SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 16
BAB I

                             PENDAHULUAN

A. Latar Belakang


     Pendidikan secara umum ialah setiap sesuatu yang mempunyai pengaruh

dalam pembentukan jasmani seseorang, akalnya dan akhlaknya sejak dilahirkan

hingga dia mati. Pendidikan dengan pengertian ini meliputi semua sarana, baik

disengaja seperti pendidikan dilingkungan keluarga (rumah), dan pendidikan

sekolah, atau yang tidak disengaja seperti pendidikan yang datang kebetulan dari

pengaruh lingkungan sosial kemasyarakatan dalam pergaulan kesehatan atau yang

bersifat alamiah dan lain-lain. Pendidikan dalam pengertian ini, sama dengan

pengertian bahwa kehidupan itu sendiri atau dalam artian sesungguhnya bahwa

segala bentuk hubungan manusia baik di lingkungan keluarga, lingkungan alam

dalam kehidupan ini dianggap sebagai sebuah proses pembelajaran dengan

anggapan bahwa dimulai dari buaian atau sejak terlahir sampai keliang lahat.


     Sedangkan pengertian pendidikan secara khusus ialah semua media yang

dijadikan dan dipergunakan untuk mengembangkan jasmani anak, akalnya dan

untuk pembinaan akhlaknya (akhlakul kharimah), dan hanya meliputi sarana

khusus yang mungkin disusun suatu sistem bagiannya; ini terbatas pada

pendidikan rumah tangga dan sekolah.


     Pengertian di atas sengaja dikemukakan untuk menggambarkan secara

umum kepada kita tentang makna pendidikan, akan tetapi kedua bentuk
pengertian di atas disadari tidaklah cukup mewakili definisi pendidikan, apalagi

sampai membatasi pengertian pendidikan itu sendiri. Kerena pengertian

sebagaimana telah dikemukakan masih kabur dan samar-samar, sehingga

diperlukan pendefinisian yang lebih cermat dan jelas guna menghindari

pencampur        adukan    antara   pengertian    pendidikan   dan    tujuannya.Upaya

pendefinisian sangatlah penting dalam memberikan pengertian yang jelas dan

tegas.


         Dikalangan para pemikir terdapat beberapa pendapat tentang hakikat

pendidikan dan batasan pengertiannya.Dan kesemuanya itu sejalan dengan isi hati

mereka, kesenangannya, kehidupannya dan tujuan hidup ini. Berikut ini akan

dikemukakan beberapa definisi pendidikan menurut para tokoh :


1.        John Sturt Mill (salah seorang filsuf Bangsa Inggris yang hidup sekitar

tahun 1806-1873 M) mengatakan : “Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang

dikerjakan oleh seorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk

dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.”

2.        Roussenan (salah seorang failusuf Jerman yang hidup di tahun 1776-1823

M) mengatakan : “Pendidikan ialah pembekalan diri kita dengan sesuatu yang

belum      ada    pada    kita   sewaktu   masa    kanak-kanak,      akan   tetapi   kita

membutuhkannya waktu dewasa.”

3.        Aristoteles (filosof terbesar dari Yunani 184 SM) mengatakan bahwa :

“Pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran, sebagaimana disiapkan

tanah tempat persemaian benih. Dia mengatakan bahwa di dalam diri manusia ada



                                                                                       2
dua kekuatan yaitu pemikiran kemanusiaannya dan syahwat kehewaniyahnya.

Pendidikan itu adalah alat yang dapat membantu kekuatan pertama untuk

mengalahkan kekuatan yang kedua.”

4.      Ibnul Muqaffa (seorang tokoh Bahasa Arab yang hidup tahun 106-1213 H

pengarang kitab Kalilah dan Damimah) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah

yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua

indra kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk

mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santapan akal dan rohani.”

5.      William Chandler Bagley (salah seorang tokoh pendidikan di Universitas

New York, AS) mengatakan : “Pendidikan itu ialah aktivitas yang dengannya

seseorang dapat     berusaha mendapatkan      pengalaman dan       latihan-latihan

(experiment) yang akanmenjadikan setiap tugas (aktivitas) masa depannya, lebih

baik dan lebih sempurna. (Badrun Zaman, dkk, 2005)


          Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan pikiran, maka kelima

     pendapat yang telah dikemukakan diharapkan dapat mewakili pendapat-

     pendapat   lainnya.Berdasarkan   pengertian-pengertian   di   atas   dapatlah

     dikatakan bahwa pendidikan itu adalah pemberian pengarah dengan berbagai

     macam yang berpengaruh, yang sengaja kita pilih untuk membantu anak,

     sehingga sedikit demi sedikit, sampai kepada batasan kesempurnaan maksimal

     yang dapat dicapai, sehingga dia bahagia dalam kehidupannya.Sebagai

     individu dan dalam kehidupan kemasyarakatan (sosial) dan setiap tindakan

     yang keluar dari padanya menjadi lebih sempurna, lebih tepat dan lebih baik

     bagi masyarakat. Oleh karena itu pendidikan dapat pula dikatakan sebagai


                                                                                3
wujud proses yang dapat membantu pertumbuhan seluruh unsur kepribadian

manusia secara formal.

      Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal

(sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik.Hal ini

nampak pada hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat

memprihatinkan.Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran

yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta

didik itu sendiri, yaitu sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti

yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih

memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui

penemuan dan proses berpikirnya.

      Hal lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik,

disebabkan karena proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran

tradisional, dimana pembelajaran tersebut, suasana kelas cenderung teacher-

centered sehingga siswa menjadi pasif.

      Pencapaian nilai hasil belajar siswa Indonesia untuk bidang studi

matematika, cukup mengkhawatirkan. Hasil tes diagnostik yang dilakukan

oleh Suryanto dan Somerset di 16 sekolah menengah beberapa provinsi di

Indonesia menginformasikan bahwa hasil tes pada mata pelajaran matematika

sangat rendah. Hasil dari TIMSS-Third International Mathematics and Science

Studymenunjukkan Indonesia pada mata pelajaran matematika berada di

peringkat 34 dari 38 negara.

        Menurut Sriyanto (2004) sikap negatif ketakutan pada pelajaran



                                                                                 4
matematika muncul karena adanya persepsi bahwa pelajaran matematika yang

sulit.

         Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit,

diantaranya adalah karakterisitik materi matematika yang bersifat abstrak,

logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang

membingungkan. Selain itu pengalaman belajar matematika bersama guru

yang tidak menyenangkan atau guru yang membingungkan, turut membentuk

sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika.

         Kenyataan yang dihadapi bahwa sebagian besar siswa tidak dapat

menghubungkan apa yang dipelajari dengan pemanfaatan pengetahuan

tersebut dikemudian hari. Oleh karena itu, pemahaman konsep dan prinsip

pembelajaran kontekstual sangat penting.Teori pembelajaran langsung

maupun kontekstual menekankan pada multi aspek lingkungan belajar, siswa

diharapkan dapat menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran

yang abstrak dengan penerapan praktis di dunia nyata.

         Untuk   mengatasi   pembelajaran   tersebut,   Soedjadi    (1998/1999)

mengatakan perlunya diupayakan pembelajaran yang memberi kesempatan

luas pada siswa untuk aktif belajar. Dengan demikian pembelajaran yang

semula terpusat pada guru (teacher oriented) hendaknya berubah menjadi

terpusat pada siswa (student oriented).Pada kesempatan ini dipilih alternative

pembelajaran      yang   dapat   mengaktifkan     siswa   dan      meningkatkan

komunikasiantara guru dan siswa, yaitu pembelajaran dengan menerapkan

Teori Atribusi dari Bernard Weiner (Teori Atribusi Weiner).



                                                                             5
Dari uraian di atas, penulis terdorong untuk menguraikan penerapan

   Teori Atribusi Weiner pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah

      Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah

 ini adalah, “ Bagaimana penerapan Teori Atribusi Weiner dalam pembelajaran

 matematika di Sekolah Dasar pada pokok bahasanLuas Daerah Segitiga?”.

C. Tujuan Penulisan

      Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

   langkah-langkah penerapan Teori Atribusi Weiner dalam pembelajaran

   matematika pada materi pokok Luas Daerah Segitiga di kelas V Sekolah

   Dasar.

D. Manfaat Penulisan

      Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

   1. Bagi mahasiswa dan guru untuk mengenalkan Teori Atribusi Weiner

      dalampembelajaran matematika dan mencoba menerapkan Teori ini.

   2. Bagi guru untuk memperbaiki pembelajaran di kelas dalam rangka

      meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran yang tepat.

   3. Bagi sekolah sebagai masukan untuk memperbaiki pembelajaran dan

      meningkatkan hasil belajar matematika secara keseluruhan.

   4. Bagi siswa meningkatakan pemahaman konsep yang dipelajari secara

      lebih bermakna.




                                                                          6
BAB II

                                PEMBAHASAN

A. Pembelajaran Matematika

        Matematika, menurut Ruseffendi (1991), adalah bahasa symbol; ilmu

   deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola

   keteraturan, dan struktrur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak

   didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan

   akhirnya ke dalil.Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000),

   yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola

   pikir yang deduktif.

        Matematika        berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,

   mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang

   diperlikan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga berfungsi

   mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model

   matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram,

   garafik atau tabel. Pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik

   memiliki kemampuan sebagai berikut:

 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

    mengaplikasikankonsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

    tepat, dalam pemecahan masalah.

 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

    matematika     dalam     membuat   generalisasi,   menyusun   bukti,   atau

    menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika



                                                                             7
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

      merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

      solusi yang diperoleh

   4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

      lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

   5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

      memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

      matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.



B. Teori Atribusi Weiner

        Teori   yang   dikembangkan    oleh   Bernard   Weiner    (1979,1980)

   menghubungkan dua bidang minat utama dalam teori psikologi. Istilah

   atribusi artinya mengacu ke penyebab suatu kejadian atau hasil menurut

   persepsi individu.Yang merupakan pusat perhatian penelitian di bidang ini

   ialah cara-cara bagaimana guru memberikan penjelasan sebab-sebab kejadian

   dan implikasi dari penjelasan-penjelasan tersebut.Teori ini bertujuan untuk

   menjelaskan bagaimana terjadinya keberhasilan dan dialaminya kegagalan

   (Weiner, 1972, 1979). Dalam hal ini, akan dijelaskan apa penyebab kurangnya

   pemahaman siswa mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip pada

   Geometri. Atribusi dikembangkan untuk menjelaskan hasil, atau akibat

   tindakan, seperti mengapa jatuh dalam tes atau mengapa memperoleh nilai

   kurang pada hasil pembelajaran.




                                                                               8
Adalima        tahapdalam   penerapan   Teori     Atribusi   Weiner   dalam

pembelajaran matematika, yang terdiri dari:

1. Penyampaian tujuan pembelajaran.

2. Mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

3. Pemberian latihan terbimbing, dilanjutkan dengan atribusi dari guru

     maupun siswa.

4. Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik (atribusi tetap

     dilanjutkan).

5. Pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu.



        Pesan atribusi yang diberikan dikhususkan untuk mencari penyebab

terjadinya kesalahan siswa dalam memahami tinggi dan luas segitiga yaitu:

1. Membangun konsep tinggi segitiga dimulai dengan peragaan menurunkan

     luas segitiga dari persegi panjang yang dipotong sesuai diagonalnya,

2.   Menanggapi hasil kerja siswa menentukan tinggi segitiga pada posisi

     berubah-ubah, dan

3. Memantapkan pemahaman konsep tinggi segitiga dengan mengerjakan

     soal-soal tentang luas segitiga

C. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika dengan Menerapkan

     Teori Atribusi Weiner

            Selanjutnya Teori Atribusi Weiner dalam pembelajaran langsung

     untuk luas segitiga dideskripsikan pada Tabel 1.




                                                                                9
Tabel 1. Deskripsi Penerapan Teori Atribusi Weiner dalam Proses Pembelajaran

              Matematika dengan Materi Luas Segitiga

No.        Tahap
                             Kegiatan Guru              Kegiatan Siswa          Waktu
RP Pembelajaran

 1            2                     3                             4                 5

 I (1)Penyampaian A.Kegiatan Awal

        tujuan pembe- - Momotivasi siswa dan        - Memperhatikan penjela-    5 menit

        lajaran          menginfomasikan materi       san guru

                        - Menyampaikan tujuan

                         pembelajaran yang          - Menanyakan yang

                         menciptakan siswa           belum jelas

                         belajar

                        - Menjelaskan tugas-tugas

                         yang akan diterima.




      (2)Mendemons- B. Kegiatan Inti

        trasikan ilmu   - Menjelaskan cara          - Memperhatikan penje-

        pengetahuan      menemukan luas segitiga     lasan guru

        dan              dari persegi panjang       - Atribusi melalui          10 menit




                                                                               10
keterampilan   - Menetapkan alas dan          peragaan

                   tinggi segitiga             - Membangun pemaha-

                                                man tentang alas dan      10 menit

                                                tinggi segitiga.




(3) Pemberian    - Memberikan latihan          - Membahas LKS baik        10 menit

  latihan          terbimbing berupa latihan    secara individu maupun

  terbimbing       soal dan lembar kerja        kelompok dengan

  dilanjutkan      tentang luas segitiga        bimbingan guru

  dengan atribusi - Memberikan atribusi atas - Mengatribusikan

  dari guru        hasil kerja siswa            tanggapan guru atas       15 menit

  maupun siswa                                  jawaban siswa

                                               - Mengerjakan soal

                                                latihan



(4) Mengecek     - Memberikan soal latihan - Atribusi terhadap            10 menit

  pemahaman        yang meliputi luas           jawaban yang diberikan

  dan              segitiga dari bermacam

  memberikan       segi tiga berdasarkan

  umpan balik      sudut maupun sisinya.

  (atribusi tetap - Atribusi guru terhadap

  dilanjutkan)     hasil kerja siswa dan



                                                                         11
memberi umpan balik                                 5 menit




   (5) Pemberian    C.Kegiatan Akhir

      perluasan     - Memberi perluasan        - Mengembangkan            10 menit

      latihan dan     latihan dengan             pemahaman alas dan

      pemindahan      meletakkan segitiga ke     tinggi pada bermacam-

      ilmu            berbagai posisi            macam posisi segitiga    15 menit

                    - Memberi tes formatif     - Mengerjakan tes

                                                 formatif

                    - Memberi PR               - Mencatat PR

D. Penerapan Teori Atribusi Weiner pada Materi Luas Segitiga

      Untuk menerapkan Teori Atribusi Weiner dalam proses pembelajaran

   langsung tentang luas segitiga di kelas VSD diurutkan materinya sebagai

   berikut:

  (1) (a) menentukan rumus luas daerah segitiga diturunkan dari rumus luas

      persegi panjang yang dipotong sesuai diagonalnya




                                                                         12
D p                            C



                       l                                                       l



                           A                                               B

                                             p

                               Gb. 1. Persegi panjang ABCD

       Luas daerah persegi panjang ABCD = AB x AD atau DC x BC

                                         =p x l

                               D




                               A Gb.2. segitiga ABD                            B

                                   1
   Luas daerah segitiga ABD =          x Luas persegi panjang ABCD
                                   2

                                   1
                                = x AB x AD
                                   2

                                   1
                               =       x alas segitiga x tinggi segitiga
                                   2

(b) menentukan luas daerah segitiga diturunkan dari luas daerah persegi panjang




                                                                                   13
C




                   F             E                           G




       A                         D                                    B

                             Gb.3. Segitiga ABC

                                                    1
    CD adalah garis tinggi segitiga ABC, CE =           CD
                                                    2

    Segitiga ABC di atas diguntingberdasarkan garis putus-putus

    Dari segitiga ABC yang telah digunting, terbentuk persegi panjang KLMN

    Alas     ABC = panjang            KLMN

              AB = KL

                             1
    Tinggi       KLMN =              tinggi   ABC
                             2

N                                                                 M




       K                                                              L

                             Gb.4. Persegi panjang KLMN

     Luas daerah       ABC = Luas daerah persegi panjang KLMN



                                                                          14
= KL x LM

                                                      1
                                = alas segitiga x (       x tinggi segitiga)
                                                      2

                                    1
                                =       x alas segitiga x tinggi segitiga
                                    2




(2) menentukan tinggi dan alas segitiga untuk berbagai posisi segitiga

                   C                                            F

                                                                      G



       A       D                B                         D                    E

           Gb.5. segitiga ABC                                 Gb.6. Segitiga DEF

       Tinggi segitiga adalah garis yang tegak lurus dengan alas segitiga.

       Pada Gb.5, jika alas segitiga ABC adalah AB, maka tinggi segitiganya adalah

       CD.

       Pada Gb.6, jika alas segitiga DEF adalah EF, maka tinggi segitiganya adalah

       DG.

 (3)Menentukan luas segitiga dengan menggunakan rumus yang telah diperoleh.




                                                                                   15
BAB III

                       KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan

           Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan, bahwa

   lima tahap penerapan atribusi weiner dalam pembelajaran matematika, yaitu:

   1. Penyampaian tujuan pembelajaran,yaitu memahami luas daerah segitiga.

   2. Mendemonstrasikan cara menemukan luas daerah segitiga melalui persegi

      panjang.

   3. Pemberian latihan terbimbing, dilanjutkan dengan atribusi dari guru

      maupun siswa yaitu melalui soal dan lembar kerja.

   4. Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik (atribusi tetap

      dilanjutkan) melalui LKS yang dikerjakan secara individu maupun

      kelompok dan pemberian tanggapan guru atas jawaban siswa.

   5. Pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu yaitu dengan memberi

      pemahaman alas dan tinggi pada bermacam-macam posisi segitiga.

B. Saran

           Diharapkan dengan adanya makalah seminar ini dapat menambah

   pengetahuan bagi para pendidik untuk menanamkan sejak dini konsep-konsep

   pembelajaran dalam menyelesaikan soal-soal matematika terutama yang

   berkaitan dengan materi Segitiga.




                                                                            16

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Kesehatan pribadi
Kesehatan pribadiKesehatan pribadi
Kesehatan pribadiavsai
 
Kelompok 2 identitas nasional
Kelompok 2   identitas nasionalKelompok 2   identitas nasional
Kelompok 2 identitas nasionaldayurikaperdana19
 
Perkembangan ilmu administrasi
Perkembangan ilmu administrasiPerkembangan ilmu administrasi
Perkembangan ilmu administrasiMusbahaeri Saleh
 
Bahan Ajar Sistem Pencernaan Pada Manusia (Organ Penyusun beserta Enzim Pence...
Bahan Ajar Sistem Pencernaan Pada Manusia (Organ Penyusun beserta Enzim Pence...Bahan Ajar Sistem Pencernaan Pada Manusia (Organ Penyusun beserta Enzim Pence...
Bahan Ajar Sistem Pencernaan Pada Manusia (Organ Penyusun beserta Enzim Pence...Rully Novida
 
Bab IV garuda pancasila sebagai lambang negara
Bab IV garuda pancasila sebagai lambang negaraBab IV garuda pancasila sebagai lambang negara
Bab IV garuda pancasila sebagai lambang negarayudikrismen1
 
Seminar isu isu pelayanan publik
Seminar isu isu pelayanan publikSeminar isu isu pelayanan publik
Seminar isu isu pelayanan publikfswardhana134680
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaWATI SRIWAHYUNINGSIH
 
Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka
Pancasila Sebagai Idiologi TerbukaPancasila Sebagai Idiologi Terbuka
Pancasila Sebagai Idiologi Terbukamayasungeb
 
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatStrategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatAlexandrya Hening
 
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialkonsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialridz kika
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesiarezekysholikhah
 
Rumusan Dan Sistematika Pancasila Dalam Sejarah Perkembangannya
Rumusan Dan Sistematika Pancasila Dalam Sejarah PerkembangannyaRumusan Dan Sistematika Pancasila Dalam Sejarah Perkembangannya
Rumusan Dan Sistematika Pancasila Dalam Sejarah PerkembangannyaArmadira Enno
 
Ketahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatraKetahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatraJemi22
 
Hubungan Pancasila dengan UUD 1945
Hubungan Pancasila dengan UUD 1945Hubungan Pancasila dengan UUD 1945
Hubungan Pancasila dengan UUD 1945Rizka A. Hutami
 
Materi Sistem Pernafasan Manusia
Materi Sistem Pernafasan ManusiaMateri Sistem Pernafasan Manusia
Materi Sistem Pernafasan ManusiaSharah Sharah
 
Modul PKn Kelas 10 BAB 1 pertemuan 1: Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Indon...
Modul PKn Kelas 10 BAB 1 pertemuan 1: Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Indon...Modul PKn Kelas 10 BAB 1 pertemuan 1: Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Indon...
Modul PKn Kelas 10 BAB 1 pertemuan 1: Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Indon...Fahmi W. Arifudin
 
Makna yang terkandung dalam pembukaan uud 1945
Makna yang terkandung dalam pembukaan uud 1945Makna yang terkandung dalam pembukaan uud 1945
Makna yang terkandung dalam pembukaan uud 1945Ratih Dwi Anggraini
 

La actualidad más candente (20)

Makalah sistem saraf
Makalah sistem sarafMakalah sistem saraf
Makalah sistem saraf
 
Kesehatan pribadi
Kesehatan pribadiKesehatan pribadi
Kesehatan pribadi
 
Kelompok 2 identitas nasional
Kelompok 2   identitas nasionalKelompok 2   identitas nasional
Kelompok 2 identitas nasional
 
Perkembangan ilmu administrasi
Perkembangan ilmu administrasiPerkembangan ilmu administrasi
Perkembangan ilmu administrasi
 
Bahan Ajar Sistem Pencernaan Pada Manusia (Organ Penyusun beserta Enzim Pence...
Bahan Ajar Sistem Pencernaan Pada Manusia (Organ Penyusun beserta Enzim Pence...Bahan Ajar Sistem Pencernaan Pada Manusia (Organ Penyusun beserta Enzim Pence...
Bahan Ajar Sistem Pencernaan Pada Manusia (Organ Penyusun beserta Enzim Pence...
 
Bab IV garuda pancasila sebagai lambang negara
Bab IV garuda pancasila sebagai lambang negaraBab IV garuda pancasila sebagai lambang negara
Bab IV garuda pancasila sebagai lambang negara
 
Anatomi tubuh manusia
Anatomi tubuh manusiaAnatomi tubuh manusia
Anatomi tubuh manusia
 
Seminar isu isu pelayanan publik
Seminar isu isu pelayanan publikSeminar isu isu pelayanan publik
Seminar isu isu pelayanan publik
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
 
Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka
Pancasila Sebagai Idiologi TerbukaPancasila Sebagai Idiologi Terbuka
Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka
 
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakatStrategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
Strategi dan pendekatan dalam pengembangan masyarakat
 
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosialkonsep dasar ilmu-ilmu sosial
konsep dasar ilmu-ilmu sosial
 
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan IndonesiaPancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Indonesia
 
Identitas nasional
Identitas nasionalIdentitas nasional
Identitas nasional
 
Rumusan Dan Sistematika Pancasila Dalam Sejarah Perkembangannya
Rumusan Dan Sistematika Pancasila Dalam Sejarah PerkembangannyaRumusan Dan Sistematika Pancasila Dalam Sejarah Perkembangannya
Rumusan Dan Sistematika Pancasila Dalam Sejarah Perkembangannya
 
Ketahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatraKetahanan nasional dlm astagatra
Ketahanan nasional dlm astagatra
 
Hubungan Pancasila dengan UUD 1945
Hubungan Pancasila dengan UUD 1945Hubungan Pancasila dengan UUD 1945
Hubungan Pancasila dengan UUD 1945
 
Materi Sistem Pernafasan Manusia
Materi Sistem Pernafasan ManusiaMateri Sistem Pernafasan Manusia
Materi Sistem Pernafasan Manusia
 
Modul PKn Kelas 10 BAB 1 pertemuan 1: Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Indon...
Modul PKn Kelas 10 BAB 1 pertemuan 1: Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Indon...Modul PKn Kelas 10 BAB 1 pertemuan 1: Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Indon...
Modul PKn Kelas 10 BAB 1 pertemuan 1: Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Indon...
 
Makna yang terkandung dalam pembukaan uud 1945
Makna yang terkandung dalam pembukaan uud 1945Makna yang terkandung dalam pembukaan uud 1945
Makna yang terkandung dalam pembukaan uud 1945
 

Destacado

Makalah seminar matematika djuwita trisnawati
Makalah seminar matematika djuwita trisnawatiMakalah seminar matematika djuwita trisnawati
Makalah seminar matematika djuwita trisnawatitrisnawatidjuwita
 
Bahasa indonesia seminar, sarasehan, lokakarya
Bahasa indonesia seminar, sarasehan, lokakaryaBahasa indonesia seminar, sarasehan, lokakarya
Bahasa indonesia seminar, sarasehan, lokakaryaRama Pangeran Kahyangan
 
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)freddy_silaban
 
etnomatematika candi borobudur mata kuliah seminar pendidikan matematika
etnomatematika candi borobudur  mata kuliah seminar pendidikan matematikaetnomatematika candi borobudur  mata kuliah seminar pendidikan matematika
etnomatematika candi borobudur mata kuliah seminar pendidikan matematikalatifahsepticahyati
 
Makalah seminar nasional matematika 2012 pgri
Makalah seminar nasional matematika 2012 pgriMakalah seminar nasional matematika 2012 pgri
Makalah seminar nasional matematika 2012 pgriarya0809
 
Pertemuan Ilmiah
Pertemuan IlmiahPertemuan Ilmiah
Pertemuan IlmiahDewi Annisa
 
Contoh Proposal seminar remaja
Contoh Proposal seminar remajaContoh Proposal seminar remaja
Contoh Proposal seminar remajaDonie Triyanto
 
PROPOSAL SEMINAR
PROPOSAL SEMINARPROPOSAL SEMINAR
PROPOSAL SEMINARNurulilmhy
 
Seminar Matematika
Seminar MatematikaSeminar Matematika
Seminar MatematikaVivin Dolpin
 
Seminar perpajakan pertemuan 2
Seminar perpajakan pertemuan 2Seminar perpajakan pertemuan 2
Seminar perpajakan pertemuan 2Novelia Manurung
 
Makalah Workshop Media Pembelajaran {Diagram Venn}
Makalah Workshop Media Pembelajaran {Diagram Venn}Makalah Workshop Media Pembelajaran {Diagram Venn}
Makalah Workshop Media Pembelajaran {Diagram Venn}Mar atus Sholihah
 
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...aseprosadi29
 
Power Point Makalah Seminar Bahasa
Power Point Makalah Seminar Bahasa Power Point Makalah Seminar Bahasa
Power Point Makalah Seminar Bahasa Ichoe Chicko
 
Pembuktian Teorema Lima Lingkaran (Proof of Five Circles Theorem - Miquel's P...
Pembuktian Teorema Lima Lingkaran (Proof of Five Circles Theorem - Miquel's P...Pembuktian Teorema Lima Lingkaran (Proof of Five Circles Theorem - Miquel's P...
Pembuktian Teorema Lima Lingkaran (Proof of Five Circles Theorem - Miquel's P...Rahma Siska Utari
 
Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada PISA matematika zulk...
Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada  PISA matematika zulk...Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada  PISA matematika zulk...
Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada PISA matematika zulk...Zulkardi Harun
 
Tugas mandiri aljabar linear & matriks
Tugas mandiri aljabar linear & matriksTugas mandiri aljabar linear & matriks
Tugas mandiri aljabar linear & matriksAsep Jaenudin
 

Destacado (20)

Ciri ciri seminar
Ciri ciri seminarCiri ciri seminar
Ciri ciri seminar
 
Makalah seminar matematika djuwita trisnawati
Makalah seminar matematika djuwita trisnawatiMakalah seminar matematika djuwita trisnawati
Makalah seminar matematika djuwita trisnawati
 
Bahasa indonesia seminar, sarasehan, lokakarya
Bahasa indonesia seminar, sarasehan, lokakaryaBahasa indonesia seminar, sarasehan, lokakarya
Bahasa indonesia seminar, sarasehan, lokakarya
 
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)
Makalah seminar jurdik matematika marsigit (1)
 
etnomatematika candi borobudur mata kuliah seminar pendidikan matematika
etnomatematika candi borobudur  mata kuliah seminar pendidikan matematikaetnomatematika candi borobudur  mata kuliah seminar pendidikan matematika
etnomatematika candi borobudur mata kuliah seminar pendidikan matematika
 
Pengertian diskusi dan macam
Pengertian diskusi dan macamPengertian diskusi dan macam
Pengertian diskusi dan macam
 
Makalah seminar nasional matematika 2012 pgri
Makalah seminar nasional matematika 2012 pgriMakalah seminar nasional matematika 2012 pgri
Makalah seminar nasional matematika 2012 pgri
 
Pertemuan Ilmiah
Pertemuan IlmiahPertemuan Ilmiah
Pertemuan Ilmiah
 
Contoh Proposal seminar remaja
Contoh Proposal seminar remajaContoh Proposal seminar remaja
Contoh Proposal seminar remaja
 
PROPOSAL SEMINAR
PROPOSAL SEMINARPROPOSAL SEMINAR
PROPOSAL SEMINAR
 
Seminar Matematika
Seminar MatematikaSeminar Matematika
Seminar Matematika
 
Seminar sosiologi
Seminar sosiologiSeminar sosiologi
Seminar sosiologi
 
Artikel seminar
Artikel seminarArtikel seminar
Artikel seminar
 
Seminar perpajakan pertemuan 2
Seminar perpajakan pertemuan 2Seminar perpajakan pertemuan 2
Seminar perpajakan pertemuan 2
 
Makalah Workshop Media Pembelajaran {Diagram Venn}
Makalah Workshop Media Pembelajaran {Diagram Venn}Makalah Workshop Media Pembelajaran {Diagram Venn}
Makalah Workshop Media Pembelajaran {Diagram Venn}
 
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...
ANALISIS KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL BERBASIS PISA BERDASARK...
 
Power Point Makalah Seminar Bahasa
Power Point Makalah Seminar Bahasa Power Point Makalah Seminar Bahasa
Power Point Makalah Seminar Bahasa
 
Pembuktian Teorema Lima Lingkaran (Proof of Five Circles Theorem - Miquel's P...
Pembuktian Teorema Lima Lingkaran (Proof of Five Circles Theorem - Miquel's P...Pembuktian Teorema Lima Lingkaran (Proof of Five Circles Theorem - Miquel's P...
Pembuktian Teorema Lima Lingkaran (Proof of Five Circles Theorem - Miquel's P...
 
Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada PISA matematika zulk...
Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada  PISA matematika zulk...Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada  PISA matematika zulk...
Soal higher order thinking (hot) atau level tinggi pada PISA matematika zulk...
 
Tugas mandiri aljabar linear & matriks
Tugas mandiri aljabar linear & matriksTugas mandiri aljabar linear & matriks
Tugas mandiri aljabar linear & matriks
 

Similar a Makalah seminar

Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematikaResume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematikaMas Becak
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanRizki Lia Ismawati
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Yamanto Isa
 
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...Totok Priyo Husodo
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajarNarendra
 
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdfslbputraberlian
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualputri-uki
 
hakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docxhakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docxTIRASBALYO
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...guestf6b63af
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learningguestf6b63af
 
MAKALAH_PSIKOLOGI_PENDIDIKAN.docx
MAKALAH_PSIKOLOGI_PENDIDIKAN.docxMAKALAH_PSIKOLOGI_PENDIDIKAN.docx
MAKALAH_PSIKOLOGI_PENDIDIKAN.docxsahdan56
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniAwal Akbar Jamaluddin
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
Makalah keynote1redhana
Makalah keynote1redhanaMakalah keynote1redhana
Makalah keynote1redhanaiwayanredhana
 

Similar a Makalah seminar (20)

Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematikaResume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
Resume landasan pendidikan dan pembelajaran matematika
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan Filsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban ManusiaHakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
Hakikat Pendidikan dan Perkembangan Peradaban Manusia
 
Sbm
SbmSbm
Sbm
 
Filsafat guru
Filsafat guruFilsafat guru
Filsafat guru
 
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
Karya tulis ilmiah UPAYA PENINGKATAN RETORIKA,TENDENSI DAN KOMPETENSI BAKAT D...
 
Makalah teori belajar
Makalah teori belajarMakalah teori belajar
Makalah teori belajar
 
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
118-Article Text-232-1-10-20191029 (1).pdf
 
Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstualPembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual
 
hakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docxhakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docx
 
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Terhadap Penalaran Formal Dan Penulisan ...
 
Teori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikanTeori dan konsep pendidikan
Teori dan konsep pendidikan
 
Tesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based LearningTesis Problem Based Learning
Tesis Problem Based Learning
 
MAKALAH_PSIKOLOGI_PENDIDIKAN.docx
MAKALAH_PSIKOLOGI_PENDIDIKAN.docxMAKALAH_PSIKOLOGI_PENDIDIKAN.docx
MAKALAH_PSIKOLOGI_PENDIDIKAN.docx
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
Makalah keynote1redhana
Makalah keynote1redhanaMakalah keynote1redhana
Makalah keynote1redhana
 
Manajemen Pendidikan
Manajemen PendidikanManajemen Pendidikan
Manajemen Pendidikan
 

Más de Diina BLeghugg (13)

Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Tanda bukti penyerahan laporan ppl
Tanda bukti penyerahan laporan pplTanda bukti penyerahan laporan ppl
Tanda bukti penyerahan laporan ppl
 
Rpp limit
Rpp limit Rpp limit
Rpp limit
 
Penilaian 2
Penilaian 2Penilaian 2
Penilaian 2
 
Penilaian 1
Penilaian 1Penilaian 1
Penilaian 1
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Rpp pslv 1
Rpp pslv 1Rpp pslv 1
Rpp pslv 1
 
Soal ulangan harian 2
Soal ulangan harian 2Soal ulangan harian 2
Soal ulangan harian 2
 
Rpp aljabar
Rpp aljabar Rpp aljabar
Rpp aljabar
 

Makalah seminar

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum ialah setiap sesuatu yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan jasmani seseorang, akalnya dan akhlaknya sejak dilahirkan hingga dia mati. Pendidikan dengan pengertian ini meliputi semua sarana, baik disengaja seperti pendidikan dilingkungan keluarga (rumah), dan pendidikan sekolah, atau yang tidak disengaja seperti pendidikan yang datang kebetulan dari pengaruh lingkungan sosial kemasyarakatan dalam pergaulan kesehatan atau yang bersifat alamiah dan lain-lain. Pendidikan dalam pengertian ini, sama dengan pengertian bahwa kehidupan itu sendiri atau dalam artian sesungguhnya bahwa segala bentuk hubungan manusia baik di lingkungan keluarga, lingkungan alam dalam kehidupan ini dianggap sebagai sebuah proses pembelajaran dengan anggapan bahwa dimulai dari buaian atau sejak terlahir sampai keliang lahat. Sedangkan pengertian pendidikan secara khusus ialah semua media yang dijadikan dan dipergunakan untuk mengembangkan jasmani anak, akalnya dan untuk pembinaan akhlaknya (akhlakul kharimah), dan hanya meliputi sarana khusus yang mungkin disusun suatu sistem bagiannya; ini terbatas pada pendidikan rumah tangga dan sekolah. Pengertian di atas sengaja dikemukakan untuk menggambarkan secara umum kepada kita tentang makna pendidikan, akan tetapi kedua bentuk
  • 2. pengertian di atas disadari tidaklah cukup mewakili definisi pendidikan, apalagi sampai membatasi pengertian pendidikan itu sendiri. Kerena pengertian sebagaimana telah dikemukakan masih kabur dan samar-samar, sehingga diperlukan pendefinisian yang lebih cermat dan jelas guna menghindari pencampur adukan antara pengertian pendidikan dan tujuannya.Upaya pendefinisian sangatlah penting dalam memberikan pengertian yang jelas dan tegas. Dikalangan para pemikir terdapat beberapa pendapat tentang hakikat pendidikan dan batasan pengertiannya.Dan kesemuanya itu sejalan dengan isi hati mereka, kesenangannya, kehidupannya dan tujuan hidup ini. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi pendidikan menurut para tokoh : 1. John Sturt Mill (salah seorang filsuf Bangsa Inggris yang hidup sekitar tahun 1806-1873 M) mengatakan : “Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.” 2. Roussenan (salah seorang failusuf Jerman yang hidup di tahun 1776-1823 M) mengatakan : “Pendidikan ialah pembekalan diri kita dengan sesuatu yang belum ada pada kita sewaktu masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya waktu dewasa.” 3. Aristoteles (filosof terbesar dari Yunani 184 SM) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah menyiapkan akal untuk pengajaran, sebagaimana disiapkan tanah tempat persemaian benih. Dia mengatakan bahwa di dalam diri manusia ada 2
  • 3. dua kekuatan yaitu pemikiran kemanusiaannya dan syahwat kehewaniyahnya. Pendidikan itu adalah alat yang dapat membantu kekuatan pertama untuk mengalahkan kekuatan yang kedua.” 4. Ibnul Muqaffa (seorang tokoh Bahasa Arab yang hidup tahun 106-1213 H pengarang kitab Kalilah dan Damimah) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indra kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santapan akal dan rohani.” 5. William Chandler Bagley (salah seorang tokoh pendidikan di Universitas New York, AS) mengatakan : “Pendidikan itu ialah aktivitas yang dengannya seseorang dapat berusaha mendapatkan pengalaman dan latihan-latihan (experiment) yang akanmenjadikan setiap tugas (aktivitas) masa depannya, lebih baik dan lebih sempurna. (Badrun Zaman, dkk, 2005) Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan pikiran, maka kelima pendapat yang telah dikemukakan diharapkan dapat mewakili pendapat- pendapat lainnya.Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapatlah dikatakan bahwa pendidikan itu adalah pemberian pengarah dengan berbagai macam yang berpengaruh, yang sengaja kita pilih untuk membantu anak, sehingga sedikit demi sedikit, sampai kepada batasan kesempurnaan maksimal yang dapat dicapai, sehingga dia bahagia dalam kehidupannya.Sebagai individu dan dalam kehidupan kemasyarakatan (sosial) dan setiap tindakan yang keluar dari padanya menjadi lebih sempurna, lebih tepat dan lebih baik bagi masyarakat. Oleh karena itu pendidikan dapat pula dikatakan sebagai 3
  • 4. wujud proses yang dapat membantu pertumbuhan seluruh unsur kepribadian manusia secara formal. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik.Hal ini nampak pada hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan.Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya. Hal lain yang menyebabkan rendahnya hasil belajar peserta didik, disebabkan karena proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional, dimana pembelajaran tersebut, suasana kelas cenderung teacher- centered sehingga siswa menjadi pasif. Pencapaian nilai hasil belajar siswa Indonesia untuk bidang studi matematika, cukup mengkhawatirkan. Hasil tes diagnostik yang dilakukan oleh Suryanto dan Somerset di 16 sekolah menengah beberapa provinsi di Indonesia menginformasikan bahwa hasil tes pada mata pelajaran matematika sangat rendah. Hasil dari TIMSS-Third International Mathematics and Science Studymenunjukkan Indonesia pada mata pelajaran matematika berada di peringkat 34 dari 38 negara. Menurut Sriyanto (2004) sikap negatif ketakutan pada pelajaran 4
  • 5. matematika muncul karena adanya persepsi bahwa pelajaran matematika yang sulit. Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakterisitik materi matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu pengalaman belajar matematika bersama guru yang tidak menyenangkan atau guru yang membingungkan, turut membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika. Kenyataan yang dihadapi bahwa sebagian besar siswa tidak dapat menghubungkan apa yang dipelajari dengan pemanfaatan pengetahuan tersebut dikemudian hari. Oleh karena itu, pemahaman konsep dan prinsip pembelajaran kontekstual sangat penting.Teori pembelajaran langsung maupun kontekstual menekankan pada multi aspek lingkungan belajar, siswa diharapkan dapat menemukan hubungan yang bermakna antara pemikiran yang abstrak dengan penerapan praktis di dunia nyata. Untuk mengatasi pembelajaran tersebut, Soedjadi (1998/1999) mengatakan perlunya diupayakan pembelajaran yang memberi kesempatan luas pada siswa untuk aktif belajar. Dengan demikian pembelajaran yang semula terpusat pada guru (teacher oriented) hendaknya berubah menjadi terpusat pada siswa (student oriented).Pada kesempatan ini dipilih alternative pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dan meningkatkan komunikasiantara guru dan siswa, yaitu pembelajaran dengan menerapkan Teori Atribusi dari Bernard Weiner (Teori Atribusi Weiner). 5
  • 6. Dari uraian di atas, penulis terdorong untuk menguraikan penerapan Teori Atribusi Weiner pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah, “ Bagaimana penerapan Teori Atribusi Weiner dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar pada pokok bahasanLuas Daerah Segitiga?”. C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui langkah-langkah penerapan Teori Atribusi Weiner dalam pembelajaran matematika pada materi pokok Luas Daerah Segitiga di kelas V Sekolah Dasar. D. Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan makalah ini adalah: 1. Bagi mahasiswa dan guru untuk mengenalkan Teori Atribusi Weiner dalampembelajaran matematika dan mencoba menerapkan Teori ini. 2. Bagi guru untuk memperbaiki pembelajaran di kelas dalam rangka meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran yang tepat. 3. Bagi sekolah sebagai masukan untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika secara keseluruhan. 4. Bagi siswa meningkatakan pemahaman konsep yang dipelajari secara lebih bermakna. 6
  • 7. BAB II PEMBAHASAN A. Pembelajaran Matematika Matematika, menurut Ruseffendi (1991), adalah bahasa symbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktrur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjadi (2000), yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlikan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, garafik atau tabel. Pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikankonsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika 7
  • 8. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. B. Teori Atribusi Weiner Teori yang dikembangkan oleh Bernard Weiner (1979,1980) menghubungkan dua bidang minat utama dalam teori psikologi. Istilah atribusi artinya mengacu ke penyebab suatu kejadian atau hasil menurut persepsi individu.Yang merupakan pusat perhatian penelitian di bidang ini ialah cara-cara bagaimana guru memberikan penjelasan sebab-sebab kejadian dan implikasi dari penjelasan-penjelasan tersebut.Teori ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana terjadinya keberhasilan dan dialaminya kegagalan (Weiner, 1972, 1979). Dalam hal ini, akan dijelaskan apa penyebab kurangnya pemahaman siswa mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip pada Geometri. Atribusi dikembangkan untuk menjelaskan hasil, atau akibat tindakan, seperti mengapa jatuh dalam tes atau mengapa memperoleh nilai kurang pada hasil pembelajaran. 8
  • 9. Adalima tahapdalam penerapan Teori Atribusi Weiner dalam pembelajaran matematika, yang terdiri dari: 1. Penyampaian tujuan pembelajaran. 2. Mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan. 3. Pemberian latihan terbimbing, dilanjutkan dengan atribusi dari guru maupun siswa. 4. Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik (atribusi tetap dilanjutkan). 5. Pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu. Pesan atribusi yang diberikan dikhususkan untuk mencari penyebab terjadinya kesalahan siswa dalam memahami tinggi dan luas segitiga yaitu: 1. Membangun konsep tinggi segitiga dimulai dengan peragaan menurunkan luas segitiga dari persegi panjang yang dipotong sesuai diagonalnya, 2. Menanggapi hasil kerja siswa menentukan tinggi segitiga pada posisi berubah-ubah, dan 3. Memantapkan pemahaman konsep tinggi segitiga dengan mengerjakan soal-soal tentang luas segitiga C. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika dengan Menerapkan Teori Atribusi Weiner Selanjutnya Teori Atribusi Weiner dalam pembelajaran langsung untuk luas segitiga dideskripsikan pada Tabel 1. 9
  • 10. Tabel 1. Deskripsi Penerapan Teori Atribusi Weiner dalam Proses Pembelajaran Matematika dengan Materi Luas Segitiga No. Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu RP Pembelajaran 1 2 3 4 5 I (1)Penyampaian A.Kegiatan Awal tujuan pembe- - Momotivasi siswa dan - Memperhatikan penjela- 5 menit lajaran menginfomasikan materi san guru - Menyampaikan tujuan pembelajaran yang - Menanyakan yang menciptakan siswa belum jelas belajar - Menjelaskan tugas-tugas yang akan diterima. (2)Mendemons- B. Kegiatan Inti trasikan ilmu - Menjelaskan cara - Memperhatikan penje- pengetahuan menemukan luas segitiga lasan guru dan dari persegi panjang - Atribusi melalui 10 menit 10
  • 11. keterampilan - Menetapkan alas dan peragaan tinggi segitiga - Membangun pemaha- man tentang alas dan 10 menit tinggi segitiga. (3) Pemberian - Memberikan latihan - Membahas LKS baik 10 menit latihan terbimbing berupa latihan secara individu maupun terbimbing soal dan lembar kerja kelompok dengan dilanjutkan tentang luas segitiga bimbingan guru dengan atribusi - Memberikan atribusi atas - Mengatribusikan dari guru hasil kerja siswa tanggapan guru atas 15 menit maupun siswa jawaban siswa - Mengerjakan soal latihan (4) Mengecek - Memberikan soal latihan - Atribusi terhadap 10 menit pemahaman yang meliputi luas jawaban yang diberikan dan segitiga dari bermacam memberikan segi tiga berdasarkan umpan balik sudut maupun sisinya. (atribusi tetap - Atribusi guru terhadap dilanjutkan) hasil kerja siswa dan 11
  • 12. memberi umpan balik 5 menit (5) Pemberian C.Kegiatan Akhir perluasan - Memberi perluasan - Mengembangkan 10 menit latihan dan latihan dengan pemahaman alas dan pemindahan meletakkan segitiga ke tinggi pada bermacam- ilmu berbagai posisi macam posisi segitiga 15 menit - Memberi tes formatif - Mengerjakan tes formatif - Memberi PR - Mencatat PR D. Penerapan Teori Atribusi Weiner pada Materi Luas Segitiga Untuk menerapkan Teori Atribusi Weiner dalam proses pembelajaran langsung tentang luas segitiga di kelas VSD diurutkan materinya sebagai berikut: (1) (a) menentukan rumus luas daerah segitiga diturunkan dari rumus luas persegi panjang yang dipotong sesuai diagonalnya 12
  • 13. D p C l l A B p Gb. 1. Persegi panjang ABCD Luas daerah persegi panjang ABCD = AB x AD atau DC x BC =p x l D A Gb.2. segitiga ABD B 1 Luas daerah segitiga ABD = x Luas persegi panjang ABCD 2 1 = x AB x AD 2 1 = x alas segitiga x tinggi segitiga 2 (b) menentukan luas daerah segitiga diturunkan dari luas daerah persegi panjang 13
  • 14. C F E G A D B Gb.3. Segitiga ABC 1 CD adalah garis tinggi segitiga ABC, CE = CD 2 Segitiga ABC di atas diguntingberdasarkan garis putus-putus Dari segitiga ABC yang telah digunting, terbentuk persegi panjang KLMN Alas ABC = panjang KLMN AB = KL 1 Tinggi KLMN = tinggi ABC 2 N M K L Gb.4. Persegi panjang KLMN Luas daerah ABC = Luas daerah persegi panjang KLMN 14
  • 15. = KL x LM 1 = alas segitiga x ( x tinggi segitiga) 2 1 = x alas segitiga x tinggi segitiga 2 (2) menentukan tinggi dan alas segitiga untuk berbagai posisi segitiga C F G A D B D E Gb.5. segitiga ABC Gb.6. Segitiga DEF Tinggi segitiga adalah garis yang tegak lurus dengan alas segitiga. Pada Gb.5, jika alas segitiga ABC adalah AB, maka tinggi segitiganya adalah CD. Pada Gb.6, jika alas segitiga DEF adalah EF, maka tinggi segitiganya adalah DG. (3)Menentukan luas segitiga dengan menggunakan rumus yang telah diperoleh. 15
  • 16. BAB III KESIMPULAN & SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan, bahwa lima tahap penerapan atribusi weiner dalam pembelajaran matematika, yaitu: 1. Penyampaian tujuan pembelajaran,yaitu memahami luas daerah segitiga. 2. Mendemonstrasikan cara menemukan luas daerah segitiga melalui persegi panjang. 3. Pemberian latihan terbimbing, dilanjutkan dengan atribusi dari guru maupun siswa yaitu melalui soal dan lembar kerja. 4. Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik (atribusi tetap dilanjutkan) melalui LKS yang dikerjakan secara individu maupun kelompok dan pemberian tanggapan guru atas jawaban siswa. 5. Pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu yaitu dengan memberi pemahaman alas dan tinggi pada bermacam-macam posisi segitiga. B. Saran Diharapkan dengan adanya makalah seminar ini dapat menambah pengetahuan bagi para pendidik untuk menanamkan sejak dini konsep-konsep pembelajaran dalam menyelesaikan soal-soal matematika terutama yang berkaitan dengan materi Segitiga. 16