SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 99
POTENSI WILAYAH NTB

   sumber dari http://potensidaerah.ugm.ac.id/dataprop/p26_POTENSI%20WILAYAH
                                      %20NTB.doc



POTENSI SUMBER DAYA ALAM

= Sumber Daya Mineral dan Energi NTB

Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, posisi NTB terletak pada pertemuan dua lempeng besar
(Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan.
Batas kedua lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil, karena di tempat ini tertumpuk
energi yang sangat besar dan sewaktu-waktu dapat terlepas dalam bentuk gempabumi, letusan
gunung api, dan tanah longsor yang ditandai dengan munculnya gunung api aktif dan kegempaan
yang tinggi.
Disamping mempunyai potensi bencana, pada daerah pertemuan kedua lempeng ini dihasilkan
juga kondisi Geologi yang sangat bermanfaat, yaitu terbentuknya potensi sumber daya mineral
dan energi, dan potensi bentang alam yang sangat potensial, dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakat.

= Kondisi Geologi NTB

Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur
Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (resent). Batuan Tersier di Pulau
Lombok terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-
lensa batugamping, batugamping dan dasit. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava,
breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping
berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari
perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan
di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil
gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangiang, gunungapi Tambora, gunungapi
muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau
Sumbawa dan Lombok.

POTENSI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI

`POTENSI SUMBER DAYA MINERAL

Sebagai hasil proses geologi yang terus berlanjut di berbagai lokasi, telah dihasilkan berbagai
jenis bahan galian, diantaranya: emas, perak, tembaga, timah hitam, pasir besi, mangan,
belerang, kaolin, gipsum, tanah liat, batuapung, tras, batukapur, marmer, kalsit, batu, dan pasir.
Keberadaan sumber daya mineral golongan A (strategis) berupa minyak dan gas bumi
diperkirakan di lepas pantai utara Pulau Lombok, masih dilakukan penyelidikan dan telah pula
dilakukan pemboran eksplorasi oleh perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA), namun belum
diketahui tingkat keterdapatannya.




Gambar 2.1: Peta Penyebaran/Trend Cekungan Hidrokarbon di lepas pantai utara Pulau Lombok
(Pertamina)

Dari hasil penyelidikan pendahuluan dan rinci sumber daya mineral golongan B (vital) telah
ditemukan berupa : logam mulia (emas dan perak), logam dasar (timbal dan tembaga), logam
besi serta mineral industri (belerang). Emas, perak dan tembaga merupakan endapan
hidrothermal dengan indikasi berupa urat-urat kwarsa dengan ketebalan bervariasi, serta type
pofiri. Indikasi adanya emas, perak dan tembaga ini hampir di seluruh wilayah Sumbawa bagian
barat. Cebakan emas dan tembaga tipe porfiri dijumpai di lokasi Batu Hijau, Dusun Tongo Desa
Sekongkang Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Kini sedang dilakukan tahap
eksplorasi/produksi bahan galian golongan B berupa tembaga dan emas dan telah diketahui
jumlah cadangan yang potensial.

Bahan galian golongan C (non strategis/non vital) yang telah dan masih dieksploitasi adalah batu
bangunan, tanah liat, tanah urug, pasir/sirtu, batugamping dan batuapung. Bahan galian tersebut
sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan dan konstruksi jalan, kecuali batuapung telah
dikirim ke luar daerah sebagai komoditi ekspor.




Sumber Daya Mineral Logam Dan Kemungkinan
Pengembangannya

Potensi Mineral Logam

Potensi sumber daya dan cadangan logam emas dan tembaga ditemukan di daerah Batu Hijau
dan Dodo-Elang (Sumbawa), pasir besi di area pesisir Labuhan Haji (Lombok Timur) dan
Tawun (Lombok Barat). Keberadaan pasir besi juga terdapat di pesisir Sangiang Darat, Sowa,
Tololai dan Pantai Selatan Pulau Sumbawa. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 : Jumlah Potensi Sumber daya Mineral Logam di NTB

                                                         Cadangan
  Jenis                                                             Luas        Kelas
                      Lokasi            Kabupaten/Kota
 Mineral                                                            (Ha)      Cadangan
                                                           (Ton)
Emas (Au) 1.Pelangan(Tembowong) Lombok Barat             1,395      75,00    Hipotetik
                                Lombok Barat             0,291      75,00    Hipotetik
          2. Pelangan Simba     Sumbawa                  1,671      200,00   Tereka
          3. Dodo               Sumbawa                  353,808    200,00   Terukur
          4. Batuhijau          Bima                     0,390      1,00     Tereka
          5. Sori Pesa
             Jumlah                                      357,501    551,00
Perak (Ag) 1. Sori Pesa                 Bima             3,900      1,00     Terukur
           2. Batu Hijau                Sumbawa          708,738    20,00
             Jumlah / Total                              712,638    21,00
Tembaga
             1. Batu Hijau              Sumbawa          4.700.000 200,00 Terukur
(Cu)
             Jumlah / Total                              4.700.000 200,00
Pasir Besi   1. Pantai Labuhan Haji     Lombok Timur     200,00     20,00    Hipotetik
(Fe)         2. Labuhan Gudang Alas     Sumbawa          100,00     3,00     Hipotetik
             3. Pantai Tolokalo         Dompu            2.745,40   1,25     Hipotetik
             4. Pantai Sanggar          Bima             1.328,15   0,65     Hipotetik
             5. Pantai Sowa             Bima             2.025,38   0,31     Hipotetik
             6. Pantai Tololai          Bima             319,81     0,89     Tereka
             7. Pantai Sangiang Barat   Bima             4.817,40   1,40     Hipotetik
             8. Pantai Wawu             Bima             1.625,80   0,80     Tereka
             9. Pantai Totonaro         Bima             3.885,00   13,00    Terukur
             10.Pantai Lere             Bima             37,29      0,04     Tereka
             Jumlah / Total                              17.064,23 29,34
Timbal
             1. Lentek, Rambitan        Lombok Tengah 2.450.000 2,00         Terukur
(Pb)
             Jumlah / Total                              2.450.000 2,00

Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB



Kemungkinan Pengembangannya

Komoditi yang akan dikembangkan adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di
Dodo-Elang dan Emas tipe sulfidasi epithermal di Pelangan.
Gambar 2.2: Peta sumber daya mineral logam

Tembaga

Endapan bahan galian tembaga yang terdapat di Batu Hijau saat ini sedang ditambang oleh
PMA. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 930.000.000 ton bijih dengan kadar
0,54% Cu atau setara dengan 5.020.000 ton tembaga.

Emas

Bahan galian emas sebagai mineral ikutan dari tambang tembaga diusahakan oleh PMA di
daerah Batu Hijau. Sedangkan lima daerah prospek lainnya yaitu Dodo-Elang, Rinti, Lunyuk
Utara, Teluk Panas di Pulau Sumbawa dan Sekotong di Pulau Lombok dapat dikembangkan di
masa mendatang. Secara umum endapan emas di daerah ini terdiri dari dua tipe yaitu sebagai
urat dan porpiri. Potensi sumber daya endapan emas yang telah diketahui secara keseluruhan
adalah dengan kadar rata-rata 0,14 g/t Au atau setara dengan 377 ton emas.

Timbal

Endapan timbal tipe hidrotermal terdapat di daerah Senggoro, Kecamatan Plampang, Kabupaten
Sumbawa dengan kadar dalam batuan 0,5% Pb dan 1,60 g/t Pb.

Pasir Besi

Endapan pasir besi terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan Bima. Bahan galian berupa
endapan rombakan pantai dengan lapisan tipis. Potensi sumber daya yang telah diketahui
sebanyak 4.295 ton. Sebaran endapan pasir besi ini terdapat antara lain di daerah pantai
Sangiang, pantai Sowa, pantai Wisata, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima dan Tawun,
Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.
Perak

Endapan bahan galian perak umumnya merupakan mineral ikutan dengan endapan emas, banyak
ditemukan di Kabupaten Sumbawa dalam bentuk urat kwarsa dan stockwork tipe epithermal
dengan kadar perak dalam batuan termineralisasi berkisar antara 5-66 g/t Ag. Endapan perak
yang berasosiasi dengan emas dan air raksa dengan kadar 22-31 g/t Ag, ditemukan di Brang Air
Panas, Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa.



Kemungkinan Pengembangannya

Komoditi yang akan dikembangkan adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di
Dodo-Elang dan Emas tipe sulfidasi epithermal di Pelangan.

= Sumber Daya Mineral Non Logam (Bahan Galian Mineral Industri)
dan Kemungkinan Pengembangannya

Jenis komoditi mineral non logam (mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu :

bahan galian Golongan Non Logam terdapat sebanyak 34 jenis bahan galian, sampai saat ini
yang dapat diketahui keterdapatannya 22 komoditi dengan klasifikasi cadangan yang bervariasi
dari hipotetik hingga terindikasi. Untuk itu masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut agar
diperoleh data yang lebih akurat disamping ditemukannya komoditi baru.

Penambangan/ekploitasi bahan galian golongan Non Logam : Batuapung, Batu Bangunan, Sirtu,
Batu Kapur, Tanah Liat dan lainnya, pada umumnya dilakukan oleh perorangan secara
tradisional dengan skala kecil pada lokasi yang terpencar tanpa dilengkapi dengan Surat Ijin
Penambangan Daerah (SIPD), sehingga menimbulkan kerusakan lahan yang cukup luas dan
untuk reklamasinya memerlukan dana yang tidak kecil dan cukup lama. Hal ini mengakibatkan
kesulitan diperolehnya data produksi yang akurat disamping terpencarnya kerusakan lingkungan
pada beberapa lokasi yang harus direklamasi sesuai peruntukan lahan berdasarkan Rencana Tata
Ruang.

Kemungkinan Pengembangannya

Terbatasnya sarana/prasarana teknis baik berupa peralatan laboratorium, peralatan pemetaan dan
pembuatan peta sehingga data kualitas bahan galian maupun penyiapan peta belum dapat
dilaksanakan secara cepat dan tepat waktu.

Tabel 2.2: Potensi Mineral Non Logam di Provinsi Nusa Tenggara Barat

                    Tingkat            Sumber Daya
No Komoditas                                                            Keterangan
                  Penyelidikan Jumlah (Ton)    Klasifikasi
1. Andesit        Prospek      1.800.00         Spekulatif      Merupakan Lava dan breksi
Pengamatan 49.040.00      Hipotetik    ulkanik
               Pendahuluan 1.024.001.554 Memungkinkan
                           235.051.000
               Detail                    Terbukti

2 Batuapung    Prospection 96.013.000       spekulatif    Batuapung yang memiliki
                                                          kandungan 60,91% SiO 2
3 Batugamping Prospek     596.806.550       spekulatif    Bahan dasar Kalsium
              Pengamatan 341.711.000        Hipotetik     Karbonat(CaC0 3)
              Pendahuluan 127.612.500       Hipotetik
4 Belerang     Pengamatan 275               Hipotetik     Lempung pengotor
5 Bentonit     Pengamatan 118.878.000       Hipotetik                  -
6 Dasit        Pendahuluan 404.880.000      Hipotetik     Material bangunan, agregat
                                                          beton.
7 Diorit       Pendahuluan 1.587.000        Hipotetik     Putih terang, kekuningan
                           117.851.000      Hipotetik     dan putih kecoklatan
               Pengamatan
8 Kalsedon     Pengamatan 37.700            Hipotetik     Putih kekuningan dan putih
               Detail Expl. 36.000          Terbukti      kecoklatan
9 Kaolin       Pengamatan 6.016.000         Hipotetik     Mengandung senyawa SiO
                                                          2 :7,35%, Al 2 O 3 : 9,83%,
                                                          Fe 2 O 2 :14,97%
10 Lempung     Pengamatan     497.279.000 Hipotetik    SiO2:19,52-
               Pendahuluan      9.302.900 Memungkinkan 60,72%:Al2O3:7,74-
                                                       23,35%,
11 Marmer      Pengamatan     33.021.500 Hipotetik        Marmer dengan kuat tekan
               Pendahuluan 1.336.626.000 Memungkinkan     600-800 kg/cm 2
                              36.726.000                  Gamping kristalin dgn Kuat
               Eksplorasi                Terbukti         tekan 836 kg/cm 2, untuk
               Datail                                     exterior & interior
12 Oker        Pendahuluan           45.000 Memungkinkan Batuan vulkanik beku,
                                                         kuning kemerahan
13 Pasir       Pengamatan           80.000 Hipotetik         Bercampur batuapung
               Pendahuluan         600.000 Spekulatif                -
                                 5.568.000 Spekulatif                -
               Prospek
14 Pasir kwarsa Pengamatan           83.000 Hipotetik                  -
15 Perlit      Pendahuluan            8.000 Possible      kehijauan transparan
16 Pirofilit   Pengamatan       84.332.000 Hipotetik                   -
17 Sirtu          Pengamatan         3.309.981 Hipotetik          Kerikil pasiran berukuran
                  Prospek            2.230.000 Spekulatif                 alluvium
                  Eksplorasi            75.000 Terbukti                       -
                  Datail
18 Toseki         Pengamatan            564.00 Hipotetik        Tuff Hasil rombakan
                  Pendahuluan          468.000 Hipotetik        alterasi Hidrothermal, Putih
                                                                kekuningan.
19 Trash          Eksplorasi            506.00 Terbukti         Berkualitas bagus dgn kuat
                  Datail             2.128.300 Spekulatif       tekan 2.97-7,7 kg/cm 2, dan
                                                                20,7-35 kg/cm 2,


Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 2003

Belum seluruh Pemerintah Daerah Kabupaten terbentuk Dinas Pertambangan, disamping itu
terbatasnya tenaga yang mempunyai pengetahuan di bidang Geologi dan Pertambangan pada
Pemerintah Daerah, sehingga keterlibatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan data potensi maupun pemanfaatan bahan galian golongan C yang belum terjangkau
oleh kegiatan inventarisasi bahan golongan C oleh Dinas Pertambangan Provinsi NTB sampai
saat ini masih jauh dari yang diharapkan.



Jenis komoditi mineral non logam (mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu :

Sirtu

Endapan Sirtu tersebar di beberapa daerah kecamatan antara lain Ampenan Kota Mataram;
Narmada, Labuapi, Gunungsari, Gerung Kabupaten Lombok Barat; Batukliang, Praya Timur
Kabupaten Lombok Tengah; Aikmel, Selong, Sakra Kabupaten Lombok Timur; Alas, Taliwang,
Moyo Hilir, Lape Lopok, Lenangguar, Plampang Kabupaten Sumbawa; Jereweh Kabupaten
Sumbawa Barat; Dompu, Hu’u, Kempo Kabupaten Dompu; Wera, Sape, Monta Kabupaten
Bima; dan RasanaE Kota Bima. Potensi sumber daya secara keseluruhan 22.303.200 ton.
Pemanfaatan Sirtu adalah sebagai bahan bangunan dan pembuatan jalan.

Lempung

Endapan Lempung tersebar di berbagai daerah antara lain di Ampenan Kota Mataram; Narmada,
Gerung, Sekotong Kabupaten Lombok Barat; Praya Barat, Praya Timur, Sengkol, Pujut
Kabupaten Lombok Tengah; Terara Kabupaten Lombok Timur; Dompu Kabupaten Dompu.
Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 538.745.025 ton. Pemanfaatan Lempung dapat
digunakan untuk bahan dasar industri semen dan keramik.

Andesit - Dasit - Diorit
Bahan galian ini berupa komponen breksi dari endapan piroklastik lava dan intrusi terdapat di
kecamatan Gerung, Sekotong, Bayan Kabupaten Lombok Barat, Praya Barat, Pujut Janapria,
Praya Timur, Batukliang, Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah, Terara, Sakra, Masbagik,
Pringgabaya, Sambelia, Selong, Keruak Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Plampang,
Sumbawa Besar, Lape Lopok, Batulanteh Kabupaten Sumbawa, Hu’u, Dompu Kabupaten
Dompu, RasanaE, Belo, Sape Kabupaten Bima.
Potensi sumber daya secara keseluruhan diperkirakan sebanyak 1,750.571.604 ton. Pemanfaatan
Batuan Andesit adalah untuk bahan bangunan dan pembuatan jalan.

Batugamping




Sebaran Batugamping terdapat di berbagai wilayah kecamatan, yaitu Sekotong Kabupaten
Lombok Barat, Pujut, Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah, Keruak Lombok Timur, Seteluk,
Jereweh, Taliwang, Moyohulu, Sumbawa, Alas Kabupaten Sumbawa. Dompu Kabupaten
Dompu, Belo, Wera, Monta, Sape Kabupaten Bima.

Potensi sumber daya Batugamping diperkirakan sebanyak 1.453.950.903 ton dengan kisaran
kandungan CaO: 40 - 55%, MgO 0,55 - 1,05%. Pemanfaatan Batugamping untuk industri,
konstruksi, pertanian, bahan pembuat semen, dan lain-lain.


Batuapung




Sebaran endapan Batuapung terdapat di kecamatan Bayan, Tanjung, Narmada, Gangga
Kabupaten Lombok Barat; Pringgarata, Kopang, Batukliang Kabupaten Lombok Tengah;
Selong, Terara, Masbagik, Sukamulia, Sakra Kabupaten Lombok Timur.

Potensi Sumber daya Batuapung diperkirakan sebanyak 44.581.539 ton. Pemanfaatan Batuapung
untuk bahan pencuci tekstil, filler, abrasive dan bahan bangunan.
Fosfat

Endapan Fosfat hanya terdapat di daerah Gua Bengkang, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok
Tengah. Endapan berupa hasil kotoran kelelawar yang terdapat dalam gua batugamping.
Potensinya diperkirakan sebanyak 21 ton dalam area seluas 236 m2, termasuk kategori kadar
rendah yaitu 7,2% P2O5. Pemanfaatan Fosfat untuk industri deterjen dan industri kimia lainnya
seperti pupuk.

Kaolin

Sebaran endapan Kaolin terdapat di Belinje, Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah
dan Taliwang, Seteluk Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya yang telah diketahui
diperkirakan sebanyak 10.117.123 ton dengan kandungan A12O3 (17 %), Fe2O3 (1,27 %) dan
SiO2 (71 %). Pemanfaatan Kaolin untuk bahan baku industri keramik.

Tras

Endapan tras tersebar di Kecamatan Gangga, Bayan, Narmada, Kabupaten Lombok Barat,
Pringgarata, Batukliang, Kopang Kabupaten Lombok Tengah, Selong, Aikmel, Masbagik
Kabupaten Lombok Timur.

Potensi sumber daya diperkirakan sebanyak 407.109.622 ton. Pemanfaatan Tras yang bermutu
baik dapat digunakan sebagai bahan baku semen pozolan atau pembuatan batako dan pasir
adukan.

Toseki

Sebaran Toseki terdapat di Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu dan Tonggotata, Kecamatan
Sape Kabupaten Bima. Potensi yang diketahui sekitar 846.501 ton. Umumnya dimanfaatkan
untuk glasir dalam industri keramik.

Gipsum

Sebaran endapan Gipsum terdapat di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Keruak
Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Alas, Ropang Kabupaten Sumbawa, Sape, Monta
Kabupaten Bima. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 477 ton. Pemanfaatan komoditi
ini untuk bahan interior dan kedokteran.

Zeolit

Sebaran endapan Zeolit terdapat di bukit Batuboka dan Gunung Tebui Kecamatan Praya Barat,
Kabupaten Lombok Tengah dan Gunung Tebola, Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa. Potensi
yang diketahui sebanyak 191.405 ton. Pemanfaatan komoditi Zeolit antara lain untuk makanan
ternak, penjernih minyak goreng/air dan untuk batu hias.
Kalsit

Endapan Kalsit ditemukan di Ketapang dan Mencanggah, Kecamatan Sekotong Kabupaten
Lombok Barat. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 6.293.438 ton dengan mutu baik
sebagai bahan pemutih.

Marmer

Endapan marmer terdapat di Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, Belo, Monta, Sape,
RasanaE Kabupaten Bima. Potensi sumber daya marmer yang telah diketahui sebanyak
7.504.403.125 ton mutu baik dengan kuat tekan antara 700-900 kg/m. Marmer dapat dipakai
sebagai lantai dan batu hias/tempel.

Tabel 2.3: Potensi Marmer di Provinsi Nusa Tenggara Barat

         Kabupaten                     Lokasi                      Total (M³)
Kabupaten Lombok       1. Baturimpang, Kecamatan Gerung     4.383
Barat                  2. Sekotiong Barat, Kecamatan Gerung 1.314.024
Kabupaten Bima         1. Sumi, Kecamatan Sape              7.578.123
                       2. Ncera, Kecamatan Belo             637.500
                       3. Simpasai, Kecamatan Monta         6.000.000
                       4. Kampung Kumbe                     95.999.500
                       5. Kaleo, Kecamatan Sape             19.235.000
Kabupaten Dompu        1. Doro Tengga, Kecamatan Dompu2. 708.750.000
                       2. Desa Katua                     200.000.000

Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 2003




Gambar 2.3: Peta Potensi Galian Marmer di NTB, Distamben 2004
Perlit




Endapan Perlit hanya terdapat di Doro Donggomasa, Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Potensi
sumber daya diperkirakan sebanyak 10.000.000 ton. Mutu endapan Perlit belum dilakukan
pemeriksaan yang terinci. Pemanfaatan bahan galian ini dapat dipakai sebagai campuran agregat
beton ringan dan partisi peredam suara.




Kalsedon

Bentuk endapan Kalsedon berbongkah-bongkah. Sebarannya terdapat di Doropapa, Doro Keri
dan Desa Boke, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima. Potensi sumber daya yang telah diketahui
sebanyak 38.828 ton. Pemanfaatan bahan galian ini dapat dipakai sebagai bahan gelas dan
setengah permata.

Belerang




Sebaran endapan Belerang terdapat di kawasan Gunung Rinjani, Kokok Putih. Potensi yang
diketahui adalah sebanyak 927 ton dengan kandungan Belerang antara
48.7 - 80.5%. Pemanfaatan bahan galian ini untuk industri pupuk, obat serta insektisida
Gambar 2.4: Peta Keterdapatan Mineral Non Logam di NTB

Batu Silika

Bentuk endapan Batu Silika umumnya berupa bongkah-bongkah. Endapan ini terdapat di
Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Keruak,
Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Plampang, Lape, Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa, Sape,
Belo, Wawo Kabupaten Bima. Potensi sumber daya ini diketahui sebanyak 8,353,577 ton. Bahan
galian ini dapat dipakai sebagai bahan baku Semen Portland atau Silika Flux.

Tanah Urug

Sebaran Tanah Urug terdapat di Kecamatan Gerung, Gunungsari, Narmada Kabupaten Lombok
Barat, Meraran Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya bahan galian ini
sebanyak 10.829.400 ton. Dapat dipakai untuk keperluan bangunan.

POTENSI SUMBER DAYA ENERGI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA

Pembangunan ketenagalistrikan di NTB diarahkan untuk diversifikasi pemanfaatan energi primer
pembangkit tenaga listrik, baik fosil maupun non fosil dalam rangka mendapatkan manfaat yang
sebesar-besarnya untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

Program diversifikasi pemanfaatan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik dalam rangka
meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dan memberi kesempatan kepada usaha kecil dan
koperasi, berpartisipasi dalam usaha pembangkitan tenaga listrik serta untuk mendorong industri
penunjang tenaga listrik dalam negeri. Pembangkit Skala Kecil Tersebar (PSKT) yaitu dengan
jumlah daya terpasang maksimum 1 MW yang memanfaatkan sumber energi terbarukan
(mikrohidro, biomassa, panas bumi, surya, dan angin), penting untuk dikembangkan.

=Sumber Daya Energi Minyak Bumi Dan Kemungkinan Pengembangannya
Kotrak bagi hasil perminyakkan oleh BP Exploration – Pertamina, operator Gulf Resources Ltd.
Wilayah kerja off Shore Sakala, luas wilayah kerja 10.320 km2, tanggal penandatanganan 11
Januari 1991 Persetujuan Presiden nomor/tanggal : 448/Pres/12/1990, 31 Desember 1990.
Pengilangan

Rencana pembangunan kilang minyak di Taliwang, Kabupaten Sumbawa oleh Mayhill Indonesia
Trading and Services Limited kapasitas 125 MBSD, Perizinan Persetujuan BKPM nomor
863/I/PMA/2000 dengan masa berlaku sampai dengan tanggal 26 September 2003. Invenstasi
kilang minyak sebesar 20 triliun (Lombok Post, rabu 14 Pembruari 2001).




= Sumber Daya Energi Panas Bumi Dan Kemungkinan Pengembangannya

Potensi Energi Panas Bumi

Potensi panas bumi di NTB terdapat di tiga lokasi pada lingkungan gunung berapi, yaitu
Sembalun Kabupaten Lombok Timur, Maronge Kabupaten Sumbawa dan Hu’u Kabupaten
Dompu.

Jumlah potensi panas bumi pada ketiga daerah tersebut mencapai sekitar 144 Mega Watt
equivalent (Mwe) yang terdiri atas potensi hipotetik (± 74 Mwe), dan kemungkinan potensi (± 70
Mwe). Manifestasi yang ditunjukkan daerah tersebut setelah melalui pengukuran temperatur
permukaan berkisar antara 350 C - 820 C. Potensi panas bumi terbesar berada pada Lapangan
Panas Bumi Sembalun, yang mampu digunakan untuk pembangkit listrik skala kecil.

Adapun tiga lokasi potensi panasbumi NTB yakni :

1. Lapangan Panas Bumi Sembalun, terletak antara 115°45’00”-119°25’00”
   BT; 8°05’00”- 9°10’15” LS. Manifestasinya berupa sumber air panas dan
   alterasi. Ketiga sumber air panas yaitu: Aik Kukusan, Aik Kalak dan Aik
   Sebu yang muncul di luar dinding kaldera Sembalun pada batuan lava,
   sedangkan alterasi berada di dalam dinding kaldera dekat hulu sungai Orok.
2. Lapangan panasbumi Maronge, terletak antara 117°13’30” -121° 37’30” BT
   dan 8° 40’00’-8° 27’00’ LS. Manifestasi panas bumi dipermukaan berupa
   airpanas dengan suhu 35-86°C, lapangan solfatar, fomarol dan tanah panas,
   perkiraan suhu bawah permukaan berdasarkan Na/Li Geothermometer
   berkisar antara 150-200°C.
3. Lapangan Panasbumi Hu’u, terletak pada koordinat 118°.30’.00” BT.
   -8°.50’.00” LS. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
   Geologi daerah panasbumi Hu’u terletak dalam jalur gunungapi Tersier
   bersusun basalt, andesit dan dasit. Interprestasi hasil pengukuran Sounding
   menunjukan suatu aktivitas panasbumi yang kuat di bawah permukaan.
   Apabila sumua lapisan konduktif dari true resistivity ternyata benar
   disebabkan oleh pengaruh panas di bawah permukaan, maka daerah yang
   dapat dianggap potensial diperkirakan 60 km2.
Tabel 2.4: Potensi Panasbumi NTB


                                   Hipotetik                   Suhu
                                                   Prospek                 TYPE
No            LOKASI                                         Reservoir
                                                   (Mwe)                 AIR PANAS
                                   (Mwe)                       (°C)
1. Sembalun Kabupaten Lotim (3 200             2,8 X 10 19 112 – 250     H 2SO 4, HCl,
   lok) - 8 ° 24'00" LS - 116°                 Joule                     SO 4 Sulfat
   30'00" BT
2. Hu'u, Dompu (2 lok) 8 ° 50'00" 50           -             75 – 100    Bikar-bonat
   LS - 118° 30'00" BT
3. Maronge, Kab Sumbawa (2        50           -             99 – 102    Bikar-bonat
   lok) 8°41'50" LS - 117° 43'00"
   BT
             Jumlah                300

Sumber: Dit. Inventarisasi Sumber daya Mineral, DGSM tahun 2002


Kemungkinan Pengembangan

Berdasarkan pengalaman dari keberhasilan Pertamina, banyak investor swasta yang ingin
melakukan investasi, namun perlu pengkajian kembali pola pengusahaan panas bumi untuk
mencari bentuk regulasi yang lebih tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.




=Sumber Daya Energi Air dan Kemungkinan Pengembangannya

Potensi Energi Air

                      Salah satu solusi menghadapi masalah kelistrikan terutama di daerah
                      perdesaan adalah pembangkit listrik tenaga air skala mikro. Pemerintah
                      Provinsi NTB telah memulai kegiatan pembangunan Pembangkit Listrik
                      Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sejak akhir dasawarsa 80-an. Sampai
                      saat ini telah dibangun delapan unit PLTMH dalam rangka program
                      ketenagalistrikan perdesaan.

                      Pada beberapa daerah irigasi, secara bertahap telah dibangun PLTMH
                      menggunakan air irigasi, misalnya di Keru Lombok Barat dengan
                      kapasitas masing-masing 30 Kw dan 35 Kw dengan jumlah konsumen
365 kepala keluarga (KK) yang tersebar di beberapa dusun di Desa Sedau Lombok Barat dan
Desa Pemepek Lombok Tengah. Di sekitar lokasi ini yakni di dusun Selenai masih
dimungkinkan untuk membangun 1 (satu) buah PLTMH yang dapat dipadukan dengan energi
angin atau kincir angin (Hybrid technology).



Kemungkinan Pengembangannya

Sumber daya air mempunyai potensi yang cukup besar untuk menunjang kebutuhan sektor
listrik. Peran PLTA/PLTMikrohidro sebagai penunjang pembangkit yang ada masih berpotensi
untuk dikembangkan, namun biaya investasi PLTA/PLTM sangat besar, waktu pembangunan
cukup lama sehingga harus dilakukan perencanaan yang mantap.

Tabel 2.5: Potensi Tenaga Listrik (Hydropower/geothermal)
         Location             Capacity (MW)             Load Center
PLTA Beburung                       20,4         Lobar – Lotim
PLTA Brang Beh                     103,5         Sumbawa
PLTA Brang Rhee                      16          Sumbawa
PLTM Kokok Putih                     7,5         Lobar – Lotim
PLTM Pekatano                        68          Lombok Barat
PLTM Muntur                          2,8         Sumbawa
PLTP Sembalun                        39          Lombok Timur
PLTP Maronge                         6           Sumbawa
PLTP Hu’u                            36          Dompu

Sumber : PLN (Persero) NTB th. 2003




= Sumber Daya Energi Angin Dan Kemungkinan Pengembangannya

Potensi Energi Angin

Potensi energi angin cukup memadai, karena kecepatan angin rata-rata berkisar 3,5 - 7 meter
perdetik. Pusat Listrik Tenaga Angin yang sudah direalisasikan sebesar 7 KW (7 unit)
merupakan percontohan dari LAPAN.

Dari studi-studi yang telah dilakukan, di Pulau Lombok terdapat potensi energi angin sebesar ±
60 KW (dengan asumsi masing-masing lokasi dibangun 10 unit) sedangkan Pulau Sumbawa
potensi energi angin sebesar ± 40 KW (dengan asumsi masing-masing lokasi dibangun 10 unit).




Gambar 2.5: Peta potensi Energi Angin Nusa Tenggara Barat (LAPAN)

Kemungkinan Pengembangannya

Kecepatan angin rata-rata di Wilayah NTB sekitar 4,0 m/s pada ketinggian 15-24 meter dari
permukaan tanah. Dengan kecepatan angin tersebut didapatkan pemanfaatan angin rata-rata
sekitar 8 - 9 jam per hari (3000 jam/tahun).

Tabel 2.6: Energi Angin

                                        Kecepatan
                                                                            Total Kaps.
No.             LOKASI                  Rata-rata      Unit   Kaps (Watt)
                                                                              (watt)
                                         (m/dtk)
 1 Dusun Selayar                          3 - 7,5        7        1000         7000
   Desa Gelanggang, Kabupaten
   Lotim
 2 Pulau Ketapang, Labuan Sangar           3-5
   Pelampang
 3 Soriutu Kec. Manggelewa                 3-5
   Kabupaten Dompu

Sumber : Lapan, DPE NTB

Efisiensi pembangkit 45%, harga konstruksi sebesar US$ 1200 /kWh (Nadjamuddin, 1999),
umur teknis 20 tahun, biaya operasi dan pemeliharaan 2% dari investasi dan bunga sebesar 12%.

= Sumber Daya Energi Matahari Dan Kemungkinan Pengembangannya

Potensi Energi Matahari (Solar System)

Peluang pengembangan potensi energi matahari lebih tinggi dan ekonomis dibandingkan dengan
energi listrik tenaga diesel. Hal ini dicirikan oleh penyinaran matahari yang hampir rata-rata
diatas 50 % setiap bulannya sehingga memiliki kualitas dan intesitas energi potensial yakni 4,51
watt/m2/jam.




Kemungkinan Pengembangan

Kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki daerah terpencil sulit dihubungkan dengan
jaringan listrk PLN, dan sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang
tinggi.

Tabel 2.7: Potensi Energi Matahari NTB

                                                                   TOTAL
                                        Radiasi                   KAPASITAS
No.              LOKASI                                 UNIT                       THN
                                      kwh/m 2 /hari
                                                                    WATT
           LOMBOK BARAT
 1    Desa Buwun Mas                            4,51         75           4,125    98/99
 2    Desa Pelangan                             4,51         85           4,675   99/00
 3    Desa Buwun Mas                            4,51         36           1,980    2001
             Sub Total                                      196         10,780
      LOMBOK TENGAH
      Tersebar di 10 Desa pada
 1                                                           10            500     2002
      masjid-masjid
      SUMBAWA
 4    Ds.Senawang, Lunyuk                       4,51         60           3,000    96/97
 5    Ds. Mungkin, Lunyuk                       4,51        120           6,000    97/98
 6    Ds Pelat, Sumbawa                         4,51         51           2,805    2000
 7    Desa Bakat Monte                          4,51        135           7,425    2001
 8    Desa Bakat Monte                          4,51         17            935     2001
             Sub Total                                      383         20,165
      DOMPU
 9    Ds, Sorinomo, Pekat                       4,51         40           2,000    94/95
             Sub Total                                       40           2,000
      BIMA
10    Bajo Pulau Kec. Pekat                     4,51             50              2,500   95/96
              TOTAL                                           639                35,945

Sumber: Distamben Prov. NTB, diolah. 2003

Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 – 5,0 kWh/m2/hari. Berarti prospek
penggunaan fotovoltaik dimasa mendatang cukup cerah.

= Sumber Daya Energi Biomassa Dan Kemungkinan Pengembangannya

Energi Biomasa

Biomassa/biogas merupakan proses pembentukan gas yang mudah terbakar (gas methana CH4,
Karbondioksida CO2, Hidrogen Sulfida H2S dan Amoniak NH3), yang dihasilkan dari limbah
kotoran ternak/manusia, limbah industri/kota, pertanian dan peternakan melalui proses
fermentasi biologi. Proses pembentukan biogas merupakan proses fermentasi anaerobik yang
menggunakan mikroba anaerobik sebagai media pencerna, sehingga dihasilkan biogas dan sel-sel
mikroba baru.

Tabel 2.8: Data potensi biomassa hewan dan tanaman

                                             Kerbau       Kuda                       Kelapa
No.        Kabupaten           Sapi (ekor)                             Padi (Ton)
                                             (ekor)      (ekor)                      (Ton)
1.    Kodya Mataram                 1.324         246    22.259        16.643        214,22
2.    Lombok Barat                 85.821       5.361     5.711        163.348       23..787,17
3.    Lombok Tengah                73.196      12.298     5.838        328.715       9.384,00
4.    Lombok Timur                 62.008       3.668     7.861        281.024       8.925,00
5.    Sumbawa                      65.160      99.956    34.966        267.152       2.823,40
6.    Dompu                        29.372      12.377     4.840        87.524        752,43
7.    Bima                         58.089      29.966    10.619        181.173       506,36
          Jumlah                  374.970    163.870     92.094 1.325.579            46.92,58

Kemungkinan Pengembangan

Pemanfaatan biogas sudah lama diterapkan khususnya di Indonesia, yang diterapkan sebagai
energi alternatif untuk pemenuhan kebutuhan energi khusus di perdesaan. Namun sampai saat ini
di NTB Digester Biogas belum dimanfaatkan secara optimal dan baru dalam tahap inventarisasi
potensi. Potensi biomassa terabaikan ini perlu dikembangkan untuk mendapatkan tambahan
energi di pedesaan, selain potensi yang cukup besar juga salah satu cara mengatasi permasalahan
kotoran/persampahan.

POTENSI KELISTRIKAN
Pembangunan ketenagalistrikan diarahkan agar sektor ketenagalistrikan dapat mandiri dalam
pendanaan, efisien dalam pengusahaan dan transparan dalam pengaturan.
Selama kurun waktu 1995 hingga 2003, kebutuhan tenaga listrik di Provinsi NTB naik dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata 11 % per tahun, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi NTB dalam
kurun waktu tersebut diatas yang tercermin pada nilai rata-rata Produk Domestik Regional Brutto
(PDRB) sebesar 7,0 %, sehingga masih berada pada keseimbangan pertumbuhan
ketenagalistrikan.

Kondisi kelistrikan NTB sebagai berikut

Tabel 2.9: Data pengusahaan Kelistrikan di Provinsi NTB

                             Satuan Cabang                       KLP
No Uraian           Satuan                                       Sinar NTB
                             Mataram      Sumbawa Bima
                                                                 Rinjani
1. Daya             KW       113.681      28.427     24.512      10.346 166.620
   Terpasang
2. Daya Mampu KW             59.060       14.085     15.365      3.240    95.461
3. Beban Puncak KW           69.608       13.803     14.205      4.308    96.787
4. Jaringan         Kms      1.400.951    772,02     672.029     163.543 2.920,47
   Tegangan
   Menengah
   (JTM)
5. Jaringan     Kms          1.471.814    65,32      650.771     77.247 2.701,95
   Tegangan
   Rendah (JTR)
6. Jumlah           Plg      158.036      65.375     69.913      16.501 330.970
   Pelanggan
7. Va               VA       158.036.888 42.970.008 43.674.690 --         244.281.356
   Tersambung
8. Penjualan        KWH      246.775.441 49.956.347 48.068.465 --         344.997.406
9. Jumlah Travo Unit         915          360        330         223      1.605
10. KVA Travo       KVA      95.566       23.349     23.961      8.650    142.876
    Terpasang
11. Rasio           %        37,63        76,47      5.130       --       56,77
    Elektrifikasi
12. Produksi        KWH      308.990.429 63.223.303 25.055.912 9.718      433.362.561
    Sendiri
13. Pemakaian       KWH      8.749.983    987.779    2.107.362            11.845.124
    Sendiri
KWh            kWh     300.240.446 62.235.524 59.041.467              421.517.437
    disalurkan
14. Losess         KWH     53.465.005 12.279.177 9.95                     76.520.031
15. % Losess       %       17.81          19.73         18.25             18.15
16. Desa           Desa    328            148           6        8        668
    Berlistrik
17. Dusun          Dusun 2.351            486           72       35       3.477
    Berlistrik

Sumber: PT. PLN (Persero) 2004, Dinas Pertambangan dan Energi Prov. NTB 2004

Tabel 2.10: Jumlah pengusaha ketenagalistrikan untuk kepentingan sendiri (IUKS)

                            Jumlah              Total Daya
No. Kabupaten/Kota                                             Keterangan
                            Pengusahaan         Terpasang (KW)
 1. Lombok Barat            33                  5.024,5
 2. Lombok Tengah           1                   1.000
 3. Lombok Timur            2                   325
 4. Sumbawa                 2                   184.345          IUKS PT. Newmont
                                                                 N.T.
 5. Dompu                   1                   873
 6. Bima                    2                   330
     Total                  39                  191.897,5

Desa berlistrik NTB tahun 2002 sebesar 97,45 % dan dusun berlistrik sebesar 89,92 % sementara
ratio kelistrikan rumah tangga Provinsi NTB tahun 2002 masih relatif cukup rendah yaitu sebesar
42,5 %. Rendahnya ratio kelistrikan akibat dampak belum banyaknya rumah tangga yang
terpasang instalasi listrik. Jaringan distribusi PLN sebagian besar sudah melalui desa dan dusun
yang ada, namun kemampuan masyarakat dan PT. PLN (Persero) untuk melistriki rumah tangga
sangat terbatas. Kondisi ini merupakan tantangan kedepan bagi PT. PLN (Persero), Pemerintah,
Investor dan Masyarakat dalam upaya bersama-sama meningkatkan ratio kelistrikan daerah
NTB.

Kondisi geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat yang merupakan wilayah kepulauan,
merupakan salah satu kendala yang tidak memungkinkan untuk mengembangkan pembangunan
ketenagalistrikan yang efisien dalam satu sistem jaringan yang utuh. Keberadaan penduduk yang
lebih dari 80% di pedesaan dengan pola pemukiman berkelompok dan sangat tersebar
mengharuskan kita untuk mengembangkan kebijakan pembangunan ketenagalistrikan spasial
dalam satu sistem cluster yang bertumpu pada sumber energi setempat.
Rincian jumlah Dusun berlistrik pada masing-masing Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara
Barat pada tabel berikut:

Tabel 2.11: Listrik Perdesaan NTB

                                      Dusun
  Kabupaten/Kota         Berlistrik        Belum            Prosentase (%)
                                          Berlistrik
Kota Mataram                        247                 0            100,00
Lombok Barat                        490                72             87,18
Lombok Tengah                       827             158               83,95
Lombok Timur                        789                42             94,94
Sumbawa                             461                43             91,46
Dompu                               169                31             84,50
Kab./Kota Bima                      421                44             91,99
         Total                  3.454               390               89,92

Sumber : PLN (Persero) tahun 2003

Tabel 2.12: Perkembangan pengusahaan pembangkit IUKS (Non PLN)

No.              Pembangkit                   Daya Terpasang          Daya Mampu
1. PT. Newmont NT
   a. Diesel                                    47.025 MW               46.017 MW
   b. Uap                                      137.320 MW              136.915 MW
2. Captive Power                                25.842 MW              20.803 MW
3. Air                                          0,206 MW                0,165 MW
4. Surya                                        0,129 MW                0,103 MW
5. Angin                                        0,007 MW                0,005 MW
                 JUMLAH                       210.187,342 MW         203.735,273 MW

Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Prov. NTB tahun 2004

Kemungkinan Pengembangan

Dari hasil prakiraaan, nampak bahwa kebutuhan tenaga listrik yang dapat dipasok oleh PT. PLN
(Persero) Wilayah NTB secara keseluruhan mengalami kenaikan selama 10 (sepuluh) tahun yang
akan datang atau mengalami pertumbuhan rata rata 4,95% - 7,24% per tahun untuk wilayah
Lombok dan 4,67% - 6,95% untuk wilayah Sumbawa dan Bima. Ini berarti, kebutuhan tenaga
listrik di NTB akan naik menjadi sekitar 160% pada tahun 2013 untuk skenario low, dan 195%
atau hampir dua kali lipat untuk skenario high.

Perkembangan pengusahaan tersebut belum dapat digunakan sebagai acuan permintaan “pasar“
mengingat adanya keterbatasan kemampuan PT. PLN (Persero) dalam pengusahaan pembangkit,
jaringan dan harga jual listrik untuk memenuhi permintaan sambungan listrik oleh calon
pelanggan. Sebagai gambaran keterbatasan PT. PLN (Persero) bahwa terdapat dalam daftar
tunggu calon pelanggan listrik PLN tahun 2002 berkisar 9.000 calon pelanggan.

= Peluang Investasi Sektor Ketenagalistrikan :

• Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di P. Lombok dengan kapasitas 2 x 25
MW Indent/Daftar tunggu PLN mencapai 9000 pelanggan
• Investasi kelistrikan tidak hanya oleh PLN
• Peluang kerjasama di bidang energi (Batubara, Migas) dengan daerah lain
• Masih banyak dusun yang belum tersentuh listrik dengan kondisi geografis yang sulit
• Belum dimanfaatkannya Energi Baru dan Terbarukan secara optimal
• Penyediaan tenaga listrik masih mengandalkan tenaga Diesel (PLTD).




SUMBER DAYA PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PETERNAKAN DAN
PERKEBUNAN

= Potensi Sumber Daya Pertanian Tanaman Pangan

Sebelum tahun 1980 NTB merupakan daerah rawan pangan, namun sejak berhasilnya sistem
Tanam Gogo Rancah pada tahun 1981 dan menjadi daerah penghasil beras (pangan), mulai tahun
1984 menjadi pendukung stock pangan nasional. Bersamaan dengan itu, komoditas palawija dan
hortikultura ikut berkembang.

Padi

Areal potensial untuk penanaman Padi seluas 396.941 Ha/tahun (tanam musim hujan 214.910 Ha
dan musim kemarau 182.031 Ha). Pada tahun 2004 luas areal panen mencapai 329.505 Ha,
sehingga terdapat peluang luas tanam 67.436 Ha.
Produksi Padi tahun 2004 sebesar 1.476.494 ton gabah kering giling (gkg).

Tabel 2.13: Intensitas Penanaman (IP) pada lahan sawah di NTB tahun 2003

                         Luas lahan*     IP-100 %*       IP-200 %*    IP-300 %*
No.        Kabupaten
                            (Ha)            (Ha)            (Ha)         (Ha)
    1   Mataran                 1.768                -        19.00         1.749
2       Lobar                  22.602            2.513     9.779.00        10.318
3     Loteng                    51.947        26.451         14.227        11.269
4     Lotim                     44.061        24.861         15.000         5.000
5     Sumbawa                   51.071        25.948         20.991         4.132
6     Dompu                     16.036          7.054         6.726         2.256
7     Bima                      28.298        13.163         11.649         3.486
NTB                           215.783         99.190         78.391        38.202

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB tahun 2003. *) Angka pembulatan

Palawija

Penanaman komoditi palawija pada umumnya dilakukan di lahan sawah, namun pada musim
penghujan komoditi ini banyak ditanam di lahan kering. Potensi lahan kering di NTB yang
berpeluang untuk pengembangan palawija mencapai 893.758,58 Ha dengan rincian sebagai
berikut :

Tabel 2.14: Peluang Peningkatan Penggunaan lahan kering NTB Tahun 2003

                                           Potensi
                             Luas lahan *             Potensi untuk
No.           Kabupaten                   untuk Tan.                    Keterangan
                             Kering (Ha)              Hortikultura
                                           Pangan
1     Lobar                      105.931      23.294        10.788 Pemanfaatan
2     Loteng                     167.423      15.293       126.151 potensi untuk
3     Lotim                       82.440      23.988        20.998 penanaman palawija
4     Sumbawa                    268.007      89.495       110.850 & hortikultura
5     Dompu                       67.545      28.392         15.718termasuh lhn yang
6     Bima                       183.149      69.700        65.172 tdk diuasahakan :
7     Mataram                       4.105           -             - 56.902 ha
8     Kota Bima                   15.158       5.920          1.111
             NTB                 893.758     256.082       350.788

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB *) Angka pembulatan

Jenis komoditi palawija yang dikembangkan dan menjadi unggulan NTB adalah :

Kedelai

Potensi Kedelai tersebar di setiap Kabupaten dengan produksi mencapai 79.490 ton pada tahun
2004 dari areal panen seluas 68.169 ha. Pada tahun terakhir produksinya berfluktuasi sesuai
permintaan pasar dan harga. Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, wilayah pengembangan
Kedelai mencakup empat kabupaten, yaitu Lombok Tengah, Sumbawa, Bima dan Dompu
dengan sentra seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.15: Potensi Pengembangan Kedelai di NTB

                  Potensi (ha)*     Pemanfaatan
  Kabupaten                                             Sentra (Kecamatan)
                Lhn Krg Lhn Swh        (ha)
Kota Mataram             -    1.251      1.251 Cakranegara, Ampenan
Lombok Barat        5.025     4.000      4.354 Sekotong, Gondang, Bayan,Kediri
Lombok              5.925     3.000     19.932 Jonggat, Praya, Praya Barat, Praya
Tengah                                          Barat Daya, Mujur,Pujut
Lombok Timur        5.140     5.000         772 Pringgabaya, Aikmel
Sumbawa            14.500     7.000      9.007 Utan/Rhee, Brang Rea, Alas, Ropang
Dompu              10.036     3.000      8.481 Woja,Dompu, Pajo, Hu’u
Bima                6.305     3.000     21.842 Belo,Monta,Woha,Wawo,Wera,Bolo,
                                                Sanggar
Kota Bima           1.377         -      1.216 Semua Kecamatan
     NTB           48.308 26.251        66.855

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB *) Angka pembulatan

Jagung

                               Potensi Jagung tersebar di empat kabupaten, yaitu Lombok
                               Barat, Lombok Timur, Sumbawa dan Dompu. Tahun 2004, total
                               produksi Jagung mencapai 65.829 ton pipilan kering dari areal
                               panen seluas 31.217 ha.
                               Daerah potensial pengembangan Jagung di NTB adalah sebagai
                               berikut :




Tabel 2.16: Potensi Pengembangan Jagung di NTB

                  Potensi (ha)*      Pemanfaatan
 Kabupaten                                              Sentra (Kecamatan)
               Lhn Krg       Lhn Swh    (ha)
Kota Mataram             -          -           7 -
                                                    Gerung,Sekotong,Kediri,
Lombok Barat       5.975        9.000       5.224
                                                    Gn.Sari.
Lombok                                                 Jonggat, Pringgarata
                    4.360      5.000           2.045
Tengah
                                                       Sambelia,Peringgabaya,
Lombok Timur        9.591     12.000           8.684
                                                       Wanasaba,Aikmel,
                                                       Uthan/Rhee,Alas,
Sumbawa            14.015     17.000           8.405
                                                       Seteluk,dan Labangka
Dompu               6.800      6.000           2.263 Manggelewa,Kempo,Woja
Bima               10.000      7.000           4.454 Semua Kecamatan
Kota Bima           1.000           -            128 Semua Kecamatan
    NTB            51.741     56.000          31.210

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, tahun 2004 *) Angka Pembulatan

Kacang Tanah

Potensi Kacang Tanah tersebar disetiap kabupaten dengan produksi mencapai 45.494 ton di
tahun 2004, dengan areal panen seluas 38.244 Ha. Kualitas dan spesifikasi tipe/ras Kacang
Tanah pada masing-masing kabupaten bervariasi/berbeda.
Potensi pengembangan Kacang Tanah dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2.17: Potensi Pengembagan Kacang Tanah di NTB

                    Potensi (ha)*           Pemanfaatan
  Kabupaten                                                   Sentra (Kecamatan)
                 Lhn Krg     Lh. Swh           (ha)
Kota Mataram         -                  -          191 Cakranegara
Lombok Barat         6.825       2.000           13.557 Tanjung, Gangga, Narmada,
                                                        Gn.Sari, Bayan dan Kediri
Lombok
                     1.100              -         7.693 Pringgarata, Jonggat
Tengah
                                                          Pringgabaya, Wanasaba,
Lombok Timur         1.586       1.000             884
                                                          Aikmel
Sumbawa              6.190              -         3.687 Semua Kecamatan
Dompu                5.375              -         1.156 Kempo,Pekat, Pajo, Hu’u
Bima                22.257       2.000           10.115 Belo,Bolo,Wera,Sanggar,
                                                        Lambu,Wowo Woha
Kota Bima            1.205              -          961 Semua Kecamatan
    NTB             44.538       5.000           38.244
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan

Kacang Hijau

Potensi pengembangan Kacang Hijau dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 2.18: Potensi Pengembangan Kacang Hijau di NTB

               Potensi (ha)*
                                    Pemanfaatan
Kabupaten      Lhn.       Lh. Swh                            Sentra (Kecamatan)
                                       (ha)
               Krg
Kota                  -         -           36 Cakranegara
Mataram
Lombok           380        1.000        1.751 Kediri, Gerung, Lembar dan Sekotong
Barat
Lombok           500        2.000        5.142 Jonggat, Praya, Praya Barat Daya
Tengah
Lombok           453        3.000        1.929 Pringgabaya, Selong Aikmel
Timur
Sumbawa       30.500        8.000       37.047 Taliwang, Moyohilir, Lape /Lopok, Plampang
                                               dan Empang
Dompu            590        1.000          536 Woja,Dompu, Pajo, Hu’u
Bima           3.250        1.000          825 Belo,Monta,Woha,Wawo,Wera,Bolo,Sanggar
Kota Bima        115            -           81 RasanaE Barat
    NTB       35.788      16.000        47.347

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004* Angka pembulatan

Peluang investasi :

1 Usaha budidaya pola kemitraan dengan petani melalui penyediaan sarana produksi, teknologi,
. alat pengolahan, dan jaminan pemasaran
2 Berbagai industri pengolahan hasil pasca panen seperti:
. a. Kacang hijau diolah menjadi jus sari kacang hijau serta aneka olahan yang terbuat dari
  kacang hijau.
  b. Jagung diolah menjadi marning, emping jagung, dipang jagung, tepung jagung dan lain-
  lain, industri pembuatan pakan ternak.
  c. Kacang tanah diolah menjadi kacang garing, kacang telur, dan industri bahan pangan dari
  kacang tanah.
3 Pengembangan pemasaran antar daerah/antar pulau melalui kerjasama pemasaran antar
. daerah dan ekspor.

Potensi Hortikultura

Bawang Merah

Berdasarkan kesesuaian lahan, komoditi Bawang Merah diusahakan hampir di seluruh Wilayah
Kabupaten se-NTB, namun pengembangan yang lebih intensif diusahakan oleh petani di
Kabupaten Lombok Timur dan Bima.
Total produksi Bawang Merah pada Tahun 2003 mencapai 82.838,3 ton dari areal panen seluas
8.801 ha.

Potensi pengembangan Bawang Merah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.19: Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembangan Bawang Merah

                Potensi (ha)*
                                      Pemanfaatan*
 Kabupaten                  Lhn                                Sentra (Kecamatan)
               Lhn Krg                    (ha)
                            Swh
Kota Mataram            -         -              -
Lombok Barat    284         2.000         284        Bayan, Gerung
Lombok           18           -            -
Tengah
Lombok          1.615       2.000        1.615       Aikmel,Sembalun,Pringgabaya,
Timur                                                Wanasaba
Sumbawa         1.500       3.000        1.500       Plampang,Ropang,Sumbawa,Utan/Rhe,
                                                     Alas,Jerewh,Brang Rea, Sekongkang
Dompu           925         1.000         925        Kempo
Bima           12.646       2.000       12.646       Semua Kecamatan
Kota Bima        22                       22         Asakota
    NTB         17.010      8.000           16.992

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan

Cabe

Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, pengembangan Cabe terdapat di seluruh Kabupaten se-
NTB.
Produksi Cabe pada tahun 2003 sebanyak 52.164 ton dari luas panen 7.258 Ha. Potensi
pengembangan Cabe perkabupaten se-NTB dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.20: Potensi dan Pemanfaatan Areal Pengembangan Cabe

                  Potensi *) (ha)     Pemanfaatan
  Kabupaten                                             Sentra (Kecamatan)
                Lh. Krg    Lh. Swh      *) (ha)
Kota Mataram       -          -            -        -
Lombok Barat     1.300       500         1.300      Kediri , Gerung, Narmada
Lombok           826          -           826       Pringgarata, Jonggat
Tengah
Lombok Timur     7.379      1.000        7.379      Selong, Masbagek
Sumbawa          1.500       436         1.500      Sumbawa Besar, Alas
Dompu            1.175       500         1.175      Dompu
Bima             3.434      1.000        3.434      Bolo
Kota Bima          8          -            8        RasanaE Timur
   Jumlah       15.622      3.436        15.622

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan

Kangkung

Pengembangan komoditi Kangkung unggulan hanya terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan
Kota Mataram yang dibudidayakan dengan menggunakan lahan sawah yang berpengairan tehnis
(tersedia air sepanjang tahun). Umumnya daerah kabupaten/kota se Pulau Lombok memiliki
potensi cukup besar untuk usaha budidaya Kangkung, namun tingkat produktivitas masing-
masing kabupaten/kota berbeda.
Produksi Kangkung di Lombok Barat mencapai 404 ton dengan areal panen seluas 49 ha,
sedangkan di Kota Mataram produksinya 1.078 ton dengan areal panen 34 ha. Total produksi
Kangkung NTB adalah 2.617 ton dengan areal panen seluas 221 ha.

Peluang investasi yang dapat ditawarkan dalam upaya pengembangan agribisnis bawang merah,
cabe dan kangkung antara lain adalah :
1. Usaha budidaya pola kemitraan dengan petani melalui penyediaan sarana produksi,
   teknologi, alat pengolahan, dan jaminan pemasaran
2. Berbagai industri pengolahan yang menunjang industri makanan. Pengembangan industri
   rumah tangga melalui pengembangan alat pengolahan (seperti bawang goreng) skala kecil,
   tepung cabe maupun saos (sambel) cabe serta berbagai industri yang menunjang bahan
   makanan.
3. Pengembagan pemasaran antar daerah atau antar pulau melalui kerjasama pemasaran antar
   daerah/Provinsi dan ekspor.

Buah-buahan
Mangga

                        Potensi pengembangan Mangga tersebar diseluruh kabupaten se-NTB,
                        Areal paling potensial terdapat di Kabupaten Sumbawa dan Bima,
                        namun belum dimanfaatkan. Produksi Mangga tahun 2003 mencapai
                        390.108 ton dengan total luas panen 14.519,05 Ha. Penyebaran potensi
                        perkabupaten dan sentra pengembangannya dapat dilihat pada tabel
                        berikut.




Tabel 2.21: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Mangga

               Potensi (ha) Pemanfaatan
 Kabupaten                                             Sentra (Kec.)
                   *)          (ha)
Kota Mataram        -              365
                                            Bayan, Gangga, Narmada, Kediri,
Lombok Barat      4.107           4.107
                                            Sekotong
Lombok                                      Batukliang, Kopang, Mantang,
                  4.865           1.378
Tengah                                      Pringgarata, Jonggat dan Pujut
                                            Pringgabaya, Sambelia, Aikmel,
Lombok Timur      3.027           1.570
                                            Sukamulia, Sakra Keruak
                                            Lunyuk, Seteluk, Plampang,
Sumbawa           19.000          4.313
                                            Empang dan Utan/rhee
Dompu             6.636            370      Semua kecamatan
Bima              25.116           784      Semua kecamatan
Kota Bima          955            1.232
   Jumlah         63.706          14.519

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan

Manggis

                        Potensi pengembangan komoditi Manggismencapai 7.889,71 Ha namun
                        baru termanfaatkan seluas 94,62 Ha. Produksi Manggis tahun 2003
                        mencapai 201 ton dari areal seluas 84,62 Ha. Penyebaran areal potensial
                        pengembangan per kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.22: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Manggis

  Kabupaten        Potensi        Pemanfaatan             Sentra (Kecamatan)
                   (ha)*)           (ha)*)
Kota Mataram         11                 -                          -
Lombok Barat         120               81         Lingsar, Narmada dan Batu Layar
Lombok              4.600               2         Batukliang, Pringgarata
Tengah
Lombok Timur         59                 9         Sikur dan Montong Gading
Sumbawa             3.000               1         Batu Lanteh, Ropang, Brang Rea,
                                                  Alas
Dompu                100                -         Pekat
Bima                  -                 2                          -
Kota Bima             -                 -                          -
     NTB            7.890              95

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan

Rambutan

                          Produksi komoditi Rambutan tahun 2003 mencapai 4.098,3 ton dari
                          areal panen seluas 2.079 Ha, dari total areal potensial seluas 13.617,36
                          Ha. Areal potensial pengembangan komoditi Rambutan adalah di
                          Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Sumbawa, namun dari
                          areal potensial tersebut Lombok Barat telah memanfaatkan peluang
                          dengan baik.



Penyebaran areal potensial dan sentra produksinya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.23: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Rambutan

                  Potensi *)     Pemanfaatan*)
  Kabupaten                                               Sentra (Kecamatan)
                     (ha)            (ha)
Kota Mataram          16               108
Lombok Barat       1.335          1.712      Narmada , Lingsar, Gunungsari
Lombok             1.400           140       Pringgarata, Batukliang
Tengah
Lombok Timur        253            69        Sikur, Mtg. Gading,Terara
Sumbawa            9.500           46        Batu Lanteh, Moyo hilir, Alas
Dompu               400             2        Pekat, Woja
Bima                704             1        Wawo dan Tambora
Kota Bima            -              1        -
    NTB            13.618         2.079

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan

Sawo




Pengembangan Sawo sebagian besar dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat, Lombok
Tengah, Lombok Timur dan Sumbawa. Produksi tahun 2003 mencapai 2.862,6 ton dari areal
panen seluas 1.136,76 Ha, dari luas areal potensial pengembangan seluas 42.030,39 Ha.
Penyebaran areal potensial per kabupaten dan sentra produksinya dapat dilihat pada tabel
berikut.




Tabel 2.24: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Sawo

  Kabupaten        Potensi *)   Pemanfaata          Sentra (Kecamatan)
                      (ha)        *) (ha)
Kota Mataram             -          11                       -
Lombok Barat          121          121       Narmada , Lingsar, Gerung, Bayan
Lombok Tengah        1.450          42       Pringgarata, Jonggat, Pujut
Lombok Timur         107              95      Pringgabaya, Masbagik dan Lb.
                                              Haji
Sumbawa             37.388           858      Plampang, Uthan Rhee dan
                                              Empang
Dompu               1.250             2       Manggalewa, Woja dan Kempo
Bima                1.709             3       Awo, Tambora dan Monta
Kota Bima                6            4                       -
       NTB          42.031          1.136

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan

                         Pisang Komoditi terdapat di seluruh kabupaten se-NTB, dengan jenis
                         Pisang Kepok, Ketip dan Kapendis. Penyebaran areal potensial
                         pengembangan per kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut.




Tabel 2.25: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Pisang

                                Pemanfaatan*)
 Kabupaten     Potensi*)(ha)                         Sentra (Kecamatan)
                                    (ha)
Kota Mataram         -               284
Lombok Barat      2.812            11.017       Semua Kecamatan
Lombok            1.544             5.023       Kopang, Batukliang,
Tengah                                          Pringgarata.
Lombok Timur      5.092            18.775       Pringga Baya, Sukamulya, Lb
                                                Haji
Sumbawa           33.963             719        Semua Kecamatan
Dompu             3.241             5.718       Pekat, Woja, Hu'u, Mangge lewa
Bima              19.126             935        Belo, Sape, Donggo,
                                                Lambu,Bo;o
Kota Bima          112               693        Rasana'e Timur,Rasana'e Barat
NTB               65.890           43.164

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan

Nenas
Ketersediaan areal potensial untuk pengembangan Nenas terbesar adalah
                         di Kabupaten Lombok Tengah, namun pengembangan cukup baik ada di
                         Kabupaten Lombok Timur terutama di Kecamatan Sukamulia dan
                         Masbagik. Penyebaran areal potensial per kabupaten dapat dilihat pada
                         tabel berikut.




Tabel 2.26: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Nanas

                 Potensi *)
 Kabupaten                      Pemanfaatan*)(ha)         Sentra (Kecamatan)
                   (ha)
Kota Mataram         -                  1                          -
Lombok Barat         7                4.062         Gunungsari, Batu Layar,
Lombok           110.171              1.469         Pringgarata, Batukliang,
Tengah
Lombok Timur      2.885               8.904         Masbagik,
                                                    PringgaselaSukamulya.
Sumbawa           3.000                244          Ropang, Alas, Lunyuk,
                                                    Batulanteh
Dompu              750                 269          Pekat, Manggelewa.
Bima                 -                 13                          -
Kota Bima            -                 18                          -
    NTB          116.813             14.980

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka Pembulatan

Durian


                         Durian merupakan salah satu komoditi unggulan NTB, terutama Durian
                         Presak, karena memiliki warna, aroma dan rasa yang spesifik, telah
                         menjadi komoditi unggul nasional.
                         Pengembangannya mempunyai prospek yang sangat baik terutama di
                         Kabupaten Lombok Barat Kecamatan Narmada), Kecamatan Lingsar,
                         Gunung Sari dan Bayan.
                         Penyebaran areal potensial per kabupaten dan sentra pengembangannya
                         dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.27: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Durian

  Kabupaten        Potensi*)   Pemanfaatan
                                                 Sentra (Kecamatan)
                     (ha)        *) (ha)
Kota Mataram          -             -        -
Lombok Barat         681           203       Narmada , Lingsar, Gn.
                                             Sari
Lombok Tengah       1.268          56        Batukliang,
Lombok Timur         101           23        Sikur, Pringgasela, Aikmel
Sumbawa             2.000          15        Alas, Taliwang, Batulanteh
Dompu               1.141           1        Pekat, Woja, Manggelewa
Bima                1.151           3        Monta, wawo, Donggo
Kota Bima             1             3        -
NTB                 6.343          306


Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan




= Potensi Sumber Daya Peternakan

Sumber Daya Peternakan memiliki peranan penting dalam pengembangan sosial ekonomi
masyarakat. Jumlah peternak pada tahun 2004 mencapai 684.594 KK dengan jumlah ternak
sekitar 513.500 animal unit (AU), terbesar sapi dan kerbau sebanyak 464.689 AU.
Peternakan sapi potong sekitar 57 % diusahakan secara intensif oleh masyarakat di Pulau
Lombok, sedangkan populasi kerbau sekitar 83 % dikembangkan oleh masyarakat di Pulau
Sumbawa.

Komoditi peternakan komersial lainnya yang dikembangkan adalah kambing, kuda, ayam
potong, itik, ayam buras, domba, babi dan produk olahan asal ternak.

Sapi
Sapi yang dikembangkan adalah jenis Sapi Bali. Jenis ini adalah salah
                       satu komoditi unggulan yangmemilki pasar domestik yaitu: DKI
                       Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Papua serta pasar ekspor
                       yaitu: Hongkong, Singapura, Malaysia, Timor Leste dan negara-negara
                       ASEAN lainnya.
                       Pemerintah Provinsi NTB telah merintis pengembangan kawasan
                       agribisnis berbasis Sapi potong di setiap kabupaten. Hal ini
                       dimaksudkan agar dapat dihasilkan Sapi bibit berkualitas ekspor secara
                       kontinyu antara 1.500 – 2.000 ekor pertahun per lokasi kawasan.

                     Produksi Sapi potong rata-rata sebanyak 61.000 ekor per tahun. Hasil
                     produksi tersebut untuk memenuhi konsumsi lokal sekitar 43.900 ekor
                     (72 %) dan Rumah Potong Hewan (RPH) sebanyak 6.100 ekor (10
                     %).Surplus hasil produksi Sapi potong setahun sekitar 11.000 ekor
                     (18%). Adapun populasi Sapi sekitar 419.569 ekor, 43 % berada di
pulau Sumbawa dan 57 % di pulau Lombok. (lihat Tabel 2.28)




Babi

Populasi Babi pada tahun 2003, sebanyak 31.689 ekor. Lokasi kawasan pengembangan ternak
Babi umumnya berada di permukiman masyarakat Hindu Bali, dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 15 % per tahun. Jenis Babi yang dikembangkan adalah Babi lokal dan hasil persilangan.
Produksi bibit lebih kurang 15.000 ekor dan jantan 12.200 ekor. Pemasaran Babi memiliki daya
saing pasar cukup bagus terutama dipasar lokal, Bali dan Papua.

Kerbau

                       Kerbau di NTB memiliki keunggulan dan daya saing pasar yang hampir
                       sama dengan ternak sapi.
                       Jenis Kerbau yang dikembangkan adalah jenis Kerbau Lumpur, karena
                       mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup bagus terhadap
                       lingkungan (iklim, pakan dan pengangkutan). Populasi Kerbau pada
                       tahun 2003 tercatat sebanyak 161.359 ekor, (83,20 % diantaranya berada
                       di pulau Sumbawa).



Kuda

                       Jenis Kuda yang dikembangkan adalah Kuda Sumbawa, umumnya
                       digunakan untuk angkutan cidomo, Kuda pacuan dan ternak potong.
                       Populasi ternak Kuda sebanyak 73.623 ekor.
Produksi Kuda potong lebih kurang 7.400 ekor per tahun dan Kuda bibit sekitar 5.200 ekor per
tahun.


Komoditi ternak Kuda umumnya dipasarkan di pasar lokal. Hanya 30 % dipasarkan ke luar
daerah terutama Jawa Timur. Sedangkan Kuda penghasil susu masih merupakan ternak yang
spesifik dan hanya terdapat di Kabupaten Dompu dan Bima.

Kambing

                        Sentra pengembangan ternak Kambing adalah di daerah lahan kering,
                        umumnya di Pulau Sumbawa dan beberapa wilayah kecamatan di Pulau
                        Lombok seperti Sakra, Keruak, Pringgabaya, Gangga dan Bayanss.
                        Populasi ternak Kambing sebanyak 282.500 ekor dengan produksi
                        Kambing potong dan Kambing bibit sebanyak 100.000 ekor per tahun.
                        Pemasaran ternak Kambing cukup prospektif, baik untuk pasar lokal
                        maupun perdagangan antar pulau. Rata-rata produksi daging beku yang
                        dikirim ke DKI Jakarta sebanyak 20.000 kg pertahun.




                        Ayam dan Itik

                         Keberadaan NTB sebagai salah satu daerah kunjungan wisata, ikut
                         mendorong perkembangan usaha komoditi Ayam Buras. Permintaan
                         produksi Ayam Buras berupa Ayam Potong dan telur terus meningkat,
                         terutama untuk pasar lokal guna memenuhi kebutuhan rumah makan
                         khas Lombok “Ayam Taliwang” dan rumah makan lainnya. Sedangkan
                         hasil produksi Ayam Jago untuk memenuhi pasar luar seperti Bali dan
Jawa Timur lebih kurang mencapai 25.000 ekor per tahun. Sedangkan populasi ternak Itik pada
tahun 2003 adalah sebanyak 476.060 ekor, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,34 % per
tahun. Dari produksi tersebut, diperkirakan produksi telur Itik sebanyak 34 juta butir pertahun
atau 2.125 ton pertahun.

Produksi ternak Itik digunakan untuk memenuhi pasar lokal dan Bali, sedangkan produksi telur
asin, yang merupakan salah satu komoditi unggulan NTB, umumnya untuk memenuhi
permintaan pasar luar daerah NTB mencapai 25.000 butir per minggu, namun kemampuan
mensuplai baru terpenuhi 50 %. Adapun populasi ternak pada tahun 2003 untuk berbagai jenis
ternak, dapat dilihat pada Tabel 2.28

Peluang Pengembangan

Peluang investasi dalam rangka pengembangan usaha peternakan antara lain dari data kebutuhan
daging secara nasional adalah sebanyak 374.000 ton, namun hanya mampu dipenuhi sebanyak
307.000 ton, sehingga terdapat kekurangan pasokan sebanyak 67.000 ton pertahun. Adapun
pasar potensial yang menjadi peluang bagi NTB dalam memasok kebutuhan daging antara lain
wilayah DKI Jakarta (Jabotabek), Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

Potensi bahan baku pakan ternak dan populasi unggas cukup besar, namun belum didukung
dengan adanya pabrik pakan ternak dan sarana pembibitan (hatchery), sehingga hampir semua
sarana produksi berupa bahan pakan ternak dan DOC didatangkan dari luar daerah NTB.
Demikian pula halnya dengan belum tersedianya Rumah Potong Ayam (RPA) yang memenuhi
standar, sedangkan produksi ayam potong lebih kurang sebanyak 10 juta ekor per tahun,
sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasar komersial seperti hotel berbintang, swalayan,
restoran dan industri di NTB masih dipasok dari luar daerah.

Tabel 2.28: Populasi Ternak di Provinsi NTB Tahun 2003




Sumber Data : Dinas Peternakan Provinsi NTB, Tahun 2004.

Ekspor sapi bibit, sejak tahun 2001 telah dirintis ke Malaysia dan Timor Leste sebanyak 3.470
ekor. Pasar ekspor akan diperluas ke negara-negara ASEAN lainnya, disamping upaya-upaya
memanfaatkan peluang untuk memperluas jaringan usaha di wilayah Asia Pasifik yang
tergabung dalam AFTA yang diharapkan dapat menjadi peluang meningkatkan kerjasama antar
regional.

Peluang usaha peternakan yang potensial dikembangkan di NTB adalah :

(1) Usaha pembibitan berupa sapi potong, kerbau, babi, kambing dan ayam ras
(2) Kemitraan usaha penggemukan sapi dan kerbau
(3) Pengembangan peternakan unggas berupa usaha pembibibitan (hatchery) dan pengembangan
pabrik pakan
(4) Kerjasama kemitraan dengan peternak
(5) Kerjasama supply - demand ternak potong dan bibit
(6) Kerjasama supply - demand daging beku
(7) Supply - demand bibit hijauan pakan ternak
(8) Usaha pengolahan hasil peternakan

   - Pembangunan Rumah Potong Ayam
   - Unit pengolahan dendeng dan abon
   - Pembuatan telur asin
   - Pembuatan kerupuk kulit,ceker dan paru
   - Home industri permen susu kerbau,susu kuda dan kerajinan kulit
   - Industri pupuk organik (kotoran ternak)




= Potensi Sumber Daya Perkebunan

Potensi areal perkebunan seluas 665.314 ha, telah dimanfaatkan mencapai 185.969 ha atau
27,95%. Pemanfaatannya meliputi tanaman keras 157.909 ha dan tanaman semusim 28.060 ha.
Sebagian besar usaha perkebunan merupakan perkebunan rakyat 97,09%, sisanya merupakan
perkebunan besar. Terdapat 20 jenis komoditi perkebunan yang dikembangkan terdiri atas 13
jenis tanaman tahunan dan tujuh jenis tanaman semusim. Tiga belas jenis tanaman tahunan yang
dikembangkan terdiri atas: Kelapa, Jambu Mete, Kopi, Kakao, Vanili, Cengkeh, Kapuk, Pinang,
Lada, kemiri, aren, lontar dan Asam. Sedangkan tanaman semusim yang dikembangkan adalah:
Tembakau Virginia, Tembakau Rakyat, Kapas, Jarak, Tebu dan Wijen.

Kelapa

                       Areal tanaman Kelapa seluas 67.784 ha dengan total produksi dalam
                       bentuk kopra mencapai 51.491 ton. Tanaman yang belum menghasil-kan
                       seluas 11.183 ha dan tanaman yang sudah tua dan rusak seluas 2.804 ha.
                       Areal tanaman Kelapa terluas terdapat di Lombok Barat, dengan luas
                       areal 22.102 ha.
                       Potensi ini baru dikelola oleh satu perusahaan lokal namun belum
mampu menyerap seluruh produksi Kelapa rakyat, sehingga sangat terbuka peluang investasi
dalam bidang proses pengolahan Kelapa rakyat di NTB, terutama di Pulau Sumbawa.

Tabel 2.29: Penyebaran Areal Potensi Komoditi Kelapa di Provinsi NTB Tahun 2003

                         Luas Areal (Ha) *)              Rt. Prod
                                                Produksi                 Sentra Prod
No Kabupaten/Kota                                           *)
                     TBM TM         TR   Jumlah * (Ton) (Kg/Ha)         (Kecamatan )

1. Lombok Barat      2,094 19,422 586     22,102   23,983     1,235   Gerung, Sekotong,
                                                                      Narmada,
Gunungsari,
                                                                     Tanjung, Gangga,
                                                                     Bayan, Kayangan,
                                                                     Lembar,
                                                                     Pemenang
2. Lombok Tengah 1,415 13,275 810        15,500    11,893     896    Pujut, Praya
                                                                     Barat, Praya Barat
                                                                     Daya, Kopang,
                                                                     Batukliang,
                                                                     Batukliang Utara,
                                                                     Pringgarata,
                                                                     Jonggat
3. Lombok Timur     2,546 11,317 1,126 14,989      8,986      794    Labuhan Haji,
   - Perkebunan                                                      Pringgabaya,
   Rakyat                                                            Sambelia
   - PBS
4. Sumbawa          2,532 3,873     0     6,405    3,089      798    Labuhan Badas,
                                                                     Alas Barat,
                                                                     Taliwang, Lunyuk
5. Dompu             610   1,612    76    2,298    1,136      704    Kempo
6. Bima             1,915 3,708     57    5,680    2,184      589    Woha, Lambu
7. Kota Mataram       71    422    150     643      214       508    Mataram,
                                                                     Cakranegara,
                                                                     Ampenan

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan

TBM = Tanaman Muda Belum menghasilkan; TM = Tanaman Menghasilkan; TR = Tua, Rusak

Jambu Mente

Luas areal Jambu Mente 56.605 ha terdiri atas tanaman yang belum menghasilkan seluas 21.230
ha, tanaman menghasilkan 28.529 ha dan tanaman tua dan rusak seluas 8.846 ha. Produksi mente
dalam bentuk biji gelondong mencapai 11.744 ton.
Areal tanaman Jambu Mente terluas terdapat di Lombok Barat, yang mencapai 21.432 ha. Untuk
meningkatkan potensi investasi komoditi Jambu Mente, pemerintah secara terus menerus
melakukan perluasan areal tanam pada lahan-lahan
kering yang berpotensi. Pemasaran biji mente dan mente olahan telah menembus pasar
internasional yaitu Negara Hongkong, Vietnam, Cina dan Taiwan.

Tabel 2.30: Penyebaran Potensi Komoditi Jambu Mente di Provinsi NTB Tahun 2003.
Luas Areal (Ha) *)  Produksi Rt. Prod            Sentra Prod
No Kabupaten/Kota
                     TBM TM          TR Jumlah (Ton)* (Kg/Ha)*             (Kecamatan )
1. Lombok Barat       6,049 12,699 2,684 21,432         4,070     320 Sekotong,
                                                                      Tanjung, Gangga,
                                                                      Bayan, Kayangan,
                                                                      Lembar,
                                                                      Pemenang.
2. Lombok Tengah       157 3,242      184     3,583       551     170 Pujut, Praya Barat
                                                                      Daya, Janapria.
3. Lombok Timur       1,550 2,452     433 4,434.35      1,530     624 Sambelia,
                                                                      Labuhan Haji,
                                                                      Pringgabaya.
4. Sumbawa
   - Perk. Rakyat     4,818 3,726     371     8,915     1,257     337 Labuhan Badas,
                                                                      Utan/Rhee,
                                                                      Plampang.
5. Dompu
   - Perk. Rakyat     4,228 5,037     209     9,474     3,786     752 Pekat.
6. Bima               3,629 1,174 1,579       6,382       540     460 Donggo.
7. Kota Mataram          0       0      0         0           0      0 -

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan

Kopi

                         Luas areal tanaman Kopi mencapai 12.497 ha terdiri atas tanaman belum
                         menghasilkan 3.662 ha, tanaman menghasilkan 7955 ha dan tanaman
                         yang tua dan rusak seluas 875 ha. Produksi Kopi di NTB mencapai
                         4.929,90 ton dalam bentuk butiran. Baru terdapat dua perusahaan yang
                         memanfaatkan potensi di wilayah Tambora Pulau
                         Sumbawa dan di Kabupaten Lombok Tengah, dengan areal pengelolaan
yang terbatas. Areal lainnya masih dikelola secara tradisional oleh masyarakat sehingga belum
mampu memberi hasil yang optimal. Oleh karena itu sangat terbuka peluang bisnis di bidang
budidaya dengan pola kemitraan bersama masyarakat serta di bidang proses pengolahan biji
Kopi menjadi barang jadi (bubuk Kopi, Kopi instant).

Potensi areal dan sentra produksi Kopi pada tabel berikut .

Tabel 2.31: Penyebaran Areal dan Produksi Kopi di Provinsi NTB Tahun 2003.

No Kabupaten/Kota        Luas Areal (Ha) *)      Produksi Rt. Prod         Sentra Prod
TBM TM TR Jumlah (Ton) * (Kg/Ha)*                    (Kecamatan )
                                                                      Narmada , Tanjung,
1. Lombok Barat      248 1,681 80          2,009   1,024     609
                                                                      Gangga, Bayan
2. Lombok Tengah
                                                                      Batukliang,
   - Perk. Rakyat     9    1,164 4         1,177    351      301      Batukliang Utara,
                                                                      Pringgarata
                                                                      Pringgasela,
3. Lombok Timur      254    841 443 1,538           533      633
                                                                      Sembalun
                                                                      Alas, Ropang,
4. Sumbawa           2,144 2,429 0         1,573   1,337     551
                                                                      Batulanteh
5. Dompu             541    683       0    1,224    337      494      Pekat
6. Bima              322    746       33   1,101    925     1,240     Donggo, Tambora
7. Kota Mataram       5      7        4      16      2       312      Ampenan

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan


Kapuk

Luas areal Kapuk 4.707 ha terdiri atas tanaman belum menghasilkan 641 ha, tanaman yang
sudah menghasilkan 3.592 ha, tanaman tua dan rusak 514 ha. Produksinya 1.413 ton serat bersih.
Potensi areal dan sentra produksi komoditi Kapuk pada tabel berikut.

Tabel 2.32 : Penyebaran Areal dan Produksi Kapuk di Provinsi NTB Tahun 2003.

                      Luas Areal (Ha) *)    Rt. Prod
                                   Produksi                                Sentra Prod
No Kabupaten/Kota                               *
                  TBM TM TR Jumlah (Ton)* (Kg/Ha)                         (Kecamatan )

1. Lombok Barat       20 716      0        736     420     587 Narmada , Kayangan.
                                                                 Pujut, Praya Barat, Praya Barat
2. Lombok Tengah      73 659 94            826     420     637
                                                                 Daya, Pringgarata.
3. Lombok Timur      191 677 197 1,065             227     336 Jerowaru, Keruak.
4. Sumbawa           207 444 12            663     151     341 Labuhan Badas, Utan/Rhee.
5. Dompu              53 625 27            705      47      75 Kempo, Manggalewa.
6. Bima               69 405 157           631     139     342 Belo, Monta, Bolo.
7. Kota Mataram       29 66 27             122       9     139 Ampenan, Mataram.
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan

Kakao

Luas areal Kakao 3.948 ha terdiri atas tanaman muda yang belum menghasilkan 1.026 ha,
tanaman yang sudah berproduksi atau menghasilkan 2.538 ha dan tanaman yang sudah tua atau
rusak 384 ha. Produksi Kakao mencapai 1667,75 ton biji kering. Areal Kakao terluas terdapat di
Lombok Barat, seluas 2.928 ha.

Pengolahan biji Kakao sampai saat ini masih bersifat sangat tradisional yaitu hanya berupa biji
Kakao kering, sehingga nilai tambah dari komoditi Kakao yang dapat dinikmati relatif kecil, dan
terbuka peluang bisnis di bidang pengolahan hasil produksi Kakao disertai dengan budidaya
yang menerapkan pola kemitraan untuk menjaga kesinambungan bahan baku industri pengolahan
produk Kakao. Potensi areal dan sentra produksi Kakao pada tabel berikut .

Tabel 2.33: Penyebaran Areal dan Produksi Kakao di Provinsi NTB Tahun 2003.


                            Luas Areal (Ha) *)               Rt.
                                                Produksi              Sentra Prod
No Kabupaten/Kota                                        Prod(Kg/Ha)
                     TBM       TM     TR Jumlah (Ton) *              (Kecamatan )
                                                              *
1. Lombok Barat       543     2,082 303     2,928    1,532       736      Gangga,
                                                                          Kayangan.
2. Lombok Tengah 10            300     4     314      67         222      Kopang,
                                                                          Batukliang
                                                                          Utara.
3. Lombok Timur       394      127    56     577      62         487      Pringgasela,
                                                                          Sembalun.
4. Sumbawa             4        18     1     23       4          230      Alas.
5. Dompu               70       2      0     72       2         1,000     Pekat.
6. Bima                6        9     22     37       1          122      Wawo, Donggo.
7. Kota Mataram        0        0      0         0    0           0                -

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan

Asam

Luas areal tanaman Asam 2.954 ha terdiri atas tanaman belum menghasilkan 476 ha, tanaman
menghasilkan 2.365 ha dan tanaman tua dan rusak 113 ha. Produksi Asam 4.305 ton Asam
berbiji. Areal Asam terluas terdapat di Kabupaten Bima, yaitu seluas 984 ha. Pengolahan
produksi Asam, masih sangat tradisional yaitu hanya dalam bentuk pengolah dari buah Asam
menjadi Asam berbiji, sehingga nilai tambah yang dinikmati relatif kecil, dan terbuka peluang
investasi untuk budidaya tanaman Asam dengan pola kemitraan bersama petani serta industri
pengolahan hasil seperti permen Asam, sirup Asam, dan proses pengawetan Asam. Terbuka
peluang untuk pembangunan jaringan pasar dengan provinsi lain. Potensi areal dan sentra
produksi Asam seperti pada tabel berikut .

Tabel 2.34: Penyebaran Areal Potensi Komoditi Asam di Provinsi NTB Tahun 2003

                              Luas Areal (Ha) *)                   Rt. Prod
                                                          Produksi          Sentra Produksi
No Kabupaten/Kota                                                  (Kg/Ha)
                        TBM      TM       TR       Jumlah (Ton) *     *
                                                                             (Kecamatan )

1. Lombok Barat              7     250         0      257      758    3,036 Pemenang.
2. Lombok Tengah            31     164         1      196       35      214 Pujut.
3. Lombok Timur            100     232      24        356      479    2,064 Jerowaru.
4. Sumbawa                 210     525         6      741      775    1,476 Utan/Rhee.
5. Dompu                    34     328      53        415      187      572 Dompu.
                                                                            Donggo,
6. Bima                     94     862      29        985    2,043    2,369 Sanggar,
                                                                            Ambalawi.
7. Kota Mataram           0.00        5        1        6       29    5,580 Mataram.

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan

Kemiri

Luas areal Kemiri 3.356 ha terdiri dari tanaman muda yang belum menghasilkan 978 ha,
tanaman menghasilkan 2.126 ha dan tanaman rusak dan tua 252 ha. Produksinya mencapai
2.150,77 ton biji kupas. Areal Kemiri terluas terdapat di Kabupaten Bima, seluas 1.734 ha.

Pengembangan komoditi Kemiri pada beberapa tahun terakhir sangat menarik perhatian
masyarakat untuk dikembangkan secara swadaya, karena cepat tumbuh dan cepat menghasilkan,
sehingga terbuka peluang investasi di bidang :

1. Budidaya pola kemitraan dengan masyarakat melalui bantuan teknologi dan sarana prasarana
produksi
2. Industri pengolahan hasil, terutama dalam bentuk home industri
3. Pemasaran produk

Potensi areal dan sentra produksi komoditi ini dapat terlihat pada tabel berikut.

Tabel 2.35: Penyebaran Areal dan Produksi Kemiri di Provinsi NTB Tahun 2003.
Luas Areal (Ha) *)                        Rt. Prod Sentra Produksi
                                                              Produksi
No Kabupaten/Kota                                                      (Kg/Ha)
                     TBM       TM          TR          Jumlah (Ton) *            (Kecamatan )
                                                                          *
1. Lombok Barat           0           0            0           0         0      0 -
2. Lombok Tengah          7       17               0       24        17       708 Batukliang.
3. Lombok Timur           0           0            0           0         0      0 -
                                                                                    Ropang,
4. Sumbawa             423       770               0     1,193      420       545
                                                                                    Batulanteh.
                                                                                    Dompu,
5. Dompu                  2      286       117            405        42       145
                                                                                    Manggalewa.
                                                                                   Wawo, Monta,
6. Bima                546     1,053       136           1,735     1,672     1,588 Donggo,
                                                                                   Langgudu.
7. Kota Mataram           0           0            0           0         0      0 -

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan

Cengkeh

Luas areal Cengkeh 1.448 hektar terdiri dari tanaman belum menghasilkan 49 ha, tanaman yang
sudah menghasilkan 1.030 ha dan tanaman rusak atau tua 319 ha. Areal Cengkeh terluas terdapat
di Kabupaten Lombok Barat, seluas 1.208 ha. Peluang investasi Cengkeh terbuka di bidang
budidaya dengan pola kemitraan dan pemasaran hasil.

Tabel 2.36: Penyebaran Areal dan Produksi Cengkeh di Provinsi NTB Tahun 2003.
                          Luas Areal (Ha) *)              Produksi Rt. Prod            Sentra Prod
No Kabupaten/Kota
                     TBM TM               TR       Jumlah (Ton)* (Kg/Ha)*             (Kecamatan )
                                                                                    Gangga,
1. Lombok Barat         52     881        275          1,208       298       338
                                                                                    Kayangan.
                                                                                    Batukliang,
2. Lombok Tengah         0      36             0         36          7       197
                                                                                    Batukliang Utara.
                                                                                    Swela, Aikmel,
3. Lombok Timur         44     101         10           155         33       323
                                                                                    Sambelia.
4. Sumbawa               0        0            0          0          0         0            -
5. Dompu                 0        0            0          0          0         0            -
6. Bima                  0      11         34            45          4       346 Donggo.
7. Kota Mataram          3        1            0          4          1       140 Cakranegara.
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan

Pinang

Luas areal tanaman Pinang 1.431 ha, terdiri dari tanaman belum menghasilkan 273 ha, tanaman
yang sudah menghasilkan 882 ha dan tanaman yang tua dan rusak 276 ha. Produksi Pinang di
daerah ini 1.667,75 ton biji kering. Areal Pinang terluas terdapat di daerah Kabupaten Dompu,
seluas 345 ha. Potensi areal dan sentra produksi komoditi ini seperti pada tabel berikut.

Tabel 2.37: Penyebaran Areal dan Produksi Pinang di Provinsi NTB Tahun 2003.
                              Luas Areal (Ha)         Produksi Rt. Prod    Sentra Prod
No Kabupaten/Kota
                      TBM TM           TR       Jumlah (Ton) (Kg/Ha)      (Kecamatan )
1. Lombok Barat          44      98      19       161      222   2,261 Lembar, Kayangan.
2. Lombok Tengah         39     132    118        289       37     283 Batukliang.
3. Lombok Timur          42     101      27       170       71     703 Aikmel.
4. Sumbawa               21     129         3     153       53     413 Ropang.
5. Dompu                 43     246      56       345      145     590 Dompu
6. Bima                  83     150      49       282       55     369 Mada Pangga,
                                                                       Langgudu.
7. Kota Mataram           2      26         4      32       49   1,852 Mataram

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB. Tahun 2003 *) Angka Pembulatan

Luas areal tanaman Vanili 556 hektar terdiri atas tanaman belum menghasilkan 112 hektar,
tanaman menghasilkan 401 hektar dan tanaman tua/rusak 43 hektar. Produksinya 88,86 ton buah
kering. Areal Vanili terluas terdapat di Lombok Barat, yaitu 362 hektar.
Berdasarkan kesesuaian lahannya sangat cocok untuk dikembangkan di sepanjang wilayah kaki
Gn. Rinjani mulai dari Lombok Barat bagian utara sampai Lombok Timur bagian Utara. Kualitas
Vanili asal Lombok Utara sangat tinggi dan dapat menembus pasar internasional, namun
jaringan pasar internasional relatif rendah dan harus bermitra dengan provinsi lain.

Disamping peluang pemasaran juga terbuka peluang budidaya dengan menerapkan pola
kemitraan bersama petani. Potensi areal dan sentra produksi komoditi Vanili tersaji pada tabel
berikut.

Tabel 2.38: Penyebaran Areal dan Produksi Vanili di Provinsi NTB Tahun 2003.


                              Luas Areal (Ha) *)         Produksi Rt. Prod Sentra Prod
No Kabupaten/Kota
                       TBM       TM      TR       Jumlah (Ton) * (Kg/Ha)* (Kecamatan )
1. Lombok Barat           39     290       33     362          68          235 Gangga.
2. Lombok Tengah           0      33        0      33            3          79 Batukliang
                                                                               Utara.
3. Lombok Timur           74      78       10     162          18          232 Pringgasela,
                                                                               Sikur.
4. Sumbawa                 0       0        0         0          0           0 -
5. Dompu                   0       0        0         0          0           0 -
6. Bima                    0       0        0         0          0           0 -
7. Kota Mataram            0       0        0         0          0           0 -

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan

Tembakau Rakyat

                        Selama tiga tahun terakhir terjadi peningkatan luas dan produksi yang
                        cukup besar yaitu dari luasan 5.676 hektar dengan produksi 4.173,48 ton
                        pada tahun 2003 menjadi 6.421 hektar dengan produksi 5.025,43 ton
                        pada tahun 2004.
                        Areal terluas terdapat di Lombok Timur, yaitu 3.000,00 ha.

Peningkatan luas dan produksi ini seiring dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap
komoditi Tembakau rakyat. Oleh karena itu terbuka peluang investasi budidaya dengan pola
kemitraan bersama petani.

Tabel 2.39: Penyebaran Areal Potensi per Kabupaten komoditas Tembakau Rakyat di Provinsi
NTB Tahun 2003.

                           Luas Areal      Produksi        Rt. Prod           Sentra Prod
No     Kabupaten/Kota
                            (Ha) *)        (Ton) *)       (Kg/Ha) *)         (Kecamatan )
 1.   Lombok Barat                269            269           1,000 Labuapi, Kayangan
 2.   Lombok Tengah               238            165            696 Pringgarata
 3.   Lombok Timur              5,676           4,174           735 Suralaga, Pringgabaya
 4.   Sumbawa                     111            142           1.287 Alas
 5.   Dompu                         52            40            769 Pekat
 6.   Bima                          76           235           3,120 Sape
 7.   Kota Mataram                     0              0              0 -
      Jumlah                    6,422           5,025           783

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB, Tahun 2003 *) Angka Pembulatan
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB
POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

La actualidad más candente (20)

Laporan
LaporanLaporan
Laporan
 
Materi Kuliah Geologi Struktur 10. analisis sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 10. analisis sesarMateri Kuliah Geologi Struktur 10. analisis sesar
Materi Kuliah Geologi Struktur 10. analisis sesar
 
Batuan sedimen
Batuan sedimenBatuan sedimen
Batuan sedimen
 
Ppt metamorf
Ppt metamorfPpt metamorf
Ppt metamorf
 
Fosil
FosilFosil
Fosil
 
Laterit dan-endapan-bijih
Laterit dan-endapan-bijihLaterit dan-endapan-bijih
Laterit dan-endapan-bijih
 
33920332 bahan-galian-zeolit
33920332 bahan-galian-zeolit33920332 bahan-galian-zeolit
33920332 bahan-galian-zeolit
 
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisikaMakalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
Makalah eksplorasi panas bumi dalam geofisika
 
Skala waktu-geologi
Skala waktu-geologiSkala waktu-geologi
Skala waktu-geologi
 
genesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaangenesa mineral bijih pembukaan
genesa mineral bijih pembukaan
 
Foram besar ali
Foram besar aliForam besar ali
Foram besar ali
 
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITAFELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
FELDSPAR BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
 
Kbg batu trakhit
Kbg batu trakhitKbg batu trakhit
Kbg batu trakhit
 
Tugas geologi(1)
Tugas geologi(1)Tugas geologi(1)
Tugas geologi(1)
 
Jurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandungJurnal geologi cekungan bandung
Jurnal geologi cekungan bandung
 
Tambang eksplorasi
Tambang eksplorasiTambang eksplorasi
Tambang eksplorasi
 
Buku geologi sulawesi armstrong sompotan
Buku geologi sulawesi armstrong sompotanBuku geologi sulawesi armstrong sompotan
Buku geologi sulawesi armstrong sompotan
 
Pembagian Konglomerat
Pembagian KonglomeratPembagian Konglomerat
Pembagian Konglomerat
 
Presentasi karst
Presentasi karstPresentasi karst
Presentasi karst
 
Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan GalianPengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian
 

Destacado

varietas unggul wijen, winas 1 dan winas 2
varietas unggul wijen, winas 1 dan winas 2varietas unggul wijen, winas 1 dan winas 2
varietas unggul wijen, winas 1 dan winas 2eko purnomo
 
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----Pratama Ariawan
 
Materi pembangunan ekonomi daerah
Materi pembangunan ekonomi daerahMateri pembangunan ekonomi daerah
Materi pembangunan ekonomi daerahDarwin Damanik
 
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiFaktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiyogieardhensa
 
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)YOHANIS SAHABAT
 
SUKU SASAK
SUKU SASAKSUKU SASAK
SUKU SASAKDany Dw
 
Kebudayaan nusa tenggara barat dede ahlam tohir
Kebudayaan nusa tenggara barat dede ahlam tohirKebudayaan nusa tenggara barat dede ahlam tohir
Kebudayaan nusa tenggara barat dede ahlam tohirNu Dak
 
Power point suku sasak
Power point suku sasakPower point suku sasak
Power point suku sasakiisnuroctavia
 
Daftar CNC ke-19 & IUP yang Dicabut
Daftar CNC ke-19 & IUP yang DicabutDaftar CNC ke-19 & IUP yang Dicabut
Daftar CNC ke-19 & IUP yang DicabutThe1 Uploader
 
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14chairun ahmad
 
Dokumen amdal studi_kasus_analisis_dampa
Dokumen amdal studi_kasus_analisis_dampaDokumen amdal studi_kasus_analisis_dampa
Dokumen amdal studi_kasus_analisis_dampaFahmi Gagap
 
Makalah nusa-tenggara-barat
Makalah nusa-tenggara-baratMakalah nusa-tenggara-barat
Makalah nusa-tenggara-baratPengetikan Wahyu
 
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara TimurKajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara TimurOswar Mungkasa
 

Destacado (14)

varietas unggul wijen, winas 1 dan winas 2
varietas unggul wijen, winas 1 dan winas 2varietas unggul wijen, winas 1 dan winas 2
varietas unggul wijen, winas 1 dan winas 2
 
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----
Pdrb provinsi-menurut-lapangan-usaha-2011-2015----
 
Materi pembangunan ekonomi daerah
Materi pembangunan ekonomi daerahMateri pembangunan ekonomi daerah
Materi pembangunan ekonomi daerah
 
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomiFaktor faktor pertumbuhan ekonomi
Faktor faktor pertumbuhan ekonomi
 
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)
KKW Ak. 1 (Potensi bahan galian pasir besi kab. talaud)
 
SUKU SASAK
SUKU SASAKSUKU SASAK
SUKU SASAK
 
Kebudayaan nusa tenggara barat dede ahlam tohir
Kebudayaan nusa tenggara barat dede ahlam tohirKebudayaan nusa tenggara barat dede ahlam tohir
Kebudayaan nusa tenggara barat dede ahlam tohir
 
Power point suku sasak
Power point suku sasakPower point suku sasak
Power point suku sasak
 
Daftar CNC ke-19 & IUP yang Dicabut
Daftar CNC ke-19 & IUP yang DicabutDaftar CNC ke-19 & IUP yang Dicabut
Daftar CNC ke-19 & IUP yang Dicabut
 
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14
Rpjmd kaltim 2013 2018 final 25 nov 14
 
Dokumen amdal studi_kasus_analisis_dampa
Dokumen amdal studi_kasus_analisis_dampaDokumen amdal studi_kasus_analisis_dampa
Dokumen amdal studi_kasus_analisis_dampa
 
Makalah nusa-tenggara-barat
Makalah nusa-tenggara-baratMakalah nusa-tenggara-barat
Makalah nusa-tenggara-barat
 
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
Makalah sosiologi "KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA"
 
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara TimurKajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
Kajian Buku III RPJMN 2015-2019 Nusa Tenggara Timur
 

Similar a POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB

135940908 37341732-bahan-galian-logam-dan-non-logam
135940908 37341732-bahan-galian-logam-dan-non-logam135940908 37341732-bahan-galian-logam-dan-non-logam
135940908 37341732-bahan-galian-logam-dan-non-logamIe Doet
 
Materi ekspos mipa 2015
Materi ekspos mipa 2015Materi ekspos mipa 2015
Materi ekspos mipa 2015Irianto Uno
 
Contoh judul kp
Contoh judul kpContoh judul kp
Contoh judul kpsusanto .
 
Presentasi jenis jenis bahan galian logam dan keterdapatannya
Presentasi jenis jenis bahan galian logam dan keterdapatannyaPresentasi jenis jenis bahan galian logam dan keterdapatannya
Presentasi jenis jenis bahan galian logam dan keterdapatannyaSastra Diharlan
 
Kelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdf
Kelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdfKelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdf
Kelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdfPratiwiKurniaPutri
 
eksplorasi.pptx
eksplorasi.pptxeksplorasi.pptx
eksplorasi.pptxAnggiAl1
 
36974166 aplikasi-geolistrik
36974166 aplikasi-geolistrik36974166 aplikasi-geolistrik
36974166 aplikasi-geolistrikelde praga
 
pertemuan 3 Pertambangan.pptx
pertemuan 3 Pertambangan.pptxpertemuan 3 Pertambangan.pptx
pertemuan 3 Pertambangan.pptxDevaErlangga2
 
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptx
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptxKLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptx
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptxtita222101
 
BATU KAPUR - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU KAPUR - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABATU KAPUR - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU KAPUR - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABonita Susimah
 

Similar a POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB (20)

135940908 37341732-bahan-galian-logam-dan-non-logam
135940908 37341732-bahan-galian-logam-dan-non-logam135940908 37341732-bahan-galian-logam-dan-non-logam
135940908 37341732-bahan-galian-logam-dan-non-logam
 
Sumberdaya logam
Sumberdaya  logamSumberdaya  logam
Sumberdaya logam
 
Materi ekspos mipa 2015
Materi ekspos mipa 2015Materi ekspos mipa 2015
Materi ekspos mipa 2015
 
Contoh judul kp
Contoh judul kpContoh judul kp
Contoh judul kp
 
Sda tambang
Sda tambangSda tambang
Sda tambang
 
Presentasi jenis jenis bahan galian logam dan keterdapatannya
Presentasi jenis jenis bahan galian logam dan keterdapatannyaPresentasi jenis jenis bahan galian logam dan keterdapatannya
Presentasi jenis jenis bahan galian logam dan keterdapatannya
 
Sumber daya alam
Sumber daya alamSumber daya alam
Sumber daya alam
 
Kelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdf
Kelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdfKelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdf
Kelompok 10 ESDA (Pratiwi dan Adinda).pdf
 
eksplorasi.pptx
eksplorasi.pptxeksplorasi.pptx
eksplorasi.pptx
 
36974166 aplikasi-geolistrik
36974166 aplikasi-geolistrik36974166 aplikasi-geolistrik
36974166 aplikasi-geolistrik
 
pertemuan 3 Pertambangan.pptx
pertemuan 3 Pertambangan.pptxpertemuan 3 Pertambangan.pptx
pertemuan 3 Pertambangan.pptx
 
Contoh Presentasi Tentang Pertambangan
Contoh Presentasi Tentang PertambanganContoh Presentasi Tentang Pertambangan
Contoh Presentasi Tentang Pertambangan
 
Timah
TimahTimah
Timah
 
Eksplorasi emas
Eksplorasi emasEksplorasi emas
Eksplorasi emas
 
Tugas kimia dasar 1 part 2
Tugas kimia dasar 1 part 2Tugas kimia dasar 1 part 2
Tugas kimia dasar 1 part 2
 
Proposalku01
Proposalku01Proposalku01
Proposalku01
 
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptx
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptxKLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptx
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL.pptx
 
Makalah tembaga (Cu)
Makalah tembaga (Cu)Makalah tembaga (Cu)
Makalah tembaga (Cu)
 
BATU KAPUR - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU KAPUR - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABATU KAPUR - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BATU KAPUR - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
 
Tugas geografi
Tugas geografiTugas geografi
Tugas geografi
 

Más de Atiek Hafifah

Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas TanahPolitik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas TanahAtiek Hafifah
 
Pusat Informasi dan Konseling Remaja
Pusat Informasi dan Konseling RemajaPusat Informasi dan Konseling Remaja
Pusat Informasi dan Konseling RemajaAtiek Hafifah
 
Lucunya negeriku (mengenai un)
Lucunya negeriku (mengenai un)Lucunya negeriku (mengenai un)
Lucunya negeriku (mengenai un)Atiek Hafifah
 

Más de Atiek Hafifah (9)

Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas TanahPolitik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
Politik Agraria - Fungsi dan Hak Atas Tanah
 
Politik Agraria - F
Politik Agraria - FPolitik Agraria - F
Politik Agraria - F
 
Pusat Informasi dan Konseling Remaja
Pusat Informasi dan Konseling RemajaPusat Informasi dan Konseling Remaja
Pusat Informasi dan Konseling Remaja
 
Hiv aids
Hiv aidsHiv aids
Hiv aids
 
Lucunya negeriku (mengenai un)
Lucunya negeriku (mengenai un)Lucunya negeriku (mengenai un)
Lucunya negeriku (mengenai un)
 
Observasi amdal
Observasi amdalObservasi amdal
Observasi amdal
 
Akhir kisah 2012 ku
Akhir kisah 2012 kuAkhir kisah 2012 ku
Akhir kisah 2012 ku
 
Teknik fasilitasi
Teknik fasilitasiTeknik fasilitasi
Teknik fasilitasi
 
Hiv aids
Hiv aidsHiv aids
Hiv aids
 

POTENSI SUMBER DAYA MINERAL NTB

  • 1. POTENSI WILAYAH NTB sumber dari http://potensidaerah.ugm.ac.id/dataprop/p26_POTENSI%20WILAYAH %20NTB.doc POTENSI SUMBER DAYA ALAM = Sumber Daya Mineral dan Energi NTB Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, posisi NTB terletak pada pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan. Batas kedua lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil, karena di tempat ini tertumpuk energi yang sangat besar dan sewaktu-waktu dapat terlepas dalam bentuk gempabumi, letusan gunung api, dan tanah longsor yang ditandai dengan munculnya gunung api aktif dan kegempaan yang tinggi. Disamping mempunyai potensi bencana, pada daerah pertemuan kedua lempeng ini dihasilkan juga kondisi Geologi yang sangat bermanfaat, yaitu terbentuknya potensi sumber daya mineral dan energi, dan potensi bentang alam yang sangat potensial, dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. = Kondisi Geologi NTB Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh Batuan Gunungapi serta Aluvium (resent). Batuan Tersier di Pulau Lombok terdiri dari perselingan batupasir kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa- lensa batugamping, batugamping dan dasit. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava, breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunungapi tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangiang, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup luas terdapat di Pulau Sumbawa dan Lombok. POTENSI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI `POTENSI SUMBER DAYA MINERAL Sebagai hasil proses geologi yang terus berlanjut di berbagai lokasi, telah dihasilkan berbagai jenis bahan galian, diantaranya: emas, perak, tembaga, timah hitam, pasir besi, mangan, belerang, kaolin, gipsum, tanah liat, batuapung, tras, batukapur, marmer, kalsit, batu, dan pasir. Keberadaan sumber daya mineral golongan A (strategis) berupa minyak dan gas bumi diperkirakan di lepas pantai utara Pulau Lombok, masih dilakukan penyelidikan dan telah pula dilakukan pemboran eksplorasi oleh perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA), namun belum
  • 2. diketahui tingkat keterdapatannya. Gambar 2.1: Peta Penyebaran/Trend Cekungan Hidrokarbon di lepas pantai utara Pulau Lombok (Pertamina) Dari hasil penyelidikan pendahuluan dan rinci sumber daya mineral golongan B (vital) telah ditemukan berupa : logam mulia (emas dan perak), logam dasar (timbal dan tembaga), logam besi serta mineral industri (belerang). Emas, perak dan tembaga merupakan endapan hidrothermal dengan indikasi berupa urat-urat kwarsa dengan ketebalan bervariasi, serta type pofiri. Indikasi adanya emas, perak dan tembaga ini hampir di seluruh wilayah Sumbawa bagian barat. Cebakan emas dan tembaga tipe porfiri dijumpai di lokasi Batu Hijau, Dusun Tongo Desa Sekongkang Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat. Kini sedang dilakukan tahap eksplorasi/produksi bahan galian golongan B berupa tembaga dan emas dan telah diketahui jumlah cadangan yang potensial. Bahan galian golongan C (non strategis/non vital) yang telah dan masih dieksploitasi adalah batu bangunan, tanah liat, tanah urug, pasir/sirtu, batugamping dan batuapung. Bahan galian tersebut sebagian besar digunakan sebagai bahan bangunan dan konstruksi jalan, kecuali batuapung telah dikirim ke luar daerah sebagai komoditi ekspor. Sumber Daya Mineral Logam Dan Kemungkinan Pengembangannya Potensi Mineral Logam Potensi sumber daya dan cadangan logam emas dan tembaga ditemukan di daerah Batu Hijau dan Dodo-Elang (Sumbawa), pasir besi di area pesisir Labuhan Haji (Lombok Timur) dan Tawun (Lombok Barat). Keberadaan pasir besi juga terdapat di pesisir Sangiang Darat, Sowa, Tololai dan Pantai Selatan Pulau Sumbawa. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
  • 3. Tabel 2.1 : Jumlah Potensi Sumber daya Mineral Logam di NTB Cadangan Jenis Luas Kelas Lokasi Kabupaten/Kota Mineral (Ha) Cadangan (Ton) Emas (Au) 1.Pelangan(Tembowong) Lombok Barat 1,395 75,00 Hipotetik Lombok Barat 0,291 75,00 Hipotetik 2. Pelangan Simba Sumbawa 1,671 200,00 Tereka 3. Dodo Sumbawa 353,808 200,00 Terukur 4. Batuhijau Bima 0,390 1,00 Tereka 5. Sori Pesa Jumlah 357,501 551,00 Perak (Ag) 1. Sori Pesa Bima 3,900 1,00 Terukur 2. Batu Hijau Sumbawa 708,738 20,00 Jumlah / Total 712,638 21,00 Tembaga 1. Batu Hijau Sumbawa 4.700.000 200,00 Terukur (Cu) Jumlah / Total 4.700.000 200,00 Pasir Besi 1. Pantai Labuhan Haji Lombok Timur 200,00 20,00 Hipotetik (Fe) 2. Labuhan Gudang Alas Sumbawa 100,00 3,00 Hipotetik 3. Pantai Tolokalo Dompu 2.745,40 1,25 Hipotetik 4. Pantai Sanggar Bima 1.328,15 0,65 Hipotetik 5. Pantai Sowa Bima 2.025,38 0,31 Hipotetik 6. Pantai Tololai Bima 319,81 0,89 Tereka 7. Pantai Sangiang Barat Bima 4.817,40 1,40 Hipotetik 8. Pantai Wawu Bima 1.625,80 0,80 Tereka 9. Pantai Totonaro Bima 3.885,00 13,00 Terukur 10.Pantai Lere Bima 37,29 0,04 Tereka Jumlah / Total 17.064,23 29,34 Timbal 1. Lentek, Rambitan Lombok Tengah 2.450.000 2,00 Terukur (Pb) Jumlah / Total 2.450.000 2,00 Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTB Kemungkinan Pengembangannya Komoditi yang akan dikembangkan adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di Dodo-Elang dan Emas tipe sulfidasi epithermal di Pelangan.
  • 4. Gambar 2.2: Peta sumber daya mineral logam Tembaga Endapan bahan galian tembaga yang terdapat di Batu Hijau saat ini sedang ditambang oleh PMA. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 930.000.000 ton bijih dengan kadar 0,54% Cu atau setara dengan 5.020.000 ton tembaga. Emas Bahan galian emas sebagai mineral ikutan dari tambang tembaga diusahakan oleh PMA di daerah Batu Hijau. Sedangkan lima daerah prospek lainnya yaitu Dodo-Elang, Rinti, Lunyuk Utara, Teluk Panas di Pulau Sumbawa dan Sekotong di Pulau Lombok dapat dikembangkan di masa mendatang. Secara umum endapan emas di daerah ini terdiri dari dua tipe yaitu sebagai urat dan porpiri. Potensi sumber daya endapan emas yang telah diketahui secara keseluruhan adalah dengan kadar rata-rata 0,14 g/t Au atau setara dengan 377 ton emas. Timbal Endapan timbal tipe hidrotermal terdapat di daerah Senggoro, Kecamatan Plampang, Kabupaten Sumbawa dengan kadar dalam batuan 0,5% Pb dan 1,60 g/t Pb. Pasir Besi Endapan pasir besi terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan Bima. Bahan galian berupa endapan rombakan pantai dengan lapisan tipis. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 4.295 ton. Sebaran endapan pasir besi ini terdapat antara lain di daerah pantai Sangiang, pantai Sowa, pantai Wisata, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima dan Tawun, Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat.
  • 5. Perak Endapan bahan galian perak umumnya merupakan mineral ikutan dengan endapan emas, banyak ditemukan di Kabupaten Sumbawa dalam bentuk urat kwarsa dan stockwork tipe epithermal dengan kadar perak dalam batuan termineralisasi berkisar antara 5-66 g/t Ag. Endapan perak yang berasosiasi dengan emas dan air raksa dengan kadar 22-31 g/t Ag, ditemukan di Brang Air Panas, Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa. Kemungkinan Pengembangannya Komoditi yang akan dikembangkan adalah mineral emas dan tembaga dengan tipe porfiri di Dodo-Elang dan Emas tipe sulfidasi epithermal di Pelangan. = Sumber Daya Mineral Non Logam (Bahan Galian Mineral Industri) dan Kemungkinan Pengembangannya Jenis komoditi mineral non logam (mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu : bahan galian Golongan Non Logam terdapat sebanyak 34 jenis bahan galian, sampai saat ini yang dapat diketahui keterdapatannya 22 komoditi dengan klasifikasi cadangan yang bervariasi dari hipotetik hingga terindikasi. Untuk itu masih diperlukan penyelidikan lebih lanjut agar diperoleh data yang lebih akurat disamping ditemukannya komoditi baru. Penambangan/ekploitasi bahan galian golongan Non Logam : Batuapung, Batu Bangunan, Sirtu, Batu Kapur, Tanah Liat dan lainnya, pada umumnya dilakukan oleh perorangan secara tradisional dengan skala kecil pada lokasi yang terpencar tanpa dilengkapi dengan Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD), sehingga menimbulkan kerusakan lahan yang cukup luas dan untuk reklamasinya memerlukan dana yang tidak kecil dan cukup lama. Hal ini mengakibatkan kesulitan diperolehnya data produksi yang akurat disamping terpencarnya kerusakan lingkungan pada beberapa lokasi yang harus direklamasi sesuai peruntukan lahan berdasarkan Rencana Tata Ruang. Kemungkinan Pengembangannya Terbatasnya sarana/prasarana teknis baik berupa peralatan laboratorium, peralatan pemetaan dan pembuatan peta sehingga data kualitas bahan galian maupun penyiapan peta belum dapat dilaksanakan secara cepat dan tepat waktu. Tabel 2.2: Potensi Mineral Non Logam di Provinsi Nusa Tenggara Barat Tingkat Sumber Daya No Komoditas Keterangan Penyelidikan Jumlah (Ton) Klasifikasi 1. Andesit Prospek 1.800.00 Spekulatif Merupakan Lava dan breksi
  • 6. Pengamatan 49.040.00 Hipotetik ulkanik Pendahuluan 1.024.001.554 Memungkinkan 235.051.000 Detail Terbukti 2 Batuapung Prospection 96.013.000 spekulatif Batuapung yang memiliki kandungan 60,91% SiO 2 3 Batugamping Prospek 596.806.550 spekulatif Bahan dasar Kalsium Pengamatan 341.711.000 Hipotetik Karbonat(CaC0 3) Pendahuluan 127.612.500 Hipotetik 4 Belerang Pengamatan 275 Hipotetik Lempung pengotor 5 Bentonit Pengamatan 118.878.000 Hipotetik - 6 Dasit Pendahuluan 404.880.000 Hipotetik Material bangunan, agregat beton. 7 Diorit Pendahuluan 1.587.000 Hipotetik Putih terang, kekuningan 117.851.000 Hipotetik dan putih kecoklatan Pengamatan 8 Kalsedon Pengamatan 37.700 Hipotetik Putih kekuningan dan putih Detail Expl. 36.000 Terbukti kecoklatan 9 Kaolin Pengamatan 6.016.000 Hipotetik Mengandung senyawa SiO 2 :7,35%, Al 2 O 3 : 9,83%, Fe 2 O 2 :14,97% 10 Lempung Pengamatan 497.279.000 Hipotetik SiO2:19,52- Pendahuluan 9.302.900 Memungkinkan 60,72%:Al2O3:7,74- 23,35%, 11 Marmer Pengamatan 33.021.500 Hipotetik Marmer dengan kuat tekan Pendahuluan 1.336.626.000 Memungkinkan 600-800 kg/cm 2 36.726.000 Gamping kristalin dgn Kuat Eksplorasi Terbukti tekan 836 kg/cm 2, untuk Datail exterior & interior 12 Oker Pendahuluan 45.000 Memungkinkan Batuan vulkanik beku, kuning kemerahan 13 Pasir Pengamatan 80.000 Hipotetik Bercampur batuapung Pendahuluan 600.000 Spekulatif - 5.568.000 Spekulatif - Prospek 14 Pasir kwarsa Pengamatan 83.000 Hipotetik - 15 Perlit Pendahuluan 8.000 Possible kehijauan transparan 16 Pirofilit Pengamatan 84.332.000 Hipotetik -
  • 7. 17 Sirtu Pengamatan 3.309.981 Hipotetik Kerikil pasiran berukuran Prospek 2.230.000 Spekulatif alluvium Eksplorasi 75.000 Terbukti - Datail 18 Toseki Pengamatan 564.00 Hipotetik Tuff Hasil rombakan Pendahuluan 468.000 Hipotetik alterasi Hidrothermal, Putih kekuningan. 19 Trash Eksplorasi 506.00 Terbukti Berkualitas bagus dgn kuat Datail 2.128.300 Spekulatif tekan 2.97-7,7 kg/cm 2, dan 20,7-35 kg/cm 2, Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 2003 Belum seluruh Pemerintah Daerah Kabupaten terbentuk Dinas Pertambangan, disamping itu terbatasnya tenaga yang mempunyai pengetahuan di bidang Geologi dan Pertambangan pada Pemerintah Daerah, sehingga keterlibatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan data potensi maupun pemanfaatan bahan galian golongan C yang belum terjangkau oleh kegiatan inventarisasi bahan golongan C oleh Dinas Pertambangan Provinsi NTB sampai saat ini masih jauh dari yang diharapkan. Jenis komoditi mineral non logam (mineral industri) yang terdapat di NTB yaitu : Sirtu Endapan Sirtu tersebar di beberapa daerah kecamatan antara lain Ampenan Kota Mataram; Narmada, Labuapi, Gunungsari, Gerung Kabupaten Lombok Barat; Batukliang, Praya Timur Kabupaten Lombok Tengah; Aikmel, Selong, Sakra Kabupaten Lombok Timur; Alas, Taliwang, Moyo Hilir, Lape Lopok, Lenangguar, Plampang Kabupaten Sumbawa; Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat; Dompu, Hu’u, Kempo Kabupaten Dompu; Wera, Sape, Monta Kabupaten Bima; dan RasanaE Kota Bima. Potensi sumber daya secara keseluruhan 22.303.200 ton. Pemanfaatan Sirtu adalah sebagai bahan bangunan dan pembuatan jalan. Lempung Endapan Lempung tersebar di berbagai daerah antara lain di Ampenan Kota Mataram; Narmada, Gerung, Sekotong Kabupaten Lombok Barat; Praya Barat, Praya Timur, Sengkol, Pujut Kabupaten Lombok Tengah; Terara Kabupaten Lombok Timur; Dompu Kabupaten Dompu. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 538.745.025 ton. Pemanfaatan Lempung dapat digunakan untuk bahan dasar industri semen dan keramik. Andesit - Dasit - Diorit
  • 8. Bahan galian ini berupa komponen breksi dari endapan piroklastik lava dan intrusi terdapat di kecamatan Gerung, Sekotong, Bayan Kabupaten Lombok Barat, Praya Barat, Pujut Janapria, Praya Timur, Batukliang, Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah, Terara, Sakra, Masbagik, Pringgabaya, Sambelia, Selong, Keruak Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Plampang, Sumbawa Besar, Lape Lopok, Batulanteh Kabupaten Sumbawa, Hu’u, Dompu Kabupaten Dompu, RasanaE, Belo, Sape Kabupaten Bima. Potensi sumber daya secara keseluruhan diperkirakan sebanyak 1,750.571.604 ton. Pemanfaatan Batuan Andesit adalah untuk bahan bangunan dan pembuatan jalan. Batugamping Sebaran Batugamping terdapat di berbagai wilayah kecamatan, yaitu Sekotong Kabupaten Lombok Barat, Pujut, Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah, Keruak Lombok Timur, Seteluk, Jereweh, Taliwang, Moyohulu, Sumbawa, Alas Kabupaten Sumbawa. Dompu Kabupaten Dompu, Belo, Wera, Monta, Sape Kabupaten Bima. Potensi sumber daya Batugamping diperkirakan sebanyak 1.453.950.903 ton dengan kisaran kandungan CaO: 40 - 55%, MgO 0,55 - 1,05%. Pemanfaatan Batugamping untuk industri, konstruksi, pertanian, bahan pembuat semen, dan lain-lain. Batuapung Sebaran endapan Batuapung terdapat di kecamatan Bayan, Tanjung, Narmada, Gangga Kabupaten Lombok Barat; Pringgarata, Kopang, Batukliang Kabupaten Lombok Tengah; Selong, Terara, Masbagik, Sukamulia, Sakra Kabupaten Lombok Timur. Potensi Sumber daya Batuapung diperkirakan sebanyak 44.581.539 ton. Pemanfaatan Batuapung untuk bahan pencuci tekstil, filler, abrasive dan bahan bangunan.
  • 9. Fosfat Endapan Fosfat hanya terdapat di daerah Gua Bengkang, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Endapan berupa hasil kotoran kelelawar yang terdapat dalam gua batugamping. Potensinya diperkirakan sebanyak 21 ton dalam area seluas 236 m2, termasuk kategori kadar rendah yaitu 7,2% P2O5. Pemanfaatan Fosfat untuk industri deterjen dan industri kimia lainnya seperti pupuk. Kaolin Sebaran endapan Kaolin terdapat di Belinje, Kecamatan Praya Barat Kabupaten Lombok Tengah dan Taliwang, Seteluk Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya yang telah diketahui diperkirakan sebanyak 10.117.123 ton dengan kandungan A12O3 (17 %), Fe2O3 (1,27 %) dan SiO2 (71 %). Pemanfaatan Kaolin untuk bahan baku industri keramik. Tras Endapan tras tersebar di Kecamatan Gangga, Bayan, Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Pringgarata, Batukliang, Kopang Kabupaten Lombok Tengah, Selong, Aikmel, Masbagik Kabupaten Lombok Timur. Potensi sumber daya diperkirakan sebanyak 407.109.622 ton. Pemanfaatan Tras yang bermutu baik dapat digunakan sebagai bahan baku semen pozolan atau pembuatan batako dan pasir adukan. Toseki Sebaran Toseki terdapat di Kecamatan Hu’u Kabupaten Dompu dan Tonggotata, Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Potensi yang diketahui sekitar 846.501 ton. Umumnya dimanfaatkan untuk glasir dalam industri keramik. Gipsum Sebaran endapan Gipsum terdapat di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Keruak Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Alas, Ropang Kabupaten Sumbawa, Sape, Monta Kabupaten Bima. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 477 ton. Pemanfaatan komoditi ini untuk bahan interior dan kedokteran. Zeolit Sebaran endapan Zeolit terdapat di bukit Batuboka dan Gunung Tebui Kecamatan Praya Barat, Kabupaten Lombok Tengah dan Gunung Tebola, Moyo Hulu, Kabupaten Sumbawa. Potensi yang diketahui sebanyak 191.405 ton. Pemanfaatan komoditi Zeolit antara lain untuk makanan ternak, penjernih minyak goreng/air dan untuk batu hias.
  • 10. Kalsit Endapan Kalsit ditemukan di Ketapang dan Mencanggah, Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Potensi sumber daya yang diketahui sebanyak 6.293.438 ton dengan mutu baik sebagai bahan pemutih. Marmer Endapan marmer terdapat di Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat, Belo, Monta, Sape, RasanaE Kabupaten Bima. Potensi sumber daya marmer yang telah diketahui sebanyak 7.504.403.125 ton mutu baik dengan kuat tekan antara 700-900 kg/m. Marmer dapat dipakai sebagai lantai dan batu hias/tempel. Tabel 2.3: Potensi Marmer di Provinsi Nusa Tenggara Barat Kabupaten Lokasi Total (M³) Kabupaten Lombok 1. Baturimpang, Kecamatan Gerung 4.383 Barat 2. Sekotiong Barat, Kecamatan Gerung 1.314.024 Kabupaten Bima 1. Sumi, Kecamatan Sape 7.578.123 2. Ncera, Kecamatan Belo 637.500 3. Simpasai, Kecamatan Monta 6.000.000 4. Kampung Kumbe 95.999.500 5. Kaleo, Kecamatan Sape 19.235.000 Kabupaten Dompu 1. Doro Tengga, Kecamatan Dompu2. 708.750.000 2. Desa Katua 200.000.000 Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi NTB, 2003 Gambar 2.3: Peta Potensi Galian Marmer di NTB, Distamben 2004
  • 11. Perlit Endapan Perlit hanya terdapat di Doro Donggomasa, Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Potensi sumber daya diperkirakan sebanyak 10.000.000 ton. Mutu endapan Perlit belum dilakukan pemeriksaan yang terinci. Pemanfaatan bahan galian ini dapat dipakai sebagai campuran agregat beton ringan dan partisi peredam suara. Kalsedon Bentuk endapan Kalsedon berbongkah-bongkah. Sebarannya terdapat di Doropapa, Doro Keri dan Desa Boke, Kecamatan Sape, Kabupaten Bima. Potensi sumber daya yang telah diketahui sebanyak 38.828 ton. Pemanfaatan bahan galian ini dapat dipakai sebagai bahan gelas dan setengah permata. Belerang Sebaran endapan Belerang terdapat di kawasan Gunung Rinjani, Kokok Putih. Potensi yang diketahui adalah sebanyak 927 ton dengan kandungan Belerang antara 48.7 - 80.5%. Pemanfaatan bahan galian ini untuk industri pupuk, obat serta insektisida
  • 12. Gambar 2.4: Peta Keterdapatan Mineral Non Logam di NTB Batu Silika Bentuk endapan Batu Silika umumnya berupa bongkah-bongkah. Endapan ini terdapat di Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Keruak, Kabupaten Lombok Timur, Taliwang, Plampang, Lape, Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa, Sape, Belo, Wawo Kabupaten Bima. Potensi sumber daya ini diketahui sebanyak 8,353,577 ton. Bahan galian ini dapat dipakai sebagai bahan baku Semen Portland atau Silika Flux. Tanah Urug Sebaran Tanah Urug terdapat di Kecamatan Gerung, Gunungsari, Narmada Kabupaten Lombok Barat, Meraran Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa. Potensi sumber daya bahan galian ini sebanyak 10.829.400 ton. Dapat dipakai untuk keperluan bangunan. POTENSI SUMBER DAYA ENERGI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA Pembangunan ketenagalistrikan di NTB diarahkan untuk diversifikasi pemanfaatan energi primer pembangkit tenaga listrik, baik fosil maupun non fosil dalam rangka mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Program diversifikasi pemanfaatan energi primer untuk pembangkit tenaga listrik dalam rangka meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dan memberi kesempatan kepada usaha kecil dan koperasi, berpartisipasi dalam usaha pembangkitan tenaga listrik serta untuk mendorong industri penunjang tenaga listrik dalam negeri. Pembangkit Skala Kecil Tersebar (PSKT) yaitu dengan jumlah daya terpasang maksimum 1 MW yang memanfaatkan sumber energi terbarukan (mikrohidro, biomassa, panas bumi, surya, dan angin), penting untuk dikembangkan. =Sumber Daya Energi Minyak Bumi Dan Kemungkinan Pengembangannya Kotrak bagi hasil perminyakkan oleh BP Exploration – Pertamina, operator Gulf Resources Ltd. Wilayah kerja off Shore Sakala, luas wilayah kerja 10.320 km2, tanggal penandatanganan 11 Januari 1991 Persetujuan Presiden nomor/tanggal : 448/Pres/12/1990, 31 Desember 1990.
  • 13. Pengilangan Rencana pembangunan kilang minyak di Taliwang, Kabupaten Sumbawa oleh Mayhill Indonesia Trading and Services Limited kapasitas 125 MBSD, Perizinan Persetujuan BKPM nomor 863/I/PMA/2000 dengan masa berlaku sampai dengan tanggal 26 September 2003. Invenstasi kilang minyak sebesar 20 triliun (Lombok Post, rabu 14 Pembruari 2001). = Sumber Daya Energi Panas Bumi Dan Kemungkinan Pengembangannya Potensi Energi Panas Bumi Potensi panas bumi di NTB terdapat di tiga lokasi pada lingkungan gunung berapi, yaitu Sembalun Kabupaten Lombok Timur, Maronge Kabupaten Sumbawa dan Hu’u Kabupaten Dompu. Jumlah potensi panas bumi pada ketiga daerah tersebut mencapai sekitar 144 Mega Watt equivalent (Mwe) yang terdiri atas potensi hipotetik (± 74 Mwe), dan kemungkinan potensi (± 70 Mwe). Manifestasi yang ditunjukkan daerah tersebut setelah melalui pengukuran temperatur permukaan berkisar antara 350 C - 820 C. Potensi panas bumi terbesar berada pada Lapangan Panas Bumi Sembalun, yang mampu digunakan untuk pembangkit listrik skala kecil. Adapun tiga lokasi potensi panasbumi NTB yakni : 1. Lapangan Panas Bumi Sembalun, terletak antara 115°45’00”-119°25’00” BT; 8°05’00”- 9°10’15” LS. Manifestasinya berupa sumber air panas dan alterasi. Ketiga sumber air panas yaitu: Aik Kukusan, Aik Kalak dan Aik Sebu yang muncul di luar dinding kaldera Sembalun pada batuan lava, sedangkan alterasi berada di dalam dinding kaldera dekat hulu sungai Orok. 2. Lapangan panasbumi Maronge, terletak antara 117°13’30” -121° 37’30” BT dan 8° 40’00’-8° 27’00’ LS. Manifestasi panas bumi dipermukaan berupa airpanas dengan suhu 35-86°C, lapangan solfatar, fomarol dan tanah panas, perkiraan suhu bawah permukaan berdasarkan Na/Li Geothermometer berkisar antara 150-200°C. 3. Lapangan Panasbumi Hu’u, terletak pada koordinat 118°.30’.00” BT. -8°.50’.00” LS. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Geologi daerah panasbumi Hu’u terletak dalam jalur gunungapi Tersier bersusun basalt, andesit dan dasit. Interprestasi hasil pengukuran Sounding menunjukan suatu aktivitas panasbumi yang kuat di bawah permukaan. Apabila sumua lapisan konduktif dari true resistivity ternyata benar disebabkan oleh pengaruh panas di bawah permukaan, maka daerah yang dapat dianggap potensial diperkirakan 60 km2.
  • 14. Tabel 2.4: Potensi Panasbumi NTB Hipotetik Suhu Prospek TYPE No LOKASI Reservoir (Mwe) AIR PANAS (Mwe) (°C) 1. Sembalun Kabupaten Lotim (3 200 2,8 X 10 19 112 – 250 H 2SO 4, HCl, lok) - 8 ° 24'00" LS - 116° Joule SO 4 Sulfat 30'00" BT 2. Hu'u, Dompu (2 lok) 8 ° 50'00" 50 - 75 – 100 Bikar-bonat LS - 118° 30'00" BT 3. Maronge, Kab Sumbawa (2 50 - 99 – 102 Bikar-bonat lok) 8°41'50" LS - 117° 43'00" BT Jumlah 300 Sumber: Dit. Inventarisasi Sumber daya Mineral, DGSM tahun 2002 Kemungkinan Pengembangan Berdasarkan pengalaman dari keberhasilan Pertamina, banyak investor swasta yang ingin melakukan investasi, namun perlu pengkajian kembali pola pengusahaan panas bumi untuk mencari bentuk regulasi yang lebih tepat dan dapat dipertanggungjawabkan. =Sumber Daya Energi Air dan Kemungkinan Pengembangannya Potensi Energi Air Salah satu solusi menghadapi masalah kelistrikan terutama di daerah perdesaan adalah pembangkit listrik tenaga air skala mikro. Pemerintah Provinsi NTB telah memulai kegiatan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sejak akhir dasawarsa 80-an. Sampai saat ini telah dibangun delapan unit PLTMH dalam rangka program ketenagalistrikan perdesaan. Pada beberapa daerah irigasi, secara bertahap telah dibangun PLTMH menggunakan air irigasi, misalnya di Keru Lombok Barat dengan kapasitas masing-masing 30 Kw dan 35 Kw dengan jumlah konsumen
  • 15. 365 kepala keluarga (KK) yang tersebar di beberapa dusun di Desa Sedau Lombok Barat dan Desa Pemepek Lombok Tengah. Di sekitar lokasi ini yakni di dusun Selenai masih dimungkinkan untuk membangun 1 (satu) buah PLTMH yang dapat dipadukan dengan energi angin atau kincir angin (Hybrid technology). Kemungkinan Pengembangannya Sumber daya air mempunyai potensi yang cukup besar untuk menunjang kebutuhan sektor listrik. Peran PLTA/PLTMikrohidro sebagai penunjang pembangkit yang ada masih berpotensi untuk dikembangkan, namun biaya investasi PLTA/PLTM sangat besar, waktu pembangunan cukup lama sehingga harus dilakukan perencanaan yang mantap. Tabel 2.5: Potensi Tenaga Listrik (Hydropower/geothermal) Location Capacity (MW) Load Center PLTA Beburung 20,4 Lobar – Lotim PLTA Brang Beh 103,5 Sumbawa PLTA Brang Rhee 16 Sumbawa PLTM Kokok Putih 7,5 Lobar – Lotim PLTM Pekatano 68 Lombok Barat PLTM Muntur 2,8 Sumbawa PLTP Sembalun 39 Lombok Timur PLTP Maronge 6 Sumbawa PLTP Hu’u 36 Dompu Sumber : PLN (Persero) NTB th. 2003 = Sumber Daya Energi Angin Dan Kemungkinan Pengembangannya Potensi Energi Angin Potensi energi angin cukup memadai, karena kecepatan angin rata-rata berkisar 3,5 - 7 meter perdetik. Pusat Listrik Tenaga Angin yang sudah direalisasikan sebesar 7 KW (7 unit) merupakan percontohan dari LAPAN. Dari studi-studi yang telah dilakukan, di Pulau Lombok terdapat potensi energi angin sebesar ± 60 KW (dengan asumsi masing-masing lokasi dibangun 10 unit) sedangkan Pulau Sumbawa
  • 16. potensi energi angin sebesar ± 40 KW (dengan asumsi masing-masing lokasi dibangun 10 unit). Gambar 2.5: Peta potensi Energi Angin Nusa Tenggara Barat (LAPAN) Kemungkinan Pengembangannya Kecepatan angin rata-rata di Wilayah NTB sekitar 4,0 m/s pada ketinggian 15-24 meter dari permukaan tanah. Dengan kecepatan angin tersebut didapatkan pemanfaatan angin rata-rata sekitar 8 - 9 jam per hari (3000 jam/tahun). Tabel 2.6: Energi Angin Kecepatan Total Kaps. No. LOKASI Rata-rata Unit Kaps (Watt) (watt) (m/dtk) 1 Dusun Selayar 3 - 7,5 7 1000 7000 Desa Gelanggang, Kabupaten Lotim 2 Pulau Ketapang, Labuan Sangar 3-5 Pelampang 3 Soriutu Kec. Manggelewa 3-5 Kabupaten Dompu Sumber : Lapan, DPE NTB Efisiensi pembangkit 45%, harga konstruksi sebesar US$ 1200 /kWh (Nadjamuddin, 1999), umur teknis 20 tahun, biaya operasi dan pemeliharaan 2% dari investasi dan bunga sebesar 12%. = Sumber Daya Energi Matahari Dan Kemungkinan Pengembangannya Potensi Energi Matahari (Solar System) Peluang pengembangan potensi energi matahari lebih tinggi dan ekonomis dibandingkan dengan energi listrik tenaga diesel. Hal ini dicirikan oleh penyinaran matahari yang hampir rata-rata
  • 17. diatas 50 % setiap bulannya sehingga memiliki kualitas dan intesitas energi potensial yakni 4,51 watt/m2/jam. Kemungkinan Pengembangan Kondisi geografis Indonesia yang banyak memiliki daerah terpencil sulit dihubungkan dengan jaringan listrk PLN, dan sebagai negara tropis Indonesia mempunyai potensi energi surya yang tinggi. Tabel 2.7: Potensi Energi Matahari NTB TOTAL Radiasi KAPASITAS No. LOKASI UNIT THN kwh/m 2 /hari WATT LOMBOK BARAT 1 Desa Buwun Mas 4,51 75 4,125 98/99 2 Desa Pelangan 4,51 85 4,675 99/00 3 Desa Buwun Mas 4,51 36 1,980 2001 Sub Total 196 10,780 LOMBOK TENGAH Tersebar di 10 Desa pada 1 10 500 2002 masjid-masjid SUMBAWA 4 Ds.Senawang, Lunyuk 4,51 60 3,000 96/97 5 Ds. Mungkin, Lunyuk 4,51 120 6,000 97/98 6 Ds Pelat, Sumbawa 4,51 51 2,805 2000 7 Desa Bakat Monte 4,51 135 7,425 2001 8 Desa Bakat Monte 4,51 17 935 2001 Sub Total 383 20,165 DOMPU 9 Ds, Sorinomo, Pekat 4,51 40 2,000 94/95 Sub Total 40 2,000 BIMA
  • 18. 10 Bajo Pulau Kec. Pekat 4,51 50 2,500 95/96 TOTAL 639 35,945 Sumber: Distamben Prov. NTB, diolah. 2003 Hal ini terlihat dari radiasi harian yaitu sebesar 4,5 – 5,0 kWh/m2/hari. Berarti prospek penggunaan fotovoltaik dimasa mendatang cukup cerah. = Sumber Daya Energi Biomassa Dan Kemungkinan Pengembangannya Energi Biomasa Biomassa/biogas merupakan proses pembentukan gas yang mudah terbakar (gas methana CH4, Karbondioksida CO2, Hidrogen Sulfida H2S dan Amoniak NH3), yang dihasilkan dari limbah kotoran ternak/manusia, limbah industri/kota, pertanian dan peternakan melalui proses fermentasi biologi. Proses pembentukan biogas merupakan proses fermentasi anaerobik yang menggunakan mikroba anaerobik sebagai media pencerna, sehingga dihasilkan biogas dan sel-sel mikroba baru. Tabel 2.8: Data potensi biomassa hewan dan tanaman Kerbau Kuda Kelapa No. Kabupaten Sapi (ekor) Padi (Ton) (ekor) (ekor) (Ton) 1. Kodya Mataram 1.324 246 22.259 16.643 214,22 2. Lombok Barat 85.821 5.361 5.711 163.348 23..787,17 3. Lombok Tengah 73.196 12.298 5.838 328.715 9.384,00 4. Lombok Timur 62.008 3.668 7.861 281.024 8.925,00 5. Sumbawa 65.160 99.956 34.966 267.152 2.823,40 6. Dompu 29.372 12.377 4.840 87.524 752,43 7. Bima 58.089 29.966 10.619 181.173 506,36 Jumlah 374.970 163.870 92.094 1.325.579 46.92,58 Kemungkinan Pengembangan Pemanfaatan biogas sudah lama diterapkan khususnya di Indonesia, yang diterapkan sebagai energi alternatif untuk pemenuhan kebutuhan energi khusus di perdesaan. Namun sampai saat ini di NTB Digester Biogas belum dimanfaatkan secara optimal dan baru dalam tahap inventarisasi potensi. Potensi biomassa terabaikan ini perlu dikembangkan untuk mendapatkan tambahan energi di pedesaan, selain potensi yang cukup besar juga salah satu cara mengatasi permasalahan kotoran/persampahan. POTENSI KELISTRIKAN
  • 19. Pembangunan ketenagalistrikan diarahkan agar sektor ketenagalistrikan dapat mandiri dalam pendanaan, efisien dalam pengusahaan dan transparan dalam pengaturan. Selama kurun waktu 1995 hingga 2003, kebutuhan tenaga listrik di Provinsi NTB naik dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 11 % per tahun, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi NTB dalam kurun waktu tersebut diatas yang tercermin pada nilai rata-rata Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) sebesar 7,0 %, sehingga masih berada pada keseimbangan pertumbuhan ketenagalistrikan. Kondisi kelistrikan NTB sebagai berikut Tabel 2.9: Data pengusahaan Kelistrikan di Provinsi NTB Satuan Cabang KLP No Uraian Satuan Sinar NTB Mataram Sumbawa Bima Rinjani 1. Daya KW 113.681 28.427 24.512 10.346 166.620 Terpasang 2. Daya Mampu KW 59.060 14.085 15.365 3.240 95.461 3. Beban Puncak KW 69.608 13.803 14.205 4.308 96.787 4. Jaringan Kms 1.400.951 772,02 672.029 163.543 2.920,47 Tegangan Menengah (JTM) 5. Jaringan Kms 1.471.814 65,32 650.771 77.247 2.701,95 Tegangan Rendah (JTR) 6. Jumlah Plg 158.036 65.375 69.913 16.501 330.970 Pelanggan 7. Va VA 158.036.888 42.970.008 43.674.690 -- 244.281.356 Tersambung 8. Penjualan KWH 246.775.441 49.956.347 48.068.465 -- 344.997.406 9. Jumlah Travo Unit 915 360 330 223 1.605 10. KVA Travo KVA 95.566 23.349 23.961 8.650 142.876 Terpasang 11. Rasio % 37,63 76,47 5.130 -- 56,77 Elektrifikasi 12. Produksi KWH 308.990.429 63.223.303 25.055.912 9.718 433.362.561 Sendiri 13. Pemakaian KWH 8.749.983 987.779 2.107.362 11.845.124 Sendiri
  • 20. KWh kWh 300.240.446 62.235.524 59.041.467 421.517.437 disalurkan 14. Losess KWH 53.465.005 12.279.177 9.95 76.520.031 15. % Losess % 17.81 19.73 18.25 18.15 16. Desa Desa 328 148 6 8 668 Berlistrik 17. Dusun Dusun 2.351 486 72 35 3.477 Berlistrik Sumber: PT. PLN (Persero) 2004, Dinas Pertambangan dan Energi Prov. NTB 2004 Tabel 2.10: Jumlah pengusaha ketenagalistrikan untuk kepentingan sendiri (IUKS) Jumlah Total Daya No. Kabupaten/Kota Keterangan Pengusahaan Terpasang (KW) 1. Lombok Barat 33 5.024,5 2. Lombok Tengah 1 1.000 3. Lombok Timur 2 325 4. Sumbawa 2 184.345 IUKS PT. Newmont N.T. 5. Dompu 1 873 6. Bima 2 330 Total 39 191.897,5 Desa berlistrik NTB tahun 2002 sebesar 97,45 % dan dusun berlistrik sebesar 89,92 % sementara ratio kelistrikan rumah tangga Provinsi NTB tahun 2002 masih relatif cukup rendah yaitu sebesar 42,5 %. Rendahnya ratio kelistrikan akibat dampak belum banyaknya rumah tangga yang terpasang instalasi listrik. Jaringan distribusi PLN sebagian besar sudah melalui desa dan dusun yang ada, namun kemampuan masyarakat dan PT. PLN (Persero) untuk melistriki rumah tangga sangat terbatas. Kondisi ini merupakan tantangan kedepan bagi PT. PLN (Persero), Pemerintah, Investor dan Masyarakat dalam upaya bersama-sama meningkatkan ratio kelistrikan daerah NTB. Kondisi geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat yang merupakan wilayah kepulauan, merupakan salah satu kendala yang tidak memungkinkan untuk mengembangkan pembangunan ketenagalistrikan yang efisien dalam satu sistem jaringan yang utuh. Keberadaan penduduk yang lebih dari 80% di pedesaan dengan pola pemukiman berkelompok dan sangat tersebar mengharuskan kita untuk mengembangkan kebijakan pembangunan ketenagalistrikan spasial dalam satu sistem cluster yang bertumpu pada sumber energi setempat.
  • 21. Rincian jumlah Dusun berlistrik pada masing-masing Kabupaten/Kota Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tabel berikut: Tabel 2.11: Listrik Perdesaan NTB Dusun Kabupaten/Kota Berlistrik Belum Prosentase (%) Berlistrik Kota Mataram 247 0 100,00 Lombok Barat 490 72 87,18 Lombok Tengah 827 158 83,95 Lombok Timur 789 42 94,94 Sumbawa 461 43 91,46 Dompu 169 31 84,50 Kab./Kota Bima 421 44 91,99 Total 3.454 390 89,92 Sumber : PLN (Persero) tahun 2003 Tabel 2.12: Perkembangan pengusahaan pembangkit IUKS (Non PLN) No. Pembangkit Daya Terpasang Daya Mampu 1. PT. Newmont NT a. Diesel 47.025 MW 46.017 MW b. Uap 137.320 MW 136.915 MW 2. Captive Power 25.842 MW 20.803 MW 3. Air 0,206 MW 0,165 MW 4. Surya 0,129 MW 0,103 MW 5. Angin 0,007 MW 0,005 MW JUMLAH 210.187,342 MW 203.735,273 MW Sumber: Dinas Pertambangan dan Energi Prov. NTB tahun 2004 Kemungkinan Pengembangan Dari hasil prakiraaan, nampak bahwa kebutuhan tenaga listrik yang dapat dipasok oleh PT. PLN (Persero) Wilayah NTB secara keseluruhan mengalami kenaikan selama 10 (sepuluh) tahun yang akan datang atau mengalami pertumbuhan rata rata 4,95% - 7,24% per tahun untuk wilayah Lombok dan 4,67% - 6,95% untuk wilayah Sumbawa dan Bima. Ini berarti, kebutuhan tenaga
  • 22. listrik di NTB akan naik menjadi sekitar 160% pada tahun 2013 untuk skenario low, dan 195% atau hampir dua kali lipat untuk skenario high. Perkembangan pengusahaan tersebut belum dapat digunakan sebagai acuan permintaan “pasar“ mengingat adanya keterbatasan kemampuan PT. PLN (Persero) dalam pengusahaan pembangkit, jaringan dan harga jual listrik untuk memenuhi permintaan sambungan listrik oleh calon pelanggan. Sebagai gambaran keterbatasan PT. PLN (Persero) bahwa terdapat dalam daftar tunggu calon pelanggan listrik PLN tahun 2002 berkisar 9.000 calon pelanggan. = Peluang Investasi Sektor Ketenagalistrikan : • Rencana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di P. Lombok dengan kapasitas 2 x 25 MW Indent/Daftar tunggu PLN mencapai 9000 pelanggan • Investasi kelistrikan tidak hanya oleh PLN • Peluang kerjasama di bidang energi (Batubara, Migas) dengan daerah lain • Masih banyak dusun yang belum tersentuh listrik dengan kondisi geografis yang sulit • Belum dimanfaatkannya Energi Baru dan Terbarukan secara optimal • Penyediaan tenaga listrik masih mengandalkan tenaga Diesel (PLTD). SUMBER DAYA PERTANIAN TANAMAN PANGAN, PETERNAKAN DAN PERKEBUNAN = Potensi Sumber Daya Pertanian Tanaman Pangan Sebelum tahun 1980 NTB merupakan daerah rawan pangan, namun sejak berhasilnya sistem Tanam Gogo Rancah pada tahun 1981 dan menjadi daerah penghasil beras (pangan), mulai tahun 1984 menjadi pendukung stock pangan nasional. Bersamaan dengan itu, komoditas palawija dan hortikultura ikut berkembang. Padi Areal potensial untuk penanaman Padi seluas 396.941 Ha/tahun (tanam musim hujan 214.910 Ha dan musim kemarau 182.031 Ha). Pada tahun 2004 luas areal panen mencapai 329.505 Ha, sehingga terdapat peluang luas tanam 67.436 Ha. Produksi Padi tahun 2004 sebesar 1.476.494 ton gabah kering giling (gkg). Tabel 2.13: Intensitas Penanaman (IP) pada lahan sawah di NTB tahun 2003 Luas lahan* IP-100 %* IP-200 %* IP-300 %* No. Kabupaten (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 1 Mataran 1.768 - 19.00 1.749 2 Lobar 22.602 2.513 9.779.00 10.318
  • 23. 3 Loteng 51.947 26.451 14.227 11.269 4 Lotim 44.061 24.861 15.000 5.000 5 Sumbawa 51.071 25.948 20.991 4.132 6 Dompu 16.036 7.054 6.726 2.256 7 Bima 28.298 13.163 11.649 3.486 NTB 215.783 99.190 78.391 38.202 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB tahun 2003. *) Angka pembulatan Palawija Penanaman komoditi palawija pada umumnya dilakukan di lahan sawah, namun pada musim penghujan komoditi ini banyak ditanam di lahan kering. Potensi lahan kering di NTB yang berpeluang untuk pengembangan palawija mencapai 893.758,58 Ha dengan rincian sebagai berikut : Tabel 2.14: Peluang Peningkatan Penggunaan lahan kering NTB Tahun 2003 Potensi Luas lahan * Potensi untuk No. Kabupaten untuk Tan. Keterangan Kering (Ha) Hortikultura Pangan 1 Lobar 105.931 23.294 10.788 Pemanfaatan 2 Loteng 167.423 15.293 126.151 potensi untuk 3 Lotim 82.440 23.988 20.998 penanaman palawija 4 Sumbawa 268.007 89.495 110.850 & hortikultura 5 Dompu 67.545 28.392 15.718termasuh lhn yang 6 Bima 183.149 69.700 65.172 tdk diuasahakan : 7 Mataram 4.105 - - 56.902 ha 8 Kota Bima 15.158 5.920 1.111 NTB 893.758 256.082 350.788 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB *) Angka pembulatan Jenis komoditi palawija yang dikembangkan dan menjadi unggulan NTB adalah : Kedelai Potensi Kedelai tersebar di setiap Kabupaten dengan produksi mencapai 79.490 ton pada tahun 2004 dari areal panen seluas 68.169 ha. Pada tahun terakhir produksinya berfluktuasi sesuai permintaan pasar dan harga. Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, wilayah pengembangan Kedelai mencakup empat kabupaten, yaitu Lombok Tengah, Sumbawa, Bima dan Dompu dengan sentra seperti pada tabel berikut :
  • 24. Tabel 2.15: Potensi Pengembangan Kedelai di NTB Potensi (ha)* Pemanfaatan Kabupaten Sentra (Kecamatan) Lhn Krg Lhn Swh (ha) Kota Mataram - 1.251 1.251 Cakranegara, Ampenan Lombok Barat 5.025 4.000 4.354 Sekotong, Gondang, Bayan,Kediri Lombok 5.925 3.000 19.932 Jonggat, Praya, Praya Barat, Praya Tengah Barat Daya, Mujur,Pujut Lombok Timur 5.140 5.000 772 Pringgabaya, Aikmel Sumbawa 14.500 7.000 9.007 Utan/Rhee, Brang Rea, Alas, Ropang Dompu 10.036 3.000 8.481 Woja,Dompu, Pajo, Hu’u Bima 6.305 3.000 21.842 Belo,Monta,Woha,Wawo,Wera,Bolo, Sanggar Kota Bima 1.377 - 1.216 Semua Kecamatan NTB 48.308 26.251 66.855 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB *) Angka pembulatan Jagung Potensi Jagung tersebar di empat kabupaten, yaitu Lombok Barat, Lombok Timur, Sumbawa dan Dompu. Tahun 2004, total produksi Jagung mencapai 65.829 ton pipilan kering dari areal panen seluas 31.217 ha. Daerah potensial pengembangan Jagung di NTB adalah sebagai berikut : Tabel 2.16: Potensi Pengembangan Jagung di NTB Potensi (ha)* Pemanfaatan Kabupaten Sentra (Kecamatan) Lhn Krg Lhn Swh (ha) Kota Mataram - - 7 - Gerung,Sekotong,Kediri, Lombok Barat 5.975 9.000 5.224 Gn.Sari.
  • 25. Lombok Jonggat, Pringgarata 4.360 5.000 2.045 Tengah Sambelia,Peringgabaya, Lombok Timur 9.591 12.000 8.684 Wanasaba,Aikmel, Uthan/Rhee,Alas, Sumbawa 14.015 17.000 8.405 Seteluk,dan Labangka Dompu 6.800 6.000 2.263 Manggelewa,Kempo,Woja Bima 10.000 7.000 4.454 Semua Kecamatan Kota Bima 1.000 - 128 Semua Kecamatan NTB 51.741 56.000 31.210 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, tahun 2004 *) Angka Pembulatan Kacang Tanah Potensi Kacang Tanah tersebar disetiap kabupaten dengan produksi mencapai 45.494 ton di tahun 2004, dengan areal panen seluas 38.244 Ha. Kualitas dan spesifikasi tipe/ras Kacang Tanah pada masing-masing kabupaten bervariasi/berbeda. Potensi pengembangan Kacang Tanah dapat dilihat pada table berikut : Tabel 2.17: Potensi Pengembagan Kacang Tanah di NTB Potensi (ha)* Pemanfaatan Kabupaten Sentra (Kecamatan) Lhn Krg Lh. Swh (ha) Kota Mataram - - 191 Cakranegara Lombok Barat 6.825 2.000 13.557 Tanjung, Gangga, Narmada, Gn.Sari, Bayan dan Kediri Lombok 1.100 - 7.693 Pringgarata, Jonggat Tengah Pringgabaya, Wanasaba, Lombok Timur 1.586 1.000 884 Aikmel Sumbawa 6.190 - 3.687 Semua Kecamatan Dompu 5.375 - 1.156 Kempo,Pekat, Pajo, Hu’u Bima 22.257 2.000 10.115 Belo,Bolo,Wera,Sanggar, Lambu,Wowo Woha Kota Bima 1.205 - 961 Semua Kecamatan NTB 44.538 5.000 38.244
  • 26. Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan Kacang Hijau Potensi pengembangan Kacang Hijau dapat dilihat pada table berikut: Tabel 2.18: Potensi Pengembangan Kacang Hijau di NTB Potensi (ha)* Pemanfaatan Kabupaten Lhn. Lh. Swh Sentra (Kecamatan) (ha) Krg Kota - - 36 Cakranegara Mataram Lombok 380 1.000 1.751 Kediri, Gerung, Lembar dan Sekotong Barat Lombok 500 2.000 5.142 Jonggat, Praya, Praya Barat Daya Tengah Lombok 453 3.000 1.929 Pringgabaya, Selong Aikmel Timur Sumbawa 30.500 8.000 37.047 Taliwang, Moyohilir, Lape /Lopok, Plampang dan Empang Dompu 590 1.000 536 Woja,Dompu, Pajo, Hu’u Bima 3.250 1.000 825 Belo,Monta,Woha,Wawo,Wera,Bolo,Sanggar Kota Bima 115 - 81 RasanaE Barat NTB 35.788 16.000 47.347 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004* Angka pembulatan Peluang investasi : 1 Usaha budidaya pola kemitraan dengan petani melalui penyediaan sarana produksi, teknologi, . alat pengolahan, dan jaminan pemasaran 2 Berbagai industri pengolahan hasil pasca panen seperti: . a. Kacang hijau diolah menjadi jus sari kacang hijau serta aneka olahan yang terbuat dari kacang hijau. b. Jagung diolah menjadi marning, emping jagung, dipang jagung, tepung jagung dan lain- lain, industri pembuatan pakan ternak. c. Kacang tanah diolah menjadi kacang garing, kacang telur, dan industri bahan pangan dari kacang tanah. 3 Pengembangan pemasaran antar daerah/antar pulau melalui kerjasama pemasaran antar
  • 27. . daerah dan ekspor. Potensi Hortikultura Bawang Merah Berdasarkan kesesuaian lahan, komoditi Bawang Merah diusahakan hampir di seluruh Wilayah Kabupaten se-NTB, namun pengembangan yang lebih intensif diusahakan oleh petani di Kabupaten Lombok Timur dan Bima. Total produksi Bawang Merah pada Tahun 2003 mencapai 82.838,3 ton dari areal panen seluas 8.801 ha. Potensi pengembangan Bawang Merah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.19: Potensi dan Pemanfaatan Lahan Pengembangan Bawang Merah Potensi (ha)* Pemanfaatan* Kabupaten Lhn Sentra (Kecamatan) Lhn Krg (ha) Swh Kota Mataram - - - Lombok Barat 284 2.000 284 Bayan, Gerung Lombok 18 - - Tengah Lombok 1.615 2.000 1.615 Aikmel,Sembalun,Pringgabaya, Timur Wanasaba Sumbawa 1.500 3.000 1.500 Plampang,Ropang,Sumbawa,Utan/Rhe, Alas,Jerewh,Brang Rea, Sekongkang Dompu 925 1.000 925 Kempo Bima 12.646 2.000 12.646 Semua Kecamatan Kota Bima 22 22 Asakota NTB 17.010 8.000 16.992 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan Cabe Berdasarkan tingkat kesesuaian lahan, pengembangan Cabe terdapat di seluruh Kabupaten se- NTB. Produksi Cabe pada tahun 2003 sebanyak 52.164 ton dari luas panen 7.258 Ha. Potensi pengembangan Cabe perkabupaten se-NTB dapat dilihat pada tabel berikut :
  • 28. Tabel 2.20: Potensi dan Pemanfaatan Areal Pengembangan Cabe Potensi *) (ha) Pemanfaatan Kabupaten Sentra (Kecamatan) Lh. Krg Lh. Swh *) (ha) Kota Mataram - - - - Lombok Barat 1.300 500 1.300 Kediri , Gerung, Narmada Lombok 826 - 826 Pringgarata, Jonggat Tengah Lombok Timur 7.379 1.000 7.379 Selong, Masbagek Sumbawa 1.500 436 1.500 Sumbawa Besar, Alas Dompu 1.175 500 1.175 Dompu Bima 3.434 1.000 3.434 Bolo Kota Bima 8 - 8 RasanaE Timur Jumlah 15.622 3.436 15.622 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan Kangkung Pengembangan komoditi Kangkung unggulan hanya terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram yang dibudidayakan dengan menggunakan lahan sawah yang berpengairan tehnis (tersedia air sepanjang tahun). Umumnya daerah kabupaten/kota se Pulau Lombok memiliki potensi cukup besar untuk usaha budidaya Kangkung, namun tingkat produktivitas masing- masing kabupaten/kota berbeda. Produksi Kangkung di Lombok Barat mencapai 404 ton dengan areal panen seluas 49 ha, sedangkan di Kota Mataram produksinya 1.078 ton dengan areal panen 34 ha. Total produksi Kangkung NTB adalah 2.617 ton dengan areal panen seluas 221 ha. Peluang investasi yang dapat ditawarkan dalam upaya pengembangan agribisnis bawang merah, cabe dan kangkung antara lain adalah : 1. Usaha budidaya pola kemitraan dengan petani melalui penyediaan sarana produksi, teknologi, alat pengolahan, dan jaminan pemasaran 2. Berbagai industri pengolahan yang menunjang industri makanan. Pengembangan industri rumah tangga melalui pengembangan alat pengolahan (seperti bawang goreng) skala kecil, tepung cabe maupun saos (sambel) cabe serta berbagai industri yang menunjang bahan makanan. 3. Pengembagan pemasaran antar daerah atau antar pulau melalui kerjasama pemasaran antar daerah/Provinsi dan ekspor. Buah-buahan
  • 29. Mangga Potensi pengembangan Mangga tersebar diseluruh kabupaten se-NTB, Areal paling potensial terdapat di Kabupaten Sumbawa dan Bima, namun belum dimanfaatkan. Produksi Mangga tahun 2003 mencapai 390.108 ton dengan total luas panen 14.519,05 Ha. Penyebaran potensi perkabupaten dan sentra pengembangannya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.21: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Mangga Potensi (ha) Pemanfaatan Kabupaten Sentra (Kec.) *) (ha) Kota Mataram - 365 Bayan, Gangga, Narmada, Kediri, Lombok Barat 4.107 4.107 Sekotong Lombok Batukliang, Kopang, Mantang, 4.865 1.378 Tengah Pringgarata, Jonggat dan Pujut Pringgabaya, Sambelia, Aikmel, Lombok Timur 3.027 1.570 Sukamulia, Sakra Keruak Lunyuk, Seteluk, Plampang, Sumbawa 19.000 4.313 Empang dan Utan/rhee Dompu 6.636 370 Semua kecamatan Bima 25.116 784 Semua kecamatan Kota Bima 955 1.232 Jumlah 63.706 14.519 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan Manggis Potensi pengembangan komoditi Manggismencapai 7.889,71 Ha namun baru termanfaatkan seluas 94,62 Ha. Produksi Manggis tahun 2003 mencapai 201 ton dari areal seluas 84,62 Ha. Penyebaran areal potensial pengembangan per kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut.
  • 30. Tabel 2.22: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Manggis Kabupaten Potensi Pemanfaatan Sentra (Kecamatan) (ha)*) (ha)*) Kota Mataram 11 - - Lombok Barat 120 81 Lingsar, Narmada dan Batu Layar Lombok 4.600 2 Batukliang, Pringgarata Tengah Lombok Timur 59 9 Sikur dan Montong Gading Sumbawa 3.000 1 Batu Lanteh, Ropang, Brang Rea, Alas Dompu 100 - Pekat Bima - 2 - Kota Bima - - - NTB 7.890 95 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan Rambutan Produksi komoditi Rambutan tahun 2003 mencapai 4.098,3 ton dari areal panen seluas 2.079 Ha, dari total areal potensial seluas 13.617,36 Ha. Areal potensial pengembangan komoditi Rambutan adalah di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah dan Sumbawa, namun dari areal potensial tersebut Lombok Barat telah memanfaatkan peluang dengan baik. Penyebaran areal potensial dan sentra produksinya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.23: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Rambutan Potensi *) Pemanfaatan*) Kabupaten Sentra (Kecamatan) (ha) (ha) Kota Mataram 16 108
  • 31. Lombok Barat 1.335 1.712 Narmada , Lingsar, Gunungsari Lombok 1.400 140 Pringgarata, Batukliang Tengah Lombok Timur 253 69 Sikur, Mtg. Gading,Terara Sumbawa 9.500 46 Batu Lanteh, Moyo hilir, Alas Dompu 400 2 Pekat, Woja Bima 704 1 Wawo dan Tambora Kota Bima - 1 - NTB 13.618 2.079 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan Sawo Pengembangan Sawo sebagian besar dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur dan Sumbawa. Produksi tahun 2003 mencapai 2.862,6 ton dari areal panen seluas 1.136,76 Ha, dari luas areal potensial pengembangan seluas 42.030,39 Ha. Penyebaran areal potensial per kabupaten dan sentra produksinya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.24: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Sawo Kabupaten Potensi *) Pemanfaata Sentra (Kecamatan) (ha) *) (ha) Kota Mataram - 11 - Lombok Barat 121 121 Narmada , Lingsar, Gerung, Bayan Lombok Tengah 1.450 42 Pringgarata, Jonggat, Pujut
  • 32. Lombok Timur 107 95 Pringgabaya, Masbagik dan Lb. Haji Sumbawa 37.388 858 Plampang, Uthan Rhee dan Empang Dompu 1.250 2 Manggalewa, Woja dan Kempo Bima 1.709 3 Awo, Tambora dan Monta Kota Bima 6 4 - NTB 42.031 1.136 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan Pisang Komoditi terdapat di seluruh kabupaten se-NTB, dengan jenis Pisang Kepok, Ketip dan Kapendis. Penyebaran areal potensial pengembangan per kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.25: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Pisang Pemanfaatan*) Kabupaten Potensi*)(ha) Sentra (Kecamatan) (ha) Kota Mataram - 284 Lombok Barat 2.812 11.017 Semua Kecamatan Lombok 1.544 5.023 Kopang, Batukliang, Tengah Pringgarata. Lombok Timur 5.092 18.775 Pringga Baya, Sukamulya, Lb Haji Sumbawa 33.963 719 Semua Kecamatan Dompu 3.241 5.718 Pekat, Woja, Hu'u, Mangge lewa Bima 19.126 935 Belo, Sape, Donggo, Lambu,Bo;o Kota Bima 112 693 Rasana'e Timur,Rasana'e Barat NTB 65.890 43.164 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan Nenas
  • 33. Ketersediaan areal potensial untuk pengembangan Nenas terbesar adalah di Kabupaten Lombok Tengah, namun pengembangan cukup baik ada di Kabupaten Lombok Timur terutama di Kecamatan Sukamulia dan Masbagik. Penyebaran areal potensial per kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.26: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Nanas Potensi *) Kabupaten Pemanfaatan*)(ha) Sentra (Kecamatan) (ha) Kota Mataram - 1 - Lombok Barat 7 4.062 Gunungsari, Batu Layar, Lombok 110.171 1.469 Pringgarata, Batukliang, Tengah Lombok Timur 2.885 8.904 Masbagik, PringgaselaSukamulya. Sumbawa 3.000 244 Ropang, Alas, Lunyuk, Batulanteh Dompu 750 269 Pekat, Manggelewa. Bima - 13 - Kota Bima - 18 - NTB 116.813 14.980 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka Pembulatan Durian Durian merupakan salah satu komoditi unggulan NTB, terutama Durian Presak, karena memiliki warna, aroma dan rasa yang spesifik, telah menjadi komoditi unggul nasional. Pengembangannya mempunyai prospek yang sangat baik terutama di Kabupaten Lombok Barat Kecamatan Narmada), Kecamatan Lingsar, Gunung Sari dan Bayan. Penyebaran areal potensial per kabupaten dan sentra pengembangannya dapat dilihat pada tabel berikut.
  • 34. Tabel 2.27: Potensi dan Kesesuaian Lahan Pengembangan Durian Kabupaten Potensi*) Pemanfaatan Sentra (Kecamatan) (ha) *) (ha) Kota Mataram - - - Lombok Barat 681 203 Narmada , Lingsar, Gn. Sari Lombok Tengah 1.268 56 Batukliang, Lombok Timur 101 23 Sikur, Pringgasela, Aikmel Sumbawa 2.000 15 Alas, Taliwang, Batulanteh Dompu 1.141 1 Pekat, Woja, Manggelewa Bima 1.151 3 Monta, wawo, Donggo Kota Bima 1 3 - NTB 6.343 306 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2004 *) Angka pembulatan = Potensi Sumber Daya Peternakan Sumber Daya Peternakan memiliki peranan penting dalam pengembangan sosial ekonomi masyarakat. Jumlah peternak pada tahun 2004 mencapai 684.594 KK dengan jumlah ternak sekitar 513.500 animal unit (AU), terbesar sapi dan kerbau sebanyak 464.689 AU. Peternakan sapi potong sekitar 57 % diusahakan secara intensif oleh masyarakat di Pulau Lombok, sedangkan populasi kerbau sekitar 83 % dikembangkan oleh masyarakat di Pulau Sumbawa. Komoditi peternakan komersial lainnya yang dikembangkan adalah kambing, kuda, ayam potong, itik, ayam buras, domba, babi dan produk olahan asal ternak. Sapi
  • 35. Sapi yang dikembangkan adalah jenis Sapi Bali. Jenis ini adalah salah satu komoditi unggulan yangmemilki pasar domestik yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan, Sulawesi dan Papua serta pasar ekspor yaitu: Hongkong, Singapura, Malaysia, Timor Leste dan negara-negara ASEAN lainnya. Pemerintah Provinsi NTB telah merintis pengembangan kawasan agribisnis berbasis Sapi potong di setiap kabupaten. Hal ini dimaksudkan agar dapat dihasilkan Sapi bibit berkualitas ekspor secara kontinyu antara 1.500 – 2.000 ekor pertahun per lokasi kawasan. Produksi Sapi potong rata-rata sebanyak 61.000 ekor per tahun. Hasil produksi tersebut untuk memenuhi konsumsi lokal sekitar 43.900 ekor (72 %) dan Rumah Potong Hewan (RPH) sebanyak 6.100 ekor (10 %).Surplus hasil produksi Sapi potong setahun sekitar 11.000 ekor (18%). Adapun populasi Sapi sekitar 419.569 ekor, 43 % berada di pulau Sumbawa dan 57 % di pulau Lombok. (lihat Tabel 2.28) Babi Populasi Babi pada tahun 2003, sebanyak 31.689 ekor. Lokasi kawasan pengembangan ternak Babi umumnya berada di permukiman masyarakat Hindu Bali, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 15 % per tahun. Jenis Babi yang dikembangkan adalah Babi lokal dan hasil persilangan. Produksi bibit lebih kurang 15.000 ekor dan jantan 12.200 ekor. Pemasaran Babi memiliki daya saing pasar cukup bagus terutama dipasar lokal, Bali dan Papua. Kerbau Kerbau di NTB memiliki keunggulan dan daya saing pasar yang hampir sama dengan ternak sapi. Jenis Kerbau yang dikembangkan adalah jenis Kerbau Lumpur, karena mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup bagus terhadap lingkungan (iklim, pakan dan pengangkutan). Populasi Kerbau pada tahun 2003 tercatat sebanyak 161.359 ekor, (83,20 % diantaranya berada di pulau Sumbawa). Kuda Jenis Kuda yang dikembangkan adalah Kuda Sumbawa, umumnya digunakan untuk angkutan cidomo, Kuda pacuan dan ternak potong. Populasi ternak Kuda sebanyak 73.623 ekor.
  • 36. Produksi Kuda potong lebih kurang 7.400 ekor per tahun dan Kuda bibit sekitar 5.200 ekor per tahun. Komoditi ternak Kuda umumnya dipasarkan di pasar lokal. Hanya 30 % dipasarkan ke luar daerah terutama Jawa Timur. Sedangkan Kuda penghasil susu masih merupakan ternak yang spesifik dan hanya terdapat di Kabupaten Dompu dan Bima. Kambing Sentra pengembangan ternak Kambing adalah di daerah lahan kering, umumnya di Pulau Sumbawa dan beberapa wilayah kecamatan di Pulau Lombok seperti Sakra, Keruak, Pringgabaya, Gangga dan Bayanss. Populasi ternak Kambing sebanyak 282.500 ekor dengan produksi Kambing potong dan Kambing bibit sebanyak 100.000 ekor per tahun. Pemasaran ternak Kambing cukup prospektif, baik untuk pasar lokal maupun perdagangan antar pulau. Rata-rata produksi daging beku yang dikirim ke DKI Jakarta sebanyak 20.000 kg pertahun. Ayam dan Itik Keberadaan NTB sebagai salah satu daerah kunjungan wisata, ikut mendorong perkembangan usaha komoditi Ayam Buras. Permintaan produksi Ayam Buras berupa Ayam Potong dan telur terus meningkat, terutama untuk pasar lokal guna memenuhi kebutuhan rumah makan khas Lombok “Ayam Taliwang” dan rumah makan lainnya. Sedangkan hasil produksi Ayam Jago untuk memenuhi pasar luar seperti Bali dan Jawa Timur lebih kurang mencapai 25.000 ekor per tahun. Sedangkan populasi ternak Itik pada tahun 2003 adalah sebanyak 476.060 ekor, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,34 % per tahun. Dari produksi tersebut, diperkirakan produksi telur Itik sebanyak 34 juta butir pertahun atau 2.125 ton pertahun. Produksi ternak Itik digunakan untuk memenuhi pasar lokal dan Bali, sedangkan produksi telur asin, yang merupakan salah satu komoditi unggulan NTB, umumnya untuk memenuhi permintaan pasar luar daerah NTB mencapai 25.000 butir per minggu, namun kemampuan mensuplai baru terpenuhi 50 %. Adapun populasi ternak pada tahun 2003 untuk berbagai jenis ternak, dapat dilihat pada Tabel 2.28 Peluang Pengembangan Peluang investasi dalam rangka pengembangan usaha peternakan antara lain dari data kebutuhan
  • 37. daging secara nasional adalah sebanyak 374.000 ton, namun hanya mampu dipenuhi sebanyak 307.000 ton, sehingga terdapat kekurangan pasokan sebanyak 67.000 ton pertahun. Adapun pasar potensial yang menjadi peluang bagi NTB dalam memasok kebutuhan daging antara lain wilayah DKI Jakarta (Jabotabek), Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Potensi bahan baku pakan ternak dan populasi unggas cukup besar, namun belum didukung dengan adanya pabrik pakan ternak dan sarana pembibitan (hatchery), sehingga hampir semua sarana produksi berupa bahan pakan ternak dan DOC didatangkan dari luar daerah NTB. Demikian pula halnya dengan belum tersedianya Rumah Potong Ayam (RPA) yang memenuhi standar, sedangkan produksi ayam potong lebih kurang sebanyak 10 juta ekor per tahun, sehingga untuk memenuhi kebutuhan pasar komersial seperti hotel berbintang, swalayan, restoran dan industri di NTB masih dipasok dari luar daerah. Tabel 2.28: Populasi Ternak di Provinsi NTB Tahun 2003 Sumber Data : Dinas Peternakan Provinsi NTB, Tahun 2004. Ekspor sapi bibit, sejak tahun 2001 telah dirintis ke Malaysia dan Timor Leste sebanyak 3.470 ekor. Pasar ekspor akan diperluas ke negara-negara ASEAN lainnya, disamping upaya-upaya memanfaatkan peluang untuk memperluas jaringan usaha di wilayah Asia Pasifik yang tergabung dalam AFTA yang diharapkan dapat menjadi peluang meningkatkan kerjasama antar regional. Peluang usaha peternakan yang potensial dikembangkan di NTB adalah : (1) Usaha pembibitan berupa sapi potong, kerbau, babi, kambing dan ayam ras (2) Kemitraan usaha penggemukan sapi dan kerbau (3) Pengembangan peternakan unggas berupa usaha pembibibitan (hatchery) dan pengembangan pabrik pakan
  • 38. (4) Kerjasama kemitraan dengan peternak (5) Kerjasama supply - demand ternak potong dan bibit (6) Kerjasama supply - demand daging beku (7) Supply - demand bibit hijauan pakan ternak (8) Usaha pengolahan hasil peternakan - Pembangunan Rumah Potong Ayam - Unit pengolahan dendeng dan abon - Pembuatan telur asin - Pembuatan kerupuk kulit,ceker dan paru - Home industri permen susu kerbau,susu kuda dan kerajinan kulit - Industri pupuk organik (kotoran ternak) = Potensi Sumber Daya Perkebunan Potensi areal perkebunan seluas 665.314 ha, telah dimanfaatkan mencapai 185.969 ha atau 27,95%. Pemanfaatannya meliputi tanaman keras 157.909 ha dan tanaman semusim 28.060 ha. Sebagian besar usaha perkebunan merupakan perkebunan rakyat 97,09%, sisanya merupakan perkebunan besar. Terdapat 20 jenis komoditi perkebunan yang dikembangkan terdiri atas 13 jenis tanaman tahunan dan tujuh jenis tanaman semusim. Tiga belas jenis tanaman tahunan yang dikembangkan terdiri atas: Kelapa, Jambu Mete, Kopi, Kakao, Vanili, Cengkeh, Kapuk, Pinang, Lada, kemiri, aren, lontar dan Asam. Sedangkan tanaman semusim yang dikembangkan adalah: Tembakau Virginia, Tembakau Rakyat, Kapas, Jarak, Tebu dan Wijen. Kelapa Areal tanaman Kelapa seluas 67.784 ha dengan total produksi dalam bentuk kopra mencapai 51.491 ton. Tanaman yang belum menghasil-kan seluas 11.183 ha dan tanaman yang sudah tua dan rusak seluas 2.804 ha. Areal tanaman Kelapa terluas terdapat di Lombok Barat, dengan luas areal 22.102 ha. Potensi ini baru dikelola oleh satu perusahaan lokal namun belum mampu menyerap seluruh produksi Kelapa rakyat, sehingga sangat terbuka peluang investasi dalam bidang proses pengolahan Kelapa rakyat di NTB, terutama di Pulau Sumbawa. Tabel 2.29: Penyebaran Areal Potensi Komoditi Kelapa di Provinsi NTB Tahun 2003 Luas Areal (Ha) *) Rt. Prod Produksi Sentra Prod No Kabupaten/Kota *) TBM TM TR Jumlah * (Ton) (Kg/Ha) (Kecamatan ) 1. Lombok Barat 2,094 19,422 586 22,102 23,983 1,235 Gerung, Sekotong, Narmada,
  • 39. Gunungsari, Tanjung, Gangga, Bayan, Kayangan, Lembar, Pemenang 2. Lombok Tengah 1,415 13,275 810 15,500 11,893 896 Pujut, Praya Barat, Praya Barat Daya, Kopang, Batukliang, Batukliang Utara, Pringgarata, Jonggat 3. Lombok Timur 2,546 11,317 1,126 14,989 8,986 794 Labuhan Haji, - Perkebunan Pringgabaya, Rakyat Sambelia - PBS 4. Sumbawa 2,532 3,873 0 6,405 3,089 798 Labuhan Badas, Alas Barat, Taliwang, Lunyuk 5. Dompu 610 1,612 76 2,298 1,136 704 Kempo 6. Bima 1,915 3,708 57 5,680 2,184 589 Woha, Lambu 7. Kota Mataram 71 422 150 643 214 508 Mataram, Cakranegara, Ampenan Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan TBM = Tanaman Muda Belum menghasilkan; TM = Tanaman Menghasilkan; TR = Tua, Rusak Jambu Mente Luas areal Jambu Mente 56.605 ha terdiri atas tanaman yang belum menghasilkan seluas 21.230 ha, tanaman menghasilkan 28.529 ha dan tanaman tua dan rusak seluas 8.846 ha. Produksi mente dalam bentuk biji gelondong mencapai 11.744 ton. Areal tanaman Jambu Mente terluas terdapat di Lombok Barat, yang mencapai 21.432 ha. Untuk meningkatkan potensi investasi komoditi Jambu Mente, pemerintah secara terus menerus melakukan perluasan areal tanam pada lahan-lahan kering yang berpotensi. Pemasaran biji mente dan mente olahan telah menembus pasar internasional yaitu Negara Hongkong, Vietnam, Cina dan Taiwan. Tabel 2.30: Penyebaran Potensi Komoditi Jambu Mente di Provinsi NTB Tahun 2003.
  • 40. Luas Areal (Ha) *) Produksi Rt. Prod Sentra Prod No Kabupaten/Kota TBM TM TR Jumlah (Ton)* (Kg/Ha)* (Kecamatan ) 1. Lombok Barat 6,049 12,699 2,684 21,432 4,070 320 Sekotong, Tanjung, Gangga, Bayan, Kayangan, Lembar, Pemenang. 2. Lombok Tengah 157 3,242 184 3,583 551 170 Pujut, Praya Barat Daya, Janapria. 3. Lombok Timur 1,550 2,452 433 4,434.35 1,530 624 Sambelia, Labuhan Haji, Pringgabaya. 4. Sumbawa - Perk. Rakyat 4,818 3,726 371 8,915 1,257 337 Labuhan Badas, Utan/Rhee, Plampang. 5. Dompu - Perk. Rakyat 4,228 5,037 209 9,474 3,786 752 Pekat. 6. Bima 3,629 1,174 1,579 6,382 540 460 Donggo. 7. Kota Mataram 0 0 0 0 0 0 - Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan Kopi Luas areal tanaman Kopi mencapai 12.497 ha terdiri atas tanaman belum menghasilkan 3.662 ha, tanaman menghasilkan 7955 ha dan tanaman yang tua dan rusak seluas 875 ha. Produksi Kopi di NTB mencapai 4.929,90 ton dalam bentuk butiran. Baru terdapat dua perusahaan yang memanfaatkan potensi di wilayah Tambora Pulau Sumbawa dan di Kabupaten Lombok Tengah, dengan areal pengelolaan yang terbatas. Areal lainnya masih dikelola secara tradisional oleh masyarakat sehingga belum mampu memberi hasil yang optimal. Oleh karena itu sangat terbuka peluang bisnis di bidang budidaya dengan pola kemitraan bersama masyarakat serta di bidang proses pengolahan biji Kopi menjadi barang jadi (bubuk Kopi, Kopi instant). Potensi areal dan sentra produksi Kopi pada tabel berikut . Tabel 2.31: Penyebaran Areal dan Produksi Kopi di Provinsi NTB Tahun 2003. No Kabupaten/Kota Luas Areal (Ha) *) Produksi Rt. Prod Sentra Prod
  • 41. TBM TM TR Jumlah (Ton) * (Kg/Ha)* (Kecamatan ) Narmada , Tanjung, 1. Lombok Barat 248 1,681 80 2,009 1,024 609 Gangga, Bayan 2. Lombok Tengah Batukliang, - Perk. Rakyat 9 1,164 4 1,177 351 301 Batukliang Utara, Pringgarata Pringgasela, 3. Lombok Timur 254 841 443 1,538 533 633 Sembalun Alas, Ropang, 4. Sumbawa 2,144 2,429 0 1,573 1,337 551 Batulanteh 5. Dompu 541 683 0 1,224 337 494 Pekat 6. Bima 322 746 33 1,101 925 1,240 Donggo, Tambora 7. Kota Mataram 5 7 4 16 2 312 Ampenan Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan Kapuk Luas areal Kapuk 4.707 ha terdiri atas tanaman belum menghasilkan 641 ha, tanaman yang sudah menghasilkan 3.592 ha, tanaman tua dan rusak 514 ha. Produksinya 1.413 ton serat bersih. Potensi areal dan sentra produksi komoditi Kapuk pada tabel berikut. Tabel 2.32 : Penyebaran Areal dan Produksi Kapuk di Provinsi NTB Tahun 2003. Luas Areal (Ha) *) Rt. Prod Produksi Sentra Prod No Kabupaten/Kota * TBM TM TR Jumlah (Ton)* (Kg/Ha) (Kecamatan ) 1. Lombok Barat 20 716 0 736 420 587 Narmada , Kayangan. Pujut, Praya Barat, Praya Barat 2. Lombok Tengah 73 659 94 826 420 637 Daya, Pringgarata. 3. Lombok Timur 191 677 197 1,065 227 336 Jerowaru, Keruak. 4. Sumbawa 207 444 12 663 151 341 Labuhan Badas, Utan/Rhee. 5. Dompu 53 625 27 705 47 75 Kempo, Manggalewa. 6. Bima 69 405 157 631 139 342 Belo, Monta, Bolo. 7. Kota Mataram 29 66 27 122 9 139 Ampenan, Mataram.
  • 42. Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan Kakao Luas areal Kakao 3.948 ha terdiri atas tanaman muda yang belum menghasilkan 1.026 ha, tanaman yang sudah berproduksi atau menghasilkan 2.538 ha dan tanaman yang sudah tua atau rusak 384 ha. Produksi Kakao mencapai 1667,75 ton biji kering. Areal Kakao terluas terdapat di Lombok Barat, seluas 2.928 ha. Pengolahan biji Kakao sampai saat ini masih bersifat sangat tradisional yaitu hanya berupa biji Kakao kering, sehingga nilai tambah dari komoditi Kakao yang dapat dinikmati relatif kecil, dan terbuka peluang bisnis di bidang pengolahan hasil produksi Kakao disertai dengan budidaya yang menerapkan pola kemitraan untuk menjaga kesinambungan bahan baku industri pengolahan produk Kakao. Potensi areal dan sentra produksi Kakao pada tabel berikut . Tabel 2.33: Penyebaran Areal dan Produksi Kakao di Provinsi NTB Tahun 2003. Luas Areal (Ha) *) Rt. Produksi Sentra Prod No Kabupaten/Kota Prod(Kg/Ha) TBM TM TR Jumlah (Ton) * (Kecamatan ) * 1. Lombok Barat 543 2,082 303 2,928 1,532 736 Gangga, Kayangan. 2. Lombok Tengah 10 300 4 314 67 222 Kopang, Batukliang Utara. 3. Lombok Timur 394 127 56 577 62 487 Pringgasela, Sembalun. 4. Sumbawa 4 18 1 23 4 230 Alas. 5. Dompu 70 2 0 72 2 1,000 Pekat. 6. Bima 6 9 22 37 1 122 Wawo, Donggo. 7. Kota Mataram 0 0 0 0 0 0 - Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan Asam Luas areal tanaman Asam 2.954 ha terdiri atas tanaman belum menghasilkan 476 ha, tanaman menghasilkan 2.365 ha dan tanaman tua dan rusak 113 ha. Produksi Asam 4.305 ton Asam berbiji. Areal Asam terluas terdapat di Kabupaten Bima, yaitu seluas 984 ha. Pengolahan produksi Asam, masih sangat tradisional yaitu hanya dalam bentuk pengolah dari buah Asam menjadi Asam berbiji, sehingga nilai tambah yang dinikmati relatif kecil, dan terbuka peluang
  • 43. investasi untuk budidaya tanaman Asam dengan pola kemitraan bersama petani serta industri pengolahan hasil seperti permen Asam, sirup Asam, dan proses pengawetan Asam. Terbuka peluang untuk pembangunan jaringan pasar dengan provinsi lain. Potensi areal dan sentra produksi Asam seperti pada tabel berikut . Tabel 2.34: Penyebaran Areal Potensi Komoditi Asam di Provinsi NTB Tahun 2003 Luas Areal (Ha) *) Rt. Prod Produksi Sentra Produksi No Kabupaten/Kota (Kg/Ha) TBM TM TR Jumlah (Ton) * * (Kecamatan ) 1. Lombok Barat 7 250 0 257 758 3,036 Pemenang. 2. Lombok Tengah 31 164 1 196 35 214 Pujut. 3. Lombok Timur 100 232 24 356 479 2,064 Jerowaru. 4. Sumbawa 210 525 6 741 775 1,476 Utan/Rhee. 5. Dompu 34 328 53 415 187 572 Dompu. Donggo, 6. Bima 94 862 29 985 2,043 2,369 Sanggar, Ambalawi. 7. Kota Mataram 0.00 5 1 6 29 5,580 Mataram. Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan Kemiri Luas areal Kemiri 3.356 ha terdiri dari tanaman muda yang belum menghasilkan 978 ha, tanaman menghasilkan 2.126 ha dan tanaman rusak dan tua 252 ha. Produksinya mencapai 2.150,77 ton biji kupas. Areal Kemiri terluas terdapat di Kabupaten Bima, seluas 1.734 ha. Pengembangan komoditi Kemiri pada beberapa tahun terakhir sangat menarik perhatian masyarakat untuk dikembangkan secara swadaya, karena cepat tumbuh dan cepat menghasilkan, sehingga terbuka peluang investasi di bidang : 1. Budidaya pola kemitraan dengan masyarakat melalui bantuan teknologi dan sarana prasarana produksi 2. Industri pengolahan hasil, terutama dalam bentuk home industri 3. Pemasaran produk Potensi areal dan sentra produksi komoditi ini dapat terlihat pada tabel berikut. Tabel 2.35: Penyebaran Areal dan Produksi Kemiri di Provinsi NTB Tahun 2003.
  • 44. Luas Areal (Ha) *) Rt. Prod Sentra Produksi Produksi No Kabupaten/Kota (Kg/Ha) TBM TM TR Jumlah (Ton) * (Kecamatan ) * 1. Lombok Barat 0 0 0 0 0 0 - 2. Lombok Tengah 7 17 0 24 17 708 Batukliang. 3. Lombok Timur 0 0 0 0 0 0 - Ropang, 4. Sumbawa 423 770 0 1,193 420 545 Batulanteh. Dompu, 5. Dompu 2 286 117 405 42 145 Manggalewa. Wawo, Monta, 6. Bima 546 1,053 136 1,735 1,672 1,588 Donggo, Langgudu. 7. Kota Mataram 0 0 0 0 0 0 - Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan Cengkeh Luas areal Cengkeh 1.448 hektar terdiri dari tanaman belum menghasilkan 49 ha, tanaman yang sudah menghasilkan 1.030 ha dan tanaman rusak atau tua 319 ha. Areal Cengkeh terluas terdapat di Kabupaten Lombok Barat, seluas 1.208 ha. Peluang investasi Cengkeh terbuka di bidang budidaya dengan pola kemitraan dan pemasaran hasil. Tabel 2.36: Penyebaran Areal dan Produksi Cengkeh di Provinsi NTB Tahun 2003. Luas Areal (Ha) *) Produksi Rt. Prod Sentra Prod No Kabupaten/Kota TBM TM TR Jumlah (Ton)* (Kg/Ha)* (Kecamatan ) Gangga, 1. Lombok Barat 52 881 275 1,208 298 338 Kayangan. Batukliang, 2. Lombok Tengah 0 36 0 36 7 197 Batukliang Utara. Swela, Aikmel, 3. Lombok Timur 44 101 10 155 33 323 Sambelia. 4. Sumbawa 0 0 0 0 0 0 - 5. Dompu 0 0 0 0 0 0 - 6. Bima 0 11 34 45 4 346 Donggo. 7. Kota Mataram 3 1 0 4 1 140 Cakranegara.
  • 45. Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan Pinang Luas areal tanaman Pinang 1.431 ha, terdiri dari tanaman belum menghasilkan 273 ha, tanaman yang sudah menghasilkan 882 ha dan tanaman yang tua dan rusak 276 ha. Produksi Pinang di daerah ini 1.667,75 ton biji kering. Areal Pinang terluas terdapat di daerah Kabupaten Dompu, seluas 345 ha. Potensi areal dan sentra produksi komoditi ini seperti pada tabel berikut. Tabel 2.37: Penyebaran Areal dan Produksi Pinang di Provinsi NTB Tahun 2003. Luas Areal (Ha) Produksi Rt. Prod Sentra Prod No Kabupaten/Kota TBM TM TR Jumlah (Ton) (Kg/Ha) (Kecamatan ) 1. Lombok Barat 44 98 19 161 222 2,261 Lembar, Kayangan. 2. Lombok Tengah 39 132 118 289 37 283 Batukliang. 3. Lombok Timur 42 101 27 170 71 703 Aikmel. 4. Sumbawa 21 129 3 153 53 413 Ropang. 5. Dompu 43 246 56 345 145 590 Dompu 6. Bima 83 150 49 282 55 369 Mada Pangga, Langgudu. 7. Kota Mataram 2 26 4 32 49 1,852 Mataram Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB. Tahun 2003 *) Angka Pembulatan Luas areal tanaman Vanili 556 hektar terdiri atas tanaman belum menghasilkan 112 hektar, tanaman menghasilkan 401 hektar dan tanaman tua/rusak 43 hektar. Produksinya 88,86 ton buah kering. Areal Vanili terluas terdapat di Lombok Barat, yaitu 362 hektar. Berdasarkan kesesuaian lahannya sangat cocok untuk dikembangkan di sepanjang wilayah kaki Gn. Rinjani mulai dari Lombok Barat bagian utara sampai Lombok Timur bagian Utara. Kualitas Vanili asal Lombok Utara sangat tinggi dan dapat menembus pasar internasional, namun jaringan pasar internasional relatif rendah dan harus bermitra dengan provinsi lain. Disamping peluang pemasaran juga terbuka peluang budidaya dengan menerapkan pola kemitraan bersama petani. Potensi areal dan sentra produksi komoditi Vanili tersaji pada tabel berikut. Tabel 2.38: Penyebaran Areal dan Produksi Vanili di Provinsi NTB Tahun 2003. Luas Areal (Ha) *) Produksi Rt. Prod Sentra Prod No Kabupaten/Kota TBM TM TR Jumlah (Ton) * (Kg/Ha)* (Kecamatan )
  • 46. 1. Lombok Barat 39 290 33 362 68 235 Gangga. 2. Lombok Tengah 0 33 0 33 3 79 Batukliang Utara. 3. Lombok Timur 74 78 10 162 18 232 Pringgasela, Sikur. 4. Sumbawa 0 0 0 0 0 0 - 5. Dompu 0 0 0 0 0 0 - 6. Bima 0 0 0 0 0 0 - 7. Kota Mataram 0 0 0 0 0 0 - Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB tahun 2003 *) Angka Pembulatan Tembakau Rakyat Selama tiga tahun terakhir terjadi peningkatan luas dan produksi yang cukup besar yaitu dari luasan 5.676 hektar dengan produksi 4.173,48 ton pada tahun 2003 menjadi 6.421 hektar dengan produksi 5.025,43 ton pada tahun 2004. Areal terluas terdapat di Lombok Timur, yaitu 3.000,00 ha. Peningkatan luas dan produksi ini seiring dengan meningkatnya permintaan pasar terhadap komoditi Tembakau rakyat. Oleh karena itu terbuka peluang investasi budidaya dengan pola kemitraan bersama petani. Tabel 2.39: Penyebaran Areal Potensi per Kabupaten komoditas Tembakau Rakyat di Provinsi NTB Tahun 2003. Luas Areal Produksi Rt. Prod Sentra Prod No Kabupaten/Kota (Ha) *) (Ton) *) (Kg/Ha) *) (Kecamatan ) 1. Lombok Barat 269 269 1,000 Labuapi, Kayangan 2. Lombok Tengah 238 165 696 Pringgarata 3. Lombok Timur 5,676 4,174 735 Suralaga, Pringgabaya 4. Sumbawa 111 142 1.287 Alas 5. Dompu 52 40 769 Pekat 6. Bima 76 235 3,120 Sape 7. Kota Mataram 0 0 0 - Jumlah 6,422 5,025 783 Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi NTB, Tahun 2003 *) Angka Pembulatan