2. “Musa inilah yang menjadi pengantara
dalam sidang jemaah di padang gurun
di antara malaikat yang berfirman
kepadanya di gunung Sinai dan nenek
moyang kita; dan dialah yang
menerima firman-firman yang hidup
untuk menyampaikannya kepada
kamu.” (Kisah 7:38)
Dalam Perjanjian Lama, “Malaikat
Tuhan” adalah Yesus. Dia diberi
sifat Ilahi dan disebut “Tuhan”
(Yosua 5:13-15; Hakim-hakim
13:17-20; Zakharia 3:1-2)
Malaikat itu muncul kepada Musa
di semak yang terbakar (Keluaran
3:2-6) dan di Gunung Sinai (Kisah
Para Rasul 7:38)
Yesus memberikan kepada bangsa
Israel Sepuluh Perintah dan
hukum-hukm yang ditemukan
dalam lima kitab pertama dari
Alkitab (Pentateukh).
3. “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku
datang untuk meniadakan hukum Taurat
atau kitab para nabi. Aku datang bukan
untuk meniadakannya, melainkan untuk
menggenapinya.” (Matius 5:17)
Yesus tidak datang untuk meniadakan Hukum.
Dia datang untuk memperdalam makna
Hukum, berkat pengajaran dan teladan-Nya.
“Misi-Nya adalah untuk “memberi
pengajara-Nya yang besar dan mulia.”
Yesaya 42:21. Dia harus menunjukkan sifat
rohani dari hukum itu, untuk menunjukkan
prinsip-prinsipnya yang luas dan untuk
menjelaskan kewajibannya yang abadi…
[Yesus] adalah suatu gambaran yang hidup
dari sifat hukum Allah.”
E.G.W. (Thoughts from the Mount of Blessing, cp. 3, pg. 49)
4. TELAH DIKATAKAN…
“Jangan membunuh.”
(Kel 20:13)
“Jangan berzinah” (Kel 20:14)
“Jika kemudian ia tidak menyukai
lagi perempuan itu… lalu ia menulis
surat cerai dan menyerahkannya ke
tangan perempuan itu” (Ul 24:1)
“Janganlah kamu bersumpah
dusta.”(Im 19:12)
“Mata ganti mata, gigi ganti
gigi.” (Kel 21:24)
“Kasihilah sesamamu
manusia.” (Im 19:18)
TETAPI AKU BERKATA KEPADAMU…
“Setiap orang yang marah terhadap
saudaranya (KJV: tanpa sebab) harus
dihukum.” (Mat 5:22)
“Setiap orang yang memandang perempuan
serta menginginkannya, sudah berzinah
dengan dia di dalam hatinya.” (Mat 5:28)
“Setiap orang yang menceraikan istrinya
kecuali karena zinah, ia menjadikan
istrinya berzinah.” (Mat 5:32)
“Janganlah sekali-kali bersumpah.” (Mat
5:34)
“Janganlah kamu melawan orang yang
berbuat jahat kepadamu.” (Mat 5:39)
“Kasihilah musuhmu.” (Mat 5:44)
Yesus memperluas Hukum serta menjelaskan makna yang sebenarnya. Dia
mendasarkan ajaran-Nya atas wewenang-Nya sendiri sebagai Pemberi Hukum.
5. “Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu
menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.’” (Matius 19:8)
Bagaimana Yesus memperluas arti dari perzinahan dalam Perintah ke-7?
Matius 5:28-32
Yesus menjelaskan bahwa perzinahan juga
melibatkan pikiran dan keinginan asusila.
Yesus menggunakan kiasan (“Jika matamu
yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah
dan buanglah itu”) untuk mengajar kita
bahwa kita harus mengambil tindakan yang
diperlukan untuk menghindari (atau
melarikan diri dari) pencobaan sebelum hal
itu menjadi dosa.
Yesus membuktikan bahwa poligami dan
perceraian selama beberapa waktu adalah
karena kelemahan bangsa Israel. Tapi
sekarang, Dia mengangkat kekudusan dan
kekekalan pernikahan.
6. “Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki
ayahnya atau ibunya harus mati. Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada
bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk
pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah --,
maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau
ibunya.”(Markus 7:10-12)
“Percuma mereka beribadah kepada-Ku,
sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah
perintah manusia.” (Markus 7:7)
Menurut orang-orang Farisi, jika seorang pria mempersembahkan semua harta miliknya
kepada Allah (yaitu, ia mewariskan barang-barangnya ke Bait Suci), ia dibebaskan dari
memelihara Perintah ke-5 dan dia masih bisa menggunakan hartanya.
Filsafat dan tradisi manusia tidak pernah dapat menggantikan atau mengubah Sepuluh
Perintah yang Allah tuliskan.
7. “‘Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus
kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang
terutama dan pertama.’”
(Matius 22:36-38)
Allah ingin kita menyerahkan semuanya
kepada-Nya, yang dimotivasi oleh kasih.
Penyerahan yang akan menghasilkan
penurutan kepada kehendak Ilahi, yang
tercermin dalam Perintah-Nya.
Orang muda yang kaya itu memelihara dan
melakukan Perintah (Matius 19:16-22) tapi dia
tidak mau meninggalkan segalanya ketika
Guru itu mengatakan kepadanya, “datanglah
kemari dan ikutlah Aku.”
Penurutan tanpa kasih tidaklah ada artinya.
Penurutan dan penyerahan haruslah selalu
bersama-sama. Jika tidak, kita hanya akan
menghidupkan suatu kehidupan Kristen yang
berpura-pura.
8. “Dalam ajaran-Nya, Kristus menunjukkan betapa jauh jangkauan
prinsip-prinsip hukum yang disampaikan dari Sinai. Dia membuat suatu
penerapan hidup dari hukum itu yang mana prinsip-prinsipnya tetap
selamanya sebagai standar kebenaran yang agung – standar yang oleh
mana semua akan dihakimi pada hari besar itu ketika penghakiman
akan dimulai, dan kitab-kitab akan dibuka. Dia datang untuk
menggenapi segala kebenaran, dan, sebagai kepala manusia, untuk
menunjukkan kepada manusia bahwa ia dapat melakukan pekerjaan
yang sama, memenuhi setiap rincian dari persyaratan Allah. Melalui
ukuran kasih karunia-Nya menyediakan kepada agen manusia, tidak
seorang pun kehilangan surga. Kesempurnaan karakter dapat dicapai
oleh setiap orang yang berusaha untuk itu. Hal ini membuat dasar dari
Injil perjanjian baru. Hukum YAHWEH adalah pohon; Injil adalah bunga
yang harum serta buah yang dihasilkannya.”
E.G.W. (Selected Messages, vol. 1, cp. 26, pg. 211)