Dokumen tersebut membahas tentang sintaksis bahasa Indonesia. Sintaksis dijelaskan sebagai cabang linguistik yang mempelajari struktur internal kalimat seperti frasa, klausa, dan kalimat. Kemudian dibahas pula definisi sintaksis, fungsi kajian sintaksis, dan unsur-unsur yang membentuk kalimat seperti subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.
2. SINTAKSIS BAHASA INDONESIA
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani
(Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-
sama.
Manaf (2009 : 3) menjelaskan bahwa sintaksis
adalah cabang linguistik yang membahas
struktur internal kalimat. Struktur internal
kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan
kalimat. Jadi frasa adalah objek kajian
sintaksis terkecil dan kalimat adalah objek
3. Pengertian Sintaksis
Kridalaksana (2001:199) menyatakan bahwa sintaksis adalah cabang
linguistik yang mempelajari pengaturan dan hubungan antara kata dan kata,
atau antara kata dan satuan–satuan yang lebih besar, atau antar satuan yang
lebuih besar itu dalam bahasa.
Ramlan (1981) menyatakan bahwa sintaksis ialah cabang ilmu bahasa yang
membicarakan seluk–beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
Jadi sintaksis adalah cabang linguistik yang membahas struktur internal
kalimat: frasa, klausa, dan kalimat.
Apabila dilihat dari unsur terkecil, yaitu kata: kata unsur pembentuk frase,
frase pembentuk klausa, klausa pembentuk kalimat, kalimat pembentuk
wacana.
4. Fungsi kajian sintaksis
terdiri atas beberapa
komponen. Diantaranya
subjek, predikat,
objek, pelengkap dan
keterangan.
6. .
Definisi Kata
1. Kata: sebagai satuan gramatikal yang
terdiri dari satu morfem atau lebih yang
menjadi unsur langsung pembentukan
frase atau klausa.
2. Kata: dalam bahasa lisan deretan bunyi
yang mengandung arti.
3. Kata: dalam bahasa tulis deretan huruf
yang mengandung arti.
7. Kelas Kata
“Kelas kata” adalah istilah dalam
tatabahasa struktural.
“Jenis kata” dalam
tatabahas tradisional.
8. Jenis Kata
1. Kata Benda (nomina) rumah, air, angin, Tuhan, dsb.
2. Kata Kerja (verba) tidur, menangis, berjalan, dsb.
3. Kata Sifat/keadaan (adiectiva) tinggi, cantik, lama,
dsb.
4. Kata Ganti (pronomina) aku, kami, kita, dia, dsb.
5. Kata Bilangan (numeralia) satu, dua, tiga, dsb.
6. Kata Keterangan (adverbia) sudah, selesai, dsb.
7. Kata Sambung (coniunctio) dan, tetapi, serta, dsb.
8. Kata Depan (praeposito) di, ke, dari, pada, dsb.
9. Kata Sandang (articula) yang, si, sang, hang, dsb.
10. Kata Seru (interjectio) ya, wah, ah, hai, o, oh, dsb.
(Dr. Gorys Keraf 1982
: 61)
9. Frase
Frasa:
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang
bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi
sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003 : 222).
Contoh: bayi sehat, pisang goreng, baru datang,
sedang membaca
10. Widjono (2007:140) membedakan frasa berdasarkan
kelas kata
Jenis Frase atau kelas kata:
1. Frasa verbal (kata kerja)
2. Frasa adjektival (kata sifat)
3. Frase nominal (kata benda)
4. Frasa adverbial (keterangan kata sifat)
5. Frasa pronominal (kata ganti)
6. Frasa numeralia (kata bilangan)
7. Frasa interogativa koordinatif (kata tanya)
8. Frasa demonstrativa koordinatif
(dua kata tidak saling menerangkan)
9. Frasa preposisional koordinatif
(kata depan tidak saling menerangkan)
11. Klausa
Klausa: adalah suatu gramatikal yang berupa kelompok
kata, sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat
dan berpotensi menjadi kalimat.
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya
terdapat beberapa kata yang mengandung unsur
predikatif (Gorys Keraf 1984 :138). Klausa berpotensi
menjadi kalimat.
(Manaf 2009 :13) menjelaskan bahwa yang membedakan
klausa dan kalimat adalah intonasi final di akhir satuan
bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final,
sedangkan klausa tidak diakhiri intonasi final. Intonasi
final itu dapat berupa intonasi berita, tanya, dan
perintah.
12. Klausa
Widjono (2007 : 143) membedakan klausa sebagai berikut:
1. Kalimat majemuk setara (koordinatif), setiap klausa memiliki
kedudukan yang sama. Kalimat majemuk koordinatif
dibangun dengan dua klausa atau lebih yang
tidak saling menerangkan.
Contoh:
- Rima membaca buku, dan adiknya bermain catur.
Klausa pertama ”Rima membaca buku”. Klausa kedua
”adiknya bermain catur”. Keduanya tidak saling
menerangkan.
13. Klausa
2. Klausa kalimat majemuk bertingkat (Subordinatif)
dibangun dengan klausa yang berfungsi menerangkan
klausa lainnya. Contoh:
- Orang itu pindah ke Jakarta setelah suaminya
bekerja di Bank Indonesia.
Klausa ”Orang itu pindah ke Jakarta” sebagai klausa
utama (lazim disebut induk kalimat) dan klausa
kedua ”suaminya bekerja di Bank Indonesia”
merupakan klausa sematan (lazim disebut anak
kalimat).
14. .
Klausa
3. Klausa gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat, terdir atas tiga klausa atau lebih.
Contoh:
- Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan
ibunya kawin lagi.
Kalimat di atas terdiri atas tiga klausa yaitu.
1) Dia pindah ke Jakarta (klausa utama)
2) Setelah ayahnya meninggal (klausa sematan)
3) Ibunya kawin lagi (klausa sematan)
1) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal.
(Kalimat majemuk bertingkat)
2) Ayahnya meninggal dan ibunya kawin lagi. (Kalimat
majemuk setara)
15. .
Definisi Kalimat
Kalimat: adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara
aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh.
Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan dengan suara
yang naik dan turun, lemah dan lembut, disela dengan
jeda, dan diakhiri dengan intonasi. Sedangkan dalam
wujud tertulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya dan tanda seru.
16. .
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan
kesatuan pikiran (Widjono :146). Manaf (2009 :11) lebih
menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi
bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan,
kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai
berikut:
(1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata
dengan kata, gabungan kata dengan frasa,
atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal
berupa sebuah klausa bebas yang minimal
mengandung satu subjek dan prediket, baik unsur
17. .
Lanjut
(2) Satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan
awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan
antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang
berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya,
intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa
tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh
huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda
koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri
dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.),
tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
18. Fungsi Sintaksis dalam Kalimat
Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah ”tempat” atau
”laci” yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu (Manaf
2009 : 34). Wujud fungsi sintaksis
adalah subjek (S), prediket (P), objek (O), pelengkap
(Pel), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus
mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi
sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah
subjek dan prediket, sedangkan unsur lainnya, yaitu
objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur
penunjang
dalam kalimat.
19. Ciri-Ciri Kalimat
Susilo (1990 : 2) mengemukakan lima ciri kalimat
bahasa Indonesia ialah:
- bermakna, bersistem, urutan frase, dapat berdiri
sendiri dalam hubungannya, dengan kalimat yang
lain, berjeda atau berhenti dengan berakhirnya
intonasi.
21. Wacana
1) Aku sebetulnya seorang artis. 2) Sukses yang kuperoleh di
bidang lain, tidak lain karena nasib baik. 3) Aku bekerja sebagai
penulis interviu dan artikel mengenai bintang film dan tokoh-tokoh
Hollywood yang dimuat di luar negeri dalam majalah perdagangan
dan film Inggris. 4) Pekerjaan itu tidak kusukai, tapi aku
memperoleh penghasilan yang besar darinya.
5) Sungguh, sukses yang kuperoleh lebih dari-pada cukup,
kesenangan dan keselamatan terjamin. 6) Tapi rasa jemu
mengamuk jua dalam jiwaku.
7) Aku tidak puas dan keadaanku jauh dari bahagia. 8) Seringku
inginkan untuk menjadi untuk menjadi seorang penyelidik, dan
tentunya menjelajah tempat-tempat yang jauh. 9) Aku ingin
melukis, lain tidak, tapi banyak hal-hal yang menghambat. 10) Aku
berpendapat, bahwa orang-orang yang kukenal mempunyai
pendapat yang dangkal. 11) Tujuan dan ambisi mereka berbedah
jauh dengan getaran jiwaku.
22. Latihan:
Soal
Teks: Kalimat-kalimat tunggal di bawa ini
jadikan sebuah “kalimat gabung!”.
1. Gadis itu kecil.
2. Gadis itu penjaja kue.
3. Gadis itu kemarin dikabarkan hilang.
4. Gadis itu ditemukan tadi pagi.
5. Gadis itu ditemukan oleh seorang polisi.
6. Gadis itu hendak menumpang sebuah
kapal kecil.
7. Gadis itu hendak berangkat ke Bengkulu.
23. Latihan:
Soal
Teks: Jadikanlah kalimat gabung di bawah ini
menjadi “5” buah kalimat sederhana!
* Keindahan sawah dan ladang, lereng bukit
serta kabutnya yang mempesona, Gunung
Penanggungan yang kehijauan, serta puncak
semeru yang jauh dan kebiru-biruan, dengan
awannya yang penuh rahasia selalu memenuhi
jiwanya.
24. 1. Adjat Sakri. Bangun Kalimat Bahasa
Indonesia. Bandung: Penerbit ITB, 1994.
2. Ida Bagus Putrayasa. Tata Kalimat Bahasa
Indonesia. Bandung: Refika Aditama, 2006.
3. M. Ramlan. Morfologi; Suatu Tinjauan
Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono, 1985.
4.--------------. Sintaksis; Ilmu Bahasa Indonesia.
Yogyakarta: CV Karyono, 1986.
5. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan (EYD). Jakarta: Pusat Bahasa.
6.Sudarnao, Eman A. Rahman. Kemampuan
Berbahasa Indonesia, PT Hikmat Syahid
Indah, 1986
Buku Sumber
25. .
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum.
Jakarta: Rineka Cipta.
Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa
Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Manaf, Ngusman Abdul,
2009. Sintaksis: Teori dan
Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Widjono HS. 2007. Bahasa Indonesia:
Mata ` Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan
.
DAFTAR
PUSTAKA