SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 29
PENINGKATAN KOMPETENSI SPEAKING MATERI TEKS DESKRIPTIF
MELALUI TEKNIK POW-TEGA DENGAN MEDIA
PIC-POW PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII-6 SMP NEGERI 1 SLAWI
Bunyamin )*
Abstrak: Masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kompetensi
speaking materi teks deskriptif rendah. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi speaking materi teks deskriptif melalui teknik
Pow-Tega dengan media Pic-Pow. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri
1 Slawi. Desain penelitian dilakukan dua siklus, dimana setiap siklusnya
terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) sebagian besar (96%) peserta didik semakin
meningkat aktivitas belajar speaking teks diskriptifnya, 2) sebagian besar
(92%) peserta didik semakin meningkat kompetensi speaking teks
diskriptifnya. Saran yang dapat disampaikan bagi teman sejawat bahwa
penggunaan teknik pow-tega dengan media Pic-Pow dalam pembelajaran
speaking materi teks deskriptif ternyata mampu meningkatkan kompetensi
speaking peserta didik.
Kata kunci: teknik Pow-Tega, media Pic-Pow, kompetensi speaking
materi teks deskriptif.
PENDAHULUAN
Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi,
khususnya untuk mata pelajaran bahasa Inggris untuk SMP/MTs,
disebutkan bahwa kompetensi speaking dapat ditemukan baik dalam
wacana dialog maupun monolog. Menurut standar tersebut peserta didik
kelas VIII SMP semester gasal diharapkan mampu mengungkapkan
makna dalam teks lisan fungsional dan monolog pendek sederhana yang
berbentuk descriptive dan recount untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitar. Teks deskriptif telah diajarkan pada kelas VII semester genap.
Namun demikian, di kelas VIII peserta didik diharapkan lebih banyak
mempunyai kesempatan untuk berlatih mendeskripskan benda maupun
orang secara lisan dalam bentuk monolog dengan bahasa lisan yang
berterima, lancar dan akurat.
* Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Slawi Kab. Tegal
2 |
Meskipun metode yang diterapkan oleh guru sudah cukup baik yaitu
dengan menerapkan model pembelajaran simulation, aktivitas peserta
didik dan kompetensi speaking materi teks deskriptif masih cukup rendah.
Hal ini terbukti nilai hasil tes kompetensi speaking materi teks deksriptif
yang diadakan oleh peneliti menunjukkan nilai rata-rata kompetensi
berbicara peserta didik materi teks deskriptif masih, yaitu (69.59). Nilai
rata-rata yang dicapai ini termasuk kategori rendah karena KKM untuk
kompetensi speaking materi teks deskriptif di kelas VIII-6 SMP Negeri 1
Slawi semester gasal, tahun pelajaran 2011-2012 adalah 76. (lihat
dokumen penetapan KKM mapel Bahasa Inggris kelas VIII SMP N 1
Slawi). Jika dilihat dari segi ketuntasan belajar untuk speaking materi teks
deskriptif juga termasuk rendah karena ketuntasan belajar peserta didik
baru mencapai 6 peserta didik (24 %) dari 25 peserta didik. (Lihat
dokumen daftar nilai kompetensi speaking peserta didik kelas VIII-6). Di
samping itu, aktivitas peserta didik masih tergolong rendah. Hal ini
dibuktikan melalui observasi guru yang mempunyai nilai rata-rata 2.39
(kategori cukup).
Atas dasar fakta di atas, peneliti bersama-sama dengan teman
sejawat yaitu Subandi, S.Pd. dan Denny Adji Hastuti, S.Pd. mengadakan
refleksi pembelajaran untuk kompetensi speaking materi teks deskriptif.
Hasil refleksi menunjukkan bahwa peserta didik mengalami banyak
kendala dalam berbicara bahasa Inggris. Aktivitas peserta didik dalam
pembelajaran speaking juga masih rendah, sehingga mengakibatkan
rendahnya kompetensi speaking materi teks deskriptif. Hal itu
disebabkan oleh anggapan bahwa kompetensi speaking kurang penting
karena tidak masuk SKL UN. Di antara kendala-kendala yang bisa
ditemukan dimungkinkan karena kurangnya: (1) model atau contoh dari
guru saat pembelajaran speaking berlangsung, (2) pengetahuan peserta
didik tentang kosakata dan tata bahasa, (3) keyakinan peserta didik
terhadap pronunciation (pelafalan) beberapa kosa kata yang digunakan
dalam kegiatan berbicara, (4) kesempatan yang diberikan oleh guru
kepada peserta didik saat pembelajaran speaking berlangsung, (5)
keberanian peserta didik untuk berbicara di depan kelas, (6) pengalaman
belajar yang benar-benar memotivasi peserta didik untuk berbicara, (7)
inisiatif peserta didik untuk berlatih saat pembelajaran speaking
berlangsung, dan (8) adanya media yang bisa menarik perhatian peserta
didik terhadap kegiatan pembelajaran speaking dan menginspirasi peserta
didik tentang apa yang akan mereka bicarakan.
Untuk mengatasi masalah dan kendala-kendala tersebut peneliti
berusaha menggabungkan beberapa teknik pembelajaran inovatif dan
kontekstual. Dengan diterapkannya beberapa teknik pembelajaran yang
lebih efektif diharapkan dapat dicapai tujuan pembelajaran (Slameto,
2003:37). Di antara metode yang dapat digunakan adalah teknik Power
Teaching yang digabungkan dengan game (permainan). Untuk teknik
game ini peneliti juga menggabungkan tiga jenis model pembelajaran
kontekstual yaitu, Scrable, Make a Match dan Talking Stick. Gabungan
antara teknik Power Teaching dan game (Scrable, Make a Match dan
Talking Stick) selanjutnya disebut Pow-Tega dalam penelitian ini. Pow-
Tega merupakan singkatan dari Power Teaching and Game.
Selain teknik Pow-Tega yaitu Power Teaching and game, peneliti
juga memilih media yang dianggap dapat membantu peserta didik agar
mudah mengikuti pembelajaran speaking. Media yang dimaksud adalah
media Pic-Pow (Picture in Power Point). Media ini dipilih karena dianggap
praktis, sesuai daya dukung ruang kelas RSBI yang dilengkapi dengan
LCD dan dianggap dapat mempermudah guru saat menginspirasi peserta
didik dan memberi model speaking materi teks deskriptif kepada seluruh
peserta didik.
Dengan media Pic-Pow ini diharapkan peserta didik dapat lebih
mudah menangkap penjelasan dari guru dan kembali mengungkapkan
apa yang ada dalam gambar. Selain media Pic-Pow, peneliti juga
menggunakan media kartu Make a Match Game sebagai media untuk
4 |
memotivasi peserta didik dalam mencari informasi dan menemukan
jawaban saat diadakan kegiatan latihan-latihan dan penguatan terhadap
materi yang diajarkan oleh guru. Peneliti berasumsi bahwa melalui teknik
Pow-Tega dengan media Pic-Pow, para peserta didik baik sadar maupun
tidak, terlibat langsung dalam kehidupan nyata untuk mengungkapkan ide
atau gagasan dalam bahasa Inggris secara lisan. Dengan demikian,
aktivitas peserta didik dan kompetensi speaking materi teks deskriptif
peserta didik kelas VIII-6 diharapkan dapat meningkat.
Berdasarkan konteks di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah
”Apakah teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow dapat meningkatkan
kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 SMP
N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2011-2012?” Dengan
memperhatikan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka
penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis
kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 SMP
N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2011-2012.
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan model pembelajaran guna
meningkatkan kompetensi berbahasa, khususnya yang berkaitan dengan
speaking materi teks deskriptif. Disamping itu, penulisan ini juga
diharapkan dapat dijadikan model pemecahan masalah yang berkaitan
dengan pengajaran di kelas, khususnya Speaking materi teks deskritif,
serta dapat menggugah peserta didik dalam pembelajaran speaking
materi teks deskriptif.
LANDASAN TEORETIS
Langkah-langkah Pembelajaran Bahasa Inggris
Secara alamiah orang belajar bahasa mulai dari bahasa lisan dan
semakin lama menuju ke bahasa tulis. Hal ini menjadi suatu perhatian
dalam pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berdasarkan
kurikulum ini dimulai dari pembelajaran bahasa lisan yang seringkali
disebut siklus lisan, setelah itu dilanjutkan dengan bahasa tulis yang
seringkali disebut siklus tulis. Dari sinilah pembelajaran bahasa
dikembangkan mulai dari siklus lisan ke siklus tulis. Pembelajaran siklus
lisan mulai dari listening dan kemudian speaking, sedangkan
pembelajaran siklus tulis mulai dari reading ke writing, dengan
menggunakan langkah-langkah pendekatan literasi (Literacy Approach)
atau Genre Approach. Selanjutnya dalam buku pelatihan terintergrasi
berbasis kompetensi (Depdiknas, 2005:12) dijelaskan bahwa untuk setiap
siklus guru hendaknya mengikuti langkah-langkah pembelajaran bahasa
sebagai berikut: 1) Building Knowledge of the Field (BKOF), 2) Modelling
of Text (MOT), Joint Construction of Text (JCOT), dan Independent
Construction (I-COT).
Pada langkah pertama ini, sesuai dengan namanya, yaitu building
knowledge of the field, peserta didik diberikan pengetahuan awal yang
berupa kosakata dan tatabahasa yang berhubungan dengan tema dan
genre yang akan dibahas. Kegiatan ini bersifat interaktif antara guru
dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik sehingga
keterampilan listening dan speaking dimulai di sini. Misalnya
membicarakan tentang deskripsi orang. Pada tahap ini peserta didik akan
diperkenalkan kosakata yang berhubungan dengan kosa kata tentang
cirri-ciri anggota badan orang, dan jenis-jenis hobi, kegiatan orang yang
dipakai dalam kegiatan speaking.
Pada tahap kedua (modeling of the text) mereka diperkenalkan
dengan teks-teks lisan maupun tulis yang berhubungan dengan jenis teks
deskriptif. Penyajian teks kemudian disusul dengan model cara
pengucapan, intonasi, dan kelancaran, yang kemudian disusul dengan
latihan-latihan pemahaman (comprehension) yang berhubungan dengan
teks yang telah disajikan. Latihan comprehension diarahkan kepada
stuktur jenis teks (generic structure) tersebut. Langkah-langkah ini disebut
Modeling of the Texs atau MOT.
6 |
Tahap ketiga (joint construction of the text) merupakan tahap di
mana peserta didik secara berkolompok atau berpasangan peserta didik
mulai berlatih untuk membuat satu teks baru yang sejenis dan dilanjutkan
dengan presentasi hasil diskusi selama latihan di kelompoknya.
Sementara itu, Thornbury dalam bukunya “How to Teach Speaking”
menyatakan bahwa kegiatan ini bisa diisi dengan kegiatan task repetation,
yaitu kegiatan mengungkapkan kembali topik pembicaraan dengan
bahasa mereka sendiri (Thornbury:63).
Tahap pembelajaran terakhir adalah Independent Construction of
Text. Pada tahap ini setelah peserta didik belajar dan mendapatkan
pengalaman belajar dalam kelompok, mereka dipercaya mampu untuk
dapat membuat teks sendiri baik lisan maupun tulis yang sejenis dengan
teks yang sudah diajarkan. Peserta didik akan merasa bangga jika hasil
pekerjaan mereka dalam bentuk karangan dikoreksi oleh guru, dan
kemudian ditempel di mading kelas atau langsung di dokumentasi oleh
guru dalam bentuk porto folio. Namun kalau hasil pekerjaan mereka dalam
bentuk lisan atau harus dilisankan, mereka akan menyajikannya di
depan kelas dalam bentuk tes unjuk kerja berbicara (Depdiknas, 2005:
23).
Aktivitas Belajar Speaking Materi Teks Deskriptif
Menurut (Thornbury,2000:65) dalam bukunya “How to Teach
Speaking” ada beberapa aktivitas yang bisa dipilih untuk kegiatan
pembelajaran speaking. Di antaranya adalah: practiced control, drilling,
writing task, assisted performance, dan task repitation.
Kegiatan practiced control merupakan kegiatan latihan berbicara
yang dibimbing oleh seorang guru sebagai model berbicara. Sebelum
peserta didik melakukan berbicara guru terlebih dahulu memberikan
model cara berbicara bahasa Inggris secara akurat, lancar dan berterima.
Adapun drilling merupakan kegiatan di mana guru memberi contoh cara
pengucapan kata per kata, kalimat per kalimat sedangkan peserta didik
menirukannya setelah guru.
Sementara itu, reading aloud biasanya dilakukan untuk melatih
pronunciation peserta didik. Kegiatan ini bisa dilakukan secara variatif
sesuai keadaan kelas dan peserta didik. Writing task merupakan kegiatan
peserta didik untuk mencatat hal-hal yang mungkin perlu dijadikan catatan
setelah mendengarkan dan menirukan model dari guru. Sedangkan
Assisted performance merupakan kegiatan peserta didik dalam rangka
melakukan penampilan atau unjuk kerja berbicara di depan teman-teman
kelas yang dibantu dengan media gambar atau lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa aktivitas
belajar speaking materi teks deskriptif meliputi mendengarkan, membaca,
memperhatikan gambar, menirukan apa yang diucapkan guru, menganalis
hubungan huruf dengan huruf yang lain untuk membentuk kata,
melafalkan kata, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat
kepada teman maupun guru, interaksi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.
Dalam penelitian ini aktivitas belajar yang akan diamati oleh peneliti
maupun observer adalah: memperhatikan penjelasan guru, merespon
penjelasan dan model dari guru, bekerja sama dengan peserta didik lain
dan mempunyai gagasan untuk memecahkan masalah.
Teknik Pow-Tega (Power Teaching and Game)
Teknik Pow-Tega (Power Teaching and Game) merupakan model
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang menggabungkan
teknik Power Teaching dengan game. Power Teaching adalah sebuah
teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh negara-negara barat dan
dipelopori oleh guru-guru di Amerika. Metode ini cukup menarik, karena
mampu meningkatkan atensi dan konsentrasi peserta didik (Putri, 2011).
Untuk itu, metode belajar ini layak untuk di adopsi oleh para guru di
Indonesia. Adapun teknik bermain dalam kehidupan anak, mempunyai arti
8 |
yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yang sehat
selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan
bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan
sakit, jasmaniah ataupun rohaniah. Para pakar mengatakan bahwa
bermain mempunyai banyak manfaat bagi anak. Di antara manfaat
tersebut seperti yang dikemukakan oleh (Montolalu, 2008: 1.20-1.24)
adalah sebagai berikut: 1) bermain memicu kreativitas anak, 2) bermain
bermanfaat mencerdaskan otak, 3) bermain bermanfaat menanggulangi
konflik, 4) bermain bermanfaat untuk melatih empati, 5) bermain
bermanfaat mengasah panca indera, 6) bermain melakukan penemuan.
Menurut Jean Piaget (melalui Montolalu et.al 2008:2.19) anak-anak
sesuai dengan usianya mempunyai jenis-jenis permainan tertentu, yaitu
sensory motor play (untuk usia 1 ½-2 tahun) , Symbolic play (2-7 tahun),
Social play games with rules (8-11 tahun) dan games dengan aturan dan
olahraga (11 tahun ke atas). Permainan dalam teknik Pow-Tega diambil
dari tiga model pembelajaran kontekstual yaitu: Scrable, Talking stick, dan
Make a match yang telah dimemodifikasi penelti sesuai dengan kebutuhan
di kelas speaking (Depdiknas, 2005:19-25).
Proses pembelajaran speaking melalui teknik Pow-Tega terdiri atas
empat aktivitas penting. Aktivitas pertama adalah aktivitas Scrable game
untuk kegiatan BKOF, yaitu kegiatan di mana guru mengajak peserta didik
untuk membangun kosa kata yang diperlukan untuk kegiatan modeling.
Pada kegiatan ini guru menyediakan slide show yang terdiri atas beberapa
kata yang diacak hurufnya. Sementara itu, peserta didik dipancing untuk
menebak susunan huruf tersebut menjadi kata yang benar yang
digunakan untuk mengisi kalimat rumpang. Peserta didik yang bisa
menjawab diharapkan mengangkat tangannya dan menyebutkan kata-
kata tersebut dengan suara keras. Guru memberi penghargaan kepada
peserta didik yang bisa menjawab dengan benar dan ikut memfasilitasi
peserta didik lain supaya melafalkan kata-kata tersebut dengan baik dan
benar.
Aktivitas yang kedua adalah Aktivitas modeling of the text dibantu
media Pic-Pow. Dalam aktivitas ini guru menerapkan enam langkah teknik
Power Teaching untuk memberi model berbicara materi teks deskriptif
sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Pada langkah modeling ini
guru menerapkan enam langkah teknik Power Teaching. Langkah yang
pertama adalah “Class- Yess”. Pada tahap ini guru mengarahkan
perhatian peserta didik pada kegiatan pembelajaran dengan mengucap
kata “ class “ dengan intonasi tertentu. Peserta didik menjawab ucapan
dengan kata “ Yess” dengan intonasi kata yang sama dengan intonasi
guru. Adapun langkah yang kedua adalah “Micro Lecture”. Pada langkah
ini guru menyampaikan materi dalam waktu kurang lebih 1 menit. Peserta
didik memperhatikan dengan seksama penjelasan guru. Setelah langkah
yang kedua adalah langkah “Teach-Oke”. Setelah guru melakukan “ Micro
Lecture “ guru mengucapkan kata “Teach” jika perlu dengan tepuk tangan
dan disertai gerakan yang menarik, sedangkan peserta didik menjawab
dengan kata “Oke“ sambil menirukan gerakan tangan dan suara guru.
Setelah menjawab “Oke” peserta didik mengulang apa yang telah
disampaikan guru secara berhadap-hadapan dengan peserta didik lain.
Sementara itu, langkah yang keempat yaitu Score board. Pada
langkah ini guru melakukan penilaian terhadap kinerja peserta didik pada
papan tulis yang telah dibuat tabel dengan dua kolom. Kolom pertama
bagian atas diberi ikon wajah orang tersenyum, sedangkan kolom kedua
bagian di atas diberi ikon gambar orang sedih. Kolom wajah gembira
diberi skor satu jika guru menilai kinerja peserta didik dianggap sesuai
dengan harapan guru, sedangkan kolom kedua jika kinerja peserta didik
dianggap kurang baik. Setelah guru memberi penilaian peserta didik
menanggapi sesuai dengan nilai yang diperolehnya. Jika ia mendapat
penilaian wajah tersenyum peserta didik meneriakkan kata “Oh
yeah/Bingo“ jika perlu dengan tepukkan tangan. Jika mendapat nilai wajah
10 |
sedih peserta didik pura-pura menangis dengan mengusap-usap mata
dengan tangan. Langkah selanjutnya adalah Hands and Eyes. Kegiatan
ini merupakan teknik untuk memusatkan perhatian peserta didik terhadap
penjelasan guru. Mereka duduk dengan tenang, kedua tangan di atas
meja dan memperhatikan penjelasan guru. Kegiatan ini biasanya
merupakan kegiatan yang diadakan sebelum kegiatan comprehension
check. Sedangkan langkah terakhir adalah Comprehension Chek. Pada
tahap ini peserta didik diminta mengulang secara lisan semua materi yang
telah disampaikan oleh guru. Pada saat peserta didik mengulang materi
yang diajarkan, guru berkeliling melakukan checking terhadap kegiatan
peserta didik (Healey, 2009 dalam http://www.powerteachers.net).
Dari langkah pertama sampai dengan langkah kelima diulang-ulang
sesuai dengan materi yang ingin disampaikan. Langkah-langkah di atas
sangat cocok untuk kegiatan pembelajaran speaking pada tahap modeling
of the text. Pada tahap modeling guru bisa memberi contoh bagaimana
berbicara dengan pengucapan, tata bahasa yang baik dan benar. Untuk
langkah class…..yes… bisa digunakan oleh guru pada setiap saat
dibutuhkan untuk kondisi kelas yang sedang gaduh. Keunggulan dari
teknik Power Teaching ini adalah membangun komunikasi antar peserta
didik. Antusiasme dan konsentrasi dibangun dengan menggunakan teknik
ini, khususnya pada langkah-langkah micro lecture, teach – ok, score
board dan hands and eyes. Selain itu, semua peserta didik juga
termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang menerapkan
teknik Power Teaching seperti kegiatan speaking (Putri, 2011).
Aktivitas ketiga dalam pembelajaran speaking melalui teknik Pow-
Tega adalah aktivitas Talking Stick Game untuk kegiatan Joint
Construction of The text. Aktivitas ini merupakan kegiatan di mana
peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen.
Peserta didik dalam kelompoknya dipacu untuk berlatih mengungkapkan
kembali topik pembicaraan dengan bahasa mereka sendiri dibantu oleh
media Pic-Pow yang ditayangkan guru di layar. Setelah peserta didik
berlatih di kelompoknya, guru mulai menerapkan Talking Stick game.
Kegiatan Talking Stick game ini dimulai dari guru menyuruh peserta didik
untuk menutup mata dan guru memberikan Talking Stick kepada salah
satu anggota kelompok. Anggota kelompok yang mendapat Talking Stick
disuruh berbicara mendeskripsikan gambar yang ada di slide show.
Adapun aktivitas yang keempat adalah Make a Match Game.
Kegiatan ini dirancang agar peserta didik benar-benar memahami topik
pembicaraan selama proses pembelajaran. Di samping itu, dalam
kegiatan ini secara tidak langsung peserta didik diajak untuk reading aloud
dengan lafal yang baik dan benar. Kegiatan ini dimulai dari guru membagi
beberapa kartu Make a Match Game. Peserta didik diberi kesempatan
untuk mencari pasangannya masing-masing. Agar kegiatan ini lebih hidup,
maka guru boleh memilih halaman kelas sebagai tempat kegiatan. Peserta
didik yang telah berhasil menemukan pasangannya diberi kesempatan
paling awal untuk membacakan isi kartu. Guru memberi penghargaan
kepada peserta didik tercepat menemukan pasangannya dengan jawaban
yang benar.
Media Pic-Pow (Picture in Power Point)
Media Pic-Pow merupakan contoh media pembelajaran yang
menggunakan ICT dengan program Microsoft Power Point. Power Point
merupakan salah satu aplikasi yang dikembangkan oleh Microsoft yang
digunakan untuk pembuatan presentasi. Meskipun program aplikasi ini
sebenarnya merupakan program untuk membuat presentasi, fasilitas yang
ada dapat dipergunakan untuk membuat program pembelajaran bahasa.
Fasilitas yang tersedia di Microsoft power point menurut Ouda
(2003:4) dapat digunakan untuk membuat tampilan yang ada di layar
menjadi lebih menarik. Di antaranya adalah sebagai berikut: 1)
memasukkan Teks, Gambar, Suara dan Video, 2) membuat tampilan
12 |
menarik, 3) membuat hyperlink yang menghubungkan tampilan di
program power point dengan program aplikasi lain.
Dengan media Pic-Pow guru diharapkan dapat mengajarkan
sesuatu yang sulit menjadi mudah dan sesuatu yang rumit menjadi
sederhana. Soedjana (melalui Soeparno,1988: 26) berpendapat
bahwa media memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1)
Pengajaran lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar, 2) Bahan pengajaran akan lebih
jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh peserta
didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pengajaran, 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-
mata komunikasi verbal, melalui penutupan mata-mata oleh guru
sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi kalau guru mengajar setiap jam pelajaran, 4) Peserta didik
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru.
Pemilihan media yang tepat seperti media Pic-Pow dapat
membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan. Di samping
itu, media yang tepat juga membantu peserta didik untuk
membentuk pengertian di dalam jiwanya. Mengajar dengan
menggunakan bermacam-macam media akan lebih menarik
perhatian peserta didik, lebih merangsang peserta didik untuk
berpikir (Slameto,2003:37).
Kerangka Berpikir
Kompetensi speaking dapat dicapai melalui pendekatan
kontekstual dengan berbagai macam teknik. Untuk mengurangi beberapa
kendala peserta didik dalam hal mengungkapkan gagasan atau pendapat
yang berkenaan dengan deskripsi orang atau binatang kesayangan
dalam pembelajaran harus melibatkan peserta didik baik fisik maupun
psikis. Diperlukan teknik yang membuat peserta didik secara tidak sadar
dibawa ke lingkungan nyata untuk mendiskripsikan orang dan binatang
kesayangan dalam bahasa Inggris lisan yaitu teknik Power Teaching and
game. Teknik tersebut diperkuat dengan adanya media Pic-Pow yang
dapat mempermudah peserta didik dalam menemukan ide dan gagasan
untuk berbicara secara individu. Pembelajaran speaking dengan
melibatkan peserta didik pada dunia nyata anak-anak yang masih suka
bermain dipandang perlu menggunakan teknik atau metode yang
menggabungkan beberapa model pembelajaran inovatif dan kontekstual
yaitu Powtega (Power Teaching and Game). Game yang dipakai peneliti
dalam pembelajaran speaking adalah gabungan tiga model pembelajaran
kontekstual yaitu scrable, talking stilk dan make a match. Penggunaan
media Pic-Pow yang berupa gambar-gambar menarik untuk memacu
perhatian dan memotivasi peserta didik agar lebih aktif dalam
pembelajaran juga dipandang perlu.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal. Waktu penelitian selama empat bulan
yaitu sejak bulan Juni sampai dengan September 2011. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada jadwal kegiatan penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Alokasi Waktu Penelitian
No Uraian Kegiatan
BULAN
Juni Juli Agustus Sept
1 Menyusun Proposal
Penelitian Tindakan Kelas
-
- -VV
2 Menyusun Instrumen
Penelitian VV - -
3 Pemgumpulan data dengan
melaksanakan siklus I dan
siklus II
- - VV V- - -
14 |
4 Analisi data - -VV
5 Pembahasan dan diskusi - - - V
6 Menyusun laporan Hasil
Penelitian
-
VVV-
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom
Action Research) melalui dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan tiga kali
tindakan dan setiap tindakan 2 x 40 menit atau 2 jam pelajaran. Penelitian
tindakan ini berpatokan pada refleksi awal dengan prosedur (1)
perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) observasi (observation),
dan (4) refleksi (reflektion) dalam setiap siklusnya. Subjek penelitian
adalah peserta didik Kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal.
Jumlah peserta didik yang dijadikan subjek penelitian ada 25 orang terdiri
atas 8 anak lakilaki dan 17 anak perempuan. Data utama pada penelitian
ini adalah katakata, tindakan, dan sumber data tertulis. Data berupa kata-
kata diperoleh dari wawancara dan tindakan sebagai hasil observasi
(pengamatan), sumber data tertulis dari hasil tes. Sumber data primer
diperoleh dari nilai kompetensi speaking. Data dari pengamat teman
sejawat termasuk data sekunder. Sumber data sekunder diperoleh dari
hasil pengamatan yang dilakukan kolaborator. Dilihat dari bentuk data,
ada dua macam data yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data nilai
kompetensi speaking merupakan data kuantitatif. Data hasil pengamatan
aktivitas belajar peserta didik merupakan data kualitatif. Validitas atau
kesahihan merupakan ukuran dari instrumen yang digunakan dalam
penelitian. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat
mengukur apa yang hendak diukur (Suwandi, 2009:53). Oleh karena itu,
untuk mengukur validitas instrumen peneliti menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut: 1) Data hasil observasi aktivitas belajar speaking
yang diperoleh melalui pengamatan supaya diperoleh data yang valid
divalidasi dengan bantuan kolaborator dengan teman sejawat (triangulasi
sumber antara peneliti, teman sejawat selaku kolaborator dan peserta
didik). 2) Data hasil tes kompetensi speaking supaya valid perlu dibuat
kisi-kisi sebelum soal disusun. Validasi dilakukan terhadap instrumen
penilaian tes unjuk kerja berupa penyusunan kisi-kisi sehingga terpenuhi
validitas teoretik, khususnya content validity.
Analisis data disajikan secara deskriptif komparatif yang dilanjutkan
refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan data
kondisi awal, siklus I dan siklus II, baik untuk aktivitas belajar maupun
kompetensi speaking. Refleksi artinya menarik simpulan berdasarkan
deskriptif komparatif kemudian dilanjutkan memberikan ulasan dan
langkah tindak lanjut. Ukuran berhasil tidaknya peningkatan aktivitas
peserta didik melalui observasi. Indikator keberhasilan tindakan
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik melalui teknik Pow-Tega
adalah: 1) Persentase jumlah peserta didik yang mencapai skor aktivitas
peserta didik ≥ 3,00 meningkat dari 24 % menjadi lebih dari 75%. Skor ≥
3,00 (kualifikasi baik) merupakan skor aktivitas peserta didik dalam skala
maksimum 4 (kualifikasi sangat baik), 2) Persentase jumlah peserta didik
yang mencapai nilai kompetensi speaking ≥ 76 meningkat dari 24 %
menjadi lebih dari 75 % peserta didik memperoleh nilai tes kompetensi
speaking ≥ 76. Nilai 76 merupakan nilai ketuntasan minimal (KKM) mata
pelajaran Bahasa Inggris kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Slawi pada tahun
pelajaran 2011/2012.
Penelitian tindakan ini direncanakan terbagi menjadi dua siklus
yang masing-masing siklus terdiri atas tiga kali pertemuan. Prosedur
penelitian ini setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang
ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang akan
diselidiki. Penentuan dilaksanakan siklus II berdasarkan hasil refleksi.
Untuk melihat kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik
serta aktivitasnya dalam pembelajaran, maka perlu diberikan tes
pratindakan. Observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan
yang tepat yang diberikan dalam rangka meminimalkan kekurangan
tersebut.
16 |
Dari evaluasi dan observasi, maka dalam refleksi ditetapkan bahwa
tindakan yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta
didik dan kompetensi speaking materi teks deskriptif adalah melalui
penerapan teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow. Pada siklus I dan II
peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok secara heterogen. Pada siklu I
guru tidak melibatkan peserta didik di luar kelas pada aktivitas make a
match game, sedangkan pada siklus II guru melibatkan peserta didik di
luar kelas pada aktivitas make a match game.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Pratindakan
Kegiatan pratindakan meliputi studi pendahuluan dan penyusunan
rancangan. Studi pendahuluan berupa observasi awal terhadap
pembelajaran kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik.
kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Slawi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan
dilakukan rancangan tindakan oleh guru dan kolaborator dalam membuat
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan
teknik Pow-Tega, media Pic-Pow, dan instrumen penelitian.
Hasil pengamatan menunjukkan hanya terdapat 6 peserta didik
(24%) mencapai rerata skor 3,00 atau lebih (kualifikasi Baik). Hal ini
mengindikasikan bahwa karakter percaya diri peserta didik masih rendah.
Berdasarkan hasil nilai akhir tes kompetensi speaking yang meliputi aspek
pelafalan, tata bahasa, kelancaran dan isi menunjukkan bahwa rata-rata
nilai adalah 69,59 dengan jumlah 6 peserta didik (24%) yang tuntas dan
19 peserta didik (76%) yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai kompetensi speaking materi teks deskriptif pada kondisi awal masih
rendah. Pada kondisi awal peneliti belum menerapkan teknik Pow-Tega
dengan media Pic-Pow sehingga kompetensi speaking masih sangat
rendah.
Pelaksanaan Tindakan Kelas
Siklus Pertama
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 dan 23 Juli untuk penerapan
teknik Pow-Tega dan media Pic-Pow dan pada tanggal 25 Juli untuk tes
kompetensi speaking materi teks diskriptif siklus I. Penerapan teknik Pow-
Tega dengan media Pic-Pow pembelajaran keterampilan speaking materi
teks deskriptif pada siklus I ini disajikan tema deskripsi orang berprestasi.
Media Pic-Pow yang digunakan terdiri atas gambar peserta didik
berprestasi dalam bidang bahasa Inggris untuk pertemuan I dan orang
berprestsi dalam bidang perfilman (Tobey Marguire) pada pertemua II
yang belum diberi suara oleh guru. Pertemuan pertama kegiatan diawali
guru dengan membuka pelajaran dengan apersepsi melalui tanya jawab.
Tidak lupa guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru
menunjukan slide show scrable game, sementara peserta didik yang bisa
menjawab dengan benar diberi skor. Setelah aktivitas scrable game
berakhir, guru memberi model berbicara dengan teknik Power Teaching
dibantu media Pic-Pow dengan menerapkan langkah-langkah: 1) Class-
Yes, 2) Micro Lecture, 3) Teach-O.K, 4) Score Board, 5) Hands and eyes,
6) Comprehension Check. Setelah aktivitas modeling dirasa cukup, guru
membagi peserta didik menjadi 5 kelompok secara heterogen dan
membagikan lembar kerja kelompok. Peserta didik berlatih berbicara
dalam kelompoknya masing-masing dibantu guided questions. Setelah itu,
Guru menunjuk salah satu anggota kelompok dengan talking stick untuk
berbicara sesuai dengan tema yang telah ditentukan dibantu media Pic-
Pow.
Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu
soal dan jawaban kepada peserta didik secara acak. Peserta didik
mencari pasangan masing-masing dan guru memberi penghargaan
kepada 3 pasangan tercepat dengan jawaban benar. Pertemuan kedua
langkah awal yang dilakukan guru adalah dengan membuka pertanyaan
tentang kegiatan pada pertemuan yang lalu. Selanjutnya, guru
18 |
menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pertemuan ini.
Kemudian pada kegiatan inti guru menunjukan slide show scrable game,
sementara peserta didik yang bisa menjawab dengan benar diberi skor.
Setelah aktivitas scrable game berakhir, guru memberi model berbicara
tentang Tobey Marguire dengan teknik Power Teaching dibantu media
Pic-Pow dengan menerapkan langkah-langkah: 1) Class- Yes, 2) Micro
Lecture, 3) Teach-O.K, 4) Score Board, 5) Hands and eyes, 6)
Comprehension Check. Setelah aktivitas modeling dirasa cukup, guru
membagi peserta didik menjadi 5 kelompok secara heterogen dan
membagikan lembar kerja kelompok. Peserta didik berlatih berbicara
dalam kelompoknya masing-masing dibantu guided questions. Setelah itu,
Guru menunjuk salah satu anggota kelompok dengan talking stick untuk
berbicara tentang Tobey Marguire media Pic-Pow.
Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu
soal dan jawaban tentang Tobey Marguire kepada peserta didik secara
acak. Peserta didik mencari pasangan masing-masing dan guru memberi
penghargaan kepada 3 pasangan tercepat dengan jawaban benar.
Berdasarkan data pengamatan dapat diketahui 14 peserta didik (56%)
mencapai rerata skor 3,00 atau lebih (kualifikasi Baik). Rerata skor
aktivitas adalah 2.93 (kualifikasi cukup). Apabila dibandingkan dengan
indikator kinerja maka pada siklus I ini indikator aktivitas peserta didik
dalam pembelajaran speaking materi teks deskriptif belum melebihi 75%.
Hasil nilai akhir tes kompetensi speaking yang meliputi aspek pelafalan,
tata bahasa, kelancaran dan isi menunjukkan bahwa rata-rata nilai adalah
76.6 dengan jumlah 16 peserta didik (64%) yang tuntas dan 9 peserta
didik (36%) yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa nilai
kompetensi speaking materi teks deskriptif belum mencapai indikator
keberhasilan penelitian ini. Kekurangan yang ada pada siklus I adalah
guru terlalu banyak mengadakan variasi gerakan tangan pada kegiatan
teach …O.K., peserta didik tampak bingung untuk menirukan gerakan
tangan peneliti. Oleh karena itu, guru perlu mengurangi gerakan tangan,
guru mengalami sedikit kendala dalam kegiatan comprehension and
check saat mengulangi isi pembicaraan dari awal hingga akhir, maka
suara guru perlu direkam dan dimasukkan ke dalam program power point
yang bisa menyatu dalam slide show gambar, guru kurang tegas dalam
menerapkan Talking Stick Game bagi peserta didik yang memperoleh
stick untuk mewakili teman-teman di kelompoknya membacakan hasil
diskusi kelompoknya. Aturan dalam aktivitas Make a Match Game
kurang ketat karena masih banyak peserta didik yang tidak mau berusaha
untuk mencari pasangan sambil teriak menyampaikan pertanyaan
ataupun jawabannya. Kendala aktivitas Make a Match Game adalah
peserta didik kurang leluasa ketika bermain mencari pasangannya. Oleh
karena itu, guru perlu memperbaiki kegiatan make a match untuk
diadakan di luar kelas. Dengan demikian kegiatan pembelajaran ini perlu
dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan mengkaji ulang perencanaan
persiapan pembelajaran (RPP) yang dibuat sesuai permasalahan pada
siklus I.
Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Juli dan Jumat,
29 Juli 2011 yang merupakan perbaikan dari pelaksanaan tindakan pada
siklus I dengan materi teks deskriptif tentang binatang kesayangan. Tes
kompetensi speaking dilaksanakan pada hari Jum’at, 5 Agustus 2011.
Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi
penyusunan perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
dilengkapi dengan instrumen penilaian, media Pic-Pow dilengkapi suara,
seperangkat kartu untuk Make a Match Game yang melibatkan peserta
didik di luar kelas, lembar observasi aktivitas peserta didik.
Media Pic-Pow yang digunakan untuk aktivitas scrable game berisi
kata-kata acak dan kalimat rumpang yang digunakan untuk memancing
peserta didik memahami dan menguasai kosa kata yang akan digunakan
dalam kegiatan speaking materi teks deskriptif tentang binatang
20 |
kesayangan. Gambar yang dilengkapi suara dimasukkan kedalam
program Microsoft power point bersamaan dengan materi pembelajaran
lain yang akan digunakan sebagai alat bantu untuk menginspirasi guru
dan peserta didik dalam mendeskripsikan binatang kesayangan.
Perbaikan lembar kerja kelompok yang menitikberatkan pada latihan
berbicara juga dibuat untuk kerja kelompok yang diakhiri dengan Talking
Stick Game. Sementara itu, media kartu dirancang untuk aktivitas Make
a Match Game di luar kelas.
Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada
perencanaan tindakan yang telah dibuat. Materi yang disajikan pada siklus
II adalah tentang binatang kesayangan. Siklus II dilaksanakan dalam 3 kali
pertemuan yaitu pada tanggal 27 dan 29 Juli untuk penerapan teknik Pow-
Tega dengan media Pic-Pow dan pada tanggal 5 Agustus untuk tes
kompetensi speaking materi teks deskriptif siklus II.
Pertemuan pertama pada sikus II kegiatan diawali guru dengan
membuka pelajaran dengan pertanyaan tentang materi yang telah
diberikan pada pertemuan yang lalu. Setelah itu, guru memberi apersepsi
tentang kompetensi speaking yang akan dicapai. Tidak lupa guru
menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru menunjukan slide
show scrable game, sementara peserta didik yang bisa menjawab dengan
benar diberi skor. Setelah aktivitas scrable game berakhir, guru memberi
model berbicara tentang Frenky (kucing) dengan teknik Power Teaching
dibantu media Pic-Pow yang telah dilengkapi dengan suara guru dengan
menerapkan langkah-langkah: 1) Class- Yes, 2) Micro Lecture, 3) Teach-
O.K, 4) Score Board, 5) Hands and eyes, 6) Comprehension Check.
Setelah aktivitas modeling dirasa cukup, guru membagi peserta
didik menjadi 5 kelompok secara heterogen dan membagikan lembar
kerja kelompok. Peserta didik berlatih berbicara tentang Frenky dalam
kelompoknya masing-masing dibantu guided questions. Setelah itu, Guru
menunjuk salah satu anggota kelompok dengan talking stick untuk
berbicara mendeskripsikan Frenky (kucing) dibantu media Pic-Pow.
Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu
soal dan jawaban kepada peserta didik secara acak. Guru menyuruh
peserta didik untuk keluar kelas. Peserta didik mencari pasangan masing-
masing, sementara peserta didik yang telah menemukan pasangannya
diperkenankan masuk kelas. 3 pasang paling cepat berdiri di depan
kelas. Guru memberi penghargaan kepada 3 pasangan tercepat dengan
jawaban benar dan membahas hasil kerja peserta didik.
Pertemuan kedua langkah awal yang dilakukan guru adalah
dengan membuka pertanyaan tentang kegiatan pada pertemuan yang
lalu. Selanjutnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai pada pertemuan ini. Kemudian pada kegiatan inti guru
menunjukan slide show scrable game, sementara peserta didik yang bisa
menjawab dengan benar diberi skor. Setelah aktivitas scrable game
berakhir, guru memberi model berbicara tentang Tobey Marguire dengan
teknik Power Teaching dibantu media Pic-Pow dengan menerapkan
langkah-langkah: 1) Class- Yes, 2) Micro Lecture, 3) Teach-O.K, 4) Score
Board, 5) Hands and eyes, 6) Comprehension Check. Setelah aktivitas
modeling dirasa cukup, guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok
secara heterogen dan membagikan lembar kerja kelompok. Peserta didik
berlatih berbicara dalam kelompoknya masing-masing dibantu guided
questions. Setelah itu, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok
dengan talking stick untuk berbicara tentang Brownie (kelinci) dengan
media Pic-Pow.
Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu
soal dan jawaban tentang Brownie kepada peserta didik secara acak.
Peserta didik mencari pasangan masing-masing dan guru memberi
penghargaan kepada 3 pasangan tercepat dengan jawaban benar.
Berdasarkan data pengamatan pada siklus II dapat diketahui Aktivitas
belajar speaking mengalami peningkatan dibandingkan kondisi awal. Jika
22 |
dibandingkan dengan siklus Il rerata skor aktivitas meningkat dari 2.93
menjadi 3.56. Pada siklus II ini, jumlah peserta didik yang memiliki rerata
skor 3 atau lebih adalah 24 peserta didik (96%). Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan dari 56 % pada siklus I menjadi 96% pada siklus II.
Hal ini berarti telah mencapai indikator keberhasilan dari penelitian ini
yaitu, persentase jumlah peserta didik yang mencapai skor ≥ 3,00
meningkat dari 24 % menjadi 75%. Skor ≥ 3,00 (kualifikasi baik)
merupakan skor aktivitas peserta didik dalam skala maksimum 4
(kualifikasi sangat baik).
Berdasarkan hasil tes kompetensi speaking materi teks deskriptif,
ketuntasan klasikal untuk setiap aspek juga mengalami kenaikan yaitu dari
100 %, (aspek pelafalan) 48 % (aspek tata bahasa), 48% (aspek
kelancaran) dan 76% (aspek isi) pada siklus I menjadi 100%, 84%,88%
dan 88% pada siklus II. Secara keseluruhan, nilai akhir kompetensi
speaking siklus II jika dibandingkan dengan siklus I nilai rata-rata naik dari
76.6 menjadi 83. Di samping itu, persentase ketuntasan klasikal juga
mengalami kenaikan dari 76% pada siklus I menjadi 92%. Hal ini sudah
memenuhi indikator keberhasilan dari penelitian ini yaitu persentase
ketuntasan klasikal nilai kompetensi speaking meningkat dari 24 %
menjadi lebih dari 75 % peserta didik memperoleh nilai tes kompetensi
speaking ≥ 76.
Dalam pelaksanaan tindakan ada beberapa hal yang menjadi
catatan, yaitu: 1) Peserta didik sudah memahami aturan Pow-Tega (Power
Teaching and Game) selama mengikuti pembelajaran speaking, sehingga
kegiatan pembelajaran speaking berjalan lancar, 2) Pada pertemuan II
siklus II semua peserta didik sudah mendapatkan pasangannya masing-
masing pada aktivitas Make a Match Game, 3) Semua peserta didik
terlibat dalam kerja sama kelompok dan karakter percaya diri mulai
berkembang, 4) Kegiatan Make a Match Game yang berlangsung di luar
kelas membuat peserta didik lebih antusias dan bergairah dalam
mengikuti permainan, 5). Di antara empat langkah pembelajaran dengan
menggunakan teknik Pow-Tega yang paling disenangi peserta didik
adalah kegiatan Make a Match Game dan kegiatan Power Teaching
langkah score board.
Selain itu, dapat ditemukan beberapa kelebihan teknik Pow-Tega.
Di antaranya adalah sebagai berikut:1) Teknik Pow-Tega merupakan
gabungan dari empat model pembelajaran CTL, sehingga kelebihan dari
keempat model pembelajaran tersebut dirasakan oleh guru dengan
diterapkannya teknik Pow-Tega, 2) Kegiatan Scrable game sangat cocok
untuk kegiatan BKOF, 3) Melalui aktivitas Power Teaching dengan media
Pic-Pow, peserta didik secara tidak langsung diajak untuk berlatih
konsentrasi dan fokus terhadap penjelasan dan model dari guru, 4) Media
Pic-Pow sangat bermanfaat untuk menginspirasi peserta didik saat
berbicara mendeskripsikan binatang kesayangan yang ada dalam gambar
tersebut, 5) Aktivitas Power Teaching sangat efektif untuk tahap modeling
of the text karena dalam aktivitas ini ada kegiatan simulasi, role play, dan
kerja sama antar peserta didik, 6) Aktivitas Talking Stick, sangat efektif
untuk tahap pembelajaran Joint Construction of the Text karena semua
peserta didik termotivasi untuk berinisiatif dalam berlatih berbicara
sesuai dengan waktu dalam kelompoknya. 7) Aktivitas Make a Match
Game sangat efektif untuk mengecek pemahaman peserta didik terhadap
materi teks deskriptif yang sedang menjadi topik pembicaraan.
Pembahasan Hasil Tiap Siklus
Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya
aktivitas belajar, dan kompetensi speaking. Masalah tersebut dikarenakan
guru belum menerapkan teknik dan media yang menarik dan variatif,
sehingga kegiatan speaking dianggap sulit, kurang menarik dan monoton.
Perlu penerapan gabungan teknik inovatif pembelajaran dengan media
yang tepat. Teknik yang dimaksud adalah Gabungan antara teknik Power
Teaching dan Game (Pow-Tega) dengan media Pic-Pow.
24 |
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 2 siklus. Penerapan
teknik Pow Tega dengan media Pic-Pow pada siklus I dan II berbeda.
Pada siklus I teknik Pow-Tega tidak melibatkan peserta didik di luar kelas,
sedangkan pada siklus II melibatkan peserta didik di luar kelas. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa penerapan teknik Pow-tega dengan
media Pic-Pow berdampak pada peningkatan aktivitas peserta didik dan
kompetensi speaking
Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar peserta didik diamati pada aspek
memperhatikan penjelasan guru dengan antusias, merespon dan
menirukan model dari guru, bekerja sama dengan peserta didik lain, dan
mempunyai gagasan dalam pemecahan masalah. Hasil pengamatan
menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal, siklus I dan siklus II.
Persentase jumlah peserta didik dengan skor aktivitas belajar ≥ 3.00
(kualifikasi baik atau baik sekali) mengalami peningkatan. Berikut adalah
grafik peningkatan skor rata-rata hasil observasi aktivitas peserta didik.
Grafik di atas menunjukkan bahwa rerata skor aktivitas belajar peserta
didik dari kondisi awal, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada
2.39
2.93
3.56
0
1
2
3
4
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Grafik1. Peningkatan Skor Rata-rataAktivitas Siswa
siklus I rerata skor naik 0.54 yaitu dari 2.39 menjadi 2.93. Pada siklus II
rerata skor naik 0.6 yaitu dari 2.39 menjadi 3.56. Persentase jumlah
peserta didik dengan skor aktivitas belajar ≥ 3.00 (kualifikasi baik atau baik
sekali) juga mengalami peningkatan. Berikut adalah grafik peningkatan
persentase jumlah peserta didik yang mencapai skor ≥ 3.00.
Grafik di atas menunjukkan peningkatan bahwa di kondisi awal 24%, pada
siklus I meningkat menjadi 56% dan pada siklus II meningkat menjadi
96%. Pada indikator kinerja penelitian, indikator keberhasilan direfleksikan
persentase jumlah peserta didik mencapai skor ≥ 3,00 meningkat dari 24
% menjadi lebih dari 75%. Skor ≥ 3,00 (kualifikasi baik) merupakan skor
aktivitas peserta didik dalam skala maksimum 4 (kualifikasi sangat baik).
Dengan melihat aktivitas belajar maka pada siklus II telah tercapai
indikator tersebut. Melalui penerapan teknik Pow-Tega dengan media Pic-
Pow guru dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik peserta didik
kelas VIII-6 dari kondisi awal 24% menjadi 96%.
Kompetensi Speaking
Nilai kompetensi speaking dilihat dari setiap aspeknya mengalami
peningkatan dari kondisi awal ke siklus I dan siklus II. Berikut adalah
perbandingan nilai dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dilihat dari setiap
24%
56%
96%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Grafik 2. PeningkatanPersentase
Jumlah siswayang mencapai skor Aktivitas siswa≥
3,00
26 |
aspeknya. Peningkatan persentase jumlah peserta didik yang mencapai
nilai ≥ 76 untuk setiap aspek penilaian dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik di atas menunjukkan peningkatan persentase jumlah peserta didik
yang tuntas bahwa untuk aspek pelafalan di kondisi awal 32%, pada siklus
I meningkat menjadi 100% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%.
Pada aspek tata bahasa di kondisi awal 12%, pada siklus I meningkat
menjadi 48% dan pada siklus II meningkat menjadi 84%. Pada aspek
kelancaran di kondisi awal 12%, pada siklus I meningkat menjadi 48% dan
pada siklus II meningkat menjadi 88%. Persentase jumlah peserta didik
yang mencapai nilai akhir kompetensi speaking ≥ 76 juga mengalami
peningkatan. Berikut adalah grafik peningkatan persentase jumlah peserta
didik yang mencapai nilai ≥ 76.
Pelafalan Tata Bahasa Kelancaran Isi
32%
12% 12%
20%
100%
48% 48%
76%
100%
84%
88% 88%
Grafik 3. Peningkatan PersentaseKetuntasan
Klasikal Per Aspek
Pra Siklus Sikus I Siklus II
Grafik 4. Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Klasikal Kompetensi
Speaking
Grafik di atas menunjukkan peningkatan bahwa di kondisi awal 24%, pada
siklus I meningkat menjadi 64% dan pada siklus II meningkat menjadi
92%. Pada indikator kinerja penelitian, indikator keberhasilan direfleksikan
dengan persentase jumlah peserta didik yang mencapai rerata nilai
kompetensi speaking ≥ 76 meningkat dari 24 % menjadi lebih dari 75%
peserta didik. Dengan melihat nilai kompetensi speaking pada siklus II
maka telah tercapai indikator tersebut. Melalui penerapan teknik Pow-
Tega dengan media Pic-Pow guru dapat meningkatkan kompetensi
speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 yaitu dari kondisi
awal 24% menjadi 92%.
Hasil Tindakan
Berdasarkan perbandingan data kondisi awal, siklus I dan siklus II
yang dijabarkan dalam pembahasan dapat disimpulkan tindakan yang
dilakukan pada siklus I maupun siklus II berpengaruh pada peningkatan
baik karakter percaya diri, aktivitas belajar maupun, kompetensi speaking.
Aktivitas belajar peserta didik juga mengalami peningkatan dari
rata-rata skor 2.39 menjadi 3.56. pada kondisi akhir, berarti meningkat
1.17. Persentase jumlah peserta didik yang mencapai rata-rata skor ≥3
24%
64%
92%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pra Siklus Siklus I Siklus II
28 |
(kualifikasi baik) juga meningkat dari 24% pada kondisi awal menjadi 96%
pada kondisi akhir, berarti meningkat 72%.
Kompetensi speaking materi teks deskriptif juga mengalami
peningkatan dari rata-rata nilai 69.59 menjadi 83 pada kondisi akhir,
berarti meningkat 13.41. Persentase jumlah peserta didik yang mencapai
nilai ≥76 (kualifikasi baik) juga meningkat dari 24% pada kondisi awal
menjadi 92% pada kondisi akhir, berarti meningkat 68%. Peningkatan
paling signifikan ada pada aspek pelafalan yaitu dari 32% pada kondisi
awal menjadi 100% pada kondisi akhir, berarti meningkat 68%.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis yang
menyatakan: Teknik Pow-tega dengan Media Pic-Pow dapat
meningkatkan karakter percaya diri, aktivitas peserta didik dan
kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 SMP
N 1 Slawi Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2011-2012 terbukti.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan pelaksanaan tindakan, peneliti dapat menarik
kesimpulan bahqwa: 1) teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow dapat
meningkatkan aktivitas peserta didik kelas VIII-6 SMP N 1 Slawi, semester
gasal tahun pelajaran 2011-2012, 2) teknik Pow-Tega dengan media Pic-
Pow dapat meningkatkan kompetensi speaking materi teks deskriptif
peserta didik kelas VIII-6 SMP N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran
2011-2012.
Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini
adalah: 1) guru perlu merancang pembelajaran yang baik, meliputi
perencanaan penggunaan teknik dan media pembelajaran yang
diperlukan agar pembelajaran lebih efektif, 2) guru dapat menggunakan
teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow dalam pembelajaran speaking
materi teks deskriptif agar kompetensi peserta didik lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas 2002. Pendekatan Kontekstual ; Contextual Teaching and
Learning. Jakarta: Direktorat PLP
Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah. Pedoman
Khusus Mata Pelajaran :Jakarta. Dharma Bhakti.
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Depdiknas.
Healey, Deborah, 2009.Power Teaching. http://www.powerteachers.net/
(diunduh tanggal 20 Maret 2011).
Moleong Lexy J, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Montolalu.B.E.F. Cet. Ke-8. 2008. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta.
Universitas Terbuka.
OudaTeda Eda.2003. Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan
Piranti Lunak Presentasi. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Putri, Mertha Tyananda.2011. Penerapan Model Power Teaching dan
Cooperative Script untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis
Bahasa Indonesia dalam Meringkas Isi Wacana Cerita. Skripsi,
Jurusan KSDP, FIP, Universitas Negeri Malang.
Subandi, 2009. Peningkatan Kemampuan Listening Teks Descriptive
dengan Teknik Quiz pada peserta didik kelas 8-4 semester gasal
tahun pelajaran 2009-2010”.
Suwandi, Sarwiji, 2010. Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma
Pustaka.
Slameto, 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta:
P.T. Rineka Cipta.
Soeparno, 1988. Media Pengajaran Bahasa, Klaten: Intan Pariwara.
Thornburrie, Scott. How To Teach Speaking.Cina. Longman.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

RPP Kurtilas Bahasa Inggris SMP Kelas VIII - Adjectives Comparison Degree
RPP Kurtilas Bahasa Inggris SMP Kelas VIII - Adjectives Comparison DegreeRPP Kurtilas Bahasa Inggris SMP Kelas VIII - Adjectives Comparison Degree
RPP Kurtilas Bahasa Inggris SMP Kelas VIII - Adjectives Comparison DegreeChieri Rachman
 
Rpp Bahasa Inggris SMK kelas XI suggestion and offering
Rpp Bahasa Inggris SMK kelas XI suggestion and offeringRpp Bahasa Inggris SMK kelas XI suggestion and offering
Rpp Bahasa Inggris SMK kelas XI suggestion and offeringSiti Purwaningsih
 
ATP B.Inggris Kls 7 Genap Lukluk SMP 2.docx
ATP B.Inggris Kls 7 Genap Lukluk SMP 2.docxATP B.Inggris Kls 7 Genap Lukluk SMP 2.docx
ATP B.Inggris Kls 7 Genap Lukluk SMP 2.docxDolySeptyantoSitorus1
 
RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )
RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )
RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )santi damayanti
 
4.4 model pembelajaran bahasa inggris berbasis projek baru
4.4 model pembelajaran bahasa inggris berbasis projek baru4.4 model pembelajaran bahasa inggris berbasis projek baru
4.4 model pembelajaran bahasa inggris berbasis projek baruErwin Abdillah
 
RPP BAHASA INGGRIS K13 KELAS VII (TIME)
RPP BAHASA INGGRIS K13 KELAS VII (TIME)RPP BAHASA INGGRIS K13 KELAS VII (TIME)
RPP BAHASA INGGRIS K13 KELAS VII (TIME)Naia Riana
 
Bahan ajar descriptive
Bahan ajar descriptiveBahan ajar descriptive
Bahan ajar descriptiveVika Lesmana
 
FINAL ATP FASE E KELAS X BAHASA INGGRIS SMAN 2 PST.docx
FINAL ATP FASE E KELAS X  BAHASA INGGRIS SMAN 2 PST.docxFINAL ATP FASE E KELAS X  BAHASA INGGRIS SMAN 2 PST.docx
FINAL ATP FASE E KELAS X BAHASA INGGRIS SMAN 2 PST.docxmaria345498
 
Rpp Bahasa inggris SMK kelas X congratulation
Rpp Bahasa inggris SMK kelas X congratulationRpp Bahasa inggris SMK kelas X congratulation
Rpp Bahasa inggris SMK kelas X congratulationSiti Purwaningsih
 
Genre based approach
Genre based approachGenre based approach
Genre based approachPapa Kayla
 
Contoh ptk bahasa inggris sma
Contoh ptk bahasa inggris smaContoh ptk bahasa inggris sma
Contoh ptk bahasa inggris smaArif Munawar
 
RPP SMA Bahasa Inggris Kelas XII
RPP SMA Bahasa Inggris Kelas XIIRPP SMA Bahasa Inggris Kelas XII
RPP SMA Bahasa Inggris Kelas XIIDiva Pendidikan
 
RPP BAHASA INGGRIS UCAPAN SELAMAT BERSAYAP KELAS X KURIKULUM 2013
RPP BAHASA INGGRIS UCAPAN SELAMAT BERSAYAP KELAS X KURIKULUM 2013RPP BAHASA INGGRIS UCAPAN SELAMAT BERSAYAP KELAS X KURIKULUM 2013
RPP BAHASA INGGRIS UCAPAN SELAMAT BERSAYAP KELAS X KURIKULUM 2013Bob Septian
 
desain pembelajaran BIPA - Bahasa indonesia penutur asing
 desain pembelajaran BIPA - Bahasa indonesia penutur asing desain pembelajaran BIPA - Bahasa indonesia penutur asing
desain pembelajaran BIPA - Bahasa indonesia penutur asingAjengIlla
 

La actualidad más candente (20)

RPP analytical exposition
RPP  analytical exposition  RPP  analytical exposition
RPP analytical exposition
 
RPP Kurtilas Bahasa Inggris SMP Kelas VIII - Adjectives Comparison Degree
RPP Kurtilas Bahasa Inggris SMP Kelas VIII - Adjectives Comparison DegreeRPP Kurtilas Bahasa Inggris SMP Kelas VIII - Adjectives Comparison Degree
RPP Kurtilas Bahasa Inggris SMP Kelas VIII - Adjectives Comparison Degree
 
Rpp Bahasa Inggris SMK kelas XI suggestion and offering
Rpp Bahasa Inggris SMK kelas XI suggestion and offeringRpp Bahasa Inggris SMK kelas XI suggestion and offering
Rpp Bahasa Inggris SMK kelas XI suggestion and offering
 
ATP B.Inggris Kls 7 Genap Lukluk SMP 2.docx
ATP B.Inggris Kls 7 Genap Lukluk SMP 2.docxATP B.Inggris Kls 7 Genap Lukluk SMP 2.docx
ATP B.Inggris Kls 7 Genap Lukluk SMP 2.docx
 
RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )
RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )
RPP bahasa Inggris SMP (introducing-speaking skill )
 
4.4 model pembelajaran bahasa inggris berbasis projek baru
4.4 model pembelajaran bahasa inggris berbasis projek baru4.4 model pembelajaran bahasa inggris berbasis projek baru
4.4 model pembelajaran bahasa inggris berbasis projek baru
 
RPP BAHASA INGGRIS K13 KELAS VII (TIME)
RPP BAHASA INGGRIS K13 KELAS VII (TIME)RPP BAHASA INGGRIS K13 KELAS VII (TIME)
RPP BAHASA INGGRIS K13 KELAS VII (TIME)
 
Bahan ajar descriptive
Bahan ajar descriptiveBahan ajar descriptive
Bahan ajar descriptive
 
FINAL ATP FASE E KELAS X BAHASA INGGRIS SMAN 2 PST.docx
FINAL ATP FASE E KELAS X  BAHASA INGGRIS SMAN 2 PST.docxFINAL ATP FASE E KELAS X  BAHASA INGGRIS SMAN 2 PST.docx
FINAL ATP FASE E KELAS X BAHASA INGGRIS SMAN 2 PST.docx
 
Rpp Bahasa inggris SMK kelas X congratulation
Rpp Bahasa inggris SMK kelas X congratulationRpp Bahasa inggris SMK kelas X congratulation
Rpp Bahasa inggris SMK kelas X congratulation
 
Genre based approach
Genre based approachGenre based approach
Genre based approach
 
ATP Bhs Inggris 7 Sem 1.doc
ATP Bhs  Inggris 7 Sem 1.docATP Bhs  Inggris 7 Sem 1.doc
ATP Bhs Inggris 7 Sem 1.doc
 
Contoh ptk bahasa inggris sma
Contoh ptk bahasa inggris smaContoh ptk bahasa inggris sma
Contoh ptk bahasa inggris sma
 
Instrumen penilaian listening
Instrumen penilaian listening Instrumen penilaian listening
Instrumen penilaian listening
 
RPP SMA Bahasa Inggris Kelas XII
RPP SMA Bahasa Inggris Kelas XIIRPP SMA Bahasa Inggris Kelas XII
RPP SMA Bahasa Inggris Kelas XII
 
RPP BAHASA INGGRIS UCAPAN SELAMAT BERSAYAP KELAS X KURIKULUM 2013
RPP BAHASA INGGRIS UCAPAN SELAMAT BERSAYAP KELAS X KURIKULUM 2013RPP BAHASA INGGRIS UCAPAN SELAMAT BERSAYAP KELAS X KURIKULUM 2013
RPP BAHASA INGGRIS UCAPAN SELAMAT BERSAYAP KELAS X KURIKULUM 2013
 
RPP my favourite animals - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTs
RPP my favourite animals  - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTsRPP my favourite animals  - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTs
RPP my favourite animals - Kurikulum 2013 Bahasa Inggris SMP/MTs
 
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docxLK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi.docx
 
desain pembelajaran BIPA - Bahasa indonesia penutur asing
 desain pembelajaran BIPA - Bahasa indonesia penutur asing desain pembelajaran BIPA - Bahasa indonesia penutur asing
desain pembelajaran BIPA - Bahasa indonesia penutur asing
 
Silabus bhs inggris wajib kls 11
Silabus bhs inggris wajib kls 11Silabus bhs inggris wajib kls 11
Silabus bhs inggris wajib kls 11
 

Destacado

Media pembelajaran bahasa inggris
Media pembelajaran bahasa inggrisMedia pembelajaran bahasa inggris
Media pembelajaran bahasa inggrismahasaraswati
 
Variasi media pembelajaran bahasa inggris
Variasi media pembelajaran bahasa inggrisVariasi media pembelajaran bahasa inggris
Variasi media pembelajaran bahasa inggrisAnie01
 
Media pembelajaran kelas V semester 2 speaking
Media pembelajaran kelas V semester 2 speaking Media pembelajaran kelas V semester 2 speaking
Media pembelajaran kelas V semester 2 speaking kadek_yulia
 
Ppt materi Bahasa Inggris SMP Kelas VII Introduction
Ppt materi Bahasa Inggris SMP Kelas VII IntroductionPpt materi Bahasa Inggris SMP Kelas VII Introduction
Ppt materi Bahasa Inggris SMP Kelas VII IntroductionSiti Purwaningsih
 
Smart - Organization Dinamics Behaviour
Smart - Organization Dinamics Behaviour Smart - Organization Dinamics Behaviour
Smart - Organization Dinamics Behaviour Giacomo Carozza
 
บทที่ 3
บทที่  3บทที่  3
บทที่ 3oraya-s
 
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 3
สถานการณ์ปัญหาบทที่  3สถานการณ์ปัญหาบทที่  3
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 3oraya-s
 
We Can't Delay!
We Can't Delay!We Can't Delay!
We Can't Delay!boisejim
 
Countries and regions of the world m A to Z
Countries and regions of the world m A to ZCountries and regions of the world m A to Z
Countries and regions of the world m A to ZLearn English
 
PENGERTIAN EKONOMI
PENGERTIAN EKONOMIPENGERTIAN EKONOMI
PENGERTIAN EKONOMIKka ELF
 
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 8
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 8สถานการณ์ปัญหาบทที่ 8
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 8oraya-s
 
TEDxTorVergataU - Presentation
TEDxTorVergataU - PresentationTEDxTorVergataU - Presentation
TEDxTorVergataU - PresentationGiacomo Carozza
 
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 7
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 7สถานการณ์ปัญหาบทที่ 7
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 7oraya-s
 

Destacado (20)

Media pembelajaran bahasa inggris
Media pembelajaran bahasa inggrisMedia pembelajaran bahasa inggris
Media pembelajaran bahasa inggris
 
Variasi media pembelajaran bahasa inggris
Variasi media pembelajaran bahasa inggrisVariasi media pembelajaran bahasa inggris
Variasi media pembelajaran bahasa inggris
 
Media pembelajaran kelas V semester 2 speaking
Media pembelajaran kelas V semester 2 speaking Media pembelajaran kelas V semester 2 speaking
Media pembelajaran kelas V semester 2 speaking
 
Ppt materi Bahasa Inggris SMP Kelas VII Introduction
Ppt materi Bahasa Inggris SMP Kelas VII IntroductionPpt materi Bahasa Inggris SMP Kelas VII Introduction
Ppt materi Bahasa Inggris SMP Kelas VII Introduction
 
Human system
Human systemHuman system
Human system
 
Your online job
Your online jobYour online job
Your online job
 
Smart - Organization Dinamics Behaviour
Smart - Organization Dinamics Behaviour Smart - Organization Dinamics Behaviour
Smart - Organization Dinamics Behaviour
 
บทที่ 3
บทที่  3บทที่  3
บทที่ 3
 
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 3
สถานการณ์ปัญหาบทที่  3สถานการณ์ปัญหาบทที่  3
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 3
 
Constituição
ConstituiçãoConstituição
Constituição
 
We Can't Delay!
We Can't Delay!We Can't Delay!
We Can't Delay!
 
Countries and regions of the world m A to Z
Countries and regions of the world m A to ZCountries and regions of the world m A to Z
Countries and regions of the world m A to Z
 
PENGERTIAN EKONOMI
PENGERTIAN EKONOMIPENGERTIAN EKONOMI
PENGERTIAN EKONOMI
 
World war I
World war IWorld war I
World war I
 
Energy efficiency
Energy efficiencyEnergy efficiency
Energy efficiency
 
Electrical safetyathome
Electrical safetyathomeElectrical safetyathome
Electrical safetyathome
 
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 8
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 8สถานการณ์ปัญหาบทที่ 8
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 8
 
Natural disaster
Natural disasterNatural disaster
Natural disaster
 
TEDxTorVergataU - Presentation
TEDxTorVergataU - PresentationTEDxTorVergataU - Presentation
TEDxTorVergataU - Presentation
 
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 7
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 7สถานการณ์ปัญหาบทที่ 7
สถานการณ์ปัญหาบทที่ 7
 

Similar a model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

Ketrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasaKetrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasadaud5530
 
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulisUpaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulisandri wahyudi
 
Jurnal metode role playing dan media gambar
Jurnal metode role playing dan media gambarJurnal metode role playing dan media gambar
Jurnal metode role playing dan media gambarrusnaini
 
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...JuZz Kidding
 
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...FPBS IKIP PGRI BALI
 
cth kajian tindakan 2.pdf
cth kajian tindakan 2.pdfcth kajian tindakan 2.pdf
cth kajian tindakan 2.pdfWawaWaheeda
 
Meningkatkan Kemampuan Menulis Menggunakan Padlet.pdf
Meningkatkan Kemampuan Menulis Menggunakan Padlet.pdfMeningkatkan Kemampuan Menulis Menggunakan Padlet.pdf
Meningkatkan Kemampuan Menulis Menggunakan Padlet.pdfWahyu Rakhmanto
 
BEST PRACTICE PPL NARRATIVE DRAMA FASE D
BEST PRACTICE PPL NARRATIVE DRAMA FASE DBEST PRACTICE PPL NARRATIVE DRAMA FASE D
BEST PRACTICE PPL NARRATIVE DRAMA FASE DNURWANTO ,M.Pd.
 
Pendekatan induktif, deduktif, elektik, komunikatif
Pendekatan induktif, deduktif, elektik, komunikatifPendekatan induktif, deduktif, elektik, komunikatif
Pendekatan induktif, deduktif, elektik, komunikatifArifahAzlanShah2
 
Teaching indonesian language using audio
Teaching indonesian language using audioTeaching indonesian language using audio
Teaching indonesian language using audiobalqishusin
 
Teaching indonesian language_using_audio (1)
Teaching indonesian language_using_audio (1)Teaching indonesian language_using_audio (1)
Teaching indonesian language_using_audio (1)noviyulianti
 
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahPenelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahdalilah77
 
Inspirasi lengkap
Inspirasi lengkapInspirasi lengkap
Inspirasi lengkapsamsul87
 

Similar a model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng) (20)

Ketrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasaKetrampilan berbahasa
Ketrampilan berbahasa
 
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulisUpaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
Upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis
 
Jurnal metode role playing dan media gambar
Jurnal metode role playing dan media gambarJurnal metode role playing dan media gambar
Jurnal metode role playing dan media gambar
 
Ptk proposal ing1
Ptk proposal ing1Ptk proposal ing1
Ptk proposal ing1
 
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...
 
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...
Penerapan model kooperatif jigsaw pada pembelajaran metode pembelajaran bahas...
 
cth kajian tindakan 2.pdf
cth kajian tindakan 2.pdfcth kajian tindakan 2.pdf
cth kajian tindakan 2.pdf
 
Meningkatkan Kemampuan Menulis Menggunakan Padlet.pdf
Meningkatkan Kemampuan Menulis Menggunakan Padlet.pdfMeningkatkan Kemampuan Menulis Menggunakan Padlet.pdf
Meningkatkan Kemampuan Menulis Menggunakan Padlet.pdf
 
Ppt
PptPpt
Ppt
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
BEST PRACTICE PPL NARRATIVE DRAMA FASE D
BEST PRACTICE PPL NARRATIVE DRAMA FASE DBEST PRACTICE PPL NARRATIVE DRAMA FASE D
BEST PRACTICE PPL NARRATIVE DRAMA FASE D
 
Pendekatan induktif, deduktif, elektik, komunikatif
Pendekatan induktif, deduktif, elektik, komunikatifPendekatan induktif, deduktif, elektik, komunikatif
Pendekatan induktif, deduktif, elektik, komunikatif
 
Teaching indonesian language using audio
Teaching indonesian language using audioTeaching indonesian language using audio
Teaching indonesian language using audio
 
Teaching indonesian language_using_audio (1)
Teaching indonesian language_using_audio (1)Teaching indonesian language_using_audio (1)
Teaching indonesian language_using_audio (1)
 
5 1413-1-sm
5 1413-1-sm5 1413-1-sm
5 1413-1-sm
 
Revisi tulisan skripsi 3
Revisi tulisan skripsi 3Revisi tulisan skripsi 3
Revisi tulisan skripsi 3
 
Proposal irwan (isi)
Proposal irwan (isi)Proposal irwan (isi)
Proposal irwan (isi)
 
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilahPenelitian Tindakan kelas by dalilah
Penelitian Tindakan kelas by dalilah
 
PTK IPA SMP
PTK IPA SMP PTK IPA SMP
PTK IPA SMP
 
Inspirasi lengkap
Inspirasi lengkapInspirasi lengkap
Inspirasi lengkap
 

Último

Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxHaryKharismaSuhud
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024panyuwakezia
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdfAfriYani29
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...nuraji51
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxDedeRosza
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024DessyArliani
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 

Último (20)

Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 

model pembelajaran speaking inovatif (juara 1 tgkt Prov. Jateng)

  • 1. PENINGKATAN KOMPETENSI SPEAKING MATERI TEKS DESKRIPTIF MELALUI TEKNIK POW-TEGA DENGAN MEDIA PIC-POW PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII-6 SMP NEGERI 1 SLAWI Bunyamin )* Abstrak: Masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kompetensi speaking materi teks deskriptif rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi speaking materi teks deskriptif melalui teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Slawi. Desain penelitian dilakukan dua siklus, dimana setiap siklusnya terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) sebagian besar (96%) peserta didik semakin meningkat aktivitas belajar speaking teks diskriptifnya, 2) sebagian besar (92%) peserta didik semakin meningkat kompetensi speaking teks diskriptifnya. Saran yang dapat disampaikan bagi teman sejawat bahwa penggunaan teknik pow-tega dengan media Pic-Pow dalam pembelajaran speaking materi teks deskriptif ternyata mampu meningkatkan kompetensi speaking peserta didik. Kata kunci: teknik Pow-Tega, media Pic-Pow, kompetensi speaking materi teks deskriptif. PENDAHULUAN Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, khususnya untuk mata pelajaran bahasa Inggris untuk SMP/MTs, disebutkan bahwa kompetensi speaking dapat ditemukan baik dalam wacana dialog maupun monolog. Menurut standar tersebut peserta didik kelas VIII SMP semester gasal diharapkan mampu mengungkapkan makna dalam teks lisan fungsional dan monolog pendek sederhana yang berbentuk descriptive dan recount untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Teks deskriptif telah diajarkan pada kelas VII semester genap. Namun demikian, di kelas VIII peserta didik diharapkan lebih banyak mempunyai kesempatan untuk berlatih mendeskripskan benda maupun orang secara lisan dalam bentuk monolog dengan bahasa lisan yang berterima, lancar dan akurat. * Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Slawi Kab. Tegal
  • 2. 2 | Meskipun metode yang diterapkan oleh guru sudah cukup baik yaitu dengan menerapkan model pembelajaran simulation, aktivitas peserta didik dan kompetensi speaking materi teks deskriptif masih cukup rendah. Hal ini terbukti nilai hasil tes kompetensi speaking materi teks deksriptif yang diadakan oleh peneliti menunjukkan nilai rata-rata kompetensi berbicara peserta didik materi teks deskriptif masih, yaitu (69.59). Nilai rata-rata yang dicapai ini termasuk kategori rendah karena KKM untuk kompetensi speaking materi teks deskriptif di kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Slawi semester gasal, tahun pelajaran 2011-2012 adalah 76. (lihat dokumen penetapan KKM mapel Bahasa Inggris kelas VIII SMP N 1 Slawi). Jika dilihat dari segi ketuntasan belajar untuk speaking materi teks deskriptif juga termasuk rendah karena ketuntasan belajar peserta didik baru mencapai 6 peserta didik (24 %) dari 25 peserta didik. (Lihat dokumen daftar nilai kompetensi speaking peserta didik kelas VIII-6). Di samping itu, aktivitas peserta didik masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan melalui observasi guru yang mempunyai nilai rata-rata 2.39 (kategori cukup). Atas dasar fakta di atas, peneliti bersama-sama dengan teman sejawat yaitu Subandi, S.Pd. dan Denny Adji Hastuti, S.Pd. mengadakan refleksi pembelajaran untuk kompetensi speaking materi teks deskriptif. Hasil refleksi menunjukkan bahwa peserta didik mengalami banyak kendala dalam berbicara bahasa Inggris. Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran speaking juga masih rendah, sehingga mengakibatkan rendahnya kompetensi speaking materi teks deskriptif. Hal itu disebabkan oleh anggapan bahwa kompetensi speaking kurang penting karena tidak masuk SKL UN. Di antara kendala-kendala yang bisa ditemukan dimungkinkan karena kurangnya: (1) model atau contoh dari guru saat pembelajaran speaking berlangsung, (2) pengetahuan peserta didik tentang kosakata dan tata bahasa, (3) keyakinan peserta didik terhadap pronunciation (pelafalan) beberapa kosa kata yang digunakan
  • 3. dalam kegiatan berbicara, (4) kesempatan yang diberikan oleh guru kepada peserta didik saat pembelajaran speaking berlangsung, (5) keberanian peserta didik untuk berbicara di depan kelas, (6) pengalaman belajar yang benar-benar memotivasi peserta didik untuk berbicara, (7) inisiatif peserta didik untuk berlatih saat pembelajaran speaking berlangsung, dan (8) adanya media yang bisa menarik perhatian peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran speaking dan menginspirasi peserta didik tentang apa yang akan mereka bicarakan. Untuk mengatasi masalah dan kendala-kendala tersebut peneliti berusaha menggabungkan beberapa teknik pembelajaran inovatif dan kontekstual. Dengan diterapkannya beberapa teknik pembelajaran yang lebih efektif diharapkan dapat dicapai tujuan pembelajaran (Slameto, 2003:37). Di antara metode yang dapat digunakan adalah teknik Power Teaching yang digabungkan dengan game (permainan). Untuk teknik game ini peneliti juga menggabungkan tiga jenis model pembelajaran kontekstual yaitu, Scrable, Make a Match dan Talking Stick. Gabungan antara teknik Power Teaching dan game (Scrable, Make a Match dan Talking Stick) selanjutnya disebut Pow-Tega dalam penelitian ini. Pow- Tega merupakan singkatan dari Power Teaching and Game. Selain teknik Pow-Tega yaitu Power Teaching and game, peneliti juga memilih media yang dianggap dapat membantu peserta didik agar mudah mengikuti pembelajaran speaking. Media yang dimaksud adalah media Pic-Pow (Picture in Power Point). Media ini dipilih karena dianggap praktis, sesuai daya dukung ruang kelas RSBI yang dilengkapi dengan LCD dan dianggap dapat mempermudah guru saat menginspirasi peserta didik dan memberi model speaking materi teks deskriptif kepada seluruh peserta didik. Dengan media Pic-Pow ini diharapkan peserta didik dapat lebih mudah menangkap penjelasan dari guru dan kembali mengungkapkan apa yang ada dalam gambar. Selain media Pic-Pow, peneliti juga menggunakan media kartu Make a Match Game sebagai media untuk
  • 4. 4 | memotivasi peserta didik dalam mencari informasi dan menemukan jawaban saat diadakan kegiatan latihan-latihan dan penguatan terhadap materi yang diajarkan oleh guru. Peneliti berasumsi bahwa melalui teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow, para peserta didik baik sadar maupun tidak, terlibat langsung dalam kehidupan nyata untuk mengungkapkan ide atau gagasan dalam bahasa Inggris secara lisan. Dengan demikian, aktivitas peserta didik dan kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 diharapkan dapat meningkat. Berdasarkan konteks di atas, peneliti mengajukan rumusan masalah ”Apakah teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow dapat meningkatkan kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 SMP N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2011-2012?” Dengan memperhatikan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menganalisis kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 SMP N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2011-2012. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan model pembelajaran guna meningkatkan kompetensi berbahasa, khususnya yang berkaitan dengan speaking materi teks deskriptif. Disamping itu, penulisan ini juga diharapkan dapat dijadikan model pemecahan masalah yang berkaitan dengan pengajaran di kelas, khususnya Speaking materi teks deskritif, serta dapat menggugah peserta didik dalam pembelajaran speaking materi teks deskriptif. LANDASAN TEORETIS Langkah-langkah Pembelajaran Bahasa Inggris Secara alamiah orang belajar bahasa mulai dari bahasa lisan dan semakin lama menuju ke bahasa tulis. Hal ini menjadi suatu perhatian dalam pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berdasarkan kurikulum ini dimulai dari pembelajaran bahasa lisan yang seringkali
  • 5. disebut siklus lisan, setelah itu dilanjutkan dengan bahasa tulis yang seringkali disebut siklus tulis. Dari sinilah pembelajaran bahasa dikembangkan mulai dari siklus lisan ke siklus tulis. Pembelajaran siklus lisan mulai dari listening dan kemudian speaking, sedangkan pembelajaran siklus tulis mulai dari reading ke writing, dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan literasi (Literacy Approach) atau Genre Approach. Selanjutnya dalam buku pelatihan terintergrasi berbasis kompetensi (Depdiknas, 2005:12) dijelaskan bahwa untuk setiap siklus guru hendaknya mengikuti langkah-langkah pembelajaran bahasa sebagai berikut: 1) Building Knowledge of the Field (BKOF), 2) Modelling of Text (MOT), Joint Construction of Text (JCOT), dan Independent Construction (I-COT). Pada langkah pertama ini, sesuai dengan namanya, yaitu building knowledge of the field, peserta didik diberikan pengetahuan awal yang berupa kosakata dan tatabahasa yang berhubungan dengan tema dan genre yang akan dibahas. Kegiatan ini bersifat interaktif antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik sehingga keterampilan listening dan speaking dimulai di sini. Misalnya membicarakan tentang deskripsi orang. Pada tahap ini peserta didik akan diperkenalkan kosakata yang berhubungan dengan kosa kata tentang cirri-ciri anggota badan orang, dan jenis-jenis hobi, kegiatan orang yang dipakai dalam kegiatan speaking. Pada tahap kedua (modeling of the text) mereka diperkenalkan dengan teks-teks lisan maupun tulis yang berhubungan dengan jenis teks deskriptif. Penyajian teks kemudian disusul dengan model cara pengucapan, intonasi, dan kelancaran, yang kemudian disusul dengan latihan-latihan pemahaman (comprehension) yang berhubungan dengan teks yang telah disajikan. Latihan comprehension diarahkan kepada stuktur jenis teks (generic structure) tersebut. Langkah-langkah ini disebut Modeling of the Texs atau MOT.
  • 6. 6 | Tahap ketiga (joint construction of the text) merupakan tahap di mana peserta didik secara berkolompok atau berpasangan peserta didik mulai berlatih untuk membuat satu teks baru yang sejenis dan dilanjutkan dengan presentasi hasil diskusi selama latihan di kelompoknya. Sementara itu, Thornbury dalam bukunya “How to Teach Speaking” menyatakan bahwa kegiatan ini bisa diisi dengan kegiatan task repetation, yaitu kegiatan mengungkapkan kembali topik pembicaraan dengan bahasa mereka sendiri (Thornbury:63). Tahap pembelajaran terakhir adalah Independent Construction of Text. Pada tahap ini setelah peserta didik belajar dan mendapatkan pengalaman belajar dalam kelompok, mereka dipercaya mampu untuk dapat membuat teks sendiri baik lisan maupun tulis yang sejenis dengan teks yang sudah diajarkan. Peserta didik akan merasa bangga jika hasil pekerjaan mereka dalam bentuk karangan dikoreksi oleh guru, dan kemudian ditempel di mading kelas atau langsung di dokumentasi oleh guru dalam bentuk porto folio. Namun kalau hasil pekerjaan mereka dalam bentuk lisan atau harus dilisankan, mereka akan menyajikannya di depan kelas dalam bentuk tes unjuk kerja berbicara (Depdiknas, 2005: 23). Aktivitas Belajar Speaking Materi Teks Deskriptif Menurut (Thornbury,2000:65) dalam bukunya “How to Teach Speaking” ada beberapa aktivitas yang bisa dipilih untuk kegiatan pembelajaran speaking. Di antaranya adalah: practiced control, drilling, writing task, assisted performance, dan task repitation. Kegiatan practiced control merupakan kegiatan latihan berbicara yang dibimbing oleh seorang guru sebagai model berbicara. Sebelum peserta didik melakukan berbicara guru terlebih dahulu memberikan model cara berbicara bahasa Inggris secara akurat, lancar dan berterima. Adapun drilling merupakan kegiatan di mana guru memberi contoh cara
  • 7. pengucapan kata per kata, kalimat per kalimat sedangkan peserta didik menirukannya setelah guru. Sementara itu, reading aloud biasanya dilakukan untuk melatih pronunciation peserta didik. Kegiatan ini bisa dilakukan secara variatif sesuai keadaan kelas dan peserta didik. Writing task merupakan kegiatan peserta didik untuk mencatat hal-hal yang mungkin perlu dijadikan catatan setelah mendengarkan dan menirukan model dari guru. Sedangkan Assisted performance merupakan kegiatan peserta didik dalam rangka melakukan penampilan atau unjuk kerja berbicara di depan teman-teman kelas yang dibantu dengan media gambar atau lainnya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa aktivitas belajar speaking materi teks deskriptif meliputi mendengarkan, membaca, memperhatikan gambar, menirukan apa yang diucapkan guru, menganalis hubungan huruf dengan huruf yang lain untuk membentuk kata, melafalkan kata, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat kepada teman maupun guru, interaksi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, dan mengambil keputusan. Dalam penelitian ini aktivitas belajar yang akan diamati oleh peneliti maupun observer adalah: memperhatikan penjelasan guru, merespon penjelasan dan model dari guru, bekerja sama dengan peserta didik lain dan mempunyai gagasan untuk memecahkan masalah. Teknik Pow-Tega (Power Teaching and Game) Teknik Pow-Tega (Power Teaching and Game) merupakan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual yang menggabungkan teknik Power Teaching dengan game. Power Teaching adalah sebuah teknik pembelajaran yang dikembangkan oleh negara-negara barat dan dipelopori oleh guru-guru di Amerika. Metode ini cukup menarik, karena mampu meningkatkan atensi dan konsentrasi peserta didik (Putri, 2011). Untuk itu, metode belajar ini layak untuk di adopsi oleh para guru di Indonesia. Adapun teknik bermain dalam kehidupan anak, mempunyai arti
  • 8. 8 | yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan sakit, jasmaniah ataupun rohaniah. Para pakar mengatakan bahwa bermain mempunyai banyak manfaat bagi anak. Di antara manfaat tersebut seperti yang dikemukakan oleh (Montolalu, 2008: 1.20-1.24) adalah sebagai berikut: 1) bermain memicu kreativitas anak, 2) bermain bermanfaat mencerdaskan otak, 3) bermain bermanfaat menanggulangi konflik, 4) bermain bermanfaat untuk melatih empati, 5) bermain bermanfaat mengasah panca indera, 6) bermain melakukan penemuan. Menurut Jean Piaget (melalui Montolalu et.al 2008:2.19) anak-anak sesuai dengan usianya mempunyai jenis-jenis permainan tertentu, yaitu sensory motor play (untuk usia 1 ½-2 tahun) , Symbolic play (2-7 tahun), Social play games with rules (8-11 tahun) dan games dengan aturan dan olahraga (11 tahun ke atas). Permainan dalam teknik Pow-Tega diambil dari tiga model pembelajaran kontekstual yaitu: Scrable, Talking stick, dan Make a match yang telah dimemodifikasi penelti sesuai dengan kebutuhan di kelas speaking (Depdiknas, 2005:19-25). Proses pembelajaran speaking melalui teknik Pow-Tega terdiri atas empat aktivitas penting. Aktivitas pertama adalah aktivitas Scrable game untuk kegiatan BKOF, yaitu kegiatan di mana guru mengajak peserta didik untuk membangun kosa kata yang diperlukan untuk kegiatan modeling. Pada kegiatan ini guru menyediakan slide show yang terdiri atas beberapa kata yang diacak hurufnya. Sementara itu, peserta didik dipancing untuk menebak susunan huruf tersebut menjadi kata yang benar yang digunakan untuk mengisi kalimat rumpang. Peserta didik yang bisa menjawab diharapkan mengangkat tangannya dan menyebutkan kata- kata tersebut dengan suara keras. Guru memberi penghargaan kepada peserta didik yang bisa menjawab dengan benar dan ikut memfasilitasi
  • 9. peserta didik lain supaya melafalkan kata-kata tersebut dengan baik dan benar. Aktivitas yang kedua adalah Aktivitas modeling of the text dibantu media Pic-Pow. Dalam aktivitas ini guru menerapkan enam langkah teknik Power Teaching untuk memberi model berbicara materi teks deskriptif sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Pada langkah modeling ini guru menerapkan enam langkah teknik Power Teaching. Langkah yang pertama adalah “Class- Yess”. Pada tahap ini guru mengarahkan perhatian peserta didik pada kegiatan pembelajaran dengan mengucap kata “ class “ dengan intonasi tertentu. Peserta didik menjawab ucapan dengan kata “ Yess” dengan intonasi kata yang sama dengan intonasi guru. Adapun langkah yang kedua adalah “Micro Lecture”. Pada langkah ini guru menyampaikan materi dalam waktu kurang lebih 1 menit. Peserta didik memperhatikan dengan seksama penjelasan guru. Setelah langkah yang kedua adalah langkah “Teach-Oke”. Setelah guru melakukan “ Micro Lecture “ guru mengucapkan kata “Teach” jika perlu dengan tepuk tangan dan disertai gerakan yang menarik, sedangkan peserta didik menjawab dengan kata “Oke“ sambil menirukan gerakan tangan dan suara guru. Setelah menjawab “Oke” peserta didik mengulang apa yang telah disampaikan guru secara berhadap-hadapan dengan peserta didik lain. Sementara itu, langkah yang keempat yaitu Score board. Pada langkah ini guru melakukan penilaian terhadap kinerja peserta didik pada papan tulis yang telah dibuat tabel dengan dua kolom. Kolom pertama bagian atas diberi ikon wajah orang tersenyum, sedangkan kolom kedua bagian di atas diberi ikon gambar orang sedih. Kolom wajah gembira diberi skor satu jika guru menilai kinerja peserta didik dianggap sesuai dengan harapan guru, sedangkan kolom kedua jika kinerja peserta didik dianggap kurang baik. Setelah guru memberi penilaian peserta didik menanggapi sesuai dengan nilai yang diperolehnya. Jika ia mendapat penilaian wajah tersenyum peserta didik meneriakkan kata “Oh yeah/Bingo“ jika perlu dengan tepukkan tangan. Jika mendapat nilai wajah
  • 10. 10 | sedih peserta didik pura-pura menangis dengan mengusap-usap mata dengan tangan. Langkah selanjutnya adalah Hands and Eyes. Kegiatan ini merupakan teknik untuk memusatkan perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru. Mereka duduk dengan tenang, kedua tangan di atas meja dan memperhatikan penjelasan guru. Kegiatan ini biasanya merupakan kegiatan yang diadakan sebelum kegiatan comprehension check. Sedangkan langkah terakhir adalah Comprehension Chek. Pada tahap ini peserta didik diminta mengulang secara lisan semua materi yang telah disampaikan oleh guru. Pada saat peserta didik mengulang materi yang diajarkan, guru berkeliling melakukan checking terhadap kegiatan peserta didik (Healey, 2009 dalam http://www.powerteachers.net). Dari langkah pertama sampai dengan langkah kelima diulang-ulang sesuai dengan materi yang ingin disampaikan. Langkah-langkah di atas sangat cocok untuk kegiatan pembelajaran speaking pada tahap modeling of the text. Pada tahap modeling guru bisa memberi contoh bagaimana berbicara dengan pengucapan, tata bahasa yang baik dan benar. Untuk langkah class…..yes… bisa digunakan oleh guru pada setiap saat dibutuhkan untuk kondisi kelas yang sedang gaduh. Keunggulan dari teknik Power Teaching ini adalah membangun komunikasi antar peserta didik. Antusiasme dan konsentrasi dibangun dengan menggunakan teknik ini, khususnya pada langkah-langkah micro lecture, teach – ok, score board dan hands and eyes. Selain itu, semua peserta didik juga termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang menerapkan teknik Power Teaching seperti kegiatan speaking (Putri, 2011). Aktivitas ketiga dalam pembelajaran speaking melalui teknik Pow- Tega adalah aktivitas Talking Stick Game untuk kegiatan Joint Construction of The text. Aktivitas ini merupakan kegiatan di mana peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen. Peserta didik dalam kelompoknya dipacu untuk berlatih mengungkapkan kembali topik pembicaraan dengan bahasa mereka sendiri dibantu oleh
  • 11. media Pic-Pow yang ditayangkan guru di layar. Setelah peserta didik berlatih di kelompoknya, guru mulai menerapkan Talking Stick game. Kegiatan Talking Stick game ini dimulai dari guru menyuruh peserta didik untuk menutup mata dan guru memberikan Talking Stick kepada salah satu anggota kelompok. Anggota kelompok yang mendapat Talking Stick disuruh berbicara mendeskripsikan gambar yang ada di slide show. Adapun aktivitas yang keempat adalah Make a Match Game. Kegiatan ini dirancang agar peserta didik benar-benar memahami topik pembicaraan selama proses pembelajaran. Di samping itu, dalam kegiatan ini secara tidak langsung peserta didik diajak untuk reading aloud dengan lafal yang baik dan benar. Kegiatan ini dimulai dari guru membagi beberapa kartu Make a Match Game. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari pasangannya masing-masing. Agar kegiatan ini lebih hidup, maka guru boleh memilih halaman kelas sebagai tempat kegiatan. Peserta didik yang telah berhasil menemukan pasangannya diberi kesempatan paling awal untuk membacakan isi kartu. Guru memberi penghargaan kepada peserta didik tercepat menemukan pasangannya dengan jawaban yang benar. Media Pic-Pow (Picture in Power Point) Media Pic-Pow merupakan contoh media pembelajaran yang menggunakan ICT dengan program Microsoft Power Point. Power Point merupakan salah satu aplikasi yang dikembangkan oleh Microsoft yang digunakan untuk pembuatan presentasi. Meskipun program aplikasi ini sebenarnya merupakan program untuk membuat presentasi, fasilitas yang ada dapat dipergunakan untuk membuat program pembelajaran bahasa. Fasilitas yang tersedia di Microsoft power point menurut Ouda (2003:4) dapat digunakan untuk membuat tampilan yang ada di layar menjadi lebih menarik. Di antaranya adalah sebagai berikut: 1) memasukkan Teks, Gambar, Suara dan Video, 2) membuat tampilan
  • 12. 12 | menarik, 3) membuat hyperlink yang menghubungkan tampilan di program power point dengan program aplikasi lain. Dengan media Pic-Pow guru diharapkan dapat mengajarkan sesuatu yang sulit menjadi mudah dan sesuatu yang rumit menjadi sederhana. Soedjana (melalui Soeparno,1988: 26) berpendapat bahwa media memiliki beberapa manfaat sebagai berikut: 1) Pengajaran lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, 2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih mudah dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran, 3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata- mata komunikasi verbal, melalui penutupan mata-mata oleh guru sehingga peserta didik tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar setiap jam pelajaran, 4) Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru. Pemilihan media yang tepat seperti media Pic-Pow dapat membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan. Di samping itu, media yang tepat juga membantu peserta didik untuk membentuk pengertian di dalam jiwanya. Mengajar dengan menggunakan bermacam-macam media akan lebih menarik perhatian peserta didik, lebih merangsang peserta didik untuk berpikir (Slameto,2003:37). Kerangka Berpikir Kompetensi speaking dapat dicapai melalui pendekatan kontekstual dengan berbagai macam teknik. Untuk mengurangi beberapa kendala peserta didik dalam hal mengungkapkan gagasan atau pendapat
  • 13. yang berkenaan dengan deskripsi orang atau binatang kesayangan dalam pembelajaran harus melibatkan peserta didik baik fisik maupun psikis. Diperlukan teknik yang membuat peserta didik secara tidak sadar dibawa ke lingkungan nyata untuk mendiskripsikan orang dan binatang kesayangan dalam bahasa Inggris lisan yaitu teknik Power Teaching and game. Teknik tersebut diperkuat dengan adanya media Pic-Pow yang dapat mempermudah peserta didik dalam menemukan ide dan gagasan untuk berbicara secara individu. Pembelajaran speaking dengan melibatkan peserta didik pada dunia nyata anak-anak yang masih suka bermain dipandang perlu menggunakan teknik atau metode yang menggabungkan beberapa model pembelajaran inovatif dan kontekstual yaitu Powtega (Power Teaching and Game). Game yang dipakai peneliti dalam pembelajaran speaking adalah gabungan tiga model pembelajaran kontekstual yaitu scrable, talking stilk dan make a match. Penggunaan media Pic-Pow yang berupa gambar-gambar menarik untuk memacu perhatian dan memotivasi peserta didik agar lebih aktif dalam pembelajaran juga dipandang perlu. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal. Waktu penelitian selama empat bulan yaitu sejak bulan Juni sampai dengan September 2011. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada jadwal kegiatan penelitian sebagai berikut: Tabel 1. Alokasi Waktu Penelitian No Uraian Kegiatan BULAN Juni Juli Agustus Sept 1 Menyusun Proposal Penelitian Tindakan Kelas - - -VV 2 Menyusun Instrumen Penelitian VV - - 3 Pemgumpulan data dengan melaksanakan siklus I dan siklus II - - VV V- - -
  • 14. 14 | 4 Analisi data - -VV 5 Pembahasan dan diskusi - - - V 6 Menyusun laporan Hasil Penelitian - VVV- Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) melalui dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan tiga kali tindakan dan setiap tindakan 2 x 40 menit atau 2 jam pelajaran. Penelitian tindakan ini berpatokan pada refleksi awal dengan prosedur (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) observasi (observation), dan (4) refleksi (reflektion) dalam setiap siklusnya. Subjek penelitian adalah peserta didik Kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Slawi Kabupaten Tegal. Jumlah peserta didik yang dijadikan subjek penelitian ada 25 orang terdiri atas 8 anak lakilaki dan 17 anak perempuan. Data utama pada penelitian ini adalah katakata, tindakan, dan sumber data tertulis. Data berupa kata- kata diperoleh dari wawancara dan tindakan sebagai hasil observasi (pengamatan), sumber data tertulis dari hasil tes. Sumber data primer diperoleh dari nilai kompetensi speaking. Data dari pengamat teman sejawat termasuk data sekunder. Sumber data sekunder diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan kolaborator. Dilihat dari bentuk data, ada dua macam data yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data nilai kompetensi speaking merupakan data kuantitatif. Data hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik merupakan data kualitatif. Validitas atau kesahihan merupakan ukuran dari instrumen yang digunakan dalam penelitian. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Suwandi, 2009:53). Oleh karena itu, untuk mengukur validitas instrumen peneliti menggunakan langkah- langkah sebagai berikut: 1) Data hasil observasi aktivitas belajar speaking yang diperoleh melalui pengamatan supaya diperoleh data yang valid divalidasi dengan bantuan kolaborator dengan teman sejawat (triangulasi sumber antara peneliti, teman sejawat selaku kolaborator dan peserta
  • 15. didik). 2) Data hasil tes kompetensi speaking supaya valid perlu dibuat kisi-kisi sebelum soal disusun. Validasi dilakukan terhadap instrumen penilaian tes unjuk kerja berupa penyusunan kisi-kisi sehingga terpenuhi validitas teoretik, khususnya content validity. Analisis data disajikan secara deskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan data kondisi awal, siklus I dan siklus II, baik untuk aktivitas belajar maupun kompetensi speaking. Refleksi artinya menarik simpulan berdasarkan deskriptif komparatif kemudian dilanjutkan memberikan ulasan dan langkah tindak lanjut. Ukuran berhasil tidaknya peningkatan aktivitas peserta didik melalui observasi. Indikator keberhasilan tindakan meningkatkan aktivitas belajar peserta didik melalui teknik Pow-Tega adalah: 1) Persentase jumlah peserta didik yang mencapai skor aktivitas peserta didik ≥ 3,00 meningkat dari 24 % menjadi lebih dari 75%. Skor ≥ 3,00 (kualifikasi baik) merupakan skor aktivitas peserta didik dalam skala maksimum 4 (kualifikasi sangat baik), 2) Persentase jumlah peserta didik yang mencapai nilai kompetensi speaking ≥ 76 meningkat dari 24 % menjadi lebih dari 75 % peserta didik memperoleh nilai tes kompetensi speaking ≥ 76. Nilai 76 merupakan nilai ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran Bahasa Inggris kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Slawi pada tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian tindakan ini direncanakan terbagi menjadi dua siklus yang masing-masing siklus terdiri atas tiga kali pertemuan. Prosedur penelitian ini setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang akan diselidiki. Penentuan dilaksanakan siklus II berdasarkan hasil refleksi. Untuk melihat kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik serta aktivitasnya dalam pembelajaran, maka perlu diberikan tes pratindakan. Observasi awal dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat yang diberikan dalam rangka meminimalkan kekurangan tersebut.
  • 16. 16 | Dari evaluasi dan observasi, maka dalam refleksi ditetapkan bahwa tindakan yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dan kompetensi speaking materi teks deskriptif adalah melalui penerapan teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow. Pada siklus I dan II peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok secara heterogen. Pada siklu I guru tidak melibatkan peserta didik di luar kelas pada aktivitas make a match game, sedangkan pada siklus II guru melibatkan peserta didik di luar kelas pada aktivitas make a match game. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kegiatan Pratindakan Kegiatan pratindakan meliputi studi pendahuluan dan penyusunan rancangan. Studi pendahuluan berupa observasi awal terhadap pembelajaran kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik. kelas VIII-6 SMP Negeri 1 Slawi. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dilakukan rancangan tindakan oleh guru dan kolaborator dalam membuat silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan teknik Pow-Tega, media Pic-Pow, dan instrumen penelitian. Hasil pengamatan menunjukkan hanya terdapat 6 peserta didik (24%) mencapai rerata skor 3,00 atau lebih (kualifikasi Baik). Hal ini mengindikasikan bahwa karakter percaya diri peserta didik masih rendah. Berdasarkan hasil nilai akhir tes kompetensi speaking yang meliputi aspek pelafalan, tata bahasa, kelancaran dan isi menunjukkan bahwa rata-rata nilai adalah 69,59 dengan jumlah 6 peserta didik (24%) yang tuntas dan 19 peserta didik (76%) yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kompetensi speaking materi teks deskriptif pada kondisi awal masih rendah. Pada kondisi awal peneliti belum menerapkan teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow sehingga kompetensi speaking masih sangat rendah.
  • 17. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus Pertama Siklus I dilaksanakan pada tanggal 22 dan 23 Juli untuk penerapan teknik Pow-Tega dan media Pic-Pow dan pada tanggal 25 Juli untuk tes kompetensi speaking materi teks diskriptif siklus I. Penerapan teknik Pow- Tega dengan media Pic-Pow pembelajaran keterampilan speaking materi teks deskriptif pada siklus I ini disajikan tema deskripsi orang berprestasi. Media Pic-Pow yang digunakan terdiri atas gambar peserta didik berprestasi dalam bidang bahasa Inggris untuk pertemuan I dan orang berprestsi dalam bidang perfilman (Tobey Marguire) pada pertemua II yang belum diberi suara oleh guru. Pertemuan pertama kegiatan diawali guru dengan membuka pelajaran dengan apersepsi melalui tanya jawab. Tidak lupa guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru menunjukan slide show scrable game, sementara peserta didik yang bisa menjawab dengan benar diberi skor. Setelah aktivitas scrable game berakhir, guru memberi model berbicara dengan teknik Power Teaching dibantu media Pic-Pow dengan menerapkan langkah-langkah: 1) Class- Yes, 2) Micro Lecture, 3) Teach-O.K, 4) Score Board, 5) Hands and eyes, 6) Comprehension Check. Setelah aktivitas modeling dirasa cukup, guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok secara heterogen dan membagikan lembar kerja kelompok. Peserta didik berlatih berbicara dalam kelompoknya masing-masing dibantu guided questions. Setelah itu, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok dengan talking stick untuk berbicara sesuai dengan tema yang telah ditentukan dibantu media Pic- Pow. Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu soal dan jawaban kepada peserta didik secara acak. Peserta didik mencari pasangan masing-masing dan guru memberi penghargaan kepada 3 pasangan tercepat dengan jawaban benar. Pertemuan kedua langkah awal yang dilakukan guru adalah dengan membuka pertanyaan tentang kegiatan pada pertemuan yang lalu. Selanjutnya, guru
  • 18. 18 | menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pertemuan ini. Kemudian pada kegiatan inti guru menunjukan slide show scrable game, sementara peserta didik yang bisa menjawab dengan benar diberi skor. Setelah aktivitas scrable game berakhir, guru memberi model berbicara tentang Tobey Marguire dengan teknik Power Teaching dibantu media Pic-Pow dengan menerapkan langkah-langkah: 1) Class- Yes, 2) Micro Lecture, 3) Teach-O.K, 4) Score Board, 5) Hands and eyes, 6) Comprehension Check. Setelah aktivitas modeling dirasa cukup, guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok secara heterogen dan membagikan lembar kerja kelompok. Peserta didik berlatih berbicara dalam kelompoknya masing-masing dibantu guided questions. Setelah itu, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok dengan talking stick untuk berbicara tentang Tobey Marguire media Pic-Pow. Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu soal dan jawaban tentang Tobey Marguire kepada peserta didik secara acak. Peserta didik mencari pasangan masing-masing dan guru memberi penghargaan kepada 3 pasangan tercepat dengan jawaban benar. Berdasarkan data pengamatan dapat diketahui 14 peserta didik (56%) mencapai rerata skor 3,00 atau lebih (kualifikasi Baik). Rerata skor aktivitas adalah 2.93 (kualifikasi cukup). Apabila dibandingkan dengan indikator kinerja maka pada siklus I ini indikator aktivitas peserta didik dalam pembelajaran speaking materi teks deskriptif belum melebihi 75%. Hasil nilai akhir tes kompetensi speaking yang meliputi aspek pelafalan, tata bahasa, kelancaran dan isi menunjukkan bahwa rata-rata nilai adalah 76.6 dengan jumlah 16 peserta didik (64%) yang tuntas dan 9 peserta didik (36%) yang belum tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kompetensi speaking materi teks deskriptif belum mencapai indikator keberhasilan penelitian ini. Kekurangan yang ada pada siklus I adalah guru terlalu banyak mengadakan variasi gerakan tangan pada kegiatan teach …O.K., peserta didik tampak bingung untuk menirukan gerakan
  • 19. tangan peneliti. Oleh karena itu, guru perlu mengurangi gerakan tangan, guru mengalami sedikit kendala dalam kegiatan comprehension and check saat mengulangi isi pembicaraan dari awal hingga akhir, maka suara guru perlu direkam dan dimasukkan ke dalam program power point yang bisa menyatu dalam slide show gambar, guru kurang tegas dalam menerapkan Talking Stick Game bagi peserta didik yang memperoleh stick untuk mewakili teman-teman di kelompoknya membacakan hasil diskusi kelompoknya. Aturan dalam aktivitas Make a Match Game kurang ketat karena masih banyak peserta didik yang tidak mau berusaha untuk mencari pasangan sambil teriak menyampaikan pertanyaan ataupun jawabannya. Kendala aktivitas Make a Match Game adalah peserta didik kurang leluasa ketika bermain mencari pasangannya. Oleh karena itu, guru perlu memperbaiki kegiatan make a match untuk diadakan di luar kelas. Dengan demikian kegiatan pembelajaran ini perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya dengan mengkaji ulang perencanaan persiapan pembelajaran (RPP) yang dibuat sesuai permasalahan pada siklus I. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Juli dan Jumat, 29 Juli 2011 yang merupakan perbaikan dari pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan materi teks deskriptif tentang binatang kesayangan. Tes kompetensi speaking dilaksanakan pada hari Jum’at, 5 Agustus 2011. Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi penyusunan perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilengkapi dengan instrumen penilaian, media Pic-Pow dilengkapi suara, seperangkat kartu untuk Make a Match Game yang melibatkan peserta didik di luar kelas, lembar observasi aktivitas peserta didik. Media Pic-Pow yang digunakan untuk aktivitas scrable game berisi kata-kata acak dan kalimat rumpang yang digunakan untuk memancing peserta didik memahami dan menguasai kosa kata yang akan digunakan dalam kegiatan speaking materi teks deskriptif tentang binatang
  • 20. 20 | kesayangan. Gambar yang dilengkapi suara dimasukkan kedalam program Microsoft power point bersamaan dengan materi pembelajaran lain yang akan digunakan sebagai alat bantu untuk menginspirasi guru dan peserta didik dalam mendeskripsikan binatang kesayangan. Perbaikan lembar kerja kelompok yang menitikberatkan pada latihan berbicara juga dibuat untuk kerja kelompok yang diakhiri dengan Talking Stick Game. Sementara itu, media kartu dirancang untuk aktivitas Make a Match Game di luar kelas. Tindakan yang dilakukan pada pembelajaran mengacu pada perencanaan tindakan yang telah dibuat. Materi yang disajikan pada siklus II adalah tentang binatang kesayangan. Siklus II dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan yaitu pada tanggal 27 dan 29 Juli untuk penerapan teknik Pow- Tega dengan media Pic-Pow dan pada tanggal 5 Agustus untuk tes kompetensi speaking materi teks deskriptif siklus II. Pertemuan pertama pada sikus II kegiatan diawali guru dengan membuka pelajaran dengan pertanyaan tentang materi yang telah diberikan pada pertemuan yang lalu. Setelah itu, guru memberi apersepsi tentang kompetensi speaking yang akan dicapai. Tidak lupa guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya guru menunjukan slide show scrable game, sementara peserta didik yang bisa menjawab dengan benar diberi skor. Setelah aktivitas scrable game berakhir, guru memberi model berbicara tentang Frenky (kucing) dengan teknik Power Teaching dibantu media Pic-Pow yang telah dilengkapi dengan suara guru dengan menerapkan langkah-langkah: 1) Class- Yes, 2) Micro Lecture, 3) Teach- O.K, 4) Score Board, 5) Hands and eyes, 6) Comprehension Check. Setelah aktivitas modeling dirasa cukup, guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok secara heterogen dan membagikan lembar kerja kelompok. Peserta didik berlatih berbicara tentang Frenky dalam kelompoknya masing-masing dibantu guided questions. Setelah itu, Guru
  • 21. menunjuk salah satu anggota kelompok dengan talking stick untuk berbicara mendeskripsikan Frenky (kucing) dibantu media Pic-Pow. Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu soal dan jawaban kepada peserta didik secara acak. Guru menyuruh peserta didik untuk keluar kelas. Peserta didik mencari pasangan masing- masing, sementara peserta didik yang telah menemukan pasangannya diperkenankan masuk kelas. 3 pasang paling cepat berdiri di depan kelas. Guru memberi penghargaan kepada 3 pasangan tercepat dengan jawaban benar dan membahas hasil kerja peserta didik. Pertemuan kedua langkah awal yang dilakukan guru adalah dengan membuka pertanyaan tentang kegiatan pada pertemuan yang lalu. Selanjutnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pertemuan ini. Kemudian pada kegiatan inti guru menunjukan slide show scrable game, sementara peserta didik yang bisa menjawab dengan benar diberi skor. Setelah aktivitas scrable game berakhir, guru memberi model berbicara tentang Tobey Marguire dengan teknik Power Teaching dibantu media Pic-Pow dengan menerapkan langkah-langkah: 1) Class- Yes, 2) Micro Lecture, 3) Teach-O.K, 4) Score Board, 5) Hands and eyes, 6) Comprehension Check. Setelah aktivitas modeling dirasa cukup, guru membagi peserta didik menjadi 5 kelompok secara heterogen dan membagikan lembar kerja kelompok. Peserta didik berlatih berbicara dalam kelompoknya masing-masing dibantu guided questions. Setelah itu, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok dengan talking stick untuk berbicara tentang Brownie (kelinci) dengan media Pic-Pow. Setelah aktivitas Talking Stick berakhir, guru membagikan kartu soal dan jawaban tentang Brownie kepada peserta didik secara acak. Peserta didik mencari pasangan masing-masing dan guru memberi penghargaan kepada 3 pasangan tercepat dengan jawaban benar. Berdasarkan data pengamatan pada siklus II dapat diketahui Aktivitas belajar speaking mengalami peningkatan dibandingkan kondisi awal. Jika
  • 22. 22 | dibandingkan dengan siklus Il rerata skor aktivitas meningkat dari 2.93 menjadi 3.56. Pada siklus II ini, jumlah peserta didik yang memiliki rerata skor 3 atau lebih adalah 24 peserta didik (96%). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari 56 % pada siklus I menjadi 96% pada siklus II. Hal ini berarti telah mencapai indikator keberhasilan dari penelitian ini yaitu, persentase jumlah peserta didik yang mencapai skor ≥ 3,00 meningkat dari 24 % menjadi 75%. Skor ≥ 3,00 (kualifikasi baik) merupakan skor aktivitas peserta didik dalam skala maksimum 4 (kualifikasi sangat baik). Berdasarkan hasil tes kompetensi speaking materi teks deskriptif, ketuntasan klasikal untuk setiap aspek juga mengalami kenaikan yaitu dari 100 %, (aspek pelafalan) 48 % (aspek tata bahasa), 48% (aspek kelancaran) dan 76% (aspek isi) pada siklus I menjadi 100%, 84%,88% dan 88% pada siklus II. Secara keseluruhan, nilai akhir kompetensi speaking siklus II jika dibandingkan dengan siklus I nilai rata-rata naik dari 76.6 menjadi 83. Di samping itu, persentase ketuntasan klasikal juga mengalami kenaikan dari 76% pada siklus I menjadi 92%. Hal ini sudah memenuhi indikator keberhasilan dari penelitian ini yaitu persentase ketuntasan klasikal nilai kompetensi speaking meningkat dari 24 % menjadi lebih dari 75 % peserta didik memperoleh nilai tes kompetensi speaking ≥ 76. Dalam pelaksanaan tindakan ada beberapa hal yang menjadi catatan, yaitu: 1) Peserta didik sudah memahami aturan Pow-Tega (Power Teaching and Game) selama mengikuti pembelajaran speaking, sehingga kegiatan pembelajaran speaking berjalan lancar, 2) Pada pertemuan II siklus II semua peserta didik sudah mendapatkan pasangannya masing- masing pada aktivitas Make a Match Game, 3) Semua peserta didik terlibat dalam kerja sama kelompok dan karakter percaya diri mulai berkembang, 4) Kegiatan Make a Match Game yang berlangsung di luar kelas membuat peserta didik lebih antusias dan bergairah dalam
  • 23. mengikuti permainan, 5). Di antara empat langkah pembelajaran dengan menggunakan teknik Pow-Tega yang paling disenangi peserta didik adalah kegiatan Make a Match Game dan kegiatan Power Teaching langkah score board. Selain itu, dapat ditemukan beberapa kelebihan teknik Pow-Tega. Di antaranya adalah sebagai berikut:1) Teknik Pow-Tega merupakan gabungan dari empat model pembelajaran CTL, sehingga kelebihan dari keempat model pembelajaran tersebut dirasakan oleh guru dengan diterapkannya teknik Pow-Tega, 2) Kegiatan Scrable game sangat cocok untuk kegiatan BKOF, 3) Melalui aktivitas Power Teaching dengan media Pic-Pow, peserta didik secara tidak langsung diajak untuk berlatih konsentrasi dan fokus terhadap penjelasan dan model dari guru, 4) Media Pic-Pow sangat bermanfaat untuk menginspirasi peserta didik saat berbicara mendeskripsikan binatang kesayangan yang ada dalam gambar tersebut, 5) Aktivitas Power Teaching sangat efektif untuk tahap modeling of the text karena dalam aktivitas ini ada kegiatan simulasi, role play, dan kerja sama antar peserta didik, 6) Aktivitas Talking Stick, sangat efektif untuk tahap pembelajaran Joint Construction of the Text karena semua peserta didik termotivasi untuk berinisiatif dalam berlatih berbicara sesuai dengan waktu dalam kelompoknya. 7) Aktivitas Make a Match Game sangat efektif untuk mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi teks deskriptif yang sedang menjadi topik pembicaraan. Pembahasan Hasil Tiap Siklus Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas belajar, dan kompetensi speaking. Masalah tersebut dikarenakan guru belum menerapkan teknik dan media yang menarik dan variatif, sehingga kegiatan speaking dianggap sulit, kurang menarik dan monoton. Perlu penerapan gabungan teknik inovatif pembelajaran dengan media yang tepat. Teknik yang dimaksud adalah Gabungan antara teknik Power Teaching dan Game (Pow-Tega) dengan media Pic-Pow.
  • 24. 24 | Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 2 siklus. Penerapan teknik Pow Tega dengan media Pic-Pow pada siklus I dan II berbeda. Pada siklus I teknik Pow-Tega tidak melibatkan peserta didik di luar kelas, sedangkan pada siklus II melibatkan peserta didik di luar kelas. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penerapan teknik Pow-tega dengan media Pic-Pow berdampak pada peningkatan aktivitas peserta didik dan kompetensi speaking Aktivitas Belajar Aktivitas belajar peserta didik diamati pada aspek memperhatikan penjelasan guru dengan antusias, merespon dan menirukan model dari guru, bekerja sama dengan peserta didik lain, dan mempunyai gagasan dalam pemecahan masalah. Hasil pengamatan menunjukkan adanya peningkatan dari kondisi awal, siklus I dan siklus II. Persentase jumlah peserta didik dengan skor aktivitas belajar ≥ 3.00 (kualifikasi baik atau baik sekali) mengalami peningkatan. Berikut adalah grafik peningkatan skor rata-rata hasil observasi aktivitas peserta didik. Grafik di atas menunjukkan bahwa rerata skor aktivitas belajar peserta didik dari kondisi awal, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada 2.39 2.93 3.56 0 1 2 3 4 Pra Siklus Siklus I Siklus II Grafik1. Peningkatan Skor Rata-rataAktivitas Siswa
  • 25. siklus I rerata skor naik 0.54 yaitu dari 2.39 menjadi 2.93. Pada siklus II rerata skor naik 0.6 yaitu dari 2.39 menjadi 3.56. Persentase jumlah peserta didik dengan skor aktivitas belajar ≥ 3.00 (kualifikasi baik atau baik sekali) juga mengalami peningkatan. Berikut adalah grafik peningkatan persentase jumlah peserta didik yang mencapai skor ≥ 3.00. Grafik di atas menunjukkan peningkatan bahwa di kondisi awal 24%, pada siklus I meningkat menjadi 56% dan pada siklus II meningkat menjadi 96%. Pada indikator kinerja penelitian, indikator keberhasilan direfleksikan persentase jumlah peserta didik mencapai skor ≥ 3,00 meningkat dari 24 % menjadi lebih dari 75%. Skor ≥ 3,00 (kualifikasi baik) merupakan skor aktivitas peserta didik dalam skala maksimum 4 (kualifikasi sangat baik). Dengan melihat aktivitas belajar maka pada siklus II telah tercapai indikator tersebut. Melalui penerapan teknik Pow-Tega dengan media Pic- Pow guru dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik peserta didik kelas VIII-6 dari kondisi awal 24% menjadi 96%. Kompetensi Speaking Nilai kompetensi speaking dilihat dari setiap aspeknya mengalami peningkatan dari kondisi awal ke siklus I dan siklus II. Berikut adalah perbandingan nilai dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dilihat dari setiap 24% 56% 96% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% Pra Siklus Siklus I Siklus II Grafik 2. PeningkatanPersentase Jumlah siswayang mencapai skor Aktivitas siswa≥ 3,00
  • 26. 26 | aspeknya. Peningkatan persentase jumlah peserta didik yang mencapai nilai ≥ 76 untuk setiap aspek penilaian dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik di atas menunjukkan peningkatan persentase jumlah peserta didik yang tuntas bahwa untuk aspek pelafalan di kondisi awal 32%, pada siklus I meningkat menjadi 100% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Pada aspek tata bahasa di kondisi awal 12%, pada siklus I meningkat menjadi 48% dan pada siklus II meningkat menjadi 84%. Pada aspek kelancaran di kondisi awal 12%, pada siklus I meningkat menjadi 48% dan pada siklus II meningkat menjadi 88%. Persentase jumlah peserta didik yang mencapai nilai akhir kompetensi speaking ≥ 76 juga mengalami peningkatan. Berikut adalah grafik peningkatan persentase jumlah peserta didik yang mencapai nilai ≥ 76. Pelafalan Tata Bahasa Kelancaran Isi 32% 12% 12% 20% 100% 48% 48% 76% 100% 84% 88% 88% Grafik 3. Peningkatan PersentaseKetuntasan Klasikal Per Aspek Pra Siklus Sikus I Siklus II
  • 27. Grafik 4. Grafik Peningkatan Persentase Ketuntasan Klasikal Kompetensi Speaking Grafik di atas menunjukkan peningkatan bahwa di kondisi awal 24%, pada siklus I meningkat menjadi 64% dan pada siklus II meningkat menjadi 92%. Pada indikator kinerja penelitian, indikator keberhasilan direfleksikan dengan persentase jumlah peserta didik yang mencapai rerata nilai kompetensi speaking ≥ 76 meningkat dari 24 % menjadi lebih dari 75% peserta didik. Dengan melihat nilai kompetensi speaking pada siklus II maka telah tercapai indikator tersebut. Melalui penerapan teknik Pow- Tega dengan media Pic-Pow guru dapat meningkatkan kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 yaitu dari kondisi awal 24% menjadi 92%. Hasil Tindakan Berdasarkan perbandingan data kondisi awal, siklus I dan siklus II yang dijabarkan dalam pembahasan dapat disimpulkan tindakan yang dilakukan pada siklus I maupun siklus II berpengaruh pada peningkatan baik karakter percaya diri, aktivitas belajar maupun, kompetensi speaking. Aktivitas belajar peserta didik juga mengalami peningkatan dari rata-rata skor 2.39 menjadi 3.56. pada kondisi akhir, berarti meningkat 1.17. Persentase jumlah peserta didik yang mencapai rata-rata skor ≥3 24% 64% 92% 0% 20% 40% 60% 80% 100% Pra Siklus Siklus I Siklus II
  • 28. 28 | (kualifikasi baik) juga meningkat dari 24% pada kondisi awal menjadi 96% pada kondisi akhir, berarti meningkat 72%. Kompetensi speaking materi teks deskriptif juga mengalami peningkatan dari rata-rata nilai 69.59 menjadi 83 pada kondisi akhir, berarti meningkat 13.41. Persentase jumlah peserta didik yang mencapai nilai ≥76 (kualifikasi baik) juga meningkat dari 24% pada kondisi awal menjadi 92% pada kondisi akhir, berarti meningkat 68%. Peningkatan paling signifikan ada pada aspek pelafalan yaitu dari 32% pada kondisi awal menjadi 100% pada kondisi akhir, berarti meningkat 68%. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis yang menyatakan: Teknik Pow-tega dengan Media Pic-Pow dapat meningkatkan karakter percaya diri, aktivitas peserta didik dan kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 SMP N 1 Slawi Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2011-2012 terbukti. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pelaksanaan tindakan, peneliti dapat menarik kesimpulan bahqwa: 1) teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow dapat meningkatkan aktivitas peserta didik kelas VIII-6 SMP N 1 Slawi, semester gasal tahun pelajaran 2011-2012, 2) teknik Pow-Tega dengan media Pic- Pow dapat meningkatkan kompetensi speaking materi teks deskriptif peserta didik kelas VIII-6 SMP N 1 Slawi semester gasal tahun pelajaran 2011-2012. Saran Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1) guru perlu merancang pembelajaran yang baik, meliputi perencanaan penggunaan teknik dan media pembelajaran yang diperlukan agar pembelajaran lebih efektif, 2) guru dapat menggunakan
  • 29. teknik Pow-Tega dengan media Pic-Pow dalam pembelajaran speaking materi teks deskriptif agar kompetensi peserta didik lebih meningkat. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas 2002. Pendekatan Kontekstual ; Contextual Teaching and Learning. Jakarta: Direktorat PLP Depdiknas. 2005. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah. Pedoman Khusus Mata Pelajaran :Jakarta. Dharma Bhakti. Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas. Healey, Deborah, 2009.Power Teaching. http://www.powerteachers.net/ (diunduh tanggal 20 Maret 2011). Moleong Lexy J, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Montolalu.B.E.F. Cet. Ke-8. 2008. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta. Universitas Terbuka. OudaTeda Eda.2003. Membuat Media Pembelajaran Interaktif dengan Piranti Lunak Presentasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Putri, Mertha Tyananda.2011. Penerapan Model Power Teaching dan Cooperative Script untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia dalam Meringkas Isi Wacana Cerita. Skripsi, Jurusan KSDP, FIP, Universitas Negeri Malang. Subandi, 2009. Peningkatan Kemampuan Listening Teks Descriptive dengan Teknik Quiz pada peserta didik kelas 8-4 semester gasal tahun pelajaran 2009-2010”. Suwandi, Sarwiji, 2010. Assesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka. Slameto, 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Soeparno, 1988. Media Pengajaran Bahasa, Klaten: Intan Pariwara. Thornburrie, Scott. How To Teach Speaking.Cina. Longman.