SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 17
Descargar para leer sin conexión
MAKALAH SOSIOLOGI
                           TENTANG
   PRILAKU MENYIMPANG “KORUPSI”




                          Disusun oleh:

                       Dede Adi Nugraha
                     ( xDLMx_dhansheiA3 )




Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
                             Sosiologi


        PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA
                    DINAS PENDIDIKAN
            SMA NEGERI 1 SUKAHAJI
                  Tahun Pelajaran 2011-2012
MAKALAH SOSIOLOGI
                           TENTANG
   PRILAKU MENYIMPANG “KORUPSI”




                          Disusun oleh:

                       Dede Adi Nugraha
                     ( xDLMx_dhansheiA3 )




Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran
                             Sosiologi




        PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA
                    DINAS PENDIDIKAN
            SMA NEGERI 1 SUKAHAJI
                  Tahun Pelajaran 2011-2012
KATA PENGANTAR


        Puji syukur kehadirat Allah SWT. Bahwa kami telah
menyelesaikan tugas mata pelajaran Sosiologi tepat pada waktunya.
Sebagaimana telah diberikan tugas kepada kami untuk membuat makalah
tentang Prilaku Menyimpang kami pun mengambil salah satu contoh
Prilaku Menyimpang yaitu “KORUPSI”.

       Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan
yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi/makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :



       1. Orang Tua kami yang selalu memberikan fasilitas dan dorongan
          untuk bisa membuat makalah ini.
       2. Kepada tim/kelompok yang sangat kompak dalam pengerjaan
          makalah ini dengan baik.
       3. Narasumber terpecaya dalam penelitian ini yang sudah banyak
          membantu.

        Terima kasih atas semuanya. Kami sadar, sebagai seorang pelajar
yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan karya ilmiah ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan ada
nya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang
lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga karya
ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi
generasi muda bahwa prilaku menyimpang itu sangat banyak merugikan
orang lain contohnya saja “korupsi” itu merupakan tindakan yang
merugikan bagi semua orang termasuk Negara Indonesia yang semakin
terpuruk karena perbuatan “korupsi”.


        Semoga dengan kami membuat makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan motivasi bagi para pembacanya, khususnya bagi kami dan
bagi para generasi muda yang akan datang, sehingga di Negara ini tidak
ada lagi tindak kejahatan korupsi. Amin.




                                                    Penyusun,
DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN

  A.   Latar Belakang Masalah
  B.   Pembatasan Makalah
  C.   Tujuna Penulisan
  D.   Manfaat
  E.   Permasalahan


BAB II PEMBAHASAN

  A.   Pengertian Korupsi
  B.   Korupsi dan Desentralisasi
  C.   Sebab/Kondisi Yang Menyebabkan Munculnya Korupsi
  D.   Tuduhan Korupsi Sebagai Alat Politik
  E.   Bentuk-bentuk Penyalahgunaan
  F.   Dampak Negatif Korupsi
  G.   Upaya Penanggulangan Korupsi
  H.   Mengukur Korupsi
  I. Undang-undang Tindak Pidana Korupsi



BAB III PENUTUP

  A. Kesimpulan


DAFTAR PUSTAKA
BAB I
                        PENDAHULUAN


   A. Latar Belakang Masalah

       Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangt-hangatnya dibicarakan
publik, terutama dalam media massa baik lokal maupun nasional. Banyak
para ahli mengemukakan pendapatnya tentang masalah korupsi ini. Pada
dasarnya, ada yang pro adapula yang kontra. Akan tetapi walau
bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat meusak sendi-sendi
kebersamaan bangsa. Pada hakekatnya, korupsi adalah “benalu sosial”
yang merusak struktur pemerintahan, dan menjadi penghambat utama
terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan pada umumnya.
       Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hampir tidak
mungkin dapat diberantas, oleh karena sangat sulit memberikan
pembuktian-pembuktian yang eksak. Disamping itu sangat sulit
mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti. Namun akses
perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang harus diwaspadai baik
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri.
       Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat
yang memakai uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaaan
mutlak. Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi
korup yang berkelebihan uang bisa masuk ke dalam golongan elit yang
berkuasa dan sangat dihormati. Mereka ini juga akan menduduki status
sosial yang tinggi dimata masyarakat. Korupsi sudah berlangsung lama,
sejak zaman Mesir Kuno, Babilonia, Roma sampai abad pertengahan dan
sampai sekarang. Korupsi terjadi diberbagai negara, tak terkecuali di
negara-negara maju sekalipun. Di negara Amerika Serikat sendiri yang
sudah begitu maju masih ada praktek-praktek korupsi. Sebaliknya, pada
masyarakat yang primitif dimana ikatan-ikatan sosial masih sangat kuat
dan kontrol sosial yang efektif, korupsi relatif jarang terjadi. Tetapi dengan
semakin berkembangnya sektor ekonomi dan politik serta semakin
majunya usaha-usaha pembangunan dengan pembukaan-pembukaan
sumber alam yang baru, maka semakin kuat dorongan individu terutama di
kalangan pegawai negari untuk melakukan praktek korupsi dan usaha-
usaha penggelapan.
       Korupsi dimulai dengan semakin mendesaknya usaha-usaha
pembangunan yang diinginkan, sedangkan proses birokrasi relaif lambat,
sehingga setiap orang atau badan menginginkan jalan pintas yang cepat
dengan memberikan imbalanimbalan dengan cara memberikan uang
pelicin (uang sogok). Praktek ini akan berlangsung terus menerus
sepanjang tidak adanya kontrol dari pemerintah dan masyarakat, sehingga
timbul golongan pegawai yang termasuk OKB-OKB (orang kaya baru)
yang memperkaya diri sendiri (ambisi material). Agar tercapai tujuan
pembangunan nasional, maka mau tidak mau korupsi harus diberantas.
Ada beberapa cara penanggulangan korupsi, dimulai yang sifatnya
preventif maupun yang represif.
B. Pembatasan Makalah

       Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi. Bentuknya bermacam-macam sesuai
jenis kekuasaan yang didapat. Bagi yang mendapat kuasa untuk mengelola
keungan negara, korupsi yang dilakukan adalah memanfaatkan sebagian
atau seluruh anggaran dana yang tersedia untuk dijadikan asset pribadi. Ini
adalah jenis korupsi yang paling banyak terjadi termasuk di Negara
Indonesia ini.

   C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

   1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi
   2. Mengkaji mengenai prilaku menyimpang “Korupsi” dengan lebih
      mendalam.
   3. Menambah wawasan dan pengetahuan

      Selain tujuan di atas, tujuan lain disusun makalah ini adalah untuk
menarik para pembaca umumnya dan para orang-orang khususnya agar
lebih mengenal prilaku menyimpang “Korupsi”. Karena banyaknya
dampak negatif yang disebabkan oleh tindakan korupsi. Harapan kami
mempelajari ini supaya tidak ada lagi korupsi di Negara ini dan bersih
seutuhnya, agar kehidupan kita sejahtera.

   D. Manfaat
     Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Prilaku
Menyimpang “Korupsi”. Selain itu, mampu mendapatkan penjelasan
mengenai dampak yang disebabkan tindakan korupsi, hukuman, undang-
undang mengenai tindak pidana korupsi dan macam-macam korupsi.

   E. Permasalahan
Permasalahan yang dikemukakan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah korupsi itu ?
2. Apa penyebab terjadinya korupsi?
3. Apa akibat terjadinya korupsi ?
4. Bagaimana cara penanggulannya ?
5. Undang-undang tindak pidana korupsi ?
BAB II
                        PEMBAHASAN

    A. Pengertian Korupsi

        Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara
harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi
maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. [1]
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
mencakup unsur-unsur sebagai berikut:

   perbuatan melawan hukum;
   penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
   memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
   merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;
Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di
antaranya:

   memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
   penggelapan dalam jabatan;
   pemerasan dalam jabatan;
   ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara
    negara);
   menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
       Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya
korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan,
sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung
korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
       Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk
sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian
uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini
saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat
penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas|kejahatan.
Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara
yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai
politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di
tempat lain.
B. Korupsi dan Desentralisasi
        Desentralisasi atau otonomi daerah merupakan perubahan paling
mencolok setelah reformasi digulirkan. Desentralisasi di Indonesia oleh
banyak pengamat ekonomi merupakan kasus pelaksanaan desentralisasi
terbesar di dunia, sehingga pelaksanaan desentralisasi di Indonesia menjadi
kasus menarik bagi studi banyak ekonom dan pengamat politik di dunia.
Kompleksitas permasalahan muncul kepermukaan, yang paling mencolok
adalah terkuangnya sebagian kasus-kasus korupsi para birokrat daerah dan
anggota legislatif daerah. Hal ini merupakan fakta bahwa praktek korupsi
telah mengakar dalam kehidupan sosial-politik-ekonomi di Indonesia.
Pemerintah daerah menjadi salah satu motor pendobrak pembangunan
ekonomi. Namun, juga sering membuat makin parahnya high cost
economy di Indonesia, karena munculnya pungutan-pungutan yang lahir
melalui Perda (peraturan daerah) yang dibuat dalam rangka meningkatkan
PAD (pendapatan daerah) yang membuka ruang-ruang korupsi baru di
daerah. Mereka tidak sadar, karena praktek itulah, investor menahan diri
untuk masuk ke daerahnya dan memilih daerah yang memiliki potensi
biaya rendah dengan sedikit praktek korup. Akibat itu semua, kemiskinan
meningkat karena lapangan pekerjaan menyempit dan pembangunan
ekonomi di daerah terhambat.

    C. Sebab-sebab Korupsi
       Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi :

   Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung
    jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-
    rezim yang bukan demokratik.
   Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
   Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih
    besar dari pendanaan politik yang normal.
   Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
   Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan
    "teman lama".
   Lemahnya ketertiban hukum.
   Lemahnya profesi hukum.
   Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
   Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
   Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna.

    D. Tuduhan Korupsi Sebagai Alat Politik
       Sering terjadi dimana politisi mencari cara untuk mencoreng lawan
mereka dengan tuduhan korupsi. Sebagai contoh di Republik Rakyat Cina,
fenomena ini digunakan oleh Zhu Rongji, dan yang terakhir, oleh Hu
Jintaountuk melemahkan lawan-lawan politik mereka.
E. Bentuk-bentuk Penyalahgunaan

        Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah
seperti penggelapan dan nepotisme,   juga     penyalahgunaan     yang
menghubungkan          sektor      swasta       dan      pemerintahan
seperti penyogokan,pemerasan, campuran tangan, dan penipuan.
Penyogokan: penyogok dan penerima sogokan
Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok)
dan penerima sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup
semua aspek hidup sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk berniaga
tanpa terlibat penyogokan.
Sumbangan kampanye dan "uang haram"
Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, namun lebih
sulit lagi untuk membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering
banyak ada gosip menyangkut politisi.
Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk meminta
sumbangan keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat
untuk bertindak hanya demi keuntungan mereka yang telah
menyumbangkan uang, yang akhirnya menyebabkan munculnya tuduhan
korupsi politis.


   F. Dampak Negatif Korupsi

 a. Demokrasi
       Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di
dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan
yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan proses formal.
Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi
akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di
sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di
pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan
masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari
pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan
pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat
yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai
demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.
b. Ekonomi
        Korupsi juga mempersulit pembangunanekonomi dan mengurangi
kualitas   pelayanan pemerintahan.      Korupsi juga     mempersulit
pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan
yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam
negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau
karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi
mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus
yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan
menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan
baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga
mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi
dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan
perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
c. Kesejahteraan umum negara
        Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman
besar     bagi    warga       negaranya.   Korupsi    politis  berarti
kebijaksanaan pemerintah sering     menguntungkan    pemberi   sogok,
bukannya       rakyat      luas.     Satu    contoh    lagi    adalah
bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan
besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME).


  G.Upaya Penangulangan Korupsi

Ada beberapa kesimpulan tentang penanggulangan korupsi sebagai
berikut:
a. Preventif.
1) Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di
     instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan
     tajam antara milik pribadi dan milik perusahaan atau milik negara.
2) Mmengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai
    negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar
    pejabat dan pegawai saling menegakan wibawa dan integritas
    jabatannya dan tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang
    diberikan oleh wewenangnya.
3) Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri
    setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah
    bahwa mereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat
    karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan negara.
4) Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam
    memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan.
5) Menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk
    kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu
    cenderung disalahgunakan.
6) Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan
    “sense of belongingness” dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga
    mereka merasa peruasahaan tersebut adalah milik sendiri dan tidak
    perlu korupsi, dan selalu berusaha berbuat yang terbaik.
b. Represif.
1). Perlu penayangan wajah koruptor di televisi.
2). Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan pejabat.
H. Mengukur Korupsi

        Mengukur korupsi - dalam artian statistik, untuk membandingkan
beberapa negara, secara alami adalah tidak sederhana, karena para
pelakunya      pada     umumnya      ingin     bersembunyi. Transparansi
Internasional, LSM terkemuka di bidang anti korupsi, menyediakan tiga
tolok ukur, yang diterbitkan setiap tahun: Indeks Persepsi
Korupsi (berdasarkan dari pendapat para ahli tentang seberapa korup
negara-negara ini); Barometer Korupsi Global (berdasarkan survei
pandangan rakyat terhadap persepsi dan pengalaman mereka dengan
korupsi); dan Survei Pemberi Sogok, yang melihat seberapa rela
perusahaan-perusahaan asing        memberikan sogok.        Transparansi
Internasional juga menerbitkan Laporan Korupsi Global; edisi tahun 2004
berfokus kepada korupsi politis. Bank Dunia mengumpulkansejumlah data
tentang korupsi, termasuk sejumlah Indikator Kepemerintahan.


  I. Undang-undang Tindak Pidana Korupsi

  1. KUHP
      BUKU II BAB XXVIII
      TENTANG KEJAHATAN JABATAN
      PASAL 413 - 437
      KORUPSI SEBAGAI DELIK JABATAN
      PASAL 415 – 425


  2. Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala
      Staf Angkatan Darat 16 April 1958
      no.Prt/Peperpu/013/1958 (BN No. 40
      Tahun 1958)(staf AL No. Prt/Z.1/I/7)

Pertama kali dikenal istilah korupsi Dibedakan
antara:
Korupsi pidana (Pasal 2):
   Pertama, perbuatan seseorang dengan atau karena melakukan suatu
   kejahatan atau pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
   suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
   keuangan suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan negara
   atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggaran-
   kelonggaran dari masyarakat.
   Kedua, menyalahgunakan jabatan atau kedudukan.
   Ketiga, yang tercantum dalam Pasal 41 – Pasal 50 Peraturan Penguasa
   Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat 16 April 1958 no.
   Prt/Peperpu/013/1958 (BN No. 40 Tahun 1958) dan dalam Pasal 209;
   210; 418;419 dan 420 KUHP
Korupsi bukan pidana – perdata (Pasal 3)
     Pertama, perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan
     perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain
     atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
     keuangan suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan negara
     atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggaran-
     kelonggaran dari masyarakat.
     Kedua, perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan
     perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain
     atau suatu badan dan yang dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan
     atau kedudukan.

            PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI
1. Tidak terbatas pada orang-orang yang berkualitas sebagai pegawai
   negeri, akan tetapi ditujukan pada setiap orang termasuk korporasi
   Pasal 2;3;5 ayat (1) ;6;7;13;15;16;21;22;24; dan Pasal 220 (pengaduan
   palsu) serta Pasal 231 (menarik barang yang disita) KUHP jo Pasal 23.

 2. Tindak pidana korupsi pegawai negeri dan atau penyelenggara negara –
    kejahatan jabatan Tindak pidana korupsi yang dirumuskan pelakunya
    adalah semata-mata pegawai negeri atau penyelenggara negara Pasal 5
    ayat (2), 8;9;10;11;12;12b dan Pasal 23 Selain pegawai negeri yang
    ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau
    untuk sementara waktu (Psl. 8; 9; 10) Penyelenggara negara (Psl 11;
    12).
                             Pegawai Negeri
Pegawai Negeri adalah meliputi :
a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang
    Kepegawaian;
b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang
    Hukum Pidana;
c. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;
d. orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang
    menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah; atau
e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang
    mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

                   MERUGIKAN KEUANGAN
                          ATAU
                   PEREKONOMIAN NEGARA

Pasal 2
1.      Melawan hukum:

     a. MHF (berlaku secara nasional)
     1. terdapat sanksi pidana (Psl. 63 KUHP) – Pasal 14
     2. tidak terdapat sanksi pidana
Contoh:
          Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003
          tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
          Pemerintah.
           Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah No. 11 Tahun 2001
           Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah diganti dengan
           Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah Nomor 152 Tahun
           2004

       b. MHM yang positif (MK Nomor 003/PUU-IV/2006)
“Yang dimaksud dengan secara melawan hukum dalam Pasal ini
mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti
materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan
perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela
karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan
sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana tidak
mempunyai kekuatan hukum mengikat”.

2. Memperkaya diri sendiri; orang lain atau korporasi
3. Dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara

                  Perbuatan “memperkaya”

      Penjelasan Pasal 1 ayat (1) sub a UU 3/1971
“Perkara memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dalam
ayat ini dapat dihubungkan dengan pasal 18 ayat (2) yang memberi
kewajiban kepada terdakwa untuk memberikan keterangan tentang sumber
kekayaannya sedemikian rupa sehingga kekayaan tidak seimbang dengan
penghasilannya atau penambah kekayaan tersebut dapat dipergunakan
untuk memperkuat keterangan saksi lain bahwa terdakwa telah melakukan
tindak pidana korupsi”

Pasal 3
   1. Menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi
   2. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
      padanya karena jabatan atau kedudukan.
   3. Dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara
DAFTAR NEGARA-NEGARA PALING KORUP DI
DUNIA TAHUN 2010


Sesuai hasil Survey tahunan yang dilakukan oleh organisasi : Berlin-based
organization Transparency International, negara paling korup di dunia
adalah : Somalia, Myanmar, Afghanistan, dan Irak.
Indonesia Tidak ada dalam Daftar ?
Skor Indeks bernilai dari 0 sampai 10. Semakin kecil indeksnya semakin
korup negaranya. Indeks 5.0 adalah pertengahan, artinya tidak memiliki
masalah korupsi yang serius.

No Negara                          Indeks Skor 2010
1. Somalia                               1.1
2. Myanmar                               1.4
3 Afghanistan                            1.4
4. Iraq                                  1.5
5. Turkmenistan                          1.6
 6 Uzbekistan                            1.6
 7 Sudan                                 1.6
8. Chad                                  1.7
9. Burundi                               1.8
10. Equatorial Guinea                    1.9
11 Angola                                1.9
12. Kyrgyzstan                           2.0
13 Venezuela                             2.0
14 Congo, Democratic Republic of         2.0
15 Guinea                                2.0
16. Cambodia                             2.1
17 Central African Republic              2.1
18 Comoros                               2.1
19 Congo, Republic                       2.1
20 Guinea-Bissau                         2.1
21 Kenya                                 2.1
22 Laos                                  2.1
23 Russia                                2.1
24 Papua New Guinea                      2.1
25 Tajikistan                            2.1
BAB III
                             PENUTUP

   A. Kesimpulan

Dari pembahasan seputar korupsi, dapat diberi kesimpulan yaitu;

1. Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau
   pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau
   kelompoknya.
2. Korupsi menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan
   merusak sendi-sendi kebersamaan dan menghianati cita-cita
   perjuangan bangsa.
3. Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan Represif.
   Pencegahan (preventif) yang perlu dilakukan adalah dengan
   menumbuhkan dan membangun etos kerja pejabat maupun pegawai
   tentang pemisahan yang jelas antara milik negara atau perusahaan
   dengan milik pribadi, mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji),
   menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri
   setiap jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan
   lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan
   kebijakan, terbuka untuk kontrol, adanya kontrol sosial dan sanksi
   sosial, menumbuhkan rasa “sense of belongingness” diantara para
   pejabat dan pegawai. Sedangkan tindakan yang bersifat Represif adalah
   menegakan hukum yang berlaku pada koruptor dan penayangan wajah
   koruptor di layar televisi dan herregistrasi (pencatatan ulang) kekayaan
   pejabat dan pegawai.
DAFTAR PUSTAKA

Bellone, Carl.1980.Organization Theory and The New Public
Administration. United
States Of America.Allyn and Bacon, Inc. Boston/ London Sydney/
Toronto.
Frederickson, George, H. 2000. Administrasi Negara Baru. Terjemahan.
Jakarta.
LP3ES. Cetakan Pertama.
Kartono, Kartini. 2001. Pathologi Sosial. Jakarta. Edisi Baru. CV. Rajawali
Press.
Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia.
Bandung.
Penerbit Sinar Baru.
Lubis, Mochtar. 2006. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta.
Bhratara. Karya
Aksara.
Saleh, Wantjik. 2008. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta.
Penerbit Ghalia
Indonesia.
Simon, Herbert. 2009. Administrative Behavior. Terjemahan St. Dianjung.
Jakarta.
PT. Bina Aksara.
Harian Kompas, 13 Juni 2006
Kompas. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan Oktober sampai Desember
2010.
Suara Pembaharuan. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan Oktober sampai
Desember
2010.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah.

Dhan_di@rocketmail.com

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinyaMasalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinyaMagdalena Palma Renia
 
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAMImplementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAMKartic Muna
 
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...aulia putri
 
KARYA TULIS ILMIAH TENTANG NARKOBA
KARYA TULIS ILMIAH TENTANG NARKOBAKARYA TULIS ILMIAH TENTANG NARKOBA
KARYA TULIS ILMIAH TENTANG NARKOBAliza_virgianti
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIAmeikaa
 
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaKemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaLestari Moerdijat
 
Ppt perubahan sosial
Ppt perubahan sosialPpt perubahan sosial
Ppt perubahan sosialAchmady1
 
Sejarah Korupsi di Indonesia
Sejarah Korupsi di IndonesiaSejarah Korupsi di Indonesia
Sejarah Korupsi di IndonesiaLestari Moerdijat
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Bab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babivBab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babivAlfan Fatoni
 
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Nia Khusnul Chotimah
 
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1Jihan Hidayah Putri
 
Tugas pkn bab 7 Penegakan Hukum Berkeadilan
Tugas pkn bab 7 Penegakan Hukum BerkeadilanTugas pkn bab 7 Penegakan Hukum Berkeadilan
Tugas pkn bab 7 Penegakan Hukum Berkeadilandiarwildan96
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...YuliaKartika6
 
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Syifa Nadia
 
Bab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsiBab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsidanianggara
 
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaMakalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaSeptian Muna Barakati
 
wawasan kebangsaan dan nilai bela negara
wawasan kebangsaan dan nilai bela negarawawasan kebangsaan dan nilai bela negara
wawasan kebangsaan dan nilai bela negaraMuslihin Hilim
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenMochammad Ridwan
 

La actualidad más candente (20)

Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinyaMasalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
Masalah-masalah Pembangunan dan cara mengatasinya
 
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAMImplementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
Implementasi pancasila dalam bidang IPOLEKSOSBUDHANKAM
 
Tugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantaraTugas makalah wawasan nusantara
Tugas makalah wawasan nusantara
 
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...
Makalah PPKN Kasus-kasus pelanggaran hak dan pengingkaran kewajiban warga neg...
 
KARYA TULIS ILMIAH TENTANG NARKOBA
KARYA TULIS ILMIAH TENTANG NARKOBAKARYA TULIS ILMIAH TENTANG NARKOBA
KARYA TULIS ILMIAH TENTANG NARKOBA
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
 
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat IndonesiaKemajemukan Masyarakat Indonesia
Kemajemukan Masyarakat Indonesia
 
Ppt perubahan sosial
Ppt perubahan sosialPpt perubahan sosial
Ppt perubahan sosial
 
Sejarah Korupsi di Indonesia
Sejarah Korupsi di IndonesiaSejarah Korupsi di Indonesia
Sejarah Korupsi di Indonesia
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Bab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babivBab i, bab ii, babiii, babiv
Bab i, bab ii, babiii, babiv
 
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
Makalah pendidikan pancasila penerapan nilai pancasila sebagai pendidikan kar...
 
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
 
Tugas pkn bab 7 Penegakan Hukum Berkeadilan
Tugas pkn bab 7 Penegakan Hukum BerkeadilanTugas pkn bab 7 Penegakan Hukum Berkeadilan
Tugas pkn bab 7 Penegakan Hukum Berkeadilan
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
Esai hukum; Indonesia : "Sistem Hukum yang belum "Dewasa"
 
Bab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsiBab 5 upaya pemberantasan korupsi
Bab 5 upaya pemberantasan korupsi
 
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaMakalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
 
wawasan kebangsaan dan nilai bela negara
wawasan kebangsaan dan nilai bela negarawawasan kebangsaan dan nilai bela negara
wawasan kebangsaan dan nilai bela negara
 
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemenSistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
Sistem pemerintahan indonesia sebelum dan sesudah amandemen
 

Destacado

Laporan penelitian sosiologi
Laporan penelitian sosiologiLaporan penelitian sosiologi
Laporan penelitian sosiologiLorico Christoper
 
Cover + kata pengantar
Cover + kata pengantarCover + kata pengantar
Cover + kata pengantarAlfan Fatoni
 
MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINAN
MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINANMAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINAN
MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINANPandawa Sheet
 
Makalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanMakalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanLianita Dian
 
Contoh makalah-sosiologi
Contoh makalah-sosiologiContoh makalah-sosiologi
Contoh makalah-sosiologiTerminal Purba
 
Sosiologi-masalah sosal "minuman keras"
Sosiologi-masalah sosal "minuman keras"Sosiologi-masalah sosal "minuman keras"
Sosiologi-masalah sosal "minuman keras"Dedi Saputra
 
Makalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaanMakalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaanconesti08com
 
Makalah bahaya merokok
Makalah bahaya merokokMakalah bahaya merokok
Makalah bahaya merokokWarnet Raha
 
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)Ibrahim Naki
 
Tugas sosiologi (kenakalan remaja) untuk mata pelajaran Sosiologi SMA
Tugas sosiologi (kenakalan remaja) untuk mata pelajaran Sosiologi SMATugas sosiologi (kenakalan remaja) untuk mata pelajaran Sosiologi SMA
Tugas sosiologi (kenakalan remaja) untuk mata pelajaran Sosiologi SMAAgnes Yodo
 
Laporan Penelitian Sosiologi
Laporan  Penelitian SosiologiLaporan  Penelitian Sosiologi
Laporan Penelitian SosiologiZufar Bhakti
 
Penelitian sosial-SOSIOLOGI KELAS 10
Penelitian sosial-SOSIOLOGI KELAS 10 Penelitian sosial-SOSIOLOGI KELAS 10
Penelitian sosial-SOSIOLOGI KELAS 10 putrisagut
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiHaristian Sahroni Putra
 
Bahaya merokok bagi remaja (pelajar)
Bahaya merokok bagi remaja (pelajar)Bahaya merokok bagi remaja (pelajar)
Bahaya merokok bagi remaja (pelajar)Ajudan Puker
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantarmrlakmono
 

Destacado (20)

Laporan penelitian sosiologi
Laporan penelitian sosiologiLaporan penelitian sosiologi
Laporan penelitian sosiologi
 
Cover + kata pengantar
Cover + kata pengantarCover + kata pengantar
Cover + kata pengantar
 
Bab 15 isbd kriminalitas
Bab 15 isbd kriminalitasBab 15 isbd kriminalitas
Bab 15 isbd kriminalitas
 
MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINAN
MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINANMAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINAN
MAKALAH UPAYA MENGENTAS KEMISKINAN
 
Makalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanMakalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi Kemiskinan
 
Contoh makalah-sosiologi
Contoh makalah-sosiologiContoh makalah-sosiologi
Contoh makalah-sosiologi
 
Sosiologi-masalah sosal "minuman keras"
Sosiologi-masalah sosal "minuman keras"Sosiologi-masalah sosal "minuman keras"
Sosiologi-masalah sosal "minuman keras"
 
Makalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaanMakalah bahasa indonesia tentang ejaan
Makalah bahasa indonesia tentang ejaan
 
Makalah bahaya merokok
Makalah bahaya merokokMakalah bahaya merokok
Makalah bahaya merokok
 
Makalah ilmu sosial dan politik
Makalah ilmu sosial dan politikMakalah ilmu sosial dan politik
Makalah ilmu sosial dan politik
 
Makalah sosiologi perubahan sosial di bidang pendidikan
Makalah sosiologi perubahan sosial di bidang pendidikanMakalah sosiologi perubahan sosial di bidang pendidikan
Makalah sosiologi perubahan sosial di bidang pendidikan
 
Makalah korupsiiiiii
Makalah korupsiiiiiiMakalah korupsiiiiii
Makalah korupsiiiiii
 
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
Makalah Bahasa Indonesia (Ejaan Yang Disempurnakan)
 
Tugas sosiologi (kenakalan remaja) untuk mata pelajaran Sosiologi SMA
Tugas sosiologi (kenakalan remaja) untuk mata pelajaran Sosiologi SMATugas sosiologi (kenakalan remaja) untuk mata pelajaran Sosiologi SMA
Tugas sosiologi (kenakalan remaja) untuk mata pelajaran Sosiologi SMA
 
Makalah Kenakalan Remaja BK/BP
Makalah Kenakalan Remaja BK/BPMakalah Kenakalan Remaja BK/BP
Makalah Kenakalan Remaja BK/BP
 
Laporan Penelitian Sosiologi
Laporan  Penelitian SosiologiLaporan  Penelitian Sosiologi
Laporan Penelitian Sosiologi
 
Penelitian sosial-SOSIOLOGI KELAS 10
Penelitian sosial-SOSIOLOGI KELAS 10 Penelitian sosial-SOSIOLOGI KELAS 10
Penelitian sosial-SOSIOLOGI KELAS 10
 
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah KorupsiPendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi - Pengertian, Ruang Lingkup, Ciri dan Sejarah Korupsi
 
Bahaya merokok bagi remaja (pelajar)
Bahaya merokok bagi remaja (pelajar)Bahaya merokok bagi remaja (pelajar)
Bahaya merokok bagi remaja (pelajar)
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 

Similar a KORUPSI40

sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agamabycycle
 
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian BangsaPengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian BangsaIstiqomah Aisyiyah
 
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfMAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfWeninggalihP
 
12 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 4112 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 41fahmialzie
 
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdf
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdfMateri Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdf
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdfFerraEkaRamadhani1
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia windari27
 
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan KarakterMengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan KarakterAfrils
 
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja kerasDebyNurulSyafda
 
Negara pengkader koruptor
Negara pengkader koruptorNegara pengkader koruptor
Negara pengkader koruptorRosim Nyerupa
 
Membangun Budaya Anti Korupsi
Membangun Budaya Anti KorupsiMembangun Budaya Anti Korupsi
Membangun Budaya Anti KorupsiElviaHakim
 
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas DewantaraPendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas DewantaraMaz Vicarious
 
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02Eccky Eccky
 
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docx
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docxMAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docx
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docxRahmat Hidayat
 
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi V
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi VAnalisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi V
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi VFiqri Fadilah
 
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIR
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIRKORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIR
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIRZaitun Hakimiah NS
 
Tugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasTugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasnetieli
 

Similar a KORUPSI40 (20)

sosiologi agama
sosiologi agamasosiologi agama
sosiologi agama
 
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian BangsaPengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa
Pengantar Antropologi Korupsi Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa
 
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdfMAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI DAN TPPU_UTS.pdf
 
12 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 4112 031 milian a.b korupsi 41
12 031 milian a.b korupsi 41
 
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdf
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdfMateri Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdf
Materi Lengkap Pendidikan Anti Korupsi.pdf
 
Bab i,234
Bab i,234Bab i,234
Bab i,234
 
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
Konsep Korupsi & Kondisi saat ini di Indonesia
 
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan KarakterMengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter
Mengatasi Fenomena Korupsi Melalui Pendidikan Karakter
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja kerasMakalah pemberantasan korupsi dengan  konsep kerja keras
Makalah pemberantasan korupsi dengan konsep kerja keras
 
Negara pengkader koruptor
Negara pengkader koruptorNegara pengkader koruptor
Negara pengkader koruptor
 
Membangun Budaya Anti Korupsi
Membangun Budaya Anti KorupsiMembangun Budaya Anti Korupsi
Membangun Budaya Anti Korupsi
 
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas DewantaraPendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
Pendidikan karakter antikorupsi oleh I Putu Mas Dewantara
 
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02
Masalahkorupsidiindonesianew 140506113046-phpapp02
 
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docx
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docxMAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docx
MAKALAH UPAYA PENANGGULANGAN KORUPSI.docx
 
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi V
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi VAnalisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi V
Analisis Kasus Penyimpangan Korupsi Anggota DPR Komisi V
 
makalah Korupsi
makalah Korupsimakalah Korupsi
makalah Korupsi
 
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIR
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIRKORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIR
KORUPTOR YANG KEHILANGAN RASA CINTA TANAH AIR
 
Ppkn artikel ii
Ppkn artikel iiPpkn artikel ii
Ppkn artikel ii
 
Tugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uasTugas analisis kebijakan publik uas
Tugas analisis kebijakan publik uas
 

Más de Dede Adi Nugraha

Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasi
Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasiMakalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasi
Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasiDede Adi Nugraha
 
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme China
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme ChinaMakalah Sejarah tentang Nasionalisme China
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme ChinaDede Adi Nugraha
 
Contoh Karya Tulis Study Tour
Contoh Karya Tulis Study TourContoh Karya Tulis Study Tour
Contoh Karya Tulis Study TourDede Adi Nugraha
 
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa BesarMakalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa BesarDede Adi Nugraha
 
Makalah tentang Termokimia
Makalah tentang TermokimiaMakalah tentang Termokimia
Makalah tentang TermokimiaDede Adi Nugraha
 
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)Dede Adi Nugraha
 
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaanMakalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaanDede Adi Nugraha
 
Kliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan BaliKliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan BaliDede Adi Nugraha
 

Más de Dede Adi Nugraha (8)

Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasi
Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasiMakalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasi
Makalah tentang wewenang, delegasi dan desentralisasi
 
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme China
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme ChinaMakalah Sejarah tentang Nasionalisme China
Makalah Sejarah tentang Nasionalisme China
 
Contoh Karya Tulis Study Tour
Contoh Karya Tulis Study TourContoh Karya Tulis Study Tour
Contoh Karya Tulis Study Tour
 
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa BesarMakalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar
Makalah PAI tentang Menghargai Karya Orang lain dan Dosa dosa Besar
 
Makalah tentang Termokimia
Makalah tentang TermokimiaMakalah tentang Termokimia
Makalah tentang Termokimia
 
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
Makalah pai tentang muamalah (jual beli)
 
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaanMakalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
Makalah ekonomi tentang ketenagakerjaan
 
Kliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan BaliKliping sejarah kebudayaan Bali
Kliping sejarah kebudayaan Bali
 

KORUPSI40

  • 1. MAKALAH SOSIOLOGI TENTANG PRILAKU MENYIMPANG “KORUPSI” Disusun oleh:  Dede Adi Nugraha ( xDLMx_dhansheiA3 ) Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sosiologi PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 SUKAHAJI Tahun Pelajaran 2011-2012
  • 2. MAKALAH SOSIOLOGI TENTANG PRILAKU MENYIMPANG “KORUPSI” Disusun oleh:  Dede Adi Nugraha ( xDLMx_dhansheiA3 ) Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sosiologi PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 SUKAHAJI Tahun Pelajaran 2011-2012
  • 3. KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. Bahwa kami telah menyelesaikan tugas mata pelajaran Sosiologi tepat pada waktunya. Sebagaimana telah diberikan tugas kepada kami untuk membuat makalah tentang Prilaku Menyimpang kami pun mengambil salah satu contoh Prilaku Menyimpang yaitu “KORUPSI”. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi/makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada : 1. Orang Tua kami yang selalu memberikan fasilitas dan dorongan untuk bisa membuat makalah ini. 2. Kepada tim/kelompok yang sangat kompak dalam pengerjaan makalah ini dengan baik. 3. Narasumber terpecaya dalam penelitian ini yang sudah banyak membantu. Terima kasih atas semuanya. Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan ada nya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, semoga karya ilmiah yang sederhana ini, dapat memberi kesadaran tersendiri bagi generasi muda bahwa prilaku menyimpang itu sangat banyak merugikan orang lain contohnya saja “korupsi” itu merupakan tindakan yang merugikan bagi semua orang termasuk Negara Indonesia yang semakin terpuruk karena perbuatan “korupsi”. Semoga dengan kami membuat makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan motivasi bagi para pembacanya, khususnya bagi kami dan bagi para generasi muda yang akan datang, sehingga di Negara ini tidak ada lagi tindak kejahatan korupsi. Amin. Penyusun,
  • 4. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Pembatasan Makalah C. Tujuna Penulisan D. Manfaat E. Permasalahan BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Korupsi B. Korupsi dan Desentralisasi C. Sebab/Kondisi Yang Menyebabkan Munculnya Korupsi D. Tuduhan Korupsi Sebagai Alat Politik E. Bentuk-bentuk Penyalahgunaan F. Dampak Negatif Korupsi G. Upaya Penanggulangan Korupsi H. Mengukur Korupsi I. Undang-undang Tindak Pidana Korupsi BAB III PENUTUP A. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
  • 5. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangt-hangatnya dibicarakan publik, terutama dalam media massa baik lokal maupun nasional. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya tentang masalah korupsi ini. Pada dasarnya, ada yang pro adapula yang kontra. Akan tetapi walau bagaimanapun korupsi ini merugikan negara dan dapat meusak sendi-sendi kebersamaan bangsa. Pada hakekatnya, korupsi adalah “benalu sosial” yang merusak struktur pemerintahan, dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan dan pembangunan pada umumnya. Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar bahkan hampir tidak mungkin dapat diberantas, oleh karena sangat sulit memberikan pembuktian-pembuktian yang eksak. Disamping itu sangat sulit mendeteksinya dengan dasar-dasar hukum yang pasti. Namun akses perbuatan korupsi merupakan bahaya latent yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu sendiri. Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat yang memakai uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaaan mutlak. Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi korup yang berkelebihan uang bisa masuk ke dalam golongan elit yang berkuasa dan sangat dihormati. Mereka ini juga akan menduduki status sosial yang tinggi dimata masyarakat. Korupsi sudah berlangsung lama, sejak zaman Mesir Kuno, Babilonia, Roma sampai abad pertengahan dan sampai sekarang. Korupsi terjadi diberbagai negara, tak terkecuali di negara-negara maju sekalipun. Di negara Amerika Serikat sendiri yang sudah begitu maju masih ada praktek-praktek korupsi. Sebaliknya, pada masyarakat yang primitif dimana ikatan-ikatan sosial masih sangat kuat dan kontrol sosial yang efektif, korupsi relatif jarang terjadi. Tetapi dengan semakin berkembangnya sektor ekonomi dan politik serta semakin majunya usaha-usaha pembangunan dengan pembukaan-pembukaan sumber alam yang baru, maka semakin kuat dorongan individu terutama di kalangan pegawai negari untuk melakukan praktek korupsi dan usaha- usaha penggelapan. Korupsi dimulai dengan semakin mendesaknya usaha-usaha pembangunan yang diinginkan, sedangkan proses birokrasi relaif lambat, sehingga setiap orang atau badan menginginkan jalan pintas yang cepat dengan memberikan imbalanimbalan dengan cara memberikan uang pelicin (uang sogok). Praktek ini akan berlangsung terus menerus sepanjang tidak adanya kontrol dari pemerintah dan masyarakat, sehingga timbul golongan pegawai yang termasuk OKB-OKB (orang kaya baru) yang memperkaya diri sendiri (ambisi material). Agar tercapai tujuan pembangunan nasional, maka mau tidak mau korupsi harus diberantas. Ada beberapa cara penanggulangan korupsi, dimulai yang sifatnya preventif maupun yang represif.
  • 6. B. Pembatasan Makalah Korupsi adalah tindakan penyalahgunaan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Bentuknya bermacam-macam sesuai jenis kekuasaan yang didapat. Bagi yang mendapat kuasa untuk mengelola keungan negara, korupsi yang dilakukan adalah memanfaatkan sebagian atau seluruh anggaran dana yang tersedia untuk dijadikan asset pribadi. Ini adalah jenis korupsi yang paling banyak terjadi termasuk di Negara Indonesia ini. C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi 2. Mengkaji mengenai prilaku menyimpang “Korupsi” dengan lebih mendalam. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan Selain tujuan di atas, tujuan lain disusun makalah ini adalah untuk menarik para pembaca umumnya dan para orang-orang khususnya agar lebih mengenal prilaku menyimpang “Korupsi”. Karena banyaknya dampak negatif yang disebabkan oleh tindakan korupsi. Harapan kami mempelajari ini supaya tidak ada lagi korupsi di Negara ini dan bersih seutuhnya, agar kehidupan kita sejahtera. D. Manfaat Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Prilaku Menyimpang “Korupsi”. Selain itu, mampu mendapatkan penjelasan mengenai dampak yang disebabkan tindakan korupsi, hukuman, undang- undang mengenai tindak pidana korupsi dan macam-macam korupsi. E. Permasalahan Permasalahan yang dikemukakan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah korupsi itu ? 2. Apa penyebab terjadinya korupsi? 3. Apa akibat terjadinya korupsi ? 4. Bagaimana cara penanggulannya ? 5. Undang-undang tindak pidana korupsi ?
  • 7. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Korupsi Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. [1] Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai berikut:  perbuatan melawan hukum;  penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;  memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;  merugikan keuangan negara atau perekonomian negara; Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, di antaranya:  memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);  penggelapan dalam jabatan;  pemerasan dalam jabatan;  ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);  menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara). Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas|kejahatan. Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.
  • 8. B. Korupsi dan Desentralisasi Desentralisasi atau otonomi daerah merupakan perubahan paling mencolok setelah reformasi digulirkan. Desentralisasi di Indonesia oleh banyak pengamat ekonomi merupakan kasus pelaksanaan desentralisasi terbesar di dunia, sehingga pelaksanaan desentralisasi di Indonesia menjadi kasus menarik bagi studi banyak ekonom dan pengamat politik di dunia. Kompleksitas permasalahan muncul kepermukaan, yang paling mencolok adalah terkuangnya sebagian kasus-kasus korupsi para birokrat daerah dan anggota legislatif daerah. Hal ini merupakan fakta bahwa praktek korupsi telah mengakar dalam kehidupan sosial-politik-ekonomi di Indonesia. Pemerintah daerah menjadi salah satu motor pendobrak pembangunan ekonomi. Namun, juga sering membuat makin parahnya high cost economy di Indonesia, karena munculnya pungutan-pungutan yang lahir melalui Perda (peraturan daerah) yang dibuat dalam rangka meningkatkan PAD (pendapatan daerah) yang membuka ruang-ruang korupsi baru di daerah. Mereka tidak sadar, karena praktek itulah, investor menahan diri untuk masuk ke daerahnya dan memilih daerah yang memiliki potensi biaya rendah dengan sedikit praktek korup. Akibat itu semua, kemiskinan meningkat karena lapangan pekerjaan menyempit dan pembangunan ekonomi di daerah terhambat. C. Sebab-sebab Korupsi Ada beberapa sebab terjadinya praktek korupsi :  Konsentrasi kekuasan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim- rezim yang bukan demokratik.  Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah  Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik yang normal.  Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.  Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".  Lemahnya ketertiban hukum.  Lemahnya profesi hukum.  Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.  Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.  Perumusan perundang-undangan yang kurang sempurna. D. Tuduhan Korupsi Sebagai Alat Politik Sering terjadi dimana politisi mencari cara untuk mencoreng lawan mereka dengan tuduhan korupsi. Sebagai contoh di Republik Rakyat Cina, fenomena ini digunakan oleh Zhu Rongji, dan yang terakhir, oleh Hu Jintaountuk melemahkan lawan-lawan politik mereka.
  • 9. E. Bentuk-bentuk Penyalahgunaan Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan sektor swasta dan pemerintahan seperti penyogokan,pemerasan, campuran tangan, dan penipuan. Penyogokan: penyogok dan penerima sogokan Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok) dan penerima sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup semua aspek hidup sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk berniaga tanpa terlibat penyogokan. Sumbangan kampanye dan "uang haram" Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, namun lebih sulit lagi untuk membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering banyak ada gosip menyangkut politisi. Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk meminta sumbangan keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat untuk bertindak hanya demi keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, yang akhirnya menyebabkan munculnya tuduhan korupsi politis. F. Dampak Negatif Korupsi a. Demokrasi Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi. b. Ekonomi Korupsi juga mempersulit pembangunanekonomi dan mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi
  • 10. mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga mengacaukan "lapangan perniagaan". Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien. c. Kesejahteraan umum negara Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). G.Upaya Penangulangan Korupsi Ada beberapa kesimpulan tentang penanggulangan korupsi sebagai berikut: a. Preventif. 1) Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik pribadi dan milik perusahaan atau milik negara. 2) Mmengusahakan perbaikan penghasilan (gaji) bagi pejabat dan pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar pejabat dan pegawai saling menegakan wibawa dan integritas jabatannya dan tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya. 3) Menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa mereka kaya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat karena jasa pelayanannya kepada masyarakat dan negara. 4) Bahwa teladan dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan. 5) Menumbuhkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung disalahgunakan. 6) Hal yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana menumbuhkan “sense of belongingness” dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka merasa peruasahaan tersebut adalah milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan selalu berusaha berbuat yang terbaik. b. Represif. 1). Perlu penayangan wajah koruptor di televisi. 2). Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan pejabat.
  • 11. H. Mengukur Korupsi Mengukur korupsi - dalam artian statistik, untuk membandingkan beberapa negara, secara alami adalah tidak sederhana, karena para pelakunya pada umumnya ingin bersembunyi. Transparansi Internasional, LSM terkemuka di bidang anti korupsi, menyediakan tiga tolok ukur, yang diterbitkan setiap tahun: Indeks Persepsi Korupsi (berdasarkan dari pendapat para ahli tentang seberapa korup negara-negara ini); Barometer Korupsi Global (berdasarkan survei pandangan rakyat terhadap persepsi dan pengalaman mereka dengan korupsi); dan Survei Pemberi Sogok, yang melihat seberapa rela perusahaan-perusahaan asing memberikan sogok. Transparansi Internasional juga menerbitkan Laporan Korupsi Global; edisi tahun 2004 berfokus kepada korupsi politis. Bank Dunia mengumpulkansejumlah data tentang korupsi, termasuk sejumlah Indikator Kepemerintahan. I. Undang-undang Tindak Pidana Korupsi 1. KUHP BUKU II BAB XXVIII TENTANG KEJAHATAN JABATAN PASAL 413 - 437 KORUPSI SEBAGAI DELIK JABATAN PASAL 415 – 425 2. Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat 16 April 1958 no.Prt/Peperpu/013/1958 (BN No. 40 Tahun 1958)(staf AL No. Prt/Z.1/I/7) Pertama kali dikenal istilah korupsi Dibedakan antara: Korupsi pidana (Pasal 2): Pertama, perbuatan seseorang dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan negara atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggaran- kelonggaran dari masyarakat. Kedua, menyalahgunakan jabatan atau kedudukan. Ketiga, yang tercantum dalam Pasal 41 – Pasal 50 Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf Angkatan Darat 16 April 1958 no. Prt/Peperpu/013/1958 (BN No. 40 Tahun 1958) dan dalam Pasal 209; 210; 418;419 dan 420 KUHP
  • 12. Korupsi bukan pidana – perdata (Pasal 3) Pertama, perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan negara atau badan hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggaran- kelonggaran dari masyarakat. Kedua, perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan perbuatan melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dan yang dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan atau kedudukan. PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI 1. Tidak terbatas pada orang-orang yang berkualitas sebagai pegawai negeri, akan tetapi ditujukan pada setiap orang termasuk korporasi Pasal 2;3;5 ayat (1) ;6;7;13;15;16;21;22;24; dan Pasal 220 (pengaduan palsu) serta Pasal 231 (menarik barang yang disita) KUHP jo Pasal 23. 2. Tindak pidana korupsi pegawai negeri dan atau penyelenggara negara – kejahatan jabatan Tindak pidana korupsi yang dirumuskan pelakunya adalah semata-mata pegawai negeri atau penyelenggara negara Pasal 5 ayat (2), 8;9;10;11;12;12b dan Pasal 23 Selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu (Psl. 8; 9; 10) Penyelenggara negara (Psl 11; 12). Pegawai Negeri Pegawai Negeri adalah meliputi : a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang tentang Kepegawaian; b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana; c. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah; d. orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah; atau e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat. MERUGIKAN KEUANGAN ATAU PEREKONOMIAN NEGARA Pasal 2 1. Melawan hukum: a. MHF (berlaku secara nasional) 1. terdapat sanksi pidana (Psl. 63 KUHP) – Pasal 14 2. tidak terdapat sanksi pidana
  • 13. Contoh: Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah No. 11 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah diganti dengan Keputusan Mendagri dan Otonomi Daerah Nomor 152 Tahun 2004 b. MHM yang positif (MK Nomor 003/PUU-IV/2006) “Yang dimaksud dengan secara melawan hukum dalam Pasal ini mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat”. 2. Memperkaya diri sendiri; orang lain atau korporasi 3. Dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara Perbuatan “memperkaya” Penjelasan Pasal 1 ayat (1) sub a UU 3/1971 “Perkara memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan dalam ayat ini dapat dihubungkan dengan pasal 18 ayat (2) yang memberi kewajiban kepada terdakwa untuk memberikan keterangan tentang sumber kekayaannya sedemikian rupa sehingga kekayaan tidak seimbang dengan penghasilannya atau penambah kekayaan tersebut dapat dipergunakan untuk memperkuat keterangan saksi lain bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi” Pasal 3 1. Menguntungkan diri sendiri, orang lain atau korporasi 2. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan. 3. Dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara
  • 14. DAFTAR NEGARA-NEGARA PALING KORUP DI DUNIA TAHUN 2010 Sesuai hasil Survey tahunan yang dilakukan oleh organisasi : Berlin-based organization Transparency International, negara paling korup di dunia adalah : Somalia, Myanmar, Afghanistan, dan Irak. Indonesia Tidak ada dalam Daftar ? Skor Indeks bernilai dari 0 sampai 10. Semakin kecil indeksnya semakin korup negaranya. Indeks 5.0 adalah pertengahan, artinya tidak memiliki masalah korupsi yang serius. No Negara Indeks Skor 2010 1. Somalia 1.1 2. Myanmar 1.4 3 Afghanistan 1.4 4. Iraq 1.5 5. Turkmenistan 1.6 6 Uzbekistan 1.6 7 Sudan 1.6 8. Chad 1.7 9. Burundi 1.8 10. Equatorial Guinea 1.9 11 Angola 1.9 12. Kyrgyzstan 2.0 13 Venezuela 2.0 14 Congo, Democratic Republic of 2.0 15 Guinea 2.0 16. Cambodia 2.1 17 Central African Republic 2.1 18 Comoros 2.1 19 Congo, Republic 2.1 20 Guinea-Bissau 2.1 21 Kenya 2.1 22 Laos 2.1 23 Russia 2.1 24 Papua New Guinea 2.1 25 Tajikistan 2.1
  • 15. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan seputar korupsi, dapat diberi kesimpulan yaitu; 1. Korupsi adalah penyalahgunaan wewenang yang ada pada pejabat atau pegawai demi keuntungan pribadi, keluarga dan teman atau kelompoknya. 2. Korupsi menghambat pembangunan, karena merugikan negara dan merusak sendi-sendi kebersamaan dan menghianati cita-cita perjuangan bangsa. 3. Cara penaggulangan korupsi adalah bersifat Preventif dan Represif. Pencegahan (preventif) yang perlu dilakukan adalah dengan menumbuhkan dan membangun etos kerja pejabat maupun pegawai tentang pemisahan yang jelas antara milik negara atau perusahaan dengan milik pribadi, mengusahakan perbaikan penghasilan (gaji), menumbuhkan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri setiap jabatan dan pekerjaan, teladan dan pelaku pimpinan atau atasan lebih efektif dalam memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan, terbuka untuk kontrol, adanya kontrol sosial dan sanksi sosial, menumbuhkan rasa “sense of belongingness” diantara para pejabat dan pegawai. Sedangkan tindakan yang bersifat Represif adalah menegakan hukum yang berlaku pada koruptor dan penayangan wajah koruptor di layar televisi dan herregistrasi (pencatatan ulang) kekayaan pejabat dan pegawai.
  • 16.
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Bellone, Carl.1980.Organization Theory and The New Public Administration. United States Of America.Allyn and Bacon, Inc. Boston/ London Sydney/ Toronto. Frederickson, George, H. 2000. Administrasi Negara Baru. Terjemahan. Jakarta. LP3ES. Cetakan Pertama. Kartono, Kartini. 2001. Pathologi Sosial. Jakarta. Edisi Baru. CV. Rajawali Press. Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Penerbit Sinar Baru. Lubis, Mochtar. 2006. Bunga Rampai Etika Pegawai Negeri. Jakarta. Bhratara. Karya Aksara. Saleh, Wantjik. 2008. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta. Penerbit Ghalia Indonesia. Simon, Herbert. 2009. Administrative Behavior. Terjemahan St. Dianjung. Jakarta. PT. Bina Aksara. Harian Kompas, 13 Juni 2006 Kompas. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan Oktober sampai Desember 2010. Suara Pembaharuan. Surat Kabar Harian. Jakarta. Bulan Oktober sampai Desember 2010. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Dhan_di@rocketmail.com