Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas berbagai motif ukiran tradisional Melayu seperti selembayung, lebah bergayut, pucuk rebung, itik pulang petang, sayap layang-layang, kaluk pakis, dan bidai.
2. Motif-motif tersebut memiliki makna simbolik seperti kasih sayang, rumah lebah, berupaya maju, kesabaran, kebebasan, dan ventilasi.
3. Motif
2. Selembayung
• Selembayung disebut “ selo bayung “
dan “tanduk buang” adalah hiasan
yang terletak bersilangan pada kedua
ujung perabung bangunan, terdapat di
sudut atap dan melambangkan
perwujudan kaasih sayang.
3. Lebah Bergayut
• Ditempatkan pada bagian atas
bisang ukir/tekat/tenun/songket.
Motif Lebah bergayut mencerminkan
tentang rumah lebah madu yang
biasanya menggantung di dahan
pohon. Hal ini mengingat bumi
Melayu Riau dahulunya sangat kaya
akan pepohonan besar yang
sebagian dijadikan temat
menggantungkan rumah lebah.
4. PucukRebung
• Pucuk rebung memiliki makna
yaitu sebagai pengingat untuk
terus berupaya maju, pucuk
rebung adalah bagian dari
pohon bambu yang terus tumbuh
dan tumbuh.
6. Sayap Layang - layang
• Terletaknya pada keempat sudut cucuran
atap sebagian lambang “empat pintu
hakiki”. Melambangkan kebebasan, yang
tergambar dalam sayp layang layang
ini adalah kebebasan yang ahu batas
dan tahu diri.
7. Kaluk Pakis
• Motif kaluk pakis/paku lazim dipakai untuk
ukiran bangunan dan ukiran benda benda
lainnya. Semua corak motif melayhu
disepadukan dengan cermat sehingga kelihatan
serasi dan saling mengisi.
8. Bidai
• Biasanya dibuat bertingkat dan diberi
hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai
ventilasi. Pada bagian menjorok keluar di
beri lantai yang disebut teban layar atau
lantai alang buang atau bisebut juga
undan-undan.