1. KEGAGALAN KONSTRUKSI
Disusun Oleh :
Agif Prasetyo
Ahmad Munggaran
Ayu Fatimah Zahra
Dika Bagus Kurnia
Era Agita Kabdiyono
Komaedi
Rifaldi Adi Saputra
Rizqiah Riatni Nurfaedah
Yan Dhuan Yustanova
2. PENDAHULUAN
Dengan kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan tentunya
mengakibatkan banyak sekali struktur gedung maupun jembatan
yang terletak di wilayah pantai berada pada lingkungan yang
cukup agresif. Agresif di sini maksudnya adalah lingkungan pantai
memiliki kandungan khlorida dalam udara maupun air yang cukup
tinggi sehingga dapat menimbulkan korosi. Walaupun sebagian
besar struktur-struktur tepi pantai tersebut khususnya jembatan
terbuat dari beton bertulang, namun tidak menutup kemungkinan
akan terkena pengaruh korosi.Apalagi bila dalam pembuatannya
memiliki kualitas pekerjaan yang rendah sehingga beton tidak
padat atau berpori serta memiliki tebal selimut yang kurang dari
persyaratan.
3. Korosi pada beton bertulang biasa
atau beton dengan tulangan pasif
lebih berdampak pada menurunnya
pelayanan struktur (serviceability) yang
berupa
retak,
pecah
(spalling), hilangnya lekatan, atau
staining.
Bila
tidak
dilakukan
perbaikan, maka dengan semakin
berkurangnya dimensi baja tulangan
menyebabkan kekuatan struktur juga
berkurang yang dapat mengarah pada
kegagalan
struktur
secara
keseluruhan.
4. Sedangkan pada struktur beton
pratekan penuh yang merupakan
struktur beton dengan tulangan aktif,
pengaruh korosi pada baja pratekan
lebih beresiko dibanding beton
bertulang biasa. Korosi pada beton
pratekan
dapat
menimbulkan
kegagalan struktur secara langsung
apabila tegangan pada baja pratekan
melebihi kapasitas yang berkurang
karena korosi. Selain itu, diameter
baja pratekan (aktif) yang relatif
lebih kecil dari baja tulangan (pasif)
dapat menerima pengaruh korosi
yang lebih cepat dalam kurun waktu
yang sama dan dengan kecepatan
korosi yang sama.
5. PENGERTIAN UMUM CACAT DAN
KEGAGALAN KONSTRUKSI
CACAT KONSTRUKSI
Suatu kondisi penyimpangan atau ketidaksempurnaan hasil dan
atau proses pekerjaan konstruksi yang masih dalam batas
toleransi, Artinya belum atau tidak membahayakan konstruksi
secara keseluruhan
KEGAGALANKONSTRUKSI
Adalah suatu kondisi penyimpangan, kesalahan dan atau
kerusakan hasil pekerjaan konstruksi yang dapat mengakibatkan
keruntuhan konstruksi
9. Sejak dahulu, telah menjadi kesadaran yang umum
bahwa keawetan tidak dengan sendirinya
merupakan sifat dari beton. Keawetan dari beton
hanya akan didapat mulai dari perhatian pada fase
perencanaan, fase pelaksanaan hingga masa
pemakaian. Fase perencanaan merupakan fase
terpenting dari ketiga fase yang telah disebut. Oleh
karenanya,
pada
tahap
ini
tidak
hanya
diperhitungkan
kekuatan
dan
kekakuan
struktur, tetapi juga diperhatikan keawetannya.
10. Akibat dari ini kelihatan juga betapa
pentingnya suatu pelaksanaan struktur
beton yang baik. Kecerobohan dalam
pelaksanaan, kurang pengawasan, pemilihan
konstruksi yang murah akan membawa biaya
investasi yang kecil pada saat pembangunan.
Tetapi selama masa berfungsinya gedung
tersebut pada umumnya akan dikeluarkan
biaya
yang
berlipat.
12. PENYEBAB KEGAGALAN DARI STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
KETIKA MASA PERENCANAAN
a) Kesalahan hitung yang
berasal dari :
· Sistem mekanika yang
salah
· Pembebanan
kombinasi
· Lendutan yang terlalu
besar
b) Kesalahan pendetailan :
· Kekurangan tulangan
· Tulangan terlalu rapat
· Persyaratan selimut tidak
terpenuhi
· Toleransi pendetailan tidak
terpenuhi
· Pendetailan yang tidak
jelas, sulit bahkan tidak
mungkin
dilaksanakan
13. c) Kesalahan
lainnya, misalnya :
· Serangan fisik/ kimia
yang tidak diperkirakan
· Investigasi tanah yang
minim
· Akibat deformasi
struktur yang tidak
diperkirakan.
dan perencanapun harus
memperhatikan daerah
beton yang akan terkena
air, sehingga dapat
direncanakan untuk
memberi pelindung berupa
water proofing. Hal ini
dapat memperkecil
merembesnya air kedalam
struktur beton bertulang.
14. PENYEBAB KEGAGALAN DARI STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
KETIKA MASA PELAKSANAAN KONSTUKSI
a) Bahan dan komposisinya
b) Acuan
· Semen yang tidak
memadai (kurang atau
berlebih)
· Agregat yang reaktif, yang
peka terhadap alkali
· Bahan yang mengandung
sulfat, bahan organic dsb
· Faktor air semen terlalu
tinggi
· Kurang stabil dan
deformasi besar
· Kurang pembasahan
· Kebocoran
· Penyambungan yang
buruk
15. c) Pengerjaan
· Kurang pemadatan
(sarang kerikil,
gelembung udara)
· Segregasi (tinggi
jatuh)
· Bliding, penurunan
seting
d) Perawatan pasca
· Kurang perawatan
(retak susut)
· Pembongkaran acuan
yang terlalu cepat
· Perbaikan yang tidak
baik
16. KERUSAKAN AKIBAT DARI KETIDAKTELITIAN PELAKSANAAN
a. Kurangnya kekokohan
bekesting
b. Kekurangan selimut
pelindung beton terutama
pada tempat-tempat
genangan air (saluran, dak
atap, balkon dan tempat
terbuka lainnya)
c. Kurangnya perhatian pada
sambungan pengecoran
d. Tidak menggunakan jenis
semen yang tepat ataupun
bahan campuran beton yang
tidak memenuhi syarat,
e. Penggunaan bahan kimia
tambahan yang mengandung
sulfat
f. Terlalu besar tinggi
penuangan bebas dari beton
(mortar), terutama
pada kolom-kolom dengan
tulangan
keranjang
(jaring-jaring) dapat muncul
sangkar kerikil.
17. Pelaksanaan untuk masalah gejala sangkar kerikil seperti
itu telah diketahui, yaitu sebelumnya seember spesi pasir
/ semen dituang ke bagian bawah dari bekesting kolom
agar kerikil (dan bahan tambahan kasar lainnya) dapat
jatuh pada spesi itu. Penyelesaian dengan cara
pengecoran melalui corong pengecor di dalam praktek
sering tidak digunakan lagi karena :
1. Campuran tidak homogen
2. Susunan dari campuran tidak tepat dan kadang-kadang
kurang kepadatannya
3. Terlalu tinggi atau terlalu rendah faktor air semen
4. Kurangnya perawatan kemudian sehingga poros kulit
luar (pengeringan), dan sebagainya.
18. PENYEBAB KEGAGALAN DARI STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
KARENA KESALAHAN PENGGUNAAN
a.
b.
c.
d.
Kesalahan penggunaan dapat terjadi karena dibebani
pengaruh yang dalam tahap perencanaan tidak
diperhitungkan, misalnya :
Pembebanan yang berlebih pada struktur, contohnya :
suatu bagian dari kantor yang digunakan untuk tempat
arsip-arsip.
Perubahan pada tujuan semula, contohnya : tempat
tinggal di bagian bawah digunakan sebagai pertokoan
atau tempat kerja.
Perubahan pada lingkungan, contohnya : gudang mesinmesin yang digunakan sebagai gudang pupuk.
Bangunan baru terletak pada bangunan-bangunan yang
ada ; peretakan akibat pelasakan tambahan.
19. Dengan diketahuinya jenis dan penyebab kerusakan
akan dapat ditangani perbaikannya dengan metode
yang tepat dan waktu yang tidak terlambat.
Didalam pelaksanaan konstruksi beton bertulang
harus ketat dalam pengawasan material dan metoda
pelaksaan yang diterapkan harus sesuai dengan
ketentuan teknik sipil yang telah dituangkan oleh
perencana dalam dokumen perencanaan. Material yang
jelek dapat menurunkan kualitas bangunan sehingga
bangunan tidak layak fungsi selama umur rencana.
21. PENGARUH KEBAKARAN TERHADAP SUATU
STRUKTUR BETON BERTULANG? PENGARUH SUHU
TERHADAP KERUSAKAN STRUKTUR BETON
BERTULANG PADA GEDUNG ?
Kerusakannya dipengaruhi oleh: durasi kebakaran, bentuk geometri
dan ukuran struktur, pembebanan, selimut beton, serta jaraknya dari titik api.
Beton sebenarnya tahan terhadap suhu yg tinggi dan sebagai penghantar panas
yang rendah. Namun demikian, pada suhu tinggi yang berlangsung
lama, terjadi perubahan komposisi sehingga kuat tekannya berkurang cukup
drastis.
secara teoritis pada suhu 100o C air yang dikandung dalam pori menguap, air
tersebut baru akan habis menguap pada suhu 200o C.
Pada suhu 200o C sampai 600o C air dalam pori menguap
seluruhnya, dengan pori-pori yang kosong akan mengurangi kuat tekan beton.
Selama terjadi penguapan air pori menyebabkan tekanan uap pada pori
meningkat, jika uap air terhambat keluar, akan terjadi tekanan yang tinggi dan
mengakibatkan terjadi explosisive spalling menyebabkan segmen beton terlepas
dari permukaan.
22. Pada suhu 700o C – 900o C terjadi proses kalsinasi, CaCO₃ berubah
menjadi CaO dan CO₂ yg mengakibatkan Crack sehingga kuat tekannya hanya
tinggal 10-20%.
Hasil dari proses kalsinasi dapat dilihat dengan cara pemeriksaan
kadar kapur bebas pada beton pasca kebakaran. Jika kadar kapur bebas
melebihi jumlah kapur bebas beton normal, maka ini merupakan indikasi
bahwa suhu kebakaran suhu mencapai kisaran di atas. Pada suhu di atas
900o C, SiO₂ yg terkandung dalam pasir akan bereaksi dengan C₂S dan C₃S
menjadi CaSiO₂ yang berwarna putih dan volumenya akan membesar sehingga
mengakibatkan crack. Pada fase ini kuat tekan beton menjadi sangat rendah
dan rapuh.
Baja tulangan merupakan bahan dengan daya hantar panas yang baik.
Kekuatan baja tulngan sangat dipengaruhi oleh kondisi temperatur. Pada saat
temperatur mencapai 500o C, tegangan baja leleh baja menurun menjadi 50%.
Pada kondisi pendinginan kembali, tegangan leleh hampir pulih kembali.
Karena tegangan leleh menurun, pemanasan yang tinggi akan membuka
peluang terjadinya tekuk, terutama pada baja tulangan yang mengalami gaya
tekan. Meskipun sifat mekanik baja tulangan sangat dipengaruhi suhu tinggi,
namun dapat diatasi dengan cara pemberian selimut beton dengan ketebalan
cukup yang dapat memperpanjang rembetan panas dari luar ke bajanya.
23. PENGARUH KEBAKARAN PADA STRUKTUR BETON BERTULANG.
Kuat tekan dan kuat tarik beton berkurang; Modulus elastisitas
beton berkurang; Kuat lekat antara agregat dan pasta semen menurun;
Kuat lekat antara beton dan baja tulangan menurun; Pengelupasan
bagian permukaan beton meskipun suhu rendah. Umumnya terjadi
pada plesteran yang disebabkan oleh perbedaan angka muai antara
bahan
plesteran
dan
yang
diplester
(beton);
Explosiv
spalling, spalling dalam luasan yang cukup besar, dapat berakibat tulangan
tampak, terjadi penurunan lekatan antara baja tulangn dan beton;
Terjadinya lendutan balok, yg disebabkan penurunan modulus elatisitas
beton, tegangan leleh baja, pembebanan berlebihan dan lain-lain.
Biasanya lendutan balok disertai dengan retak-retak geser dan atau
lentur.
24. KERUSAKAN YANG
TERJADI PADA BETON
1. Retak (cracks) adalah pecah
pada beton dalam garisgaris yang relatif panjang
dan sempit, retak ini dapat
ditimbulkan oleh berbagai
sebab:
diantaranya
:
evaporasi
air
dalam
campuran beton terjadi
dengan cepat akibat cuaca
yang panas, kering atau
berangin.
25. 2. Voids adalah lubang-lubang atau
kropos yang cukup dalam, biasanya
disebabkan oleh: Pemadatan saat
pelaksanaan yang kurang baik
sehingga mortal tidak dapat
mengisi
rongga-rongga
antar
agregat. Kebocoran pada bekisting
yang menyebabkan air atau pasta
semen keluar. Campuran yang
terlalu
banyak
air.
Gradasi
campuran yang kurang baik.
Macam-macam voids antara lain:
honey combing, sand streaking, bugholes
dan form scabbing.
26. 3. Spalling adalah bagian permukaan beton yang terlepas dalam
bentuk kepingan atau bongkahan kecil. Kerusakan ini disebabkan
oleh korosi tulangan, kebakaran dll. Volume tulangan yang terkorosi
membesar menimbulkan tegangan dalam tarik pada beton sekeliling
tulangan, jika tetangan ini melampaui kekuatan beton yg
mengelilinginya, terjadilah Spalling. Pada saat kebakaran, spalling
disebabkan oleh perbedaan pemuaian antara agregat dan mortal yg
saling kontradiktif. Pada suhu tinggi, agregat akan memuai, setelah
suhu menjadi normal kembali ukuran agregat akan kembali seperti
semula. Sedangkan mortal memuai hnaya sampai sekitar suhu 200o
C, setelah itu menyusut kembali. Perbedaan ini menimbulkan
tegangan lokal pada bidang batas antara kedua batas bahan ini, jika
tegangan lekat melabihi kuat lekatnya kan terjadi retak/pecah, yang
berlanjut dengan spalling.
Erosion: Butiran-butiran kecil/halus terlepas dari permukaan
beton akibat abrasi. Misalnya pembersihan permukaan, jika
prosesnya kering disebut dusting, abrasi karena ombak disebut water
erosion.
27. KERUSAKAN LAINNYA PADA BETON
Adanya lekatan baja beton.
Kekuatan lekatan dipengaruhi:
1. kekasaran permukan baja
2. kualitas beton disekitar tulangan.
Kegagalan lekatan berakibat:
1. menurunnya
daya
dukung
komponen
struktur
terhadap
beban yang bekerja
2. meningkatnya deformasi, bahkan
runtuhnya struktur.
Kegagalan lekatan bisa diakibatkan
korosi pada tulangan, kebakaran,
tipisnya selimut beton, jarak
tulangan yang rapat serta diameter
tulangan yang besar dan gaya siklis
akibat gempa.
Adanya serangan kimia
penggunaan fly ash pada campuran
beton berpotensi serangan kimia
terutama lingkungan bersulfat,
selain itu tegangan internal yang
disebabkan oleh mengembangnya
unsur akibat bereaksinya unsur
tertentu pada beton, Ca (OH)2,
dengan unsur kimia penyerang. Air
laut mengandung sulfat yang
secara kimiawi dapat menyerang
beton, selain itu dapat juga berasal
dari nsur
asam SO2 dan CO2 yang bersifat
melarutkan unsur semen pada
beton.
28. Kerusakan lain diakibatkan penurunan pondasi, sering
dijumpai daya dukung tanah baik namun disertai
konsolidasi besar. Di lain pihak ada daya dukung tanah
tidak seragam di sebagian lokasi bangunan, menjadikan
perbedaan penurunan pondasi, komponen yang sering
rusak akibat penurunan pondasi adalah dinding pengisi.
Sedangkan perkuatan merupakan upaya meningkatkan
elemen struktur yang telah ada atau menambah elemen
struktur baru yang tidak tersedia atau dianggap tidak
perlu saat struktur dibangun. Perkuatan struktur
biasanya dilakukan sebagai upaya pencegahan sebelum
struktur mengalami kerusakan.
33. BEBERAPA TEKNIK PERBAIKAN UNTUK MENANGANI KERUSAKAN
YANG UMUM TERJADI PADA BETON:
a. Acid Etching, merupakan teknik yang dapat digunakan
untuk mempersiapkan permukaan beton asli yang akan
menerima penerapan material perbaikan atau untuk
mengkasarkan permukaan licin yang akan dikerjakan.
Untuk kebutuhan ini biasanya dipakai muriatic acid yang
dilarutkan kemudian dituang ke permukaan beton dan
disaspu dengan kuat sehingga tidak timbul gelembunggelembung lagi, lalu permukaan segera dibersihkan
dengan menyiramkan air.
34. b. Coating, pada cara ini beton dilapisi dengan material
bersifat plastic atau cair yang kemudian membentuk
lapisan yang menyelimuti beton yang menghadapi
lingkungan yang membahayakan. Coating dapat
diterapkan dengan cara menyikat, rolling, atau
menyemprot. Penggunaan umum coating antara lain
untuk waterproofing, melindungi beton dari bahan
kimia agresif atau untuk memperoleh masa guna lebih
panjang pada beton yang memikul beban lalu lintas
35. c. Shotcreting, pada cara ini beton atau mortar
ditembakkan dengan tekanan pada lubang atau
permukaan beton yang akan diperbaiki yang
dilakukan dengan memompa seluruh material
yang telah dicampur melalui pipa kemudian
menembakkan/memompa bahan atau mortar
yang masih kering lalu mencampurnya dengan
air pada bagian nozzle pembentuk beton
36. d. Penambahan tulangan, pada
cara ini mula-mula retak
ditutup, lalu lubang-lubang
dibuat dengan bor melalui
bidang retak pada arah kurang
lebih 90o. Lubang-lubang dan
bidang retak kemudian diisi
epoxy yang dipompa dengan
tekanan rendah dan selanjutnya
tulangan
diletakan
pada
lubang-lubang tersebut. Epoxy
akan
merekatkan
kembali
permukaan beton yang retak
dan akan mengangker tulangan.
37. KESIMPULAN
Dalam perbaikan pada suatu struktur haruslah ditentukan
terlebih dahulu penyebab kerusakan, kemudian metode
apa yang akan digunakan serta material perbaikan yang
tepat, sehingga hasil dari perbaikan tersebut akan
menghentikan kerusakan pada struktur, dapat
mengembalikan integritas struktur serta hasil akhir
perbaikan secara estetik dapat diterima. Dalam langkah
perbaikan harus diupayakan agar penyebab kerusakan
dihilangkan atau diminimalkan.