Dokumen tersebut membahas pengertian novel dan unsur-unsur intrinsik novel seperti tema, tokoh, alur, setting, sudut pandang, dan amanat. Juga dibahas perbedaan antara novel dan cerpen berdasarkan panjang, kompleksitas cerita, dan jumlah kata. Diakhiri dengan beberapa contoh ciri khas novel. [/ringkasan]
5. PENGERTIAN NOVEL
Dalam bahasa Jerman istilah novel yaitu novelle, dan secara
harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan
kemudian diartikan sebagai cerita yang pendek dalam
bentuk prosa.
Dalam The American College Dictionary (Tarigan, 1984: 164)
bahwa novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam
panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak
serta dengan adegan nyata representatif dalam suatu alur
atau suatu keadaan yang kacau atau kusut.
7. TEMA
Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga
berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam
memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.
8. ALUR
Alur atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh
tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita
yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
Pada umumnya plot terdiri atas beberapa tahap sebagai
berikut :
Tahap pengenalan
Tahap penampilan konflik
Tahap konflik memuncak
Tahap klimaks
Tahap ketegangan menurun
Tahap penyelesaian
9. SETTING
Latar atau setting adalah landas tumpu, mengarah pada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan.
10. PENOKOHAN
Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas
tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita.
Untuk mengetahui watak pelaku, perhatikan :
Apa yang dilakukan pelaku
Apa yang dikatakan pelaku
Bagaimana sikap pelaku menghadapi masalah
Bagaimana penilaian pelaku lainnya terhadap dirinya
11. AMANAT
Amanat adalah hal yang hendak disampaikan pengarang
kepada pembaca, yang berkaitan dengan tema.
Amanat dapat berupa paham-paham tertentu, nasihat-
nasihat, ajakan, atau larangan.
12. SUDUT PANDANG
Sudut pandang merupakan strategi, teknik, siasat, yang
secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Ada beberapa macam sudut pandang :
Sudut pandang orang pertama
Sudut pandang orang ketiga
Sudut pandang pengarang
Sudut pandang serba tahu
13. PERBEDAAN NOVEL DAN CERPEN
Novel Cerpen
Terjadi konflik batin Tidak harus terjadi
Perwatakan digambarkan secara detail Perwatakan digambarkan secara singkat
Alur lebih rumit Akhir ceritanya sederhana
Latar lebih luas dan waktunya lebih Latar hanya sebentar dan terbatas
lama
Novel lebih panjang karangannya lebih pendek karangannya
daripada cerpen
Unsur-unsur cerita dalam novel lebih Unsur cerita dalam cerpen relative
kompleks dan beragam dibandingkan sederhana dan pasti tunggal
cerpen
Novel minimal halamannya adalah 100 Cerpen halaman maksimal 30 kuarto
halaman
Jumlah kata dalam novel minimal Jumlah kata dalam cerpen maksimal
35.000 kata 10.000 kata
14. CIRI-CIRI
Teknik perwatakannya tidak menggunakan analisis langsung.
Deskripsi fisik sudah sedikit.
Contoh:
....
”Aduh, indah benar.
Dan seraya melompat-lompat kecil ditariknya tangan kakaknya,
”Lihat Ti, yang kecil itu, alangkah bagus mulutnya! Apa
ditelannya itu? Nah, nah, dia bersembunyi di celah karang.”
Sekalian perkataan itu melancar dari mulutnya, sebagai air
memancar dari celah gunung. Tuti mendekat dan melihat
menurut arah telunjuk Maria, ia pun berkata, ”Ya, bagus.” Tetapi
suaranya amat berlainan dari adiknya, tertahan berat.
....
Dikutip dari: Layar Terkembang, St. Takdir Alisjahbana, Balai
Pustaka, Jakarta, 1989
Dari kutipan tersebut dapat diketahui watak Maria yang mudah
memuji dan watak Tuti yang tidak mudah kagum atau memuji.
Watak Maria dan Tuti dapat dilihat dari percakapan antara Maria
dan Tuti.
15. Tidak banyak sisipan cerita sehingga alurnya menjadi
lebih erat.
Pusat pengisahannya menggunakan metode orang
ketiga.
Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan
perumpamaan, pepatah, dan peribahasa.
Masalah yang diangkat adalah masalah kehidupan
masyarakat kota, misalnya masalah emansipasi,
pemilihan pekerjaan, dan masalah individu manusia.
Berisi setidaknya 40.000 kata.
Tidak habis dibaca dalam sekali duduk.
Ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur
deskripsi untuk menggambarkan suasananya.
Alur ceritanya kompleks.
16. Bersifat didaktis, yaitu memaparkan tentang suatu
permasalahan.
Contoh:
....
Dalam sepi yang sesepi-sepinya itulah kedengaran suara Tuti
membelah. ”Saudara-saudaraku kaum perempuan, rapat yang
terhormat! Berbicara tentang sikap perempuan baru sebahagian
besar ialah berbicara tentang cita-cita bagaimanakah harusnya
kedudukan perempuan dalam masyarakat yang akan datang.
Janganlah sekali-kali disangka, bahwa berunding tentang cita-
cita
yang demikian semata-mata berarti berunding tentang angan-
angan dan pelamunan yang tiada mempunyai guna yang praktis
sedikit jua pun.
....
Dikutip dari: Layar Terkembang, St. Takdir Alisjahbana, Balai
Pustaka, Jakarta, 1989
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa salah satu masalah
yang ditampilkan adalah masalah emansipasi wanita.
17. SOAL-SOAL
1. Pada apartemen kedua, kami menghitung lubang-
lubang kunci dan memperhitungkan kewajiban
pembayaran setinggi 39 ribu rupiah. Pada apartemen
berikutnya kami hitung jumlah bola lampu setelah kira-
kira satu jam kami telah menyusun daftar wajib pajak
yang mengesankan bagi seluruh pemilik apartemen di
rumah susun tersebut.
Setting cerita tersebut adalah....
a. Pada apartemen kedua
b. Pada apartemen berikutnya
c. Pada sebuah apartemen
d. Pada sebuah rumah susun
e. Sebuah apartemen di rumah susun
18. 2. Unsur intrinsik yang merupakan jawaban atas
pernyataan “Kondisi sosial apa yang terungkap pada cerpen
tersebut?” adalah....
a. Tema
b. Tokoh
c. Amanat
d. Latar
e. Alur
3. Novel yang kental dengan nilai-nilai agama adalah....
a. Siti Nurbaya
b. Namaku Hiroko
c. Robohnya Surau Kami
d. Si Jamin dan Si Johan
e. Tenggelamnya Kapal van der Wijk
19. 4. Ketika detak jantung ibu melemah dan desah nafasnya
tinggal satu-satu, saya menendang rahim ibu dan mendorong
badan saya keluar keras-keras. Dokter kandungan memegang
kaki saya dan mengangkat saya hingga jungkir balik. Saya
menangis keras. Saya ingin memeluk ibu. Tapi dokter
kandungan seperti tidak peduli. Ia malah menggunting tali
pusar saya lalu menaruh saya dalam gendongan suster yang
selanjutnya memandikan saya. Saya berteriak memohon ibu.
Suster mengeringkan saya dengan handuk. Saya berteriak
memohon ibu. Suster membebat saya dengan selimut. Saya
memohon ibu. Dokter menutup ibu dengan kain putih.
Suster membawa saya keluar dari kamar bersalin. Terpisah
dari ibu.
Sudut pandang yang digunakan adalah....
a. Orang pertama
b. Orang pertama dan ketiga
c. Orang ketiga
d. Orang kedua
e. Orang kedua dan ketiga
20. 5. Dari luar, kudengar sayup-sayup suara kicau
burung-burung. Rupanya sudah pagi, kubuka jendela
menhirup udara segar dini hari. Teduhnya pagi ini.
Seekor burung pipit hinggap dekat tanganku. Jinak
betul, memandang kepadaku dengan matanya yang
hitam kecil, lucu ...Ahh, sekarang aku tahu mengapa
sampai bermimpi Raumanen semalam.
Latar novel diatas menggambarkan suasana....
a. Syahdu
b. Sedih
c. Galau
d. Khidmat
e. Riang
21. 6. Percakapan itu lancar, mengiringi gerak dan sentuhan bidan
yang pasti dan ahli memeriksa payudara pasien, pernafasan, mata,
tenggorokan. Kemudian mencuci tangan, mengenakan pelindung dari
akret.
“Anaknya berapa, Bu?”
“Lima”
“Wah, sudah banyak! Mengikuti KB atau tidak?”
“Suami saya tidak mau.”
“Euh!” bidan mengeluarkan bunyi sesalan. “Ya, dia sih enak saja! Ibu
yang cape!”
Ditanya umur, rumah, nama anak-anaknya. Tiba-tiba bidan itu
memandangi wajah pasiennya lagi, seakan-akan mencari satu
pengenalan. Ya, benar! Pasien itu sudah pernah diperiksanya.
Entah berapa kali. Barangkali setiap beranak!
Permasalahan dalam penggalan cerita diatas adalah....
a. Agar setiap bidan tidak selalu membicarakan masalah pribadi pada
saat bertugas
b. Agar setiap bidan tidak bertanya tentang jumlahnya anak
pasiennya
c. Agar setiap orang tidak memandang rendah kehidaupan orang lain
d. Agar setiap ibu merencanakan dan membatasi kehamilannya
dengan mengikuti KB
e. Agar setiap bidan bersikap bersikap ramah, sopan, dan bertindak
sesuai dengan tugasnya
22. 7. Syahdan akan Permaisuri Kuripan pun ingin rasanya ia hendak
berputra laki-laki yang baik parasnya. Maka kata permaisuri, “ Kakang
Aji, ingin pula rasanya kita ini peroleh anak.” Maka kata Nata,
“Sungguh seperti kata Tuan, Kakanda pun demikianlah juga bila
gerangan Kakang ini beroleh putra dengan pun Yayi, akan jadi ganti
pun Kakang di dalam dunia ini, kalau-kalau kita berdua dikehendaki
oleh Sanghyang Sukma kembali ke Khayangan kita.” Maka kata
Permaisuri, ”Kakang Aji, marilah kita memuja pada segala Dewa-Dewa
memohonkan kalau-kalau dianugrahkan oleh Dewa mulia raya akan
kita akan anak ini.”
Watak permaisuri pada kutipan tersebut adalah ….
a. Takut pada suami
b. Keras hati
c. Taat beribadah
d. Suka berhayal
e. Tinggi hati
8. Amanat pada cerita nomor 7 diatas adalah ….
a. Jangan memuja Dewa-Dewa
b. Bersabarlah dalam menghadapi musibah
c. Bersikaplah saling menghormati antar suami istri
d. Hindarilah perbuatan tercela
e. Berdoalah dan berusaha jika menginginkan sesuatu
23. 9. Sesaat kemudian Zeimu sudah berdiri di hadapan meja manager
penjualan. Pria itu menhirup asap rokoknya ketika burung beonya
mulai berkata-kata dalam nada yang tak kenal basa-basi.
“Zeimu, dengarkan! Seperti yang kau tahu, saat ini cukup kritis
bagi perusahaan. Lebih dari sebelumnya, saat ini kita dituntut
berprestasi. Dan terus terang saja Zeimu, setelah menelaah laporan
harian hasil penjualanmu, saya hanya dapat berkata bahwa kau belum
berusaha sebaik mungkin, singkatnya kau harus berusaha lebih keras
lagi."
Nilai budaya yang terdapat pada kutipan berikut adalah ….
a. pentingnya bekerja sama dengan pimpinan
b. pemberian interuksi dari atasan kepada bawahan
c. patuh pada atasan di perusahaan
d. tuntutan dunia kerja pada zaman sekarang
e. karyawan yang berprestasi adalah karyawan yang baik
10. Setting yang digunakan dalam cerpen tersebut adalah ….
a. Lobby
b. Kantor direktur
c. Kantor Manager
d. Ruang Staff
e. Halaman kantor
24. 11. Ibu Santi senantiasa membersihkan diri. Setiap kotoran yang
menempel di rimah ditepisnya jauh-jauh. Ia manjakan indra-
indranya dengan aroma wangi lilin temaram,sunyi alam. Panas
tubuhnya senantiasa ia dinginkan seperti hujan yang membasuh
basah bumi. Dan semua itu ia lakukan dengan penuh bakti.
Layaknya sebuah panggilan, bukan beban. Pertanyaanku terjawab. Ia
mungkin bosan.
Sudut pandang yang digunakan dalam penggalan novel tersebut
adalah ….
a. orang pertama pelaku sampingan
b. orang pertama dan ketiga
c. orang pertama pelaku ketiga
d. orang pertama pelaku utama
e. orang ketiga serba tahu
12. Watak tokoh ibu Sati dalam penggalan novel tersebut adalah ….
a. egois
b. angkuh
c. ramah
d. teliti
e. sombong