SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 15
Descargar para leer sin conexión
PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 1
PERANAN PENDIDIKAN FORMAL
DALAM PROSES PEMBUDAYAAN
Oleh: Juanda*
ABSTRACT: This article deals the role of formal education in the
process of enculturation, including six aspects: education and encul-
turation, educational policy in Indonesia, educational aspects as
cultural phenomena, the functions of culture in education, the role of
formal education in the process of enculturation, and the process of
enculturation through formal education. The policy of equal right for
education is designed to give equal opportunity to all people to get
education without discrimination to any ethnic group. Education is
an endeavour of developing the community culture to be a modern
society, developed and harmonious based on the shared cultural
values. Enculturation process is an attempt to guide someone’s
attitude and behaviour based on science and skill.
KEYWORDS: Pendidikan formal, pembudayaan, dan kebijakan
pendidikan.
PENCIPTA dan pendukung budaya adalah manusia. Manusia lahir tanpa
kekosongan budaya, yaitu manusia yang dilahirkan di dunia ini dalam
keluarga atau masyarakat tempat dilahirkan, masyarakat tersebut telah
menganut budaya tertentu. Anggota keluarga dan masyarakat tempat
seseorang dilahirkan tersebut telah menganut budaya. Budaya yang dianut
diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses pembelajaran dalam
dunia pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan merupakan gejala
kebudayaan. Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh mahluk yang ber-
budaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan adalah manusia. Asas-
asas pendidikan selalu harus berdasarkan pada budaya.
Proses pendidikan merupakan upaya sadar manusia yang tidak
pernah ada hentinya. Sebab bilamana manusia berhenti melakukan pen-
didikan, sulit dibayangkan apa yang akan terjadi pada sistem peradaban
dan budaya manusia. Oleh karena itu, pemerintah maupun masyarakat
berupaya untuk melakukan pendidikan dengan standar kualitas yang
*Doktor dalam bidang Ilmu Pendidikan Bahasa pada Program Pascasarjana Univer-
sitas Negeri Jakarta ini adalah dosen Fakultas Sastra dan Seni Universitas Negeri Makassar.
LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-152
dinginkan untuk memberdayakan manusia. Sistem pendidikan yang di-
bangun harus disesuaikan dengan tuntutan zamannya agar pedidikan da-
pat menghasilkan outcome yang relevan dengan tuntutan zaman. Di sinilah
peranan pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam
menentukan kebijakan pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini tentu saja
kebijakan tersebut harus selalu memperhatikan nilai-nilai budaya yang
dipegang teguh oleh pendukung budaya tempat pendidikan diselenggara-
kan.
Kebudayaan diwariskan dari generasi ke generasi dengan cara
belajar. Menurut Sultan Takdir Alisjahbana kebudayaan adalah keseluruh-
an gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar
beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya. Tujuan Pendidikan yang
digariskan dalam UU No. 20/2003 pasal 3 pada akhirnya adalah terbentuk-
nya kemampuan dan watak seperti juga yang dirumuskan oleh UNESCO,
to muold the character and mind of young generation. Kepribadian hanya dapat
dibentuk melalui interaksi personal, proses meniru, proses pemahaman,
toleransi dan berbagai soft skill hanya dapat dikembangkan melalui apa
yang disebut oleh Rogers1 dengan helping relationship sebagai pembuka
jalan proses becoming. Arah, tujuan, atau sasaran yag diperhatikan dan
dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan segala aktivitas yang
bersifat pendidikan harus memperhatikan aspek-aspek pendidikan sebagai
gejala kebudayaan.
Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal uta-
ma pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Se-
makin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu
negara untuk membangun bangsanya. Hal ini terjadi karena dikuasainya
keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusia-
nya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangun-
an nasional. Bangsa yang maju di dunia ini adalah bangsa yang memper-
tahankan kekhasannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu unsur
kebudayaan adalah bahasa. Negara yang maju di dunia ini adalah negara
yang memprioritaskan penggunaan bahasa nasionalnya sebagai bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan sehingga peserta didik lebih leluasa
mengembangkan kreativitasnya. Mereka menuangkan pikirannya, gaga-
san-gagasannya dalam bentuk konsep dengan keyakinan yang pada akhir-
nya menghasilkan suatu inovasi berupa penemuan. Peranan fungsi budaya
dalam pendidikan sangat penting.
Pendidikan formal telah diselenggarakan di Indonesia yang tentu
saja harus memperhatikan aspek-aspek budaya dalam penyajian materi
pada setiap mata pelajaran. Keseluruhan mata pelajaran dalam pengajaran
PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 3
seharusnya disesuaikan dengan budaya Indonesia. Penemuan atau inovasi
yang muncul hanya dapat terwujud bilamana menggali dari potensi yang
ada atau mengutamakan kekhasan, ciri khas atau budaya setempat. Oleh
karena itu, proses pembudayaan pada anak didik atau siswa perlu dimak-
simalkan terutama dengan melalui pendidikan formal.
PERNYATAAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, muncul masalah yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pendidikan dan pembudayaan itu?
2. Bagaimanakah kebijakan pendidikan di Indonesia?
3. Aspek-aspek apa saja dalam pendidikan sebagai gejala kebudayaan?
4. Bagaimanakah fungsi budaya dalam pendidikan?
5. Apa peranan pendidikan formal dalam proses pembudayaan?
6. Bagaimana proses pembudayaan melalui pendikan formal?
PEMBAHASAN
Pendidikan dan Pembudayaan
Menurut bahasa Yunani pendidikan berasal dari kata pedagogi yaitu
kata paid artinya anak sedangkan agogos artinya membimbing sehingga
pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak. Menurut
UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan dan pengen-
dalian diri. Kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengem-
bangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan,
emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.2 Menurut R. Linton
kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipel-
ajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, unsur pembentuknya didu-
kung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya. Jadi, pembudayaan
harus melalui pendidikan apakah itu pendidikan melalui jalur formal atau
nonformal.
Suatu pandangan bahwa budaya adalah sesuatu yang dipelajari,
diteruskan, disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selan-
LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-154
jutnya tindakan manusia selalu dalam bentuk interaksi tatap muka dan
tentu saja menggunakan bahasa sebagai sarana komuniaksi. Dalam pan-
dangan ini budaya dimaksudkan menjelaskan bagaimana anak perkem-
bangannya mengikuti pola-pola budaya pada orang yang memeliharanya.
Anak akan tumbuh menjadi anggota budaya dari budaya yang dianut oleh
orang tuanya.3
Perolehan kebudayaan oleh manusia terjadi melalui proses yang
disebut pendidikan. Dalam pengertian ini pendidikan adalah jalur mewa-
riskan dan mewarisi kebudayaan. Akan tetapi pewarisan melulu tidaklah
cukup sebagai tujuan pendidikan dengan upaya pendidikan, kita perlu
juga membuat anak-anak didik itu kreatif dan berinisiatif. Dalam hal ini
tidak boleh lepas dari koridor pembudayaan.
Dalam antropologi budaya dipelajari dan sebagai bagian karakteris-
tik pola perilaku dalam kelompoknya. Budaya yang kita miliki telah dipel-
ajari dari keluarga dan anggota lain dalam masyarakat yang seperti halnya
bentuk materi yang berupa buku dan program televisi. Kita tidak dilahir-
kan dengan kekosongan budaya tetapi dengan kemampuan memperoleh
budaya itu dengan pengamatan, peniruan, dan coba dan mencoba.
Pendidikan dan pembudayaan harus dimulai sejak dini pada anak-
anak. Dalam hal ini bahasa yang sifatnya sopan dan santun pada anak
sangat penting. Kita tidak boleh lupa pada pendidikan bahasa anak pada
saat balita. Masih banyak orang tua yang masih mau bertengkar, menge-
luarkan kata-kata kotor dan pedas, saling umpat di hadapan anaknya yang
sedang tumbuh kembang. Dapat dibayangkan begitu banyak anak-anak
sekarang yang walaupun baru berumur lima tahun bahkan di bawanya
sudah bisa mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Itulah sebabnya
mulai sekarang kita harus menyadari apa yang pantas dan yang tidak
pantas diucapkan di depan anak-anak. Kita seharusnya menggunakan kata
sopan, santun dan yang baik menurut moral setiap saat berhadapan
dengan anak. Hal ini merupakan salah satu proses pendidikan dan pem-
budayaan dalam penggunaan bahasa.
Kebijakan Pendidikan di Indonesia
Indonesia telah memiliki sebuah sistem pendidikan yang telah
dikokohkan dengan UU No. 20 tahun 2003. Pembangunan di Indonesia
sekurang-kurangnya menggunakan empat strategi dasar: 1. Pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan; 2. Relevansi pendidikan; 3. Pening-
katan kualitas pendidikan; dan 4. efisiensi pendidikan. Secara umum
starategi itu dapat dibagi menjadi dua dimensi yakni peningkatan mutu
dan pemerataan pendidikan. Pembangunan peningkatan mutu diharapkan
PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 5
dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas pendidikan.
Sedangkan kebijakan pemerataan pendidikan diharapkan dapat mem-
berikan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan bagi semua
usia sekolah.4 Selanjutnya Sanaky5 mengemukakan bahwa untuk menjamin
kesempatan memperoleh pendidian yang merata di semua kelompok stara
dan wilayah tanah air sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkem-
bangannya perlu strategi dan kebijakan pendidikan, yaitu: 1. Menyelengga-
rakan pendidikan yang relevan dan bermutu sesuai dengan kebutuhan
masyarakat Indonesia dalam menghadapi tantangan global; 2 menyeleng-
garakan pendidikan yang dapat dipertanggung-jawabkan kepada masya-
rakat sebagai pemilik sumber daya dan dana serta pengguna hasil pen-
didikan; 3. Menyelenggarakan proses pendidikan yang demokratis secara
profesional sehingga tidak mengorbankan mutu pendidikan; 4. Mening-
katkan efisiensi internal dan eksternal pada semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan, 5. Memberi peluang yang luas dan meningkatkan kemampuan
masyarakat sehingga terjadi diversifikasi program pendidikan sesuai
dengan sifat multikultural bangsa Indonesia; 6. Secara bertahap megurangi
peran pemerintah menuju ke peran fasilitator dalam implemetasi sistem
pendidikan; 7. Merampingkan birokrasi pendidikan sehingga lebih fleksi-
bel untuk menentukan atau melakukan penyesuaian terhadap dinamika
perkembangan masyarakat dalam lingkungan global.
Proses menuju perubahan sistem pendidikan nasional banyak
menuai kendala serius, apalagi membicarakan konteks pendidikan nasio-
nal sebagai bagian dari pergumulan ideologi dan politik penguasa. Prob-
lem-problem yang dihadapi berkaitan dengan kebijakan-kebijaan yang
sangat strategis. Maka dalam konteks kebijakan pendidikan nasional me-
nurut Suyanto6 banyak pakar dan praktisi pendidikan mengkritisi peme-
rintah, dianggap tidak memiliki komitmen yang kuat untuk membenahi
sistem pendidikan nasional. Kebijakan sistem pendidikan kita kurang
menggambarkan rumusan-rumusan permasalahan dan prioritas yang
ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Hal ini terutama berkaitan
dengan anggaran pendidikan nasional yang semestinya mengalokasikan
dana APBN dan APBD sebesar 20% (Pasal 31 ayat 4 UUD amandemen
keempat). Sampai sekarang kebijakan strategi belum dapat diwujudkan
sepenuhnya.
Aspek-Aspek Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan
Aspek-aspek pendidikan adalah arah, tujuan atau sasaran yang di-
perhatikan dan dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan segala
aktivitas yang bersifat pendidikan, aspek-aspek tersebut menurut Hara-
hap,7 adalah:
LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-156
a. Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan
Pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah laku perbuatan agar
anak belajar berpikir, berperasaan dan bertindak lebih sempurna dan
baik daripada sebelumnya. Untuk tujuan tersebut maka pendidikan
diarahkan pada seluruh aspek pribadi meliputi jasmani, mental ke-
rohanian dan moral. Dalam hal ini akan tumbuh kesadaran pribadi dan
bertanggung jawab akibat tingkat perbutannya.
b. Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi
Lembaga pendidikan bertujuan mengembangkan diri dan selalu meng-
gunakan daya kemampuan inisiatif dan aktivitasnya sesuai kata hatinya
sehingga anak berkesempatan untuk belajar memikul tanggung jawab
bagi kelangsungan pendidikan dan perkembangan pribadinya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Tagore bahwa pendidikan sebenarnya pen-
didikan diri sendiri atau diri pribadi (self education).
c. Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga
Tugas pendidikan adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh lembaga
atau badan pendidikan yang diakui dan diberi hak hidup serta di-
lindungi undang-undang. Dengan demikian, di samping lembaga pen-
didikan sekolah (sebagai perantara, pemersatu serta mempertinggi
usaha pendidikan maka keluarga masyarakat juga menerima tugas
kewajiban untuk mendidik manusia yang menjadi anggotanya.
d. Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan ke-
pribadian
Pendidik dan lembaga pendidikan harus mengakui kepribadian dan
menggalang adanya kesatuan segala aspek kebudayaan. Di sini manusia
membutuhkan latihan dalam menggunakan kecerdasannya dan saling
pengertian. Aspek-aspek kehidupan telah dirumuskan oleh Springer8
sebagai aspek intelek yang menghasilkan manusia teoretis, sosial, peng-
abdi, estetis, seni, politik, manusia berkuasa, dan ekonomi manusia serta
ditambahkan di dalam aspek keluarga menjadikan manusia cinta kasih.
e. Pendidikan berlangsung sepanjang hidup
Menurut Langeveld kewibawaan penting dalam pendidikan sehingga
proses pendidikan dibatasi pada proses pendidikan mulai dari anak
mengerti dan mengakui kewibawaan sampai anak tunduk dan kewiba-
waannya sendiri yang bersumber dari kata hatinya.
f. Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intellegent terhadap
perubahan sosial. Sifat pendidikan reflektif dan progresif harus mene-
ruskan nilai kebudayaan dan mengantarkan anak didik pada alam
kedewasaan serta membimbing ke arah kerja membangun masa depan.
Jadi, pendidik harus mengembangkan kesadaran bertangung jawab dan
turut serta dalam masyarakat.
PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 7
g. Pendidik harus mengabdi kepada seluruh massa rakyat
Menurut sejarah perkembangannya, pendidikan mengalami dua macam
perkembangan, yaitu: 1. Pendidikan sebagai pengabdi kelas/golongan
masyarakat diperuntukkan untuk kepentingan sebagian kecil masyara-
kat misalnya kolonial Belanda dan; 2. Pengabdi massa/segala lapisan
masyarakat, diperuntukkan untuk demokrasi masyarakat tanpa perbe-
daan kelas.
h. Pendidikan harus diarahkan ke pembinaan cita-cita hidup yang luhur
Bila pendidikan dimasukkan ke dalam tingkah laku perbuatan manusia
maka pendidikan harus menyesuaikan diri dengan tujuan hidup manu-
sia, selanjutnya tujuan hidup tersebut ditentukan oleh filsafat hidup
yang dianut seseorang. Tujuan pendidikan manusia harus bersumber
pada filsafat hidup individu tertentu.
i. Pendidikan jiwa nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme
Pendidikan adalah pembinaan jiwa nasionalisme yang sehat dan wajar,
tidak menjurus chauvinisme atau internasionalisme yang melenyapkan
jiwa nasionalisme. Adanya masalah dan perbedaan dan paham-paham
tersebut disebabkan oleh tiga hal, yaitu: tetap adanya perang, adanya
efek relatif kebanggaan bangsa tertentu, namun kesengaraan bagi bang-
sa lainnya dan rasa kebersamaan pada bangsa-bangsa yang tertindas.
Pendidikan bertujuan mengusahakan perdamaian dan kesejahteraan
manusianya. Untuk usaha-usaha yang mengarah ke sana adalah pem-
binaan jiwa yang saling kerja sama antar bangsa penghilangan nasional-
isme yang sempit, peniadaan doktrin superioritas dan imperioritas ras,
pengembangan sikap positif atas kerja sama, pembinaan politik luar
negeri dalam prinsip konsultasi dan kooperatif, peningkatan taraf men-
tal pendidikan manusia serta pembinaan penghormatan dan hidup yang
berasaskan demokrasi individu, masyarakat dan antara bangsa. Hasil
pembinaan di atas akan menimbulkan tiga kemungkinan: 1). Komunis-
me internasional, dengan bentuk terpimpin oleh negara super diikuti
negara satelit; 2). Organisasi internasional, dengan peniadaan negara su-
per, tata kehidupan berlandaskan demokrasi; 3). Kerja sama regional,
bentuk kerja sama dalam wilayah dengan tujuan tertentu.
j. Pendidikan agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karak-
teristik dan bangsa
Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa agama merupakan unsur
mutlak dan sumber dari kebudayaan. Pendidikan agama agar tidak di-
arahkan pada intelektualistis verbalistis sehingga menjadikan pendidik-
an agama sebagian dasar tata kehidupan manusia, pribadi, di sekolah
maupun masyarakat.
LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-158
Pendidian agama tidak sama dengan etik, namun pendidikan pekerti ti-
dak dapat dilepas dari agama sehingga dapat dikatakan kesusilaan yang
diagamakan sehingga dihasilkan manusia berbudi luhur, sehat berpikir-
an bebas, pengalaman, pengetahuan luas dan berjiwa ikhlas.
Fungsi Budaya Dalam Pendidikan
Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan
dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda. Pada
tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan
kreativitasnya, kesadaran estetis serta untuk bersosialiasi dengan norma-
norma, nilai-nilai, dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpendi-
dikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan
dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka ter-
hadap keanekaragaman budaya. Dengan demikian, semakin banyak orang
yang berpendidikan diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi
budaya yang selanjutnya akan terjadi integrasi budaya nasional atau regi-
onal.
Professor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indone-
sia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih. Proses
pendidikan pada pendidikan dasar setidaknya bertumpu pada empat pilar,
yaitu: lerning to know, learning to do, learning to be, dan learning live together
yang dapat dicapai melalui delapan kompetensi dasar, yaitu: membaca,
menulis, mendengar, berbicara, menghitung, meneliti, menghafal, dan
menghayal.9 Meskipun Indonesia terkeropos oleh arus global, pada dasar-
nya kita juga tidak ingin anak-anak kelak tercabut dari akar budayanya
dalam situasi global tersebut.10 Pendidikan membantu siswa mengembang-
kan dirinya secara psikologis, sosial, fisik, dan membantu siswa mengem-
bangkan potensinya semaksimal mungkin,11 sehingga mampu survive di
tengah pergulatan global.
Peranan Pendidikan Formal dalam Proses Pembudayaan (Enkulturasi)
Pendidikan bertujuan membentuk agar manusia dapat menunjukkan
perilakunya sebagai mahluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi
dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya da-
lam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, ke-
lompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Sekolah atau pendidikan
formal adalah salah satu sarana atau media dari proses pembudayaan
media lainnya (keluarga dan institusi lainnya yang ada dalam masyarakat).
Dalam konteks inilah pendidikan disebut sebagai proses untuk memanu-
siakan manusia (Dick Hartoko). Sejalan dengan itu kalangan antropolog
PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 9
dan ilmuwan sosial lainnya melihat bahwa pendidikan merupakan upaya
untuk membudayakan dan men-sosialisasikan manusia sebagaimana yang
kita kenal dengan enkulturasi, pembudayaan dan sosialisasi, proses mem-
bentuk kepribadian dan perilaku seseorang anak menjadi anggota masya-
rakat sehingga anak tersebut diakui keberadaannya oleh masyarakat yang
bersangkutan. Budaya cocok pada anggota etnik kelompok yang kita pu-
nyai. Kita biasa menyebut identitas budaya.12
Daoed Joesoef memandang pendidikan sebagai bagian dari kebuda-
yaan karena pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan dasar
sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar sebagai bekal hidup yang dimak-
sudkan di sini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena kehidupan
adalah keseluruhan dari keadaan diri kita, totalitas dari apa yang kita laku-
kan sebagai manusia, yaitu sikap, usaha, dan kerja yang harus dilakukan
oleh setiap orang, menetapkan suatu pendirian dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat yang menjadi ciri kehidupan manusia sebagai mahluk bio-
sosial.
Pendidikan adalah upaya menanamkan sikap dan keterampilan pada
anggota masyarakat agar mereka kelak mampu memainkan peranan sesuai
dengan kedudukan dan peran sosial masing-masing dalam masyarakat.
Secara tidak langsung pola ini menjadi proses melestarikan suatu kebuda-
yaan. Sejalan dengan ini Bertran Russel13 mengatakan pendidikan sebagai
tatanan sosial kehidupan bermasyarakat yang berbudaya. Melalui pendi-
dikan kita bisa membentuk suatu tatanam kehidupan bermasyarakat yang
maju, modern, tenteram, dan damai berdasarkan nilai-nilai dan norma
budaya.
Luaran pendidikan formal diharapkan memiliki sikap positif yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku yang religius, cekatan, terampil, dapat
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang salah dan
yang benar, menghargai semua hal yang menjadi bahagian kehidupan di
alam ini termasuk segala bentuk perbedaan di antara sesama manusia.
Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat pada saat
yang cepat serta mampu mengembangkan potensi diri dalam upaya
meningkatkan kualitas pribadi, keluarga, kelompok, agama, bangsa, dan
negara. Semua ini merupakan unsur pokok dalam proses pembentukan
masyarakat yang sejahtera, survive, adil, makmur, dan penuh kedamaian.
Dalam mewujudkan hal ini para penyelengara pendidikan harus
yakin bahwa program dan proses pembelajaran dapat menggiring siswa
agar mampu mengunakan terhadap segala yang dimilikinya atau yang
diperoleh selama proses belajar. Sehingga bermanfaat dalam kehidupan
selanjutnya baik kehidupan akademis maupun kehidupan sehari-hari.
LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-1510
Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan. Seharusnya program dan proses
pembelajaran tidak membuat dikotomi antara keduanya. Semua ini
menunjukkan bahwa pendidikan adalah upaya membangun budaya suatu
masyarakat sehingga tercipta kehidupan modern, maju dan harmoni yang
didasari oleh nilai-nilai budaya yang diyakini bersama oleh suatu masya-
rakat.
Proses Pembudayaan Melalui Pendidikan Formal
Proses pembudayaan (enkulturasi) adalah upaya membentuk peri-
laku dan sikap seseorang yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, keteram-
pilan sehingga setiap individu dapat memainkan perannya masing-masing.
Dengan demikian, ukuran pembelajaran dalam konsep enlkulturasi adalah
perubahan perilaku siswa. Hal ini sejalan dengan empat pilar pendidikan
yang dikemukakan oleh UNESCO. Belajar bukan hanya untuk tahu (to
know) tetapi juga menggiring siswa untuk dapat mengaplikasikan
pengetahuan yang diperoleh secara langsung dalam kehidupan nyata
belajar untuk membangun jati diri (to do), dan membentuk sikap hidup
dalam kebersamaan yang harmoni (to live together). Untuk itu pembelajaran
berlangsung secara konstruktivis (depelopmental) yang didasari oleh
pemikiran bahwa setiap individu peserta didik merupakan bibit potensial
yang mampu berkembang secara mandiri. Tugas pendidikan adalah
memotivasi agar setiap anak mengenali potensinya sedini mungkin dan
menyediakan pelayanan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki dan
mengarahkan pada persiapan yang dihadapi terhadap tantangan ke depan.
Pendidikan mengarah pada pembentukan karakter, performa yang konkrit
(observable) dan terukur (measurable) yang berkembang dalam tiga ranah
kemampuan, yaitu: kognitif, psikomotor, dan afektif. Pengembangan ke-
mampuan pada ketiga ranah tersebut dilihat sebagai satu kesatuan yang
saling melengkapi.
Untuk menjamin kekonsistenan antara tujuan pendidikan dengan
pembentukan manusia yang berbudaya (enkulturasi), perlu dirancang
desain pembelajaran di sekolah yang tidak lepas dari kondisi kehidupan
nyata antar dunia pendidikan dan dunia nyata terkait dengan hubungan
sinergis. Dengan demikian, antara niali-nilai yang ditanamkan dengan
pengetahuan akademis terkait dengan hubungan yang kontinum. Tidak
satu pun dari komponen ilmu pengetahuan yang lepas dari nilai dan
norma budaya. Wertsch14 mengemukakan bahwa dalam mengetahui se-
suatu tidak dapat dipisahkan dari budaya yang memediasi dan men-
transform tindakan ke pengetahuan. Proses pembelajaran yang demikian
dapat digambarkan dalam diagram berikut:
PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 11
Perwujudan budaya yang
dikembangkan/dibangun
Sumber Filter Contoh
Keterangan Diagram:
Kecakapan hidup merupakan tujuan dari seluruh mata pelajaran
yang mencakup ketiga ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pendidikan kecakapan hidup memiliki tiga dimensi tujuan,
yaitu: Dimensi pertama, adalah penguasaan dan kepemilikan konsep-
konsep dasar keilmuan dengan prinsip-prinsip utamanya. Konsep dasar
tersebut dibangun berdasarkan materi esensial yang merupakan bagian
integral dari keilmuan (body of knowledge). Konsep dasar ini umumnya
bersifat general sehingga dapat digunakan atau terkait dengan disiplin
ilmu yang lain (transferable). Konsep dasar harus dikuasai sebagai pondasi
untuk menuju kepada kecakapan hidup yang diinginkan.
Dimensi kedua adalah penguasaan atau kepemilikan kecakapan
proses atau metode. Kecakapan ini merupakan kecakapan generic yang
dipersyaratkan bagi setiap siswa untuk semua jenjang pendidikan yang
memungkinkan setiap siswa memiliki kemampuan beradaptasi (adap-
tability) dan kecakapan menanggulangi (cope ability) serta kecakapan untuk
mempelajari (learning to learn). Dengan dimensi ini siswa dibiasakan dan
dimotivasi untuk menggunakan pengetahuannya dalam praktik
kehidupan di dunia nyata yang didasari oleh kaidah-kaidah pengembang-
Kondisi
setiap
inividu
siswa
pada saat
ini:
manifes
maupun
laten
(tingkat
perkemba-
ngan
kebutuhan
dan minat)
Ilmu sosial,
sains, budaya,
agama, dan
lain-lain.
Konsep-konsep
dasar tentang
pemeliharaan
lingkungan
(integratif)
Analisis struktur materi
pelajaran dan
pengetahuan
kemanusiaan (isi mata
pelajaran)
Daur ulang,
membuang
sampah dengan
cara dan tempat
yang benar
(integratif)
Analisis kegiatan
para spesialis, ahli
atau profesional
dalam
mengembangkan
profesionalisme di
bidangnya
Kepekaan
terhadap
lingkungan,
menyadari alam
sebagai sumber
kehidupan,
(integratif)
Kebutuhan dan
harapan manusia
dalam kehidupan
saat ini dan masa
depan
1
3
2
Metodologi
analisis cara
Kecakapan
hidup (life
skill)
LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-1512
an (proses) keilmuan. Kedua dimensi ini tidak diperoleh secara terpisah
ataupun secara berurutan, melainkan diperoleh secara simultan. Karena
konsep-konsep dasar (dimensi pertama) tidak akan diperoleh siswa jika
dengan hanya menghafal tanpa ada upaya melakukan inquiry melalui
dimensi kedua.
Dimensi ketiga adalah kecakapan penerapan konsep dan proses
dalam kehidupan sehari-hari sehingga pelajaran berlangsung dengan
berwawasan lingkungan (kontekstual). Dengan demikian, siswa akan
terbiasa dengan perilaku yang didasari oleh berbagai kecakapan yang
diperoleh melalui belajar. Artinya tidak ada jarak antara pengetahuan yang
dimiliki dengan perilaku sehari-hari. Proses ini akan membangun perilaku
dan sikap manusia sebagai cermin dari sikap dan perilaku mahluk yang
berbudaya.
Terkait dengan proses pewarisan budaya, ketiga aspek budaya
(universal, nasional, dan lokal) sebagaimana disebutkan pada bagian pen-
dahuluan, didesain dalam suatu kurikulum dengan memberikan porsi
yang seimbang di antara ketiga aspek tersebut. Keseimbangan yang
dimaksud adalah nilai budaya universal dalam kurikulum yang dirancang
yang mengacu pada perkembangan IPTEK, sementara kurikulum nasional
mengacu pada nilai-nilai nasional yang terwujud sebagai aplikasi IPTEK
dan kehidupan bangsa dan bernegara (wawasan kebangsaan dan nusan-
tara). Budaya lokal menjadi isi dan wahana pembelajaran melalui peman-
faatan lingkungan (sosial, alam dan budaya) sebagai sumber belajar. Ketiga
aspek tersebut disusun secara sinergis sehingga muatan ketiga aspek ter-
sebut tidak berpengaruh pada beban belajar siswa.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Perolehan kebudayaan oleh manusia terjadi melalui proses yang disebut
pendidikan. Pendidikan adalah jalur mewariskan dan mewarisi ke-
budayaan. Akan tetapi pewarisan melulu tidaklah cukup sebagai tujuan
pendidikan dengan upaya pendidikan, kita perlu juga membuat anak-
anak didik itu kreatif dan berinisiatif. Dalam hal ini tidak boleh lepas
dari koridor pembudayaan.
2. Pembangunan peningkatan mutu diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi, efektivitas, dan produktivitas pendidikan. Sedangkan kebijak-
an pemerataan pendidikan diharapkan dapat memberikan kesempatan
yang sama dalam memperoleh pendidikan bagi semua usia sekolah tan-
pa diskriminatif dan perlakuan yang sama terhadap etnis di Indonesia.
PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 13
3. Aspek-aspek pendidikan adalah arah, tujuan atau sasaran yang diper-
hatikan dan dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan segala
aktivitas yang bersifat pendidikan. Aspek-aspek pendidikan adalah
pembinaan tingkah laku perbuatan; pendidikan adalah pendidikan diri
pribadi; pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga; pendidikan
di arahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian;
pendidikan berlangsung sepanjang hidup; pendidikan adalah persiapan
penyesuaian yang intellegent terhadap perubahan sosial; pendidik harus
mengabdi kepada seluruh massa rakyat; pendidikan harus diarahkan ke
pembinaan cita-cita hidup yang luhur; pendidikan jiwa nasionalisme
seimbang dengan jiwa internasionalisme; dan pendidikan agama meru-
pakan unsur mutlak dalam pembinaan karakteristik dan bangsa.
4. Pada tingkat individual pendidikan membantu siswa mengembangkan
kreativitasnya, kesadaran estetis serta bersosialiasi dengan norma-
norma, nilai-nilai, dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpen-
didikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati per-
bedaan dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih ter-
buka terhadap keanekaragaman budaya.
5. Pendidikan adalah upaya membangun budaya suatu masyarakat
sehingga tercipta kehidupan modern, maju, dan harmoni yang didasari
oleh nilai-nilai budaya yang diyakini bersama oleh suatu masyarakat.
6. Proses pembudayaan (enkulturasi) adalah upaya membentuk perilaku
dan sikap seseorang yang di landasi oleh ilmu pengetahuan, keteram-
pilan sehingga setiap individu dapat memainkan perannya masing-
masing. Dengan demikian, ukuran pembelajaran dalam konsep enkul-
turasi adalah perubahan perilaku siswa tanpa mengabaikan budaya.
Saran
1. Penentu kebijakan pendidikan khususnya pada pendidikan formal
harus mengkaji ulang kurikulum dengan lebih memprioritaskan ke-
khasan budaya Indonesia dan budaya-budaya lokal.
2. Materi yang diajarkan pada setiap pelajaran kepada siswa seharusnya
menitikberatkan pada pengkajian unsur-unsur budaya yang tidak
menghilangkan budaya asli bangsa Indonesia. Hal ini diharapkan ter-
jadi penemuan di berbagai bidang pada siswa tersebut. Hal ini berlan-
daskan bahwa penemuan itu hanya bisa terwujud bilamana berlan-
daskan pada keaslian dan kekhasan.
LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-1514
CATATAN AKHIR
1. Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2008, h. 472.
2. Asian Brain, Pengertian Pendidikan, http://www.slideshare.net, diakses 25
April 2010.
3. Alessandro Duranti, Linguistic Anthropology, Melbourne: Cambridge University
Press, 1997, h. 24.
4. Hujair Sanaky A.H., Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani
Indonesia, Yokyakarta: Safiria Insani dan MSI, 2003, h. 146.
5. Ibid.
6. Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional dalam Percaturan dunia Global, Jakarta:
PSAP Muhammadiyah, 2006, h. 10-11.
7. Pandapotan Harahap, Pendidian sebagai gejala Kebudayaan http://vandha.
wordpress.com., diakses 14 Oktober 2010.
8. Ibid.
9. Nurkolis, Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang, http://researchengines.
com , diakses 6 November 2008.
10. Conny Semiawan, “Kebijakan Pendidikan Dasar danMenengah”, dalam Tilaar,
Pendidikan untuk Masrakat Indonesia Baru, Jakarta: PT Grasindo, 2002, h. 191.
11. Yin Cheong Cheng, School Effectiveness and Schooll-Based Management: A
Mechanism for Development, Washington: The Palmer Press, 1996, h. 7.
12. Bertha Perez, ed., Sociocultural Contexts of Language and Literacy, London:
Lawrence Erlbaum Associates, 2004, h. 4.
13. Zulfikri Anas, Pendidikan dalam Budaya, http://fikrieanas.wordpress.com,
diakses 3 Oktober 2010.
14. Bertha Perez, ed., op. cit.
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Zulfikri, Pendidikan dalam Budaya, http://fikrieanas.wordpress.com.
Brain, Asian, Pengertian Pendidikan, http://www.slideshare.net.
Cheng, Yin Cheong, School Effectiveness and Schooll-Based Management: A Mechanism
for Development, Washington, The Palmer Press, 1996.
Duranti, Alessandro, Linguistic Anthropology, Melbourne, Cambridge University
Press, 1997.
Harahap, Pandapotan, Pendidian sebagai gejala Kebudayaan http://vandha. word-
press.com.
Nurkolis, Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang, http://researchengines.com.
Perez, Bertha, ed., Sociocultural Contexts of Language and Literacy, London, Lawrence
Erlbaum Associates, 2004.
Sanaky, Hujair, A.H., Paradigma Pendidikan Islam, Memangun Masyarakata Madani
Indonesia, Yokyakarta, Safiria Insani dan MSI, 2003.
Semiawan, Conny, “Kebijakan Pendidikan Dasar dan Menengah,” dalam Tilaar.
Pendidikan untuk Masrakat Indonesia Baru, Jakarta: PT Grasindo, 2002.
PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 15
Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta, Penerbit Buku
Kompas, 2008.
Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional dalam Percaturan Dunia Global, Jakarta,
PSAP, Muhammadiyah, 2006.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Nota edu 3109 dalam ppt
Nota edu 3109 dalam pptNota edu 3109 dalam ppt
Nota edu 3109 dalam pptMma Mma
 
Topik 3 implikasi kepelbagaian sosio budaya terhadap 3
Topik 3 implikasi kepelbagaian sosio budaya terhadap 3Topik 3 implikasi kepelbagaian sosio budaya terhadap 3
Topik 3 implikasi kepelbagaian sosio budaya terhadap 3share with me
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Erik Kuswanto
 
Makalah pengantar ilmu pendidikan a/n MIKY BUSRA dan MUFTI BUNAYYA E.R
Makalah pengantar ilmu pendidikan a/n MIKY BUSRA dan MUFTI BUNAYYA E.RMakalah pengantar ilmu pendidikan a/n MIKY BUSRA dan MUFTI BUNAYYA E.R
Makalah pengantar ilmu pendidikan a/n MIKY BUSRA dan MUFTI BUNAYYA E.RHidayat Amin
 
Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)
Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)
Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)pohtee
 
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Sarana Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)  Sebagai Sarana PendidikanPendidikan Kewarganegaraan (PKn)  Sebagai Sarana Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Sarana PendidikanR. Herawati Suryanegara
 
Makalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanMakalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanmuhammad anshori
 
tugasan Edu 3106 individu
tugasan Edu 3106 individu tugasan Edu 3106 individu
tugasan Edu 3106 individu fitri norlida
 
RESUM JURNAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN
RESUM JURNAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIANRESUM JURNAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN
RESUM JURNAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN7171708
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaSugeng Riadi
 
Pengantar pendidikan alsep
Pengantar pendidikan alsepPengantar pendidikan alsep
Pengantar pendidikan alsepalsep priani
 
Makalah ddk tujuan pendidikan
Makalah ddk tujuan pendidikanMakalah ddk tujuan pendidikan
Makalah ddk tujuan pendidikanArwinda Febri
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikanRiezza Farhan
 

La actualidad más candente (19)

Nota edu 3109 dalam ppt
Nota edu 3109 dalam pptNota edu 3109 dalam ppt
Nota edu 3109 dalam ppt
 
makalh pengantar pendidikan
makalh pengantar pendidikanmakalh pengantar pendidikan
makalh pengantar pendidikan
 
Topik 3 implikasi kepelbagaian sosio budaya terhadap 3
Topik 3 implikasi kepelbagaian sosio budaya terhadap 3Topik 3 implikasi kepelbagaian sosio budaya terhadap 3
Topik 3 implikasi kepelbagaian sosio budaya terhadap 3
 
Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan Kebijakan pendidikan
Kebijakan pendidikan
 
Makalah pengantar ilmu pendidikan a/n MIKY BUSRA dan MUFTI BUNAYYA E.R
Makalah pengantar ilmu pendidikan a/n MIKY BUSRA dan MUFTI BUNAYYA E.RMakalah pengantar ilmu pendidikan a/n MIKY BUSRA dan MUFTI BUNAYYA E.R
Makalah pengantar ilmu pendidikan a/n MIKY BUSRA dan MUFTI BUNAYYA E.R
 
Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)
Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)
Nota guru dan cabaran semasa (edu 3093)
 
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Sarana Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)  Sebagai Sarana PendidikanPendidikan Kewarganegaraan (PKn)  Sebagai Sarana Pendidikan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Sarana Pendidikan
 
Makalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikanMakalah pengantar pendidikan
Makalah pengantar pendidikan
 
Jati diri p kn
Jati diri p knJati diri p kn
Jati diri p kn
 
tugasan Edu 3106 individu
tugasan Edu 3106 individu tugasan Edu 3106 individu
tugasan Edu 3106 individu
 
RESUM JURNAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN
RESUM JURNAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIANRESUM JURNAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN
RESUM JURNAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN
 
Makna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusiaMakna pendidikan bagi manusia
Makna pendidikan bagi manusia
 
Pengantar pendidikan alsep
Pengantar pendidikan alsepPengantar pendidikan alsep
Pengantar pendidikan alsep
 
Makalah manajemen organisasi pls
Makalah manajemen organisasi plsMakalah manajemen organisasi pls
Makalah manajemen organisasi pls
 
Pendemokrasian
PendemokrasianPendemokrasian
Pendemokrasian
 
Makalah ddk tujuan pendidikan
Makalah ddk tujuan pendidikanMakalah ddk tujuan pendidikan
Makalah ddk tujuan pendidikan
 
56073879 1-docx-lakaran
56073879 1-docx-lakaran56073879 1-docx-lakaran
56073879 1-docx-lakaran
 
Makalah pendidikan luar sekolah
Makalah pendidikan luar sekolahMakalah pendidikan luar sekolah
Makalah pendidikan luar sekolah
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 

Similar a 01 peranan pendidikan formal juanda

02_Pengaruh bahasa dalam pendidikan karakter bangsa
02_Pengaruh bahasa dalam pendidikan karakter bangsa02_Pengaruh bahasa dalam pendidikan karakter bangsa
02_Pengaruh bahasa dalam pendidikan karakter bangsaHamida ID
 
TRANSMISI BUDAYA & PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN.pptx
TRANSMISI BUDAYA & PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN.pptxTRANSMISI BUDAYA & PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN.pptx
TRANSMISI BUDAYA & PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN.pptxarisantomico
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikananitaairhi
 
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptxLandasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptxDheaDilla
 
Landasan pendidikan
Landasan pendidikanLandasan pendidikan
Landasan pendidikanDidik Efendi
 
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdfSaddamSevenmatika1
 
Pengantar pendidikan alsep
Pengantar pendidikan alsepPengantar pendidikan alsep
Pengantar pendidikan alsepalseppriani
 
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...Totok Priyo Husodo
 
Sistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasionalSistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasionalirmasonghyekyo
 
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...abuzaf
 
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdfArtikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdfzuhriyahaminatus004
 

Similar a 01 peranan pendidikan formal juanda (20)

02_Pengaruh bahasa dalam pendidikan karakter bangsa
02_Pengaruh bahasa dalam pendidikan karakter bangsa02_Pengaruh bahasa dalam pendidikan karakter bangsa
02_Pengaruh bahasa dalam pendidikan karakter bangsa
 
Makalah landasan antro
Makalah landasan antroMakalah landasan antro
Makalah landasan antro
 
Jurnal kurikulum kbk
Jurnal kurikulum kbkJurnal kurikulum kbk
Jurnal kurikulum kbk
 
Makalah pend.pancasila soni
Makalah pend.pancasila soniMakalah pend.pancasila soni
Makalah pend.pancasila soni
 
TRANSMISI BUDAYA & PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN.pptx
TRANSMISI BUDAYA & PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN.pptxTRANSMISI BUDAYA & PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN.pptx
TRANSMISI BUDAYA & PERKEMBANGAN INSTITUSI PENDIDIKAN.pptx
 
Peran pendidikan dalam kesetaraan
Peran pendidikan dalam kesetaraanPeran pendidikan dalam kesetaraan
Peran pendidikan dalam kesetaraan
 
Pengantar pendidikan
Pengantar pendidikanPengantar pendidikan
Pengantar pendidikan
 
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptxLandasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
Landasan dan Asas-Asas Pendidikan (4).pptx
 
Landasan pendidikan
Landasan pendidikanLandasan pendidikan
Landasan pendidikan
 
Assingment fpm
Assingment fpmAssingment fpm
Assingment fpm
 
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
194-Article Text-694-1-10-20210208.pdf
 
Pengantar pendidikan alsep
Pengantar pendidikan alsepPengantar pendidikan alsep
Pengantar pendidikan alsep
 
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
 
Assignment edu 2
Assignment edu 2Assignment edu 2
Assignment edu 2
 
Hhhh
HhhhHhhh
Hhhh
 
Lala
LalaLala
Lala
 
Sistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasionalSistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasional
 
Peserta didik
Peserta didikPeserta didik
Peserta didik
 
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
M. Abu Siri, Dr. Asnawan, S.Pd.I., M.Si PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DAN PE...
 
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdfArtikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
Artikel_vfgPenguatan Profil Pancasila.pdf
 

01 peranan pendidikan formal juanda

  • 1. PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 1 PERANAN PENDIDIKAN FORMAL DALAM PROSES PEMBUDAYAAN Oleh: Juanda* ABSTRACT: This article deals the role of formal education in the process of enculturation, including six aspects: education and encul- turation, educational policy in Indonesia, educational aspects as cultural phenomena, the functions of culture in education, the role of formal education in the process of enculturation, and the process of enculturation through formal education. The policy of equal right for education is designed to give equal opportunity to all people to get education without discrimination to any ethnic group. Education is an endeavour of developing the community culture to be a modern society, developed and harmonious based on the shared cultural values. Enculturation process is an attempt to guide someone’s attitude and behaviour based on science and skill. KEYWORDS: Pendidikan formal, pembudayaan, dan kebijakan pendidikan. PENCIPTA dan pendukung budaya adalah manusia. Manusia lahir tanpa kekosongan budaya, yaitu manusia yang dilahirkan di dunia ini dalam keluarga atau masyarakat tempat dilahirkan, masyarakat tersebut telah menganut budaya tertentu. Anggota keluarga dan masyarakat tempat seseorang dilahirkan tersebut telah menganut budaya. Budaya yang dianut diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses pembelajaran dalam dunia pendidikan formal dan nonformal. Pendidikan merupakan gejala kebudayaan. Pendidikan hanya dapat dilakukan oleh mahluk yang ber- budaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan adalah manusia. Asas- asas pendidikan selalu harus berdasarkan pada budaya. Proses pendidikan merupakan upaya sadar manusia yang tidak pernah ada hentinya. Sebab bilamana manusia berhenti melakukan pen- didikan, sulit dibayangkan apa yang akan terjadi pada sistem peradaban dan budaya manusia. Oleh karena itu, pemerintah maupun masyarakat berupaya untuk melakukan pendidikan dengan standar kualitas yang *Doktor dalam bidang Ilmu Pendidikan Bahasa pada Program Pascasarjana Univer- sitas Negeri Jakarta ini adalah dosen Fakultas Sastra dan Seni Universitas Negeri Makassar.
  • 2. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-152 dinginkan untuk memberdayakan manusia. Sistem pendidikan yang di- bangun harus disesuaikan dengan tuntutan zamannya agar pedidikan da- pat menghasilkan outcome yang relevan dengan tuntutan zaman. Di sinilah peranan pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini tentu saja kebijakan tersebut harus selalu memperhatikan nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh pendukung budaya tempat pendidikan diselenggara- kan. Kebudayaan diwariskan dari generasi ke generasi dengan cara belajar. Menurut Sultan Takdir Alisjahbana kebudayaan adalah keseluruh- an gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya. Tujuan Pendidikan yang digariskan dalam UU No. 20/2003 pasal 3 pada akhirnya adalah terbentuk- nya kemampuan dan watak seperti juga yang dirumuskan oleh UNESCO, to muold the character and mind of young generation. Kepribadian hanya dapat dibentuk melalui interaksi personal, proses meniru, proses pemahaman, toleransi dan berbagai soft skill hanya dapat dikembangkan melalui apa yang disebut oleh Rogers1 dengan helping relationship sebagai pembuka jalan proses becoming. Arah, tujuan, atau sasaran yag diperhatikan dan dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan segala aktivitas yang bersifat pendidikan harus memperhatikan aspek-aspek pendidikan sebagai gejala kebudayaan. Sumber daya manusia yang berpendidikan akan menjadi modal uta- ma pembangunan nasional, terutama untuk perkembangan ekonomi. Se- makin banyak orang yang berpendidikan maka semakin mudah bagi suatu negara untuk membangun bangsanya. Hal ini terjadi karena dikuasainya keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi oleh sumber daya manusia- nya sehingga pemerintah lebih mudah dalam menggerakkan pembangun- an nasional. Bangsa yang maju di dunia ini adalah bangsa yang memper- tahankan kekhasannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu unsur kebudayaan adalah bahasa. Negara yang maju di dunia ini adalah negara yang memprioritaskan penggunaan bahasa nasionalnya sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan sehingga peserta didik lebih leluasa mengembangkan kreativitasnya. Mereka menuangkan pikirannya, gaga- san-gagasannya dalam bentuk konsep dengan keyakinan yang pada akhir- nya menghasilkan suatu inovasi berupa penemuan. Peranan fungsi budaya dalam pendidikan sangat penting. Pendidikan formal telah diselenggarakan di Indonesia yang tentu saja harus memperhatikan aspek-aspek budaya dalam penyajian materi pada setiap mata pelajaran. Keseluruhan mata pelajaran dalam pengajaran
  • 3. PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 3 seharusnya disesuaikan dengan budaya Indonesia. Penemuan atau inovasi yang muncul hanya dapat terwujud bilamana menggali dari potensi yang ada atau mengutamakan kekhasan, ciri khas atau budaya setempat. Oleh karena itu, proses pembudayaan pada anak didik atau siswa perlu dimak- simalkan terutama dengan melalui pendidikan formal. PERNYATAAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, muncul masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pendidikan dan pembudayaan itu? 2. Bagaimanakah kebijakan pendidikan di Indonesia? 3. Aspek-aspek apa saja dalam pendidikan sebagai gejala kebudayaan? 4. Bagaimanakah fungsi budaya dalam pendidikan? 5. Apa peranan pendidikan formal dalam proses pembudayaan? 6. Bagaimana proses pembudayaan melalui pendikan formal? PEMBAHASAN Pendidikan dan Pembudayaan Menurut bahasa Yunani pendidikan berasal dari kata pedagogi yaitu kata paid artinya anak sedangkan agogos artinya membimbing sehingga pedagogi dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar anak. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan dan pengen- dalian diri. Kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengem- bangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.2 Menurut R. Linton kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipel- ajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, unsur pembentuknya didu- kung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya. Jadi, pembudayaan harus melalui pendidikan apakah itu pendidikan melalui jalur formal atau nonformal. Suatu pandangan bahwa budaya adalah sesuatu yang dipelajari, diteruskan, disampaikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Selan-
  • 4. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-154 jutnya tindakan manusia selalu dalam bentuk interaksi tatap muka dan tentu saja menggunakan bahasa sebagai sarana komuniaksi. Dalam pan- dangan ini budaya dimaksudkan menjelaskan bagaimana anak perkem- bangannya mengikuti pola-pola budaya pada orang yang memeliharanya. Anak akan tumbuh menjadi anggota budaya dari budaya yang dianut oleh orang tuanya.3 Perolehan kebudayaan oleh manusia terjadi melalui proses yang disebut pendidikan. Dalam pengertian ini pendidikan adalah jalur mewa- riskan dan mewarisi kebudayaan. Akan tetapi pewarisan melulu tidaklah cukup sebagai tujuan pendidikan dengan upaya pendidikan, kita perlu juga membuat anak-anak didik itu kreatif dan berinisiatif. Dalam hal ini tidak boleh lepas dari koridor pembudayaan. Dalam antropologi budaya dipelajari dan sebagai bagian karakteris- tik pola perilaku dalam kelompoknya. Budaya yang kita miliki telah dipel- ajari dari keluarga dan anggota lain dalam masyarakat yang seperti halnya bentuk materi yang berupa buku dan program televisi. Kita tidak dilahir- kan dengan kekosongan budaya tetapi dengan kemampuan memperoleh budaya itu dengan pengamatan, peniruan, dan coba dan mencoba. Pendidikan dan pembudayaan harus dimulai sejak dini pada anak- anak. Dalam hal ini bahasa yang sifatnya sopan dan santun pada anak sangat penting. Kita tidak boleh lupa pada pendidikan bahasa anak pada saat balita. Masih banyak orang tua yang masih mau bertengkar, menge- luarkan kata-kata kotor dan pedas, saling umpat di hadapan anaknya yang sedang tumbuh kembang. Dapat dibayangkan begitu banyak anak-anak sekarang yang walaupun baru berumur lima tahun bahkan di bawanya sudah bisa mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Itulah sebabnya mulai sekarang kita harus menyadari apa yang pantas dan yang tidak pantas diucapkan di depan anak-anak. Kita seharusnya menggunakan kata sopan, santun dan yang baik menurut moral setiap saat berhadapan dengan anak. Hal ini merupakan salah satu proses pendidikan dan pem- budayaan dalam penggunaan bahasa. Kebijakan Pendidikan di Indonesia Indonesia telah memiliki sebuah sistem pendidikan yang telah dikokohkan dengan UU No. 20 tahun 2003. Pembangunan di Indonesia sekurang-kurangnya menggunakan empat strategi dasar: 1. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan; 2. Relevansi pendidikan; 3. Pening- katan kualitas pendidikan; dan 4. efisiensi pendidikan. Secara umum starategi itu dapat dibagi menjadi dua dimensi yakni peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan. Pembangunan peningkatan mutu diharapkan
  • 5. PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 5 dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas pendidikan. Sedangkan kebijakan pemerataan pendidikan diharapkan dapat mem- berikan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan bagi semua usia sekolah.4 Selanjutnya Sanaky5 mengemukakan bahwa untuk menjamin kesempatan memperoleh pendidian yang merata di semua kelompok stara dan wilayah tanah air sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkem- bangannya perlu strategi dan kebijakan pendidikan, yaitu: 1. Menyelengga- rakan pendidikan yang relevan dan bermutu sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia dalam menghadapi tantangan global; 2 menyeleng- garakan pendidikan yang dapat dipertanggung-jawabkan kepada masya- rakat sebagai pemilik sumber daya dan dana serta pengguna hasil pen- didikan; 3. Menyelenggarakan proses pendidikan yang demokratis secara profesional sehingga tidak mengorbankan mutu pendidikan; 4. Mening- katkan efisiensi internal dan eksternal pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, 5. Memberi peluang yang luas dan meningkatkan kemampuan masyarakat sehingga terjadi diversifikasi program pendidikan sesuai dengan sifat multikultural bangsa Indonesia; 6. Secara bertahap megurangi peran pemerintah menuju ke peran fasilitator dalam implemetasi sistem pendidikan; 7. Merampingkan birokrasi pendidikan sehingga lebih fleksi- bel untuk menentukan atau melakukan penyesuaian terhadap dinamika perkembangan masyarakat dalam lingkungan global. Proses menuju perubahan sistem pendidikan nasional banyak menuai kendala serius, apalagi membicarakan konteks pendidikan nasio- nal sebagai bagian dari pergumulan ideologi dan politik penguasa. Prob- lem-problem yang dihadapi berkaitan dengan kebijakan-kebijaan yang sangat strategis. Maka dalam konteks kebijakan pendidikan nasional me- nurut Suyanto6 banyak pakar dan praktisi pendidikan mengkritisi peme- rintah, dianggap tidak memiliki komitmen yang kuat untuk membenahi sistem pendidikan nasional. Kebijakan sistem pendidikan kita kurang menggambarkan rumusan-rumusan permasalahan dan prioritas yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Hal ini terutama berkaitan dengan anggaran pendidikan nasional yang semestinya mengalokasikan dana APBN dan APBD sebesar 20% (Pasal 31 ayat 4 UUD amandemen keempat). Sampai sekarang kebijakan strategi belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Aspek-Aspek Pendidikan Sebagai Gejala Kebudayaan Aspek-aspek pendidikan adalah arah, tujuan atau sasaran yang di- perhatikan dan dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan segala aktivitas yang bersifat pendidikan, aspek-aspek tersebut menurut Hara- hap,7 adalah:
  • 6. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-156 a. Pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan Pendidikan merupakan proses pembinaan tingkah laku perbuatan agar anak belajar berpikir, berperasaan dan bertindak lebih sempurna dan baik daripada sebelumnya. Untuk tujuan tersebut maka pendidikan diarahkan pada seluruh aspek pribadi meliputi jasmani, mental ke- rohanian dan moral. Dalam hal ini akan tumbuh kesadaran pribadi dan bertanggung jawab akibat tingkat perbutannya. b. Pendidikan adalah pendidikan diri pribadi Lembaga pendidikan bertujuan mengembangkan diri dan selalu meng- gunakan daya kemampuan inisiatif dan aktivitasnya sesuai kata hatinya sehingga anak berkesempatan untuk belajar memikul tanggung jawab bagi kelangsungan pendidikan dan perkembangan pribadinya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tagore bahwa pendidikan sebenarnya pen- didikan diri sendiri atau diri pribadi (self education). c. Pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga Tugas pendidikan adalah tugas yang harus dilaksanakan oleh lembaga atau badan pendidikan yang diakui dan diberi hak hidup serta di- lindungi undang-undang. Dengan demikian, di samping lembaga pen- didikan sekolah (sebagai perantara, pemersatu serta mempertinggi usaha pendidikan maka keluarga masyarakat juga menerima tugas kewajiban untuk mendidik manusia yang menjadi anggotanya. d. Pendidikan diarahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan ke- pribadian Pendidik dan lembaga pendidikan harus mengakui kepribadian dan menggalang adanya kesatuan segala aspek kebudayaan. Di sini manusia membutuhkan latihan dalam menggunakan kecerdasannya dan saling pengertian. Aspek-aspek kehidupan telah dirumuskan oleh Springer8 sebagai aspek intelek yang menghasilkan manusia teoretis, sosial, peng- abdi, estetis, seni, politik, manusia berkuasa, dan ekonomi manusia serta ditambahkan di dalam aspek keluarga menjadikan manusia cinta kasih. e. Pendidikan berlangsung sepanjang hidup Menurut Langeveld kewibawaan penting dalam pendidikan sehingga proses pendidikan dibatasi pada proses pendidikan mulai dari anak mengerti dan mengakui kewibawaan sampai anak tunduk dan kewiba- waannya sendiri yang bersumber dari kata hatinya. f. Pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intellegent terhadap perubahan sosial. Sifat pendidikan reflektif dan progresif harus mene- ruskan nilai kebudayaan dan mengantarkan anak didik pada alam kedewasaan serta membimbing ke arah kerja membangun masa depan. Jadi, pendidik harus mengembangkan kesadaran bertangung jawab dan turut serta dalam masyarakat.
  • 7. PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 7 g. Pendidik harus mengabdi kepada seluruh massa rakyat Menurut sejarah perkembangannya, pendidikan mengalami dua macam perkembangan, yaitu: 1. Pendidikan sebagai pengabdi kelas/golongan masyarakat diperuntukkan untuk kepentingan sebagian kecil masyara- kat misalnya kolonial Belanda dan; 2. Pengabdi massa/segala lapisan masyarakat, diperuntukkan untuk demokrasi masyarakat tanpa perbe- daan kelas. h. Pendidikan harus diarahkan ke pembinaan cita-cita hidup yang luhur Bila pendidikan dimasukkan ke dalam tingkah laku perbuatan manusia maka pendidikan harus menyesuaikan diri dengan tujuan hidup manu- sia, selanjutnya tujuan hidup tersebut ditentukan oleh filsafat hidup yang dianut seseorang. Tujuan pendidikan manusia harus bersumber pada filsafat hidup individu tertentu. i. Pendidikan jiwa nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme Pendidikan adalah pembinaan jiwa nasionalisme yang sehat dan wajar, tidak menjurus chauvinisme atau internasionalisme yang melenyapkan jiwa nasionalisme. Adanya masalah dan perbedaan dan paham-paham tersebut disebabkan oleh tiga hal, yaitu: tetap adanya perang, adanya efek relatif kebanggaan bangsa tertentu, namun kesengaraan bagi bang- sa lainnya dan rasa kebersamaan pada bangsa-bangsa yang tertindas. Pendidikan bertujuan mengusahakan perdamaian dan kesejahteraan manusianya. Untuk usaha-usaha yang mengarah ke sana adalah pem- binaan jiwa yang saling kerja sama antar bangsa penghilangan nasional- isme yang sempit, peniadaan doktrin superioritas dan imperioritas ras, pengembangan sikap positif atas kerja sama, pembinaan politik luar negeri dalam prinsip konsultasi dan kooperatif, peningkatan taraf men- tal pendidikan manusia serta pembinaan penghormatan dan hidup yang berasaskan demokrasi individu, masyarakat dan antara bangsa. Hasil pembinaan di atas akan menimbulkan tiga kemungkinan: 1). Komunis- me internasional, dengan bentuk terpimpin oleh negara super diikuti negara satelit; 2). Organisasi internasional, dengan peniadaan negara su- per, tata kehidupan berlandaskan demokrasi; 3). Kerja sama regional, bentuk kerja sama dalam wilayah dengan tujuan tertentu. j. Pendidikan agama merupakan unsur mutlak dalam pembinaan karak- teristik dan bangsa Hal ini didasarkan atas pandangan bahwa agama merupakan unsur mutlak dan sumber dari kebudayaan. Pendidikan agama agar tidak di- arahkan pada intelektualistis verbalistis sehingga menjadikan pendidik- an agama sebagian dasar tata kehidupan manusia, pribadi, di sekolah maupun masyarakat.
  • 8. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-158 Pendidian agama tidak sama dengan etik, namun pendidikan pekerti ti- dak dapat dilepas dari agama sehingga dapat dikatakan kesusilaan yang diagamakan sehingga dihasilkan manusia berbudi luhur, sehat berpikir- an bebas, pengalaman, pengetahuan luas dan berjiwa ikhlas. Fungsi Budaya Dalam Pendidikan Fungsi budaya merujuk pada sumbangan pendidikan pada peralihan dan perkembangan budaya pada tingkatan sosial yang berbeda. Pada tingkat individual pendidikan membantu siswa untuk mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta untuk bersosialiasi dengan norma- norma, nilai-nilai, dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpendi- dikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati perbedaan dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih terbuka ter- hadap keanekaragaman budaya. Dengan demikian, semakin banyak orang yang berpendidikan diharapkan akan lebih mudah terjadinya akulturasi budaya yang selanjutnya akan terjadi integrasi budaya nasional atau regi- onal. Professor Kinosita menyarankan bahwa yang diperlukan di Indone- sia adalah pendidikan dasar dan bukan pendidikan yang canggih. Proses pendidikan pada pendidikan dasar setidaknya bertumpu pada empat pilar, yaitu: lerning to know, learning to do, learning to be, dan learning live together yang dapat dicapai melalui delapan kompetensi dasar, yaitu: membaca, menulis, mendengar, berbicara, menghitung, meneliti, menghafal, dan menghayal.9 Meskipun Indonesia terkeropos oleh arus global, pada dasar- nya kita juga tidak ingin anak-anak kelak tercabut dari akar budayanya dalam situasi global tersebut.10 Pendidikan membantu siswa mengembang- kan dirinya secara psikologis, sosial, fisik, dan membantu siswa mengem- bangkan potensinya semaksimal mungkin,11 sehingga mampu survive di tengah pergulatan global. Peranan Pendidikan Formal dalam Proses Pembudayaan (Enkulturasi) Pendidikan bertujuan membentuk agar manusia dapat menunjukkan perilakunya sebagai mahluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya da- lam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, ke- lompok, maupun masyarakat secara keseluruhan. Sekolah atau pendidikan formal adalah salah satu sarana atau media dari proses pembudayaan media lainnya (keluarga dan institusi lainnya yang ada dalam masyarakat). Dalam konteks inilah pendidikan disebut sebagai proses untuk memanu- siakan manusia (Dick Hartoko). Sejalan dengan itu kalangan antropolog
  • 9. PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 9 dan ilmuwan sosial lainnya melihat bahwa pendidikan merupakan upaya untuk membudayakan dan men-sosialisasikan manusia sebagaimana yang kita kenal dengan enkulturasi, pembudayaan dan sosialisasi, proses mem- bentuk kepribadian dan perilaku seseorang anak menjadi anggota masya- rakat sehingga anak tersebut diakui keberadaannya oleh masyarakat yang bersangkutan. Budaya cocok pada anggota etnik kelompok yang kita pu- nyai. Kita biasa menyebut identitas budaya.12 Daoed Joesoef memandang pendidikan sebagai bagian dari kebuda- yaan karena pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan dasar sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar sebagai bekal hidup yang dimak- sudkan di sini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena kehidupan adalah keseluruhan dari keadaan diri kita, totalitas dari apa yang kita laku- kan sebagai manusia, yaitu sikap, usaha, dan kerja yang harus dilakukan oleh setiap orang, menetapkan suatu pendirian dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang menjadi ciri kehidupan manusia sebagai mahluk bio- sosial. Pendidikan adalah upaya menanamkan sikap dan keterampilan pada anggota masyarakat agar mereka kelak mampu memainkan peranan sesuai dengan kedudukan dan peran sosial masing-masing dalam masyarakat. Secara tidak langsung pola ini menjadi proses melestarikan suatu kebuda- yaan. Sejalan dengan ini Bertran Russel13 mengatakan pendidikan sebagai tatanan sosial kehidupan bermasyarakat yang berbudaya. Melalui pendi- dikan kita bisa membentuk suatu tatanam kehidupan bermasyarakat yang maju, modern, tenteram, dan damai berdasarkan nilai-nilai dan norma budaya. Luaran pendidikan formal diharapkan memiliki sikap positif yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang religius, cekatan, terampil, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang salah dan yang benar, menghargai semua hal yang menjadi bahagian kehidupan di alam ini termasuk segala bentuk perbedaan di antara sesama manusia. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat pada saat yang cepat serta mampu mengembangkan potensi diri dalam upaya meningkatkan kualitas pribadi, keluarga, kelompok, agama, bangsa, dan negara. Semua ini merupakan unsur pokok dalam proses pembentukan masyarakat yang sejahtera, survive, adil, makmur, dan penuh kedamaian. Dalam mewujudkan hal ini para penyelengara pendidikan harus yakin bahwa program dan proses pembelajaran dapat menggiring siswa agar mampu mengunakan terhadap segala yang dimilikinya atau yang diperoleh selama proses belajar. Sehingga bermanfaat dalam kehidupan selanjutnya baik kehidupan akademis maupun kehidupan sehari-hari.
  • 10. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-1510 Kedua hal ini tidak dapat dipisahkan. Seharusnya program dan proses pembelajaran tidak membuat dikotomi antara keduanya. Semua ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah upaya membangun budaya suatu masyarakat sehingga tercipta kehidupan modern, maju dan harmoni yang didasari oleh nilai-nilai budaya yang diyakini bersama oleh suatu masya- rakat. Proses Pembudayaan Melalui Pendidikan Formal Proses pembudayaan (enkulturasi) adalah upaya membentuk peri- laku dan sikap seseorang yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, keteram- pilan sehingga setiap individu dapat memainkan perannya masing-masing. Dengan demikian, ukuran pembelajaran dalam konsep enlkulturasi adalah perubahan perilaku siswa. Hal ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO. Belajar bukan hanya untuk tahu (to know) tetapi juga menggiring siswa untuk dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh secara langsung dalam kehidupan nyata belajar untuk membangun jati diri (to do), dan membentuk sikap hidup dalam kebersamaan yang harmoni (to live together). Untuk itu pembelajaran berlangsung secara konstruktivis (depelopmental) yang didasari oleh pemikiran bahwa setiap individu peserta didik merupakan bibit potensial yang mampu berkembang secara mandiri. Tugas pendidikan adalah memotivasi agar setiap anak mengenali potensinya sedini mungkin dan menyediakan pelayanan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki dan mengarahkan pada persiapan yang dihadapi terhadap tantangan ke depan. Pendidikan mengarah pada pembentukan karakter, performa yang konkrit (observable) dan terukur (measurable) yang berkembang dalam tiga ranah kemampuan, yaitu: kognitif, psikomotor, dan afektif. Pengembangan ke- mampuan pada ketiga ranah tersebut dilihat sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi. Untuk menjamin kekonsistenan antara tujuan pendidikan dengan pembentukan manusia yang berbudaya (enkulturasi), perlu dirancang desain pembelajaran di sekolah yang tidak lepas dari kondisi kehidupan nyata antar dunia pendidikan dan dunia nyata terkait dengan hubungan sinergis. Dengan demikian, antara niali-nilai yang ditanamkan dengan pengetahuan akademis terkait dengan hubungan yang kontinum. Tidak satu pun dari komponen ilmu pengetahuan yang lepas dari nilai dan norma budaya. Wertsch14 mengemukakan bahwa dalam mengetahui se- suatu tidak dapat dipisahkan dari budaya yang memediasi dan men- transform tindakan ke pengetahuan. Proses pembelajaran yang demikian dapat digambarkan dalam diagram berikut:
  • 11. PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 11 Perwujudan budaya yang dikembangkan/dibangun Sumber Filter Contoh Keterangan Diagram: Kecakapan hidup merupakan tujuan dari seluruh mata pelajaran yang mencakup ketiga ranah kemampuan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendidikan kecakapan hidup memiliki tiga dimensi tujuan, yaitu: Dimensi pertama, adalah penguasaan dan kepemilikan konsep- konsep dasar keilmuan dengan prinsip-prinsip utamanya. Konsep dasar tersebut dibangun berdasarkan materi esensial yang merupakan bagian integral dari keilmuan (body of knowledge). Konsep dasar ini umumnya bersifat general sehingga dapat digunakan atau terkait dengan disiplin ilmu yang lain (transferable). Konsep dasar harus dikuasai sebagai pondasi untuk menuju kepada kecakapan hidup yang diinginkan. Dimensi kedua adalah penguasaan atau kepemilikan kecakapan proses atau metode. Kecakapan ini merupakan kecakapan generic yang dipersyaratkan bagi setiap siswa untuk semua jenjang pendidikan yang memungkinkan setiap siswa memiliki kemampuan beradaptasi (adap- tability) dan kecakapan menanggulangi (cope ability) serta kecakapan untuk mempelajari (learning to learn). Dengan dimensi ini siswa dibiasakan dan dimotivasi untuk menggunakan pengetahuannya dalam praktik kehidupan di dunia nyata yang didasari oleh kaidah-kaidah pengembang- Kondisi setiap inividu siswa pada saat ini: manifes maupun laten (tingkat perkemba- ngan kebutuhan dan minat) Ilmu sosial, sains, budaya, agama, dan lain-lain. Konsep-konsep dasar tentang pemeliharaan lingkungan (integratif) Analisis struktur materi pelajaran dan pengetahuan kemanusiaan (isi mata pelajaran) Daur ulang, membuang sampah dengan cara dan tempat yang benar (integratif) Analisis kegiatan para spesialis, ahli atau profesional dalam mengembangkan profesionalisme di bidangnya Kepekaan terhadap lingkungan, menyadari alam sebagai sumber kehidupan, (integratif) Kebutuhan dan harapan manusia dalam kehidupan saat ini dan masa depan 1 3 2 Metodologi analisis cara Kecakapan hidup (life skill)
  • 12. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-1512 an (proses) keilmuan. Kedua dimensi ini tidak diperoleh secara terpisah ataupun secara berurutan, melainkan diperoleh secara simultan. Karena konsep-konsep dasar (dimensi pertama) tidak akan diperoleh siswa jika dengan hanya menghafal tanpa ada upaya melakukan inquiry melalui dimensi kedua. Dimensi ketiga adalah kecakapan penerapan konsep dan proses dalam kehidupan sehari-hari sehingga pelajaran berlangsung dengan berwawasan lingkungan (kontekstual). Dengan demikian, siswa akan terbiasa dengan perilaku yang didasari oleh berbagai kecakapan yang diperoleh melalui belajar. Artinya tidak ada jarak antara pengetahuan yang dimiliki dengan perilaku sehari-hari. Proses ini akan membangun perilaku dan sikap manusia sebagai cermin dari sikap dan perilaku mahluk yang berbudaya. Terkait dengan proses pewarisan budaya, ketiga aspek budaya (universal, nasional, dan lokal) sebagaimana disebutkan pada bagian pen- dahuluan, didesain dalam suatu kurikulum dengan memberikan porsi yang seimbang di antara ketiga aspek tersebut. Keseimbangan yang dimaksud adalah nilai budaya universal dalam kurikulum yang dirancang yang mengacu pada perkembangan IPTEK, sementara kurikulum nasional mengacu pada nilai-nilai nasional yang terwujud sebagai aplikasi IPTEK dan kehidupan bangsa dan bernegara (wawasan kebangsaan dan nusan- tara). Budaya lokal menjadi isi dan wahana pembelajaran melalui peman- faatan lingkungan (sosial, alam dan budaya) sebagai sumber belajar. Ketiga aspek tersebut disusun secara sinergis sehingga muatan ketiga aspek ter- sebut tidak berpengaruh pada beban belajar siswa. PENUTUP Kesimpulan 1. Perolehan kebudayaan oleh manusia terjadi melalui proses yang disebut pendidikan. Pendidikan adalah jalur mewariskan dan mewarisi ke- budayaan. Akan tetapi pewarisan melulu tidaklah cukup sebagai tujuan pendidikan dengan upaya pendidikan, kita perlu juga membuat anak- anak didik itu kreatif dan berinisiatif. Dalam hal ini tidak boleh lepas dari koridor pembudayaan. 2. Pembangunan peningkatan mutu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas pendidikan. Sedangkan kebijak- an pemerataan pendidikan diharapkan dapat memberikan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan bagi semua usia sekolah tan- pa diskriminatif dan perlakuan yang sama terhadap etnis di Indonesia.
  • 13. PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 13 3. Aspek-aspek pendidikan adalah arah, tujuan atau sasaran yang diper- hatikan dan dibina serta dijadikan pedoman dalam pelaksanaan segala aktivitas yang bersifat pendidikan. Aspek-aspek pendidikan adalah pembinaan tingkah laku perbuatan; pendidikan adalah pendidikan diri pribadi; pendidikan diperankan di berbagai pusat lembaga; pendidikan di arahkan kepada keseluruhan aspek kebudayaan dan kepribadian; pendidikan berlangsung sepanjang hidup; pendidikan adalah persiapan penyesuaian yang intellegent terhadap perubahan sosial; pendidik harus mengabdi kepada seluruh massa rakyat; pendidikan harus diarahkan ke pembinaan cita-cita hidup yang luhur; pendidikan jiwa nasionalisme seimbang dengan jiwa internasionalisme; dan pendidikan agama meru- pakan unsur mutlak dalam pembinaan karakteristik dan bangsa. 4. Pada tingkat individual pendidikan membantu siswa mengembangkan kreativitasnya, kesadaran estetis serta bersosialiasi dengan norma- norma, nilai-nilai, dan keyakinan sosial yang baik. Orang yang berpen- didikan diharapkan lebih mampu menghargai atau menghormati per- bedaan dan pluralitas budaya sehingga memiliki sikap yang lebih ter- buka terhadap keanekaragaman budaya. 5. Pendidikan adalah upaya membangun budaya suatu masyarakat sehingga tercipta kehidupan modern, maju, dan harmoni yang didasari oleh nilai-nilai budaya yang diyakini bersama oleh suatu masyarakat. 6. Proses pembudayaan (enkulturasi) adalah upaya membentuk perilaku dan sikap seseorang yang di landasi oleh ilmu pengetahuan, keteram- pilan sehingga setiap individu dapat memainkan perannya masing- masing. Dengan demikian, ukuran pembelajaran dalam konsep enkul- turasi adalah perubahan perilaku siswa tanpa mengabaikan budaya. Saran 1. Penentu kebijakan pendidikan khususnya pada pendidikan formal harus mengkaji ulang kurikulum dengan lebih memprioritaskan ke- khasan budaya Indonesia dan budaya-budaya lokal. 2. Materi yang diajarkan pada setiap pelajaran kepada siswa seharusnya menitikberatkan pada pengkajian unsur-unsur budaya yang tidak menghilangkan budaya asli bangsa Indonesia. Hal ini diharapkan ter- jadi penemuan di berbagai bidang pada siswa tersebut. Hal ini berlan- daskan bahwa penemuan itu hanya bisa terwujud bilamana berlan- daskan pada keaslian dan kekhasan.
  • 14. LENTERA PENDIDIKAN, VOL. 13 NO. 1 JUNI 2010: 1-1514 CATATAN AKHIR 1. Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008, h. 472. 2. Asian Brain, Pengertian Pendidikan, http://www.slideshare.net, diakses 25 April 2010. 3. Alessandro Duranti, Linguistic Anthropology, Melbourne: Cambridge University Press, 1997, h. 24. 4. Hujair Sanaky A.H., Paradigma Pendidikan Islam, Membangun Masyarakat Madani Indonesia, Yokyakarta: Safiria Insani dan MSI, 2003, h. 146. 5. Ibid. 6. Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional dalam Percaturan dunia Global, Jakarta: PSAP Muhammadiyah, 2006, h. 10-11. 7. Pandapotan Harahap, Pendidian sebagai gejala Kebudayaan http://vandha. wordpress.com., diakses 14 Oktober 2010. 8. Ibid. 9. Nurkolis, Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang, http://researchengines. com , diakses 6 November 2008. 10. Conny Semiawan, “Kebijakan Pendidikan Dasar danMenengah”, dalam Tilaar, Pendidikan untuk Masrakat Indonesia Baru, Jakarta: PT Grasindo, 2002, h. 191. 11. Yin Cheong Cheng, School Effectiveness and Schooll-Based Management: A Mechanism for Development, Washington: The Palmer Press, 1996, h. 7. 12. Bertha Perez, ed., Sociocultural Contexts of Language and Literacy, London: Lawrence Erlbaum Associates, 2004, h. 4. 13. Zulfikri Anas, Pendidikan dalam Budaya, http://fikrieanas.wordpress.com, diakses 3 Oktober 2010. 14. Bertha Perez, ed., op. cit. DAFTAR PUSTAKA Anas, Zulfikri, Pendidikan dalam Budaya, http://fikrieanas.wordpress.com. Brain, Asian, Pengertian Pendidikan, http://www.slideshare.net. Cheng, Yin Cheong, School Effectiveness and Schooll-Based Management: A Mechanism for Development, Washington, The Palmer Press, 1996. Duranti, Alessandro, Linguistic Anthropology, Melbourne, Cambridge University Press, 1997. Harahap, Pandapotan, Pendidian sebagai gejala Kebudayaan http://vandha. word- press.com. Nurkolis, Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang, http://researchengines.com. Perez, Bertha, ed., Sociocultural Contexts of Language and Literacy, London, Lawrence Erlbaum Associates, 2004. Sanaky, Hujair, A.H., Paradigma Pendidikan Islam, Memangun Masyarakata Madani Indonesia, Yokyakarta, Safiria Insani dan MSI, 2003. Semiawan, Conny, “Kebijakan Pendidikan Dasar dan Menengah,” dalam Tilaar. Pendidikan untuk Masrakat Indonesia Baru, Jakarta: PT Grasindo, 2002.
  • 15. PERANAN PENDIDIKAN FORMAL (JUANDA) 15 Soedijarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta, Penerbit Buku Kompas, 2008. Suyanto, Dinamika Pendidikan Nasional dalam Percaturan Dunia Global, Jakarta, PSAP, Muhammadiyah, 2006.