SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 15
Dosen: Susda Heleni, Dra. , M.Pd.

DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA
“Teori Belajar Menurut Bruner”

Oleh

Yosi Srinita
1205135729
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
Pekanbaru
2013
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam karena atas izin dan kehendakNya jugalah makalah sederhana ini dapat di selesaikan penulis tepat pada waktunya.
Pembuatan dan penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah DasarDasar Pendidikan MIPA. Adapun masalah yang penulis bahas dalam makalah yang sederhana ini
mengenai Teori Belajar menurut Bruner.
Dalam penulisan pembuatan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan dikarenakan
terbatasnya ilmu pengetahuan penulis mengenai hal yang berhubungan dengan penulisan makalah
ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima makasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah sederhana ini.
Penulis menyadari akan kemampuan penulis yang masih amatir. Dalam makalah sederhana
ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin,tetapi penulis yakin makalah sederhana yang
penulis buat masih banyak kekurangan,karena itu penulis mohon maaf.
Akhir kata, harapan penulis semoga makalah sederhana ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah sederhana ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju dimasa yang
akan datang. Terima kasih.

Pekanbaru, September 2013

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku yang merupakan akibat dari
pengalaman dan latihan. Belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan tetapi
merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan
perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan
lingkungan yang disadari. Banyak teori yang membahas tentang proses perubahan
tingkah laku tersebut.
Teori pembelajaran merupakan penyedia panduan bagi pengajar untuk membantu
siswa didik dalam mengembangkan kognitif, emosional, sosial, fisik, dan spiritual.
Panduan-panduan tersebut adalah kejelasan informasi yang mendeskripsikan tujuan,
pengetahuan yang diperlukan, dan unjuk kerjaan itu penting. Hal ini adalah untuk
mengantisipasi perubahan yang terjadi di dunia pendidikan. Ada dua perubahan yang
perlu diantisipasi, yaitu perubahan yang sifatnya sedikit demi sedikit (piecemeal) dan
yang bersifat sistemik (systemic). Jadi teori pembelajaran itu penting sebagai suatu
dasar pengetahuan yang memandu praktek pendidikan: “bagaimana memfasilitasi
belajar” dalam dunia pendidikan yang senantiasa berubah, terlebih dalam cakupan yang
sistemik.
Praktek pembelajaran adalah suatu subsistem yang merupakan bagian dari sebuah
sistem. Jika dalam sebuah perjalanan, sistemnya berubah, maka subsistemmnya pasti
berubah, oleh karena masing-masing kebutuhan subsistem harus memiliki titik temu
dengan sistemnya supaya sistem tersebut dapat mendukung subsistem secara
berkelanjutan. Jadi perubahan sistemik yang terjadi pada sistem pembelajaran mesti
diikuti oleh perubahan sistemik pada subsistem teori pembelajaran. Perubahan teori
pembelajaran harus diikuti oleh perubahan paradigma pembelajaran.
Alur berpikir diatas terbangun dari sejarah perkembangan teori pembelajaran.
Sebelum para tokoh psikologi membangun dan menemukan teori belajar kognitif,
terlebih dahulu sudah terdapat beberapa teori pembelajaran yang telah muncul dan
berkembang. Namun teori pembelajaran yang ada saat itu mereka anggap masih kurang
sempurna, hingga akhirnya menginspirasikan beberapa tokoh psikologi untuk

3
menyikapi kekurangan-kekurangan dari beberapa teori belajar yang lebih awal yang
dianggap masih ada beberapa celah kekurangan, yang diantaranya adalah teori
behavioristik. hal ini juga berlaku untuk teori pembelajaran kognitif itu sendiri. Seiring
berkembangnya zaman selanjutnya pasti akan ditemukan kekurangan-kekurangan dari
teori kognitif ini dalam menjawab tuntutan zaman. Hal tersebut sekaligus memberikan
inspirasi bagi tokoh psikologi (di era selanjutnya) untuk mengkonstruksi teori baru yang
lebih mampu untuk menjawab tuntutan zaman.
Pada abad ke-20, psikologi telah muncul sebagai sebuah bidang studi yang mandiri.
Diantaranya dimulai dengan kemunculan aliran strukturalisme dan juga fungsionalisme
yang didalamnya terdapat tokoh psikologi ternama, Dewey. Dari dialektika keduanya
muncul asosiasionisme yang digagas oleh Torndike dan Ebbinghaus. Dari aliran yang
terahir ini kemudian membuka jalan kemunculan behaviorisme. Langkah lain menuju
behaviorisme adalah temuan Pavlov tentang prinsip-prinsip pengkondisian klasik.
Perkembangan serta proses diskusi yang mendalam atas behaviorisme ini selanjutnya
mendorong lahirnya psikologi kognitif sebagai sebuah ilmu yang mandiri.
Tujuan belajar yang paling utama adalah apa yang dipelajari itu berguna
dikemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih
mudah. Hal ini dikenal sebagai transfer belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi
tertentu memungkinkan kita untuk memahami hal-hal lain. Transfer inilah yang menjadi
inti dalam proses belajar.
Demikian pula dengan tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip
yang fundamental, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar,
penelitian, penemuan, serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Menyajikan
konsep-konsep yang fundamental saja tidak dengan sendirinya menimbulkan sikap
demikian. Masih perlu penelitian dalam soal ini. Namun dianggap proses menemukan
sendiri akan menimbulkan sikap demikian.

B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis merumuskan beberapa
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, adapun masalah tersebut adalah:
1. Bagaimana teori belajar menurut Jerome Bruner ?
2. Bagaimana teori belajar matematika menurut Jerome Bruner?
3. Apa saja alat mengajar menurut Jerome Bruner?
4. Bagaimana aplikasi teori Jerome Bruner dalam pembelajaran matematika ?
4
C. Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan
bermanfaat dalam proses pembelajaran tentang belajar dan pembelajaran.
Secara terperinci, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Untuk mengetahui teori belajar menurut Jerome Bruner
2. Untuk mengetahui teori belajar matematika menurut Jerome Bruner
3. Untuk mengetahui alat mengajar menurut Jerome Bruner
4. Untuk mengetahui aplikasi teori Jerome Bruner dalam pembelajaran
matematika

D. Manfaat
Penulis menulis makalah ini yaitu agar bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini
dapat memberikan pemahaman mengenai teori belajar Bruner
1. Mempunyai landasan untuk mengajar sehingga pembelajaran menjdi efektif.
2. Memberikan pengalaman agar dapat menjadi pengajar yang baik sesuai yang
diinginkan peserta didik.
3. Agar pendidik mengetahui bagaimana karakter peserta didik.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Belajar Bruner
Jerome S. Bruner (1915) adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli
psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik.
Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar,
dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, Ia menganggap manusia sebagai pemproses,
pemikir, dan pencipta informasi (dalam Wilis Dahar, 1988;118).
Dasar pemikiran teori Jerome S. Bruner memandang bahwa manusia sebagai
pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan
suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar
informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam
belajar, yaitu proses perolehan informasi baru (melalui kegiatan membaca,
mendengarkan penjelasan guru dan lain-lain), proses mentransformasikan informasi
yang diterima (bagaimana memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar
sesuai dengan kebutuhan) dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Bruner berpendapat bahwa belajar merupakan faktor yang menentukan dalam
pembelajaran dibandingkan dengan perolehan khusus, yaitu metode penemuan
(dicovery). Metode discovery learning ini mendorong siswa untuk belajar sendiri secara
mandiri. Adapun tahap-tahap penerapan belajar penemuan adalah stimulus (pemberian
perangsang), problem statement (mengidentifikasi masalah), data collection (
pengumpulan data), data prosessing (pengolahan data), verifikasi, generalisasi.
Yang menjadikan dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan
bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu, bruner
memakai cara dengan apa yang disebutnya “discovery learning”, yaitu dimana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda
dengan reception learning atau expository teaching, di mana guru menerangkan semua
informasi dan murid harus mempelajari semua bahan/ informasi itu.

6
2.2 Teori Belajar Matematika
Adapun menurut Bruner belajar matematika adalah belajar mengenai konsepkonsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari
serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan
pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan
mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep matematika. Untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran,
sekolah diharapkan menggunakan alat peraga atau media lainnya. Pendekatan dan
strategi pembelajaran hendaknya mengikuti kaidah pedagogi secara umum, yaitu
pembelajaran diawali dari kongkret ke abstrak, dari sederhana kekompleks, dari yang
mudah kesulit dengan menggunakan berbagai sumber belajar.
Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak, dibutuhkan
wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera manusia.Bruner juga
mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk
memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak
akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam
benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak
dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya.
Dengan memanipulasi alat-alat peraga, siswa dapat belajar melalui keaktifannya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif
yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar (melebihi)
informasi yang diberikan pada dirinya. Sebagai contoh, seorang siswa yang
mempelajari bilangan prima akan bisa menemukan berbagai hal yang penting dan
menarik tentang bilangan prima, sekalipun pada awal mula guru hanya memberikan
sedikit informasi tentang bilangan prima kepada siswa tersebut. Teori Bruner tentang
kegiatan manusia tidak terkait dengan umur atau tahap perkembangan (berbeda
dengan Teori Piaget). Ada dua bagian yang penting dari teori Bruner , yaitu :
a.

Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar

b. Teorema-teorema Tentang Cara Belajar dan Mengajar Matematika
Penjelasan tentang kedua bagian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar
Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan (Misalnya
mempelajari suatu konsep Matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam
7
tahap-tahap tertentu, agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran
(struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguhsungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang
dipelajari itu dipelajari dalam tiga tahap, yang macamnya dan urutannya adalah
sebagai berikut :
a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana
pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda
kongkret atau menggunakan situasi yang nyata.
b. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana
pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan
konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas.
c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Abstract symbols
yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orangorang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (Misalnya
huruf-huruf, kata-kata,

kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika,

maupun lambang-lambang abstrak lainnya. Menurut Bruner, proses belajar
akan berlangsung secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan
tahap enaktif, dan kemudian jika tahap belajar yang pertama ini telah dirasa
cukup, siswa beralih ke kegiatan belajar tahap kedua, yaitu tahap belajar
dengan menggunakan modus representasi ikonik, dan selanjutnya, kegiatan
belajar itu diteruskan dengan kegiatan belajar tahap ketiga yaitu tahap belajar
dengan menggunakan modus representasi simbolik.

2. Teorema-Teorema Tentang Cara Belajar Dan Mengajar Matematika
Menurut Bruner ada empat prinsip prinsip tentang cara belajar dan mengajar
matematika yang disebut teorema. Keempat teorema tersebut adalah teorema
penyusunan (Construction theorem), teorema notasi (Notation theorem), teorema
kekontrasan

dan

keanekaragaman (Contras and

pengaitan (Connectivity theorem) .

8

variation

theorem), teorema
a) Teorema penyusunan (Construction theorem)
Teorema ini menyatakan bahwa bagi anak cara yang paling baik untuk
belajar konsep dan prinsip dalam matematika adalah dengan melakukan
penyusunan representasinya. Pada permulaan belajar konsep pengertian akan
menjadi lebih melekat apabila kegiatan yang menujukkan representasi konsep
itu dilakukan oleh siswa sendiri.
Dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide, apabila anak disertai
dengan bantuan benda-benda konkrit mereka lebih mudah mengingat ide-ide
tersebut. Dengan demikian, anak lebih mudah menerapkan ide dalam situasi
nyata secara tepat. Dalam hal ini ingatan diperoleh bukan karena penguatan,
akan tetapi pengertian yang menyebabkan ingatan itu dapat dicapai. Sedangkan
pengertian itu dapat dicapai karena anak memanipulasi benda-benda konkrit.
Oleh karena itu pada permulaan belajar, pengertian itu dapat dicapai oleh anak
bergantung pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan benda-benda konkrit.
Contoh, untuk memahami tentang konsep kubus atau balok maka guru
memperlihatkan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk
kubus atau balok.
b) Teorema Notasi
Teorema notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep, notasi
memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah
konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa.
Ini berarti untuk menyatakan sebuah rumus misalnya, maka notasinya harus
dapat dipahami oleh anak, tidak rumit dan mudah dimengerti.
Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang
paling sederhana sampai yang paling sulit. Urutan penggunaan notasi
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif anak.
c) Teorema pengkontrasan dan keanekaragaman
Dalam teorema ini dinyatakan bahwa dalam mengubah dari representasi
konkrit menuju representasi yang lebih abstrak suatu konsep dalam matematika,
dilakukan dengan kegiatan pengontrasan dan keanekaragaman. Artinya agar
suatu konsep yang akan dikenalkan pada anak mudah dimengerti, konsep
tersebut disajikan dengan mengontraskan dengan konsep-konsep lainnya dan
konsep tersebut disajikan dengan beranekaragam contoh. Dengan demikian anak
dapat memahami dengan mudah karakteristik konsep yang diberikan tersebut.
9
Untuk menyampaikan suatu konsep dengan cara mengontraskan dapat
dilakukan dengan menerangkan contoh dan bukan contoh. Sebagai contoh untuk
menyampaikan konsep bangun ruang maka pada anak diberikan beberapa
gambar dan siswa menunjukkan gambar yang termasuk bangun ruang dan yang
bukan merupakan bangun ruang.
Dengan contoh soal yang beranekaragam, kita dapat menanamkan suatu
konsep dengan lebih baik daripada hanya contoh-contoh soal yang sejenis saja.
Dengan keanekaragaman contoh yang diberikan siswa dapat mengenal dengan
jelas karakteristik konsep yang diberikan kepadanya. Misalnya, dalam
pembelajaran konsep persegi panjang, persegi panjang sebaiknya ditampilkan
dengan berbagai contoh yang bervariasi, misalnya ada persegi panjang yang
posisinya bervariasi (ada yang kedua sisinya yang berhadapan terletak
horisontal dan dua sisi yang lainnya vertikal, ada yang posisinya miring, dan
sebagainya).
d) Teorema pengaitan (Konektivitas)
Teorema ini menyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep
dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari segi isi,
namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu mungkin
merupakan prasyarat bagi yang lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan
untuk menjelaskan konsep lainnya. Seperti pada penentuan luas sisi bangun
ruang balok maka dibutuhkan pengetahuan prasyarat siswa tentang luas persegi
panjang.
Guru harus dapat menjelaskan kaitan-kaitan tersebut pada siswa. Hal ini
penting agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil. Dengan melihat
kaitan-kaitan itu diharapkan siswa tidak beranggapan bahwa cabang-cabang
dalam matematika itu sendiri berdiri sendiri-sendiri tanpa keterkaitan satu sama
lainnya.
Perlu dijelaskan bahwa keempat teorema tersebut di atas tidak dimaksudkan
untuk diterapkan satu persatu dengan urutan seperti di atas. Dalam
penerapannya, dua teorema atau lebih dapat diterapkan secara bersamaan dalam
proses pembelajaran suatu materi matematika tertentu. Hal tersebut bergantung
pada karakteristik dari materi atau topik matematika yang dipelajari dan
karakteristik dari siswa yang belajar.

10
2.3 Alat Mengajar Menurut Jerome Bruner
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam empat macam menurut fungsinya
antara lain:
1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai pengganti
pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang sedianya tidak dapat
mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui
film, TV, rekaman suara dan sebagainya.
2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip
suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang;
3. Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh,
film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang suatu idea atau gejala;
4. Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma yang
menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan balikan atau
feedback tentang respon siswa. Telah banyak alat-alat yang tersedia bagi guru
namun yang penting adalah bagaimana menggunakan alat-alat itu sebagai suatu
system yang terintegrasi.
2.4 Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika

Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan:
1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal :
untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan
contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran.
2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya
berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah nama bentuk
ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubinubin yang dapat digunakan?
3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri.
Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut?

11
4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.
Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang
dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.

12
BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak, dibutuhkan
wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera manusia.Bruner juga
mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk
memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak
akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam
benda yang sedang diperhatikannya itu.
Bruner membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam tiga tahap yaitu
tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik. Beberapa konsep dalam pembelajaran
matematika dapat diuraikan langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner, mulai
modus representasi enaktif, ikonik, dan simbolik. Seperti pada materi bangun ruang sisi
datar contohnya pemahaman konsep volum balok atau membuat jaring-jaring kubus.
Selain teori perkembangan kognitif, Bruner mengemukakan teorema-teorema
tentang cara belajar dan mengajar matematika yaitu:
a. Teorema konstruksi (Construction Theorem)
b.

Teorema Notasi (Notation Theorem).

c. Teorema kekontrasan dan variasi (Contrast and variation theorem)
d. Teorema konektivitas (Connectivity theorem)

B.

Saran
1. Pengajaran matematika hendaknya diarahkan agar guru mampu secara sendiri
menyelesaikan masalah-masalah lain yang diselesaikan dengan bantuan teori belajar
matematika. Begitu pentingnya pengetahuan teori belajar matematika dalam sistim
penyampaian materi di kelas, sehingga setiap metode pengajaran harus selalu
disesuaikan dengan teori belajar yang dikemukakan oleh ahli pendidikan.
2. Tidak hanya tingkat kedalaman konsep yang diberikan pada siswa tetapi harus
disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara penyampaian materi pun demikian
pula. Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan bagaimana
pengajaran yang harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap.

13
3. Diharapkan guru yang membaca makalah ini dapat menerapkan teori belajar Bruner
dalam pengajaran matematika di sekolah

14
DAFTAR PUSTAKA
Ardhi. Diakses pada tanggal 19 april 2011. http://blog.unnes.ac.id/ardhi/2009/10/07/teori-

belajar-bruner/

Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta : Andi
Nasution, s . 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta :
Bumi Aksara
Simanjuntak, Lisnawati. 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta : Rineka Cipta
Sujana, Nana. 1990. Teori-Teori belajar untuk Pengajaran. Jakarta: LPFE UI

15

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Instrumen aktifitas-guru-sd
Instrumen aktifitas-guru-sdInstrumen aktifitas-guru-sd
Instrumen aktifitas-guru-sdLuthfi Somashi
 
Kemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikKemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikFitri Yusmaniah
 
Angket kreativitas belajar
Angket kreativitas belajarAngket kreativitas belajar
Angket kreativitas belajarKhaerul Busur
 
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...Soal Universitas Terbuka
 
Konsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpaduKonsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpaduIsmail Fizh
 
Pengertian dan karakteristik bahan ajar
Pengertian dan karakteristik bahan ajarPengertian dan karakteristik bahan ajar
Pengertian dan karakteristik bahan ajarMuzakkir Akbar
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)vina serevina
 
Instrumen penilaian kalor
Instrumen penilaian kalorInstrumen penilaian kalor
Instrumen penilaian kalorWinda Oktori
 
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by DesignMengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by DesignUwes Chaeruman
 
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiFormat Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiMuhamad Yogi
 
Contoh Laporan PKM UT PGSD - Pemantapan Kemampuan Mengajar PDGK4209
Contoh Laporan PKM UT PGSD - Pemantapan Kemampuan Mengajar PDGK4209Contoh Laporan PKM UT PGSD - Pemantapan Kemampuan Mengajar PDGK4209
Contoh Laporan PKM UT PGSD - Pemantapan Kemampuan Mengajar PDGK4209Soal Universitas Terbuka
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKTatimatus Solihah
 
tugas uts kurikulum.docx
tugas uts kurikulum.docxtugas uts kurikulum.docx
tugas uts kurikulum.docxLisnaNuraida
 

La actualidad más candente (20)

Instrumen aktifitas-guru-sd
Instrumen aktifitas-guru-sdInstrumen aktifitas-guru-sd
Instrumen aktifitas-guru-sd
 
UbD Klp 3.pptx
UbD Klp 3.pptxUbD Klp 3.pptx
UbD Klp 3.pptx
 
Kemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta DidikKemampuan Awal Peserta Didik
Kemampuan Awal Peserta Didik
 
Contoh rpp inkuiri
Contoh rpp inkuiriContoh rpp inkuiri
Contoh rpp inkuiri
 
Angket kreativitas belajar
Angket kreativitas belajarAngket kreativitas belajar
Angket kreativitas belajar
 
PPT penyusunan RPP
PPT penyusunan RPPPPT penyusunan RPP
PPT penyusunan RPP
 
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...
 
Konsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpaduKonsep Dasar Pembelajaran terpadu
Konsep Dasar Pembelajaran terpadu
 
Pengertian dan karakteristik bahan ajar
Pengertian dan karakteristik bahan ajarPengertian dan karakteristik bahan ajar
Pengertian dan karakteristik bahan ajar
 
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
TES, PENGUKURAN, PENILAIAN DAN EVALUASI (DINI&ORNELA)
 
Instrumen penilaian kalor
Instrumen penilaian kalorInstrumen penilaian kalor
Instrumen penilaian kalor
 
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by DesignMengenal framework UbD - Understanding by Design
Mengenal framework UbD - Understanding by Design
 
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan PresentasiFormat Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
Format Penilaian Keterampilan Peserta Didik Diskusi dan Presentasi
 
Apkg 1 & 2 PKP PAUD
Apkg 1 & 2 PKP PAUDApkg 1 & 2 PKP PAUD
Apkg 1 & 2 PKP PAUD
 
Contoh Laporan PKM UT PGSD - Pemantapan Kemampuan Mengajar PDGK4209
Contoh Laporan PKM UT PGSD - Pemantapan Kemampuan Mengajar PDGK4209Contoh Laporan PKM UT PGSD - Pemantapan Kemampuan Mengajar PDGK4209
Contoh Laporan PKM UT PGSD - Pemantapan Kemampuan Mengajar PDGK4209
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 
Lembar observasi Kelas
Lembar observasi KelasLembar observasi Kelas
Lembar observasi Kelas
 
tugas uts kurikulum.docx
tugas uts kurikulum.docxtugas uts kurikulum.docx
tugas uts kurikulum.docx
 
Teori bruner ppt
Teori bruner pptTeori bruner ppt
Teori bruner ppt
 
9 pedoman observasi
9 pedoman observasi9 pedoman observasi
9 pedoman observasi
 

Similar a Teori Belajar Bruner (Bruner)

Erlawati Iia Pe
Erlawati Iia PeErlawati Iia Pe
Erlawati Iia Pe64258
 
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismeTeori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismePratiwiKartikaSari
 
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaranMakalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaransundelubek1
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptxRogsBuck
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
Teori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahTeori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahnurasiyahnabil
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFkhairunnisa mulyana
 
Kurikulum & pembelajaran
Kurikulum & pembelajaranKurikulum & pembelajaran
Kurikulum & pembelajaranFadly Pamungkaz
 
3. Teori-Belajar-dan-Motivasi.ppt
3. Teori-Belajar-dan-Motivasi.ppt3. Teori-Belajar-dan-Motivasi.ppt
3. Teori-Belajar-dan-Motivasi.pptHarveiHutahaean1
 
Orientasi Baru Dalam
Orientasi Baru DalamOrientasi Baru Dalam
Orientasi Baru Dalamguestf50aef
 
Teori Kognitivistik
Teori KognitivistikTeori Kognitivistik
Teori Kognitivistik3ry21
 
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn KognitifMakalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn KognitifFAJAR MENTARI
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajarNarendra
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxWAKURSMKUMMA
 

Similar a Teori Belajar Bruner (Bruner) (20)

TEORI KOGNITIVISME
TEORI KOGNITIVISMETEORI KOGNITIVISME
TEORI KOGNITIVISME
 
Erlawati Iia Pe
Erlawati Iia PeErlawati Iia Pe
Erlawati Iia Pe
 
Teori kognitif
Teori kognitif  Teori kognitif
Teori kognitif
 
Teori kognitif
Teori kognitif Teori kognitif
Teori kognitif
 
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismeTeori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
 
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaranMakalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Teori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahTeori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiah
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
 
Kurikulum & pembelajaran
Kurikulum & pembelajaranKurikulum & pembelajaran
Kurikulum & pembelajaran
 
Prinsip
PrinsipPrinsip
Prinsip
 
3. Teori-Belajar-dan-Motivasi.ppt
3. Teori-Belajar-dan-Motivasi.ppt3. Teori-Belajar-dan-Motivasi.ppt
3. Teori-Belajar-dan-Motivasi.ppt
 
Orientasi Baru Dalam
Orientasi Baru DalamOrientasi Baru Dalam
Orientasi Baru Dalam
 
Teori Kognitivistik
Teori KognitivistikTeori Kognitivistik
Teori Kognitivistik
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn KognitifMakalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajar
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
 

Más de Yoshiie Srinita

LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIII
LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIIILKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIII
LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIIIYoshiie Srinita
 
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIII
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIIIPPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIII
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIIIYoshiie Srinita
 
RPP Statistika Kelas X Matematika Kurikulum 2013
RPP Statistika Kelas X Matematika Kurikulum 2013RPP Statistika Kelas X Matematika Kurikulum 2013
RPP Statistika Kelas X Matematika Kurikulum 2013Yoshiie Srinita
 
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)Yoshiie Srinita
 
RPP Operasi Himpunan SMP Kelas VII Kurikulum 2013 (Irisan dan Gabungan)
RPP Operasi Himpunan SMP Kelas VII Kurikulum 2013 (Irisan dan Gabungan)RPP Operasi Himpunan SMP Kelas VII Kurikulum 2013 (Irisan dan Gabungan)
RPP Operasi Himpunan SMP Kelas VII Kurikulum 2013 (Irisan dan Gabungan)Yoshiie Srinita
 
Lembar Penilaian Sikap Kurikulum 2013 (Matematika)
Lembar Penilaian Sikap Kurikulum 2013 (Matematika)Lembar Penilaian Sikap Kurikulum 2013 (Matematika)
Lembar Penilaian Sikap Kurikulum 2013 (Matematika)Yoshiie Srinita
 
RPP Transformasi SMP Kelas VII Kurikulum 2013
RPP Transformasi SMP Kelas VII Kurikulum 2013RPP Transformasi SMP Kelas VII Kurikulum 2013
RPP Transformasi SMP Kelas VII Kurikulum 2013Yoshiie Srinita
 
Teori Belajar Gestalt (Gestalt)
Teori Belajar Gestalt (Gestalt)Teori Belajar Gestalt (Gestalt)
Teori Belajar Gestalt (Gestalt)Yoshiie Srinita
 
Komputer Dan Kegunaanya dalam Kehidupan Manusia
Komputer Dan Kegunaanya dalam Kehidupan ManusiaKomputer Dan Kegunaanya dalam Kehidupan Manusia
Komputer Dan Kegunaanya dalam Kehidupan ManusiaYoshiie Srinita
 
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanMetode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanYoshiie Srinita
 

Más de Yoshiie Srinita (10)

LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIII
LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIIILKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIII
LKS Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) SMP Kelas VIII
 
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIII
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIIIPPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIII
PPT Relasi & Fungsi Matematika Kelas VIII
 
RPP Statistika Kelas X Matematika Kurikulum 2013
RPP Statistika Kelas X Matematika Kurikulum 2013RPP Statistika Kelas X Matematika Kurikulum 2013
RPP Statistika Kelas X Matematika Kurikulum 2013
 
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
LAS/LKS Statistik Kelas X Kurikulum 2013 (Matematika)
 
RPP Operasi Himpunan SMP Kelas VII Kurikulum 2013 (Irisan dan Gabungan)
RPP Operasi Himpunan SMP Kelas VII Kurikulum 2013 (Irisan dan Gabungan)RPP Operasi Himpunan SMP Kelas VII Kurikulum 2013 (Irisan dan Gabungan)
RPP Operasi Himpunan SMP Kelas VII Kurikulum 2013 (Irisan dan Gabungan)
 
Lembar Penilaian Sikap Kurikulum 2013 (Matematika)
Lembar Penilaian Sikap Kurikulum 2013 (Matematika)Lembar Penilaian Sikap Kurikulum 2013 (Matematika)
Lembar Penilaian Sikap Kurikulum 2013 (Matematika)
 
RPP Transformasi SMP Kelas VII Kurikulum 2013
RPP Transformasi SMP Kelas VII Kurikulum 2013RPP Transformasi SMP Kelas VII Kurikulum 2013
RPP Transformasi SMP Kelas VII Kurikulum 2013
 
Teori Belajar Gestalt (Gestalt)
Teori Belajar Gestalt (Gestalt)Teori Belajar Gestalt (Gestalt)
Teori Belajar Gestalt (Gestalt)
 
Komputer Dan Kegunaanya dalam Kehidupan Manusia
Komputer Dan Kegunaanya dalam Kehidupan ManusiaKomputer Dan Kegunaanya dalam Kehidupan Manusia
Komputer Dan Kegunaanya dalam Kehidupan Manusia
 
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan PenemuanMetode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
Metode Mengajar Driill, Diskusi, Demonstrasi dan Penemuan
 

Último

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 

Último (20)

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 

Teori Belajar Bruner (Bruner)

  • 1. Dosen: Susda Heleni, Dra. , M.Pd. DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA “Teori Belajar Menurut Bruner” Oleh Yosi Srinita 1205135729 Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Pekanbaru 2013 1
  • 2. KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam karena atas izin dan kehendakNya jugalah makalah sederhana ini dapat di selesaikan penulis tepat pada waktunya. Pembuatan dan penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah DasarDasar Pendidikan MIPA. Adapun masalah yang penulis bahas dalam makalah yang sederhana ini mengenai Teori Belajar menurut Bruner. Dalam penulisan pembuatan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis mengenai hal yang berhubungan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima makasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah sederhana ini. Penulis menyadari akan kemampuan penulis yang masih amatir. Dalam makalah sederhana ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin,tetapi penulis yakin makalah sederhana yang penulis buat masih banyak kekurangan,karena itu penulis mohon maaf. Akhir kata, harapan penulis semoga makalah sederhana ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah sederhana ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju dimasa yang akan datang. Terima kasih. Pekanbaru, September 2013 Penulis 2
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku yang merupakan akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar bukan sekedar mengumpulkan pengetahuan tetapi merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari. Banyak teori yang membahas tentang proses perubahan tingkah laku tersebut. Teori pembelajaran merupakan penyedia panduan bagi pengajar untuk membantu siswa didik dalam mengembangkan kognitif, emosional, sosial, fisik, dan spiritual. Panduan-panduan tersebut adalah kejelasan informasi yang mendeskripsikan tujuan, pengetahuan yang diperlukan, dan unjuk kerjaan itu penting. Hal ini adalah untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di dunia pendidikan. Ada dua perubahan yang perlu diantisipasi, yaitu perubahan yang sifatnya sedikit demi sedikit (piecemeal) dan yang bersifat sistemik (systemic). Jadi teori pembelajaran itu penting sebagai suatu dasar pengetahuan yang memandu praktek pendidikan: “bagaimana memfasilitasi belajar” dalam dunia pendidikan yang senantiasa berubah, terlebih dalam cakupan yang sistemik. Praktek pembelajaran adalah suatu subsistem yang merupakan bagian dari sebuah sistem. Jika dalam sebuah perjalanan, sistemnya berubah, maka subsistemmnya pasti berubah, oleh karena masing-masing kebutuhan subsistem harus memiliki titik temu dengan sistemnya supaya sistem tersebut dapat mendukung subsistem secara berkelanjutan. Jadi perubahan sistemik yang terjadi pada sistem pembelajaran mesti diikuti oleh perubahan sistemik pada subsistem teori pembelajaran. Perubahan teori pembelajaran harus diikuti oleh perubahan paradigma pembelajaran. Alur berpikir diatas terbangun dari sejarah perkembangan teori pembelajaran. Sebelum para tokoh psikologi membangun dan menemukan teori belajar kognitif, terlebih dahulu sudah terdapat beberapa teori pembelajaran yang telah muncul dan berkembang. Namun teori pembelajaran yang ada saat itu mereka anggap masih kurang sempurna, hingga akhirnya menginspirasikan beberapa tokoh psikologi untuk 3
  • 4. menyikapi kekurangan-kekurangan dari beberapa teori belajar yang lebih awal yang dianggap masih ada beberapa celah kekurangan, yang diantaranya adalah teori behavioristik. hal ini juga berlaku untuk teori pembelajaran kognitif itu sendiri. Seiring berkembangnya zaman selanjutnya pasti akan ditemukan kekurangan-kekurangan dari teori kognitif ini dalam menjawab tuntutan zaman. Hal tersebut sekaligus memberikan inspirasi bagi tokoh psikologi (di era selanjutnya) untuk mengkonstruksi teori baru yang lebih mampu untuk menjawab tuntutan zaman. Pada abad ke-20, psikologi telah muncul sebagai sebuah bidang studi yang mandiri. Diantaranya dimulai dengan kemunculan aliran strukturalisme dan juga fungsionalisme yang didalamnya terdapat tokoh psikologi ternama, Dewey. Dari dialektika keduanya muncul asosiasionisme yang digagas oleh Torndike dan Ebbinghaus. Dari aliran yang terahir ini kemudian membuka jalan kemunculan behaviorisme. Langkah lain menuju behaviorisme adalah temuan Pavlov tentang prinsip-prinsip pengkondisian klasik. Perkembangan serta proses diskusi yang mendalam atas behaviorisme ini selanjutnya mendorong lahirnya psikologi kognitif sebagai sebuah ilmu yang mandiri. Tujuan belajar yang paling utama adalah apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini dikenal sebagai transfer belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu memungkinkan kita untuk memahami hal-hal lain. Transfer inilah yang menjadi inti dalam proses belajar. Demikian pula dengan tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip yang fundamental, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian, penemuan, serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Menyajikan konsep-konsep yang fundamental saja tidak dengan sendirinya menimbulkan sikap demikian. Masih perlu penelitian dalam soal ini. Namun dianggap proses menemukan sendiri akan menimbulkan sikap demikian. B. Rumusan Masalah Dengan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, adapun masalah tersebut adalah: 1. Bagaimana teori belajar menurut Jerome Bruner ? 2. Bagaimana teori belajar matematika menurut Jerome Bruner? 3. Apa saja alat mengajar menurut Jerome Bruner? 4. Bagaimana aplikasi teori Jerome Bruner dalam pembelajaran matematika ? 4
  • 5. C. Tujuan Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan bermanfaat dalam proses pembelajaran tentang belajar dan pembelajaran. Secara terperinci, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui teori belajar menurut Jerome Bruner 2. Untuk mengetahui teori belajar matematika menurut Jerome Bruner 3. Untuk mengetahui alat mengajar menurut Jerome Bruner 4. Untuk mengetahui aplikasi teori Jerome Bruner dalam pembelajaran matematika D. Manfaat Penulis menulis makalah ini yaitu agar bermanfaat bagi pembaca. Makalah ini dapat memberikan pemahaman mengenai teori belajar Bruner 1. Mempunyai landasan untuk mengajar sehingga pembelajaran menjdi efektif. 2. Memberikan pengalaman agar dapat menjadi pengajar yang baik sesuai yang diinginkan peserta didik. 3. Agar pendidik mengetahui bagaimana karakter peserta didik. 5
  • 6. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Teori Belajar Bruner Jerome S. Bruner (1915) adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, Ia menganggap manusia sebagai pemproses, pemikir, dan pencipta informasi (dalam Wilis Dahar, 1988;118). Dasar pemikiran teori Jerome S. Bruner memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu proses perolehan informasi baru (melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru dan lain-lain), proses mentransformasikan informasi yang diterima (bagaimana memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan) dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Bruner berpendapat bahwa belajar merupakan faktor yang menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan perolehan khusus, yaitu metode penemuan (dicovery). Metode discovery learning ini mendorong siswa untuk belajar sendiri secara mandiri. Adapun tahap-tahap penerapan belajar penemuan adalah stimulus (pemberian perangsang), problem statement (mengidentifikasi masalah), data collection ( pengumpulan data), data prosessing (pengolahan data), verifikasi, generalisasi. Yang menjadikan dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu, bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya “discovery learning”, yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reception learning atau expository teaching, di mana guru menerangkan semua informasi dan murid harus mempelajari semua bahan/ informasi itu. 6
  • 7. 2.2 Teori Belajar Matematika Adapun menurut Bruner belajar matematika adalah belajar mengenai konsepkonsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan alat peraga atau media lainnya. Pendekatan dan strategi pembelajaran hendaknya mengikuti kaidah pedagogi secara umum, yaitu pembelajaran diawali dari kongkret ke abstrak, dari sederhana kekompleks, dari yang mudah kesulit dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak, dibutuhkan wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera manusia.Bruner juga mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Dengan memanipulasi alat-alat peraga, siswa dapat belajar melalui keaktifannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar (melebihi) informasi yang diberikan pada dirinya. Sebagai contoh, seorang siswa yang mempelajari bilangan prima akan bisa menemukan berbagai hal yang penting dan menarik tentang bilangan prima, sekalipun pada awal mula guru hanya memberikan sedikit informasi tentang bilangan prima kepada siswa tersebut. Teori Bruner tentang kegiatan manusia tidak terkait dengan umur atau tahap perkembangan (berbeda dengan Teori Piaget). Ada dua bagian yang penting dari teori Bruner , yaitu : a. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar b. Teorema-teorema Tentang Cara Belajar dan Mengajar Matematika Penjelasan tentang kedua bagian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan (Misalnya mempelajari suatu konsep Matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam 7
  • 8. tahap-tahap tertentu, agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguhsungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga tahap, yang macamnya dan urutannya adalah sebagai berikut : a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata. b. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas. c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Abstract symbols yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orangorang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak lainnya. Menurut Bruner, proses belajar akan berlangsung secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian jika tahap belajar yang pertama ini telah dirasa cukup, siswa beralih ke kegiatan belajar tahap kedua, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi ikonik, dan selanjutnya, kegiatan belajar itu diteruskan dengan kegiatan belajar tahap ketiga yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi simbolik. 2. Teorema-Teorema Tentang Cara Belajar Dan Mengajar Matematika Menurut Bruner ada empat prinsip prinsip tentang cara belajar dan mengajar matematika yang disebut teorema. Keempat teorema tersebut adalah teorema penyusunan (Construction theorem), teorema notasi (Notation theorem), teorema kekontrasan dan keanekaragaman (Contras and pengaitan (Connectivity theorem) . 8 variation theorem), teorema
  • 9. a) Teorema penyusunan (Construction theorem) Teorema ini menyatakan bahwa bagi anak cara yang paling baik untuk belajar konsep dan prinsip dalam matematika adalah dengan melakukan penyusunan representasinya. Pada permulaan belajar konsep pengertian akan menjadi lebih melekat apabila kegiatan yang menujukkan representasi konsep itu dilakukan oleh siswa sendiri. Dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide, apabila anak disertai dengan bantuan benda-benda konkrit mereka lebih mudah mengingat ide-ide tersebut. Dengan demikian, anak lebih mudah menerapkan ide dalam situasi nyata secara tepat. Dalam hal ini ingatan diperoleh bukan karena penguatan, akan tetapi pengertian yang menyebabkan ingatan itu dapat dicapai. Sedangkan pengertian itu dapat dicapai karena anak memanipulasi benda-benda konkrit. Oleh karena itu pada permulaan belajar, pengertian itu dapat dicapai oleh anak bergantung pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan benda-benda konkrit. Contoh, untuk memahami tentang konsep kubus atau balok maka guru memperlihatkan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk kubus atau balok. b) Teorema Notasi Teorema notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep, notasi memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Ini berarti untuk menyatakan sebuah rumus misalnya, maka notasinya harus dapat dipahami oleh anak, tidak rumit dan mudah dimengerti. Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Urutan penggunaan notasi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif anak. c) Teorema pengkontrasan dan keanekaragaman Dalam teorema ini dinyatakan bahwa dalam mengubah dari representasi konkrit menuju representasi yang lebih abstrak suatu konsep dalam matematika, dilakukan dengan kegiatan pengontrasan dan keanekaragaman. Artinya agar suatu konsep yang akan dikenalkan pada anak mudah dimengerti, konsep tersebut disajikan dengan mengontraskan dengan konsep-konsep lainnya dan konsep tersebut disajikan dengan beranekaragam contoh. Dengan demikian anak dapat memahami dengan mudah karakteristik konsep yang diberikan tersebut. 9
  • 10. Untuk menyampaikan suatu konsep dengan cara mengontraskan dapat dilakukan dengan menerangkan contoh dan bukan contoh. Sebagai contoh untuk menyampaikan konsep bangun ruang maka pada anak diberikan beberapa gambar dan siswa menunjukkan gambar yang termasuk bangun ruang dan yang bukan merupakan bangun ruang. Dengan contoh soal yang beranekaragam, kita dapat menanamkan suatu konsep dengan lebih baik daripada hanya contoh-contoh soal yang sejenis saja. Dengan keanekaragaman contoh yang diberikan siswa dapat mengenal dengan jelas karakteristik konsep yang diberikan kepadanya. Misalnya, dalam pembelajaran konsep persegi panjang, persegi panjang sebaiknya ditampilkan dengan berbagai contoh yang bervariasi, misalnya ada persegi panjang yang posisinya bervariasi (ada yang kedua sisinya yang berhadapan terletak horisontal dan dua sisi yang lainnya vertikal, ada yang posisinya miring, dan sebagainya). d) Teorema pengaitan (Konektivitas) Teorema ini menyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi yang lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya. Seperti pada penentuan luas sisi bangun ruang balok maka dibutuhkan pengetahuan prasyarat siswa tentang luas persegi panjang. Guru harus dapat menjelaskan kaitan-kaitan tersebut pada siswa. Hal ini penting agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil. Dengan melihat kaitan-kaitan itu diharapkan siswa tidak beranggapan bahwa cabang-cabang dalam matematika itu sendiri berdiri sendiri-sendiri tanpa keterkaitan satu sama lainnya. Perlu dijelaskan bahwa keempat teorema tersebut di atas tidak dimaksudkan untuk diterapkan satu persatu dengan urutan seperti di atas. Dalam penerapannya, dua teorema atau lebih dapat diterapkan secara bersamaan dalam proses pembelajaran suatu materi matematika tertentu. Hal tersebut bergantung pada karakteristik dari materi atau topik matematika yang dipelajari dan karakteristik dari siswa yang belajar. 10
  • 11. 2.3 Alat Mengajar Menurut Jerome Bruner Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam empat macam menurut fungsinya antara lain: 1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai pengganti pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang sedianya tidak dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dan sebagainya. 2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang; 3. Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang suatu idea atau gejala; 4. Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma yang menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan balikan atau feedback tentang respon siswa. Telah banyak alat-alat yang tersedia bagi guru namun yang penting adalah bagaimana menggunakan alat-alat itu sebagai suatu system yang terintegrasi. 2.4 Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan: 1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran. 2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubinubin yang dapat digunakan? 3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut? 11
  • 12. 4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. 12
  • 13. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak, dibutuhkan wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera manusia.Bruner juga mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Bruner membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam tiga tahap yaitu tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik. Beberapa konsep dalam pembelajaran matematika dapat diuraikan langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner, mulai modus representasi enaktif, ikonik, dan simbolik. Seperti pada materi bangun ruang sisi datar contohnya pemahaman konsep volum balok atau membuat jaring-jaring kubus. Selain teori perkembangan kognitif, Bruner mengemukakan teorema-teorema tentang cara belajar dan mengajar matematika yaitu: a. Teorema konstruksi (Construction Theorem) b. Teorema Notasi (Notation Theorem). c. Teorema kekontrasan dan variasi (Contrast and variation theorem) d. Teorema konektivitas (Connectivity theorem) B. Saran 1. Pengajaran matematika hendaknya diarahkan agar guru mampu secara sendiri menyelesaikan masalah-masalah lain yang diselesaikan dengan bantuan teori belajar matematika. Begitu pentingnya pengetahuan teori belajar matematika dalam sistim penyampaian materi di kelas, sehingga setiap metode pengajaran harus selalu disesuaikan dengan teori belajar yang dikemukakan oleh ahli pendidikan. 2. Tidak hanya tingkat kedalaman konsep yang diberikan pada siswa tetapi harus disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, cara penyampaian materi pun demikian pula. Guru harus mengetahui tingkat perkembangan mental siswa dan bagaimana pengajaran yang harus dilakukan sesuai dengan tahap-tahap. 13
  • 14. 3. Diharapkan guru yang membaca makalah ini dapat menerapkan teori belajar Bruner dalam pengajaran matematika di sekolah 14
  • 15. DAFTAR PUSTAKA Ardhi. Diakses pada tanggal 19 april 2011. http://blog.unnes.ac.id/ardhi/2009/10/07/teori- belajar-bruner/ Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta : Andi Nasution, s . 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Simanjuntak, Lisnawati. 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta : Rineka Cipta Sujana, Nana. 1990. Teori-Teori belajar untuk Pengajaran. Jakarta: LPFE UI 15