SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 83
Descargar para leer sin conexión
SURAT KETERANGAN
                                           Nomor:


Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMAN 3 Bandar Lampung menerangkan bahwa buku
Rumus-rumus Fisika SMA adalah benar ditulis oleh:

       Penulis Pertama,
       Nama           : Dra. Damriani
       NIP            : 131658096

       Penulis Kedua,
       Nama           : Zainal Abidin, S.Pd
       NIP            : 132003007

dan telah digunakan sebagai pelengkap material pembelajaran di SMAN 3 Bandar Lampung.

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.




                                                       Bandar Lampung, 4 Mei 2008

                                                       Kepala SMAN 3 Bandar Lampung




                                                       Drs. H E R N A D I
                                                       NIP. 131870646




                                                                                        2
KATA PENGANTAR


Buku Rumus-rumus Fisika SMA ini ditulis bukan bermaksud untuk dihapal oleh para siswa
namun bertujuan untuk digunakan sebagai buku pendamping dalam memecahkan soal-soal fisika.
Rumus-rumus fisika merupakan bahasa sains yang konsisten dalam menjelaskan fenomena alam
dan sebagai bahasa universal yang berlaku dalam dunia ilmiah, untuk itu pemahaman pada
konsep, asas, dan prinsip fisika merupakan hal pertama yang harus dimengerti oleh para siswa,
bukan dengan cara menghapal rumus-rumus.

Dalam memecahkan soal-soal fisika, buku ini dapat digunakan untuk memberi gambaran global
dari rumus-rumus fisika dan dapat digunakan sebagai pendamping dalam melatih kemampuan
memecahkan soal-soal fisika.

Dengan selesai penulisan buku ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Hernadi
sebagai Kepala SMAN 3 Bandar Lampung, atas semua dukungannya, masukan dan saran dari
para kolega diucapkan terima kasih. Mereka adalah guru-guru fisika SMAN 3 Bandar Lampung,
yaitu Arif Santoso, S.Pd, Euis Waliah, S.Pd, Dra. Sartinem dan Fera Nofrizawati, S.Pd.

Buku ini tentu jauh dari sempurna, masukan, kritik dan saran yang membangun dapat
disampaikan melalui email: mbak_annie@yahoo.co.id atau zainal.abidin.mustofa@gmail.com.

Semoga kehadiran buku ini dapat memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi penggunanya.



                                                      Bandar Lampung, 30 April 2008



                                                      Damriani
                                                      Zainal Abidin




                                                                                            3
DAFTAR ISI


Surat Keterangan                                  1
Kata Pengantar                                    2
Daftar Isi                                        3

   1.    Besaran dan Satuan                       4
   2.    Gerak Lurus                              9
   3.    Hukum Newton                             12
   4.    Memadu Gerak                             14
   5.    Gerak Rotasi                             16
   6.    Gravitasi                                20
   7.    Usaha-Energi                             21
   8.    Momentum-Impuls-Tumbukan                 22
   9.    Elastisitas                              23
   10.   Fluida                                   24
   11.   Gelombang Bunyi                          26
   12.   Suhu dan Kalor                           30
   13.   Listrik Stattis                          33
   14.   Listrik Dinamis                          37
   15.   Medan Magnet                             43
   16.   Imbas Elektromagnetik                    47
   17.   Optika Geometri                          49
   18.   Alat-alat Optik                          53
   19.   Arus Bolak-balik                         55
   20.   Perkembangan Teori Atom                  58
   21.   Radioaktivitas                           61
   22.   Kesetimbangan Benda Tegar                64
   23.   Teori Kinetik Gas                        69
   24.   Hukum Termodinamika                      71
   25.   Gelombang Elektromagnetik                75
   26.   Optika Fisis                             77
   27.   Relativitas                              80
   28.   Dualisme Gelombang Cahaya                81




                                                       4
BESARAN DAN SATUAN

Ada 7 macam besaran dasar berdimensi:


         Besaran             Satuan (SI)             Dimensi
1. Panjang                       m                      [L]
2. Massa                         kg                     [M]
3. Waktu                        detik                   [T]
4. Suhu Mutlak                   °K                     [θ]
5. Intensitas Cahaya             Cd                     [J]
6. Kuat Arus                   Ampere                   [I]
7. Jumlah Zat                   mol                     [N]

2 macam besaran tambahan tak berdimensi:

         a.    Sudut datar       ---->     satuan : radian
         b.    Sudut ruang       ---->     satuan : steradian



Satuan             SI        Satuan Metrik



                                   MKS            CGS

                                  M 
                                  L
Dimensi ---->     Primer ---->         dan dimensi Sekunder ---> jabaran   Guna dimensi untuk
                                  T 
                                   
: Checking persamaan Fisika.



Dimensi dicari melalui ----> Rumus atau Satuan Metrik

Contoh :
  W
    = F ⋅ v = P (daya)
  t
ML2 T -2
         = MLT -2 LT -1
  T
ML2 T -3 = ML2 T -3



                                                                                              5
No   Besaran            Rumus            Sat. Metrik (SI)              Dimensi
                           s
                        v=               m
1    Kecepatan             t                 dt                        LT −1
                           ∆v
                        a=               m
2    Percepatan            ∆t              dt 2                        LT −2
                                         kg m              (N)
3    Gaya               F =m⋅a                      dt 2               MLT −2
                                         kg m 2             ( Joule)
4    Usaha              W = F ⋅s                     dt 2              ML2T −2
                            W            kg m 2
                        P=                                  ( Watt )
5    Daya                   t                        dt 3              ML2T −3
                            F            kg
                        P=                                 ( atm )
6    Tekanan                A                 m dt 2                   ML−1T −2
                             1           kg m 2
                        Ek = mv 2                           ( Joule)
7    Energi kinetik          2                       dt 2              ML2T −2
                                         kg m 2             ( Joule)
8    Energi potensial
                        Ep = m ⋅ g ⋅ h               dt 2              ML2T −2
                                         kg m
9    Momentum           M = m⋅v                     dt                 MLT −1
                                         kg m
10   Impuls             i = F ⋅t                    dt                 MLT −1
                             m           kg
                        ρ=
11   Massa Jenis             V                m3                       ML−3
                           w             kg
12   Berat Jenis        s= V                  m 2 dt 2                 ML−2T −2
                             F           kg
                        k=
13   Konst. pegas            x                dt 2                     MT −2
                            Fr 2         m3
14   Konst. grafitasi   G= m
                               2              kgdt 2                   M −1 L3T −2
                            P.V          kgm 2
15   Konst. gas         R = n.T                     dt 2 mol o K       ML2T −2 N −1θ −1
                              F
                        g=               m
16   Gravitasi               m               dt 2                      LT −2



                                                                                          6
17             Momen Inersia                       I = mR 2             kg m 2            ML2

ANGKA PENTING

Angka Penting : Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur, terdiri dari :
•Angka pasti
•Angka taksiran

Aturan :
a.  Penjumlahan / Pengurangan
    Ditulis berdasarkan desimal paling sedikit
    Contoh :
          2,7481
          8,41
             ------- +
        11,1581 ------> 11,16

b.       Perkalian / Pembagian
         Ditulis berdasarkan angka penting paling sedikit
         Contoh :
                4,756
                110
                 --------- ×
                0000
             4756
           4756
           -------------- +
         523,160 ----> 520



BESARAN VEKTOR


Besaran Skalar : adalah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya atau nilainya saja.
                                       Contoh : panjang, massa, waktu, kelajuan, dan sebagainya.
Besaran Vektor : adalah Besaran yang selain ditentukan oleh besarnya atau nilainya,
                           juga ditentukan oleh arahnya.
                                       Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya.


Sifat-sifat vektor
     −     −           −       −
1.   A+ B          =   B   +   A       Sifat komutatif.
     −         −       −           −     −     −
2.   A   + ( B +C ) = (            A+ B ) +C        Sifat assosiatif.




                                                                                                    7
−   −         −        −
3. a (     A+ B    )=a   A   +a   B
       −       −         −    −
4. /   A/ + / B / ≥/ A+ B /

RESULTAN DUA VEKTOR




                                               α = sudut antara A dan B


           −         −            −            −          −

       /R/=        / A/ 2 + / B / 2 +2 / A/ / B / cosα

                         −              −             −
                     / R/   / A/   / B/
                          =      =
       arahnya :
                    sin α sin α 1 sin α 2




   Vektor           sudut                vx = v cos   α        vy = v sin   α

       V1
                     α1                 vx = v cos
                                                      α1      vy = v sin
                                                                           α1

       V2
                     α2                 vx = v cos
                                                      α2      vy = v sin
                                                                            α2

       V3
                     α3                 vx = v cos
                                                      α3      vy = v sin
                                                                            α3
                                      ∑ vx = .......          ∑ vy = .......


                                                                                 8
( ∑ v X ) 2 + ( ∑ vY ) 2
Resultan / v R / =
                        ∑ vY
Arah resultan : tg =
                        ∑vX


Uraian Vektor Pada Sistem Koordinat Ruang ( x, y, z )




                                                    α , β ,γ   = masing-masing sudut antara                    vektor A

                                       A     Ax+ Ay+ Az                        A        A x / i + / A y /    A k
                                                                                                             j +/ z/ 
dengan sumbu-sumbu x, y dan z              =                            atau       =/

/ A x / = A cos α /     Ay/= A      cos
                                           β / A z / = A cos γ
Besaran vektor A

                      A = / A X / 2 + / AY / 2 + / AZ / 2

dan   i ,  , k
           j      masing-masing vektor satuan pada sumbu x, y dan z




                                                                                                                      9
GERAK LURUS




Vt = kecepatan waktu t detik   S = jarak yang ditempuh
Vo = kecepatan awal            a = percepatan
t = waktu                      g = percepatan gravitasi




                                                          10
v0=0
                                                             v=   2 gh
                                                h
                                                             t=   2h / g

         GJB

                                            vo=0

                                  v?            h1           v=   2 g (h1 − h 2)
                                  h2




Variasi GLB



                 P                                   Q
                                                             SP + SQ = AB

             A                                           B




                         A
                     ·                                       SA = SB
                         B




             P                         Q
                             SP
                                                             SP – SQ = AB
         A                         B
                                           SQ




Gerak Lurus Berubah Beraturan


                 ∆r r2 − r1
1    v   =         =
                 ∆t t 2 − t1



                                                                                   11
∆ v v 2 − v1
2.     a=       =
             ∆ t t 2 − t1
                   drx                   dry                            drz
3.     vx =               ;       vy =          ;              vz =
                   dt                    dt                             dt

                                                2          2    2
                                   v = v x +v y +v z



                   dv x                  dv y                           dv z
4.      ax =                  ;   ay =              ;          az =
                    dt                   dt                              dt

                                                2          2        2
                                   a =     a x +a y +a z


5      Diketahui a(t)

              t2

         v = ∫ a( t ) ⋅ dt
              t1




             t2

6.       r = ∫ vt ⋅ dt
              t1




  h = tinggi
Vy = kecepatan terhadap sumbu y                         h1 = ketinggian pertama          Vz = kecepatan terhadap sumbu z
h2 = ketinggian kedua                                      | v | = kecepatan rata-rata mutlak
SP = jarak yang ditempuh P                                 |ā| = percepatan rata-rata mutlak
SQ = jarak yang ditempuh Q                                  ax = percepatan terhadap sumbu x
AB = panjang lintasan                                      ay = percepatan terhadap sumbu y
SA = jarak yang ditempuh A                                 az = percepatan terhadap sumbu z
SB = jarak yang ditempuh B                                 a(t) = a fungsi t
v    = kecepatan rata-rata                                 V(t) = V fungsi t
∆r = perubahan posisi                                     V1 = kecepatan 1
∆t = selang waktu                                         Vx = kecepatan terhadap sumbu x
r2 = posisi akhir
r1 = posisi awal
t1 = waktu awal bergerak
t2 = waktu akhir bergerak
ā = percepatan rata-rata
∆V = perubahan rata-rata
V2 = kecepatan 2




                                                                                                                           12
HUKUM NEWTON
1.    Hk. I Newton  Hk. kelembaman (inersia) :
     Untuk benda diam dan GLB       ∑ F = 0  ∑ Fx = 0 dan ∑ Fy = 0
2.    Hk. II Newton  a≠ 0  GLBB        ∑F = m⋅a
     ω1 − ω 2 = ( m1 + m2 ) a
      ω1 − T = m1 ⋅ a




3.    Hukum III Newton  F aksi = - F reaksi
      Aksi – reaksi tidak mungkin terjadi pada 1 benda


4.    Gaya gesek (fg) : * Gaya gesek statis (fs)  diam  fs = N.µs
                      * Gaya gesek kinetik (fk)  bergerak  fk = N. µk
     Arah selalu berlawanan dengan gerak benda/sistem.




      N=w       N = w – F sinα    N = w + Fsinα   N = w cos α
. Statika

           ∑F = 0 :      *∑ Fx = 0
                      *   ∑ Fy = 0
           ∑λ = 0

                                                                          13
ΣFx = resultan gaya sumbu x
ΣFy = resultan gaya sumbu y
ΣF = resultan gaya
m = massa
a = percepatan
N = gaya normal
μs= koefisien gesek statis
μk= koefisien gesek kinetik
W = gaya berat
α=sudut yang dibentuk gaya berat setelah diuraikan ke sumbu




                                                              14
MEMADU GERAK

1.                   2
         v R = v1 +v 2
                         2
                             +2v1 v 2 cos α                     GLB – GLB

                                 Vr = kecepatan resultan
2.   Gerak Peluru                                   V1 = kecepatan benda 1
     Pada sumbu x                   GLB                  V2 = kecepatan benda 2
     Pada sumbu y                   GVA – GVB

                Y                                               v x = v0 cos α
                    Vo                                          x = v0 cos α ⋅ t
                    α
                                              X                 v y = v 0 sin α − g ⋅ t
                                                                                         1 2
                                                                   y = v 0 sin α ⋅ t −     gt
                                                                                         2
                                                       X = jarak yang ditempuh benda pada sb x
                                                       Y = jearak yang ditempuh benda pada sb y
                                                       Vx = kecepatan di sumbu x
     Syarat :                                           V0 = kecepatan awal
         Mencapai titik tertinggi                vy = 0       t     = waktu
         Jarak tembak max          y=0            g    = percepatan gravitasi




                                                                    y = −h



     H


         Koordinat titik puncak


              v0 2 sin 2α v0 2 sin 2 α 
                         ,             
                   2g          2g      
                                       




                                                                                                  15
   Jarak tembak max       tidak berlaku jika dilempar dari puncak ; jadi harus pakai
    y = −h

                v sin 2α
                       2

       x max   = 0
                   g




                                                                                  16
GERAK ROTASI
       GERAK TRANSLASI                               G E R A K R O TA S I        H u b u n g a n n ya
 Pergeseran linier    s                    Pergeseran sudut               θ           s=θ.R
 Kecepatan linier    v                     Kecepatan sudut                ω           v=ω.R
 Percepatan Linier   a                     Percepatan sudut               α           a=α.R


 Kelembaman                   m            Kelembaman rotasi             I            I = ∑ m.r2
 translasi                                 (momen inersia)
 ( massa )
 Gaya                      F=m.a           Torsi (momen gaya)         λ=I.α           λ=F.R
 Energi kinetik                            Energi kinetik                               -
 Daya                      P=F.v           Daya                       P=λ.ω             -
 Momentum linier           p = m.v         Momentum anguler           L = I .ω          -


PADA GERAK DENGAN PERCEPATAN TETAP
       GERAK TRANSLASI (ARAH TETAP)                        GERAK ROTASI (SUMBU TETAP)
  vt = v0 + at                                        ωt = ω0 + α .t
   s = vot + 1/2 a t 2                                 θ = ω0t + 1/2α .t 2
 vt 2 = v0 2 + 2 a.s                                  ωt2 = ω02 + 2α.θ


s = jarak
a = percepatan
v = kecepatan
R = jari–jari lintasan
vt = kecepatan dalam waktu t detik
vo = kecepatan awal
t = waktu yang ditempuh
ωt = kecepatan sudut dalam waktu t detik
ωo= kecepatan sudut awal




 Besarnya sudut :




                                                                                                        17
S
                                           θ =        radian
                                                  R
                                           S = panjang busur
                                           R = jari-jari


            1
f.T=1 f=
            T
     2π
ω=        atau   ω=2πf
      T
v=ωR




                                                                                       ≠

                                                                v1 = v2, tetapi ω1         ω2




                                                                                           ≠

                                                                    v1 = v2, tetapi ω1          ω2




                                                                              ≠        ≠


                                                 ωA = ωR = ωC , tetapi v A        vB       vC




                                                 v2
                                       ar =           atau     ar = ω2 R
                                                 R

                                                 v2
                                    Fr = m .           atau    F r = m ω2 R
                                                 R

1. Gerak benda di luar dinding melingkar




                                                                                                     18
v2                                          v2
                N=m.g-m.                            N = m . g cos θ - m .
                                R                                           R

2. Gerak benda di dalam dinding melingkar.




                                v2                                          v2
                N=m.g+m.                            N = m . g cos θ + m .
                                R                                           R




                      v2                                        v2
              N=m.         - m . g cos θ               N=m.          -m.g
                      R                                         R




3. Benda dihubungkan dengan tali diputar vertikal




                                                                                 19
v2                                                            v2
                  T=m.g+m                                             T = m m . g cos θ + m
                                R                                                             R




                      v2                                                          v2
              T=m.         - m . g cos θ                                  T=m.         -m.g
                      R                                                           R

4. Benda dihubungkan dengan tali diputar mendatar (ayunan centrifugal/konis)
                                      T cos θ = m . g

                                                      v2
                                      T sin θ = m .
                                                      R
                                                           L cosθ
                                      Periodenya T = 2π
                                                             g
                                      Keterangan : R adalah jari-jari lingkaran



5. Gerak benda pada sebuah tikungan berbentuk lingkaran mendatar.

                                             v2
                              N . µk = m .
                                             R
                              N = gaya normal
                              N=m.g




                                                                                                   20
GRAVITASI

                  m1 ⋅ m2
1.     F =G⋅                                       VEKTOR
                    R2

             M
2.     g=G                     VEKTOR
             R2


     kuat medan gravitasi


                M
3.     v = −G                         massa bumi
                R

                  m⋅M
4.     Ep = −G
                   R


5.     w A→B = m( v B −v A )


                            1  1     
     HKE    v 2 = v1 + 2GM           
               2    2
6.                         R − R     
                            1    2   




F = gaya tarik-menarik antara kedua benda
G = konstanta gravitasi
m1 = massa benda 1
m2 = massa benda 2
R = jarak antara dua benda
Ep = energi potensial gravitasi
V = potensial gravitasi
WAB = Usaha dari benda A ke B
V1 = kecepatan benda 1
V2 = kecepatan benda 2




                                                            21
USAHA–ENERGI
     _______________
1.    w = F cos α ⋅ s                α = sudut kemiringan


                                          v = kecepatan
              1 2
2.     Ek =     mv                  W = usaha
              2
                                    F = Gaya

3.     Ep = m ⋅ g ⋅ h                 s = jarak

                                    Ep = Energi Potenaial

4.     Emek = Ep + Ek                  m = massa benda

                                       g = percepatan gravitasi

5.     w = ∆Ek                        h   = ketinggian benda dari tanah

                                      Ek = Energi Kinetik

6.     w = ∆Ep                        Em = Energi mekanik



7.   HKE (Hukum Kekekalan Energi)


     Ek1 + Ep1 = Ek 2 + Ep 2




                                                                          22
MOMENTUM–IMPULS–TUMBUKAN
1.        P = ⋅v
             m
                                                                    P = momentum
                                                                  m = massa
2.        I = ⋅ t
             F ∆
                                                                   v = kecepatan
                                                                I = impuls
          I = ∆P
3.                                                                   F= gaya
          I = m( v t − v 0 )
                                                                ∆t = selang waktu
4.    HKM (Hukum Kekekalan Momentum)

                                      ′          ′
          m A ⋅v A +m B ⋅v B =m A ⋅v A +m B ⋅v B


      arah kekanan v +
     arah ke kiri v -


                     ′      ′
                  v A − vB
5.        e=−                                                e = koefisien tumbukan (kelentingan)
                   v A − vB


6.    Jenis tumbukan
          Lenting sempurna            e =1                  HKE
                                                             HKM
              Lenting sebagian       0 < e <1               HKM
              Tidak lenting sama sekali     e=0                   HKM


                 h1
7.        e=                      h1 = tinggi benda setelah pemantulan 1
                 h0

                               ho = tinggi benda mula-mula
8.        hn = h0 ⋅ e              hn = tinggi benda setelah pemantulan ke n
                        2n




       E hilang = Ek sebelum tumbukan – Ek sesudah tumbukan
9.
                             1            1       2   1         ′
                                                                     2
                                                                       1        ′ 
                                                                                  2
                                             mB v B  −  m A  v A  + mB  v B  
                                      2
                      =  mAv A +                                         
                             2            2         2             2   




                                                                                                    23
ELASTISITAS
1.     F =k⋅x                                            F = gaya pegas
                                                       k = konstanta pegas
              1
2.     Ep =     k ⋅ x2           luasan grafik F – x   x = simpangan pada pegas
              2
                                                       Ep = energi potensial

3     kp = k1 + k 2         susunan paralel




      1  1 1
4.      = +              susunan seri
      ks k1 k 2



              P F ⋅ L0
5.     E=      =
              ε A ⋅ ∆L



F = gaya tekan/tarik
Lo = panjang mula-mula
A = luas penampang yang tegak lurus gaya F
∆L = pertambahan panjang
E = modulus elastisitas
P = stress
ε = strain




                                                                                  24
FLUIDA
Fluida Tak Bergerak

                 m
1.     ρ zat =
                 v




                                                                             1 gr                   kg
                      ρz
2.      ρ relativ =
                      ρ air
                                            ρ air   pada 40C                               = 1000
                                                                                    cm 3                 m3

              m A + mB
3.     ρc =
              v A + vB



4.     ρ =ρ ⋅ g ⋅h
        h  z




       Fh = υ h ⋅ A
5.        = ρz ⋅ g ⋅ h ⋅ A


6.   Archimedes : Gaya ke atas yang bekerja pada benda besarnya sama dengan jumlah (berat) zat cair yang
     dipindahkan.

        FA =ρ ⋅ g ⋅h
             z




7.   Terapung                 w < FA   (jika dibenamkan seluruhnya)


                                                                ′
                                                       w = FA                  dalam keadaan setimbang


                                                       ρ bd ⋅ g ⋅ vb = ρ z ⋅ g ⋅ v 2


8.   Melayang




                                            w1 + w2 = ρ z ⋅ g ( v1 + v 2 )



                                                                                                              25
9.    Tenggelam
      w > FA
      w s = w − FA

10.   Kohesi (K)
      Adhesi (A)



11.   Kapilaritas


              2γ cosθ
         y=
              ρz ⋅ g ⋅r



Fluida Bergerak


              Vol
1.      Q=        = A⋅v
               t


2.    Kontinuitas

         A1v1 = A2 v 2




                                                     1                           1
                                 P1 + ρ ⋅ g ⋅ h1 +     ρ ⋅ v1 = P2 + ρ ⋅ g ⋅ h2 + ρ ⋅ v2
                                                             2                           2
3.    Bernoully
                                                     2                           2

ρ = massa jenis
m = massa
v = volume
A = luas permukaan
P = daya tekan
h = ketinggian dari dasar
Q = Debit
ρrelatif = massa jenis relatif




                                                                                             26
GELOMBANG BUNYI

GETARAN


                                          k = konstanta pegas
1.
          w                               W = berat
      k =
          x                               x = perubahan panjang pegas
                                          F = gaya pegas
                                          y = simpangan
2.                                        Ep = energi potensial
                                          Emek = energi mekanik
      F=-k.
                                          Ek = energi kinetik
3.    Ep = ½ ky2                          A = amplitudo
                                           t = waktu
                                          ω = kecepatan sudut
4.    E mek = ½ kA2                       m = massa
                                          T = periode
                                          k = konstanta
5.    Ek = ½ k (A2-y2)                    l = panjang
                                          f = frekuensi
                                          λ = panjang gelombang
                                          Lo = panjang mula-mula
6.
             k ( A2 − y 2 )               ∆L = perubahan panjang
      v=
                   m                      n = nada dasar ke
                                          Vp = kecepatan pendengar
                                          Vs = kecepatan sumber bunyi
7.    k = mω 2                             P = daya
                                           R1= jarak 1
                                           R2 = jarak 2
8.    y = A sin ωt


9.    v = ωA cos ωt


10.   a = −ω 2 A sin ωt

11.
      Ek =    1
                  2   mω 2 A 2 cos 2 ωt



                                                                        27
12.    Ep =     1       mω 2 A 2 sin 2 ωt
                    2



13.
       E mek =           1
                             2   mω 2 A 2


                         m
14.      T = 2π
                         k




                         l
15.      T = 2π
                         g




GELOMBANG


                                    mekanik refleksi            gel.            gel.
                                                       refraksi         longitudinal   transversal
                                                       interferensi          1λ
Gelombang                                              defraksi
                                                       polarisasi
                                                                                 1λ
                                  elektromagnetik
                                    gel.



1.     v =f ⋅λ λ v
              → = ⋅t




2.                                           t x
       y gel. berjalan = A sin 2π             − 
                                            T λ 


       y diam                      ujung bebas                   ∆ϕ = 0
3.
                                   x         t L
       y = 2 A cos 2π                sin 2π  − 
                                   λ        T λ 


                                                                        1
       y diam                      ujung terikat                 ∆ϕ =
4.                                                                      2
                                   x         t L
       y = 2 A sin 2π                cos 2π  − 
                                   λ        T λ 
                                                                                                     28
5.                  F                 m
         v=                      µ=
                    µ                 

                                  E = modulus young
6.                  E
         v=                               stress P        F             F ⋅ Lo
                    ρ             E=            = =            A
                                                                    =
                                          strain ε        ∆L
                                                               Lo       A ⋅ ∆L


                            P
         v gas =        γ
                            ρ
7.
                            RT     Cp
                =       γ      γ =
                            M      Cv

BUNYI Gelombang Longitudinal

            nada                      > 20.000 Hz (Ultrasonic)              keras / lemah tergantung Amplitudo
Bunyi       20 Hz –                   20.000 Hz
            desah                     < 20 Hz (Infrasonic)                  tinggi/rendah tergantung Frekuensi



Nada                    Sumber

1.      Dawai

                                             ( n + 1) P                  fn =
                                                                                 n +1
                                                                                      v
                                             ( n + 2) s                           2L
              ND

2       Pipa Organa Terbuka


                                            ( n + 2) P                   fn =
                                                                                 n +1
                                                                                      v
                                            ( n + 1) s                            2L

3.      Pipa Organa Tertutup

                                             ( n + 1) P                  fn =
                                                                                 2n + 1
                                                                                        v
                                             ( n + 1) s                           4L




                                                                                                                 29
Sifat :

    Refleksi (Pemantulan)

                                                     v.tpp
                                                d=
                                                       2
    Resonansi


                                                                     1
                                                ln = ( 2n − 1)         λ
                                                                     4

    Interferensi (Percobaan Quinke)
      • memperkuat              nλ
      •     memperlemah             ( n + 1) 1 λ
                                            2

    Pelayangan (beat)       Beat


          f layangan = f A − f B

    Efek Doppler


                  v ± vP
          fP =           ⋅ fs
                  v ± vs

    Intensitas

               P   P
          I=     =
               A 4πR 2


                                                        1            1
                                           I1 : I 2 =        2
                                                                 :        2
                                                        R1           R2
    Taraf Intensitas (TI)


                        I
          TI = 10 log                  I 0 = 10 −12 Watt m 2
                        I0
          dB




                                                                              30
SUHU DAN KALOR
01.                C          R           F             K
            Td     100        80          212          373                                  C = celcius
                                                                                            R = reamur
      Air            100             80                   180          100                  F = fahrenheit
                                                                                            tk= suhu dalam kelvin
        Tb                0         0                32          273                        tc = suhu dalam
celsius


            C:R:F=5:4:9
             tK = tC + 273

     Contoh :

            X            Y
         Tb -20          40        X : Y = 150 : 200
                                         =3:4
              60         ?

                                        4
                                        3   (60 + 20) + 40 = …


        Td 130       240

                                                                                    enaikkan suhu
     Sifat termal zat              diberi kalor (panas)                      perubahan dimensi (ukuran)
                                                                                    ubahan wujud

2.      Muai panjang.                              ∆L = perubahan panjang
                                                         = koefisien muai panjang
      ∆L = Lo . α . ∆t                          Lo = panjang mula-mula
                                                ∆t = perubahan suhu
      Lt = Lo ( 1 + α . ∆t )                    Lt = panjang saat to
                                                ∆A = perubahan luas




                                            Ao = luas mula-mula



                                                                                                                    31
3.     Muai luas.                             β= koefisien muai luas
                                           ∆V = perubahan volume
     ∆A = Ao . β . ∆t                       Vo = Volume awal
                                           γ= koefisien muai volume
     At = Ao ( 1 + β . ∆t )



4.     Muai volume.

     ∆V = Vo . γ . ∆t

     Vt = Vo ( 1 + . γ . ∆t )




     β=2α
               }γ =                                           Q = kalor
     γ=3α
                                                                 m = massa
                                                              c= kalor jenis
                                                              t = perubahan suhu
5.     Q = m . c. ∆t                                            H = perambatan suhu




6.     Q = H . ∆t



7.     H=m.c



8.     Azas Black.                T1
                                       Qdilepas
       Qdilepas = Qditerima
                                         TA
                                                  Qditerima
                                                              T2

09. Kalaor laten                Kalor lebur             Q = m . Kl          Kl = kalor lebur

                        Kalor uap             Q = m . Ku              Ku = kalor uap



9.                    Perambatan kalor.




                                                                                               32
Konduksi        Konveksi         Radiasi



     k . A.∆t
H=              H = h . A . ∆t   I = e . σ . T4
          l


A = luas
k = koefisien konduksi
l = panjang bahan
h = koefisien konfeksi
I = Intensitas
e = emitivitas bahan
σ = konstanta Boltzman
T = suhu




                                                  33
LISTRIK STATIS

              q1 . q 2
       F=k
01.            r2
              1
       k=                  9  2        2

            4π ε 0 = 9 x 10 Nm /Coulomb
      ε0 = 8,85 x 10-12 Coulomb2 / newton m2
       F = gaya
       Q1 = muatan benda 1
       Q2 = muatan benda 2
       R = jarak benda 1 ke 2

               Q
       E=k
               r2
02.
       E = kuat medan listrik
       Q = muatan
        R = jarak
03.    Kuat medan listrik oleh bola konduktor.




                                          E =0.
                                                            Q              Q
                                           R       Es = k         Ep = k
                                                            R2             r2
           Er = kuat medan listrik di pusat bola
           Es = kuat medan listrik di kulit bola
           Ep = kuat medan listrik pada jarak p dari pusat bola




04. Kuat medan disekitar pelat bermuatan.




                                                                                34
σ                   Q                           σ
        Ep =                    σ=                   EP =
                2ε0                  A                         ε     0

             σ = rapat muatan                              Ep = kuat medan listrik
                                       1  1
05.     WA −−−−−> B = k . Q. q.(         − )
                                      rB rA
                                                          Q. q                     Q. q     1 Q. q
               Bila rA = ∼ maka       W~ −−−−−> B = k .          -----   EP = k        =       .
                                                          rB                       rB     4π ε 0 rB
                   Q    1     Q
6.       V =k        =      .
                   rB 4π ε 0 rB

         V = potensial listrik


07.    WA −−−−−> B = q.(v B − v A )

08. POTENSIAL BOLA KONDUKTOR.




                                                                         q         q
                                               VO = VK = V L     = k.      VM = k.
                                                                         R         r

09. HUKUM KEKEKALAN ENERGI
                               2q
      ( v 2 ) 2 = ( v1 ) 2 +      (V1 − V2 )
                               m
               Q
10.     C=
               V




                                                                                                      35
11.       C0 =   ε   0
                         A              ε   .A
                                C=
                     d                      d
                               K ε0 A
12.       C = C0 . K =
                                    d
                     Q2
13.        W=    1
                 2
                             atau   W = 2 CV 2
                                        1

                     C

14.       Susunan Seri.




      - Q = Q1 = Q2 = Q3 = .....
         s
      - V = V + V + V + V +.....
         s   ab  bc  cd  de

          1   1   1   1
      -     =   +   +   +.....
          CS C1 C2 C3



15. Susunan paralel.




   - V = V1= V2 = V3
      p
      - Qp = Q1 + Q2 + Q3 + .....
      - Cp = C1 + C2 + C3 + .....




                                                 36
C1V2 + C 2V2
16.   VGAB =
                 C1 + C 2

C = kapasitas listrik
Q = muatan listrik
V = beda potensial
Co = Kapasitas dalam hampa udara
d = jarak antar dua keeping
A = luas masing-masing keeping
K = konstanta dielektrik
W = energi kapasitor




                                   37
LISTRIK DINAMIS
              dq
1.     i=
              dt



2.                                      dq = n.e.V.A.dt


              dq
       i=        = n. e.V . A           Ampere
              dt

           i
03.   J=     = n. e.V        Ampere/m2
           A


04.
                V A − VB
           i=
                    R

              L
05. R = ρ .
              A




06. R(t) = R0 ( 1 + α.t )


07. SUSUNAN SERI




           → i = i1 = i2 = i3 = ....



                                                           38
→ VS = Vab + Vbc + Vcd + ...
          → RS = R1 + R2 + R3 + ...




08. SUSUNAN PARALEL




          → VP = V1 = V2 = V3
          → i + i1 + i2 + i3 + ....
                 1    1   1   1
          →        =   +   +   +...
                 R p R1 R2 R3

09. Jembatan wheatstone




    RX . R2 = R1 . R 3
                  R1 . R3
        RX =
                   R2
1 0 . A M P E R E M E T E R / G A LVA N O M E T E R .




                 1
       RS =         Rd      Ohm
               n −1


11. V O LT M E T E R .



                                                        39
Rv = ( n - 1 ) Rd   Ohm




.
            W=i2.r.t=V.i.t                Joule
       1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori
            W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t   Kalori


                dw
13.    P=          = V .i         (Volt -Ampere = Watt)
                dt

14. Elemen PRIMER : elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah                sejumlah energi
       dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai.
      Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-elektroda sebuah elemen
       karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada elektroda-elektroda tersebut.
     Untuk menghilangkan proses polarisasi itu ditambahkan suatu zat depolarisator.
     Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator, dibedakan dua macam elemen primer :
       1.     Elemen yang tidak tetap; elemen yang tidak mempunyai depolarisator, misalnya pada elemen
              Volta.
       2.     Elemen tetap; elemen yang mempunyai depolarisator.
      misalnya : pada elemen Daniel, Leclanche, Weston, dll.


b)     Elemen SEKUNDER : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah dialiri arus dari
       sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang dihasilkan, misalnya : Accu.
     Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah Pb; sedangkan sebagai
       Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4.


c)     Elemen BAHAN BAKAR : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia bahan bakar
       yang diberikan secara kontinue menjadi energi listrik.
       Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan angkasa.




                                                                                                          40
dW
15. ε =          ( Joule/Coulomb = Volt )
           dq




16.   i=
            ε
           R+r
17. disusun secara seri




                  n. ε
            i=
                 n. r + R
18. disusun secara paralel




           i=
                  ε
                 r
                   +R
                 m




19. Susunan seri - paralel




                                            41
n .ε
              i=
                     n
                       .r + R
                     m

20. TEGANGAN JEPIT
                                                     K = i . R


21. Hukum Kirchhoff I ( Hukum titik cabang )
    ∑i=0




  i1 + i2 + i3 = i4 + i5


22. Hukum Kirchoff II ( Hukum rangkaian tertutup itu )
                                                Σ ε + Σ i.R = 0

                                                              E   : negatif



                                                              E   : positif


arah arus berlawanan dengan arah loop diberi tanda negatif.


I = kuat arus                           Ro = hambatan mula-mula
q = muatan listrik                       α = koefisien suhu
t = waktu                           P = daya
v = kecepatan electron                   r = hambatan dalam
n = jumlah electron per satuan volume      ε = GGL




                                                                              42
e = muatan electron        n = jumlah rangkaian seri
A = luas penampang kawat    m = jumlah rangkaian paralel
V = beda potensial         Rd = hambatan dalam
R = hambatan               K = tegangan jepit
ρ = hambat jenis kawat      Rv = tahanan depan




                                                           43
MEDAN MAGNET
             µ
01. µr =
             µ 0
          φ
02.    B=
          A
          B
03.    H=
          µ
04.    B = µ H = µ r. µ o. H
05. Benda magnetik : nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu.
      Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta.
      Benda paramagnetik : nilai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu.
      Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam adalah zat

             paramagnetik.

      Benda feromagnetik : nilai permeabilitas relatif sampai beberapa ribu.

      Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico )


06. Rumus Biot Savart.


      dB =
              µ    0
                       I .d sin θ
              4π            r2

      k=
           µ   0   = 10-7
                            Weber
           4π                A. m

07. Induksi magnetik di sekitar arus lurus


      B=
           µ   0   .
                        I
             2         π .a
             B               B               I
      H=
           µ µ     =
                            r .µ
                                   0
                                       =
                                           2π . a




                                                                                                      44
08. Induksi Induksi magnetik pada jarak x dari pusat arus lingkaran.


      B=
           µ    0       .
                            a. I . N
                                     . sin α 1   atau    B=
                                                              µ    0   .
                                                                           a2. I. N
            2                 r2                               2             r3
09. Induksi magnetik di pusat lingkaran.


      B=
           µ    0       .
                                I. N
            2                    a

10. Solenoide
      Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide :

      B=   µ     0
                            n I
      Bila p tepat di ujung-ujung solenoide

            µ
      B=            0
                        n I
             2
1 1 . To r o i d a

      B=µ n I

             N
      n=
           2π R
12. Gaya Lorentz

      F=BI       sin α
      F = B.q.v sin α
13.




        Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang

                    µ             I P IQ
         F=                 0

                        2         π a

1 4 . G e r a k Pa r t i k e l B er m u a t a n D a l a m M e d a n L i s t r i k



                                                                                      45
lintasan berupa : PARABOLA.
                            q. E
     percepatan :    a=
                             m
     Usaha : W = F . d = q . E .d
     Usaha = perubahan energi kin
     Ek = q . E .d


     1
     2   mv 2 2 − 2 mv1 2 = q. E . d
                  1




15. Lintasan partikel jika v tegak lurus E.




           
    t=
           v
                         q. E 2
   d = 2 at 2 = 2 .
       1        1
                             .
                          m vX 2
    Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik.

    v = v X 2 + vY 2
                     q. E 
    v Y = a. t =         .
                      m vX
   Arah kecepatan dengan bidang horisontal θ :
               vY
    tg θ =
               vX
1 6 . G e r a k Pa r t i k e l B er m u a t a n D a l a m M e d a n M a g n e t
    Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet berupa LINGKARAN.




                                                      mv
                                                      B q
                                   jari-jari :   R=




                                                                                  46
17. Momen koppel yang timbul pada kawat persegi dalam medan magnet
    τ = B.i.A.N.Sin θ


μr = permeabilitas relative       a = jari–jari lingkaran
μ = permeabilitas zat            r = jarak
B = induksi magnet               I = kuat arus
ф = Fluks                       N = banyak lilitan
H = kuat medan magnet             l = panjang kawat
A = luas bidang yang ditembus      F = gaya Lorentz
q = muatan listrik              v = kecepatan partikel
θ = sudut antara v dengan B      R = jari-jari lintasan partikel




                                                                     47
IMBAS ELEKTROMAGNETIK

                                                             dφ
                             Perubahan fluks : Eind = -N
                                                             dt
                                                             di
                             Perubahan arus :      Eind = -L
                                                             dt
                                                                      di1                    di 2
GGL IMBAS                    Induktansi timbal balik : Eind1 = -M             , Eind2 = -M
                                                                      dt1                    dt 2
                                    K a wa t m e m o t o n g g a r i s g aya : E i n d = B . l . v s i n α


                             Kumparan berputar : Eind = N.B.A.ω sin ωt



                                                         φ
                                                   L=N
                                                          i
                                                       µo N 2 A
                                                  L=
                                                           
I N D U K TA N S I D I R I
                                                            φ1                 φ2
                                                   M = N2
                                                            i1      , M = N1   i2
                                                         µ o N1 N 2 A
                                                   M=                       (Induktansi Ruhmkorff)
                                                              

                                                                        Ideal    : Np : Ns = Is : Ip
                     T R A N S F O R M AT O R                             Np : Ns = Ep : Es
                                                                       Tidak ideal : Ps = ηPp

Eind = GGL induksi
N = banyak lilitan
B = induksi magnet
A = luas bidang permukaan/kumparan
θ = fluks magnet
L = induktansi diri
I = kuat arus
Np = banyak lilitan kumparan primer




                                                                                                             48
Ns = banyak lilitan kumparan sekunder
l = panjang solenoida
Pp = Daya pada kumparan primer
Ps = daya pada kumparan sekunder
Ep = tegangan pada kumparan primer
Es = tegangan pada kumparan sekunder
ω = kecepatan sudut
M = induktansi Ruhmkorff




                                        49
OPTIKA GEOMETRI
                                                    Plato dan Euclides : adanya sinar-sinar
penglihat.
Teori melihat benda                     Aristoteles             : Menentang sinar-sinar penglihat.
                                        Al Hasan               : Pancaran atau pantulan benda



                                        S i r I s a a k N e w t o n : Te o r i E m i s i “ S u m b e r
                                        c a h a y a m e n y a l u r ka n
                                        Pa r t i ke l y a n g ke c i l d a n r i n g a n b e r ke c e p a t a n
                              tinggi.
                                        C h r i s t i a n H u y g e n s : Te o r i E t e r a l a m : c a h a y a
                                        p a d a d a s a rn y a
                                        S a m a d e n g a n b u n y i , m e r a m b a t m e m e r l u ka n
                                        medium.
                                        T h o m a s Yo u n g d a n A u g u s t i n e Fre s n e l l :
                                        C a h a y a d a p a t l e n t u r d a n b e r i n t e r f e re n s i
                                        J ean Le on Foucaul t : C epat r am bat cah a ya di z at
                                        c ai r l ebi h keci l da ri pada di udara.
              TEORI CAHAYA                 James Clerk Maxwell : Cahaya gelombang
elektromagnetik.
                                        Heinrich Rudolph Hertz : Cahaya geloimbang
transversal
                                                  karena Mengalami polarisasi.
                                         Pieter Zeeman : Cahaya dapat dipengaruhi medan
                                        magnet
                                         yang kuat.
                                         Johannes Stark : Cahaya dapat dipengaruhi medan
                                        listrik
                                         yang kuat.
                                         Michelson dan Morley : Eter alam tidak ada.
                                                 Max Karl Ernest Ludwig Planck : Teori kwantum
cahaya.

                                                   Albert Einstein : Teori dualisme cahaya.
Cahaya se-
                                                   bagai partikel dan bersifat gelombang

                                        Merupakan gelombang elektromagnetik.
                                              Tidak memerlukan medium dalam
perambatannya




                                                                                                                  50
Merambat dalam garis lurus
S I FAT C A H AYA            Ke c e p a t a n t e r b e s a r d i d a l a m v a ku m 3 . 1 0 8 m / s
                                  Kecepatan dalam medium lebih kecil dari kecepatan di
                                  vakum.
                                  Kecepatan di dalam vakum adalah absolut tidak tergan-
                                  tung pada pengamat.




PEMANTULAN CAHAYA.

      1 1 1
01.    = +
      f s s'
          s'    h'
02.   M=-    =/      /
          s     h
03. Cermin datar :        R=∞            sifat bayangan : maya, sama besar, tegak
                               360
                          n=       -1
                                α
04. cermin gabungan                 d = s1’ + s2
                                    Mtotal = M1.M2



Cermin cekung :          R = positif    Mengenal 4 ruang
                          Sifat bayangan : benda di Ruang I : Maya, tegak, diperbesar
                                           Benda di Ruang II : Nyata, terbalik, diperbesar
                                           Benda di Ruang III: Nyata, terbalik, diperkecil

Cermin cembung :          R = negatif           sifat bayangan : Maya, tegak, diperkecil

PEMBIASAN/REFRAKSI.

                                      c  λ
01. Indeks bias          nbenda =       = u           nbenda > 1
                                     vm λm
                                                                                  n1 v 2 λ 2
                         n relatif medium 1 thdp medium 2                 n12 =      =  =
                                                                                  n 2 v1 λ1

02. benda bening datar                  n sin i = n’ sin r

03. kaca plan paralel                   (1) n sin i = n’ sin r (cari r)
                                                      d
                                          (2)   t=         sin(i − r )
                                                     cos r



                                                                                                       51
04. Prisma        δ (deviasi)            umum        (1) n sin i1 = n’ sin r1 (cari r1)
2                                                     (2) β = r1 + i2 (cari i2)
                                                        (3) n’ sin i2 = n sin r2 (cari r2)
                                                        (4) δ = i1 + r2 - β

                                           minimum          syarat : i1 = r2

                                                                                 n'    1
                                               β > 10o     sin ½ (δmin + β) =       sin β
                                                                                 n     2
                                                                      n'
                                               β> = 10o     δmin =   ( − 1) β
                                                                      n

                                       n n' n' − n
05. Permukaan lengkung.                 + =
                                       s s'   R

                                      n n' n' − n
06. Lensa tebal              (1)        +     =
                                      s1 s1 '   R1

                             (2)d = s1’ + s2

                                 n'   n    n − n'
                             (3)    +    =
                                 s2 s2 '     R2


                          1    n'    1  1
07. Lensa tipis             = ( − 1)( − )
                          f    n     R1 R2

                           1          1   1
                                  =     +
                          f gab       f1 f 2

                                        Cembung-cembung (bikonveks) R1 +, R2 -

                                        Datar – cembung R1 = tak hingga , R2 -

                                        Cekung – cembung R1 - , R2 -

                                        Cekung-cekung (bikonkaaf) R1 - , R2 +

                                        Datar – cekung R1 = tak hingga , R2 +

                                        Cembung – cekung R1 + , R2         +




                                                                                             52
1 1 1
9. Lensa                 Konvergen (positif)       = +
                                                  f s s'

                                                         s'        h'
                         divergen (negatif)        M=-        =/        /
                                                         s         h

                                     1
10. Kekuatan lensa (P)          P=             f dalam meter
                                     f
                                     100
                                P=             f dalam cm
                                       f


n = banyak bayangan (untuk cermin datar)        R = jari-jari bidang lengkung
θ = sudut antara ke dua cermin                   λ = panjang gelombang cahaya
f = jarak focus                                 P = kekuatan lensa
s = jarak benda ke cermin
s’ = jarak bayangan ke cermin
h = tinggi benda
h’ = tinggi bayangan
m = perbesaran bayangan
i = sudut datang
r = sudut pantul
n = indeks bias
d = tebal kaca
t = pergeseran sinar
β = sudut pembias
δ = deviasi




                                                                                53
ALAT-ALAT OPTIK
            Mata Emetropi (mata normal)         pp = 25 cm   ; pr = ∞

            Mata Myopi (mata dekat/rabun jauh) pp = 25 cm      ; pr < ∞



MATA        Mata Hipermetropi (rabun dekat)     pp > 25 cm     ; pr = ∞

            Mata Presbiopi (mata tua)           pp > 25 cm   ; pr < ∞




                 Kaca Mata lensa Negatif (Untuk orang Myopi)

                  s = ∞ dan s’ = -pr

KACA MATA
                 Kaca Mata lensa Positif (Untuk orang hipermetropi)
                 s = 25 cm dan s’ = -pp

                                                          Sd
                                Akomodasi max        P=      +1
                                                           f
            Ditempel dimata
                                                          Sd
                                Tanpa Akomodasi      P=
                                                           f




                                                                          54
LOUPE


               Berjarak d cm dari mata           D = -s’ + d            D = daya akomodasi
                                                   Sd Sd Sd .d
                                              P=      +  −
                                                    f   D D. f
                            Sd = titik baca normal
                                           d = s’oby + sok

                     Akomodasi max

                                                       s ' oby Sd
                                            P=     −          (   + 1)
                                                       s oby fok

MIKROSKOP                             d = jarak lensa obyektif - okuler


                      Tanpa Akomadasi          d = s’oby + fok
                                               '
                                              s oby Sd
                                     P=   −        (    )
                                              s oby fok

                                      Akomodasi max                    d = foby + sok
                                                              f oby Sd + f ok
                                                        P=         (          )
                                                              f ok    Sd

TEROPONG BINTANG
                                      Tanpa akomodasi                  d = foby + fok
                                                               f oby
                                                         P=
                                                               f ok
Pp = titik jauh mata
Pp = titik dekat mata
s’ = jarak bayangan
s = jarak benda ke lup
P = kekuatan lensa
d = jarak lensa obyektif dengan lensa okuler




                                                                                             55
ARUS BOLAK-BALIK

Osiloskop = mengukur tegangan max
E=Emax. Sin ω.t
Eefektif = yang diukur oleh voltmeter
Emax = yang belum terukur
Epp = dari puncak ke puncak
ω = frekwensi anguler
t = waktu
Vmax = tegangan maksimum
Imax = Arus maksimum
T = periode

           V max
Eefektif=
              2
          i max                     1 T 2 2π
                                    T ∫0
Iefektif=         Iefektif = Imax{      sin ( )dt }
             2                                T
Epp = 2.Emax

I.          Resistor pada DC-AC




II.         Induktor (L) pada DC-AC




                                                       56
Xl = reaktansi induktif

                                          dim ax. sin ϖ .t
                                   E=L
                                                dt
                                        E = L.ϖ .i max . cos ϖ .t
                                         Xl = ϖ .L
                                           (satuan XL = ohm)

III.   Capacitor pada DC-AC




       C = kapasitas kapasitor
                                      Q=C.V
                                          dQ dc.V
       Xc = reaktansi kapasitif       i=       =
                                           dt     dt
                                          c.dV max . sin ϖ .t
                                      i=
                                                  dt
                                     i = ϖ .c.V max . cos ϖ .t
                                            1
                                     XC =
                                          ωC
                                  (Satuan XC = 0hm)
IV.    R-L-C dirangkai seri

       1. . Xl = ϖ .L
                  1
       2. Xc =
                 ϖ .C
       3.   Gambar fasor




                                                                    57
4. Z = R 2 + ( Xl − Xc) 2
       E
5. i =
       Z
6. Vab = i.R         Vac = Vr 2 + Vl 2
   Vbc = i. Xl   Vbd = Vl − Vc
     Vcd = i. Xc        Vad = Vr 2 + (Vl − Vc) 2
7.   Daya=Psemu.cos θ
                    R
     Daya=Psemu.
                    Z
     Psemu = V.I (Volt Amper)
     a. Xl > Xc → RLC bersifat induktif
                         V mendahului I dengan beda fase θ
     b. Xl = Xc → RLC resonansi
         Z = R  kuat arus paling besar, karena hambatan total paling kecil.
                                   1    1
                            f =                      T = 2π L.C
                                  2π   L.C
     c.   Xc > Xl → RLC bersifat capasitif
                           I mendahului V dengan beda fase θ

              XL − XC
8.   tg θ =
                 R
     Z = Impedansi
     θ = sudut fase
     L = induktansi diri
     f = frekwensi
     T = periode
     R = hambatan




                                                                               58
PERKEMBANGAN TEORI ATOM
                  Atom-atom merupakan partikel terkecil dari suatu zat
                  Atom-atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi partikel
                  Yang lebih kecil.
                  Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi unsur lain.
                  Atom-atom setiap zat adalah identik, artinya mempunyai
                  Bentuk, ukuran dan massa yang sama.
 DALTON   -       Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat lain.
                  Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang
                  berlainan dapat membentuk senyawa.
                  Pada suatu reaksi atom-atom bergabung menurut perban-
                  Dingan tertentu.
                  Bila dua macam atom membentuk dua macam senyawa
                  Atau lebih, maka perbandingan atom-atom yang sama dalam
                  kedua senyawa itu sederhana.

                  KELEMAHANNYA.
                  Atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan dengan ekspe-
                  Rimen.
              -   Dalton tidak membedakan pengertian atom dan molekul
                  Satuan molekul juga disebut atom.
                  Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat ber-
                  Tentangan dengan eksperimen Faraday dan J.J Thomson

                  Atom merupakan suatu bola yang mempunyai muatan
                  Positif yang terbagi merata ke seluruh isi atom.




                                                                               59
TEORI          J.J THOMSON
ATOM                                   -     Muatan positif dalam atom ini dinetralkan oleh elektron-
                                              Elektron yang tersebar diantara muatan-muatan positif
                                              Itu dan jumlah elektron ini sama dengan jumlah muatan
                                              Positif.

                                              KELEMAHANNYA.
                                              Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan ham-
                                              Buran sinar Alfa ternyata muatan positif tidak merata na-
                                              Mun terkumpul jadi satu yang disebut INTI ATOM.




                                              Atom terdiri dari muatan-muatan positif, di mana seluruh
                                              Muatan posoitif dan sebagian besar massa atom terkumpul
                                              ditengah-tengah atom yang disebut dengan INTI ATOM.
                                              Di sekeliling inti atom, pada jarak yang relatif jauh beredar
                RUTHERFORD                 Lah elektron-elektron mengelilingi inti atom.
                                              Muatan inti atom sama dengan muatan elektron yang me-
                                              ngelilingi inti, sehingga atom bersifat netral.

                                              KELEMAHANNYA.
                                              Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom
                                              Atau tidak mendukung kemantapan atom.
                                              Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum
                                              Atom-atom Hidtrogen adalah spektrum garis tertentu.



Pengukuran massa elektron oleh : J.J. Thomson dengan percobaan Tetes Minyak Milikan.



SINAR KATODA                        Partikel bermuatan negatif


Sifat : - Bergerak cepat menurut garis lurus keluar tegak lurus dari katoda.
        - Memiliki energi
        - Memendarkan kaca
        - Membelok dalam medan listrik dan medan magnet.

MODEL ATOM BOHR DIBUAT BERDASARKAN 2 POSTULATNYA YAITU :

1.   Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang sembarang, elektron hanya dapat berputar pada
     lintasan tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini
     Disebut lintasan stasioner. Besar momentum anguler elektron pada lintasan




                                                                                                              60
nh
     Stasioner ini adalah : mvr =
                                           2π
     n disebut bilangan kwantum (kulit) utama.

2.   Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke lintasan yang ener-
     ginya tinggi, dan sebaliknya.



               e2
1.   Ep = -k
               r
                    e2
2.   Ek = - ½ k
                    r
                e2
3.   Etotal = - ½ k
                 r
             2
           n    h
4.   r=        ( )2
          me k 2π
             2



5.   r1 : r2 : r3 : … = 12 : 22 : 32 : …

     1      1   1
6.     = R( 2 − 2 )                        R = tetapan Ridberg        R = 1,097.107 m-1
     λ     nA  nB
       Deret Lyman               nA = 1         nB = 2, 3, 4 ….
       Deret Balmer              nA = 2         nB = 3, 4, 5, ….
       Deret Paschen              nA = 3         nB = 4, 5, 6, ….
       Deret Brackett             nA = 4         nB = 5, 6, 7, ….
       Deret Pfund                nA = 5         nB = 6, 7, 8, ….

            λmax     fmin          nB = 1 lebihnya dari nA
            λmin      fmax         nB = ∞
                                                                    13,6
                                   Energi stasioner          E=          eV
                                                                     n2
05. Energi
                                                                          1             1
                                   Energi Pancaran           E = 13,6 (        2
                                                                                   −        2
                                                                                                ) eV   E = h.f (J)
                                                                          nA           nB

          e = muatan electron
          r = jari-jari lintasan electron
          Ep = Energi potensial
          Ek = energi kinetic
          n = bilangan kuantum
          r = jari-jari lintasan electron



                                                                                                                     61
λ = panjang gelombang
          h = tetapan Planck




                                    RADIOAKTIVITAS
                             Adanya Fosforecensi : berpendarnya benda setelah disinari.

Dasar penemuan
                            Adanya Fluorecensi : berpendarnya benda saat disinari.



Penemu: Henry Becquerel

                         Menghitamkan film
                         Dapat mengadakan ionisasi
                         Dapat memendarkan bahan-bahan tetentu
Sifat-sifat              Merusak jaringan tubuh
                         Daya tembusnya besar

                    Sinar α
Macam sinar         Sinar β      Penemu: Pierre Curie dan Marrie Curie
                    Sinar γ



Urutan naik daya tembus: Sinar α, Sinar β, Sinar γ
Urutan naik daya ionisasi: Sinar γ , Sinar β, Sinar α

x x x x x x γx x x x x
B α
xxxxxxxxxxxx



                                                                                          62
β
xxxxxxxxxxxx




01. I = Io e-µx

                                                                      ln 2 0,693
02. HVL           nilai x       sehingga I = ½ Io         HVL =           =
                                                                       µ     µ
03.    XA
       Z          N=A–Z

04. Deffect massa = (Σmproton + Σmnetron) – minti

05. Eikat inti = {(Σmproton + Σmnetron) – minti }.931 MeV m dalam sma
                = {(Σmproton + Σmnetron) – minti }.c2       m dalam kg
                                         α
                                ZX           Z-2X      atau ZXA     Z-2X     +α
                                   A               A-4                   A-4


06. Hukum Pergeseran                        β
                                ZX            Z+ 1X    atau ZXA    Z+ 1X + β
                                   A                A                   A




                                Jika memancarkan γ            tetap

           0,693 ln 2
07. T =         =
             λ    λ
8.     R = λ. N

9.     N = No.2-t/T

            E
10. D =
            m

11. Ereaksi = (Σmsebelum reaksi -Σmsesudah reaksi ).931 MeV       m dalam sma.

            = (Σmsebelum reaksi -Σmsesudah reaksi ).c2          m dalam kg

12. Reaksi FISI             Pembelahan inti berat menjadi ringan
                            Terjadi pada reaktor atom dan bom atom
                            Menghasilkan Energi besar < enerfi reaksi FUSI
                            Dapat dikendalikan.

     Reaksi FUSI            Penggabungan inti ringan menjadi inti berat
                            Terjadi pada reaksi di Matahari dan bom hidrogen
                            Tidak dapat dikendalikan.




                                                                                   63
Pencacah Geiger Muller (pulsa listrik)
                             Tabung Sintilasi (pulsa listrik)
13. ALAT DETEKSI             Kamar kabut Wilson (Jejak lintasan saja)
                             Emulsi film



X = nama atom / unsure
z = nomor atom
a = nomor massa
p = proton
n = netron
m = massa
T = waktu paruh
N = jumlah inti yang belum meluruh
No = jumlah inti mula2
λ = konstanta peluruhan
t = lamanya berdesintegrasi
R = aktivitas radioaktif




                                                                        64
KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

Momen:          Momen Gaya : τ=F.l.sin α
                Momen Kopel : dua gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah, besarnya = F.d

                      Kesetimbangan Translasi : ΣFx=0,ΣFy=0
                      Kesetimbangan Rotasi : Στ=0
                      Kesetimbangan translasi dan Rotasi : ΣF=0, Στ=0
                      Kesetimbangan Stabil (mantap) :
                      Apabila gaya dihilangkan, akan kembali ke kedudukan semula.
Kesetimbangan         (titik berat benda akan naik)
                      Kesetimbangan Indeferen :
                      Gaya dihilangkan, setimbang di tempat berlainan
                      (titik berat benda tetap)
                      Keseimbangan labil :
                      Apabila gaya dihilangkan, tidak dapat kembali semula.
                      (titik berat benda akan turun)



T I T I K B E R AT B E N D A
Titik berat untuk benda yang homogen ( massa jenis tiap-tiap bagian benda sama ).
a. Untuk benda linier ( berbentuk garis )
                                          ∑ ln . x n               ∑ ln . y n
                                   x0 =                     y0 =
                                             l                        l




                                                                                                65
b. Untuk benda luasan ( benda dua dimensi ), maka :
                                            ∑ An . x n                  ∑ An . y n
                                     x0 =                       y0 =
                                               A                           A

c. Untuk benda ruang ( berdimensi tiga )
                                            ∑Vn . xn                    ∑Vn . y n
                                     x0 =                        y0 =
                                              V                           V

Sifat - sifat:
1.     Jika benda homogen mempunyai sumbu simetri atau bidang simetri, maka titik beratnya terletak pada
       sumbu simetri atau bidang simetri tersebut.
2.     Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada posisi benda.
3.     Kalau suatu benda homogen mempunyai dua bidang simetri ( bidang sumbu ) maka titik beratnya
       terletak pada garis potong kedua bidang tersebut.
Kalau suatu benda mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui satu garis, maka titik beratnya
terletak pada titik potong ketiga simetri tersebut.

ΣFx = resultan gaya di sumbu x
ΣFy = resultan gaya di sumbu y
Σσ = jumlah momen gaya




Tabel titik berat teratur linier
Nama benda                    Gambar benda                    letak titik berat                    keterangan
1. Garis lurus

                                                                        x0 =    1
                                                                                2    l             z = titik tengah garis

2. Busur lingkaran
                                                                                            tali busur AB
                                                                               y0 = R ×
                                                                                              busur AB

                                                                                    R = jari-jari lingkaran



3. Busur setengah
     lingkaran                                                                                     2R
                                                                                            y0 =
                                                                                                   π




Tabel titik berat benda teratur berbentuk luas bidang homogen




                                                                                                                            66
Nama benda              Gambar benda                            Letak titik berat                   Keterangan
1. Bidang segitiga

                                                                     y0 =           1
                                                                                    3   t           t = tinggi
                                                                                                    z = perpotongan
                                                                                                    garis-garis berat
                                                                                                    AD & CF


2.Jajaran genjang,
Belah ketupat,                                                      y0 =        1
                                                                                2       t           t = tinggi
Bujur sangkar                                                                                       z = perpotongan
Persegi panjang                                                                                     diagonal AC dan
                                                                                                    BD


3. Bidang juring
                                                                                                 tali busur AB
                                                                          y0 =          2
                                                                                            R×
  lingkaran                                                                             3
                                                                                                   busur AB

                                                                                R = jari-jari lingkaran



4.Bidang setengah
  lingkaran                                                                                         4R
                                                                                             y0 =
                                                                                                    3π

                                                                                    R = jari-jari lingkaran




Tabel titik berat benda teratur berbentu bidang ruang homogen
Nama benda              Gambar benda                      Letak titik berat                      Keterangan
1. Bidang kulit                                                                                  z1 = titik berat
  prisma                                                  z pada titik                                 bidang alas
                                                           tengah garis z1z2 y0 =                z2 = titik berat
                                                                      1
                                                                      2     l                          bidang atas
                                                                                                 l = panjang sisi
                                                                                                      tegak.




                                                                                                                        67
2. Bidang kulit                                                                                t = tinggi
  silinder.                                                         y0 =            1
                                                                                    2   t         silinder
 ( tanpa tutup )                                                                               R = jari-jari
                                                                    A = 2 π R.t
                                                                                                 lingkaran alas
                                                                                               A = luas kulit
                                                                                                   silinder

3. Bidang Kulit
  limas                                                          T’z =      1
                                                                            3           T’ T   T’T = garis
                                                                                               tinggi ruang




4. Bidang kulit
  kerucut                                                   zT’ =    1
                                                                     3     T T’                T T’ = tinggi
                                                                                                    kerucut
                                                                                               T’ = pusat
                                                                                                 lingkaran alas




5. Bidang kulit
  setengah bola.                                                    y0 =        1
                                                                                2       R      R = jari-jari




Tabel titik berat benda teratur berbentuk ruang, pejal homogen
Nama benda              Gambar benda                        Letak titik berat                  Keterangan




                                                                                                                  68
1. Prisma           z pada titik tengah                                  z1 = titik berat
  beraturan.        garis z1z2                                                  bidang alas

                                 y0 =                   1
                                                        2         l      z2 = titik berat
                                                                                bidang atas
                    V = luas alas kali
                                                                         l = panjang sisi
                    tinggi
                                                                             tegak
                                                                         V = volume
                                                                                prisma
2. Silinder Pejal
                                     y0 =                   1
                                                            2     t      t = tinggi silinder
                                                                         R = jari-jari
                                     V = π R2 t
                                                                             lingkaran alas




3. Limas pejal                                                           T T’ = t = tinggi
  beraturan         y0 =         1
                                 4     T T’                              limas beraturan

                      =      1
                             4        t

                    V = luas alas x tinggi
                                                3
4. Kerucut pejal                                                         t = tinggi kerucut

                                 y0 =               1
                                                    4             t      R = jari-jari lingkaran
                                                                         alas
                           V=               1
                                            3                   π R2 t




5. Setengah bola
  pejal                      y0 =                   3
                                                    8            R       R = jari-jari bola.




                                                                                               69
TEORI KINETIK GAS
GAS IDEAL
1.       Gas ideal terdiri atas partikel-partikel (atom-atom ataupun molekul-molekul ) dalam jumlah yang besar
         sekali.
2.       Partikel-partikel tersebut senantiasa bergerak dengan arah random/sebarang.
3.       Partikel-partikel tersebut merata dalam ruang yang kecil.
4.       Jarak antara partikel-partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel-partikel, sehingga ukurtan partikel
         dapat diabaikan.
5.       Tidak ada gaya antara partikel yang satu dengan yang lain, kecuali bila bertumbukan.
6.       Tumbukan antara partikel ataupun antara partikel dengan dinding terjadi secara lenting sempurna,
         partikel dianggap sebagai bola kecil yang keras, dinding dianggap licin dan tegar.
7.       Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku.


                   N
1.            n=
                   N0


          v              3kT
2.            ras =       m

                   M                R
03.       m=            dan    k=
                   N                N0


04. v                   3RT
         ras =           M

05. Pada suhu yang sama, untuk 2 macam gas kecepatannya dapat dinyatakan :

     v         v               1         1
         ras1 : ras2 =         M1   :    M2

06. Pada gas yang sama, namun suhu berbeda dapat disimpulkan :




                                                                                                              70
v         v                 T1       T2
       ras1 : ras2 =                :

              2L
07.     t=
             Vras

               N m V 2 ras
08.     F=       .
               3    L

               N m V 2 ras                                   1
09.     P=       .                         atau         P=     ρ V 2 ras
               3   V                                         3


               2 N                                2 N
10.      P=     .          1
                               mV 2 ras =          .  Ek
               3 V         2
                                                  3 V

11. P . V = K’ . T         atau            P . V = N. k .T
      k = Konstanta Boltman = 1,38 x 10-23 joule/0K

                                                   N
12. P . V = n R T          dengan             n=
                                                   N0

        R     = 8,317 joule/mol.0K
             = 8,317 x 107 erg/mol0K
             = 1,987 kalori/mol0 K
             = 0,08205 liter.atm/mol0K

                    R                         P R. T                             P. Mr
13.     P=ρ            T            atau        =                atau      ρ =         T
                    Mr                        ρ   Mr                              R. T

         P1 .V1 P2 .V2
14.            =
          T1     T2

      Persamaan ini sering disebut dengan Hukum Boyle-Gay Lussac.

               3
15.     Ek =     Nk .T
               2

P = tekanan gas ideal
N = banyak partikel gas
m = massa 1 pertikel gas
V = volume gas
v = kecepatan partikel gas
n = jumlah mol gas
No = bilangan Avogadro
R = tetapan gas umum
M = massa atom relatif




                                                                                           71
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA
Rumus-rumus Fisika SMA

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)Mahammad Khadafi
 
Teori ketidakpastian
Teori ketidakpastianTeori ketidakpastian
Teori ketidakpastianFarrrsa
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantumHana Dango
 
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada PegasNur Azizah
 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Rezki Amaliah
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodWidya arsy
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bMuhammad Ali Subkhan Candra
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gasRfebiola
 
Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1RifkaNurbayti
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Rezki Amaliah
 
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)umammuhammad27
 
Laporan hasil praktikum hukum archimedes
Laporan hasil praktikum hukum archimedesLaporan hasil praktikum hukum archimedes
Laporan hasil praktikum hukum archimedesFarah Pranidasari
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnetumammuhammad27
 
Persamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonPersamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonKira R. Yamato
 
Laporan lengkap praktikum menghitung jumlah kalor dalam kalorimeter
Laporan lengkap praktikum menghitung jumlah kalor dalam kalorimeterLaporan lengkap praktikum menghitung jumlah kalor dalam kalorimeter
Laporan lengkap praktikum menghitung jumlah kalor dalam kalorimeterSylvester Saragih
 

La actualidad más candente (20)

5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)
 
induktansi diri
induktansi diriinduktansi diri
induktansi diri
 
Teori ketidakpastian
Teori ketidakpastianTeori ketidakpastian
Teori ketidakpastian
 
4.hukum gauss
4.hukum gauss4.hukum gauss
4.hukum gauss
 
Fisika kuantum
Fisika kuantumFisika kuantum
Fisika kuantum
 
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
2A_11_Nur Azizah_Laporan Akhir Praktikum_Gerak Harmonis Sederhana pada Pegas
 
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
Laporan fisika dasar (pesawat atwood)
 
Laporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwoodLaporan fisdas pesawat atwood
Laporan fisdas pesawat atwood
 
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel bBab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
Bab ii pembahasan a. persamaan schrodinger pada gerak partikel b
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
 
Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1Osilasi fisika dasar 1
Osilasi fisika dasar 1
 
Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)Laporan fisika (bandul)
Laporan fisika (bandul)
 
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
1 b 11170163000059_utut muhammad_laporan akhir pp (pemuaian panjang)
 
Laporan hasil praktikum hukum archimedes
Laporan hasil praktikum hukum archimedesLaporan hasil praktikum hukum archimedes
Laporan hasil praktikum hukum archimedes
 
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
2 b 59_utut muhammad_laporan_medan magnet dan induksi magnet
 
PPT Materi gerak lurus kelas X
PPT Materi gerak lurus kelas X PPT Materi gerak lurus kelas X
PPT Materi gerak lurus kelas X
 
PPT Suhu dan Kalor
PPT Suhu dan KalorPPT Suhu dan Kalor
PPT Suhu dan Kalor
 
Persamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamiltonPersamaan lagrange dan hamilton
Persamaan lagrange dan hamilton
 
Massa jenis zat cair
Massa jenis zat cairMassa jenis zat cair
Massa jenis zat cair
 
Laporan lengkap praktikum menghitung jumlah kalor dalam kalorimeter
Laporan lengkap praktikum menghitung jumlah kalor dalam kalorimeterLaporan lengkap praktikum menghitung jumlah kalor dalam kalorimeter
Laporan lengkap praktikum menghitung jumlah kalor dalam kalorimeter
 

Destacado

Rangkuman rumus fisika
Rangkuman rumus fisikaRangkuman rumus fisika
Rangkuman rumus fisikaAgust Panca
 
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013 zainal abidin
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013   zainal abidinSiap menghadapi ujian nasional fisika 2013   zainal abidin
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013 zainal abidinZainal Abidin Mustofa
 
Kumpulan Soal-soal Hukum Newton
Kumpulan Soal-soal Hukum NewtonKumpulan Soal-soal Hukum Newton
Kumpulan Soal-soal Hukum Newton555
 
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014Zainal Abidin Mustofa
 
Pelatihan Fisika untuk OSN - Zainal Abidin
Pelatihan Fisika untuk OSN - Zainal AbidinPelatihan Fisika untuk OSN - Zainal Abidin
Pelatihan Fisika untuk OSN - Zainal AbidinZainal Abidin Mustofa
 
latihan-soal-pembahasan-uan-mekanika-2-sma-1
 latihan-soal-pembahasan-uan-mekanika-2-sma-1 latihan-soal-pembahasan-uan-mekanika-2-sma-1
latihan-soal-pembahasan-uan-mekanika-2-sma-1Muhammad rohim
 
Makalah salmonela
Makalah salmonelaMakalah salmonela
Makalah salmonelaWarnet Raha
 
Laporan praktikum fisika dasar tetapan pegas
Laporan praktikum fisika dasar tetapan pegasLaporan praktikum fisika dasar tetapan pegas
Laporan praktikum fisika dasar tetapan pegasNurul Hanifah
 
05 momen inersia 2
05   momen inersia 205   momen inersia 2
05 momen inersia 2tekpal14
 
Fisika inti kelompok 8
Fisika inti kelompok 8Fisika inti kelompok 8
Fisika inti kelompok 8hutami mawdy
 
Momentum dan energi relativitas
Momentum dan energi relativitasMomentum dan energi relativitas
Momentum dan energi relativitasWuryanto Puji S
 

Destacado (20)

Rumus Fisika SMA
Rumus Fisika SMARumus Fisika SMA
Rumus Fisika SMA
 
Rangkuman rumus fisika
Rangkuman rumus fisikaRangkuman rumus fisika
Rangkuman rumus fisika
 
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013 zainal abidin
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013   zainal abidinSiap menghadapi ujian nasional fisika 2013   zainal abidin
Siap menghadapi ujian nasional fisika 2013 zainal abidin
 
Kumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisikaKumpulan rumus-fisika
Kumpulan rumus-fisika
 
Rumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhORumus-rumus untuk IPhO
Rumus-rumus untuk IPhO
 
Bab 3-hidrostatika
Bab 3-hidrostatikaBab 3-hidrostatika
Bab 3-hidrostatika
 
Modul fisika x-2012
Modul fisika x-2012Modul fisika x-2012
Modul fisika x-2012
 
Kumpulan Soal-soal Hukum Newton
Kumpulan Soal-soal Hukum NewtonKumpulan Soal-soal Hukum Newton
Kumpulan Soal-soal Hukum Newton
 
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
Pelatihan Mekanika untuk OSK Fisika 2014
 
Pelatihan Fisika untuk OSN - Zainal Abidin
Pelatihan Fisika untuk OSN - Zainal AbidinPelatihan Fisika untuk OSN - Zainal Abidin
Pelatihan Fisika untuk OSN - Zainal Abidin
 
Soal latihan-olimpiade-fisika-sma
Soal latihan-olimpiade-fisika-smaSoal latihan-olimpiade-fisika-sma
Soal latihan-olimpiade-fisika-sma
 
Rumus gelombang bunyi
Rumus gelombang bunyiRumus gelombang bunyi
Rumus gelombang bunyi
 
latihan-soal-pembahasan-uan-mekanika-2-sma-1
 latihan-soal-pembahasan-uan-mekanika-2-sma-1 latihan-soal-pembahasan-uan-mekanika-2-sma-1
latihan-soal-pembahasan-uan-mekanika-2-sma-1
 
Makalah salmonela
Makalah salmonelaMakalah salmonela
Makalah salmonela
 
Laporan praktikum fisika dasar tetapan pegas
Laporan praktikum fisika dasar tetapan pegasLaporan praktikum fisika dasar tetapan pegas
Laporan praktikum fisika dasar tetapan pegas
 
[8] momen kopel
[8] momen kopel[8] momen kopel
[8] momen kopel
 
05 momen inersia 2
05   momen inersia 205   momen inersia 2
05 momen inersia 2
 
getaran dan gelombang
getaran dan gelombanggetaran dan gelombang
getaran dan gelombang
 
Fisika inti kelompok 8
Fisika inti kelompok 8Fisika inti kelompok 8
Fisika inti kelompok 8
 
Momentum dan energi relativitas
Momentum dan energi relativitasMomentum dan energi relativitas
Momentum dan energi relativitas
 

Similar a Rumus-rumus Fisika SMA

Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuanMAC Co. Ltd.
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuanmtsmaarif
 
materi besaran dan satuan.ppt
materi besaran dan satuan.pptmateri besaran dan satuan.ppt
materi besaran dan satuan.pptafni48
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuankalfinmanopo
 
Bab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptBab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptRobinSarSinaga
 
Bab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptBab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptayubprihantoro2
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanDody Swastiko
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanAgus Setiawan
 
PERTEMUAN 1 MATRIKULASI FISIKA.pptx
PERTEMUAN 1 MATRIKULASI FISIKA.pptxPERTEMUAN 1 MATRIKULASI FISIKA.pptx
PERTEMUAN 1 MATRIKULASI FISIKA.pptxHestiWidayani1
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuansaepul anwari
 
3 Besaran dan vektor.ppt
3 Besaran dan vektor.ppt3 Besaran dan vektor.ppt
3 Besaran dan vektor.pptmaszaky1069
 
Fisika Terapan - Besaran dan Satuan.ppt
Fisika Terapan - Besaran dan Satuan.pptFisika Terapan - Besaran dan Satuan.ppt
Fisika Terapan - Besaran dan Satuan.pptindahrisda
 

Similar a Rumus-rumus Fisika SMA (20)

Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 
P2_Besaran dan Satuan.ppt
P2_Besaran dan Satuan.pptP2_Besaran dan Satuan.ppt
P2_Besaran dan Satuan.ppt
 
materi besaran dan satuan.ppt
materi besaran dan satuan.pptmateri besaran dan satuan.ppt
materi besaran dan satuan.ppt
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
Bab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptBab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.ppt
 
Bab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.pptBab1-besaran dan satuan.ppt
Bab1-besaran dan satuan.ppt
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
Besaran dan turunan
Besaran dan turunanBesaran dan turunan
Besaran dan turunan
 
PERTEMUAN 1 MATRIKULASI FISIKA.pptx
PERTEMUAN 1 MATRIKULASI FISIKA.pptxPERTEMUAN 1 MATRIKULASI FISIKA.pptx
PERTEMUAN 1 MATRIKULASI FISIKA.pptx
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
Bab1 besaran dan satuan-
Bab1 besaran dan satuan-Bab1 besaran dan satuan-
Bab1 besaran dan satuan-
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
Bab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuanBab1 besaran dan satuan
Bab1 besaran dan satuan
 
3 Besaran dan vektor.ppt
3 Besaran dan vektor.ppt3 Besaran dan vektor.ppt
3 Besaran dan vektor.ppt
 
Sarwan xi ipa 4 9629
Sarwan xi ipa 4 9629Sarwan xi ipa 4 9629
Sarwan xi ipa 4 9629
 
Fisika Terapan - Besaran dan Satuan.ppt
Fisika Terapan - Besaran dan Satuan.pptFisika Terapan - Besaran dan Satuan.ppt
Fisika Terapan - Besaran dan Satuan.ppt
 

Más de Zainal Abidin Mustofa

Sederhana ke Kompleks - zainal abidin
Sederhana ke Kompleks -  zainal abidinSederhana ke Kompleks -  zainal abidin
Sederhana ke Kompleks - zainal abidinZainal Abidin Mustofa
 
Soal Ilmu Kebumian 2014 - Seleksi Tingkat Sekolah
Soal Ilmu Kebumian 2014 - Seleksi Tingkat SekolahSoal Ilmu Kebumian 2014 - Seleksi Tingkat Sekolah
Soal Ilmu Kebumian 2014 - Seleksi Tingkat SekolahZainal Abidin Mustofa
 
Profil dan kultur sekolah zainal abidin (slideshare.net)
Profil dan kultur sekolah   zainal abidin (slideshare.net)Profil dan kultur sekolah   zainal abidin (slideshare.net)
Profil dan kultur sekolah zainal abidin (slideshare.net)Zainal Abidin Mustofa
 
Tadzkiytunnafs Muhammad SAW - Zainal Abidin
Tadzkiytunnafs Muhammad SAW - Zainal AbidinTadzkiytunnafs Muhammad SAW - Zainal Abidin
Tadzkiytunnafs Muhammad SAW - Zainal AbidinZainal Abidin Mustofa
 
Ma iyatullah Cinta Segitiga - Zainal Abidin
Ma iyatullah Cinta Segitiga - Zainal AbidinMa iyatullah Cinta Segitiga - Zainal Abidin
Ma iyatullah Cinta Segitiga - Zainal AbidinZainal Abidin Mustofa
 
Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin
Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal AbidinShalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin
Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal AbidinZainal Abidin Mustofa
 
Olimpiade Sains, Seni dan Olahraga Kemdikbud RI - Zainal Abidin
Olimpiade Sains, Seni dan Olahraga Kemdikbud RI - Zainal AbidinOlimpiade Sains, Seni dan Olahraga Kemdikbud RI - Zainal Abidin
Olimpiade Sains, Seni dan Olahraga Kemdikbud RI - Zainal AbidinZainal Abidin Mustofa
 
Pengantar Ilmu Kebumian - Zainal Abidin
Pengantar Ilmu Kebumian - Zainal AbidinPengantar Ilmu Kebumian - Zainal Abidin
Pengantar Ilmu Kebumian - Zainal AbidinZainal Abidin Mustofa
 
Presentasi Lomba Inovasi STEM-2013 IPB Bogor
Presentasi Lomba Inovasi STEM-2013 IPB BogorPresentasi Lomba Inovasi STEM-2013 IPB Bogor
Presentasi Lomba Inovasi STEM-2013 IPB BogorZainal Abidin Mustofa
 
Paket belajar fisika pelatihan ujian nasional - zainal abidin
Paket belajar fisika   pelatihan ujian nasional - zainal abidinPaket belajar fisika   pelatihan ujian nasional - zainal abidin
Paket belajar fisika pelatihan ujian nasional - zainal abidinZainal Abidin Mustofa
 
Paket belajar fisika pelatihan ujian nasional - zainal abidin
Paket belajar fisika   pelatihan ujian nasional - zainal abidinPaket belajar fisika   pelatihan ujian nasional - zainal abidin
Paket belajar fisika pelatihan ujian nasional - zainal abidinZainal Abidin Mustofa
 
Siap menghadapi ujian nasional fisika sma 2012
Siap menghadapi ujian nasional fisika sma 2012Siap menghadapi ujian nasional fisika sma 2012
Siap menghadapi ujian nasional fisika sma 2012Zainal Abidin Mustofa
 
Memanfaatkan Facebook untuk Pembelajaran Sains -- Damriani & Zainal Abidin
Memanfaatkan Facebook untuk Pembelajaran Sains -- Damriani & Zainal AbidinMemanfaatkan Facebook untuk Pembelajaran Sains -- Damriani & Zainal Abidin
Memanfaatkan Facebook untuk Pembelajaran Sains -- Damriani & Zainal AbidinZainal Abidin Mustofa
 

Más de Zainal Abidin Mustofa (18)

Sederhana ke Kompleks - zainal abidin
Sederhana ke Kompleks -  zainal abidinSederhana ke Kompleks -  zainal abidin
Sederhana ke Kompleks - zainal abidin
 
Soal Ilmu Kebumian 2014 - Seleksi Tingkat Sekolah
Soal Ilmu Kebumian 2014 - Seleksi Tingkat SekolahSoal Ilmu Kebumian 2014 - Seleksi Tingkat Sekolah
Soal Ilmu Kebumian 2014 - Seleksi Tingkat Sekolah
 
Profil dan kultur sekolah zainal abidin (slideshare.net)
Profil dan kultur sekolah   zainal abidin (slideshare.net)Profil dan kultur sekolah   zainal abidin (slideshare.net)
Profil dan kultur sekolah zainal abidin (slideshare.net)
 
Tadzkiytunnafs Muhammad SAW - Zainal Abidin
Tadzkiytunnafs Muhammad SAW - Zainal AbidinTadzkiytunnafs Muhammad SAW - Zainal Abidin
Tadzkiytunnafs Muhammad SAW - Zainal Abidin
 
Ma iyatullah Cinta Segitiga - Zainal Abidin
Ma iyatullah Cinta Segitiga - Zainal AbidinMa iyatullah Cinta Segitiga - Zainal Abidin
Ma iyatullah Cinta Segitiga - Zainal Abidin
 
Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin
Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal AbidinShalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin
Shalawat Nabi Kasih Sayang - Zainal Abidin
 
Olimpiade Sains, Seni dan Olahraga Kemdikbud RI - Zainal Abidin
Olimpiade Sains, Seni dan Olahraga Kemdikbud RI - Zainal AbidinOlimpiade Sains, Seni dan Olahraga Kemdikbud RI - Zainal Abidin
Olimpiade Sains, Seni dan Olahraga Kemdikbud RI - Zainal Abidin
 
Teori Kinetik Gas - Zainal Abidin
Teori Kinetik Gas - Zainal AbidinTeori Kinetik Gas - Zainal Abidin
Teori Kinetik Gas - Zainal Abidin
 
Pengantar Ilmu Kebumian - Zainal Abidin
Pengantar Ilmu Kebumian - Zainal AbidinPengantar Ilmu Kebumian - Zainal Abidin
Pengantar Ilmu Kebumian - Zainal Abidin
 
Presentasi Lomba Inovasi STEM-2013 IPB Bogor
Presentasi Lomba Inovasi STEM-2013 IPB BogorPresentasi Lomba Inovasi STEM-2013 IPB Bogor
Presentasi Lomba Inovasi STEM-2013 IPB Bogor
 
Menulis itu berkarya
Menulis itu berkaryaMenulis itu berkarya
Menulis itu berkarya
 
Pengelolaan Kelompok Ilmiah Remaja
Pengelolaan Kelompok Ilmiah RemajaPengelolaan Kelompok Ilmiah Remaja
Pengelolaan Kelompok Ilmiah Remaja
 
Paket belajar fisika pelatihan ujian nasional - zainal abidin
Paket belajar fisika   pelatihan ujian nasional - zainal abidinPaket belajar fisika   pelatihan ujian nasional - zainal abidin
Paket belajar fisika pelatihan ujian nasional - zainal abidin
 
Paket belajar fisika pelatihan ujian nasional - zainal abidin
Paket belajar fisika   pelatihan ujian nasional - zainal abidinPaket belajar fisika   pelatihan ujian nasional - zainal abidin
Paket belajar fisika pelatihan ujian nasional - zainal abidin
 
Siap menghadapi ujian nasional fisika sma 2012
Siap menghadapi ujian nasional fisika sma 2012Siap menghadapi ujian nasional fisika sma 2012
Siap menghadapi ujian nasional fisika sma 2012
 
Memanfaatkan Facebook untuk Pembelajaran Sains -- Damriani & Zainal Abidin
Memanfaatkan Facebook untuk Pembelajaran Sains -- Damriani & Zainal AbidinMemanfaatkan Facebook untuk Pembelajaran Sains -- Damriani & Zainal Abidin
Memanfaatkan Facebook untuk Pembelajaran Sains -- Damriani & Zainal Abidin
 
Training Fisika - cover
Training Fisika - coverTraining Fisika - cover
Training Fisika - cover
 
IPhO 2012
IPhO 2012 IPhO 2012
IPhO 2012
 

Último

Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Último (20)

Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

Rumus-rumus Fisika SMA

  • 1.
  • 2. SURAT KETERANGAN Nomor: Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMAN 3 Bandar Lampung menerangkan bahwa buku Rumus-rumus Fisika SMA adalah benar ditulis oleh: Penulis Pertama, Nama : Dra. Damriani NIP : 131658096 Penulis Kedua, Nama : Zainal Abidin, S.Pd NIP : 132003007 dan telah digunakan sebagai pelengkap material pembelajaran di SMAN 3 Bandar Lampung. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk digunakan seperlunya. Bandar Lampung, 4 Mei 2008 Kepala SMAN 3 Bandar Lampung Drs. H E R N A D I NIP. 131870646 2
  • 3. KATA PENGANTAR Buku Rumus-rumus Fisika SMA ini ditulis bukan bermaksud untuk dihapal oleh para siswa namun bertujuan untuk digunakan sebagai buku pendamping dalam memecahkan soal-soal fisika. Rumus-rumus fisika merupakan bahasa sains yang konsisten dalam menjelaskan fenomena alam dan sebagai bahasa universal yang berlaku dalam dunia ilmiah, untuk itu pemahaman pada konsep, asas, dan prinsip fisika merupakan hal pertama yang harus dimengerti oleh para siswa, bukan dengan cara menghapal rumus-rumus. Dalam memecahkan soal-soal fisika, buku ini dapat digunakan untuk memberi gambaran global dari rumus-rumus fisika dan dapat digunakan sebagai pendamping dalam melatih kemampuan memecahkan soal-soal fisika. Dengan selesai penulisan buku ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. Hernadi sebagai Kepala SMAN 3 Bandar Lampung, atas semua dukungannya, masukan dan saran dari para kolega diucapkan terima kasih. Mereka adalah guru-guru fisika SMAN 3 Bandar Lampung, yaitu Arif Santoso, S.Pd, Euis Waliah, S.Pd, Dra. Sartinem dan Fera Nofrizawati, S.Pd. Buku ini tentu jauh dari sempurna, masukan, kritik dan saran yang membangun dapat disampaikan melalui email: mbak_annie@yahoo.co.id atau zainal.abidin.mustofa@gmail.com. Semoga kehadiran buku ini dapat memenuhi tujuan penulisan dan bermanfaat bagi penggunanya. Bandar Lampung, 30 April 2008 Damriani Zainal Abidin 3
  • 4. DAFTAR ISI Surat Keterangan 1 Kata Pengantar 2 Daftar Isi 3 1. Besaran dan Satuan 4 2. Gerak Lurus 9 3. Hukum Newton 12 4. Memadu Gerak 14 5. Gerak Rotasi 16 6. Gravitasi 20 7. Usaha-Energi 21 8. Momentum-Impuls-Tumbukan 22 9. Elastisitas 23 10. Fluida 24 11. Gelombang Bunyi 26 12. Suhu dan Kalor 30 13. Listrik Stattis 33 14. Listrik Dinamis 37 15. Medan Magnet 43 16. Imbas Elektromagnetik 47 17. Optika Geometri 49 18. Alat-alat Optik 53 19. Arus Bolak-balik 55 20. Perkembangan Teori Atom 58 21. Radioaktivitas 61 22. Kesetimbangan Benda Tegar 64 23. Teori Kinetik Gas 69 24. Hukum Termodinamika 71 25. Gelombang Elektromagnetik 75 26. Optika Fisis 77 27. Relativitas 80 28. Dualisme Gelombang Cahaya 81 4
  • 5. BESARAN DAN SATUAN Ada 7 macam besaran dasar berdimensi: Besaran Satuan (SI) Dimensi 1. Panjang m [L] 2. Massa kg [M] 3. Waktu detik [T] 4. Suhu Mutlak °K [θ] 5. Intensitas Cahaya Cd [J] 6. Kuat Arus Ampere [I] 7. Jumlah Zat mol [N] 2 macam besaran tambahan tak berdimensi: a. Sudut datar ----> satuan : radian b. Sudut ruang ----> satuan : steradian Satuan SI Satuan Metrik MKS CGS M  L Dimensi ----> Primer ---->   dan dimensi Sekunder ---> jabaran Guna dimensi untuk T    : Checking persamaan Fisika. Dimensi dicari melalui ----> Rumus atau Satuan Metrik Contoh : W = F ⋅ v = P (daya) t ML2 T -2 = MLT -2 LT -1 T ML2 T -3 = ML2 T -3 5
  • 6. No Besaran Rumus Sat. Metrik (SI) Dimensi s v= m 1 Kecepatan t dt LT −1 ∆v a= m 2 Percepatan ∆t dt 2 LT −2 kg m (N) 3 Gaya F =m⋅a dt 2 MLT −2 kg m 2 ( Joule) 4 Usaha W = F ⋅s dt 2 ML2T −2 W kg m 2 P= ( Watt ) 5 Daya t dt 3 ML2T −3 F kg P= ( atm ) 6 Tekanan A m dt 2 ML−1T −2 1 kg m 2 Ek = mv 2 ( Joule) 7 Energi kinetik 2 dt 2 ML2T −2 kg m 2 ( Joule) 8 Energi potensial Ep = m ⋅ g ⋅ h dt 2 ML2T −2 kg m 9 Momentum M = m⋅v dt MLT −1 kg m 10 Impuls i = F ⋅t dt MLT −1 m kg ρ= 11 Massa Jenis V m3 ML−3 w kg 12 Berat Jenis s= V m 2 dt 2 ML−2T −2 F kg k= 13 Konst. pegas x dt 2 MT −2 Fr 2 m3 14 Konst. grafitasi G= m 2 kgdt 2 M −1 L3T −2 P.V kgm 2 15 Konst. gas R = n.T dt 2 mol o K ML2T −2 N −1θ −1 F g= m 16 Gravitasi m dt 2 LT −2 6
  • 7. 17 Momen Inersia I = mR 2 kg m 2 ML2 ANGKA PENTING Angka Penting : Semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan alat ukur, terdiri dari : •Angka pasti •Angka taksiran Aturan : a. Penjumlahan / Pengurangan Ditulis berdasarkan desimal paling sedikit Contoh : 2,7481 8,41 ------- + 11,1581 ------> 11,16 b. Perkalian / Pembagian Ditulis berdasarkan angka penting paling sedikit Contoh : 4,756 110 --------- × 0000 4756 4756 -------------- + 523,160 ----> 520 BESARAN VEKTOR Besaran Skalar : adalah besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya atau nilainya saja. Contoh : panjang, massa, waktu, kelajuan, dan sebagainya. Besaran Vektor : adalah Besaran yang selain ditentukan oleh besarnya atau nilainya, juga ditentukan oleh arahnya. Contoh : kecepatan, percepatan, gaya dan sebagainya. Sifat-sifat vektor − − − − 1. A+ B = B + A Sifat komutatif. − − − − − − 2. A + ( B +C ) = ( A+ B ) +C Sifat assosiatif. 7
  • 8. − − − 3. a ( A+ B )=a A +a B − − − − 4. / A/ + / B / ≥/ A+ B / RESULTAN DUA VEKTOR α = sudut antara A dan B − − − − − /R/= / A/ 2 + / B / 2 +2 / A/ / B / cosα − − − / R/ / A/ / B/ = = arahnya : sin α sin α 1 sin α 2 Vektor sudut vx = v cos α vy = v sin α V1 α1 vx = v cos α1 vy = v sin α1 V2 α2 vx = v cos α2 vy = v sin α2 V3 α3 vx = v cos α3 vy = v sin α3 ∑ vx = ....... ∑ vy = ....... 8
  • 9. ( ∑ v X ) 2 + ( ∑ vY ) 2 Resultan / v R / = ∑ vY Arah resultan : tg = ∑vX Uraian Vektor Pada Sistem Koordinat Ruang ( x, y, z ) α , β ,γ = masing-masing sudut antara vektor A A Ax+ Ay+ Az A A x / i + / A y /  A k j +/ z/  dengan sumbu-sumbu x, y dan z = atau =/ / A x / = A cos α / Ay/= A cos β / A z / = A cos γ Besaran vektor A A = / A X / 2 + / AY / 2 + / AZ / 2 dan i ,  , k j  masing-masing vektor satuan pada sumbu x, y dan z 9
  • 10. GERAK LURUS Vt = kecepatan waktu t detik S = jarak yang ditempuh Vo = kecepatan awal a = percepatan t = waktu g = percepatan gravitasi 10
  • 11. v0=0 v= 2 gh h t= 2h / g GJB vo=0 v? h1 v= 2 g (h1 − h 2) h2 Variasi GLB P Q SP + SQ = AB A B A · SA = SB B P Q SP SP – SQ = AB A B SQ Gerak Lurus Berubah Beraturan ∆r r2 − r1 1 v = = ∆t t 2 − t1 11
  • 12. ∆ v v 2 − v1 2. a= = ∆ t t 2 − t1 drx dry drz 3. vx = ; vy = ; vz = dt dt dt 2 2 2 v = v x +v y +v z dv x dv y dv z 4. ax = ; ay = ; az = dt dt dt 2 2 2 a = a x +a y +a z 5 Diketahui a(t) t2 v = ∫ a( t ) ⋅ dt t1 t2 6. r = ∫ vt ⋅ dt t1 h = tinggi Vy = kecepatan terhadap sumbu y h1 = ketinggian pertama Vz = kecepatan terhadap sumbu z h2 = ketinggian kedua | v | = kecepatan rata-rata mutlak SP = jarak yang ditempuh P |ā| = percepatan rata-rata mutlak SQ = jarak yang ditempuh Q ax = percepatan terhadap sumbu x AB = panjang lintasan ay = percepatan terhadap sumbu y SA = jarak yang ditempuh A az = percepatan terhadap sumbu z SB = jarak yang ditempuh B a(t) = a fungsi t v = kecepatan rata-rata V(t) = V fungsi t ∆r = perubahan posisi V1 = kecepatan 1 ∆t = selang waktu Vx = kecepatan terhadap sumbu x r2 = posisi akhir r1 = posisi awal t1 = waktu awal bergerak t2 = waktu akhir bergerak ā = percepatan rata-rata ∆V = perubahan rata-rata V2 = kecepatan 2 12
  • 13. HUKUM NEWTON 1. Hk. I Newton  Hk. kelembaman (inersia) : Untuk benda diam dan GLB  ∑ F = 0  ∑ Fx = 0 dan ∑ Fy = 0 2. Hk. II Newton  a≠ 0  GLBB  ∑F = m⋅a ω1 − ω 2 = ( m1 + m2 ) a ω1 − T = m1 ⋅ a 3. Hukum III Newton  F aksi = - F reaksi Aksi – reaksi tidak mungkin terjadi pada 1 benda 4. Gaya gesek (fg) : * Gaya gesek statis (fs)  diam  fs = N.µs * Gaya gesek kinetik (fk)  bergerak  fk = N. µk Arah selalu berlawanan dengan gerak benda/sistem. N=w N = w – F sinα N = w + Fsinα N = w cos α . Statika  ∑F = 0 : *∑ Fx = 0 * ∑ Fy = 0  ∑λ = 0 13
  • 14. ΣFx = resultan gaya sumbu x ΣFy = resultan gaya sumbu y ΣF = resultan gaya m = massa a = percepatan N = gaya normal μs= koefisien gesek statis μk= koefisien gesek kinetik W = gaya berat α=sudut yang dibentuk gaya berat setelah diuraikan ke sumbu 14
  • 15. MEMADU GERAK 1. 2 v R = v1 +v 2 2 +2v1 v 2 cos α GLB – GLB Vr = kecepatan resultan 2. Gerak Peluru V1 = kecepatan benda 1 Pada sumbu x GLB V2 = kecepatan benda 2 Pada sumbu y GVA – GVB Y v x = v0 cos α Vo x = v0 cos α ⋅ t α X v y = v 0 sin α − g ⋅ t 1 2 y = v 0 sin α ⋅ t − gt 2 X = jarak yang ditempuh benda pada sb x Y = jearak yang ditempuh benda pada sb y Vx = kecepatan di sumbu x Syarat : V0 = kecepatan awal  Mencapai titik tertinggi vy = 0 t = waktu  Jarak tembak max y=0 g = percepatan gravitasi y = −h H  Koordinat titik puncak  v0 2 sin 2α v0 2 sin 2 α   ,   2g 2g    15
  • 16. Jarak tembak max tidak berlaku jika dilempar dari puncak ; jadi harus pakai y = −h v sin 2α 2 x max = 0 g 16
  • 17. GERAK ROTASI GERAK TRANSLASI G E R A K R O TA S I H u b u n g a n n ya Pergeseran linier s Pergeseran sudut θ s=θ.R Kecepatan linier v Kecepatan sudut ω v=ω.R Percepatan Linier a Percepatan sudut α a=α.R Kelembaman m Kelembaman rotasi I I = ∑ m.r2 translasi (momen inersia) ( massa ) Gaya F=m.a Torsi (momen gaya) λ=I.α λ=F.R Energi kinetik Energi kinetik - Daya P=F.v Daya P=λ.ω - Momentum linier p = m.v Momentum anguler L = I .ω - PADA GERAK DENGAN PERCEPATAN TETAP GERAK TRANSLASI (ARAH TETAP) GERAK ROTASI (SUMBU TETAP) vt = v0 + at ωt = ω0 + α .t s = vot + 1/2 a t 2 θ = ω0t + 1/2α .t 2 vt 2 = v0 2 + 2 a.s ωt2 = ω02 + 2α.θ s = jarak a = percepatan v = kecepatan R = jari–jari lintasan vt = kecepatan dalam waktu t detik vo = kecepatan awal t = waktu yang ditempuh ωt = kecepatan sudut dalam waktu t detik ωo= kecepatan sudut awal Besarnya sudut : 17
  • 18. S θ = radian R S = panjang busur R = jari-jari 1 f.T=1 f= T 2π ω= atau ω=2πf T v=ωR ≠ v1 = v2, tetapi ω1 ω2 ≠ v1 = v2, tetapi ω1 ω2 ≠ ≠ ωA = ωR = ωC , tetapi v A vB vC v2 ar = atau ar = ω2 R R v2 Fr = m . atau F r = m ω2 R R 1. Gerak benda di luar dinding melingkar 18
  • 19. v2 v2 N=m.g-m. N = m . g cos θ - m . R R 2. Gerak benda di dalam dinding melingkar. v2 v2 N=m.g+m. N = m . g cos θ + m . R R v2 v2 N=m. - m . g cos θ N=m. -m.g R R 3. Benda dihubungkan dengan tali diputar vertikal 19
  • 20. v2 v2 T=m.g+m T = m m . g cos θ + m R R v2 v2 T=m. - m . g cos θ T=m. -m.g R R 4. Benda dihubungkan dengan tali diputar mendatar (ayunan centrifugal/konis) T cos θ = m . g v2 T sin θ = m . R L cosθ Periodenya T = 2π g Keterangan : R adalah jari-jari lingkaran 5. Gerak benda pada sebuah tikungan berbentuk lingkaran mendatar. v2 N . µk = m . R N = gaya normal N=m.g 20
  • 21. GRAVITASI m1 ⋅ m2 1. F =G⋅ VEKTOR R2 M 2. g=G VEKTOR R2 kuat medan gravitasi M 3. v = −G massa bumi R m⋅M 4. Ep = −G R 5. w A→B = m( v B −v A )  1 1  HKE v 2 = v1 + 2GM   2 2 6. R − R   1 2  F = gaya tarik-menarik antara kedua benda G = konstanta gravitasi m1 = massa benda 1 m2 = massa benda 2 R = jarak antara dua benda Ep = energi potensial gravitasi V = potensial gravitasi WAB = Usaha dari benda A ke B V1 = kecepatan benda 1 V2 = kecepatan benda 2 21
  • 22. USAHA–ENERGI _______________ 1. w = F cos α ⋅ s α = sudut kemiringan v = kecepatan 1 2 2. Ek = mv W = usaha 2 F = Gaya 3. Ep = m ⋅ g ⋅ h s = jarak Ep = Energi Potenaial 4. Emek = Ep + Ek m = massa benda g = percepatan gravitasi 5. w = ∆Ek h = ketinggian benda dari tanah Ek = Energi Kinetik 6. w = ∆Ep Em = Energi mekanik 7. HKE (Hukum Kekekalan Energi) Ek1 + Ep1 = Ek 2 + Ep 2 22
  • 23. MOMENTUM–IMPULS–TUMBUKAN 1. P = ⋅v m P = momentum m = massa 2. I = ⋅ t F ∆ v = kecepatan I = impuls I = ∆P 3. F= gaya I = m( v t − v 0 ) ∆t = selang waktu 4. HKM (Hukum Kekekalan Momentum) ′ ′ m A ⋅v A +m B ⋅v B =m A ⋅v A +m B ⋅v B arah kekanan v + arah ke kiri v - ′ ′ v A − vB 5. e=− e = koefisien tumbukan (kelentingan) v A − vB 6. Jenis tumbukan  Lenting sempurna e =1 HKE HKM  Lenting sebagian 0 < e <1 HKM  Tidak lenting sama sekali e=0 HKM h1 7. e= h1 = tinggi benda setelah pemantulan 1 h0 ho = tinggi benda mula-mula 8. hn = h0 ⋅ e hn = tinggi benda setelah pemantulan ke n 2n E hilang = Ek sebelum tumbukan – Ek sesudah tumbukan 9. 1 1 2 1 ′ 2 1 ′  2 mB v B  −  m A  v A  + mB  v B   2 =  mAv A +     2 2  2   2    23
  • 24. ELASTISITAS 1. F =k⋅x F = gaya pegas k = konstanta pegas 1 2. Ep = k ⋅ x2 luasan grafik F – x x = simpangan pada pegas 2 Ep = energi potensial 3 kp = k1 + k 2 susunan paralel 1 1 1 4. = + susunan seri ks k1 k 2 P F ⋅ L0 5. E= = ε A ⋅ ∆L F = gaya tekan/tarik Lo = panjang mula-mula A = luas penampang yang tegak lurus gaya F ∆L = pertambahan panjang E = modulus elastisitas P = stress ε = strain 24
  • 25. FLUIDA Fluida Tak Bergerak m 1. ρ zat = v 1 gr kg ρz 2. ρ relativ = ρ air ρ air pada 40C = 1000 cm 3 m3 m A + mB 3. ρc = v A + vB 4. ρ =ρ ⋅ g ⋅h h z Fh = υ h ⋅ A 5. = ρz ⋅ g ⋅ h ⋅ A 6. Archimedes : Gaya ke atas yang bekerja pada benda besarnya sama dengan jumlah (berat) zat cair yang dipindahkan. FA =ρ ⋅ g ⋅h z 7. Terapung w < FA (jika dibenamkan seluruhnya) ′ w = FA dalam keadaan setimbang ρ bd ⋅ g ⋅ vb = ρ z ⋅ g ⋅ v 2 8. Melayang w1 + w2 = ρ z ⋅ g ( v1 + v 2 ) 25
  • 26. 9. Tenggelam w > FA w s = w − FA 10. Kohesi (K) Adhesi (A) 11. Kapilaritas 2γ cosθ y= ρz ⋅ g ⋅r Fluida Bergerak Vol 1. Q= = A⋅v t 2. Kontinuitas A1v1 = A2 v 2 1 1 P1 + ρ ⋅ g ⋅ h1 + ρ ⋅ v1 = P2 + ρ ⋅ g ⋅ h2 + ρ ⋅ v2 2 2 3. Bernoully 2 2 ρ = massa jenis m = massa v = volume A = luas permukaan P = daya tekan h = ketinggian dari dasar Q = Debit ρrelatif = massa jenis relatif 26
  • 27. GELOMBANG BUNYI GETARAN k = konstanta pegas 1. w W = berat k = x x = perubahan panjang pegas F = gaya pegas y = simpangan 2. Ep = energi potensial Emek = energi mekanik F=-k. Ek = energi kinetik 3. Ep = ½ ky2 A = amplitudo t = waktu ω = kecepatan sudut 4. E mek = ½ kA2 m = massa T = periode k = konstanta 5. Ek = ½ k (A2-y2) l = panjang f = frekuensi λ = panjang gelombang Lo = panjang mula-mula 6. k ( A2 − y 2 ) ∆L = perubahan panjang v= m n = nada dasar ke Vp = kecepatan pendengar Vs = kecepatan sumber bunyi 7. k = mω 2 P = daya R1= jarak 1 R2 = jarak 2 8. y = A sin ωt 9. v = ωA cos ωt 10. a = −ω 2 A sin ωt 11. Ek = 1 2 mω 2 A 2 cos 2 ωt 27
  • 28. 12. Ep = 1 mω 2 A 2 sin 2 ωt 2 13. E mek = 1 2 mω 2 A 2 m 14. T = 2π k l 15. T = 2π g GELOMBANG mekanik refleksi gel. gel. refraksi longitudinal transversal interferensi 1λ Gelombang defraksi polarisasi 1λ elektromagnetik gel. 1. v =f ⋅λ λ v → = ⋅t 2.  t x y gel. berjalan = A sin 2π  −  T λ  y diam ujung bebas ∆ϕ = 0 3. x  t L y = 2 A cos 2π sin 2π  −  λ T λ  1 y diam ujung terikat ∆ϕ = 4. 2 x  t L y = 2 A sin 2π cos 2π  −  λ T λ  28
  • 29. 5. F m v= µ= µ  E = modulus young 6. E v= stress P F F ⋅ Lo ρ E= = = A = strain ε ∆L Lo A ⋅ ∆L P v gas = γ ρ 7. RT Cp = γ γ = M Cv BUNYI Gelombang Longitudinal nada > 20.000 Hz (Ultrasonic) keras / lemah tergantung Amplitudo Bunyi 20 Hz – 20.000 Hz desah < 20 Hz (Infrasonic) tinggi/rendah tergantung Frekuensi Nada Sumber 1. Dawai ( n + 1) P fn = n +1 v ( n + 2) s 2L ND 2 Pipa Organa Terbuka ( n + 2) P fn = n +1 v ( n + 1) s 2L 3. Pipa Organa Tertutup ( n + 1) P fn = 2n + 1 v ( n + 1) s 4L 29
  • 30. Sifat :  Refleksi (Pemantulan) v.tpp d= 2  Resonansi 1 ln = ( 2n − 1) λ 4  Interferensi (Percobaan Quinke) • memperkuat nλ • memperlemah ( n + 1) 1 λ 2  Pelayangan (beat) Beat f layangan = f A − f B  Efek Doppler v ± vP fP = ⋅ fs v ± vs  Intensitas P P I= = A 4πR 2 1 1 I1 : I 2 = 2 : 2 R1 R2  Taraf Intensitas (TI) I TI = 10 log I 0 = 10 −12 Watt m 2 I0 dB 30
  • 31. SUHU DAN KALOR 01. C R F K Td 100 80 212 373 C = celcius R = reamur Air 100 80 180 100 F = fahrenheit tk= suhu dalam kelvin Tb 0 0 32 273 tc = suhu dalam celsius C:R:F=5:4:9 tK = tC + 273 Contoh : X Y Tb -20 40 X : Y = 150 : 200 =3:4 60 ? 4 3 (60 + 20) + 40 = … Td 130 240 enaikkan suhu Sifat termal zat diberi kalor (panas) perubahan dimensi (ukuran) ubahan wujud 2. Muai panjang. ∆L = perubahan panjang = koefisien muai panjang ∆L = Lo . α . ∆t Lo = panjang mula-mula ∆t = perubahan suhu Lt = Lo ( 1 + α . ∆t ) Lt = panjang saat to ∆A = perubahan luas Ao = luas mula-mula 31
  • 32. 3. Muai luas. β= koefisien muai luas ∆V = perubahan volume ∆A = Ao . β . ∆t Vo = Volume awal γ= koefisien muai volume At = Ao ( 1 + β . ∆t ) 4. Muai volume. ∆V = Vo . γ . ∆t Vt = Vo ( 1 + . γ . ∆t ) β=2α }γ = Q = kalor γ=3α m = massa c= kalor jenis t = perubahan suhu 5. Q = m . c. ∆t H = perambatan suhu 6. Q = H . ∆t 7. H=m.c 8. Azas Black. T1 Qdilepas Qdilepas = Qditerima TA Qditerima T2 09. Kalaor laten Kalor lebur Q = m . Kl Kl = kalor lebur Kalor uap Q = m . Ku Ku = kalor uap 9. Perambatan kalor. 32
  • 33. Konduksi Konveksi Radiasi k . A.∆t H= H = h . A . ∆t I = e . σ . T4 l A = luas k = koefisien konduksi l = panjang bahan h = koefisien konfeksi I = Intensitas e = emitivitas bahan σ = konstanta Boltzman T = suhu 33
  • 34. LISTRIK STATIS q1 . q 2 F=k 01. r2 1 k= 9 2 2 4π ε 0 = 9 x 10 Nm /Coulomb ε0 = 8,85 x 10-12 Coulomb2 / newton m2 F = gaya Q1 = muatan benda 1 Q2 = muatan benda 2 R = jarak benda 1 ke 2 Q E=k r2 02. E = kuat medan listrik Q = muatan R = jarak 03. Kuat medan listrik oleh bola konduktor. E =0. Q Q R Es = k Ep = k R2 r2 Er = kuat medan listrik di pusat bola Es = kuat medan listrik di kulit bola Ep = kuat medan listrik pada jarak p dari pusat bola 04. Kuat medan disekitar pelat bermuatan. 34
  • 35. σ Q σ Ep = σ= EP = 2ε0 A ε 0 σ = rapat muatan Ep = kuat medan listrik 1 1 05. WA −−−−−> B = k . Q. q.( − ) rB rA Q. q Q. q 1 Q. q Bila rA = ∼ maka W~ −−−−−> B = k . ----- EP = k = . rB rB 4π ε 0 rB Q 1 Q 6. V =k = . rB 4π ε 0 rB V = potensial listrik 07. WA −−−−−> B = q.(v B − v A ) 08. POTENSIAL BOLA KONDUKTOR. q q VO = VK = V L = k. VM = k. R r 09. HUKUM KEKEKALAN ENERGI 2q ( v 2 ) 2 = ( v1 ) 2 + (V1 − V2 ) m Q 10. C= V 35
  • 36. 11. C0 = ε 0 A ε .A C= d d K ε0 A 12. C = C0 . K = d Q2 13. W= 1 2 atau W = 2 CV 2 1 C 14. Susunan Seri. - Q = Q1 = Q2 = Q3 = ..... s - V = V + V + V + V +..... s ab bc cd de 1 1 1 1 - = + + +..... CS C1 C2 C3 15. Susunan paralel. - V = V1= V2 = V3 p - Qp = Q1 + Q2 + Q3 + ..... - Cp = C1 + C2 + C3 + ..... 36
  • 37. C1V2 + C 2V2 16. VGAB = C1 + C 2 C = kapasitas listrik Q = muatan listrik V = beda potensial Co = Kapasitas dalam hampa udara d = jarak antar dua keeping A = luas masing-masing keeping K = konstanta dielektrik W = energi kapasitor 37
  • 38. LISTRIK DINAMIS dq 1. i= dt 2. dq = n.e.V.A.dt dq i= = n. e.V . A Ampere dt i 03. J= = n. e.V Ampere/m2 A 04. V A − VB i= R L 05. R = ρ . A 06. R(t) = R0 ( 1 + α.t ) 07. SUSUNAN SERI → i = i1 = i2 = i3 = .... 38
  • 39. → VS = Vab + Vbc + Vcd + ... → RS = R1 + R2 + R3 + ... 08. SUSUNAN PARALEL → VP = V1 = V2 = V3 → i + i1 + i2 + i3 + .... 1 1 1 1 → = + + +... R p R1 R2 R3 09. Jembatan wheatstone RX . R2 = R1 . R 3 R1 . R3 RX = R2 1 0 . A M P E R E M E T E R / G A LVA N O M E T E R . 1 RS = Rd Ohm n −1 11. V O LT M E T E R . 39
  • 40. Rv = ( n - 1 ) Rd Ohm . W=i2.r.t=V.i.t Joule 1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t Kalori dw 13. P= = V .i (Volt -Ampere = Watt) dt 14. Elemen PRIMER : elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah sejumlah energi dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai. Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-elektroda sebuah elemen karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada elektroda-elektroda tersebut. Untuk menghilangkan proses polarisasi itu ditambahkan suatu zat depolarisator. Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator, dibedakan dua macam elemen primer : 1. Elemen yang tidak tetap; elemen yang tidak mempunyai depolarisator, misalnya pada elemen Volta. 2. Elemen tetap; elemen yang mempunyai depolarisator. misalnya : pada elemen Daniel, Leclanche, Weston, dll. b) Elemen SEKUNDER : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah dialiri arus dari sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang dihasilkan, misalnya : Accu. Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah Pb; sedangkan sebagai Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4. c) Elemen BAHAN BAKAR : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia bahan bakar yang diberikan secara kontinue menjadi energi listrik. Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan angkasa. 40
  • 41. dW 15. ε = ( Joule/Coulomb = Volt ) dq 16. i= ε R+r 17. disusun secara seri n. ε i= n. r + R 18. disusun secara paralel i= ε r +R m 19. Susunan seri - paralel 41
  • 42. n .ε i= n .r + R m 20. TEGANGAN JEPIT K = i . R 21. Hukum Kirchhoff I ( Hukum titik cabang ) ∑i=0 i1 + i2 + i3 = i4 + i5 22. Hukum Kirchoff II ( Hukum rangkaian tertutup itu ) Σ ε + Σ i.R = 0 E : negatif E : positif arah arus berlawanan dengan arah loop diberi tanda negatif. I = kuat arus Ro = hambatan mula-mula q = muatan listrik α = koefisien suhu t = waktu P = daya v = kecepatan electron r = hambatan dalam n = jumlah electron per satuan volume ε = GGL 42
  • 43. e = muatan electron n = jumlah rangkaian seri A = luas penampang kawat m = jumlah rangkaian paralel V = beda potensial Rd = hambatan dalam R = hambatan K = tegangan jepit ρ = hambat jenis kawat Rv = tahanan depan 43
  • 44. MEDAN MAGNET µ 01. µr = µ 0 φ 02. B= A B 03. H= µ 04. B = µ H = µ r. µ o. H 05. Benda magnetik : nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu. Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta. Benda paramagnetik : nilai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu. Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam adalah zat paramagnetik. Benda feromagnetik : nilai permeabilitas relatif sampai beberapa ribu. Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico ) 06. Rumus Biot Savart. dB = µ 0 I .d sin θ 4π r2 k= µ 0 = 10-7 Weber 4π A. m 07. Induksi magnetik di sekitar arus lurus B= µ 0 . I 2 π .a B B I H= µ µ = r .µ 0 = 2π . a 44
  • 45. 08. Induksi Induksi magnetik pada jarak x dari pusat arus lingkaran. B= µ 0 . a. I . N . sin α 1 atau B= µ 0 . a2. I. N 2 r2 2 r3 09. Induksi magnetik di pusat lingkaran. B= µ 0 . I. N 2 a 10. Solenoide Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide : B= µ 0 n I Bila p tepat di ujung-ujung solenoide µ B= 0 n I 2 1 1 . To r o i d a B=µ n I N n= 2π R 12. Gaya Lorentz F=BI  sin α F = B.q.v sin α 13. Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang µ I P IQ F= 0 2 π a 1 4 . G e r a k Pa r t i k e l B er m u a t a n D a l a m M e d a n L i s t r i k 45
  • 46. lintasan berupa : PARABOLA. q. E percepatan : a= m Usaha : W = F . d = q . E .d Usaha = perubahan energi kin Ek = q . E .d 1 2 mv 2 2 − 2 mv1 2 = q. E . d 1 15. Lintasan partikel jika v tegak lurus E.  t= v q. E 2 d = 2 at 2 = 2 . 1 1 . m vX 2 Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik. v = v X 2 + vY 2 q. E  v Y = a. t = . m vX Arah kecepatan dengan bidang horisontal θ : vY tg θ = vX 1 6 . G e r a k Pa r t i k e l B er m u a t a n D a l a m M e d a n M a g n e t Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet berupa LINGKARAN. mv B q jari-jari : R= 46
  • 47. 17. Momen koppel yang timbul pada kawat persegi dalam medan magnet τ = B.i.A.N.Sin θ μr = permeabilitas relative a = jari–jari lingkaran μ = permeabilitas zat r = jarak B = induksi magnet I = kuat arus ф = Fluks N = banyak lilitan H = kuat medan magnet l = panjang kawat A = luas bidang yang ditembus F = gaya Lorentz q = muatan listrik v = kecepatan partikel θ = sudut antara v dengan B R = jari-jari lintasan partikel 47
  • 48. IMBAS ELEKTROMAGNETIK dφ Perubahan fluks : Eind = -N dt di Perubahan arus : Eind = -L dt di1 di 2 GGL IMBAS Induktansi timbal balik : Eind1 = -M , Eind2 = -M dt1 dt 2 K a wa t m e m o t o n g g a r i s g aya : E i n d = B . l . v s i n α Kumparan berputar : Eind = N.B.A.ω sin ωt φ L=N i µo N 2 A L=  I N D U K TA N S I D I R I φ1 φ2 M = N2 i1 , M = N1 i2 µ o N1 N 2 A M= (Induktansi Ruhmkorff)  Ideal : Np : Ns = Is : Ip T R A N S F O R M AT O R Np : Ns = Ep : Es Tidak ideal : Ps = ηPp Eind = GGL induksi N = banyak lilitan B = induksi magnet A = luas bidang permukaan/kumparan θ = fluks magnet L = induktansi diri I = kuat arus Np = banyak lilitan kumparan primer 48
  • 49. Ns = banyak lilitan kumparan sekunder l = panjang solenoida Pp = Daya pada kumparan primer Ps = daya pada kumparan sekunder Ep = tegangan pada kumparan primer Es = tegangan pada kumparan sekunder ω = kecepatan sudut M = induktansi Ruhmkorff 49
  • 50. OPTIKA GEOMETRI Plato dan Euclides : adanya sinar-sinar penglihat. Teori melihat benda Aristoteles : Menentang sinar-sinar penglihat. Al Hasan : Pancaran atau pantulan benda S i r I s a a k N e w t o n : Te o r i E m i s i “ S u m b e r c a h a y a m e n y a l u r ka n Pa r t i ke l y a n g ke c i l d a n r i n g a n b e r ke c e p a t a n tinggi. C h r i s t i a n H u y g e n s : Te o r i E t e r a l a m : c a h a y a p a d a d a s a rn y a S a m a d e n g a n b u n y i , m e r a m b a t m e m e r l u ka n medium. T h o m a s Yo u n g d a n A u g u s t i n e Fre s n e l l : C a h a y a d a p a t l e n t u r d a n b e r i n t e r f e re n s i J ean Le on Foucaul t : C epat r am bat cah a ya di z at c ai r l ebi h keci l da ri pada di udara. TEORI CAHAYA James Clerk Maxwell : Cahaya gelombang elektromagnetik. Heinrich Rudolph Hertz : Cahaya geloimbang transversal karena Mengalami polarisasi. Pieter Zeeman : Cahaya dapat dipengaruhi medan magnet yang kuat. Johannes Stark : Cahaya dapat dipengaruhi medan listrik yang kuat. Michelson dan Morley : Eter alam tidak ada. Max Karl Ernest Ludwig Planck : Teori kwantum cahaya. Albert Einstein : Teori dualisme cahaya. Cahaya se- bagai partikel dan bersifat gelombang Merupakan gelombang elektromagnetik. Tidak memerlukan medium dalam perambatannya 50
  • 51. Merambat dalam garis lurus S I FAT C A H AYA Ke c e p a t a n t e r b e s a r d i d a l a m v a ku m 3 . 1 0 8 m / s Kecepatan dalam medium lebih kecil dari kecepatan di vakum. Kecepatan di dalam vakum adalah absolut tidak tergan- tung pada pengamat. PEMANTULAN CAHAYA. 1 1 1 01. = + f s s' s' h' 02. M=- =/ / s h 03. Cermin datar : R=∞ sifat bayangan : maya, sama besar, tegak 360 n= -1 α 04. cermin gabungan d = s1’ + s2 Mtotal = M1.M2 Cermin cekung : R = positif Mengenal 4 ruang Sifat bayangan : benda di Ruang I : Maya, tegak, diperbesar Benda di Ruang II : Nyata, terbalik, diperbesar Benda di Ruang III: Nyata, terbalik, diperkecil Cermin cembung : R = negatif sifat bayangan : Maya, tegak, diperkecil PEMBIASAN/REFRAKSI. c λ 01. Indeks bias nbenda = = u nbenda > 1 vm λm n1 v 2 λ 2 n relatif medium 1 thdp medium 2 n12 = = = n 2 v1 λ1 02. benda bening datar n sin i = n’ sin r 03. kaca plan paralel (1) n sin i = n’ sin r (cari r) d (2) t= sin(i − r ) cos r 51
  • 52. 04. Prisma δ (deviasi) umum (1) n sin i1 = n’ sin r1 (cari r1) 2 (2) β = r1 + i2 (cari i2) (3) n’ sin i2 = n sin r2 (cari r2) (4) δ = i1 + r2 - β minimum syarat : i1 = r2 n' 1 β > 10o sin ½ (δmin + β) = sin β n 2 n' β> = 10o δmin = ( − 1) β n n n' n' − n 05. Permukaan lengkung. + = s s' R n n' n' − n 06. Lensa tebal (1) + = s1 s1 ' R1 (2)d = s1’ + s2 n' n n − n' (3) + = s2 s2 ' R2 1 n' 1 1 07. Lensa tipis = ( − 1)( − ) f n R1 R2 1 1 1 = + f gab f1 f 2 Cembung-cembung (bikonveks) R1 +, R2 - Datar – cembung R1 = tak hingga , R2 - Cekung – cembung R1 - , R2 - Cekung-cekung (bikonkaaf) R1 - , R2 + Datar – cekung R1 = tak hingga , R2 + Cembung – cekung R1 + , R2 + 52
  • 53. 1 1 1 9. Lensa Konvergen (positif) = + f s s' s' h' divergen (negatif) M=- =/ / s h 1 10. Kekuatan lensa (P) P= f dalam meter f 100 P= f dalam cm f n = banyak bayangan (untuk cermin datar) R = jari-jari bidang lengkung θ = sudut antara ke dua cermin λ = panjang gelombang cahaya f = jarak focus P = kekuatan lensa s = jarak benda ke cermin s’ = jarak bayangan ke cermin h = tinggi benda h’ = tinggi bayangan m = perbesaran bayangan i = sudut datang r = sudut pantul n = indeks bias d = tebal kaca t = pergeseran sinar β = sudut pembias δ = deviasi 53
  • 54. ALAT-ALAT OPTIK Mata Emetropi (mata normal) pp = 25 cm ; pr = ∞ Mata Myopi (mata dekat/rabun jauh) pp = 25 cm ; pr < ∞ MATA Mata Hipermetropi (rabun dekat) pp > 25 cm ; pr = ∞ Mata Presbiopi (mata tua) pp > 25 cm ; pr < ∞ Kaca Mata lensa Negatif (Untuk orang Myopi) s = ∞ dan s’ = -pr KACA MATA Kaca Mata lensa Positif (Untuk orang hipermetropi) s = 25 cm dan s’ = -pp Sd Akomodasi max P= +1 f Ditempel dimata Sd Tanpa Akomodasi P= f 54
  • 55. LOUPE Berjarak d cm dari mata D = -s’ + d D = daya akomodasi Sd Sd Sd .d P= + − f D D. f Sd = titik baca normal d = s’oby + sok Akomodasi max s ' oby Sd P= − ( + 1) s oby fok MIKROSKOP d = jarak lensa obyektif - okuler Tanpa Akomadasi d = s’oby + fok ' s oby Sd P= − ( ) s oby fok Akomodasi max d = foby + sok f oby Sd + f ok P= ( ) f ok Sd TEROPONG BINTANG Tanpa akomodasi d = foby + fok f oby P= f ok Pp = titik jauh mata Pp = titik dekat mata s’ = jarak bayangan s = jarak benda ke lup P = kekuatan lensa d = jarak lensa obyektif dengan lensa okuler 55
  • 56. ARUS BOLAK-BALIK Osiloskop = mengukur tegangan max E=Emax. Sin ω.t Eefektif = yang diukur oleh voltmeter Emax = yang belum terukur Epp = dari puncak ke puncak ω = frekwensi anguler t = waktu Vmax = tegangan maksimum Imax = Arus maksimum T = periode V max Eefektif= 2 i max 1 T 2 2π T ∫0 Iefektif=  Iefektif = Imax{ sin ( )dt } 2 T Epp = 2.Emax I. Resistor pada DC-AC II. Induktor (L) pada DC-AC 56
  • 57. Xl = reaktansi induktif dim ax. sin ϖ .t E=L dt E = L.ϖ .i max . cos ϖ .t Xl = ϖ .L (satuan XL = ohm) III. Capacitor pada DC-AC C = kapasitas kapasitor Q=C.V dQ dc.V Xc = reaktansi kapasitif i= = dt dt c.dV max . sin ϖ .t i= dt i = ϖ .c.V max . cos ϖ .t 1 XC = ωC (Satuan XC = 0hm) IV. R-L-C dirangkai seri 1. . Xl = ϖ .L 1 2. Xc = ϖ .C 3. Gambar fasor 57
  • 58. 4. Z = R 2 + ( Xl − Xc) 2 E 5. i = Z 6. Vab = i.R Vac = Vr 2 + Vl 2 Vbc = i. Xl Vbd = Vl − Vc Vcd = i. Xc Vad = Vr 2 + (Vl − Vc) 2 7. Daya=Psemu.cos θ R Daya=Psemu. Z Psemu = V.I (Volt Amper) a. Xl > Xc → RLC bersifat induktif V mendahului I dengan beda fase θ b. Xl = Xc → RLC resonansi Z = R  kuat arus paling besar, karena hambatan total paling kecil. 1 1 f = T = 2π L.C 2π L.C c. Xc > Xl → RLC bersifat capasitif I mendahului V dengan beda fase θ XL − XC 8. tg θ = R Z = Impedansi θ = sudut fase L = induktansi diri f = frekwensi T = periode R = hambatan 58
  • 59. PERKEMBANGAN TEORI ATOM Atom-atom merupakan partikel terkecil dari suatu zat Atom-atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi partikel Yang lebih kecil. Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi unsur lain. Atom-atom setiap zat adalah identik, artinya mempunyai Bentuk, ukuran dan massa yang sama. DALTON - Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat lain. Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang berlainan dapat membentuk senyawa. Pada suatu reaksi atom-atom bergabung menurut perban- Dingan tertentu. Bila dua macam atom membentuk dua macam senyawa Atau lebih, maka perbandingan atom-atom yang sama dalam kedua senyawa itu sederhana. KELEMAHANNYA. Atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan dengan ekspe- Rimen. - Dalton tidak membedakan pengertian atom dan molekul Satuan molekul juga disebut atom. Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat ber- Tentangan dengan eksperimen Faraday dan J.J Thomson Atom merupakan suatu bola yang mempunyai muatan Positif yang terbagi merata ke seluruh isi atom. 59
  • 60. TEORI J.J THOMSON ATOM - Muatan positif dalam atom ini dinetralkan oleh elektron- Elektron yang tersebar diantara muatan-muatan positif Itu dan jumlah elektron ini sama dengan jumlah muatan Positif. KELEMAHANNYA. Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan ham- Buran sinar Alfa ternyata muatan positif tidak merata na- Mun terkumpul jadi satu yang disebut INTI ATOM. Atom terdiri dari muatan-muatan positif, di mana seluruh Muatan posoitif dan sebagian besar massa atom terkumpul ditengah-tengah atom yang disebut dengan INTI ATOM. Di sekeliling inti atom, pada jarak yang relatif jauh beredar RUTHERFORD Lah elektron-elektron mengelilingi inti atom. Muatan inti atom sama dengan muatan elektron yang me- ngelilingi inti, sehingga atom bersifat netral. KELEMAHANNYA. Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom Atau tidak mendukung kemantapan atom. Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum Atom-atom Hidtrogen adalah spektrum garis tertentu. Pengukuran massa elektron oleh : J.J. Thomson dengan percobaan Tetes Minyak Milikan. SINAR KATODA Partikel bermuatan negatif Sifat : - Bergerak cepat menurut garis lurus keluar tegak lurus dari katoda. - Memiliki energi - Memendarkan kaca - Membelok dalam medan listrik dan medan magnet. MODEL ATOM BOHR DIBUAT BERDASARKAN 2 POSTULATNYA YAITU : 1. Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang sembarang, elektron hanya dapat berputar pada lintasan tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini Disebut lintasan stasioner. Besar momentum anguler elektron pada lintasan 60
  • 61. nh Stasioner ini adalah : mvr = 2π n disebut bilangan kwantum (kulit) utama. 2. Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke lintasan yang ener- ginya tinggi, dan sebaliknya. e2 1. Ep = -k r e2 2. Ek = - ½ k r e2 3. Etotal = - ½ k r 2 n h 4. r= ( )2 me k 2π 2 5. r1 : r2 : r3 : … = 12 : 22 : 32 : … 1 1 1 6. = R( 2 − 2 ) R = tetapan Ridberg R = 1,097.107 m-1 λ nA nB Deret Lyman nA = 1 nB = 2, 3, 4 …. Deret Balmer nA = 2 nB = 3, 4, 5, …. Deret Paschen nA = 3 nB = 4, 5, 6, …. Deret Brackett nA = 4 nB = 5, 6, 7, …. Deret Pfund nA = 5 nB = 6, 7, 8, …. λmax fmin nB = 1 lebihnya dari nA λmin fmax nB = ∞ 13,6 Energi stasioner E= eV n2 05. Energi 1 1 Energi Pancaran E = 13,6 ( 2 − 2 ) eV E = h.f (J) nA nB e = muatan electron r = jari-jari lintasan electron Ep = Energi potensial Ek = energi kinetic n = bilangan kuantum r = jari-jari lintasan electron 61
  • 62. λ = panjang gelombang h = tetapan Planck RADIOAKTIVITAS Adanya Fosforecensi : berpendarnya benda setelah disinari. Dasar penemuan Adanya Fluorecensi : berpendarnya benda saat disinari. Penemu: Henry Becquerel Menghitamkan film Dapat mengadakan ionisasi Dapat memendarkan bahan-bahan tetentu Sifat-sifat Merusak jaringan tubuh Daya tembusnya besar Sinar α Macam sinar Sinar β Penemu: Pierre Curie dan Marrie Curie Sinar γ Urutan naik daya tembus: Sinar α, Sinar β, Sinar γ Urutan naik daya ionisasi: Sinar γ , Sinar β, Sinar α x x x x x x γx x x x x B α xxxxxxxxxxxx 62
  • 63. β xxxxxxxxxxxx 01. I = Io e-µx ln 2 0,693 02. HVL nilai x sehingga I = ½ Io HVL = = µ µ 03. XA Z N=A–Z 04. Deffect massa = (Σmproton + Σmnetron) – minti 05. Eikat inti = {(Σmproton + Σmnetron) – minti }.931 MeV m dalam sma = {(Σmproton + Σmnetron) – minti }.c2 m dalam kg α ZX Z-2X atau ZXA Z-2X +α A A-4 A-4 06. Hukum Pergeseran β ZX Z+ 1X atau ZXA Z+ 1X + β A A A Jika memancarkan γ tetap 0,693 ln 2 07. T = = λ λ 8. R = λ. N 9. N = No.2-t/T E 10. D = m 11. Ereaksi = (Σmsebelum reaksi -Σmsesudah reaksi ).931 MeV m dalam sma. = (Σmsebelum reaksi -Σmsesudah reaksi ).c2 m dalam kg 12. Reaksi FISI Pembelahan inti berat menjadi ringan Terjadi pada reaktor atom dan bom atom Menghasilkan Energi besar < enerfi reaksi FUSI Dapat dikendalikan. Reaksi FUSI Penggabungan inti ringan menjadi inti berat Terjadi pada reaksi di Matahari dan bom hidrogen Tidak dapat dikendalikan. 63
  • 64. Pencacah Geiger Muller (pulsa listrik) Tabung Sintilasi (pulsa listrik) 13. ALAT DETEKSI Kamar kabut Wilson (Jejak lintasan saja) Emulsi film X = nama atom / unsure z = nomor atom a = nomor massa p = proton n = netron m = massa T = waktu paruh N = jumlah inti yang belum meluruh No = jumlah inti mula2 λ = konstanta peluruhan t = lamanya berdesintegrasi R = aktivitas radioaktif 64
  • 65. KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Momen: Momen Gaya : τ=F.l.sin α Momen Kopel : dua gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah, besarnya = F.d Kesetimbangan Translasi : ΣFx=0,ΣFy=0 Kesetimbangan Rotasi : Στ=0 Kesetimbangan translasi dan Rotasi : ΣF=0, Στ=0 Kesetimbangan Stabil (mantap) : Apabila gaya dihilangkan, akan kembali ke kedudukan semula. Kesetimbangan (titik berat benda akan naik) Kesetimbangan Indeferen : Gaya dihilangkan, setimbang di tempat berlainan (titik berat benda tetap) Keseimbangan labil : Apabila gaya dihilangkan, tidak dapat kembali semula. (titik berat benda akan turun) T I T I K B E R AT B E N D A Titik berat untuk benda yang homogen ( massa jenis tiap-tiap bagian benda sama ). a. Untuk benda linier ( berbentuk garis ) ∑ ln . x n ∑ ln . y n x0 = y0 = l l 65
  • 66. b. Untuk benda luasan ( benda dua dimensi ), maka : ∑ An . x n ∑ An . y n x0 = y0 = A A c. Untuk benda ruang ( berdimensi tiga ) ∑Vn . xn ∑Vn . y n x0 = y0 = V V Sifat - sifat: 1. Jika benda homogen mempunyai sumbu simetri atau bidang simetri, maka titik beratnya terletak pada sumbu simetri atau bidang simetri tersebut. 2. Letak titik berat benda padat bersifat tetap, tidak tergantung pada posisi benda. 3. Kalau suatu benda homogen mempunyai dua bidang simetri ( bidang sumbu ) maka titik beratnya terletak pada garis potong kedua bidang tersebut. Kalau suatu benda mempunyai tiga buah bidang simetri yang tidak melalui satu garis, maka titik beratnya terletak pada titik potong ketiga simetri tersebut. ΣFx = resultan gaya di sumbu x ΣFy = resultan gaya di sumbu y Σσ = jumlah momen gaya Tabel titik berat teratur linier Nama benda Gambar benda letak titik berat keterangan 1. Garis lurus x0 = 1 2 l z = titik tengah garis 2. Busur lingkaran tali busur AB y0 = R × busur AB R = jari-jari lingkaran 3. Busur setengah lingkaran 2R y0 = π Tabel titik berat benda teratur berbentuk luas bidang homogen 66
  • 67. Nama benda Gambar benda Letak titik berat Keterangan 1. Bidang segitiga y0 = 1 3 t t = tinggi z = perpotongan garis-garis berat AD & CF 2.Jajaran genjang, Belah ketupat, y0 = 1 2 t t = tinggi Bujur sangkar z = perpotongan Persegi panjang diagonal AC dan BD 3. Bidang juring tali busur AB y0 = 2 R× lingkaran 3 busur AB R = jari-jari lingkaran 4.Bidang setengah lingkaran 4R y0 = 3π R = jari-jari lingkaran Tabel titik berat benda teratur berbentu bidang ruang homogen Nama benda Gambar benda Letak titik berat Keterangan 1. Bidang kulit z1 = titik berat prisma z pada titik bidang alas tengah garis z1z2 y0 = z2 = titik berat 1 2 l bidang atas l = panjang sisi tegak. 67
  • 68. 2. Bidang kulit t = tinggi silinder. y0 = 1 2 t silinder ( tanpa tutup ) R = jari-jari A = 2 π R.t lingkaran alas A = luas kulit silinder 3. Bidang Kulit limas T’z = 1 3 T’ T T’T = garis tinggi ruang 4. Bidang kulit kerucut zT’ = 1 3 T T’ T T’ = tinggi kerucut T’ = pusat lingkaran alas 5. Bidang kulit setengah bola. y0 = 1 2 R R = jari-jari Tabel titik berat benda teratur berbentuk ruang, pejal homogen Nama benda Gambar benda Letak titik berat Keterangan 68
  • 69. 1. Prisma z pada titik tengah z1 = titik berat beraturan. garis z1z2 bidang alas y0 = 1 2 l z2 = titik berat bidang atas V = luas alas kali l = panjang sisi tinggi tegak V = volume prisma 2. Silinder Pejal y0 = 1 2 t t = tinggi silinder R = jari-jari V = π R2 t lingkaran alas 3. Limas pejal T T’ = t = tinggi beraturan y0 = 1 4 T T’ limas beraturan = 1 4 t V = luas alas x tinggi 3 4. Kerucut pejal t = tinggi kerucut y0 = 1 4 t R = jari-jari lingkaran alas V= 1 3 π R2 t 5. Setengah bola pejal y0 = 3 8 R R = jari-jari bola. 69
  • 70. TEORI KINETIK GAS GAS IDEAL 1. Gas ideal terdiri atas partikel-partikel (atom-atom ataupun molekul-molekul ) dalam jumlah yang besar sekali. 2. Partikel-partikel tersebut senantiasa bergerak dengan arah random/sebarang. 3. Partikel-partikel tersebut merata dalam ruang yang kecil. 4. Jarak antara partikel-partikel jauh lebih besar dari ukuran partikel-partikel, sehingga ukurtan partikel dapat diabaikan. 5. Tidak ada gaya antara partikel yang satu dengan yang lain, kecuali bila bertumbukan. 6. Tumbukan antara partikel ataupun antara partikel dengan dinding terjadi secara lenting sempurna, partikel dianggap sebagai bola kecil yang keras, dinding dianggap licin dan tegar. 7. Hukum-hukum Newton tentang gerak berlaku. N 1. n= N0 v 3kT 2. ras = m M R 03. m= dan k= N N0 04. v 3RT ras = M 05. Pada suhu yang sama, untuk 2 macam gas kecepatannya dapat dinyatakan : v v 1 1 ras1 : ras2 = M1 : M2 06. Pada gas yang sama, namun suhu berbeda dapat disimpulkan : 70
  • 71. v v T1 T2 ras1 : ras2 = : 2L 07. t= Vras N m V 2 ras 08. F= . 3 L N m V 2 ras 1 09. P= . atau P= ρ V 2 ras 3 V 3 2 N 2 N 10. P= . 1 mV 2 ras = . Ek 3 V 2 3 V 11. P . V = K’ . T atau P . V = N. k .T k = Konstanta Boltman = 1,38 x 10-23 joule/0K N 12. P . V = n R T dengan n= N0 R = 8,317 joule/mol.0K = 8,317 x 107 erg/mol0K = 1,987 kalori/mol0 K = 0,08205 liter.atm/mol0K R P R. T P. Mr 13. P=ρ T atau = atau ρ = T Mr ρ Mr R. T P1 .V1 P2 .V2 14. = T1 T2 Persamaan ini sering disebut dengan Hukum Boyle-Gay Lussac. 3 15. Ek = Nk .T 2 P = tekanan gas ideal N = banyak partikel gas m = massa 1 pertikel gas V = volume gas v = kecepatan partikel gas n = jumlah mol gas No = bilangan Avogadro R = tetapan gas umum M = massa atom relatif 71