2. Intelegensi ( kecerdasan ) dalam bahasa Inggris
disebut inttelligence dan dalam bahasa Arab
disebut al- dzaka, menurut arti bahasa adalah
pemahaman, kecepatan, dan kesempurnaan
sesuatu. Dalam arti kemampuan ( al- qudrah )
dalam memahami sesuatu secara cepat dan
sempurna.
Crow dan Crow : inteligensi berarti kapasitas
umum dari seorang individu yg dapat dilihat pd
kesanggupan pikirannya dlm mengatasi tuntutan
kebutuhan- kebutuhan baru, keadaan rohaniah
secara umum yg dapat disesuaikan dg problemproblem dan kondisi- kondisi yg baru di dalam
kehidupan.
3. Pada
mulanya, kecerdasan hanya berkaitan
dg kemampuan struktur akal ( intellect ) dlm
menangkap suatu gejala, sehingga
kecerdasan hanya bersentuhan dg aspekaspek kognitif ( al- majal al- ma’rifi ).
Namun pada perkembangan berikutnya,
disadari bahwa kehidupan manusia bukan
semata- mata memenuhi struktur kalby yg
perlu mendapat tempat tersendiri u/
menumbuhkan aspek- aspek afektif ( alinfi’ali ), seperti kehidupan emosional,
moral, spiritual dan agama.
4. Kecerdasan Intelektual ( IQ )
a.
Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yg
berhubungan dg proses kognitif seperti berpikir,
daya menghubungkan dan menilai atau
mempertimbangkan sesuatu. Atau kecerdasan yg
berhubungan dg strategi pemecahan masalah dg
menggunakan logika.
Kecerdasan intelektual ini dari segi kuantitas
tidak bisa dikembangkan karena merupakan
pembawaan sejak lahir, namun kualitasnya dpt
dikembangkan.
5. Menurut
Kohnstam kualitas kecerdasan
intelektual dpt dikembangkan dg beberapa
syarat :
1)
2)
Pengembangan tsb hanya sampai batas
kemampuan, dan tidak dpt melebihinya.
Setiap orang mempunyai batas kemampuan yg
berbeda.
Pengembangan tsb tergantung kepada cara
berpikir yg metodis.
6. Tinggi
rendahnya kecerdasan intelektual sso
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1)
2)
3)
4)
Pembawaan, yaitu kesanggupan yg dibawa
semenjak lahir dan setiap orang tdk ada yg
sama.
Kematangan, yaitu saat munculnya daya
intelek yg siap u/ dikembangkan mencapai
puncaknya ( masa peka ).
Lingkungan, yaitu faktor luar yg
mempengaruhi intelegensi pd masa
perkembangannya.
Minat, yaitu motor penggerak dlm
perkembangan intelegensi.
7. NO
IQ
Tafsiran
1
140 keatas
Genius
2
120 – 139
Very superior
3
110 – 119
Superior
4
90 – 109
Average
5
80 – 89
Dull average
6
70 – 79
Borderline
7
50 – 69
Debil/ morou
8
30 – 49
Ambicile
9
Dibawah 30
Idiot
8. b. Kecerdasan Emosional ( EQ )
Kecerdasan emosional mrp sebuah istilah baru yg
pertama kali ditemukan oleh Salovey, psikolog
dari Universitas Yale, dan Mayer dari Universitas
New Hampeshire pada tahun 1990. namun istilah
tsb menjadi populer ditengah- tengah
masyarakat setelah Goleman menulis buku yg
berjudul Emotional Intelegence.
Salovey dan Mayer menggunakan istilah
kecerdasan emosi u/ menggambarkan sejumlah
kemampuan mengenali emosi diri sendiri,
mengelola dan mengekspresikan emosi diri
sendiri dg tepat, memotivasi diri sendiri,
mengenali orang lain dan membina hubungan dg
orang lain.
9. Otak kiri ( left hemishphere )
Otak kanan ( right hemisphere )
Matematika, sejarah, bahasa
Persepsi, intuisi, imajinasi
Konvergen ( runtut ), sistematis
Divergen
Analitis
Perasaan
Perbandingan
Terpadu, holistic
Hubungan
Perasaan
Linier
Non linier
Logis
Mistic, spiritual
Scientific
Kreatif
Fragment
Rasa, seni
EQ : hasil kerja dari otak kanan
IQ : hasil kerja dari otak kiri
10.
Ari Ginanjar Agustian mengemukakan bahwa
banyak orang yg memiliki kecerdasan otak saja,
atau banyak memiliki gelar yg tinggi belum tentu
sukses berkiprah di dunia pekerjaan.
Mahmud al- Zaky mengemukakan bahwa
kecerdasan emosional pd dasarnya mempunyai
hub. Yang erat dg kecerdasan uluhiyah (
ketuhanan ). Jika sso tingkat pemahaman dan
pengamalan nilai- nilai ketuhanan yg tinggi dlm
hidupnya maka ia telah memiliki kecerdasan
emosional yg tinggi pula.
Abdul Rahman al- Aisu mengatakan bahwa
terdapat hubungan yg erat antara kecerdasan
emosional dg kecerdasan ketuhanan.
11. Menurut
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Ari Ginanjar :
Konsistensi ( istiqamah )
Kerendahan hati ( tawadhu’ )
Berusaha dan berserah diri ( tawakkal )
Ketulusan ( ikhlas ), dan totalitas ( kaffah )
Keseimbangan ( tawazun )
Integritas dan penyempurnaan ( ihsan )
12. Menurut
a)
b)
c)
d)
Jalaluddin Rahmat :
Musyarathah, berjanji pd diri sendiri u/
membiasakan perbuatan baik dan membuang
perbuatan buruk.
Muraqabah, memonitor reaksi dan perilaku
sehari- hari.
Muhasabah, melakukan perhitungan baik dan
buruk yg pernah dilakukan
Mu’atabah dan mu’aqabah, mengecam
keburukan yg dikerjakan dan menghukum diri
sendiri ( sbg hakim sekaligus terdakwa )
13. Goleman
menyatakan bahwa kecerdasan
emosional pada dasarnya memiliki 5 ( lima )
aspek kemampuan, yaitu :
a)
b)
c)
d)
e)
Kemampuan mengenali emosi diri
Kemampuan menguasai emosi diri
Kemampuan memotivasi diri
Kemampuan mengenali emosi orang lain
Kemampuan mengembangkan hubungan dg
orang lain
14. c. Kecerdasan Moral
Kecerdasan moral ialah kemampuan untuk
merenungkan mana yg benar dan mana yg salah,
dengan menggunakan sumber emosional dan
intelektual pikiran manusia.
Indikator kecerdasan moral adalah bagaimana sso
memiliki pengetahuan ttg moral yg benar dan yg
buruk, kemudian ia mampu menginternalisasi
moral yg benar ke dalam kehidupan nyata dan
menghindarkan diri dari moral yg buruk.
Menurut Abdul Mujib kecerdasan moral tdk bisa
dicapai dg menghafal atau mengingat kaedah
atau aturan yg dipelajari di dalam kelas
melainkan membutuhkan interaksi dg lingkungan
luar.
15. d. Kecerdasan Spiritual ( SQ )
Kecerdasan spiritual bukanlah doktrin agama yg
mengajak manusia u/ cerdas memilih salah satu
agama, ia mrp sebuah konsep yg berhubungan
bagaimana sso mempunyai kecerdasan dlm
mengelola makna- makna, nilai- nilai dan
kualitas kehidupan spiritualnya.
Kehidupan spiritual ini meliputi : hasrat untuk
hidup bermakna, motivasi mencari makna hidup,
dan mendambakan hidup bermakna.
16.
Danah Zohar dan Ian Marshall : kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan u/ menghadapi
persoalan makna atau valua, yaitu kecerdasan u/
menempatkan perilaku dan hidup kita dlm
konteks makna yg lebih luas & kaya, kecerdasan
u/ menilai bahwa tindakan atau jalan hidup sso
lebih bermakna dibandingkan dg yg lain.
SQ ( Spiritual Quotient ) adalah landasan
diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara
efektif.
SQ mrp suatu kecerdasan yg memberi kita
makna, yg melakukan kontekstualisasi, dan
bersifat transformatif.
17. e. Kecerdasan Qalbiah
Kecerdasan Qalbiyah adalah sejumlah kemampuan diri
secara cepat & sempurna, u/ mengenal kalbu dan
aktivitasnya, mengelola dan mengekspresikan jenisjenis kalbu secara benar, memotivasi kalbu u/
membina hub. Moralitas dg orang lain dan hub.
Ubudiyah dg Tuhan.
Menurut Toro Tasmara, Qalbu adalah hati nurani yg
menerima limpahan cahaya kebenaran Ilahiyah yaitu
ruh. Dengan kalbu inilah Allah memanusiakan manusia
& memuliakannya dari makhluk yg lain.
Qalbu mrp suatu tempat di dalam wahana jiwa dan
mrp titik sentral atau awal yg menggerakkan segala
perbuatan manusia yg memiliki kecenderungan baik
kepada kebenaran maupun pada keburukan.
18.
Allah menjadikan kalbu manusia sbg titik sentral
kesadaran manusia. Allah akan menghukum orang yg
mengingkari-Nya dg kesadaran hati menerima bisikan
syetan dan memaafkan jika kesalahan itu tdk
disengaja disuarakan suara hati. Hal ini dinyatakan
dlm firman Allah SWT :
Panggilah mereka ( anak- anak angkat itu ) dengan (
memakai ) nama bapak- bapak mereka. Itulah yang
lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak
mengetahui bapak- bapak mereka maka ( panggilah
mereka sebagai ) saudara- saudaramu seagama dan
maula- maulamu dan tidak ada dosa atasmu terhadap
apa yang kamu khilaf padanya, tetapi ( yang ada
dosanya ) apa yang disengaja oleh hatimu dan adalah
Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang. ( Q.S AlAhzab: 5 )
19. Kalbu juga mempunyai potensi qalbiyah yg mampu
melihat apa yg tidak dapat dilihat oleh mata kepala,
sebab didalamnya terdapat ‘ayn al- bashirah ( mata
batin ).
Sayyid Mujtaba Musawi Hari menamakan kalbu
dengan “ hati nurani “. Qalbu ( hati nurani ) selain
memiliki fungsi indrawi juga memiliki nilai moral dan
etika yg hanif. Nilai- nilai mrp hal yg inheren dengan
yg tercerahkan.
Firman Allah SWT :
Kemudian Ia menyempurnakannya dan meniupkan ke
dalam tubuhnya ruh ( ciptaan )- Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, ( tetapi ) kamu sedikit sekali yg bersyukur. ( Q.S
as- Sajadah: 9 )
20.
Kecerdasan kalbu menurut Abdul Mujib tumbuh melalui
aktualisasi potensi- potensinya, sehingga menimbulkan
perilaku qalbiah ( al- ahwal al- qalbiyah ) yg pada
puncaknya memiliki beberapa kecerdasan pula.
Kecerdasan kalbu yg dikembangkan tdk terbatas pada
kecerdasan intelektual, emosi, moral, dan kecerdasan
spiritual namun terdapat kecerdasan yg lebih esensial
yaitu kecerdasan beragama atau bertuhan.
Kecerdasan beragama yg memberi makna ibadah
pd setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkahlangkah dan pemikiran yg bersifat fitrah menuju
manusia seutuhnya ( hanif ) dan memiliki pola
pemikiran tauhid ( integralistik ) serta berprinsip
hanya karena Allah.
21. 1.
2.
3.
Kecerdasan intelektual ( intuitif ), yaitu kecerdasan
kalbu yg berkaitan dengan penerimaan &
pembenaran pengetahuan yg bersifat intuitifilahiah seperti wahyu ( u/ para rasul dan nabi ) dan
ilham atau firasat ( u/ manusia biasa yg shaleh ).
Kecerdasan emosional, yaitu kecerdasan kalbu yg
berkaitan dg pengendalian nafsu- nafsu impulsif
dan agresif. Kecerdasan ini mengarahkan sso u/
bertindak secara hati- hati, waspada, tenang, sabar
dan tabah ketika mendapat musibah, serta
berterima kasih ketika mendapat kenikmatan.
Kecerdasan moral, yaitu kecerdasan kalbu yg
berkaitan dg hubungan kpd sesama manusia dan
alam semesta.
22. 3.
4.
Kecerdasan spiritual, adalah kecerdasan
kalbu yg berhubungan dengan kualitas batin
sso. Kecerdasan ini mengarahkan orang u/
berbuat lebih manusiawi, sehingga dpt
menjangkau nilai- nilai luhur yg mungkin
belum tersentuh oleh akal pikiran manusia.
Kecerdasan beragama, adalah kecerdasan
kalbu yg berkaitan dg kualitas beragama
dan bertuhan. Kecerdasan ini mengarahkan
sso u/ berperilaku secara benar, yg
puncaknya menghasilkan ketaqwaan secara
mendalam, dg dilandasi oleh enam
kompetensi keimanan, lima kompetensi
keislaman dan multi kompetensi keihsanan.
23. Kecerdasan
beragama lebih tinggi hirarkinya
daripada kecerdasan kalbu yg lain. Sso yg
memiliki kecerdasan beragama seharusnya
telah melampaui kecerdasan spiritual, moral,
emosional,dan kecerdasan intelektual (
intuitif ), karena keempat kecerdasan yg
terakhir mrp bagian dari kecerdasan
beragama. Keberartian kecerdasan spiritual
dan kecerdasan moral menopang pada
kecerdasan beragama, sebab keduanya mrp
dimensi esoteris dari agama.
24. Sikap
keagamaan mrp suatu keadaan yg ada
dalam diri sso yg mendorong sisi orang u/
bertingkah laku yg berkaitan dg agama.
Sikap keagamaan terbentuk karena adanya
konsistensi antara kepercayaan terhadap
agama sbg komponen kognitif perasaan
terhadap agama sbg komponen afektif dan
perilaku terhadap agama sebagai komponen
kognatif. Ketiga komponen tsb berintegrasi
secara kompleks.
25. Mc.
Nair & Brown ( 1983 ) dalam
penelitiannya menemukan bahwa dukungan
orang tua berhubungan scr signifikan dengan
sikap siswa.
Zakiah Daradjat ( 1988 ) mengatakan bahwa
sikap keagamaan mrp perolehan dan bukan
bawaan. Ia terbentuk melalui pengalaman
langsung yg terjadi dalam hubungannya dg
unsur – unsur lingkungan materi dan sosial,
misal: kondisi rumah, teman, orang tua, dsb.
26. Menurut
Sri Partini pembentukan &
perubahan sikap dipengaruhi oleh dua faktor
:
1)
2)
Faktor internal, berupa kemampuan
menyeleksi dan mengelola atau menganalisis
pengaruh yg datang dari luar, termasuk disini
minat dan perhatian.
Faktor eksternal, berupa faktor dari luar diri
individu yaitu pengaruh lingkungan yg
diterima.
27. Dengan
demikian, meskipun sikap keagamaan
bukan mrp bawaan akan tetapi dlm
pembentukan dan perubahannya ditentukan
oleh faktor internal dan faktor eksternal
individu.
Pembentukan sikap keagamaan ini sangat
erat kaitannya dg perkembangan agama.
Sikap fanatis, toleran, pesimis, optimis,
tradisional, modern, fatalisme, dan sikap
free will dlm beragama banyak menimbulkan
dampak positif maupun negatif dlm
meningkatkan kehidupan individu dan
masyarakat dlm beragama.
28. Dalam Kamus bahasa Indonesia disebutkan
bahwa tingkah laku sama artinya dg perangai,
kelakuan atau perbuatan.
Menurut J.P. Chaplin ( dalam Dictionary of
Psychology ) tingkah laku mrp sembarang respon
yg mungkin berupa reaksi, tanggapan, jawaban
atau balasan yg dilakukan oleh organisme.
Menurut Budiarjo tingkah laku mrp tanggapan
atau rangkaian tanggapan yg dibuat oleh
sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini, tingkah
laku itu walaupun harus mengikutsertakan
tanggapan pd suatu organisme, termasuk yg ada
di otak, bahasa, pemikiran, impian- impian,
harapan- harapan, dsb, tetapi ia juga
menyangkut mental sampai pd aktivitas fisik.
29. Tingkah laku keagamaan adalah segala aktivitas
manusia dlm kehidupan didasarkan atas nilainilai agama yg diyakininya. Tingkah laku
keagamaan tsb mrp perwujudan dari rasa dan
jiwa keagamaan berdasarkan kesadaran &
pengalaman beragama pd masing- masing
individu.
Tingkah laku keagamaan pd umumnya didorong
oleh adanya suatu sikap keagamaan yg mrp
keadaan yg ada pd diri sso. Dengan sikap itulah
akhirnya lahir tingkah laku keagamaan sesuai dg
kadar ketaatan sso terhadap agama yg
diyakininya.
30. Menurut Abdul Azis Ahyadi, penyebab tingkah
laku keagamaan manusia itu mrp campuran
antara berbagai faktor, baik faktor lingkungan,
biologi, psikologi rohaniah, unsur fungsional,
fitrah atau karunia Tuhan.
Menurut Nico Syukur Dister terdapat empat hal
yg menyebabkan sso memunculkan tingkah laku
keagamaan, yaitu :
1)
2)
3)
4)
Untuk mengatasi frustasi
Untuk menjaga kesusilaan serta tata tertib
masyarakat
Untuk memuaskan intelek yg ingin tahu
Untuk mengatasi ketakutan