SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 12
KONSTRUKTIVISME DAN DESAIN PEMBELAJARAN

A. Pengertian Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang
berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi)
pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Sedangkan menurut Tran Vui, Konstruktivisme adalah suatu filsafat
belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan merefleksikan pengalamanpengalaman sendiri, sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang
memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau
kebutuhannya

tersebut

dengan

bantuan

fasilitasi

orang

lain

Dari keterangan di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan
keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan

atau

teknologi,

dan

hal

lain

yang

diperlukan

untuk

mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai
berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya.
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.

1
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

B. Teori Konstruktivisme
Teori konstruktivisme lahir dari idea Piaget dan Vygotsky. Konstruktivisme
adalah satu paham bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep
secara aktif berasaskan pengetahuan dan pengalaman awal. Dalam Proses ini,
siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan awal
untuk membina pengetahuan baru. Menurut Briner (1999), pembelajaran secara
konstruktivisme berlaku di mana siswa membina pengetahuan dengan menguji
ide dan pendekatan berasaskan pengetahuan dan pengalaman awal,
mengimplikasikannya
pengetahuan

baru

pada
yang

satu

situasi

diperoleh

baru

dengan

dan
binaan

mengintegerasikan
intelektual

yang

diwujudkannya. Mc Brien dan Brandt (1997), menyatakan konstruktivisme
adalah satu pendekatan pembelajaran berasaskan kepada penelitian tentang
bagaimana manusia belajar. Kebanyakan peneliti berpendapat setiap individu
membina pengetahuan dan bukannya hanya menerima pengetahuan daripada
orang lain.
Ide dari teori ini adalah siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri.
Pikiran siswa dianggap sebagai mediator yang menerima masukan dari dunia luar
dan menentukan apa akan dipelajari. Menurut Soedjadi, pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran adalah pendekatan di mana siswa secara
individual menemukan dan mengubah sesuai informasi yang kompleks,
memeriksa dengan aturan yang ada dan memeriksa kembali jika perlu. Selain itu,
Bell (1993) mengemukakan konstruktivisme memandang siswa datang ke ruang
belajar membawa persiapan mental dan kognitifnya. Artinya, siswa yang datang
ke ruang belajar sudah memiliki konsep awal dari bahan yang akan diberikan ke
siswa, karena mereka mempunyai potensi untuk pembelajaran mandiri terlebih

2
dahulu dari sumber yang ada atau dari pengalaman dalam lingkungan
kehidupannya. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai mediator dan fasilitator.
Brooks dan Books (1993) juga menyatakan konstruktivisme berlaku
apabila siswa membina makna tentang dunia dengan mensintesis pengalaman
baru pada apa yang mereka telah mengerti sebelum ini. Mereka akan
membentuk peraturan melalui cerminan tentang tindak balas mereka dengan
objek dan ide. Apabila mereka bertemu dengan objek, ide atau perkaitan yang
tak bermakna pada mereka, maka mereka akan menginterpretasikan apa yang
mereka lihat supaya sesuai dengan peraturan yang telah dibentuk atau
disesuaikan dengan peraturan agar dapat menerangkan informasi baru. Dalam
teori konstruktivisme, penekanan diberikan pada siswa lebih daripada guru.
Karena siswalah yang bertindak dengan bahan dan peristiwa serta memperoleh
pengertian tentang bahan dan peristiwa tersebut. Justru, siswa membina sendiri
konsep dan membuat penyelesaian kepada masalah (Sushkin 1999).
Dengan demikian, dapatlah dirumuskan secara keseluruhan pengertian
atau maksud pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang
berpusatkan pada siswa. Guru berperan sebagai mediator yang membantu siswa
membina pengetahuan dan menyelesaikan masalah. Guru berperan sebagai
penentu bahan pembelajaran yang menyediakan peluang kepada siswa untuk
membina pengetahuan baru. Guru akan mengenal pasti pengetahuan awal siswa
dan merancang kaidah pembelajarannya dengan sifat asas pengetahuan
tersebut. Pengetahuan yang dimiliki siswa adalah hasil daripada aktivitas yang
dilakukan oleh siswa tersebut dan bukannya pembelajaran yang diterima secara
pasif.
Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat
konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi
kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik
dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur
pemikiran manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala

3
baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk
itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau
perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman
tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu
berkembang. Proses perkembangan tersebut meliputi:
1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang ada pada seseorang
beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya
dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk
mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang.
2. Asimilasi

adalah

proses

kognitif

perubahan

skema

yang

tetap

mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal
sudah tidak cocok lagi.
4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga
seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya
(skemata).

Proses

perkembangan

intelek

seseorang

berjalan

dari

disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

C. Perubahan Dalam Pembelajaran
Lahirnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) telah mengubah
paradigma baru dalam proses pembelajaran. Guru di sekolah bukan lagi satusatunya sumber pengetahuan, tetapi merupakan bagian integral dalam sistem
pembelajaran. Tuntutan terhadap pelayanan pembelajaran saat ini, banyak
disebabkan oleh perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karenanya, konsep pembelajaran saat ini pun berubah dari guru mengajar
menjadi siswa belajar.
Asumsi pergeseran itu, bertitik tolak pada siswa yang diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan dirinya dalam memperkaya ilmu pengetahuan, sikap,
dan keterampilan berdasarkan kompetensi yang ada pada kurikulum.

4
Pembelajaran sebagai hasil usaha siswa dan pola pembinaan ilmu
pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang
digunakan siswa sebagai bahan mentah bagi proses perenungan dan
pengabstrakan. Setiap siswa, sebenarnya telah mempunyai satu aset ide dan
pengalaman yang membentuk struktur kognitif. Untuk membina siswa dalam
menemukan pengetahuan baru, guru sebaiknya memerhatikan struktur kognitif
yang ada pada mereka. Pada proses belajar mengajar, guru tidak lagi hanya
mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi siswa sendiri yang harus membangun
pengetahuannya (knowledge is constructed by human).
Mengapa? Karena pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau
kaidah yang siap diterima dan diingat siswa. Siswa harus mengonstruksi
pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa
perlu dibiasakan untuk memunculkan ide-ide baru, memecahkan masalah, dan
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Dalam ide-ide konstruktif,
biarkan siswa mengonstruksi sendiri pengetahuannya. Hal ini sejalan dengan
esensi konstruktivisme bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan
suatu informasi kompleks ke situasi lain. Apabila dikehendaki, informasi itu
menjadi milik mereka sendiri.
Melihat konsep dasar tersebut, pembelajaran saat ini setidaknya
menggeser paradigma dari pembelajaran yang berdasar kacamata guru menjadi
pembelajaran yang berdasarkan kacamata siswa. Artinya, saat ini bukan
bagaimana guru mengajar, tetapi bagaimana agar siswa dapat belajar.
Pengertian belajar, menurut konstruktivisme, adalah perubahan proses
mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami siswa
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang mereka
peroleh sebagai hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam pikirannya.
Secara psikologis, tugas dan wewenang guru adalah mengetahui karakteristik
siswa, memotivasi belajar, menyajikan bahan ajar, memilih metode belajar, dan
mengatur kelas. Caranya? Biarkan mereka belajar sebagai proses mengonstruksi

5
pengetahuan dan guru sebagai fasilitator dalam menerapkan kondisi yang
kolaboratif. Siswa belajar dalam kelompok dan siswa tidak hanya belajar dari
dirinya

sendiri,

tetapi

belajar

pula

dari

orang

lain.

Masalahnya sekarang, bagaimana penerapan konstruktivisme dalam
pembelajaran di kelas. Guru akan banyak dituntut untuk mengubah desain
pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa berdasarkan
pengalaman nyata. Model itu diharapkan mampu meminimalkan image bahwa
siswa belajar hanya duduk, dengar, dan catat. Oleh karena itu, pelaksanaan
pembelajaran di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:
Pertama, tetapkan topik yang akan dibahas. Temukan ide, opini dan
perhatian siswa melalui wawancara, survei, atau interaktif pertanyaan siswa.
Kedua, respons terhadap interaksi, dengan pikiran siswa melalui pembentukan
jembatan yang dilengkapi tahapan bagi siswa untuk mengkonstruksi ide baru.
Ketiga, tarik pikiran siswa dengan mendorong kreativitas melalui aktivitas yang
mampu mendorong siswa untuk belajar mengambil risiko. Keempat, melakukan
refleksi atau evaluasi diri. Setelah itu, taksirlah kemajuan belajar siswa melalui
perubahan ide atau peningkatan hasil tes.
Kemudian, aturlah diskusi kelompok dan berikan kebebasan kepada
setiap siswa untuk membahas permasalahan utama. Berikan pula kesempatan
untuk memaparkan hasil belajar kepada siswa lain melalui presentasi. Tugas kita
(guru), mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa. Di sinilah peran guru sebagai
fasilitator dan mediator dapat berfungsi.
Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran menekankan pengajaran
top down daripada bottom-up. Top down berarti bahwa siswa mulai dengan
masalah kompleks untuk dipecahkan dan kemudian memecahkan atau
menemukan (dengan bimbingan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang
diperlukan.

Sedangkan

pendekatan

bottom-up

tradisional

yang

mana

keterampilan-keterampilan dasar secara tahap demi tahap dibangun menjadi
keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Sehingga dapat dikatakan

6
bahwa di dalam kelas yang terpusat pada siswa peran guru adalah membantu
siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan
memberikan

ceramah

atau

mengendalikan

seluruh

kegiatan

kelas.

Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu konsep kunci dari teori belajar
konstruktivis adalah pembelajaran dengan pengaturan diri (self regulated
learning) yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar
efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu. Jadi apabila
siswa memiliki strategi belajar yang efektif dan motivasi serta tekun menerapkan
strategi itu sampai pekerjaan terselesaikan maka kemungkinan mereka adalah
pelajar yang efektif.

D. Desain Pembelajaran
1. Pengertian
Desain pembelajaran berarti menciptakan situasi belajar yang sebaik
mungkin bagi peserta didiknya agar si pebelajar merasa nyaman dan
termotivasi dalam proses belajar sesuai dengan tujuan belajar yang telah
ditetapkan.
Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang. Misalnya
sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai
disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang
strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.
Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan
spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi
yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem
pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur
untuk meningkatkan mutu belajar.

7
Sementara itu, desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful
Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang
digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas
pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan
perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan
pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.

2. Definisi
Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi
komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan
secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status
awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan
merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi.
Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji
secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau
dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati
secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi
dan hanya berupa asumsi.

3. Komponen Utama Desain Pembelajaran
Komponen utama dari desain pembelajaran adalah,
a. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang periu diketahui meliputi,
karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
b. Tujuan pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi
yang akan dikuasai oleh pembelajar.
c. Analisis pembelajaran merupakan proses menganalisis topik atau materi
yang akan dipelajari.
d. Strategi pembelajaran dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu
tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.

8
e. Bahan ajar adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar.
f. Penilaian belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang
sudah dikuasai atau belum.

4. Teori-teori belajar dalam Desain Pembelajaran
Pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya oleh
pendesain merupakan hal yang sangat menentukan (peran sentral) dalam
desain pembelajaran.
“They call to mind previous instruction they have designed, have
experienced, or have seen that fits the particular constraints of the current
situation” (Rowland, 1993). Pengalaman memainkan peranan sentral dalam
penetapan isi dan penentuan strategi pembelajaran.
Model yang diperoleh dari pengalaman mencerminkan metode dan
strategi

pembelajaran

–

aktivitas

tingkah

laku

sederhana.

Caroll

mengemukakan bahwa hal-hal yang dibangun (peggunaan komputer dalam
kasus ini) menyediakan basis yang sangat kaya untuk belajar dan pemahaman
tentang teori yang mendasari desain kita. Teori belajar secara implisit telah ada
dalam desain kita dan oleh karenanya sesorang akan mendapatkan
pemahaman tentang belajar dari suatu analisa desain itu. Pendesain
pembelajaran secara khas mungkin tidak akan cukup waktu dan dukungan
secara tegas dalam menerapkan teori belajar selama menyelesaikan tugas
pengembangan dan mendesain pembelajaran. Meskipun demikian teori belajar
merupakan suatu bagian integral dari produk pembelajaran.
Integrasi teori belajar dan desain yang dihasilkan dibedakan oleh
Reigeluth antara teori belajar deskriptif dan teori pembelajaran preskriptif.
Reigeluth (1983) mengemukakan bahwa pendesain pembelajaran memerlukan
teori pembelajaran preskriptif – metode memanipulasi lingkungan belajar
dengan kondisi yang dirancang khusus untuk digunakan dalam memperoleh
hasil belajar yang diinginkan. Lebih penting lagi, ia membantah bahwa teori

9
pembelajaran preskriptif adalah teori pembelajaran yang independen – teori
deskriptif tidak perlu

mempertimbangkan asumsi-asumsi tentang proses

pembelajaran dan arti belajar dan mengerti (memahami).
Sebagaimana yang disampaikan oleh Carroll dan Campbell, artifak (hasil
disain) yang kita buat mencerminkan teori yang kita gunakan. Desain yang kita
buat tidak hanya menyangkut tentang deskripsi tujuan dari serangkaian
pembelajaran, namun lebih dari itu desain juga mengungkapkan secara implisit
yang terkandung dalam teori belajar yang diterapkan.
Teori belajar dan pembelajaran preskriptif pada praktiknya harus berjalan
secara bersama-sama. Tentu saja, pendesain pembelajaran akan mengalami
kesulitan dalam mendapatkan instruktur/pengajar untuk mengikuti rencana
pembelajaran yang telah disusun. Hal ini dikarenakan pengajar memiliki
perbedaan tujuan pembelajaran dan pebedaan konsep dalam mengartikan
“memahami/mengerti” pokok materi. Instruktur/pengajar akan memodifikasi
pembelajaran preskriptifnya supaya dapat mengakomodasi perbedaan teori
belajar yang mereka miliki. Oleh karenanya instruktur akan mencari
suplemen/pelengkap atau pengganti isi dan strateginya melalui pendekatan
yang menurut mereka sesuai dengan pemahaman siswanya.
Penelitian terkini mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang
bermedia teknologi dapat meningkatkan nilai para pelajar, sikap mereka
terhadap belajar, dan evaluasi dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga
dapat membantu untuk meningkatkan interaksi antara pengajar dan pelajar,
dan membuat proses belajar yang berpusat pada pelajar (student oriented).
Dengan kata lain, penggunaan media berupa audiovisual atau komputer dapat
membantu siswa itu memperoleh pelajaran bermanfaat.
Guru sebagai pengembang media pembelajaran harus mengetahui
perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi
pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk
memotivasi para pembelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk

10
manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar
bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan memfasilitasi belajar
kontekstual. Ada beberapa teori belajar yang melandasi penggunaan teknologi
dalam mendesain pembelajaran yaitu teori behaviorisme, kognitifisme, dan
kontruktivisme.

DAFTAR PUSTAKA
ADDIE Instructional Design Model. Retrived December 20 2006, from
http//itsinfo.tamu,edu/workshops/handouts/pdf handouts/addie.pdf.
Barbara B. Seels dan Rita C. Richey. 1995. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan
Kawasannya, (terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk)
Bagus Takwin, 2007, Konstruktivisme dalam Pemikiran. Dosen di Fakultas UI.
Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002, Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta.
Sagala Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Suparno, Paul, 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
www.bfskinner.org/Documen.asp
Wikipedia bahasa Indonesia, 7 Oktober 2010.

11
Sedangkan pandangan Konstruktivisme tentang belajar adalah sebagai
berikut:
1) Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat
temporer, selalu berubah dan tidak menentu.
2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktifitas
kolaboratif dan refleksi dan interpretasi.
3) Si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan
tergantung
pengalamannya
dan
persepektif
yang
didalam
menginterprestasikannya.

12

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Lkpd pola bilangan (2)
Lkpd pola bilangan (2)Lkpd pola bilangan (2)
Lkpd pola bilangan (2)Cecep Aceng
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Dyas Arientiyya
 
Pemanfaatan Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran
Pemanfaatan Alat Peraga Sebagai Media PembelajaranPemanfaatan Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran
Pemanfaatan Alat Peraga Sebagai Media PembelajaranNASuprawoto Sunardjo
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatAbdul Rais P
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linierAcika Karunila
 
Himpunan, Relasi & Fungsi, dan Logika Matematika
Himpunan, Relasi & Fungsi, dan Logika MatematikaHimpunan, Relasi & Fungsi, dan Logika Matematika
Himpunan, Relasi & Fungsi, dan Logika Matematikasiska sri asali
 
Lembar observasi dan angket.anti antika.06081181520009
Lembar observasi dan angket.anti antika.06081181520009Lembar observasi dan angket.anti antika.06081181520009
Lembar observasi dan angket.anti antika.06081181520009antiantika
 
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1Contoh soal matematika kelas VIII semester 1
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1Halimirna Inha
 
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiContoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiazrin10
 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.siKiki Ni
 
LKPD Fungsi Kuadrat
LKPD Fungsi KuadratLKPD Fungsi Kuadrat
LKPD Fungsi KuadratErni Susanti
 
Modul Ajar Matematika Fase E Kelas X Materi Fungsi Trigonometri Tahun Ajaran ...
Modul Ajar Matematika Fase E Kelas X Materi Fungsi Trigonometri Tahun Ajaran ...Modul Ajar Matematika Fase E Kelas X Materi Fungsi Trigonometri Tahun Ajaran ...
Modul Ajar Matematika Fase E Kelas X Materi Fungsi Trigonometri Tahun Ajaran ...Muhammad Iqbal
 

La actualidad más candente (20)

Lkpd pola bilangan (2)
Lkpd pola bilangan (2)Lkpd pola bilangan (2)
Lkpd pola bilangan (2)
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
 
Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18Pembuktian dalil 9-18
Pembuktian dalil 9-18
 
Pemanfaatan Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran
Pemanfaatan Alat Peraga Sebagai Media PembelajaranPemanfaatan Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran
Pemanfaatan Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran
 
Konsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan BulatKonsep Bilangan Bulat
Konsep Bilangan Bulat
 
Fungsi Pembangkit
Fungsi PembangkitFungsi Pembangkit
Fungsi Pembangkit
 
Modul 4 kongruensi linier
Modul 4   kongruensi linierModul 4   kongruensi linier
Modul 4 kongruensi linier
 
Himpunan, Relasi & Fungsi, dan Logika Matematika
Himpunan, Relasi & Fungsi, dan Logika MatematikaHimpunan, Relasi & Fungsi, dan Logika Matematika
Himpunan, Relasi & Fungsi, dan Logika Matematika
 
Lembar observasi dan angket.anti antika.06081181520009
Lembar observasi dan angket.anti antika.06081181520009Lembar observasi dan angket.anti antika.06081181520009
Lembar observasi dan angket.anti antika.06081181520009
 
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1Contoh soal matematika kelas VIII semester 1
Contoh soal matematika kelas VIII semester 1
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiContoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
 
Geometri datar dra. kusni- m.si
Geometri datar   dra. kusni- m.siGeometri datar   dra. kusni- m.si
Geometri datar dra. kusni- m.si
 
Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
 
RPP - Pemodelan SPLDV
RPP - Pemodelan SPLDVRPP - Pemodelan SPLDV
RPP - Pemodelan SPLDV
 
LKPD Fungsi Kuadrat
LKPD Fungsi KuadratLKPD Fungsi Kuadrat
LKPD Fungsi Kuadrat
 
Aplikasi integral
Aplikasi integralAplikasi integral
Aplikasi integral
 
Modul Ajar Matematika Fase E Kelas X Materi Fungsi Trigonometri Tahun Ajaran ...
Modul Ajar Matematika Fase E Kelas X Materi Fungsi Trigonometri Tahun Ajaran ...Modul Ajar Matematika Fase E Kelas X Materi Fungsi Trigonometri Tahun Ajaran ...
Modul Ajar Matematika Fase E Kelas X Materi Fungsi Trigonometri Tahun Ajaran ...
 
19. Soal-soal Matriks
19. Soal-soal Matriks19. Soal-soal Matriks
19. Soal-soal Matriks
 
INDUKSI MATEMATIKA (RPP & LKPD)
INDUKSI MATEMATIKA (RPP & LKPD)INDUKSI MATEMATIKA (RPP & LKPD)
INDUKSI MATEMATIKA (RPP & LKPD)
 

Similar a Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)

Konstruktivisme implikasi baru dalam tep (1)
Konstruktivisme  implikasi baru dalam tep (1)Konstruktivisme  implikasi baru dalam tep (1)
Konstruktivisme implikasi baru dalam tep (1)Dedi Yulianto
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeBun Faris
 
Teori belajar konstruktivisme dan
Teori belajar konstruktivisme danTeori belajar konstruktivisme dan
Teori belajar konstruktivisme danMutiara Anggraini
 
Konsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKonsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKundas Tanma
 
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam PembelajaranFitri Yusmaniah
 
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptx
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptxGrant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptx
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptxLeli85
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismesahronzulkepli
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismesahronzulkepli
 
Teori pembelajaran konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivismeTeori pembelajaran konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivismesahronzulkepli
 
Konstruktivistik mardiah
Konstruktivistik mardiahKonstruktivistik mardiah
Konstruktivistik mardiahDiah Japri
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeMuhammadLatif68
 
Makalah teori konstruktivistik
Makalah teori konstruktivistikMakalah teori konstruktivistik
Makalah teori konstruktivistikPujiati Puu
 
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistik
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistikTeori pmbelajaran kontruktivisme humanistik
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistikfiro HAR
 
45565607 topik-5-khsr-oum
45565607 topik-5-khsr-oum45565607 topik-5-khsr-oum
45565607 topik-5-khsr-oumSashi Kumar
 

Similar a Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai) (20)

Konstruktivisme implikasi baru dalam tep (1)
Konstruktivisme  implikasi baru dalam tep (1)Konstruktivisme  implikasi baru dalam tep (1)
Konstruktivisme implikasi baru dalam tep (1)
 
Teori konsruktivis
Teori konsruktivisTeori konsruktivis
Teori konsruktivis
 
Sbd1
Sbd1Sbd1
Sbd1
 
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivismeTeori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
Teori belajar dan pembelajaran konstruktivisme
 
Teori konstruktive
Teori konstruktiveTeori konstruktive
Teori konstruktive
 
Teori belajar konstruktivisme dan
Teori belajar konstruktivisme danTeori belajar konstruktivisme dan
Teori belajar konstruktivisme dan
 
Konsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistikKonsep dasar teori konstruktivistik
Konsep dasar teori konstruktivistik
 
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
 
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptx
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptxGrant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptx
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptx
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivisme
 
Teori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivismeTeori pembelajaran konsruktivisme
Teori pembelajaran konsruktivisme
 
Teori pembelajaran konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivismeTeori pembelajaran konstruktivisme
Teori pembelajaran konstruktivisme
 
Konstruktivistik mardiah
Konstruktivistik mardiahKonstruktivistik mardiah
Konstruktivistik mardiah
 
Artikel Belajar Pembelajaran
Artikel Belajar PembelajaranArtikel Belajar Pembelajaran
Artikel Belajar Pembelajaran
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Makalah teori konstruktivistik
Makalah teori konstruktivistikMakalah teori konstruktivistik
Makalah teori konstruktivistik
 
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistik
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistikTeori pmbelajaran kontruktivisme humanistik
Teori pmbelajaran kontruktivisme humanistik
 
45565607 topik-5-khsr-oum
45565607 topik-5-khsr-oum45565607 topik-5-khsr-oum
45565607 topik-5-khsr-oum
 
Modul 6 kb 3
Modul 6 kb 3Modul 6 kb 3
Modul 6 kb 3
 
Penaksiran tgsn 3
Penaksiran tgsn 3Penaksiran tgsn 3
Penaksiran tgsn 3
 

Más de Dedi Yulianto

Komputer & multimedia
Komputer & multimediaKomputer & multimedia
Komputer & multimediaDedi Yulianto
 
Penelitian kualitatif dan wawancara
Penelitian kualitatif dan wawancaraPenelitian kualitatif dan wawancara
Penelitian kualitatif dan wawancaraDedi Yulianto
 
Analisis butir soal (v)
Analisis butir soal (v)Analisis butir soal (v)
Analisis butir soal (v)Dedi Yulianto
 
Pengembangan bhn ujian dan analisis
Pengembangan bhn ujian dan analisisPengembangan bhn ujian dan analisis
Pengembangan bhn ujian dan analisisDedi Yulianto
 
Sekilas konsep evaluasi
Sekilas konsep evaluasiSekilas konsep evaluasi
Sekilas konsep evaluasiDedi Yulianto
 
Disain instruksional
Disain instruksionalDisain instruksional
Disain instruksionalDedi Yulianto
 
Instruksional sistem
Instruksional sistemInstruksional sistem
Instruksional sistemDedi Yulianto
 
Model assure media pembelajaran
Model assure media  pembelajaran Model assure media  pembelajaran
Model assure media pembelajaran Dedi Yulianto
 
Deskriptif dan preskriptif teori pembelajaran dan instruksi
Deskriptif dan preskriptif teori pembelajaran dan instruksiDeskriptif dan preskriptif teori pembelajaran dan instruksi
Deskriptif dan preskriptif teori pembelajaran dan instruksiDedi Yulianto
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualDedi Yulianto
 
Contextual teaching-and-learning-ctl
Contextual teaching-and-learning-ctlContextual teaching-and-learning-ctl
Contextual teaching-and-learning-ctlDedi Yulianto
 
Filsafat zaman yunani kuno
Filsafat zaman yunani kunoFilsafat zaman yunani kuno
Filsafat zaman yunani kunoDedi Yulianto
 
Hubungan ilmu pengetahuan filsafat
Hubungan ilmu pengetahuan filsafatHubungan ilmu pengetahuan filsafat
Hubungan ilmu pengetahuan filsafatDedi Yulianto
 

Más de Dedi Yulianto (20)

Sk tim perencana
Sk tim perencanaSk tim perencana
Sk tim perencana
 
Komputer & multimedia
Komputer & multimediaKomputer & multimedia
Komputer & multimedia
 
Media pembelajaran
Media  pembelajaranMedia  pembelajaran
Media pembelajaran
 
Penelitian kualitatif dan wawancara
Penelitian kualitatif dan wawancaraPenelitian kualitatif dan wawancara
Penelitian kualitatif dan wawancara
 
Analisis butir soal (v)
Analisis butir soal (v)Analisis butir soal (v)
Analisis butir soal (v)
 
Pengembangan bhn ujian dan analisis
Pengembangan bhn ujian dan analisisPengembangan bhn ujian dan analisis
Pengembangan bhn ujian dan analisis
 
Sekilas konsep evaluasi
Sekilas konsep evaluasiSekilas konsep evaluasi
Sekilas konsep evaluasi
 
Desain pesan
Desain pesanDesain pesan
Desain pesan
 
Desain pembelajaran
Desain pembelajaranDesain pembelajaran
Desain pembelajaran
 
Disain instruksional
Disain instruksionalDisain instruksional
Disain instruksional
 
Jenis penelitian
Jenis penelitianJenis penelitian
Jenis penelitian
 
Desain pesan
Desain pesanDesain pesan
Desain pesan
 
Instruksional sistem
Instruksional sistemInstruksional sistem
Instruksional sistem
 
Model assure media pembelajaran
Model assure media  pembelajaran Model assure media  pembelajaran
Model assure media pembelajaran
 
Deskriptif dan preskriptif teori pembelajaran dan instruksi
Deskriptif dan preskriptif teori pembelajaran dan instruksiDeskriptif dan preskriptif teori pembelajaran dan instruksi
Deskriptif dan preskriptif teori pembelajaran dan instruksi
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
 
Contextual teaching-and-learning-ctl
Contextual teaching-and-learning-ctlContextual teaching-and-learning-ctl
Contextual teaching-and-learning-ctl
 
Ctl
CtlCtl
Ctl
 
Filsafat zaman yunani kuno
Filsafat zaman yunani kunoFilsafat zaman yunani kuno
Filsafat zaman yunani kuno
 
Hubungan ilmu pengetahuan filsafat
Hubungan ilmu pengetahuan filsafatHubungan ilmu pengetahuan filsafat
Hubungan ilmu pengetahuan filsafat
 

Konstruktivisme dan desain pembelajaran (dipakai)

  • 1. KONSTRUKTIVISME DAN DESAIN PEMBELAJARAN A. Pengertian Konstruktivisme Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Sedangkan menurut Tran Vui, Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan merefleksikan pengalamanpengalaman sendiri, sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain Dari keterangan di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan untuk mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut: 1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. 2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya. 3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap. 1
  • 2. 4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. 5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu. B. Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme lahir dari idea Piaget dan Vygotsky. Konstruktivisme adalah satu paham bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berasaskan pengetahuan dan pengalaman awal. Dalam Proses ini, siswa akan menyesuaikan pengetahuan yang diterima dengan pengetahuan awal untuk membina pengetahuan baru. Menurut Briner (1999), pembelajaran secara konstruktivisme berlaku di mana siswa membina pengetahuan dengan menguji ide dan pendekatan berasaskan pengetahuan dan pengalaman awal, mengimplikasikannya pengetahuan baru pada yang satu situasi diperoleh baru dengan dan binaan mengintegerasikan intelektual yang diwujudkannya. Mc Brien dan Brandt (1997), menyatakan konstruktivisme adalah satu pendekatan pembelajaran berasaskan kepada penelitian tentang bagaimana manusia belajar. Kebanyakan peneliti berpendapat setiap individu membina pengetahuan dan bukannya hanya menerima pengetahuan daripada orang lain. Ide dari teori ini adalah siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri. Pikiran siswa dianggap sebagai mediator yang menerima masukan dari dunia luar dan menentukan apa akan dipelajari. Menurut Soedjadi, pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran adalah pendekatan di mana siswa secara individual menemukan dan mengubah sesuai informasi yang kompleks, memeriksa dengan aturan yang ada dan memeriksa kembali jika perlu. Selain itu, Bell (1993) mengemukakan konstruktivisme memandang siswa datang ke ruang belajar membawa persiapan mental dan kognitifnya. Artinya, siswa yang datang ke ruang belajar sudah memiliki konsep awal dari bahan yang akan diberikan ke siswa, karena mereka mempunyai potensi untuk pembelajaran mandiri terlebih 2
  • 3. dahulu dari sumber yang ada atau dari pengalaman dalam lingkungan kehidupannya. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai mediator dan fasilitator. Brooks dan Books (1993) juga menyatakan konstruktivisme berlaku apabila siswa membina makna tentang dunia dengan mensintesis pengalaman baru pada apa yang mereka telah mengerti sebelum ini. Mereka akan membentuk peraturan melalui cerminan tentang tindak balas mereka dengan objek dan ide. Apabila mereka bertemu dengan objek, ide atau perkaitan yang tak bermakna pada mereka, maka mereka akan menginterpretasikan apa yang mereka lihat supaya sesuai dengan peraturan yang telah dibentuk atau disesuaikan dengan peraturan agar dapat menerangkan informasi baru. Dalam teori konstruktivisme, penekanan diberikan pada siswa lebih daripada guru. Karena siswalah yang bertindak dengan bahan dan peristiwa serta memperoleh pengertian tentang bahan dan peristiwa tersebut. Justru, siswa membina sendiri konsep dan membuat penyelesaian kepada masalah (Sushkin 1999). Dengan demikian, dapatlah dirumuskan secara keseluruhan pengertian atau maksud pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusatkan pada siswa. Guru berperan sebagai mediator yang membantu siswa membina pengetahuan dan menyelesaikan masalah. Guru berperan sebagai penentu bahan pembelajaran yang menyediakan peluang kepada siswa untuk membina pengetahuan baru. Guru akan mengenal pasti pengetahuan awal siswa dan merancang kaidah pembelajarannya dengan sifat asas pengetahuan tersebut. Pengetahuan yang dimiliki siswa adalah hasil daripada aktivitas yang dilakukan oleh siswa tersebut dan bukannya pembelajaran yang diterima secara pasif. Jean Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme, sedangkan teori pengetahuannya dikenal dengan teori adaptasi kognitif. Sama halnya dengan setiap organisme harus beradaptasi secara fisik dengan lingkungan untuk dapat bertahan hidup, demikian juga struktur pemikiran manusia. Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala 3
  • 4. baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secaca kognitif (mental). Untuk itu, manusia harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci, atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-pengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang terbentuk dan selalu berkembang. Proses perkembangan tersebut meliputi: 1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang ada pada seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam interaksinya dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori utnuk mengidentifikasikan rangsangan yang datang, dan terus berkembang. 2. Asimilasi adalah proses kognitif perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci. 3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi. 4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemata). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi. C. Perubahan Dalam Pembelajaran Lahirnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) telah mengubah paradigma baru dalam proses pembelajaran. Guru di sekolah bukan lagi satusatunya sumber pengetahuan, tetapi merupakan bagian integral dalam sistem pembelajaran. Tuntutan terhadap pelayanan pembelajaran saat ini, banyak disebabkan oleh perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karenanya, konsep pembelajaran saat ini pun berubah dari guru mengajar menjadi siswa belajar. Asumsi pergeseran itu, bertitik tolak pada siswa yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dirinya dalam memperkaya ilmu pengetahuan, sikap, dan keterampilan berdasarkan kompetensi yang ada pada kurikulum. 4
  • 5. Pembelajaran sebagai hasil usaha siswa dan pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan siswa sebagai bahan mentah bagi proses perenungan dan pengabstrakan. Setiap siswa, sebenarnya telah mempunyai satu aset ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif. Untuk membina siswa dalam menemukan pengetahuan baru, guru sebaiknya memerhatikan struktur kognitif yang ada pada mereka. Pada proses belajar mengajar, guru tidak lagi hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi siswa sendiri yang harus membangun pengetahuannya (knowledge is constructed by human). Mengapa? Karena pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap diterima dan diingat siswa. Siswa harus mengonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memunculkan ide-ide baru, memecahkan masalah, dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Dalam ide-ide konstruktif, biarkan siswa mengonstruksi sendiri pengetahuannya. Hal ini sejalan dengan esensi konstruktivisme bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Melihat konsep dasar tersebut, pembelajaran saat ini setidaknya menggeser paradigma dari pembelajaran yang berdasar kacamata guru menjadi pembelajaran yang berdasarkan kacamata siswa. Artinya, saat ini bukan bagaimana guru mengajar, tetapi bagaimana agar siswa dapat belajar. Pengertian belajar, menurut konstruktivisme, adalah perubahan proses mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami siswa sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang mereka peroleh sebagai hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam pikirannya. Secara psikologis, tugas dan wewenang guru adalah mengetahui karakteristik siswa, memotivasi belajar, menyajikan bahan ajar, memilih metode belajar, dan mengatur kelas. Caranya? Biarkan mereka belajar sebagai proses mengonstruksi 5
  • 6. pengetahuan dan guru sebagai fasilitator dalam menerapkan kondisi yang kolaboratif. Siswa belajar dalam kelompok dan siswa tidak hanya belajar dari dirinya sendiri, tetapi belajar pula dari orang lain. Masalahnya sekarang, bagaimana penerapan konstruktivisme dalam pembelajaran di kelas. Guru akan banyak dituntut untuk mengubah desain pembelajaran yang menekankan pada kemampuan siswa berdasarkan pengalaman nyata. Model itu diharapkan mampu meminimalkan image bahwa siswa belajar hanya duduk, dengar, dan catat. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran di kelas dapat dilakukan sebagai berikut: Pertama, tetapkan topik yang akan dibahas. Temukan ide, opini dan perhatian siswa melalui wawancara, survei, atau interaktif pertanyaan siswa. Kedua, respons terhadap interaksi, dengan pikiran siswa melalui pembentukan jembatan yang dilengkapi tahapan bagi siswa untuk mengkonstruksi ide baru. Ketiga, tarik pikiran siswa dengan mendorong kreativitas melalui aktivitas yang mampu mendorong siswa untuk belajar mengambil risiko. Keempat, melakukan refleksi atau evaluasi diri. Setelah itu, taksirlah kemajuan belajar siswa melalui perubahan ide atau peningkatan hasil tes. Kemudian, aturlah diskusi kelompok dan berikan kebebasan kepada setiap siswa untuk membahas permasalahan utama. Berikan pula kesempatan untuk memaparkan hasil belajar kepada siswa lain melalui presentasi. Tugas kita (guru), mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa. Di sinilah peran guru sebagai fasilitator dan mediator dapat berfungsi. Pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran menekankan pengajaran top down daripada bottom-up. Top down berarti bahwa siswa mulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan dan kemudian memecahkan atau menemukan (dengan bimbingan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. Sedangkan pendekatan bottom-up tradisional yang mana keterampilan-keterampilan dasar secara tahap demi tahap dibangun menjadi keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Sehingga dapat dikatakan 6
  • 7. bahwa di dalam kelas yang terpusat pada siswa peran guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri, bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas. Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu konsep kunci dari teori belajar konstruktivis adalah pembelajaran dengan pengaturan diri (self regulated learning) yaitu seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu. Jadi apabila siswa memiliki strategi belajar yang efektif dan motivasi serta tekun menerapkan strategi itu sampai pekerjaan terselesaikan maka kemungkinan mereka adalah pelajar yang efektif. D. Desain Pembelajaran 1. Pengertian Desain pembelajaran berarti menciptakan situasi belajar yang sebaik mungkin bagi peserta didiknya agar si pebelajar merasa nyaman dan termotivasi dalam proses belajar sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan. Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang. Misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk meningkatkan mutu belajar. 7
  • 8. Sementara itu, desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136) adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan. 2. Definisi Desain pembelajaran adalah praktik penyusunan media teknologi komunikasi dan isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa, dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. Hasil dari pembelajaran ini dapat diamati secara langsung dan dapat diukur secara ilmiah atau benar-benar tersembunyi dan hanya berupa asumsi. 3. Komponen Utama Desain Pembelajaran Komponen utama dari desain pembelajaran adalah, a. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang periu diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat. b. Tujuan pembelajaran (umum dan khusus) adalah penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar. c. Analisis pembelajaran merupakan proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari. d. Strategi pembelajaran dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar. 8
  • 9. e. Bahan ajar adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar. f. Penilaian belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasai atau belum. 4. Teori-teori belajar dalam Desain Pembelajaran Pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya oleh pendesain merupakan hal yang sangat menentukan (peran sentral) dalam desain pembelajaran. “They call to mind previous instruction they have designed, have experienced, or have seen that fits the particular constraints of the current situation” (Rowland, 1993). Pengalaman memainkan peranan sentral dalam penetapan isi dan penentuan strategi pembelajaran. Model yang diperoleh dari pengalaman mencerminkan metode dan strategi pembelajaran – aktivitas tingkah laku sederhana. Caroll mengemukakan bahwa hal-hal yang dibangun (peggunaan komputer dalam kasus ini) menyediakan basis yang sangat kaya untuk belajar dan pemahaman tentang teori yang mendasari desain kita. Teori belajar secara implisit telah ada dalam desain kita dan oleh karenanya sesorang akan mendapatkan pemahaman tentang belajar dari suatu analisa desain itu. Pendesain pembelajaran secara khas mungkin tidak akan cukup waktu dan dukungan secara tegas dalam menerapkan teori belajar selama menyelesaikan tugas pengembangan dan mendesain pembelajaran. Meskipun demikian teori belajar merupakan suatu bagian integral dari produk pembelajaran. Integrasi teori belajar dan desain yang dihasilkan dibedakan oleh Reigeluth antara teori belajar deskriptif dan teori pembelajaran preskriptif. Reigeluth (1983) mengemukakan bahwa pendesain pembelajaran memerlukan teori pembelajaran preskriptif – metode memanipulasi lingkungan belajar dengan kondisi yang dirancang khusus untuk digunakan dalam memperoleh hasil belajar yang diinginkan. Lebih penting lagi, ia membantah bahwa teori 9
  • 10. pembelajaran preskriptif adalah teori pembelajaran yang independen – teori deskriptif tidak perlu mempertimbangkan asumsi-asumsi tentang proses pembelajaran dan arti belajar dan mengerti (memahami). Sebagaimana yang disampaikan oleh Carroll dan Campbell, artifak (hasil disain) yang kita buat mencerminkan teori yang kita gunakan. Desain yang kita buat tidak hanya menyangkut tentang deskripsi tujuan dari serangkaian pembelajaran, namun lebih dari itu desain juga mengungkapkan secara implisit yang terkandung dalam teori belajar yang diterapkan. Teori belajar dan pembelajaran preskriptif pada praktiknya harus berjalan secara bersama-sama. Tentu saja, pendesain pembelajaran akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan instruktur/pengajar untuk mengikuti rencana pembelajaran yang telah disusun. Hal ini dikarenakan pengajar memiliki perbedaan tujuan pembelajaran dan pebedaan konsep dalam mengartikan “memahami/mengerti” pokok materi. Instruktur/pengajar akan memodifikasi pembelajaran preskriptifnya supaya dapat mengakomodasi perbedaan teori belajar yang mereka miliki. Oleh karenanya instruktur akan mencari suplemen/pelengkap atau pengganti isi dan strateginya melalui pendekatan yang menurut mereka sesuai dengan pemahaman siswanya. Penelitian terkini mengatakan bahwa lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi dapat meningkatkan nilai para pelajar, sikap mereka terhadap belajar, dan evaluasi dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga dapat membantu untuk meningkatkan interaksi antara pengajar dan pelajar, dan membuat proses belajar yang berpusat pada pelajar (student oriented). Dengan kata lain, penggunaan media berupa audiovisual atau komputer dapat membantu siswa itu memperoleh pelajaran bermanfaat. Guru sebagai pengembang media pembelajaran harus mengetahui perbedaan pendekatan-pendekatan dalam belajar agar dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memotivasi para pembelajar, memfasilitasi proses belajar, membentuk 10
  • 11. manusia seutuhnya, melayani perbedaan individu, mengangkat belajar bermakna, mendorong terjadinya interaksi, dan memfasilitasi belajar kontekstual. Ada beberapa teori belajar yang melandasi penggunaan teknologi dalam mendesain pembelajaran yaitu teori behaviorisme, kognitifisme, dan kontruktivisme. DAFTAR PUSTAKA ADDIE Instructional Design Model. Retrived December 20 2006, from http//itsinfo.tamu,edu/workshops/handouts/pdf handouts/addie.pdf. Barbara B. Seels dan Rita C. Richey. 1995. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, (terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, dkk) Bagus Takwin, 2007, Konstruktivisme dalam Pemikiran. Dosen di Fakultas UI. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2002, Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Sagala Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Suparno, Paul, 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. www.bfskinner.org/Documen.asp Wikipedia bahasa Indonesia, 7 Oktober 2010. 11
  • 12. Sedangkan pandangan Konstruktivisme tentang belajar adalah sebagai berikut: 1) Konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan non objektif, bersifat temporer, selalu berubah dan tidak menentu. 2) Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktifitas kolaboratif dan refleksi dan interpretasi. 3) Si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pengalamannya dan persepektif yang didalam menginterprestasikannya. 12