SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 3
Descargar para leer sin conexión
Nama : Sigit Budi Permana

                                                            NIM : 09650035



                               TAZKIYAH AL NAFS
1. Pengertian

          Tazkiyah al nafs memiliki arti penyucian diri atau jiwa. Secara bahasa, tazkiyah al nafs
    berasal dari dua kata yakni tazkiyah dan nafs.

          Tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzzaki-tazkiyah yang maknanya sama dengan tathir
    yang berasal dari kata thahhara-yuthahhiru-tathir[ah] yang berarti pembersihan, penyucian atau
    pemurnian (lihat: Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Mudlor, 1996 hlm 496; juga Ar Razi, 1995:
    1/115).

          Sedangkan annafs adalah kata yang multimakna (musytarak). Dalam sebagian kamus
    bahasa Arab kata nafs sering diterjemahkan dengan :

             Diri
             Jasad
             Jiwa, ruh atau kalbu.

          Bahkan nafs pun diartikan dengan darah. Sehingga wanita yang melahirkan dikatakan
    sedang nifas. Artinya banyak mengeluarkan darah.

         Secara istilah : nafs dikemukakan Ibnu Abbas sebagaimana dikutip Ibnu Mazhur dalam
    kamus Lisanul Arab, bahwa manusia memiliki dua nafs:

          a. nafs al a'ql (akal) yang dengan akal manusia mampu mengidentifikasi dan berpikir
          b. nafs ar ruh yang dengan ruh ini manusia hidup.

          Jika kita memaknai kata nafs secara bahasa semata, maka akan melahirkan perbedaan di
    dalam memahami konsep tazkiyah an nafs. Karena konsep yang dipahami berbeda, maka aksi
    yang dilakukan dalam rangka tazkiyah an nafs pun berbeda-beda.

2. Tazkiyah an nafs dalam Alquran

          Dalam Alquran ada beberapa pengertian tazkiyah an nafs.

          Pertama, menyucikan diri dari kemusyrikan dan kekufuran.

         Dalam QS Al Jumuah [62] ayat 2, salah satu kata berbunyi yuzakkihim memiliki makna
    ”menyucikan diri dari najis dan kekufuran” (Ath Thabari, 28/93).

         Najis di sini menunjukkan orang-orang musyrik (QS At Taubah [9]: 28). Sedangkan
    menurut Al Qurthubi kata yuzakkihim bisa bermakna ”menjadikan kalbu-kalbu mereka suci
    dengan keimanan”.

          Kedua, bermakna ”menyucikan diri dari keburukan-keburukan amal perbuatan, dengan
    melakukan amal-amal saleh”. Abi Saud menyimpulkan dalam kata yuzakkihim merupakan
    tugas Rasul yang membawa manusia pada kesucian; suci akidah dan amal perbuatannya (Abi
    As Saud, 8/247).



                                                                      Tazkiyah al nafs          1
Ketiga, menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. Dalam QS Asy Syam [91] ayat 60
    terdapat frasa man zakkaha. Menurut Al Qurthubi frasa ini bermakna ”siapa yang disucikan jiwa
    oleh Allah dengan ketaatan kepada-Nya”. Hal senada dikemukakan pula oleh Ibnu Katsir.

          Keempat, tidak memiliki dosa atau bertobat dari dosa-dosa (QS Al Kahfi [18]: 74).

          Kelima, totalitas keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT (QS Thaha[20]: 76). Menurut
    Ibnu Katsir dalam ayat ini terdapat kata man tazakka yang bermakna menyucikan dirinya dari
    dosa, keburukan dan syirik. Hanya menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya,
    senantiasa mengikuti segala perbuatan baik sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.

        Bisa kita simpulkan bahwa konsep tazkiyah an nafs mencakup dua poin penting yakni
    memurnikan keimanan kepada Allah SWT dan menjalankan ketaatan secara total kepada-Nya.

    Maka jelas, konsep tazkiyah an nafs (penyucian diri/jiwa) mencakup :

          a. aktivitas akal, hati, dan anggota tubuh.
          b. Mencakup keimanan dan amal saleh.

         Intinya, mencakup seluruh ketaatan kita dalam menjalankan perintah Allah secara total
    dalam seluruh aspek kehidupan.



3. Hakikat Pembinaan Akhlak Tasawuf

          Pada hakekatnya, pembinaan akhlak tasawuf lebih merupakan pembinaan akhlak yang
    dilakukan seseorang atas dirinya sendiri dengan tujuan jiwanya bersih dan perilakunya
    terkontrol.

         Pembersihan jiwa dari kotoran-kotoran penyakit hati seperti sifat basud, kibir, ujub, riya’,
    sum’ ah, thama, rakus, serakah, bohong, tidak amanah, nifaq, syirik dan lain sebagainya
    merupakan salah satu misi utama para Rasul Allah. Ada beberapa ayat al-Qur’an yang
    menunjukkan atas misi tersebut.

           Jelas bahwa tazkiyat al-nafs termasuk misi para Rasul, sasaran orang-orang yang
    bertaqwa, dan menentukan keselamatan atau kecelakaan disisi Allah. Tazkiyah secara
    etimologis punya dua makna: penyucian dan pertumbuhan. Demikian pula maknanya secara
    istilah. Zakatun nafsi artinya penyucian (tathabur) jiwa dari segala penyakit dan cacat,
    merealisikan (tahaquq) berbagai maqam padanya, dan menjadikan asma’ dan sifat Allah sebagai
    akhlaknya (takbaluq). Dengan demikian tazkiyah adalah tathahur, tahaquq dan takhaluq.



4. Sarana Tazkiyyah

         Yang dimaksud dengan sarana tazkiyah ialah berbagai amal perbuatan yang
    mempengaruhi jiwa secara langsung dengan menyembuhkannya dari penyakit, atau
    merealisasikan akhlak padanya. Semua hal ini bisa terhimpun dalam suatu amal perbuatan.

          Ada beberapa sarana dalam tazkiyah yaitu:

            a.   Shalat
            b.   Zakat dan Infaq
            c.   Puasa
            d.   Dzikir dan Pikir
            e.   Mengingat Kematian
            f.   Amar Ma’ruf Nahi Munkar
                                                                        Tazkiyah al nafs           2
5. Tujuan Tazkiyat Al-Nafs

          Tujuan dari upaya pembersihan diri ini akan terlaksana apabila telah melampai beberapa
    tahap. Tahapan ini merupakan sarana yang tepat sebagai upaya pelaksanaan tazkiyah al-nafs.
    Tahapan-tahapan tersebut adalah:

              a.   Tathahhur (Upaya mensucikan diri)

          Usaha seseorang untuk dapat memulai tazkiyat al-nafs adalah melalui tathahur. Upaya ini
    diawali dengan taubat dan berjanji tidak akan mengulangi lagi segala perbuatan yang bisa
    mengotori jiwa atau hati.

              b.   Takhallaq (upaya menghiasi diri dengan akhlak al-karimah)

          Setelah seseorang berusaha mensucikan diri dari perbuatan-perbuatan kotor pada jiwanya,
    maka ia harus berupaya mengisinya dengan perbuatan-perbuatan mulia (akhlak mulia). Dengan
    cara ini jiwa atau seseorang akan terhiasi perilaku-perilaku baik yang pada akhirnya perlu
    perwujudan dalam perilaku.

              c.   Tahaqquq (Upaya merealisasikan kedudukan-kedudukan mulia atau biasa disebut
                   Maqamatul Qulub)

          Upaya ini merupakan puncak dari proses tazkiyatal-nafs, karena takhalluq merupakan
    cara dan jalan bagaimana seorang muslim dapat berada sedekat mungkin dengan Allah Swt
    sehingga ia akan memperoleh kedudukan yang mulia disisi-Nya.



6. Buah Tazkiyyatun Nafs

         Aktifitas-Aktifitas tazkiyah yang dapat mencontoh Rasulullah saw ini dapat
    menghasilkan buah-buah ‘amaliyah, buah-buah ini disebut Tsamaratut-Tazkiyyah, yaitu:

              a. Dhabtul-Lisan (Lisan yang terkontrol)

                Rasulullah menjadikan lurusnya lisan sebagai syarat bagi lurusnya hari, dan
    menjadikan lurusnya hari sebagai syarat lurusnya iman.

          Apabila perintah Rasulullah ini dikksanakan maka akan dapat memetik buah dari
    tazkiyah, yaitu seorang muslim dapat mengontrol lisannya sehingga ia akan senantiasa terjaga
    lisannya dari perkatan yang tidak baik.

              b. Iltizam Bi Adabil ‘Ilaqat (Komitmen dengan adab-adab pergaulan)

          Dengan tazkiyah ini seorang muslim dapat menentukan batasan-batasan dalam pergaulan,
    dimana ia bisa menempatkan diri dalam golongan pergaulan yang membawa keselamatan dunia
    dan akhirat.



7. Refrensi

  a. http://sucisunhine.blogspot.com/2011/08/hakekat-pembinaan-akhlak-tasawuf-1.html
  b. http://ummulmiqdad.multiply.com/journal/item/25?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fi
     tem
  c. http://xa.yimg.com/kq/groups/23555923/342822185/name/materi+UAS.doc
                                                                       Tazkiyah al nafs        3

Más contenido relacionado

Tazkiyah al nafs

  • 1. Nama : Sigit Budi Permana NIM : 09650035 TAZKIYAH AL NAFS 1. Pengertian Tazkiyah al nafs memiliki arti penyucian diri atau jiwa. Secara bahasa, tazkiyah al nafs berasal dari dua kata yakni tazkiyah dan nafs. Tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzzaki-tazkiyah yang maknanya sama dengan tathir yang berasal dari kata thahhara-yuthahhiru-tathir[ah] yang berarti pembersihan, penyucian atau pemurnian (lihat: Atabik Ali & Ahmad Zuhdi Mudlor, 1996 hlm 496; juga Ar Razi, 1995: 1/115). Sedangkan annafs adalah kata yang multimakna (musytarak). Dalam sebagian kamus bahasa Arab kata nafs sering diterjemahkan dengan : Diri Jasad Jiwa, ruh atau kalbu. Bahkan nafs pun diartikan dengan darah. Sehingga wanita yang melahirkan dikatakan sedang nifas. Artinya banyak mengeluarkan darah. Secara istilah : nafs dikemukakan Ibnu Abbas sebagaimana dikutip Ibnu Mazhur dalam kamus Lisanul Arab, bahwa manusia memiliki dua nafs: a. nafs al a'ql (akal) yang dengan akal manusia mampu mengidentifikasi dan berpikir b. nafs ar ruh yang dengan ruh ini manusia hidup. Jika kita memaknai kata nafs secara bahasa semata, maka akan melahirkan perbedaan di dalam memahami konsep tazkiyah an nafs. Karena konsep yang dipahami berbeda, maka aksi yang dilakukan dalam rangka tazkiyah an nafs pun berbeda-beda. 2. Tazkiyah an nafs dalam Alquran Dalam Alquran ada beberapa pengertian tazkiyah an nafs. Pertama, menyucikan diri dari kemusyrikan dan kekufuran. Dalam QS Al Jumuah [62] ayat 2, salah satu kata berbunyi yuzakkihim memiliki makna ”menyucikan diri dari najis dan kekufuran” (Ath Thabari, 28/93). Najis di sini menunjukkan orang-orang musyrik (QS At Taubah [9]: 28). Sedangkan menurut Al Qurthubi kata yuzakkihim bisa bermakna ”menjadikan kalbu-kalbu mereka suci dengan keimanan”. Kedua, bermakna ”menyucikan diri dari keburukan-keburukan amal perbuatan, dengan melakukan amal-amal saleh”. Abi Saud menyimpulkan dalam kata yuzakkihim merupakan tugas Rasul yang membawa manusia pada kesucian; suci akidah dan amal perbuatannya (Abi As Saud, 8/247). Tazkiyah al nafs 1
  • 2. Ketiga, menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. Dalam QS Asy Syam [91] ayat 60 terdapat frasa man zakkaha. Menurut Al Qurthubi frasa ini bermakna ”siapa yang disucikan jiwa oleh Allah dengan ketaatan kepada-Nya”. Hal senada dikemukakan pula oleh Ibnu Katsir. Keempat, tidak memiliki dosa atau bertobat dari dosa-dosa (QS Al Kahfi [18]: 74). Kelima, totalitas keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT (QS Thaha[20]: 76). Menurut Ibnu Katsir dalam ayat ini terdapat kata man tazakka yang bermakna menyucikan dirinya dari dosa, keburukan dan syirik. Hanya menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, senantiasa mengikuti segala perbuatan baik sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW. Bisa kita simpulkan bahwa konsep tazkiyah an nafs mencakup dua poin penting yakni memurnikan keimanan kepada Allah SWT dan menjalankan ketaatan secara total kepada-Nya. Maka jelas, konsep tazkiyah an nafs (penyucian diri/jiwa) mencakup : a. aktivitas akal, hati, dan anggota tubuh. b. Mencakup keimanan dan amal saleh. Intinya, mencakup seluruh ketaatan kita dalam menjalankan perintah Allah secara total dalam seluruh aspek kehidupan. 3. Hakikat Pembinaan Akhlak Tasawuf Pada hakekatnya, pembinaan akhlak tasawuf lebih merupakan pembinaan akhlak yang dilakukan seseorang atas dirinya sendiri dengan tujuan jiwanya bersih dan perilakunya terkontrol. Pembersihan jiwa dari kotoran-kotoran penyakit hati seperti sifat basud, kibir, ujub, riya’, sum’ ah, thama, rakus, serakah, bohong, tidak amanah, nifaq, syirik dan lain sebagainya merupakan salah satu misi utama para Rasul Allah. Ada beberapa ayat al-Qur’an yang menunjukkan atas misi tersebut. Jelas bahwa tazkiyat al-nafs termasuk misi para Rasul, sasaran orang-orang yang bertaqwa, dan menentukan keselamatan atau kecelakaan disisi Allah. Tazkiyah secara etimologis punya dua makna: penyucian dan pertumbuhan. Demikian pula maknanya secara istilah. Zakatun nafsi artinya penyucian (tathabur) jiwa dari segala penyakit dan cacat, merealisikan (tahaquq) berbagai maqam padanya, dan menjadikan asma’ dan sifat Allah sebagai akhlaknya (takbaluq). Dengan demikian tazkiyah adalah tathahur, tahaquq dan takhaluq. 4. Sarana Tazkiyyah Yang dimaksud dengan sarana tazkiyah ialah berbagai amal perbuatan yang mempengaruhi jiwa secara langsung dengan menyembuhkannya dari penyakit, atau merealisasikan akhlak padanya. Semua hal ini bisa terhimpun dalam suatu amal perbuatan. Ada beberapa sarana dalam tazkiyah yaitu: a. Shalat b. Zakat dan Infaq c. Puasa d. Dzikir dan Pikir e. Mengingat Kematian f. Amar Ma’ruf Nahi Munkar Tazkiyah al nafs 2
  • 3. 5. Tujuan Tazkiyat Al-Nafs Tujuan dari upaya pembersihan diri ini akan terlaksana apabila telah melampai beberapa tahap. Tahapan ini merupakan sarana yang tepat sebagai upaya pelaksanaan tazkiyah al-nafs. Tahapan-tahapan tersebut adalah: a. Tathahhur (Upaya mensucikan diri) Usaha seseorang untuk dapat memulai tazkiyat al-nafs adalah melalui tathahur. Upaya ini diawali dengan taubat dan berjanji tidak akan mengulangi lagi segala perbuatan yang bisa mengotori jiwa atau hati. b. Takhallaq (upaya menghiasi diri dengan akhlak al-karimah) Setelah seseorang berusaha mensucikan diri dari perbuatan-perbuatan kotor pada jiwanya, maka ia harus berupaya mengisinya dengan perbuatan-perbuatan mulia (akhlak mulia). Dengan cara ini jiwa atau seseorang akan terhiasi perilaku-perilaku baik yang pada akhirnya perlu perwujudan dalam perilaku. c. Tahaqquq (Upaya merealisasikan kedudukan-kedudukan mulia atau biasa disebut Maqamatul Qulub) Upaya ini merupakan puncak dari proses tazkiyatal-nafs, karena takhalluq merupakan cara dan jalan bagaimana seorang muslim dapat berada sedekat mungkin dengan Allah Swt sehingga ia akan memperoleh kedudukan yang mulia disisi-Nya. 6. Buah Tazkiyyatun Nafs Aktifitas-Aktifitas tazkiyah yang dapat mencontoh Rasulullah saw ini dapat menghasilkan buah-buah ‘amaliyah, buah-buah ini disebut Tsamaratut-Tazkiyyah, yaitu: a. Dhabtul-Lisan (Lisan yang terkontrol) Rasulullah menjadikan lurusnya lisan sebagai syarat bagi lurusnya hari, dan menjadikan lurusnya hari sebagai syarat lurusnya iman. Apabila perintah Rasulullah ini dikksanakan maka akan dapat memetik buah dari tazkiyah, yaitu seorang muslim dapat mengontrol lisannya sehingga ia akan senantiasa terjaga lisannya dari perkatan yang tidak baik. b. Iltizam Bi Adabil ‘Ilaqat (Komitmen dengan adab-adab pergaulan) Dengan tazkiyah ini seorang muslim dapat menentukan batasan-batasan dalam pergaulan, dimana ia bisa menempatkan diri dalam golongan pergaulan yang membawa keselamatan dunia dan akhirat. 7. Refrensi a. http://sucisunhine.blogspot.com/2011/08/hakekat-pembinaan-akhlak-tasawuf-1.html b. http://ummulmiqdad.multiply.com/journal/item/25?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fi tem c. http://xa.yimg.com/kq/groups/23555923/342822185/name/materi+UAS.doc Tazkiyah al nafs 3