Ringkasan dokumen tersebut adalah:
(1) Dokumen tersebut membahas manajemen risiko pada penjualan mi goreng, termasuk identifikasi risiko seperti kesehatan dan keselamatan, (2) Dokumen tersebut menganalisis berbagai risiko seperti terkena air panas, infeksi bakteri, dan gangguan ergonomi, serta (3) Dokumen tersebut memberikan rekomendasi pengendalian risiko seperti menggunakan masker, menjaga post
1. Hazard dari Penjual Mi Goreng
Nama: Cindy Melinda Sofyani
Kelas X IPA 6 SMAN 8 Pekanbaru
2. LATAR BELAKANG
1. UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 23 tentang
Kesehatan.
2. Potensi bahaya di penjual mi goreng, selain
penyakit infeksi juga potensi bahaya-bahaya
lain .
3. TUJUAN
• Tujuan Umum:
Untuk mengetahui bagaimana manajemen
risiko pada unit instalasi CSSD RSUD Arifin
Achmad Povinsi Riau.
Tujuan Khusus:
Untuk mengetahui: Identifikasi, Manajemen
Resiko, Evaluasi Resiko, Pengendalian Resiko.
4. MANFAAT PENELITIAN
Bagi Penjual:
Para penjual bisa tau apa saja Manjemen
resikonya dan bisa memperbaikinya.
Bagi saya: Dapat menambah Ilmu pengetahuan
dan pengalaman.
5. Proses Penelitian
1. Persiapan
Mengajukan permohonan untuk meneliti.
2. Wawancara
Salah satu penjual mi goreng tersebut, kak
Rani mengenai cara memasaknya dan
manejemen resiko yang pernah dialami.
3. Observasi dan Pengumpulan Data.
melakukan foto-foto dan meneliti hazard
6. 4. Alur Kerja.
Cara Membuat MI:
Pertama persiapkan alat dan
bahan. Lalu tumis bahan dan bumbu,
masukkan sayur, cabe air lalu masukkan
mi. setelah mendidih masukkan garam dan
penyedap. Setelah mendidih masukkan
telur yang sudah dikocok lalu masukkan
kecap dan saus lalu siapkan di piring. Lalu
hias dan tambahkan ayam, daun seldri dan
bawang goreng.
14. Manajemen Resiko
• 1. Persiapan
Dilakukan pada tempat menjual mi.
2. Orang Yang Terlibat
Orang inti 2 para penjual dan para pembeli.
• 3. Standar Penentuan Kriteria Resiko
Penentuan Risiko diambil berdasarkan persentasi
angka kejadian ataupun angka prediksi kejadian
frekuensi tertinggi yang sering terjadi serta
tingkat keparahan kejadian melalui analisa
management risiko.
15. Manajemen Resiko
4. Mekanisme Laporan
Laporan dihasilkan dari data yang diperoleh
5. Dokumen yang terkait
– Hasil wawancara dengan PENJUA MI.
– Dokumentasi foto.
– Literature/ referensi serta hasil pene
litian
16. Identifikasi Resiko
• Melakukan wawancara dengan para penjual
• Secara umum kegiatan prospekting sudah
menggunakan SOP secara optimal, sehingga
identifikasi bahaya dalam kegiatan prospek ini
lebih berupa prediksi seandainya kegiatan
tersebut dilakukan tidak sesuai SOP.
17. Analisa Resiko (daftar kemungkinan
terjadi resiko)
NO. Jenis Bahan resiko konsekuensi
1 Potensia, Fisik:
a. Air panas dan gayung
Terkena kulit Kulit melepuh
2.
Potensial Biologis
a. bakteri Masuk ke hidung penjual
Saki pernafasan
Masuk ke makanan Sakit perut
3 Potensial Ergonomik Memiringkan badan
Sakit pinggang
18. Bentuk analisa semi kualitatif
Tingakat
keparahan
Kemungkinan Terjadi
Jarang terjadi
(1)
Kurang
mungkin
terjadi (2)
Mungkn
Terjadi (3)
Sangat
Mungkin
Terjadi (4)
Hampir pasti
terjadi (5)
(1)
Tidak ada
pengaruh
(2)
Pengaruh
sangat
ringan
Sakit
pinggang
(6)
19. Bentuk analisa semi kualitatif
Tingkat
Keparaha
n
Kemungkinan Terjadi
Jarang
Terjadi
(1)
Kurang
mungkin
terjadi (2)
Mungkin
Terjadi
(3)
Sangat
Mungkin
Terjadi (4)
Hampir
terjadi (5)
Pengaruh
ringan
(3)
Sakit perut
(9)
Pengaruh
Serius
(4)
Sakit
Pernafasan
(16)
Pengaruh
Fatal
(5)
Terkena
Air
Panas
(5)
20. Evaluasi dan tafsiran
No. hazard skor tafsir
1 Sakit pinggang 6
1. Mungkin terjadi
2. Pengaruh sangat ringan
2 Sakitr pernafasan 9
1. Mungkin terjadi
2. Pengarh ringan
3 Sakit Pencernaan 16
1. Sangat mungkin terjadi
2. Pengaruh serius
4 Air Panas 5
1. Pengaruh fatal
2. Jarang terjad
21. Pengendalian Resiko
No. Hazard Pengendaliaan
1. Sakit pinggang
Menjallankan badan tidak
mengesampingkan badan
2. Sakit pencernaan
Pesan dan bawa pulang agar debunya
tisdak masuk
3 Sakit pernafasan Pakai masker
4 Air panas
Tidak menggunakan gayung, gunakan
panci agar tidak gampang tumpah
22. Kesimpulan
1) Pengelolaan K3 penting artinya untuk
meningkatkan kualitas lingkungan kerja
agar aman, sehat dan nyaman.
2) Upaya K3 di instasi ini menyangkut
cara/metode kerja, alat kerja, proses
kerja dan lingkungan kerja.
3) Kurangnya kesadaran anggota tim
mengenai keselamatan kerja mereka