SlideShare a Scribd company logo
1 of 169
1. Pengantar
    Modul ini membicarakan penerapan bahasa Indonesia, baik secara umum maupun
secara khusus. Pembicaraan secara umum meliputi berbagai bentuk pemakaian bahasa
Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari. Secara khusus, yang
dibicarakan adalah bagaimana mengejawantahkan gagasan dengan nalar yang baik ke
dalam bentuk tulisan. Lebih khusus lagi adalah pengungkapan gagasan melalui tulisan
yang bersifat ilmiah.

2. Tujuan Instruksional Umum
    Diharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia,
mahasiswa memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif ini
diwujudkan dengan kesetiaan berbahasa Indonesia; kebanggaan akan pentingnya
bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan pengembang ilmu dan teknologi
secara menyeluruh untuk meningkatkan kehidupan bangsa, negara, dan juga agama;
kesadaran berbahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dengan perkataan
lain, mata kuliah ini ditujukan mengarahkan mahasiswa pada kepribadian yang
mengindonesia.


3. Tujuan Instruksional Khusus
    Diharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia,
mahasiswa mampu dan terampil menuangkan gagasan – secara lisan maupun tertulis –
baik ilmiah maupun takilmiah dengan bahasa Indonesia yang mudah dipahami oleh
semua lapisan masyarakat dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

4. Kegiatan Belajar

4.1 Kegiatan Belajar I

4.1.1 Politik Bahasa Indonesia

4.1.1.1 Mengapa Kita Mempelajari Bahasa Indonesia?
    Mengapa bahasa Indonesia masih harus dijadikan mata kuliah dan dipelajari di
semua jurusan atau program di seluruh fakultas di perguruan tinggi, padahal kini banyak
di antara kita sudah belajar berbahasa Indonesia sejak lahir dan secara formal sejak di
sekolah dasar, bahkan sejak di taman kanak-kanak? Alasannya tiada lain karena
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pasal 37 Ayat 2
mewajibkan perguruan tinggi menyelenggarakan beberapa mata kuliah pengembangan
kepribadian yang lebih umum disingkat menjadi MPK. Satu di antara beberapa MPK
adalah mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebelumnya, mata kuliah Bahasa Indonesia dan
sejenisnya diwadahi dalam Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), lalu berkembang
menjadi Mata Kuliah Umum (MKU), dan terakhir menjadi MPK.
    Mengapa pula undang-undang tersebut begitu? Landasan pemikirannya ada dua.
Pertama adalah satu dari tiga butir Sumpah Pemuda 1928 menyatakan “Kami poetra
dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Kedua
adalah Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36, yang menyatakan bahasa
negara adalah bahasa Indonesia. Hal itu dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia
memiliki dua kedudukan penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa
negara.
    Dengan perkataan lain, latar belakang mengapa bahasa Indonesia masih harus kita
pelajari secara formal sampai di perguruan tinggi adalah adanya dua kedudukan yang
dimiliki bahasa Indonesia. Tentu saja, kedua kedudukan tersebut memiliki fungsinya
masing-masing.

a. Bahasa Nasional
    Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki tiga
fungsi: (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat
perhubungan antarwarga,       antardaerah,   dan antarbudaya,   dan   (4) alat   yang
memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing-masing.
    Fungsi pertama mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa
kebangsaan kita. Berdasarkan kebanggaan inilah, bahasa Indonesia kita pelihara dan
kita kembangkan. Selain itu, rasa bangga memakai bahasa Indonesia dalam berbagai
bidang harus selalu kita bina dan kita tingkatkan.
    Fungsi kedua mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia – sebagaimana halnya
lambang lain, yaitu bendera merah putih dan burung garuda – mau takmau suka taksuka
harus diakui menjadi bagian yang takdapat dipisahkan dengan bangsa Indonesia. Jadi,
seandainya ada orang yang kurang atau bahkan tidak menghargai ketiga lambang



                                                                                    2
identitas kita ini tentu sedikitnya kita akan merasa tersinggung dan rasa hormat kita
kepada orang tersebut menjadi berkurang atau malah hilang. Karena itu, bahasa
Indonesia dapat menunjukkan atau menghadirkan identitasnya hanya apabila
masyarakat bahasa Indonesia membina dan mengembangkannya sesuai dengan keahlian
dalam bidang masing-masing.
    Fungsi ketiga memberikan kewenangan kepada kita berkomunikasi dengan siapa
pun memakai bahasa Indonesia apabila komunikator dan komunikan mengerti. Karena
itu, kesalahpahaman dengan orang dari daerah lain bisa kita hindari kalau kita memakai
bahasa Indonesia. Melalui fungsi ketiga ini pula kita bisa memahami budaya saudara
kita di daerah lain.
    Fungsi keempat mengajak kita bersyukur kepada Tuhan karena kita telah memiliki
bahasa nasional yang berasal dari bumi kita sendiri sehingga kita dapat bersatu dalam
kebesaran Indonesia. Padahal, ketika dicanangkan sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia boleh dikatakan tidak memiliki penutur asli karena berasal dari bahasa
Melayu. Bahasa Jawa dan bahasa Sunda paling banyak penuturnya di antara bahasa-
bahasa daerah yang ada di Nusantara ini. Jadi, berdasarkan jumlah penutur, yang pantas
menjadi bahasa nasional sebenarnya kedua bahasa daerah itu. Apalah jadinya
seandainya bahasa Jawa atau bahasa Sunda yang diangkat menjadi bahasa nasional.
Mungkin saja terjadi perpecahan perang antarsuku, lalu muncul negara-negara kecil.
Karena itu, tentu bukan soal jumlah penutur yang menjadi landasan para pemikir bangsa
waktu itu. Mereka berpikiran jauh ke masa depan untuk kebesaran dan kejayaan bangsa;
dan lahirlah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

b. Bahasa Negara
    Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara memiliki tiga fungsi
yang saling mengisi dengan ketiga fungsi bahasa nasional. Ketiga fungsi bahasa negara
adalah sebagai berikut: (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam
dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan,
ilmu pengetahuan, dan teknologi.
    Dalam fungsi pertama bahasa Indonesia wajib digunakan di dalam upacara,
peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan. Begitu juga dalam




                                                                                    3
penulisan dokumen dan putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan
badan-badan kenegaraan. Hal tersebut berlaku juga bagi pidato kenegaraan.
    Fungsi kedua mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan menggunakan pengantar
bahasa Indonesia. Lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi mau takmau dalam pelajaran atau mata kuliah apa pun pengantarnya adalah
bahasa Indonesia. Namun, ada perkecualian. Bahasa daerah boleh (tidak harus)
digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar sampai tahun ketiga.
    Fungsi ketiga mengajak kita menggunakan bahasa Indonesia untuk membantu
kelancaran pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang. Dalam hal ini kita
berusaha menjelaskan sesuatu, baik secara lisan maupun tertulis, dengan bahasa
Indonesia agar orang yang kita tuju dapat dengan mudah memahami dan melaksanakan
kegiatan pembangunan.
    Fungsi keempat mengingatkan kita yang berkecimpung dalam dunia ilmu. Tentu
segala ilmu yang telah kita miliki akan makin berguna bagi orang lain jika kita sebarkan
kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di seluruh pelosok Nusantara, atau
bahkan jika memungkinkan kepada saudara kita di seluruh dunia. Penyebaran ilmu
tersebut akan lebih efektif dan efisien jika menggunakan bahasa Indonesia, bukan
bahasa daerah atau bahasa asing.

c. Variasi Pemakaian Bahasa
    Variasi pemakaian bahasa Indonesia pun merupakan landasan pemikiran
diadakannya mata kuliah bahasa Indonesia sampai di perguruan tinggi. Kita dapat
mengetahui perbedaan pemakaian bahasa Indonesia tatkala kita membaca koran
nasional dan koran daerah, misalnya. Perbedaan itu dapat juga dibuktikan ketika kita
pergi ke daerah lain, baik pilihan kata maupun intonasi, atau bahkan kalimatnya. Begitu
pula ketika pergi ke pasar lalu ke kantor atau ke kampus, kita akan segera tahu adanya
perbedaan pemakaian bahasa Indonesia. Contoh yang paling mudah untuk melihat
perbedaan pemakaian ini adalah bahasa dalam SMS atau ceting (chatting) dan dalam
makalah. Bahasa SMS takketat, bahkan bisa dan boleh semau kita, sedangkan bahasa
makalah penuh dengan aturan yang harus kita taati.

d. Perkembangan Bahasa
    Bila dibandingkan dengan bahasa Inggris, Perancis, Arab, Belanda, Mandarin,
Jepang atau bahasa asing lainnya, atau juga bahasa daerah, bahasa Indonesia relatif


                                                                                       4
masih muda. Ia baru lahir pada akhir tahun 1928, yaitu melalui Sumpah Pemuda.
Namun, perkembangannya begitu pesat. Hingga tahun 1988 – berarti enam puluh tahun
– bahasa Indonesia sudah memiliki lebih dari 60.000 kata.
    Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap kosakata dari berbagai
bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Banyak kosakata daerah, terutama
Jawa dan Sunda, masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa asing yang banyak diserap
pada awalnya adalah bahasa Arab, lalu bahasa Belanda, dan kini bahasa Inggris.
    Hingga 1972 bahasa Indonesia dalam hal menyerap lebih berorientasi pada bahasa
Belanda. Karena itu, banyak kosakata yang berasal dari bahasa Belanda, misalnya,
tradisionil, formil, sistim. Namun, sejak 1972 – bersamaan dengan lahirnya Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) – bahasa Indonesia dalam hal menyerap kosakata asing lebih
berorientasi pada bahasa Inggris. Karena itu, kosakata yang berasal dari bahasa Belanda
seperti ketiga contoh taklagi dianggap baku. Kosakata yang dianggap baku untuk ketiga
kata tersebut adalah tradisional, formal, dan sistem.
    Pada akhir tahun 1990-an – ketika yang memimpin Indonesia adalah Abdurrahman
Wahid – perkembangan kosakata bahasa Indonesia memperlihatkan gejala lain. Pada
waktu itu muncul lagi kosakata yang berasal dari bahasa Arab yang sebelumnya hanya
digunakan di lingkungan pesantren. Contohnya adalah kata-kata istigosah, akhwat,
ikhwan.
    Perkembangan tidak hanya terjadi pada bidang kosakata, tetapi juga pada bidang
lain seperti istilah atau ungkapan dan peribahasa. Hal tersebut bisa kita temukan dengan
membaca Siti Nurbaya karya Marah Roesli dan Saman karya Ayu Utami, misalnya.
Contoh lain dapat kita temukan dengan membaca koran tahun 1980-an dan koran tahun
2000-an. Tahun 1980-an muncul ungkapan menurut petunjuk, demi pembangunan, dan
sebagainya. Tahun 2000-an lebih sering muncul kata-kata reformasi, keos (chaos), dan
sebagainya.
    Perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi pada ragam resmi. Dalam
ragam takresmi pun terjadi perkembangan. Bahkan, perkembangan dalam ragam
takresmi lebih pesat, namun juga lebih cepat menghilang. Misalnya, pada tahun 1980-an
muncul kata asoy yang berarti ‘asyik’; tahun 1990-an muncul kata ni ye yang bertugas
sebagai penegas kalimat; tahun 2003-an muncul kata lagi yang bertugas baru sebagai
penegas seperti pada ungkapan PD (percaya diri) lagi atau abis lagi. Padahal arti lagi




                                                                                      5
yang sebenarnya adalah ‘kembali’ atau ‘sedang’. Tahun 2004 muncul gitu lo atau getho
lho, dan semacamnya.
    Bidang makna pun mengalami perkembangan. Ada lima penyebab perkembangan
makna, yaitu (1) peristiwa ketatabahasaan, (2) perubahan waktu, (3) perbedaan bahasa
daerah, (4) perbedaan bidang khusus, (5) perubahan konotasi.
1) peristiwa ketatabahasaan
   Sebuah kata, misalnya tangan, memiliki makna berbeda karena konteks kalimat
   berbeda.
   - Agus pulang dengan tangan hampa.
   - Dadang memiliki banyak tangan kanan.
   - Tangan Didi sakit karena jatuh.
2) perubahan waktu
  makna dahulu                         makna sekarang
bapak : orang tua laki-laki, ayah      sebutan terhadap semua orang laki-laki yang
                                       umurnya lebih tua atau kedudukannya lebih
                                       tinggi
canggih: cerewet, bawel                pintar dan rumit, modern
saudara : orang yang lahir dari ibu    sapaan bagi orang yang sama derajatnya, orang
         dan bapak yang sama           yang dianggap lahir dari lingkungan yang sama
                                       seperti sebangsa, seagama, sedaerah
3) perbedaan bahasa daerah
   Kata atos dalam bahasa Sunda berarti ‘sudah’, sedangkan dalam bahasa Jawa berarti
   ‘keras’. Kata bujur dalam bahasa Sunda berarti ‘pantat’, sedangkan dalam bahasa
   Batak berarti ‘terima kasih’, dan dalam bahasa Indonesia berarti ‘panjang’.
4) perbedaan bidang khusus
   Dalam bidang kedokteran kata koma berarti ‘sekarat’, sedangkan dalam bidang
   bahasa berarti ‘salah satu tanda baca untuk jeda’. Kata operasi dalam bidang
   kedokteran berarti ‘bedah, bedel’, dalam bidang kemiliteran atau yang lain berarti
   ‘tindakan’, dan dalam bidang pendidikan berarti ‘pelaksanaan rencana proses belajar
   mengajar yang telah dikembangkan secara rinci’.
5) perubahan konotasi
   Kata penyesuaian berarti ‘penyamaan’, tetapi agar orang lain tidak terkejut atau
   marah, kata itu dipakai untuk makna ‘penaikan’. Misalnya penaikan harga menjadi
   penyesuian harga.


                                                                                     6
Perkembangan lain dalam bahasa Indonesia adalah pergantian ejaan. Sejak 1972
bahasa Indonesia memakai sistem ejaan yang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan
(EYD), yang dalam kenyataannya sampai sekarang belum diperhatikan penuh oleh
masyarakat pemakainya. Karena itu, kesalahan pemakaian masih banyak terjadi.
Misalnya, banyak orang masih kesulitan membedakan pemakaian huruf kecil dan huruf
kapital; pemakaian singkatan nama diri, nama gelar, dan nama lembaga. Padahal, jika
diperhatikan, pemakaian ejaan dapat juga membedakan makna.
    Perhatikan contoh kedua kalimat matematis ini! Perbedaan ada pada pemakaian
tanda baca koma.
Diketahui A = 4, berapa nilai B, C, D, dan E pada pernyataan berikut?
1) A = B, C, D, dan E.
2) A = B, C, D dan E.

Contoh lain tentang pemakaian huruf kapital dan huruf kecil:
Kemarin ibu pergi dengan Ibu Neneng.
Orang Sumedang makan tahu sumedang.

    Kesalahan lain yang sering dijumpai adalah pelafalan yang taksesuai dengan kaidah
ejaan. Menurut EYD, setiap kata dilafalkan sesuai dengan hurufnya, kecuali untuk nama
diri. Untuk nama diri, penulisan dan pengucapan merupakan hak otonomi pribadi.
Misalnya, Deassy, Dessy, Desy, Desie, Desi, Deasie; Yenny, Yeny, Yenni, Yennie,
Yenie, atau Yeni. Namun, masih banyak di antara kita yang “buta huruf” sehingga
takdapat membedakan huruf c dan huruf k, dan huruf s; atau huruf t dengan huruf c,
dalam beberapa kata yang berbeda.
    Karena kurang perhatian pada hal-hal sepele itu, banyak orang melafalkan secara
taktepat untuk kata-kata panitia, unit, pasca, aksesoris, akhir, bathin, dan sebagainya.

e. Sikap dan Kesadaran Berbahasa
    Kita memiliki politik bahasa nasional – kekuatan politis (political will) untuk
menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pada sisi lain, justru banyak
penyimpangan dari kekuatan pedoman itu sehingga timbul pertanyaan apakah berlaku
hukum ''di situ ada aturan, di situ pula ada pelanggaran''. Penelusuran dua variabel ini
memungkinkan kita untuk dapat mengantisipasi sikap kita terhadap kasus-kasus seperti
itu secara proporsional. Lebih-lebih sebagai cendekiawan, kita memiliki peran strategis



                                                                                           7
untuk menegakkan kebenaran politis dalam menjunjung martabat bahasa Indonesia,
sekaligus mengangkat jatidiri bangsa.
    Politik bahasa nasioanl memberikan bobot kekuatan terhadap bahasa Indonesia
dibandingkan dengan bahasa daerah atau bahasa asing. Salah satu fungsi politik bahasa
nasional   adalah    memberikan      dasar   dan   pengarahan   bagi   perencanaan   dan
pengembangan bahasa nasional sehingga dapat memberikan jawaban tentang fungsi dan
kedudukan bahasa (nasional) dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Alih-alih kita
tahu bahwa Sumpah Pemuda 1928 tidak hanya mengakui, tetapi juga menjunjung tinggi
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dengan demikian, mendudukkan bahasa
Indonesia dalam status yang tinggi tidaklah berlebihan, malah sudah sepantasnya.
    Kita ketahui bahwa bahasa Indonesia memiliki posisi penting dalam hubungannya
dengan bahasa lain. Kita dituntut untuk memiliki perencanaan matang dan terarah
dalam menghadapi perubahan dan perkembangan kebudayaan. Itulah yang dinamakan
kemantapan dinamis.
    Pada pihak lain, banyak di antara kita yang kurang atau bahkan tidak
memperhatikan posisi bahasa Indonesia. Dengan berbagai alasan, mereka banyak
menyelipkan kata – bahkan kalimat – berbahasa asing, baik secara lisan maupun secara
tertulis tanpa memperhatikan sasaran yang dituju. Jangan jauh-jauh, kita lihat saja
orang-orang di sekitar kita atau kita berjalan-jalan ke toko di seantero Nusantara.
Banyak di antara mereka menggunakan kata berbahasa asing (baca: Inggris!). Padahal
kita atau orang-orang yang berkunjung ke toko tersebut tidak mengerti bahasa Inggris.
    Alasan mereka berkisar pada hal-hal yang sebenarnya tidak tepat dijadikan alasan.
Misalnya, bahasa Indonesia kaku, di dalam bahasa Indonesia kata asing itu tidak ada,
atau bahasa Indonesia tidak menarik minat calon pembeli. Singkatnya, bahasa Indonesia
tidak bergengsi tinggi.
    Jika kita telusuri, yang kaku bukan bahasa Indonesia, melainkan kita sebagai
pemakainya. Bahasa Indonesia memiliki imbuhan untuk pengaya kata. Jadi, jika belum
ada kata yang tepat, kita cari dalam kamus, kita ikuti prosedur pembentukan kata atau
istilah baru. Jika bahasa Indonesia kurang bergengsi, kitalah yang bertanggung jawab
menaikkan gengsinya karena kita pemilik sekaligus pemakainya.
    Sebenarnya, kalau kita sadari, banyak dukungan politis bagi pengindonesiaan kata
dan istilah asing, antara lain, sebagai berikut:
1. Sumpah Pemuda 1928;


                                                                                        8
2. UUD 1945, Bab XV Pasal 36 tentang bahasa negara;
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 tentang penggunaan
  Ejaan yang Disempurnakan;
4. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 tanggal 28 Oktober
  1991 tentang pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam rangka pemantapan persatuan
  dan kesatuan bangsa;
5. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1/U/1992
  tanggal 10 April 1992 tentang peningkatan usaha pemasyarakatan bahasa Indonesia
  dalam memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa; dan
6. Surat Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia kepada Gubernur, Walikota, dan
  Bupati Nomor 434/1021/SJ tanggal 16 Maret 1995 tentang penertiban penggunaan
  istilah asing.
  Sayangnya, keenam butir tersebut hanya hanya dilirik dan ditaati selama empat
tahun. Setelah pergantian menteri, keenam butir itu tidak diperhatikan lagi, baik oleh
perseorangan, lembaga swasta, maupun lembaga pemerintah. Contoh kecil, hampir di
pelbagai perguruan tinggi di seluruh Nusantara ada gedung yang dinamakan Student
Centre atau Student Center. Mengapa tidak memakai Gedung Mahasiswa atau Pusat
Mahasiswa atau yang lainnya karena penghuninya masyarakat bahasa Indonesia?
Mengapa pula di jalan yang banyak dilalui angkutan kota terdapat rambu yang
bertuliskan Slow Down? Apakah semua sopir angkutan kota mengerti bahasa Inggris?
Contoh lain, di pertokoan sangat marak pemakaian kata-kata asing, padahal
pengunjungnya sangat sedikit yang mengerti bahasa asing secara baik.
  Pemakaian kata atau istilah asing tampaknya dipandang sebagai peningkat gengsi
sosial. Padahal, kalau kita sadari bersama secara kompak, bahasa Indonesia pun bisa
dipakai untuk menaikkan gengsi sosial. Misalnya, ketika kita masuk ke sebuah pusat
perbelanjaan yang megah dan di sana kita lihat label-label barang dan nama-nama sudut
toko memakai bahasa Indonesia, secara psikologis gengsi kita tetap sebagai orang
“kotaan”, orang “modern”. Yang menurunkan atau menaikkan gengsi sosial kita dalam
hal ini mungkin saja pakaian dan cara kita berpakaian atau juga perilaku kita secara
menyeluruh.




                                                                                    9
4.1.2 Perlatihan
Ucapkan kata-kata atau singkatan/akronim di bawah ini sesuai dengan abjad yang
berlaku dalam bahasa Indonesia! Adakah perbedaan ucapan dan mengapa hal itu
terjadi?

AIDS/ HIV
TransTV
TVRI
MetroTV
Bandung TV
SCTV
ANTV
WHO
MTQ
HP
IM3
P3K
psikologi
unsur
unit
volume
Indonesia (dalam lagu “Indonesia Raya”
pascasarjana
acara
panitia
logistik
http://www.dewek.com




Bedakan penulisan singkatan nama diri dan nama gelar:

Dede Surede Syarif Hidayat Sarjana Hukum

Bagaimana pendapat Anda tentang hal-hal berikut?


                                                                            10
Tadi Ibu menemui Ibu Asep atau Tadi ibu pergi dengan Ibu Asep atau …
Buku kamu ada di saya.
Coba kasih buka itu pintu.
Gue lagi cekak ne.
Apa sech yang kamu risaukan?
Semua sudah pada pergi.

4.1.3 Rangkuman
    Bahasa Indonesia masih harus dipelajari di perguruan tinggi disebabkan oleh empat
faktor yang harus kita perhatikan. Keempat faktor tersebut adalah (1) kedudukan dan
fungsi bahasa Indonesia, (2) variasi pemakaian bahasa Indonesia, (3) perkembangan
bahasa Indonesia, dan (4) sikap dan kesadaran berbahasa Indonesia.

4.1.4 Tes Formatif
1. Mengapa di perguruan tinggi ada mata kuliah pengembangan kepribadian seperti
  mata kuliah Bahasa Indonesia?
2. Uraikan empat fungsi bahasa dalam kedudukannya sebagai bahasa negara dan bahasa
  nasional!
3. Bedakan variasi pemakaian bahasa Indoensia ragam santai dan ragam ilmiah!
4. Uraikan dengan contoh tiga macam variasi pemakaian bahasa Indonesia.
5. Mengapa dalam bahasa Indonesia terjadi variasi pemakaian?
6. Sejak kapan EYD diberlakukan dan mengapa berorientasi pada bahasa Inggris?
7. Mengapa akhir tahun 1990-an banyak muncul kata baru dari bahasa Arab?
8. Tulislah lima kosakata baru takbaku dan lima kosakata baku!
9. Bagaimana sikap Anda terhadap dosen yang banyak menyelipkan kata asing padahal
  kata tersebut ada dalam bahasa Indonesia?
10. Bagaimana pendapat Anda tentang bahasa Indonesia yang harus dijunjung seperti
  tercantum dalam Sumpah Pemuda?




                                                                                  11
4.1..5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
  Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
  jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
  tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:

                                  Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan =                                               x 100%
                                               10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89%     = baik
70% – 79%     = sedang
≤ 69%         = kurang

Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar I.




                                                                                12
4.2 Kegiatan Belajar II

4.2.1 Ejaan Yan g Disempurnakan

4.2.1.1 Pemakaian Huruf

   A. Huruf Abjad
          Abjad yang digunakan dalam bahasa Inonesia terdiri atas huruf berikut. Nama
tiap huruf disertakan di sebelahnya.

           Huruf        Nama   Huruf     Nama     Huruf   Nama
           Aa           a      Jj        jé       Ss      és
           Bb           bé     Kk        ka       Tt      té
           Cc           cé     Ll        él       Uu      u
           Dd           dé     Mm        ém       Vv      vé
           Ee           é      Nn        én       Ww      wé
           Ff           éf     Oo        o        Xx      eks
           Gg           gé     Pp        pé       Yy      yé
           Hh           ha     Qq        ki       Zz      zét
           Ii           i      Rr        ér

   B. Huruf Vokal
         Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas a, e, i, o,
dan u.

                                              Contoh pemakaian dalam kata
              Huruf Vokal              di awal         di tengah        di akhir
                   a                     api              padi             lusa
                                        enak             petak             sore
                   e*                   emas             kena              tipe
                                          itu           simpan           murni
                    i                    oleh             kota            radio
                    o                   ulang            bumi               ibu
                    u

          Dalam pengujaran lafal kata dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata
menimbulkan keraguan.
Misalnya:
    Anak-anak bermain di teras (téras).
    Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
    Kami menonton film seri (séri).
    Pertandingan itu berakhir seri.



                                                                                   13
C. Huruf Konsonan
          Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas
huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k,l,m,n, p, q, r, s, t, v, w, dan z.

             Huruf                           Contoh Pemakaian dalam Kata
            Konsonan              di awal                 di tengah        di akhir
                 b                bahasa                    sebut           adab
                 c                cakap                      kaca             -
                 d                  dua                      ada            abad
                 f                 fakir                     kafir          maaf
                 g                 guna                      tiga           balig
                 h                  hari                   saham            tuah
                 j                 jalan                    manja          mikraj
                 k                 kami                     paksa           sesak
                                     -                     rakyat*         bapak
                 l                 lekas                     alas           kesal
                m                  maka                     kama            diam
                 n                 nama                     anak            daun
                p                 pasang                     apa            siap
               q**                 quran                   furqan             -
                 r                 raih                      bara           putar
                 s                sampai                    asli           lemas
                 t                  tali                    mata            rapat
                 v                 varia                     lava             -
                w                 wanita                    hawa              -
               x**                xenon                       -               -
                 y                 yakin                   payung             -
                 z                 zeni                     lazim            juz




                                                                                      14
D. Huruf Diftong
   Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au,
   dan oi.

       Huruf                         Contoh Pemakaian dalam Kata
       Diftong             di awal            di tengah                 di akhir
          ai                 ain               syaitan                   pandai
         au                  aula              saudara                  harimau
          oi                  -                 boikot                   amboi


E. Gabungan Huruf Konsonan
   Di dalam bahas Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
   konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.

     Gabungan                        Contoh Pemakaian dalam Kata
      Huruf                di awal            di tengah                 di akhir
     Konsonan
        kh                  khusus              akhir                        tarikh
        ng                   ngilu             bangun                       senang
        ny                   nyata             hanyut                           -
        sy                  syarat             isyarat                       arasy

F. Pemenggalan Kata*)
    1. Pemenggalan pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
        a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu
             dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.
             Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah
             Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga
             pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
             Misalnya:
                   au-la                  bukan           a-u-la
                   sau-da-ra              bukan           sa-u-da-ra
                   am-boi                 bukan           am-bo-i
        b. Jika di tengah kata ada konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan,
             di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf
             konsonan.
             Misalnya:
                   ba-pak                 ba-rang                  su-lit

                                                                                      15
la-wan                 de-ngan                      ke-nyang
            mu-ta-khir
   c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan,
      pemenggalan dilakukan di antara ke dua huruf konsonan itu.
      Gabungan-gabungan konsonan tidak pernah diceraikan.
      Misalnya:
            man-di                 som-bong           swas-ta
            cap-lok                          Ap-ril             bang-sa
            makh-luk
   d. Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan
      pemenggalan dilakukan di antara dua huruf konsonan yang pertama dan
      huruf konsonan yang kedua.
      Misalnya:
            ins-tru-men            ul-tra
            in-fra                 bang-krut
            ben-trok               ikh-las
2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami
   perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan
   kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
   Misalnya:
            makan-an               me-rasa-kan
            mem-bantu              pergi-lah
   Catatan:
         a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak
              dipenggal.
         b. Akhiran –i tidak dipenggal, (Lihat juga keterangan tentang tanda
              hubung, BabV, Pasal E, Ayat 1).
         c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan
              sebagai berikut.
              Misalnya:
              te-lun-juk
              si-nam-bung
              ge-li-gi


                                                                           16
3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu
            dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di
            antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan
            kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.
            Misalnya:
                      bio-grafi, bi-o-gra-fi
                      foto-grafi, fo-to-gra-fi
                      intro-speksi, in-tro-spek-si
                      kilo-gram, ki-lo-gram
                      pasca-panen, pas-ca-pa-nen

            Keterangan:
            Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan
            Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali ada pertimbangan
            khusus.

4.2.1.2 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

   A. Huruf Kapital atau Huruf Besar
       1.   Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebgai huruf pertama kata pada
            awal kalimat. Misalnya:
                  Dia mengantuk.
                  Apa maksudnya?
                  Kita harus belekrja keras.
                  Pekerjaan itu belum selesai.
       2.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
            Misalnya:
                  Adik bertanya, ”Kapan kita ulang?”
                  Bapak menasihatkan, “berhati-hatilah, Nak!”
                  “Kemarin engkau terlambat, “
                  “Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat.”
       3.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
            berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti
            untuk Tuhan.



                                                                                  17
Misalnya:
          Allah                            Alkitab       Islam
          Yang Maha Kuasa                  Quran         Kristen
          Yang Maha Pengasih               Weda
          Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
          Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
     keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
     Misalnya:
          Mahaputra Yamin
          Sultan Hasanuddin
          Haji Agus Salim
          Imam Syafii
          Nabi Ibrahim
     Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
     keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
     Misalnya:
          Dia baru saja diangkat sebagai sultan.
          Tahun ini ia pergi naik haji.
5.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
     pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
     nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
     Misalnya:
          Wakil Presiden Adam Malik
          Perdana Menteri Nehru
          Profesor Supomo
          Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian
          Gubernur Irian Jaya
     Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan
     pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
     Misalnya:
          Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
          Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.


                                                                           18
6.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
     Misalnya:
          Amir Hamzah
          Dewi Sartika
          Wage Rudolf Supratman
          Halim Perdanakusumah
          Ampere
     Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
     digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
     Misalnya:
          mesin diesel
          10 volt
          5 ampere
7.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa,
     dan bahasa.
     Misalnya:
          bangsa Indonesia
          suku Sunda
          bahasa Inggris
     Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan
     bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
     Misalnya:
          mengindonesiakan kata asing
          keinggris-inggrisan
8.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya ,
     dan peristiwa sejarah.
     Misalnya:
          bulan Agustus             hari Natal
          bulan Maulid              Perang Candu
          hari Galungan             tahun Hijriah
          hari Lebaran              Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
     Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
     tidak dipakai sebagai nama.


                                                                            19
Misalnya:
           Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
     Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
9.   Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
     Misalnya:
           Asia Tenggara              Kali Brantas
           Banyuwangi                 Lembah Baliem
           Bukit Barisan              Ngarai Sianok
           Cirebon                    Pegunungan Jayawijaya
           Danau Toba                 Selat Lombok
           Dataran Tinggi Dieng       Tanjung Harapan
           Gunung Semeru              Teluk Benggala
           Jalan Dipenogoro           Terusan Suez
           Jazirah Arab
     Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang
     tidak menjadi unsur nama diri.
     Misalnya:
           berlayar ke teluk
           mandi di kali
           menyebrangi selat
           pergi ke arah tenggara
     Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
     digunakan sebagai nama jenis.
     Misalnya:
           garam inggris
           gula jawa
           kacang bogor
           pisang ambon
10. Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama semua unsur nama negara,
     lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi
     kecuali kata seperti dan.
     Misalnya:
        Republik Indonesia


                                                                          20
Majelis Permusyawarahan Rakyat
       Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
       Badan Kesejahtraan Ibu dan Anak
       Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.
    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
    resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama
    dokumen resmi.
    Misalnya:
       Menjadi sebuiah republik
       Beberapa badan hukum
       Kerja sama antara pemerintah dan rakyat
       Menurut undang-undang yang berlaku
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
    sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
    ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
    Misalnya:
       Perserikatan Bangsa-Bangsa
       Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial.
       Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
       Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua
    unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan
    judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang
    tidak terletak pada posisi awal.
    Misalnya:
       Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
       Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
    pangkat, dan sapaan.
    Misalnya:
       Dr.   doktor
       M.A. Master of Arts
       Tn.   Tuan


                                                                             21
Sdr. Saudara
   14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
       kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
       dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
       Misalnya:
          “Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.
          Adik Bertanya, “Itu apa, Bu?”
          Surat Saudara sudah saya terima.
          “Silakan duduk, Dik!” Kata Ucok.
       Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
       kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
       Misalnya:
          Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
          Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
   15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
       Misalnya:
          Sudahkah Anda tahu?
          Surat Anda telah kami terima.

B. Huruf Miring
   1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
      dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
      Misalnya:
          Majalah Bahasa dan Kesusastraan.
          Buku Negarakertagama karangan Prapanca.
          Surat kabar Suara Karya.
   2. Huruf   miring    dalam    cetakan     dipakai   untuk    menegaskan   atau
      mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
      Misalnya:
          Huruf pertama kata abad ialah a.
          Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
          Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
          Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.



                                                                               22
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah
          atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan dengan ejaannya.
          Misalnya:
               Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
               Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
               Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia.’
          tetapi:
               Negara itu telah mengalami empat kudeta.

4.2.1.3 Penulisan Kata

    A. Kata Dasar
          Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
          Misalnya:
               Ibu percaya bahwa engkau tahu.
               Kantor pajak penuh sesak.
               Bukan itu sangat tebal.

    B. Kata Turunan
       1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
          Misalnya:
               bergeletar
               dikelola
               penetapan
               menengok
               mempermainkan
       2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
          serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (lihat
          juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5)
          Misalnya:
               bertepuk tangan              garis bawahi
               menganak sungai              sebar luaskan




                                                                                   23
3. Jika bentuk dasar yang berupa kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
      unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang
      tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat5)
      Misalnya:
           menggarisbawahi        menyebarluaskan
           dilipatgandakan        penghancurleburan
   4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
      gabungan kata itu ditulis serangkai.
      Misalnya:
           adipati                mahasiswa             kolonialisme
           asrodinamika                  mancanegara            tritunggal
           antarkota              multilatera           kosponsor
           introspeksi            transmigrasi          ultramodern

Catatan:
           (1)    Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah
                  huruf kapital, di antara dua unsur itu dituliskan tanda hubung (-).
                  Misalnya:
                  non-Indonesia          pan-afrikanisme
           (2)    Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan
                  kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
                  Misalnya:
                  Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
                  Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

C. Bentuk Ulang
      Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
      Misalnya:
           anak-anak                     gerak-gerik
           biri-biri                     huru-hara
           buku-buku                     lauk-pauk
           bumiputra-bumiputra           mondar-mandir




                                                                                    24
D. Gabungan Kata
   1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
      unsur-unsurnya ditulis terpisah.
      Misalnya:
           duta besar                    mata pelajaran
           orang tua                     simpang empat
           kambing hitam                 meja tulis
           persegi panjang               kereta api cepat luar biasa
   2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
      kesalahan pengertian, ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
      pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
      Misalnya:
           alat pandang-dengar           buku sejarah-baru
           ibu-bapak kami                orang-tua muda
           anak-istri saya               mesin-hitung tangan
   4. Gabungan kata ini ditulis serangkai.
      Misalnya:
           acapkali              manakala       adakalanya       manasuka
           bagaimana             olahraga       padahal          barangkali
           paramasastra          belasungkawa peribahasa         saputangan
           daripada              segitiga       sebagaimana dukacita

E. Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya
   Kata ganti –ku dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku,
   -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinnya.
   Misalnya:
      Apa yang kumiliki boleh kauambil.
      Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

F. Kata Depan di, ke, dan dari
   Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali
   di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti
   kepada dan daripada. (Lihat jiga Bab III, Pasal D, Ayat 3).
   Misalnya:


                                                                                25
Kain itu terletak di dalam lemari.
      Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
      Ia datang dari Surabaya kemarin.

   Catatan:
   Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai.
      Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad
      Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
      Ia masuk, lalu keluar lagi.
      Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 maret 1966.
      Bawa kemari gambar itu.
      Kemarikan buku itu.
      Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu.

G. Kata si dan sang
   Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
   Misalnya:
      Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
      Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim

H. Partikel
   1. Partikel -lah, -kah, dan –tah diteulis serangkai dengan kata yang
      mendahuluinya.
      Misalnya:
           Bacalah buku itu baik-baik..
           Jakarta adalah Ibukota Republik Indonesia.
           Apakah yang tersirat dalam surat iotu?
           Siapakah gerangan dia?
           Apatah gunanya bersedih hati?
   2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
      Misalnya:
      Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
      Jangankan dua kali,satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.




                                                                              26
Catatan:
               Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun,
               ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,
               meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
           Misalnya:
               Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
               Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
               Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstasi.
               Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaan dapat dijadikan
               pegangan.
               Walaupun miskin, ia selalu gembira.
       3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
           bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
           Misalnya:
               Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
               Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
               Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.

4.2.1.4 Singkatan dan Akronim
       1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
           lebih.
           a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
               dengan tanda titik.
               Misalnya:
                       A.S. Kramawijaya
                       M.B.A.        master of business administration
                       Bpk.          bapak
           b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan
               atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal
               kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
               Misalnya:
                       DPR           : Dewan Perwakilan Rakyat
                       GBHN          : Garis-Garis Besar Haluan Negara



                                                                                         27
KTP         : Kartu Tanda Pengenal
   c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda
      titik.
       Misalnya:
                 dll.        dan lain-lain
                 dst.        dan seterusnya
                 Yth.        yang terhormat
       tetapi:
                 a.n.        atas nama
                 d.a.        dengan alamat
                 u.b.        untuk beliau
   d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
      uang tidak diikuti tanda titik.
      Misalnya:
                 Cu          kuprum
                 TNT         trinitrotoluen
                 cm          centimeter
                 kg          kilogram
                 Rp          rupiah
2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
   kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
   diperlakukan sebagai kata.
   a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
      ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
      Misalnya:
                 ABRI        Angkata Bersenjata Republik Indonesia
                 LAN         Lembaga Administrasi Negara
                 SIM         Surat Izin Mengemudi
   b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
      huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
      kapital.
      Misalnya:
                 Akabri      Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia


                                                                             28
Bappenas        Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
                      Kowani          Kongres Wanita Indonesia
          c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
              ataupun gabungan huruf dan suku kata dai deret kata seluruhnya ditulis
              dengan huruf kecil.
              Misalnya:
                      pemilu          pemilihan umum
                      rudal           peluru kendali
                      tilang          bukti pelanggaran

         Catatan:
              Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan
              syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi
              jumlah suku kata yang lazim pada suku kata Indonesia. (2) Akronim
              dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
              konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

4.2.1.5 Angka dan Lambang Bilangan
      1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
          tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi.
              angka arab:             0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
              angka romawi:           I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C
                                      (100), D (500), M (1.000).
      2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
          (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iiii) kuantitas.
          Misalnya:
              0,5 sentimeter                  5 kilogram               4 meter persegi
              10 liter                        Rp5.000,00               2.000 rupiah
              1 jam 20 menit                  17 Agustus 1945          27 orang
      3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
          atau kamar pada alamat.
          Misalnya:
              Jalan Tanah Abang I No. 15
              Hotel Indonesia, kamar 169


                                                                                         29
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
       suci.
   Misalnya:
       Bab X, Pasal 5, Halaman 206
       Surah Yasiin: 9
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
   a. Bilangan Utuh
   Misalnya:
       dua belas           12
       dua puluh dua       22
       dua ratus dua puluh dua    222
   b. Bilangan Pecahan
   Misalnya:
       setengah            ½
       tiga per empat      ¾
       satu persen         1%
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang
   berikut.
   Misalnya:
       Paku Bumono X
       Paku Buwono ke-10
       Paku Buwono kesepuluh
7. Penulisan lambang bilangan tyang mendapat akhiran –an mengikuti cara
   yang berikut (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E,
   Ayat5)
   Misalnya:
       tahun’50-an         atau   tahun lima puluhan
       uang 5000-an        atau   uang lima ribuan
       uang lima 1000-an atau     uang lima seribuan
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
   dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
   berurutan seperti dalam perincian dan pemaparan.



                                                                          30
Misalnya:
       Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
       Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
       Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju,
       dan 5 orang memberikan suara blangko.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
   susunan kalimat diubahsehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
   dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada kalimat.
   Misalnya:
       Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
       Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
   Bukan:
       15 orang tewas dalam kecelakan itu.
       250 orang tamu diundang Pak Darmo
       Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
10. Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
   supaya lebih mudah dibaca.
   Misalnya:
       Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
       Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus adalam teks
   kecuali dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
   Misalnya:
       Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
       Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
   Bukan:
       Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
       Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
   tepat.
   Misalnya:
       Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus
       sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima per seratus rupiah).


                                                                            31
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus
                     sembilan puluh sembilan dan tujuh puluih lima per seratus) rupiah.

4.2.1.6 Penulisan Unsur Serapan
    Dalam perekembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa
lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab,
Portugis, Belanda, atau Inggris.
    Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi
atas dua golongan besar.
    Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke adalam bahasa
Indonesia seperti reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I‘homme par I’homme.
Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti bentuk asalnya.
    Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya.
    Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut.
     aa (Belanda)          menjadi       a
           paal                          pal
           ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
           aerobe                        aerob
           ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
           haemoglobin                   hemoglobin
           ai tetap ai
           trailer                       trailer
           au tetap au
           audiogram                     audiogram
           c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
           construction                  konstruksi
           c di muka e, I, oe, dan y menjadi s
           circulation                   sirkulasi
           cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k



                                                                                          32
accomodation                 akomodasi
cc di muka e dan I menjadi ks
vaccine                      vaksin
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
charisma                     karisma
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
machine                      mesin
ch yang lafalnya c menjadi c
China                        Cina
Ç (Sanskerta) menjadi s
Çabda                        sabda
e tetap e
description                  deskripsi
ea tetap ea
idealist                     idealis
ee (belanda) menjadi e
systeem                      sistem
ei tetap ei
eicosane                     eikosan
eo tetap eo
geometry                     geometri
eu tetap eu
neutron                      neutron
f tetap f
fanatic                      fanatik
gh menjadi g
sorghum                      sorgum
gue menjadi ge
gigue                        gige
i, pada awal suku kata di muka vokal, tetap i
ion                          ion
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
politiek                     politik


                                                  33
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
patient                        pasien
kh (Arab) tetap kh
khusus                         khusus
ng tetap ng
contingent                     contingen
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen                      estrogen
oo (Belanda) menjadi o
komfoor                        kompor
oo (Inggris) menjadi u
cartoon                        kartun
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology                        zoologi
ou menjadi u jika lafalnya u
gouvernour                     gubernur
ph menjadi f
physiology                     fisiologi
ps tetap ps
pshychiatry                    psikiatri
pt tetap pt
pteridology                    pteridologi
q menjadi k
aquarium                       akuarium
rh menjadi r
rhapsody                       rapsodi
sc di muka a, o, u, dan konsonan nebjadi sk
scandium                       skandium
sc di muka e, I, dan y menjadi s
scenography                    senografi
sch di muka vokal menjadi sk
schema                         skema
t di muka I menjadi s jika lafalnya s


                                              34
action                        aksi
       th menjadi t
       theocracy                     teokrasi
       u tetap u
       structure                     struktur
       ua tetap ua
       aquarium                      akuarium
       ue tetap ue
       duet                          duet
       ui tetap ui
       conduite                      konduite
       uo tetap uo
       quota                         kuota
       uu menjadi u
       prematuur                     prematur
       v tetap v
       television                    televisi
       x pada awal kata tetap x
       xanthate                      xantat
       x pada posisi lain, menjadi ks
       executive                     eksekutif
       xc di muka e dan i menjadi ks
       excitation                    eksitasi
       xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
       exclusive                     eksklusif
       y tetap y jika lafalnya y
       yuan                          yuan
       y menjadi i jika lafalnya i
       psychology                    psikologi
       z tetap z
       zygote                        zigot
       Konsonan       ganda   menjadi       konsonan   tunggal   kecuali   kalau   dapat
membingungkan.


                                                                                     35
Misalnya:
           accu                      aki
           effect                    efek
           ferrum                    ferum
        tetapi:
           mass                      massa

Catatan:
   1.   Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi
        diubah.
        Misalnya:
           kabar                     sirsak
           iklan                     perlu
           bengkel                   hadir
   2.   Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai
        bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua hururf itu
        diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu
        dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama
        dan istilah khusus.
                  Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas,
        berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam
        bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata
        seperti standarisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping
        kata standar, efek, dan implemen.
        aat (Belanda) menjadi at
        advokaat                     advokat
        plaat                        plat
        tractaat                     traktat
        age menjadi ase
        percentage                   persentase
        etalage                      etalase
        al, eel (Belanda), aal (Belanda) menjadi al
        structural, structureel      struktural


                                                                                    36
formal, formeel               formal
normal, normaal               normal
ant menjadi an
accountant                    akuntan
informant                     informan
archy, archie (Belanda) menjadi arki
anarchy, anarchie             anarki
olgarchy, oligarchie          oligarki
ary, air (Belanda) menjadi er
complementary, complementair            komplementer
primary, primair              primer
secondary, secondair          sekunder
(a)tion, (a)tie (Belanda) menjadi asi, si
action, actie                 aksi
publication, publicatie       publikasi
eel (Belanda) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris menjadi il
materieel,                    materiil
moreel                        moril
principieel                   prinsipiil
ein tetap ein
casein                        kasein
ic, ics, ique, iek, ica (nomina) menjadi ik, ika
logic, logica                 logika
physics, physica              fisika
technique, techniek           teknik
ic (nomina) menjadi ik
electronic                    elektronik
ic, ical, isch (adjektiva) menjadi is
elctronic, elektronisch       elektronis
economical, economisch        ekonomis
ile, iel menjadi il
mobile, mobiel                mobil
ism, isme (Belanda) menjadi isme


                                                                          37
modernism, modernisme           modernisme
        ist menjadi is
        egoist                          egois
        ive, ief (Belanda) menjadi if
        descriptive, descriptief        deskriptif
        logue menjadi log
        dialogue                        dialog
        logy, logie (Belanda) menjadi log
        technology, technologie         teknologi
        loog (Belanda) menjadi log
        analoog                         analog
        oid, oide (Belanda) menjadi oid
        anthropoid, anthropoide         anthropoid
        oir(e) menjadi oar
        trottoir                        trotoar
        or, eur (Belanda) menjadi ur, ir
        director, directeur             direktur
        amateur                         amatir
        or tetap or
        dictator                        diktator
        ty, teit (Belanda) menjadi tas
        university, universiteit        universitas
        ure, uur (Belanda) menjadi ur
        structure, struktuur            struktur

4.2.2 Perlatihan

  1. A. Dalam Surat Kabar Suara Karya terdapat berita menarik.
     B. Dalam surat kabar Suara Karya terdapat berita menarik.
     C. Dalam surat kabar Suara Karya terdapat berita menarik.
     D. Dalam Surat Kabar Suara Karya terdapat berita menarik.

  2. A. Kita harus mengIndonesiakan kata-kata asing.
     B. Kita harus meng-Indonesiakan kata-kata Asing.



                                                                 38
C. Kita harus mengindonesiakan kata-kata asing.
   D. Kita harus mengindonesiakan kata-kata Asing.

3. A. Menurut Undang-undang Dasar itu semua warga negara mempunyai
       kedudukan yang sama.
   B. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 semua warga negara mempunyai
       kedudukan yang sama.
   C. Menurut Undang-undang dasar 1945 semua warga negara mempunyai
       kedudukan yang sama.
   D. Menurut undang-undang dasar 1945 semua warga negara mempunyai
       kedudukan yang sama.

4. A. Politik divide et-impera pernah merajalela di negeri ini.
   B. Politik Divide Et Impera pernah merajalela di negeri ini.
   C. Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.
   D. Politik divide et-impera pernah merajalela di Negeri ini.

5. A. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
   B. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha-Kuasa.
   C. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha-kuasa.
   D. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang maha-kuasa.

6. A. Untuk keperluan ini kami mencharter tiga buah mobil.
   B. Untuk keperluan ini kami men-charter tiga buah mobil.
   C. Untuk keperluan ini kami mencharter tiga buah mobil.
   D. Untuk keperluan ini kami men-charter tiga buah mobil.

7. A. Banyak penduduk Jakarta yang tidak berKTP.
   B. Banyak penduduk Jakarta yang tidak ber KTP.
   C. Banyak penduduk Jakarta yang tidak ber-ktp.
   D. Banyak penduduk Jakarta yang tidak ber-KTP.

8. Pemakaian huruf kapital pada kalimat berikut betul, kecuali …
   A. Dasar negara bangsa Indonesia adalah Pancasila.
   B. Sebagai umat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, kita harus beriman dan
      bertakwa kepada-Nya.


                                                                        39
C. Artikel yang berjudul “Kata Dan Puisi Kita Dewasa Ini” terdapat dalam
        Pikiran Rakyat.
     D. Sebelum menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, beliau pernah menjabat
        sebagai Panglima Kodam III Siliwangi.

  9. Penulisan kata yang semuanya benar terdapat pada …
     A. pertanggungan jawab         menaklukkan             sukacita
     B. pertanggung jawaban         menaklukan              suka cita
     C. pertanggungjawaban          menaklukkan             suka-cita
     D. pertanggungjawaban          menaklukkan             suka cita

  10. Penulisan kata serapan yang semuanya benar terdapat pada …
     A. standardisasi teoretis      hipotesis               metode
     B. standarisasi teoretis       hipotesis               metoda
     C. standardisasi teoritis      hipotesa                metodaD. standarisasi
       teoretis       hipotesa              metode

4.2.3 Rangkuman

- Pemenggalan kata harus berdasarkan suku kata, namun perlu juga diperhatikan jika
 kata yang kita penggal berimbuhan – i atau bersuku satu.
- Pemakaian huruf kapital dan huruf kecil bisa membedakan makna. Pemakaian huruf
 kapital diatur dalam lima belas macam.
- Pemakaian huruf miring untuk mengkhususkan huruf, kata, frasa, klausa, atau kalimat.
 Selain itu, huruf miring digunakan juga untuk menuliskan kata-kata takbaku, kata-kata
 atau istilah asing dan istilah ilmiah, dan menuliskan judul buku, majalah, nama koran,
 atau jurnal yang dikutip.
- Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat
 berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim
 pada suku kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian
 kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
- Penyerapan kata asing bisa dilakukan dengan penyesuaian lafal dan tulisan atau
 menyerap seutuhnya. Penyerapan seutuhnya dilakukan jika lafalnya sudah sesuai
 dengan lafal bahasa Indonesia.




                                                                                     40
4.2.4 Tes Formatif

1. Kata berikut baku kecuali…
  A. izin
  B. azas
  C. jenazah
  D. ijazah

2. Penggunaan huruf kapital yang benar terdapat pada kalimat ….
  A. Kita harus berusaha menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
  B. Pada Bulan Agustus ia akan berangkat ke Amerika.
  C. Di mana banyak terdapat Suku Jawa?
  D. Pegunungan yang membentang di dataran Sumatra itu bernama Bukit Barisan.

3. Pemakaian huruf miring atau garis bawah dibenarkan, kecuali untuk ….
  A. nama orang atau nama instansi alau lembaga.
  B. menegaskan bagian kata, kata, atau kelompok kata.
  C. menuliskan kata nama-nama ilmiah.
  D. menuliskan nama buku dan majalah yang dikutip dalam karangan.

4. Penulisan gabungan kata berikut salah, kecuali ….
   A. Kita harus pandai mendayagunakan segala yang kita miliki
   B. Atas perhatian Anda, kami sampaikan terima kasih.
   C. Tidak benar membebastugaskan pegawai tanpa alasan.
   D. Ada juga pengusaha non pribumi yang mau menjadi orang tua asuh.

5. Penulisan huruf kapital dalam kalimat berikut betul, kecuali ….
   A. Badak di Pulau Sumatera semakin berkurang.
   B. Tegangan listrik di rumah kami 220 Volt.
   C. Sebagai orang timur kita menghormati adat-istiadat kita.
   D. Harga gula jawa lebih murah daripada gula pasir.

6. Penulisan nama majalah yang benar ialah …
   A. Telah lama saya berlangganan Femina.
   B. Telah lama saya berlangganan “Femina”.
   C. Telah lama saya berlangganan “FEMINA”.


                                                                                41
D. Telah lama saya berlangganan FEMINA.

7. Penulisan singkatan yang benar ialah …
  A.           a.l. singkatan antara lain
  B.           a/n singkatan atas nama
  C.           s.d.a. singkatan sama dengan atas
  D.           d.a singkatan dengan alamat

8. A. Mohon ma’af lahir dan bathin.
      B. Mohon maap lahir dan bathin.
C C. Mohon maaf dlahir dan bathin.
D D. Mohon maaf lahir dan batin.

9. Penulisan yang benar menurut ejaan adalah….
      A. masyarakat, tidak syah, komplek
      B. masyarakat, tidak sah, komplek
      C. masyarakat, tidak sah, kompleks
      D. masyarakat, tidak syah, kompleks.

10.              Himpunan kata yang semua anggotanya benar ialah…
      A. advokat, propesi, bugenvil.
      B. zaman, azan, hewan
      C. metoda, dzikir, takzim
      D. akuarium, asesori, boutiq




                                                                    42
4.2.5 Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
  Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
  jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
  tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:

                                  Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan =                                               x 100%
                                               10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89%     = baik
70% – 79%     = sedang
≤ 69%         = kurang

Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar I.




                                                                               43
4.3 Kegiatan Belajar III

4.3.1 Ejaan yang Disempurnakan

4.3.1 Pemakaian Tanda Baca

    A. Tanda Titik (.)
       1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan.
           Misalnya:
               Ayahku tinggal di Solo.
               Biarlah mereka duduk di sana.
       2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
           ikhtisar, atau daftar
           Misalnya:
               a. III. Departemen Dalam Negeri
                       A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
                       B. Direktorat JenderaAgraria
                           1. …
               b. 1. Patokan Umum
                           1.1 Isi Karangan
                           1.2 Ilustrasi
                              1.2.1    Gambar Tangan
                              1.2.2    Tabel

           Catatan:
               Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
               bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir
               dalam deretan angka atau huruf.
       3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
      menunjukkan waktu.
         Misalnya:
                  Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
       4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
         menunjukkan jangka waktu.
         Misalnya:


                                                                                      44
1.30.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
  5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul, tulisan yang tidak berakhir
    dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
    Misalnya:
            Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai
                                       Poestaka.
  6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
    Misalnya:
               Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
  6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
    kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
    Misalnya:
               Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
               Nomor gironya 56456784.
  7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
    atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
    Misalnya:
               Acara Kunjungan Adam Malik
               Salah Asuhan
  8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
        atau (2) nama dan alamat penerima surat.
    Misalnya:
               Jalan Diponogoro 82
               Jakarta
               1 April 1991
               Yth. Sdr. Moh. Hassan
               Jalan Arif 43
               Palembang

B. Tanda Koma
   1.     Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
          pembilangan.




                                                                                  45
Misalnya:
         Saya membeli karcis, pena, dan tinta.
2.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
      kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau
      melainkan.
         Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
         Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
      jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
      Misalnya:
         Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
         Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
      kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
      Misalnya:
         Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
4. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung
     antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
     karena itu, jadi, meskipun begitu, dan tetapi.
      Misalnya:
         …. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
         …. Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
     kasihan, dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
     Misalnya:
         O, begitu?
         Wah, bukan main!
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
     dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M).
     Misalnya:
         Kata Ibu, “Saya gembira sekali.”




                                                                                46
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)bagian-bagian alamat,
   (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
   ditulis berurutan.
   Misalnya:
       Surat-surat ini dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran,
       Universitas Padjadjaran, Jalan Dipatiukur 35, Bandung.
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
   susunannya dalam daftar pustaka.
   Misalnya:
       Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
       Jilid I dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
   Misalnya:
       W.J.S. Poerwadarminta, Bahsa Indonesia untuk Karang-mengarang
       (Yogyakarta: UP Indonesia. 1967), hlm. 4.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
   mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
   atau marga.
   Misalnya:
       C. Ratulangi, S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka per sepuluhan atau di antara rupiah dan
   sen yang dinyatakan dengan angka.
   Misalnnya:
       12,5 m
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
   tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F).
   Misalnya:
       Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
   Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit
   tanda koma:
       Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia.
13. Tanda koma dapat dipakai – untuk menghindari salah baca – di belakang
   keterangan yang terdapat pada awal kalimat.


                                                                           47
Misalnya:
           Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
           yang bersungguh-sungguh.
       Bandingkan dengan:
           Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan
           dan pengembangan bahasa.
   14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
       lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
       dengan tanda tanya atau tanda seru.
       Misalnya:
           “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.

C. Tanda Titik Koma (;)
  1.   Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
       yang sejenis dan setara.
       Misalnya:
           Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
  2.   Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
       memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
       Misalnya:
          Ibu mengurus tanamannya di kebun itu; Ayah sibuk bekerja di dapur;
          Saya sendiri asyik mendengarkan siaran radio.

D. Tanda Titik Dua
   1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
       diikuti rangkaian atau pemerian.
       Misalnya:
           Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: Kursi, meja, dan
       lemari.
   1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau prian itu merupakan
       pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
       Misalnya:
           Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.




                                                                             48
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerluakan
   pemerian.
      Misalnya:
               Ketua      : Ahmad Wijaya
               Sekretaris : Nuri Handayani
               Bendahara: Darmawan
   3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
      menunjukkan pelaku dalam percakapan.
      Misalnya:
          Ibu      : (Meletakkan beberapa kopor)
                   “Bawa kopor ini, Mir!”
          Amir : “Baik, Bu (mengangkat kopor dan masuk)
   4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor halaman, (ii) di anatara
      bab dan ayat dalam Kitab Suci, (iii) di anatara judul dan anak judul suatu
      karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
      Misalnya:
          Tempo, I (1971), 34:7
          Surah Yaasin: 9
          Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
          Tjakranegara, Soetomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa
                    Persatuan Kita? Djakarta: Eresco.

E. Tanda Hubung (-)
   1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
      pergantian baris.
      Misalnya:
                 Di samping cara-cara lama itu ada
           ju-
             ga cara yang baru

      Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau
      pangkal baris.




                                                                                  49
Misalnya:
          Beberapa pendapat mengenai masalah itu
          telah disampaikan ….
          Walaupun sakit, mereka tetap tidak
          mau beranjak ….
   atau
          Beberapa pendapat mengenai masalah
          itu telah disampaikan ….
          Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau
       beranjak ….
   bukan
          Beberapa pendapat mengenai masalah i-
          tu telah disampaikan ….
          Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma-
          u beranjak …

2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya
   atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris
   Misalnya:

           Kini ada cara yang baru untuk
          meng-
          ukur panas.
          Senjata ini merupakan alat pertahan-
          an yang canggih.

   Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
   pangkal baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
   Misalnya:
      anak-anak
   Angka dua sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan
   notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
   bagian tanggal.

                                                                       50
Misalnya:
          p-a-n-i-t-i-a
          8-4-1973
    5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian
      kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
      Misalnya:
          ber-evolusi
          dua puluh lima-ribuan (20 5000)
      Bandingkan dengan:
          be-revolusi
          dua-puluhlima-ribuan (1 2500)
    6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se dengan kata berikutnya
      yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke dengan angka, (iii) angka dengan
      an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v)
      nama jabatan rangkap.
      Misalnya:
          se-Indonesia
          hadiah ke-2
          tahun 50-an
          mem-PHK-kan
          Menteri-Sekretaris Negara
   7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan
      unsur bahasa asing.
      Misalnya:
          di-smash

C. Tanda Pisah ( – )
   1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
      penjelasan di luar bangun kalimat.
      Misalnya:
         Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh
         bangsa itu sendiri.




                                                                              51
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang
      alin sehingga kalimat menjadi yang lebih jelas.
      Misalnya:
         Rangkaian temuan – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
         atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
   3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
      ‘sampai’.
      Misalnya:
         1910 – 1945
         Jakarta – Bandung

      Catatan:
      Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung
      tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Pengetikan dengan komputer bisa
      diakali dengan cara sebagai berikut: Tekan spasi (space bar), ketik angka,
      tekan spasi, ketik tanda hubung, tekan spasi, ketik angka lagi, lalu tekan
      spasi lagi. Setelah itu, untuk selanjutnya, tanda pisah bisa kita kopi.

D. Tanda Elipsis (…)
   1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang berputus-putus.
      Misalnya:
         Kalu begitu … ya, marilah kita bergerak.
   2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
      bagian yang dihilangkan.
      Misalnya:
         Sebab-sebab kemorosotan … akan diteliti lebih lanjut.
      Catatan:
      Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai
      empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu
      untuk menandai akhir kalimat.
      Misalnya:
         Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati …..
E. Tanda Tanya (?)
   1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.


                                                                                52
Misalnya:
         Kapan ia berangkat?
         Saudara tahu, bukan?
   2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
      kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
      Misalnya:
         Ia dilahirkan pada tahun 1987 (?).

F. Tanda Seru (!)
      Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
   atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun
   rasa emosi yang kuat.
      Misalnya:
         Alangkah seramnya peristiwa itu!
         Bersihkan kamar itu sekarang juga!
         Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya.

G. Tanda Kurung (….)
   1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
      Misalnya:
         Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian
         Kegiatan) kantor itu.
   2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
      integral pokok pembicaraan.
      Misalnya:
         Sajak Tranggono yang berjudul ”Ubud” (nama tempat terkenal di Bali)
         ditulis pada tahun 1962.
   3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
      dapat dihilangkan.
      Misalnya:
         Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
   4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan
      keterangan.
      Misalnya:


                                                                            53
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c)
      modal.

H. Tanda Kurung Siku ([… ])
   1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
      koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
      lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
      terdapat dalam naskah asli.
      Misalnya:
         Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
   2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelasan yang
      sudah bertanda kurung.
      Misalnya:
         Persaman kedua proses itu (perbedaannya [lihat halaman 35-38] tidak
         dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.

I. Tanda Petik Ganda (“…”)
   1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
      naskah atau bahan tertulis lain.
      Misalnya:
         Saya belum siap, ” kata Mira, “tunggu sebentar!”
         Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
   2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
      dalam kalimat.
      Misalnya:
         Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
      Tempat.
         Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
         Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo.
         Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
   3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
      mempunyai arti khusus.
      Misalnya:
         Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja.

                                                                               54
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
       langsung.
       Misanya:
          Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
    5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
       tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti
       khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
       Misalnya:
          Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.

       Catatan:
          Tanda petikpembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik
          itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.

M. Tanda Petik Tunggal (‘…’)
     1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
        Misalnya:
        Tanya Basri, “Kau dengan bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
     2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
        ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J).
        Misalnya:
          feed-back ‘balikan’

N. Tanda Garis Miring
     1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
         dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
         Misalnya:
          No. 7/PK/1973
          Jalan Kramat II/10
          tahun anggaran 1985/1986
     2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
         Misalnya:
         mahasiswa/mahasiswi
         harganya Rp1.500,00/lembar



                                                                                  55
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (’)
         Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau
         bagian angka tahun.
         Misalnya:
              Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
              Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)
              1 Januari ’88 (’88 = 1988)

4.3.2 Perlatihan
1. Penulisan lambang bilangan yang benar terdapat pada kalimat …
   A. Tujuh belas pemeras berhasil ditangkap.
   B. 17 pemeras berhasil ditangkap
   C. sebanyak 17 pemeras berhasil ditangkap
   D. tujuh belas (17) pemeras berhasil ditangkap.

2. Penggunaan tanda baca yang benar dalam kalimat ini ialah …
   A. Kata Momon, ”Mahasiswa sekarang kreatif”
   B. Kata Momon, ”Mahasiswa sekarang kreatif.”
   C. Kata Momon: ”Mahasiswa sekarang kreatif”
   D. Kata Momon: ”Mahasiswa sekarang kreatif.”

3. Kami berbicara … seluruh rakyat.
    A. a/n
    B. an.
    C. a.n.
    D. a/n.

4. Mungkin … akan meletus pada tahun 2099.
    A.          Perang Dunia ke-III
    B.          Perang Dunia ke-3
    C.          Perang Dunia ke III
    D.          Perang Dunia ke 3

5. Pembimbing saya adalah….
    A. Dr. Rifai M. Si.
    B. Dr Rifai Msi.
    C. Dr. Rifai, M.Si.


                                                                               56
D. Dr. Rifai, M Si.

6. Mereka mengharapkan sumbangan berupa …
     A. makanan, pakaian, dan obat-obatan.
     B. makanan, pakaian dan obat-obatan.
     C. makanan pakaian dan obat-obatan.
     D. makanan pakaian, dan obat-obatan.

7. Penulisan kata bilangan yang benar terdapat pada kalimat ….
     A. 15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
     B. Kami memerlukan 10 (sepuluh) buah bus pegawai.
     C. Dua ratus lima puluh orang tamu diundang dalam pertemuan itu.
     D. Anna menonton drama itu sampai tiga kali.

8. Penggunaan tanda koma yang benar terdapat dalam kalimat ….
     A. Dia lupa akan janjinya, karena sibuk
     B. Semua siswa yang lulus ujian, mendaftarkan namanya pada panitia
     C. Kita memerlukan meja, kursi, dan lemari.
     D. Saya tahu, bahwa soal itu penting.

9.    Pemakaian tanda baca yang taktepat terdapat dalam kalimat …
      A. Mengenai sakitnya itu, katanya, harus dikonsultasikan pada dokter.
      B. Dokter sibuk memeriksa pasien; sementara suster menyiapkan alat suntik.
      C. Seorang penderita AIDS meninggal di RS. Hasan Sadikin, Bandung.
      D. “Ingatlah, Jang”, kata Ida kepada adiknya, “jangan jajan sembarangan!”

10. Pemakaian tanda titik yang tepat terdapat dalam kalimat …
     A. Moh.Yogie. SM adalah mantan Gubernur Jawa Barat.
     B. Buku Teori Ekonomi Makro dikarang oleh Drs. Linus Suryadi d.k.k.
     C. Bukti-bukti penyimpangan itu ditulis pada hlm. 34 buku karya Hade Lakuna.
     D. Yang terhormat Bapak Robert. K Sembiring, kami persilakan.
4.3.3 Rangkuman

     Ada lima belas tanda baca yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu sebagai
berikut:
      1) Tanda Titik (.) meliputi delapan aturan;


                                                                                      57
2) Tanda Koma (,) meliputi empat belas aturan;
    3) Tanda Titik Koma (;) meliputi dua aturan;
    4) Tanda Titik Dua (:)meliputi empat aturan;
    5) Tanda Hubung (-) meliputi tujuh aturan;
    6) Tanda Pisah ( – ) meliputi tiga aturan;
    7) Tanda Elipsis (…) meliputi dua aturan;
    8) Tanda Tanya (?) meliputi dua aturan;
    9) Tanda Seru (!) hanya satu aturan;
    10) Tanda Kurung ( ) meliputi empat aturan
    11) Tanda Kurung Siku [ ] meliputi dua aturan
    12) Tanda Petik Ganda (“…”) meliputi lima aturan;
    13) Tanda Petik Tunggal (‘…’) meliputi dua aturan;
    14) Tanda Garis Miring ( / ) meliputi dua aturan;
    15) Tanda Penyingkat atau Apostrof (’) hanya satu aturan.

4.3.4 Tes Formatif

1. Tulislah lima contoh pemakaian tanda titik!
2. Tulislah lima contoh pemakaian tanda koma!
3. Tulislah dua contoh pemakaian tanda titik koma!
4. Tulislah empat contoh pemakaian tanda titik dua!
5. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda hubung!
6. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda pisah!
7. Tulislah dua contoh pemakaian tanda elipsis!
8. Tulislah empat contoh pemakaian tanda kurung!
9. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda petik ganda!
10. Tulislah dua contoh pemakaian tanda petik tunggal!




4.3.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut




                                                                58
Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan
  jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian
  tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut:

                                  Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan =                                               x 100%
                                               10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% – 100% = baik sekali
80% – 89%     = baik
70% – 79%     = sedang
≤ 69%         = kurang

Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada
modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar II.




                                                                                59
4.4 Kegiatan Belajar IV

4.4.1Bahasa Baku

4.4.1.1 Ragam Bahasa
    Ragam bahasa yang paling berkaitan dengan situasi adalah ragam fungsional.
Artinya ragam bahasa yang didasarkan pada fungsi. Menurut Martin Joos, ragam
fungsional ini terbagai ke dalam lima jenis, yaitu (1) beku, (2) resmi, (3) usaha, (4)
santai, (5) akrab.
    Ragam beku adalah bahasa yang “tidak dapat diubah” karena sudah “membeku”.
Ragam ini terdapat dalam dokumen-dokumen resmi kenegaraan seperti teks Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, atau buku-buku suci.
    Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi seperti upacara-
upacara kenegaraan atau pernikahan, ceramah, seminar, pendidikan, kantor pemerintah
(dan juga swasta). Bahasa yang digunakan dalam buku pelajaran dan makalah bisa
dimasukkan pada ragam ini.
    Ragam usaha adaah bahasa yang digunakan dalam dunia usaha. Dunia usaha
memerlukan konsumen atau mitra sebanyak-banyaknya. Karena itu, di dalam ragam ini
bahasa yang digunakan bisa bermacam-macam, bisa santai, bisa juga resmi, atau pun
akrab. Perhatikan saja bahasa yang digunakan dalam iklan.
    Ragam santai adalah bahasa yang digunakan dalam suatu kelompok dalam situasi
santai. Misalnya kelompok arisan, teman sebaya, teman sehobi, keluarga.
    Ragam akrab adalah bahasa yang digunakan karena keakraban dan bisa juga santai.
Ragam ini digunakan juga dalam suatu kelompok, tetapi ada kemungkinan tidak
dimengerti atau tidak digunakan oleh kelompok lain. Misalnya kelompok remaja,
kelompok suatu geng, atau kelompok lain. Bahasa yang digunakan dalam SMS,
misalnya, bisa digolongkan ke sini.
    Kegiatan tulis-menulis dan belajar-mengajar di perguruan tinggi berada dalam
situasi resmi. Karena itu, bahasa yang digunakan pun harus ragam bahasa resmi. Dalam
ragam resmi, bahasa yang digunakan adalah bahasa baku yang sesuai dengan
kedudukan dan fungsinya.




                                                                                    60
4.4.1..2 Ciri Bahasa Baku
     Menurut pakar bahasa Indonesia, Anton M. Moeliono, ada dua ciri bahasa baku:
mantap dan cendekia. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis berupa kaidah
yang tetap. Kemantapan dinamis dapat diartikan adanya keterbukaan untuk perubahan
bersistem, baik dalam bidang kosakata dan peristilahan maupun ragam dan gaya dalam
bidang kalimat dan makna.
    Untuk mencapai kemantapan, perlu diusahakan penyusunan aturan (kodifikasi)
bahasa yang menyangkut dua aspek: (1) bahasa menurut situasi pemakai dan
pemakaiannya dan (2) bahasa menurut strukturnya sebagai sistem komunikasi.
    Aspek pertama akan menghasilkan sejumlah ragam dan gaya bahasa. Perbedaan
ragam dan gaya tampak salam pemakaian bahasa lisan (ujaran) dan bahasa tulisan.
Masing-masing akan mengembangkan variasi menurut pemakaian dalam berbagai
situasi dan tujuan. Misalnya, dalam pergaulan keluarga dan sahabat; administrasi
pemerintahan, peradilan, pengajaran, seminar, diskusi, dan ilmu pengetahuan.
    Aspek kedua akan menghasilkan tata bahasa dan kosakata baku. Pada umumnya
yang dianggap baku adalah ujaran dan juga tulisan yang dipakai oleh golongan
masyarakat yang memiliki pengaruh besar seperti pejabat pemerintah, guru, dosen,
ilmuwan, mahasiswa, rohaniwan, wartawan, kolumnis, penyair, novelis, artis, dan
selebritis. Pengaruh ini terbukti, misalnya, ketika zaman Soeharto. Presiden Soeharto
memiliki ciri khas bahasa (idiolek). Dia sering menggunakan kata daripada walaupun
tidak tepat pemakaiannya. Akibatnya, hampir seluruh pejabat dan juga masyarakat
terpengaruh oleh Soeharto.
    Ciri lain yang dimiliki bahasa baku adalah kecendekiaan. Bahasa Indonesia harus
mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit dalam berbagai bidang ilmu,
teknologi, dan hubungan antarmanusia tanpa menghilangkan kodrat kepribadiannya.
    Proses pencendekiaan ini amat penting untuk menampung aspirasi generasi muda
yang menuntut taraf kemajuan yang lebih tinggi dan ingin mencari pengalaman hidup
sebagai akibat perkenalannya dengan kebudayaan lain. Ilmu pengetahuan, teknologi,
dan kehidupan modern harus dapat dicapai lewat bahasa Indonesia. Orang yang ragu-
ragu terhadap kemampuan bahasa Indonesia biasanya menggunakan bahasa Inggris.
    Contoh baik yang dapat kita tiru adalah bangsa Jepang. Mereka telah berhasil
mencendekiakan bahasa Jepang sambil mempertahankan tata aksaranya (kanji,
hiragana, dan katakana) dan tingkat bahasanya – seperti bahasa Jawa dan Sunda, bahasa


                                                                                  61
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi

More Related Content

What's hot

Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan AnakPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anakpjj_kemenkes
 
Hakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswa
Hakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswaHakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswa
Hakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswaMaya Sy
 
Makalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaMakalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaWahiid Sayy'a
 
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa IndonesiaSejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa IndonesiaRizzty Mennelz
 
Konsep kebutuhan dasar manusia oleh haryani
Konsep kebutuhan dasar manusia  oleh haryaniKonsep kebutuhan dasar manusia  oleh haryani
Konsep kebutuhan dasar manusia oleh haryanitio123
 
Sejarah,Tonggak Sejarah, Senarai Kata-Kata Serapan, Kedudukan Dan Fungsi
Sejarah,Tonggak Sejarah, Senarai Kata-Kata Serapan, Kedudukan Dan FungsiSejarah,Tonggak Sejarah, Senarai Kata-Kata Serapan, Kedudukan Dan Fungsi
Sejarah,Tonggak Sejarah, Senarai Kata-Kata Serapan, Kedudukan Dan FungsiNur Agustin Mufarokhah
 
Contoh teks pidato bulan bahasa
Contoh teks pidato bulan bahasaContoh teks pidato bulan bahasa
Contoh teks pidato bulan bahasaSukardi Juniardi
 
Sejarah Singkat, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
Sejarah Singkat, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaSejarah Singkat, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
Sejarah Singkat, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaYunus Moershal
 
Praktika komunikasi terapeutik
Praktika   komunikasi terapeutikPraktika   komunikasi terapeutik
Praktika komunikasi terapeutikpjj_kemenkes
 
Trend dan Issu Keperawatan keluarga.pptx
Trend dan Issu Keperawatan keluarga.pptxTrend dan Issu Keperawatan keluarga.pptx
Trend dan Issu Keperawatan keluarga.pptxRAFIHENDARESKI
 
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalmakalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalManshur Changean
 
Dinamika historis konstitusional, sosial politik, kultural, serta konteks k...
Dinamika historis konstitusional, sosial   politik, kultural, serta konteks k...Dinamika historis konstitusional, sosial   politik, kultural, serta konteks k...
Dinamika historis konstitusional, sosial politik, kultural, serta konteks k...idasilfia
 
Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen Nariaki Adachi
 
Presentasi kelompok bahasa indonesia
Presentasi kelompok bahasa indonesiaPresentasi kelompok bahasa indonesia
Presentasi kelompok bahasa indonesiafrancis277
 

What's hot (20)

Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan AnakPenerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
Penerapan Komunikasi Terapeutik pada Bayi dan Anak
 
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa IndonesiaMakalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
Makalah Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
 
Hakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswa
Hakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswaHakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswa
Hakikat bahasa indonesia sebagai alat komunikasi mahasiswa
 
Makalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragamaMakalah toleransi beragama
Makalah toleransi beragama
 
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa IndonesiaSejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
Sejarah dan Kedudukan Bahasa Indonesia
 
20 Resensi Novel
20 Resensi Novel20 Resensi Novel
20 Resensi Novel
 
Konsep kebutuhan dasar manusia oleh haryani
Konsep kebutuhan dasar manusia  oleh haryaniKonsep kebutuhan dasar manusia  oleh haryani
Konsep kebutuhan dasar manusia oleh haryani
 
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbakuMakalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
Makalah Bahasa baku dan bahasa nonbaku
 
Sejarah,Tonggak Sejarah, Senarai Kata-Kata Serapan, Kedudukan Dan Fungsi
Sejarah,Tonggak Sejarah, Senarai Kata-Kata Serapan, Kedudukan Dan FungsiSejarah,Tonggak Sejarah, Senarai Kata-Kata Serapan, Kedudukan Dan Fungsi
Sejarah,Tonggak Sejarah, Senarai Kata-Kata Serapan, Kedudukan Dan Fungsi
 
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa IndonesiaKonsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
Konsep Bahasa dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Contoh teks pidato bulan bahasa
Contoh teks pidato bulan bahasaContoh teks pidato bulan bahasa
Contoh teks pidato bulan bahasa
 
Sejarah Singkat, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
Sejarah Singkat, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa IndonesiaSejarah Singkat, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
Sejarah Singkat, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
 
Praktika komunikasi terapeutik
Praktika   komunikasi terapeutikPraktika   komunikasi terapeutik
Praktika komunikasi terapeutik
 
Trend dan Issu Keperawatan keluarga.pptx
Trend dan Issu Keperawatan keluarga.pptxTrend dan Issu Keperawatan keluarga.pptx
Trend dan Issu Keperawatan keluarga.pptx
 
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalmakalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
 
Dinamika historis konstitusional, sosial politik, kultural, serta konteks k...
Dinamika historis konstitusional, sosial   politik, kultural, serta konteks k...Dinamika historis konstitusional, sosial   politik, kultural, serta konteks k...
Dinamika historis konstitusional, sosial politik, kultural, serta konteks k...
 
Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen Ham Menurut Iman Kristen
Ham Menurut Iman Kristen
 
Presentasi kelompok bahasa indonesia
Presentasi kelompok bahasa indonesiaPresentasi kelompok bahasa indonesia
Presentasi kelompok bahasa indonesia
 
Konsep Kebutuhan Harga Diri
Konsep Kebutuhan Harga DiriKonsep Kebutuhan Harga Diri
Konsep Kebutuhan Harga Diri
 
Trial dan error 2
Trial dan error 2Trial dan error 2
Trial dan error 2
 

Viewers also liked

Psak 103 salam
Psak 103 salamPsak 103 salam
Psak 103 salamcitra Joni
 
Psak 102 murabahah
Psak 102 murabahahPsak 102 murabahah
Psak 102 murabahahcitra Joni
 
Psak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahPsak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahcitra Joni
 
Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahcitra Joni
 
Psak 104 istshina
Psak 104 istshinaPsak 104 istshina
Psak 104 istshinacitra Joni
 
Analisis wacana, mukadimah habib rizieq shihab (full)
Analisis wacana, mukadimah habib rizieq shihab (full)Analisis wacana, mukadimah habib rizieq shihab (full)
Analisis wacana, mukadimah habib rizieq shihab (full)jatmikanurhadi
 
Vokal dan konsonan
Vokal dan konsonanVokal dan konsonan
Vokal dan konsonanShiro
 
Penggunaan abjad
Penggunaan abjadPenggunaan abjad
Penggunaan abjadfiro HAR
 
Asesmen Membaca Permulaan
Asesmen Membaca Permulaan Asesmen Membaca Permulaan
Asesmen Membaca Permulaan Herfen Suryati
 
Mukadimah _ Buku Mentoring ISLAM SAJA KALAM UPI
Mukadimah _ Buku Mentoring ISLAM SAJA KALAM UPIMukadimah _ Buku Mentoring ISLAM SAJA KALAM UPI
Mukadimah _ Buku Mentoring ISLAM SAJA KALAM UPIRizky Faisal
 
Session 22 birgitta thorslund
Session 22 birgitta thorslundSession 22 birgitta thorslund
Session 22 birgitta thorslundBjornPeters
 
Session 22 catarina lundberg
Session 22 catarina lundbergSession 22 catarina lundberg
Session 22 catarina lundbergBjornPeters
 
Sesion 68 birgitta thorslund
Sesion 68 birgitta thorslundSesion 68 birgitta thorslund
Sesion 68 birgitta thorslundBjornPeters
 
Sesion 68 moa wahlqvist
Sesion 68 moa wahlqvistSesion 68 moa wahlqvist
Sesion 68 moa wahlqvistBjornPeters
 
Session 23 4 nyqvist
Session 23 4 nyqvistSession 23 4 nyqvist
Session 23 4 nyqvistBjornPeters
 
Sesion 68 trafikmedicin intro
Sesion 68 trafikmedicin introSesion 68 trafikmedicin intro
Sesion 68 trafikmedicin introBjornPeters
 
Sesion 68 olof stenlun
Sesion 68 olof stenlunSesion 68 olof stenlun
Sesion 68 olof stenlunBjornPeters
 
Cangkruan KLAS - Membuat Komik Dengan FOSS
Cangkruan KLAS - Membuat Komik Dengan FOSSCangkruan KLAS - Membuat Komik Dengan FOSS
Cangkruan KLAS - Membuat Komik Dengan FOSSklas_linux
 
Sesion 68 asa forsman
Sesion 68 asa forsmanSesion 68 asa forsman
Sesion 68 asa forsmanBjornPeters
 

Viewers also liked (20)

Psak 103 salam
Psak 103 salamPsak 103 salam
Psak 103 salam
 
Psak 102 murabahah
Psak 102 murabahahPsak 102 murabahah
Psak 102 murabahah
 
Psak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkahPsak 106 musyarkah
Psak 106 musyarkah
 
Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabah
 
Psak 104 istshina
Psak 104 istshinaPsak 104 istshina
Psak 104 istshina
 
Analisis wacana, mukadimah habib rizieq shihab (full)
Analisis wacana, mukadimah habib rizieq shihab (full)Analisis wacana, mukadimah habib rizieq shihab (full)
Analisis wacana, mukadimah habib rizieq shihab (full)
 
Vokal dan konsonan
Vokal dan konsonanVokal dan konsonan
Vokal dan konsonan
 
Penggunaan abjad
Penggunaan abjadPenggunaan abjad
Penggunaan abjad
 
Asesmen Membaca Permulaan
Asesmen Membaca Permulaan Asesmen Membaca Permulaan
Asesmen Membaca Permulaan
 
Mukadimah _ Buku Mentoring ISLAM SAJA KALAM UPI
Mukadimah _ Buku Mentoring ISLAM SAJA KALAM UPIMukadimah _ Buku Mentoring ISLAM SAJA KALAM UPI
Mukadimah _ Buku Mentoring ISLAM SAJA KALAM UPI
 
Session 22 birgitta thorslund
Session 22 birgitta thorslundSession 22 birgitta thorslund
Session 22 birgitta thorslund
 
Session 22 catarina lundberg
Session 22 catarina lundbergSession 22 catarina lundberg
Session 22 catarina lundberg
 
Sesion 68 birgitta thorslund
Sesion 68 birgitta thorslundSesion 68 birgitta thorslund
Sesion 68 birgitta thorslund
 
Sesion 68 moa wahlqvist
Sesion 68 moa wahlqvistSesion 68 moa wahlqvist
Sesion 68 moa wahlqvist
 
Cro
CroCro
Cro
 
Session 23 4 nyqvist
Session 23 4 nyqvistSession 23 4 nyqvist
Session 23 4 nyqvist
 
Sesion 68 trafikmedicin intro
Sesion 68 trafikmedicin introSesion 68 trafikmedicin intro
Sesion 68 trafikmedicin intro
 
Sesion 68 olof stenlun
Sesion 68 olof stenlunSesion 68 olof stenlun
Sesion 68 olof stenlun
 
Cangkruan KLAS - Membuat Komik Dengan FOSS
Cangkruan KLAS - Membuat Komik Dengan FOSSCangkruan KLAS - Membuat Komik Dengan FOSS
Cangkruan KLAS - Membuat Komik Dengan FOSS
 
Sesion 68 asa forsman
Sesion 68 asa forsmanSesion 68 asa forsman
Sesion 68 asa forsman
 

Similar to Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi

Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluanmudanp.com
 
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesiaKedudukan dan fungsi bahasa indonesia
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesiaWildan Januar
 
Sejarah perkembangan Bahasa indonesia
Sejarah perkembangan Bahasa indonesiaSejarah perkembangan Bahasa indonesia
Sejarah perkembangan Bahasa indonesiaindraotsu
 
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalmakalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalManshur Changean
 
Bahasa Indonesia
 Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesiaarifin554
 
Fenomena peng bi
Fenomena peng biFenomena peng bi
Fenomena peng biInha Salwa
 
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era GlobalisasiArtikel: Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era GlobalisasiIswi Haniffah
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesiaasdammantap
 
Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing
Bahasa Indonesia dan Bahasa AsingBahasa Indonesia dan Bahasa Asing
Bahasa Indonesia dan Bahasa Asingisraelsamadara
 
Materi bahasa indonesia full
Materi bahasa indonesia fullMateri bahasa indonesia full
Materi bahasa indonesia fullMarinda Mega
 
2. Kedudukan -Fungsi-Bahasa-Indonesia.ppt
2. Kedudukan -Fungsi-Bahasa-Indonesia.ppt2. Kedudukan -Fungsi-Bahasa-Indonesia.ppt
2. Kedudukan -Fungsi-Bahasa-Indonesia.pptBrillianSatriaPutraK
 

Similar to Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi (20)

B.sejarah bi
B.sejarah biB.sejarah bi
B.sejarah bi
 
Bab i pendahuluan
Bab i pendahuluanBab i pendahuluan
Bab i pendahuluan
 
Politik bahasa indonesia
Politik bahasa indonesiaPolitik bahasa indonesia
Politik bahasa indonesia
 
BAB I (1) (1).pdf
BAB I (1) (1).pdfBAB I (1) (1).pdf
BAB I (1) (1).pdf
 
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesiaKedudukan dan fungsi bahasa indonesia
Kedudukan dan fungsi bahasa indonesia
 
Sejarah perkembangan Bahasa indonesia
Sejarah perkembangan Bahasa indonesiaSejarah perkembangan Bahasa indonesia
Sejarah perkembangan Bahasa indonesia
 
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasionalmakalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
makalah bahasa indonesia sebagai bahasa nasional
 
Perkembangan Bahasa Indonesia
Perkembangan Bahasa IndonesiaPerkembangan Bahasa Indonesia
Perkembangan Bahasa Indonesia
 
Bahasa Indonesia
 Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia
 
Fenomena peng bi
Fenomena peng biFenomena peng bi
Fenomena peng bi
 
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era GlobalisasiArtikel: Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi
Artikel: Bahasa Indonesia dan Era Globalisasi
 
Asal mula b.indo
Asal mula b.indoAsal mula b.indo
Asal mula b.indo
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Aspek membaca
Aspek membacaAspek membaca
Aspek membaca
 
Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing
Bahasa Indonesia dan Bahasa AsingBahasa Indonesia dan Bahasa Asing
Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing
 
Materi bahasa indonesia full
Materi bahasa indonesia fullMateri bahasa indonesia full
Materi bahasa indonesia full
 
Bahan ajar bhs. indonesia
Bahan ajar bhs. indonesiaBahan ajar bhs. indonesia
Bahan ajar bhs. indonesia
 
2. Kedudukan -Fungsi-Bahasa-Indonesia.ppt
2. Kedudukan -Fungsi-Bahasa-Indonesia.ppt2. Kedudukan -Fungsi-Bahasa-Indonesia.ppt
2. Kedudukan -Fungsi-Bahasa-Indonesia.ppt
 
materi 1 (1).pptx
materi 1 (1).pptxmateri 1 (1).pptx
materi 1 (1).pptx
 
Aspek membaca
Aspek membacaAspek membaca
Aspek membaca
 

More from citra Joni

Psak no 59b_laporan_keuangan_b
Psak no 59b_laporan_keuangan_bPsak no 59b_laporan_keuangan_b
Psak no 59b_laporan_keuangan_bcitra Joni
 
Psak 107 ijarah
Psak 107 ijarahPsak 107 ijarah
Psak 107 ijarahcitra Joni
 
Psak 59 akuntansi perbankan syariah
Psak 59 akuntansi perbankan syariahPsak 59 akuntansi perbankan syariah
Psak 59 akuntansi perbankan syariahcitra Joni
 
Pengantar akuntansi syariah
Pengantar akuntansi syariahPengantar akuntansi syariah
Pengantar akuntansi syariahcitra Joni
 
Konsep produk bank_islam
Konsep produk bank_islamKonsep produk bank_islam
Konsep produk bank_islamcitra Joni
 
Bahan sosialisas kualitas aseti
Bahan sosialisas kualitas asetiBahan sosialisas kualitas aseti
Bahan sosialisas kualitas aseticitra Joni
 
Documentary credit
Documentary creditDocumentary credit
Documentary creditcitra Joni
 
Papi 2008 buku 2
Papi   2008 buku 2Papi   2008 buku 2
Papi 2008 buku 2citra Joni
 
Papi 2008 buku 1
Papi   2008 buku 1Papi   2008 buku 1
Papi 2008 buku 1citra Joni
 

More from citra Joni (11)

Psak no 59b_laporan_keuangan_b
Psak no 59b_laporan_keuangan_bPsak no 59b_laporan_keuangan_b
Psak no 59b_laporan_keuangan_b
 
Psak 107 ijarah
Psak 107 ijarahPsak 107 ijarah
Psak 107 ijarah
 
Psak 59 akuntansi perbankan syariah
Psak 59 akuntansi perbankan syariahPsak 59 akuntansi perbankan syariah
Psak 59 akuntansi perbankan syariah
 
Pengantar akuntansi syariah
Pengantar akuntansi syariahPengantar akuntansi syariah
Pengantar akuntansi syariah
 
Papsi2003
Papsi2003Papsi2003
Papsi2003
 
Konsep produk bank_islam
Konsep produk bank_islamKonsep produk bank_islam
Konsep produk bank_islam
 
Bahan sosialisas kualitas aseti
Bahan sosialisas kualitas asetiBahan sosialisas kualitas aseti
Bahan sosialisas kualitas aseti
 
Documentary credit
Documentary creditDocumentary credit
Documentary credit
 
Papi 2008
Papi 2008Papi 2008
Papi 2008
 
Papi 2008 buku 2
Papi   2008 buku 2Papi   2008 buku 2
Papi 2008 buku 2
 
Papi 2008 buku 1
Papi   2008 buku 1Papi   2008 buku 1
Papi 2008 buku 1
 

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi

  • 1. 1. Pengantar Modul ini membicarakan penerapan bahasa Indonesia, baik secara umum maupun secara khusus. Pembicaraan secara umum meliputi berbagai bentuk pemakaian bahasa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari. Secara khusus, yang dibicarakan adalah bagaimana mengejawantahkan gagasan dengan nalar yang baik ke dalam bentuk tulisan. Lebih khusus lagi adalah pengungkapan gagasan melalui tulisan yang bersifat ilmiah. 2. Tujuan Instruksional Umum Diharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia, mahasiswa memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif ini diwujudkan dengan kesetiaan berbahasa Indonesia; kebanggaan akan pentingnya bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan pengembang ilmu dan teknologi secara menyeluruh untuk meningkatkan kehidupan bangsa, negara, dan juga agama; kesadaran berbahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dengan perkataan lain, mata kuliah ini ditujukan mengarahkan mahasiswa pada kepribadian yang mengindonesia. 3. Tujuan Instruksional Khusus Diharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia, mahasiswa mampu dan terampil menuangkan gagasan – secara lisan maupun tertulis – baik ilmiah maupun takilmiah dengan bahasa Indonesia yang mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat dan sesuai dengan kaidah yang berlaku. 4. Kegiatan Belajar 4.1 Kegiatan Belajar I 4.1.1 Politik Bahasa Indonesia 4.1.1.1 Mengapa Kita Mempelajari Bahasa Indonesia? Mengapa bahasa Indonesia masih harus dijadikan mata kuliah dan dipelajari di semua jurusan atau program di seluruh fakultas di perguruan tinggi, padahal kini banyak di antara kita sudah belajar berbahasa Indonesia sejak lahir dan secara formal sejak di
  • 2. sekolah dasar, bahkan sejak di taman kanak-kanak? Alasannya tiada lain karena Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pasal 37 Ayat 2 mewajibkan perguruan tinggi menyelenggarakan beberapa mata kuliah pengembangan kepribadian yang lebih umum disingkat menjadi MPK. Satu di antara beberapa MPK adalah mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebelumnya, mata kuliah Bahasa Indonesia dan sejenisnya diwadahi dalam Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), lalu berkembang menjadi Mata Kuliah Umum (MKU), dan terakhir menjadi MPK. Mengapa pula undang-undang tersebut begitu? Landasan pemikirannya ada dua. Pertama adalah satu dari tiga butir Sumpah Pemuda 1928 menyatakan “Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Kedua adalah Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36, yang menyatakan bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Hal itu dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Dengan perkataan lain, latar belakang mengapa bahasa Indonesia masih harus kita pelajari secara formal sampai di perguruan tinggi adalah adanya dua kedudukan yang dimiliki bahasa Indonesia. Tentu saja, kedua kedudukan tersebut memiliki fungsinya masing-masing. a. Bahasa Nasional Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki tiga fungsi: (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing. Fungsi pertama mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Berdasarkan kebanggaan inilah, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan. Selain itu, rasa bangga memakai bahasa Indonesia dalam berbagai bidang harus selalu kita bina dan kita tingkatkan. Fungsi kedua mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia – sebagaimana halnya lambang lain, yaitu bendera merah putih dan burung garuda – mau takmau suka taksuka harus diakui menjadi bagian yang takdapat dipisahkan dengan bangsa Indonesia. Jadi, seandainya ada orang yang kurang atau bahkan tidak menghargai ketiga lambang 2
  • 3. identitas kita ini tentu sedikitnya kita akan merasa tersinggung dan rasa hormat kita kepada orang tersebut menjadi berkurang atau malah hilang. Karena itu, bahasa Indonesia dapat menunjukkan atau menghadirkan identitasnya hanya apabila masyarakat bahasa Indonesia membina dan mengembangkannya sesuai dengan keahlian dalam bidang masing-masing. Fungsi ketiga memberikan kewenangan kepada kita berkomunikasi dengan siapa pun memakai bahasa Indonesia apabila komunikator dan komunikan mengerti. Karena itu, kesalahpahaman dengan orang dari daerah lain bisa kita hindari kalau kita memakai bahasa Indonesia. Melalui fungsi ketiga ini pula kita bisa memahami budaya saudara kita di daerah lain. Fungsi keempat mengajak kita bersyukur kepada Tuhan karena kita telah memiliki bahasa nasional yang berasal dari bumi kita sendiri sehingga kita dapat bersatu dalam kebesaran Indonesia. Padahal, ketika dicanangkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia boleh dikatakan tidak memiliki penutur asli karena berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Jawa dan bahasa Sunda paling banyak penuturnya di antara bahasa- bahasa daerah yang ada di Nusantara ini. Jadi, berdasarkan jumlah penutur, yang pantas menjadi bahasa nasional sebenarnya kedua bahasa daerah itu. Apalah jadinya seandainya bahasa Jawa atau bahasa Sunda yang diangkat menjadi bahasa nasional. Mungkin saja terjadi perpecahan perang antarsuku, lalu muncul negara-negara kecil. Karena itu, tentu bukan soal jumlah penutur yang menjadi landasan para pemikir bangsa waktu itu. Mereka berpikiran jauh ke masa depan untuk kebesaran dan kejayaan bangsa; dan lahirlah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. b. Bahasa Negara Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara memiliki tiga fungsi yang saling mengisi dengan ketiga fungsi bahasa nasional. Ketiga fungsi bahasa negara adalah sebagai berikut: (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam fungsi pertama bahasa Indonesia wajib digunakan di dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan. Begitu juga dalam 3
  • 4. penulisan dokumen dan putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan. Hal tersebut berlaku juga bagi pidato kenegaraan. Fungsi kedua mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan menggunakan pengantar bahasa Indonesia. Lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi mau takmau dalam pelajaran atau mata kuliah apa pun pengantarnya adalah bahasa Indonesia. Namun, ada perkecualian. Bahasa daerah boleh (tidak harus) digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar sampai tahun ketiga. Fungsi ketiga mengajak kita menggunakan bahasa Indonesia untuk membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang. Dalam hal ini kita berusaha menjelaskan sesuatu, baik secara lisan maupun tertulis, dengan bahasa Indonesia agar orang yang kita tuju dapat dengan mudah memahami dan melaksanakan kegiatan pembangunan. Fungsi keempat mengingatkan kita yang berkecimpung dalam dunia ilmu. Tentu segala ilmu yang telah kita miliki akan makin berguna bagi orang lain jika kita sebarkan kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di seluruh pelosok Nusantara, atau bahkan jika memungkinkan kepada saudara kita di seluruh dunia. Penyebaran ilmu tersebut akan lebih efektif dan efisien jika menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa daerah atau bahasa asing. c. Variasi Pemakaian Bahasa Variasi pemakaian bahasa Indonesia pun merupakan landasan pemikiran diadakannya mata kuliah bahasa Indonesia sampai di perguruan tinggi. Kita dapat mengetahui perbedaan pemakaian bahasa Indonesia tatkala kita membaca koran nasional dan koran daerah, misalnya. Perbedaan itu dapat juga dibuktikan ketika kita pergi ke daerah lain, baik pilihan kata maupun intonasi, atau bahkan kalimatnya. Begitu pula ketika pergi ke pasar lalu ke kantor atau ke kampus, kita akan segera tahu adanya perbedaan pemakaian bahasa Indonesia. Contoh yang paling mudah untuk melihat perbedaan pemakaian ini adalah bahasa dalam SMS atau ceting (chatting) dan dalam makalah. Bahasa SMS takketat, bahkan bisa dan boleh semau kita, sedangkan bahasa makalah penuh dengan aturan yang harus kita taati. d. Perkembangan Bahasa Bila dibandingkan dengan bahasa Inggris, Perancis, Arab, Belanda, Mandarin, Jepang atau bahasa asing lainnya, atau juga bahasa daerah, bahasa Indonesia relatif 4
  • 5. masih muda. Ia baru lahir pada akhir tahun 1928, yaitu melalui Sumpah Pemuda. Namun, perkembangannya begitu pesat. Hingga tahun 1988 – berarti enam puluh tahun – bahasa Indonesia sudah memiliki lebih dari 60.000 kata. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap kosakata dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Banyak kosakata daerah, terutama Jawa dan Sunda, masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa asing yang banyak diserap pada awalnya adalah bahasa Arab, lalu bahasa Belanda, dan kini bahasa Inggris. Hingga 1972 bahasa Indonesia dalam hal menyerap lebih berorientasi pada bahasa Belanda. Karena itu, banyak kosakata yang berasal dari bahasa Belanda, misalnya, tradisionil, formil, sistim. Namun, sejak 1972 – bersamaan dengan lahirnya Ejaan yang Disempurnakan (EYD) – bahasa Indonesia dalam hal menyerap kosakata asing lebih berorientasi pada bahasa Inggris. Karena itu, kosakata yang berasal dari bahasa Belanda seperti ketiga contoh taklagi dianggap baku. Kosakata yang dianggap baku untuk ketiga kata tersebut adalah tradisional, formal, dan sistem. Pada akhir tahun 1990-an – ketika yang memimpin Indonesia adalah Abdurrahman Wahid – perkembangan kosakata bahasa Indonesia memperlihatkan gejala lain. Pada waktu itu muncul lagi kosakata yang berasal dari bahasa Arab yang sebelumnya hanya digunakan di lingkungan pesantren. Contohnya adalah kata-kata istigosah, akhwat, ikhwan. Perkembangan tidak hanya terjadi pada bidang kosakata, tetapi juga pada bidang lain seperti istilah atau ungkapan dan peribahasa. Hal tersebut bisa kita temukan dengan membaca Siti Nurbaya karya Marah Roesli dan Saman karya Ayu Utami, misalnya. Contoh lain dapat kita temukan dengan membaca koran tahun 1980-an dan koran tahun 2000-an. Tahun 1980-an muncul ungkapan menurut petunjuk, demi pembangunan, dan sebagainya. Tahun 2000-an lebih sering muncul kata-kata reformasi, keos (chaos), dan sebagainya. Perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi pada ragam resmi. Dalam ragam takresmi pun terjadi perkembangan. Bahkan, perkembangan dalam ragam takresmi lebih pesat, namun juga lebih cepat menghilang. Misalnya, pada tahun 1980-an muncul kata asoy yang berarti ‘asyik’; tahun 1990-an muncul kata ni ye yang bertugas sebagai penegas kalimat; tahun 2003-an muncul kata lagi yang bertugas baru sebagai penegas seperti pada ungkapan PD (percaya diri) lagi atau abis lagi. Padahal arti lagi 5
  • 6. yang sebenarnya adalah ‘kembali’ atau ‘sedang’. Tahun 2004 muncul gitu lo atau getho lho, dan semacamnya. Bidang makna pun mengalami perkembangan. Ada lima penyebab perkembangan makna, yaitu (1) peristiwa ketatabahasaan, (2) perubahan waktu, (3) perbedaan bahasa daerah, (4) perbedaan bidang khusus, (5) perubahan konotasi. 1) peristiwa ketatabahasaan Sebuah kata, misalnya tangan, memiliki makna berbeda karena konteks kalimat berbeda. - Agus pulang dengan tangan hampa. - Dadang memiliki banyak tangan kanan. - Tangan Didi sakit karena jatuh. 2) perubahan waktu makna dahulu makna sekarang bapak : orang tua laki-laki, ayah sebutan terhadap semua orang laki-laki yang umurnya lebih tua atau kedudukannya lebih tinggi canggih: cerewet, bawel pintar dan rumit, modern saudara : orang yang lahir dari ibu sapaan bagi orang yang sama derajatnya, orang dan bapak yang sama yang dianggap lahir dari lingkungan yang sama seperti sebangsa, seagama, sedaerah 3) perbedaan bahasa daerah Kata atos dalam bahasa Sunda berarti ‘sudah’, sedangkan dalam bahasa Jawa berarti ‘keras’. Kata bujur dalam bahasa Sunda berarti ‘pantat’, sedangkan dalam bahasa Batak berarti ‘terima kasih’, dan dalam bahasa Indonesia berarti ‘panjang’. 4) perbedaan bidang khusus Dalam bidang kedokteran kata koma berarti ‘sekarat’, sedangkan dalam bidang bahasa berarti ‘salah satu tanda baca untuk jeda’. Kata operasi dalam bidang kedokteran berarti ‘bedah, bedel’, dalam bidang kemiliteran atau yang lain berarti ‘tindakan’, dan dalam bidang pendidikan berarti ‘pelaksanaan rencana proses belajar mengajar yang telah dikembangkan secara rinci’. 5) perubahan konotasi Kata penyesuaian berarti ‘penyamaan’, tetapi agar orang lain tidak terkejut atau marah, kata itu dipakai untuk makna ‘penaikan’. Misalnya penaikan harga menjadi penyesuian harga. 6
  • 7. Perkembangan lain dalam bahasa Indonesia adalah pergantian ejaan. Sejak 1972 bahasa Indonesia memakai sistem ejaan yang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yang dalam kenyataannya sampai sekarang belum diperhatikan penuh oleh masyarakat pemakainya. Karena itu, kesalahan pemakaian masih banyak terjadi. Misalnya, banyak orang masih kesulitan membedakan pemakaian huruf kecil dan huruf kapital; pemakaian singkatan nama diri, nama gelar, dan nama lembaga. Padahal, jika diperhatikan, pemakaian ejaan dapat juga membedakan makna. Perhatikan contoh kedua kalimat matematis ini! Perbedaan ada pada pemakaian tanda baca koma. Diketahui A = 4, berapa nilai B, C, D, dan E pada pernyataan berikut? 1) A = B, C, D, dan E. 2) A = B, C, D dan E. Contoh lain tentang pemakaian huruf kapital dan huruf kecil: Kemarin ibu pergi dengan Ibu Neneng. Orang Sumedang makan tahu sumedang. Kesalahan lain yang sering dijumpai adalah pelafalan yang taksesuai dengan kaidah ejaan. Menurut EYD, setiap kata dilafalkan sesuai dengan hurufnya, kecuali untuk nama diri. Untuk nama diri, penulisan dan pengucapan merupakan hak otonomi pribadi. Misalnya, Deassy, Dessy, Desy, Desie, Desi, Deasie; Yenny, Yeny, Yenni, Yennie, Yenie, atau Yeni. Namun, masih banyak di antara kita yang “buta huruf” sehingga takdapat membedakan huruf c dan huruf k, dan huruf s; atau huruf t dengan huruf c, dalam beberapa kata yang berbeda. Karena kurang perhatian pada hal-hal sepele itu, banyak orang melafalkan secara taktepat untuk kata-kata panitia, unit, pasca, aksesoris, akhir, bathin, dan sebagainya. e. Sikap dan Kesadaran Berbahasa Kita memiliki politik bahasa nasional – kekuatan politis (political will) untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pada sisi lain, justru banyak penyimpangan dari kekuatan pedoman itu sehingga timbul pertanyaan apakah berlaku hukum ''di situ ada aturan, di situ pula ada pelanggaran''. Penelusuran dua variabel ini memungkinkan kita untuk dapat mengantisipasi sikap kita terhadap kasus-kasus seperti itu secara proporsional. Lebih-lebih sebagai cendekiawan, kita memiliki peran strategis 7
  • 8. untuk menegakkan kebenaran politis dalam menjunjung martabat bahasa Indonesia, sekaligus mengangkat jatidiri bangsa. Politik bahasa nasioanl memberikan bobot kekuatan terhadap bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa daerah atau bahasa asing. Salah satu fungsi politik bahasa nasional adalah memberikan dasar dan pengarahan bagi perencanaan dan pengembangan bahasa nasional sehingga dapat memberikan jawaban tentang fungsi dan kedudukan bahasa (nasional) dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Alih-alih kita tahu bahwa Sumpah Pemuda 1928 tidak hanya mengakui, tetapi juga menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dengan demikian, mendudukkan bahasa Indonesia dalam status yang tinggi tidaklah berlebihan, malah sudah sepantasnya. Kita ketahui bahwa bahasa Indonesia memiliki posisi penting dalam hubungannya dengan bahasa lain. Kita dituntut untuk memiliki perencanaan matang dan terarah dalam menghadapi perubahan dan perkembangan kebudayaan. Itulah yang dinamakan kemantapan dinamis. Pada pihak lain, banyak di antara kita yang kurang atau bahkan tidak memperhatikan posisi bahasa Indonesia. Dengan berbagai alasan, mereka banyak menyelipkan kata – bahkan kalimat – berbahasa asing, baik secara lisan maupun secara tertulis tanpa memperhatikan sasaran yang dituju. Jangan jauh-jauh, kita lihat saja orang-orang di sekitar kita atau kita berjalan-jalan ke toko di seantero Nusantara. Banyak di antara mereka menggunakan kata berbahasa asing (baca: Inggris!). Padahal kita atau orang-orang yang berkunjung ke toko tersebut tidak mengerti bahasa Inggris. Alasan mereka berkisar pada hal-hal yang sebenarnya tidak tepat dijadikan alasan. Misalnya, bahasa Indonesia kaku, di dalam bahasa Indonesia kata asing itu tidak ada, atau bahasa Indonesia tidak menarik minat calon pembeli. Singkatnya, bahasa Indonesia tidak bergengsi tinggi. Jika kita telusuri, yang kaku bukan bahasa Indonesia, melainkan kita sebagai pemakainya. Bahasa Indonesia memiliki imbuhan untuk pengaya kata. Jadi, jika belum ada kata yang tepat, kita cari dalam kamus, kita ikuti prosedur pembentukan kata atau istilah baru. Jika bahasa Indonesia kurang bergengsi, kitalah yang bertanggung jawab menaikkan gengsinya karena kita pemilik sekaligus pemakainya. Sebenarnya, kalau kita sadari, banyak dukungan politis bagi pengindonesiaan kata dan istilah asing, antara lain, sebagai berikut: 1. Sumpah Pemuda 1928; 8
  • 9. 2. UUD 1945, Bab XV Pasal 36 tentang bahasa negara; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 tentang penggunaan Ejaan yang Disempurnakan; 4. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 tanggal 28 Oktober 1991 tentang pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam rangka pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa; 5. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1/U/1992 tanggal 10 April 1992 tentang peningkatan usaha pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa; dan 6. Surat Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia kepada Gubernur, Walikota, dan Bupati Nomor 434/1021/SJ tanggal 16 Maret 1995 tentang penertiban penggunaan istilah asing. Sayangnya, keenam butir tersebut hanya hanya dilirik dan ditaati selama empat tahun. Setelah pergantian menteri, keenam butir itu tidak diperhatikan lagi, baik oleh perseorangan, lembaga swasta, maupun lembaga pemerintah. Contoh kecil, hampir di pelbagai perguruan tinggi di seluruh Nusantara ada gedung yang dinamakan Student Centre atau Student Center. Mengapa tidak memakai Gedung Mahasiswa atau Pusat Mahasiswa atau yang lainnya karena penghuninya masyarakat bahasa Indonesia? Mengapa pula di jalan yang banyak dilalui angkutan kota terdapat rambu yang bertuliskan Slow Down? Apakah semua sopir angkutan kota mengerti bahasa Inggris? Contoh lain, di pertokoan sangat marak pemakaian kata-kata asing, padahal pengunjungnya sangat sedikit yang mengerti bahasa asing secara baik. Pemakaian kata atau istilah asing tampaknya dipandang sebagai peningkat gengsi sosial. Padahal, kalau kita sadari bersama secara kompak, bahasa Indonesia pun bisa dipakai untuk menaikkan gengsi sosial. Misalnya, ketika kita masuk ke sebuah pusat perbelanjaan yang megah dan di sana kita lihat label-label barang dan nama-nama sudut toko memakai bahasa Indonesia, secara psikologis gengsi kita tetap sebagai orang “kotaan”, orang “modern”. Yang menurunkan atau menaikkan gengsi sosial kita dalam hal ini mungkin saja pakaian dan cara kita berpakaian atau juga perilaku kita secara menyeluruh. 9
  • 10. 4.1.2 Perlatihan Ucapkan kata-kata atau singkatan/akronim di bawah ini sesuai dengan abjad yang berlaku dalam bahasa Indonesia! Adakah perbedaan ucapan dan mengapa hal itu terjadi? AIDS/ HIV TransTV TVRI MetroTV Bandung TV SCTV ANTV WHO MTQ HP IM3 P3K psikologi unsur unit volume Indonesia (dalam lagu “Indonesia Raya” pascasarjana acara panitia logistik http://www.dewek.com Bedakan penulisan singkatan nama diri dan nama gelar: Dede Surede Syarif Hidayat Sarjana Hukum Bagaimana pendapat Anda tentang hal-hal berikut? 10
  • 11. Tadi Ibu menemui Ibu Asep atau Tadi ibu pergi dengan Ibu Asep atau … Buku kamu ada di saya. Coba kasih buka itu pintu. Gue lagi cekak ne. Apa sech yang kamu risaukan? Semua sudah pada pergi. 4.1.3 Rangkuman Bahasa Indonesia masih harus dipelajari di perguruan tinggi disebabkan oleh empat faktor yang harus kita perhatikan. Keempat faktor tersebut adalah (1) kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia, (2) variasi pemakaian bahasa Indonesia, (3) perkembangan bahasa Indonesia, dan (4) sikap dan kesadaran berbahasa Indonesia. 4.1.4 Tes Formatif 1. Mengapa di perguruan tinggi ada mata kuliah pengembangan kepribadian seperti mata kuliah Bahasa Indonesia? 2. Uraikan empat fungsi bahasa dalam kedudukannya sebagai bahasa negara dan bahasa nasional! 3. Bedakan variasi pemakaian bahasa Indoensia ragam santai dan ragam ilmiah! 4. Uraikan dengan contoh tiga macam variasi pemakaian bahasa Indonesia. 5. Mengapa dalam bahasa Indonesia terjadi variasi pemakaian? 6. Sejak kapan EYD diberlakukan dan mengapa berorientasi pada bahasa Inggris? 7. Mengapa akhir tahun 1990-an banyak muncul kata baru dari bahasa Arab? 8. Tulislah lima kosakata baru takbaku dan lima kosakata baku! 9. Bagaimana sikap Anda terhadap dosen yang banyak menyelipkan kata asing padahal kata tersebut ada dalam bahasa Indonesia? 10. Bagaimana pendapat Anda tentang bahasa Indonesia yang harus dijunjung seperti tercantum dalam Sumpah Pemuda? 11
  • 12. 4.1..5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut: Jumlah jawaban yang benar Tingkat penguasaan = x 100% 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% – 100% = baik sekali 80% – 89% = baik 70% – 79% = sedang ≤ 69% = kurang Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar I. 12
  • 13. 4.2 Kegiatan Belajar II 4.2.1 Ejaan Yan g Disempurnakan 4.2.1.1 Pemakaian Huruf A. Huruf Abjad Abjad yang digunakan dalam bahasa Inonesia terdiri atas huruf berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya. Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama Aa a Jj jé Ss és Bb bé Kk ka Tt té Cc cé Ll él Uu u Dd dé Mm ém Vv vé Ee é Nn én Ww wé Ff éf Oo o Xx eks Gg gé Pp pé Yy yé Hh ha Qq ki Zz zét Ii i Rr ér B. Huruf Vokal Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas a, e, i, o, dan u. Contoh pemakaian dalam kata Huruf Vokal di awal di tengah di akhir a api padi lusa enak petak sore e* emas kena tipe itu simpan murni i oleh kota radio o ulang bumi ibu u Dalam pengujaran lafal kata dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya: Anak-anak bermain di teras (téras). Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah. Kami menonton film seri (séri). Pertandingan itu berakhir seri. 13
  • 14. C. Huruf Konsonan Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k,l,m,n, p, q, r, s, t, v, w, dan z. Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata Konsonan di awal di tengah di akhir b bahasa sebut adab c cakap kaca - d dua ada abad f fakir kafir maaf g guna tiga balig h hari saham tuah j jalan manja mikraj k kami paksa sesak - rakyat* bapak l lekas alas kesal m maka kama diam n nama anak daun p pasang apa siap q** quran furqan - r raih bara putar s sampai asli lemas t tali mata rapat v varia lava - w wanita hawa - x** xenon - - y yakin payung - z zeni lazim juz 14
  • 15. D. Huruf Diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Huruf Contoh Pemakaian dalam Kata Diftong di awal di tengah di akhir ai ain syaitan pandai au aula saudara harimau oi - boikot amboi E. Gabungan Huruf Konsonan Di dalam bahas Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Gabungan Contoh Pemakaian dalam Kata Huruf di awal di tengah di akhir Konsonan kh khusus akhir tarikh ng ngilu bangun senang ny nyata hanyut - sy syarat isyarat arasy F. Pemenggalan Kata*) 1. Pemenggalan pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu. Misalnya: au-la bukan a-u-la sau-da-ra bukan sa-u-da-ra am-boi bukan am-bo-i b. Jika di tengah kata ada konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya: ba-pak ba-rang su-lit 15
  • 16. la-wan de-ngan ke-nyang mu-ta-khir c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara ke dua huruf konsonan itu. Gabungan-gabungan konsonan tidak pernah diceraikan. Misalnya: man-di som-bong swas-ta cap-lok Ap-ril bang-sa makh-luk d. Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan pemenggalan dilakukan di antara dua huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya: ins-tru-men ul-tra in-fra bang-krut ben-trok ikh-las 2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Misalnya: makan-an me-rasa-kan mem-bantu pergi-lah Catatan: a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal. b. Akhiran –i tidak dipenggal, (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, BabV, Pasal E, Ayat 1). c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut. Misalnya: te-lun-juk si-nam-bung ge-li-gi 16
  • 17. 3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas. Misalnya: bio-grafi, bi-o-gra-fi foto-grafi, fo-to-gra-fi intro-speksi, in-tro-spek-si kilo-gram, ki-lo-gram pasca-panen, pas-ca-pa-nen Keterangan: Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali ada pertimbangan khusus. 4.2.1.2 Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring A. Huruf Kapital atau Huruf Besar 1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebgai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Dia mengantuk. Apa maksudnya? Kita harus belekrja keras. Pekerjaan itu belum selesai. 2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, ”Kapan kita ulang?” Bapak menasihatkan, “berhati-hatilah, Nak!” “Kemarin engkau terlambat, “ “Besok pagi,” kata ibu, “dia akan berangkat.” 3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. 17
  • 18. Misalnya: Allah Alkitab Islam Yang Maha Kuasa Quran Kristen Yang Maha Pengasih Weda Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. 4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat sebagai sultan. Tahun ini ia pergi naik haji. 5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Irian Jaya Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. Misalnya: Siapa gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal. 18
  • 19. 6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika Wage Rudolf Supratman Halim Perdanakusumah Ampere Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel 10 volt 5 ampere 7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan 8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya , dan peristiwa sejarah. Misalnya: bulan Agustus hari Natal bulan Maulid Perang Candu hari Galungan tahun Hijriah hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. 19
  • 20. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. 9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia Tenggara Kali Brantas Banyuwangi Lembah Baliem Bukit Barisan Ngarai Sianok Cirebon Pegunungan Jayawijaya Danau Toba Selat Lombok Dataran Tinggi Dieng Tanjung Harapan Gunung Semeru Teluk Benggala Jalan Dipenogoro Terusan Suez Jazirah Arab Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar ke teluk mandi di kali menyebrangi selat pergi ke arah tenggara Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: garam inggris gula jawa kacang bogor pisang ambon 10. Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya: Republik Indonesia 20
  • 21. Majelis Permusyawarahan Rakyat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Kesejahtraan Ibu dan Anak Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Misalnya: Menjadi sebuiah republik Beberapa badan hukum Kerja sama antara pemerintah dan rakyat Menurut undang-undang yang berlaku 11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Rancangan Undang-Undang Kepegawaian. 12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. 13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Dr. doktor M.A. Master of Arts Tn. Tuan 21
  • 22. Sdr. Saudara 14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: “Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto. Adik Bertanya, “Itu apa, Bu?” Surat Saudara sudah saya terima. “Silakan duduk, Dik!” Kata Ucok. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. 15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima. B. Huruf Miring 1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: Majalah Bahasa dan Kesusastraan. Buku Negarakertagama karangan Prapanca. Surat kabar Suara Karya. 2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan. 22
  • 23. 3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan dengan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia.’ tetapi: Negara itu telah mengalami empat kudeta. 4.2.1.3 Penulisan Kata A. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. Bukan itu sangat tebal. B. Kata Turunan 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: bergeletar dikelola penetapan menengok mempermainkan 2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5) Misalnya: bertepuk tangan garis bawahi menganak sungai sebar luaskan 23
  • 24. 3. Jika bentuk dasar yang berupa kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat5) Misalnya: menggarisbawahi menyebarluaskan dilipatgandakan penghancurleburan 4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati mahasiswa kolonialisme asrodinamika mancanegara tritunggal antarkota multilatera kosponsor introspeksi transmigrasi ultramodern Catatan: (1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara dua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-Indonesia pan-afrikanisme (2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya: Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. C. Bentuk Ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak gerak-gerik biri-biri huru-hara buku-buku lauk-pauk bumiputra-bumiputra mondar-mandir 24
  • 25. D. Gabungan Kata 1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar mata pelajaran orang tua simpang empat kambing hitam meja tulis persegi panjang kereta api cepat luar biasa 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar buku sejarah-baru ibu-bapak kami orang-tua muda anak-istri saya mesin-hitung tangan 4. Gabungan kata ini ditulis serangkai. Misalnya: acapkali manakala adakalanya manasuka bagaimana olahraga padahal barangkali paramasastra belasungkawa peribahasa saputangan daripada segitiga sebagaimana dukacita E. Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya Kata ganti –ku dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinnya. Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. F. Kata Depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat jiga Bab III, Pasal D, Ayat 3). Misalnya: 25
  • 26. Kain itu terletak di dalam lemari. Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Ia datang dari Surabaya kemarin. Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai. Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu. Ia masuk, lalu keluar lagi. Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 maret 1966. Bawa kemari gambar itu. Kemarikan buku itu. Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu. G. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim H. Partikel 1. Partikel -lah, -kah, dan –tah diteulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.. Jakarta adalah Ibukota Republik Indonesia. Apakah yang tersirat dalam surat iotu? Siapakah gerangan dia? Apatah gunanya bersedih hati? 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. Jangankan dua kali,satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. 26
  • 27. Catatan: Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai. Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu. Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstasi. Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaan dapat dijadikan pegangan. Walaupun miskin, ia selalu gembira. 3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. Harga kain itu Rp2.000,00 per helai. 4.2.1.4 Singkatan dan Akronim 1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: A.S. Kramawijaya M.B.A. master of business administration Bpk. bapak b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR : Dewan Perwakilan Rakyat GBHN : Garis-Garis Besar Haluan Negara 27
  • 28. KTP : Kartu Tanda Pengenal c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. dan lain-lain dst. dan seterusnya Yth. yang terhormat tetapi: a.n. atas nama d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu kuprum TNT trinitrotoluen cm centimeter kg kilogram Rp rupiah 2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI Angkata Bersenjata Republik Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara SIM Surat Izin Mengemudi b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 28
  • 29. Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kowani Kongres Wanita Indonesia c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dai deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu pemilihan umum rudal peluru kendali tilang bukti pelanggaran Catatan: Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada suku kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim. 4.2.1.5 Angka dan Lambang Bilangan 1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi. angka arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 angka romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000). 2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iiii) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter 5 kilogram 4 meter persegi 10 liter Rp5.000,00 2.000 rupiah 1 jam 20 menit 17 Agustus 1945 27 orang 3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel Indonesia, kamar 169 29
  • 30. 4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, Halaman 206 Surah Yasiin: 9 5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. a. Bilangan Utuh Misalnya: dua belas 12 dua puluh dua 22 dua ratus dua puluh dua 222 b. Bilangan Pecahan Misalnya: setengah ½ tiga per empat ¾ satu persen 1% 6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku Bumono X Paku Buwono ke-10 Paku Buwono kesepuluh 7. Penulisan lambang bilangan tyang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat5) Misalnya: tahun’50-an atau tahun lima puluhan uang 5000-an atau uang lima ribuan uang lima 1000-an atau uang lima seribuan 8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam perincian dan pemaparan. 30
  • 31. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko. 9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubahsehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada kalimat. Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu. Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakan itu. 250 orang tamu diundang Pak Darmo Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo. 10. Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah. Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang. 11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus adalam teks kecuali dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Bukan: Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah. 12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima per seratus rupiah). 31
  • 32. Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluih lima per seratus) rupiah. 4.2.1.6 Penulisan Unsur Serapan Dalam perekembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke adalam bahasa Indonesia seperti reshuffle, shuttle cock, I’exploitation de I‘homme par I’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti bentuk asalnya. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut. aa (Belanda) menjadi a paal pal ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e aerobe aerob ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e haemoglobin hemoglobin ai tetap ai trailer trailer au tetap au audiogram audiogram c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k construction konstruksi c di muka e, I, oe, dan y menjadi s circulation sirkulasi cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k 32
  • 33. accomodation akomodasi cc di muka e dan I menjadi ks vaccine vaksin cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k charisma karisma ch yang lafalnya s atau sy menjadi s machine mesin ch yang lafalnya c menjadi c China Cina Ç (Sanskerta) menjadi s Çabda sabda e tetap e description deskripsi ea tetap ea idealist idealis ee (belanda) menjadi e systeem sistem ei tetap ei eicosane eikosan eo tetap eo geometry geometri eu tetap eu neutron neutron f tetap f fanatic fanatik gh menjadi g sorghum sorgum gue menjadi ge gigue gige i, pada awal suku kata di muka vokal, tetap i ion ion ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i politiek politik 33
  • 34. ie tetap ie jika lafalnya bukan i patient pasien kh (Arab) tetap kh khusus khusus ng tetap ng contingent contingen oe (oi Yunani) menjadi e oestrogen estrogen oo (Belanda) menjadi o komfoor kompor oo (Inggris) menjadi u cartoon kartun oo (vokal ganda) tetap oo zoology zoologi ou menjadi u jika lafalnya u gouvernour gubernur ph menjadi f physiology fisiologi ps tetap ps pshychiatry psikiatri pt tetap pt pteridology pteridologi q menjadi k aquarium akuarium rh menjadi r rhapsody rapsodi sc di muka a, o, u, dan konsonan nebjadi sk scandium skandium sc di muka e, I, dan y menjadi s scenography senografi sch di muka vokal menjadi sk schema skema t di muka I menjadi s jika lafalnya s 34
  • 35. action aksi th menjadi t theocracy teokrasi u tetap u structure struktur ua tetap ua aquarium akuarium ue tetap ue duet duet ui tetap ui conduite konduite uo tetap uo quota kuota uu menjadi u prematuur prematur v tetap v television televisi x pada awal kata tetap x xanthate xantat x pada posisi lain, menjadi ks executive eksekutif xc di muka e dan i menjadi ks excitation eksitasi xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk exclusive eksklusif y tetap y jika lafalnya y yuan yuan y menjadi i jika lafalnya i psychology psikologi z tetap z zygote zigot Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan. 35
  • 36. Misalnya: accu aki effect efek ferrum ferum tetapi: mass massa Catatan: 1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah. Misalnya: kabar sirsak iklan perlu bengkel hadir 2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua hururf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus. Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standarisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen. aat (Belanda) menjadi at advokaat advokat plaat plat tractaat traktat age menjadi ase percentage persentase etalage etalase al, eel (Belanda), aal (Belanda) menjadi al structural, structureel struktural 36
  • 37. formal, formeel formal normal, normaal normal ant menjadi an accountant akuntan informant informan archy, archie (Belanda) menjadi arki anarchy, anarchie anarki olgarchy, oligarchie oligarki ary, air (Belanda) menjadi er complementary, complementair komplementer primary, primair primer secondary, secondair sekunder (a)tion, (a)tie (Belanda) menjadi asi, si action, actie aksi publication, publicatie publikasi eel (Belanda) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris menjadi il materieel, materiil moreel moril principieel prinsipiil ein tetap ein casein kasein ic, ics, ique, iek, ica (nomina) menjadi ik, ika logic, logica logika physics, physica fisika technique, techniek teknik ic (nomina) menjadi ik electronic elektronik ic, ical, isch (adjektiva) menjadi is elctronic, elektronisch elektronis economical, economisch ekonomis ile, iel menjadi il mobile, mobiel mobil ism, isme (Belanda) menjadi isme 37
  • 38. modernism, modernisme modernisme ist menjadi is egoist egois ive, ief (Belanda) menjadi if descriptive, descriptief deskriptif logue menjadi log dialogue dialog logy, logie (Belanda) menjadi log technology, technologie teknologi loog (Belanda) menjadi log analoog analog oid, oide (Belanda) menjadi oid anthropoid, anthropoide anthropoid oir(e) menjadi oar trottoir trotoar or, eur (Belanda) menjadi ur, ir director, directeur direktur amateur amatir or tetap or dictator diktator ty, teit (Belanda) menjadi tas university, universiteit universitas ure, uur (Belanda) menjadi ur structure, struktuur struktur 4.2.2 Perlatihan 1. A. Dalam Surat Kabar Suara Karya terdapat berita menarik. B. Dalam surat kabar Suara Karya terdapat berita menarik. C. Dalam surat kabar Suara Karya terdapat berita menarik. D. Dalam Surat Kabar Suara Karya terdapat berita menarik. 2. A. Kita harus mengIndonesiakan kata-kata asing. B. Kita harus meng-Indonesiakan kata-kata Asing. 38
  • 39. C. Kita harus mengindonesiakan kata-kata asing. D. Kita harus mengindonesiakan kata-kata Asing. 3. A. Menurut Undang-undang Dasar itu semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama. B. Menurut Undang-Undang Dasar 1945 semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama. C. Menurut Undang-undang dasar 1945 semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama. D. Menurut undang-undang dasar 1945 semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama. 4. A. Politik divide et-impera pernah merajalela di negeri ini. B. Politik Divide Et Impera pernah merajalela di negeri ini. C. Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini. D. Politik divide et-impera pernah merajalela di Negeri ini. 5. A. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa. B. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha-Kuasa. C. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha-kuasa. D. Mari kita bersyukur kepada Tuhan Yang maha-kuasa. 6. A. Untuk keperluan ini kami mencharter tiga buah mobil. B. Untuk keperluan ini kami men-charter tiga buah mobil. C. Untuk keperluan ini kami mencharter tiga buah mobil. D. Untuk keperluan ini kami men-charter tiga buah mobil. 7. A. Banyak penduduk Jakarta yang tidak berKTP. B. Banyak penduduk Jakarta yang tidak ber KTP. C. Banyak penduduk Jakarta yang tidak ber-ktp. D. Banyak penduduk Jakarta yang tidak ber-KTP. 8. Pemakaian huruf kapital pada kalimat berikut betul, kecuali … A. Dasar negara bangsa Indonesia adalah Pancasila. B. Sebagai umat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, kita harus beriman dan bertakwa kepada-Nya. 39
  • 40. C. Artikel yang berjudul “Kata Dan Puisi Kita Dewasa Ini” terdapat dalam Pikiran Rakyat. D. Sebelum menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat, beliau pernah menjabat sebagai Panglima Kodam III Siliwangi. 9. Penulisan kata yang semuanya benar terdapat pada … A. pertanggungan jawab menaklukkan sukacita B. pertanggung jawaban menaklukan suka cita C. pertanggungjawaban menaklukkan suka-cita D. pertanggungjawaban menaklukkan suka cita 10. Penulisan kata serapan yang semuanya benar terdapat pada … A. standardisasi teoretis hipotesis metode B. standarisasi teoretis hipotesis metoda C. standardisasi teoritis hipotesa metodaD. standarisasi teoretis hipotesa metode 4.2.3 Rangkuman - Pemenggalan kata harus berdasarkan suku kata, namun perlu juga diperhatikan jika kata yang kita penggal berimbuhan – i atau bersuku satu. - Pemakaian huruf kapital dan huruf kecil bisa membedakan makna. Pemakaian huruf kapital diatur dalam lima belas macam. - Pemakaian huruf miring untuk mengkhususkan huruf, kata, frasa, klausa, atau kalimat. Selain itu, huruf miring digunakan juga untuk menuliskan kata-kata takbaku, kata-kata atau istilah asing dan istilah ilmiah, dan menuliskan judul buku, majalah, nama koran, atau jurnal yang dikutip. - Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada suku kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim. - Penyerapan kata asing bisa dilakukan dengan penyesuaian lafal dan tulisan atau menyerap seutuhnya. Penyerapan seutuhnya dilakukan jika lafalnya sudah sesuai dengan lafal bahasa Indonesia. 40
  • 41. 4.2.4 Tes Formatif 1. Kata berikut baku kecuali… A. izin B. azas C. jenazah D. ijazah 2. Penggunaan huruf kapital yang benar terdapat pada kalimat …. A. Kita harus berusaha menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. B. Pada Bulan Agustus ia akan berangkat ke Amerika. C. Di mana banyak terdapat Suku Jawa? D. Pegunungan yang membentang di dataran Sumatra itu bernama Bukit Barisan. 3. Pemakaian huruf miring atau garis bawah dibenarkan, kecuali untuk …. A. nama orang atau nama instansi alau lembaga. B. menegaskan bagian kata, kata, atau kelompok kata. C. menuliskan kata nama-nama ilmiah. D. menuliskan nama buku dan majalah yang dikutip dalam karangan. 4. Penulisan gabungan kata berikut salah, kecuali …. A. Kita harus pandai mendayagunakan segala yang kita miliki B. Atas perhatian Anda, kami sampaikan terima kasih. C. Tidak benar membebastugaskan pegawai tanpa alasan. D. Ada juga pengusaha non pribumi yang mau menjadi orang tua asuh. 5. Penulisan huruf kapital dalam kalimat berikut betul, kecuali …. A. Badak di Pulau Sumatera semakin berkurang. B. Tegangan listrik di rumah kami 220 Volt. C. Sebagai orang timur kita menghormati adat-istiadat kita. D. Harga gula jawa lebih murah daripada gula pasir. 6. Penulisan nama majalah yang benar ialah … A. Telah lama saya berlangganan Femina. B. Telah lama saya berlangganan “Femina”. C. Telah lama saya berlangganan “FEMINA”. 41
  • 42. D. Telah lama saya berlangganan FEMINA. 7. Penulisan singkatan yang benar ialah … A. a.l. singkatan antara lain B. a/n singkatan atas nama C. s.d.a. singkatan sama dengan atas D. d.a singkatan dengan alamat 8. A. Mohon ma’af lahir dan bathin. B. Mohon maap lahir dan bathin. C C. Mohon maaf dlahir dan bathin. D D. Mohon maaf lahir dan batin. 9. Penulisan yang benar menurut ejaan adalah…. A. masyarakat, tidak syah, komplek B. masyarakat, tidak sah, komplek C. masyarakat, tidak sah, kompleks D. masyarakat, tidak syah, kompleks. 10. Himpunan kata yang semua anggotanya benar ialah… A. advokat, propesi, bugenvil. B. zaman, azan, hewan C. metoda, dzikir, takzim D. akuarium, asesori, boutiq 42
  • 43. 4.2.5 Umpan Balik Dan Tindak Lanjut Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut: Jumlah jawaban yang benar Tingkat penguasaan = x 100% 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% – 100% = baik sekali 80% – 89% = baik 70% – 79% = sedang ≤ 69% = kurang Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar I. 43
  • 44. 4.3 Kegiatan Belajar III 4.3.1 Ejaan yang Disempurnakan 4.3.1 Pemakaian Tanda Baca A. Tanda Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. 2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar Misalnya: a. III. Departemen Dalam Negeri A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat JenderaAgraria 1. … b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. 3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) 4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 44
  • 45. 1.30.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul, tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka. 6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. 6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Nomor gironya 56456784. 7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara Kunjungan Adam Malik Salah Asuhan 8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya: Jalan Diponogoro 82 Jakarta 1 April 1991 Yth. Sdr. Moh. Hassan Jalan Arif 43 Palembang B. Tanda Koma 1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. 45
  • 46. Misalnya: Saya membeli karcis, pena, dan tinta. 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Saya ingin datang, tetapi hari hujan. Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim. 3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa akan janjinya. 3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan. 4. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, meskipun begitu, dan tetapi. Misalnya: …. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. …. Jadi, soalnya tidak semudah itu. 5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! 6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M). Misalnya: Kata Ibu, “Saya gembira sekali.” 46
  • 47. 7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Surat-surat ini dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Jalan Dipatiukur 35, Bandung. 8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid I dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat. 9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta, Bahsa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia. 1967), hlm. 4. 10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: C. Ratulangi, S.E. 11. Tanda koma dipakai di muka angka per sepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnnya: 12,5 m 12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F). Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma: Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia. 13. Tanda koma dapat dipakai – untuk menghindari salah baca – di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. 47
  • 48. Misalnya: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. 14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim. C. Tanda Titik Koma (;) 1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga. 2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ibu mengurus tanamannya di kebun itu; Ayah sibuk bekerja di dapur; Saya sendiri asyik mendengarkan siaran radio. D. Tanda Titik Dua 1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: Kursi, meja, dan lemari. 1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau prian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. 48
  • 49. 2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerluakan pemerian. Misalnya: Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : Nuri Handayani Bendahara: Darmawan 3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu : (Meletakkan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!” Amir : “Baik, Bu (mengangkat kopor dan masuk) 4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor halaman, (ii) di anatara bab dan ayat dalam Kitab Suci, (iii) di anatara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Tempo, I (1971), 34:7 Surah Yaasin: 9 Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. Tjakranegara, Soetomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco. E. Tanda Hubung (-) 1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya: Di samping cara-cara lama itu ada ju- ga cara yang baru Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris. 49
  • 50. Misalnya: Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan …. Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak …. atau Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan …. Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak …. bukan Beberapa pendapat mengenai masalah i- tu telah disampaikan …. Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma- u beranjak … 2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk meng- ukur panas. Senjata ini merupakan alat pertahan- an yang canggih. Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris. 3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak Angka dua sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan. 4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian- bagian tanggal. 50
  • 51. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a 8-4-1973 5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi dua puluh lima-ribuan (20 5000) Bandingkan dengan: be-revolusi dua-puluhlima-ribuan (1 2500) 6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke dengan angka, (iii) angka dengan an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap. Misalnya: se-Indonesia hadiah ke-2 tahun 50-an mem-PHK-kan Menteri-Sekretaris Negara 7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash C. Tanda Pisah ( – ) 1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai – diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. 51
  • 52. 2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang alin sehingga kalimat menjadi yang lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan – evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. 3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’. Misalnya: 1910 – 1945 Jakarta – Bandung Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Pengetikan dengan komputer bisa diakali dengan cara sebagai berikut: Tekan spasi (space bar), ketik angka, tekan spasi, ketik tanda hubung, tekan spasi, ketik angka lagi, lalu tekan spasi lagi. Setelah itu, untuk selanjutnya, tanda pisah bisa kita kopi. D. Tanda Elipsis (…) 1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang berputus-putus. Misalnya: Kalu begitu … ya, marilah kita bergerak. 2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemorosotan … akan diteliti lebih lanjut. Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….. E. Tanda Tanya (?) 1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. 52
  • 53. Misalnya: Kapan ia berangkat? Saudara tahu, bukan? 2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Ia dilahirkan pada tahun 1987 (?). F. Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamar itu sekarang juga! Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya. G. Tanda Kurung (….) 1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu. 2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul ”Ubud” (nama tempat terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. 3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya. 4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan. Misalnya: 53
  • 54. Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal. H. Tanda Kurung Siku ([… ]) 1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat dalam naskah asli. Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. 2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelasan yang sudah bertanda kurung. Misalnya: Persaman kedua proses itu (perbedaannya [lihat halaman 35-38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini. I. Tanda Petik Ganda (“…”) 1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya: Saya belum siap, ” kata Mira, “tunggu sebentar!” Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.” 2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat. Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo. Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu. 3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja. 54
  • 55. 4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misanya: Kata Tono, “Saya juga minta satu.” 5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”. Catatan: Tanda petikpembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. M. Tanda Petik Tunggal (‘…’) 1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya: Tanya Basri, “Kau dengan bunyi ‘kring-kring’ tadi?” 2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J). Misalnya: feed-back ‘balikan’ N. Tanda Garis Miring 1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya: No. 7/PK/1973 Jalan Kramat II/10 tahun anggaran 1985/1986 2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap. Misalnya: mahasiswa/mahasiswi harganya Rp1.500,00/lembar 55
  • 56. O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (’) Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya: Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan) Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah) 1 Januari ’88 (’88 = 1988) 4.3.2 Perlatihan 1. Penulisan lambang bilangan yang benar terdapat pada kalimat … A. Tujuh belas pemeras berhasil ditangkap. B. 17 pemeras berhasil ditangkap C. sebanyak 17 pemeras berhasil ditangkap D. tujuh belas (17) pemeras berhasil ditangkap. 2. Penggunaan tanda baca yang benar dalam kalimat ini ialah … A. Kata Momon, ”Mahasiswa sekarang kreatif” B. Kata Momon, ”Mahasiswa sekarang kreatif.” C. Kata Momon: ”Mahasiswa sekarang kreatif” D. Kata Momon: ”Mahasiswa sekarang kreatif.” 3. Kami berbicara … seluruh rakyat. A. a/n B. an. C. a.n. D. a/n. 4. Mungkin … akan meletus pada tahun 2099. A. Perang Dunia ke-III B. Perang Dunia ke-3 C. Perang Dunia ke III D. Perang Dunia ke 3 5. Pembimbing saya adalah…. A. Dr. Rifai M. Si. B. Dr Rifai Msi. C. Dr. Rifai, M.Si. 56
  • 57. D. Dr. Rifai, M Si. 6. Mereka mengharapkan sumbangan berupa … A. makanan, pakaian, dan obat-obatan. B. makanan, pakaian dan obat-obatan. C. makanan pakaian dan obat-obatan. D. makanan pakaian, dan obat-obatan. 7. Penulisan kata bilangan yang benar terdapat pada kalimat …. A. 15 orang tewas dalam kecelakaan itu. B. Kami memerlukan 10 (sepuluh) buah bus pegawai. C. Dua ratus lima puluh orang tamu diundang dalam pertemuan itu. D. Anna menonton drama itu sampai tiga kali. 8. Penggunaan tanda koma yang benar terdapat dalam kalimat …. A. Dia lupa akan janjinya, karena sibuk B. Semua siswa yang lulus ujian, mendaftarkan namanya pada panitia C. Kita memerlukan meja, kursi, dan lemari. D. Saya tahu, bahwa soal itu penting. 9. Pemakaian tanda baca yang taktepat terdapat dalam kalimat … A. Mengenai sakitnya itu, katanya, harus dikonsultasikan pada dokter. B. Dokter sibuk memeriksa pasien; sementara suster menyiapkan alat suntik. C. Seorang penderita AIDS meninggal di RS. Hasan Sadikin, Bandung. D. “Ingatlah, Jang”, kata Ida kepada adiknya, “jangan jajan sembarangan!” 10. Pemakaian tanda titik yang tepat terdapat dalam kalimat … A. Moh.Yogie. SM adalah mantan Gubernur Jawa Barat. B. Buku Teori Ekonomi Makro dikarang oleh Drs. Linus Suryadi d.k.k. C. Bukti-bukti penyimpangan itu ditulis pada hlm. 34 buku karya Hade Lakuna. D. Yang terhormat Bapak Robert. K Sembiring, kami persilakan. 4.3.3 Rangkuman Ada lima belas tanda baca yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut: 1) Tanda Titik (.) meliputi delapan aturan; 57
  • 58. 2) Tanda Koma (,) meliputi empat belas aturan; 3) Tanda Titik Koma (;) meliputi dua aturan; 4) Tanda Titik Dua (:)meliputi empat aturan; 5) Tanda Hubung (-) meliputi tujuh aturan; 6) Tanda Pisah ( – ) meliputi tiga aturan; 7) Tanda Elipsis (…) meliputi dua aturan; 8) Tanda Tanya (?) meliputi dua aturan; 9) Tanda Seru (!) hanya satu aturan; 10) Tanda Kurung ( ) meliputi empat aturan 11) Tanda Kurung Siku [ ] meliputi dua aturan 12) Tanda Petik Ganda (“…”) meliputi lima aturan; 13) Tanda Petik Tunggal (‘…’) meliputi dua aturan; 14) Tanda Garis Miring ( / ) meliputi dua aturan; 15) Tanda Penyingkat atau Apostrof (’) hanya satu aturan. 4.3.4 Tes Formatif 1. Tulislah lima contoh pemakaian tanda titik! 2. Tulislah lima contoh pemakaian tanda koma! 3. Tulislah dua contoh pemakaian tanda titik koma! 4. Tulislah empat contoh pemakaian tanda titik dua! 5. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda hubung! 6. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda pisah! 7. Tulislah dua contoh pemakaian tanda elipsis! 8. Tulislah empat contoh pemakaian tanda kurung! 9. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda petik ganda! 10. Tulislah dua contoh pemakaian tanda petik tunggal! 4.3.5 Umpan Balik dan Tindak Lanjut 58
  • 59. Setelah Anda menjawab sosal-soal tersebut, cocokkanlah jawaban Anda dengan jawaban hasil diskusi kelas. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar, kemudian tentukan hasil belajar Anda dengan rumus berikut: Jumlah jawaban yang benar Tingkat penguasaan = x 100% 10 Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90% – 100% = baik sekali 80% – 89% = baik 70% – 79% = sedang ≤ 69% = kurang Jika mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskan pelajaran pada modul berikutnya. Jika tidak, lebih baik Anda mengulangi Kegiatan Belajar II. 59
  • 60. 4.4 Kegiatan Belajar IV 4.4.1Bahasa Baku 4.4.1.1 Ragam Bahasa Ragam bahasa yang paling berkaitan dengan situasi adalah ragam fungsional. Artinya ragam bahasa yang didasarkan pada fungsi. Menurut Martin Joos, ragam fungsional ini terbagai ke dalam lima jenis, yaitu (1) beku, (2) resmi, (3) usaha, (4) santai, (5) akrab. Ragam beku adalah bahasa yang “tidak dapat diubah” karena sudah “membeku”. Ragam ini terdapat dalam dokumen-dokumen resmi kenegaraan seperti teks Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, atau buku-buku suci. Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi seperti upacara- upacara kenegaraan atau pernikahan, ceramah, seminar, pendidikan, kantor pemerintah (dan juga swasta). Bahasa yang digunakan dalam buku pelajaran dan makalah bisa dimasukkan pada ragam ini. Ragam usaha adaah bahasa yang digunakan dalam dunia usaha. Dunia usaha memerlukan konsumen atau mitra sebanyak-banyaknya. Karena itu, di dalam ragam ini bahasa yang digunakan bisa bermacam-macam, bisa santai, bisa juga resmi, atau pun akrab. Perhatikan saja bahasa yang digunakan dalam iklan. Ragam santai adalah bahasa yang digunakan dalam suatu kelompok dalam situasi santai. Misalnya kelompok arisan, teman sebaya, teman sehobi, keluarga. Ragam akrab adalah bahasa yang digunakan karena keakraban dan bisa juga santai. Ragam ini digunakan juga dalam suatu kelompok, tetapi ada kemungkinan tidak dimengerti atau tidak digunakan oleh kelompok lain. Misalnya kelompok remaja, kelompok suatu geng, atau kelompok lain. Bahasa yang digunakan dalam SMS, misalnya, bisa digolongkan ke sini. Kegiatan tulis-menulis dan belajar-mengajar di perguruan tinggi berada dalam situasi resmi. Karena itu, bahasa yang digunakan pun harus ragam bahasa resmi. Dalam ragam resmi, bahasa yang digunakan adalah bahasa baku yang sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. 60
  • 61. 4.4.1..2 Ciri Bahasa Baku Menurut pakar bahasa Indonesia, Anton M. Moeliono, ada dua ciri bahasa baku: mantap dan cendekia. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis berupa kaidah yang tetap. Kemantapan dinamis dapat diartikan adanya keterbukaan untuk perubahan bersistem, baik dalam bidang kosakata dan peristilahan maupun ragam dan gaya dalam bidang kalimat dan makna. Untuk mencapai kemantapan, perlu diusahakan penyusunan aturan (kodifikasi) bahasa yang menyangkut dua aspek: (1) bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaiannya dan (2) bahasa menurut strukturnya sebagai sistem komunikasi. Aspek pertama akan menghasilkan sejumlah ragam dan gaya bahasa. Perbedaan ragam dan gaya tampak salam pemakaian bahasa lisan (ujaran) dan bahasa tulisan. Masing-masing akan mengembangkan variasi menurut pemakaian dalam berbagai situasi dan tujuan. Misalnya, dalam pergaulan keluarga dan sahabat; administrasi pemerintahan, peradilan, pengajaran, seminar, diskusi, dan ilmu pengetahuan. Aspek kedua akan menghasilkan tata bahasa dan kosakata baku. Pada umumnya yang dianggap baku adalah ujaran dan juga tulisan yang dipakai oleh golongan masyarakat yang memiliki pengaruh besar seperti pejabat pemerintah, guru, dosen, ilmuwan, mahasiswa, rohaniwan, wartawan, kolumnis, penyair, novelis, artis, dan selebritis. Pengaruh ini terbukti, misalnya, ketika zaman Soeharto. Presiden Soeharto memiliki ciri khas bahasa (idiolek). Dia sering menggunakan kata daripada walaupun tidak tepat pemakaiannya. Akibatnya, hampir seluruh pejabat dan juga masyarakat terpengaruh oleh Soeharto. Ciri lain yang dimiliki bahasa baku adalah kecendekiaan. Bahasa Indonesia harus mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit dalam berbagai bidang ilmu, teknologi, dan hubungan antarmanusia tanpa menghilangkan kodrat kepribadiannya. Proses pencendekiaan ini amat penting untuk menampung aspirasi generasi muda yang menuntut taraf kemajuan yang lebih tinggi dan ingin mencari pengalaman hidup sebagai akibat perkenalannya dengan kebudayaan lain. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kehidupan modern harus dapat dicapai lewat bahasa Indonesia. Orang yang ragu- ragu terhadap kemampuan bahasa Indonesia biasanya menggunakan bahasa Inggris. Contoh baik yang dapat kita tiru adalah bangsa Jepang. Mereka telah berhasil mencendekiakan bahasa Jepang sambil mempertahankan tata aksaranya (kanji, hiragana, dan katakana) dan tingkat bahasanya – seperti bahasa Jawa dan Sunda, bahasa 61