Ringkasan:
1. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi jamur Rhizopus sp pada swab ketiak pekerja kuli bangunan di Kecamatan Mojoroto Kota Kediri.
2. Metode yang digunakan adalah pemeriksaan langsung dengan mengambil swab ketiak lalu ditanam pada media dan diinkubasi selama 5 hari.
3. Hasilnya menunjukkan 86,7% sampel mengandung Rhizopus sp, sehingga dapat disimpulkan
1. IDENTIFIKASI JAMUR Rhizopus sp PADA SWAB KETIAK
PEKERJA KULI BANGUNAN DI KECAMATAN MOJOROTO
KOTA KEDIRI
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Diploma III Analis Kesehatan
Oleh :
DODIT DWI SANTOSO
30110023
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2013
i
2. ii
HALAMAN PERSETUJUAN
IDENTIFIKASI JAMUR Rhizopus sp PADA SWAB KETIAK PEKERJA
KULI BANGUNAN DI KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
DODIT DWI SANTOSO
30110023
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Disetujui
Tanggal 16 Juli 2013
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Wisnaningsih Erawati S.Si
Mengetahui :
Program Studi Diploma III Analis Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Siska Kusuma Wardani, S.Si
Ketua Prodi
ii
3. iii
HALAMAN PENGESAHAN
IDENTIFIKASI JAMUR Rhizopus sp PADA SWAB KETIAK PEKERJA
KULI BANGUNAN DI KECAMATAN MOJOROTO
KOTA KEDIRI
Telah Diuji
Pada tanggal 16 juli 2013
Oleh Tim Penguji :
Penguji I drh. Triffit Imasari ( )
Penguji II Yuni Ika Nurfarida, S.Si ( )
Penguji III dr. Wisnaningsih ( )
Mengetahui
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
dr. Ekawati Sutikno, MM., M.Kes
Dekan
iii
4. iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : DODIT DWI SANTOSO
NIM : 30110023
Program Studi : D III ANALIS KESEHATAN
Judul KTI : IDENTIFIKASI JAMUR Rhizopus sp PADA SWAB
KETIAK PEKERJA KULI BANGUNAN DI
KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah, yang saya tulis ini
benar-benar karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kediri, 16 Juli 2013
Yang Membuat Pernyataan,
DODIT DWI SANTOSO
30110023
iv
5. v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
hidayah serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah yang berjudul “IDENTIFIKASI JAMUR Rhizopus sp PADA SWAB
KETIAK PEKERJA KULI BANGUNAN DI KECAMATAN MOJOROTO
KOTA KEDIRI.”
Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan Diploma III Analis Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri.
Penyusunan karya tulis ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima
kasih terutama kepada :
1. DR. Bambang Harsono. MBA, selaku ketua yayasan pendidikan Bhakti
Wiyata Kediri.
2. dr. Tarbinu Kasmono. MPH, selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata Kediri.
3. dr. Ekawati Sutikno. MM,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
4. Siska Kusuma Wardhani, S.Si, selaku Ketua Prodi D-III Analis Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
5. dr. Wisnaningsih, selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan
6. Erawati. S.Si, selaku pembimbing II yang telah memberi bimbingan dalam
praktikum.
7. Ayah dan Ibu, serta saudara-saudaraku yang telah membantu baik materi
maupun moril, sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dengan baik.
8. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang telah membantu sampai karya tulis
ini dapat penulis selesaikan.
9. Keluarga besar LPG kos yang telah banyak membantu dan mengurangi rasa
jenuh dan stres.
v
6. vi
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak akan penulis harapkan, sehingga menambah
pengalaman yang berguna bagi semua pihak, Amin.
Kediri, 16 Juli 2013
Penulis
7. vii
ABSTRAK
IDENTIFIKASI JAMUR Rhizopus sp PADA SWAB KETIAK PEKERJA
KULI BANGUNAN DI KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI
Dodit Dwi Santoso, dr. Wisnaningsih1)
, Erawati, S.Si2)
Latar Belakang: Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum
zygomycota ordo mucorales yang bisa tumbuh di anggota tubuh termasuk ketiak.
Tujuan: Dalam pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui presentase dan
penyebab adanya jamur Rhizopus sp pada ketiak pekerja kuli bangunan yang ada
di Kecamatan Mojoroto kota Kediri.
Metode: Pemeriksaan ini dilakukan di laboratorium Mikologi Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri dengan menggunakan metode Pemeriksaan
Langsung. Yaitu dengan cara mengusab swab steril pada bagian ketiak dan
sebelumnya di basahi dengan PZ steril. Kemudian dilakukan pemeriksaan direck
untuk mencari adanya spora. Setelah itu ditanam pada media SGA lalu di inkubasi
selama 5 hari, kemudian dilakukan identifikasi jamur secara mikroskopis.
Hasil Penelitian: berdasarkan data pada pemeriksaan 30 sampel didapatkan hasil
Rhizopus sp 36,7%, Rhizopus sp dan Aspergilus fumigatus 26,7%, Rhizopus sp
dan Mucor sp 20%, Rhizopus sp dan Aspergilus flavus 3,3%, Mucor sp 3,3%,
Aspergilus fumigatus 6,7%, selain jamur 3,3%. jumlah plate yang mengandung
Rhizopus sp 86,7%, jumlah total plate yang tidak mengandung Rhizopus sp
13,3%.
Kesimpulan: Dari penelitian ini bahwa jamur yang tumbuh pada ketiak pekerja
kuli bangunan yang di daerah Kecamatan Mojoroto didominasi oleh jamur
Rhizopus sp.Dari pemeriksaan diatas diharapkan dapat memberikan wawasan
kepada pekerja kuli bangunan yang ada di kecamatan Mojoroto Kota Kediri untuk
menjaga kebersihan tubuh terutama ketiak agar tidak ditumbuhi jamur Rhizopus
sp.
Kata Kunci : Rhizopus sp, Swab ketiak, Pemeriksaan langsung, Ketiak.
vii
8. viii
ABSTRACT
IDENTIFICATION OF Rhizopus sp FUNGUS ON SWAB OF BUILDING
WORKER’S ARMPIT AT MOJOROTO DISTRICT KEDIRI REGENCY
Dodit Dwi Santoso, dr. Wisnaningsih 1 )
, Erawati, S.Si 2 )
background: Rhizopus sp is genus of yarn fungus, zygomycota phylum,
mucorales ordo that can grow on part of body included armpit.
Goal: In this examination aims to know persentation and causes of Rhizopus sp
fungus on building worker’s armpit at Mojoroto District Kediri Regency.
Method: This examination is done at Microbiology Laboratory Institut ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri with direct examination method using sterile
swab on building worker’s armpit. Then it is planted on SGA and incubated 5
days. Afterwards continuing to microscopy identification.
Result: Base on data of 30 samples examination are gotten the result fo Rhizopus
sp 36,7%, Rhizopus sp and Aspergilus fumigatus 26,7%, Rhizopus sp and
Mucor sp 20%, Rhizopus sp and Aspergilus flavus 3,3%, Mucor sp 3,3%,
Aspergilus fumigatus 6,7%, besides fungus 3,3%, total plates that contain
Rhizopus sp 86,7%, total plates that don't contain Rhizopus sp 13,3%.
Conclusion: This research shows the growing of fungus on building worker’s
armpit at Mojoroto District Kediri Regency is dominated by Rhizopus sp
fungus.This research is expected to give knowledge to building worker’s armpit at
Mojoroto District Kediri Regency to keep cleaning of body especially the armpit
to prevent the growth of Rhizopus sp fungus.
Key word : Rhizopus sp , Armpit swab, Direct examination, Building
worker
viii
9. ix
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Persetujuan ....................................................................................... ii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iii
Lembar Pernyataan Keaslian Penelitian........................................................... iv
Kata Pengantar ................................................................................................ v
Abstrak............................................................................................................. vii
Abstract ............................................................................................................ viii
Daftar Isi .......................................................................................................... ix
Daftar Tabel............................................................................................. ........ xiii
Daftar Gambar.................................................................................................. xiv
Lampiran .......................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 3
C. Batasan Masalah ...................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3
E. Manfaat Penelitian.................................................................... 4
F. Penelitian Terkait...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .......................................................................... 5
1. Tinjauan Tentang Jamur.................................................... 5
a. Definisi Jamur.............................................................. 5
ix
10. x
b. Morfologi Jamur .......................................................... 6
c. Sifat Hifa...................................................................... 6
d. Perkembangbiakan Jamur ............................................ 6
e. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur........ 8
f. Penyakit yang di Sebabkan oleh Jamur........................ 8
g. Keuntungan dan Kerugian Jamur................................. 9
h. Macam-macam Jamur Kontaminan ............................. 9
i. Isolasi Jamur ................................................................ 10
2. Tinjauan Tentang Jamur Rhizopus sp................................ 11
a. Definisi Rhizopus sp.................................................... 11
b. Klasifikasi .................................................................... 12
c. Ciri Morfologi dan Struktur Tubuh.............................. 12
d. Habitat Rhizopus sp...................................................... 14
e. Reproduksi Jamur Rhizopus sp .................................... 14
f. Tahapan Proses Reproduksi......................................... 15
3. Tinjauan Tentang Zigomikosis.......................................... 16
a. Definisi Zigomikosis.................................................... 16
b. Epidemiologi................................................................ 17
c. Etiologi......................................................................... 17
d. Gejala Klinis................................................................. 17
e. Diagnosa....................................................................... 17
f. Terapi ........................................................................... 18
g. Pencegahan................................................................... 18
4. Tinjauan Tentang Anatomi Kulit ...................................... 18
a. Lapisan Kulit................................................................ 18
11. xi
b. Bagian Kulit ................................................................. 19
c. Fungsi Kulit.................................................................. 21
5. Tinjauan Tentang Ketiak................................................... 21
a. Kelenjar Keringat Ekrin............................................... 22
b. Kelenjar Keringat Apokrin........................................... 22
B. Kerangka Konsep ..................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ...................................................................... 24
B. Populasi, Sampel, Teknik Sampling......................................... 24
1. Populasi ............................................................................. 24
2. Sampel............................................................................... 24
3. Teknik Sampling ............................................................... 25
C. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 25
1. Lokasi Penelitian ............................................................... 24
2. Tempat Pengambilan Sampel............................................ 25
3. Waktu Penelitian ............................................................... 25
D. Variable Penelitian dan Definisi Oprasional ............................ 26
1. Variable Penelitian............................................................. 26
2. Definisi Oprasional ............................................................ 27
E. Instrument Penelitian................................................................ 28
1. Alat..................................................................................... 28
2. Bahan.................................................................................. 28
3. Reagen................................................................................ 28
F. Prosedur Pengumpulan Data .................................................... 28
G. Metode Penelitian..................................................................... 29
12. xii
H. Tahapan Penelitian ................................................................... 29
1. Pengambilan Sampel.......................................................... 29
2. Cara Isolasi Sampel............................................................ 29
3. Cara Pemeriksaan............................................................... 29
I. Pengolahan dan Analisa Data................................................... 31
J. Etika Penelitian......................................................................... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian ............................................................... 34
B. Pengolahan Data....................................................................... 38
C. Pembahasan .............................................................................. 41
BAB V PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................... 43
Saran ............................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44
LAMPIRAN..................................................................................................... 46
13. xiii
DAFTAR TABEL
Tabel III. 1 Definisi Operasional ................................................................ 27
Tabel IV. 1 Hasil Pemeriksaan Secara Makroskopis.................................. 34
Tabel IV. 2 Hasil Pemeriksaan Secara Mikroskopis................................... 36
xiii
14. xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.I Mikroskopis Jamur Rhizopus sp................................................... 12
Gambar II.2 Anatomi Kulit.............................................................................. 20
Gambar II.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 23
xiv
15. xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Skema Pemeriksaan Swab Ketiak ................................................ 46
Lampiran 2 Prosedur Skematis Identifikasi Jamur Secara Mikroskopis ......... 47
Lampiran 3 Pembuatan Media Dan Reagen..................................................... 48
Lampiran 4 Gambar Hasil Penelitian............................................................... 51
Lampiran 5 Formulir Persetujuan Subjek Penelitian ....................................... 56
xv
16.
17. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis beriklim panas lembab. Hal ini
menyebabkan jamur mudah berkembang di Indonesia. Apalagi lingkungannya
kurang higiene, sehingga infeksi jamur banyak ditemukan. Penyakit jamur
kulit (dermatomikosis) merupakan penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan
mukosa akibat infeksi jamur (Laksmintari, 2009: 7).
Pekerja bangunan bisa disebut juga kuli bangunan, pekerja kuli
bangunan adalah profesi yang bisa dianggap berada pada posisi strata bawah.
Sebenarnya peran pekerja bangunan sangatlah penting. Tanpa mereka, apakah
mungkin tercipta gedung megah, jalan mulus, maupun jembatan kekar.
Penghasilan kuli bangunan sangatlah kecil yakni berkisar 25 ribu sampai 35
ribu perhari sehingga pekerja kuli bangunan sedikit menghiraukan tentang
pentingnya kesehatan (Kompas.com).
Fungi adalah organisme yang bersifat heterotrof, dinding sel spora
mengandung kitin, tidak berplastid, tidak berfotosintesis, tidak bersifat
fagotrof, umumnya memiliki hifa yang berdinding yang dapat berinti banyak
(multinukleat) atau berinti tunggal (mononukleat). Sebagian besar tubuh fungi
terdiri atas hifa yang saling berhubungan menjalin semacam jala, yaitu
miselium. Miselium dapat dibedakan atas meselium vegetatif yang berfungsi
1
18. 2
menyerap nutrien dari lingkungan, dan meselium fertil yang berfungsi dalam
reproduksi (Gandjar, 2006: 69).
Postlethwait dan Hopson (2006) Salah satu spesies jamur yang sering
dijumpai di sekitar kita adalah jamur Rhizopus sp yang merupakan jamur
kontaminan dan umumnya ditemukan pada tempe. Rhizopus sp adalah spesies
jamur benang yang termasuk filum Zygomycota ordo Mucorales, Rhizopus sp
mempunyai ciri khas yang memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk
menempel ke substrat. Rhizopus sp berproduksi secara aseksual dengan
memproduksi banyak sporangiofor yang bertangkai. Sporangiofor ini tumbuh
ke arah atas dan mengandung ratusan spora (Monruw, 2011).
Pada umumnya, jamur tumbuh dengan baik di tempat yang lembab.
Jamur juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga jamur
dapat ditemukan di semua tempat (FKUI, 2008: 307). Kulit adalah lapisan
jaringan yang terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi
permukaan tubuh. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat
(Syaifuddin, 2006: 311).
Pada ketiak terdapat kelenjar keringat, kelenjar ekrin, tipe pertama,
jauh lebih banyak ditubuh dan melepaskan sekresi yang tidak berbau yang
biasanya disebut keringat. Kelenjar opokrin, tipe kedua, ditemukan didaerah
ketiak dan genital. Kelenjar itu mensekresikan cairan yang mengandung
komponen dasar keringat ditambah subtansi lemak dan protein (Kusuma, 1999
: 594). Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin melakukan
19. 3
penelitian dengan judul” Identifikasi Jamur Rhizopus sp Pada Swab Ketiak
Pekerja Kuli Bangunan di Kecamatan Mojoroto Kota Kediri ”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang tersebut, maka yang menjadi pokok
permasalahan karya tulis adalah, apakah jamur Rhizopus sp dapat ditemukan
pada swab ketiak pekerja kuli bangunan ?
C. Batasan Masalah
Dari permasalahan diatas, penulis hanya membatasi pada analisa jamur
Rhizopus sp pada swab ketiak pekerja kuli bangunan.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya jamur kontaminan pada ketiak pekerja
kuli bangunan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi jamur Rhizopus sp yang tumbuh pada ketiak
pekerja kuli bangunan.
b. Untuk mengetahui presentasi jamur Rhizopus sp yang tumbuh pada
ketiak pekerja kuli bangunan.
c. Untuk mengetahui faktor penyebab tumbuhnya jamur pada ketiak
pekerja kuli bangunan.
20. 4
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti
Peneliti dapat membuktikan bahwa jamur Rhizopus sp dapat
tumbuh pada ketiak pekerja kuli bangunan.
2. Untuk Mahasiswa Analis Kesehatan
Mahasiswa Analis Kesehatan dapat mengidentifikasi jamur
Rhizopus sp yang tumbuh pada ketiak.
3. Untuk Institusi
Untuk menambah wawasan tentang jamur Rhizopus sp yang dapat
tumbuh pada ketiak pekerja kuli bangunan.
4. Untuk Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarkat tentang jamur Rhizopus sp yang dapat tumbuh pada ketiak
sehingga masyarakat disarankan untuk menjaga kebersihan tubuh
khususnya pada bagian ketiak, dengan cara memberi deodorant atau
membersihkan ketiak dengan sabun antiseptik.
F. Penelitian Terkait
Penelitian dengan judul ”Identifikasi Jamur Rhizopus sp pada Swab
Ketiak Pekerja Kuli Bangunan di Kecamatan Mojoroto Kota Kediri” belum
pernah dilakukan sebelumnya.
21. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Tinjauan Tentang Jamur
a. Definisi Jamur
Jamur adalah mikrooganisme yang termasuk golongan
eukariotik tidak termasuk golongan tumbuhan. Jamur berbentuk sel
atau benang bercabang dan mempunyai dinding sel yang sebagian
besar terdiri dari kitin dan glukan. Jamur mempunyai protoplasma
yang mengandung satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil dan
berkembang biak secara aseksual, seksual, atau keduanya (FKUI,
2008: 307).
Jamur yang menimbulkan penyakit pada manusia, biasanya
hidup pada zat organik atau di tanah yang mengandung zat organik
seperti humus, tinja binatang (unggas, kelelawar) dalam keadaan
demikian, jamur dapat hidup terus menerus sebagai saproba tanpa
melaui daur sebagai parasit manusia (FKUI, 2008: 308).
22. 6
b. Morfologi Jamur
1) Khamir
Yaitu sel-sel yang berbentuk bulat, lonjong, ogival yaitu
bulat panjang dengan salah satu ujung runcing yang berkembang
biak secara pertunasan.
2) Kapang
Yaitu terdiri atas sel–sel memanjang dan bercabang yang
disebut hifa (FKUI, 2008: 308).
c. Sifat Hifa
1) Hifa udara, yaitu berfungsi mengambil oksigen.
2) Hifa reproduktif, yaitu berfungsi membentuk spora
3) Hifa vegetatif, yaitu berfungsi mengambil makanan untuk
pertumbuhan (FKUI, 2008: 308)
d. Perkembang Biakan Jamur
Jamur berkembang biak dengan membelah diri, bertunas, atau
dengan spora. Spora dapat dibentuk secara seksual dan aseksual
1) Spora yang termasuk aseksual ialah :
a) Blastospora
Yaitu konidia berbentuk bulat atau semi bulat yang
terbentuk langsung pada hifa atau dari sel pembentuk konidia
yang langsung duduk pada hifa.
23. 7
b) Arthrokonidia
Yaitu sel reproduksi aseksual yang terbentuk dari hifa
bersepta yang terputus-putus, sehingga kompartemen-
kompartemen berdiri sendiri dan dapat menjadi hifa baru.
c) Khlamidospora
Yaitu sel hifa yang membesar karena mendapat nutrisi
extra berdinding tebal. Sel ini terbentuk apabila lingkungan di
sekitar kurang menguntungkan.
d) Konidia
Yaitu suatu propagil yang non motil dan tidak terbentuk
melalui proses pembelahan.
e) Sporangispora
Yaitu suatu kantung tertutup pada ujung hifa fertile atau
cabang hifa, kantung tersebut dinamakan sporangium dan dapat
berbentuk bulat, semibulat, atau panjang
2) Spora yang temasuk seksual :
a) Basidiospora
Yaitu spora seksual yang terbentuk dalam basidium,
dan terdapat pada basidiomycetes.
b) Askospora
Yaitu spora seksual yang terbentuk dalam askus, dan
terdapat pada ascomycetes.
24. 8
c) Zigospora
Yaitu spora seksual pada zygomycetes, merupakan
hasil fusi dari gamatangia, sel berdinding tebal, dan berpigmen
gelap ( Gandjar, 2000: 6).
e. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur antar lain, yaitu
Kebutuhan air, suhu pertumbuhan, kebutuhan oksigen dan pH, nutrisi,
komponen penghambat (Waluyo, 2004: 251-252).
f. Penyakit yang disebabkan oleh jamur
1) Mikosis superfasial
Adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur dan
penyebarannya terjadi pada permukaan tubuh.
2) Mikosis sistemik
Adalah penyakit yang disebabkan jamur patogen yang
menghasilkan mikrokonidia yang penyebarannya melalui
peredaran darah ke jaringan dalam tubuh.
3) Mikosis dalam
Adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur yang
membentuk mikrokonida dan oleh khamir, serta tumbuh di bagian
jaringan yang dalam yang akan membengkak (Gandjar, 2006: 92).
25. 9
g. Keuntungan dan kerugian jamur
1) Keuntungan dari jamur yaitu vitamin, Aneka enzim, senyawa-
senyawa asam amino, antibiotik, fermentasi makanan dan
minuman.
2) Kerugian dari jamur yaitu kerusakan pada bahan pangan
karbohidrat, kerusakan daging dan olahan, kerusakan pada sayuran
dan buah-buahan segar, kerusakan pada kayu dan bahan kertas,
kerusakan pada tekstil (Gandjar, 2006: 116-128).
h. Macam-macam jamur kontaminan
1) Mucor sp.
2) Rhizopus sp.
3) Aspergilus sp.
4) Penicilium sp.
5) Hormodendrum sp.
6) Helmithosportum sp.
7) Cepholosporium sp.
(Waluyo, 2004: 257).
26. 10
i. Isolasi jamur
Untuk memperoleh jamur dari berbagai habitat di laboratorium,
dapat dilakukan dengan cara :
1) Isolasi jamur metode perangkap
a) Untuk mengetahui cara mengisolasi jamur cara perangkap.
b) Untuk mengetahui morfologi dan spesies jamur di udara.
c) Untuk mengetahui koloni jamur pada media SGA.
2) Isolasi jamur metode pengencer
a) Untuk mengetahui cara mengisolasi jamur secara pengenceran
10-1
sampai 10-4
b) Untuk mengetahui bentuk koloni dari morfologi jamur pada
media SGA
3) Isolasi jamur metode tanam langsung
a) Untuk mengetahui cara mengisolasi jamur secara tanam
langsung.
b) Untuk mengetahui bentuk koloni dan morfologi jamur pada
media SGA.
4) Isolasi Jamur Metode Hendrikil
a) Untuk mengetahui cara megisolasi jamur Metode Hendrikil.
b) Untuk mengetahui koloni jamur secara murni dan utuh.
c) Untuk mengetahi morfologi jamur secara utuh.
27. 11
5) Isolasi Jamur Pada Kulit
a) Untuk mengetahui morfologi, koloni, spesies jamur yang
terdapat pada kulit.
b) Untuk mengetahui koloni jamur kontaminan.
2. Tinjauan Tentang Rhizopus Sp.
a. Definisi Rhizopus sp
Rhizopus sp adalah genus jamur benang yang termasuk filum
zygomycota ordo mucorales. Rhizopus sp mempunyai ciri khas yaitu
memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk menempel ke subtract.
Ciri lainnya adalah memiliki hifa coenositik, sehingga tidak bersepta
atau bersekat. Miselium dari Rhizopus sp yang juga disebut stolon
menyebar di atas subtratnya karena dari hifa vegetative. Rhizopus sp
berproduksi secara aseksual dengan memproduksi banyak
sporangifor yang bertangkai. Sporangifor ini biasanya dipisahkan
dari hifa lainya oleh sebuah dinding seperti septa. Salah satu
contohnya spesiesnya adalah Rhizopus stolonifer yang biasanya
tumbuh pada roti basi (Postlethwait dan Hopson, 2006
http://monruw.wordprees.com).
28. 12
Gambar 2.1 Mikroskopis jamur Rhizopus sp
Sumber : http://soils1.cses.ut.edu,
Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Divisio : Zygomycota
Class : Zygomycetes
Ordo : Mucorales
Familia : Mucoraceae
Genus : Rhizopus
Spesies : Rhizopus sp
(Robert, 2005).
b. Ciri Morfologi dan Struktur Tubuh
1) Terdiri dari benang-benang hifa yang bercabang dan berjalinan
membentuk miselium.
2) Hifa tak bersekat (bersifat senositik).
3) Septa atau sekat antar hifa hanya ditemukan pada saat sel
reproduksi terbentuk.
29. 13
4) Dinding selnya tersusun dari kitin.
5) Rhizopus sp mempunyai tiga tipe hifa,
a) Stolon : hifa yang membentuk jaringan pada
permukaan substrat (misalnya roti).
b) Rhizoid : hifa yang menembus substrat dan
berfungsi sebagai jangkar untuk menyerap
makanan.
c) Sporangiopor : hifa yang tumbuh tegak pada permukaan
substrat dan memiliki sporangia globuler
(berbentuk bulat) diujungnya.
6) Koloni berwarna putih berangsur-angsur menjadi abu-abu
7) Stolon halus atau sedikit kasar dan tidak berwarna hingga kuning
kecoklatan.
8) Sporangiofora tumbuh dari stolon dan mengarah keudara, baik
tunggal atau dalam kelompok (hingga 5 sporangiofora).
9) Rhizoid tumbuh berlawanan dan terletak pada posisi yang sama
dengan sporangiofora.
10) Sporangia berwarna coklat gelap sampai hitam bila telah masak.
11) Kolumela oval hingga bulat, dengan dinding halus atau sedikit
kasar.
12) Spora bulat, oval atau berbentuk elips atau silinder (Robert,
2005).
30. 14
c. Habitat Rhizopus sp
1) Rhizopus oryzae
Spesies ini tersebar terutama di daerah tropis dan sub
tropis. Spesies ini dapat di isolasi dari tanah, biji-bijian, kacang
tanah, air terpolusi, sayur-sayuran dan buah yang membusuk.
2) Rhizopus stolonifer
Spesies ini terdapat pada daerah yang lebih hangat, dapat
di isolasi dari tanah, roti, biji-bijian, sayuran, buah, kacang-
kacangan, dan juga dari udara.
3) Rhizopus oligosporus
Spesies ini telah di isolasi dari tempe, dan diketahui dari
Negara Jepang, China dan Indonesia.
4) Rhizopus nigrican
Spesies ini dapat merusak makanan, roti, sayur-sayuran
dan buah-buahan (Gandjar, 2000: 103-107).
d. Reproduksi Jamur Rhizopus sp
Jamur Rhizopus sp. melakukan reproduksi secara seksual dan
aseksual. Reproduksi aseksualnya dengan fragmentasi miseliumnya
atau dengan spora aseksual.
Reproduksi seksualnya dengan perkawinan atara hifa berbeda
jenis, yaitu hifa (+) dan hifa (-), menghasilkan zigospora.
Zigospora merupakan spora seksual (spora generatif), yaitu
spora yang dihasilkan oleh reproduksi seksual (Robert, 2005).
31. 15
e. Tahapan Proses Reproduksi
1) Tahap proses reproduksi aseksual (spora vegetatif)
a) Pada fase aseksual, sporangium bulat berwarna hitam
berkembang pada ujung hifa yang tegak.
b) Di dalam masing-masing sporangium, ratusan spora haploid
berkembang dan tersebar melalui udara.
c) Spora yang jatuh pada makanan yang lembab akan
berkecambah, tumbuh menjadi miselia baru. Jika kondisi
lingkungan semakin memburuk, misalnya makanan sudah
habis dan terdapat kehadiran miselia dari tipe perjodohan
yang berlawanan (dengan nukleus yang secara genetik
berbeda), spesies Rhizopus bereproduksi seksual (robert,
2005).
2) Tahap proses reproduksi seksual (perkawinan antara dua hifa)
a) Miselia dengan tipe perjodohan (mating tipe) yang
berlawanan yaitu hifa (+) dan hifa (-) berdekatan.
b) Hifa (+) dan hifa (-) membentuk cabang hifa atau perluasan
hifa yang disebut gametangia. Kedua gametangia tersebut
mengandung banyak inti haploid yang dibatasi oleh suatu
septum.
c) Dinding kedua gametangia tersebut pecah dan terjadi
penyatuan sitoplasma (plasmogami). Inti haploid hifa (+) dan
hifa (-) bergabung membentuk zigosporangium (2n) yang
32. 16
dikariotik. Sel ini membentuk suatulapisan berdinding kasar
dan tebalyang dapat menahan kondisi kering dan lingkungan
yang tidak menguntungkan lainnya selama beberapa bulan.
d) Ketika kondisi menjadi lebih baik kariogami terjadi, nukleus
yang berpasangan tersebut menyatu dan secara cepat diikuti
dengan pembelahan meiosis.
e) Zigospora ini kemudian mengakhiri dormansinya,
bekecambah sebagai suatu sporangium pendek yang
menyebarkan spora haploid yang secara genetik beraneka
ragam.
f) Spora tersebut berkecambah dan tumbuh menjadi miselia
baru (Robert, 2005).
3. Tinjauan Tentang Zigomikosis
a. Definisi Zigomikosis
Zigomikosis adalah mikosis yang disebabkan oleh sejumlah
kapang yang digolangkan dalam ordo mucorales kelas zygomycetes.
Fungi tersebut adalah saprofit tahan panas yang terdapat dimana-
mana. Patogen yang penting dikelompok fungi ini adalah spesies
genus Rhizopus sp (Jawetz, 2004: 663).
33. 17
b. Epidemiologi
Habitat alamiah jamur penyebab zigomikosis ditemukan
diberbagai bagian di dunia. Penyebab utama zigomikosis Rhizopus
arrhizus yang dapat ditemukan didaerah tropis (FKUI, 2008: 333-
334).
c. Etiologi
Yang biasanya menjadi penyebab zigomikosis adalah
sporangiospora yang terhirup kedalam saluran hidung dan invasi hifa
kedalam pembuluh darah, yang menyebabkan thrombosis (Jawetz,
2008: 663).
d. Gejala klinis
Spora yang terhirup juga dapat menyebabkan zigomikosis
yang merupkan bentuk klinis yang paling banyak ditemukan. Spora
juga dapat tertelan masuk ke alat pencernaan dan menyebabkan
zigokomikosis saluran cerna selain itu juga dapat terjadi zigomikisis
kulit akibat trauma yang disebabkan jarum suntik (FKUI, 2008: 341).
e. Diagnosa
Diagnosis zigomikosis hampir selalu melibatkan biopsi
jaringan. Jamur dalam jaringan tampak seperti hifa lebar, senositik,
bercabang, dan kadang-kadang terlihat invasi jamur ke dalam
pembuluh darah. Jamur banyak ditemukan dalam jaringan nekrotis.
Bila bahan dibiakan dalam media agar sabouraud, tumbuh koloni
filamen sesui dengan spesies jamur penyebabnya. Namun biakan
34. 18
darah sangat sering negatif meskipun ada invasi jamur ke dalam
darah (FKUI, 2008: 343)
f. Terapi
Pengobatan zigomikosis ialah dengan melakukan tindakan
operasi bila mungkin, memberikan antifungial dan tatalaksana
penyakit dasar yang merupakan faktor resiko. Bila tindakan di atas
dilakukan bersamaan biasanya angka kesembuhan cukup baik
(FKUI, 2008: 343)
g. Pencegahan
Cucilah tangan setelah menangani tanaman, tanah dan
binatang. Menjaga kebersihan badan. Serbuk atau semprotan
antijamur dapat digunakan sekali sehari untuk mencegah infeksi
(Zulkoni, 2011: 112)
4. Tinjauan Tentang Anatomi Kulit
Kulit merupakan lapisan elastis yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit menutupi semua permukaan tubuh. Oleh
karena itu, kulit merupakan bagian tubuh yang terberat dan terluas
ukuranya (Laksmintri, 2009: 3).
a. Lapisan Kulit terdiri dari
1) Epidermis
Yaitu merupakan lapisan kulit paling luar yang terdiri dari
lapisan epitel gepeng.
35. 19
2) Dermis
Yaitu lapisan kulit yang mempunyai ketebalan antara 0,5-
3 mm. Lapisan ini beberapa kali lebih tebal dari epidermis dan
dibentuk dari komponen jaringan pengikat. Dermis terdiri dari
bulu, kelenjar minyak, klenjar lender, dan kelenjar keringat yang
berakar jauh kedalam dermis.
3) Hipodermis
Yaitu lapisan bawah kulit, lapisan ini terdiri dari jaringan
pengikat longgar yang komponennya serat longgar, elastis, dan
sel lemak (Syaifuddin, 2002: 302-303).
b. Bagian kulit
1) Rambut
Yaitu merupakan benang keratin elastis yang berkembang
dari epidermis dan tersebar di sekujur tubuh kecuali telapak kaki
dan telapak tangan.
2) Kuku
Yaitu merupakan lempengan yang membentuk pelindung
pembungkus permukaan dorsal falang terahir jaringan dan jari
kaki.
3) Kelenjar kulit
Yaitu merupakan jalan untuk mengeluarkan berbagai zat
dari badan (Syaifuddin, 2006: 312-313).
36. 20
Gambar 2.2 Struktur anatomi kulit
http://gambar%20anatomi%20kulit%204_files/Gambar_Anatomi
.htm,
c. Fungsi kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting
selain menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu:
1) Fungsi proteksi
Yaitu kulit yang menjaga bagian dalam tubuh terhadap
gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan,
dan gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi.
2) Proteksi rangsangan kimia
Yaitu merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur
dan sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
3) Fungsi absorbsi
Yaitu kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan
dan benda padat. Penyerapan dapat berlansung melalui celah
diantara sel, menembus sel-sel epidermis.
37. 21
4) Fungsi kulit sebagai pengatur panas
Yaitu suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan
suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas
yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas. Kulit melakukan
peran ini dengan cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan
pembuluh darah kulit.
5) Fungsi ekskresi
Yaitu kelenjar-kelenjar kulit yang mengeluarkan zat-zat
yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh.
6) Fungsi persepsi
Yaitu kulit yang mengandung ujung-ujung saraf sensorik
di dermis dan subkutis (Syaifuddin, 2006: 314-315).
5. Tinjauan Tentang Ketiak
Ketiak adalah akar penyebab bau tubuh. Pada ketiak terdapat dua
kelenjar keringat yaitu kelenjar ekrin dan kelenjar apokrin
(Kusuma,1999: 594).
Kelenjar keringat adalah kelenjar tubular bergelung yang tidak
bercabang terdapat pada seluruh kulit kecuali pada dasar kuku, batas
bibir, glans penis, dan gendang telinga (Syaifuddin, 2002: 302).
Kelenjar keringat dua macam yaitu :
38. 22
a. Kelenjar keringat ekrin
Yaitu kelenjar yang tersebar diseluruh kulit tubuh, kecuali
kulup penis, bagian dalam telinga luar, telapak tangan, telapak kaki,
dan dahi. Badan kelenjar terdapat di antara perbatasan kulit ari dan
kulit jangat.
b. Kelenjar keringat apokrin
Yaitu kelenjar keringat yang besar dan hanya dapat
ditemukan pada ketiak, kulit puting susu, kulit sekitar alat kelamin,
dan dubur. Kelenjar ini terletak lebih dalam dan saluran kelurnya
berbelok-belok kemudian lurus menuju epidermis dan bermuara pada
folikel rambut. Bagian-bagian sel kelenjar yang sudah rusak dan
berbau khas keluar bersama keringat (Syaifuddin, 2002: 304-305).
39. 23
B. Kerangka Konsep
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Swab Ketiak Pekerja
Kuli Bangunan
Macam-macam metode
pemeriksaan jamur
Perangkap
Pengencer
Semai
Hendrikill’s
Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan jamur
Rhizopus sp pada ketiak
1. Kurang menjaga
kebersihan ketiak
2. Keluarnya keringat
yang berlebihan pada
ketiak
3. Memakai pakaian yang
terlalu ketat
4. Jarang mengganti
pakaian
Rhizopus sp Presentase
pertumbuhan
Mucor sp
Aspergillus sp
Faktor Yang menpengaruhi
pertumbuhan jamur
1. Substrat
2. pH
3. Kelembaban
4. Suhu
Keterangan :
: Yang diteliti
: Tidak diteliti
Pemeriksaan
langsung
40. 24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penulisan karya tulis ini penulis mengunakan metode observasi
ekperimental yaitu metode penelitian yang pengamatannya dilakukan amat
teliti. Dalam jenis observasi ini semua kondisi dan faktor-faktor dapat diatur
dan dikendalikan (Notoatmodjo, 2010: 134).
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populsi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di
teliti. Dalam penelitian ini objek yang diteliti adalah pekerja kuli bangunan
yang ada di daerah kecamatan Mojoroto Kota Kediri.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 swab
ketiak pekerja kuli bangunan yang ada di daerah Kecamatan Mojoroto
kota Kediri.
41. 25
Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
a. Inklusi
1) Swab ketiak kuli bangunan.
2) Pekerja kuli bangunan.
3) Sampel diambil di daerah Kota Kediri.
4) Bersedia menjadi responden.
b. Eksklusi
1) Bukan pekerja kuli bangunan.
2) Tidak bersedia menjadi responden.
3) Tidak berada di luar Kota Kediri.
3. Teknik sampling
Dalam penelitian ini memilih teknik sampling non random yaitu
secara purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposiv
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Notoatmodjo, 2010: 124).
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikologi Analis
Kesehatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
42. 26
2. Tempat Pengambilan Sampel
Tempat pengambilan sampel dilakukan di daerah kecamatan
Mojoroto kota Kediri
a. 5 sampel di ambil dari wilayah kelurahan Mojoroto.
b. 15 sampel diambil dari wilayah kelurahan Bandar lor.
c. 10 sampel diambil dari wilayah kelurahan Bandar kidul.
3. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012
sampai Mei 2013 pada siang hari.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sutu sifat yang akan diukur atau diamati yang
nilainya bervariasi antara satu objek ke objek lainya.
a. Variabel Independent (bebas)
Adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel independent. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Rhizopus sp.
b. Variabel Dependen (terikat)
Adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah swab pada ketiak.
43. 27
2. Definisi Operasional Variabel
Untuk membatasi ruang lingkup yang diamati atau yang
memerlukan untuk diteliti sehingga diberi batasan atau definisi
operasional.
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel
Definisi
Operasional
Parameter Kategori Skala Alat Ukur
1 Variabel
bebas jamur
Rhizopus sp
Merupakan
jamur
kontaminan yang
normalnya hidup
ditempat yang
lembab.
1. Secara makroskopis
pada media SGA,
koloni jamur ini
biasanya berwarna
putih berangsur
menjadi abu-abu.
2. Secara mikroskopis
jamur ini memiliki
hifa yang
membentuk rhizoid.
Ditemukan
atau tidak
ditemukan
Nominal Mikroskopis
2 Variabel
terikat swab
ketiak
pekerja kuli
bangunan.
Merupakan
jamur
kontaminan yang
berkaitan dengan
kebersihan
ketiak.
Permukaan ketiak
yang mengeluarkan
keringat dan
mempunyai bau yang
tidak enak.
Memenuhi
atau tidak
memenuhi
Nominal Makroskopis
44. 28
E. Instrumen Penelitian
1. Alat
a. Obyek glass
b. Cover glass
c. Kapas atau swab steril
d. Tabung reaksi
e. Lampu spiritus
f. Mikroskop
2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah 30 sampel swab ketiak pekerja kuli
bangunan.
3. Reagen
a. Larutan Phisiologis Zort steril (PZ steril).
b. Cat Lactophenol Cotton Blue (LCB).
c. Media Sabouraud Glukosa Agar (SGA).
F. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam karya tulis ini, penulis menggunakan teknik pengumpulam data
berupa observasi ekperimental, yaitu dicoba atau dimasukan kedalam suatu
kondisi atau situasi tertentu. Kondisi atau situasi ini diciptakan sedemikian
rupa sehingga gejala atau prilaku yang akan dicari atau diamati akan timbul.
45. 29
Pengamatan dilakukan dengan amat teliti, karena pada umumnya
gejala-gejala sosial sulit untuk ditimbulkan meskipun dalam situasi dan
kondisi yang sama (Notoatmodjo, 2010: 135).
G. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan adalah pemeriksaan langsung dari swab ketiak
pekerja kuli bangunan dengan menggunakan media SGA (Sabouroud Glukosa
Agar).
H. Tahapan Penelitian
1. Pengambilan Sampel
a. Pasien dipersilakan duduk.
b. Pasien diminta untuk membuka baju.
c. Diusap bagian ketiak dengan menggunakan swab steril.
d. Kemudian swab dimasukan ke dalam tabung yang berisi PZ steril.
2. Cara Isolasi Sampel
a. Dengan pemeriksaan direct (1 tetes sampel1+ tetes KOH 30%).
b. Diperiksa pada mikroskop pembesaran 45x untuk mencari adanya
spora.
c. Hasil positif kemudan dilakukan penanaman ke media SGA secara
aseptic (sampel didekatkan di lampu spiritus).
d. Diswab secara merata pada media SGA di plate.
e. Diinkubasi pada suhu kamar selama 5 hari.
46. 30
3. Cara Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Makroskopis
Pada pemeriksaan makroskopis ini dilakukan dengan
mengamati warna dan koloni jamur pada media Sabouroud Glukosa
Agar (SGA) yang telah diinkubasi pada suhu kamar selama 5 hari.
b. Pemeriksaan Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis ini, bahan yang diambil dari
koloni yang tumbuh pada media Saboroud Glukosa Agar (SGA), lalu
dilakukan pengecatan dengan Lactopenol Cotton Blue (LCB) untuk
mengidentifikasi adanya spesies jamur yang tumbuh.
1) Pewarnaan jamur
a) Diambil koloni jamur dengan ose bulat
b) Diletakkan di objek glass yang sudah ditetesi dengan cat
Lactophenol Cotton Blue (LCB) 1 tetes.
c) Ditutupi dengan cover glass.
d) Diamati pada mikroskop dengan pembesaran obyektif 45x.
2) Identifikasi jamur menggunakan mikroskop dengan perbesaran
45x.
a) Disiapkan mikroskop dalam posisi tegak.
b) Dicari sumber cahaya dengan cara :
i. Lensa obyektif 45x diletakkan dilubang stage
ii. Diafragma ditutup penuh.
iii. Mata didekatkan pada lensa okuler.
47. 31
iv. Cermin diputar sampai didapatkan lapang pandang yang
terang.
v. Setelah didapatkan lapang pandang yang terang, lakukan
sediaan pada meja sediaan dan jepit dengan penjepit
sediaan.
vi. Lensa obyektif diturunkan hampir menyentuh sediaan
(dengan makrometer).
vii. Dicari bayangan jamur dengan menaikan lensa obyektif
dengan menggunakan makrometer secara perlahan-lahan.
viii. Setelah bayangan jamur didapat, micrometer diputar sampai
bayangan jamur terlihat jelas.
ix. Setelah terlihat jelas diamati dan diidentifikasi spesies
jamur yang ditemukan.
I. Pengolahan dan Analisa Data
Setelah data terkumpul, diperiksa kelengkapanya maka tahap
selanjutnya adalah mengolah dan menganalisa data. Pengolahan analisa data
dilakukan dengan cara manual (Notoadmodjo, 2010: 133).
J. Etika Penelitian
1. Menghormati harkat dan martabat manusia.
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian
48. 32
tersebut. Penelitu juga memberikan kebebasan kepada subjek untuk
memberikan informasi atau tidak memberikan informasi. Peneliti
menghormati harkat dan martabat subjek penelitian, peneliti
mempersiapkan formulir persetujuan subjek meliputi :
a. Penjelasan manfaat penelitian.
b. Penjelasan resiko yang kemungkinan di timbulkan.
c. Penjelasan manfaat yang didapatkan.
d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
subjek berkaitan dengan prosedur penelitian.
e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek peneliti
kapan saja.
f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi
yang diberikan oleh koresponden.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek peneliti.
Setiap orang meempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi
dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak
untuk tidak memberikan apa yang diketahui dari orang lain. Peneliti tidak
boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas
subjek. Cukup menggunakan kode sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan atau inklusivitas atau keterbukaan.
Prisip keterbukaan dan adil perlu di jaga oleh peneliti dengan
kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Lingkungan penelitian harus
dikondiikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, dengan menjelaskan
49. 33
prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek
penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungn yang sama, tanpa
membedakan jender, agama, dan sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulakan.
Sebuah penelitian memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
masyarakat pada umumnya, penelitian pada kususnya. Peneliti hendaknya
berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Mengacu
pada prinsip-prinsip dasar penelitian tersebut, maka setiap penelitian yang
dilakukan oleh siapa saja, termasuk para peneliti kesahatan hendaknya :
a. Memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasarkan hati nurani,
moral, kejujuran, kebebasan, dan bertanggung jawab.
b. Merupakan upaya untuk memujudkan ilmu pengetahuan,
kesejahteraan, martabat dan peradaban manusia serta terhindar dari
sesuatu yang menimbulkan kerugian atau membahayakan subjek
penelitian atau masyarakat pada umumnya (Notoatmodjo, 2010:212).
50. 34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan terhadap 30 sampel
katiak pekerja kuli bangunan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Secara Makroskopis
Kode Sampel Warna Tekstur Spesies
K1 Hitam Serbuk Mucor sp
K2 Abu-abu Serabut Rhizopus sp
K3
Abu-abu dan
Hitam
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Mucor sp
K4
Abu-abu dan
Hijau
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K5 Abu-abu Serabut Rhizopus sp
K6
Abu-abu dan
Hijau
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K7
Abu-abu dan
Hijau
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K8
Abu-abu dan
Hitam
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Mucor sp
K9 Abu-abu Serabut Rhizopus sp
K10
Abu-abu dan
Hijau
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K11
Abu-abu dan
Hitam
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Mucor sp
51. 35
Kode Sampel Warna Tekstur Spesies
K12 Abu-abu Serabut Rhizopus sp
K13 Abu-abu Serabut Rhizopus sp
K14 Abu-abu Serabut Rhizopus sp
K15
Abu-abu dan
Kuning
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Aspergillus flavus
K16 Abu-abu Serabut Rhizopus sp
K17 Abu-abu Serabut Rhizopus sp
K18 Hijau Serbuk Aspergillus fumigatus
K19
Abu-abu dan
Hijau
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Mucor sp
K20
Abu-abu dan
Hitam
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Mucor sp
K21
Abu-abu dan
Hitam
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Mucor sp
K22 Abu-abu Serabut Rhizopus sp
K23
Abu-abu dan
Hijau
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K24
Abu-abu dan
Hijau
Serabut dan
sebuk
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K25 Abu-abu Serabut Rhizopus sp
K26
Abu-abu dan
Hijau
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K27 Abu-abu Serabut Rhizopus sp
K28 Hijau Serbuk Aspergillus fumigatus
K29 - - Selain jamur
K30
Abu-abu dan
Hijau
Serabut dan
serbuk
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
52. 36
Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Secara Mikroskopis
Kode
Sampel
Sporangi
ospora
Sporangium Konidiaspora Rhizoid Spesies
K1 + - + - Mucor sp
K2 + - + Ada Rhizopus sp
K3 + - + Ada
Rhizopus sp dan
Mucor sp
K4 + + + Ada
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K5 + - + Ada Rhizopus sp
K6 + + + Ada
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K7 + + + Ada
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K8 + - + Ada
Rhizopus sp
Mucor sp
K9 + - + Ada Rhizopus sp
K10 + + + Ada
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K11 + - + Ada
Rhizopus sp dan
Mucor sp
K12 + - + Ada Rhizopus sp
K13 + - + Ada Rhizopus sp
K14 + - + Ada Rhizopus sp
K15 + + + Ada
Rhizopus sp dan
Aspergillus flavus
53. 37
Kode
Sampel
Sporangi
ospora
Sporangium Konidiaspora Rhizoid Spesies
K16 + - + Ada Rhizopus sp
K17 + - + Ada Rhizopus sp
K18 - + + - Aspergillus fumigatus
K19 + - + Ada
Rhizopus sp
Mucor sp
K20 + - + Ada
Rhizopus sp
Mucor sp
K21 + - + Ada
Rhizopus sp
Mucor sp
K22 + - + Ada Rhizopus sp
K23 + + + Ada
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K24 + + + Ada
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
K25 + - + - Rhizopus sp
K26 + + + Ada
Rhizopus sp dan
Apergilus fumigatus
K27 + + + Ada Rhizopus sp
K28 - + + Ada Aspergillus fumigatus
K29 - - - - Selain jamur
K30 + + + Ada
Rhizopus sp dan
Aspergillus fumigatus
54. 38
B. Pengolahan Data
Pada pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis pada biakan SGA
dari 30 sampel, ditemukan 26 sampel yang ditumbuhi jamur Rhizopus sp dan 4
sampel lainnya tidak ditemukan jamur selain Rhizopus sp. Untuk mengetahui
presentase dapat digunakan rumus sebagai berikut :
1. Pertumbuhan Jamur Rhizopus sp
2. Pertumbuhan jamur Rhizopus sp dan Aspergilus fumigatus
3. Pertumbuhan jamur Rhizopus sp dan Mucor sp
55. 39
4. Pertumbuhan jamur Rhizopus sp dan Aspergilus flavus
5. Jumlah total plate yang mengandung Rhizopus sp
1% + 2% + 3% + 4%
= 11% + 26,7% + 20% + 3,3%
= 86,7%
6. Pertumbuhan jamur Mucor sp
7. Pertumbuhan jamur Aspergilus fumigatus
56. 40
8. Pertumbuhan selain jamur
9. Jumlah total plate yang tidak mengandung Rhizopus sp
= 6% + 7% + 8% + 3,3% + 6,7% + 3,3%
= 13,3%
Dari pemeriksaan diatas telah ditemukan adanya jamur pada ketiak
pekerja kuli bangunan yang ada di kecamatan Mojoroto dengan presentase
Rhizopus sp 36,7%, Rhizopus sp dan Aspergilus fumigatus 26,7%, Rhizopus sp
dan Mucor sp 20%, rhizopus sp dan Aspergilus flavus 3,3%, Mucor sp 3,3%,
Aspergilus fumigatus 6,7%, selain jamur 3,3%, jumlah plate yang
mengandung Rhizopus sp 86,7%, jumlah total plate yang tidak mengandung
Rhizopus sp 13,3%.
57. 41
C. Pembahasan
Jamur adalah mikro organisme yang termasuk golongan eukariotik
tidak termasuk golongan tumbuhan. Salah satu spesies jamur yang sering
dijumpai di sekitar kita adalah jamur Rhizopus sp. Rhizopus sp adalah spesies
jamur benang yang termasuk filum zygomycota ordo mucorales. Rhizopus sp
mempunyai ciri khas yaitu memiliki hifa yang membentuk rhizoid untuk
menempel ke subtrat.
Habitat dari jamur adalah tempat yang lembab. Begitu pula tubuh
manusia, jika dalam kondisi lembab atau berkeringat jamur mudah tumbuh
khususnya pada bagian lekukan tubuh seperti ketiak.
Dari hasil penelitian terhadap 30 sampel yang berasal dari ketiak
pekerja kuli bangunan di daerah kecamatan Mojoroto Kota Kediri didapatkan
hasil Rhizopus sp 36,7%, Rhizopus sp dan Aspergilus fumigatus 26,7%,
Rhizopus sp dan Mucor sp 20%, rhizopus sp dan Aspergilus flavus 3,3%,
Mucor sp 3,3%, Aspergilus fumigatus 6,7%, selain jamur 3,3%, jumlah plate
yang mengandung Rhizopus sp 86,7%, jumlah total plate yang tidak
mengandung Rhizopus sp 13,3%.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa jamur Rhizopus sp paling
banyak tumbuh di daerah ketiak. Hal ini disebabkan karena pH ketiak bersifat
asam. Jamur Rhizopus sp lebih mampu bertahan hidup pada suasana asam (pH
<7) jika di bandingkan dengan jamur kontaminan lainnya seperti Mucor sp
Aspergilus fumigatus, Aspergilus flavus. Selain itu, ketiak merupakan salah
satu bagian tubuh yang banyak mengeluarkan hasil metabolisme berupa
58. 42
keringat yang mengandung protein dan lemak. Kandungan tersebut
dibutuhkan oleh Rhizopus sp untuk bertahan hidup.
Selain jamur Rhizopus sp, jamur kontaminan lainnya seperti mucor sp
yang tumbuh pada pH 2-8,5 serta Aspergilus flavus dan Aspergilus fumigatus
yang tumbuh pada pH 2-9 juga ditemukan pada ketiak pekerja kuli bangunan.
Hal ini disebabkan karena para pekerja kuli bangunan kurang menjaga
kebersihan seperti tidak pernah mengganti pakaian saat bekerja. Selain itu
pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang berat sehingga mengakibatkan
keluarnya keringat yang berlebihan dan menyebabkan jamur tumbuh pada
daerah ketiak.
59. 43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian terhadap 30 sampel yang berasal dari ketiak
pekerja kuli bangunan di daerah kecamatan Mojoroto didapatkan hasil
Rhizopus sp 36,7%, Rhizopus sp dan Aspergilus fumigatus 26,7%, Rhizopus sp
dan Mucor sp 20%, Rhizopus sp dan Aspergilus flavus 3,3%, Mucor sp 3,3%,
Aspergilus fumigatus 6,7%, selain jamur 3,3%, jumlah plate yang
mengandung Rhizopus sp 86,7%, jumlah total plate yang tidak mengandung
Rhizopus sp 13,3%.
Dari hasil tersebut diketahui jamur yang tumbuh pada ketiak pekerja
kuli bangunan di daerah Kecamatan Mojoroto di dominasi oleh jamur
Rhizopus sp.
B. Saran
1. Bagi pekerja kuli bangunan hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah
timbulnya jamur pada ketiak antara lain :
a. Menjaga kebersihan tubuh.
b. Mandi minimal 2X sehari menggunakan sabun anti septik
c. Sering-sering mengganti pakaian yang sudah kotor dan lembab
d. Tidak memakai pakaian yang terlalu ketat.
60. 44
2. Bagi peneliti antara lain :
a. Agar hasil yang di peroleh lebih akurat, alat dan bahan yang dipakai
harus steril.
b. Prosedur penelitian harus sesuai SOP (Standar Oprasional Prosedur)
yang berlaku.
61. 45
DAFTAR PUSTAKA
Caine, Winston K. 1999. The Male Body Buku Pintar Kesehatan Pria.
Interaksara Batam Center.
Gandjar, Indrawati. 2000. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.
Gandjar, Indrawati, dkk. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta : Yayasan
Obor Indonesia.
Gunter, Robert. 2005. Rhizopus Soil Microbiology. http://soils1.cses.ut.edu/.
http://ads6.kompasads.com. Mengenal Sedikit Pekerja Bangunan. Diakses pada
24 Juni 2013. Pukul 20.00 WIB.
Jawetz, dkk. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC .
Laksmintari, Puspita. 2009. Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta : Sunda Kelapa Pustaka.
Monruw, 2011. Morfologi Jamur Benang / Kapang.
http://monruw.wordprees.com/2011/06/18/morfologi-jamur-benang-
kapang.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sutanto, Inge (Ed). 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Syaifuddin. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : Widya
Medika.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan edisi 3.
Jakarta : EGC.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiolgi Umum. Malang : Universitas Muhammadiyah
Malang Press.
45
62. 46
Lampiran 1
Skema Prosedur Pemeriksaan Swab Ketiak
Swab
dimasukkan
dalam PZ steril
Pemeriksaan Direck
Teteskan pada objek Glass
Tambah KOH 30%
Kemudian diflaming
Periksa pada mikroskop untuk
mencari adanya spora Perbesaran 45x
Ditanam pada media SGA
Inkubasi pada suhu kamar selama 5 hari
Ketiak pekerja
kuli bangunan Di swab dengan swab steril
Positif
Negatif
63. 47
Lampiran 2
Prosedur Skematis Identifikasi Jamur Secara Mikroskopis
1 tetes cat LCB + 1 mata ose jamur
LCB identifikasi Rhizopus sp
Ditutup dengan cover glass
Diperiksa di bawah mikroskop dengan
pembesaran 45x
64. 48
Lampiran 3
Pembuatan Media dan Reagen
1. Pembuatan Media Cair Sabaroud Glukose Agar (SGA)
Komposisi :
- Pepton 10 gram
- Glukosa 40 gram
- Agar 18 gram
- Aguadest 1000 ml
- pH 5,5 – 7,8
Perhitungan :
100 ml untuk 6 plate
6
100
x 15 = 250 ml
SGA
1000
65
x 250 = 16,3 gram
Cara membuat :
Ditimbang 16,3 gram SGA, kemudian dimasukkan dalam
erlenmeyer.
Ditambahkan aquadest sebanyak 250 ml sedikit demi sedikit
sambil diaduk.
Dipanaskan dengan nyala api hingga larut, kemudian di pH.
Disterilkan dalam autoclave pada suhu 121o
C selama 15 menit,
tekanan 1-1,5 atm.
2. Didiamkan sebentar, kemudian simpan di dalam almari es.
65. 49
3. Pembuatan Cat Lactophenol Cotton Blue (LCB)
Komposisi :
- Kristal phenol 20 gram
- Asam laktat 20 gram
- Gliserol 40 ml
- Cotton blue 0,05 gram
- Aquadest 20 ml
Cara pembuatan :
Semua bahan dimasukkan ke dalam beaker glass, panaskan sampai
larut, setelah dingin dipindahkan ke dalam botol coklat tertutup.
Fungsi :
Asam laktat untuk pengawet dan mencegah pengerutan sel.
Phenol untuk mematikan sel jamur.
4. Cotton blue untuk pewarnaan sehingga jamur akan berwarna.
66. 50
5. Pembuatan Pz Steril
Komposisi :
- Natrium clorida 5 gram
- Aquadest 1000 ml
Perhitungan :
@ 90 ml x 15 = 1350 ml
@ 9ml x 2 x 15 = 270 ml
NaCl =
1000
5
x 1620 ml = 8,1 gram
Aquadest = 1620 ml
Cara Pembuatan :
Ditimbang sebanyak 8,1 gram NaCl, kemudian dimasukkan dalam
beaker glass.
- 4,05 gram NaCl ke dalam beaker glass 1.
- 4,05 gram NaCl ke dalam beaker glass 2.
Masing – masing beaker di tambah 810 ml aquadest sedikit demi
sedikit, sambil diaduk.
Dipanaskan di atas nyala api hingga larut.
Kemudian dituang ke dalam erlenmeyer @ 90 ml sebanyak 15
erlenmeyer dan @ 9 ml ke dalam tabung reaksi sebanyak 30 tabung.
Ditutup dengan kapas, kemudian di autoclave pada suhu 121o
C selama
15 menit, tekanan 1-1,5 atm.
Diamkan sebentar, lalu simpan dalam lemari es.
1620 ml
67. 51
Lampiran 4
Gambar Hasil Penelitian
Gambar 1. Media SGA (Sabaroud Glukosa Agar) dan NaCl (Natrium Clorida)
Gambar 2. Swab ketiak pekerja kuli bangunan
69. 53
Gambar 5. Media yang ditumbuhi jamur kontaminan
Gambar 6. Gambar hasil pemeriksaan direck
53
70. 54
Gambar 7. Media yang ditumbuhi jamur Rhizopus sp
Gambar 8. Jamur Mucor sp pada media SGA
54
71. 55
Gambar 9. Jamur Aspergillus fumigatus pada media SGA
Gambar 10. (a) Jamur Rhizopus sp
(b) Jamur Mocor sp
55
72. 56
Lampiran 5
FORMULIR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian tentang : Identifikasi
jamur Rhizopus sp pada swab ketiak pekerja kuli bangunan di Kecamatan
Mojoroto kota Kediri, secara suka rela setelah mendapatkan penjelasan
tentang tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut.
Kediri, 4 juni 2013
Pelaksana Penelitian Responden
(..............................) (............................)
56