SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 25
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENEMUKAN GAGASAN
UTAMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC PADA
         SISWA KELAS V SDN GULUN 1 MAOSPATI MAGETAN



                          Proposal




                       Disusun Oleh:

                       Dwi Fatmawati

                         09141054

                        VII B / PGSD



        PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

                 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

                      IKIP PGRI MADIUN

                           2012
BAB I

                               PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
           Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ada empat ketrampilan berbahasa
    yang harus dikuasai siswa yaitu ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan
    menulis. Kemampuan membaca merupakan ketrampilan dasar bagi siswa, yang
    harus dikuasai agar mereka dapat mengikuti seluruh proses pembelajaran. Salah
    satu kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik tingkat SD kelas V adalah
    “Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75
    kata/menit”.
           Kenyataan di lapangan ternyata kemampuan menemukan gagasan bagi
    sebagian besar siswa masih merupakan kegiatan yang tergolong sulit. Hal ini
    disebabkan karena siswa kurang berminat membaca teks secara cermat sehingga
    berdampak pada hasil tes membaca yang sangat rendah. Disamping itu, dalam
    pembelajaran Bahasa Indonesia di SD masih berpusat kepada guru dan masih
    menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut menyebabkan
    siswa masih terlihat pasif dan merasa cepat bosan dalam proses belajar sehingga
    tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik.
           Menyikapi    permasalahan    tersebut,   penulis   berupaya   mencari   titik
    permasalahan tersebut salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran
    kooperatif (cooperatif learning) tipe Cooperative Integrated Reading and
    Composition (CIRC). Pembelajaran CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan
    menulis secara kooperatif-kelompok. Dalam CIRC siswa dituntut untuk menguasai
    pikiran utama dari suatu wacana dan kemampuan membaca dan menulis lainnya
    secara bersama-sama. Siswa dibagi kelompok oleh guru, kemudian menyelesaikan
    masalah yang terdapat dari bacaan tersebut secara bersama-sama.
           Dengan menggunakan pembelajaran CIRC siswa dapat latihan membaca,
    menemukan gagasan utama, menuliskan kembali isi cerita dan memberikan
    tanggapan terhadap isi bacaan yang telah dibaca secara berkelompok sehingga dapat
    meningkatkan cara siswa berpikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang
    tinggi sesama teman. Dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC
    diharapkan dapat meningkatkan minat baca.
Berdasarkan    uraian     diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
    penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Menemukan
    Gagasan Utama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC untuk
    Siswa Kelas V SDN Gulun 1 Maospati Magetan”


B. Fokus Masalah
         Berdasarkan     latar belakang     masalah     diatas, maka     penulis dapat
   merumuskan masalah sebagai berikut :
   1. Bagaimana penerapan          model pembelajaran kooperatif tipe CIRC untuk
      meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama kelas V SDN Gulun 1
      Maospati Magetan?
   2. Apakah      penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat
      meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama siswa kelas V SDN Gulun
      1 Maospati Magetan?
C. Pemecahan Masalah
       Dalam menyikapi permasalahan tersebut diambil suatu tindakan dengan
    menerapkan pembelajaran kooperatif      tipe CIRC pada mata pelajaran Bahasa
    Indonesia siswa kelas V SDN Gulun 1 kecamatan Maospati Magetan.
       Indikator yang diharapkan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
    CIRC dapat meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama pada mata
    pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN Gulun 1 kecamatan Maospati
    Magetan.


D. Tujuan Penelitian
         Tujuan penelitian ini khususnya adalah :
   1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
      CIRC untuk meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama kelas V SDN
      Gulun 1 Maospati Magetan?
   2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
      dapat meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama siswa kelas V SDN
      Gulun 1 Maospati Magetan?


E. Manfaat Penelitian
         Dari hasil penelitian ini diharapkan agar dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Siswa
   Menumbuhkan minat dan semangat siswa dalam membaca
2. Bagi Guru
   Sebagai bahan acuan guru dalam memilih model pembelajaran dalam
   meningkatkan kemampuan membaca siswa
3. Bagi Kepala Sekolah
   Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas pembelajaran di sekolah
4. Bagi Peneliti
   Untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan model pembelajaran
   CIRC terhadap kemampuan menemukan gagasan utama
BAB II
                                   KAJIAN PUSTAKA
  A. Gagasan Utama

             Gagasan utama atau dalam bahasa inggris “main idea” secara sederhana dapat
      diartikan sebagai inti dari kalimat utama. Pengertian ini merupakan hasil pendekatan
      dari aplikasinya, bukan pada proses kreatif kepenulisan. Karena pada dasarnya,
      gagasan utama akan secara paksa atau alami tertuang secara jelas dalam kalimat
      utama.Pada contoh paragraf di atas, gagasan utamanya adalah “bahwa tanda-tanda
      infeksi bisa ditemukan sendiri dengan mengamati kulit anak dari dekat.”Gagasan
      utama bersifat abstrak. Artinya, gagasan utama tidak melulu tertuang secara konkret
      dalam sebuah paragraf. Gagasan utama ini akan tertuang dalam bentuk kalimat utama.
      Sementara kalimat bisa beragam bentuk dan sudut pandangnya.

             Dari uraian di atas, kita akan dengan mudah menemukan gagasan utama
      sebuah paragraf ketika kalimat utama sudah ditemukan. Begitu juga sebaliknya,
      kalimat utama akan mudah ditemukan, ketika gagasan utama sudah bisa ditangkap.
      Namun, karena kalimat utama lebih bersifat aplikatif, maka, akan lebih objektif jika
      pencarian kalimat utama didahulukan daripada gagasan utama.Pemahaman terhadap
      dua hal di atas hanya mungkin didapat melalui proses latihan yang terus menerus.
      Dalam proses pembelajaran di sekolah hendaknya siswa diarahkan untuk terus
      berlatih menemukan dua hal tersebut dalam satu atau tiga wacana penuh. Wacana bisa
      diambil dari surat kabar terpercaya atau media lainnya.

B. Pengajaran Kooperatif

          Pengajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan pengajaran
   melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
   kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001).

   1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

             Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa
      depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling
      mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang
silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi
   juga sesama siswa.

          Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain. Karena
   sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya
   sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial,
   makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling
   membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau
   saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara
   sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa.

          Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa
   “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
   mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama
   siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.

2. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
          Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat
   elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran
   kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka;
   (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar
   pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan” (Abdurrahman &
   Bintoro, 2000:78-79)

   a. Saling ketergantungan positif
              Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
      mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan.            Hubungan yang saling
      membutuhan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi ntuk
      meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai
      melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan
      dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d)
      saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.

   b. Interaksi tatap muka
              Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling
      bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan
guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para
      siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih
      bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa
      lebih mudah belajar dari sesamanya.

   c. Akuntabilitas individual
              Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.
      Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa
      terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual
      tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota
      kelompok mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang
      memerluan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan
      bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya,
      dan karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan
      kelompok. Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan
      akuntabilitas individual.

   d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi
              Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,
       sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani
       mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan
       berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi
       (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja
       diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya
       memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa.

3. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

      Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari
   pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif
   tersebut dapat dikemukan sebagai berikut ini.

   1. Merumuskan tujuan pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran yang perlu
      diperhatikan oleh guru, tujaun akademik (academic objectives) dan tujuan
      keterampilan bekerja sama (collaborative skill objectives). Tujuan akademik
      dirumuskan sesuai dengan taraf perkembangan siswa dan analisis tugas atau
analisis konsep. Tujuan keterampilan bekerja sama meliputi keterampilan
   memimpin, berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik.
2. Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar. Jumlah anggota dalam tiap
   kelompok belajar tidak boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6 siswa. Ada 3
   faktor yang menentukan jumlah anggota tiap kelompok belajar. Ketiga faktor
   tersebut adalah: (1) taraf kemampuan siswa, (2) ketersediaan bahan, dan (3)
   ketersediaan waktu. Jumlah anggota kelompok belajar hendaknya kecil agar tiap
   siswa aktif menjalin kerjasama menyelesaikan tugas. Ada 4 pertanyaan yang
   hendaknya dijawab oleh guru saat akan menempatkan siswa dalam kelompok.
   Keempat pertanyaan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
   a. Pengelompokkan siswa secara homogen atau heterogen? Pengelompokkan
      siswa hendaknya heterogen. Keheterogenan kelompok mencakup jenis
      kelamin, ras, agama, (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang,
      rendah), dan sebagainya.
   b. Bagimana menempatkan siswa dalam kelompok? Ada dua jenis kelompok
      belajar kooperatif, yaitu (1) yang berorientasi bukan pada tugas (non-task-
      orientied), dan (2) yang berorientasi pada tugas (task oriented). Kelompok
      belajar kooperatif yang berorientasi bukan pada tugas tidak menuntut adanya
      pembagian tugas untuk tiap anggota kelompok. Kelompok belajar semacam
      ini tampak seperti pada saat siswa mengerjakan soal-soal Bahasa Indonesia
      berbentuk prosedur penyelesaian dan mencocokkan pendapatnya. Siswa bebas
      memilih teman atau ditentukan oleh guru. Kebebasan memilih teman sering
      menyebabkan kelompok belajar menjadi homogen sehingga tujuan belajar
      kooperatif tidak tercapai. Anggota tiap kelompok belajar hendaknya
      ditentukan secara acak oleh guru.


3. Menetukan tempat duduk siswa. Tempat duduk siswa hendaknya disusun agar
   tiap kelompok dapat saling bertatap muka tetapi cukup terpisah antara kelompok
   yang satu dengan kelompok lainnya. Susunan tempat duduk dapat dalam bentuk
   lingkaran atau berhadap-hadapan.

4. Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif. Cara
   menyusun bahan ajar dan penggunaannya dalam suatu kegiatan pembelajaran
   dapat menetukan tidak hanya efektivitas pencapaian tujuan belajar siswa. Bahan
ajar hendaknya dibagikan kepada semua siswa agar mereka dapat berpartisipasi
   dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika kelompok
   belajar telah memiliki cukup pengalaman, guru tidak perlu membagikan bahan
   ajar dengan berbagai petunjuk khusus. Jika kelompok belajar belum banyak
   pengalaman atau masih baru, guru perlu memberi tahu para siswa bahwa mereka
   harus bekerja sama, bukan bekerja sendiri-sendiri. Ada 3 macam cara untuk
   meningkatkan saling ketergantungan positif. Ketiga macam cara tersebut dapat
   dikemukakan sebagai berikut.

   a. Saling ketergantungan bahan. Tiap kelompok hanya diberi satu bahan ajar dan
       kelompok harus bekerja sama untuk mempelajarinya.
   b. Saling ketergantungan informasi. Tiap anggota kelompok diberi bahan ajar
       yang berbeda untuk selanjutnya disatukan untuk disintesiskan. Bahan ajar
       juga dapat disajikan dalam bentuk “Jigsaw Puzzle” sehingga dengan demikian
       tiap siswa memiliki bagian dari bahan yang diperlukan untuk melengkapi atau
       menyelesaikan tugas.
   c. Saling ketergantungan menghadapi lawan dari luar. Bahan ajar disusun dalam
       suatu bentuk pertandingan antar kelompok yang memiliki kekuatan
       keseimbangan sebagai dasar untuk meningkatkan saling ketergantungan
       positif antar anggota kelompok. Keseimbangan kekuatan antar kelompok pelu
       diperhatikan Karena pertanding antar kelompok yang memiliki kekuatan
       seimbang atau memiliki peluang untuk kalah atau menang yang sama dapat
       meningkatkan motivasi belajar.
5. Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif. Saling
   ketergantungan positif dapat diciptakan melalui pembagian tugas kepada tiap
   anggota kelompok dan mereka bekerja untuk saling melengkapi.
6. Menjelaskan tugas akademik. Ada beberapa aspek yang perlu disadari oleh para
   guru dalam menjelaskan tugas akademik kepada para siswa. Beberapa aspek
   tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut.
   a. Menyusun tugas sehingga siswa menjadi jelas mengenai tugas tersebut.
       Kejelasan tugas sangat penting bagi para siswa karena dapat menghindarkan
       mereka dari freustasi atau kebingungan. Dalam pembelajaran kooperatif siswa
       yang tidak dapat memahami tugasnya dapat bertanya kepada kelompoknya
       sebelum bertanya kepada guru.
b. Menjelaskan tujuan belajar dan mengaitkannya dengan pengalaman siswa di
       masa lampau.
   c. Menjelaskan berbagai konsep atau pengertian atau istilah, prosedur yang
       harus diikuti atau pengertian contoh kepada para siswa.
   d. Mengajukan berbagai pertanyaan khusus untuk mengetahui pemahaman para
       siswa mengenai tugas mereka.
7. Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama.
   Menjelaskan tujuan dan keharusan bekerja sama kepada para siswa dilakukan
   dengan contoh sebagai berikut.
   a. Meminta kepada kelompok untuk menghasilkan suatu karya atau produk
       tertentu. Jika karya kelompok berupa laporan, tiap anggota kelompok harus
       menandatangani laporan tersebut sebagai tanda bahwa ia setuju dengan isi
       laporan kelompok dan dapat menjelaskan alasan isi laporan tersebut.
   b. Menyediakan hadiah bagi kelompok. Pemberian hadiah merupakan salah satu
       cara untuk mendorong kelompok menjalin kerja sama sehingga terjalin pula
       rasa kebersamaan antar anggota kelompok. Semua anggota kelompok harus
       saling membantu agar masing-masing memperoleh skor hasil belajar yang
       optimal karena keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan tiap
       anggota.
8. Menyusun akuntabilitas individual. Suatu kelompok belajar tidak dapat dikatakan
   benar-benar kooperatif jika memperbolehkan adanya anggota kelompok yang
   mengerjakan seluruh pekerjan. Suatu kelompok belajar juga tidak dapat dikatakan
   benar-benar kooperatif jika memperbolehkn adanya anggota yang tidak
   melakukan apa pun demi kelompok. Untuk menjamin agar seluruh anggota
   kelompok benar-benar menjalin kerja sama dan agar seluruh anggota kelompok
   benar-benar menjalin kerja sama dan agar kelompok mengetahui adanya anggota
   kelompok yang memerlukan bantuan atau dorongan, guru harus sering melakukan
   pengukuran untuk mengetahui taraf penguasaan tiap siswa terhadap materi
   pelajaran yang sedang dipelajari.
9. Menyusun kerja sama antar kelompok. Hasil positif yang ditemukan dalam suatu
   kelompok belajar kooperatif dapat diperluas ke seluruh kelas dengan menciptakan
   kerja sama antar kelompok. Nilai tambahan dapat diberikan jika seluruh siswa di
   dalam kelas meraih standar mutu yang tinggi. Jika suatu kelompok telah
   menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, para anggotanya dapat diminta untuk
membantu kelompok-kelompok lain yang belum selesai. Upaya semacam ini
   memungkinkan terciptanya suasana kehidupan kelas yang sehat, yang
   memungkinkan semua potensi siswa bekembang optimal dan terintegrasi.
10. Menjelaskan kriteria keberhasilan. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif
   bertolak dari penilaian acuan patokan (criterion referenced). Pada awal kegiatan
   belajar guruhendaknya menerangkan secara jelas kepada siswa mengenai
   bagaimana pekerjaan mereka akan dinilai.
11. Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan. Perkataan kerja sama atau gotong
   royong sereing memiliki konotasi dan penggunaan yang bermacam-macam. Oleh
   karena itu, guru perlu mendifinisikan perkatann kerja sama tersebut secara
   operasional dalam bentuk berbagai perilaku tersebut antara lain dapat
   dikemukakan dengan kata-kata seperti “Tetaplah berada dalam kelompokmu”,
   “Berbicaralah pelan-pelan”, Berbicaralah menurut giliran,” dan sebagainya. Jika
   kelompok mulai berfungsi secara efektif.
12. Memantau perilaku siswa. Setelah semua kelompok mulai bekerja, guru harus
   menggunakan sebagian besar waktunya untuk memantau kegiatan siswa. Tujuan
   pemantauan, guru harus menjelaskan pelajaran, mengulang prosedur atau strategi
   untuk menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan, dan mengajarkan keterampilan
   menyelesaikan tugas kalau perlu.
13. Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaian tugas. Pada saat
   melakukan pemantauan, guru harus menjelaskan pelajaran, mengulang prosedur
   atau strategi untuk menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan, dan mengajarkan
   keterampilan menyelesaikan tugas kalau perlu.
14. Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama. Pada saat
   memantau kelompok-kelompok yang sedang belajar, guru kadang-kadang
   menemukan siswa yang tidak memiliki keterampilan untuk menjalin kerja sama
   yang cukup dan adanya kelompok yang memiliki masalah dalam menjalin kerja
   sama. Dalam kondisi semacam itu, guru perlu memberikan nasihat agar siswa
   dapat bekerja efektif.
15. Menutup pelajaran. Pada saat pelajaran berakhir, guru perlu meringkas pokok-
   pokok pelajaran, meminta kepada siswa untuk mengemukakan ide atau contoh,
   dan menjawab pertanyaan dan hsil belajar mereka.
16. Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa. Guru menilai kualitas
   pekerjaan atau hasil belajar para siswa berdasarkan penilaian acuan patokan. Para
anggota kelompok hendaknya juga diminta untuk memberikan umpan balik
                 mengenai kualitas pekerjaan dan hasil belajar mereka.
             17. Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok. Meskipun waktu belajar di
                 kelas terbatas, diperlukan waktu untuk berdiskusi dengan para siswa untuk
                 membahas kualitas kerja sama antar anggota kelompok pada hari itu.
                 Pembicaraan dengan para siswa dilakukan untuk mengetahui apa yang telah
                 dilakukan dengan baik dan apa yang masih perlu ditingkatkan pada hari
                 berikutnya.


             C.Pembelajaran CIRC

                    CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition,
     termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan
     pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis (Steven dan Slavin dalam Nur, 2000:8)
     yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan
     menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan
     hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika.

             Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish.
     Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model
     pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian
     mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting.

             Jadi ,CIRC merupakan program yang komprehensif untuk mengajari pembelajaran
     membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar.

B.    Komponen-Komponen dalam Model Pembelajaran CIRC

             Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3-4) memiliki
     delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain:

1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa.

2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau
     berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang
     tertentu.
3)    Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi
     dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

4)     Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan
     guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya.

5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan
     memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok
     yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian
     tugas kelompok.

7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.

8)     Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu
     pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.

C. Kegiatan Pokok Model Pembelajaran CIRC

       Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi
     rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu:

a) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal.

b) Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah.

c) Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah.

d) Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan

e)     Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4)

        Model pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu menurut pertama kali
     dikembangkan oleh (Steven and Slavin, 1981), dengan langkah-langkah:

1.    Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen.
2.    Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran.
3.     Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan
     tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas.
4.    Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5.    Guru memberikan penguatan
6.    Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan
7.    Penutup.
        Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:

1.     Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep
     atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa
     didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.

2.      Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk
     mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan
     fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan
     terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan
     berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk
     membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap
     kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa
     belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang
     masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang
     eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.

3.     Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-
     temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat
     bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa
     dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-
     teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat
     argumen.

     Cara untuk menentukan anggota kelompoknya adalah sebagai berikut:

1.    Menentukan peringkat siswa

        Dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya
     atau nilai raport. Kemudian diurutkan dengan cara menyusun peringkat dari yang
     berkemampuan akademik tinggi sampai terendah.

2.     Menentukan jumlah kelompok
Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap kelompok
     dan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut.

3.     Penyusunan anggota kelompok

        Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat. Setiap
     kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan beragam,
     sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang.

        Roger        dan        David         Johnson         dalam       Anita        Lie      (2008       :31)      menyatakan
     bahwa       tidak      semua        kerja         kelompok         dianggap          cooperative           learning.     Untuk
     mencapai hasil yang maksimal, lima model pembelajaran gotong royong harus ditetapkan.
     Kelima model tersebut yaitu:

1.    Saling ketergantungan positif

     Untuk         menciptakan              kelompok            kerja           yang          efektif,          pengajar       perlu
     menyusun          tugas     sedemikian            rupa     sehingga          setiap       anggota          kelompok      harus
     menyelesaikan             tugasnya         sendiri        agar       yang         lain      bisa       mencapai          tujuan
     mereka.        Dengan           cara       ini,      mau           tidak      mau         setiap           anggota      merasa
     bertanggung          jawab         untuk       menyelesaikan               tugasnya         agar       yang      lain      bisa
     berhasil.

2.    Tanggung jawab perseorangan

     Unsur          ini         merupakan               akibat            langsung             dari         yang            pertama.
     Jika        tugas         dan       pola          penilaian          dibuat          menurut           prosedur         Model
     Pembelajaran           kooperatif          setiap         siswa       akan         merasa            bertanggung         jawab
     untuk       melakukan             yang      terbaik.        Kunci          keberhasilan             model      pembelajaran
     kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya.

3.    Tatap muka

     Setiap         kelompok                harus         diberiakan               kesempatan               untuk           bertemu
     muka        dan        berdiskusi.         Kegiatan          interaksi         ini        akan        memberikan           para
     pembelajar           untuk          membentuk               sinergi           yang          menguntungkan                semua
     anggota.      Hasil       pemikiran         beberapa         kepala         akan      lebih         kaya     daripada     hasil
     pemikiran       dari       satu     kepala        saja.     Inti     dari     sinergi         ini     adalah     menghargai
perbedaan,     memanfaatkan             kelebihan,     dan        mengisi       kekurangan         masingmasing.
     Jadi,      para         anggota            kelompok         perlu           diberi       kesempatan              untuk
     saling    mengenal       dan     menerima       satu       sama     lain     dalam      kegiatan     tatap        muka
     dan interaksi pribadi.

4.     Komunikasi antar anggota

     Keterampilan               berkomunikasi               dalam                kelompok               ini             juga
     merupakan         proses       panjang.      Pembelajaran          tidak       bisa     diharapkan             langsung
     menjadi      komunikator         yang      andal     dalam        waktu      sekejap.     Proses         ini     sangat
     bermanfaat        dan      perlu        ditempuh       untuk        memperkaya           pengalaman             belajar
     dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.

5.     Evaluasi proses kelompok

     Guru       perlu        menjadwalkan               waktu         khusus         bagi       kelompok              untuk
     mengevaluasi        proses      kerja       kelompok       dan      hasil      kerja    sama       mereka          agar
     selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan
     setiap     kali         ada        kerja      kelompok,            tetapi        bisa      diadakan              selang
     beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif

D.    Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CIRC

         Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005:6) menyebutkan kelebihan model
     pembelajaran CIRC sebagai berikut:

a)     CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal
     pemecahan masalah.

b)     Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang.

c)     Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok.

d)    Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya.

e)     Membantu siswa yang lemah.

     Kekurangan model CIRC adalah:

a)     Pada saat persentasi hanya siswa yang aktif tampil.
b)     Tidak semua siswa bisa mengerjakan soal dengan teliti.

E.    Penerapan Model Pembelajaran CIRC

       Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
     masalah dapat ditempuh dengan:

1.     Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa, pada penelitian ini
     digunakan LKS yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan.

2.    Guru memberikan latihan soal.

3.     Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan
     soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC.

4.     Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen.

5.       Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah dan
     membagikannya kepada setiap kelompok.

6.     Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama
     yang spesifik.

7.     Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru mengawasi kerja
     kelompok.

8.     Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya.

9.      Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan
     dapat mengerjakan soal pemecahan masalah yang diberikan.

10. Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan temuannya.

11. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator.

12. Guru memberikan tugas/PR secara individual.

13. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya.

14. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal pemecahan masalah.

15. Guru memberikan kuis.
Hipotesis Tindakan

      Jika siswa kelas V SDN Gulun 1 Maospati Magetan dibelajarkan menemukan
       gagasan utama melalui model pembelajaran kooperatif tipe CIRC maka
       keaktifannya dalam belajar akan meningkat.
      Jika siswa kelas V SDN Gulun 1 Maospati Magetan dibelajarkan menemukan
       gagasan utama melalui model pembelajaran kooperatif tipe CIRC maka
       kemampuannya menemukan gagasan akan meningkat.
BAB III

                                METODE PENELITIAN




A. Bentuk Penelitian Tindakan

          Penelitian   ini     merupakan    penelitian tindakan (action research), karena
   penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini
   bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas atau
   memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang dilakukan secara bersiklus.

          Secara garis besar, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki 4 tahapan yaitu
   perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi.
   Berikut rencana PTK dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC.

          Siklus 1

             Siklus 1 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi
   dan perbaikan rencana.

 1. Perencanaan (planning)
       Pada tahap ini peneliti menyusun perlengkapan-perlengkapan pembelajaran yang
     dibutuhkan, mempersiapkan semua instrumen yaitu : RPP, materi, lembar observasi,
     alat evaluasi (tes) dan pembagian kelompok serta apersepsi. Dalam menyusun
     perlengkapan tersebut tentunya peneliti sudah melalui pertimbangan guru yang terkait.
 2. Pelaksanaan tindakan (action)
       1. Sebelum kegiatan belajar mengajar siswa diberikan pretes yang dipakai sebagai
           dasar pengukuran kemampuan awal siswa dalam menemukan gagasan utama
           dari sebuah teks.
       2. Siswa diberikan artikel kemudian para siswa disuruh menentukan manakah
           gagasan utama setiap paragraf secara berkelompok.
       3. Guru memberitahukan cara mencari gagasan utama yang tepat dengan
           mempresentasikan materi pembelajaran melalui power point.
       4. Siswa diberikan latihan menemukan gagasan utama teks melalui “kartu alinea” .
           Kartu alinea ini berupa potongan-potongan        teks atau    sebuah    paragraf
kemudian siswa menentukan gagasan utamanya. Siswa juga dilatihkan menulis
           paragraf dan artikel berdasarkan ide pokok yang sudah ditentukan oleh guru.
        5. Tahap ketiga siswa diberikan tes akhir/pretes untuk mengetahui sejauh mana
           kemampuan para siswa dalam menemukan gagasan utama sebuah teks.
3. Pengamatan tindakan (observasing)
        Pada tahap pengamatan ini, observasi terhadap banyak tindakan dilakukan secara
   terus menerus baik dalam         proses       pembelajaran maupun pada hasil belajar.
   Pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan tes yang berupa pilihan ganda.
   Pengamatan dilakukan diwujudkan dalam bentuk data untuk dianalisa dalam tahap
   refleksi.
4. Refleksi (Reflecting)
        Hasil yang didapat dalam     tahap observasi       dan evaluasi dikumpulkan      serta
   dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Kelemahan
   atau kekurangan yang terjadi akan diperbaiki dalam siklus selanjutnya. Berikut tabel
   refleksi untuk mengetahui pencapaian pada siklus 1.


   Tabel 1. Refleksi
   No      Aspek               Pencapaian                  Cara Mengukur
                               Siklus        1
                               (dalam %)
   1.      Kerjasama siswa                        Diamati ketika siswa melakukan diskusi
                                                  dengan     mencatat   keterlibatan   siswa
                                                  dalam kelompok.
   2.      Keaktifan siswa                        Diamati ketika siswa melakukan diskusi
                                                  dengan kelompoknya maupun ketika
                                                  mengerjakan tugas kelompok.
   3.      Tanggung jawab                         Diamati ketika siswa mengerjakan tugas
                                                  kelompok dengan mencatat sejauh mana
                                                  tanggung      jawab      siswa       untuk
                                                  menyelesaikan tugas kelompoknya.
   4.      Ketuntasan hasil                       Diamati dari hasil penilaian guru.
           belajar
Siklus 2
1. Perencanaan (planning)
           Pada tahap ini peneliti menyususn perlengkapan-perlengkapan pembelajaran
     yang dibutuhkan, mempersiapkan semua instrumen yaitu : RPP, materi, lembar
     observasi, alat evaluasi (tes), dan pembagian kelompok serta apersepsi. Dalam
     menyusun perlengkapan tersebut tentunya peneliti sudah melalui pertimbangan
     guru yang terkait.
2. Pelaksanaan tindakan (action)
     a. Guru mempresentasikan materi pembelajaran melalui power point dengan
        lebih rinci dengan contoh-contoh yang lebih banyak.
     b. Kemudian, siswa diberikan latihan menemukan gagasan utama artikel melalui
        “kartu alinea”. Pada siklus kedua ini “kartu alinea” yang diterima siswa
        boleh didiskusikan dengan teman sebangku.
     c. Siswa juga dilatihkan untuk menemukan gagasan sebuah wacana/artikel dan
        berlatih menulis paragraf dan artikel berdasarkan ide pokok          yang sudah
        ditentukan oleh guru. Terakhir siswa diberikan tes akhir/pretes untuk
        mengetahui sejauh mana kamampuan membaca dan menulis para siswa dalam
        menemukan gagasan utama sebuah teks.
3. Pengamatan tindakan (observasing)
           Pada tahap pengamatan ini, observasi terhadap banyak tindakan dilakukan
     secara terus menerus baik dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar.
     Pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
     dibuat. Pengamatan dilakukan diwujudkan dalam bentuk data untuk di analisa
     dalam tahap refleksi.
4. Refleksi (Reflecting)
           Menyimpulkan hasil pengamatan apakah ada perubahan/peningkatan setelah
     pelaksanaan siklus 2 dengan membandingkannya dengan pencapaian sebelum
     siklus dan setelah siklus 1dilaksanakan yang disajikan dalam tabel berikut.


     Tabel 2. Pencapaian Indikator Keberhasilan
No      Aspek                Pencapaian             Cara Mengukur
                             Siklus       1
                             (dalam %)
1.        Kerjasama siswa                  Diamati ketika siswa melakukan diskusi
                                                dengan     mencatat   keterlibatan   siswa
                                                dalam kelompok.
     2.        Keaktifan siswa                  Diamati ketika siswa melakukan diskusi
                                                dengan kelompoknya maupun ketika
                                                mengerjakan tugas kelompok.
     3.        Tanggung jawab                   Diamati ketika siswa mengerjakan tugas
                                                kelompok dengan mencatat sejauh mana
                                                tanggung      jawab      siswa       untuk
                                                menyelesaikan tugas kelompoknya.
     4.        Ketuntasan hasil                 Diamati dari hasil penilaian guru.
               belajar



              Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti,
   penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian
   tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara
   penuh terlibat dalam penelitian mulai dari     perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
   refleksi.

              Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran
   peneliti     sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
   sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang
   seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.




B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

   1. Tempat Penelitian

           Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian
      untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN Gulun 1,
      Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan.

   2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian     adalah   waktu berlangsungnya penelitian      atau saat
      penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November
      semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.

   3. Subyek Penelitian

             Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SDN Gulun 1 tahun pelajaran
      2012/2013, dengan subjek siswa kelas 5 sebanyak 20 orang yang terdiri 11 siswa
      wanita dan 9 siswa laki-laki dengan pokok bahasan “menemukan gagasan utama
      suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata/menit”.

C. Teknik Pengumpulan Data

      Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: Observasi,
   wawancara, dokumentasi dan tes.

   a. Observasi
      Teknik observasi digunakan dalam mengamati gejala-gejala yang tampak dalam
      proses pembelajaran tentang kesungguhan siswa mengikuti pelajaran, keseringan
      siswa bertanya dan menanggapi pertanyaan teman sekelas, keterlibatan siswa berfikir,
      berbicara, mendengarkan, dan melakukan tugas-tugas dalam proses pembelajaran.
   b. Wawancara
      Teknik wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang kesan-kesan
      dan pengungkapan perasaan siswa ketika belajar menemukan gagasan utama dengan
      model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Ungkapan rasa senang siswa dilakukan
      dengan teknik wawancara. Wawancara juga digunakan untuk mengungkap perasaan
      tentang kesulitan-kesulitan siswa ketika belajar menemukan gagasan dengan bantuan
      model pembelajaran tipe CIRC.
   c. Dokumentasi
      Teknik dokumentasi digunakan untukmendokumentasikan data tentang proses
      pembelajaran   yang menggambarkan langkah-langkah konkrit yang di praktikkan
      guru dalam proses pembelajaran. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini
      adalah mencakup foto tentang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
   d. Tes
      Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa dalam
      menemukan gagasan utama.
D.Instrumen Penelitian

         Instrumen    yang    digunakan     untuk   mengobservasi      proses   pembelajaran
  menggunakan rubrik pengamatan keaktifan siswa. Sedangkan instrumen yang digunakan
  untuk mengukur kemampuan siswa dalam menemukan gagasan utama menggunakan LKS
  yang berbentuk pilihan ganda dan esay.

         Lembar Kerja Siswa (LKS) ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses
  pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar.

   F. Teknik Analisis Data
      a. Analisis Data Kemampuan menemukan gagasan utama
             Siswa yang telah menjalani tes evaluasi ini bisa dinyatakan tuntas dalam
          belajar apabila siswa tersebut mendapat skor minimal 70 sesuuai Kriteria
          Ketuntasan Minimal. Apabila belum tuntas pada siklus 1 maka akan dilanjutkan
          tes lagi pada siklus berikutnya supaya tercapai ketuntasan belajar.
             Proses belajar kumulatif dinyatakan berhasil jika 80% dari seluruh siswa telah
          mencapai KKM. Maka untuk mengetahui ketuntasan belajar secara kumulatif
          dapat digunakan rumus :
                     Prosentase ketuntasan belajar = siswa yang tuntas X 100 %
                                                      siswa keseluruhan




      b. Analisis Data Keaktifan Siswa
             Untuk menghitung data aktifitas siswa dalam pembelajaran maka dapat
      dianalisis dengan menggunakan rumus :


                             Nilai Aktifitas Siswa = siswa yang tuntas X 100 %
                                                      siswa keseluruhan
DAFTAR PUSTAKA




Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
      Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK
       Depdikbud. Dirjen Dikti.



Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.



Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa
       Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.



Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa
       Cipta.

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc.
      Boston.



Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Lembaga Penelitian Pendidikan
      dan Penerangan Ekonomi.


Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.



Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.



Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas
       Gajah Mada. Yoyakarta.

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum LearningPeningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learningwahyu here
 
Inspirasi lengkap
Inspirasi lengkapInspirasi lengkap
Inspirasi lengkapsamsul87
 
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...Ridha_nra
 
Proposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiaProposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiabcirohil
 
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09Qya Dierja
 
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)Putra Adam Hisham
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitianDHEluvELI
 
Ptk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smkPtk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smkWahyu Surya
 
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiMakalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiSeptiana Farikha
 
Acf422 fasa7 analisis pengajaran
Acf422 fasa7 analisis pengajaranAcf422 fasa7 analisis pengajaran
Acf422 fasa7 analisis pengajarandramajalansempit
 
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuTugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuYusri Sairi
 
Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101)
Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101) Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101)
Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101) Stephanie Unsil
 
Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013Hamzah Yuddin
 
Pembelajaran bahasa inggris melalui permainan
Pembelajaran  bahasa inggris melalui permainanPembelajaran  bahasa inggris melalui permainan
Pembelajaran bahasa inggris melalui permainanFajar Najiha
 

La actualidad más candente (20)

Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum LearningPeningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Quantum Learning
 
Inspirasi lengkap
Inspirasi lengkapInspirasi lengkap
Inspirasi lengkap
 
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...
PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING PAD...
 
Jurnal ptk
Jurnal ptkJurnal ptk
Jurnal ptk
 
Proposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesiaProposal bahasa indonesia
Proposal bahasa indonesia
 
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
Laporan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K) Pendidikan Seni Rupa 09
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)
Bmm3101 pembentangan kemahiran bernilai tambah (pembentangan)
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
Ptk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smkPtk bahasa indonesia di smk
Ptk bahasa indonesia di smk
 
PTK RA TK
PTK RA TKPTK RA TK
PTK RA TK
 
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas TinggiMakalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
Makalah Metode Khusus Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi
 
Acf422 fasa7 analisis pengajaran
Acf422 fasa7 analisis pengajaranAcf422 fasa7 analisis pengajaran
Acf422 fasa7 analisis pengajaran
 
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuTugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
 
Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101)
Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101) Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101)
Pengajian Kurikulum Bahasa Melayu Sekolah Rendah (BM 3101)
 
Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013Proposal ptk mgmp 2013
Proposal ptk mgmp 2013
 
Pembelajaran bahasa inggris melalui permainan
Pembelajaran  bahasa inggris melalui permainanPembelajaran  bahasa inggris melalui permainan
Pembelajaran bahasa inggris melalui permainan
 

Similar a Bab i

Makalah analisis koloid
Makalah analisis koloidMakalah analisis koloid
Makalah analisis koloidsanradamanik
 
82-Article Text-275-1-10-20210630.pdf
82-Article Text-275-1-10-20210630.pdf82-Article Text-275-1-10-20210630.pdf
82-Article Text-275-1-10-20210630.pdfirwan prayogo
 
Strategi dan model pembelajaran p kn komtemporer dan inovatif
Strategi  dan  model  pembelajaran  p kn komtemporer dan inovatifStrategi  dan  model  pembelajaran  p kn komtemporer dan inovatif
Strategi dan model pembelajaran p kn komtemporer dan inovatifeli priyatna laidan
 
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - SP Wardani.docx
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - SP Wardani.docxLK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - SP Wardani.docx
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - SP Wardani.docxIkeAmbarwati1
 
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STADPembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STADRizzty Mennelz
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaOperator Warnet Vast Raha
 
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdfImamkc
 
Risa Zakiatul H. Laporan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SDN Galung...
Risa Zakiatul H. Laporan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SDN Galung...Risa Zakiatul H. Laporan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SDN Galung...
Risa Zakiatul H. Laporan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SDN Galung...risa zakiatul
 
Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualPendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualRomi Afrizal
 
Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualPembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualGigyh Ardians
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1nina
 

Similar a Bab i (20)

Makalah analisis koloid
Makalah analisis koloidMakalah analisis koloid
Makalah analisis koloid
 
82-Article Text-275-1-10-20210630.pdf
82-Article Text-275-1-10-20210630.pdf82-Article Text-275-1-10-20210630.pdf
82-Article Text-275-1-10-20210630.pdf
 
Strategi dan model pembelajaran p kn komtemporer dan inovatif
Strategi  dan  model  pembelajaran  p kn komtemporer dan inovatifStrategi  dan  model  pembelajaran  p kn komtemporer dan inovatif
Strategi dan model pembelajaran p kn komtemporer dan inovatif
 
Makalah ainah
Makalah ainahMakalah ainah
Makalah ainah
 
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - SP Wardani.docx
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - SP Wardani.docxLK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - SP Wardani.docx
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah - SP Wardani.docx
 
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STADPembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
 
3022 3012-1-pb
3022 3012-1-pb3022 3012-1-pb
3022 3012-1-pb
 
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesiaUsaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
Usaha peningkatan hasil belajar bahasa indonesia
 
Penerapan Model Pembelajaran CIRC
Penerapan Model Pembelajaran CIRCPenerapan Model Pembelajaran CIRC
Penerapan Model Pembelajaran CIRC
 
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf
61-Article Text-120-1-10-20150512.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
 
Risa Zakiatul H. Laporan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SDN Galung...
Risa Zakiatul H. Laporan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SDN Galung...Risa Zakiatul H. Laporan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SDN Galung...
Risa Zakiatul H. Laporan Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPA di SDN Galung...
 
Pendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstualPendekatan kontekstual
Pendekatan kontekstual
 
Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualPembelajaran Konstektual
Pembelajaran Konstektual
 
Laporan kti bahadiman
Laporan kti bahadimanLaporan kti bahadiman
Laporan kti bahadiman
 
Bab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadiBab 1 5 jadi
Bab 1 5 jadi
 
Bagian ii
Bagian ii Bagian ii
Bagian ii
 
ibva.pdf
ibva.pdfibva.pdf
ibva.pdf
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 

Bab i

  • 1. UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENEMUKAN GAGASAN UTAMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC PADA SISWA KELAS V SDN GULUN 1 MAOSPATI MAGETAN Proposal Disusun Oleh: Dwi Fatmawati 09141054 VII B / PGSD PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2012
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ada empat ketrampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa yaitu ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kemampuan membaca merupakan ketrampilan dasar bagi siswa, yang harus dikuasai agar mereka dapat mengikuti seluruh proses pembelajaran. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik tingkat SD kelas V adalah “Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata/menit”. Kenyataan di lapangan ternyata kemampuan menemukan gagasan bagi sebagian besar siswa masih merupakan kegiatan yang tergolong sulit. Hal ini disebabkan karena siswa kurang berminat membaca teks secara cermat sehingga berdampak pada hasil tes membaca yang sangat rendah. Disamping itu, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD masih berpusat kepada guru dan masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut menyebabkan siswa masih terlihat pasif dan merasa cepat bosan dalam proses belajar sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik. Menyikapi permasalahan tersebut, penulis berupaya mencari titik permasalahan tersebut salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Pembelajaran CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara kooperatif-kelompok. Dalam CIRC siswa dituntut untuk menguasai pikiran utama dari suatu wacana dan kemampuan membaca dan menulis lainnya secara bersama-sama. Siswa dibagi kelompok oleh guru, kemudian menyelesaikan masalah yang terdapat dari bacaan tersebut secara bersama-sama. Dengan menggunakan pembelajaran CIRC siswa dapat latihan membaca, menemukan gagasan utama, menuliskan kembali isi cerita dan memberikan tanggapan terhadap isi bacaan yang telah dibaca secara berkelompok sehingga dapat meningkatkan cara siswa berpikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi sesama teman. Dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC diharapkan dapat meningkatkan minat baca.
  • 3. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Menemukan Gagasan Utama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC untuk Siswa Kelas V SDN Gulun 1 Maospati Magetan” B. Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama kelas V SDN Gulun 1 Maospati Magetan? 2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama siswa kelas V SDN Gulun 1 Maospati Magetan? C. Pemecahan Masalah Dalam menyikapi permasalahan tersebut diambil suatu tindakan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe CIRC pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN Gulun 1 kecamatan Maospati Magetan. Indikator yang diharapkan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V SDN Gulun 1 kecamatan Maospati Magetan. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini khususnya adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama kelas V SDN Gulun 1 Maospati Magetan? 2. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan menemukan gagasan utama siswa kelas V SDN Gulun 1 Maospati Magetan? E. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan agar dapat bermanfaat bagi :
  • 4. 1. Bagi Siswa Menumbuhkan minat dan semangat siswa dalam membaca 2. Bagi Guru Sebagai bahan acuan guru dalam memilih model pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa 3. Bagi Kepala Sekolah Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas pembelajaran di sekolah 4. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan model pembelajaran CIRC terhadap kemampuan menemukan gagasan utama
  • 5. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Gagasan Utama Gagasan utama atau dalam bahasa inggris “main idea” secara sederhana dapat diartikan sebagai inti dari kalimat utama. Pengertian ini merupakan hasil pendekatan dari aplikasinya, bukan pada proses kreatif kepenulisan. Karena pada dasarnya, gagasan utama akan secara paksa atau alami tertuang secara jelas dalam kalimat utama.Pada contoh paragraf di atas, gagasan utamanya adalah “bahwa tanda-tanda infeksi bisa ditemukan sendiri dengan mengamati kulit anak dari dekat.”Gagasan utama bersifat abstrak. Artinya, gagasan utama tidak melulu tertuang secara konkret dalam sebuah paragraf. Gagasan utama ini akan tertuang dalam bentuk kalimat utama. Sementara kalimat bisa beragam bentuk dan sudut pandangnya. Dari uraian di atas, kita akan dengan mudah menemukan gagasan utama sebuah paragraf ketika kalimat utama sudah ditemukan. Begitu juga sebaliknya, kalimat utama akan mudah ditemukan, ketika gagasan utama sudah bisa ditangkap. Namun, karena kalimat utama lebih bersifat aplikatif, maka, akan lebih objektif jika pencarian kalimat utama didahulukan daripada gagasan utama.Pemahaman terhadap dua hal di atas hanya mungkin didapat melalui proses latihan yang terus menerus. Dalam proses pembelajaran di sekolah hendaknya siswa diarahkan untuk terus berlatih menemukan dua hal tersebut dalam satu atau tiga wacana penuh. Wacana bisa diambil dari surat kabar terpercaya atau media lainnya. B. Pengajaran Kooperatif Pengajaran kooperatif (Cooperatif Learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar (Houlobec, 2001). 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang
  • 6. silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain. Karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”. 2. Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan” (Abdurrahman & Bintoro, 2000:78-79) a. Saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi ntuk meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah. b. Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan
  • 7. guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. c. Akuntabilitas individual Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang memerluan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual. d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga dari sesama siswa. 3. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari pembelajaran tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat dikemukan sebagai berikut ini. 1. Merumuskan tujuan pembelajaran. Ada dua tujuan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru, tujaun akademik (academic objectives) dan tujuan keterampilan bekerja sama (collaborative skill objectives). Tujuan akademik dirumuskan sesuai dengan taraf perkembangan siswa dan analisis tugas atau
  • 8. analisis konsep. Tujuan keterampilan bekerja sama meliputi keterampilan memimpin, berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik. 2. Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar. Jumlah anggota dalam tiap kelompok belajar tidak boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6 siswa. Ada 3 faktor yang menentukan jumlah anggota tiap kelompok belajar. Ketiga faktor tersebut adalah: (1) taraf kemampuan siswa, (2) ketersediaan bahan, dan (3) ketersediaan waktu. Jumlah anggota kelompok belajar hendaknya kecil agar tiap siswa aktif menjalin kerjasama menyelesaikan tugas. Ada 4 pertanyaan yang hendaknya dijawab oleh guru saat akan menempatkan siswa dalam kelompok. Keempat pertanyaan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Pengelompokkan siswa secara homogen atau heterogen? Pengelompokkan siswa hendaknya heterogen. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama, (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya. b. Bagimana menempatkan siswa dalam kelompok? Ada dua jenis kelompok belajar kooperatif, yaitu (1) yang berorientasi bukan pada tugas (non-task- orientied), dan (2) yang berorientasi pada tugas (task oriented). Kelompok belajar kooperatif yang berorientasi bukan pada tugas tidak menuntut adanya pembagian tugas untuk tiap anggota kelompok. Kelompok belajar semacam ini tampak seperti pada saat siswa mengerjakan soal-soal Bahasa Indonesia berbentuk prosedur penyelesaian dan mencocokkan pendapatnya. Siswa bebas memilih teman atau ditentukan oleh guru. Kebebasan memilih teman sering menyebabkan kelompok belajar menjadi homogen sehingga tujuan belajar kooperatif tidak tercapai. Anggota tiap kelompok belajar hendaknya ditentukan secara acak oleh guru. 3. Menetukan tempat duduk siswa. Tempat duduk siswa hendaknya disusun agar tiap kelompok dapat saling bertatap muka tetapi cukup terpisah antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Susunan tempat duduk dapat dalam bentuk lingkaran atau berhadap-hadapan. 4. Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif. Cara menyusun bahan ajar dan penggunaannya dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat menetukan tidak hanya efektivitas pencapaian tujuan belajar siswa. Bahan
  • 9. ajar hendaknya dibagikan kepada semua siswa agar mereka dapat berpartisipasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Jika kelompok belajar telah memiliki cukup pengalaman, guru tidak perlu membagikan bahan ajar dengan berbagai petunjuk khusus. Jika kelompok belajar belum banyak pengalaman atau masih baru, guru perlu memberi tahu para siswa bahwa mereka harus bekerja sama, bukan bekerja sendiri-sendiri. Ada 3 macam cara untuk meningkatkan saling ketergantungan positif. Ketiga macam cara tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut. a. Saling ketergantungan bahan. Tiap kelompok hanya diberi satu bahan ajar dan kelompok harus bekerja sama untuk mempelajarinya. b. Saling ketergantungan informasi. Tiap anggota kelompok diberi bahan ajar yang berbeda untuk selanjutnya disatukan untuk disintesiskan. Bahan ajar juga dapat disajikan dalam bentuk “Jigsaw Puzzle” sehingga dengan demikian tiap siswa memiliki bagian dari bahan yang diperlukan untuk melengkapi atau menyelesaikan tugas. c. Saling ketergantungan menghadapi lawan dari luar. Bahan ajar disusun dalam suatu bentuk pertandingan antar kelompok yang memiliki kekuatan keseimbangan sebagai dasar untuk meningkatkan saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Keseimbangan kekuatan antar kelompok pelu diperhatikan Karena pertanding antar kelompok yang memiliki kekuatan seimbang atau memiliki peluang untuk kalah atau menang yang sama dapat meningkatkan motivasi belajar. 5. Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan positif dapat diciptakan melalui pembagian tugas kepada tiap anggota kelompok dan mereka bekerja untuk saling melengkapi. 6. Menjelaskan tugas akademik. Ada beberapa aspek yang perlu disadari oleh para guru dalam menjelaskan tugas akademik kepada para siswa. Beberapa aspek tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut. a. Menyusun tugas sehingga siswa menjadi jelas mengenai tugas tersebut. Kejelasan tugas sangat penting bagi para siswa karena dapat menghindarkan mereka dari freustasi atau kebingungan. Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang tidak dapat memahami tugasnya dapat bertanya kepada kelompoknya sebelum bertanya kepada guru.
  • 10. b. Menjelaskan tujuan belajar dan mengaitkannya dengan pengalaman siswa di masa lampau. c. Menjelaskan berbagai konsep atau pengertian atau istilah, prosedur yang harus diikuti atau pengertian contoh kepada para siswa. d. Mengajukan berbagai pertanyaan khusus untuk mengetahui pemahaman para siswa mengenai tugas mereka. 7. Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama. Menjelaskan tujuan dan keharusan bekerja sama kepada para siswa dilakukan dengan contoh sebagai berikut. a. Meminta kepada kelompok untuk menghasilkan suatu karya atau produk tertentu. Jika karya kelompok berupa laporan, tiap anggota kelompok harus menandatangani laporan tersebut sebagai tanda bahwa ia setuju dengan isi laporan kelompok dan dapat menjelaskan alasan isi laporan tersebut. b. Menyediakan hadiah bagi kelompok. Pemberian hadiah merupakan salah satu cara untuk mendorong kelompok menjalin kerja sama sehingga terjalin pula rasa kebersamaan antar anggota kelompok. Semua anggota kelompok harus saling membantu agar masing-masing memperoleh skor hasil belajar yang optimal karena keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan tiap anggota. 8. Menyusun akuntabilitas individual. Suatu kelompok belajar tidak dapat dikatakan benar-benar kooperatif jika memperbolehkan adanya anggota kelompok yang mengerjakan seluruh pekerjan. Suatu kelompok belajar juga tidak dapat dikatakan benar-benar kooperatif jika memperbolehkn adanya anggota yang tidak melakukan apa pun demi kelompok. Untuk menjamin agar seluruh anggota kelompok benar-benar menjalin kerja sama dan agar seluruh anggota kelompok benar-benar menjalin kerja sama dan agar kelompok mengetahui adanya anggota kelompok yang memerlukan bantuan atau dorongan, guru harus sering melakukan pengukuran untuk mengetahui taraf penguasaan tiap siswa terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajari. 9. Menyusun kerja sama antar kelompok. Hasil positif yang ditemukan dalam suatu kelompok belajar kooperatif dapat diperluas ke seluruh kelas dengan menciptakan kerja sama antar kelompok. Nilai tambahan dapat diberikan jika seluruh siswa di dalam kelas meraih standar mutu yang tinggi. Jika suatu kelompok telah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, para anggotanya dapat diminta untuk
  • 11. membantu kelompok-kelompok lain yang belum selesai. Upaya semacam ini memungkinkan terciptanya suasana kehidupan kelas yang sehat, yang memungkinkan semua potensi siswa bekembang optimal dan terintegrasi. 10. Menjelaskan kriteria keberhasilan. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bertolak dari penilaian acuan patokan (criterion referenced). Pada awal kegiatan belajar guruhendaknya menerangkan secara jelas kepada siswa mengenai bagaimana pekerjaan mereka akan dinilai. 11. Menjelaskan perilaku siswa yang diharapkan. Perkataan kerja sama atau gotong royong sereing memiliki konotasi dan penggunaan yang bermacam-macam. Oleh karena itu, guru perlu mendifinisikan perkatann kerja sama tersebut secara operasional dalam bentuk berbagai perilaku tersebut antara lain dapat dikemukakan dengan kata-kata seperti “Tetaplah berada dalam kelompokmu”, “Berbicaralah pelan-pelan”, Berbicaralah menurut giliran,” dan sebagainya. Jika kelompok mulai berfungsi secara efektif. 12. Memantau perilaku siswa. Setelah semua kelompok mulai bekerja, guru harus menggunakan sebagian besar waktunya untuk memantau kegiatan siswa. Tujuan pemantauan, guru harus menjelaskan pelajaran, mengulang prosedur atau strategi untuk menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan, dan mengajarkan keterampilan menyelesaikan tugas kalau perlu. 13. Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaian tugas. Pada saat melakukan pemantauan, guru harus menjelaskan pelajaran, mengulang prosedur atau strategi untuk menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan, dan mengajarkan keterampilan menyelesaikan tugas kalau perlu. 14. Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama. Pada saat memantau kelompok-kelompok yang sedang belajar, guru kadang-kadang menemukan siswa yang tidak memiliki keterampilan untuk menjalin kerja sama yang cukup dan adanya kelompok yang memiliki masalah dalam menjalin kerja sama. Dalam kondisi semacam itu, guru perlu memberikan nasihat agar siswa dapat bekerja efektif. 15. Menutup pelajaran. Pada saat pelajaran berakhir, guru perlu meringkas pokok- pokok pelajaran, meminta kepada siswa untuk mengemukakan ide atau contoh, dan menjawab pertanyaan dan hsil belajar mereka. 16. Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa. Guru menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar para siswa berdasarkan penilaian acuan patokan. Para
  • 12. anggota kelompok hendaknya juga diminta untuk memberikan umpan balik mengenai kualitas pekerjaan dan hasil belajar mereka. 17. Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok. Meskipun waktu belajar di kelas terbatas, diperlukan waktu untuk berdiskusi dengan para siswa untuk membahas kualitas kerja sama antar anggota kelompok pada hari itu. Pembicaraan dengan para siswa dilakukan untuk mengetahui apa yang telah dilakukan dengan baik dan apa yang masih perlu ditingkatkan pada hari berikutnya. C.Pembelajaran CIRC CIRC singkatan dari Cooperative Integrated Reading and Compotition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis (Steven dan Slavin dalam Nur, 2000:8) yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak seperti pelajaran matematika. Pembelajaran CIRC dikembangkan oleh Stevans, Madden, Slavin dan Farnish. Pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian yang penting. Jadi ,CIRC merupakan program yang komprehensif untuk mengajari pembelajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di sekolah dasar. B. Komponen-Komponen dalam Model Pembelajaran CIRC Model pembelajaran CIRC menurut Slavin dalam Suyitno (2005: 3-4) memiliki delapan komponen. Kedelapan komponen tersebut antara lain: 1) Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. 2) Placement test, misalnya diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian sebelumnya atau berdasarkan nilai rapor agar guru mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa pada bidang tertentu.
  • 13. 3) Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4) Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan kepada kelompok yang membutuhkannya. 5) Team scorer and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. 6) Teaching group, yakni memberikan materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. 7) Facts test, yaitu pelaksanaan test atau ulangan berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. 8) Whole-class units, yaitu pemberian rangkuman materi oleh guru di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. C. Kegiatan Pokok Model Pembelajaran CIRC Kegiatan pokok dalam CIRC untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yaitu: a) Salah satu anggota atau beberapa kelompok membaca soal. b) Membuat prediksi atau menafsirkan isi soal pemecahan masalah. c) Saling membuat ikhtisar/rencana penyelesaian soal pemecahan masalah. d) Menuliskan penyelesaian soal pemecahan masalah secara urut, dan e) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (Suyitno, 2005:4) Model pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu menurut pertama kali dikembangkan oleh (Steven and Slavin, 1981), dengan langkah-langkah: 1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen. 2. Guru memberikan wacana sesuai dengan topik pembelajaran. 3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap wacana dan ditulis pada lembar kertas. 4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
  • 14. 5. Guru memberikan penguatan 6. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan 7. Penutup. Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut: 1. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya. 2. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya. 3. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan- temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman- teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen. Cara untuk menentukan anggota kelompoknya adalah sebagai berikut: 1. Menentukan peringkat siswa Dengan cara mencari informasi tentang skor rata-rata nilai siswa pada tes sebelumnya atau nilai raport. Kemudian diurutkan dengan cara menyusun peringkat dari yang berkemampuan akademik tinggi sampai terendah. 2. Menentukan jumlah kelompok
  • 15. Jumlah kelompok ditentukan dengan memperhatikan banyak anggota setiap kelompok dan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut. 3. Penyusunan anggota kelompok Pengelompokkan ditentukan atas dasar susunan peringkat siswa yang telah dibuat. Setiap kelompok diusahakan beranggotakan siswa-siswa yang mempunyai kemampuan beragam, sehingga mempunyai kemampuan rata-rata yang seimbang. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2008 :31) menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima model pembelajaran gotong royong harus ditetapkan. Kelima model tersebut yaitu: 1. Saling ketergantungan positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil. 2. Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur Model Pembelajaran kooperatif setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan model pembelajaran kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. 3. Tatap muka Setiap kelompok harus diberiakan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai
  • 16. perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masingmasing. Jadi, para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. 4. Komunikasi antar anggota Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajaran tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Proses ini sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. 5. Evaluasi proses kelompok Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif D. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CIRC Secara khusus, Slavin dalam Suyitno (2005:6) menyebutkan kelebihan model pembelajaran CIRC sebagai berikut: a) CIRC amat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah. b) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. c) Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja dalam kelompok. d) Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya. e) Membantu siswa yang lemah. Kekurangan model CIRC adalah: a) Pada saat persentasi hanya siswa yang aktif tampil.
  • 17. b) Tidak semua siswa bisa mengerjakan soal dengan teliti. E. Penerapan Model Pembelajaran CIRC Penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dapat ditempuh dengan: 1. Guru menerangkan suatu pokok bahasan matematika kepada siswa, pada penelitian ini digunakan LKS yang berisi materi yang akan diajarkan pada setiap pertemuan. 2. Guru memberikan latihan soal. 3. Guru siap melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan siswanya dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah melalui penerapan model CIRC. 4. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa yang heterogen. 5. Guru mempersiapkan soal pemecahan masalah dalam bentuk kartu masalah dan membagikannya kepada setiap kelompok. 6. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan bersama yang spesifik. 7. Setiap kelompok bekerja berdasarkan kegiatan pokok CIRC. Guru mengawasi kerja kelompok. 8. Ketua kelompok melaporkan keberhasilan atau hambatan kelompoknya. 9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan dapat mengerjakan soal pemecahan masalah yang diberikan. 10. Guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk menyajikan temuannya. 11. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilitator. 12. Guru memberikan tugas/PR secara individual. 13. Guru membubarkan kelompok dan siswa kembali ke tempat duduknya. 14. Guru mengulang secara klasikal tentang strategi penyelesaian soal pemecahan masalah. 15. Guru memberikan kuis.
  • 18. Hipotesis Tindakan  Jika siswa kelas V SDN Gulun 1 Maospati Magetan dibelajarkan menemukan gagasan utama melalui model pembelajaran kooperatif tipe CIRC maka keaktifannya dalam belajar akan meningkat.  Jika siswa kelas V SDN Gulun 1 Maospati Magetan dibelajarkan menemukan gagasan utama melalui model pembelajaran kooperatif tipe CIRC maka kemampuannya menemukan gagasan akan meningkat.
  • 19. BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Tindakan Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran di kelas atau memecahkan masalah pembelajaran di kelas yang dilakukan secara bersiklus. Secara garis besar, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki 4 tahapan yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi. Berikut rencana PTK dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Siklus 1 Siklus 1 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan perbaikan rencana. 1. Perencanaan (planning) Pada tahap ini peneliti menyusun perlengkapan-perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan, mempersiapkan semua instrumen yaitu : RPP, materi, lembar observasi, alat evaluasi (tes) dan pembagian kelompok serta apersepsi. Dalam menyusun perlengkapan tersebut tentunya peneliti sudah melalui pertimbangan guru yang terkait. 2. Pelaksanaan tindakan (action) 1. Sebelum kegiatan belajar mengajar siswa diberikan pretes yang dipakai sebagai dasar pengukuran kemampuan awal siswa dalam menemukan gagasan utama dari sebuah teks. 2. Siswa diberikan artikel kemudian para siswa disuruh menentukan manakah gagasan utama setiap paragraf secara berkelompok. 3. Guru memberitahukan cara mencari gagasan utama yang tepat dengan mempresentasikan materi pembelajaran melalui power point. 4. Siswa diberikan latihan menemukan gagasan utama teks melalui “kartu alinea” . Kartu alinea ini berupa potongan-potongan teks atau sebuah paragraf
  • 20. kemudian siswa menentukan gagasan utamanya. Siswa juga dilatihkan menulis paragraf dan artikel berdasarkan ide pokok yang sudah ditentukan oleh guru. 5. Tahap ketiga siswa diberikan tes akhir/pretes untuk mengetahui sejauh mana kemampuan para siswa dalam menemukan gagasan utama sebuah teks. 3. Pengamatan tindakan (observasing) Pada tahap pengamatan ini, observasi terhadap banyak tindakan dilakukan secara terus menerus baik dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar. Pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan tes yang berupa pilihan ganda. Pengamatan dilakukan diwujudkan dalam bentuk data untuk dianalisa dalam tahap refleksi. 4. Refleksi (Reflecting) Hasil yang didapat dalam tahap observasi dan evaluasi dikumpulkan serta dianalisis sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Kelemahan atau kekurangan yang terjadi akan diperbaiki dalam siklus selanjutnya. Berikut tabel refleksi untuk mengetahui pencapaian pada siklus 1. Tabel 1. Refleksi No Aspek Pencapaian Cara Mengukur Siklus 1 (dalam %) 1. Kerjasama siswa Diamati ketika siswa melakukan diskusi dengan mencatat keterlibatan siswa dalam kelompok. 2. Keaktifan siswa Diamati ketika siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya maupun ketika mengerjakan tugas kelompok. 3. Tanggung jawab Diamati ketika siswa mengerjakan tugas kelompok dengan mencatat sejauh mana tanggung jawab siswa untuk menyelesaikan tugas kelompoknya. 4. Ketuntasan hasil Diamati dari hasil penilaian guru. belajar
  • 21. Siklus 2 1. Perencanaan (planning) Pada tahap ini peneliti menyususn perlengkapan-perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan, mempersiapkan semua instrumen yaitu : RPP, materi, lembar observasi, alat evaluasi (tes), dan pembagian kelompok serta apersepsi. Dalam menyusun perlengkapan tersebut tentunya peneliti sudah melalui pertimbangan guru yang terkait. 2. Pelaksanaan tindakan (action) a. Guru mempresentasikan materi pembelajaran melalui power point dengan lebih rinci dengan contoh-contoh yang lebih banyak. b. Kemudian, siswa diberikan latihan menemukan gagasan utama artikel melalui “kartu alinea”. Pada siklus kedua ini “kartu alinea” yang diterima siswa boleh didiskusikan dengan teman sebangku. c. Siswa juga dilatihkan untuk menemukan gagasan sebuah wacana/artikel dan berlatih menulis paragraf dan artikel berdasarkan ide pokok yang sudah ditentukan oleh guru. Terakhir siswa diberikan tes akhir/pretes untuk mengetahui sejauh mana kamampuan membaca dan menulis para siswa dalam menemukan gagasan utama sebuah teks. 3. Pengamatan tindakan (observasing) Pada tahap pengamatan ini, observasi terhadap banyak tindakan dilakukan secara terus menerus baik dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar. Pengamatan dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Pengamatan dilakukan diwujudkan dalam bentuk data untuk di analisa dalam tahap refleksi. 4. Refleksi (Reflecting) Menyimpulkan hasil pengamatan apakah ada perubahan/peningkatan setelah pelaksanaan siklus 2 dengan membandingkannya dengan pencapaian sebelum siklus dan setelah siklus 1dilaksanakan yang disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2. Pencapaian Indikator Keberhasilan No Aspek Pencapaian Cara Mengukur Siklus 1 (dalam %)
  • 22. 1. Kerjasama siswa Diamati ketika siswa melakukan diskusi dengan mencatat keterlibatan siswa dalam kelompok. 2. Keaktifan siswa Diamati ketika siswa melakukan diskusi dengan kelompoknya maupun ketika mengerjakan tugas kelompok. 3. Tanggung jawab Diamati ketika siswa mengerjakan tugas kelompok dengan mencatat sejauh mana tanggung jawab siswa untuk menyelesaikan tugas kelompoknya. 4. Ketuntasan hasil Diamati dari hasil penilaian guru. belajar Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. B. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN Gulun 1, Kecamatan Maospati, Kabupaten Magetan. 2. Waktu Penelitian
  • 23. Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. 3. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas V SDN Gulun 1 tahun pelajaran 2012/2013, dengan subjek siswa kelas 5 sebanyak 20 orang yang terdiri 11 siswa wanita dan 9 siswa laki-laki dengan pokok bahasan “menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata/menit”. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: Observasi, wawancara, dokumentasi dan tes. a. Observasi Teknik observasi digunakan dalam mengamati gejala-gejala yang tampak dalam proses pembelajaran tentang kesungguhan siswa mengikuti pelajaran, keseringan siswa bertanya dan menanggapi pertanyaan teman sekelas, keterlibatan siswa berfikir, berbicara, mendengarkan, dan melakukan tugas-tugas dalam proses pembelajaran. b. Wawancara Teknik wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang kesan-kesan dan pengungkapan perasaan siswa ketika belajar menemukan gagasan utama dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC. Ungkapan rasa senang siswa dilakukan dengan teknik wawancara. Wawancara juga digunakan untuk mengungkap perasaan tentang kesulitan-kesulitan siswa ketika belajar menemukan gagasan dengan bantuan model pembelajaran tipe CIRC. c. Dokumentasi Teknik dokumentasi digunakan untukmendokumentasikan data tentang proses pembelajaran yang menggambarkan langkah-langkah konkrit yang di praktikkan guru dalam proses pembelajaran. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mencakup foto tentang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. d. Tes Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa dalam menemukan gagasan utama.
  • 24. D.Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran menggunakan rubrik pengamatan keaktifan siswa. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menemukan gagasan utama menggunakan LKS yang berbentuk pilihan ganda dan esay. Lembar Kerja Siswa (LKS) ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar. F. Teknik Analisis Data a. Analisis Data Kemampuan menemukan gagasan utama Siswa yang telah menjalani tes evaluasi ini bisa dinyatakan tuntas dalam belajar apabila siswa tersebut mendapat skor minimal 70 sesuuai Kriteria Ketuntasan Minimal. Apabila belum tuntas pada siklus 1 maka akan dilanjutkan tes lagi pada siklus berikutnya supaya tercapai ketuntasan belajar. Proses belajar kumulatif dinyatakan berhasil jika 80% dari seluruh siswa telah mencapai KKM. Maka untuk mengetahui ketuntasan belajar secara kumulatif dapat digunakan rumus : Prosentase ketuntasan belajar = siswa yang tuntas X 100 % siswa keseluruhan b. Analisis Data Keaktifan Siswa Untuk menghitung data aktifitas siswa dalam pembelajaran maka dapat dianalisis dengan menggunakan rumus : Nilai Aktifitas Siswa = siswa yang tuntas X 100 % siswa keseluruhan
  • 25. DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon. Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti. Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston. Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.