SlideShare a Scribd company logo
1 of 56
Download to read offline
PEMERINTAH KOTA
 PALANGKA RAYA


                                              EDISI 06/TAHUN IV/2012




              BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
                        KOTA PALANGKA RAYA

                            JUNI 2012
Penanggung Jawab
Ir. Muhladun
Redaktur
Martina, SH, M.Si                                                 Daftar Isi   1

Penyunting/Editor                                           Kata Pengantar     2
Drs. Sernus
Kristhine Agustine, SE                     Evaluasi Daya Dukung Sarana dan     3
Roysart Alfons, ST, MT, MSc                 Prasarana Budidaya Perikanan di
                                                Wilayah Kota Palangka Raya
Desain Grafis
Nensianie, SP, MSi                      Studi Kelayakan Pembangunan Pusat      14
Vallery Budianto, ST                    Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi
                                     Potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya
Fotografer
Immanuel Yuwana Yakti, ST
                                         Kajian Penerapan Standar Pelayanan    30
Sekretariat                          Minimal Pemerintah Kota Palangka Raya
Edy Oktora Hanyi, ST                    (Bidang Kesehatan, Pendidikan Dasar
                                            dan Pemerintahan Dalam Negeri)

                                              Pengembangan Ekonomi Lokal       44
                                                    di Kota Palangka Raya


             Alamat Redaksi
   Bappeda Kota Palangka Raya
          Jl. Tjilik Riwut No. 98
 Telp/Fax. 0536-3231542, 3231539
email: litbangbappedaplk@gmail.com




                                                                                1
S     egala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
                      telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya dalam seluruh
                      proses dari tahap persiapan, penyusunan hingga pencetakan
                      Buletin Litbang edisi keenam ini.
       Dalam edisi ini Tim Penyusun Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya
menyajikan empat tulisan yanjg merupakan hasil pelaksanaan kegiatan SKPD jajaran
Pemerintah Kota Palangka Raya. Dua di antaranya merupakan kegiatan yang
dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kota Palangka Raya
dalam Tahun Anggaran 2011, sedangkan dua lainnya merupakan kegiatan di Bappeda
Kota Palangka Raya Tahun Anggaran 2011.
       Kiranya Buletin Litbang Edisi ke-6 ini dapat membangkitkan inspirasi bagi kita
sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan
masyarakat dan Kota Palangka Raya demi tercapainya tujuan pembangunan nasional.



                                          Palangka Raya,     Juni 2012


                           KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
                                        KOTA PALANGKA RAYA



                                                Ir. MUHLADUN
                                            Pembina Utama Muda
                                           NIP. 19570803 198710 1 001




2
Kerjasama Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya dengan
                            Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya



LATAR BELAKANG


S
                                                  MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN
        arana    dan      prasarana    budidaya
        perikanan merupakan salah satu sub              Maksud dan tujuan kegiatan Evaluasi
        sistem dari program pembangunan           Daya Dukung Sarana dan Prasarana Perikanan
perikanan budidaya. Oleh karena itu di dalam      Budidaya di Kota Palangka Raya adalah:
perencanaannya, di samping perlu memahami         (i) mengidentifikasi kegiatan perikanan
konteks pembangunan budidaya perikanan            budidaya yang terdapat di Kota Palangka Raya;
secara keseluruhan juga perlu mempertim-          (ii) melakukan evaluasi kondisi sarana dan
bangkan berbagai aspek yang dibutuhkan untuk      prasarana perikanan budidaya dan melakukan
penyusunan suatu perencanaan yang baik.           identifikasi daya dukung wilayah terhadap
      Usaha budidaya perikanan di Kota            pengembangan dan pembangunan prasarana
Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah          budidaya di Kota Palangka Raya Provinsi
sangat prospektif. Hal itu karena didukung oleh   Kalimantan Tengah; dan (iii) memberikan
ekologi sumber daya alamnya, pangsa pasar         gambaran kelayakan kawasan dari segi teknis
yang cukup baik dan hal yang paling penting       lahan. Diharapkan pada akhirnya hasil kegiatan
dari pengembangan usaha ini adalah langsung       ini ini dapat memberikan gambaran tentang
menyentuh pada kehidupan masyarakat desa,         kondisi perikanan budidaya dan strategi
khususnya petani ikan yang dapat meningkat-       pengembangan sarana dan prasarana perikanan
kan pendapatan dan kesejahteraan hidupnya,        di Kota Palangka Raya.
menciptakan kesempatan kerja serta dapat
memenuhi kebutuhan gizi/protein hewani            OUTPUT
masyarakat.
      Perencanaan sarana dan prasarana                  Output dari kegiatan ini berupa :
budidaya diperlukan agar pembangunan yang         (i) Laporan Evaluasi yang memuat analisis studi
dilakukan dapat secara optimal mendukung          identifikasi dan studi aktivitas perikanan
kegiatan budidaya serta diperolehnya efisiensi    budidaya di Kota Palangka Raya, dan (ii) Peta
baik pada tahap konstruksi maupun pada saat       lokasi sebaran pembudidaya ikan dan sistem
pengoperasian dan pemeliharaan.




                          Budidaya ikan dalam keramba di Sungai Kahayan
                                                                                               3
usaha budidaya perikanan di Kota Palangka               Prasarana      (infrastruktur)     menurut
Raya.                                             pengertian umum adalah suatu bangunan yang
                                                  digunakan untuk mendukung suatu kegiatan
KERANGKA       PENDEKATAN                         tertentu. Bangunan prasarana merupakan
PERENCANAAN       PRASARANA                       sesuatu yang tetap dan dalam pengopera-
                                                  siannya tidak dipindah-pindahkan. Dengan
BUDIDAYA PERIKANAN                                demikian yang disebut prasarana perikanan
       Perencanaan       prasarana    budidaya    budidaya adalah bangunan yang digunakan
diperlukan agar pembangunan yang dilakukan        untuk mendukung kegiatan perikanan budidaya
dapat secara optimal mendukung program pem-       yang meliputi kegiatan pembudidayaan, kegi-
bangunan budidaya baik aspek fisik maupun         atan pembenihan, pengolahan dan pemasaran
aspek fungsi serta diperolehnya efisiensi baik    hasil, pembinaan teknologi dan penanganan
pada tahap konstruksi maupun pada saat            penyakit serta prasarana untuk kegiatan
pengoperasian dan pemeliharaannya.                lainnya yang termasuk dalam ruang lingkup
       Dengan demikian perlu pemahaman            kegiatan perikanan budidaya.
secara     keseluruhan     mengenai    program          Sebagai salah satu sub sistem perikanan
pembangunan perikanan budidaya yang akan          budidaya maka kebijaksanaan pengembangan
dilaksanakan, yang meliputi:                      prasarana budidaya mengacu kepada kebijakan
a. Potensi daya dukung wilayah terhadap           pembangunan perikanan budidaya yang secara
    pengembangan budidaya,                        umum terdiri dari 2 (dua) program yaitu
b. Sampai sejauh tingkat pengembangan yang        intensifikasi dan ekstensifikasi.
    akan dilaksanakan atau direncanakan,                Intensifikasi dari segi prasarana budidaya,
c. Dukungan-dukungan pengembangan yang            kegiatan intensifikasi didukung melalui
    telah ada (potensi)’                          kegiatan rehabilitasi prasarana baik dalam
d. Hambatan-hambatan yang mungkin timbul          bentuk penambahan atau perbaikan. Kegiatan
    dan hal-hal yang merupakan pembatas           ini diprioritaskan untuk mengatasi hal-hal yang
    (constrain),                                  dipandang sangat mendesak yang memerlukan
e. Prakondisi       yang     diperlukan    agar   perbaikan segera.
    pengembangan dapat dilaksanakan.                    Ekstensifikasi       didukung      melalui
       Gambaran secara keseluruhan tentang        pembangunan prasaranabudidaya baik di lokasi
program pembangunan perikanan budidaya            yang mulai berkembang/dikembangkan secara
(budidaya air payau, laut, tawar, pembenihan,     bertahap maupun pada lokasi yang baru dibuka
pengolahan, pembinaan) terangkum dalam            atau dimanfaatkan.
Masterplan yang idealnya disusun baik untuk             Secara umum penyusunan masterplan
lingkup Kabupaten maupun Propinsi.                perikanan budidaya dalam suatu wilayah
       Kegiatan    Pembuatan      Master   Plan   (regional) mengacu kepada kebijakan Peme-
mencakup mencakup perencanaan prasarana           rintah daerah serta program pengembangan
budidaya agar pembangunan yang dilakukan          budidaya yang telah diterapkan. Sebagai
dapat secara optimal mendukung kegiatan           langkah awal kegiatan pembangunan dan
budidaya serta diperolehnya efisiensi baik pada   rehabilitasi prasarana budidaya, maka pada
tahap konstruksi maupun pada saat pengopera-      tahap perencanaan harus mengacu pada master
sian dan pemeliharaannya.                         plan tersebut.
                                                        Perencanaan prasarana budidaya dibagi
                                                  dalam 2 (dua) tahapan yaitu tahap planning dan
                                                  tahap perencanaan teknis rancang bangun (detil
                                                  desain). Tahap planning sesungguhnya merupa-
                                                  kan inti dari suatu perencanaan, karena pada
                                                  tahap ini ditentukan arah pengembangan
                                                  proyek, serta merupakan acuan bagi pelaksa-
                                                  naan kegiatan selanjutnya baik pada tahap
                                                  desain konstruksi serta tahap operasional dan
                                                  pemeliharaan. Tahap planning ini merupakan
                                                  kegiatan yang sulit dan bersifat multidisipliner,
                                                  dimana diperlukan berbagai keahlian baik
                                                  dalam bidang teknik, ekonomi dan sosial.
           Keramba di Sungai Kahayan
4
METODE PELAKSANAAN                               dan kimia. Adapun metode pengumpulan baik
                                                 berupa pengamatan, pengukuran, pengambilan
      Pengumpulan data primer dilakukan          sampel, dan analisis laboratorium. Dalam
dengan pengambilan data di lapangan              melakukan pengumpulan data akan ditetapkan
menggunakan metode Rapid Rural Appraisal         stasiun pengamatan untuk mengefisiensikan
(RRA) dan Participatory Rural Appraisal (PRA).   dan mengefektifkan dalam memperoleh
Dari analisis data yang dikumpulkan tersebut     gambaran keseluruhan dari populasi di lokasi
akan tergambar kondisi dan potensi aktual        pekerjaan.
kegiatan budidaya perikanan di wilayah                 Analisis data ekosistem dan sumberdaya
studi.Begitu juga mengenai faktor pendukung      dibedakan menjadi aspek biotik dan aspek
dan permasalahan tentang aspek biofisik-kimia,   abiotik.Aspek abiotik yang meliputi sifat fisika
sosial ekonomi dan budaya, prasarana dan         dan kimia akan dikaitkan dengan standar baku
sarana penunjang kegiatan budidaya ikan yang     kondisi perairan untuk kehidupan biota secara
sudah ada, serta kebijakan-kebijakan dan         umum.
aturan-aturan pemerintah yang berlaku
berkaitan dengan kawasan.                        Kondisi Teknis Budidaya Perikanan
                                                        Untuk    mengetahui     kondisi   teknis
PENGUMPULAN DATA                                 budidaya pada lokasi penelitian dilakukan
      Secara garis besar kegiatan penelitian     pengambilan data primer yaitu dengan cara
dibagi menjadi 2 komponen utama yaitu yang       pengamatan       langsung    dan    melakukan
pertama komponen kondisi ekosistem dan           wawancara dengan beberapa responden yang
sumberdaya alamnya dan kedua kondisi teknis      dipilih secara purposive.
budidaya yang berhubungan dengan sistem                 Pengamatan pertama dilakukan pada
budidaya yang digunakan, tingkat teknologi       sistem budidaya yang berbasiskan daratan
yang diterapkan.                                 seperti kolam air tenang dan kolam tadah hujan.
                                                 Kemudian pengamatan kedua dilakukan pada
Kondisi Ekosistem dan Sumberdaya                 sistem budidaya yang berbasiskan air seperti
      Pengumpulan data ekosistem dan             karamba ataukombongan dan sistem budidaya
sumberdaya     disesuaikan dengan     jenis      lainnya.
ekosistemnya. Namun demikian, secara garis              Sistem budidaya berbasiskan daratan
besar aspek yang diamati adalah komponen         terpisah dari perairan yang menjadi sumber air
biotik baik makro maupun mikro dan               sistem ini. Penyaluran air dilakukan dengan
komponen abiotik yang meliputi aspek fisika      menggunakan saluran atau pipa sedangkan
                                                 sistem budidaya berbasis air dilakukan pada




Budidaya ikan air tawar di Sungai                                                              5
badan air dimana interkasi antara ikan kultur      limpasan banjir (flood-plain). Danau oxbow dan
dengan lingkungannya sangat kuat dan hampir        danau backwater di Kalimantan Tengah cukup
tidak ada pembatasannya dan umumnya                banyak, sejauh ini belum terekam secara pasti,
diterapkan pada perairan umum seperti danau,       walaupun diperkirakan jumlahnya mungkin di
waduk dan sungai.                                  atas 500 buah terlihat pada peta satelit,
                                                   tersebar di sepanjang sungai-sungai.
KERAGAAN EKOLOGIS PERAIRAN DAN                            Danau-danau di Kota Palangka Raya pada
AKTIVITAS PERIKANAN                                umumnya bersifat musiman atau oxbow yang
                                                   terbentuk dari limpasan banjir dan biasanya
       Danau-danau di wilayah Kalimantan           relatif lebih dangkal yang mendapatkan suplai
Tengah dapat digolongkan kedalam 3 tipe            air dari limpasan banjir air sungai. Karena itu
danau yang umumnya terjadi akibat dinamika         ukuran danau yang sangat bervariasi dengan
hidrologi air sungai utama. Danau Sembuluh         lokasi yang terpencar-pencar di sepanjang
adalah salah satu danau terbesar terletak di DAS   sungai Rungan dan Sungai Kahayan di wilayah
Seruyan, diprakirakan terjadi akibat pen-Dam-      Kalimantan Tengah. Berdasarkan peta satelit
an alamiah pada Sungai Rungau, cabang Sungai       terlihat bahwa kebanyakan danau di Kaliman-
Seruyan. Umumnya danau-danau di DAS                tan Tengah berada di sepanjang sungai Rungan
Seruyan yang cukup besar setelah Danau             dan sebagian lagi di Sungai Kahayan dengan
Sembuluh, seperti Danau Papudak dan Danau          jumlah keseluruhan sebanyak 110 buah.
Seluluk memiliki proses kejadian yang sama.               Ekologi danau-danau di Kota Palangka
Tipe danau kedua adalah danau oxbow (oxbow         Raya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
lake) termasuk danau sungai (fluviatile/river      ketersambungan hidrologi dengan sungai,
lake) yaitu bagian dari tipe limpasan dataran      ukuran dan penyebarannya. Dilihat dari proses
sungai (flood-plain) yang mana terjadinya suatu    hidrologinya, terdapat tiga tipe ekosistem
pengisolasian putaran dari lekukan-lekukan         danau di daerah ini. Danau tipe pertama adalah
sungai (meander) atau sungai tua (mature           danau yang betul-betul terisolasi dari sungai.
stream). Danau ini sering cukup dalam karena       Tipe kedua berupa danau yang bagian hilirnya
menempati segmen dari sungai (Cole1983; Joo        tersambung permanen dengan sungai dan
and Ward 1990). Tipe danau ketiga adalah           danau tipe ketiga adalah danau yang bagian
backwater-lake yaitu danau yang terjadi akibat     hilirnya tersambung permanen sedangkan
terisinya cekungan dibelakang sungai oleh air      bagian hulunya hanya tersambung pada saat
sungai utama. Danau ini juga termasuk danau        naiknya permukaan air sungai saja.




              Danau-danau oxbow di sepanjang sungai-sungai besar di Kalimantan Tengah
6
Ada beberapa karakteristik umum danau-      produktivitas ikan di danau-danau Kalimantan
danau oxbow di Kalimantan Tengah yang             Tengah lebih tinggi, yaitu perbedaan panjang
membedakannya dengan danau-danau tektonik         garis pantai (shoreline). Meskipun kecil, tetapi
besar yang biasa terdapat di daerah lain di       karena jumlahnya yang sangat banyak, maka
Indonesia seperti danau Toba di Sumatera,         total garis pantai danau-danau di Kalimantan
danau Lamongan di Jawa dan danau Bratan di        Tengah menjadi sangat panjang. Menurut
Bali. Ciri yang pertama adalah tingginya          Wetzel (2001), semakin panjang garis pantai,
fluktuasi muka air antara musim penghujan dan     maka semakin luas pula daerah litoral sehingga
musim kemarau yang dapat mencapai 6 m.            energi yang disuplai ke danau dari ekosistem
Karena ketersambungan danau-danau oxbow           terestrial juga menjadi semakin besar. Karena
ini dengan sungai-sungai besar, maka tinggi       itu danau-danau di daerah kita jauh lebih
rendahnya muka air ini pada umumnya sangat        produktif dibanding danau-danau besar dan
dipengaruhi oleh fluktuasi debit air sungai.      dalam yang terdapat di pulau-pulau lain di
Warna air yang hitam kecoklatan juga              Indonesia.
merupakan salah satu karakteristik utama                Distribusi danau juga merupakan salah
sebagian besar danau-danau di Kalimantan          satu faktor ekologi yang sangat penting bagi
Tengah. Hal ini disebabkan oleh rembesan air      perairan umum di Kalimantan Tengah. Danau
dari lahan gambut yang luasnya mencapai           dengan ukuran kecil-kecil dan menyebar di
hampir 5 juta hektar di daerah ini. Danau air     tengah hamparan hutan yang luas bisa
hitam ini biasanya memiliki kecerahan air yang    diibaratkan sebagai pulau-pulau kecil yang
sangat rendah hingga mencapai hanya sekitar       berdiri sendiri di tengah Samudera luas. Kondisi
30 cm saja. Tipisnya lapisan zona euphotik ini    seperti ini dalam ilmu ekologi biasa disebut
menyebabkan rendahnya produktivitas primer        sebagai “Fragmentasi habitat”. Habitat yang
sebagian besar danau di daerah ini.               terfragmentasi biasanya memerlukan ketersam-
                                                  bungan agar organisme termasuk ikan-ikan
                                                  dapat bermigrasi dari satu danau ke danau yang
         N                                        lainnya. Dalam hal ini, keberadaan sungai
                                                  sangatlah penting sebagai media penghubung
                                                  antara danau-danau oxbow di Kalimantan
    Hurung
                                                  Tengah. Jika fungsi sungai ini terganggu, maka
                                       Bat        akan terganggu pula pola hidup ikan-ikan yang
                                                  ada di perairan kita.
                                                        Sifat fisika dan kimia air di danau
                                                  khususnya suhu, pH dan oksigen terlarut cukup
                   Bunte
                                     Tehang       bervariasi. Berdasarkan pengamatan pada
                                                  tanggal 21 Juli 2011 di beberapa danau oxbow
                                                  di kawasan Sungai Rungan Kota Palangka Raya
                                                  ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
                                                        Kualitas air Sungai yang diobservasi
                                                  adalah bagian dari muara Sungai Rungan di
                                                  Kelurahan Tumbang Rungan hingga di
                                                  Kelurahan Munggu Baru. Stasiun pengamatan
                            1 km                  terdiri dari 8 tempat persis di bagian badan
                                                  sungai di depan pelabuhan Dermaga Kecil
Sungai yang berfungsi sebagai penghubung antara   menuju ke Desa yaitu stasiun A1 di Mungku
danau-danau.                                      Baru, stasiun A2 di Bukit Sua, stasiun A3 di
                                                  Panjehang, stasiun A4 di Gaung Baru, stasiunA5
                                                  di Petuk Bukit, stasiun A6 di Tangkiling, stasiun
      Ukuran yang kecil-kecil dengan jumlahnya    A7 di Marang, stasiun A8 di dekat muara sungai
yang sangat banyak juga merupakan keunikan        Rungan.
tersendiri danau-danau di Kalimantan Tengah.
Jika dibandingkan dengan Danau Toba di            Fitoplankton dan Zooplankton Perairan
Sumatera, misalnya, mungkin total volume air      Danau
danau di Kalimantan Tengah tidak terlalu               Secara umum, komunitas zooplankton di
berbeda atau mungkin bahkan lebih sedikit.        kawasan perairan Kota Palangka Raya
Tetapi ada satu faktor yang membuat               Kalimantan Tengah diwakili oleh klas rotifera
                                                                                                7
Tabel 1. Nilai Parameter fisika Kualitas Air di Lokasi Pengamatan
                          Kedalaman
                             (m)    Kecerahan             Kekeruhan      DHL         ORP         TDS              Suhu
    Titik Sampling
                                      (cm)                 (NTU)        (mS/m)       (mV)        (g/l)            (oC)
Sungai Rungan              2.6 – 6.2       29 – 49           0             5.6        181        0.05             29.8
Danau Takapan                 3.9          32 – 52           0             5.4        223        0.04         27.3 – 31.2
Danau Rangas                  5.1          31 - 39           0            1.12        178        0.02           28 – 31
Danau Rawet                   2.8          27 - 38           0             5.2        238        0.01           28 – 30
Danau Hampapak                3.9          27 - 31           0             1.9        198        0.01         27.5 – 30.2
Danau Bajawak                 3.9           29,8             0             5.7        199        0.01         28.2 – 29.6
Danau Madang                  3.6           26,4             0             4.4        221        0.02         28.4 – 29.8
Danau Dapur (Cangkir)         3.5           40.5             0             3.2        215        0.01         29.7 - 29.9
Danau Marang                  2.9           39.7             0             2.1        228        0.01            29.80
Danau Pinang                  2.1            34              0             4.6        178        0.01            30.12
Danau Tundai                  1.3            45              0             7.3        208        0.01            29.88
Danau Parasiang               2.4            52              0             4.4        234        0.01            31.00
Danau Teluk Petak             1.4            50              0             5.2        218        0.01            31.12

                     Tabel 2. Parameter Biologi dan Kimia Kualitas Air di Lokasi Pengamatan
                                  Chl-a                              DO           CO2       Fosfat       Nitrat      TOM
       Titik Sampling                                pH
                                  (ug/l)                            (mg/l)       (mg/l)     (mg/l)       (mg/l)     (mg/l)
Sungai Rungan                      0,5        4.25 – 6.28        1.18 – 3.10      4.20      0.080        0.020      74.23
Danau Takapan                      5,6        5.17 -6.15         1.48 -3.11       4.10      0.060        0.020      52.85
Danau Rangas                       1,7        3.45 – 5.39        1.86 – 3.12      3.45      0.050        0.043      40.33
Danau Rawet                        1,2        4.58 – 4.90        0.68 – 1.97      6.78      0.050        0.053      40.00
Danau Hampapak                     4,4        3.94 – 4.75         0.15 – 1.6      5.29      0.042        0.072      44.66
Danau Bajawak                      6,7        2.17 – 2.97        3.42 – 5.17      5.89      0.046        0.055      35.73
Danau Madang                       4,2        3.28 – 5.35        3.27 – 3.24      5.19      0.064        0.082      60.29
Danau Dapur (Cangkir)              4,6        4.10 – 5.42        1.75 – 3.21      5.98      0.058        0.080      46.91
Danau Marang                       3,7        3.10 – 3.48        2.61 – 2.79      5.27      0.052        0.065      24.28
Danau Pinang                       2,4        4.34 – 5.42        2.31 – 3.65      5.78      0.032        0.044      44.47
Danau Tundai                       2,7        4.50 - 4.68        3.55 – 3.80      5.80      0.050        0.042      50.10
Danau Parasiang                    2,3        3.80 – 4.52        4.42 – 4.70      6.18      0.040        0.045      34.24
Danau Teluk Petak                  1,8        4.10 – 5.14        4.36 – 4.88      5.29      0.050        0.030      32.140


dan dua subklas dari crustacea yaitu cladocera                     yang paling banyak ditemukan adalah
dan copepoda. Total species zooplankton yang                       Limnodrillus sp, sedangkan Homochaeta sp juga
telah diidentifikasi dari daerah ini terdiri dari                  ditemukan namun kelimpahannya rendah.
111 species rotifera, 13 genus cladocera dan 2                            Selain jenis makrozoobenthos tersebut di
species copepoda. Klas rotifera didominasi oleh                    atas, di Sungai Kahayan juga ditemukan jenis
genus Anoraeopsis, Hexarthra, Keratella,                           jenis lain seperti dari famili Chironomidae yaitu
Lecane, Polyarthra, dan Trichocerca, sedangkan                     Micropsectra sp (sub famili Tanitarsini) dan
subclas cladocera biasanya didominasi oleh                         Chironomus sp, Parachironomus sp (sub famili
genus Alona, Allonela, Bosminopsis dan                             Chironomini), dari famili Ceratopogonidae yaitu
Ophryoxus. Dua genus copepod cyclopoida yang                       Leptoconops sp dan jenis dari famili Tipulidae
umum ditemukan diperairan umum di kawasan                          dan grup Nematoda.
Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah adalah                               Keberadaan organisme benthos pada
Mesocyclop dan Thermocyclops.                                      danau-danau di Kota Palangka Raya Kalimantan
                                                                   Tengah umumnya menunjukkan jumlah jenis
Bethos di Perairan Danau                                           dan tingkat kelimpahan individu yang
      Keberadaan organisme benthos di Sungai                       cenderung lebih tinggi pada bagian hulu danau
Kahayan lebihdi dominasi oleh familiTubificidae                    dibandingkanbagian tengah dan hilir danau.
sub kelas Oligochaeta philum Annelida.
Jenishewan benthos dari sub kelas Oligochaeta
8
Nilai Beberapa Parimetrik Kualitas pada Beberapa Titik di Sungai Rungan
                                         yang Berkonektivitas dengan Danau
      Stasiun          A1         A2           A3           A4          A5           A6          A7          A8          BakuMutu
Jam                   10:36      12:45        8:40        16:50        14:55        12:25       10:15       11:31               -
Kedalaman (m)          1,3        4,6          3,2          8,6         2,2          3,8         4,2         6,5                -
Kecep. arus
                       0,23       0,21        0,17         0,20         0,24        0,16         0,14       0,14                -
(m/det,)
Kecerahan (cm)         50         67           61           27           34          36           30         40                 -
Kekeruhan (NTU)        55         69,5        56,6          74          72,4        90,7         79,9       63,3     5 NTU *
Suhu (oC)              28,7       29,6        28,5         31,1         29,7        29,5         29,2       29,8     Normal ± 3oC **/#
                                                                                                                     6,5 – 8,5*;5 – 9 **
.pH                    5,72       5,62        5,67         5,34         5,38        5,61         5,57       5,47
                                                                                                                     6,5 – 8,5#
Oksigen Terlarut
                       4,67       5,82        5,59         5,05         5,83        4,49         5,19       6,08     3,0 mg/l**
(mg/l)
DHL                                                                                                                  2,0 – 150 mS/m
                       4,2         4           4,1          3,4         4,2          4,9         3,8         3,6
(mS/m)                                                                                                               (Boyd, 1988)
Potensial Redoks
                       240        238          215         200          220          192         160         225     450 mV
(mV)
TDS (mg/l)             0,03       0,03        0,03         0,02         0,03        0,03         0,02       0,02     1000 mg/l **
TSS (mg/l)             0.04       0.08        0.04         0.24         0.04        0.06         0.05       0.06     25 mg/l ****
BOD (mg/l)             7.9        7.0         12.0          4.2         5.1          5.5         6.4         5.1     10 mg/l ****
COD (mg/l)             24.6       22.0        37.5         13.1         15.9        17.3         20.1       16.0     20 mg/l ****
TOM (mg/l)             7.6       236.4         5.7        135.2         41.7        17.1         70.8       65.7
Fosfat (mg/l)         0.150      0.104        0.115       0.162        0.069        0.115       0.069       0.162    0,1 mg/l
Amonia (mg/l)          0.04       0.05        0.05         0.08         0.05        0.05         0.05       0.05     0,02 mg/l ***
Alkalinitas (mg/l)     201        168          214         140          171          151         176         177   500 mg/l *
                                                                                                                   0,001 mg/l *
Hg (mg/l)            <0,00004   <0,00004    <0,00004     <0,00004    <0,00004     <0,00004    <0,00004    <0,00004
                                                                                                                   0,0005#
Pb (mg/l)             <0,005     <0,005      <0,005       <0,005      <0,005       <0,005       <0,005     <0,005 0,05 mg/l *, 0,1#
Fe (mg/l)              0,84       1,27        0,79          2,2         1,16        1,06         1,24       1,01     0,3 mg/l *, 1#
Mn (mg/l)             <0,003     <0,003      <0,003       <0,003      <0,003       <0,003       <0,003     <0,003    0,1 mg/l *, 0,05#
K (mg/l)               1,64       1,27        1,39         0,68        1,73         1,26         1,18       0,79     10 mg/l ****
Phenol (mg/l)         <0,005     <0,005      <0,005       <0,005      <0,005       <0,005       <0,005     <0,005    0,001 mg/l ***/#
Minyak-Lemak
                           0           0           0           0             0           0           0         0       0,01 mg/l ****
(mg/l)
Keterangan :
* Kriteria Kualitas Air Golongan A, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air,
** Kriteria Kualitas Air Golongan B, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air
*** Kriteria Kualitas Air Golongan C, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air,
**** Kadar Maksimum beberapa parameter kualitas air untuk kepentingan air minum dan kehidupan organisme akuatik (UNESCO/WHO/UNEP,
1992),
#SK. Gubernur KDH Tk. I Kalimantan Tengah , Nomor 3 Tahun 1995, tentang Penetapan Baku Mutu Air di Propinsi Daerah Tingkat I Kalteng
(Kategori golongan B).



Tanaman Air dan Vegetasi Rivarian                                     pemakanan, asuhan dan pemijahan beberapa
      Ekosistem DAS Kahayan terdiri dari                              jenis ikan putihan (white fish). Vegetasi di
sungai utama, anak-anak sungai, danau dan                             habitat danau Oxbow didominasi oleh
rawa banjiran. Habitat Sungai Rungan adalah                           tumbuhan dari jenis pandan (Pandanus sp.) dan
vegetasi riparian yang terdiri dari pepohonan/                        putat (Schinus sp.), hanya di beberapa lokasi
hutan, hutan rawang, rumput kumpai,                                   saja ditemukan jenis-jenis rumput-rumputan
Althenanthera sp., Elodea sp., Polygonum sp.,                         (Graminae) dan Polygonum sp.
Potamogeton sp., Sagittaria sp., Phragmites sp.,                            Daerah bagian tengah dan hilir sungai
Panicum sp., Paspalum sp., Eleoharis sp., dan                         yang berhubungan dengan Sungai utama Sungai
Ludwigia sp., serta eceng gondok (Eichhornia                          Kahayan beserta daerah rawa banjirannya
crassipes). Habitat ini merupakan habitat                             merupakan daerah produktif sebagai sentra

                                                                                                                                        9
penangkapan ikan. Vegetasi rivarian ini sangat                         Synbranchiformes,              Rajiformes,
menentukan produktivitas perairan sungai dan                           Tetraodontiformes,           Beloniformes,
danau serta rawa banjiran karena merupakan                             Osteoglossiformes, Pleuronectiformes,
sumber nutrien allohthounous, sehingga                                 Clupeiformes serta Elopiformes. Jumlah tersebut
berfungsi sebagai habitat pemakanan, asuhan                            dimutakhirkan kembali pada tahun 2008 yaitu
dan pemijahan ikan.                                                    sebanyak 270 jenis yang terdiri dari 39 famili,
                                                                       Berdasarkan Kabupaten di Provinsi Kalimantan
Keanekaragaman Jenis Ikan                                              Tengah untuk Kota Palangka Raya sebanyak
      Berdasarkan inventarisasi dan identifikasi                       188 spesies, sedangkan berdasarkan daerah
yang dilakukan Tim SDI (2006) jumlah ikan                              aliran sungai DAS Kahayan sebanyak 235
yang terdapat di Kalimantan Tengah sebanyak                            spesies. Potensi ikan hias untuk kota Palangka
267 jenis yang terdiri dari ordo Cypriniformes,                        Raya sebesar 59 spesies. Beberapa spesies
Cyprinodontiformes, Perciformes, Siluriformes,                         ditampilkan pada gambar 2.




     Leptobarbus hoeveni         Puntioplites       Barbodes schwanenfeldii      Osteochilus                    Osteochilus




      Osteochilus haselti   Osteochilus microps       Amblyrhynchichthys truncatus     Barbichthys laevis              Rasbora




        Pangasius djambal                       Pangasius poly-               Pangasius micronemus             Laides hexanema




       Kryptopterus cryptopterus        Kryptopterus schilbeides          Wallago leerii                 Belodontichthys dinema




           Hemybagrus nemurus              Mystus micracanthus          Bagrichthys macracanthus                Chitala lopis




           Channa micropeltes                      Channa striata          Channa pleurophthalmus             Channa melasoma




              Clarias meladerma                   Clarias teijsmanni       Helostoma temminckii           Trichogaster pectoralis




         Trichogaster trichop-       Trichogaster leeri     Anabas testudineus       Belontia hasselti      Prestolepis fasciata




                                                Mastacembelus erythrotaenia                       Monopterus albus
          Parambasis wolffii

          Gambar 2. Jenis-jenis Ikan Yang Dominan Tertangkap Di DAS Rungan dan DAS Kahayan
10
Budidaya Ikan Air Tawar
                                                               Potensi Lahan Budidaya Perairan Umum dan
      Usaha budidaya ikan air tawar yang telah
                                                             Tingkat Pemanfaatannya di Kota Palangka Raya
berkembang di Kota Palangka Raya jika dilihat
wadah atau jenis areal budidaya ikan yang                                   Lahan Budidaya Perairan Umum
digunakan adalah kolam, Keramba dan beje.                                                         Tingkat
Budidaya yang dikembangkan di wilayah Kota              No Kecamatan        Potensi Existing
                                                                                              Pemanfaatan
Palangka Raya adalah Ikan Patin, Ikan Toman,                                 (Ha)      (Ha)
                                                                                                    (Ha)
Ikan Mas, Ikan Nila, Ikan Bawal Tawar dan jenis         1.    Pahandut        1.000      3,23           0,32
lainnya.                                                2.    Sabangau        2.000      0,44           0,02
                                                        3.    Jekan Raya        500      0,08           0,02
         Produksi Perairan Umum dan Budidaya            4.    Bukit Batu      3.500      0,08           0,00
       Tahun 2006 s.d. 2010 di Kota Kalangka Raya       5.    Rakumpit        3.500      0,18          0,001
                                                                             10.500      4,01           0,03
                               Budidaya (ton)
No         Tahun
                          Kolam           Karamba       benih ikan yang dihasilkan serta memenuhi
                                                        kebutuhan benih ikan dan introduksi bagi
 1         2006           21,80            863,10
                                                        budidaya ikan di wilayah Kota Palangka Raya.
 2         2007           26,65            875,30
                                                        Kondisi Sosial Ekonomi Perikanan
 3         2008           94,80           1.152,25
                                                              Nelayan di Kota Palangka Raya umumnya
 4         2009           116,82          1.243,18      merupakan penduduk asli.Berdasarkan hasil
                                                        penggalian data dan analisis literatur dapat
 5         2010           574,52          1.913, 57
                                                        diidentifikasikan bahwa sebagian besar mereka
                                                        berasal dari suku Dayak dan Banjar. Bahasa
      Produksi Budidaya Ikan Berdasarkan Kecamatan      yang digunakan dalam keseharian adalah
            Tahun 2010 di Kota Palangka Raya            bahasa Dayak dan Banjar.
                                                              Pola struktur sosial di nelayan perairan
                                 Jenis Usaha
 No      Kecamatan                                      umum Palangka Raya secara umum adalah
                       Kolam       Keramba Jumlah       kombinasi struktur komunal dan struktur
  1.    Pahandut         69,39     1.621,70 1.691,08    produksi. Struktur masyarakat komunal
  2.    Sabangau        209,71        104,64  314,35    menggambarkan        pola   hubungan    sosial
  3.    Jekan Raya      117,90         89,86  207,76    berdasarkan ikatan ketetanggaan, kekerabatan
  4.    Bukit Batu      160,12         44,15  204,27    atau keagamaan.
  5.    Rakumpit         17,41         53,22   70,63          Kesadaran dan perasaan komunal di
                        574,52     1.913,57 2.488,09    dalam masyarakat lebih diakibatkan perasaan
                                                        hubungan keluarga. Pola struktur produksi yang
            Potensi Lahan Budidaya Kolam dan            ada di melibatkan perikanan, pertanian,
      Tingkat Pemanfaatannya di Kota Palangka Raya      perkebunan, dan kehutanan. Fakta di lapangan
                                                        memperlihatkan bahwa tingkat ketergantungan
                          Lahan Budidaya Kolam
                                                        masyarakat terhadap hasil hutan (kayu dan
 No Kecamatan                              Tingkat      rotan) masih sangat tinggi.
                     Potensi Existing
                                        Pemanfaatan           Hal ini ditunjukkan dengan pengakuan
                      (Ha)      (Ha)
                                             (Ha)
                                                        beberapa informan bahwa tingkat pendapatan
 1.    Pahandut        1.000      0,92           0,09
                                                        (kehidupan ekonomi) mereka cenderung
 2.    Sabangau        1.200      7,14           0,60
                                                        menurun secara drastis ketika terjadi
 3.    Jekan Raya      1.500      8,24           0,55
                                                        pelarangan penebangan hutan dan menurunnya
 4.    Bukit Batu      1.200      5,37           0,45
                                                        permintaan akan rotan. Sebagian besar
 5.    Rakumpit        1.100      0,74           0,07
                                                        masyarakat berkeinginan membuka hutan
                       6.000     22,41           0,37
                                                        untuk membuat perkebunan sawit atau karet,
                                                        selain juga munculnya keinginan untuk
      Untuk menunjang kegiatan budidaya ikan            membuka tambak atau kolam.
telah dibangun Balai Benih Ikan (BBI) di                      Pola hubungan produksi ini melibatkan
Kelurahan Banturung Kecamatan Bukit Batu.               secara aktifkeempat cara produksi tersebut.
Manfaatnya adalah untuk meningkatkan usaha              Secara ringkas struktur sosial masyarakat
budidaya ikan terutama di bidang pembenihan             adalah seperti tercantum pada gambar 3.
ikan, meningkatkan kualitas dan kuantitas
                                                                                                               11
dalam rangka mencapai tujuan akuakultur.
              Struktur Sosial Masyarakat
                                                             Tujuan akuakultur adalah memproduksi ikan
                                                             dan akhirnya mendapatkan keuntungan.
                                                             Memproduksi ikan berarti mempertahankan
  Struktur Produksi               Struktur Komunal           ikan bisa dan tetap hidup, tumbuh, dan
                                                             berkembangbiak dalam waktu sesingkat
   Perikanan                      Hubungan
                                                             mungkin hingga mencapai ukuran pasar dan
   Pertanian                       kekerabatan              bisa dijual. Komponen di dalam sistem teknologi
   Perkebunan                     Ikatan tradisi           akuakultur bekerja sinergis sehingga tercipta
   Kehutanan                                                lingkungan terkontrol dan optimal bagi upaya
                                                             mempertahankan kelangsungan hidup ikan
                                                             s erta     m em acu     pertum buhan       dan
     Gambar 3. Pola Sosial Nelayan Perairan Umum
                                                             perkembangbiakan ikan.
      Sistem usaha budidaya ikan ini harus                         Biasanya jenis ikan yang dibudidayakan
mendapat perhatian karena itu dilakukan                      merupakan jenis yang banyak laku dipasaran.
kegiatan penyusunan pemetaan kawasan usaha                   Sehingga ikan hasil budidaya dapat segera
budidaya perikanan di Kalimantan Tengah agar                 terjual, sehingga perputaran modal dan untung
dapat disusun kebijakan dan pengelolaan lebih                dapat segera diraih.
lanjut untuk peningkatan produksi budidaya                         Keramba dapat dibuat dalam dua bentuk
yang optimal sesuai dengan daya dukung                       yaitu; bentuk empat persegi seperti bentuk peti
lingkungan dan kemampuan teknologi maupun                    kayu terbuat dari bambu dengan rangka papan
kapasitas pelaku usaha dalam mengembangkan                   balokan, dan bentuk bundar panjang seperti
sektor perikanan budidaya.                                   bubu penangkap ikan terbuat dari bilah bambu.
                                                             Ukuran       keramba    disesuaikan     dengan
Sistem Usaha Perikanan Budidaya                              kebutuhan budidaya ikan. Setelah keramba
Kota Palangka Raya                                           dibuat, kemudian keramba diletakkan dalam
      Sistem teknologi akuakultur didefinisikan              sungai, danau atau rawa. Pada perairan sempit
sebagai wadah produksi beserta komponen                      dan tidak dalam, keramba dapat diletakkan
lainnya dan teknologi yang diterapkan pada                   terendam sekira ± 20 – 30 cm di bawah
wadah tersebut serta bekerja secara sinergis                 permukaan air. Dengan posisi keramba, dua sisi

                      Distribusi Aktivitas Perikanan Budidaya di Kecamatan Kota Palangka Raya
                                                          Aktivitas Budidaya
No Kecamatan                         Keramba                                                Kolam
                        Desa                  Komoditas                    Desa                     Komoditas
                                   Toman, Patin, Bawal, Baung,
 1.   Pahandut Panarung                                              Panarung           Toman
                                   Tapah
                                   Mas, Bawal, Toman, Patin,
                 Tanjung Pinang                                      -                  -
                                   Gurame
                 Pahandut          Bawal, Nila, Patin, Gurame, Mas   -                  -
                 Pahandut Seberang Bawal, Nila, Patin, Mas           -                  -
 2.   Sabangau -                   -                                 Sabaru             Patin, Gurame, Lele, Nila
                 Kereng Bangkirai  Toman                             Kereng Bangkirai   Patin
                 -                 -                                 Kalampangan        Patin, Gurame, Lele, Nila
                 Bereng            Patin, Toman                      -                  -
                 Bereng Bangkirai  Patin, Toman, Jelawat, Baung      -                  -
                 Danau Tundai      Biawan                            -                  -
 3.   Jekan Raya Petuk Katimpun    Toman, Patin, Bawal               -                  -
                 -                 -                                 Bukit Tunggal      Patin, Gurame, Lele, Biawan, Nila
                 -                 -                                 Palangka           Patin, Gurame, Lele, Biawan
                 -                 -                                 Menteng            Patin, Gurame, Lele, Nila
 4.   Bukit Batu Kanarakan         Patin, Gurame                     -                  -
                 -                 -                                 Sei Gohong         Patin, Gurame
                 Tangkiling        Toman, Nila, Patin                Tangkiling         Gurame
                 Banturung         Toman, Nila, Patin                Banturung          Gurame
                 -                 -                                 Habaring Hurung    Gurame, Patin
 5.   Rakumpit Marang              Toman, Betutu                     -                  -
                 Panjehang         Patin                             Panjehang          Patin, Nila, Mas
                 Pager Jaya        Toman                             -                  -
12
Contoh Sistem Budidaya dan Tipe Akses

 Tipe Budidaya       Lahan        Perairan         Air        Benih          Pakan    Teknologi      Modal

                    Swasta                                   Terbuka                    Swasta
                                                 Swasta                                              Swasta
Wanamina           Bersama            -                      Bersama        swasta     Bersama
                                                 Negara                                             Bersama
                    Negara                                    Swasta                    Negara
                    Swasta                                   Terbuka                    Swasta
                                                 Swasta                                              Swasta
udang              Bersama            -                      Bersama        swasta     Bersama
                                                 Negara                                             Bersama
                    Negara                                    Swasta                    Negara
                                   Negara                                                            Swasta
Kerang                   -                          -        Terbuka              -    Bersama
                                  Bersama                                                           Bersama
                                   Negara                                              Bersama       Swasta
Rumput laut              -                          -         Swasta              -
                                  Bersama                                               Negara      Bersama
                    Swasta                       Swasta                                              Swasta
Kolam                                 -                       Swasta        swasta     Bersama
                   bersama                       Negara                                             Bersama
                                   Negara                                                            Swasta
Keramba                  -                                    Swasta        swasta     Bersama
                                  Bersama                                                           Bersama


melintang arus dan satu sisi sejajar arus sungai.              siapa yang mengontrol akses ke sumberdaya
Pada perairan yang luas dan dalam keramba                      tersebut.      Rezim    kepemilikan     dapat
dipasang terendam sebagian sehingga sisa yang                  diklasifikasikan menjadi sumberdaya terbuka,
terapung tinggal ±10cm. Dengan posisi                          sumberdaya milik umum, sumberdaya milik
pemasangan, dua sisi melintang dan empat sisi                  swasta dan sumberdaya milik negara.
memanjang. Agar keramba ikan dapat terapung,                   Sumberdaya terbuka adalah tidak adanya hak
pemasangan harus dipadukan dengan benda                        properti yang didefinisikan berdasarkan
yang dapat mengapung seperti drum kosong,                      kepemilikan bersama.Sumberdaya terbuka
batang kayu dan lain-lain. Setelah pemasangan                  pada hakekatnya tidak ada pengaturan oleh
keramba kemudian penaburan benih ikan yang                     siapapunserta tidak ada regulasi pasar yang
siap di kerambakan. Ini dapat dibeli dan                       efektif menentukan sumberdaya tersebut.
ditanyakan pada penjual bibit ikan atau bisa                   Sumberdaya milik umum atau sumberdaya
juga konsultasi dan beli pada Balai Benih Ikan                 milik bersama adalah bahwa sumberdaya
terdekat.                                                      tersebut dipegang secara bersama. Sumberdaya
                                                               milik swasta cenderung lebih jelas batasannya,
                                                               lebih mudah dipisahkan dan lebih mudah
     Sumberdaya dan Tipe Akses dalam Budidaya
                                                               dialihkan kepada lainnya.
              Perikanan Skala Kecil
                                                                     Sumberdaya lahan dan air digunakan
                                Tipe Akses                     sebagai basis yang dikaitkan dengan sektor
 Sumberdaya      Open         Milik                            lainnya.Hubungan tersebut kompetisi dan
                                       Swasta     Negara
                 Akses       Umum                              pemanfaatan sumberdaya yang tidak sesuai dan
 Lahan             -           √           √        √          dapat berdampak negatif bagi keberlanjutan
 Perairan          √           √           √        √          usaha budidaya perikanan skala kecil.Disi lain,
 Benih             √           √           √        √          input benih dan pakan dapat mempengaruhi
 Pakan             -           √           √        -          keberlanjutan perikanantangkap, dalam kasus
 Teknologi         -           -           √        √          dimana benih dan pakan diperoleh dari hasil
 Modal             -           √           √        √          tangkapan. Sifat pemanfaatan basis sumberdaya
                                                               alam juga akan mempengaruhi pilihan
Arahan Pengembangan                                            pengelolaan dan paktek konservasi.
Sistem Usaha Perikanan Budidaya
     Sumber daya yang dimanfaatkan dalam
budidaya perikanan skala kecil dapat di
kategorikan dalam rezim kepemilikan yang
berbeda, dimana rezim kepemilikan akan
menentukan siapa yang memiliki akses dan

                                                                                                              13
Kerjasama Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya dengan
                   Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor


PENDAHULUAN                                      sangat baik, karena jenis sapi potong yang ada
                                                 di Indonesia memiliki mutu genetik yang tinggi.
Latar Belakang                                         Salah satu sektor riil yang dapat


P      engembangan peternakan di daerah
       Kalimantan Tengah mempunyai arti
       yang sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan daging nasional maupun lokal.
                                                 dijalankan yaitu melalui usaha peternakan,
                                                 khususnya sapi potong yang merupakan salah
                                                 satu bidang yang sangat strategis dalam
                                                 mendukung stabilitas pertumbuhan wilayah
Mengingat daging merupakan salah satu bahan      Kota Palangka Raya karena beberapa alasan
pangan hewani yang mempunyai nilai gizi tinggi   berikut. Pertama, sapi potong merupakan sum-
dan pada saat ini kebutuhan daging masih         berdaya alam yang dapat diperbarui kembali
belum dapat dipenuhi oleh Indonesia. Untuk       (renewable) sehingga dapat dijamin dari sisi
memenuhi kekurangan akan daging sampai saat      sustainabilitas-nya. Kedua, ternak sapi potong
ini pemerintah masih mengimpor daging dalam      dalam berbagai pengalaman telah terbukti
bentuk ternak hidup, karkas, maupun produk       sangat berperan sebagai instrumen dalam
olahannya. Peternakan ternak potong di           upaya peningkatan pendapatan masyarakat
Indonesia mempunyai prospek ekonomi yang         kecil    serta    mengurangi      kesenjangan




  14
pendapatan. Ketiga, bisnis sapi potong cukup      sedangkan sisanya 98% berasal dari luar
prospektif dan menjanjikan karena trend           daerah, oleh karena itu untuk memenuhi
permintaan yang terus meningkat. Elastisitas      kebutuhan daging, harus masih mendatangkan
permintaan komoditas ternak terhadap penda-       ternak dari luar Kota Palangka Raya.
patan umumnya tinggi sehingga permintaan          Kebutuhan ternak yang masih belum dapat
komoditas ternak akan sangat sensitif di masa     dipenuhi sendiri dari produksi ternak di Kota
yang akan datang dengan semakin tingginya         Palangka Raya, sedangkan luas wilayah Kota
pendapatan       masyarakat. Hal ini dapat        Palangka Raya masih sangat memungkinkan
mendorong investasi baik bagi pengusaha besar     untuk dikembangkan, hal ini menunjukkan
maupun peternak rakyat. Keempat, dukungan         peluang besar untuk mengembangkan dan
kebijakan cukup besar karena visi swasemada       meningkatkan produksi ternak di Kota Palangka
daging yang dicanangkan pemerintah pada           Raya.
tahun 2014. Kelima, limbah dari sapi potong             Suatu alternatif pengembangan yang
berupa manure dapat digunakan sebagai pupuk       dapat dilakukan adalah pembangunan sentra
kandang yang bermanfaat dalam menyumbang          produksi sapi potong melalui usaha pembi-
kesuburan tanah di lahan marginal.                bitan dan penggemukan sapi yang dikelola
      Situasi nasional menunjukkan bahwa          secara terintegrasi dari hulu ke hilir dan
potensi pasar domestik yang sangat besar          melibatkan masyarakat peternak berupa Pusat
terhadap komoditas daging sapi menyebabkan        Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong
timbulnya kesenjangan antara ketersediaan dan     (P2IUSP) akan selaras dengan pembangunan
kebutuhan daging sapi yang terus meningkat        pertanian di propinsi tersebut.
dari tahun ke tahun.                                    Model integrasi ini dapat mendorong
      Khusus Kalimantan Tengah, peluang           terjadinya diversifikasi penggunaan sumber-
pengembangan sapi potong di Kota Palangka         daya produksi, efisiensi penggunaan tenaga
Raya sangat prospektif. Dari data pemotongan      kerja dan komponen produksi, mengurangi
ternak di Kota Palangka Raya (Tabel 1) terlihat   ketergantungan penggunaan input sumberdaya
bahwa jumlah pemotongan ternak sapi potong        dari luar, mengurangi resiko usaha tani, terjadi
per tahunnya semakin meningkat, sebaliknya        peningkatan pendapatan dan perbaikan
populasi ternak relatif menurun. Pada tahun       lingkungan hidup.
2008 tercatat bahwa jumlah pemotongan                   Pembangunan Pusat Perbibitan Sapi
ternak sebanyak 4.465 ekor lebih tinggi dari      potong yang akan dikembangkan oleh Kota
populasi ternak yang ada 3.236 ekor. Artinya      Palangka Raya memiliki nilai strategis karena
ada selisih permintaan sebesar 1.229 ekor,        merupakan upaya pemberdayaan masyarakat
dengan asumsi semua ternak dipotong. Kerbau       sekitar lokasi perusahaan dan sekaligus
masih kekurangan 2 ekor. Hal ini menunjukkan      mendukung kebijakan pemerintah dalam
Kota Palangka Raya masih kekurangan ternak        menumbuhkembangkan kawasan agribisnis
besar. Berdasarkan profil UPT rumah potong        sapi potong.
hewan 2009 menyatakan bahwa populasi sapi               Secara spesifik pengembangan Pusat
potong Kota Palangka Raya hanya mampu             Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong
menyediakan 2% kebutuhan sapi potong              (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi


                Tabel 1. Permintaan dan Produksi Komoditas Peternbakan Tahun 2008

 No           Jenis Ternak             Populasi        Pemotongan*)           Kesenjangan
  1.    Sapi Potong                           3.236              4.465      (-)           1.229
  2.    Kerbau                                   49                 51      (-)               2
  3.    Kambing                               1.703                629      (+)           1.074
  4.    Domba                                     -                  -                        -
  5.    Babi                                 11.345              3.491      (+)           7.854
  6.    Ayam Buras                          140.774            469.254      (-)         328.480
  7.    Ayam Pedaging                     1.100.840            978.853      (+)         121.987
  8.    Itik/unggas lainnya                   3.430             21.242      (-)          17.812
                                                                                               15
Gambar 1. Peternakan pola intensif sapi potong (Bali, PO) di kelurahan Sei Gohong, kecamatan Bukit Batu.


Kalimantan Tengah dimaksudkan untuk                   diharapkan dapat merupakan suatu unit yang
pemberdayaan masyarakat di Kota Palangka              mandiri baik dari segi ekonomisnya maupun
Raya. Oleh karena itu, pengembangan kawasan           segi tatalaksananya. Hasil produk unit tersebut
dilakukan dengan prinsip-prinsip: (1) berbasis        akan dipasarkan ke daerah-daerah minus
sumberdaya lokal; (2) melibatkan masyarakat           daging, yaitu kota-kota besar di sekitarnya dan
secara partisipatif; (3) berorientasi pasar;          di Pulau Jawa.
(4) pengelolaan yang efisiensi melalui
manajemen terpadu; (5) kerjasama berbagai             Tujuan
pihak.                                                     Tujuan umum dari kegiatan adalah
      Sumber daya manusia (SDM) yang                  mengkaji kelayakan pembangunan Pusat
terampil dan tangguh di bidang peternakan             Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong
sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan            (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi
dan mengembangkan peternakan di daerah                Kalimantan Tengah.
Kalimantan Tengah. Upaya yang dapat dilaku-
kan untuk meningkatkan SDM adalah dengan              Keluaran
menambah pengetahuan dan ketrampilan di                     Keluaran yang diharapkan dari hasil
bidang peternakan dengan memberikan pela-             kegiatan studi kelayakan pembangunan pusat
tihan dan pendidikan. Oleh karena itu, P2IUSP         perbibitan dan inkubator usaha sapi potong
ini selain sebagai unit usaha peternakan sapi         (P2IUSP) di kota Palangka Raya provinsi
potong, juga merupakan pusat pendidikan dan           Kalimantan Tengah adalah laporan dokumen
pelatihan untuk meningkatkan sumber daya              kajian    kelayakan   pembangunan    pusat
manusia di bidang peternakan.                         perbibitan dan inkubator usaha sapi potong
      Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha            (P2IUSP) di kota Palangka Raya provinsi
Sapi Potong (P2IUSP) yang akan didirikan ini          Kalimantan Tengah.

16
Ruang Lingkup                                              pembangunan pusat perbibitan dan inkubator
      Ruang Lingkup kegiatan studi ini adalah :            usaha sapi potong (P2IUSP) di kota Palangka
1. Lokasi kajian adalah lahan seluas 1.000 Ha di           Raya, dapat dilihat pada Gambar 2.
   Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit
   Batu, Kota Palangka Raya.                               Lokasi Studi
2. Melakukan kajian terhadap faktor fisik                       Lokasi kajian terutama di rencana lokasi
   seperti daya dukung lahan, potensi pakan,               peternakan seluas 1.000 Ha di wilayah
   kondisi sosial ekonomi dan infrastruktur                Kelurahan Sei Gohong Kecamatan Bukit Batu
   pembibitan sapi di kelurahan Sei Gohong,                Kota Palangka Raya, dan sebagai daerah
   Kecamatan Bukit batu, Kota Palngka Raya.                penyokong adalah kawasan di sekitar lokasi.
3. Melakukan analisis kelayakan teknis dan
   manajemen Pembangunan Pusat Pembibitan                  Sumber Data
   dan Inkubator Usaha Sapi Potong di                            Data yang digunakan terdiri atas data
   Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit                   primer dan data sekunder.       Data primer
   Batu, Kota Palangka Raya.                               diperoleh melalui survei data lapangan yang
4. Membuat “Site Plan” Pusat Pembibitan dan                meliputi observasi lapangan dan pengambilan
   Inkubator Usaha Sapi Potong di Kelurahan                sampel, verifikasi data sekunder dan wawan-
   Sei Gohong, Kecamatan Bukit Batu, Kota                  cara dengan stakeholder terkait, sedangkan
   Palangka Raya.                                          data sekunder dilakukan dengan pengumpulan
                                                           data yang dipublikasikan oleh dinas/lembaga
METODOLOGI                                                 pemerintah, seperti BPS, Bappeda dan Dinas
Kerangka Pemikiran                                         Pertanian Perikanan dan Peternakan.
     Kerangka Pemikiran       studi   kelayakan



                                                       Potensi Wilayah :
                                                       SDA
                             Peran Strategis           SDM                         Situasi Lingkungan
                                                       Infrastruktur
              INPUT         yang diharapkan            Fasilitas                        Eksternal




              PROSES                   Perumusan                            SWOT




                                                    Kajian Desain:
                                          Pusat perbibitan dan inkubator usaha sapi
             OUTPUT                      potong, Kelembagaan, Desain Fasilitas laya-
                                              nan, Pilot Percontohan, Workshop




                                               PROGRAM DAN KEGIATAN



                                        Berkembangnya Program Pembibitan dan
           OUTCOMES                   Inkubator Sapi Potong di Kota Palangka Raya,
                                      peningkatan populasi sapi potong, peningkatan
                                                pendapatan masyarakat.



Gambar 2. Kerangka Pemikiran Studi Kelayakan Pembangunan Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi
          Potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah
                                                                                                        17
Analisis Data                                       kasi sumberdaya manusia dalam mengelola
       Pembangunan Pusat Pembibitan dan             P2IUSP, (b) kebijakan dan program pemerintah
Inkubator Usaha Sapi Potong              (P2IUSP)   kota, dan (c) ketersediaan alternative sumber
merupakan investasi pemerintah daerah dalam         pendanaan untuk pengelolaan P2IUSP.
rangka mengembangkan usaha peternakan sapi                Oleh karena P2IUSP adalah kelembagaan
potong di Kota Palangka Raya sehingga mening-       yang lebih berorientasi dan bersifat public
katkan kesempatan usaha masyarakat yang             service dan bukan suatu kelembagaan yang
pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan         semata-mata berorientasi keuntungan finansial,
masyarakat dan perekonomian daerah. Proyek          maka analisis kelayakan ekonomi lebih
P2IUSP merupakan proyek yang mendukung              ditekankan kepada estimasi manfaat dan nilai
program pemerintah yaitu dalam rangka swa-          tambah terhadap perekonomian masyarakat
sembada daging, yang selama ini kekurangan          khususnya dan perekonomian kota Palangka
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging            Raya pada umumnya. Sebagaimana lazimnya
dilakukan dengan impor. Walaupun secara             suatu proyek investasi maka pada studi ini juga
normatif P2IUSP diharapkan memberikan               dilakukan estimasi kebutuhan dana untuk
manfaat seperti tersebut di atas, akan tetapi       pembangunan P2IUSP sesuai dengan hasil
oleh karena menyangkut investasi yang besar,        rancangan tapak, fasilitas dan serta analisis
maka untuk menjamin dan memberikan                  kebutuhan dana untuk operasionalisasi
keyakinan       bahwa     implementasi        dan   kegiatan P2IUSP.
operasionalisasi nya sesuai dengan maksud dan             Selain faktor kualitas pengelolaan suatu
tujuan, analisis kelayakan tetap diperlukan.        lembaga yang salah satu faktor penentunya
       Kajian kelayakan dimaksudkan untuk           adalah kualitas sumberdaya pengelola, kesinam
mengidentifikasi dan mengestimasi permasa-          -bungan P2IUSP juga ditentukan oleh sejauh
lahan, prospek dan risiko pembangunan               mana kesinambungan sumber pendanaan untuk
P2IUSP, serta program atau kegiatan yang            membiayai operasionalisasi P2IUSP. Sebagai
diperlukan untuk mengantisipasi dan mengatasi       lembaga Public Service maka pendanaannya
permasalahan dan resiko baik pada tahap             adalah melalui mekanisme APBN dan APBD,
pembangunan         maupun      pada      tahapan   yang dapat diduga tidak dapat menutupi
implementasi dan operasionalisasi P2IUSP.           seluruh kebutuhan biaya untuk operasional
Kelayakan       P2IUSP merupakan akumulasi          P2IUSP. Untuk mendukung kesinambungan
kelayakan pada aspek teknis, manajemen dan          sumber pendanaan tersebut, maka perlu
kelembagaan serta ekonomi.                          dilakukan analisis sejauh mana kegiatan
       Kelayakan pada aspek teknis/teknologis       pembibitan sapi potong dan kegiatan inkubasi
mencakup analisis terhadap (1) sejauh mana          yang dilaksanakan oleh P2IUSP mampu men-
kesesuaian lahan atau area yang ada dan             generate pendapatan, sehingga bisa mendukung
tersedia untuk budidaya sumber pakan dan            operasional P2IUSP secara berkesinambunga.
hijauan, (2) karateristik tanah dan topografi       Analisis skenario cash flow yang dimungkinkan
area untuk penggembalaan sapi, (3) karakte-         sesuai dengan bentuk alternatif rancangan
ristik agroklimat lokasi untuk pembibitan sapi,     kelembagaan P2IUSP akan dilakukan.
dan (4) sejauh mana ketersediaan dan
kesesuaian bibit sapi potong ternak yang            Analisis Kualitas Tanah dan Kesesuaian
digunakan.                                          Lahan
       Kelayakan pada aspek manajemen dan                 Analisis tanah meliputi tekstur tanah, pH,
kelembagaan mencakup analisis terhadap              unsur hara makro dan mikro, kejenuhan basa
(1) sejauh mana dukungan dan kendala aspek          (KB) dan kapasitas tukar kation (KTK),
sosial-demografi       masyarakat       terhadap    sedangkan analisis air meliputi pH, BOD dan
karakteristik usaha budidaya sapi potong serta      COD, daya hantar listrik (DHL), total dissolved
program seperti apa yang harus dilakukan            solid (TDS), dan unsur-unsur dan atau senyawa
nantinya dalam mengatasi kendala tersebut, (2)      bermanfaat dan beracun (Nitrat, nitrit, fosfat, ,
sejauh mana kelembagaan yang ada prospektif         basa-basa, trace element, dan beberapa logam
dalam mengimplementasikan dan mengopera-            berat; Cu, Fe, Zn, Mn, Mg, Ca, K, Pb, Mo, B, Cr, Cd,
sionalkan P2IUSP, serta (3) rancangan bentuk        As dan Hg).
kelembagaan seperti apa yang cocok sehingga               Daya dukung lahan dikaji dari sisi
menjamin efektifitas dan kesinambungan              kesesuaian lahan menggunakan pendekatan
P2IUSP,        dengan       mengidentifikasi:       perbandingan antara sifat bio-fisik-kimia
(a) kebutuhan dan ketersediaan serta kualifi-       parameter lahan yang terdiri dari tanah, air,
18
topografi, dan iklim dengan kebutuhan dari tipe        Metode Nell Rolinson
penggunaan lahan yang akan diterapkan, dalam                Komponen      hijauan     yang    diukur
hal ini untuk tapak pembangunan fisik dan             produksinya yaitu rumput alam dan hijauan
lahan produksi hijauan makanan ternak.                hasil sisa pertanian (HHSP). Sumber hijauan
Analisis ini didasarkan pada kriteria empiris         adalah lahan dengan peruntukan pertanian
yang telah dikembangkan dikombinasikan                tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,
dengan expert judgement sesuai tekonologi dan         padang rumput dan jalan.         Variabel yang
manajemen yang akan diterapkan.                       dilaporkan dalam statistik adalah :
                                                      a. Padang rumput permanen
Analisis Potensi Penyediaan Hijauan Pakan             b. Sawah bera
Ternak Ruminansia                                     c. Galengan sawah
      Metode      yang     digunakan untuk            d. Hutan sejenis/hutan produksi
menghitung potensi dan pengembangan ternak            e. Hutan sekunder
ruminansia berdasarkan ketersediaan hijauan           f. Tegalan/lahan kering/ladang
pakan adalah :                                        g. Perkebunan
 Metode KPPTR (Kapasitas Peningkatan                 h. Pinggir jalan
   Populasi Ternak Ruminansia)
   Rumus yang digunakan adalah :                      Identifikasi Jenis-Jenis Tanaman Pakan
(1) KPPTR (Efektif) = Kapasitas Tampung -                  Analisis      ini    bertujuan    untuk
    Populasi Riil                                     mengidentifikasi jenis-jenis hijauan serta
(2) Kapasitas Tampung = Potensi Produksi BK           potensi hijauan yang dapat digunakan sebagai
    hijauan di suatu wilayah dibagi dengan            pakan ternak yang tumbuh di daerah Kota
    (365 hari x 6.29 Kg BK)                           Palangka Raya Kalimantan Tengah..        Jenis
(3) PMSL (Potensi Maksimum Sumberdaya                 tanaman yang diidentifikasi adalah tanaman
    Lahan) = a LG + b PR + c R                        rumput,     leguminosa,    gulma    (tanaman
    Keterangan :                                      pengganggu) dan limbah pertanian.
        a      =       0.8 ST/ha
        b      =       0.5 ST/ha                      Analisis Potensi Ketersedian Bahan Pakan
        c      =       1.2 ST/ha                      Konsentrat
        LG     =       Lahan garapan                        Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
        PR     =       Padang rumput                  ketersediaan pakan, baik kuantitas, kualitas
        R      =       Rawa                           serta kontinuitasnya. Analisis data dilakukan
(4) PMKK      (Potensi     Maksimum  Kepala           dengan melihat sumber-sumber penyediaan
    Keluarga ) = d KK                                 pakan yang berasal dari perkebunan, tanaman
    Keterangan : d = 3 ST/ha.                         pangan serta industri pengolah hasil pertanian.
(5) KPPTR (SL) = PMSL – POPULASI RIIL                 Data tersebut diolah dengan menghitung
(6) KPPTR (KK) = PMKK – POPULASI RIIL                 konversi dari luas tanam ke potensi penyediaan
(7) KPPTR (E) = KPPTR (SL)                            limbah baik berupa bahan konsentrat maupun
                                                      limbah hijauan.

                      Tabel 1. Asumsi Produksi Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP)

                                        Produksi                                      %        %
 No.          Bahan HHSP                                % BK        % dikonsumsi
                                        (ton/ha)                                     TDN      Prdd
  1.    Jerami padi                        2.5            92.5            10         41.5      0.6

  2.    Jerami Jagung                      10             80.3            10         45,5      2.0

  3.    Daun singkong                       5             26.0            20         14.9      3.6

  4.    Daun Ubi jalar                     15             20.0            40         11.4      2.0

  5.    Jerami kedelai                      3             88.9            40         38.6      1.1

  6.    Daun kacang tanah                   4             90.0            40         39.7      4.7

                                                                                                     19
Potensi ketersediaan pakan sumber                prosentase karkas yang lebih tinggi dibanding
konsentrat di Kota Palangka Raya dihitung             jenis sapi lainnya. Tingkat produksi ternak sapi
berdasarkan      produksi    limbah-limbah            lokal di Palangka Raya relatif masih rendah,
pengolahan hasil pertanian yang dapat                 baik dari segi populasi maupun performan
dimanfaatkan maupun yang potensial dapat              individu sapi.
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Potensi                   Secara umum sapi lokal yang dipelihara
pakan ternak sebanding dengan luasan tanaman          peternak memiliki produktivitas yang rendah
pertanian yang diusahakan.                            karena ternak hanya mengandalkan pakan dari
                                                      padang rumput alam. Sapi-sapi tersebut
Analisis Ketersediaan dan Kesesuaian Bibit            memiliki ukuran kerangka tubuh yang kecil dan
Sapi Potong                                           dipotong pada umur yang sudah tua (4 – 5
      Sesuai dengan salah satu tujuan dari            tahun) untuk mencapai bobot potong berkisar
P2IUSP adalah menghasilkan bakalan ternak             antara 250 – 350 kg. Daging yang dihasilkan
potong maka diperlukan bibit ternak sapi              dari sapi tua mempunyai kualitas yang kurang
potong. Bibit ternak adalah blue print mutu,          baik, tingkat keempukan dagingnya rendah.
dengan demikian calon induk dan pejantan                     Selama ini sapi lokal yang ada didaerah
harus bermutu baik. Pemilihan jenis bangsa            cenderung mengalami penurunan populasi dan
sapi potong yang akan dikembang biakkan               mutu genetik. Hal ini diduga terjadi karena
adalah merupakan ternak sapi asli atau lokal          belum adanya program pemulia-biakan yang
(PO dan Bali) yang umumnya dapat dipelihara           terarah. Umumnya para peternak, tidak
secara ekstensif maupun semi-intensif. Sapi-          menggunakan       pejantan     unggul.    Praktis
sapi tersebut memiliki keunggulan beradaptasi         perkawinan ternak sapi di padang rumput
pada kondisi padang rumput alam tropis. Sapi-         terjadi secara alami dan tidak terkontrol dengan
sapi tersebut lebih tahan terhadap cekaman            menggunakan pejantan yang tersedia di
panas, pakan terbatas dan ektoparasit diban-          kandang umum. Hal ini dapat menyebabkan
dingkan dengan sapi-sapi temperate (iklim             terjadinya inbreeding yang berakibat pada
sedang) yang termasuk kedalam kelompok Bos            penurunan reproduksi dan produksi ternak.
Taurus. Hal ini membuat sapi-sapi asli atau                  Upaya perbaikan mutu bibit sapi-sapi
lokal yang akan dibibitkan dalam P2IUSP akan          lokal perlu memperhatikan pola pemeliharaan,
dapat menjadi komoditas ternak unggulan dan           ketersediaan pakan dan fasilitas pendukung.
merupakan sumber plasma nutfah yang sangat            Perbaikan mutu bibit dapat dilakukan dengan
potensial bagi pengembangan peternakan sapi           introduksi pejantan unggul, seleksi dan
potong dimasa yang akan datang.                       penambahan sapi bibit, penerapan teknologi
      Dari jenis sapi asli atau lokal tersebut di     inseminasi buatan (IB) dengan menggunakan
atas, umumnya jenis sapi bali yang merupakan          semen beku.
sapi asli Indonesia dapat berkembang dengan
baik pada sistem pemeliharaan ekstensif di            Analisis SWOT
padang rumput dengan input pakan yang                      Analisis  SWOT     bertujuan   untuk
terbatas. Selain itu sapi Bali memiliki               menyusun strategi pengembangan peternakan

                                         Tabel 2. Matriks SWOT

            Internal
                                   S (Strength)                              W (Weakness)
Eksternal

 O (Opportunity)                   Strategi (S-O)                             Strategi (W-O)
                       Menyusun strategi dengan menggunakan      Menyusun strategi untuk memperoleh
                       kekuatan internal untuk memperoleh        keuntungan dari peluang yang ada dalam
                       profit dari peluang yang ada              mengatasi kelemahan
                                   Strategi (S-T)                             Strategi (W-T)
     T (Threats)
                       Menyusun strategi dengan memanfaatkan     Menyusun strategi dengan cara
                       kekuatan yang ada untuk menghindari       meminimalkan kelemahan dan
                       ancaman                                   menghindari ancaman
20
sapi potong, baik jangka pendek, menengah                   terjadinya    perpindahan      penyakit   antar
maupun jangka panjang. Analisis SWOT yang                   peternakan, membuat kandang dengan luas
akan dilakukan merupakan analisis terhadap                  yang layak sesuai jumlah ternak dan ventilasi
lingkungan internal dan eksternal, melalui                  yang baik, membuat kandang isolasi bagi ternak
identifikasi faktor-faktor kekuatan (strength),             yang sakit dan kandang karantina bagi ternak
kelemahan (weakness), peluang (opportunity),                yang sehat. Mengisolasi kandang dari ganguan
dan ancaman (threats). Dari hasil identifikasi              hama dan serangga, merancang kandang agar
faktor-faktor tersebut selanjutnya disusun                  mudah dibersihkan dan mengunakan bahan
strategi melalui bantuan matriks SWOT (Tabel                bangunan yang aman. Akses keluar masuk
2).                                                         peternakan dirancang agar orang yang tidak
                                                            berkepentingan tidak sembarangan masuk ke
RANCANGAN        KAWASAN                                    areal peternakan. Rencana tapak peternakan
PEMBANGUNAN PUSAT PERBIBITAN                                sapi potong pembangunan di P2IUSP dapat
                                                            dilihat pada Gambar 4 dan pada Gambr 5 peta
DAN INKUBATOR USAHA SAPI                                    arahan Areal Bangunan P2IUSP
POTONG                                                            Bangunan peternakan dirancang untuk
                                                            memfasilitasi kenyamanan, kesehatan dan
Rancangan Tapak                                             produktivitas ternak. Ventilasi yang baik,
      Berdasarkan hasil analisis kebutuhan                  tersedianya pakan dan air dengan kualitas yang
ruang dan daya dukung lingkungan, ditentukan                baik, penerangan dan kenyamanan ternak men-
pemanfaatan ruang berupa rencana tapak                      jadi perhatian untuk meningkatkan performan
pemanfaatan ruang. Rencana tapak ini berisi                 ternak. Area yang terpisah diperlukan untuk
panduan dalam perencanaan fisik tata letak                  mengisolasi ternak yang sakit dan untuk
bangunan. Pendekatan analisis tapak menya-                  perawatan ternak.
takan sifat, struktur dan potensi tapak tersebut.                 Pada peta kawasan dibuat pembagian
Dalam analisis tapak dipertimbangkan hal-hal                area berdasarkan fungsi (peruntukan) areal
yang terkait dengan tata guna tanah, topografi,             dalam menunjang produktivitas sebuah
drainase, tanah, vegetasi, iklim, kondisi yang              kawasan peternakan. Lokasi kawasan akan
ada serta ciri khusus (Gambar 3).                           dibagi menjadi beberapa fungsi area, yaitu: area
      Tata letak bangunan diatur dengan                     lahan kebun rumput, area untuk kandang, area
berdasarkan fungsinya dan jarak antar                       untuk handling yard, dan area untuk
bangunan dalam peternakan yang berdekatan                   pengolahan limbah, area perkantoran, parkir,
juga diatur agar tidak menambah resiko                      taman, mess, dan mesin listrik.




                       Ketentuan:
                        % Kapling sarana
                         dan prasarana
                        Standar teknis


ANALISIS TAPAK (Sifat
Struktur dan Potensi Tapak):
 Tata guna tanah                         ANALISIS KEBUTUHAN
 Topografi                                      LAHAN
 Sumber Air
 Drainase                                                               RENCANA             PENYUSUNAN
                                                                          KONSEP            RENCANA TAPAK
 Tanah
 Vegetasi                                  ANALISIS DAYA
 Iklim                                     DUKUNG TAPAK
 Kondisi yang ada
 Ciri khusus

                                                            Gambar 3. Konsep Pendekatan Analisis Tapak
                                                                                                         21
Gambar 4. Rencana Tapak




     Gambar 5. Peta arahan Areal Bangunan P2IUSP
22
Rancangan Fisik Bangunan                           dengan lebar gang way 1 m. Kandang jepit
       Sarana dan prasarana yang akan dibangun     letaknya berjejer seri dengan kandang kandang
pada kawasan P2IUSP adalah kandang, handling       penampungan dan gang way. Sapi yang diberi
yard, kantor, gudang pakan dan peralatan, Aula     perlakuan akan diperlakukan di kandang jepit
(bangunan pertemuan), pagar kawasan, unit          yang berada dalam handling yard.
pengolahan limbah, generator listrik, sumur
bor, menara air, pos satpam, mess dan rumah        Pagar Kawasan
pengelola (kepala dan pegawai).                          Lokasi kawasan P2IUSP secara fisik
Kandang                                            dibatasi oleh pagar. Untuk memperkokoh pagar,
       Kandang bagi ternak sapi potong             tanaman gamal (Glyricidia sepium) atau angsana
merupakan sarana yang mutlak harus ada.            disarankan untuk ditanam antar tiang pagar
Kandang merupakan tempat berlindung ternak         dengan interval satu meter, sehingga diantara
dari hujan, terik matahari, pengamanan ternak      dua tiang pagar terdapat 5 tegakan pohon
terhadap binatang buas, pencuri, dan kandang       gamal. Keuntungan pemanfaatan tanaman
juga merupakan salah satu sarana untuk             gamal sebagai pagar adalah daunnya dapat
menjaga kesehatan..                                dimanfaatkan sebagai sumber hijauan pakan
       Beberapa persyaratan yang diperlukan        berkualitas tinggi.
dalam mendirikan kandang antara lain:
(1) memenuhi persyaratan kesehatan ternak,         Unit Pengolahan Limbah
(2) mempunyai ventilasi yang baik, (3) efisiensi         Unit pengolahan limbah akan dibuat
dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari       berdekatan dengan kandang. Unit ini terdiri
pengaruh iklim dan keamanan kecurian               dari 1 unit biogas dan 1 unit pengolahan dan
(5) serta tidak berdampak terhadap lingkungan      pembuatan pupuk. Biogas dibangun dengan
sekitarnya. Konstruksi kandang harus kuat dan      sistem kubah atau dengan bahan semen beton
tahan lama, penataan dan perlengkapan              volume 15 m3. Lantai dasar bangunan ditembok.
kandang-kandang          hendaknya       dapat     Unit pengolahan pengolahan pupuk. Unit ini
memberikan kenyamaman kerja bagi petugas           terdiri dari 5 kompartmen, yaitu untuk penam-
dalam dalam proses produksi seperti memberi        pungan feses segar, pengolahan (dekomposisi)
pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi dan         feses melalui perlakuan biokomposer, dan
penanganan kesehatan.                              penampungan pupuk jadi. Masing-masing
       Bentuk dan tipe kandang disesuaikan         kompartmen dipisahkan dengan sekat tembok
dengan lokasi berdasarkan agroekosistemnya,        setinggi 70—80 cm.        Total luasan yang
pola atau tujuan pemeliharaan dan kondisi          dibutuhkan untuk unit biogas 20 m2 dan unit
fisiologis ternak. Kandang yang diperlukan         pengelolaan pupuk 25 m2.
dalam kawasan inti adalah kandang induk,
kandang beranak, kandang pejantan dan              Bangunan
kandang pembesaran/penggemukan. Luasan              Aula (Bangunan pertemuan/tempat
areal yang dibutuhkan untuk kandang kandang          pelatihan) luas bangunan ± 80 m2
induk dan kandang beranak 1600 m2.                  Ruang Kelas, luas bangunan ± 64 m2
                                                    Kantor, luas banguan ± 72 m2
                                                   
Handling Yard                                        Gudang Pakan dan Peralatan, luas bangunan
      Handling yard dibuat untuk penanganan          ± 60 m2
ternak. Dalam handling yard beberapa                Bangunan Mesin Listrik
perlakuan seperti loading dan unloading ternak      Pos Satpam, luasan yang dibutuhkan ± 3 m2
(menurunkan dan menaikkan ternak) penyem-           Mess, luasannya ± 192 m2
protan ternak, pemberian vaksin, obat dan           Rumah Kepala dan Pegawai (1 unit rumah
vitamin. Selain itu, tata laksana pemeliharaan       kepala dan 4 unit rumah pegawai)
lainnya seperti pembersihan kuku atau kulit jika    Sumur Bor
ada luka juga dilakukan di kandang jepit pada       Menara Air
handling yard. Fasilitas yang perlu disediakan
dalam handling yard antara lain loading dan        Rancangan Penyediaan Pakan Ternak
unloading rump, kandang penampungan dan                 Salah satu faktor tata laksana pemeliha-
kandang jepit dan pintu multi arah serta lorong    raan yang penting dan pengaruhnya sangat
ternak (gang way). Handling yard dibangun          besar bagi produktivitas adalah pakan. Selain
berada dalam holding ground berdekatan             harus berkualitas, pakan juga harus ekonomis
dengan kandang. Luas handling yard 50 m2,          supaya dapat memberikan keuntungan.
                                                                                              23
Kualitas suatu bahan pakan ditentukan oleh          jagung, ubi kayu maupun limbah tahu.
kandungan zat nutrient atau komposisi               Konsentrat ini dicampur sendiri secara manual.
kimianya, serta tinggi rendahnya zat anti-nutrisi   Konsentrat yang diberikan sebanyak 1-1,5%
yang terkandung di dalamnya. Makanan pokok          bobot badan.
ternak sapi adalah berupa hijauan makanan
ternak dan pakan penguat (konsentrat) sebagai       Rancangan Pengelolaan Sapi Potong
tambahan.                                           Sistem Pemeliharaan Sapi Potong
                                                          Pemeliharaan ternak dilakukan secara
Rancangan Penyediaan Hijauan Pakan                  intensif. Sistem intensif yaitu sistem pemeliha-
Ternak                                              raan ternak sapi dengan cara dikandangkan
       Selama ini rumput lebih banyak               secara terus menerus dengan sistem pemberian
digunakan sebagai sumber hijauan makanan            pakan secara cut and carry. Pada sistem ini
ternak karena selain lebih murah juga lebih         ternak sapi dikandangkan (bangunan kandang)
mudah diperoleh. Di samping itu rumput              dan peternak setiap hari memberi pakan
mempunyai produksi yang lebih tinggi dan lebih      hijauan (rumput, jerami) dan pakan tambahan.
tahan terhadap tekanan defoliasi (pemotongan
dan renggutan). Dalam meningkatkan produksi         Sistem Produksi Sapi Potong
dan produktivitas ternak, ketersediaan dan                 Usaha peternakan ruminansia besar
kontinyuitas hijauan makanan ternak sangat          penghasil daging dapat dikelompokkan ke
diperlukan, untuk itu perlu diwujudkan adanya       dalam beberapa program produksi sapi yang
lahan yang digunakan sebagai kebun hijauan          masing-masing memiliki kekhususan dalam
makanan ternak (HMT). Kebun HMT adalah              pengelolaannya. Program tersebut antara lain
lahan tempat ditanamnya rumput unggul dan           produksi anak (cow calf), pembesaran anak sapi
atau legume sebagai sumber pakan ternak yang        sapihan (stocker) dan penggemukan (finisher).
berkualitas. Selain rumput sekali-kali peternak     Unit produksi sapi pedaging yang akan
juga memberikan sisa hasil petanian berupa          dikembangkan dibagi ke dalam tiga sistem
jerami padi atau batang jagung jalar sebagai        produksi yaitu :
pengganti sebagian hijauan (pada musim              1. Cow       calf   production      (Program
panen) dan dari jenis legume (kacang-                   Pembibitan/Breeding)
kacangan) seperti gamal dan lamtoro. Hijauan        Sistem ini untuk menghasilkan bibit pengganti
yang diberikan sebanyak 20 – 40 kg/ekor/hari        (replacement stock) dan anak sapi bakalan.
yang diberikan dua kali sehari (pagi dan sore       Dalam sistem ini anak sapi dipelihara bersama
hari). Pakan ternak yang ditanam meliputi :         induk hingga masa penyapihan selama sekitar
 Rumput Gajah                                      180 hari. Output yang dihasilkan dari sistem ini
 Gamal                                             adalah anak sapi lepas sapih jantan dan betina
 Lamtoro                                           dengan rataan bobot badan berkisar 60-70 kg.
                                                    2. Growing of stocker (Program Pembesaran
Rancangan Penyediaan Pakan Konsentrat                   Sapi)
      Konsentrat atau makanan penguat adalah        Yakni pemeliharaan secara anak sapi lepas
suatu bahan pakan dengan nilai gizi tinggi yang     sapih jantan dan betina dipelihara selama
dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk         sekitar 360 hari untuk menghasilkan feeder
meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan       cattle (sapi bakalan untuk digemukkan) dengan
pakan yang dimakan. Konsentrat sapi potong          bobot hidup berkisar 175-200 kg. Pada sistem
tidak selalu berbentuk konsentrat buatan            ini juga dipelihara sapi dara sebagai
pabrik atau yang dijual di pasaran (konsentrat      replacement stock.
komersial); namun dapat berupa bahan pakan          3. Fattening (Program Penggemukan Sapi)
tunggal atau campuran beberapa bahan pakan                 Yakni penggemukan sapi secara intensif
yang dicampur sendiri. Untuk menekan biaya          dalam feedlot selama 180 hari dengan pembe-
ransum,     pemberian      konsentrat    dapat      rian hijauan dan konsentrat hingga mencapai
dikombinasikan dengan bahan pakan limbah            bobot potong sekitar 275-317 kg. Sapi hasil
agroindustri potensial setempat. Pemanfaatan        penggemukan ini memiliki mutu yang lebih
bahan pakan setempat dapat menggantikan             baik. Dalam sistem ini juga digemukkan sapi
konsentrat komersial sampai dengan 75%.             betina dan jantan afkir sebelum dijual. Skema
      Rencana pengadaan konsentrat sapi             pola produksi sapi potong yang akan dikem-
potong di P2IUSP adalah menggunakan sumber-         bangkan di P2IUSP disajikan pada Gambar 6.
daya lokal seperti dedak padi, bungkil sawit,
24
COW CALF PRODUCTION
                                                     Waktu Sapih : 180 Hari
                                                     Berat Sapih : 60-70 Kg



        Pejantan/Induk Afkir                          ANAK LEPAS SAPIH



                                                GROWING OF STOCKER
                                                 Pemeliharaan : 360 - 540 hari
                                                    Berat Akhir : 200 Kg




                                      FATTENING                         SAPI DARA BIBIT
                                 Pemeliharaan : 180 hari
                                Bobot Potong : 275-350 kg



                                 SAPI SIAP POTONG
                          (jantan, induk afkir, pejantan afkir)



                                                   Distribusi / Pasar

                               Gambar 6. Pola Produksi Sapi Potong di P2IUSP


Rencana Produksi Sapi Potong                            keturunan dari sapi liar yang disebut banteng
      Rencana produksi sapi potong di P2IUSP            (Bos bibos atau Bos Sondaicus) yang telah
adalah untuk menghasilkan sapi betina bibit             mengalami proses penjinakkan (domestikasi)
dan usaha penggemukan/pembesaran. Usaha                 berabad-abad lamanya.        Sapi ini dapat
perbibitan sapi potong yang dikembangkan                berkembang sangat baik secara ekstensif di
menggunakan bangsa sapi bali sebanyak 50                padang penggembalaan maupun intensif
ekor sapi induk dan 10 ekor pejantan, sedang-           dengan level pemberian pakan rendah hingga
kan untuk usaha pembesara/penggemukan                   sedang. Sapi tersebut memiliki keunggulan
dilakukan dengan skala 50 ekor yang berasal             beradaptasi pada kondisi padang rumput alam
dari bakalan jantan hasil perbibitan dan bakalan        tropis. Sapi tersebut lebih tahan terhadap
dari luar yang dibeli. Usaha pembesaran/                cekaman panas, pakan terbatas dan ektoparasit
penggemukan dilakukan selama 6 bulan. Jadi              dibandingkan dengan sapi-sapi temperate
dalam setahun ada dua periode. Sapi-sapi                (iklim sedang). Selain itu sapi Bali memiliki
tersebut dipelihara secara intensif dalam               prosentase karkas yang lebih tinggi dibanding
kandang. Dengan sistem pemeliharaan ini,                jenis sapi lainnya. Bobot dewasa sapi jantan
diasumsikan rataan tingkat kelahiran anak               mencapai 450 kg, sedangkan yang betina 300-
sebesar 80%, rasio kelahiran anak jantan dan            400 kg. Upaya perbaikan mutu bibit sapi-sapi
betina 1: 1, dan kematian anak 15%. (Tabel 3).          lokal perlu memperhatikan pola pemeliharaan,
                                                        ketersediaan pakan dan fasilitas pendukung.
Ketersedian dan Kesesuaian Bibit Sapi                   Perbaikan mutu bibit dapat dilakukan dengan
      Berdasarkan    pertimbangan    peluang            introduksi pejantan unggul, seleksi dan
pasar,    penguasaan      teknik   produksi,            penambahan sapi bibit, penerapan teknologi
ketersediaan bibit, dan kondisi alami daerah            inseminasi buatan (IB) dengan menggunakan
Kalimantan Tengah, maka sapi yang diusaha-              semen beku.
kan adalah sapi bali. Sapi Bali merupakan

                                                                                                  25
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN
PRASARANA PERIKANAN

More Related Content

What's hot

Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1
Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1
Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1Donny Pati
 
Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014
Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014
Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014Dianora Didi
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPenataan Ruang
 
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022 .docx
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022  .docxJUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022  .docx
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022 .docxNoLopi
 
244244761 proposal-sumur-bor-pdf
244244761 proposal-sumur-bor-pdf244244761 proposal-sumur-bor-pdf
244244761 proposal-sumur-bor-pdfIchank Sabiyah
 
Proposal rintisan-desa-wisata
Proposal rintisan-desa-wisataProposal rintisan-desa-wisata
Proposal rintisan-desa-wisataMamah Mizan Mizan
 
Laporan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Triw...
Laporan  Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Triw...Laporan  Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Triw...
Laporan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Triw...Oswar Mungkasa
 
Contoh MoU Penetapan dan Penegasan Batas Desa Kab. Merangin-Provinsi Jambi
Contoh MoU Penetapan dan Penegasan Batas Desa Kab. Merangin-Provinsi JambiContoh MoU Penetapan dan Penegasan Batas Desa Kab. Merangin-Provinsi Jambi
Contoh MoU Penetapan dan Penegasan Batas Desa Kab. Merangin-Provinsi JambiPanembahan Senopati Sudarmanto
 
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015ignasius dh purba
 
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok TaniPetunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok TaniMuliadin Forester
 
Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional
Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) NasionalPokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional
Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) NasionalOswar Mungkasa
 
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL). Konsep-Pembe...
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL). Konsep-Pembe...Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL). Konsep-Pembe...
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL). Konsep-Pembe...Oswar Mungkasa
 
Membangun Desa Wisata di Kec.Karas Kabupaten Magetan
Membangun Desa Wisata di Kec.Karas Kabupaten  MagetanMembangun Desa Wisata di Kec.Karas Kabupaten  Magetan
Membangun Desa Wisata di Kec.Karas Kabupaten MagetanRudi Prasongko
 
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi Juni 2010
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi Juni 2010Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi Juni 2010
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi Juni 2010Mellianae Merkusi
 
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...Oswar Mungkasa
 
Pedoman teknis perluasan areal tanaman pangan tahun 2014
Pedoman teknis perluasan areal tanaman pangan tahun 2014Pedoman teknis perluasan areal tanaman pangan tahun 2014
Pedoman teknis perluasan areal tanaman pangan tahun 2014Dpc Pkb Aceh Tamiang
 

What's hot (20)

Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1
Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1
Ppsp implementation-trough-knowing-the-stbm-pillars1
 
Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014
Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014
Seminar rancangan perubahan Diklat PIM IV pola baru 2014
 
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaanPedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan
 
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022 .docx
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022  .docxJUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022  .docx
JUKLAK KABUPATEN PERPOMPAAN 2022 .docx
 
244244761 proposal-sumur-bor-pdf
244244761 proposal-sumur-bor-pdf244244761 proposal-sumur-bor-pdf
244244761 proposal-sumur-bor-pdf
 
Proposal rintisan-desa-wisata
Proposal rintisan-desa-wisataProposal rintisan-desa-wisata
Proposal rintisan-desa-wisata
 
Laporan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Triw...
Laporan  Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Triw...Laporan  Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Triw...
Laporan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (POKJA AMPL) Triw...
 
Contoh MoU Penetapan dan Penegasan Batas Desa Kab. Merangin-Provinsi Jambi
Contoh MoU Penetapan dan Penegasan Batas Desa Kab. Merangin-Provinsi JambiContoh MoU Penetapan dan Penegasan Batas Desa Kab. Merangin-Provinsi Jambi
Contoh MoU Penetapan dan Penegasan Batas Desa Kab. Merangin-Provinsi Jambi
 
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015
Laporan Identifikasi dan Klasifikasi Kelompok Tani Tahun 2015
 
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok TaniPetunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompok Tani
 
Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional
Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) NasionalPokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional
Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) Nasional
 
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL). Konsep-Pembe...
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL). Konsep-Pembe...Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL). Konsep-Pembe...
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL). Konsep-Pembe...
 
Pemetaan Batas Desa
Pemetaan Batas DesaPemetaan Batas Desa
Pemetaan Batas Desa
 
Membangun Desa Wisata di Kec.Karas Kabupaten Magetan
Membangun Desa Wisata di Kec.Karas Kabupaten  MagetanMembangun Desa Wisata di Kec.Karas Kabupaten  Magetan
Membangun Desa Wisata di Kec.Karas Kabupaten Magetan
 
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi Juni 2010
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi Juni 2010Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi Juni 2010
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi Juni 2010
 
Desain program
Desain programDesain program
Desain program
 
Laporan akhir 2014 bptp sumsel.1
Laporan akhir 2014 bptp sumsel.1Laporan akhir 2014 bptp sumsel.1
Laporan akhir 2014 bptp sumsel.1
 
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
Kebijakan Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Ber...
 
Kt. ai bulu
Kt. ai buluKt. ai bulu
Kt. ai bulu
 
Pedoman teknis perluasan areal tanaman pangan tahun 2014
Pedoman teknis perluasan areal tanaman pangan tahun 2014Pedoman teknis perluasan areal tanaman pangan tahun 2014
Pedoman teknis perluasan areal tanaman pangan tahun 2014
 

Similar to PRASARANA PERIKANAN

Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 07 - Tahun IV - 2012
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya   Edisi 07 -  Tahun IV - 2012Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya   Edisi 07 -  Tahun IV - 2012
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 07 - Tahun IV - 2012Mellianae Merkusi
 
Bappenas_Buku_Juknis_Aksi_1-2-3_27062019 (1).pdf
Bappenas_Buku_Juknis_Aksi_1-2-3_27062019 (1).pdfBappenas_Buku_Juknis_Aksi_1-2-3_27062019 (1).pdf
Bappenas_Buku_Juknis_Aksi_1-2-3_27062019 (1).pdfSriWahyuni439447
 
Bappenas buku juknis_aksi_1-2-3_stunting
Bappenas buku juknis_aksi_1-2-3_stuntingBappenas buku juknis_aksi_1-2-3_stunting
Bappenas buku juknis_aksi_1-2-3_stuntingKhasrulTsani1
 
PPT EVAPRO KELOMPOK.ppt
PPT EVAPRO KELOMPOK.pptPPT EVAPRO KELOMPOK.ppt
PPT EVAPRO KELOMPOK.pptcharlesisaupu
 
Renstra ketahanan pangan 2014 2019
Renstra ketahanan pangan 2014 2019Renstra ketahanan pangan 2014 2019
Renstra ketahanan pangan 2014 2019fionarazqa
 
Manual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan SanitasiManual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan SanitasiJoy Irman
 
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota PalopoSlum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota PalopoBagus ardian
 
Visi misi dan tujuan puskesmas
Visi misi dan tujuan puskesmasVisi misi dan tujuan puskesmas
Visi misi dan tujuan puskesmasismail1981
 
Visi misi dan tujuan puskesmas
Visi misi dan tujuan puskesmasVisi misi dan tujuan puskesmas
Visi misi dan tujuan puskesmasismail1981
 
Bahan paparan papua 050713
Bahan paparan papua 050713Bahan paparan papua 050713
Bahan paparan papua 050713Yustus Rona
 
Proposal bantuan kapal motor
Proposal bantuan kapal motorProposal bantuan kapal motor
Proposal bantuan kapal motorcibenk langsa
 
pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta ganggapembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta ganggaMarsiningsih Yanyan
 

Similar to PRASARANA PERIKANAN (20)

Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 07 - Tahun IV - 2012
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya   Edisi 07 -  Tahun IV - 2012Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya   Edisi 07 -  Tahun IV - 2012
Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya Edisi 07 - Tahun IV - 2012
 
Bappenas_Buku_Juknis_Aksi_1-2-3_27062019 (1).pdf
Bappenas_Buku_Juknis_Aksi_1-2-3_27062019 (1).pdfBappenas_Buku_Juknis_Aksi_1-2-3_27062019 (1).pdf
Bappenas_Buku_Juknis_Aksi_1-2-3_27062019 (1).pdf
 
Bappenas buku juknis_aksi_1-2-3_stunting
Bappenas buku juknis_aksi_1-2-3_stuntingBappenas buku juknis_aksi_1-2-3_stunting
Bappenas buku juknis_aksi_1-2-3_stunting
 
PPT EVAPRO KELOMPOK.ppt
PPT EVAPRO KELOMPOK.pptPPT EVAPRO KELOMPOK.ppt
PPT EVAPRO KELOMPOK.ppt
 
Renstra ketahanan pangan 2014 2019
Renstra ketahanan pangan 2014 2019Renstra ketahanan pangan 2014 2019
Renstra ketahanan pangan 2014 2019
 
Manual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan SanitasiManual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
Manual A Advokasi dan Kelembagaan Sanitasi
 
Pagu indikatif kewilayahan1
Pagu indikatif kewilayahan1Pagu indikatif kewilayahan1
Pagu indikatif kewilayahan1
 
Panduan desa siaga
Panduan desa siagaPanduan desa siaga
Panduan desa siaga
 
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota PalopoSlum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
Slum Improvement Action Plan (SIAP) NUSP2 Kota Palopo
 
Visi misi dan tujuan puskesmas
Visi misi dan tujuan puskesmasVisi misi dan tujuan puskesmas
Visi misi dan tujuan puskesmas
 
Visi misi dan tujuan puskesmas
Visi misi dan tujuan puskesmasVisi misi dan tujuan puskesmas
Visi misi dan tujuan puskesmas
 
Bahan paparan papua 050713
Bahan paparan papua 050713Bahan paparan papua 050713
Bahan paparan papua 050713
 
Rktm pembayaran gaji dan tunjangan
Rktm pembayaran gaji dan tunjanganRktm pembayaran gaji dan tunjangan
Rktm pembayaran gaji dan tunjangan
 
Proposal bantuan kapal motor
Proposal bantuan kapal motorProposal bantuan kapal motor
Proposal bantuan kapal motor
 
pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta ganggapembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
pembangunan dan pengembangan wilayah kubu tambahan-tirta gangga
 
Rktm program
Rktm programRktm program
Rktm program
 
Wisata minapolitan
Wisata minapolitanWisata minapolitan
Wisata minapolitan
 
5 7-1-sm
5 7-1-sm5 7-1-sm
5 7-1-sm
 
Laphir BPTP 2018
Laphir BPTP 2018Laphir BPTP 2018
Laphir BPTP 2018
 
Rencana strategis 2015 2019
Rencana strategis 2015 2019Rencana strategis 2015 2019
Rencana strategis 2015 2019
 

More from Mellianae Merkusi

Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016
Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016
Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016Mellianae Merkusi
 
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka RayaAnalisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Profil Sosek Kelurahan 2014 Kota Palangka Raya
Profil Sosek Kelurahan 2014 Kota Palangka RayaProfil Sosek Kelurahan 2014 Kota Palangka Raya
Profil Sosek Kelurahan 2014 Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Profil Kesra 2014 Kota Palangka Raya
Profil Kesra 2014 Kota Palangka RayaProfil Kesra 2014 Kota Palangka Raya
Profil Kesra 2014 Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014Mellianae Merkusi
 
Buku Statistik Kota Palangka Raya Tahun 2015
Buku Statistik Kota Palangka Raya Tahun 2015Buku Statistik Kota Palangka Raya Tahun 2015
Buku Statistik Kota Palangka Raya Tahun 2015Mellianae Merkusi
 
RKPD Perubahan Kota Palangka Raya Tahun 2014
RKPD Perubahan Kota Palangka Raya Tahun 2014RKPD Perubahan Kota Palangka Raya Tahun 2014
RKPD Perubahan Kota Palangka Raya Tahun 2014Mellianae Merkusi
 
Renstra Sekretariat Daerah Kota Palangka Raya
Renstra Sekretariat Daerah Kota Palangka RayaRenstra Sekretariat Daerah Kota Palangka Raya
Renstra Sekretariat Daerah Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Renstra Sekretariat DPRD Kota Palangka Raya
Renstra Sekretariat DPRD Kota Palangka RayaRenstra Sekretariat DPRD Kota Palangka Raya
Renstra Sekretariat DPRD Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Renstra Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Pendapatan Kota Palangka RayaRenstra Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Pendapatan Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Renstra Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Palangka RayaRenstra Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Renstra Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya
Renstra Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka RayaRenstra Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya
Renstra Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Renstra Badan Komunikasi, Informatika, Perpustakaan dan Arsip Kota Palangka Raya
Renstra Badan Komunikasi, Informatika, Perpustakaan dan Arsip Kota Palangka RayaRenstra Badan Komunikasi, Informatika, Perpustakaan dan Arsip Kota Palangka Raya
Renstra Badan Komunikasi, Informatika, Perpustakaan dan Arsip Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Renstra Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palangka Raya
Renstra Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palangka RayaRenstra Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palangka Raya
Renstra Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Renstra Inspektorat Kota Palangka Raya
Renstra Inspektorat Kota Palangka RayaRenstra Inspektorat Kota Palangka Raya
Renstra Inspektorat Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Renstra Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Palangka RayaRenstra Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Palangka RayaMellianae Merkusi
 
Renstra Dinas Pertanian, Perkebunan, Pelaksana Penyuluhan dan Katahanan Panga...
Renstra Dinas Pertanian, Perkebunan, Pelaksana Penyuluhan dan Katahanan Panga...Renstra Dinas Pertanian, Perkebunan, Pelaksana Penyuluhan dan Katahanan Panga...
Renstra Dinas Pertanian, Perkebunan, Pelaksana Penyuluhan dan Katahanan Panga...Mellianae Merkusi
 

More from Mellianae Merkusi (20)

SPBE Kota Palangka Raya
SPBE Kota Palangka RayaSPBE Kota Palangka Raya
SPBE Kota Palangka Raya
 
tabel tatanan 1.pdf
tabel tatanan 1.pdftabel tatanan 1.pdf
tabel tatanan 1.pdf
 
Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016
Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016
Selayang pandang-kota-palangka-raya-tahun-2016
 
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka RayaAnalisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
Analisis Distribusi Pendapatan 2014 Kota Palangka Raya
 
Profil Sosek Kelurahan 2014 Kota Palangka Raya
Profil Sosek Kelurahan 2014 Kota Palangka RayaProfil Sosek Kelurahan 2014 Kota Palangka Raya
Profil Sosek Kelurahan 2014 Kota Palangka Raya
 
Profil Kesra 2014 Kota Palangka Raya
Profil Kesra 2014 Kota Palangka RayaProfil Kesra 2014 Kota Palangka Raya
Profil Kesra 2014 Kota Palangka Raya
 
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
 
Buku Statistik Kota Palangka Raya Tahun 2015
Buku Statistik Kota Palangka Raya Tahun 2015Buku Statistik Kota Palangka Raya Tahun 2015
Buku Statistik Kota Palangka Raya Tahun 2015
 
RKPD Perubahan Kota Palangka Raya Tahun 2014
RKPD Perubahan Kota Palangka Raya Tahun 2014RKPD Perubahan Kota Palangka Raya Tahun 2014
RKPD Perubahan Kota Palangka Raya Tahun 2014
 
RKPD Perubahan Tahun 2013
RKPD Perubahan Tahun 2013RKPD Perubahan Tahun 2013
RKPD Perubahan Tahun 2013
 
Renstra Sekretariat Daerah Kota Palangka Raya
Renstra Sekretariat Daerah Kota Palangka RayaRenstra Sekretariat Daerah Kota Palangka Raya
Renstra Sekretariat Daerah Kota Palangka Raya
 
Renstra Sekretariat DPRD Kota Palangka Raya
Renstra Sekretariat DPRD Kota Palangka RayaRenstra Sekretariat DPRD Kota Palangka Raya
Renstra Sekretariat DPRD Kota Palangka Raya
 
Renstra Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Pendapatan Kota Palangka RayaRenstra Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Pendapatan Kota Palangka Raya
 
Renstra Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Palangka RayaRenstra Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Palangka Raya
 
Renstra Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya
Renstra Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka RayaRenstra Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya
Renstra Satuan Polisi Pamong Praja Kota Palangka Raya
 
Renstra Badan Komunikasi, Informatika, Perpustakaan dan Arsip Kota Palangka Raya
Renstra Badan Komunikasi, Informatika, Perpustakaan dan Arsip Kota Palangka RayaRenstra Badan Komunikasi, Informatika, Perpustakaan dan Arsip Kota Palangka Raya
Renstra Badan Komunikasi, Informatika, Perpustakaan dan Arsip Kota Palangka Raya
 
Renstra Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palangka Raya
Renstra Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palangka RayaRenstra Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palangka Raya
Renstra Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Palangka Raya
 
Renstra Inspektorat Kota Palangka Raya
Renstra Inspektorat Kota Palangka RayaRenstra Inspektorat Kota Palangka Raya
Renstra Inspektorat Kota Palangka Raya
 
Renstra Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Palangka RayaRenstra Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Palangka Raya
Renstra Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Palangka Raya
 
Renstra Dinas Pertanian, Perkebunan, Pelaksana Penyuluhan dan Katahanan Panga...
Renstra Dinas Pertanian, Perkebunan, Pelaksana Penyuluhan dan Katahanan Panga...Renstra Dinas Pertanian, Perkebunan, Pelaksana Penyuluhan dan Katahanan Panga...
Renstra Dinas Pertanian, Perkebunan, Pelaksana Penyuluhan dan Katahanan Panga...
 

PRASARANA PERIKANAN

  • 1. PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA EDISI 06/TAHUN IV/2012 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA JUNI 2012
  • 2. Penanggung Jawab Ir. Muhladun Redaktur Martina, SH, M.Si Daftar Isi 1 Penyunting/Editor Kata Pengantar 2 Drs. Sernus Kristhine Agustine, SE Evaluasi Daya Dukung Sarana dan 3 Roysart Alfons, ST, MT, MSc Prasarana Budidaya Perikanan di Wilayah Kota Palangka Raya Desain Grafis Nensianie, SP, MSi Studi Kelayakan Pembangunan Pusat 14 Vallery Budianto, ST Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Fotografer Immanuel Yuwana Yakti, ST Kajian Penerapan Standar Pelayanan 30 Sekretariat Minimal Pemerintah Kota Palangka Raya Edy Oktora Hanyi, ST (Bidang Kesehatan, Pendidikan Dasar dan Pemerintahan Dalam Negeri) Pengembangan Ekonomi Lokal 44 di Kota Palangka Raya Alamat Redaksi Bappeda Kota Palangka Raya Jl. Tjilik Riwut No. 98 Telp/Fax. 0536-3231542, 3231539 email: litbangbappedaplk@gmail.com 1
  • 3. S egala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya dalam seluruh proses dari tahap persiapan, penyusunan hingga pencetakan Buletin Litbang edisi keenam ini. Dalam edisi ini Tim Penyusun Buletin Litbang Bappeda Kota Palangka Raya menyajikan empat tulisan yanjg merupakan hasil pelaksanaan kegiatan SKPD jajaran Pemerintah Kota Palangka Raya. Dua di antaranya merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kota Palangka Raya dalam Tahun Anggaran 2011, sedangkan dua lainnya merupakan kegiatan di Bappeda Kota Palangka Raya Tahun Anggaran 2011. Kiranya Buletin Litbang Edisi ke-6 ini dapat membangkitkan inspirasi bagi kita sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam pembangunan masyarakat dan Kota Palangka Raya demi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Palangka Raya, Juni 2012 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA Ir. MUHLADUN Pembina Utama Muda NIP. 19570803 198710 1 001 2
  • 4. Kerjasama Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya dengan Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya LATAR BELAKANG S MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN arana dan prasarana budidaya perikanan merupakan salah satu sub Maksud dan tujuan kegiatan Evaluasi sistem dari program pembangunan Daya Dukung Sarana dan Prasarana Perikanan perikanan budidaya. Oleh karena itu di dalam Budidaya di Kota Palangka Raya adalah: perencanaannya, di samping perlu memahami (i) mengidentifikasi kegiatan perikanan konteks pembangunan budidaya perikanan budidaya yang terdapat di Kota Palangka Raya; secara keseluruhan juga perlu mempertim- (ii) melakukan evaluasi kondisi sarana dan bangkan berbagai aspek yang dibutuhkan untuk prasarana perikanan budidaya dan melakukan penyusunan suatu perencanaan yang baik. identifikasi daya dukung wilayah terhadap Usaha budidaya perikanan di Kota pengembangan dan pembangunan prasarana Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah budidaya di Kota Palangka Raya Provinsi sangat prospektif. Hal itu karena didukung oleh Kalimantan Tengah; dan (iii) memberikan ekologi sumber daya alamnya, pangsa pasar gambaran kelayakan kawasan dari segi teknis yang cukup baik dan hal yang paling penting lahan. Diharapkan pada akhirnya hasil kegiatan dari pengembangan usaha ini adalah langsung ini ini dapat memberikan gambaran tentang menyentuh pada kehidupan masyarakat desa, kondisi perikanan budidaya dan strategi khususnya petani ikan yang dapat meningkat- pengembangan sarana dan prasarana perikanan kan pendapatan dan kesejahteraan hidupnya, di Kota Palangka Raya. menciptakan kesempatan kerja serta dapat memenuhi kebutuhan gizi/protein hewani OUTPUT masyarakat. Perencanaan sarana dan prasarana Output dari kegiatan ini berupa : budidaya diperlukan agar pembangunan yang (i) Laporan Evaluasi yang memuat analisis studi dilakukan dapat secara optimal mendukung identifikasi dan studi aktivitas perikanan kegiatan budidaya serta diperolehnya efisiensi budidaya di Kota Palangka Raya, dan (ii) Peta baik pada tahap konstruksi maupun pada saat lokasi sebaran pembudidaya ikan dan sistem pengoperasian dan pemeliharaan. Budidaya ikan dalam keramba di Sungai Kahayan 3
  • 5. usaha budidaya perikanan di Kota Palangka Prasarana (infrastruktur) menurut Raya. pengertian umum adalah suatu bangunan yang digunakan untuk mendukung suatu kegiatan KERANGKA PENDEKATAN tertentu. Bangunan prasarana merupakan PERENCANAAN PRASARANA sesuatu yang tetap dan dalam pengopera- siannya tidak dipindah-pindahkan. Dengan BUDIDAYA PERIKANAN demikian yang disebut prasarana perikanan Perencanaan prasarana budidaya budidaya adalah bangunan yang digunakan diperlukan agar pembangunan yang dilakukan untuk mendukung kegiatan perikanan budidaya dapat secara optimal mendukung program pem- yang meliputi kegiatan pembudidayaan, kegi- bangunan budidaya baik aspek fisik maupun atan pembenihan, pengolahan dan pemasaran aspek fungsi serta diperolehnya efisiensi baik hasil, pembinaan teknologi dan penanganan pada tahap konstruksi maupun pada saat penyakit serta prasarana untuk kegiatan pengoperasian dan pemeliharaannya. lainnya yang termasuk dalam ruang lingkup Dengan demikian perlu pemahaman kegiatan perikanan budidaya. secara keseluruhan mengenai program Sebagai salah satu sub sistem perikanan pembangunan perikanan budidaya yang akan budidaya maka kebijaksanaan pengembangan dilaksanakan, yang meliputi: prasarana budidaya mengacu kepada kebijakan a. Potensi daya dukung wilayah terhadap pembangunan perikanan budidaya yang secara pengembangan budidaya, umum terdiri dari 2 (dua) program yaitu b. Sampai sejauh tingkat pengembangan yang intensifikasi dan ekstensifikasi. akan dilaksanakan atau direncanakan, Intensifikasi dari segi prasarana budidaya, c. Dukungan-dukungan pengembangan yang kegiatan intensifikasi didukung melalui telah ada (potensi)’ kegiatan rehabilitasi prasarana baik dalam d. Hambatan-hambatan yang mungkin timbul bentuk penambahan atau perbaikan. Kegiatan dan hal-hal yang merupakan pembatas ini diprioritaskan untuk mengatasi hal-hal yang (constrain), dipandang sangat mendesak yang memerlukan e. Prakondisi yang diperlukan agar perbaikan segera. pengembangan dapat dilaksanakan. Ekstensifikasi didukung melalui Gambaran secara keseluruhan tentang pembangunan prasaranabudidaya baik di lokasi program pembangunan perikanan budidaya yang mulai berkembang/dikembangkan secara (budidaya air payau, laut, tawar, pembenihan, bertahap maupun pada lokasi yang baru dibuka pengolahan, pembinaan) terangkum dalam atau dimanfaatkan. Masterplan yang idealnya disusun baik untuk Secara umum penyusunan masterplan lingkup Kabupaten maupun Propinsi. perikanan budidaya dalam suatu wilayah Kegiatan Pembuatan Master Plan (regional) mengacu kepada kebijakan Peme- mencakup mencakup perencanaan prasarana rintah daerah serta program pengembangan budidaya agar pembangunan yang dilakukan budidaya yang telah diterapkan. Sebagai dapat secara optimal mendukung kegiatan langkah awal kegiatan pembangunan dan budidaya serta diperolehnya efisiensi baik pada rehabilitasi prasarana budidaya, maka pada tahap konstruksi maupun pada saat pengopera- tahap perencanaan harus mengacu pada master sian dan pemeliharaannya. plan tersebut. Perencanaan prasarana budidaya dibagi dalam 2 (dua) tahapan yaitu tahap planning dan tahap perencanaan teknis rancang bangun (detil desain). Tahap planning sesungguhnya merupa- kan inti dari suatu perencanaan, karena pada tahap ini ditentukan arah pengembangan proyek, serta merupakan acuan bagi pelaksa- naan kegiatan selanjutnya baik pada tahap desain konstruksi serta tahap operasional dan pemeliharaan. Tahap planning ini merupakan kegiatan yang sulit dan bersifat multidisipliner, dimana diperlukan berbagai keahlian baik dalam bidang teknik, ekonomi dan sosial. Keramba di Sungai Kahayan 4
  • 6. METODE PELAKSANAAN dan kimia. Adapun metode pengumpulan baik berupa pengamatan, pengukuran, pengambilan Pengumpulan data primer dilakukan sampel, dan analisis laboratorium. Dalam dengan pengambilan data di lapangan melakukan pengumpulan data akan ditetapkan menggunakan metode Rapid Rural Appraisal stasiun pengamatan untuk mengefisiensikan (RRA) dan Participatory Rural Appraisal (PRA). dan mengefektifkan dalam memperoleh Dari analisis data yang dikumpulkan tersebut gambaran keseluruhan dari populasi di lokasi akan tergambar kondisi dan potensi aktual pekerjaan. kegiatan budidaya perikanan di wilayah Analisis data ekosistem dan sumberdaya studi.Begitu juga mengenai faktor pendukung dibedakan menjadi aspek biotik dan aspek dan permasalahan tentang aspek biofisik-kimia, abiotik.Aspek abiotik yang meliputi sifat fisika sosial ekonomi dan budaya, prasarana dan dan kimia akan dikaitkan dengan standar baku sarana penunjang kegiatan budidaya ikan yang kondisi perairan untuk kehidupan biota secara sudah ada, serta kebijakan-kebijakan dan umum. aturan-aturan pemerintah yang berlaku berkaitan dengan kawasan. Kondisi Teknis Budidaya Perikanan Untuk mengetahui kondisi teknis PENGUMPULAN DATA budidaya pada lokasi penelitian dilakukan Secara garis besar kegiatan penelitian pengambilan data primer yaitu dengan cara dibagi menjadi 2 komponen utama yaitu yang pengamatan langsung dan melakukan pertama komponen kondisi ekosistem dan wawancara dengan beberapa responden yang sumberdaya alamnya dan kedua kondisi teknis dipilih secara purposive. budidaya yang berhubungan dengan sistem Pengamatan pertama dilakukan pada budidaya yang digunakan, tingkat teknologi sistem budidaya yang berbasiskan daratan yang diterapkan. seperti kolam air tenang dan kolam tadah hujan. Kemudian pengamatan kedua dilakukan pada Kondisi Ekosistem dan Sumberdaya sistem budidaya yang berbasiskan air seperti Pengumpulan data ekosistem dan karamba ataukombongan dan sistem budidaya sumberdaya disesuaikan dengan jenis lainnya. ekosistemnya. Namun demikian, secara garis Sistem budidaya berbasiskan daratan besar aspek yang diamati adalah komponen terpisah dari perairan yang menjadi sumber air biotik baik makro maupun mikro dan sistem ini. Penyaluran air dilakukan dengan komponen abiotik yang meliputi aspek fisika menggunakan saluran atau pipa sedangkan sistem budidaya berbasis air dilakukan pada Budidaya ikan air tawar di Sungai 5
  • 7. badan air dimana interkasi antara ikan kultur limpasan banjir (flood-plain). Danau oxbow dan dengan lingkungannya sangat kuat dan hampir danau backwater di Kalimantan Tengah cukup tidak ada pembatasannya dan umumnya banyak, sejauh ini belum terekam secara pasti, diterapkan pada perairan umum seperti danau, walaupun diperkirakan jumlahnya mungkin di waduk dan sungai. atas 500 buah terlihat pada peta satelit, tersebar di sepanjang sungai-sungai. KERAGAAN EKOLOGIS PERAIRAN DAN Danau-danau di Kota Palangka Raya pada AKTIVITAS PERIKANAN umumnya bersifat musiman atau oxbow yang terbentuk dari limpasan banjir dan biasanya Danau-danau di wilayah Kalimantan relatif lebih dangkal yang mendapatkan suplai Tengah dapat digolongkan kedalam 3 tipe air dari limpasan banjir air sungai. Karena itu danau yang umumnya terjadi akibat dinamika ukuran danau yang sangat bervariasi dengan hidrologi air sungai utama. Danau Sembuluh lokasi yang terpencar-pencar di sepanjang adalah salah satu danau terbesar terletak di DAS sungai Rungan dan Sungai Kahayan di wilayah Seruyan, diprakirakan terjadi akibat pen-Dam- Kalimantan Tengah. Berdasarkan peta satelit an alamiah pada Sungai Rungau, cabang Sungai terlihat bahwa kebanyakan danau di Kaliman- Seruyan. Umumnya danau-danau di DAS tan Tengah berada di sepanjang sungai Rungan Seruyan yang cukup besar setelah Danau dan sebagian lagi di Sungai Kahayan dengan Sembuluh, seperti Danau Papudak dan Danau jumlah keseluruhan sebanyak 110 buah. Seluluk memiliki proses kejadian yang sama. Ekologi danau-danau di Kota Palangka Tipe danau kedua adalah danau oxbow (oxbow Raya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lake) termasuk danau sungai (fluviatile/river ketersambungan hidrologi dengan sungai, lake) yaitu bagian dari tipe limpasan dataran ukuran dan penyebarannya. Dilihat dari proses sungai (flood-plain) yang mana terjadinya suatu hidrologinya, terdapat tiga tipe ekosistem pengisolasian putaran dari lekukan-lekukan danau di daerah ini. Danau tipe pertama adalah sungai (meander) atau sungai tua (mature danau yang betul-betul terisolasi dari sungai. stream). Danau ini sering cukup dalam karena Tipe kedua berupa danau yang bagian hilirnya menempati segmen dari sungai (Cole1983; Joo tersambung permanen dengan sungai dan and Ward 1990). Tipe danau ketiga adalah danau tipe ketiga adalah danau yang bagian backwater-lake yaitu danau yang terjadi akibat hilirnya tersambung permanen sedangkan terisinya cekungan dibelakang sungai oleh air bagian hulunya hanya tersambung pada saat sungai utama. Danau ini juga termasuk danau naiknya permukaan air sungai saja. Danau-danau oxbow di sepanjang sungai-sungai besar di Kalimantan Tengah 6
  • 8. Ada beberapa karakteristik umum danau- produktivitas ikan di danau-danau Kalimantan danau oxbow di Kalimantan Tengah yang Tengah lebih tinggi, yaitu perbedaan panjang membedakannya dengan danau-danau tektonik garis pantai (shoreline). Meskipun kecil, tetapi besar yang biasa terdapat di daerah lain di karena jumlahnya yang sangat banyak, maka Indonesia seperti danau Toba di Sumatera, total garis pantai danau-danau di Kalimantan danau Lamongan di Jawa dan danau Bratan di Tengah menjadi sangat panjang. Menurut Bali. Ciri yang pertama adalah tingginya Wetzel (2001), semakin panjang garis pantai, fluktuasi muka air antara musim penghujan dan maka semakin luas pula daerah litoral sehingga musim kemarau yang dapat mencapai 6 m. energi yang disuplai ke danau dari ekosistem Karena ketersambungan danau-danau oxbow terestrial juga menjadi semakin besar. Karena ini dengan sungai-sungai besar, maka tinggi itu danau-danau di daerah kita jauh lebih rendahnya muka air ini pada umumnya sangat produktif dibanding danau-danau besar dan dipengaruhi oleh fluktuasi debit air sungai. dalam yang terdapat di pulau-pulau lain di Warna air yang hitam kecoklatan juga Indonesia. merupakan salah satu karakteristik utama Distribusi danau juga merupakan salah sebagian besar danau-danau di Kalimantan satu faktor ekologi yang sangat penting bagi Tengah. Hal ini disebabkan oleh rembesan air perairan umum di Kalimantan Tengah. Danau dari lahan gambut yang luasnya mencapai dengan ukuran kecil-kecil dan menyebar di hampir 5 juta hektar di daerah ini. Danau air tengah hamparan hutan yang luas bisa hitam ini biasanya memiliki kecerahan air yang diibaratkan sebagai pulau-pulau kecil yang sangat rendah hingga mencapai hanya sekitar berdiri sendiri di tengah Samudera luas. Kondisi 30 cm saja. Tipisnya lapisan zona euphotik ini seperti ini dalam ilmu ekologi biasa disebut menyebabkan rendahnya produktivitas primer sebagai “Fragmentasi habitat”. Habitat yang sebagian besar danau di daerah ini. terfragmentasi biasanya memerlukan ketersam- bungan agar organisme termasuk ikan-ikan dapat bermigrasi dari satu danau ke danau yang N lainnya. Dalam hal ini, keberadaan sungai sangatlah penting sebagai media penghubung antara danau-danau oxbow di Kalimantan Hurung Tengah. Jika fungsi sungai ini terganggu, maka Bat akan terganggu pula pola hidup ikan-ikan yang ada di perairan kita. Sifat fisika dan kimia air di danau khususnya suhu, pH dan oksigen terlarut cukup Bunte Tehang bervariasi. Berdasarkan pengamatan pada tanggal 21 Juli 2011 di beberapa danau oxbow di kawasan Sungai Rungan Kota Palangka Raya ditampilkan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Kualitas air Sungai yang diobservasi adalah bagian dari muara Sungai Rungan di Kelurahan Tumbang Rungan hingga di Kelurahan Munggu Baru. Stasiun pengamatan 1 km terdiri dari 8 tempat persis di bagian badan sungai di depan pelabuhan Dermaga Kecil Sungai yang berfungsi sebagai penghubung antara menuju ke Desa yaitu stasiun A1 di Mungku danau-danau. Baru, stasiun A2 di Bukit Sua, stasiun A3 di Panjehang, stasiun A4 di Gaung Baru, stasiunA5 di Petuk Bukit, stasiun A6 di Tangkiling, stasiun Ukuran yang kecil-kecil dengan jumlahnya A7 di Marang, stasiun A8 di dekat muara sungai yang sangat banyak juga merupakan keunikan Rungan. tersendiri danau-danau di Kalimantan Tengah. Jika dibandingkan dengan Danau Toba di Fitoplankton dan Zooplankton Perairan Sumatera, misalnya, mungkin total volume air Danau danau di Kalimantan Tengah tidak terlalu Secara umum, komunitas zooplankton di berbeda atau mungkin bahkan lebih sedikit. kawasan perairan Kota Palangka Raya Tetapi ada satu faktor yang membuat Kalimantan Tengah diwakili oleh klas rotifera 7
  • 9. Tabel 1. Nilai Parameter fisika Kualitas Air di Lokasi Pengamatan Kedalaman (m) Kecerahan Kekeruhan DHL ORP TDS Suhu Titik Sampling (cm) (NTU) (mS/m) (mV) (g/l) (oC) Sungai Rungan 2.6 – 6.2 29 – 49 0 5.6 181 0.05 29.8 Danau Takapan 3.9 32 – 52 0 5.4 223 0.04 27.3 – 31.2 Danau Rangas 5.1 31 - 39 0 1.12 178 0.02 28 – 31 Danau Rawet 2.8 27 - 38 0 5.2 238 0.01 28 – 30 Danau Hampapak 3.9 27 - 31 0 1.9 198 0.01 27.5 – 30.2 Danau Bajawak 3.9 29,8 0 5.7 199 0.01 28.2 – 29.6 Danau Madang 3.6 26,4 0 4.4 221 0.02 28.4 – 29.8 Danau Dapur (Cangkir) 3.5 40.5 0 3.2 215 0.01 29.7 - 29.9 Danau Marang 2.9 39.7 0 2.1 228 0.01 29.80 Danau Pinang 2.1 34 0 4.6 178 0.01 30.12 Danau Tundai 1.3 45 0 7.3 208 0.01 29.88 Danau Parasiang 2.4 52 0 4.4 234 0.01 31.00 Danau Teluk Petak 1.4 50 0 5.2 218 0.01 31.12 Tabel 2. Parameter Biologi dan Kimia Kualitas Air di Lokasi Pengamatan Chl-a DO CO2 Fosfat Nitrat TOM Titik Sampling pH (ug/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) (mg/l) Sungai Rungan 0,5 4.25 – 6.28 1.18 – 3.10 4.20 0.080 0.020 74.23 Danau Takapan 5,6 5.17 -6.15 1.48 -3.11 4.10 0.060 0.020 52.85 Danau Rangas 1,7 3.45 – 5.39 1.86 – 3.12 3.45 0.050 0.043 40.33 Danau Rawet 1,2 4.58 – 4.90 0.68 – 1.97 6.78 0.050 0.053 40.00 Danau Hampapak 4,4 3.94 – 4.75 0.15 – 1.6 5.29 0.042 0.072 44.66 Danau Bajawak 6,7 2.17 – 2.97 3.42 – 5.17 5.89 0.046 0.055 35.73 Danau Madang 4,2 3.28 – 5.35 3.27 – 3.24 5.19 0.064 0.082 60.29 Danau Dapur (Cangkir) 4,6 4.10 – 5.42 1.75 – 3.21 5.98 0.058 0.080 46.91 Danau Marang 3,7 3.10 – 3.48 2.61 – 2.79 5.27 0.052 0.065 24.28 Danau Pinang 2,4 4.34 – 5.42 2.31 – 3.65 5.78 0.032 0.044 44.47 Danau Tundai 2,7 4.50 - 4.68 3.55 – 3.80 5.80 0.050 0.042 50.10 Danau Parasiang 2,3 3.80 – 4.52 4.42 – 4.70 6.18 0.040 0.045 34.24 Danau Teluk Petak 1,8 4.10 – 5.14 4.36 – 4.88 5.29 0.050 0.030 32.140 dan dua subklas dari crustacea yaitu cladocera yang paling banyak ditemukan adalah dan copepoda. Total species zooplankton yang Limnodrillus sp, sedangkan Homochaeta sp juga telah diidentifikasi dari daerah ini terdiri dari ditemukan namun kelimpahannya rendah. 111 species rotifera, 13 genus cladocera dan 2 Selain jenis makrozoobenthos tersebut di species copepoda. Klas rotifera didominasi oleh atas, di Sungai Kahayan juga ditemukan jenis genus Anoraeopsis, Hexarthra, Keratella, jenis lain seperti dari famili Chironomidae yaitu Lecane, Polyarthra, dan Trichocerca, sedangkan Micropsectra sp (sub famili Tanitarsini) dan subclas cladocera biasanya didominasi oleh Chironomus sp, Parachironomus sp (sub famili genus Alona, Allonela, Bosminopsis dan Chironomini), dari famili Ceratopogonidae yaitu Ophryoxus. Dua genus copepod cyclopoida yang Leptoconops sp dan jenis dari famili Tipulidae umum ditemukan diperairan umum di kawasan dan grup Nematoda. Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah adalah Keberadaan organisme benthos pada Mesocyclop dan Thermocyclops. danau-danau di Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah umumnya menunjukkan jumlah jenis Bethos di Perairan Danau dan tingkat kelimpahan individu yang Keberadaan organisme benthos di Sungai cenderung lebih tinggi pada bagian hulu danau Kahayan lebihdi dominasi oleh familiTubificidae dibandingkanbagian tengah dan hilir danau. sub kelas Oligochaeta philum Annelida. Jenishewan benthos dari sub kelas Oligochaeta 8
  • 10. Nilai Beberapa Parimetrik Kualitas pada Beberapa Titik di Sungai Rungan yang Berkonektivitas dengan Danau Stasiun A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 BakuMutu Jam 10:36 12:45 8:40 16:50 14:55 12:25 10:15 11:31 - Kedalaman (m) 1,3 4,6 3,2 8,6 2,2 3,8 4,2 6,5 - Kecep. arus 0,23 0,21 0,17 0,20 0,24 0,16 0,14 0,14 - (m/det,) Kecerahan (cm) 50 67 61 27 34 36 30 40 - Kekeruhan (NTU) 55 69,5 56,6 74 72,4 90,7 79,9 63,3 5 NTU * Suhu (oC) 28,7 29,6 28,5 31,1 29,7 29,5 29,2 29,8 Normal ± 3oC **/# 6,5 – 8,5*;5 – 9 ** .pH 5,72 5,62 5,67 5,34 5,38 5,61 5,57 5,47 6,5 – 8,5# Oksigen Terlarut 4,67 5,82 5,59 5,05 5,83 4,49 5,19 6,08 3,0 mg/l** (mg/l) DHL 2,0 – 150 mS/m 4,2 4 4,1 3,4 4,2 4,9 3,8 3,6 (mS/m) (Boyd, 1988) Potensial Redoks 240 238 215 200 220 192 160 225 450 mV (mV) TDS (mg/l) 0,03 0,03 0,03 0,02 0,03 0,03 0,02 0,02 1000 mg/l ** TSS (mg/l) 0.04 0.08 0.04 0.24 0.04 0.06 0.05 0.06 25 mg/l **** BOD (mg/l) 7.9 7.0 12.0 4.2 5.1 5.5 6.4 5.1 10 mg/l **** COD (mg/l) 24.6 22.0 37.5 13.1 15.9 17.3 20.1 16.0 20 mg/l **** TOM (mg/l) 7.6 236.4 5.7 135.2 41.7 17.1 70.8 65.7 Fosfat (mg/l) 0.150 0.104 0.115 0.162 0.069 0.115 0.069 0.162 0,1 mg/l Amonia (mg/l) 0.04 0.05 0.05 0.08 0.05 0.05 0.05 0.05 0,02 mg/l *** Alkalinitas (mg/l) 201 168 214 140 171 151 176 177 500 mg/l * 0,001 mg/l * Hg (mg/l) <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 <0,00004 0,0005# Pb (mg/l) <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0,05 mg/l *, 0,1# Fe (mg/l) 0,84 1,27 0,79 2,2 1,16 1,06 1,24 1,01 0,3 mg/l *, 1# Mn (mg/l) <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 <0,003 0,1 mg/l *, 0,05# K (mg/l) 1,64 1,27 1,39 0,68 1,73 1,26 1,18 0,79 10 mg/l **** Phenol (mg/l) <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0,001 mg/l ***/# Minyak-Lemak 0 0 0 0 0 0 0 0 0,01 mg/l **** (mg/l) Keterangan : * Kriteria Kualitas Air Golongan A, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air, ** Kriteria Kualitas Air Golongan B, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air *** Kriteria Kualitas Air Golongan C, PP Nomor 20 Tahun 1990, Tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air, **** Kadar Maksimum beberapa parameter kualitas air untuk kepentingan air minum dan kehidupan organisme akuatik (UNESCO/WHO/UNEP, 1992), #SK. Gubernur KDH Tk. I Kalimantan Tengah , Nomor 3 Tahun 1995, tentang Penetapan Baku Mutu Air di Propinsi Daerah Tingkat I Kalteng (Kategori golongan B). Tanaman Air dan Vegetasi Rivarian pemakanan, asuhan dan pemijahan beberapa Ekosistem DAS Kahayan terdiri dari jenis ikan putihan (white fish). Vegetasi di sungai utama, anak-anak sungai, danau dan habitat danau Oxbow didominasi oleh rawa banjiran. Habitat Sungai Rungan adalah tumbuhan dari jenis pandan (Pandanus sp.) dan vegetasi riparian yang terdiri dari pepohonan/ putat (Schinus sp.), hanya di beberapa lokasi hutan, hutan rawang, rumput kumpai, saja ditemukan jenis-jenis rumput-rumputan Althenanthera sp., Elodea sp., Polygonum sp., (Graminae) dan Polygonum sp. Potamogeton sp., Sagittaria sp., Phragmites sp., Daerah bagian tengah dan hilir sungai Panicum sp., Paspalum sp., Eleoharis sp., dan yang berhubungan dengan Sungai utama Sungai Ludwigia sp., serta eceng gondok (Eichhornia Kahayan beserta daerah rawa banjirannya crassipes). Habitat ini merupakan habitat merupakan daerah produktif sebagai sentra 9
  • 11. penangkapan ikan. Vegetasi rivarian ini sangat Synbranchiformes, Rajiformes, menentukan produktivitas perairan sungai dan Tetraodontiformes, Beloniformes, danau serta rawa banjiran karena merupakan Osteoglossiformes, Pleuronectiformes, sumber nutrien allohthounous, sehingga Clupeiformes serta Elopiformes. Jumlah tersebut berfungsi sebagai habitat pemakanan, asuhan dimutakhirkan kembali pada tahun 2008 yaitu dan pemijahan ikan. sebanyak 270 jenis yang terdiri dari 39 famili, Berdasarkan Kabupaten di Provinsi Kalimantan Keanekaragaman Jenis Ikan Tengah untuk Kota Palangka Raya sebanyak Berdasarkan inventarisasi dan identifikasi 188 spesies, sedangkan berdasarkan daerah yang dilakukan Tim SDI (2006) jumlah ikan aliran sungai DAS Kahayan sebanyak 235 yang terdapat di Kalimantan Tengah sebanyak spesies. Potensi ikan hias untuk kota Palangka 267 jenis yang terdiri dari ordo Cypriniformes, Raya sebesar 59 spesies. Beberapa spesies Cyprinodontiformes, Perciformes, Siluriformes, ditampilkan pada gambar 2. Leptobarbus hoeveni Puntioplites Barbodes schwanenfeldii Osteochilus Osteochilus Osteochilus haselti Osteochilus microps Amblyrhynchichthys truncatus Barbichthys laevis Rasbora Pangasius djambal Pangasius poly- Pangasius micronemus Laides hexanema Kryptopterus cryptopterus Kryptopterus schilbeides Wallago leerii Belodontichthys dinema Hemybagrus nemurus Mystus micracanthus Bagrichthys macracanthus Chitala lopis Channa micropeltes Channa striata Channa pleurophthalmus Channa melasoma Clarias meladerma Clarias teijsmanni Helostoma temminckii Trichogaster pectoralis Trichogaster trichop- Trichogaster leeri Anabas testudineus Belontia hasselti Prestolepis fasciata Mastacembelus erythrotaenia Monopterus albus Parambasis wolffii Gambar 2. Jenis-jenis Ikan Yang Dominan Tertangkap Di DAS Rungan dan DAS Kahayan 10
  • 12. Budidaya Ikan Air Tawar Potensi Lahan Budidaya Perairan Umum dan Usaha budidaya ikan air tawar yang telah Tingkat Pemanfaatannya di Kota Palangka Raya berkembang di Kota Palangka Raya jika dilihat wadah atau jenis areal budidaya ikan yang Lahan Budidaya Perairan Umum digunakan adalah kolam, Keramba dan beje. Tingkat Budidaya yang dikembangkan di wilayah Kota No Kecamatan Potensi Existing Pemanfaatan Palangka Raya adalah Ikan Patin, Ikan Toman, (Ha) (Ha) (Ha) Ikan Mas, Ikan Nila, Ikan Bawal Tawar dan jenis 1. Pahandut 1.000 3,23 0,32 lainnya. 2. Sabangau 2.000 0,44 0,02 3. Jekan Raya 500 0,08 0,02 Produksi Perairan Umum dan Budidaya 4. Bukit Batu 3.500 0,08 0,00 Tahun 2006 s.d. 2010 di Kota Kalangka Raya 5. Rakumpit 3.500 0,18 0,001 10.500 4,01 0,03 Budidaya (ton) No Tahun Kolam Karamba benih ikan yang dihasilkan serta memenuhi kebutuhan benih ikan dan introduksi bagi 1 2006 21,80 863,10 budidaya ikan di wilayah Kota Palangka Raya. 2 2007 26,65 875,30 Kondisi Sosial Ekonomi Perikanan 3 2008 94,80 1.152,25 Nelayan di Kota Palangka Raya umumnya 4 2009 116,82 1.243,18 merupakan penduduk asli.Berdasarkan hasil penggalian data dan analisis literatur dapat 5 2010 574,52 1.913, 57 diidentifikasikan bahwa sebagian besar mereka berasal dari suku Dayak dan Banjar. Bahasa Produksi Budidaya Ikan Berdasarkan Kecamatan yang digunakan dalam keseharian adalah Tahun 2010 di Kota Palangka Raya bahasa Dayak dan Banjar. Pola struktur sosial di nelayan perairan Jenis Usaha No Kecamatan umum Palangka Raya secara umum adalah Kolam Keramba Jumlah kombinasi struktur komunal dan struktur 1. Pahandut 69,39 1.621,70 1.691,08 produksi. Struktur masyarakat komunal 2. Sabangau 209,71 104,64 314,35 menggambarkan pola hubungan sosial 3. Jekan Raya 117,90 89,86 207,76 berdasarkan ikatan ketetanggaan, kekerabatan 4. Bukit Batu 160,12 44,15 204,27 atau keagamaan. 5. Rakumpit 17,41 53,22 70,63 Kesadaran dan perasaan komunal di 574,52 1.913,57 2.488,09 dalam masyarakat lebih diakibatkan perasaan hubungan keluarga. Pola struktur produksi yang Potensi Lahan Budidaya Kolam dan ada di melibatkan perikanan, pertanian, Tingkat Pemanfaatannya di Kota Palangka Raya perkebunan, dan kehutanan. Fakta di lapangan memperlihatkan bahwa tingkat ketergantungan Lahan Budidaya Kolam masyarakat terhadap hasil hutan (kayu dan No Kecamatan Tingkat rotan) masih sangat tinggi. Potensi Existing Pemanfaatan Hal ini ditunjukkan dengan pengakuan (Ha) (Ha) (Ha) beberapa informan bahwa tingkat pendapatan 1. Pahandut 1.000 0,92 0,09 (kehidupan ekonomi) mereka cenderung 2. Sabangau 1.200 7,14 0,60 menurun secara drastis ketika terjadi 3. Jekan Raya 1.500 8,24 0,55 pelarangan penebangan hutan dan menurunnya 4. Bukit Batu 1.200 5,37 0,45 permintaan akan rotan. Sebagian besar 5. Rakumpit 1.100 0,74 0,07 masyarakat berkeinginan membuka hutan 6.000 22,41 0,37 untuk membuat perkebunan sawit atau karet, selain juga munculnya keinginan untuk Untuk menunjang kegiatan budidaya ikan membuka tambak atau kolam. telah dibangun Balai Benih Ikan (BBI) di Pola hubungan produksi ini melibatkan Kelurahan Banturung Kecamatan Bukit Batu. secara aktifkeempat cara produksi tersebut. Manfaatnya adalah untuk meningkatkan usaha Secara ringkas struktur sosial masyarakat budidaya ikan terutama di bidang pembenihan adalah seperti tercantum pada gambar 3. ikan, meningkatkan kualitas dan kuantitas 11
  • 13. dalam rangka mencapai tujuan akuakultur. Struktur Sosial Masyarakat Tujuan akuakultur adalah memproduksi ikan dan akhirnya mendapatkan keuntungan. Memproduksi ikan berarti mempertahankan Struktur Produksi Struktur Komunal ikan bisa dan tetap hidup, tumbuh, dan berkembangbiak dalam waktu sesingkat  Perikanan  Hubungan mungkin hingga mencapai ukuran pasar dan  Pertanian kekerabatan bisa dijual. Komponen di dalam sistem teknologi  Perkebunan  Ikatan tradisi akuakultur bekerja sinergis sehingga tercipta  Kehutanan lingkungan terkontrol dan optimal bagi upaya mempertahankan kelangsungan hidup ikan s erta m em acu pertum buhan dan Gambar 3. Pola Sosial Nelayan Perairan Umum perkembangbiakan ikan. Sistem usaha budidaya ikan ini harus Biasanya jenis ikan yang dibudidayakan mendapat perhatian karena itu dilakukan merupakan jenis yang banyak laku dipasaran. kegiatan penyusunan pemetaan kawasan usaha Sehingga ikan hasil budidaya dapat segera budidaya perikanan di Kalimantan Tengah agar terjual, sehingga perputaran modal dan untung dapat disusun kebijakan dan pengelolaan lebih dapat segera diraih. lanjut untuk peningkatan produksi budidaya Keramba dapat dibuat dalam dua bentuk yang optimal sesuai dengan daya dukung yaitu; bentuk empat persegi seperti bentuk peti lingkungan dan kemampuan teknologi maupun kayu terbuat dari bambu dengan rangka papan kapasitas pelaku usaha dalam mengembangkan balokan, dan bentuk bundar panjang seperti sektor perikanan budidaya. bubu penangkap ikan terbuat dari bilah bambu. Ukuran keramba disesuaikan dengan Sistem Usaha Perikanan Budidaya kebutuhan budidaya ikan. Setelah keramba Kota Palangka Raya dibuat, kemudian keramba diletakkan dalam Sistem teknologi akuakultur didefinisikan sungai, danau atau rawa. Pada perairan sempit sebagai wadah produksi beserta komponen dan tidak dalam, keramba dapat diletakkan lainnya dan teknologi yang diterapkan pada terendam sekira ± 20 – 30 cm di bawah wadah tersebut serta bekerja secara sinergis permukaan air. Dengan posisi keramba, dua sisi Distribusi Aktivitas Perikanan Budidaya di Kecamatan Kota Palangka Raya Aktivitas Budidaya No Kecamatan Keramba Kolam Desa Komoditas Desa Komoditas Toman, Patin, Bawal, Baung, 1. Pahandut Panarung Panarung Toman Tapah Mas, Bawal, Toman, Patin, Tanjung Pinang - - Gurame Pahandut Bawal, Nila, Patin, Gurame, Mas - - Pahandut Seberang Bawal, Nila, Patin, Mas - - 2. Sabangau - - Sabaru Patin, Gurame, Lele, Nila Kereng Bangkirai Toman Kereng Bangkirai Patin - - Kalampangan Patin, Gurame, Lele, Nila Bereng Patin, Toman - - Bereng Bangkirai Patin, Toman, Jelawat, Baung - - Danau Tundai Biawan - - 3. Jekan Raya Petuk Katimpun Toman, Patin, Bawal - - - - Bukit Tunggal Patin, Gurame, Lele, Biawan, Nila - - Palangka Patin, Gurame, Lele, Biawan - - Menteng Patin, Gurame, Lele, Nila 4. Bukit Batu Kanarakan Patin, Gurame - - - - Sei Gohong Patin, Gurame Tangkiling Toman, Nila, Patin Tangkiling Gurame Banturung Toman, Nila, Patin Banturung Gurame - - Habaring Hurung Gurame, Patin 5. Rakumpit Marang Toman, Betutu - - Panjehang Patin Panjehang Patin, Nila, Mas Pager Jaya Toman - - 12
  • 14. Contoh Sistem Budidaya dan Tipe Akses Tipe Budidaya Lahan Perairan Air Benih Pakan Teknologi Modal Swasta Terbuka Swasta Swasta Swasta Wanamina Bersama - Bersama swasta Bersama Negara Bersama Negara Swasta Negara Swasta Terbuka Swasta Swasta Swasta udang Bersama - Bersama swasta Bersama Negara Bersama Negara Swasta Negara Negara Swasta Kerang - - Terbuka - Bersama Bersama Bersama Negara Bersama Swasta Rumput laut - - Swasta - Bersama Negara Bersama Swasta Swasta Swasta Kolam - Swasta swasta Bersama bersama Negara Bersama Negara Swasta Keramba - Swasta swasta Bersama Bersama Bersama melintang arus dan satu sisi sejajar arus sungai. siapa yang mengontrol akses ke sumberdaya Pada perairan yang luas dan dalam keramba tersebut. Rezim kepemilikan dapat dipasang terendam sebagian sehingga sisa yang diklasifikasikan menjadi sumberdaya terbuka, terapung tinggal ±10cm. Dengan posisi sumberdaya milik umum, sumberdaya milik pemasangan, dua sisi melintang dan empat sisi swasta dan sumberdaya milik negara. memanjang. Agar keramba ikan dapat terapung, Sumberdaya terbuka adalah tidak adanya hak pemasangan harus dipadukan dengan benda properti yang didefinisikan berdasarkan yang dapat mengapung seperti drum kosong, kepemilikan bersama.Sumberdaya terbuka batang kayu dan lain-lain. Setelah pemasangan pada hakekatnya tidak ada pengaturan oleh keramba kemudian penaburan benih ikan yang siapapunserta tidak ada regulasi pasar yang siap di kerambakan. Ini dapat dibeli dan efektif menentukan sumberdaya tersebut. ditanyakan pada penjual bibit ikan atau bisa Sumberdaya milik umum atau sumberdaya juga konsultasi dan beli pada Balai Benih Ikan milik bersama adalah bahwa sumberdaya terdekat. tersebut dipegang secara bersama. Sumberdaya milik swasta cenderung lebih jelas batasannya, lebih mudah dipisahkan dan lebih mudah Sumberdaya dan Tipe Akses dalam Budidaya dialihkan kepada lainnya. Perikanan Skala Kecil Sumberdaya lahan dan air digunakan Tipe Akses sebagai basis yang dikaitkan dengan sektor Sumberdaya Open Milik lainnya.Hubungan tersebut kompetisi dan Swasta Negara Akses Umum pemanfaatan sumberdaya yang tidak sesuai dan Lahan - √ √ √ dapat berdampak negatif bagi keberlanjutan Perairan √ √ √ √ usaha budidaya perikanan skala kecil.Disi lain, Benih √ √ √ √ input benih dan pakan dapat mempengaruhi Pakan - √ √ - keberlanjutan perikanantangkap, dalam kasus Teknologi - - √ √ dimana benih dan pakan diperoleh dari hasil Modal - √ √ √ tangkapan. Sifat pemanfaatan basis sumberdaya alam juga akan mempengaruhi pilihan Arahan Pengembangan pengelolaan dan paktek konservasi. Sistem Usaha Perikanan Budidaya Sumber daya yang dimanfaatkan dalam budidaya perikanan skala kecil dapat di kategorikan dalam rezim kepemilikan yang berbeda, dimana rezim kepemilikan akan menentukan siapa yang memiliki akses dan 13
  • 15. Kerjasama Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan Kota Palangka Raya dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor PENDAHULUAN sangat baik, karena jenis sapi potong yang ada di Indonesia memiliki mutu genetik yang tinggi. Latar Belakang Salah satu sektor riil yang dapat P engembangan peternakan di daerah Kalimantan Tengah mempunyai arti yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan daging nasional maupun lokal. dijalankan yaitu melalui usaha peternakan, khususnya sapi potong yang merupakan salah satu bidang yang sangat strategis dalam mendukung stabilitas pertumbuhan wilayah Mengingat daging merupakan salah satu bahan Kota Palangka Raya karena beberapa alasan pangan hewani yang mempunyai nilai gizi tinggi berikut. Pertama, sapi potong merupakan sum- dan pada saat ini kebutuhan daging masih berdaya alam yang dapat diperbarui kembali belum dapat dipenuhi oleh Indonesia. Untuk (renewable) sehingga dapat dijamin dari sisi memenuhi kekurangan akan daging sampai saat sustainabilitas-nya. Kedua, ternak sapi potong ini pemerintah masih mengimpor daging dalam dalam berbagai pengalaman telah terbukti bentuk ternak hidup, karkas, maupun produk sangat berperan sebagai instrumen dalam olahannya. Peternakan ternak potong di upaya peningkatan pendapatan masyarakat Indonesia mempunyai prospek ekonomi yang kecil serta mengurangi kesenjangan 14
  • 16. pendapatan. Ketiga, bisnis sapi potong cukup sedangkan sisanya 98% berasal dari luar prospektif dan menjanjikan karena trend daerah, oleh karena itu untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Elastisitas kebutuhan daging, harus masih mendatangkan permintaan komoditas ternak terhadap penda- ternak dari luar Kota Palangka Raya. patan umumnya tinggi sehingga permintaan Kebutuhan ternak yang masih belum dapat komoditas ternak akan sangat sensitif di masa dipenuhi sendiri dari produksi ternak di Kota yang akan datang dengan semakin tingginya Palangka Raya, sedangkan luas wilayah Kota pendapatan masyarakat. Hal ini dapat Palangka Raya masih sangat memungkinkan mendorong investasi baik bagi pengusaha besar untuk dikembangkan, hal ini menunjukkan maupun peternak rakyat. Keempat, dukungan peluang besar untuk mengembangkan dan kebijakan cukup besar karena visi swasemada meningkatkan produksi ternak di Kota Palangka daging yang dicanangkan pemerintah pada Raya. tahun 2014. Kelima, limbah dari sapi potong Suatu alternatif pengembangan yang berupa manure dapat digunakan sebagai pupuk dapat dilakukan adalah pembangunan sentra kandang yang bermanfaat dalam menyumbang produksi sapi potong melalui usaha pembi- kesuburan tanah di lahan marginal. bitan dan penggemukan sapi yang dikelola Situasi nasional menunjukkan bahwa secara terintegrasi dari hulu ke hilir dan potensi pasar domestik yang sangat besar melibatkan masyarakat peternak berupa Pusat terhadap komoditas daging sapi menyebabkan Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong timbulnya kesenjangan antara ketersediaan dan (P2IUSP) akan selaras dengan pembangunan kebutuhan daging sapi yang terus meningkat pertanian di propinsi tersebut. dari tahun ke tahun. Model integrasi ini dapat mendorong Khusus Kalimantan Tengah, peluang terjadinya diversifikasi penggunaan sumber- pengembangan sapi potong di Kota Palangka daya produksi, efisiensi penggunaan tenaga Raya sangat prospektif. Dari data pemotongan kerja dan komponen produksi, mengurangi ternak di Kota Palangka Raya (Tabel 1) terlihat ketergantungan penggunaan input sumberdaya bahwa jumlah pemotongan ternak sapi potong dari luar, mengurangi resiko usaha tani, terjadi per tahunnya semakin meningkat, sebaliknya peningkatan pendapatan dan perbaikan populasi ternak relatif menurun. Pada tahun lingkungan hidup. 2008 tercatat bahwa jumlah pemotongan Pembangunan Pusat Perbibitan Sapi ternak sebanyak 4.465 ekor lebih tinggi dari potong yang akan dikembangkan oleh Kota populasi ternak yang ada 3.236 ekor. Artinya Palangka Raya memiliki nilai strategis karena ada selisih permintaan sebesar 1.229 ekor, merupakan upaya pemberdayaan masyarakat dengan asumsi semua ternak dipotong. Kerbau sekitar lokasi perusahaan dan sekaligus masih kekurangan 2 ekor. Hal ini menunjukkan mendukung kebijakan pemerintah dalam Kota Palangka Raya masih kekurangan ternak menumbuhkembangkan kawasan agribisnis besar. Berdasarkan profil UPT rumah potong sapi potong. hewan 2009 menyatakan bahwa populasi sapi Secara spesifik pengembangan Pusat potong Kota Palangka Raya hanya mampu Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong menyediakan 2% kebutuhan sapi potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi Tabel 1. Permintaan dan Produksi Komoditas Peternbakan Tahun 2008 No Jenis Ternak Populasi Pemotongan*) Kesenjangan 1. Sapi Potong 3.236 4.465 (-) 1.229 2. Kerbau 49 51 (-) 2 3. Kambing 1.703 629 (+) 1.074 4. Domba - - - 5. Babi 11.345 3.491 (+) 7.854 6. Ayam Buras 140.774 469.254 (-) 328.480 7. Ayam Pedaging 1.100.840 978.853 (+) 121.987 8. Itik/unggas lainnya 3.430 21.242 (-) 17.812 15
  • 17. Gambar 1. Peternakan pola intensif sapi potong (Bali, PO) di kelurahan Sei Gohong, kecamatan Bukit Batu. Kalimantan Tengah dimaksudkan untuk diharapkan dapat merupakan suatu unit yang pemberdayaan masyarakat di Kota Palangka mandiri baik dari segi ekonomisnya maupun Raya. Oleh karena itu, pengembangan kawasan segi tatalaksananya. Hasil produk unit tersebut dilakukan dengan prinsip-prinsip: (1) berbasis akan dipasarkan ke daerah-daerah minus sumberdaya lokal; (2) melibatkan masyarakat daging, yaitu kota-kota besar di sekitarnya dan secara partisipatif; (3) berorientasi pasar; di Pulau Jawa. (4) pengelolaan yang efisiensi melalui manajemen terpadu; (5) kerjasama berbagai Tujuan pihak. Tujuan umum dari kegiatan adalah Sumber daya manusia (SDM) yang mengkaji kelayakan pembangunan Pusat terampil dan tangguh di bidang peternakan Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi dan mengembangkan peternakan di daerah Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah. Upaya yang dapat dilaku- kan untuk meningkatkan SDM adalah dengan Keluaran menambah pengetahuan dan ketrampilan di Keluaran yang diharapkan dari hasil bidang peternakan dengan memberikan pela- kegiatan studi kelayakan pembangunan pusat tihan dan pendidikan. Oleh karena itu, P2IUSP perbibitan dan inkubator usaha sapi potong ini selain sebagai unit usaha peternakan sapi (P2IUSP) di kota Palangka Raya provinsi potong, juga merupakan pusat pendidikan dan Kalimantan Tengah adalah laporan dokumen pelatihan untuk meningkatkan sumber daya kajian kelayakan pembangunan pusat manusia di bidang peternakan. perbibitan dan inkubator usaha sapi potong Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha (P2IUSP) di kota Palangka Raya provinsi Sapi Potong (P2IUSP) yang akan didirikan ini Kalimantan Tengah. 16
  • 18. Ruang Lingkup pembangunan pusat perbibitan dan inkubator Ruang Lingkup kegiatan studi ini adalah : usaha sapi potong (P2IUSP) di kota Palangka 1. Lokasi kajian adalah lahan seluas 1.000 Ha di Raya, dapat dilihat pada Gambar 2. Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit Batu, Kota Palangka Raya. Lokasi Studi 2. Melakukan kajian terhadap faktor fisik Lokasi kajian terutama di rencana lokasi seperti daya dukung lahan, potensi pakan, peternakan seluas 1.000 Ha di wilayah kondisi sosial ekonomi dan infrastruktur Kelurahan Sei Gohong Kecamatan Bukit Batu pembibitan sapi di kelurahan Sei Gohong, Kota Palangka Raya, dan sebagai daerah Kecamatan Bukit batu, Kota Palngka Raya. penyokong adalah kawasan di sekitar lokasi. 3. Melakukan analisis kelayakan teknis dan manajemen Pembangunan Pusat Pembibitan Sumber Data dan Inkubator Usaha Sapi Potong di Data yang digunakan terdiri atas data Kelurahan Sei Gohong, Kecamatan Bukit primer dan data sekunder. Data primer Batu, Kota Palangka Raya. diperoleh melalui survei data lapangan yang 4. Membuat “Site Plan” Pusat Pembibitan dan meliputi observasi lapangan dan pengambilan Inkubator Usaha Sapi Potong di Kelurahan sampel, verifikasi data sekunder dan wawan- Sei Gohong, Kecamatan Bukit Batu, Kota cara dengan stakeholder terkait, sedangkan Palangka Raya. data sekunder dilakukan dengan pengumpulan data yang dipublikasikan oleh dinas/lembaga METODOLOGI pemerintah, seperti BPS, Bappeda dan Dinas Kerangka Pemikiran Pertanian Perikanan dan Peternakan. Kerangka Pemikiran studi kelayakan Potensi Wilayah : SDA Peran Strategis SDM Situasi Lingkungan Infrastruktur INPUT yang diharapkan Fasilitas Eksternal PROSES Perumusan SWOT Kajian Desain: Pusat perbibitan dan inkubator usaha sapi OUTPUT potong, Kelembagaan, Desain Fasilitas laya- nan, Pilot Percontohan, Workshop PROGRAM DAN KEGIATAN Berkembangnya Program Pembibitan dan OUTCOMES Inkubator Sapi Potong di Kota Palangka Raya, peningkatan populasi sapi potong, peningkatan pendapatan masyarakat. Gambar 2. Kerangka Pemikiran Studi Kelayakan Pembangunan Pusat Perbibitan dan Inkubator Usaha Sapi Potong (P2IUSP) di Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan Tengah 17
  • 19. Analisis Data kasi sumberdaya manusia dalam mengelola Pembangunan Pusat Pembibitan dan P2IUSP, (b) kebijakan dan program pemerintah Inkubator Usaha Sapi Potong (P2IUSP) kota, dan (c) ketersediaan alternative sumber merupakan investasi pemerintah daerah dalam pendanaan untuk pengelolaan P2IUSP. rangka mengembangkan usaha peternakan sapi Oleh karena P2IUSP adalah kelembagaan potong di Kota Palangka Raya sehingga mening- yang lebih berorientasi dan bersifat public katkan kesempatan usaha masyarakat yang service dan bukan suatu kelembagaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan semata-mata berorientasi keuntungan finansial, masyarakat dan perekonomian daerah. Proyek maka analisis kelayakan ekonomi lebih P2IUSP merupakan proyek yang mendukung ditekankan kepada estimasi manfaat dan nilai program pemerintah yaitu dalam rangka swa- tambah terhadap perekonomian masyarakat sembada daging, yang selama ini kekurangan khususnya dan perekonomian kota Palangka untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging Raya pada umumnya. Sebagaimana lazimnya dilakukan dengan impor. Walaupun secara suatu proyek investasi maka pada studi ini juga normatif P2IUSP diharapkan memberikan dilakukan estimasi kebutuhan dana untuk manfaat seperti tersebut di atas, akan tetapi pembangunan P2IUSP sesuai dengan hasil oleh karena menyangkut investasi yang besar, rancangan tapak, fasilitas dan serta analisis maka untuk menjamin dan memberikan kebutuhan dana untuk operasionalisasi keyakinan bahwa implementasi dan kegiatan P2IUSP. operasionalisasi nya sesuai dengan maksud dan Selain faktor kualitas pengelolaan suatu tujuan, analisis kelayakan tetap diperlukan. lembaga yang salah satu faktor penentunya Kajian kelayakan dimaksudkan untuk adalah kualitas sumberdaya pengelola, kesinam mengidentifikasi dan mengestimasi permasa- -bungan P2IUSP juga ditentukan oleh sejauh lahan, prospek dan risiko pembangunan mana kesinambungan sumber pendanaan untuk P2IUSP, serta program atau kegiatan yang membiayai operasionalisasi P2IUSP. Sebagai diperlukan untuk mengantisipasi dan mengatasi lembaga Public Service maka pendanaannya permasalahan dan resiko baik pada tahap adalah melalui mekanisme APBN dan APBD, pembangunan maupun pada tahapan yang dapat diduga tidak dapat menutupi implementasi dan operasionalisasi P2IUSP. seluruh kebutuhan biaya untuk operasional Kelayakan P2IUSP merupakan akumulasi P2IUSP. Untuk mendukung kesinambungan kelayakan pada aspek teknis, manajemen dan sumber pendanaan tersebut, maka perlu kelembagaan serta ekonomi. dilakukan analisis sejauh mana kegiatan Kelayakan pada aspek teknis/teknologis pembibitan sapi potong dan kegiatan inkubasi mencakup analisis terhadap (1) sejauh mana yang dilaksanakan oleh P2IUSP mampu men- kesesuaian lahan atau area yang ada dan generate pendapatan, sehingga bisa mendukung tersedia untuk budidaya sumber pakan dan operasional P2IUSP secara berkesinambunga. hijauan, (2) karateristik tanah dan topografi Analisis skenario cash flow yang dimungkinkan area untuk penggembalaan sapi, (3) karakte- sesuai dengan bentuk alternatif rancangan ristik agroklimat lokasi untuk pembibitan sapi, kelembagaan P2IUSP akan dilakukan. dan (4) sejauh mana ketersediaan dan kesesuaian bibit sapi potong ternak yang Analisis Kualitas Tanah dan Kesesuaian digunakan. Lahan Kelayakan pada aspek manajemen dan Analisis tanah meliputi tekstur tanah, pH, kelembagaan mencakup analisis terhadap unsur hara makro dan mikro, kejenuhan basa (1) sejauh mana dukungan dan kendala aspek (KB) dan kapasitas tukar kation (KTK), sosial-demografi masyarakat terhadap sedangkan analisis air meliputi pH, BOD dan karakteristik usaha budidaya sapi potong serta COD, daya hantar listrik (DHL), total dissolved program seperti apa yang harus dilakukan solid (TDS), dan unsur-unsur dan atau senyawa nantinya dalam mengatasi kendala tersebut, (2) bermanfaat dan beracun (Nitrat, nitrit, fosfat, , sejauh mana kelembagaan yang ada prospektif basa-basa, trace element, dan beberapa logam dalam mengimplementasikan dan mengopera- berat; Cu, Fe, Zn, Mn, Mg, Ca, K, Pb, Mo, B, Cr, Cd, sionalkan P2IUSP, serta (3) rancangan bentuk As dan Hg). kelembagaan seperti apa yang cocok sehingga Daya dukung lahan dikaji dari sisi menjamin efektifitas dan kesinambungan kesesuaian lahan menggunakan pendekatan P2IUSP, dengan mengidentifikasi: perbandingan antara sifat bio-fisik-kimia (a) kebutuhan dan ketersediaan serta kualifi- parameter lahan yang terdiri dari tanah, air, 18
  • 20. topografi, dan iklim dengan kebutuhan dari tipe  Metode Nell Rolinson penggunaan lahan yang akan diterapkan, dalam Komponen hijauan yang diukur hal ini untuk tapak pembangunan fisik dan produksinya yaitu rumput alam dan hijauan lahan produksi hijauan makanan ternak. hasil sisa pertanian (HHSP). Sumber hijauan Analisis ini didasarkan pada kriteria empiris adalah lahan dengan peruntukan pertanian yang telah dikembangkan dikombinasikan tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, dengan expert judgement sesuai tekonologi dan padang rumput dan jalan. Variabel yang manajemen yang akan diterapkan. dilaporkan dalam statistik adalah : a. Padang rumput permanen Analisis Potensi Penyediaan Hijauan Pakan b. Sawah bera Ternak Ruminansia c. Galengan sawah Metode yang digunakan untuk d. Hutan sejenis/hutan produksi menghitung potensi dan pengembangan ternak e. Hutan sekunder ruminansia berdasarkan ketersediaan hijauan f. Tegalan/lahan kering/ladang pakan adalah : g. Perkebunan  Metode KPPTR (Kapasitas Peningkatan h. Pinggir jalan Populasi Ternak Ruminansia) Rumus yang digunakan adalah : Identifikasi Jenis-Jenis Tanaman Pakan (1) KPPTR (Efektif) = Kapasitas Tampung - Analisis ini bertujuan untuk Populasi Riil mengidentifikasi jenis-jenis hijauan serta (2) Kapasitas Tampung = Potensi Produksi BK potensi hijauan yang dapat digunakan sebagai hijauan di suatu wilayah dibagi dengan pakan ternak yang tumbuh di daerah Kota (365 hari x 6.29 Kg BK) Palangka Raya Kalimantan Tengah.. Jenis (3) PMSL (Potensi Maksimum Sumberdaya tanaman yang diidentifikasi adalah tanaman Lahan) = a LG + b PR + c R rumput, leguminosa, gulma (tanaman Keterangan : pengganggu) dan limbah pertanian. a = 0.8 ST/ha b = 0.5 ST/ha Analisis Potensi Ketersedian Bahan Pakan c = 1.2 ST/ha Konsentrat LG = Lahan garapan Analisis ini bertujuan untuk mengetahui PR = Padang rumput ketersediaan pakan, baik kuantitas, kualitas R = Rawa serta kontinuitasnya. Analisis data dilakukan (4) PMKK (Potensi Maksimum Kepala dengan melihat sumber-sumber penyediaan Keluarga ) = d KK pakan yang berasal dari perkebunan, tanaman Keterangan : d = 3 ST/ha. pangan serta industri pengolah hasil pertanian. (5) KPPTR (SL) = PMSL – POPULASI RIIL Data tersebut diolah dengan menghitung (6) KPPTR (KK) = PMKK – POPULASI RIIL konversi dari luas tanam ke potensi penyediaan (7) KPPTR (E) = KPPTR (SL) limbah baik berupa bahan konsentrat maupun limbah hijauan. Tabel 1. Asumsi Produksi Hijauan Hasil Sisa Pertanian (HHSP) Produksi % % No. Bahan HHSP % BK % dikonsumsi (ton/ha) TDN Prdd 1. Jerami padi 2.5 92.5 10 41.5 0.6 2. Jerami Jagung 10 80.3 10 45,5 2.0 3. Daun singkong 5 26.0 20 14.9 3.6 4. Daun Ubi jalar 15 20.0 40 11.4 2.0 5. Jerami kedelai 3 88.9 40 38.6 1.1 6. Daun kacang tanah 4 90.0 40 39.7 4.7 19
  • 21. Potensi ketersediaan pakan sumber prosentase karkas yang lebih tinggi dibanding konsentrat di Kota Palangka Raya dihitung jenis sapi lainnya. Tingkat produksi ternak sapi berdasarkan produksi limbah-limbah lokal di Palangka Raya relatif masih rendah, pengolahan hasil pertanian yang dapat baik dari segi populasi maupun performan dimanfaatkan maupun yang potensial dapat individu sapi. dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Potensi Secara umum sapi lokal yang dipelihara pakan ternak sebanding dengan luasan tanaman peternak memiliki produktivitas yang rendah pertanian yang diusahakan. karena ternak hanya mengandalkan pakan dari padang rumput alam. Sapi-sapi tersebut Analisis Ketersediaan dan Kesesuaian Bibit memiliki ukuran kerangka tubuh yang kecil dan Sapi Potong dipotong pada umur yang sudah tua (4 – 5 Sesuai dengan salah satu tujuan dari tahun) untuk mencapai bobot potong berkisar P2IUSP adalah menghasilkan bakalan ternak antara 250 – 350 kg. Daging yang dihasilkan potong maka diperlukan bibit ternak sapi dari sapi tua mempunyai kualitas yang kurang potong. Bibit ternak adalah blue print mutu, baik, tingkat keempukan dagingnya rendah. dengan demikian calon induk dan pejantan Selama ini sapi lokal yang ada didaerah harus bermutu baik. Pemilihan jenis bangsa cenderung mengalami penurunan populasi dan sapi potong yang akan dikembang biakkan mutu genetik. Hal ini diduga terjadi karena adalah merupakan ternak sapi asli atau lokal belum adanya program pemulia-biakan yang (PO dan Bali) yang umumnya dapat dipelihara terarah. Umumnya para peternak, tidak secara ekstensif maupun semi-intensif. Sapi- menggunakan pejantan unggul. Praktis sapi tersebut memiliki keunggulan beradaptasi perkawinan ternak sapi di padang rumput pada kondisi padang rumput alam tropis. Sapi- terjadi secara alami dan tidak terkontrol dengan sapi tersebut lebih tahan terhadap cekaman menggunakan pejantan yang tersedia di panas, pakan terbatas dan ektoparasit diban- kandang umum. Hal ini dapat menyebabkan dingkan dengan sapi-sapi temperate (iklim terjadinya inbreeding yang berakibat pada sedang) yang termasuk kedalam kelompok Bos penurunan reproduksi dan produksi ternak. Taurus. Hal ini membuat sapi-sapi asli atau Upaya perbaikan mutu bibit sapi-sapi lokal yang akan dibibitkan dalam P2IUSP akan lokal perlu memperhatikan pola pemeliharaan, dapat menjadi komoditas ternak unggulan dan ketersediaan pakan dan fasilitas pendukung. merupakan sumber plasma nutfah yang sangat Perbaikan mutu bibit dapat dilakukan dengan potensial bagi pengembangan peternakan sapi introduksi pejantan unggul, seleksi dan potong dimasa yang akan datang. penambahan sapi bibit, penerapan teknologi Dari jenis sapi asli atau lokal tersebut di inseminasi buatan (IB) dengan menggunakan atas, umumnya jenis sapi bali yang merupakan semen beku. sapi asli Indonesia dapat berkembang dengan baik pada sistem pemeliharaan ekstensif di Analisis SWOT padang rumput dengan input pakan yang Analisis SWOT bertujuan untuk terbatas. Selain itu sapi Bali memiliki menyusun strategi pengembangan peternakan Tabel 2. Matriks SWOT Internal S (Strength) W (Weakness) Eksternal O (Opportunity) Strategi (S-O) Strategi (W-O) Menyusun strategi dengan menggunakan Menyusun strategi untuk memperoleh kekuatan internal untuk memperoleh keuntungan dari peluang yang ada dalam profit dari peluang yang ada mengatasi kelemahan Strategi (S-T) Strategi (W-T) T (Threats) Menyusun strategi dengan memanfaatkan Menyusun strategi dengan cara kekuatan yang ada untuk menghindari meminimalkan kelemahan dan ancaman menghindari ancaman 20
  • 22. sapi potong, baik jangka pendek, menengah terjadinya perpindahan penyakit antar maupun jangka panjang. Analisis SWOT yang peternakan, membuat kandang dengan luas akan dilakukan merupakan analisis terhadap yang layak sesuai jumlah ternak dan ventilasi lingkungan internal dan eksternal, melalui yang baik, membuat kandang isolasi bagi ternak identifikasi faktor-faktor kekuatan (strength), yang sakit dan kandang karantina bagi ternak kelemahan (weakness), peluang (opportunity), yang sehat. Mengisolasi kandang dari ganguan dan ancaman (threats). Dari hasil identifikasi hama dan serangga, merancang kandang agar faktor-faktor tersebut selanjutnya disusun mudah dibersihkan dan mengunakan bahan strategi melalui bantuan matriks SWOT (Tabel bangunan yang aman. Akses keluar masuk 2). peternakan dirancang agar orang yang tidak berkepentingan tidak sembarangan masuk ke RANCANGAN KAWASAN areal peternakan. Rencana tapak peternakan PEMBANGUNAN PUSAT PERBIBITAN sapi potong pembangunan di P2IUSP dapat dilihat pada Gambar 4 dan pada Gambr 5 peta DAN INKUBATOR USAHA SAPI arahan Areal Bangunan P2IUSP POTONG Bangunan peternakan dirancang untuk memfasilitasi kenyamanan, kesehatan dan Rancangan Tapak produktivitas ternak. Ventilasi yang baik, Berdasarkan hasil analisis kebutuhan tersedianya pakan dan air dengan kualitas yang ruang dan daya dukung lingkungan, ditentukan baik, penerangan dan kenyamanan ternak men- pemanfaatan ruang berupa rencana tapak jadi perhatian untuk meningkatkan performan pemanfaatan ruang. Rencana tapak ini berisi ternak. Area yang terpisah diperlukan untuk panduan dalam perencanaan fisik tata letak mengisolasi ternak yang sakit dan untuk bangunan. Pendekatan analisis tapak menya- perawatan ternak. takan sifat, struktur dan potensi tapak tersebut. Pada peta kawasan dibuat pembagian Dalam analisis tapak dipertimbangkan hal-hal area berdasarkan fungsi (peruntukan) areal yang terkait dengan tata guna tanah, topografi, dalam menunjang produktivitas sebuah drainase, tanah, vegetasi, iklim, kondisi yang kawasan peternakan. Lokasi kawasan akan ada serta ciri khusus (Gambar 3). dibagi menjadi beberapa fungsi area, yaitu: area Tata letak bangunan diatur dengan lahan kebun rumput, area untuk kandang, area berdasarkan fungsinya dan jarak antar untuk handling yard, dan area untuk bangunan dalam peternakan yang berdekatan pengolahan limbah, area perkantoran, parkir, juga diatur agar tidak menambah resiko taman, mess, dan mesin listrik. Ketentuan:  % Kapling sarana dan prasarana  Standar teknis ANALISIS TAPAK (Sifat Struktur dan Potensi Tapak):  Tata guna tanah ANALISIS KEBUTUHAN  Topografi LAHAN  Sumber Air  Drainase RENCANA PENYUSUNAN KONSEP RENCANA TAPAK  Tanah  Vegetasi ANALISIS DAYA  Iklim DUKUNG TAPAK  Kondisi yang ada  Ciri khusus Gambar 3. Konsep Pendekatan Analisis Tapak 21
  • 23. Gambar 4. Rencana Tapak Gambar 5. Peta arahan Areal Bangunan P2IUSP 22
  • 24. Rancangan Fisik Bangunan dengan lebar gang way 1 m. Kandang jepit Sarana dan prasarana yang akan dibangun letaknya berjejer seri dengan kandang kandang pada kawasan P2IUSP adalah kandang, handling penampungan dan gang way. Sapi yang diberi yard, kantor, gudang pakan dan peralatan, Aula perlakuan akan diperlakukan di kandang jepit (bangunan pertemuan), pagar kawasan, unit yang berada dalam handling yard. pengolahan limbah, generator listrik, sumur bor, menara air, pos satpam, mess dan rumah Pagar Kawasan pengelola (kepala dan pegawai). Lokasi kawasan P2IUSP secara fisik Kandang dibatasi oleh pagar. Untuk memperkokoh pagar, Kandang bagi ternak sapi potong tanaman gamal (Glyricidia sepium) atau angsana merupakan sarana yang mutlak harus ada. disarankan untuk ditanam antar tiang pagar Kandang merupakan tempat berlindung ternak dengan interval satu meter, sehingga diantara dari hujan, terik matahari, pengamanan ternak dua tiang pagar terdapat 5 tegakan pohon terhadap binatang buas, pencuri, dan kandang gamal. Keuntungan pemanfaatan tanaman juga merupakan salah satu sarana untuk gamal sebagai pagar adalah daunnya dapat menjaga kesehatan.. dimanfaatkan sebagai sumber hijauan pakan Beberapa persyaratan yang diperlukan berkualitas tinggi. dalam mendirikan kandang antara lain: (1) memenuhi persyaratan kesehatan ternak, Unit Pengolahan Limbah (2) mempunyai ventilasi yang baik, (3) efisiensi Unit pengolahan limbah akan dibuat dalam pengelolaan (4) melindungi ternak dari berdekatan dengan kandang. Unit ini terdiri pengaruh iklim dan keamanan kecurian dari 1 unit biogas dan 1 unit pengolahan dan (5) serta tidak berdampak terhadap lingkungan pembuatan pupuk. Biogas dibangun dengan sekitarnya. Konstruksi kandang harus kuat dan sistem kubah atau dengan bahan semen beton tahan lama, penataan dan perlengkapan volume 15 m3. Lantai dasar bangunan ditembok. kandang-kandang hendaknya dapat Unit pengolahan pengolahan pupuk. Unit ini memberikan kenyamaman kerja bagi petugas terdiri dari 5 kompartmen, yaitu untuk penam- dalam dalam proses produksi seperti memberi pungan feses segar, pengolahan (dekomposisi) pakan, pembersihan, pemeriksaan birahi dan feses melalui perlakuan biokomposer, dan penanganan kesehatan. penampungan pupuk jadi. Masing-masing Bentuk dan tipe kandang disesuaikan kompartmen dipisahkan dengan sekat tembok dengan lokasi berdasarkan agroekosistemnya, setinggi 70—80 cm. Total luasan yang pola atau tujuan pemeliharaan dan kondisi dibutuhkan untuk unit biogas 20 m2 dan unit fisiologis ternak. Kandang yang diperlukan pengelolaan pupuk 25 m2. dalam kawasan inti adalah kandang induk, kandang beranak, kandang pejantan dan Bangunan kandang pembesaran/penggemukan. Luasan  Aula (Bangunan pertemuan/tempat areal yang dibutuhkan untuk kandang kandang pelatihan) luas bangunan ± 80 m2 induk dan kandang beranak 1600 m2.  Ruang Kelas, luas bangunan ± 64 m2  Kantor, luas banguan ± 72 m2  Handling Yard Gudang Pakan dan Peralatan, luas bangunan Handling yard dibuat untuk penanganan ± 60 m2 ternak. Dalam handling yard beberapa  Bangunan Mesin Listrik perlakuan seperti loading dan unloading ternak  Pos Satpam, luasan yang dibutuhkan ± 3 m2 (menurunkan dan menaikkan ternak) penyem-  Mess, luasannya ± 192 m2 protan ternak, pemberian vaksin, obat dan  Rumah Kepala dan Pegawai (1 unit rumah vitamin. Selain itu, tata laksana pemeliharaan kepala dan 4 unit rumah pegawai) lainnya seperti pembersihan kuku atau kulit jika  Sumur Bor ada luka juga dilakukan di kandang jepit pada  Menara Air handling yard. Fasilitas yang perlu disediakan dalam handling yard antara lain loading dan Rancangan Penyediaan Pakan Ternak unloading rump, kandang penampungan dan Salah satu faktor tata laksana pemeliha- kandang jepit dan pintu multi arah serta lorong raan yang penting dan pengaruhnya sangat ternak (gang way). Handling yard dibangun besar bagi produktivitas adalah pakan. Selain berada dalam holding ground berdekatan harus berkualitas, pakan juga harus ekonomis dengan kandang. Luas handling yard 50 m2, supaya dapat memberikan keuntungan. 23
  • 25. Kualitas suatu bahan pakan ditentukan oleh jagung, ubi kayu maupun limbah tahu. kandungan zat nutrient atau komposisi Konsentrat ini dicampur sendiri secara manual. kimianya, serta tinggi rendahnya zat anti-nutrisi Konsentrat yang diberikan sebanyak 1-1,5% yang terkandung di dalamnya. Makanan pokok bobot badan. ternak sapi adalah berupa hijauan makanan ternak dan pakan penguat (konsentrat) sebagai Rancangan Pengelolaan Sapi Potong tambahan. Sistem Pemeliharaan Sapi Potong Pemeliharaan ternak dilakukan secara Rancangan Penyediaan Hijauan Pakan intensif. Sistem intensif yaitu sistem pemeliha- Ternak raan ternak sapi dengan cara dikandangkan Selama ini rumput lebih banyak secara terus menerus dengan sistem pemberian digunakan sebagai sumber hijauan makanan pakan secara cut and carry. Pada sistem ini ternak karena selain lebih murah juga lebih ternak sapi dikandangkan (bangunan kandang) mudah diperoleh. Di samping itu rumput dan peternak setiap hari memberi pakan mempunyai produksi yang lebih tinggi dan lebih hijauan (rumput, jerami) dan pakan tambahan. tahan terhadap tekanan defoliasi (pemotongan dan renggutan). Dalam meningkatkan produksi Sistem Produksi Sapi Potong dan produktivitas ternak, ketersediaan dan Usaha peternakan ruminansia besar kontinyuitas hijauan makanan ternak sangat penghasil daging dapat dikelompokkan ke diperlukan, untuk itu perlu diwujudkan adanya dalam beberapa program produksi sapi yang lahan yang digunakan sebagai kebun hijauan masing-masing memiliki kekhususan dalam makanan ternak (HMT). Kebun HMT adalah pengelolaannya. Program tersebut antara lain lahan tempat ditanamnya rumput unggul dan produksi anak (cow calf), pembesaran anak sapi atau legume sebagai sumber pakan ternak yang sapihan (stocker) dan penggemukan (finisher). berkualitas. Selain rumput sekali-kali peternak Unit produksi sapi pedaging yang akan juga memberikan sisa hasil petanian berupa dikembangkan dibagi ke dalam tiga sistem jerami padi atau batang jagung jalar sebagai produksi yaitu : pengganti sebagian hijauan (pada musim 1. Cow calf production (Program panen) dan dari jenis legume (kacang- Pembibitan/Breeding) kacangan) seperti gamal dan lamtoro. Hijauan Sistem ini untuk menghasilkan bibit pengganti yang diberikan sebanyak 20 – 40 kg/ekor/hari (replacement stock) dan anak sapi bakalan. yang diberikan dua kali sehari (pagi dan sore Dalam sistem ini anak sapi dipelihara bersama hari). Pakan ternak yang ditanam meliputi : induk hingga masa penyapihan selama sekitar  Rumput Gajah 180 hari. Output yang dihasilkan dari sistem ini  Gamal adalah anak sapi lepas sapih jantan dan betina  Lamtoro dengan rataan bobot badan berkisar 60-70 kg. 2. Growing of stocker (Program Pembesaran Rancangan Penyediaan Pakan Konsentrat Sapi) Konsentrat atau makanan penguat adalah Yakni pemeliharaan secara anak sapi lepas suatu bahan pakan dengan nilai gizi tinggi yang sapih jantan dan betina dipelihara selama dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk sekitar 360 hari untuk menghasilkan feeder meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan cattle (sapi bakalan untuk digemukkan) dengan pakan yang dimakan. Konsentrat sapi potong bobot hidup berkisar 175-200 kg. Pada sistem tidak selalu berbentuk konsentrat buatan ini juga dipelihara sapi dara sebagai pabrik atau yang dijual di pasaran (konsentrat replacement stock. komersial); namun dapat berupa bahan pakan 3. Fattening (Program Penggemukan Sapi) tunggal atau campuran beberapa bahan pakan Yakni penggemukan sapi secara intensif yang dicampur sendiri. Untuk menekan biaya dalam feedlot selama 180 hari dengan pembe- ransum, pemberian konsentrat dapat rian hijauan dan konsentrat hingga mencapai dikombinasikan dengan bahan pakan limbah bobot potong sekitar 275-317 kg. Sapi hasil agroindustri potensial setempat. Pemanfaatan penggemukan ini memiliki mutu yang lebih bahan pakan setempat dapat menggantikan baik. Dalam sistem ini juga digemukkan sapi konsentrat komersial sampai dengan 75%. betina dan jantan afkir sebelum dijual. Skema Rencana pengadaan konsentrat sapi pola produksi sapi potong yang akan dikem- potong di P2IUSP adalah menggunakan sumber- bangkan di P2IUSP disajikan pada Gambar 6. daya lokal seperti dedak padi, bungkil sawit, 24
  • 26. COW CALF PRODUCTION Waktu Sapih : 180 Hari Berat Sapih : 60-70 Kg Pejantan/Induk Afkir ANAK LEPAS SAPIH GROWING OF STOCKER Pemeliharaan : 360 - 540 hari Berat Akhir : 200 Kg FATTENING SAPI DARA BIBIT Pemeliharaan : 180 hari Bobot Potong : 275-350 kg SAPI SIAP POTONG (jantan, induk afkir, pejantan afkir) Distribusi / Pasar Gambar 6. Pola Produksi Sapi Potong di P2IUSP Rencana Produksi Sapi Potong keturunan dari sapi liar yang disebut banteng Rencana produksi sapi potong di P2IUSP (Bos bibos atau Bos Sondaicus) yang telah adalah untuk menghasilkan sapi betina bibit mengalami proses penjinakkan (domestikasi) dan usaha penggemukan/pembesaran. Usaha berabad-abad lamanya. Sapi ini dapat perbibitan sapi potong yang dikembangkan berkembang sangat baik secara ekstensif di menggunakan bangsa sapi bali sebanyak 50 padang penggembalaan maupun intensif ekor sapi induk dan 10 ekor pejantan, sedang- dengan level pemberian pakan rendah hingga kan untuk usaha pembesara/penggemukan sedang. Sapi tersebut memiliki keunggulan dilakukan dengan skala 50 ekor yang berasal beradaptasi pada kondisi padang rumput alam dari bakalan jantan hasil perbibitan dan bakalan tropis. Sapi tersebut lebih tahan terhadap dari luar yang dibeli. Usaha pembesaran/ cekaman panas, pakan terbatas dan ektoparasit penggemukan dilakukan selama 6 bulan. Jadi dibandingkan dengan sapi-sapi temperate dalam setahun ada dua periode. Sapi-sapi (iklim sedang). Selain itu sapi Bali memiliki tersebut dipelihara secara intensif dalam prosentase karkas yang lebih tinggi dibanding kandang. Dengan sistem pemeliharaan ini, jenis sapi lainnya. Bobot dewasa sapi jantan diasumsikan rataan tingkat kelahiran anak mencapai 450 kg, sedangkan yang betina 300- sebesar 80%, rasio kelahiran anak jantan dan 400 kg. Upaya perbaikan mutu bibit sapi-sapi betina 1: 1, dan kematian anak 15%. (Tabel 3). lokal perlu memperhatikan pola pemeliharaan, ketersediaan pakan dan fasilitas pendukung. Ketersedian dan Kesesuaian Bibit Sapi Perbaikan mutu bibit dapat dilakukan dengan Berdasarkan pertimbangan peluang introduksi pejantan unggul, seleksi dan pasar, penguasaan teknik produksi, penambahan sapi bibit, penerapan teknologi ketersediaan bibit, dan kondisi alami daerah inseminasi buatan (IB) dengan menggunakan Kalimantan Tengah, maka sapi yang diusaha- semen beku. kan adalah sapi bali. Sapi Bali merupakan 25