Potensi sumber daya mineral dan energi di NTB meliputi mineral logam seperti emas, tembaga, perak, dan pasir besi serta mineral non-logam seperti batu apung dan batu gamping. Komoditas utama yang akan dikembangkan adalah emas dan tembaga di Dodo-Elang serta emas tipe sulfidasi di Pelangan. Kondisi geologi NTB didominasi batuan gunung api dan aluvium serta memiliki potensi sumber daya mineral yang besar akibat pertemuan lemp
1. POTENSI WILAYAH NTB
sumber dari http://potensidaerah.ugm.ac.id/dataprop/p26_POTENSI%20WILAYAH
%20NTB.doc
POTENSI SUMBER DAYA ALAM
= Sumber Daya Mineral dan Energi NTB
Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, posisi NTB terletak pada pertemuan dua lempeng besar
(Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan.
Batas kedua lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil, karena di tempat ini tertumpuk
energi yang sangat besar dan sewaktu-waktu dapat terlepas dalam bentuk gempabumi, letusan
gunung api, dan tanah longsor yang ditandai dengan munculnya gunung api aktif dan kegempaan
yang tinggi.
Disamping mempunyai potensi bencana, pada daerah pertemuan kedua lempeng ini dihasilkan
juga kondisi Geologi yang sangat bermanfaat, yaitu terbentuknya potensi sumber daya mineral
dan energi, dan potensi bentang alam yang sangat potensial, dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakat.
= Kondisi Geologi NTB
Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur
Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (resent). Batuan Tersier di Pulau
Lombok terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-
lensa batugamping, batugamping dan dasit. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava,
breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping
berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari
perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan
di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil
gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangiang, gunungapi Tambora, gunungapi
muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau
Sumbawa dan Lombok.
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI
`POTENSI SUMBER DAYA MINERAL
Sebagai hasil proses geologi yang terus berlanjut di berbagai lokasi, telah dihasilkan berbagai
jenis bahan galian, diantaranya: emas, perak, tembaga, timah hitam, pasir besi, mangan,
belerang, kaolin, gipsum, tanah liat, batuapung, tras, batukapur, marmer, kalsit, batu, dan pasir.
Keberadaan sumber daya mineral golongan A (strategis) berupa minyak dan gas bumi
diperkirakan di lepas pantai utara Pulau Lombok, masih dilakukan penyelidikan dan telah pula
dilakukan pemboran eksplorasi oleh perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA), namun belum
2. diketahui tingkat keterdapatannya.
Gambar 2.1: Peta Penyebaran/Trend Cekungan Hidrokarbon di lepas pantai utara Pulau Lombok
(Pertamina)
Dari hasil penyelidikan pendahuluan dan rinci sumber daya mineral golongan B (vital) telah
ditemukan berupa : logam mulia (emas dan perak), logam dasar (timbal dan tembaga), logam
besi serta mineral industri (belerang). Emas, perak dan tembaga merupakan endapan
hidrothermal dengan indikasi berupa urat-urat kwarsa dengan ketebalan bervariasi, serta type
pofiri. Indikasi adanya emas, perak dan tembaga ini hampir di seluruh wilayah Sumbawa bagian
barat. Cebakan emas dan tembaga tipe porfiri dijumpai di lokasi Batu Hijau, Dusun Tongo Desa
Sekongkang Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Kini sedang dilakukan tahap
eksplorasi/produksi bahan galian golongan B berupa tembaga dan emas dan telah diketahui
jumlah cadangan yang potensial.
Bahan galian golongan C (non strategis/non vital) yang telah dan masih dieksploitasi adalah batu
bangunan, tanah liat, tanah urug, pasir/sirtu, batugamping dan batuapung. Bahan galian tersebut
sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan dan konstruksi jalan, kecuali batuapung telah
dikirim ke luar daerah sebagai komoditi ekspor.
Sumber Daya Mineral Logam Dan Kemungkinan
Pengembangannya
Potensi Mineral Logam
Potensi sumber daya dan cadangan logam emas dan tembaga ditemukan di daerah Batu Hijau
dan Dodo-Elang (Sumbawa), pasir besi di area pesisir Labuhan Haji (Lombok Timur) dan
Tawun (Lombok Barat). Keberadaan pasir besi juga terdapat di pesisir Sangiang Darat, Sowa,
Tololai dan Pantai Selatan Pulau Sumbawa. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
3. Tabel 2.1 : Jumlah Potensi Sumber daya Mineral Logam di NTB
Cadangan
Jenis Luas Kelas
Lokasi Kabupaten/Kota
Mineral (Ha) Cadangan
(Ton)
Emas (Au) 1.Pelangan(Tembowong) Lombok Barat 1,395 75,00 Hipotetik
Lombok Barat 0,291 75,00 Hipotetik
2. Pelangan Simba Sumbawa 1,671 200,00 Tereka
3. Dodo Sumbawa 353,808 200,00 Terukur
4. Batuhijau Bima 0,390 1,00 Tereka
5. Sori Pesa
Jumlah 357,501 551,00
Perak (Ag) 1. Sori Pesa Bima 3,900 1,00 Terukur
2. Batu Hijau Sumbawa 708,738 20,00
Jumlah / Total 712,638 21,00
Tembaga
1. Batu Hijau Sumbawa 4.700.000 200,00 Terukur
(Cu)
Jumlah / Total 4.700.000 200,00
Pasir Besi 1. Pantai Labuhan Haji Lombok Timur 200,00 20,00 Hipotetik
(Fe) 2. Labuhan Gudang Alas Sumbawa 100,00 3,00 Hipotetik
3. Pantai Tolokalo Dompu 2.745,40 1,25 Hipotetik
4. Pantai Sanggar Bima 1.328,15 0,65 Hipotetik
5. Pantai Sowa Bima 2.025,38 0,31 Hipotetik
6. Pantai Tololai Bima 319,81 0,89 Tereka
7. Pantai Sangiang Barat Bima 4.817,40 1,40 Hipotetik
8. Pantai Wawu Bima 1.625,80 0,80 Tereka
9. Pantai Totonaro Bima 3.885,00 13,00 Terukur
10.Pantai Lere Bima 37,29 0,04 Tereka
Jumlah / Total 17.064,23 29,34
Timbal
1. Lentek, Rambitan Lombok Tengah 2.450.000 2,00 Terukur
(Pb)
Jumlah / Total 2.450.000 2,00
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB
Kemungkinan Pengembangannya
Komoditi yang akan dikembangkan adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di
Dodo-Elang dan Emas tipe sulfidasi epithermal di Pelangan.
4. Gambar 2.2: Peta sumber daya mineral logam
Tembaga
Endapan bahan galian tembaga yang terdapat di Batu Hijau saat ini sedang ditambang oleh
PMA. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 930.000.000 ton bijih dengan kadar
0,54% Cu atau setara dengan 5.020.000 ton tembaga.
Emas
Bahan galian emas sebagai mineral ikutan dari tambang tembaga diusahakan oleh PMA di
daerah Batu Hijau. Sedangkan lima daerah prospek lainnya yaitu Dodo-Elang, Rinti, Lunyuk
Utara, Teluk Panas di Pulau Sumbawa dan Sekotong di Pulau Lombok dapat dikembangkan di
masa mendatang. Secara umum endapan emas di daerah ini terdiri dari dua tipe yaitu sebagai
urat dan porpiri. Potensi sumber daya endapan emas yang telah diketahui secara keseluruhan
adalah dengan kadar rata-rata 0,14 g/t Au atau setara dengan 377 ton emas.
Timbal
Endapan timbal tipe hidrotermal terdapat di daerah Senggoro, Kecamatan Plampang, Kabupaten
Sumbawa dengan kadar dalam batuan 0,5% Pb dan 1,60 g/t Pb.
Pasir Besi
Endapan pasir besi terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan Bima. Bahan galian berupa
endapan rombakan pantai dengan lapisan tipis. Potensi sumber daya yang telah diketahui
sebanyak 4.295 ton. Sebaran endapan pasir besi ini terdapat antara lain di daerah pantai
Sangiang, pantai Sowa, pantai Wisata, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima dan Tawun,
Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.
5. Perak
Endapan bahan galian perak umumnya merupakan mineral ikutan dengan endapan emas, banyak
ditemukan di Kabupaten Sumbawa dalam bentuk urat kwarsa dan stockwork tipe epithermal
dengan kadar perak dalam batuan termineralisasi berkisar antara 5-66 g/t Ag. Endapan perak
yang berasosiasi dengan emas dan air raksa dengan kadar 22-31 g/t Ag, ditemukan di Brang Air
Panas, Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa.
Kemungkinan Pengembangannya
Komoditi yang akan dikembangkan adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di
Dodo-Elang dan Emas tipe sulfidasi epithermal di Pelangan.
= Sumber Daya Mineral Non Logam (Bahan Galian Mineral Industri)
dan Kemungkinan Pengembangannya
Jenis komoditi mineral non logam (mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu :
bahan galian Golongan Non Logam terdapat sebanyak 34 jenis bahan galian, sampai saat ini
yang dapat diketahui keterdapatannya 22 komoditi dengan klasifikasi cadangan yang bervariasi
dari hipotetik hingga terindikasi. Untuk itu masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut agar
diperoleh data yang lebih akurat disamping ditemukannya komoditi baru.
Penambangan/ekploitasi bahan galian golongan Non Logam : Batuapung, Batu Bangunan, Sirtu,
Batu Kapur, Tanah Liat dan lainnya, pada umumnya dilakukan oleh perorangan secara
tradisional dengan skala kecil pada lokasi yang terpencar tanpa dilengkapi dengan Surat Ijin
Penambangan Daerah (SIPD), sehingga menimbulkan kerusakan lahan yang cukup luas dan
untuk reklamasinya memerlukan dana yang tidak kecil dan cukup lama. Hal ini mengakibatkan
kesulitan diperolehnya data produksi yang akurat disamping terpencarnya kerusakan lingkungan
pada beberapa lokasi yang harus direklamasi sesuai peruntukan lahan berdasarkan Rencana Tata
Ruang.
Kemungkinan Pengembangannya
Terbatasnya sarana/prasarana teknis baik berupa peralatan laboratorium, peralatan pemetaan dan
pembuatan peta sehingga data kualitas bahan galian maupun penyiapan peta belum dapat
dilaksanakan secara cepat dan tepat waktu.
Tabel 2.2: Potensi Mineral Non Logam di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Tingkat Sumber Daya
No Komoditas Keterangan
Penyelidikan Jumlah (Ton) Klasifikasi
1. Andesit Prospek 1.800.00 Spekulatif Merupakan Lava dan breksi
6. Pengamatan 49.040.00 Hipotetik ulkanik
Pendahuluan 1.024.001.554 Memungkinkan
235.051.000
Detail Terbukti
2 Batuapung Prospection 96.013.000 spekulatif Batuapung yang memiliki
kandungan 60,91% SiO 2
3 Batugamping Prospek 596.806.550 spekulatif Bahan dasar Kalsium
Pengamatan 341.711.000 Hipotetik Karbonat(CaC0 3)
Pendahuluan 127.612.500 Hipotetik
4 Belerang Pengamatan 275 Hipotetik Lempung pengotor
5 Bentonit Pengamatan 118.878.000 Hipotetik -
6 Dasit Pendahuluan 404.880.000 Hipotetik Material bangunan, agregat
beton.
7 Diorit Pendahuluan 1.587.000 Hipotetik Putih terang, kekuningan
117.851.000 Hipotetik dan putih kecoklatan
Pengamatan
8 Kalsedon Pengamatan 37.700 Hipotetik Putih kekuningan dan putih
Detail Expl. 36.000 Terbukti kecoklatan
9 Kaolin Pengamatan 6.016.000 Hipotetik Mengandung senyawa SiO
2 :7,35%, Al 2 O 3 : 9,83%,
Fe 2 O 2 :14,97%
10 Lempung Pengamatan 497.279.000 Hipotetik SiO2:19,52-
Pendahuluan 9.302.900 Memungkinkan 60,72%:Al2O3:7,74-
23,35%,
11 Marmer Pengamatan 33.021.500 Hipotetik Marmer dengan kuat tekan
Pendahuluan 1.336.626.000 Memungkinkan 600-800 kg/cm 2
36.726.000 Gamping kristalin dgn Kuat
Eksplorasi Terbukti tekan 836 kg/cm 2, untuk
Datail exterior & interior
12 Oker Pendahuluan 45.000 Memungkinkan Batuan vulkanik beku,
kuning kemerahan
13 Pasir Pengamatan 80.000 Hipotetik Bercampur batuapung
Pendahuluan 600.000 Spekulatif -
5.568.000 Spekulatif -
Prospek
14 Pasir kwarsa Pengamatan 83.000 Hipotetik -
15 Perlit Pendahuluan 8.000 Possible kehijauan transparan
16 Pirofilit Pengamatan 84.332.000 Hipotetik -
7. 17 Sirtu Pengamatan 3.309.981 Hipotetik Kerikil pasiran berukuran
Prospek 2.230.000 Spekulatif alluvium
Eksplorasi 75.000 Terbukti -
Datail
18 Toseki Pengamatan 564.00 Hipotetik Tuff Hasil rombakan
Pendahuluan 468.000 Hipotetik alterasi Hidrothermal, Putih
kekuningan.
19 Trash Eksplorasi 506.00 Terbukti Berkualitas bagus dgn kuat
Datail 2.128.300 Spekulatif tekan 2.97-7,7 kg/cm 2, dan
20,7-35 kg/cm 2,
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 2003
Belum seluruh Pemerintah Daerah Kabupaten terbentuk Dinas Pertambangan, disamping itu
terbatasnya tenaga yang mempunyai pengetahuan di bidang Geologi dan Pertambangan pada
Pemerintah Daerah, sehingga keterlibatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan data potensi maupun pemanfaatan bahan galian golongan C yang belum terjangkau
oleh kegiatan inventarisasi bahan golongan C oleh Dinas Pertambangan Provinsi NTB sampai
saat ini masih jauh dari yang diharapkan.
Jenis komoditi mineral non logam (mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu :
Sirtu
Endapan Sirtu tersebar di beberapa daerah kecamatan antara lain Ampenan Kota Mataram;
Narmada, Labuapi, Gunungsari, Gerung Kabupaten Lombok Barat; Batukliang, Praya Timur
Kabupaten Lombok Tengah; Aikmel, Selong, Sakra Kabupaten Lombok Timur; Alas, Taliwang,
Moyo Hilir, Lape Lopok, Lenangguar, Plampang Kabupaten Sumbawa; Jereweh Kabupaten
Sumbawa Barat; Dompu, Hu’u, Kempo Kabupaten Dompu; Wera, Sape, Monta Kabupaten
Bima; dan RasanaE Kota Bima. Potensi sumber daya secara keseluruhan 22.303.200 ton.
Pemanfaatan Sirtu adalah sebagai bahan bangunan dan pembuatan jalan.
Lempung
Endapan Lempung tersebar di berbagai daerah antara lain di Ampenan Kota Mataram; Narmada,
Gerung, Sekotong Kabupaten Lombok Barat; Praya Barat, Praya Timur, Sengkol, Pujut
Kabupaten Lombok Tengah; Terara Kabupaten Lombok Timur; Dompu Kabupaten Dompu.
Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 538.745.025 ton. Pemanfaatan Lempung dapat
digunakan untuk bahan dasar industri semen dan keramik.
Andesit - Dasit - Diorit
8. Bahan galian ini berupa komponen breksi dari endapan piroklastik lava dan intrusi terdapat di
kecamatan Gerung, Sekotong, Bayan Kabupaten Lombok Barat, Praya Barat, Pujut Janapria,
Praya Timur, Batukliang, Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah, Terara, Sakra, Masbagik,
Pringgabaya, Sambelia, Selong, Keruak Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Plampang,
Sumbawa Besar, Lape Lopok, Batulanteh Kabupaten Sumbawa, Hu’u, Dompu Kabupaten
Dompu, RasanaE, Belo, Sape Kabupaten Bima.
Potensi sumber daya secara keseluruhan diperkirakan sebanyak 1,750.571.604 ton. Pemanfaatan
Batuan Andesit adalah untuk bahan bangunan dan pembuatan jalan.
Batugamping
Sebaran Batugamping terdapat di berbagai wilayah kecamatan, yaitu Sekotong Kabupaten
Lombok Barat, Pujut, Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah, Keruak Lombok Timur, Seteluk,
Jereweh, Taliwang, Moyohulu, Sumbawa, Alas Kabupaten Sumbawa. Dompu Kabupaten
Dompu, Belo, Wera, Monta, Sape Kabupaten Bima.
Potensi sumber daya Batugamping diperkirakan sebanyak 1.453.950.903 ton dengan kisaran
kandungan CaO: 40 - 55%, MgO 0,55 - 1,05%. Pemanfaatan Batugamping untuk industri,
konstruksi, pertanian, bahan pembuat semen, dan lain-lain.
Batuapung
Sebaran endapan Batuapung terdapat di kecamatan Bayan, Tanjung, Narmada, Gangga
Kabupaten Lombok Barat; Pringgarata, Kopang, Batukliang Kabupaten Lombok Tengah;
Selong, Terara, Masbagik, Sukamulia, Sakra Kabupaten Lombok Timur.
Potensi Sumber daya Batuapung diperkirakan sebanyak 44.581.539 ton. Pemanfaatan Batuapung
untuk bahan pencuci tekstil, filler, abrasive dan bahan bangunan.
9. Fosfat
Endapan Fosfat hanya terdapat di daerah Gua Bengkang, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok
Tengah. Endapan berupa hasil kotoran kelelawar yang terdapat dalam gua batugamping.
Potensinya diperkirakan sebanyak 21 ton dalam area seluas 236 m2, termasuk kategori kadar
rendah yaitu 7,2% P2O5. Pemanfaatan Fosfat untuk industri deterjen dan industri kimia lainnya
seperti pupuk.
Kaolin
Sebaran endapan Kaolin terdapat di Belinje, Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah
dan Taliwang, Seteluk Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya yang telah diketahui
diperkirakan sebanyak 10.117.123 ton dengan kandungan A12O3 (17 %), Fe2O3 (1,27 %) dan
SiO2 (71 %). Pemanfaatan Kaolin untuk bahan baku industri keramik.
Tras
Endapan tras tersebar di Kecamatan Gangga, Bayan, Narmada, Kabupaten Lombok Barat,
Pringgarata, Batukliang, Kopang Kabupaten Lombok Tengah, Selong, Aikmel, Masbagik
Kabupaten Lombok Timur.
Potensi sumber daya diperkirakan sebanyak 407.109.622 ton. Pemanfaatan Tras yang bermutu
baik dapat digunakan sebagai bahan baku semen pozolan atau pembuatan batako dan pasir
adukan.
Toseki
Sebaran Toseki terdapat di Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu dan Tonggotata, Kecamatan
Sape Kabupaten Bima. Potensi yang diketahui sekitar 846.501 ton. Umumnya dimanfaatkan
untuk glasir dalam industri keramik.
Gipsum
Sebaran endapan Gipsum terdapat di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Keruak
Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Alas, Ropang Kabupaten Sumbawa, Sape, Monta
Kabupaten Bima. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 477 ton. Pemanfaatan komoditi
ini untuk bahan interior dan kedokteran.
Zeolit
Sebaran endapan Zeolit terdapat di bukit Batuboka dan Gunung Tebui Kecamatan Praya Barat,
Kabupaten Lombok Tengah dan Gunung Tebola, Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa. Potensi
yang diketahui sebanyak 191.405 ton. Pemanfaatan komoditi Zeolit antara lain untuk makanan
ternak, penjernih minyak goreng/air dan untuk batu hias.
10. Kalsit
Endapan Kalsit ditemukan di Ketapang dan Mencanggah, Kecamatan Sekotong Kabupaten
Lombok Barat. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 6.293.438 ton dengan mutu baik
sebagai bahan pemutih.
Marmer
Endapan marmer terdapat di Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, Belo, Monta, Sape,
RasanaE Kabupaten Bima. Potensi sumber daya marmer yang telah diketahui sebanyak
7.504.403.125 ton mutu baik dengan kuat tekan antara 700-900 kg/m. Marmer dapat dipakai
sebagai lantai dan batu hias/tempel.
Tabel 2.3: Potensi Marmer di Provinsi Nusa Tenggara Barat
Kabupaten Lokasi Total (M³)
Kabupaten Lombok 1. Baturimpang, Kecamatan Gerung 4.383
Barat 2. Sekotiong Barat, Kecamatan Gerung 1.314.024
Kabupaten Bima 1. Sumi, Kecamatan Sape 7.578.123
2. Ncera, Kecamatan Belo 637.500
3. Simpasai, Kecamatan Monta 6.000.000
4. Kampung Kumbe 95.999.500
5. Kaleo, Kecamatan Sape 19.235.000
Kabupaten Dompu 1. Doro Tengga, Kecamatan Dompu2. 708.750.000
2. Desa Katua 200.000.000
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 2003
Gambar 2.3: Peta Potensi Galian Marmer di NTB, Distamben 2004
11. Perlit
Endapan Perlit hanya terdapat di Doro Donggomasa, Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Potensi
sumber daya diperkirakan sebanyak 10.000.000 ton. Mutu endapan Perlit belum dilakukan
pemeriksaan yang terinci. Pemanfaatan bahan galian ini dapat dipakai sebagai campuran agregat
beton ringan dan partisi peredam suara.
Kalsedon
Bentuk endapan Kalsedon berbongkah-bongkah. Sebarannya terdapat di Doropapa, Doro Keri
dan Desa Boke, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima. Potensi sumber daya yang telah diketahui
sebanyak 38.828 ton. Pemanfaatan bahan galian ini dapat dipakai sebagai bahan gelas dan
setengah permata.
Belerang
Sebaran endapan Belerang terdapat di kawasan Gunung Rinjani, Kokok Putih. Potensi yang
diketahui adalah sebanyak 927 ton dengan kandungan Belerang antara
48.7 - 80.5%. Pemanfaatan bahan galian ini untuk industri pupuk, obat serta insektisida
12. Gambar 2.4: Peta Keterdapatan Mineral Non Logam di NTB
Batu Silika
Bentuk endapan Batu Silika umumnya berupa bongkah-bongkah. Endapan ini terdapat di
Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Keruak,
Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Plampang, Lape, Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa, Sape,
Belo, Wawo Kabupaten Bima. Potensi sumber daya ini diketahui sebanyak 8,353,577 ton. Bahan
galian ini dapat dipakai sebagai bahan baku Semen Portland atau Silika Flux.
Tanah Urug
Sebaran Tanah Urug terdapat di Kecamatan Gerung, Gunungsari, Narmada Kabupaten Lombok
Barat, Meraran Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya bahan galian ini
sebanyak 10.829.400 ton. Dapat dipakai untuk keperluan bangunan.
POTENSI SUMBER DAYA ENERGI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA
Pembangunan ketenagalistrikan di NTB diarahkan untuk diversifikasi pemanfaatan energi primer
pembangkit tenaga listrik, baik fosil maupun non fosil dalam rangka mendapatkan manfaat yang
sebesar-besarnya untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan.
Program diversifikasi pemanfaatan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik dalam rangka
meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dan memberi kesempatan kepada usaha kecil dan
koperasi, berpartisipasi dalam usaha pembangkitan tenaga listrik serta untuk mendorong industri
penunjang tenaga listrik dalam negeri. Pembangkit Skala Kecil Tersebar (PSKT) yaitu dengan
jumlah daya terpasang maksimum 1 MW yang memanfaatkan sumber energi terbarukan
(mikrohidro, biomassa, panas bumi, surya, dan angin), penting untuk dikembangkan.
=Sumber Daya Energi Minyak Bumi Dan Kemungkinan Pengembangannya
Kotrak bagi hasil perminyakkan oleh BP Exploration – Pertamina, operator Gulf Resources Ltd.
Wilayah kerja off Shore Sakala, luas wilayah kerja 10.320 km2, tanggal penandatanganan 11
Januari 1991 Persetujuan Presiden nomor/tanggal : 448/Pres/12/1990, 31 Desember 1990.
13. Pengilangan
Rencana pembangunan kilang minyak di Taliwang, Kabupaten Sumbawa oleh Mayhill Indonesia
Trading and Services Limited kapasitas 125 MBSD, Perizinan Persetujuan BKPM nomor
863/I/PMA/2000 dengan masa berlaku sampai dengan tanggal 26 September 2003. Invenstasi
kilang minyak sebesar 20 triliun (Lombok Post, rabu 14 Pembruari 2001).
= Sumber Daya Energi Panas Bumi Dan Kemungkinan Pengembangannya
Potensi Energi Panas Bumi
Potensi panas bumi di NTB terdapat di tiga lokasi pada lingkungan gunung berapi, yaitu
Sembalun Kabupaten Lombok Timur, Maronge Kabupaten Sumbawa dan Hu’u Kabupaten
Dompu.
Jumlah potensi panas bumi pada ketiga daerah tersebut mencapai sekitar 144 Mega Watt
equivalent (Mwe) yang terdiri atas potensi hipotetik (± 74 Mwe), dan kemungkinan potensi (± 70
Mwe). Manifestasi yang ditunjukkan daerah tersebut setelah melalui pengukuran temperatur
permukaan berkisar antara 350 C - 820 C. Potensi panas bumi terbesar berada pada Lapangan
Panas Bumi Sembalun, yang mampu digunakan untuk pembangkit listrik skala kecil.
Adapun tiga lokasi potensi panasbumi NTB yakni :
1. Lapangan Panas Bumi Sembalun, terletak antara 115°45’00”-119°25’00”
BT; 8°05’00”- 9°10’15” LS. Manifestasinya berupa sumber air panas dan
alterasi. Ketiga sumber air panas yaitu: Aik Kukusan, Aik Kalak dan Aik
Sebu yang muncul di luar dinding kaldera Sembalun pada batuan lava,
sedangkan alterasi berada di dalam dinding kaldera dekat hulu sungai Orok.
2. Lapangan panasbumi Maronge, terletak antara 117°13’30” -121° 37’30” BT
dan 8° 40’00’-8° 27’00’ LS. Manifestasi panas bumi dipermukaan berupa
airpanas dengan suhu 35-86°C, lapangan solfatar, fomarol dan tanah panas,
perkiraan suhu bawah permukaan berdasarkan Na/Li Geothermometer
berkisar antara 150-200°C.
3. Lapangan Panasbumi Hu’u, terletak pada koordinat 118°.30’.00” BT.
-8°.50’.00” LS. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
Geologi daerah panasbumi Hu’u terletak dalam jalur gunungapi Tersier
bersusun basalt, andesit dan dasit. Interprestasi hasil pengukuran Sounding
menunjukan suatu aktivitas panasbumi yang kuat di bawah permukaan.
Apabila sumua lapisan konduktif dari true resistivity ternyata benar
disebabkan oleh pengaruh panas di bawah permukaan, maka daerah yang
dapat dianggap potensial diperkirakan 60 km2.
14. Tabel 2.4: Potensi Panasbumi NTB
Hipotetik Suhu
Prospek TYPE
No LOKASI Reservoir
(Mwe) AIR PANAS
(Mwe) (°C)
1. Sembalun Kabupaten Lotim (3 200 2,8 X 10 19 112 – 250 H 2SO 4, HCl,
lok) - 8 ° 24'00" LS - 116° Joule SO 4 Sulfat
30'00" BT
2. Hu'u, Dompu (2 lok) 8 ° 50'00" 50 - 75 – 100 Bikar-bonat
LS - 118° 30'00" BT
3. Maronge, Kab Sumbawa (2 50 - 99 – 102 Bikar-bonat
lok) 8°41'50" LS - 117° 43'00"
BT
Jumlah 300
Sumber: Dit. Inventarisasi Sumber daya Mineral, DGSM tahun 2002
Kemungkinan Pengembangan
Berdasarkan pengalaman dari keberhasilan Pertamina, banyak investor swasta yang ingin
melakukan investasi, namun perlu pengkajian kembali pola pengusahaan panas bumi untuk
mencari bentuk regulasi yang lebih tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
=Sumber Daya Energi Air dan Kemungkinan Pengembangannya
Potensi Energi Air
Salah satu solusi menghadapi masalah kelistrikan terutama di daerah
perdesaan adalah pembangkit listrik tenaga air skala mikro. Pemerintah
Provinsi NTB telah memulai kegiatan pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sejak akhir dasawarsa 80-an. Sampai
saat ini telah dibangun delapan unit PLTMH dalam rangka program
ketenagalistrikan perdesaan.
Pada beberapa daerah irigasi, secara bertahap telah dibangun PLTMH
menggunakan air irigasi, misalnya di Keru Lombok Barat dengan
kapasitas masing-masing 30 Kw dan 35 Kw dengan jumlah konsumen
15. 365 kepala keluarga (KK) yang tersebar di beberapa dusun di Desa Sedau Lombok Barat dan
Desa Pemepek Lombok Tengah. Di sekitar lokasi ini yakni di dusun Selenai masih
dimungkinkan untuk membangun 1 (satu) buah PLTMH yang dapat dipadukan dengan energi
angin atau kincir angin (Hybrid technology).
Kemungkinan Pengembangannya
Sumber daya air mempunyai potensi yang cukup besar untuk menunjang kebutuhan sektor
listrik. Peran PLTA/PLTMikrohidro sebagai penunjang pembangkit yang ada masih berpotensi
untuk dikembangkan, namun biaya investasi PLTA/PLTM sangat besar, waktu pembangunan
cukup lama sehingga harus dilakukan perencanaan yang mantap.
Tabel 2.5: Potensi Tenaga Listrik (Hydropower/geothermal)
Location Capacity (MW) Load Center
PLTA Beburung 20,4 Lobar – Lotim
PLTA Brang Beh 103,5 Sumbawa
PLTA Brang Rhee 16 Sumbawa
PLTM Kokok Putih 7,5 Lobar – Lotim
PLTM Pekatano 68 Lombok Barat
PLTM Muntur 2,8 Sumbawa
PLTP Sembalun 39 Lombok Timur
PLTP Maronge 6 Sumbawa
PLTP Hu’u 36 Dompu
Sumber : PLN (Persero) NTB th. 2003
= Sumber Daya Energi Angin Dan Kemungkinan Pengembangannya
Potensi Energi Angin
Potensi energi angin cukup memadai, karena kecepatan angin rata-rata berkisar 3,5 - 7 meter
perdetik. Pusat Listrik Tenaga Angin yang sudah direalisasikan sebesar 7 KW (7 unit)
merupakan percontohan dari LAPAN.
Dari studi-studi yang telah dilakukan, di Pulau Lombok terdapat potensi energi angin sebesar ±
60 KW (dengan asumsi masing-masing lokasi dibangun 10 unit) sedangkan Pulau Sumbawa
16. potensi energi angin sebesar ± 40 KW (dengan asumsi masing-masing lokasi dibangun 10 unit).
Gambar 2.5: Peta potensi Energi Angin Nusa Tenggara Barat (LAPAN)
Kemungkinan Pengembangannya
Kecepatan angin rata-rata di Wilayah NTB sekitar 4,0 m/s pada ketinggian 15-24 meter dari
permukaan tanah. Dengan kecepatan angin tersebut didapatkan pemanfaatan angin rata-rata
sekitar 8 - 9 jam per hari (3000 jam/tahun).
Tabel 2.6: Energi Angin
Kecepatan
Total Kaps.
No. LOKASI Rata-rata Unit Kaps (Watt)
(watt)
(m/dtk)
1 Dusun Selayar 3 - 7,5 7 1000 7000
Desa Gelanggang, Kabupaten
Lotim
2 Pulau Ketapang, Labuan Sangar 3-5
Pelampang
3 Soriutu Kec. Manggelewa 3-5
Kabupaten Dompu
Sumber : Lapan, DPE NTB
Efisiensi pembangkit 45%, harga konstruksi sebesar US$ 1200 /kWh (Nadjamuddin, 1999),
umur teknis 20 tahun, biaya operasi dan pemeliharaan 2% dari investasi dan bunga sebesar 12%.
= Sumber Daya Energi Matahari Dan Kemungkinan Pengembangannya
Potensi Energi Matahari (Solar System)
Peluang pengembangan potensi energi matahari lebih tinggi dan ekonomis dibandingkan dengan
energi listrik tenaga diesel. Hal ini dicirikan oleh penyinaran matahari yang hampir rata-rata
17. diatas 50 % setiap bulannya sehingga memiliki kualitas dan intesitas energi potensial yakni 4,51
watt/m2/jam.
Kemungkinan Pengembangan
Kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki daerah terpencil sulit dihubungkan dengan
jaringan listrk PLN, dan sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang
tinggi.
Tabel 2.7: Potensi Energi Matahari NTB
TOTAL
Radiasi KAPASITAS
No. LOKASI UNIT THN
kwh/m 2 /hari
WATT
LOMBOK BARAT
1 Desa Buwun Mas 4,51 75 4,125 98/99
2 Desa Pelangan 4,51 85 4,675 99/00
3 Desa Buwun Mas 4,51 36 1,980 2001
Sub Total 196 10,780
LOMBOK TENGAH
Tersebar di 10 Desa pada
1 10 500 2002
masjid-masjid
SUMBAWA
4 Ds.Senawang, Lunyuk 4,51 60 3,000 96/97
5 Ds. Mungkin, Lunyuk 4,51 120 6,000 97/98
6 Ds Pelat, Sumbawa 4,51 51 2,805 2000
7 Desa Bakat Monte 4,51 135 7,425 2001
8 Desa Bakat Monte 4,51 17 935 2001
Sub Total 383 20,165
DOMPU
9 Ds, Sorinomo, Pekat 4,51 40 2,000 94/95
Sub Total 40 2,000
BIMA
18. 10 Bajo Pulau Kec. Pekat 4,51 50 2,500 95/96
TOTAL 639 35,945
Sumber: Distamben Prov. NTB, diolah. 2003
Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 – 5,0 kWh/m2/hari. Berarti prospek
penggunaan fotovoltaik dimasa mendatang cukup cerah.
= Sumber Daya Energi Biomassa Dan Kemungkinan Pengembangannya
Energi Biomasa
Biomassa/biogas merupakan proses pembentukan gas yang mudah terbakar (gas methana CH4,
Karbondioksida CO2, Hidrogen Sulfida H2S dan Amoniak NH3), yang dihasilkan dari limbah
kotoran ternak/manusia, limbah industri/kota, pertanian dan peternakan melalui proses
fermentasi biologi. Proses pembentukan biogas merupakan proses fermentasi anaerobik yang
menggunakan mikroba anaerobik sebagai media pencerna, sehingga dihasilkan biogas dan sel-sel
mikroba baru.
Tabel 2.8: Data potensi biomassa hewan dan tanaman
Kerbau Kuda Kelapa
No. Kabupaten Sapi (ekor) Padi (Ton)
(ekor) (ekor) (Ton)
1. Kodya Mataram 1.324 246 22.259 16.643 214,22
2. Lombok Barat 85.821 5.361 5.711 163.348 23..787,17
3. Lombok Tengah 73.196 12.298 5.838 328.715 9.384,00
4. Lombok Timur 62.008 3.668 7.861 281.024 8.925,00
5. Sumbawa 65.160 99.956 34.966 267.152 2.823,40
6. Dompu 29.372 12.377 4.840 87.524 752,43
7. Bima 58.089 29.966 10.619 181.173 506,36
Jumlah 374.970 163.870 92.094 1.325.579 46.92,58
Kemungkinan Pengembangan
Pemanfaatan biogas sudah lama diterapkan khususnya di Indonesia, yang diterapkan sebagai
energi alternatif untuk pemenuhan kebutuhan energi khusus di perdesaan. Namun sampai saat ini
di NTB Digester Biogas belum dimanfaatkan secara optimal dan baru dalam tahap inventarisasi
potensi. Potensi biomassa terabaikan ini perlu dikembangkan untuk mendapatkan tambahan
energi di pedesaan, selain potensi yang cukup besar juga salah satu cara mengatasi permasalahan
kotoran/persampahan.
POTENSI KELISTRIKAN
19. Pembangunan ketenagalistrikan diarahkan agar sektor ketenagalistrikan dapat mandiri dalam
pendanaan, efisien dalam pengusahaan dan transparan dalam pengaturan.
Selama kurun waktu 1995 hingga 2003, kebutuhan tenaga listrik di Provinsi NTB naik dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata 11 % per tahun, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi NTB dalam
kurun waktu tersebut diatas yang tercermin pada nilai rata-rata Produk Domestik Regional Brutto
(PDRB) sebesar 7,0 %, sehingga masih berada pada keseimbangan pertumbuhan
ketenagalistrikan.
Kondisi kelistrikan NTB sebagai berikut
Tabel 2.9: Data pengusahaan Kelistrikan di Provinsi NTB
Satuan Cabang KLP
No Uraian Satuan Sinar NTB
Mataram Sumbawa Bima
Rinjani
1. Daya KW 113.681 28.427 24.512 10.346 166.620
Terpasang
2. Daya Mampu KW 59.060 14.085 15.365 3.240 95.461
3. Beban Puncak KW 69.608 13.803 14.205 4.308 96.787
4. Jaringan Kms 1.400.951 772,02 672.029 163.543 2.920,47
Tegangan
Menengah
(JTM)
5. Jaringan Kms 1.471.814 65,32 650.771 77.247 2.701,95
Tegangan
Rendah (JTR)
6. Jumlah Plg 158.036 65.375 69.913 16.501 330.970
Pelanggan
7. Va VA 158.036.888 42.970.008 43.674.690 -- 244.281.356
Tersambung
8. Penjualan KWH 246.775.441 49.956.347 48.068.465 -- 344.997.406
9. Jumlah Travo Unit 915 360 330 223 1.605
10. KVA Travo KVA 95.566 23.349 23.961 8.650 142.876
Terpasang
11. Rasio % 37,63 76,47 5.130 -- 56,77
Elektrifikasi
12. Produksi KWH 308.990.429 63.223.303 25.055.912 9.718 433.362.561
Sendiri
13. Pemakaian KWH 8.749.983 987.779 2.107.362 11.845.124
Sendiri
20. KWh kWh 300.240.446 62.235.524 59.041.467 421.517.437
disalurkan
14. Losess KWH 53.465.005 12.279.177 9.95 76.520.031
15. % Losess % 17.81 19.73 18.25 18.15
16. Desa Desa 328 148 6 8 668
Berlistrik
17. Dusun Dusun 2.351 486 72 35 3.477
Berlistrik
Sumber: PT. PLN (Persero) 2004, Dinas Pertambangan dan Energi Prov. NTB 2004
Tabel 2.10: Jumlah pengusaha ketenagalistrikan untuk kepentingan sendiri (IUKS)
Jumlah Total Daya
No. Kabupaten/Kota Keterangan
Pengusahaan Terpasang (KW)
1. Lombok Barat 33 5.024,5
2. Lombok Tengah 1 1.000
3. Lombok Timur 2 325
4. Sumbawa 2 184.345 IUKS PT. Newmont
N.T.
5. Dompu 1 873
6. Bima 2 330
Total 39 191.897,5
Desa berlistrik NTB tahun 2002 sebesar 97,45 % dan dusun berlistrik sebesar 89,92 % sementara
ratio kelistrikan rumah tangga Provinsi NTB tahun 2002 masih relatif cukup rendah yaitu sebesar
42,5 %. Rendahnya ratio kelistrikan akibat dampak belum banyaknya rumah tangga yang
terpasang instalasi listrik. Jaringan distribusi PLN sebagian besar sudah melalui desa dan dusun
yang ada, namun kemampuan masyarakat dan PT. PLN (Persero) untuk melistriki rumah tangga
sangat terbatas. Kondisi ini merupakan tantangan kedepan bagi PT. PLN (Persero), Pemerintah,
Investor dan Masyarakat dalam upaya bersama-sama meningkatkan ratio kelistrikan daerah
NTB.
Kondisi geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat yang merupakan wilayah kepulauan,
merupakan salah satu kendala yang tidak memungkinkan untuk mengembangkan pembangunan
ketenagalistrikan yang efisien dalam satu sistem jaringan yang utuh. Keberadaan penduduk yang
lebih dari 80% di pedesaan dengan pola pemukiman berkelompok dan sangat tersebar
mengharuskan kita untuk mengembangkan kebijakan pembangunan ketenagalistrikan spasial
dalam satu sistem cluster yang bertumpu pada sumber energi setempat.
21. Rincian jumlah Dusun berlistrik pada masing-masing Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara
Barat pada tabel berikut:
Tabel 2.11: Listrik Perdesaan NTB
Dusun
Kabupaten/Kota Berlistrik Belum Prosentase (%)
Berlistrik
Kota Mataram 247 0 100,00
Lombok Barat 490 72 87,18
Lombok Tengah 827 158 83,95
Lombok Timur 789 42 94,94
Sumbawa 461 43 91,46
Dompu 169 31 84,50
Kab./Kota Bima 421 44 91,99
Total 3.454 390 89,92
Sumber : PLN (Persero) tahun 2003
Tabel 2.12: Perkembangan pengusahaan pembangkit IUKS (Non PLN)
No. Pembangkit Daya Terpasang Daya Mampu
1. PT. Newmont NT
a. Diesel 47.025 MW 46.017 MW
b. Uap 137.320 MW 136.915 MW
2. Captive Power 25.842 MW 20.803 MW
3. Air 0,206 MW 0,165 MW
4. Surya 0,129 MW 0,103 MW
5. Angin 0,007 MW 0,005 MW
JUMLAH 210.187,342 MW 203.735,273 MW
Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Prov. NTB tahun 2004
Kemungkinan Pengembangan
Dari hasil prakiraaan, nampak bahwa kebutuhan tenaga listrik yang dapat dipasok oleh PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB secara keseluruhan mengalami kenaikan selama 10 (sepuluh) tahun yang
akan datang atau mengalami pertumbuhan rata rata 4,95% - 7,24% per tahun untuk wilayah
Lombok dan 4,67% - 6,95% untuk wilayah Sumbawa dan Bima. Ini berarti, kebutuhan tenaga
22. listrik di NTB akan naik menjadi sekitar 160% pada tahun 2013 untuk skenario low, dan 195%
atau hampir dua kali lipat untuk skenario high.
Perkembangan pengusahaan tersebut belum dapat digunakan sebagai acuan permintaan “pasar“
mengingat adanya keterbatasan kemampuan PT. PLN (Persero) dalam pengusahaan pembangkit,
jaringan dan harga jual listrik untuk memenuhi permintaan sambungan listrik oleh calon
pelanggan. Sebagai gambaran keterbatasan PT. PLN (Persero) bahwa terdapat dalam daftar
tunggu calon pelanggan listrik PLN tahun 2002 berkisar 9.000 calon pelanggan.
= Peluang Investasi Sektor Ketenagalistrikan :
• Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di P. Lombok dengan kapasitas 2 x 25
MW Indent/Daftar tunggu PLN mencapai 9000 pelanggan
• Investasi kelistrikan tidak hanya oleh PLN
• Peluang kerjasama di bidang energi (Batubara, Migas) dengan daerah lain
• Masih banyak dusun yang belum tersentuh listrik dengan kondisi geografis yang sulit
• Belum dimanfaatkannya Energi Baru dan Terbarukan secara optimal
• Penyediaan tenaga listrik masih mengandalkan tenaga Diesel (PLTD).
SUMBER DAYA PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PETERNAKAN DAN
PERKEBUNAN
= Potensi Sumber Daya Pertanian Tanaman Pangan
Sebelum tahun 1980 NTB merupakan daerah rawan pangan, namun sejak berhasilnya sistem
Tanam Gogo Rancah pada tahun 1981 dan menjadi daerah penghasil beras (pangan), mulai tahun
1984 menjadi pendukung stock pangan nasional. Bersamaan dengan itu, komoditas palawija dan
hortikultura ikut berkembang.
Padi
Areal potensial untuk penanaman Padi seluas 396.941 Ha/tahun (tanam musim hujan 214.910 Ha
dan musim kemarau 182.031 Ha). Pada tahun 2004 luas areal panen mencapai 329.505 Ha,
sehingga terdapat peluang luas tanam 67.436 Ha.
Produksi Padi tahun 2004 sebesar 1.476.494 ton gabah kering giling (gkg).
Tabel 2.13: Intensitas Penanaman (IP) pada lahan sawah di NTB tahun 2003
Luas lahan* IP-100 %* IP-200 %* IP-300 %*
No. Kabupaten
(Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
1 Mataran 1.768 - 19.00 1.749
2 Lobar 22.602 2.513 9.779.00 10.318
23. 3 Loteng 51.947 26.451 14.227 11.269
4 Lotim 44.061 24.861 15.000 5.000
5 Sumbawa 51.071 25.948 20.991 4.132
6 Dompu 16.036 7.054 6.726 2.256
7 Bima 28.298 13.163 11.649 3.486
NTB 215.783 99.190 78.391 38.202
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB tahun 2003. *) Angka pembulatan
Palawija
Penanaman komoditi palawija pada umumnya dilakukan di lahan sawah, namun pada musim
penghujan komoditi ini banyak ditanam di lahan kering. Potensi lahan kering di NTB yang
berpeluang untuk pengembangan palawija mencapai 893.758,58 Ha dengan rincian sebagai
berikut :
Tabel 2.14: Peluang Peningkatan Penggunaan lahan kering NTB Tahun 2003
Potensi
Luas lahan * Potensi untuk
No. Kabupaten untuk Tan. Keterangan
Kering (Ha) Hortikultura
Pangan
1 Lobar 105.931 23.294 10.788 Pemanfaatan
2 Loteng 167.423 15.293 126.151 potensi untuk
3 Lotim 82.440 23.988 20.998 penanaman palawija
4 Sumbawa 268.007 89.495 110.850 & hortikultura
5 Dompu 67.545 28.392 15.718termasuh lhn yang
6 Bima 183.149 69.700 65.172 tdk diuasahakan :
7 Mataram 4.105 - - 56.902 ha
8 Kota Bima 15.158 5.920 1.111
NTB 893.758 256.082 350.788
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB *) Angka pembulatan
Jenis komoditi palawija yang dikembangkan dan menjadi unggulan NTB adalah :
Kedelai
Potensi Kedelai tersebar di setiap Kabupaten dengan produksi mencapai 79.490 ton pada tahun
2004 dari areal panen seluas 68.169 ha. Pada tahun terakhir produksinya berfluktuasi sesuai
permintaan pasar dan harga. Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, wilayah pengembangan
Kedelai mencakup empat kabupaten, yaitu Lombok Tengah, Sumbawa, Bima dan Dompu
dengan sentra seperti pada tabel berikut :
24. Tabel 2.15: Potensi Pengembangan Kedelai di NTB
Potensi (ha)* Pemanfaatan
Kabupaten Sentra (Kecamatan)
Lhn Krg Lhn Swh (ha)
Kota Mataram - 1.251 1.251 Cakranegara, Ampenan
Lombok Barat 5.025 4.000 4.354 Sekotong, Gondang, Bayan,Kediri
Lombok 5.925 3.000 19.932 Jonggat, Praya, Praya Barat, Praya
Tengah Barat Daya, Mujur,Pujut
Lombok Timur 5.140 5.000 772 Pringgabaya, Aikmel
Sumbawa 14.500 7.000 9.007 Utan/Rhee, Brang Rea, Alas, Ropang
Dompu 10.036 3.000 8.481 Woja,Dompu, Pajo, Hu’u
Bima 6.305 3.000 21.842 Belo,Monta,Woha,Wawo,Wera,Bolo,
Sanggar
Kota Bima 1.377 - 1.216 Semua Kecamatan
NTB 48.308 26.251 66.855
Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB *) Angka pembulatan
Jagung
Potensi Jagung tersebar di empat kabupaten, yaitu Lombok
Barat, Lombok Timur, Sumbawa dan Dompu. Tahun 2004, total
produksi Jagung mencapai 65.829 ton pipilan kering dari areal
panen seluas 31.217 ha.
Daerah potensial pengembangan Jagung di NTB adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.16: Potensi Pengembangan Jagung di NTB
Potensi (ha)* Pemanfaatan
Kabupaten Sentra (Kecamatan)
Lhn Krg Lhn Swh (ha)
Kota Mataram - - 7 -
Gerung,Sekotong,Kediri,
Lombok Barat 5.975 9.000 5.224
Gn.Sari.
25. Lombok Jonggat, Pringgarata
4.360 5.000 2.045
Tengah
Sambelia,Peringgabaya,
Lombok Timur 9.591 12.000 8.684
Wanasaba,Aikmel,
Uthan/Rhee,Alas,
Sumbawa 14.015 17.000 8.405
Seteluk,dan Labangka
Dompu 6.800 6.000 2.263 Manggelewa,Kempo,Woja
Bima 10.000 7.000 4.454 Semua Kecamatan
Kota Bima 1.000 - 128 Semua Kecamatan
NTB 51.741 56.000 31.210
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, tahun 2004 *) Angka Pembulatan
Kacang Tanah
Potensi Kacang Tanah tersebar disetiap kabupaten dengan produksi mencapai 45.494 ton di
tahun 2004, dengan areal panen seluas 38.244 Ha. Kualitas dan spesifikasi tipe/ras Kacang
Tanah pada masing-masing kabupaten bervariasi/berbeda.
Potensi pengembangan Kacang Tanah dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2.17: Potensi Pengembagan Kacang Tanah di NTB
Potensi (ha)* Pemanfaatan
Kabupaten Sentra (Kecamatan)
Lhn Krg Lh. Swh (ha)
Kota Mataram - - 191 Cakranegara
Lombok Barat 6.825 2.000 13.557 Tanjung, Gangga, Narmada,
Gn.Sari, Bayan dan Kediri
Lombok
1.100 - 7.693 Pringgarata, Jonggat
Tengah
Pringgabaya, Wanasaba,
Lombok Timur 1.586 1.000 884
Aikmel
Sumbawa 6.190 - 3.687 Semua Kecamatan
Dompu 5.375 - 1.156 Kempo,Pekat, Pajo, Hu’u
Bima 22.257 2.000 10.115 Belo,Bolo,Wera,Sanggar,
Lambu,Wowo Woha
Kota Bima 1.205 - 961 Semua Kecamatan
NTB 44.538 5.000 38.244
26. Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan
Kacang Hijau
Potensi pengembangan Kacang Hijau dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 2.18: Potensi Pengembangan Kacang Hijau di NTB
Potensi (ha)*
Pemanfaatan
Kabupaten Lhn. Lh. Swh Sentra (Kecamatan)
(ha)
Krg
Kota - - 36 Cakranegara
Mataram
Lombok 380 1.000 1.751 Kediri, Gerung, Lembar dan Sekotong
Barat
Lombok 500 2.000 5.142 Jonggat, Praya, Praya Barat Daya
Tengah
Lombok 453 3.000 1.929 Pringgabaya, Selong Aikmel
Timur
Sumbawa 30.500 8.000 37.047 Taliwang, Moyohilir, Lape /Lopok, Plampang
dan Empang
Dompu 590 1.000 536 Woja,Dompu, Pajo, Hu’u
Bima 3.250 1.000 825 Belo,Monta,Woha,Wawo,Wera,Bolo,Sanggar
Kota Bima 115 - 81 RasanaE Barat
NTB 35.788 16.000 47.347
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004* Angka pembulatan
Peluang investasi :
1 Usaha budidaya pola kemitraan dengan petani melalui penyediaan sarana produksi, teknologi,
. alat pengolahan, dan jaminan pemasaran
2 Berbagai industri pengolahan hasil pasca panen seperti:
. a. Kacang hijau diolah menjadi jus sari kacang hijau serta aneka olahan yang terbuat dari
kacang hijau.
b. Jagung diolah menjadi marning, emping jagung, dipang jagung, tepung jagung dan lain-
lain, industri pembuatan pakan ternak.
c. Kacang tanah diolah menjadi kacang garing, kacang telur, dan industri bahan pangan dari
kacang tanah.
3 Pengembangan pemasaran antar daerah/antar pulau melalui kerjasama pemasaran antar
27. . daerah dan ekspor.
Potensi Hortikultura
Bawang Merah
Berdasarkan kesesuaian lahan, komoditi Bawang Merah diusahakan hampir di seluruh Wilayah
Kabupaten se-NTB, namun pengembangan yang lebih intensif diusahakan oleh petani di
Kabupaten Lombok Timur dan Bima.
Total produksi Bawang Merah pada Tahun 2003 mencapai 82.838,3 ton dari areal panen seluas
8.801 ha.
Potensi pengembangan Bawang Merah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.19: Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembangan Bawang Merah
Potensi (ha)*
Pemanfaatan*
Kabupaten Lhn Sentra (Kecamatan)
Lhn Krg (ha)
Swh
Kota Mataram - - -
Lombok Barat 284 2.000 284 Bayan, Gerung
Lombok 18 - -
Tengah
Lombok 1.615 2.000 1.615 Aikmel,Sembalun,Pringgabaya,
Timur Wanasaba
Sumbawa 1.500 3.000 1.500 Plampang,Ropang,Sumbawa,Utan/Rhe,
Alas,Jerewh,Brang Rea, Sekongkang
Dompu 925 1.000 925 Kempo
Bima 12.646 2.000 12.646 Semua Kecamatan
Kota Bima 22 22 Asakota
NTB 17.010 8.000 16.992
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan
Cabe
Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, pengembangan Cabe terdapat di seluruh Kabupaten se-
NTB.
Produksi Cabe pada tahun 2003 sebanyak 52.164 ton dari luas panen 7.258 Ha. Potensi
pengembangan Cabe perkabupaten se-NTB dapat dilihat pada tabel berikut :
28. Tabel 2.20: Potensi dan Pemanfaatan Areal Pengembangan Cabe
Potensi *) (ha) Pemanfaatan
Kabupaten Sentra (Kecamatan)
Lh. Krg Lh. Swh *) (ha)
Kota Mataram - - - -
Lombok Barat 1.300 500 1.300 Kediri , Gerung, Narmada
Lombok 826 - 826 Pringgarata, Jonggat
Tengah
Lombok Timur 7.379 1.000 7.379 Selong, Masbagek
Sumbawa 1.500 436 1.500 Sumbawa Besar, Alas
Dompu 1.175 500 1.175 Dompu
Bima 3.434 1.000 3.434 Bolo
Kota Bima 8 - 8 RasanaE Timur
Jumlah 15.622 3.436 15.622
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan
Kangkung
Pengembangan komoditi Kangkung unggulan hanya terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan
Kota Mataram yang dibudidayakan dengan menggunakan lahan sawah yang berpengairan tehnis
(tersedia air sepanjang tahun). Umumnya daerah kabupaten/kota se Pulau Lombok memiliki
potensi cukup besar untuk usaha budidaya Kangkung, namun tingkat produktivitas masing-
masing kabupaten/kota berbeda.
Produksi Kangkung di Lombok Barat mencapai 404 ton dengan areal panen seluas 49 ha,
sedangkan di Kota Mataram produksinya 1.078 ton dengan areal panen 34 ha. Total produksi
Kangkung NTB adalah 2.617 ton dengan areal panen seluas 221 ha.
Peluang investasi yang dapat ditawarkan dalam upaya pengembangan agribisnis bawang merah,
cabe dan kangkung antara lain adalah :
1. Usaha budidaya pola kemitraan dengan petani melalui penyediaan sarana produksi,
teknologi, alat pengolahan, dan jaminan pemasaran
2. Berbagai industri pengolahan yang menunjang industri makanan. Pengembangan industri
rumah tangga melalui pengembangan alat pengolahan (seperti bawang goreng) skala kecil,
tepung cabe maupun saos (sambel) cabe serta berbagai industri yang menunjang bahan
makanan.
3. Pengembagan pemasaran antar daerah atau antar pulau melalui kerjasama pemasaran antar
daerah/Provinsi dan ekspor.
Buah-buahan
29. Mangga
Potensi pengembangan Mangga tersebar diseluruh kabupaten se-NTB,
Areal paling potensial terdapat di Kabupaten Sumbawa dan Bima,
namun belum dimanfaatkan. Produksi Mangga tahun 2003 mencapai
390.108 ton dengan total luas panen 14.519,05 Ha. Penyebaran potensi
perkabupaten dan sentra pengembangannya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.21: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Mangga
Potensi (ha) Pemanfaatan
Kabupaten Sentra (Kec.)
*) (ha)
Kota Mataram - 365
Bayan, Gangga, Narmada, Kediri,
Lombok Barat 4.107 4.107
Sekotong
Lombok Batukliang, Kopang, Mantang,
4.865 1.378
Tengah Pringgarata, Jonggat dan Pujut
Pringgabaya, Sambelia, Aikmel,
Lombok Timur 3.027 1.570
Sukamulia, Sakra Keruak
Lunyuk, Seteluk, Plampang,
Sumbawa 19.000 4.313
Empang dan Utan/rhee
Dompu 6.636 370 Semua kecamatan
Bima 25.116 784 Semua kecamatan
Kota Bima 955 1.232
Jumlah 63.706 14.519
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan
Manggis
Potensi pengembangan komoditi Manggismencapai 7.889,71 Ha namun
baru termanfaatkan seluas 94,62 Ha. Produksi Manggis tahun 2003
mencapai 201 ton dari areal seluas 84,62 Ha. Penyebaran areal potensial
pengembangan per kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut.
30. Tabel 2.22: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Manggis
Kabupaten Potensi Pemanfaatan Sentra (Kecamatan)
(ha)*) (ha)*)
Kota Mataram 11 - -
Lombok Barat 120 81 Lingsar, Narmada dan Batu Layar
Lombok 4.600 2 Batukliang, Pringgarata
Tengah
Lombok Timur 59 9 Sikur dan Montong Gading
Sumbawa 3.000 1 Batu Lanteh, Ropang, Brang Rea,
Alas
Dompu 100 - Pekat
Bima - 2 -
Kota Bima - - -
NTB 7.890 95
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan
Rambutan
Produksi komoditi Rambutan tahun 2003 mencapai 4.098,3 ton dari
areal panen seluas 2.079 Ha, dari total areal potensial seluas 13.617,36
Ha. Areal potensial pengembangan komoditi Rambutan adalah di
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Sumbawa, namun dari
areal potensial tersebut Lombok Barat telah memanfaatkan peluang
dengan baik.
Penyebaran areal potensial dan sentra produksinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.23: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Rambutan
Potensi *) Pemanfaatan*)
Kabupaten Sentra (Kecamatan)
(ha) (ha)
Kota Mataram 16 108
31. Lombok Barat 1.335 1.712 Narmada , Lingsar, Gunungsari
Lombok 1.400 140 Pringgarata, Batukliang
Tengah
Lombok Timur 253 69 Sikur, Mtg. Gading,Terara
Sumbawa 9.500 46 Batu Lanteh, Moyo hilir, Alas
Dompu 400 2 Pekat, Woja
Bima 704 1 Wawo dan Tambora
Kota Bima - 1 -
NTB 13.618 2.079
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan
Sawo
Pengembangan Sawo sebagian besar dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat, Lombok
Tengah, Lombok Timur dan Sumbawa. Produksi tahun 2003 mencapai 2.862,6 ton dari areal
panen seluas 1.136,76 Ha, dari luas areal potensial pengembangan seluas 42.030,39 Ha.
Penyebaran areal potensial per kabupaten dan sentra produksinya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2.24: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Sawo
Kabupaten Potensi *) Pemanfaata Sentra (Kecamatan)
(ha) *) (ha)
Kota Mataram - 11 -
Lombok Barat 121 121 Narmada , Lingsar, Gerung, Bayan
Lombok Tengah 1.450 42 Pringgarata, Jonggat, Pujut
32. Lombok Timur 107 95 Pringgabaya, Masbagik dan Lb.
Haji
Sumbawa 37.388 858 Plampang, Uthan Rhee dan
Empang
Dompu 1.250 2 Manggalewa, Woja dan Kempo
Bima 1.709 3 Awo, Tambora dan Monta
Kota Bima 6 4 -
NTB 42.031 1.136
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan
Pisang Komoditi terdapat di seluruh kabupaten se-NTB, dengan jenis
Pisang Kepok, Ketip dan Kapendis. Penyebaran areal potensial
pengembangan per kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.25: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Pisang
Pemanfaatan*)
Kabupaten Potensi*)(ha) Sentra (Kecamatan)
(ha)
Kota Mataram - 284
Lombok Barat 2.812 11.017 Semua Kecamatan
Lombok 1.544 5.023 Kopang, Batukliang,
Tengah Pringgarata.
Lombok Timur 5.092 18.775 Pringga Baya, Sukamulya, Lb
Haji
Sumbawa 33.963 719 Semua Kecamatan
Dompu 3.241 5.718 Pekat, Woja, Hu'u, Mangge lewa
Bima 19.126 935 Belo, Sape, Donggo,
Lambu,Bo;o
Kota Bima 112 693 Rasana'e Timur,Rasana'e Barat
NTB 65.890 43.164
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan
Nenas
33. Ketersediaan areal potensial untuk pengembangan Nenas terbesar adalah
di Kabupaten Lombok Tengah, namun pengembangan cukup baik ada di
Kabupaten Lombok Timur terutama di Kecamatan Sukamulia dan
Masbagik. Penyebaran areal potensial per kabupaten dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.26: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Nanas
Potensi *)
Kabupaten Pemanfaatan*)(ha) Sentra (Kecamatan)
(ha)
Kota Mataram - 1 -
Lombok Barat 7 4.062 Gunungsari, Batu Layar,
Lombok 110.171 1.469 Pringgarata, Batukliang,
Tengah
Lombok Timur 2.885 8.904 Masbagik,
PringgaselaSukamulya.
Sumbawa 3.000 244 Ropang, Alas, Lunyuk,
Batulanteh
Dompu 750 269 Pekat, Manggelewa.
Bima - 13 -
Kota Bima - 18 -
NTB 116.813 14.980
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka Pembulatan
Durian
Durian merupakan salah satu komoditi unggulan NTB, terutama Durian
Presak, karena memiliki warna, aroma dan rasa yang spesifik, telah
menjadi komoditi unggul nasional.
Pengembangannya mempunyai prospek yang sangat baik terutama di
Kabupaten Lombok Barat Kecamatan Narmada), Kecamatan Lingsar,
Gunung Sari dan Bayan.
Penyebaran areal potensial per kabupaten dan sentra pengembangannya
dapat dilihat pada tabel berikut.
34. Tabel 2.27: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Durian
Kabupaten Potensi*) Pemanfaatan
Sentra (Kecamatan)
(ha) *) (ha)
Kota Mataram - - -
Lombok Barat 681 203 Narmada , Lingsar, Gn.
Sari
Lombok Tengah 1.268 56 Batukliang,
Lombok Timur 101 23 Sikur, Pringgasela, Aikmel
Sumbawa 2.000 15 Alas, Taliwang, Batulanteh
Dompu 1.141 1 Pekat, Woja, Manggelewa
Bima 1.151 3 Monta, wawo, Donggo
Kota Bima 1 3 -
NTB 6.343 306
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan
= Potensi Sumber Daya Peternakan
Sumber Daya Peternakan memiliki peranan penting dalam pengembangan sosial ekonomi
masyarakat. Jumlah peternak pada tahun 2004 mencapai 684.594 KK dengan jumlah ternak
sekitar 513.500 animal unit (AU), terbesar sapi dan kerbau sebanyak 464.689 AU.
Peternakan sapi potong sekitar 57 % diusahakan secara intensif oleh masyarakat di Pulau
Lombok, sedangkan populasi kerbau sekitar 83 % dikembangkan oleh masyarakat di Pulau
Sumbawa.
Komoditi peternakan komersial lainnya yang dikembangkan adalah kambing, kuda, ayam
potong, itik, ayam buras, domba, babi dan produk olahan asal ternak.
Sapi
35. Sapi yang dikembangkan adalah jenis Sapi Bali. Jenis ini adalah salah
satu komoditi unggulan yangmemilki pasar domestik yaitu: DKI
Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Papua serta pasar ekspor
yaitu: Hongkong, Singapura, Malaysia, Timor Leste dan negara-negara
ASEAN lainnya.
Pemerintah Provinsi NTB telah merintis pengembangan kawasan
agribisnis berbasis Sapi potong di setiap kabupaten. Hal ini
dimaksudkan agar dapat dihasilkan Sapi bibit berkualitas ekspor secara
kontinyu antara 1.500 – 2.000 ekor pertahun per lokasi kawasan.
Produksi Sapi potong rata-rata sebanyak 61.000 ekor per tahun. Hasil
produksi tersebut untuk memenuhi konsumsi lokal sekitar 43.900 ekor
(72 %) dan Rumah Potong Hewan (RPH) sebanyak 6.100 ekor (10
%).Surplus hasil produksi Sapi potong setahun sekitar 11.000 ekor
(18%). Adapun populasi Sapi sekitar 419.569 ekor, 43 % berada di
pulau Sumbawa dan 57 % di pulau Lombok. (lihat Tabel 2.28)
Babi
Populasi Babi pada tahun 2003, sebanyak 31.689 ekor. Lokasi kawasan pengembangan ternak
Babi umumnya berada di permukiman masyarakat Hindu Bali, dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 15 % per tahun. Jenis Babi yang dikembangkan adalah Babi lokal dan hasil persilangan.
Produksi bibit lebih kurang 15.000 ekor dan jantan 12.200 ekor. Pemasaran Babi memiliki daya
saing pasar cukup bagus terutama dipasar lokal, Bali dan Papua.
Kerbau
Kerbau di NTB memiliki keunggulan dan daya saing pasar yang hampir
sama dengan ternak sapi.
Jenis Kerbau yang dikembangkan adalah jenis Kerbau Lumpur, karena
mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup bagus terhadap
lingkungan (iklim, pakan dan pengangkutan). Populasi Kerbau pada
tahun 2003 tercatat sebanyak 161.359 ekor, (83,20 % diantaranya berada
di pulau Sumbawa).
Kuda
Jenis Kuda yang dikembangkan adalah Kuda Sumbawa, umumnya
digunakan untuk angkutan cidomo, Kuda pacuan dan ternak potong.
Populasi ternak Kuda sebanyak 73.623 ekor.
36. Produksi Kuda potong lebih kurang 7.400 ekor per tahun dan Kuda bibit sekitar 5.200 ekor per
tahun.
Komoditi ternak Kuda umumnya dipasarkan di pasar lokal. Hanya 30 % dipasarkan ke luar
daerah terutama Jawa Timur. Sedangkan Kuda penghasil susu masih merupakan ternak yang
spesifik dan hanya terdapat di Kabupaten Dompu dan Bima.
Kambing
Sentra pengembangan ternak Kambing adalah di daerah lahan kering,
umumnya di Pulau Sumbawa dan beberapa wilayah kecamatan di Pulau
Lombok seperti Sakra, Keruak, Pringgabaya, Gangga dan Bayanss.
Populasi ternak Kambing sebanyak 282.500 ekor dengan produksi
Kambing potong dan Kambing bibit sebanyak 100.000 ekor per tahun.
Pemasaran ternak Kambing cukup prospektif, baik untuk pasar lokal
maupun perdagangan antar pulau. Rata-rata produksi daging beku yang
dikirim ke DKI Jakarta sebanyak 20.000 kg pertahun.
Ayam dan Itik
Keberadaan NTB sebagai salah satu daerah kunjungan wisata, ikut
mendorong perkembangan usaha komoditi Ayam Buras. Permintaan
produksi Ayam Buras berupa Ayam Potong dan telur terus meningkat,
terutama untuk pasar lokal guna memenuhi kebutuhan rumah makan
khas Lombok “Ayam Taliwang” dan rumah makan lainnya. Sedangkan
hasil produksi Ayam Jago untuk memenuhi pasar luar seperti Bali dan
Jawa Timur lebih kurang mencapai 25.000 ekor per tahun. Sedangkan populasi ternak Itik pada
tahun 2003 adalah sebanyak 476.060 ekor, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,34 % per
tahun. Dari produksi tersebut, diperkirakan produksi telur Itik sebanyak 34 juta butir pertahun
atau 2.125 ton pertahun.
Produksi ternak Itik digunakan untuk memenuhi pasar lokal dan Bali, sedangkan produksi telur
asin, yang merupakan salah satu komoditi unggulan NTB, umumnya untuk memenuhi
permintaan pasar luar daerah NTB mencapai 25.000 butir per minggu, namun kemampuan
mensuplai baru terpenuhi 50 %. Adapun populasi ternak pada tahun 2003 untuk berbagai jenis
ternak, dapat dilihat pada Tabel 2.28
Peluang Pengembangan
Peluang investasi dalam rangka pengembangan usaha peternakan antara lain dari data kebutuhan
37. daging secara nasional adalah sebanyak 374.000 ton, namun hanya mampu dipenuhi sebanyak
307.000 ton, sehingga terdapat kekurangan pasokan sebanyak 67.000 ton pertahun. Adapun
pasar potensial yang menjadi peluang bagi NTB dalam memasok kebutuhan daging antara lain
wilayah DKI Jakarta (Jabotabek), Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.
Potensi bahan baku pakan ternak dan populasi unggas cukup besar, namun belum didukung
dengan adanya pabrik pakan ternak dan sarana pembibitan (hatchery), sehingga hampir semua
sarana produksi berupa bahan pakan ternak dan DOC didatangkan dari luar daerah NTB.
Demikian pula halnya dengan belum tersedianya Rumah Potong Ayam (RPA) yang memenuhi
standar, sedangkan produksi ayam potong lebih kurang sebanyak 10 juta ekor per tahun,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasar komersial seperti hotel berbintang, swalayan,
restoran dan industri di NTB masih dipasok dari luar daerah.
Tabel 2.28: Populasi Ternak di Provinsi NTB Tahun 2003
Sumber Data : Dinas Peternakan Provinsi NTB, Tahun 2004.
Ekspor sapi bibit, sejak tahun 2001 telah dirintis ke Malaysia dan Timor Leste sebanyak 3.470
ekor. Pasar ekspor akan diperluas ke negara-negara ASEAN lainnya, disamping upaya-upaya
memanfaatkan peluang untuk memperluas jaringan usaha di wilayah Asia Pasifik yang
tergabung dalam AFTA yang diharapkan dapat menjadi peluang meningkatkan kerjasama antar
regional.
Peluang usaha peternakan yang potensial dikembangkan di NTB adalah :
(1) Usaha pembibitan berupa sapi potong, kerbau, babi, kambing dan ayam ras
(2) Kemitraan usaha penggemukan sapi dan kerbau
(3) Pengembangan peternakan unggas berupa usaha pembibibitan (hatchery) dan pengembangan
pabrik pakan
38. (4) Kerjasama kemitraan dengan peternak
(5) Kerjasama supply - demand ternak potong dan bibit
(6) Kerjasama supply - demand daging beku
(7) Supply - demand bibit hijauan pakan ternak
(8) Usaha pengolahan hasil peternakan
- Pembangunan Rumah Potong Ayam
- Unit pengolahan dendeng dan abon
- Pembuatan telur asin
- Pembuatan kerupuk kulit,ceker dan paru
- Home industri permen susu kerbau,susu kuda dan kerajinan kulit
- Industri pupuk organik (kotoran ternak)
= Potensi Sumber Daya Perkebunan
Potensi areal perkebunan seluas 665.314 ha, telah dimanfaatkan mencapai 185.969 ha atau
27,95%. Pemanfaatannya meliputi tanaman keras 157.909 ha dan tanaman semusim 28.060 ha.
Sebagian besar usaha perkebunan merupakan perkebunan rakyat 97,09%, sisanya merupakan
perkebunan besar. Terdapat 20 jenis komoditi perkebunan yang dikembangkan terdiri atas 13
jenis tanaman tahunan dan tujuh jenis tanaman semusim. Tiga belas jenis tanaman tahunan yang
dikembangkan terdiri atas: Kelapa, Jambu Mete, Kopi, Kakao, Vanili, Cengkeh, Kapuk, Pinang,
Lada, kemiri, aren, lontar dan Asam. Sedangkan tanaman semusim yang dikembangkan adalah:
Tembakau Virginia, Tembakau Rakyat, Kapas, Jarak, Tebu dan Wijen.
Kelapa
Areal tanaman Kelapa seluas 67.784 ha dengan total produksi dalam
bentuk kopra mencapai 51.491 ton. Tanaman yang belum menghasil-kan
seluas 11.183 ha dan tanaman yang sudah tua dan rusak seluas 2.804 ha.
Areal tanaman Kelapa terluas terdapat di Lombok Barat, dengan luas
areal 22.102 ha.
Potensi ini baru dikelola oleh satu perusahaan lokal namun belum
mampu menyerap seluruh produksi Kelapa rakyat, sehingga sangat terbuka peluang investasi
dalam bidang proses pengolahan Kelapa rakyat di NTB, terutama di Pulau Sumbawa.
Tabel 2.29: Penyebaran Areal Potensi Komoditi Kelapa di Provinsi NTB Tahun 2003
Luas Areal (Ha) *) Rt. Prod
Produksi Sentra Prod
No Kabupaten/Kota *)
TBM TM TR Jumlah * (Ton) (Kg/Ha) (Kecamatan )
1. Lombok Barat 2,094 19,422 586 22,102 23,983 1,235 Gerung, Sekotong,
Narmada,
39. Gunungsari,
Tanjung, Gangga,
Bayan, Kayangan,
Lembar,
Pemenang
2. Lombok Tengah 1,415 13,275 810 15,500 11,893 896 Pujut, Praya
Barat, Praya Barat
Daya, Kopang,
Batukliang,
Batukliang Utara,
Pringgarata,
Jonggat
3. Lombok Timur 2,546 11,317 1,126 14,989 8,986 794 Labuhan Haji,
- Perkebunan Pringgabaya,
Rakyat Sambelia
- PBS
4. Sumbawa 2,532 3,873 0 6,405 3,089 798 Labuhan Badas,
Alas Barat,
Taliwang, Lunyuk
5. Dompu 610 1,612 76 2,298 1,136 704 Kempo
6. Bima 1,915 3,708 57 5,680 2,184 589 Woha, Lambu
7. Kota Mataram 71 422 150 643 214 508 Mataram,
Cakranegara,
Ampenan
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan
TBM = Tanaman Muda Belum menghasilkan; TM = Tanaman Menghasilkan; TR = Tua, Rusak
Jambu Mente
Luas areal Jambu Mente 56.605 ha terdiri atas tanaman yang belum menghasilkan seluas 21.230
ha, tanaman menghasilkan 28.529 ha dan tanaman tua dan rusak seluas 8.846 ha. Produksi mente
dalam bentuk biji gelondong mencapai 11.744 ton.
Areal tanaman Jambu Mente terluas terdapat di Lombok Barat, yang mencapai 21.432 ha. Untuk
meningkatkan potensi investasi komoditi Jambu Mente, pemerintah secara terus menerus
melakukan perluasan areal tanam pada lahan-lahan
kering yang berpotensi. Pemasaran biji mente dan mente olahan telah menembus pasar
internasional yaitu Negara Hongkong, Vietnam, Cina dan Taiwan.
Tabel 2.30: Penyebaran Potensi Komoditi Jambu Mente di Provinsi NTB Tahun 2003.
40. Luas Areal (Ha) *) Produksi Rt. Prod Sentra Prod
No Kabupaten/Kota
TBM TM TR Jumlah (Ton)* (Kg/Ha)* (Kecamatan )
1. Lombok Barat 6,049 12,699 2,684 21,432 4,070 320 Sekotong,
Tanjung, Gangga,
Bayan, Kayangan,
Lembar,
Pemenang.
2. Lombok Tengah 157 3,242 184 3,583 551 170 Pujut, Praya Barat
Daya, Janapria.
3. Lombok Timur 1,550 2,452 433 4,434.35 1,530 624 Sambelia,
Labuhan Haji,
Pringgabaya.
4. Sumbawa
- Perk. Rakyat 4,818 3,726 371 8,915 1,257 337 Labuhan Badas,
Utan/Rhee,
Plampang.
5. Dompu
- Perk. Rakyat 4,228 5,037 209 9,474 3,786 752 Pekat.
6. Bima 3,629 1,174 1,579 6,382 540 460 Donggo.
7. Kota Mataram 0 0 0 0 0 0 -
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan
Kopi
Luas areal tanaman Kopi mencapai 12.497 ha terdiri atas tanaman belum
menghasilkan 3.662 ha, tanaman menghasilkan 7955 ha dan tanaman
yang tua dan rusak seluas 875 ha. Produksi Kopi di NTB mencapai
4.929,90 ton dalam bentuk butiran. Baru terdapat dua perusahaan yang
memanfaatkan potensi di wilayah Tambora Pulau
Sumbawa dan di Kabupaten Lombok Tengah, dengan areal pengelolaan
yang terbatas. Areal lainnya masih dikelola secara tradisional oleh masyarakat sehingga belum
mampu memberi hasil yang optimal. Oleh karena itu sangat terbuka peluang bisnis di bidang
budidaya dengan pola kemitraan bersama masyarakat serta di bidang proses pengolahan biji
Kopi menjadi barang jadi (bubuk Kopi, Kopi instant).
Potensi areal dan sentra produksi Kopi pada tabel berikut .
Tabel 2.31: Penyebaran Areal dan Produksi Kopi di Provinsi NTB Tahun 2003.
No Kabupaten/Kota Luas Areal (Ha) *) Produksi Rt. Prod Sentra Prod
41. TBM TM TR Jumlah (Ton) * (Kg/Ha)* (Kecamatan )
Narmada , Tanjung,
1. Lombok Barat 248 1,681 80 2,009 1,024 609
Gangga, Bayan
2. Lombok Tengah
Batukliang,
- Perk. Rakyat 9 1,164 4 1,177 351 301 Batukliang Utara,
Pringgarata
Pringgasela,
3. Lombok Timur 254 841 443 1,538 533 633
Sembalun
Alas, Ropang,
4. Sumbawa 2,144 2,429 0 1,573 1,337 551
Batulanteh
5. Dompu 541 683 0 1,224 337 494 Pekat
6. Bima 322 746 33 1,101 925 1,240 Donggo, Tambora
7. Kota Mataram 5 7 4 16 2 312 Ampenan
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan
Kapuk
Luas areal Kapuk 4.707 ha terdiri atas tanaman belum menghasilkan 641 ha, tanaman yang
sudah menghasilkan 3.592 ha, tanaman tua dan rusak 514 ha. Produksinya 1.413 ton serat bersih.
Potensi areal dan sentra produksi komoditi Kapuk pada tabel berikut.
Tabel 2.32 : Penyebaran Areal dan Produksi Kapuk di Provinsi NTB Tahun 2003.
Luas Areal (Ha) *) Rt. Prod
Produksi Sentra Prod
No Kabupaten/Kota *
TBM TM TR Jumlah (Ton)* (Kg/Ha) (Kecamatan )
1. Lombok Barat 20 716 0 736 420 587 Narmada , Kayangan.
Pujut, Praya Barat, Praya Barat
2. Lombok Tengah 73 659 94 826 420 637
Daya, Pringgarata.
3. Lombok Timur 191 677 197 1,065 227 336 Jerowaru, Keruak.
4. Sumbawa 207 444 12 663 151 341 Labuhan Badas, Utan/Rhee.
5. Dompu 53 625 27 705 47 75 Kempo, Manggalewa.
6. Bima 69 405 157 631 139 342 Belo, Monta, Bolo.
7. Kota Mataram 29 66 27 122 9 139 Ampenan, Mataram.
42. Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan
Kakao
Luas areal Kakao 3.948 ha terdiri atas tanaman muda yang belum menghasilkan 1.026 ha,
tanaman yang sudah berproduksi atau menghasilkan 2.538 ha dan tanaman yang sudah tua atau
rusak 384 ha. Produksi Kakao mencapai 1667,75 ton biji kering. Areal Kakao terluas terdapat di
Lombok Barat, seluas 2.928 ha.
Pengolahan biji Kakao sampai saat ini masih bersifat sangat tradisional yaitu hanya berupa biji
Kakao kering, sehingga nilai tambah dari komoditi Kakao yang dapat dinikmati relatif kecil, dan
terbuka peluang bisnis di bidang pengolahan hasil produksi Kakao disertai dengan budidaya
yang menerapkan pola kemitraan untuk menjaga kesinambungan bahan baku industri pengolahan
produk Kakao. Potensi areal dan sentra produksi Kakao pada tabel berikut .
Tabel 2.33: Penyebaran Areal dan Produksi Kakao di Provinsi NTB Tahun 2003.
Luas Areal (Ha) *) Rt.
Produksi Sentra Prod
No Kabupaten/Kota Prod(Kg/Ha)
TBM TM TR Jumlah (Ton) * (Kecamatan )
*
1. Lombok Barat 543 2,082 303 2,928 1,532 736 Gangga,
Kayangan.
2. Lombok Tengah 10 300 4 314 67 222 Kopang,
Batukliang
Utara.
3. Lombok Timur 394 127 56 577 62 487 Pringgasela,
Sembalun.
4. Sumbawa 4 18 1 23 4 230 Alas.
5. Dompu 70 2 0 72 2 1,000 Pekat.
6. Bima 6 9 22 37 1 122 Wawo, Donggo.
7. Kota Mataram 0 0 0 0 0 0 -
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan
Asam
Luas areal tanaman Asam 2.954 ha terdiri atas tanaman belum menghasilkan 476 ha, tanaman
menghasilkan 2.365 ha dan tanaman tua dan rusak 113 ha. Produksi Asam 4.305 ton Asam
berbiji. Areal Asam terluas terdapat di Kabupaten Bima, yaitu seluas 984 ha. Pengolahan
produksi Asam, masih sangat tradisional yaitu hanya dalam bentuk pengolah dari buah Asam
menjadi Asam berbiji, sehingga nilai tambah yang dinikmati relatif kecil, dan terbuka peluang
43. investasi untuk budidaya tanaman Asam dengan pola kemitraan bersama petani serta industri
pengolahan hasil seperti permen Asam, sirup Asam, dan proses pengawetan Asam. Terbuka
peluang untuk pembangunan jaringan pasar dengan provinsi lain. Potensi areal dan sentra
produksi Asam seperti pada tabel berikut .
Tabel 2.34: Penyebaran Areal Potensi Komoditi Asam di Provinsi NTB Tahun 2003
Luas Areal (Ha) *) Rt. Prod
Produksi Sentra Produksi
No Kabupaten/Kota (Kg/Ha)
TBM TM TR Jumlah (Ton) * *
(Kecamatan )
1. Lombok Barat 7 250 0 257 758 3,036 Pemenang.
2. Lombok Tengah 31 164 1 196 35 214 Pujut.
3. Lombok Timur 100 232 24 356 479 2,064 Jerowaru.
4. Sumbawa 210 525 6 741 775 1,476 Utan/Rhee.
5. Dompu 34 328 53 415 187 572 Dompu.
Donggo,
6. Bima 94 862 29 985 2,043 2,369 Sanggar,
Ambalawi.
7. Kota Mataram 0.00 5 1 6 29 5,580 Mataram.
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan
Kemiri
Luas areal Kemiri 3.356 ha terdiri dari tanaman muda yang belum menghasilkan 978 ha,
tanaman menghasilkan 2.126 ha dan tanaman rusak dan tua 252 ha. Produksinya mencapai
2.150,77 ton biji kupas. Areal Kemiri terluas terdapat di Kabupaten Bima, seluas 1.734 ha.
Pengembangan komoditi Kemiri pada beberapa tahun terakhir sangat menarik perhatian
masyarakat untuk dikembangkan secara swadaya, karena cepat tumbuh dan cepat menghasilkan,
sehingga terbuka peluang investasi di bidang :
1. Budidaya pola kemitraan dengan masyarakat melalui bantuan teknologi dan sarana prasarana
produksi
2. Industri pengolahan hasil, terutama dalam bentuk home industri
3. Pemasaran produk
Potensi areal dan sentra produksi komoditi ini dapat terlihat pada tabel berikut.
Tabel 2.35: Penyebaran Areal dan Produksi Kemiri di Provinsi NTB Tahun 2003.
44. Luas Areal (Ha) *) Rt. Prod Sentra Produksi
Produksi
No Kabupaten/Kota (Kg/Ha)
TBM TM TR Jumlah (Ton) * (Kecamatan )
*
1. Lombok Barat 0 0 0 0 0 0 -
2. Lombok Tengah 7 17 0 24 17 708 Batukliang.
3. Lombok Timur 0 0 0 0 0 0 -
Ropang,
4. Sumbawa 423 770 0 1,193 420 545
Batulanteh.
Dompu,
5. Dompu 2 286 117 405 42 145
Manggalewa.
Wawo, Monta,
6. Bima 546 1,053 136 1,735 1,672 1,588 Donggo,
Langgudu.
7. Kota Mataram 0 0 0 0 0 0 -
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan
Cengkeh
Luas areal Cengkeh 1.448 hektar terdiri dari tanaman belum menghasilkan 49 ha, tanaman yang
sudah menghasilkan 1.030 ha dan tanaman rusak atau tua 319 ha. Areal Cengkeh terluas terdapat
di Kabupaten Lombok Barat, seluas 1.208 ha. Peluang investasi Cengkeh terbuka di bidang
budidaya dengan pola kemitraan dan pemasaran hasil.
Tabel 2.36: Penyebaran Areal dan Produksi Cengkeh di Provinsi NTB Tahun 2003.
Luas Areal (Ha) *) Produksi Rt. Prod Sentra Prod
No Kabupaten/Kota
TBM TM TR Jumlah (Ton)* (Kg/Ha)* (Kecamatan )
Gangga,
1. Lombok Barat 52 881 275 1,208 298 338
Kayangan.
Batukliang,
2. Lombok Tengah 0 36 0 36 7 197
Batukliang Utara.
Swela, Aikmel,
3. Lombok Timur 44 101 10 155 33 323
Sambelia.
4. Sumbawa 0 0 0 0 0 0 -
5. Dompu 0 0 0 0 0 0 -
6. Bima 0 11 34 45 4 346 Donggo.
7. Kota Mataram 3 1 0 4 1 140 Cakranegara.
45. Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan
Pinang
Luas areal tanaman Pinang 1.431 ha, terdiri dari tanaman belum menghasilkan 273 ha, tanaman
yang sudah menghasilkan 882 ha dan tanaman yang tua dan rusak 276 ha. Produksi Pinang di
daerah ini 1.667,75 ton biji kering. Areal Pinang terluas terdapat di daerah Kabupaten Dompu,
seluas 345 ha. Potensi areal dan sentra produksi komoditi ini seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.37: Penyebaran Areal dan Produksi Pinang di Provinsi NTB Tahun 2003.
Luas Areal (Ha) Produksi Rt. Prod Sentra Prod
No Kabupaten/Kota
TBM TM TR Jumlah (Ton) (Kg/Ha) (Kecamatan )
1. Lombok Barat 44 98 19 161 222 2,261 Lembar, Kayangan.
2. Lombok Tengah 39 132 118 289 37 283 Batukliang.
3. Lombok Timur 42 101 27 170 71 703 Aikmel.
4. Sumbawa 21 129 3 153 53 413 Ropang.
5. Dompu 43 246 56 345 145 590 Dompu
6. Bima 83 150 49 282 55 369 Mada Pangga,
Langgudu.
7. Kota Mataram 2 26 4 32 49 1,852 Mataram
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB. Tahun 2003 *) Angka Pembulatan
Luas areal tanaman Vanili 556 hektar terdiri atas tanaman belum menghasilkan 112 hektar,
tanaman menghasilkan 401 hektar dan tanaman tua/rusak 43 hektar. Produksinya 88,86 ton buah
kering. Areal Vanili terluas terdapat di Lombok Barat, yaitu 362 hektar.
Berdasarkan kesesuaian lahannya sangat cocok untuk dikembangkan di sepanjang wilayah kaki
Gn. Rinjani mulai dari Lombok Barat bagian utara sampai Lombok Timur bagian Utara. Kualitas
Vanili asal Lombok Utara sangat tinggi dan dapat menembus pasar internasional, namun
jaringan pasar internasional relatif rendah dan harus bermitra dengan provinsi lain.
Disamping peluang pemasaran juga terbuka peluang budidaya dengan menerapkan pola
kemitraan bersama petani. Potensi areal dan sentra produksi komoditi Vanili tersaji pada tabel
berikut.
Tabel 2.38: Penyebaran Areal dan Produksi Vanili di Provinsi NTB Tahun 2003.
Luas Areal (Ha) *) Produksi Rt. Prod Sentra Prod
No Kabupaten/Kota
TBM TM TR Jumlah (Ton) * (Kg/Ha)* (Kecamatan )
46. 1. Lombok Barat 39 290 33 362 68 235 Gangga.
2. Lombok Tengah 0 33 0 33 3 79 Batukliang
Utara.
3. Lombok Timur 74 78 10 162 18 232 Pringgasela,
Sikur.
4. Sumbawa 0 0 0 0 0 0 -
5. Dompu 0 0 0 0 0 0 -
6. Bima 0 0 0 0 0 0 -
7. Kota Mataram 0 0 0 0 0 0 -
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan
Tembakau Rakyat
Selama tiga tahun terakhir terjadi peningkatan luas dan produksi yang
cukup besar yaitu dari luasan 5.676 hektar dengan produksi 4.173,48 ton
pada tahun 2003 menjadi 6.421 hektar dengan produksi 5.025,43 ton
pada tahun 2004.
Areal terluas terdapat di Lombok Timur, yaitu 3.000,00 ha.
Peningkatan luas dan produksi ini seiring dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap
komoditi Tembakau rakyat. Oleh karena itu terbuka peluang investasi budidaya dengan pola
kemitraan bersama petani.
Tabel 2.39: Penyebaran Areal Potensi per Kabupaten komoditas Tembakau Rakyat di Provinsi
NTB Tahun 2003.
Luas Areal Produksi Rt. Prod Sentra Prod
No Kabupaten/Kota
(Ha) *) (Ton) *) (Kg/Ha) *) (Kecamatan )
1. Lombok Barat 269 269 1,000 Labuapi, Kayangan
2. Lombok Tengah 238 165 696 Pringgarata
3. Lombok Timur 5,676 4,174 735 Suralaga, Pringgabaya
4. Sumbawa 111 142 1.287 Alas
5. Dompu 52 40 769 Pekat
6. Bima 76 235 3,120 Sape
7. Kota Mataram 0 0 0 -
Jumlah 6,422 5,025 783
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB, Tahun 2003 *) Angka Pembulatan