SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 21
Dedi Damhudi (20116011034) 1
LANDASAN NEUROLOGIS PADA BAHASA
Oleh Dedi Damhudi
1. Pendahuluan
Perkembangan bahasa manusia terkait erat dengan perkembangan biologinya.
Pertumbuhan bahasa pada manusia mengikuti jadwal perkembangan genetiknya
sehingga munculnya suatu unsur bahasa tidak dapat dipaksakan. Selain faktor
biologis, faktor yang juga sangat penting dalam penguasaan bahasa adalah faktor
neurologis yang membahas tentang kaitan antara otak manusia dengan bahasa.
Neurologi mempunyai kaitan erat dengan bahasa karena kemampuan manusia
berbahasa ternyata bukan hanya karena lingkungan tetapi karena kodrat neurologis
yang dibawanya sejak lahir. Betapa besar peranan otak kita di dalam pemerolehan,
pemahaman dan pemakaian bahasa.
Proses bahasa itu dimulai dari enkode semantik, enkode gramatika, dan
enkode fonologi, lalu dilanjutkan dengan dekode fonologi, dekode gramatikal, dan
diakhiri dengan dekode semantik. Semua proses ini dikendalikan oleh otak yang
merupakan alat pengatur dan pengendali gerak semua aktifitas manusia (Chaer,
2003). Tanpa otak dengan fungsi-fungsinya yang kita miliki sekarang ini, mustahillah
manusia dapat berbahasa. Pada bahasan ini akan disajikan struktur dan organisasi
otak manusia untuk memberikan jawaban terhadap masalah pemerolehan,
pemahaman,dan pemakaian bahasa, serta akibat-akibat yang akan timbul bila ada
gangguan pada otak.
2. Pembahasan
2.1 Evolusi Otak Manusia
Manusia tumbuh secara gradual dari suatu bentuk ke bentuk lain selama
berjuta-juta tahun. Salah satu pertumbuhan yang telah diselidiki oleh para ahli
Palaeneurologi menunjukkan bahwa evolusi otak dari primat Austrolopithecus
sampai dengan manusia pada masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Hal
ini tampak paling tidak pada ukuran otak yang membesar dari 400 miligram menjadi
1400 miligram pada kurun waktu 3-4 juta tahun yang lalu. Dari munculnya Homo
Erectus sampai dengan adanya Homo Sapiens sekitar 1,7 juta tahun lalu ukuran
otak manusia telah berkembang hampir dua kali lipat, dari 800 miligram ke 1.500
miligram.
Dedi Damhudi (20116011034) 2
Perkembangan otak ini dapat dibagi menjadi empat tahap (Holloway dikutip
Dardjowidjojo, 2005:202). Tahap pertama adalah tahap perkembangan ukuran
seperti yang dikatakan di atas. Tahap ini tampak pada Homo Erectus yang
ditemukan di Jawa dan di Cina.Tahap kedua adalah adanya perubahan reorganisasi
pada otak. Lembah-lembah pada otak ada yang bergeser sehingga memperluas
daerah lain seperti daerah yang dinamakan kaerah pariental. Perubahan ini terjadi
pada praaustrolopithecus ke Austrolopithecus Afarensis. Tahap ketiga adalah
munculnya sistem fiber yang berbeda-beda pada daerah-daerah tertentu melalui
corpus callosum. Fiber-fiber ini diibaratkan sebagai kabel listrik yang memberikan
aliran-aliran elektrik untuk menggerakkan atau melakukan sesuatu. Tahap terakhir
adalah munculnya dua hemisfir yang asimitris. Dua perkembangan terakhir ini
(ketiga dan keempat) terjadi pada saat perubahan dari Homo Erectus ke Homo
Sapiens.
Otak manusia merupakan pusat dari sistem saraf manusia dan merupakan
organ yang sangat kompleks. Terlampir di tempurung kepala, ia memiliki struktur
umum yang sama dengan otak mamalia lain, tetapi tiga kali lebih besar sebagai otak
mamalia khas dengan ukuran tubuh setara. Sebagian besar ekspansi berasal dari
korteks serebral, berbelit-belit lapisan jaringan saraf yang menutupi permukaan otak
bagian depan. Terutama diperluas adalah lobus frontalis, yang terlibat dalam fungsi
eksekutif seperti pengendalian diri, perencanaan, penalaran, dan berpikir abstrak.
Satu diantara teori terdapat perbedaan kualitatif antara otak manusia seperti saat ini
dan otak manusia dalam bentuk pra-manusia.
Spink dan Cole (2006) menyebut apa yang diistilahkan sebagai transformasi
neurologi dengan lompatan besar pada otak manusia, yang bisa menghasilkan
transformasi dramatis pada bentuk kognitif manusia serta memperkuat kerja memori.
Peristiwa ini terjadi mulai dari 40.000 sampai 75.000 tahun lampau.
Perbedaan antara otak manusia saat ini dan otak manusia prasejarah serta nenek
moyang primata dapat dijelaskan dengan ukuran otak itu sendiri yang semakin
meningkat. Terdapat peningkatan relatif sebanyak tujuh kali lipat pada ukuran otak
dibanding massa tubuh mulai dari jaman kera sampai manusia hari ini (Jerison,
1973). Keadaan ini sering disebut dengan “bentuk terkuat dari hipotesa
ensefalization” atau hipotesa unitari. Menurut hipotesa ini, hanya terdapat satu
adaptasi evolusi pada evolusi manusia, yaitu ukuran otak, dengan ukurannya
semakin lama semakin meningkat. Dalam evolusi manusia dari primata ke Homo
Dedi Damhudi (20116011034) 3
sapiens, otak manusia berubah karena Homo sapiens mengembangkan
kemampuan sosio-kognitif dan bekerja sama sehingga sukses bersaing. Otak
manusia terus meningkat ukuran dan fungsinya; faktanya, peningkatan ukuran dan
fungsi ini sangatlah cepat. Berkembangnya otak manusia ini disebabkan karena
kebutuhan manusia untuk bekerja sama dalam kelompok demi mempertahankan
persaingan melawan kelompok Homo sapiens lainnya. Hipotesa “kerja sama untuk
bersaing” berarti hanya dikalangan manusia dan diantara diri mereka sendirilah yang
dapat mengembangkan tantangan cukup besar sehingga menimbulkan proses
adaptasi manusia. Oleh sebab itu diri manusia sendirilah yang menjadi kekuatan
alam.
Otak seorang bayi ketika baru dilahirkan beratnya hanyalah kira-kira 40% dari
berat otak orang dewasa; sedangkan makhluk primata lain, seperti kera adalah 70%
dari otak dewasanya (Menyuk, 1971:31). Dari perbandingan tersebut tampak bahwa
manusia kiranya telah dikodratkan secara biologis untuk mengembangkan otak dan
kemampuannya secara cepat. Dalam waktu tidak terlalu lama otak itu telah
berkembang menuju kesempurnaannya. Sewaktu dewasa manusia mempunyai otak
seberat 1350 gram, sedangkan simpanse dewasa hanya 450 gram (Slobin, 1971:
118). Memang ada manusia kerdil yang termasuk nanocephalic yang berat otaknya
hanya 450 gram waktu dewasa, tetapi masih dapat berbicara seperti manusia
lainnya, sedangkan makhluk lain tidak (Lenneberg 1964). Perkembangan atau
pertumbuhan otak manusia menurut Volpe (1987) terdiri atas enam tahap, yaitu:
Pembentukan tabung neural.
Profilerasi selular untuk membentuk calon sel neuron dan glia.
Perpindahan selular dari germinal subependemal ke korteks.
Deferensiasi selular menjadi beuron spesifik. Perkembangan akson dan dendrit yang
menyebabkan bertambahnya sinaps (perkembangan dendrit tergantung fungsi
daerah tersebut).
Elimenisi selektif neuron, sinaps, dan sebagainya untuk spesifikasi.
Perkembangan tahap 1 sampai 4 pada masa kandungan, dan tidak dipengaruhi oleh
dunia luar; sedangkan tahap 5 dan 6 berlangsung terus setelah lahir, dan
dipengaruhi oleh dunia luar atau keadaan sekitarnya (Goodman, 1987). Pada tahap
perkembangan ini ada dua masa yang merupakan masa terjadinya laju
perkembangan pesat dalam otak, yaitu antara bulan kedua dan bulan keempat masa
kandungan (yakni terjadinya pebelahan sel) dan antara bulan kelima kandungan
Dedi Damhudi (20116011034) 4
sampai usia 18 bulan sesudah lahir (yakni terjadinya pertambahan oligodendroglia).
Oleh karena itu, dua tahun pertama kehidupan disebut juga sebagai masa kritis
perkembangan karena stimulasi dan intervensi pada masa ini memberikan
perkembangan yang paling maksimal.
Meskipun sel otak dapat tumbuh dengan cepat pada saat bayi dalam
kandungan, dan juga mampu memperbaharui diri ketika mengalami luka, namun
adanya pertumbuhan dianggap tidak masuk akal, yang dianggap masuk akal justru
kemerosotan mental secara gradual ketika seseorang bertambah tua. Hal ini terjadi
karena ada beberapa sel otak yang mati dan tidak dapat diperbaharui lagi karena itu,
pendapat yang mengatakan bahwa sel otak manusia terus berkembang sepanjang
usia manusia sulit diterima oleh sejumlah pakar. Stroke (kerusakan pada pembuluh
darah otak) dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh kerusakan otak menjadi
bukti bahwa tidak ada lagi pertubuhan sel otak pada manusia dewasa.
2.2 Otak Manusia Vs Otak Binatang
Di samping bentuk tubuh dan ciri-ciri fisikal yang lainnya,yang membedakan
manusia dari binatang adalah terutama otaknya. Dibandingkan dengan binatang lain
seperti monyet dan anjing, volume otak manusia memang lebih besar. Akan tetapi
yang memisahkan manusia dari kelompok binatang, khususnya dalam hal
penggunaan bahasa, bukanlah ukuran dan bobot otaknya. Manusia berbeda dari
binatang karena struktur dan organisasi otaknya berbeda sehingga fungsi dan
penggunaannya berbeda pula dalam hal bahasa.
2.2.1 Otak Manusia
Dari segi ukurannya berat otak manusia adalah 1 sampai 1,5 kilogram dengan
rata-rata 1330 gram (Halloway dikutip Dardjowidjojo, 2005:203). Untuk ukuran orang
barat, ini adalah 2% dari berat badannya; untuk manusia Indonesia bahkan mungkin
kurang dari itu. Akan tetapi ukuran sekecil ini menyedot 15% dari seluruh peredaran
darah dari jantung dan memerlukan 20% dari sumber daya metabolik manusia.
Dengan demikian dari data di atas bahwa otak memerlukan perhatian khusus dari
badan kita.
Seluruh sistem saraf kita terdiri dari dua bagian utama: (a) tulang punggung
yang terdiri dari sederetan tulang punggung yang bersambung-sambungan (spinal
cord), dan (b) otak. Otak itu sendiri terdiri dari dua bagian yaitu batang otak (brain
stem) dan korteks selebral (cerebral cortex). Tulang punggung dan korteks selebral
Dedi Damhudi (20116011034) 5
ini merupakan sistem saraf sentral untuk manusia. Segala yang dilakukan manusia
baik berupa kegiatan fisik maupun mental itu dikendalikan oleh sistem saraf ini.
Batang otak terdiri dari bagian-bagian yang dinamakan Medulla, Pons, Otak
tengah, dan Cerebellum. Bagian-bagian ini terutama berkaitan dengan fungsi fisikal
tubuh, termasuk pernapasan, detak jantung , gerakan , reflex , pencernaan dan
pemunculan emosi (Steinberg dikutip Dardjowidjojo, 2005:203).
2.2.1.1 Hemisfer Kiri dan Hemisfer Kanan
Korteks selebral menangani fungsi-fungsi intelektual dan bahasa. Korteks
serebral manusia terdiri dari dua bagian, yakni hemisfir kiri dan hemisfir kanan.
Kedua hemisfir ini dihubungkan oleh sekitar 200 juta fiber yang dinamakan korpus
kalosum (corpus callosum) (Dingwall dikutip Dardjowidjojo, 2005:204).
Hamisfir kiri mengendalikan semua anggota badan yang ada di sebelah kanan,
termasuk muka bagian kanan. Sebaliknya, hemisfir kanan mengontrol anggota
badan dan wajah sebelah kiri. Sementara itu, Korpus Kalosum bertugas
mengintegrasi dan mengkoordinir apa yang dilakukan oleh kedua hemisfir tersebut.
Wujud fisik dari hemisfir kiri dan hemisfir kanan hampir merupakan pantulan
cermin, tetapi di sana sini ada sedikit perbedaan, misalnya pada hemisfir kiri ada
daerah Wernicke yang lebih luas daripada bagian yang sama pada hemisfir kanan.
Karena dalam kaitannya dengan bahasa yang paling banyak berperan adalah
hemisfir kiri. Seperti pada gambar di bawah ini.
Dedi Damhudi (20116011034) 6
Kedua hemisfer otak memunyai peranan yang berbeda bagi fungsikortikal.
Fungsi bicara-bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal.
Hemisfer kiri juga disebut juga hemisfer dominan bagi bahasa dan korteksnya
dinamakan korteks bahasa. Hemisfer dominan atau superior secara morfologis
memang agak berbeda dari hemisfer yang tidak dominan atau inferior. Hemisfer
dominan lebih berat dan girusnya lebih besar serta panjang. Hemisfer kiri juga
berperan untuk fungsi memori yang bersifat verbal (verbal memory). Sebaliknya
hemisfer kanan memunyai fungsi emosi, lagu isyarat (gestrure), baik yang emosional
maupun verbal.
Hemisfer kiri memang dominan untuk fungsi bicara bahasa, namun tanpa
adanya peranan hemisfer kanan pembicaraan seseorang menjadi monoton, tak ada
prosodi, tak ada lagu kalimat (tanpa menampilkan emosi atau mimik), dan tanpa
disertai isyarat-isyarat bahasa.
1) Hemisfer Kiri
Hemisfer kiri lebih aktif ketika seseorang terlibat dalam beberapa tugas yang
bersifat logis, simbolik, dan berangkai, seperti memecahkan persoalan matematika
dan memahami materi yang bersifat teknis. Hemisfer kiri mengatur kemampuan
untuk mengekspresikan diri dalam bahasa. Ia melakukan banyak aktivitas logika dan
analitik yang rumit dan mampu mengerjakan komputasi (perhitungan) matematika.
Dedi Damhudi (20116011034) 7
2) Hemisfer Kanan
Hemisfer kanan memiliki kemampuan lebih dalam memecahkan persoalan-
persoalan yang menuntut kemampuan visual-spatial, kemampuan menggunakan
peta, meniru cara berpakaian, mengenali wajah, dan membaca ekspresi wajah.
Hemisfer kanan aktif ketika seseorang mencoba berkreasi dan memberikan
apresiasi terhadap seni dan musik. Hemisfer kanan juga memiliki beberapa
kemampuan bahasa. Hemisfer kanan dapat memahami bahasa yang sangat
sederhana. Ia dapat berespon terhadap kata benda sederhana dengan memilih
benda seperti mur atau sisir, dan bahkan ia dapat berespon terhadap asosiasi objek
tersebut.
Dalam aktivitas hidup yang paling nyata, secara alamiah kedua sisi otak ini
saling kerjasama. Masing-masing memberikan kontribusi yang saling bekerja sama.
Sebagai contoh, kemampuan matematika tidak hanya melibatkan area-area lobus
frontal kiri, namun juga area lobus parietal kiri dan kanan. Lobus parietal kiri
diperlukan untuk menghitung jumlah yang pasti dengan menggunakan bahasa (“2
kali 5 sama dengan 10”). Lobus parietal kanan diperlukan untuk melakukan
pembayangan secara visual atau spatial, seperti “garis angka” jarak mental, yang
menghitung kuantitas atau besarnya jarak (“6 lebih deket ke 9 daripada ke 2”).
(Deehaene dkk, 1999).
2.2.2 Otak Binatang
Evolusi otak pada manusia dan pada makhluk lain berbeda. Pada makhluk
seperti ikan , tikus , dan burung misalnya korteks selebral boleh dikatakan tidak
tampak padahal korteks inilah yang sangat berkembang pada manusia. Pada
makhluk lain seperti simpanse dan juga gorilla juga tidak terdapat daerah-daerrah
yang dipakai untuk memproses bahasa. Korteks serebral pada binatang boleh
dikatakan tiadak tampak, padahal korteks inilah yang sangat berkembang pada
manusia. Manusia memakai sebagian besar otaknya untuk proses mental, termasuk
proses kebahasaan, tetapi binatang lebih banyak memakai otaknya untuk
kebutuhan-kebutuhan fisik.
Secara sederhana, perbedaan yang mendasar antara otak binatang dan
manusia terdapat pada lapisan terluar otaknya. Inilah yang disebut sebagai Cortex
Cerebri, atau sering disebut Cortex saja. Disinilah pusat aktifitas ’pikiran’ manusia
berada dan ternyata seluruh peradaban manusia dihasilkan oleh aktifitas kulit otak
Dedi Damhudi (20116011034) 8
ini. Itu pula, kenapa dunia binatang tidak memiliki peradaban seperti manusia – tidak
punya sains, teknologi, seni budaya, bahkan agama – karena mereka tidak
mempunyai cortex tersebut di otaknya. Lebih jauh, adalah menarik mendapati
kenyataan bahwa pusat penglihatan dan pendengaran manusia ternyata juga
terdapat di cortex-nya. Pusat penglihatan berada di kulit otak bagian belakang,
sedangkan pusat pendengaran berada di bagian samping.
Berarti, proses ‘melihat’ dan ‘mendengar’ itu sebenarnya identik dengan proses
berpikir. Orang yang melamun, meskipun bisa melihat dengan mata dan mendengar
dengan telinga, dia tidak bisa ’memahami’ apa yang sedang dilihat dan didengarnya.
Pada saat demikian, dia tidak sedang mengaktifkan daya pikir cortexnya secara
utuh, sehingga bisa disebut setara dengan ’binatang’. Pada kenyataannya,
Hipocampus merupakan pusat memori yang menyimpan ’kesimpulan’ proses-proses
rasional yang terjadi di Cortex. Secara fisiologis, Hipocampus terbentuk dari
perluasan kulit otak yang melipat ke bagian dalam otak tengah. Bentuknya seperti
huruf C. Dengan demikian, meskipun hipocampus berada di bagian dalam otak,
sebenarnya ia adalah bagian dari cortex yang bekerja secara rasional, logis, dan
analitis pula.
Mengerti bahasa dengan dapat berbahasa adalah dua hal yang berbeda.
Hewan-hewan yang dilatih, seperti dalam sirkus memang mengerti bahasa karena
dia dapat melakukan perbuatan yang diperintahkan kepadanya. Namun,
kemengertiannya itu sebenarnya bukanlah karena dia mengerti bahasa, melainkan
sebagai hasil dari respon yang dikondisikan, kemudian kalau brung beo dan burung
nuri dapat “ngomong” bukanlah karena burung-burung itu dapat berbahasa,
melainkan karena alat artikulasinya memungkinkan dia untuk dapat menirukan
ujaran manusia yang dapat didengar atau dilatihkan. Kalau kita mengacu kepada
teori generatif transformasi Chomsky yang mengatakan bahwa kemampuan
berbahasa adalah kemampuan untuk menghasilkan kalimat-kalimat baru yang
belum belum pernah didengar atau diucapkan orang, maka bisa disimpulkan bahwa
hewan-hewan itu tidak dapat berbahasa, burung beo dan burung nuri itu hanya bisa
mengucapkan kalimat yang pernah didengarnya, tetapi tidak dapat membuat
kalimat-kalimat baru.
Dedi Damhudi (20116011034) 9
2.3 Kaitan Otak dengan Bahasa
Otak memegang peranan yang sangat penting dalam berbahasa. Telah
diutarakan sebelumnya bahwa saraf-saraf tertentu dalam otak berkaitan dengan
fungsi berbahasa baik lisan maupun tulisan. Ini dapat dibuktikan bahwa terdapat
gangguan berbahasa bagi orang yang mengalami kerusakan otak atau kecelakaan
yang mengenai kepala, selain itu juga dilakukan eksperimen terhadap saraf-saraf di
otak bagi orang yang sehat. Saraf-saraf dalam otak berkaitan dengan fungsi
berbahasa adalah daerah broca, daerah Wernicke, dan daerah korteks ujaran
superior atau daerah motorsuplementer. Berdasarkan tiga daerah saraf tersebut
dapat dikatakan bahwa terdapat bagian-bagian tertentu pada saraf-saraf di otak kiri
manusia yang mempengaruhi manusia untuk menghasilkan ujaran untuk berbahasa
dan berkomunikasi dengan sesama.
Apabila input yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu
ditanggapi di lobe temporal, khususnya oleh korteks primer pendengaran. Setelah
bunyi diterima, dicerna, dan diolah maka bunyi bahasa yang masuk tersebut dikirim
ke daerah Wernicke untuk diinterpretasikan. Di daerah ini, bunyi-bunyi itu dipilah-
pilih menjadi sukukata, kata, frase, klausa, dan akhirnya menjadi kalimat.
Setelah bunyi tadi diberi makna dan dipahami isinya, maka ada dua jalur
kemungkinan. Jika masukan tadi hanya sekedar informasi yang tidak perlu
ditanggapi, maka masukan tadi cukup disimpan saja dalam memori. Namun bila
masukan itu perlu ditanggapi secara verbal, maka interpretasi itu dikirim ke daerah
Broca melalui fasikulus arkuat.
Di daerah Broca proses penanggapan dimulai setelah diputuskan tanggapan
verbal itu bunyinya seperti apa maka daerah Broca memerintahkan motor korteks
untuk melaksanakan prosesnya. Pelaksanaan di korteks motor juga tidak
sederhana. Untuk suatu ujuaran ada minimal 100 otot dan 140.000 rentetan
neuromuskuler yang terlibat. Proses ini nampak pada gambar di bawah ini.
Dedi Damhudi (20116011034) 10
Apabila input yang masuk bukan dalam bentuk lisan, tetapi dalam bentuk
tulisan, maka jalur pemrosesanya agak berbeda. Lihat bagan di bawah ini.
Masukan tidak ditanggapi oleh korteks primer pendengaran, tetapi oleh korteks
visual di lobe osipital. Masukan ini tidak langsung dikirim ke daerah Wernicke, tetapi
harus melewati girus anguler yang mengkoordinasikan daerah pemahaman dengan
daerah osipital. Setelah tahap ini, prosesnya sama, yakni input tadi dipahami oleh
daerah Wernicke, kemudian dikirim ke daerah Broca bila perlu tanggapan verbal.
Dedi Damhudi (20116011034) 11
2.4 Gangguan Wicara
Kelainan bicara atau wicara adalah adanya masalah dalam komunikasi dan
bagian-bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara.
Keterlambatan dan kelainan mungkin bervariasi dari yang ringan tahu tidak ada
pengaruhnya berhadap kehidupan sehari-hari dan sosialisasi, sampai yang tidak
mampu untuk mengeluarkan suara atau memahami dan mempergunakan bahasa.
Gangguan bicara berhubungan dengan kesulitan menghasilkan bunyi yang spesifik
untuk bicara atau dengan gangguan dalam kualitas suara. Berikut penyebab
gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut:
2.4.1 Gangguan Pendengaran
Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar
pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus dipikirkan bila ada
keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa
karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami
infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan
biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang
dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat
ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi
otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin).
Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila
kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan
pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan
tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang
disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya
kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif.
2.4.2 Kelainan Organ Bicara
Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang
bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi,
adenoid atau kelainan laring. Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah
sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan
mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”. Kelainan bibir
sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu
terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.
Dedi Damhudi (20116011034) 12
2.4.3 Retardasi Mental
Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak
lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan
bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai
keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor.
2.4.4 Genetik Heriditer dan Kelainan Kromosom
Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga
terjadi pada satu diantara atau ke dua orang tua saat kecil. Menurut Mery GL anak
yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia
2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah sedangkan Bruce
Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif
dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX.
2.4.5 Kelainan Sentral (Otak)
Gangguan berbahasa sentral adalah ketidaksanggupan untuk menggabungkan
kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih
rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada
pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar.
2.4.6 Autisme
Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme
adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi
dan interaksi sosial.
2.4.7 Mutisme Selektif
Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau
bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu atau
kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih
tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai
neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan
gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
Dedi Damhudi (20116011034) 13
2.4.8 Gangguan Emosi dan Perilaku Lainnya
Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal,
gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya
diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya.
2.4.9 Alergi Makanan
Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga
mengakibatkan gangguan perkembangan satu diantaranya adalah keterlambatan
bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada
gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya
keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak
sangat pesat perkembangan bicaranya.
2.4.10 Deprivasi Lingkungan
Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari
lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan
berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat.
Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang
makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena
penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang
gizi atau penelantaran anak.
2.5 Hipotese Umur Kritis
Sebelum mencapai umur belasan bawah, sekitar umur 12 tahunan, anak
mempunyai kemampuan untuk memperoleh bahasa mana pun yang disajikan
padanya secara natif. Hal ini tampak terutama pada aksesnya. Gejala ini dinyatakan
dalam hipotese yang bernama Hipotesis Umur Kritis (Critical Age Hypothesis) yang
diajukan oleh Lenneberg (1967). Pada esensinya hipotese ini mengatakan bahwa
antara umur 2 tahun sampai dengan 12 tahun seorang anak dapat memperoleh
bahasa mana pun dengan kemampuan seorang penutur asli. Jadi, seandainya ada
keluarga Amerika yang tinggal di Jakarta dan kemudian mereka melahirkan anak,
dan anak itu itu bergaul dengan orang-orang Indonesia sampai dengan, katakanlah
umur 5-7 tahun, dia pasti akan dapat berbahasa Indonesia Jakarta seperti anak
Jakarta seperti anak Jakarta yang lain. Begitu juga sebaliknya: anak Indonesia yang
lahir dan besar di New York dan bergaul dengan orang-orang New York akan
Dedi Damhudi (20116011034) 14
berbicara bahasa Inggris New York seperti orang New York. Hal seperti ini terjadi
karena sebelum umur 12 tahun pada anak belum terjadi lateralisasi, yakni hemisfer
kiri dan hemisfer kanan belum dipisah unutk diberi tugas sendiri-sendiri. Kedua-
duanya masih lentur dan masih dapat menerima tugas apa pun. Itu pulalah
sebabnya mengapa orang yang kena stroke pada umur di bawah sekitar 12 tahun
akan dapat pulih 100% dalam memperoleh bahasa sedangkan orang dewasa akan
kecil kemungkinannya untuk sembuh total.
2.6 Kekidalan dan Kekinanan
Ada orang yang kidal dan ada juga yang kinan, bahkan ada pula yang dapat
menggunakan kedua tangannya secara berimbang disebut ambidektrus
(ambidextrous). Disebutkan bahwa hemisfer kiri adalah sebagai hemisfer dominan
bagi bahasa. Untuk kebanyakan orang, bahasa ada pada hemisfer kiri yaitu sekitar
99% dari orang kinan memakai hemisfer kiri untuk berbahasa. Demikian juga orang
kidal, yaitu 75% dari mereka juga memakai hemisfer kiri, meskipun kadar dominasi
hemisfer ini tidak sekuat seperti pada orang kinan.
Masalah mengenai ada atau tidaknya kolerasi anatara kekidalan dan
kekinanan dalam pemakai bahasa ataupun kemampuan intelektual lainnya, ada
yang mengatakan bahwa kadar dominasi hemifer kiri pada orang kidal yang tidak
sekuat seperti orang kinan membuat orang kidal mempunyai masalah dalam hal
baca dan hal tulis (Lamn dan Epstein 1999) namun hal tersebut masih menjadi
perdebatan.
Berdasarkan penelitian bahwasannya bagian depan dari otak kita tidak
mempengaruhi seseorang untuk berbicara dengan baik dan benar, namun bagian
kepala yang disebut dengan Medan Broce (Broca)-lah yang memiliki peranan
penting dalam berbahasa, namun yang terjadi dalam masyarakat kita adalah
sesuatu yang buruk itu berasal dari kiri dan hal ini sudah menjadi budaya dan dalam
masyarakat yang berbudaya seperti ini orang umunya menghalangi anak untuk
menjadi kidal padahal masalah kekidalan adalah semata-mata masalah genetik,
namun belum ada penelitian yang menyatakan mengenai dampak dari pemaksaan
memakai tangan kanan.
Dedi Damhudi (20116011034) 15
2.7 Otak Pria dan Otak Wanita
Steinberg dkk dalam Dardjowidjojo (2010:221) memuat pendapat tentang
perbedaan antara otak pria dengan otak wanita terletak pada bentuknya, hemisfer
kiri pada wanita lebih tebal daripada hemisfer kanan. Keadaan inilah yang
menyebabkan kelas bahasa umumnya didominasi oleh wanita tetapi temuan Philip
dkk dalam Dardjowidjojo (2010:221) menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan
dalam pemrosesan bahasa antara pria dan wanita, perbedaan ini hanya mengarah
pada pengaruh budaya daripada pengaruh genetik.
Pada laki-laki otak cenderung berkembang dan memiliki spasial yang lebih
kompleks seperti kemampuan perancangan mekanis, pengukuran penentuan arah
abstraksi, dan manipulasi benda-benda fisik. Tak heran jika laki-laki suka sekali
mengutak-atik kendaraan. Daerah korteks otak pria lebih banyak tersedot untuk
melakukan fungsi-fungsi spasial dan cenderung memberi porsi sedikit pada daerah
korteksnya untuk memproduksi dan menggunakan kata-kata. Kumpulan saraf yang
menghubungkan otak kiri-kanan atau corpus collosum otak laki-laki lebih kecil
seperempat ketimbang otak perempuan.
Bila otak pria hanya menggunakan belahan otak kanan, otak perempuan bisa
memaksimalkan keduanya. Itulah mengapa perempuan lebih banyak bicara
ketimbang pria. Dalam sebuah penelitian disebutkan, perempuan menggunakan
sekitar 20.000 kata per hari, sementara pria hanya 7.000 kata!
Termasuk perempuan bisa memaksimalkan multi tasking-nya, menggendong si
kecil, sembari memasak dan menyaksikan sinetron favorit di televisi. Sementara
kaum pria, jangan heran kalau mereka tidak mendengarkan panggilan anda ketika
tengah menyimak pertandingan bola dari klub favorit atau tengah menyaksikan film
kesayangan di televisi. Otak perempuan lebih banyak mengandung serotonin yang
membuatnya bersikap tenang. Tak aneh jika wanita lebih kalem ketika menanggapi
ancaman yang melibatkan fisik, sedangkan laki-laki lebih cepat naik pitam. Selain
itu, otak perempuan juga memiliki oksitosin, yaitu zat yang mengikat manusia
dengan manusia lain atau dengan benda lebih banyak. Dua hal ini mempengaruhi
kecenderungan biologis otak pria untuk tidak bertindak lebih dahulu ketimbang
bicara. Ini berbeda dengan perempuan. Pusat memori (hippocampus) pada otak
perempuan lebih besar ketimbang pada otak pria. Ini bisa menjawab pertanyaan
kenapa bila laki-laki mudah lupa, sementara wanita bisa mengingat segala detail.
Selain itu wanita cenderung lebih besar kemungkinan sembuh dari penyakit afasia
Dedi Damhudi (20116011034) 16
daripada pria dan afasia lebih sering muncul pada pria daripada wanita saat mereka
terkena stroke .Kelebihan otak wanita daripada pria yang lainnya adalah otak wanita
lebih seimbang, lebih tajam, dan lebih awet serta selektif.
2.8 Bahasa Sinyal
Bahasa sinyal adalah pengganti bahasa verbal. Bahasa sinyal (sign language)
digunakan saat bahasa lisan tidak dapat digunakan. Bahasa ini menggunakan
tangan dan jari-jari untuk membentuk kata dan kalimat. Bahasa inilah yang sering
digunakan oleh para tuna rungu dan tuna wicara. Orang yang tuna rungu dapat
mempergunakan bahasa sinyal untuk berkomunikasi. Hemisfer kanan memang
lebih unggul untuk menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan desain dan pola-
pola visual, tetapi ternyata tetap saja hemisfer kiri yang lebih banyak mendominasi
bahasa sinyal.
Selain itu, ketika seorang tuna rungu ingin berkomunikasi dengan kita, maka
seharusnya hemisfer kanannya yang akan memegang peranan penting, namun
berdasarkan bukti dari penelitian terhadap tuna rungu yang juga mengalami
kerusakan hemisfer kirinya seperti halnya penderita Afasia Broca atau Wernicke, ia
tidak dapat menyampaikan bahasa sinyalnya dengan baik. Dalam hal ini kalimat
yang diproduksi jadi tidak karuan dan fungsi gramatikalnya kacau. Maka dengan ini
dapat diperoleh kesimpulan bahwa hemisfir kiri juga mempengaruhi bahasa sinyal
dan jika seseorang mengalami kerusakan hemisfer kanannya maka ia akan tetap
dapat menghasilkan sinyal yang benar dengan susunan kalimat serta gramatikalnya
juga baik dan benar.
Namun pada mereka yang menderita afasia broca terdapat kesukaran dalam
mensinyalkan apa yang ingin dinyatakan. Mereka mungkin bisa mensinyalkan kata,
tetapi infleksi untuk kata itu, atau fungsi gramatikalnya kacau. Begitu juga dengan
orang tuna rungu yang mengalami kerusakan di daerah Wernicke, mereka dapat
memberikan sinyal dengan lancar tapi maknanya tidak karuan. Konfigurasi, lokasi,
dan gerakan tangan atau jarinya menghasilkan kata-kata yang tidak cocok
maknanya sehingga kalimat tadi tidak berarti. Bukti lain bahwa pengguna bahasa
sinyal lebih banyak memakai hemisfer kiri untuk bersinyal adalah jika yang rusak
hemisfer kanan, pada umumnya tidak terjadi gangguan dalam bersinyal. Tata
bahasanya masih utuh dan tidak terbata-bata.
Dedi Damhudi (20116011034) 17
2.9 Metode Penelitian Otak
Dalam hal ini banyak sekali peneliti yang kemudian menyelidiki peranan otak
dalam memproduksi ujaran atau juga bagian-bagian manakah yang menghasilkan
ujaran secara verbal kemudian bahasa sinyal, dan juga hal-hal yang lainnya.
Disebutkan bahwa otak manusia itu bila diberi tekanan pada bagian-bagian tertentu
dapat mempengaruhi ujaran seseorang. Disini juga dapat kita ketahui bahwa bila
inputnya adalah visual maka prosesnya akan berbeda dengan inputnya bunyi
(suara) sebelum akhirnya outputnya secara verbal diujarkan. Seiring dengan adanya
kemajuan teknologi, manusia dapat meneliti otak manusia untuk mengetahui
khususnya dalam hal ini faktor-faktor yang berperan dan mempengaruhi seseorang
dalam berbahasa.
Kemajuan teknologi telah membuat penelitian mengenai otak lebih maju. Kini
telah terdapat CT atau CTA (Computer–ized Axial Tomography), PET (Positron
Emission Tomography), MRI (Magnetic Resonance Imaging), dan ERPs (Event
Related Potentials). Berikut ini spesifikasi dari alat-alat yang digunakan untuk
meneliti otak tersebut:
a. CT atau CTA (Computer–ized Axial Tomography)
CT atau CTA scan memanfaatkan sumber sinar-X (X-ray) untuk merekam
berbagai imaji (image) dan komputer kemudian membentuk imaji tiga dimensi dari
seluruh atau sebagian otak. Menarik untuk diketahui bahwa alat ini telah dipakai
untuk meneliti otak Mr. Tan (pasien Broca) yang otaknya disimpan di museum
kedokteran Paris selama lebih dari 100 tahun dan terbukti bahwa Broca itu benar.
b. PET (Positron Emission Tomography)
Berbeda dengan CAT, Positron Emission Tomography dapat mempertunjukan
kegiatan otak secara langsung. Pada PET bahan yang berisi radioaktif ringan ini
disuntikan ke pembuluh darah dan kemudian pola aliran darah pada otak ditelusuri
dengan alat detektor khusus yang diletakkan pada kepala si pasien. Detector ini
memberikan imaji yang berwarna-warna. Pada waktu pasien melakukan kegiatan
verbal sesuai dengan instruksi dari peneliti, bagian-bagian otak yang melakukan
kegiatan ini akan mendapat aliran darah yang lebih banyak dan menyebabkan
Dedi Damhudi (20116011034) 18
daerah itu “menyala” dengan cara ini orang lebih pasti tahu untuk menentukan
bagian-bagian mana dari otak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan verbal tertentu.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI (Magnetic Resonance Imaging) berfungsi untuk mengukur fungsi untuk
otak dengan memanfaatkan jumlah aliran darah pada daerah-daerah otak yang
sedang aktif. Aktivitas seluler diukur melalui medan magnetik yang menelusuri
proton-proton pada aliran darah. Pada saat suatu daerah di otak melakukan sesuatu
tugas kognitif, ada tambahan aliran darah dan aktivitas seluler yang berkaitan
dengan tugas tersebut pada daerah itu.
d. ERPs (Event Related Potentials)
ERPs (Event Related Potentials) berfungsi untuk mengukur perubahan-
perubahan voltase pada otak yang berkaitan dengan hal-hal seperti sensori, motorik,
atau kognitiif. Pengukuran perubahan voltase ini mempunyai resolusi waktu yang
ukurannya milidetik. Rekaman dari ERPs menunjukan sederatan puncak voltase
yang positif dan negatif yang muncul dengan jeda waktu tertentu sejak stimulus
diberikan.
3. Simpulan
Jadi dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa kaitan neurologis dan
perkembangan bahasa sejak dini sangat erat. Seorang anak yang mengalami masa-
masa menangis, mendekut dan mengoceh sesungguhnya mengalami juga
perkembangan otak yang sangat signifikan. Kemajuan berbahasa ditentukan
bagaimana pola pendidikan anak sejak dini. Para ahli menganjurkan bahwa
komunikasi yan diberikan kepada seorang anak sejak dalam kandungan, akan terus
berkembang sampai dia lahir kedunia. Perkembangan yang baik akan menciptakan
individu yang sempurna kelak. Sebagai contoh kecil, seorang anak ketika masih
dalam kandungan sering mendengar pertengkaran orang tuanya, atau ketika
seorang anak yang ada tanpa diharapkan, kemudian lahir ke dunia diterima tidak
seutuhnya, jarang diajak berkomunikasi oleh ayah dan ibunya, maka ketika
mengalami masa pertumbuhan bukan saja menjadi anak yang pasif namun juga
Dedi Damhudi (20116011034) 19
anak yang tidak percaya diri dalam pergaulan. Itu akan sangat berpengaruh pada
keterampilan berbahasa, anak akan enggan untuk mengembangkan bahasa karena
didorong rasa “takut salah”.
Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa ujaran didengar dan dipahami melalui
daerah Wernicke pada hemisfer kiri, lalu ujaran itu dipindahkan ke daerah Broca
untuk menghasilkan balasan ujaran itu. Kemudian sebuah isyarat tanggapan ujaran
itu dikirimkan ke dalam motor suplementer untuk menghasilkan ujaran secara fisik.
Sistem kerja otak hemisfer sebelah kiri sangat berkaitan dengan bahasa dan
berkembang sesuai usia manusia. Bahkan sedari seorang bayi di dalam kandungan,
otaknya sudah bekerja untuk mengenal bahasa yang disampaikan baik melalui
komunikasi verbal yang dilakukan oleh sang ibu maupun komunikasi nonverbal.
Hemisfer kanan memiliki kemampuan lebih dalam memecahkan persoalan-
persoalan yang menuntut kemampuan visual-spatial, kemampuan menggunakan
peta, meniru cara berpakaian, mengenali wajah, dan membaca ekspresi wajah.
Hemisfer kanan aktif ketika seseorang mencoba berkreasi dan memberikan
apresiasi terhadap seni dan musik. Hemisfer kanan juga memiliki beberapa
kemampuan bahasa. Hemisfer kanan dapat memahami bahasa yang sangat
sederhana. Ia dapat berespon terhadap kata benda sederhana dengan memilih
benda seperti mur atau sisir, dan bahkan ia dapat berespon terhadap asosiasi objek
tersebut.
Dalam aktivitas hidup yang paling nyata, secara alamiah kedua sisi otak ini
saling kerjasama. Masing-masing memberikan kontribusi yang saling bekerja sama.
Sebagai contoh, kemampuan matematika tidak hanya melibatkan area-area lobus
frontal kiri, namun juga area lobus parietal kiri dan kanan. Faktor pendukung
kebahasaan seorang anak bukan saja terletak di tangan orang tua namun yang
terpenting juga adalah lingkungan sekitar. Lingkungan bahasa yang baik akan
menciptakan individu yang dapat berbahasa dengan baik, namun lingkungan yang
buruk akan berpengaruh pada individu dalam berbahasa yang tidak dapat dikatakan
dengan baik.
Dedi Damhudi (20116011034) 20
DAFTAR PUSTAKA
Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik, Kajian Teoretik. Jakarta: Rineke Cipta.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
Dedi Damhudi (20116011034) 21
LANDASAN NEUROLOGIS PADA BAHASA
Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah: Psikolinguistik
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hj. Ratu Wardarita, M.Pd.
Agustinawati, S.Pd., M.Pd.
Oleh: Dedi Damhudi (20116011034)
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2013

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaDian Kirtley Kristi
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikkholid harras
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemEster Emilia
 
makalah keterampilan menulis
makalah keterampilan menulismakalah keterampilan menulis
makalah keterampilan menulistyaarahman
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaWaQhyoe Arryee
 
Ihwal psikolinguistik
Ihwal psikolinguistikIhwal psikolinguistik
Ihwal psikolinguistikkholid harras
 
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi BahasaKelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi BahasaRicky Subagya
 
MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA Lita Tania
 
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam IlmiahBahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam IlmiahikaNurulFadhillah
 
Keterampilan Berbicara
Keterampilan BerbicaraKeterampilan Berbicara
Keterampilan Berbicarawidawahyuni21
 
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuankarakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuanAnang Dwi Purwanto
 
Bab tentang kalimat
Bab tentang kalimatBab tentang kalimat
Bab tentang kalimatIbnu Khoiry
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuPutriAgilya
 

La actualidad más candente (20)

Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
 
Bahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistemBahasa sebagai sistem
Bahasa sebagai sistem
 
makalah keterampilan menulis
makalah keterampilan menulismakalah keterampilan menulis
makalah keterampilan menulis
 
Fonologi
FonologiFonologi
Fonologi
 
Bahasa powerpoint
Bahasa powerpointBahasa powerpoint
Bahasa powerpoint
 
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa IndonesiaMakalah Ragam Bahasa Indonesia
Makalah Ragam Bahasa Indonesia
 
Kalimat efektif ppt
Kalimat efektif pptKalimat efektif ppt
Kalimat efektif ppt
 
Powerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesiaPowerpoint ragam bahasa indonesia
Powerpoint ragam bahasa indonesia
 
Ihwal psikolinguistik
Ihwal psikolinguistikIhwal psikolinguistik
Ihwal psikolinguistik
 
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi BahasaKelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
Kelompok 5 Psikolinguistik - Aspek Neurologi Bahasa
 
MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA MASYARAKAT BAHASA
MASYARAKAT BAHASA
 
Struktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesiaStruktur morfologi bahasa indonesia
Struktur morfologi bahasa indonesia
 
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam IlmiahBahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
 
Keterampilan Berbicara
Keterampilan BerbicaraKeterampilan Berbicara
Keterampilan Berbicara
 
Objek penelitian bahasa
Objek penelitian bahasaObjek penelitian bahasa
Objek penelitian bahasa
 
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuankarakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
karakteristik umum bahasa indonesia keilmuan
 
Bab tentang kalimat
Bab tentang kalimatBab tentang kalimat
Bab tentang kalimat
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
 
Pengembangan Paragraf
Pengembangan ParagrafPengembangan Paragraf
Pengembangan Paragraf
 

Destacado

Bagaimana manusia mempersepsi ujaran
Bagaimana manusia mempersepsi ujaranBagaimana manusia mempersepsi ujaran
Bagaimana manusia mempersepsi ujaranSelviana Selviana
 
Aspek neurology bahasa
Aspek neurology bahasaAspek neurology bahasa
Aspek neurology bahasaMulyadi Faqot
 
Pelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaranPelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaranDedy Apriyadi
 
Ketaksamaan peluang pendidikan
Ketaksamaan peluang pendidikanKetaksamaan peluang pendidikan
Ketaksamaan peluang pendidikan753314
 
Makalah metode pembelajaran jigsaw
Makalah metode pembelajaran jigsawMakalah metode pembelajaran jigsaw
Makalah metode pembelajaran jigsawNor Hidayati
 
Hemispheric Specialisation
Hemispheric SpecialisationHemispheric Specialisation
Hemispheric Specialisationcoburgpsych
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaYunita Siswanti
 
makalah model pembelajaran JIGSAW
makalah model pembelajaran JIGSAWmakalah model pembelajaran JIGSAW
makalah model pembelajaran JIGSAWCharis Al Asad
 
Perkembangan kognisi dan bahasa
Perkembangan kognisi dan bahasaPerkembangan kognisi dan bahasa
Perkembangan kognisi dan bahasaFPsiA
 

Destacado (13)

Bagaimana manusia mempersepsi ujaran
Bagaimana manusia mempersepsi ujaranBagaimana manusia mempersepsi ujaran
Bagaimana manusia mempersepsi ujaran
 
Aspek neurology bahasa
Aspek neurology bahasaAspek neurology bahasa
Aspek neurology bahasa
 
Psikolinguistik ppt
Psikolinguistik  pptPsikolinguistik  ppt
Psikolinguistik ppt
 
TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK
TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIKTINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK
TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK
 
Pelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaranPelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaran
 
Ketaksamaan peluang pendidikan
Ketaksamaan peluang pendidikanKetaksamaan peluang pendidikan
Ketaksamaan peluang pendidikan
 
Makalah metode pembelajaran jigsaw
Makalah metode pembelajaran jigsawMakalah metode pembelajaran jigsaw
Makalah metode pembelajaran jigsaw
 
Hemispheric Specialisation
Hemispheric SpecialisationHemispheric Specialisation
Hemispheric Specialisation
 
Psikolinguistik
PsikolinguistikPsikolinguistik
Psikolinguistik
 
Biological bases of human behavior
Biological bases of human behaviorBiological bases of human behavior
Biological bases of human behavior
 
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran BahasaTeori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
Teori Belajar dalam Pembelajaran Bahasa
 
makalah model pembelajaran JIGSAW
makalah model pembelajaran JIGSAWmakalah model pembelajaran JIGSAW
makalah model pembelajaran JIGSAW
 
Perkembangan kognisi dan bahasa
Perkembangan kognisi dan bahasaPerkembangan kognisi dan bahasa
Perkembangan kognisi dan bahasa
 

Similar a Otak Manusia Vs Binatang

D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitifD4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitifRosida Marasabessy
 
Hakikat Kejadian Manusia
Hakikat Kejadian ManusiaHakikat Kejadian Manusia
Hakikat Kejadian ManusiaNasir Hassan
 
BIOSAINS FIX.pptx
BIOSAINS FIX.pptxBIOSAINS FIX.pptx
BIOSAINS FIX.pptxanon956045
 
PUM1 - 5DasarBiologisPerilaku
PUM1 - 5DasarBiologisPerilakuPUM1 - 5DasarBiologisPerilaku
PUM1 - 5DasarBiologisPerilakumfrids
 
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptx
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptxPPT PSIKOLOGI AGAMA.pptx
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptxAliasSHI
 
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak ManusiaFakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak ManusiaFakhriyah Elita
 
84234966 makalah-biologi-dasar-mengenai-otak-1
84234966 makalah-biologi-dasar-mengenai-otak-184234966 makalah-biologi-dasar-mengenai-otak-1
84234966 makalah-biologi-dasar-mengenai-otak-1I'mm Wahyd's
 
Makalah Perkembangan Peserta Didik
Makalah Perkembangan Peserta DidikMakalah Perkembangan Peserta Didik
Makalah Perkembangan Peserta DidikArina Latifah
 
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...raditio ghifiardi
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkemban
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkembanModul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkemban
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkembansuher lambang
 
Anatomi dan fisiologi manusia
Anatomi dan fisiologi manusiaAnatomi dan fisiologi manusia
Anatomi dan fisiologi manusiaSTKIP PI MAKASSAR
 
Laporan Praktikum XI IPA 3
Laporan Praktikum XI IPA 3Laporan Praktikum XI IPA 3
Laporan Praktikum XI IPA 3Budi Triyanto
 

Similar a Otak Manusia Vs Binatang (20)

D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitifD4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
D4 b. perkembangan otak dan metode penelitian syaraf kognitif
 
Hakikat Kejadian Manusia
Hakikat Kejadian ManusiaHakikat Kejadian Manusia
Hakikat Kejadian Manusia
 
BIOSAINS FIX.pptx
BIOSAINS FIX.pptxBIOSAINS FIX.pptx
BIOSAINS FIX.pptx
 
PUM1 - 5DasarBiologisPerilaku
PUM1 - 5DasarBiologisPerilakuPUM1 - 5DasarBiologisPerilaku
PUM1 - 5DasarBiologisPerilaku
 
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptx
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptxPPT PSIKOLOGI AGAMA.pptx
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptx
 
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak ManusiaFakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
 
84234966 makalah-biologi-dasar-mengenai-otak-1
84234966 makalah-biologi-dasar-mengenai-otak-184234966 makalah-biologi-dasar-mengenai-otak-1
84234966 makalah-biologi-dasar-mengenai-otak-1
 
Makalah otak
Makalah otakMakalah otak
Makalah otak
 
Makalah Perkembangan Peserta Didik
Makalah Perkembangan Peserta DidikMakalah Perkembangan Peserta Didik
Makalah Perkembangan Peserta Didik
 
5. gen dan perilaku
5. gen dan perilaku5. gen dan perilaku
5. gen dan perilaku
 
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca  by Prof. Dr. Soehartono Taa...
Sudut Pandang Moral - Immoral Terhadap Sel Punca by Prof. Dr. Soehartono Taa...
 
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkemban
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkembanModul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkemban
Modul pertemuan psy faal pkk ke 6 materi perkemban
 
Anatomi dan fisiologi manusia
Anatomi dan fisiologi manusiaAnatomi dan fisiologi manusia
Anatomi dan fisiologi manusia
 
187899503 karya-tulis
187899503 karya-tulis187899503 karya-tulis
187899503 karya-tulis
 
187899503 karya-tulis
187899503 karya-tulis187899503 karya-tulis
187899503 karya-tulis
 
Laporan Praktikum XI IPA 3
Laporan Praktikum XI IPA 3Laporan Praktikum XI IPA 3
Laporan Praktikum XI IPA 3
 
Pengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiahPengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiah
 
Pengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiahPengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiah
 
Pengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiahPengertian ilmu alamiah
Pengertian ilmu alamiah
 
Pembelahan sel
Pembelahan selPembelahan sel
Pembelahan sel
 

Otak Manusia Vs Binatang

  • 1. Dedi Damhudi (20116011034) 1 LANDASAN NEUROLOGIS PADA BAHASA Oleh Dedi Damhudi 1. Pendahuluan Perkembangan bahasa manusia terkait erat dengan perkembangan biologinya. Pertumbuhan bahasa pada manusia mengikuti jadwal perkembangan genetiknya sehingga munculnya suatu unsur bahasa tidak dapat dipaksakan. Selain faktor biologis, faktor yang juga sangat penting dalam penguasaan bahasa adalah faktor neurologis yang membahas tentang kaitan antara otak manusia dengan bahasa. Neurologi mempunyai kaitan erat dengan bahasa karena kemampuan manusia berbahasa ternyata bukan hanya karena lingkungan tetapi karena kodrat neurologis yang dibawanya sejak lahir. Betapa besar peranan otak kita di dalam pemerolehan, pemahaman dan pemakaian bahasa. Proses bahasa itu dimulai dari enkode semantik, enkode gramatika, dan enkode fonologi, lalu dilanjutkan dengan dekode fonologi, dekode gramatikal, dan diakhiri dengan dekode semantik. Semua proses ini dikendalikan oleh otak yang merupakan alat pengatur dan pengendali gerak semua aktifitas manusia (Chaer, 2003). Tanpa otak dengan fungsi-fungsinya yang kita miliki sekarang ini, mustahillah manusia dapat berbahasa. Pada bahasan ini akan disajikan struktur dan organisasi otak manusia untuk memberikan jawaban terhadap masalah pemerolehan, pemahaman,dan pemakaian bahasa, serta akibat-akibat yang akan timbul bila ada gangguan pada otak. 2. Pembahasan 2.1 Evolusi Otak Manusia Manusia tumbuh secara gradual dari suatu bentuk ke bentuk lain selama berjuta-juta tahun. Salah satu pertumbuhan yang telah diselidiki oleh para ahli Palaeneurologi menunjukkan bahwa evolusi otak dari primat Austrolopithecus sampai dengan manusia pada masa kini telah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Hal ini tampak paling tidak pada ukuran otak yang membesar dari 400 miligram menjadi 1400 miligram pada kurun waktu 3-4 juta tahun yang lalu. Dari munculnya Homo Erectus sampai dengan adanya Homo Sapiens sekitar 1,7 juta tahun lalu ukuran otak manusia telah berkembang hampir dua kali lipat, dari 800 miligram ke 1.500 miligram.
  • 2. Dedi Damhudi (20116011034) 2 Perkembangan otak ini dapat dibagi menjadi empat tahap (Holloway dikutip Dardjowidjojo, 2005:202). Tahap pertama adalah tahap perkembangan ukuran seperti yang dikatakan di atas. Tahap ini tampak pada Homo Erectus yang ditemukan di Jawa dan di Cina.Tahap kedua adalah adanya perubahan reorganisasi pada otak. Lembah-lembah pada otak ada yang bergeser sehingga memperluas daerah lain seperti daerah yang dinamakan kaerah pariental. Perubahan ini terjadi pada praaustrolopithecus ke Austrolopithecus Afarensis. Tahap ketiga adalah munculnya sistem fiber yang berbeda-beda pada daerah-daerah tertentu melalui corpus callosum. Fiber-fiber ini diibaratkan sebagai kabel listrik yang memberikan aliran-aliran elektrik untuk menggerakkan atau melakukan sesuatu. Tahap terakhir adalah munculnya dua hemisfir yang asimitris. Dua perkembangan terakhir ini (ketiga dan keempat) terjadi pada saat perubahan dari Homo Erectus ke Homo Sapiens. Otak manusia merupakan pusat dari sistem saraf manusia dan merupakan organ yang sangat kompleks. Terlampir di tempurung kepala, ia memiliki struktur umum yang sama dengan otak mamalia lain, tetapi tiga kali lebih besar sebagai otak mamalia khas dengan ukuran tubuh setara. Sebagian besar ekspansi berasal dari korteks serebral, berbelit-belit lapisan jaringan saraf yang menutupi permukaan otak bagian depan. Terutama diperluas adalah lobus frontalis, yang terlibat dalam fungsi eksekutif seperti pengendalian diri, perencanaan, penalaran, dan berpikir abstrak. Satu diantara teori terdapat perbedaan kualitatif antara otak manusia seperti saat ini dan otak manusia dalam bentuk pra-manusia. Spink dan Cole (2006) menyebut apa yang diistilahkan sebagai transformasi neurologi dengan lompatan besar pada otak manusia, yang bisa menghasilkan transformasi dramatis pada bentuk kognitif manusia serta memperkuat kerja memori. Peristiwa ini terjadi mulai dari 40.000 sampai 75.000 tahun lampau. Perbedaan antara otak manusia saat ini dan otak manusia prasejarah serta nenek moyang primata dapat dijelaskan dengan ukuran otak itu sendiri yang semakin meningkat. Terdapat peningkatan relatif sebanyak tujuh kali lipat pada ukuran otak dibanding massa tubuh mulai dari jaman kera sampai manusia hari ini (Jerison, 1973). Keadaan ini sering disebut dengan “bentuk terkuat dari hipotesa ensefalization” atau hipotesa unitari. Menurut hipotesa ini, hanya terdapat satu adaptasi evolusi pada evolusi manusia, yaitu ukuran otak, dengan ukurannya semakin lama semakin meningkat. Dalam evolusi manusia dari primata ke Homo
  • 3. Dedi Damhudi (20116011034) 3 sapiens, otak manusia berubah karena Homo sapiens mengembangkan kemampuan sosio-kognitif dan bekerja sama sehingga sukses bersaing. Otak manusia terus meningkat ukuran dan fungsinya; faktanya, peningkatan ukuran dan fungsi ini sangatlah cepat. Berkembangnya otak manusia ini disebabkan karena kebutuhan manusia untuk bekerja sama dalam kelompok demi mempertahankan persaingan melawan kelompok Homo sapiens lainnya. Hipotesa “kerja sama untuk bersaing” berarti hanya dikalangan manusia dan diantara diri mereka sendirilah yang dapat mengembangkan tantangan cukup besar sehingga menimbulkan proses adaptasi manusia. Oleh sebab itu diri manusia sendirilah yang menjadi kekuatan alam. Otak seorang bayi ketika baru dilahirkan beratnya hanyalah kira-kira 40% dari berat otak orang dewasa; sedangkan makhluk primata lain, seperti kera adalah 70% dari otak dewasanya (Menyuk, 1971:31). Dari perbandingan tersebut tampak bahwa manusia kiranya telah dikodratkan secara biologis untuk mengembangkan otak dan kemampuannya secara cepat. Dalam waktu tidak terlalu lama otak itu telah berkembang menuju kesempurnaannya. Sewaktu dewasa manusia mempunyai otak seberat 1350 gram, sedangkan simpanse dewasa hanya 450 gram (Slobin, 1971: 118). Memang ada manusia kerdil yang termasuk nanocephalic yang berat otaknya hanya 450 gram waktu dewasa, tetapi masih dapat berbicara seperti manusia lainnya, sedangkan makhluk lain tidak (Lenneberg 1964). Perkembangan atau pertumbuhan otak manusia menurut Volpe (1987) terdiri atas enam tahap, yaitu: Pembentukan tabung neural. Profilerasi selular untuk membentuk calon sel neuron dan glia. Perpindahan selular dari germinal subependemal ke korteks. Deferensiasi selular menjadi beuron spesifik. Perkembangan akson dan dendrit yang menyebabkan bertambahnya sinaps (perkembangan dendrit tergantung fungsi daerah tersebut). Elimenisi selektif neuron, sinaps, dan sebagainya untuk spesifikasi. Perkembangan tahap 1 sampai 4 pada masa kandungan, dan tidak dipengaruhi oleh dunia luar; sedangkan tahap 5 dan 6 berlangsung terus setelah lahir, dan dipengaruhi oleh dunia luar atau keadaan sekitarnya (Goodman, 1987). Pada tahap perkembangan ini ada dua masa yang merupakan masa terjadinya laju perkembangan pesat dalam otak, yaitu antara bulan kedua dan bulan keempat masa kandungan (yakni terjadinya pebelahan sel) dan antara bulan kelima kandungan
  • 4. Dedi Damhudi (20116011034) 4 sampai usia 18 bulan sesudah lahir (yakni terjadinya pertambahan oligodendroglia). Oleh karena itu, dua tahun pertama kehidupan disebut juga sebagai masa kritis perkembangan karena stimulasi dan intervensi pada masa ini memberikan perkembangan yang paling maksimal. Meskipun sel otak dapat tumbuh dengan cepat pada saat bayi dalam kandungan, dan juga mampu memperbaharui diri ketika mengalami luka, namun adanya pertumbuhan dianggap tidak masuk akal, yang dianggap masuk akal justru kemerosotan mental secara gradual ketika seseorang bertambah tua. Hal ini terjadi karena ada beberapa sel otak yang mati dan tidak dapat diperbaharui lagi karena itu, pendapat yang mengatakan bahwa sel otak manusia terus berkembang sepanjang usia manusia sulit diterima oleh sejumlah pakar. Stroke (kerusakan pada pembuluh darah otak) dan berbagai penyakit yang disebabkan oleh kerusakan otak menjadi bukti bahwa tidak ada lagi pertubuhan sel otak pada manusia dewasa. 2.2 Otak Manusia Vs Otak Binatang Di samping bentuk tubuh dan ciri-ciri fisikal yang lainnya,yang membedakan manusia dari binatang adalah terutama otaknya. Dibandingkan dengan binatang lain seperti monyet dan anjing, volume otak manusia memang lebih besar. Akan tetapi yang memisahkan manusia dari kelompok binatang, khususnya dalam hal penggunaan bahasa, bukanlah ukuran dan bobot otaknya. Manusia berbeda dari binatang karena struktur dan organisasi otaknya berbeda sehingga fungsi dan penggunaannya berbeda pula dalam hal bahasa. 2.2.1 Otak Manusia Dari segi ukurannya berat otak manusia adalah 1 sampai 1,5 kilogram dengan rata-rata 1330 gram (Halloway dikutip Dardjowidjojo, 2005:203). Untuk ukuran orang barat, ini adalah 2% dari berat badannya; untuk manusia Indonesia bahkan mungkin kurang dari itu. Akan tetapi ukuran sekecil ini menyedot 15% dari seluruh peredaran darah dari jantung dan memerlukan 20% dari sumber daya metabolik manusia. Dengan demikian dari data di atas bahwa otak memerlukan perhatian khusus dari badan kita. Seluruh sistem saraf kita terdiri dari dua bagian utama: (a) tulang punggung yang terdiri dari sederetan tulang punggung yang bersambung-sambungan (spinal cord), dan (b) otak. Otak itu sendiri terdiri dari dua bagian yaitu batang otak (brain stem) dan korteks selebral (cerebral cortex). Tulang punggung dan korteks selebral
  • 5. Dedi Damhudi (20116011034) 5 ini merupakan sistem saraf sentral untuk manusia. Segala yang dilakukan manusia baik berupa kegiatan fisik maupun mental itu dikendalikan oleh sistem saraf ini. Batang otak terdiri dari bagian-bagian yang dinamakan Medulla, Pons, Otak tengah, dan Cerebellum. Bagian-bagian ini terutama berkaitan dengan fungsi fisikal tubuh, termasuk pernapasan, detak jantung , gerakan , reflex , pencernaan dan pemunculan emosi (Steinberg dikutip Dardjowidjojo, 2005:203). 2.2.1.1 Hemisfer Kiri dan Hemisfer Kanan Korteks selebral menangani fungsi-fungsi intelektual dan bahasa. Korteks serebral manusia terdiri dari dua bagian, yakni hemisfir kiri dan hemisfir kanan. Kedua hemisfir ini dihubungkan oleh sekitar 200 juta fiber yang dinamakan korpus kalosum (corpus callosum) (Dingwall dikutip Dardjowidjojo, 2005:204). Hamisfir kiri mengendalikan semua anggota badan yang ada di sebelah kanan, termasuk muka bagian kanan. Sebaliknya, hemisfir kanan mengontrol anggota badan dan wajah sebelah kiri. Sementara itu, Korpus Kalosum bertugas mengintegrasi dan mengkoordinir apa yang dilakukan oleh kedua hemisfir tersebut. Wujud fisik dari hemisfir kiri dan hemisfir kanan hampir merupakan pantulan cermin, tetapi di sana sini ada sedikit perbedaan, misalnya pada hemisfir kiri ada daerah Wernicke yang lebih luas daripada bagian yang sama pada hemisfir kanan. Karena dalam kaitannya dengan bahasa yang paling banyak berperan adalah hemisfir kiri. Seperti pada gambar di bawah ini.
  • 6. Dedi Damhudi (20116011034) 6 Kedua hemisfer otak memunyai peranan yang berbeda bagi fungsikortikal. Fungsi bicara-bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri bagi orang yang tidak kidal. Hemisfer kiri juga disebut juga hemisfer dominan bagi bahasa dan korteksnya dinamakan korteks bahasa. Hemisfer dominan atau superior secara morfologis memang agak berbeda dari hemisfer yang tidak dominan atau inferior. Hemisfer dominan lebih berat dan girusnya lebih besar serta panjang. Hemisfer kiri juga berperan untuk fungsi memori yang bersifat verbal (verbal memory). Sebaliknya hemisfer kanan memunyai fungsi emosi, lagu isyarat (gestrure), baik yang emosional maupun verbal. Hemisfer kiri memang dominan untuk fungsi bicara bahasa, namun tanpa adanya peranan hemisfer kanan pembicaraan seseorang menjadi monoton, tak ada prosodi, tak ada lagu kalimat (tanpa menampilkan emosi atau mimik), dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa. 1) Hemisfer Kiri Hemisfer kiri lebih aktif ketika seseorang terlibat dalam beberapa tugas yang bersifat logis, simbolik, dan berangkai, seperti memecahkan persoalan matematika dan memahami materi yang bersifat teknis. Hemisfer kiri mengatur kemampuan untuk mengekspresikan diri dalam bahasa. Ia melakukan banyak aktivitas logika dan analitik yang rumit dan mampu mengerjakan komputasi (perhitungan) matematika.
  • 7. Dedi Damhudi (20116011034) 7 2) Hemisfer Kanan Hemisfer kanan memiliki kemampuan lebih dalam memecahkan persoalan- persoalan yang menuntut kemampuan visual-spatial, kemampuan menggunakan peta, meniru cara berpakaian, mengenali wajah, dan membaca ekspresi wajah. Hemisfer kanan aktif ketika seseorang mencoba berkreasi dan memberikan apresiasi terhadap seni dan musik. Hemisfer kanan juga memiliki beberapa kemampuan bahasa. Hemisfer kanan dapat memahami bahasa yang sangat sederhana. Ia dapat berespon terhadap kata benda sederhana dengan memilih benda seperti mur atau sisir, dan bahkan ia dapat berespon terhadap asosiasi objek tersebut. Dalam aktivitas hidup yang paling nyata, secara alamiah kedua sisi otak ini saling kerjasama. Masing-masing memberikan kontribusi yang saling bekerja sama. Sebagai contoh, kemampuan matematika tidak hanya melibatkan area-area lobus frontal kiri, namun juga area lobus parietal kiri dan kanan. Lobus parietal kiri diperlukan untuk menghitung jumlah yang pasti dengan menggunakan bahasa (“2 kali 5 sama dengan 10”). Lobus parietal kanan diperlukan untuk melakukan pembayangan secara visual atau spatial, seperti “garis angka” jarak mental, yang menghitung kuantitas atau besarnya jarak (“6 lebih deket ke 9 daripada ke 2”). (Deehaene dkk, 1999). 2.2.2 Otak Binatang Evolusi otak pada manusia dan pada makhluk lain berbeda. Pada makhluk seperti ikan , tikus , dan burung misalnya korteks selebral boleh dikatakan tidak tampak padahal korteks inilah yang sangat berkembang pada manusia. Pada makhluk lain seperti simpanse dan juga gorilla juga tidak terdapat daerah-daerrah yang dipakai untuk memproses bahasa. Korteks serebral pada binatang boleh dikatakan tiadak tampak, padahal korteks inilah yang sangat berkembang pada manusia. Manusia memakai sebagian besar otaknya untuk proses mental, termasuk proses kebahasaan, tetapi binatang lebih banyak memakai otaknya untuk kebutuhan-kebutuhan fisik. Secara sederhana, perbedaan yang mendasar antara otak binatang dan manusia terdapat pada lapisan terluar otaknya. Inilah yang disebut sebagai Cortex Cerebri, atau sering disebut Cortex saja. Disinilah pusat aktifitas ’pikiran’ manusia berada dan ternyata seluruh peradaban manusia dihasilkan oleh aktifitas kulit otak
  • 8. Dedi Damhudi (20116011034) 8 ini. Itu pula, kenapa dunia binatang tidak memiliki peradaban seperti manusia – tidak punya sains, teknologi, seni budaya, bahkan agama – karena mereka tidak mempunyai cortex tersebut di otaknya. Lebih jauh, adalah menarik mendapati kenyataan bahwa pusat penglihatan dan pendengaran manusia ternyata juga terdapat di cortex-nya. Pusat penglihatan berada di kulit otak bagian belakang, sedangkan pusat pendengaran berada di bagian samping. Berarti, proses ‘melihat’ dan ‘mendengar’ itu sebenarnya identik dengan proses berpikir. Orang yang melamun, meskipun bisa melihat dengan mata dan mendengar dengan telinga, dia tidak bisa ’memahami’ apa yang sedang dilihat dan didengarnya. Pada saat demikian, dia tidak sedang mengaktifkan daya pikir cortexnya secara utuh, sehingga bisa disebut setara dengan ’binatang’. Pada kenyataannya, Hipocampus merupakan pusat memori yang menyimpan ’kesimpulan’ proses-proses rasional yang terjadi di Cortex. Secara fisiologis, Hipocampus terbentuk dari perluasan kulit otak yang melipat ke bagian dalam otak tengah. Bentuknya seperti huruf C. Dengan demikian, meskipun hipocampus berada di bagian dalam otak, sebenarnya ia adalah bagian dari cortex yang bekerja secara rasional, logis, dan analitis pula. Mengerti bahasa dengan dapat berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Hewan-hewan yang dilatih, seperti dalam sirkus memang mengerti bahasa karena dia dapat melakukan perbuatan yang diperintahkan kepadanya. Namun, kemengertiannya itu sebenarnya bukanlah karena dia mengerti bahasa, melainkan sebagai hasil dari respon yang dikondisikan, kemudian kalau brung beo dan burung nuri dapat “ngomong” bukanlah karena burung-burung itu dapat berbahasa, melainkan karena alat artikulasinya memungkinkan dia untuk dapat menirukan ujaran manusia yang dapat didengar atau dilatihkan. Kalau kita mengacu kepada teori generatif transformasi Chomsky yang mengatakan bahwa kemampuan berbahasa adalah kemampuan untuk menghasilkan kalimat-kalimat baru yang belum belum pernah didengar atau diucapkan orang, maka bisa disimpulkan bahwa hewan-hewan itu tidak dapat berbahasa, burung beo dan burung nuri itu hanya bisa mengucapkan kalimat yang pernah didengarnya, tetapi tidak dapat membuat kalimat-kalimat baru.
  • 9. Dedi Damhudi (20116011034) 9 2.3 Kaitan Otak dengan Bahasa Otak memegang peranan yang sangat penting dalam berbahasa. Telah diutarakan sebelumnya bahwa saraf-saraf tertentu dalam otak berkaitan dengan fungsi berbahasa baik lisan maupun tulisan. Ini dapat dibuktikan bahwa terdapat gangguan berbahasa bagi orang yang mengalami kerusakan otak atau kecelakaan yang mengenai kepala, selain itu juga dilakukan eksperimen terhadap saraf-saraf di otak bagi orang yang sehat. Saraf-saraf dalam otak berkaitan dengan fungsi berbahasa adalah daerah broca, daerah Wernicke, dan daerah korteks ujaran superior atau daerah motorsuplementer. Berdasarkan tiga daerah saraf tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat bagian-bagian tertentu pada saraf-saraf di otak kiri manusia yang mempengaruhi manusia untuk menghasilkan ujaran untuk berbahasa dan berkomunikasi dengan sesama. Apabila input yang masuk adalah dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu ditanggapi di lobe temporal, khususnya oleh korteks primer pendengaran. Setelah bunyi diterima, dicerna, dan diolah maka bunyi bahasa yang masuk tersebut dikirim ke daerah Wernicke untuk diinterpretasikan. Di daerah ini, bunyi-bunyi itu dipilah- pilih menjadi sukukata, kata, frase, klausa, dan akhirnya menjadi kalimat. Setelah bunyi tadi diberi makna dan dipahami isinya, maka ada dua jalur kemungkinan. Jika masukan tadi hanya sekedar informasi yang tidak perlu ditanggapi, maka masukan tadi cukup disimpan saja dalam memori. Namun bila masukan itu perlu ditanggapi secara verbal, maka interpretasi itu dikirim ke daerah Broca melalui fasikulus arkuat. Di daerah Broca proses penanggapan dimulai setelah diputuskan tanggapan verbal itu bunyinya seperti apa maka daerah Broca memerintahkan motor korteks untuk melaksanakan prosesnya. Pelaksanaan di korteks motor juga tidak sederhana. Untuk suatu ujuaran ada minimal 100 otot dan 140.000 rentetan neuromuskuler yang terlibat. Proses ini nampak pada gambar di bawah ini.
  • 10. Dedi Damhudi (20116011034) 10 Apabila input yang masuk bukan dalam bentuk lisan, tetapi dalam bentuk tulisan, maka jalur pemrosesanya agak berbeda. Lihat bagan di bawah ini. Masukan tidak ditanggapi oleh korteks primer pendengaran, tetapi oleh korteks visual di lobe osipital. Masukan ini tidak langsung dikirim ke daerah Wernicke, tetapi harus melewati girus anguler yang mengkoordinasikan daerah pemahaman dengan daerah osipital. Setelah tahap ini, prosesnya sama, yakni input tadi dipahami oleh daerah Wernicke, kemudian dikirim ke daerah Broca bila perlu tanggapan verbal.
  • 11. Dedi Damhudi (20116011034) 11 2.4 Gangguan Wicara Kelainan bicara atau wicara adalah adanya masalah dalam komunikasi dan bagian-bagian yang berhubungan dengannya seperti fungsi organ bicara. Keterlambatan dan kelainan mungkin bervariasi dari yang ringan tahu tidak ada pengaruhnya berhadap kehidupan sehari-hari dan sosialisasi, sampai yang tidak mampu untuk mengeluarkan suara atau memahami dan mempergunakan bahasa. Gangguan bicara berhubungan dengan kesulitan menghasilkan bunyi yang spesifik untuk bicara atau dengan gangguan dalam kualitas suara. Berikut penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut: 2.4.1 Gangguan Pendengaran Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus dipikirkan bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin). Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif. 2.4.2 Kelainan Organ Bicara Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”. Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”.
  • 12. Dedi Damhudi (20116011034) 12 2.4.3 Retardasi Mental Redartasi mental adalah kurangnya kepandaian seorang anak dibandingkan anak lain seusianya. Redartasi mental merupakan penyebab terbanyak dari gangguan bahasa. Pada kasus redartasi mental, keterlambatan berbahasa selalu disertai keterlambatan dalam bidang pemecahan masalah visuo-motor. 2.4.4 Genetik Heriditer dan Kelainan Kromosom Gangguan karena kelainan genetik yang menurun dari orang tua. Biasanya juga terjadi pada satu diantara atau ke dua orang tua saat kecil. Menurut Mery GL anak yang lahir dengan kromosom 47 XXX terdapat keterlambatan bicara sebelum usia 2 tahun dan membutuhkan terapi bicara sebelum usia prasekolah sedangkan Bruce Bender berpendapat bahwa kromosom 47 XXY mengalami kelainan bicara ekpresif dan reseptif lebih berat dibandingkan kelainan kromosom 47 XXX. 2.4.5 Kelainan Sentral (Otak) Gangguan berbahasa sentral adalah ketidaksanggupan untuk menggabungkan kemampuan pemecahan masalah dengan kemampuan berbahasa yang selalu lebih rendah. Ia sering menggunakan mimik untuk menyatakan kehendaknya seperti pada pantomim. Pada usia sekolah, terlihat dalam bentuk kesulitan belajar. 2.4.6 Autisme Gangguan bicara dan bahasa yang berat dapat disebabkan karena autism. Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. 2.4.7 Mutisme Selektif Mutisme selektif biasanya terlihat pada anak berumur 3-5 tahun, yang tidak mau bicara pada keadaan tertentu, misalnya di sekolah atau bila ada orang tertentu atau kadang-kadang ia hanya mau bicara pada orang tertentu, biasanya anak yang lebih tua. Keadaan ini lebih banyak dihubungkan dengan kelainan yang disebut sebagai neurosis atau gangguan motivasi. Keadaan ini juga ditemukan pada anak dengan gangguan komunikasi sentral dengan intelegensi yang normal atau sedikit rendah.
  • 13. Dedi Damhudi (20116011034) 13 2.4.8 Gangguan Emosi dan Perilaku Lainnya Gangguan bicara biasanya menyerta pada gangguan disfungsi otak minimal, gejala yang terjadi sangat minimal sehingga tidak mudah untuk dikenali. Biasanya diserta kesulitan belajar, hiperaktif, tidak terampil dan gejala tersamar lainnya. 2.4.9 Alergi Makanan Alergi makanan ternyata juga bisa mengganggu fungsi otak, sehingga mengakibatkan gangguan perkembangan satu diantaranya adalah keterlambatan bicara pada anak. Gangguan ini biasanya terjadi pada manifestasi alergi pada gangguan pencernaan dan kulit. Bila alergi makanan sebagai penyebab biasanya keterlambatan bicara terjadi usia di bawah 2 tahun, di atas usia 2 tahun anak tampak sangat pesat perkembangan bicaranya. 2.4.10 Deprivasi Lingkungan Dalam keadaan ini anak tidak mendapat rangsang yang cukup dari lingkungannya. Apakah stimulasi yang kurang akan menyebabkan gangguan berbahasa? Penelitian menunjukkan sedikit keterlambatan bicara, tetapi tidak berat. Bilamana anak yang kurang mendapat stimulasi tersebut juga mengalami kurang makan atau child abuse, maka kelainan berbahasa dapat lebih berat karena penyebabnya bukan deprivasi semata-mata tetapi juga kelainan saraf karena kurang gizi atau penelantaran anak. 2.5 Hipotese Umur Kritis Sebelum mencapai umur belasan bawah, sekitar umur 12 tahunan, anak mempunyai kemampuan untuk memperoleh bahasa mana pun yang disajikan padanya secara natif. Hal ini tampak terutama pada aksesnya. Gejala ini dinyatakan dalam hipotese yang bernama Hipotesis Umur Kritis (Critical Age Hypothesis) yang diajukan oleh Lenneberg (1967). Pada esensinya hipotese ini mengatakan bahwa antara umur 2 tahun sampai dengan 12 tahun seorang anak dapat memperoleh bahasa mana pun dengan kemampuan seorang penutur asli. Jadi, seandainya ada keluarga Amerika yang tinggal di Jakarta dan kemudian mereka melahirkan anak, dan anak itu itu bergaul dengan orang-orang Indonesia sampai dengan, katakanlah umur 5-7 tahun, dia pasti akan dapat berbahasa Indonesia Jakarta seperti anak Jakarta seperti anak Jakarta yang lain. Begitu juga sebaliknya: anak Indonesia yang lahir dan besar di New York dan bergaul dengan orang-orang New York akan
  • 14. Dedi Damhudi (20116011034) 14 berbicara bahasa Inggris New York seperti orang New York. Hal seperti ini terjadi karena sebelum umur 12 tahun pada anak belum terjadi lateralisasi, yakni hemisfer kiri dan hemisfer kanan belum dipisah unutk diberi tugas sendiri-sendiri. Kedua- duanya masih lentur dan masih dapat menerima tugas apa pun. Itu pulalah sebabnya mengapa orang yang kena stroke pada umur di bawah sekitar 12 tahun akan dapat pulih 100% dalam memperoleh bahasa sedangkan orang dewasa akan kecil kemungkinannya untuk sembuh total. 2.6 Kekidalan dan Kekinanan Ada orang yang kidal dan ada juga yang kinan, bahkan ada pula yang dapat menggunakan kedua tangannya secara berimbang disebut ambidektrus (ambidextrous). Disebutkan bahwa hemisfer kiri adalah sebagai hemisfer dominan bagi bahasa. Untuk kebanyakan orang, bahasa ada pada hemisfer kiri yaitu sekitar 99% dari orang kinan memakai hemisfer kiri untuk berbahasa. Demikian juga orang kidal, yaitu 75% dari mereka juga memakai hemisfer kiri, meskipun kadar dominasi hemisfer ini tidak sekuat seperti pada orang kinan. Masalah mengenai ada atau tidaknya kolerasi anatara kekidalan dan kekinanan dalam pemakai bahasa ataupun kemampuan intelektual lainnya, ada yang mengatakan bahwa kadar dominasi hemifer kiri pada orang kidal yang tidak sekuat seperti orang kinan membuat orang kidal mempunyai masalah dalam hal baca dan hal tulis (Lamn dan Epstein 1999) namun hal tersebut masih menjadi perdebatan. Berdasarkan penelitian bahwasannya bagian depan dari otak kita tidak mempengaruhi seseorang untuk berbicara dengan baik dan benar, namun bagian kepala yang disebut dengan Medan Broce (Broca)-lah yang memiliki peranan penting dalam berbahasa, namun yang terjadi dalam masyarakat kita adalah sesuatu yang buruk itu berasal dari kiri dan hal ini sudah menjadi budaya dan dalam masyarakat yang berbudaya seperti ini orang umunya menghalangi anak untuk menjadi kidal padahal masalah kekidalan adalah semata-mata masalah genetik, namun belum ada penelitian yang menyatakan mengenai dampak dari pemaksaan memakai tangan kanan.
  • 15. Dedi Damhudi (20116011034) 15 2.7 Otak Pria dan Otak Wanita Steinberg dkk dalam Dardjowidjojo (2010:221) memuat pendapat tentang perbedaan antara otak pria dengan otak wanita terletak pada bentuknya, hemisfer kiri pada wanita lebih tebal daripada hemisfer kanan. Keadaan inilah yang menyebabkan kelas bahasa umumnya didominasi oleh wanita tetapi temuan Philip dkk dalam Dardjowidjojo (2010:221) menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan dalam pemrosesan bahasa antara pria dan wanita, perbedaan ini hanya mengarah pada pengaruh budaya daripada pengaruh genetik. Pada laki-laki otak cenderung berkembang dan memiliki spasial yang lebih kompleks seperti kemampuan perancangan mekanis, pengukuran penentuan arah abstraksi, dan manipulasi benda-benda fisik. Tak heran jika laki-laki suka sekali mengutak-atik kendaraan. Daerah korteks otak pria lebih banyak tersedot untuk melakukan fungsi-fungsi spasial dan cenderung memberi porsi sedikit pada daerah korteksnya untuk memproduksi dan menggunakan kata-kata. Kumpulan saraf yang menghubungkan otak kiri-kanan atau corpus collosum otak laki-laki lebih kecil seperempat ketimbang otak perempuan. Bila otak pria hanya menggunakan belahan otak kanan, otak perempuan bisa memaksimalkan keduanya. Itulah mengapa perempuan lebih banyak bicara ketimbang pria. Dalam sebuah penelitian disebutkan, perempuan menggunakan sekitar 20.000 kata per hari, sementara pria hanya 7.000 kata! Termasuk perempuan bisa memaksimalkan multi tasking-nya, menggendong si kecil, sembari memasak dan menyaksikan sinetron favorit di televisi. Sementara kaum pria, jangan heran kalau mereka tidak mendengarkan panggilan anda ketika tengah menyimak pertandingan bola dari klub favorit atau tengah menyaksikan film kesayangan di televisi. Otak perempuan lebih banyak mengandung serotonin yang membuatnya bersikap tenang. Tak aneh jika wanita lebih kalem ketika menanggapi ancaman yang melibatkan fisik, sedangkan laki-laki lebih cepat naik pitam. Selain itu, otak perempuan juga memiliki oksitosin, yaitu zat yang mengikat manusia dengan manusia lain atau dengan benda lebih banyak. Dua hal ini mempengaruhi kecenderungan biologis otak pria untuk tidak bertindak lebih dahulu ketimbang bicara. Ini berbeda dengan perempuan. Pusat memori (hippocampus) pada otak perempuan lebih besar ketimbang pada otak pria. Ini bisa menjawab pertanyaan kenapa bila laki-laki mudah lupa, sementara wanita bisa mengingat segala detail. Selain itu wanita cenderung lebih besar kemungkinan sembuh dari penyakit afasia
  • 16. Dedi Damhudi (20116011034) 16 daripada pria dan afasia lebih sering muncul pada pria daripada wanita saat mereka terkena stroke .Kelebihan otak wanita daripada pria yang lainnya adalah otak wanita lebih seimbang, lebih tajam, dan lebih awet serta selektif. 2.8 Bahasa Sinyal Bahasa sinyal adalah pengganti bahasa verbal. Bahasa sinyal (sign language) digunakan saat bahasa lisan tidak dapat digunakan. Bahasa ini menggunakan tangan dan jari-jari untuk membentuk kata dan kalimat. Bahasa inilah yang sering digunakan oleh para tuna rungu dan tuna wicara. Orang yang tuna rungu dapat mempergunakan bahasa sinyal untuk berkomunikasi. Hemisfer kanan memang lebih unggul untuk menangani tugas-tugas yang berkaitan dengan desain dan pola- pola visual, tetapi ternyata tetap saja hemisfer kiri yang lebih banyak mendominasi bahasa sinyal. Selain itu, ketika seorang tuna rungu ingin berkomunikasi dengan kita, maka seharusnya hemisfer kanannya yang akan memegang peranan penting, namun berdasarkan bukti dari penelitian terhadap tuna rungu yang juga mengalami kerusakan hemisfer kirinya seperti halnya penderita Afasia Broca atau Wernicke, ia tidak dapat menyampaikan bahasa sinyalnya dengan baik. Dalam hal ini kalimat yang diproduksi jadi tidak karuan dan fungsi gramatikalnya kacau. Maka dengan ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa hemisfir kiri juga mempengaruhi bahasa sinyal dan jika seseorang mengalami kerusakan hemisfer kanannya maka ia akan tetap dapat menghasilkan sinyal yang benar dengan susunan kalimat serta gramatikalnya juga baik dan benar. Namun pada mereka yang menderita afasia broca terdapat kesukaran dalam mensinyalkan apa yang ingin dinyatakan. Mereka mungkin bisa mensinyalkan kata, tetapi infleksi untuk kata itu, atau fungsi gramatikalnya kacau. Begitu juga dengan orang tuna rungu yang mengalami kerusakan di daerah Wernicke, mereka dapat memberikan sinyal dengan lancar tapi maknanya tidak karuan. Konfigurasi, lokasi, dan gerakan tangan atau jarinya menghasilkan kata-kata yang tidak cocok maknanya sehingga kalimat tadi tidak berarti. Bukti lain bahwa pengguna bahasa sinyal lebih banyak memakai hemisfer kiri untuk bersinyal adalah jika yang rusak hemisfer kanan, pada umumnya tidak terjadi gangguan dalam bersinyal. Tata bahasanya masih utuh dan tidak terbata-bata.
  • 17. Dedi Damhudi (20116011034) 17 2.9 Metode Penelitian Otak Dalam hal ini banyak sekali peneliti yang kemudian menyelidiki peranan otak dalam memproduksi ujaran atau juga bagian-bagian manakah yang menghasilkan ujaran secara verbal kemudian bahasa sinyal, dan juga hal-hal yang lainnya. Disebutkan bahwa otak manusia itu bila diberi tekanan pada bagian-bagian tertentu dapat mempengaruhi ujaran seseorang. Disini juga dapat kita ketahui bahwa bila inputnya adalah visual maka prosesnya akan berbeda dengan inputnya bunyi (suara) sebelum akhirnya outputnya secara verbal diujarkan. Seiring dengan adanya kemajuan teknologi, manusia dapat meneliti otak manusia untuk mengetahui khususnya dalam hal ini faktor-faktor yang berperan dan mempengaruhi seseorang dalam berbahasa. Kemajuan teknologi telah membuat penelitian mengenai otak lebih maju. Kini telah terdapat CT atau CTA (Computer–ized Axial Tomography), PET (Positron Emission Tomography), MRI (Magnetic Resonance Imaging), dan ERPs (Event Related Potentials). Berikut ini spesifikasi dari alat-alat yang digunakan untuk meneliti otak tersebut: a. CT atau CTA (Computer–ized Axial Tomography) CT atau CTA scan memanfaatkan sumber sinar-X (X-ray) untuk merekam berbagai imaji (image) dan komputer kemudian membentuk imaji tiga dimensi dari seluruh atau sebagian otak. Menarik untuk diketahui bahwa alat ini telah dipakai untuk meneliti otak Mr. Tan (pasien Broca) yang otaknya disimpan di museum kedokteran Paris selama lebih dari 100 tahun dan terbukti bahwa Broca itu benar. b. PET (Positron Emission Tomography) Berbeda dengan CAT, Positron Emission Tomography dapat mempertunjukan kegiatan otak secara langsung. Pada PET bahan yang berisi radioaktif ringan ini disuntikan ke pembuluh darah dan kemudian pola aliran darah pada otak ditelusuri dengan alat detektor khusus yang diletakkan pada kepala si pasien. Detector ini memberikan imaji yang berwarna-warna. Pada waktu pasien melakukan kegiatan verbal sesuai dengan instruksi dari peneliti, bagian-bagian otak yang melakukan kegiatan ini akan mendapat aliran darah yang lebih banyak dan menyebabkan
  • 18. Dedi Damhudi (20116011034) 18 daerah itu “menyala” dengan cara ini orang lebih pasti tahu untuk menentukan bagian-bagian mana dari otak yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan verbal tertentu. c. MRI (Magnetic Resonance Imaging) MRI (Magnetic Resonance Imaging) berfungsi untuk mengukur fungsi untuk otak dengan memanfaatkan jumlah aliran darah pada daerah-daerah otak yang sedang aktif. Aktivitas seluler diukur melalui medan magnetik yang menelusuri proton-proton pada aliran darah. Pada saat suatu daerah di otak melakukan sesuatu tugas kognitif, ada tambahan aliran darah dan aktivitas seluler yang berkaitan dengan tugas tersebut pada daerah itu. d. ERPs (Event Related Potentials) ERPs (Event Related Potentials) berfungsi untuk mengukur perubahan- perubahan voltase pada otak yang berkaitan dengan hal-hal seperti sensori, motorik, atau kognitiif. Pengukuran perubahan voltase ini mempunyai resolusi waktu yang ukurannya milidetik. Rekaman dari ERPs menunjukan sederatan puncak voltase yang positif dan negatif yang muncul dengan jeda waktu tertentu sejak stimulus diberikan. 3. Simpulan Jadi dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa kaitan neurologis dan perkembangan bahasa sejak dini sangat erat. Seorang anak yang mengalami masa- masa menangis, mendekut dan mengoceh sesungguhnya mengalami juga perkembangan otak yang sangat signifikan. Kemajuan berbahasa ditentukan bagaimana pola pendidikan anak sejak dini. Para ahli menganjurkan bahwa komunikasi yan diberikan kepada seorang anak sejak dalam kandungan, akan terus berkembang sampai dia lahir kedunia. Perkembangan yang baik akan menciptakan individu yang sempurna kelak. Sebagai contoh kecil, seorang anak ketika masih dalam kandungan sering mendengar pertengkaran orang tuanya, atau ketika seorang anak yang ada tanpa diharapkan, kemudian lahir ke dunia diterima tidak seutuhnya, jarang diajak berkomunikasi oleh ayah dan ibunya, maka ketika mengalami masa pertumbuhan bukan saja menjadi anak yang pasif namun juga
  • 19. Dedi Damhudi (20116011034) 19 anak yang tidak percaya diri dalam pergaulan. Itu akan sangat berpengaruh pada keterampilan berbahasa, anak akan enggan untuk mengembangkan bahasa karena didorong rasa “takut salah”. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa ujaran didengar dan dipahami melalui daerah Wernicke pada hemisfer kiri, lalu ujaran itu dipindahkan ke daerah Broca untuk menghasilkan balasan ujaran itu. Kemudian sebuah isyarat tanggapan ujaran itu dikirimkan ke dalam motor suplementer untuk menghasilkan ujaran secara fisik. Sistem kerja otak hemisfer sebelah kiri sangat berkaitan dengan bahasa dan berkembang sesuai usia manusia. Bahkan sedari seorang bayi di dalam kandungan, otaknya sudah bekerja untuk mengenal bahasa yang disampaikan baik melalui komunikasi verbal yang dilakukan oleh sang ibu maupun komunikasi nonverbal. Hemisfer kanan memiliki kemampuan lebih dalam memecahkan persoalan- persoalan yang menuntut kemampuan visual-spatial, kemampuan menggunakan peta, meniru cara berpakaian, mengenali wajah, dan membaca ekspresi wajah. Hemisfer kanan aktif ketika seseorang mencoba berkreasi dan memberikan apresiasi terhadap seni dan musik. Hemisfer kanan juga memiliki beberapa kemampuan bahasa. Hemisfer kanan dapat memahami bahasa yang sangat sederhana. Ia dapat berespon terhadap kata benda sederhana dengan memilih benda seperti mur atau sisir, dan bahkan ia dapat berespon terhadap asosiasi objek tersebut. Dalam aktivitas hidup yang paling nyata, secara alamiah kedua sisi otak ini saling kerjasama. Masing-masing memberikan kontribusi yang saling bekerja sama. Sebagai contoh, kemampuan matematika tidak hanya melibatkan area-area lobus frontal kiri, namun juga area lobus parietal kiri dan kanan. Faktor pendukung kebahasaan seorang anak bukan saja terletak di tangan orang tua namun yang terpenting juga adalah lingkungan sekitar. Lingkungan bahasa yang baik akan menciptakan individu yang dapat berbahasa dengan baik, namun lingkungan yang buruk akan berpengaruh pada individu dalam berbahasa yang tidak dapat dikatakan dengan baik.
  • 20. Dedi Damhudi (20116011034) 20 DAFTAR PUSTAKA Dardjowidjojo, Soenjono. 2010. Psikolinguistik, Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik, Kajian Teoretik. Jakarta: Rineke Cipta. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa.
  • 21. Dedi Damhudi (20116011034) 21 LANDASAN NEUROLOGIS PADA BAHASA Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Mata Kuliah: Psikolinguistik Dosen Pengampu: Prof. Dr. Hj. Ratu Wardarita, M.Pd. Agustinawati, S.Pd., M.Pd. Oleh: Dedi Damhudi (20116011034) PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2013