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50% . Berdasarkan laporan National Center for Health Statistics atau NCHS (2003), prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000 anak (jumlah anak 4,2 juta) dan pada dewasa > 18 tahun, 38 per 1000 (jumlah dewasa 7,8 juta). Jumlah wanita yang mengalami serangan lebih banyak daripada lelaki. WHO memperkirakan terdapat sekitar 250.000 kematian akibat asma. Sedangkan berdasarkan laporan NCHS (2000) terdapat 4487 kematian akibat asma atau 1,6 per 100 ribu populasi (Dahlan, 1998; Kartasasmita, 2008). Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik (Necel, 2009).
  • 4. Penatalaksanaan medis untuk asma dibagi menjadi dua, yaitu (Muttaqin, 2008; Kepmenkes 2009) : - Pengobatan Nonfarmakologi a. Memberikan penyuluhan penggunaan Inhaler b. Menghindari faktor pencetus c. Pemberian cairan d. Fisiotherapy - Pengobatan Farmakologi Obat-obat pengontrol adalah obat-obat yang diberikan tiap hari untuk jangka lama untuk mengontrol asma persisten. Dewasa ini pengontrol yang paling efektif adalah kortikosteroid inhalasi. Obat-obat pelega adalah yang bekerja cepat untuk menghilangkan konstriksi bronkus beserta keluhan-keluhan yang menyertainya. Selain pengobatan jangkah panjang, terdapat pula pengobatan ekserbasi (serangan asma). Eksaserbasi (serangan ) asma adalah memburuknya gejala asma secara cepat berupa bertambahnya sesak nafas, batuk mengi atau berat di dada atau kombinasi dari gejala–gejala ini. II. FARMAKOTERAPI 1. Teofilin Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk pasien asma dan penyakit paru obstruktif yang kronik, namun tidak efektif untuk reaksi akut pada penyakit paru obstruktif kronik. Teofilin dapat meningkatkan risiko efek samping jika digunakan bersamaan dengan agonis reseptor beta, seperti munculnya hipokalemia. Teofilin dimetabolisme oleh hati. Penggunaan teofilin harus lah berhati-hati karena batas keamanan dosis yang cukup sempit. Dosis terapi dapat dicapai pada kadar 10-20 mg/lt, namun efek samping juga sudah muncul pada kadar tersebut dan lebih berat lagi pada kadar diatas 20 mg/lt. Indikasi : obstruksi saluran nafas yang reversibel, serangan asma berat. Kontraindikasi : hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakti jantung, hipertensi, hipertiroid, ulkus lambung, epilepsi, lanjut usia, gangguan hati, kehamilan dan menyusui. Dosis : (Dosis tergantung juga dari tiap merk teofilin) Secara umum dosis 200-400 mg tiap 12 jam. Anak 6-12 tahun : 125-200 mg tiap 12 jam Anak 2-12 tahun : 9mg/kg setiap 12 jam (maksimal 200 mg) Sediaan : Tablet/kapsul 125 mg, 130 mg, 150 mg, 250 mg, 300 mg Syrup 130 mg/15 ml, 150 mg/15 ml Mekanisme aksi : Menghambat enzim fosfodiesterase, antagonis adenosine, menghambat pelepasan mediator dan meningkatkan aktivitas simpatetik. Interaksi obat : Allupurinol : meningkatkan kadar teofilin dalam darah.
  • 5. Ketamine : meningkatkan risiko kejang Halotan : meningkatkan risiko artimia Adenosine : teofilin berlawanan efek dengan antiaritmia adenosine. Propafenon : meningkatkan kadar teofilin dalam darah Azitromisin, isoniazid, claritromisin, eritromisin, ciprofloxacin, norfloxacin : meningkatkan kadar teofilin dalam darah Rifampisin : meningkatkan metabolism teofilin, menurunkan kadar teofilin dalam darah. Kuinolon : meningkatkan risiko kejang. Fluvoxamin : meningkatkan kadar teofilin dalam darah, teofilin dosis rendah masih dapat digunakan dengan pemantauan kadar teofilin dalam darah. Carbamazepine, pirimidone : meningkatkan metabolism teofilin, menurunkan kadar teofilin dalam darah. Fenitoin : kadar keduanya menurun. Fluconazole, ketokonazole : meningkatkan kadar teofilin dalam darah. Ritonavir : meningkatkan metabolism teofilin, menurunkan kadar teofilin dalam darah. Benzodiazepin : teofilin menurunkan efek benzodiazepine. Barbiturate : meningkatkan metabolism teofilin, menurunkan kadar teofilin dalam darah. Diltiazem, verapamil : meningkatkan kadar teofilin dalam darah, meningkatkan efek teofilin. - Kortikosteroid : meningkatkan risiko hipokalemia. Metotrexate : meningkatkan kadar teofilin dalam darah. Disulfiram : meningkatakan risiko toksisitas dari teofilin. Acetazolamide : meningkatkan risiko hipokalemia. Doxapram : meningkatkan efek rangsangan terhadap saraf pusat. Interferon : menghambat metabolism teofilin, meningkatkan kadarnya dalam darah. Zafirlukast : meningkatkan kadar teofilin dalam darah. Litium : teofilin meningkatkan sekresi litium sehingga menurunkan kadar litium dalam darah. Estrogen : menurunkan ekskresi teofilin sehingga meningkatkan kadar teofilin dalam darah. Pentoxifilin : meningkatkan kadar teofilin dalam darah Sulfinpirazone : menurunkan kadar teofilin dalam darah. Simpatomimetik : pabrik pembuat teofilin tidak menganjurkan penggunaan bersamaan dengan efedrin terutama pada anak-anak. Simetidin : menghambat metabolism teofilin, meningkatkan kadar teofilin dalam darah. Sukralfat : menghambat penyerapan teofilin, minum dengan jarak 2 jam satu sama lain. Vaksin : vaksin influenza meningkatkan kadar teofilin.
  • 6. Efek Samping : Denyut jantung meningkat, berdebar-debar, mual-muntah, gangguan saluran cerna lainnya, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan irama jantung, kejang 2. Epinefrin Epinefrin adalah bronkodilator yang efektif, efek bronkodilatornya cepat bila diberikan secara subkutan. Efedrin mungkin mempunyai riwayat yang paling lama digunakan dalam pengobatan Asma, dibanding epinefrin , efedrin mempunyai masa kerja yang lebih lama, aktif per oral, efek-efek sentral lebih menonjol, dan potensinya jauh lebih lemah. 3. Isoprotenolol Isoprotenolol adalah suatu bronkodilator yang kuat; bila diinhalasi dalam bentuk mikroaerosol dengan tabung bertekanan dengan dosis 80-120 mcg akan menghasilkan bronkodilatasi maksimum dalam 5 menit. 4. Agonis β2 Termasuk didalam agonis beta-2 kerja lama inhalasi adalah salmeterol dan formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (>12 jam). Seperti lazimnya agonis beta-2 mempunyai efek relaksasi otot polos, meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan memodulasi penglepasan medoator dari sel mast dan basofil. Kenyataannya pada pemberian jangka lama, mempunyai efek antiinflamasi walau kecil. Inhalasi agonis beta-2 kerja lama yang diberikan jangka lama mempunyai efek protektif terhadap rangsang bronkokonstriktor. Pemberian inhalasi agonis beta-2 kerja lama, menghasilkan efek bronkodilatasi lebih baik dibandingkan preparat oral. Durasi (lama kerja) Ons et Singkat Lama Cep Fenoterol Formoterol at Prokaterol Salbutamol/ Albuterol Terbutalin Pirbuterol Lam Salmeterol bat Yang termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin, fenoterol, dan prokaterol yang telah beredar di Indonesia.mempunyai waktu mulai kerja (onset) yang cepat. Formoterol mempunyai onset cepat dan durasi yang lama. Pemberian dapat secara inhalasi atau oral, pemberian inhalasi mempunyai onset yang lebih cepat dan efek samping minimal/tidak ada. Mekanisme kerja agonis beta-2 yaitu relaksasi otot plos saluran napas, meningkatkan bersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan modulasi penglepasan mediator dari sel mast.Merupakan terapi pilihan pada serangan akut dan sangat bermanfaat sebagai praterapi pada exercise-induced asthma.
  • 7. Efek sampingnya adalah rangsangan kardiovaskular, tremor otot rangka dan hipokalemi. Pemberian secara inhalasi jauh lebih sedikit menimbulkan efek samping dari pada oral. Dinajurkan pemberian inhalasi, kecuali penderita yang tidak dapat/mungkin menggunakan terapi inhalasi. 5. Ipratropium Bromida Ipratropium bromid memungkinkan pembebasannya dalam dosis tinggi ke reseptor- reseptor muskarinik dalam saluran nafas, karena senyawa ini sukar diabsorpsi dan tidak masuk ke dalam SSP. 6. Na Kromolin Kromolin natrium (dinatrium kromoglikat) dan nedokromil berbeda dari kebanyakan obat- obat antiasmatik lain karena obat-obat ini hanya bermanfaat jika digunakan sebagai profilaksis. Obat-obat ini stabil tetapi tidak sempurna larut dalam garam-garam. Bila digunakan sebagai aerosol, obat ini efektif menghambat asma yang diinduksi oleh antigen dan asma akibat latihan fisik (exercise-induce asthma), dan pemakaian menahun (4 kali sehari) dapat mengurangi derajat reaktivitas bronkial; namun demikian obat-obat ini tidak berefek pada tonus otot polos saluran nafas dan tidak efektif dalam pemulihan bronkospasme asmatik. Mekanisme kerja Kromolin mempunyai efek penghambatan yang sedikit pada mediator yang dibebaskan dari basofil-basofil manusia atau pada degranulasi sel-sel mastosit yang diperantarai IgG. Mungkin juga efek penghambatan ini juga spesifik untuk organ-organ tertentu, karena kromolin menghambat anafilaksis pada paru-paru manusia dan pada binatang primata tetapi tidak pada kulit Kromolin menghambat pembebasan mediator dari sel-sel mastosit saluran nafas. Praterapi dengan kromolin tidak saja hanya menghambat pencetusan bronkospasme yang ditimbulkan oleh antigen yang diinhalasi atau oleh latihan; tetapi secara kebetulan juga menghambat munculnya NCF pada waktu bersamaan, yang diduga merupakan suatu tanda adanya aktivasi sel mastosit yang ada dalam sirkulasi darah . Penggunaan Klinik Kromolin dan Nedokromil - Bila obat digunakan sebelum pemaparan, maka obat akan menghambat reaksi cepat dan reaksi lambat terhadap antigen yang diinhalasi - Praterapi dengan kromolin juga memblok bronkokonstriksi yang diinduksi oleh olahraga dan oleh aspirin dan melindungi terhadap pencetusan bronkospasme oleh berbagai zat-zat industri, termasuk toluen diisosianat, debu kayu, aliran pateri, piperazin hidroklorida, dan enzim-enzim tertentu.
  • 8. - Kromolin bermanfaat untuk diberikan sesaat sebelum olahraga atau sebelum pemaparan dengan antigen yang tidak bisa dihindari. - Nedokromil mempunyai efek penghambatan yang lebih besar pada sel-sel mastosit paru primata secara invitro dan telah memberikan hasil-hasil dalam uji klinik yang besar. Nedokromil dapat ditawarkan sebagai antiasmatik dengan potensi lebih kuat dari kromolin. Efek samping - Karena kromolin sukar diabsorpsi, efek-efek samping kromolin adalah minor dan terlokalisasi pada tempat yang tertimbun berupa gejala-gejala iritasi tenggorokan batuk, mulut kering, dada terasa terikat, dan mengi. Beberapa gejala ini dapat di dicegah dengan inhalasi suatu obat β2 –agonis sebelum terapi dengan kromolin. - Efek samping yang berat jarang terjadi. Efek samping yang telah dilaporkan adalah dermatitis, miositis, atau gastroenteritis yang ditemukan pada sekitar 2% pasien. 7. Kortikosteroid Karena efek sampingnya yang berat bila diberikan secara kronis, maka kortikosteroid per oral untuk pasien-pasien yang tidak mengalami perbaikan secara adekuat dengan bronkodilator, atau tidak mengalami perbaikan pada mereka dengan gejala-gejala asma yang memburuk meskipun telah diobati dengan bronkodilator dengan dosis rumat. Supresi adrenal tergantung dosis kortikosteroid yang diberikan, pada pemberian dosis rendah pada pagi hari dapat memperkecil supresi adrenal. Cara paling efektif untuk mengurangi efek samping kortikosteroid adalah dengan pemberian secara aerosol/ Dengan diperkenalkannya kortikosteroid yang larut dalam lipid seperti beklometason, tramnisolon, budesonid, dan flunisolid yang merupakan metode yang efektif untuk membebaskan kortikosteroid ke saluran nafasdengan absorpsi minimum dan efek-efek samping lebih sedikit. Penggunaan kortikosteroid secara menahun efektif untuk mengurangi gejala-gejala dan memperbaiki fungsi paru pada pasien-pasien Asma ringan. Efek samping steroid inhalasi adalah efek samping lokal seperti kandidiasis orofaring, disfonia dan batuk karena iritasi saluran napas atas. Semua efek samping tersebut dapat dicegah dengan penggunan spacer, atau mencuci mulut dengan berkumur-kumur dan membuang keluat setelah inahalasi. Evaluasi terapi : Semua pasien pada obat-obatan yang menggunakaninhaler, mereka dievaluasi secara berkala-bulanan awalnya dan kemudian setiap 3 sampai 6 bulan. Setelah memulai terapi anti-inflamasi atau peningkatan dalam dosis, kebanyakan pasien harus mulai mengalami
  • 9. penurunan gejala dalam 1 sampai 2 minggu dan mencapai maksimum gejala perbaikan dalam waktu 4 sampai 8 minggu. Penggunaan dosis yang lebih tinggi harus di monitoring FEV1. Peningkatan FEV1 dan PEF harus mengikuti kerangka waktu yang sama, namun penurunan BHR, yang diukur dengan pagi hari PEF, variabilitas PEF, dan olahraga toleransi, bisa lebih lama dan meningkatkan selama 1 sampai 3 bulan. Teknik Inhaler diajarkan, seperti ketika untuk mencari rencana tindakan medis.Medical record harus disediakan. Tindak lanjut kunjungan harus dalam 2 sampai 4 minggu. Pada waktu itu pesan dari kunjungan pertama harus diulang, serta pertanyaan tentang obat- obatan saat ini pasien dan kesulitan terkait dengan terapi. III. SEDIAN YANG ADA DI PASARAN IV. Sediaan yang ada di pasaran : Sediaan dan Dosis obat pengontrol Asma Medikasi Sediaan obat Dosis dewasa Dosis anak Keterangan Kortikosteroid sistemik Metilprednisolon Tablet 4-40 mg/hari, dosis 0,25-2 mg/kg B B/ Pemakaian jangka panjang dosis 4- 4, 8, 16 mg tunggal atau terbagi hari, dosis tunggal 5 mg/hari atau 8-10 mg selang atau terbagi sehari untuk pengontrol asma, atau sebagai pengganti steroid inhalasi Short course : 20-40 Short-course : 1-2 pada kasus yang tidak dapat/mampu Prednison Tablet 15mg mg/hari dosis mg/kgBB/hari menggunakan steroid inhalasi tunggal atau terbagi Maks. 40 mg/hari, selama 3-10 hari selama 3-10 hari. Kromolin & Nedokromil Kromolin IDT 1-2 semprot 1 semprot Sebagai alternatif antiinflamasi 5 mg/semprot 3-4 x/hari 3-4 x/hari Sebelum exercise atau pajanan Nedokromil IDT 2 semprot 2 semprot alergen, profilaksis efektif dalam 2 mg/semprot 2-4 x/hari 2-4 x/hari 1-2 jam Agonis beta-2 kerja Lama Salmeterol IDT 25 2-4 semprot, 1-2 semprot, Digunakan bersama/kombinasi mcg/semprot 2 x/hari 2 x/hari dengan steroid inhalasi untuk Rotadisk 50 mcg mengontrol asma. Tablet 10 mg Bambuterol 1 x 10 mg/hari, -- malam Tablet 25, 50 mcg Tidak dianjurkan untuk mengatasi Prokaterol Sirup 5 mcg/ml 2 x 50 mcg/hari 2 x 25 mcg/hari gejala pada eksaserbasi. Kecuali 2 x 5 ml/hari 2 x 2,5 ml/hari formoterol yang mempunyai onset IDT 4,5 ; 9 kerja lama, sehingga dapat mcg/semprot digunakan mengatasi gejala pada 4,5 -9 mcg 2 x 1 semprot eksaserbasi. Formoterol 1-2 x/hari (>12 tahun) Metilxantin Aminofilin lepas Tablet 225 mg 2 x 1 tablet ½-1 tablet, Atur dosis sampai mencapai kadar lambat 2 x/hari obat (>12 tahun) Dalam serum 5-15 mcg/ml Teofilin lepas lambat Tablet 2 x 125-300 mg Sebaiknya monitoring kadar obat 125, 250, 300 mg – dalam serum dilakukan rutin,
  • 10. 2 x/hari; mengingat sangat bervariasinya 200-400 mg 1x/hari metabolic clearence dari teofilin, 400 mg sehingga mencegah efek samping. Antileukotrien Zafirlukast Tablet 20 mg 2 x 20 mg/hari --- Pemberian bersama makanan mengurangi bioavailabiliti. Sebaiknya diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Steroid inhalasi Flutikason propionat IDT 50-125 125-500 mcg/hari 50-125 mcg/hari Dosis bergantung kepada derajat mcg/semprot berat asma Budesonide 100-800 mcg/hari 100-200 mcg/hari IDT, Turbuhaler Sebaiknya diberikan dengan spacer. 100, 200, 400 mcg IDT, rotacap, 100-800 mcg/hari 100-200 mcg/hari Beklometason rotahaler, rotadisk. dipropionat Sediaan dan dosis obat pelega untuk mengatasi gejala Asma Medikasi Sediaan obat Dosis dewasa Dosis anak Keterangan Agonis beta-2 kerja lama Terbutalin IDT 0, 25 mcg/semprot 0,25-0,5 mg Inhalasi 0,25 mg 3-4 Penggunaan obat pelega Turbuhaler 0,25 mg ; 3-4 x/hari x/hari sesua kebutuhan, bila perlu 0,5 mg/hirup (>12 tahun) Respule/solutio 5 mg/ 2 ml Tablet 2,5 mg Sirup 1,5; 2,5 mg/ml. Oral 1,5-2,5 mg, 3-4 Oral x/hari 0,05 mg/kgBB/x, 3-4 x IDT 100 mcg/semprot hari Nebules/solutio 2,5 Untuk mengatasi Salbutamol mg/2 ml, Inhalasi 200 mcg 3- 100 mcg 3-4 x/hari eksaserbasi, dosis 5 mg/ml 4 x/hari 0,05 mg/kgBB/x, 3-4 pemeliharaan berkisar 3-4 Tablet 2 mg, 4mg x/hari x/hari Sirup 1 mg, 2 mg/5ml Oral 1-2 mg, 3-4 IDT 100, 200 mcg/ x/hari semprot 100 mcg, 3-4 x/hari Fenoterol Solutio 200 mcg 3-4 x/hari 10 mcg, 100 mcg/ml 10-20 mcg. 2 x/hari IDT 10 mcg/semprot 2-4 x/hari Prokaterol Tablet 25, 50mcg Sirup 5 mcg/semprot 2 x 25 mcg/hari 2 x 50 mcg/hari 2 x 5 ml/hari 2 x 2,5 ml/hari Antikolinergik Ipratropium bromide IDT 20 mcg/semprot 40 mcg 20 mcg, Diberikan kombinasi 3-4 x/hari 3-4 x/hari dengan agonis beta-2 kerja singkat,untuk mengatasi serangan. Solutio 0,25 mg/ml (0,025%) (nebulisasi) 0,25 mg setiap 6 0,25-0,5 mg tiap 6 jam Kombinasi dengan agonis jam beta-2 pada pengobatan jangka panjang, tidak ada manfaat tambahan. Kortikosteroid sistemik
  • 11. Metilprednisolon Tablet 4, 8, 16mg Short course : 24-40 Short-course : 1-2 Short-course efektif untuk mg/hari dosis mg/kgBB/hari, mengontrol asma pada tunggal atau terbagi maksimum 40 mg/hari terapi awal, sampai tercapai Prednison Tablet 5 mg selama 3-10 hari selama 3-10 hari APE 80% terbaik atau gejala mereda, umumnya membutuhkan 3-10 hari Metilsantin Teofilin Tablet 3-5mg/ 3-5 mg/kgBB kali, 3-4 Kombinasi 130-150mg kgBB/kali, 3-4 x/hari teofilin/aminofilin dengan Aminofilin Tablet 200 mg x/hari agonis beta-2 kerja singkat (masing-masing dosis minimal). Meningkatkan efektifitas dengan efek samping. V. PENUTUP Hal lain yang mempercepat penyembuhan/ terapi a) Kepatuhan terhadap dosis dan penggunaan obat asma b) Fisiotherapy Edukasi pengobatan maupun non obat a) Memberikan penyuluhan penggunaan Inhaler yang benar b) Menghindari faktor pencetus c) Pemberian tindakan medis exserbasi secara benar VI. DAFTAR PUSTAKA Mangunnegoro, H., Widjaja, A., Syafiuddin, T. 2006. Asma. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. FK UI. Jakarta. Katzung, BG. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi IV. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Alsagaff, H., Mukty, A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya. DiPiro, Joseph T ., 2005. PHARMACOTHERAPY APathophysiologic Approach Sixth Edition. MCGRAW-HILL. New York http://emedicine.medscape.com/pulmonology