34. orang yang dapat memelihara mata, telinga, lidah, tangan, perut, dan kaki akan mendapatkan keberuntungan
35. Isi gurindam pasal ketiga masih cocok dengan kehidupan sekarang ini. Isi gurindam tersebut mengajak manusia untuk senantiasa menjaga anggota tubuh kita dari segala perbuatan yang dapat merugikan.
103. Kalau dicermati, sajak tersebut sebenarnya hanyalah terdiri dari dua kata, yaitu kata winka dan kata sihka. Kedua kata itu diputus-putus dan dibalik secara metatesis yang secara linguistic tidak ada artinya kecuali kawin dan kasih itu. Dalam sajak tersebut kata kasih dan kawin mengandung arti konotatif, yaitu perkawinan itu menimbulkan angan-angan hidup penuh kebahagiaan, lebih-lebih bila disertai kasih sayang. Dalam sajak itu kata kawin dideretkan sampai lima kali secara utuh. Hal itu memberi sugesti bahwa dalam periode, entah lima tahun, lima bulan, lima minggu, atau lima hari perkawinan itu berjalan seperti ide semula yaitu penuh kebahagiaan.
104. Akan tetapi, kemudian kata kawin terputus-putus. Hal ini memberikan sugesti bahwa ideal perkawinan yang penuh kebahagiaan itu sudah tidak utuh lagi, misalnya saja pasangan suami isteri mulai bertengkar tiap hari karena masalah-masalah kehidupan. Bahkan kemudian terbalik kata kawin menjadi winka. Kebahagiaan yang diidealkan itu terbalik menjadi neraka. Pada akhirnya terjadi tragedy winka dan sihka itu, misalnya saja terjadi perceraian, atau bahkan suami membunuh isterinya atau sebaliknya. Itulah tragedy.