SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 196
Descargar para leer sin conexión
KATA PENGANTAR




Evaluasi kinerja pembangunan adalah salah satu fungsi penting yang tidak terpisahkan
dari keseluruhan siklus manajemen pembangunan nasional. Saat ini RPJMN 2004-2009
telah selesai dilaksanakan sehingga sudah saatnya dilakukan evaluasi menyeluruh
terhadap kinerja pembangunan nasional selama 5 tahun (2004-2009) tersebut baik
secara sektoral maupun regional.


Evaluasi RPJMN 2004-2009 menurut daerah yang dilakukan oleh Tim Independen
difokuskan pada evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di daerah dan evaluasi
terhadap relevansi RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-2014 khususnya untuk melihat
apakah RPJMD telah mengacu pada RPJMN sesuai ketentuan UU No. 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sesuai dengan ketetapan
Permendagri No. 28 Tahun 2010 tentang Penyelerasan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN), maka di dalam melakukan evaluasi Tim Independen tidak hanya
melihat pada RPJMD dan RPJMN, tetapi juga Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
untuk menelaah lebih dalam apakah RPJMD dan RKPD mengacu pada RPJMN. Evaluasi
kinerja pembangunan Provinsi Jawa Tengah yang dilaksanakan oleh Tim Independen
dengan tujuan memberikan masukan terhadap penyusunan rencana pembangunan yang
akan datang mendasarkan pada berbagai kebijakan tersebut di atas.



Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Bappenas yang untuk
keempatkalinya memberikan kepercayaan kepada Tim Independen Universitas
Diponegoro melaksanakan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan di
Jawa Tengah. Secara khusus, ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada Bappeda
Provinsi Jawa Tengah yang telah bersedia membantu menyediakan berbagai data yang
kami butuhkan, juga intansi terkait yang terlibat dalam pelaksanaan Focus Group
Discusión (FGD). Kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan penulisan laporan akhir
ini. Semoga hasil evaluasi yang kami lakukan bermanfaat dalam menentukan arah
pembangunan Jawa Tengah di masa yang akan datang.



                                          Semarang,    Nopember 2010

                                          Rektor,




                                          Prof. Dr. Susilo Wibowo, MS.Med., Sp.And.




                                                                                          ii
DAFTAR ISI




KATA PENGANTAR                                                             ii
DAFTAR ISI                                                                iii
DAFTAR TABEL                                                               v
DAFTAR GAMBAR                                                             vi

BAB I     PENDAHULUAN                                                     1
          A.  LATAR BELAKANG                                              3
          B.  TUJUAN DAN SASARAN                                          3
          C.  KELUARAN                                                    3

BAB II    HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009                      5
          A.  AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN
              DAMAI                                                       5
               1. Indikator                                               5
               2. Analisis Pencapaian Indikator                           5
               3. Rekomendasi Kebijakan                                  10
          B.  AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN
              DEKOMKRATIS                                                10
               1. Indikator                                              10
               2. Analisis Pencapaian Indikator                          10
               3. Rekomendasi Kebijakan                                  19
          C.   AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT                  20
               1. Indikator                                              20
               2. Analisis Pencapaian Indikator                          23
               3. Rekomendasi Kebijakan                                  76
          D.   KESIMPULAN                                                78
               1. Agenda Pembangunan Pertama: Mewujudkan Indonesia
                  yang Aman dan Damai                                     78
               2. Agenda Pembangunan Kedua: Mewujudkan Indonesia
                  yang Adil dan Demokratis                                79
               3. Agenda       Pembangunan      Ketiga: Meningkatkan
                  Kesejahteraan Rakyat                                   82

BAB III   RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI JAWA
          TENGAH 2008-2013
                                                                          94
          A.   PENGANTAR                                                  94
          B.   PRIORITAS DAN PROGRAM AKSI PEMBANGUNAN
               NASIONAL                                                   94
               1. Program Nasional Yang Mendapat Dukungan Penuh Pada
                   Program Daerah                                        158
               2. Program Nasional Yang Tidak Mendapat Dukungan
                   Program Daerah                                        161
               3. Program Daerah Yang Tidak Menjadi Prioritas Nasional   163




                                                                                iii
C.   REKOMENDASI                              168
              1. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi   168
              2. Rekomendasi Terhadap RPJMN            178

BAB IV   KESIMPULAN DAN REKOMENDASI                    182
         A.  KESIMPULAN                                182
             1. Analisis Indikator                     182
             2. Analisis Relevansi                     183
         B.  REKOMENDASI                               184
             1. Rekomendasi Analisis Indikator         184
             2. Rekomendasi Analisis Relevansi         187

LAMPIRAN




                                                             iv
DAFTAR TABEL




TABEL 2.1.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
             Untuk Agenda Pembangunan Indonesia Yang Aman Dan Damai        5
TABEL 2.2.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
             untuk Agenda Pembangunan Indonesia yang Adil dan
             Demokratis                                                   11
TABEL 2.3.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
             untuk Agenda Pembangunan Meningkatkan Kesejahteraan
             Rakyat                                                       21
TABEL 3.1.   Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional              95
TABEL 3.2.   Program Dalam RPJMN 2010-2014 Yang Mendapatkan
             Dukungan Program Pada RPJMD Jawa Tengah 2008-2013           158
TABEL 3.3.   Program Dalam RPJMN 2010-2014 Yang Tidak Mendapatkan
             Dukungan Program Pada RPJMD Jawa Tengah 2008-2013           161
TABEL 3.4.   Program Dalam RPJMD Jawa Tengah 2008-2013 Yang Tidak
             Terdapat Di Dalam RPJMN 2010-2014                           163




                                                                               v
DAFTAR GAMBAR




GAMBAR 2.1.    Indeks Kriminalitas di Provinsi Jawa Tengah                   6
GAMBAR 2.2.    Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional di
               Provinsi Jawa Tengah                                          7
GAMBAR 2.3.    Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional di
               Provinsi Jawa Tengah                                          8
GAMBAR 2.4.    Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               untuk Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan
               Damai                                                         9
GAMBAR 2.5.    Persentase Kasus Korupsi yang Tertangani Dibandingkan
               dengan yang Dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah               12
GAMBAR 2.6.    Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah
               Pelayanan Satu Atap di Provinsi Jawa Tengah                  13
GAMBAR 2.7.    Persentase Pelaporan Kabupaten/Kota Wajar dengan
               Pengecualian di Provinsi Jawa Tengah                         14
GAMBAR 2.8.    Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Pelayanan Publik                            15
GAMBAR 2.9.    Gender Development Index (GDI) di Provinsi Jawa Tengah       16
GAMBAR 2.10.   Gender Empowerment Measurement (GEM) di Provinsi Jawa
               Tengah                                                       17
GAMBAR 2.11.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Demokrasi                                   18
GAMBAR 2.12.   Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Jawa Tengah     23
GAMBAR 2.13.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Indeks Pembangunan Manusia                  24
GAMBAR 2.14.   Angka Partisipasi Murni (SD/MI) di Provinsi Jawa Tengah      26
GAMBAR 2.15.   Angka Partisipasi Kasar (SD/MI) di Provinsi Jawa Tengah      26
GAMBAR 2.16.   Rata-rata Nilai Akhir (SMP/MTs) di Provinsi Jawa Tengah      27
GAMBAR 2.17.   Rata-rata Nilai Akhir (SMA/SMK/MA) di Provinsi Jawa Tengah   28
GAMBAR 2.18.   Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Jawa Tengah               29
GAMBAR 2.19.   Angka Putus Sekolah SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah          30
GAMBAR 2.20.   Angka Putus Sekolah Menengah di Provinsi Jawa Tengah         31
GAMBAR 2.21.   Angka Melek Aksara 15 Tahun ke atas di Provinsi Jawa
               Tengah                                                       32
GAMBAR 2.22.   Persentase Guru Layak Mengajar SMP/MTs di Provinsi Jawa
               Tengah                                                       33
GAMBAR 2.23.   Persentase Guru Layak Mengajar Sekolah Menengah di
               Provinsi Jawa Tengah                                         34
GAMBAR 2.24.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Pendidikan (1)                              35
GAMBAR 2.25.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Pendidikan (2)                              36
GAMBAR 2.26.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Pendidikan (3)                              37
GAMBAR 2.27.   Umur Harapan Hidup (UHH) di Provinsi Jawa Tengah             38
GAMBAR 2.28.   Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah            39
GAMBAR 2.29.   Prevalensi Gizi Buruk di Provinsi Jawa Tengah                40
GAMBAR 2.30.   Prevalensi Gizi Kurang di Provinsi Jawa Tengah               41
GAMBAR 2.31.   Persentase Tenaga Kesehatan perpenduduk di Provinsi Jawa     42



                                                                                 vi
Tengah
GAMBAR 2.32.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Kesehatan                                   43
GAMBAR 2.33.   Persentase Penduduk ber-KB di Provinsi Jawa Tengah           44
GAMBAR 2.34.   Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Jawa
               Tengah                                                       45
GAMBAR 2.35.   Total Fertility Rate (TFR) di Provinsi Jawa Tengah           46
GAMBAR 2.36.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Keluarga Berencana                          47
GAMBAR 2.37.   Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah             48
GAMBAR 2.38    Persentase Ekspor terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah      49
GAMBAR 2.39    Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB di Provinsi
               Jawa Tengah                                                  50
GAMBAR 2.40.   Pendapatan per kapita di Provinsi Jawa Tengah                51
GAMBAR 2.41.   Laju Inflasi di Provinsi Jawa Tengah                         52
GAMBAR 2.42.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Ekonomi Makro                               53
GAMBAR 2.43.   Nilai Rencana PMA yang Disetujui di Provinsi Jawa Tengah     54
GAMBAR 2.44.   Nilai Realisasi Investasi PMA di Provinsi Jawa Tengah        55
GAMBAR 2.45.   Nilai Rencana PMDN yang Disetujui di Provinsi Jawa Tengah    56
GAMBAR 2.46.   Nilai Realisasi Investasi PMDN di Provinsi Jawa Tengah       57
GAMBAR 2.47.   Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA di Provinsi Jawa
               Tengah                                                       58
GAMBAR 2.48.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Investasi                                   59
GAMBAR 2.49.   Panjang Jalan Nasional di Provinsi Jawa Tengah               60
GAMBAR 2.50.   Panjang Jalan Provinsi dan Kabupaten di Provinsi Jawa
               Tengah                                                       62
GAMBAR 2.51.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Infrastruktur                               64
GAMBAR 2.52.   Nilai Tukar Petani (NTP) per tahun di Provinsi Jawa Tengah   65
GAMBAR 2.53.   PDRB Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Tengah                66
GAMBAR 2.54.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Pertanian                                   67
GAMBAR 2.55.   Persentase Luas Lahan Rehabilitasi dalam Hutan terhadap
               Lahan Kritis di Provinsi Jawa Tengah                         68
GAMBAR 2.56.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Kehutanan                                   69
GAMBAR 2.57.   Jumlah Tindak Pidana Perikanan di Provinsi Jawa Tengah       70
GAMBAR 2.58.   Luas Kawasan Konservasi Laut di Provinsi Jawa Tengah         71
GAMBAR 2.59.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Kelautan                                    72
GAMBAR 2.60.   Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah           73
GAMBAR 2.61.   Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah         74
GAMBAR 2.62.   Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
               Untuk Sub Agenda Kesejahteraan Sosial                        75




                                                                                 vii
BAB I
                                  PENDAHULUAN




A.   LATAR BELAKANG

          Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
     Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari
     empat tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan,
     pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai
     suatu tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan secara
     sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi untuk
     menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan
     tersebut dilaksanakan.

          Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
     Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan.
     Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
     Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah
     (Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana
     pelaksanan RPJMN tersebut.

          Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
     Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014.
     Siklus pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu
     sama dengan siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN
     2010-2014 ini tidak bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka
     Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi (Jawa Tengah). Hal ini menyebabkan
     prioritas-prioritas dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah (yang memiliki tahun berlaku
     sejak 2008-2013) tidak selalu mengacu pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014.
     Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas/program antara RPJMN
     dengan RPJMD Provinsi Jawa Tengah.

          Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang
     berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
     Yang pertama adalah evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi
     Jawa Tengah berbasis pada indikator kinerja dan yang kedua penilaian keterkaitan




                                                                                         1
antara RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2008-2013 dengan RPJMN 2010-2014
berbasis pada prioritas pembangunan.

     Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009
adalah Evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap
sasaran) dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004-2009 yaitu agenda
Aman dan Damai; Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan
Rakyat.

     Untuk mengukur kinerja yang telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan
ketiga agenda tersebut, diperlukan identifikasi dan analisis indikator pencapaian.
Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMD Provinsi
dengan RPJMN 2010-2014 adalah membandingkan keterkaitan 11 prioritas
nasional dan 3 prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu juga
mengidentifikasi potensi lokal dan prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN
2010-2014. Adapun prioritas nasional dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1)
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan, 3) Kesehatan, 4)
Penanggulangan Kemiskinan, 5) Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7) Iklim
Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan
Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-konflik, 11)
Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas lainnya yaitu 1)
Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya, 3)
Perekonomian lainnya.

     Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada
perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk perbaikan kualitas
perencanaan di daerah, misalnya dengan penyesuaian atas dokumen Rencana
Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah pada tahun-tahun
berikutnya (2011-2013). Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar
bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan daerah, khususnya
yang tepat untuk diterapkan di Provinsi Jawa Tengah.

     Pelaksanaan EKPD dilakukan secara eksternal untuk memperoleh masukan
yang lebih independen terhadap pelaksanaan RPJMN di daerah. Berdasarkan hal
tersebut, Bappenas cq. Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan melaksanakan
kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) yang bekerja sama
dengan 33 Perguruan Tinggi selaku evaluator eksternal dan dibantu oleh
stakeholders daerah. Pada pelaksanaan EKPD di Provinsi Jawa Tengah, Bappenas




                                                                                     2
telah menunjuk Tim Independen dari Universitas Diponegoro, dalam hal ini
     ditugaskan pada Program Studi Magister Administrasi Publik (MAP).




B.   TUJUAN DAN SASARAN

          Tujuan kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Tahun 2010
     di Provinsi Jawa Tengah adalah:

     1.   Untuk   melihat   sejauh   mana    pelaksanaan    RPJMN       2004-2009   dapat
          memberikan kontribusi pada pembangunan di Provinsi Jawa Tengah;

     2.   Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome)
          dalam RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam RPJMD
          Provinsi Jawa Tengah 2008-2013.

          Sasaran yang diharapkan dari kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan
     Daerah (EKPD) Tahun 2010 di Provinsi Jawa Tengah meliputi:

     1.   Tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di
          Provinsi Jawa Tengah;

     2.   Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi Jawa
          Tengah 2008-2013 dengan RPJMN 2010-2014.




C.   KELUARAN

          Hasil yang diharapkan dari Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi
     Jawa Tengah Tahun 2010 adalah:

     1.   Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009
          di Provinsi Jawa Tengah;

     2.   Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi Jawa Tengah
          2008-2013 dengan RPJMN 2010-2014.

          Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010,
     diperoleh melalui tahapan sebagai berikut:

     1.   Evaluasi Pencapaian Pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi Jawa
          Tengah, terdiri atas 4 (empat) tahapan, yaitu:
          a.    Mengidentifikasi dan melengkapi data tabel indikator,
          b.    Pemilihan data yang dijadikan fokus analisis,



                                                                                            3
c.      Menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif (how and why),
     d.      Menyusun rekomendasi berdasarkan agenda pembangunan.

2.   Evaluasi Keterkaitan RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2008-2013 dengan
     RPJMN 2010-2014, terdiri atas 4 (empat) tahapan, yaitu:
     a.      Mengumpulkan dan mempelajari dokumen RPJMN dan RPJMD,
     b.      Menyandingkan       prioritas/program       daerah    dengan     prioritas
             pembangunan nasional,
     c.      Menganalisis prioritas/program daerah yang mendukung pencapaian
             target prioritas pembangunan nasional,
     d.      Menyusun rekomendasi kebijakan untuk penyempurnaan RPJMD dan
             RPJMN.

     Penarikan     kesimpulan    pada    jenis   evaluasi   yang   pertama   (Evaluasi
Pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi Jawa Tengah), menggunakan
kategorisasi tingkat capaian, hal ini dirasakan perlu untuk dilakukan untuk
mempertajam hasil analisis dan mempertegas rekomendasi yang dirumuskan. Cara
penyusunan kategorinya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.   Penentuan nilai rata-rata untuk setiap indikator,
2.   Penentuan posisi nilai tahunan (atas, sama, bawah) dibandingkan nilai rata-
     rata indikator,
3.   Penentuan kesimpulan kategori indikator berdasarkan perbandingan dominasi
     posisi nilai tahunan (di atas : di bawah); ada 3 tipe sebaran data tahunan: a)
     Tipe Pertama: sangat baik (6:0 dan 5:1), baik (4:2), cukup baik (3:3), kurang
     baik (2:4), dan tidak baik (1:5 dan 0:6); b Tipe Kedua: sangat baik (5:0), baik
     (4:1), cukup baik (3:2 dan 2:3), kurang baik (1:4), dan tidak baik (0:5); c) Tipe
     Ketiga: sangat baik (4:0), baik (3:1), cukup baik (2:2), kurang baik (1:3), dan
     tidak baik (0:4). Perbedaan tipe dapat terjadi karena ditemukannya kesamaan
     nilai tahunan dengan nilai rata-rata.
4.   Penentuan kesimpulan kategori sub agenda atau agenda pembangunan
     didasarkan pada nilai skor perolehan kategori indikator, yaitu: a) sangat baik
     (skor 5), b) baik (skor 4), cukup baik (skor 3), kurang baik (skor 2), dan tidak
     baik (skor 1); yang dijumlahkan, kemudian di rata-rata.
5.   Nilai    rata-rata   sub   agenda    atau   agenda     pembangunan      kemudian
     dikategorisasi sebagaimana pada nomor 4 di atas.




                                                                                          4
BAB II
                 HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009




A.   AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI


     1.   Indikator

                 Indikator kinerja pembangunan daerah yang digunakan untuk mengukur
          kinerja pelaksanaan agenda pembangunan Indonesia yang aman dan damai
          di Provinsi Jawa Tengah adalah: 1) Indeks Kriminalitas, 2) Persentase
          Penyelesaian       Kasus      Kejahatan      Konvensional,       dan    3)     Persentase
          Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional. Kondisi data untuk setiap
          indikator kinerja tersebut selama kurun waktu 2004-2009 di Provinsi Jawa
          Tengah tampak pada tabel di bawah ini:

                                                   Tabel 2.1.
            Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk
                    Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai
                 Indikator           2004    2005     2006      2007     2008    2009     Sumber
            a.    Indeks             65,21   54,97    62,74     66,13    67,35   67,91     Polda
                  Kriminalitas                                                             Jateng
            b.    Persentase         64,30   20,60    72,10     76,10    70,50   65,20     Polda
                  Penyelesaian                                                             Jateng
                  Kasus
                  Kejahatan
                  Konvensional
            c.    Persentase         97,10   106      107,10    113,40   96,70   79,80     Polda
                  Penyelesaian                                                             Jateng
                  Kasus
                  Kejahatan
                  Transnasional


                 Selanjutnya pada bagian berikut ini akan disajikan analisis untuk setiap
          indikator dan diakhiri dengan analisis gabungan indikator, sebagai berikut:


     2.   Analisis Pencapaian Indikator


          Indeks Kriminalitas

                 Kondisi kriminalitas di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun
          terakhir (2004-2009) cenderung menunjukan kondisi yang stabil, yaitu aman,



                                                                                                      5
tertib, dan terkendali, dengan angka indeks kriminalitas berkisar pada angka
sebesar 54% sampai dengan 67%. Apabila dilihat dari sisi fokus
kecenderungan indeks kriminalitas selama lima tahun terakhir (2004-2009),
tampak bahwa pada tahun 2005, Provinsi Jawa Tengah memiliki indeks
kriminalitas yang terendah, yang disebabkan oleh: 1) adanya peningkatan
partisipasi masyarakat terhadap kepedulian Pam Swakarsa dan upaya-upaya
pencegahan yang diprakarsai oleh para Babinkamtibmas; 2) intensitas operasi
khusus mandiri kewilayahan yang digalakkan dan digelarkan ke seluruh
jajaran Provinsi Jawa Tengah sehingga berdampak sosiologis.




                               Gambar 2.1.
              Indeks Kriminalitas di Provinsi Jawa Tengah

     Untuk kondisi pada tahun-tahun berikutnya cenderung mengalami
peningkatan – walaupun relatif kecil – sampai dengan tahun 2009, yang
disebabkan oleh: 1) adanya permasalahan lapangan kerja atau tenaga kerja
yang tidak tertampung serta adanya PHK di berbagai perusahaan; 2) faktor-
faktor kriminalogin dalam aspek-aspek kehidupan masyarakat yang pada
situasi tertentu dapat berkembang menjadi police hazard; 3) banyak faktor
kriminalogin yang berada di luar jangkauan seperti masalah pengangguran,
lapangan pekerjaan, kemiskinan, drop out dan lain-lain; 4) partisipasi
masyarakat menurun, kurang aktif memberi informasi dan kecenderungan
bahwa hokum identik dengan figur aparat, enggan melapor sehingga hal
tersebut dapat mempersulit operasional. Pada tahun 2008 indeks kriminalitas
di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 67,35%, kemudian pada tahun




                                                                               6
2009 mencapai angka 67,91%, sehingga dibandingkan indeks kriminalitas
pada tahun 2008 maka indeks kriminalitas pada tahun 2009 mengalami
peningkatan sebesar 0,56%.



Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional




                                  Gambar 2.2.
          Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional
                          di Provinsi Jawa Tengah

     Salah satu indikator penentu terciptanya Indonesia yang aman dan
damai adalah efektifnya langkah-langkah yang dilakukan dalam penegakan
hukum. Hal ini dapat ditunjukan dengan penyelesaian kasus-kasus kejahatan,
baik konvensional maupun transnasional. Untuk kondisi di Provinsi Jawa
Tengah, ternyata dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) persentase
penyelesaian kasus kejahatan konvensional cenderung menunjukan kondisi
yang fluktuatif, dimana tahun 2005 ditemukan persentase yang terendah,
yang disebabkan oleh: 1) kemampuan SDM belum memadai; 2) tingkat
kemampuan      personil   belum   mencapai      plafon   yang   ditargetkan;    3)
keterbatasan sarana, materiil atau logistik yang tersedia, baik kuantitas
maupun kualitas, kemudian meningkat lagi secara drastis pada tahun 2006
dan mencapai puncaknya tahun 2008, yang disebabkan oleh: 1) peran
anggota    semakin    baik   dalam    upaya     mengungkap      kejahatan      dan
penyelesaiannya; 2) meningkatnya kesadaran hukum masyarakat dan peran
serta aktif memberikan informasi kepada Polda; 3) koordinasi antarfungsi dan



                                                                                     7
antarinstansi cukup baik dan sinergi. Pada tahun 2008 persentase
penyelesaian kasus kejahatan konvensional di Provinsi Jawa Tengah
mencapai angka 70,5%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 65,2%,
sehingga   dibandingkan        persentase   penyelesaian      kasus    kejahatan
konvensional    pada   tahun    2008   maka     terjadi   penurunan   persentase
penyelesaian kasus kejahatan konvensional di Provinsi Jawa Tengah yaitu
sebesar 5,3%.


Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional




                                  Gambar 2.3.
        Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional
                          di Provinsi Jawa Tengah

     Kejahatan transnasional yang sekarang ini marak di berbagai belahan
dunia, ternyata juga ditemukan di Provinsi Jawa Tengah, terutama dalam
bentuk kejahatan uang palsu, narkoba, terorisme, penyelundupan senjata api,
perdagangan wanita atau anak, money laundry, dan cyber crime. Hal ini
menunjukan bahwa Provinsi Jawa Tengah telah menjadi salah satu area
tujuan kejahatan transnasional. Persentase penyelesaian kasus kejahatan
transnasional di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-
2009) cenderung memiliki grafik yang stabil, berkisar antara 79% sampai
dengan 113%, dimana tahun 2007 menjadi puncak tertinggi (113,4%), yang
disebabkan oleh: 1) diadakannya gelar operasi mandiri kewilayahan (operasi
antic dengan sasaran narkoba, operasi hutan lestari dengan sasaran illegal
loging, operasi bunga dengan sasaran perdagangan atau penyelundupan


                                                                                   8
wanita dan anak); 2) peran serta masyarakat lebih aktif dan berhasil guna
untuk mengungkap kejahatan transnasional. Pada tahun 2008 persentase
penyelesaian kasus kejahatan transnasional mencapai 96,7%, kemudian pada
tahun 2009 mencapai 79,8%, sehingga dibandingkan pada tahun 2008
persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional pada tahun 2009
mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 16,9%.


Analisis Gabungan Agenda Pembangunan Mewujudkan Indonesia yang
Aman dan Damai




                                 Gambar 2.4.
  Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk
        Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai

     Pada tahapan analisis gabungan untuk agenda Indonesia yang aman
dan damai, pada kasus Jawa Tengah, dapat disimpulkan adanya kondisi
keamanan dan ketertiban yang cukup baik. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah
telah berhasil mengadakan berbagai program terkait dengan hukum dan
kamtibmas selama beberapa tahun terakhir. Keberhasilan ini menentukan
dalam tercapainya angka indeks kriminalitas di Provinsi Jawa Tengah yang
relatif stabil, yaitu pada kisaran 65,21% sampai dengan 67,91%.

     Kondisi   stabilitas   daerah   yang   kondusif   ini,   diperkuat   dengan
keberhasilan Provinsi Jawa Tengah dalam pelaksanaan penegakan hukum,
antara lain penegakan hukum untuk kejahatan konvensional maupun
kejahatan transnasional. Hal menarik yang ditemukan terkait dengan kondisi




                                                                                   9
indikator ini adalah, adanya kesesuaian kondisi persentase penyelesaian
          kasus kejahatan konvensional dengan kondisi indeks kriminalitas (seperti
          yang tampak pada Gambar 2.4.). Artinya, secara data dapat disimpulkan
          bahwa semakin baik penegakan hukum maka akan semakin baik angka
          indeks kriminalitasnya.


     3.   Rekomendasi Kebijakan

               Dalam rangka pencapaian misi agenda Indonesia yang aman dan
          damai, perlu terus diupayakan untuk penciptaan stabilitas daerah yang
          kondusif bagi pelaksanaan pembangunan. Beberapa langkah strategis yang
          diremokendasikan untuk mewujudkan Provinsi Jawa Tengah yang aman dan
          damai antara lain: 1) peningkatan sinkronisasi, harmonisasi produk-produk
          hukum pusat dan daerah, pengembangan kapasitas kelembagaan hukum
          dan kualitas aparatur hukum, serta peningkatan kesadaran masyarakat dalam
          rangka meningkatkan kepastian hukum: 2) peningkatan             kesadaran   dan
          pengembangan         budaya masyarakat maupun           aparat dalam memahami
          prinsip-prinsip dasar hukum dan HAM             melalui pemasyarakatan dan
          pendidikan hukum dan HAM; 3) peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban
          melalui      upaya   menjaga    kerukunan      sosial    kemasyarakatan     yang
          diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi wilayah, penduduk, dan
          sosial masyarakat dengan mengutamakan penegakan hukum dan HAM.




B.   AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS


     1.   Indikator

               Indikator kinerja pembangunan daerah yang digunakan untuk mengukur
          kinerja pelaksanaan agenda pembangunan Indonesia yang adil dan
          demokratis di Provinsi Jawa Tengah, dikelompokan ke dalam 2 (dua) sub
          agenda (tampak pada Tabel 2.2. di bawah), yaitu: 1) Pelayanan Publik, yang
          kinerjanya diukur dengan indikator: a) Persentase kasus korupsi yang
          tertangani     dibandingkan    dengan   yang      dilaporkan,   b)   Persentase
          kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, dan c)
          Persentase pelaporan kabupaten/kota Wajar dengan pengecualian; dan 2)
          Demokrasi, dengan indikator kinerja: a) Gender Development Index (GDI)



                                                                                             10
dan b) Gender Empowerment Measurement (GEM). Kondisi data indikator
pada setiap sub agenda tersebut selama kurun waktu 2004-2009 di Provinsi
Jawa Tengah tampak pada tabel di bawah ini:

                                         Tabel 2.2.
  Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk
        Agenda Pembangunan Indonesia yang Adil dan Demokratis
       Indikator        2004      2005     2006       2007    2008      2009        Sumber
 1.    PELAYANAN
       PUBLIK
  a.   Persentase        77,2     87,5      81,4      14,2    42,80     42,80       Polda
       kasus korupsi                                                                Jateng
       yang
       tertangani
       dibandingkan
       dengan yang
       dilaporkan
  b.   Persentase       14,29     28,57    82,86      94,29   100,00   100,00   Biro Orpeg
       kabupaten/kota                                                              Setda
       yang memiliki                                                               Prov.
       peraturan                                                                  Jateng
       daerah satu
       atap
  c.   Persentase       100,00    94,29    97,14      88,57   85,71    100,00    BPK – RI
       pelaporan                                                                Perwakilan
       kabupaten/kota                                                              Jat
       Wajar dengan                                                                eng
       Pengecualian
 2.    DEMOKRASI
  a.   Gender           59,80     60,80    63,70      64,28   65,66     66,61       BP3AKB
       Development                                                                    Prov.
       Index (GDI)                                                                   Jateng
  b.   Gender           56,50     56,90    59,30      59,70   59,76     61,23       BP3AKB
       Empowerment                                                                    Prov.
       Measurement                                                                   Jateng
       (GEM)

       Selanjutnya pada bagian berikut ini akan disajikan analisis untuk setiap
indikator   dan    diakhiri     dengan     analisis     gabungan       indikator,    dengan
menggunakan grafik garis, khususnya ditekankan pada kondisi yang melatar
belakangi terjadinya fluktuasi pada titik-titik fokus pengamatan.




                                                                                              11
2.   Analisis Pencapaian Indikator


     PELAYANAN PUBLIK

     Persentase Kasus Korupsi Yang Tertangani Dibandingkan Dengan Yang
     Dilaporkan




                                     Gambar 2.5.
            Persentase Kasus Korupsi yang Tertangani Dibandingkan
                  dengan yang Dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah

          Korupsi merupakan salah satu penyakit birokrasi yang paling ditekankan
     pemberantasannya dalam RPJMN 2004-2009 dalam rangka mewujudkan
     Indonesia yang adil dan demokratis. Penanganan kasus korupsi juga menjadi
     prioritas penting pembangunan di Provinsi Jawa Tengah. Persentase kasus
     korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan di Provinsi
     Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung
     menunjukan kondisi yang fluktuatif, dimana tahun 2007 ditemukan persentase
     yang terendah. Pada tahun 2008 persentase kasus korupsi yang tertangani
     dibandingkan dengan yang dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah mencapai
     angka 42,80% dan pada tahun 2009 angka tersebut tidak berubah atau tetap.




                                                                                   12
Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan
Satu Atap




                              Gambar 2.6.
      Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah
             Pelayanan Satu Atap di Provinsi Jawa Tengah

     Salah satu tugas pemerintah daerah adalah melayani masyarakat, untuk
mempermudah serta untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat
maka pemerintah daerah menggunakan prinsip pelayanan satu atap yang
dirangkum dalam peraturan daerah pelayanan satu atap. Persentase
kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap di
Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009)
menunjukan kecenderungan yang fluktuatif, dimana persentase tertinggi pada
tahun 2006 yang disebabkan oleh adanya regulasi Permendagri 24/2006 yang
mengatur tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PPTSP). Pada tahun 2008 persentase kabupaten/kota yang memiliki
peraturan daerah pelayanan satu atap di Provinsi Jawa Tengah telah
mencapai angka 100% dan pada tahun 2009 angka tersebut tidak mengalami
perubahan atau tetap. Hal ini dikarenakan adanya regulasi tentang
kelembagaan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah dan adanya Keputusan Presiden Nomor 27
Tahun 2009 tentang PPTSP bidang penanaman modal.

     Keseriusan pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk meningkatkan
pelayanan kepada publik didukung dengan adanya program-program


                                                                             13
pembangunan sebagai berikut: 1) pengembangan sistem dan peningkatan
kualitas pelayanan publik melalui peningkatan sarana prasarana aparatur
dan   kompetensi     sesuai       dengan kewenangan            berdasarkan   Standar
Pelayanan     Minimal       (SPM)         pada       bidang pelayanan dasar; 2)
pengembangan       sistem     dan     peningkatan      kualitas     penyelenggaraan
pemerintahan yang       efektif     dan    efisien    sesuai     prinsip-prinsip good
governance melalui peningkatan akuntabilitas, transparansi, kesetaraan dan
keadilan, serta partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah; dan 3) peningkatan pelaksanaan otonomi daerah.

Persentase Pelaporan Kabupaten/Kota Wajar dengan Pengecualian




                                    Gambar 2.7.
              Persentase Pelaporan Kabupaten/Kota Wajar
             dengan Pengecualian di Provinsi Jawa Tengah

      Salah satu indikator dalam mewujudkan Indonesia yang adil dan
demokratis adalah persentase pelaporan Kabupaten/Kota Wajar dengan
Pengecualian, hal ini dilakukan untuk membersihkan Provinsi Jawa Tengah
dari kegiatan-kegiatan yang merugikan rakyat. Persentase pelaporan
Kabupaten/Kota Wajar dengan Pengecualian di Provinsi Jawa Tengah dalam
6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) menunjukan kondisi yang cukup tinggi,
yaitu berkisar antara 85% hingga 100%, dimana tahun 2005 dan 2006
menjadi titik tertinggi (97,22%), yang disebabkan oleh belum diberlakukannya
standar akuntansi pemerintah. Tahun 2008 menjadi titik terendah, yang
disebabkan adanya 4 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)




                                                                                        14
mendapat opini disclaimer. Pemberlakuan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Pengelolaan Keuangan
Daerah berdampak bagi pemerintah daerah untuk menata ulang sistem
keuangan sampai dengan pelaporannya. Pada tahun 2008 Persentase
pelaporan kabupaten/kota wajar dengan pengecualian di Provinsi Jawa
Tengah mencapai angka 85,71% kemudian pada tahun 2009 mencapai angka
100%. Sehingga dibandingkan persentase pelaporan kabupaten/kota Wajar
dengan Pengecualian pada tahun 2008 maka persentase pelaporan
kabupaten/kota Wajar dengan Pengecualian pada tahun 2009 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 14,29%.

Analisis Gabungan Sub Agenda Pelayanan Publik




                               Gambar 2.8.
     Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
                  Untuk Sub Agenda Pelayanan Publik

     Pada tahapan analisis gabungan untuk sub pelayanan publik, pada
kasus Jawa Tengah, dapat disimpulkan adanya pelayanan publik yang cukup
baik. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah berhasil mengadakan berbagai




                                                                           15
program   terkait   dengan   pelayanan   publik   beberapa   tahun   terakhir.
Keberhasilan ini menentukan dalam tercapainya persentase pelaporan
Kabupaten/Kota Wajar dengan Pengeculian yang cukup tinggi di Provinsi
Jawa Tengah, yaitu pada kisaran 85% sampai dengan 100%. Pelayanan
publik yang cukup baik sampai sekarang semua Kabupaten/Kota di Provinsi
Jawa Tengah telah memiliki Perda OSS (100%).


DEMOKRASI

Gender Development Index (GDI)




                                Gambar 2.9.
       Gender Development Index (GDI) di Provinsi Jawa Tengah

     Pengarusutamaan gender beberapa tahun terakhir menjadi agenda
penting sebagai salah satu indikator terwujudnya kehidupan yang adil dan
demokratis, seiring dengan adanya target-target dalam MDG’S. Gender
Development Index (GDI) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun
terakhir (2004-2009) menunjukan angka yang stabil dan cenderung meningkat
setiap tahunnya, dimana pada tahun 2005 GDI naik menjadi 60,80% dari
tahun 2004 sebesar 59,80%, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi
63,70%, pada tahun 2007 naik menjadi 64,28%. Pada tahun 2008 GDI di
Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 64,66%, kemudian pada tahun 2009
mencapai angka 66.61%, sehingga dibandingkan GDI pada tahun 2008 maka
GDI pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 1,95%.




                                                                                 16
Gender Empowerment Measurement (GEM)




                                  Gambar 2.10.
  Gender Empowerment Measurement (GEM) di Provinsi Jawa Tengah

     Salah   satu   indikator     pengarusutamaan        gender   yang   dianggap
mempunyai sumbangan besar terhadap kehidupan yang adil dan demokratis
adalah Gender Empowerment Measurement (GEM). Gender Empowerment
Measurement (GEM) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir
(2004-2009) menunjukan kondisi yang stabil dan cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2005 GEM naik menjadi
56,90% dari tahun 2004 yang sebesar 56,50%, kemudian pada tahun 2006
naik menjadi 59,30%, pada tahun 2007 naik menjadi 59,70%. Pada tahun
2008 GEM Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 59,76%, kemudian pada
tahun 2009 mencapai angka 61,23%, sehingga dibandingkan GEM pada
tahun 2008 maka GEM pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar
1,47%. Peningkatan persentase GEM pada lima tahun terakhir ditandai
dengan   meningkatnya       keterlibatan    perempuan       dalam    pengambilan
keputusan.   Keterlibatan       tersebut   ditunjukkan     adanya    peningkatan
keterwakilan perempuan di parlemen. Hasil Pemilu 2009, persentase
perempuan di parlemen sebanyak 23,90%. Indikator lain yang menunjang
meningkatnya GEM adalah meningkatnya jumlah perempuan dalam Eselon II
yang pada tahun 2007 tercatat 9 orang, juga terlibatnya perempuan dalam
berbagai jabatan publik, seperti pengurus BPD, kepala sekolah, lurah, dan
camat.



                                                                                    17
Analisis Gabungan Sub Agenda Demokrasi




                              Gambar 2.11.
     Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
                      Untuk Sub Agenda Demokrasi

     Berdasarkan data tersebut di atas, pada tahun 2006 terjadi peningkatan
Gender Development Index (GDI) sebesar 60,80% yang disebabkan adanya
peningkatan Gender Empowerment Measurement (GEM). Tahun 2008 GDI
kembali mengalami peningkatan menjadi 64,66% karena adanya prioritas
pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun
2008-2013 yang menitikberatkan pada pengembangan dan           peningkatan
pemberdayaan perempuan melalui kesetaraan dan keadilan gender dalam
berbagai bidang kehidupan serta perlindungan anak dan remaja sesuai
dengan norma-norma agama dan falsafah Pancasila serta peraturan
perundangan. Hal ini juga didukung dengan adanya program-program
pembangunan    yang    menitikberatkan   pada:   1)   keserasian   kebijakan
peningkatan kualitas anak dan perempuan; 2) penguatan kelembagaan
pengarusutamaan gender dan anak; 3) peningkatan kualitas hidup dan
perlindungan perempuan dan anak; 4) peningkatan peran serta anak dan
kesetaraan gender dalam pembangunan.




                                                                               18
3.   Rekomendasi Kebijakan

          Dalam rangka pencapaian misi agenda mewujudkan Indonesia yang adil
     dan demokratis, perlu terus diupayakan peningkatan pelayanan publik dan
     demokrasi di Provinsi Jawa Tengah demi tercapainya tujuan pembangunan.
     Beberapa langkah strategis yang diremokendasikan untuk mewujudkan
     Provinsi Jawa Tengah yang aman dan damai antara lain:
     a.   Peningkatan sinkronisasi, harmonisasi produk-produk hukum pusat dan
          daerah, pengembangan kapasitas kelembagaan hukum dan kualitas
          aparatur hukum, serta peningkatan kesadaran masyarakat dalam
          rangka meningkatkan kepastian hukum;
     b.   Peningkatan kualitas dan budaya kerja aparatur dalam rangka
          menunjang tata pengelolaan pemerintahan yang baik;
     c.   Pengembangan dan peningkatan proses demokratisasi, politik, dan
          penegakan hukum serta HAM melalui peningkatan partisipasi dan
          pendidikan    politik   rakyat serta profesionalisme aparat dan penegak
          hukum;
     d.   Peningkatan     kesadaran     dan     pengembangan     budaya masyarakat
          maupun    aparat dalam memahami prinsip-prinsip dasar hukum dan
          HAM melalui pemasyarakatan dan pendidikan hukum dan HAM;
     e.   Pengembangan sistem dan peningkatan kualitas pelayanan publik
          melalui peningkatan      sarana     prasarana   aparatur   dan   kompetensi
          sesuai dengan kewenangan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal
          (SPM) pada bidang pelayanan dasar;
     f.   Pengembangan sistem dan peningkatan kualitas penyelenggaraan
          pemerintahan yang efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip good
          governance melalui peningkatan akuntabilitas, transparansi, kesetaraan
          dan keadilan, serta partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
          pemerintahan daerah; dalam kerangka peningkatan pelaksanaan
          otonomi daerah;
     g.   Pengembangan dan peningkatan pemberdayaan perempuan melalui
          kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan
          serta perlindungan anak dan remaja sesuai dengan norma-norma
          agama dan falsafah Pancasila serta peraturan perundangan; disertai
          dengan   keserasian       kebijakan    peningkatan    kualitas   anak   dan




                                                                                        19
perempuan; penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan
               anak; peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan
               anak; dan peningkatan peran serta anak dan kesetaraan gender dalam
               pembangunan.




C.   AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT


     1.   Indikator

               Indikator kinerja pembangunan daerah yang digunakan untuk mengukur
          kinerja pelaksanaan agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat di Provinsi
          Jawa Tengah, dikelompokan ke dalam 11 (sebelas) sub agenda, yaitu: 1)
          Indeks Pembangunan Manusia; 2) Pendidikan, yang diukur dengan
          indikator: a) Angka Partisipasi Murni SD/MI, b) Angka Partisipasi Kasar SD/MI,
          c) Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs, d) Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA, e)
          Angka Putus Sekolah SD, f) Angka Putus Sekolah SMP/MTs, g) Angka Putus
          Sekolah Menengah, h) Angka Melek Aksara 15 Tahun ke Atas, i) Persentase
          Jumlah Guru Layak Mengajar SMP/MTs, dan j) Persentase Jumlah Guru
          Layak Mengajar Sekolah Menengah; 3) Kesehatan, dengan indikator: a)
          Umur Harapan Hidup (UHH), b) Angka Kematian Bayi (AKB), c) Prevalensi
          Gizi Buruk, d) Prevalensi Gizi Kurang, dan e) Persentase Tenaga Kesehatan
          per Penduduk; 4) Keluarga Berencana, dengan indikator: a) Persentase
          Penduduk ber-KB, b) Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk, dan c) Total
          Fertility Rate (TFR); 5) Ekonomi Makro, yang mencakup indikator: a) Laju
          Pertumbuhan Ekonomi, b) Persentase Ekspor terhadap PDRB, c) Persentase
          Output Manufaktur terhadap PDRB, d) Pendapatan per Kapita, dan e) Laju
          Inflasi; 6) Investasi, mencakup indikator: a) Nilai Rencana PMA yang
          Disetujui, b) Nilai Realisasi Investasi PMA, c) Nilai Rencana PMDN yang
          Disetujui, d) Nilai Realisasi Investasi PMDN, dan e) Realisasi Penyerapan
          Tenaga Kerja PMA; 7) Infrastruktur, yang mencakup indikator: a) Panjang
          Jalan Nasional Berdasarkan Kondisi Baik, Sedang, dan Buruk, dan b) Panjang
          Jalan Provinsi Berdasarkan Kondisi Baik, Sedang, dan Buruk, 8) Pertanian,
          yang mencakup indikator: a) Nilai Tukar Petani (NTP) dan b) PDRB Sektor
          Pertanian; 9) Kehutanan, yang mencakup indikator: Persentase Luas Lahan
          Rehabilitasi dalam Hutan terhadap Lahan Kritis; 10) Kelautan, yang
          mencakup indikator: a) Jumlah Tindak Pidana Perikanan dan b) Luas


                                                                                           20
Kawasan Konservasi Laut; dan 11) Kesejahteraan Sosial, yang mencakup
                   indikator: a) Persentase Penduduk Miskin dan b) Tingkat Pengangguran
                   Terbuka. Indikator kinerja pembangunan daerah untuk agenda pembangunan
                   meningkatkan kesejahteraan rakyatpada setiap sub agenda tersebut selama
                   2004-2009 di Provinsi Jawa Tengah tampak pada tabel di bawah ini:

                                                   Tabel 2.3
          Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk Agenda
                              Pembangunan Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
            Indikator              2004     2005         2006     2007     2008          2009
1.        IPM                    68,90    69,80        70,25    70,92    71,60         72,10
2.        PENDIDIKAN
 a.       Angka Partisipasi      90,67    89,72        89,98    92,21    92,77         92,96
          Murni (SD/MI)
 b.       Angka Partisipasi     103,56    104,87      105,25    108,01   108,03        108,09
          Kasar (SD/MI)
 c.       Rata-rata nilai        5,12      5,86        6,37      6,29     6,00          6,22
          akhir (SMP/MTs)
 d.       Rata-rata nilai        5,44      5,46        7,33      7,22     7,06          6,89
          akhir
          (SMA/SMK/MA)
 e.       Angka Putus            0,33      0,31        0,24      0,24     0,23          0,22
          Sekolah SD
 f.       Angka Putus            1,01      1,20        0,91      0,91     0,90          0,64
          Sekolah
          SMP/MTs
 g.       Angka Putus            1,09      1,18        1,23      1,12     1,10          0,77
          Sekolah
          Menengah
 h.       Angka melek            86,70    87,40        88,24    88,62    89,24         89,46
          aksara 15 tahun
          keatas
     i.   Persentase             72,00    73,00        79,87    81,66    81,75         82,80
          jumlah guru yang
          layak mengajar
          SMP/MTs
     j.   Persentase             64,39    65,15        67,46    75,13    75,21         78,74
          jumlah guru yang
          layak mengajar
          Sekolah
          Menengah
3.        KESEHATAN
 a.       Umur Harapan           69,70    70,60        70,80    70,90    71,10         71,25
          Hidup (UHH)
 b.       Angka Kematian         14,23    23,71        11,03    10,48     9,27         10,25
          Bayi (AKB)
 c.       Prevalensi Gizi        1,88      1,88        1,78      4,00     4,00          4,00
          buruk (%)
 d.       Prevalensi Gizi        15,13    15,13        13,54    12,00    12,00         12,00
          kurang (%)
 e.       Persentase             13,22    13,67        14,03    14,08    14,00           -
          tenaga kesehatan
          perpenduduk
4.        KELUARGA
          BERENCANA
 a.       Persentase             77,65    78,26        77,26    88,42    78,09         78,32
          penduduk ber-KB
 b.       Persentase laju        0,80     -1,29        0,63      0,63     0,67          0,37



                                                                                                21
Indikator               2004           2005           2006           2007           2008            2009
      pertumbuhan
      penduduk
 c.   Total Fertility          2,18           2,18           2,10           2,30           2,30            2,30
      Rate (TFR)
5.    EKONOMI
      MAKRO
 a.   Laju                     5,13           5,35           5,33           5,59           5,46            4,71
      Pertumbuhan
      ekonomi
 b.   Persentase              55,56          49,47          42,94          46,79          49,74           46,07
      ekspor terhadap
      PDRB
 c.   Persentase              32,64          33,71          32,85          33,14          33,08           31,45
      output
      Manufaktur
      terhadap PDRB
 d.   Pendapatan per       5.220.326,86   6.275.651,39   7.538.997,91   8.281.309,54   9.522.019,88   10.228.762,636
      kapita (dalam juta
      rupiah)
 e.   Laju Inflasi             5,76          15,97           6,53           6,24           9,55            3,22
6.    INVESTASI
 a.   Nilai Rencana        3.086.867,96   610.432,00     142.388,82     374.233,50     1.934.813,78    467,655,15
      PMA yang
      disetujui
 b.   Nilai Realisasi      504.630,00     550.512,44     381.668,71     317.165,10      39.488,86        9.604,14
      Investasi PMA
 c.   Nilai Rencana        5.680.617,36   1.912.678,00   3.821.468,58   1.306.994,53   2.578.988,46    1.017.467,10
      PMDN yang
      sietujui
 d.   NIlai Realisasi      1.900.000,00   5.756.775,87   5.067.314,48   1.191.875,23   1.336.340,57    1.342.795,38
      Investasi PMDN
 e.   Realisasi               8889           8162           20443          26336          13341         23,557,60
      penyerapan
      tenaga kerja PMA
7.    INFRA-
      STRUKTUR
 a.   Panjang jalan
      nasional
      berdasarkan
      kondisi dalam
      persen
        Baik                 78,11          69,90          81,09          78,25          82,96           81,84
        Sedang               18,08          24,99          15,80          16,52          12,83           13,53
        Buruk                 3,80           5,10           3,10           5,21           4,19            4,62
 b.   Panjang jalan
      provinsi dan
      kabupaten
      berdasarkan
      kondisi dalam
      persen
        Baik                 64,81          62,85          58,09          67,36          77,55           84,09
        Sedang               24,39          24,98          24,36          17,95          15,22           13,34
        Buruk                10,78          12,15          17,53          14,68           7,21            2,57
8.    PERTANIAN
 a.   Nilai tukar petani      91,42          91,89          96,65         103,12          99,77           98,57
      per tahun
 b.   PDRB sektor              5,33           4,61           3,60           2,78           5,09            4,38
      pertanian (harga
      konstan)
9.    KEHUTANAN
 a.   Persentase Luas           -             2,68           2,69           9,30           3,14            1,55
      lahan rehabilitasi
      dalam hutan




                                                                                                                       22
Indikator             2004        2005             2006         2007       2008            2009
       terhadap lahan
       kritis
10     KELAUTAN
.
  a.   Jumlah tindak          33.00       32.00            17.00        9.00       3.00        14.00
       pidana perikanan
 b.    Luas kawasan             -              -          110.117    110.117      110.117      122.09
       konservasi laut
11     KESEJAHTERAA
.      N SOSIAL
  a.   Persentase             21,11       20,49            22,19      20,43        19,23       17,72
       penduduk miskin
 b.    Tingkat                6,44        8,51             8,20         8,10       7,12            7,28
       pengangguran
       terbuka
Sumber lihat lampiran


       2.      Analisis Pencapaian Indikator


               INDEKS PEMBANGUNAN INDONESIA (IPM)




                                                         Gambar 2.12.
                          Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Jawa Tengah

                          Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi salah satu tolak ukur
               keberhasilan suatu negara dalam menyejahterakan masyarakatnya. IPM
               mengukur capaian pembangunan manusia berdasarkan jumlah komponen
               dasar       kualitas   hidup.       IPM   dihitung   berdasarkan     data    yang      dapat
               menggambarkan empat komponen yaitu Umur Harapan Hidup, angka melek
               huruf, rata-rata lama sekolah, serta pengeluaran per kapita sebagai
               pendekatan pendapatan. Kondisi IPM di Provinsi Jawa Tengah menunjukan



                                                                                                              23
kondisi yang stabil, dimana Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi
Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) mengalami
kecenderungan naik setiap tahun. Pada tahun 2005 IPM naik menjadi 69,80%
dibandingkan tahun 2004 sebesar 68,90%, kemudian pada tahun 2006 naik
menjadi 70,25% dan pada tahun 2007 naik menjadi 70,92%. Pada tahun 2008
IPM di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 71,60%, kemudian pada tahun
2009 mencapai angka 72,10%, sehingga dibandingkan IPM pada tahun 2008
maka IPM pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,50%.


Analisis Gabungan Sub Agenda Indeks Pembangunan Manusia




                             Gambar 2.13.
     Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
           Untuk Sub Agenda Indeks Pembangunan Manusia

     Dapat dilihat bahwa IPM di Provinsi Jawa Tengah disebutkan hingga
tahun 2009 3 (tiga) indikator utama IPM mengalami perbaikan yaitu angka
melek aksara 15 tahun ke atas mencapai 89,31%, rata-rata lama sekolah
mencapai 6,86 tahun; dan angka harapan hidup yang meningkat dimana
angka harapan hidup laki-laki sebesar 69,2 tahun sedangkan angka harapan
hidup perempuan mencapai 73,11 tahun.

     Pada tahun 2008 dan 2009, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
mengalami peningkatan hingga mencapai angka 72,10%. Peningkatan IPM
didukung adanya prioritas pembangunan yang terdapat dalam RPJMD
Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013 yang menitikberatkan pada



                                                                           24
peningkatan pemerataan akses dan mutu pendidikan dengan menitikberatkan
pada pendidikan dasar, pendidikan menengah dan          peningkatan relevansi
kurikulum pendidikan dengan perkembangan Ipteks serta jenjang pendidikan
yang lebih    tinggi   dengan       didukung   pangsa       pasar   kerja dan
sarana/prasarana yang memadai, tanpa diskriminasi usia, peningkatan
pemerataan, jangkauan, dan mutu pelayanan kesehatan           masyarakat dan
pelayanan     kesehatan     perseorangan/rujukan     yang     didukung     oleh
persebaran sarana      prasarana,    pengembangan       profesionalisme    dan
kompetensi    tenaga kesehatan      yang   memadai   dan     berkualitas, serta
mampu menjangkau          masyarakat miskin melalui jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat. Prioritas pembangunan tersebut dijabarkan dalam
berbagai program pembangunan yang menitikberatkan pada: a) program
pendidikan dasar, b) pendidikan berkelanjutan, c) pendidikan formal dan non
formal, d) pencegahan dan penanggulangan penyakit, e) perbaikan gizi
masyarakat, f) akses pelayanan kesehatan masyarakat, g) pengembangan
lingkungan sehat, h) pencegahan dan penanggulangan penyakit, i) farmasi
dan perbekalan kesehatan, j) promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat.


PENDIDIKAN


Angka Partisipasi Murni (SD/MI)

     Salah satu indikator keberhasilan pendidikan di suatu daerah adalah
Angka Partisipasi Murni baik di tingkat dasar maupun menengah. Angka
Partisipasi Murni (APM) SD/MI di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam)
tahun terakhir (2004-2009) bersifat fluktuatif dan cenderung stabil dengan
angka partisipasi murni berkisar antara 89% hingga 92%. Apabila dilihat dari
sisi fokus kecenderungan (2004-2009) tampak bahwa pada tahun              2005,
Provinsi Jawa Tengah memiliki APM yang terendah. Pada tahun 2008 APM
SD/MI di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 92,77%, kemudian pada
tahun 2009 mencapai angka 92,96%, sehingga dibandingkan APM SD/MI
pada tahun 2008 maka APM SD/MI pada tahun 2009 mengalami peningkatan
sebesar 0,19%.




                                                                                  25
Gambar 2.14.
         Angka Partisipasi Murni (SD/MI) di Provinsi Jawa Tengah

       Peningkatan APM SD/MI di Provinsi Jawa Tengah cukup stabil karena
adanya program-program pembangunan yang mendukung pembangunan
daerah di sektor pendidikan melalui peningkatan pemerataan       akses      dan
mutu     pendidikan   dengan menitikberatkan pada pendidikan        dasar     -
pendidikan menengah      dan   peningkatan     relevansi kurikulum pendidikan
dengan perkembangan Iptek serta jenjang pendidikan yang lebih            tinggi
dengan    didukung    pangsa   pasar   kerja   dan   sarana/prasarana    yang
memadai, tanpa diskriminasi usia, kelompok dan jenis kelamin.


Angka Partisipasi Kasar (SD/MI)




                                                                                  26
Gambar 2.15.
        Angka Partisipasi Kasar (SD/MI) di Provinsi Jawa Tengah

     Indikator lain untuk mengukur keberhasilan pendidikan di suatu daerah
adalah Angka Partisipasi Kasar baik di tingkat dasar maupun menengah.
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI di Provinsi Jawa Tengah dalam 6
(enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung stabil, dengan peningkatan
APK SD/MI setiap tahunnya. Pada tahun 2005 APK naik menjadi 104.87%
dari tahun 2004 yang sebesar 103,56%, kemudian pada tahun 2006 naik
menjadi 105,25%, pada tahun 2007 naik menjadi 108,01%. Pada tahun 2008
APK SD/MI di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 10,.03%, kemudian
pada tahun 2009 mencapai angka 108,09%, sehingga dibandingkan APK
SD/MI pada tahun 2008 maka APK SD/MI pada tahun 2009 mengalami
peningkatan sebesar 0,06%.


Rata-rata Nilai Akhir (SMP/MTs)

     Rata-rata nilai akhir SMP/MTs menjadi salah satu indikator keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan dasar di suatu daerah. Rata-rata nilai akhir
(SMP/MTs) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-
2009) cenderung stabil berkisar pada angka 5 hingga 6. Apabila dilihat dari
sisi fokus kecenderungan rata-rata nilai akhir SMP/MTs selama lima tahun
terakhir (2004-2009), tampak bahwa pada tahun 2006 menunjukan titik
tertinggi (6,37), sedangkan pada tahun 2008 menunjukan titik terendah (6,00).




                                                                                27
Gambar 2.16.
        Rata-rata Nilai Akhir (SMP/MTs) di Provinsi Jawa Tengah

     Pada tahun 2008 rata-rata nilai akhir SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah
mencapai nilai 6,00, kemudian pada tahun 2009 mencapai nilai 6,22,
sehingga dibandingkan rata-rata nilai akhir SMP/MTs pada tahun 2008 maka
rata-rata nilai akhir (SMP/MTs) pada tahun 2009 mengalami peningkatan
sebesar 0,22 point.


Rata-rata Nilai Akhir (SMA/SMK/MA)




                               Gambar 2.17.
      Rata-rata Nilai Akhir (SMA/SMK/MA) di Provinsi Jawa Tengah

     Nilai akhir SMA/SMK/MA menjadi salah satu indikator keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan menengah di suatu daerah adalah rata-rata nilai
akhir (SMA/SMK/MA) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir
(2004-2009) cenderung fluktuatif, dimana pada tahun 2006 menjadi titik
tertinggi (7,33). Pada tahun 2008 rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA di Provinsi
Jawa Tengah mencapai nilai 7,06, kemudian pada tahun 2009 mencapai nilai
6,89, sehingga dibandingkan rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA pada tahun
2008 maka rata-rata nilai akhir pada tahun 2009 mengalami penurunan
sebesar 0,17 poin.




                                                                                 28
Angka Putus Sekolah SD




                              Gambar 2.18.
           Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Jawa Tengah

     Tingginya angka putus sekolah adalah indikasi masih kurang meratanya
pendidikan di kalangan masyarakat. Semakin tinggi angka putus sekolah
menandakan    bahwa    daerah   tersebut   tidak   berhasil   melaksanakan
pemerataan pendidikan di daerahnya. Angka Putus Sekolah SD di Provinsi
Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif
dan cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya sehingga dapat
dikatakan bahwa Provinsi Jawa Tengah telah mampu melaksanakan
pemerataan pendidikan. Angka putus sekolah SD pada tahun 2005 turun
menjadi 0,31% dari tahun 2004 yang sebesar 0,33%, kemudian pada tahun
2006 turun menjadi 0,24% dan angka tersebut tidak berubah pada tahun
2007. Pada tahun 2008 Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Jawa Tengah
mencapai angka 0,23%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 0,22%,
sehingga dibandingkan Angka Putus Sekolah SD pada tahun 2008 maka
Angka Putus Sekolah pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar
0,01%.

Angka Putus Sekolah SMP/MTs

Angka Putus Sekolah SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam)
tahun terakhir (2004-2009) cenderung membaik.




                                                                             29
Gambar 2.19.
        Angka Putus Sekolah SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah

     Apabila dilihat dari fokus kecenderungan, angka putus sekolah
SMP/MTs pada tahun 2005 menunjukan titik tertinggi (1,20%), dan pada
tahun 2006 menunjukan titik terendah (0,91%). Pada tahun 2008 Angka Putus
Sekolah SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 0,90%,
kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 0,64%, sehingga dibandingkan
Angka Putus Sekolah SMP/MTs pada tahun 2008 maka Angka Putus Sekolah
SMP/MTs pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0,26%.




                                                                            30
Angka Putus Sekolah Menengah




                               Gambar 2.20.
          Angka Putus Sekolah Menengah di Provinsi Jawa Tengah

        Angka Putus Sekolah Menengah di Provinsi Jawa Tengah dalam 6
(enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari
fokus kecenderungan angka putus sekolah menengah selama lima tahun,
maka pada tahun 2006 angka putus sekolah menengah menunjukan titik
tertinggi (1,23%), dan pada tahun 2008 menunjukan titik terendah (1,10%).
Pada tahun 2008 Angka Putus Sekolah Menengah di Provinsi Jawa Tengah
mencapai angka 1,10%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 0,77%,
sehingga dibandingkan Angka Putus Sekolah SD pada tahun 2008 maka
Angka Putus Sekolah pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar
1,1%.




                                                                               31
Angka Melek Aksara 15 tahun ke atas




                              Gambar 2.21.
     Angka Melek Aksara 15 Tahun ke atas di Provinsi Jawa Tengah

     Angka melek aksara 15 tahun ke atas menjadi salah satu indikator
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) disamping angka harapan hidup,
pendidikan, dan standar hidup. Angka melek aksara 15 tahun ke atas di
Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung
stabil dan meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka melek aksara
15 tahun ke atas naik menjadi 87,40% dibandingkan tahun 2004 yang sebesar
86,70%, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 88,24% dan pada tahun
2007 naik menjadi 88,62%. Pada tahun 2008 angka melek aksara 15 tahun ke
atas di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 89,24%, kemudian pada tahun
2009 mencapai angka 89,46%, sehingga dibandingkan angka melek aksara
15 tahun ke atas pada tahun 2008 maka angka melek aksara 15 tahun ke
atas pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,22%, yang
disebabkan karena adanya pola regular untuk menuntaskan buta aksara yang
bekerjasama dengan lembaga dan organisasi sosial kemasyarakatan (Aisyah,
NU, BKOW, LMDH) dan melalui pola percepatan yang mendayagunakan
mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik penuntasan
buta aksara dan pada tahun 2008 menunjukan titik terendah.




                                                                            32
Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar SMP/MTs




                             Gambar 2.22.
  Persentase Guru Layak Mengajar SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah

     Jumlah guru layak mengajar menentukan sejauhmana pendidikan yang
akan diterima oleh anak didiknya. Persentase jumlah guru layak mengajar
SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-
2009) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005 persentase
jumlah guru layak mengajar SMP/MTs naik menjadi 73% dari tahun 2004
yang sebesar 72%, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 79.87% dan naik
kembali pada tahun 2007 yaitu sebesar 81,66%. Pada tahun 2008 persentase
jumlah guru layak mengajar SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah mencapai
angka 81,75%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 82,80%,
sehingga dibandingkan persentase jumlah guru layak mengajar SMP/MTs
pada tahun 2008 maka persentase jumlah guru layak mengajar SMP/MTs
pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 1,05%.


Persentase Jumlah Guru Layak Mengajar Sekolah Menengah

     Jumlah guru layak mengajar menentukan sejauhmana pendidikan yang
akan diterima oleh anak didiknya. Persentase jumlah guru layak mengajar
sekolah menengah di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir
(2004-2009) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005
persentase jumlah guru layak mengajar sekolah menengah naik menjadi




                                                                           33
65,15% dari tahun 2004 yang sebesar 64,39%, kemudian pada tahun 2006
naik menjadi 67,46% dan naik kembali pada tahun 2007 yaitu sebesar
75,13%.




                            Gambar 2.23.
          Persentase Guru Layak Mengajar Sekolah Menengah
                       di Provinsi Jawa Tengah

     Pada tahun 2008 persentase jumlah guru layak mengajar sekolah
menengah di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 75,21%, kemudian pada
tahun 2009 mencapai angka 78,74%, sehingga dibandingkan persentase
jumlah guru layak mengajar sekolah menengah pada tahun 2008 maka
persentase jumlah guru layak mengajar sekolah menengah pada tahun 2009
mengalami peningkatan sebesar 3,53%.




                                                                         34
Analisis Gabungan Sub Agenda Pendidikan (1)




                                                                            
                               Gambar 2.24.
     Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
                    Untuk Sub Agenda Pendidikan (1)

     Pada tahapan analisis gabungan untuk sub agenda pendidikan APM
SD/MI dan angka putus sekolah SD untuk kasus di Provinsi Jawa Tengah,
dapat disimpulkan kondisi yang dicapai sudah cukup stabil, akan tetapi belum
memenuhi target dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang mensyaratkan
kondisi APM SD/MI 98% dan angka putus sekolah SD 0,12%. Kondisi yang
cukup stabil ini dapat dilihat dari kondisi APM SD/MI yang bergerak di antara
89%-92% dan angka putus sekolah SD yang bergerak di angka 0,22%-0,33%.

     Hal menarik yang ditemukan terkait dengan kondisi indikator ini adalah,
adanya kesesuaian kondisi APM SD/MI dan angka putus sekolah SD pada
tahun 2007 ke 2008, dimana pada tahun 2007 menuju tahun 2008 APM
SD/MI mengalami peningkatan dan angka putus sekolah SD mengalami
penurunan (seperti yang tampak pada Grafik 2.24). Artinya, secara data dapat
disimpulkan bahwa semakin meningkatnya APM SD/MI maka semakin
menurun angka putus sekolah SD, karena semakin tinggi nilai APM SD/MI
maka semakin rendah angka putus sekolah SD sehingga program Wajib
Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dapat tercapai.




                                                                                35
Analisis Gabungan Sub Agenda Pendidikan (2)




                            Gambar 2.25.
     Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
                     Untuk Sub Agenda Pendidikan (2)
     Pada tahapan analisis gabungan untuk sub agenda pendidikan dilihat
dari persentase guru layak mengajar SMP/MTs dan rata-rata nilai akhir
SMP/MTs untuk kasus di Provinsi Jawa Tengah, dapat disimpulkan kondisi
yang dicapai cenderung fluktuaktif dan belum memenuhi target dari
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang mensyaratkan rata-rata nilai akhir
SMP/MTs mencapai 6,28. Kondisi yang fluktuatif ini dapat dilihat dari rata-rata
nilai akhir SMP/MTs yang bergerak di antara 5,12-6,37 dan persentase guru
layak mengajar SMP/MTs yang bergerak di angka 72,00%-82,80%

     Hal menarik yang ditemukan terkait dengan kondisi indikator ini adalah,
adanya kesesuaian kondisi persentase guru layak mengajar SMP/MTs
dengan rata-rata nilai akhir SMP/MTs pada tahun 2004 ke 2005 dan pada
tahun 2008 menuju 2009 yaitu kedua indikator ini mengalami peningkatan
(seperti yang tampak pada Grafik 2.25). Artinya, secara data dapat
disimpulkan bahwa semakin meningkatnya persentase guru layak mengajar
SMP/MTs maka semakin meningkat pula rata-rata nilai akhir SMP/MTs.




                                                                                  36
Analisis Gabungan Sub Agenda Pendidikan (3)



                                   Analisis Gabungan untuk Sub Agenda Pendidikan

                 90,00
                                                                                   78,74
                 80,00                                       75,13      75,21
                                                  67,46
                 70,00      64,39      65,15

                 60,00                                                                     Persentase jumlah guru yang
 P ers entas e




                 50,00                                                                     layak mengajar Sekolah
                                                                                           Menengah
                 40,00
                                                                                           Rata-rata nilai akhir
                 30,00                                                                     (SMA/SMK/MA)

                 20,00
                 10,00
                            5,44       5,46       7,33       7,22       7,06       6,89
                  0,00
                         2004       2005       2006       2007       2008       2009

                                                  Tahun


                                                          Gambar 2.26.
                  Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
                                       Untuk Sub Agenda Pendidikan (3)

                  Pada tahapan analisis gabungan untuk sub agenda pendidikan dilihat
dari persentase guru layak mengajar sekolah menengah dan rata-rata nilai
akhir SMA/SMK/MA untuk kasus di Provinsi Jawa Tengah, dapat disimpulkan
kondisi yang dicapai cenderung fluktuaktif. Kondisi yang fluktuatif ini dapat
dilihat dari rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA yang bergerak di antara 5,44-
7,33 dan persentase guru layak mengajar sekolah menengah yang bergerak
di angka 64,39%-78.74%.

                  Hal menarik yang ditemukan terkait dengan kondisi indikator ini adalah,
adanya kesesuaian kondisi persentase guru layak mengajar sekolah
menengah dengan rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA pada tahun 2004 ke
2006 mengalami peningkatan (seperti yang tampak pada Grafik 2.26). Artinya,
secara data dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya persentase
guru layak mengajar sekolah menengah maka semakin meningkat pula rata-
rata nilai akhir SMA/SMK/MA.




                                                                                                                         37
KESEHATAN


Umur Harapan Hidup (UHH)




                              Gambar 2.27.
          Umur Harapan Hidup (UHH) di Provinsi Jawa Tengah

     Umur harapan hidup menjadi salah satu indikator Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) disamping melek huruf, pendidikan, dan standar hidup. Umur
Harapan Hidup (UHH) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir
(2004-2009) menunjukan kondisi yang cenderung fluktuatif dan naik setiap
tahunnya. Pada tahun 2005 umur harapan hidup naik menjadi 70,60 tahun
dari tahun 2004 yang sebesar 69,70 tahun, kemudian pada tahun 2006 naik
menjadi 70,80 tahun dan naik kembali pada tahun 2007 yaitu sebesar 70,90
tahun. Pada tahun 2008, UHH di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka
71,10 tahun, kemudian pada tahun 2009 mencapai 71,25 tahun, sehingga
dibandingkan UHH pada tahun 2008 maka UHH pada tahun 2009 mengalami
peningkatan sebesar 0,25 tahun.




                                                                            38
Angka Kematian Bayi (AKB)




                               Gambar 2.28.
            Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah

     Angka kematian bayi menjadi salah satu indikator dalam sub agenda
kesehatan    yang   menjadi   salah   satu   agenda   pembangunan    untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi
Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif.
Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009)
angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi pada
tahun 2005 (23,71%), dan menunjukan titik terendah pada tahun 2006
(11,03%). Pada tahun 2008 Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa
Tengah mencapai angka 9,27%, kemudian pada tahun 2009 mencapai
10,25%, sehingga dibandingkan Angka Kematian Bayi (AKB)        pada tahun
2008 maka Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2009 mengalami
peningkatan sebesar 0,98%.




                                                                              39
Prevalensi Gizi Buruk




                                                                          
                                Gambar 2.29.
              Prevalensi Gizi Buruk di Provinsi Jawa Tengah

     Prevalensi gizi buruk menjadi salah satu indikator dalam sub agenda
kesehatan    yang   menjadi    salah   satu   agenda    pembangunan   untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Prevalensi gizi buruk di Provinsi Jawa
Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif.
Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009),
dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 prevalensi gizi buruk di Provinsi Jawa
Tengah mencapai titik tertinggi (4,00%), yang disebabkan oleh belum
mantapnya kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan bergizi
seimbang. Pada tahun 2008 prevalensi gizi buruk di Provinsi Jawa Tengah
mencapai angka 4,00%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 4,00%,
sehingga dibandingkan prevalensi gizi buruk pada tahun 2008 maka
prevalensi gizi buruk pada tahun 2009 kondisinya stabil/tetap.




                                                                              40
Prevalensi Gizi Kurang




                                Gambar 2.30.
             Prevalensi Gizi Kurang di Provinsi Jawa Tengah

     Prevalensi gizi kurang menjadi salah satu indikator dalam sub agenda
kesehatan   yang    menjadi   salah   satu   agenda   pembangunan   untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Prevalensi gizi kurang di Provinsi Jawa
Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif.
Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009),
tampak bahwa pada tahun 2007 menunjukan titik terendah (12,00%), yang
disebabkan oleh adanya revitalisasi posyandu. Pada tahun 2008 dan
tahun2009 prevalensi gizi kurang di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka
yang stabil yaitu mencapai nilai 12,00%.




                                                                             41
Persentase Tenaga Kesehatan Perpenduduk




                             Gambar 2.31.
 Persentase Tenaga Kesehatan perpenduduk di Provinsi Jawa Tengah

         Persentase tenaga kesehatan perpenduduk menjadi salah satu
indikator dalam sub agenda kesehatan yang menjadi salah satu agenda
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persentase tenaga
kesehatan perpenduduk di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun
terakhir (2004-2009) cenderung stabil, yaitu berkisar pada angka 0,13%-
0,14%.




                                                                          42
Analisis Gabungan Sub Agenda Kesehatan




                               Gambar 2.32.
     Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
                      Untuk Sub Agenda Kesehatan

     Berdasarkan data diatas angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah
dalam dua tahun 2008-2009 mengalami peningkatan yaitu dari 9,27% menjadi
10,25% hal ini didukung dengan masih tetapnya angka prevalensi gizi buruk
pada tahun 2008-2009 yaitu 4,00% serta diikuti pula dengan stabilnya angka
prevalensi gizi kurang pada tahun 2008-2009 di angka 12,00%.

     Akan tetapi, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengupayakan
berbagai strategi dalam prioritas pembangunan yang terdapat dalam RPJMD
Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013 yaitu program peningkatan
pemerataan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan
pelayanan perseorangan/rujukan yang didukung oleh persebaran sarana dan
prasarana pengembangan profesionalisme dan kompetensi tenaga kesehatan
yang memadai dan berkualitas serta mampu menjangkau masyarakat miskin
serta kewenangan urusan wajib yaitu pencegahan dan penanggulangan
penyakit penurunan prevalensi gizi kurang dan prevalensi gizi buruk didukung
oleh program bantuan pangan, jaminan sosial bidang kesehatan bagi anak
keluarga   berpendapatan   rendah   dengan    meningkatkan     kualitas   dan
ketahanan keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan program peningkatan




                                                                                43
ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan cadangan pangan
masyarakat, daerah dan perbaikan distribusi pangan.


KELUARGA BERENCANA


Persentase Penduduk ber-KB




                               Gambar 2.33.
          Persentase Penduduk ber-KB di Provinsi Jawa Tengah

     Persentase penduduk ber-KB menjadi salah satu indikator dalam sub
agenda keluarga berencana yang menjadi salah satu agenda pembangunan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persentase penduduk ber-KB di
Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung
fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-
2009), tampak bahwa pada tahun 2007 persentase penduduk ber-KB di
Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi (88,42%), dan pada tahun
2006 menunjukan titik terendah (77,26%), yang disebabkan karena masih
minimnya tenaga penyuluh KB di Provinsi Jawa Tengah, idealnya satu orang
penyuluh KB melayani hanya dua desa, akan tetapi yang terjadi di Provinsi
Jawa Tengah satu orang penyuluh KB melayani empat desa. Pada tahun
2008 persentase penduduk ber-KB di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka
78,09%,   kemudian    pada    tahun   2009   mencapai    78,32%,    sehingga
dibandingkan   persentase    penduduk   ber-KB   pada   tahun   2008   maka
persentase penduduk ber-KB pada tahun 2009 mengalami peningkatan
sebesar 0,23%.



                                                                                44
Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk

                                        




                                Gambar 2.34.
    Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Jawa Tengah

      Persentase laju pertumbuhan penduduk menjadi salah satu indikator
dalam sub agenda keluarga berencana yang menjadi salah satu agenda
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persentase laju
pertumbuhan penduduk di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun
terakhir   (2004-2009)   cenderung   fluktuatif.   Apabila   dilihat   dari   fokus
kecenderungan selama lima tahun (2004-2009), tampak bahwa pada tahun
2008 persentase laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Jawa Tengah
menunjukan titik tertinggi (0,67%), dan pada tahun 2005 menunjukan titik
terendah (-1,29%). Pada tahun 2006 persentase laju pertumbuhan penduduk
di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 0,63%, kemudian pada tahun 2008
naik mencapai titik tertinggi yaitu 0,67% dan pada tahun 2009 kembali turun
menjadi 0,37%. sehingga dibandingkan persentase laju pertumbuhan
penduduk pada tahun 2008 maka persentase laju pertumbuhan penduduk
pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0,30%.


Total Fertility Rate (TFR)

      Total Fertility Rate (TFR) menjadi salah satu indikator dalam sub agenda
keluarga berencana yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk




                                                                                      45
meningkatkan kesejahteraan rakyat. TFR di Provinsi Jawa Tengah dalam 6
(enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif.




                               Gambar 2.35.
            Total Fertility Rate (TFR) di Provinsi Jawa Tengah

     Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-
2009), tampak bahwa pada tahun 2007 TFR di Provinsi Jawa Tengah
menunjukan titik tertinggi (2,3%), dan pada tahun 2006 menunjukan titik
terendah (2,1%). Pada tahun 2007 TFR di Provinsi Jawa Tengah mencapai
angka 2,3%, kemudian pada tahun 2008 dan 2009 tidak mengalami
perubahan yaitu pada angka 2,3%.




                                                                          46
Analisis Gabungan Sub Agenda Keluarga Berencana




                                                                          
                                 Gambar 2.36.
      Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
                   Untuk Sub Agenda Keluarga Berencana

       Pada    tahun      2005   persentase   penduduk   ber-KB   mengalami
peningkatan dari 77,65% menjadi 78,26% hal ini menyebabkan persentase laju
pertumbuhan penduduk pada tahun 2005 mengalami penurunan dari 0,8%
menjadi -1,29%. Kondisi ini didukung dengan adanya otonomi daerah yang
diikuti dengan P3GD yang pada akhirnya urusan KB diserahkan ke
kabupaten/kota sehingga terjadi pergeseran program KB yang sentralistik
menjadi desentralistik.

       Kondisi tersebut diatas didukung pula dengan adanya prioritas
pembangunan yang terdapat dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun
2008-2013 yaitu program peningkatan pengembangan sistem pengendalian
laju pertumbuhan penduduk dan pengaturan persebarannya melalui fasilitas
program KB dan transmigrasi didukung pula dengan program pelayanan
keluarga berencana dan program pembinaan peranserta masyarakat dalam
pelayan KB mandiri.




                                                                              47
EKONOMI MAKRO


Laju Pertumbuhan Ekonomi




                               Gambar 2.37.
          Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah

     Laju pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator dalam sub
agenda ekonomi makro yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif.
Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009),
tampak bahwa pada tahun 2007 laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa
Tengah menunjukan titik tertinggi (5,33%), dan pada tahun 2008 menunjukan
titik terendah (5,46%). Pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Jawa Tengah mencapai angka 5.46%, kemudian pada tahun 2009 mencapai
4,71%, sehingga dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008
maka laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 mengalami penurunan
sebesar 0,75%.




                                                                               48
Persentase Ekspor terhadap PDRB




                              Gambar 2.38.
      Persentase Ekspor terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah

     Persentase ekspor terhadap PDRB menjadi salah satu indikator dalam
sub agenda ekonomi makro yang menjadi salah satu agenda pembangunan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persentase ekspor terhadap PDRB
di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009)
cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima
tahun (2004-2009), tampak bahwa pada tahun 2008 persentase ekspor
terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi (49,74%),
dan pada tahun 2006 menunjukan titik terendah (42,94%). Pada tahun 2008
persentase ekspor terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka
49,74%,   kemudian   pada   tahun   2009   mencapai    46,07%,   sehingga
dibandingkan persentase ekspor terhadap PDRB pada tahun 2008 maka
persentase ekspor terhadap PDRB pada tahun 2009 mengalami penurunan
sebesar 3,67%.


Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB

     Persentase output manufaktur terhadap PDRB menjadi salah satu
indikator dalam sub agenda ekonomi makro yang menjadi salah satu agenda
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persentase output




                                                                             49
manufaktur terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun
terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif.




                                Gambar 2.39.
Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah

     Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-
2009), tampak bahwa pada tahun 2005 persentase output manufaktur
terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi (33,71%),
dan pada tahun 2006 menunjukan titik terendah (32,85%). Pada tahun 2008
persentase output manufaktur terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah
mencapai angka 33,08%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 31,45%,
sehingga dibandingkan persentase output manufaktur terhadap PDRB pada
tahun 2008 maka persentase output manufaktur terhadap PDRB pada tahun
2009 mengalami penurunan sebesar 1,63%.




                                                                             50
Pendapatan per kapita




                                 Gambar 2.40.
             Pendapatan per kapita di Provinsi Jawa Tengah

     Pendapatan per kapita menjadi salah satu indikator dalam sub agenda
ekonomi makro yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pendapatan per kapita di Provinsi Jawa
Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005 pendapatan per kapita naik
menjadi 6.275.651,39 juta rupiah dari tahun 2004 yang sebesar 5.220.326,86
juta rupiah, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 7.538.997,91juta rupiah,
pada tahun 2007 naik menjadi 8.281.309,54juta rupiah. Pada tahun 2008
pendapatan   per   kapita   di   Provinsi   Jawa   Tengah   mencapai   angka
9.522.019,88 juta rupiah, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka
10.228.762,63 juta rupiah, sehingga dibandingkan pendapatan per kapita
pada tahun 2008 maka pendapatan per kapita pada tahun 2009 mengalami
peningkatan sebesar 706.742,75 juta rupiah.




                                                                               51
Laju Inflasi




                               Gambar 2.41.
                   Laju Inflasi di Provinsi Jawa Tengah

     Laju inflasi menjadi salah satu indikator dalam sub agenda ekonomi
makro yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Laju inflasi di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam)
tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus
kecenderungan selama lima tahun (2004-2009), tampak bahwa pada tahun
2005 dan 2008 laju inflasi di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi
yaitu 15,91% (2005) dan 9,55% (2008), dan pada tahun 2006 menunjukan titik
terendah (6,53%). Pada tahun 2008 laju inflasi di Provinsi Jawa Tengah
mencapai angka 9,55%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 3,22%,
sehingga dibandingkan laju inflasi pada tahun 2008 maka laju inflasi pada
tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 6,33%.




                                                                                52
Analisis Gabungan Sub Agenda Ekonomi Makro




                             Gambar 2.42.
     Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
                  Untuk Sub Agenda Ekonomi Makro

     Berdasarkan data tersebut di atas, pada tahun 2006 terjadi penurunan
laju pertumbuhan ekonomi menjadi sebesar 5,33% disebabkan oleh
menurunnya persentase output manufaktur terhadap PDRB yang mencapai
32,85%. Pada tahun 2008 dan 2009, laju pertumbuhan ekonomi kembali
mengalami penurunan yaitu mencapai angka 5,46%, hal ini disebabkan
karena menurunnya persentase output manufaktur terhadap PDRB, lemahnya
peran UMKM dalam pemenuhan kebutuhan pasar domestik dan berorientasi
ekspor, kurangnya daya saing produk unggulan daerah, masih lambatnya
pengembangan investasi dan akses pasar di Provinsi Jawa Tengah.




                                                                            53
INVESTASI


Nilai Rencana PMA yang Disetujui




                                                                           
                               Gambar 2.43.

     Nilai Rencana PMA yang Disetujui di Provinsi Jawa Tengah

     Nilai rencana PMA yang disetujui menjadi salah satu indikator dalam
sub agenda investasi yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Nilai rencana PMA yang disetujui di
Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung
fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-
2009), tampak bahwa pada tahun 2008 nilai rencana PMA yang disetujui di
Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi yaitu 1.934.813,78 ribu US$,
dan pada tahun 2006 menunjukan titik terendah (142.388,82 ribu US$). Pada
tahun 2008 nilai rencana PMA yang disetujui di Provinsi Jawa Tengah
mencapai 1.934.813,78 ribu US$, kemudian pada tahun 2009 mencapai
467.655,15 ribu US $.




                                                                                54
Nilai Realisasi Investasi PMA




                                Gambar 2.44.
         Nilai Realisasi Investasi PMA di Provinsi Jawa Tengah

     Nilai realisasi investasi PMA menjadi salah satu indikator dalam sub
agenda investasi yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Nilai realisasi investasi PMA di Provinsi
Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif.
Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009),
tampak bahwa pada tahun 2005 nilai realisasi investasi PMA di Provinsi Jawa
Tengah menunjukan titik tertinggi yaitu 550.512,44 ribu US$, dan pada tahun
2008 menunjukan titik terendah (39.488,86 US$).      Pada tahun 2008 nilai
realisasi investasi PMA yang disetujui di Provinsi Jawa Tengah mencapai
39.488,86 ribu US$, kemudian pada tahun 2009 mencapai 9.604,14 ribu US$.




                                                                               55
Nilai Rencana PMDN yang Disetujui




                                Gambar 2.45.
      Nilai Rencana PMDN yang Disetujui di Provinsi Jawa Tengah

     Nilai rencana PMDN yang disetujui menjadi salah satu indikator dalam
sub agenda investasi yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat Nilai rencana PMDN yang disetujui di
Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung
fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-
2009), tampak bahwa pada tahun 2006 dan 2008 nilai rencana PMDN yang
disetujui di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi yaitu 3.831.468,58
juta rupiah (2006) dan 2.578.988,46 juta rupiah (2008), sedangkan pada tahun
2005 dan 2007 menunjukan titik terendah yaitu 1.912.678,00 juta rupiah
(2005) dan 1.306.994,53 juta rupiah (2007). Pada tahun 2008 nilai rencana
PMDN yang disetujui di Provinsi Jawa Tengah mencapai 2.578.988,46 juta
rupiah, kemudian pada tahun 2009 mencapai 1.017.467,10 juta rupiah.




                                                                                  56
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG
RPJMN EVALUASI JATENG

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanEKPD
 
Teknis Penyusunan RPJMD
Teknis Penyusunan RPJMD Teknis Penyusunan RPJMD
Teknis Penyusunan RPJMD Dadang Solihin
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi  MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi ACHMAD AVANDI,SE,MM Alfaqzamta
 
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan Daerah
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan DaerahKebijakan Umum Perencanaan Pembangunan Daerah
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD Dadang Solihin
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALULaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALUEKPD
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...Randy Wrihatnolo
 
Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Kebijakan RPJMD dan Renstra SKPD
Kebijakan RPJMD dan Renstra SKPD Kebijakan RPJMD dan Renstra SKPD
Kebijakan RPJMD dan Renstra SKPD Dadang Solihin
 
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah b...
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah b...Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah b...
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah b...Dadang Solihin
 
Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Dadang Solihin
 
Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan
Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan
Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Dadang Solihin
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD Dadang Solihin
 
Makalah lingkup dan langkah langkah pembangunan umk
Makalah lingkup dan langkah langkah pembangunan umkMakalah lingkup dan langkah langkah pembangunan umk
Makalah lingkup dan langkah langkah pembangunan umkSeptian Muna Barakati
 
Memahami Program Pembangunan berbasis Kinerja sesuai RPJMD 2012-2016
Memahami Program Pembangunan berbasis Kinerja sesuai RPJMD 2012-2016 Memahami Program Pembangunan berbasis Kinerja sesuai RPJMD 2012-2016
Memahami Program Pembangunan berbasis Kinerja sesuai RPJMD 2012-2016 Dadang Solihin
 
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerahKuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerahR Khairil Adi
 

La actualidad más candente (20)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Selatan
 
Teknis Penyusunan RPJMD
Teknis Penyusunan RPJMD Teknis Penyusunan RPJMD
Teknis Penyusunan RPJMD
 
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi  MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi
MAKALAH PERENCANAAN DAERAH ,PERANAN PEMBAGUNAN DIPU .LUAchmad avandi
 
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan Daerah
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan DaerahKebijakan Umum Perencanaan Pembangunan Daerah
Kebijakan Umum Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
Sinkronisasi Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, dan RKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi JambiLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jambi
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALULaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tenggara - UNHALU
 
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...
Laporan Pemantauan Kuartal III/2012 Koridor Ekonomi Bali dan Kepulauan Nusa T...
 
Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Paparan bappenas.unlocked
Paparan bappenas.unlockedPaparan bappenas.unlocked
Paparan bappenas.unlocked
 
Paparan bappenas
Paparan bappenasPaparan bappenas
Paparan bappenas
 
Kebijakan RPJMD dan Renstra SKPD
Kebijakan RPJMD dan Renstra SKPD Kebijakan RPJMD dan Renstra SKPD
Kebijakan RPJMD dan Renstra SKPD
 
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah b...
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah b...Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah b...
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah b...
 
Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
 
Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan
Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan
Perencanaan dan Evaluasi Pembangunan
 
Isu Monev di Indonesia
Isu Monev di IndonesiaIsu Monev di Indonesia
Isu Monev di Indonesia
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD
 
Makalah lingkup dan langkah langkah pembangunan umk
Makalah lingkup dan langkah langkah pembangunan umkMakalah lingkup dan langkah langkah pembangunan umk
Makalah lingkup dan langkah langkah pembangunan umk
 
Memahami Program Pembangunan berbasis Kinerja sesuai RPJMD 2012-2016
Memahami Program Pembangunan berbasis Kinerja sesuai RPJMD 2012-2016 Memahami Program Pembangunan berbasis Kinerja sesuai RPJMD 2012-2016
Memahami Program Pembangunan berbasis Kinerja sesuai RPJMD 2012-2016
 
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerahKuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
Kuliah ii evaluasi perencanaan pembangunan daerah
 

Destacado

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAMLaporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAMEKPD
 
Laporan Direktur EKPD
Laporan Direktur EKPDLaporan Direktur EKPD
Laporan Direktur EKPDEKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI UTARA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI UTARAHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI UTARA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI UTARAEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIRLaporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIREKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bengkulu - UNIB
Laporan Akhir EKPD 2009 Bengkulu - UNIBLaporan Akhir EKPD 2009 Bengkulu - UNIB
Laporan Akhir EKPD 2009 Bengkulu - UNIBEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungEKPD
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGLaporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAHLaporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAHEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILALaporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILAEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTAEKPD
 

Destacado (18)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Selatan
 
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAMLaporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
Laporan Akhir EKPD 2009 NTB - UNRAM
 
Laporan Direktur EKPD
Laporan Direktur EKPDLaporan Direktur EKPD
Laporan Direktur EKPD
 
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI UTARA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI UTARAHASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI UTARA
HASIL EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2009 PROVINSI SULAWESI UTARA
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIRLaporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
Laporan Akhir EKPD 2009 Maluku Utara - UNKHAIR
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi MalukuLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Bengkulu - UNIB
Laporan Akhir EKPD 2009 Bengkulu - UNIBLaporan Akhir EKPD 2009 Bengkulu - UNIB
Laporan Akhir EKPD 2009 Bengkulu - UNIB
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi AcehLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Aceh
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi LampungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Lampung
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka BelitungLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
 
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNGLaporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
Laporan AKhir EKPD 2009 Gorontalo - UNG
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAHLaporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
Laporan Akhir EKPD 2009 Aceh - UNSYIAH
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - UnandLaporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
Laporan Akhir EKPD 2010 - Sumbar - Unand
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILALaporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILA
Laporan Akhir EKPD 2010 - Lampung - UNILA
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua Barat
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTALaporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
Laporan Akhir EKPD 2009 Banten - UNTIRTA
 

Similar a RPJMN EVALUASI JATENG

Juklak pemantauan-dan-evaluasi-program-kotaku-2019
Juklak pemantauan-dan-evaluasi-program-kotaku-2019Juklak pemantauan-dan-evaluasi-program-kotaku-2019
Juklak pemantauan-dan-evaluasi-program-kotaku-2019KristidesiGau
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJALaporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJAEKPD
 
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBLapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - UncenLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - UncenEKPD
 
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Oswar Mungkasa
 
Laporan kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera Tahun 2010
Laporan kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera Tahun 2010Laporan kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera Tahun 2010
Laporan kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera Tahun 2010Oswar Mungkasa
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USULaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USUEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTADLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTADEKPD
 
Teknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikTeknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikRandy Wrihatnolo
 
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Dadang Solihin
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANEKPD
 
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014Noviyarti Badri
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau EKPD
 
Arah Kebijakan Penyusunan RKPD 2021
Arah Kebijakan Penyusunan RKPD 2021Arah Kebijakan Penyusunan RKPD 2021
Arah Kebijakan Penyusunan RKPD 2021ortalakpppa2022
 
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaManual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaJoy Irman
 
PAPARAN EVALUASI SAKIP 2019 DPUPR OKI-ed.pptx
PAPARAN EVALUASI SAKIP 2019 DPUPR OKI-ed.pptxPAPARAN EVALUASI SAKIP 2019 DPUPR OKI-ed.pptx
PAPARAN EVALUASI SAKIP 2019 DPUPR OKI-ed.pptxAbizianMuah
 

Similar a RPJMN EVALUASI JATENG (20)

Juklak pemantauan-dan-evaluasi-program-kotaku-2019
Juklak pemantauan-dan-evaluasi-program-kotaku-2019Juklak pemantauan-dan-evaluasi-program-kotaku-2019
Juklak pemantauan-dan-evaluasi-program-kotaku-2019
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJALaporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA
Laporan Akhir EKPD 2009 Jambi - UNJA
 
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBBLapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
Lapora Akhir EKPD 2009 Bangka Belitung - UBB
 
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - UncenLaporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
Laporan Akhir EKPD 2010 - Papua - Uncen
 
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
Laporan Kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat Ta...
 
Laporan kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera Tahun 2010
Laporan kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera Tahun 2010Laporan kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera Tahun 2010
Laporan kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran Kemenpera Tahun 2010
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USULaporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USU
Laporan Akhir EKPD 2009 Sumatera Utara - USU
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTADLaporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTAD
Laporan Akhir EKPD 2009 Sulawesi Tengah - UNTAD
 
Teknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model LogikTeknik Penyusunan Model Logik
Teknik Penyusunan Model Logik
 
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
Kebijakan dan Kerangka Kerja Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTANLaporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
Laporan Akhir EKPD 2009 Kalimantan Barat - UNTAN
 
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014
Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014
 
File1 2
File1 2File1 2
File1 2
 
Inspektorat jenderal kementerian perhubungan berkontribusi dalam mengoptimali...
Inspektorat jenderal kementerian perhubungan berkontribusi dalam mengoptimali...Inspektorat jenderal kementerian perhubungan berkontribusi dalam mengoptimali...
Inspektorat jenderal kementerian perhubungan berkontribusi dalam mengoptimali...
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau
Laporan Akhir EKPD 2009 Kepulauan Riau
 
Arah Kebijakan Penyusunan RKPD 2021
Arah Kebijakan Penyusunan RKPD 2021Arah Kebijakan Penyusunan RKPD 2021
Arah Kebijakan Penyusunan RKPD 2021
 
Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...
Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...
Maizar_Pembangunan zona integritas zi wbk wbbm tahun 2020 kementerian perhubu...
 
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi KotaManual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
Manual B Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota
 
PAPARAN EVALUASI SAKIP 2019 DPUPR OKI-ed.pptx
PAPARAN EVALUASI SAKIP 2019 DPUPR OKI-ed.pptxPAPARAN EVALUASI SAKIP 2019 DPUPR OKI-ed.pptx
PAPARAN EVALUASI SAKIP 2019 DPUPR OKI-ed.pptx
 

Más de EKPD

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliEKPD
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratEKPD
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi baliEKPD
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera baratEKPD
 

Más de EKPD (16)

Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi SelatanLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Selatan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sulawesi Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi PapuaLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Papua
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Nusa Tenggara Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku UtaraLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Maluku Utara
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan RiauLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kepulauan Riau
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan TenganLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Tengan
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Kalimantan Barat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TimurLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Timur
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BantenLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Banten
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi BaliLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Bali
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera BaratLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Sumatera Barat
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali - Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi bali
 
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat - Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
- Laporan awal ekpd 2011 provinsi sumatera barat
 

Último

TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 

Último (20)

TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 

RPJMN EVALUASI JATENG

  • 1.
  • 2. KATA PENGANTAR Evaluasi kinerja pembangunan adalah salah satu fungsi penting yang tidak terpisahkan dari keseluruhan siklus manajemen pembangunan nasional. Saat ini RPJMN 2004-2009 telah selesai dilaksanakan sehingga sudah saatnya dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja pembangunan nasional selama 5 tahun (2004-2009) tersebut baik secara sektoral maupun regional. Evaluasi RPJMN 2004-2009 menurut daerah yang dilakukan oleh Tim Independen difokuskan pada evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di daerah dan evaluasi terhadap relevansi RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-2014 khususnya untuk melihat apakah RPJMD telah mengacu pada RPJMN sesuai ketentuan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Sesuai dengan ketetapan Permendagri No. 28 Tahun 2010 tentang Penyelerasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), maka di dalam melakukan evaluasi Tim Independen tidak hanya melihat pada RPJMD dan RPJMN, tetapi juga Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk menelaah lebih dalam apakah RPJMD dan RKPD mengacu pada RPJMN. Evaluasi kinerja pembangunan Provinsi Jawa Tengah yang dilaksanakan oleh Tim Independen dengan tujuan memberikan masukan terhadap penyusunan rencana pembangunan yang akan datang mendasarkan pada berbagai kebijakan tersebut di atas. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Bappenas yang untuk keempatkalinya memberikan kepercayaan kepada Tim Independen Universitas Diponegoro melaksanakan kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan pembangunan di Jawa Tengah. Secara khusus, ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada Bappeda Provinsi Jawa Tengah yang telah bersedia membantu menyediakan berbagai data yang kami butuhkan, juga intansi terkait yang terlibat dalam pelaksanaan Focus Group Discusión (FGD). Kritik dan saran kami harapkan untuk perbaikan penulisan laporan akhir ini. Semoga hasil evaluasi yang kami lakukan bermanfaat dalam menentukan arah pembangunan Jawa Tengah di masa yang akan datang. Semarang, Nopember 2010 Rektor, Prof. Dr. Susilo Wibowo, MS.Med., Sp.And. ii
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL v DAFTAR GAMBAR vi BAB I PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 3 B. TUJUAN DAN SASARAN 3 C. KELUARAN 3 BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 5 A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 5 1. Indikator 5 2. Analisis Pencapaian Indikator 5 3. Rekomendasi Kebijakan 10 B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEKOMKRATIS 10 1. Indikator 10 2. Analisis Pencapaian Indikator 10 3. Rekomendasi Kebijakan 19 C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 20 1. Indikator 20 2. Analisis Pencapaian Indikator 23 3. Rekomendasi Kebijakan 76 D. KESIMPULAN 78 1. Agenda Pembangunan Pertama: Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai 78 2. Agenda Pembangunan Kedua: Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis 79 3. Agenda Pembangunan Ketiga: Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat 82 BAB III RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH 2008-2013 94 A. PENGANTAR 94 B. PRIORITAS DAN PROGRAM AKSI PEMBANGUNAN NASIONAL 94 1. Program Nasional Yang Mendapat Dukungan Penuh Pada Program Daerah 158 2. Program Nasional Yang Tidak Mendapat Dukungan Program Daerah 161 3. Program Daerah Yang Tidak Menjadi Prioritas Nasional 163 iii
  • 4. C. REKOMENDASI 168 1. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi 168 2. Rekomendasi Terhadap RPJMN 178 BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 182 A. KESIMPULAN 182 1. Analisis Indikator 182 2. Analisis Relevansi 183 B. REKOMENDASI 184 1. Rekomendasi Analisis Indikator 184 2. Rekomendasi Analisis Relevansi 187 LAMPIRAN iv
  • 5. DAFTAR TABEL TABEL 2.1. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Agenda Pembangunan Indonesia Yang Aman Dan Damai 5 TABEL 2.2. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk Agenda Pembangunan Indonesia yang Adil dan Demokratis 11 TABEL 2.3. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk Agenda Pembangunan Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat 21 TABEL 3.1. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional 95 TABEL 3.2. Program Dalam RPJMN 2010-2014 Yang Mendapatkan Dukungan Program Pada RPJMD Jawa Tengah 2008-2013 158 TABEL 3.3. Program Dalam RPJMN 2010-2014 Yang Tidak Mendapatkan Dukungan Program Pada RPJMD Jawa Tengah 2008-2013 161 TABEL 3.4. Program Dalam RPJMD Jawa Tengah 2008-2013 Yang Tidak Terdapat Di Dalam RPJMN 2010-2014 163 v
  • 6. DAFTAR GAMBAR GAMBAR 2.1. Indeks Kriminalitas di Provinsi Jawa Tengah 6 GAMBAR 2.2. Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional di Provinsi Jawa Tengah 7 GAMBAR 2.3. Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional di Provinsi Jawa Tengah 8 GAMBAR 2.4. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai 9 GAMBAR 2.5. Persentase Kasus Korupsi yang Tertangani Dibandingkan dengan yang Dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah 12 GAMBAR 2.6. Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap di Provinsi Jawa Tengah 13 GAMBAR 2.7. Persentase Pelaporan Kabupaten/Kota Wajar dengan Pengecualian di Provinsi Jawa Tengah 14 GAMBAR 2.8. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Pelayanan Publik 15 GAMBAR 2.9. Gender Development Index (GDI) di Provinsi Jawa Tengah 16 GAMBAR 2.10. Gender Empowerment Measurement (GEM) di Provinsi Jawa Tengah 17 GAMBAR 2.11. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Demokrasi 18 GAMBAR 2.12. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Jawa Tengah 23 GAMBAR 2.13. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Indeks Pembangunan Manusia 24 GAMBAR 2.14. Angka Partisipasi Murni (SD/MI) di Provinsi Jawa Tengah 26 GAMBAR 2.15. Angka Partisipasi Kasar (SD/MI) di Provinsi Jawa Tengah 26 GAMBAR 2.16. Rata-rata Nilai Akhir (SMP/MTs) di Provinsi Jawa Tengah 27 GAMBAR 2.17. Rata-rata Nilai Akhir (SMA/SMK/MA) di Provinsi Jawa Tengah 28 GAMBAR 2.18. Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Jawa Tengah 29 GAMBAR 2.19. Angka Putus Sekolah SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah 30 GAMBAR 2.20. Angka Putus Sekolah Menengah di Provinsi Jawa Tengah 31 GAMBAR 2.21. Angka Melek Aksara 15 Tahun ke atas di Provinsi Jawa Tengah 32 GAMBAR 2.22. Persentase Guru Layak Mengajar SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah 33 GAMBAR 2.23. Persentase Guru Layak Mengajar Sekolah Menengah di Provinsi Jawa Tengah 34 GAMBAR 2.24. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Pendidikan (1) 35 GAMBAR 2.25. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Pendidikan (2) 36 GAMBAR 2.26. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Pendidikan (3) 37 GAMBAR 2.27. Umur Harapan Hidup (UHH) di Provinsi Jawa Tengah 38 GAMBAR 2.28. Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah 39 GAMBAR 2.29. Prevalensi Gizi Buruk di Provinsi Jawa Tengah 40 GAMBAR 2.30. Prevalensi Gizi Kurang di Provinsi Jawa Tengah 41 GAMBAR 2.31. Persentase Tenaga Kesehatan perpenduduk di Provinsi Jawa 42 vi
  • 7. Tengah GAMBAR 2.32. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Kesehatan 43 GAMBAR 2.33. Persentase Penduduk ber-KB di Provinsi Jawa Tengah 44 GAMBAR 2.34. Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Jawa Tengah 45 GAMBAR 2.35. Total Fertility Rate (TFR) di Provinsi Jawa Tengah 46 GAMBAR 2.36. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Keluarga Berencana 47 GAMBAR 2.37. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah 48 GAMBAR 2.38 Persentase Ekspor terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah 49 GAMBAR 2.39 Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah 50 GAMBAR 2.40. Pendapatan per kapita di Provinsi Jawa Tengah 51 GAMBAR 2.41. Laju Inflasi di Provinsi Jawa Tengah 52 GAMBAR 2.42. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Ekonomi Makro 53 GAMBAR 2.43. Nilai Rencana PMA yang Disetujui di Provinsi Jawa Tengah 54 GAMBAR 2.44. Nilai Realisasi Investasi PMA di Provinsi Jawa Tengah 55 GAMBAR 2.45. Nilai Rencana PMDN yang Disetujui di Provinsi Jawa Tengah 56 GAMBAR 2.46. Nilai Realisasi Investasi PMDN di Provinsi Jawa Tengah 57 GAMBAR 2.47. Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA di Provinsi Jawa Tengah 58 GAMBAR 2.48. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Investasi 59 GAMBAR 2.49. Panjang Jalan Nasional di Provinsi Jawa Tengah 60 GAMBAR 2.50. Panjang Jalan Provinsi dan Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah 62 GAMBAR 2.51. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Infrastruktur 64 GAMBAR 2.52. Nilai Tukar Petani (NTP) per tahun di Provinsi Jawa Tengah 65 GAMBAR 2.53. PDRB Sektor Pertanian di Provinsi Jawa Tengah 66 GAMBAR 2.54. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Pertanian 67 GAMBAR 2.55. Persentase Luas Lahan Rehabilitasi dalam Hutan terhadap Lahan Kritis di Provinsi Jawa Tengah 68 GAMBAR 2.56. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Kehutanan 69 GAMBAR 2.57. Jumlah Tindak Pidana Perikanan di Provinsi Jawa Tengah 70 GAMBAR 2.58. Luas Kawasan Konservasi Laut di Provinsi Jawa Tengah 71 GAMBAR 2.59. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Kelautan 72 GAMBAR 2.60. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Tengah 73 GAMBAR 2.61. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah 74 GAMBAR 2.62. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Kesejahteraan Sosial 75 vii
  • 8. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat tahapan perencanaan pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan, pengendalian perencanaan serta evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan, evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data serta informasi untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan tersebut dilaksanakan. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah (Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanan RPJMN tersebut. Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014. Siklus pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu sama dengan siklus pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN 2010-2014 ini tidak bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi (Jawa Tengah). Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah (yang memiliki tahun berlaku sejak 2008-2013) tidak selalu mengacu pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi prioritas/program antara RPJMN dengan RPJMD Provinsi Jawa Tengah. Di dalam pelaksanaan evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang berkaitan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Yang pertama adalah evaluasi atas pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi Jawa Tengah berbasis pada indikator kinerja dan yang kedua penilaian keterkaitan 1
  • 9. antara RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2008-2013 dengan RPJMN 2010-2014 berbasis pada prioritas pembangunan. Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN 2004-2009 adalah Evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran) dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004-2009 yaitu agenda Aman dan Damai; Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Untuk mengukur kinerja yang telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan ketiga agenda tersebut, diperlukan identifikasi dan analisis indikator pencapaian. Sedangkan metode yang digunakan dalam evaluasi relevansi RPJMD Provinsi dengan RPJMN 2010-2014 adalah membandingkan keterkaitan 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya dengan prioritas daerah. Selain itu juga mengidentifikasi potensi lokal dan prioritas daerah yang tidak ada dalam RPJMN 2010-2014. Adapun prioritas nasional dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1) Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan, 3) Kesehatan, 4) Penanggulangan Kemiskinan, 5) Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8) Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-konflik, 11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas lainnya yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya, 3) Perekonomian lainnya. Hasil dari EKPD 2010 diharapkan dapat memberikan umpan balik pada perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk perbaikan kualitas perencanaan di daerah, misalnya dengan penyesuaian atas dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah pada tahun-tahun berikutnya (2011-2013). Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan daerah, khususnya yang tepat untuk diterapkan di Provinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan EKPD dilakukan secara eksternal untuk memperoleh masukan yang lebih independen terhadap pelaksanaan RPJMN di daerah. Berdasarkan hal tersebut, Bappenas cq. Deputi Evaluasi Kinerja Pembangunan melaksanakan kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) yang bekerja sama dengan 33 Perguruan Tinggi selaku evaluator eksternal dan dibantu oleh stakeholders daerah. Pada pelaksanaan EKPD di Provinsi Jawa Tengah, Bappenas 2
  • 10. telah menunjuk Tim Independen dari Universitas Diponegoro, dalam hal ini ditugaskan pada Program Studi Magister Administrasi Publik (MAP). B. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Tahun 2010 di Provinsi Jawa Tengah adalah: 1. Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan kontribusi pada pembangunan di Provinsi Jawa Tengah; 2. Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2008-2013. Sasaran yang diharapkan dari kegiatan Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) Tahun 2010 di Provinsi Jawa Tengah meliputi: 1. Tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi Jawa Tengah; 2. Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2008-2013 dengan RPJMN 2010-2014. C. KELUARAN Hasil yang diharapkan dari Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 adalah: 1. Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi Jawa Tengah; 2. Tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2008-2013 dengan RPJMN 2010-2014. Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010, diperoleh melalui tahapan sebagai berikut: 1. Evaluasi Pencapaian Pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi Jawa Tengah, terdiri atas 4 (empat) tahapan, yaitu: a. Mengidentifikasi dan melengkapi data tabel indikator, b. Pemilihan data yang dijadikan fokus analisis, 3
  • 11. c. Menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif (how and why), d. Menyusun rekomendasi berdasarkan agenda pembangunan. 2. Evaluasi Keterkaitan RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2008-2013 dengan RPJMN 2010-2014, terdiri atas 4 (empat) tahapan, yaitu: a. Mengumpulkan dan mempelajari dokumen RPJMN dan RPJMD, b. Menyandingkan prioritas/program daerah dengan prioritas pembangunan nasional, c. Menganalisis prioritas/program daerah yang mendukung pencapaian target prioritas pembangunan nasional, d. Menyusun rekomendasi kebijakan untuk penyempurnaan RPJMD dan RPJMN. Penarikan kesimpulan pada jenis evaluasi yang pertama (Evaluasi Pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi Jawa Tengah), menggunakan kategorisasi tingkat capaian, hal ini dirasakan perlu untuk dilakukan untuk mempertajam hasil analisis dan mempertegas rekomendasi yang dirumuskan. Cara penyusunan kategorinya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penentuan nilai rata-rata untuk setiap indikator, 2. Penentuan posisi nilai tahunan (atas, sama, bawah) dibandingkan nilai rata- rata indikator, 3. Penentuan kesimpulan kategori indikator berdasarkan perbandingan dominasi posisi nilai tahunan (di atas : di bawah); ada 3 tipe sebaran data tahunan: a) Tipe Pertama: sangat baik (6:0 dan 5:1), baik (4:2), cukup baik (3:3), kurang baik (2:4), dan tidak baik (1:5 dan 0:6); b Tipe Kedua: sangat baik (5:0), baik (4:1), cukup baik (3:2 dan 2:3), kurang baik (1:4), dan tidak baik (0:5); c) Tipe Ketiga: sangat baik (4:0), baik (3:1), cukup baik (2:2), kurang baik (1:3), dan tidak baik (0:4). Perbedaan tipe dapat terjadi karena ditemukannya kesamaan nilai tahunan dengan nilai rata-rata. 4. Penentuan kesimpulan kategori sub agenda atau agenda pembangunan didasarkan pada nilai skor perolehan kategori indikator, yaitu: a) sangat baik (skor 5), b) baik (skor 4), cukup baik (skor 3), kurang baik (skor 2), dan tidak baik (skor 1); yang dijumlahkan, kemudian di rata-rata. 5. Nilai rata-rata sub agenda atau agenda pembangunan kemudian dikategorisasi sebagaimana pada nomor 4 di atas. 4
  • 12. BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI 1. Indikator Indikator kinerja pembangunan daerah yang digunakan untuk mengukur kinerja pelaksanaan agenda pembangunan Indonesia yang aman dan damai di Provinsi Jawa Tengah adalah: 1) Indeks Kriminalitas, 2) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional, dan 3) Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional. Kondisi data untuk setiap indikator kinerja tersebut selama kurun waktu 2004-2009 di Provinsi Jawa Tengah tampak pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber a. Indeks 65,21 54,97 62,74 66,13 67,35 67,91 Polda Kriminalitas Jateng b. Persentase 64,30 20,60 72,10 76,10 70,50 65,20 Polda Penyelesaian Jateng Kasus Kejahatan Konvensional c. Persentase 97,10 106 107,10 113,40 96,70 79,80 Polda Penyelesaian Jateng Kasus Kejahatan Transnasional Selanjutnya pada bagian berikut ini akan disajikan analisis untuk setiap indikator dan diakhiri dengan analisis gabungan indikator, sebagai berikut: 2. Analisis Pencapaian Indikator Indeks Kriminalitas Kondisi kriminalitas di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung menunjukan kondisi yang stabil, yaitu aman, 5
  • 13. tertib, dan terkendali, dengan angka indeks kriminalitas berkisar pada angka sebesar 54% sampai dengan 67%. Apabila dilihat dari sisi fokus kecenderungan indeks kriminalitas selama lima tahun terakhir (2004-2009), tampak bahwa pada tahun 2005, Provinsi Jawa Tengah memiliki indeks kriminalitas yang terendah, yang disebabkan oleh: 1) adanya peningkatan partisipasi masyarakat terhadap kepedulian Pam Swakarsa dan upaya-upaya pencegahan yang diprakarsai oleh para Babinkamtibmas; 2) intensitas operasi khusus mandiri kewilayahan yang digalakkan dan digelarkan ke seluruh jajaran Provinsi Jawa Tengah sehingga berdampak sosiologis. Gambar 2.1. Indeks Kriminalitas di Provinsi Jawa Tengah Untuk kondisi pada tahun-tahun berikutnya cenderung mengalami peningkatan – walaupun relatif kecil – sampai dengan tahun 2009, yang disebabkan oleh: 1) adanya permasalahan lapangan kerja atau tenaga kerja yang tidak tertampung serta adanya PHK di berbagai perusahaan; 2) faktor- faktor kriminalogin dalam aspek-aspek kehidupan masyarakat yang pada situasi tertentu dapat berkembang menjadi police hazard; 3) banyak faktor kriminalogin yang berada di luar jangkauan seperti masalah pengangguran, lapangan pekerjaan, kemiskinan, drop out dan lain-lain; 4) partisipasi masyarakat menurun, kurang aktif memberi informasi dan kecenderungan bahwa hokum identik dengan figur aparat, enggan melapor sehingga hal tersebut dapat mempersulit operasional. Pada tahun 2008 indeks kriminalitas di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 67,35%, kemudian pada tahun 6
  • 14. 2009 mencapai angka 67,91%, sehingga dibandingkan indeks kriminalitas pada tahun 2008 maka indeks kriminalitas pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,56%. Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional Gambar 2.2. Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional di Provinsi Jawa Tengah Salah satu indikator penentu terciptanya Indonesia yang aman dan damai adalah efektifnya langkah-langkah yang dilakukan dalam penegakan hukum. Hal ini dapat ditunjukan dengan penyelesaian kasus-kasus kejahatan, baik konvensional maupun transnasional. Untuk kondisi di Provinsi Jawa Tengah, ternyata dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional cenderung menunjukan kondisi yang fluktuatif, dimana tahun 2005 ditemukan persentase yang terendah, yang disebabkan oleh: 1) kemampuan SDM belum memadai; 2) tingkat kemampuan personil belum mencapai plafon yang ditargetkan; 3) keterbatasan sarana, materiil atau logistik yang tersedia, baik kuantitas maupun kualitas, kemudian meningkat lagi secara drastis pada tahun 2006 dan mencapai puncaknya tahun 2008, yang disebabkan oleh: 1) peran anggota semakin baik dalam upaya mengungkap kejahatan dan penyelesaiannya; 2) meningkatnya kesadaran hukum masyarakat dan peran serta aktif memberikan informasi kepada Polda; 3) koordinasi antarfungsi dan 7
  • 15. antarinstansi cukup baik dan sinergi. Pada tahun 2008 persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 70,5%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 65,2%, sehingga dibandingkan persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional pada tahun 2008 maka terjadi penurunan persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional di Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 5,3%. Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional Gambar 2.3. Persentase Penyelesaian Kasus Kejahatan Transnasional di Provinsi Jawa Tengah Kejahatan transnasional yang sekarang ini marak di berbagai belahan dunia, ternyata juga ditemukan di Provinsi Jawa Tengah, terutama dalam bentuk kejahatan uang palsu, narkoba, terorisme, penyelundupan senjata api, perdagangan wanita atau anak, money laundry, dan cyber crime. Hal ini menunjukan bahwa Provinsi Jawa Tengah telah menjadi salah satu area tujuan kejahatan transnasional. Persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004- 2009) cenderung memiliki grafik yang stabil, berkisar antara 79% sampai dengan 113%, dimana tahun 2007 menjadi puncak tertinggi (113,4%), yang disebabkan oleh: 1) diadakannya gelar operasi mandiri kewilayahan (operasi antic dengan sasaran narkoba, operasi hutan lestari dengan sasaran illegal loging, operasi bunga dengan sasaran perdagangan atau penyelundupan 8
  • 16. wanita dan anak); 2) peran serta masyarakat lebih aktif dan berhasil guna untuk mengungkap kejahatan transnasional. Pada tahun 2008 persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional mencapai 96,7%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 79,8%, sehingga dibandingkan pada tahun 2008 persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional pada tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 16,9%. Analisis Gabungan Agenda Pembangunan Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai Gambar 2.4. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk Agenda Pembangunan Indonesia yang Aman dan Damai Pada tahapan analisis gabungan untuk agenda Indonesia yang aman dan damai, pada kasus Jawa Tengah, dapat disimpulkan adanya kondisi keamanan dan ketertiban yang cukup baik. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah berhasil mengadakan berbagai program terkait dengan hukum dan kamtibmas selama beberapa tahun terakhir. Keberhasilan ini menentukan dalam tercapainya angka indeks kriminalitas di Provinsi Jawa Tengah yang relatif stabil, yaitu pada kisaran 65,21% sampai dengan 67,91%. Kondisi stabilitas daerah yang kondusif ini, diperkuat dengan keberhasilan Provinsi Jawa Tengah dalam pelaksanaan penegakan hukum, antara lain penegakan hukum untuk kejahatan konvensional maupun kejahatan transnasional. Hal menarik yang ditemukan terkait dengan kondisi 9
  • 17. indikator ini adalah, adanya kesesuaian kondisi persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional dengan kondisi indeks kriminalitas (seperti yang tampak pada Gambar 2.4.). Artinya, secara data dapat disimpulkan bahwa semakin baik penegakan hukum maka akan semakin baik angka indeks kriminalitasnya. 3. Rekomendasi Kebijakan Dalam rangka pencapaian misi agenda Indonesia yang aman dan damai, perlu terus diupayakan untuk penciptaan stabilitas daerah yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan. Beberapa langkah strategis yang diremokendasikan untuk mewujudkan Provinsi Jawa Tengah yang aman dan damai antara lain: 1) peningkatan sinkronisasi, harmonisasi produk-produk hukum pusat dan daerah, pengembangan kapasitas kelembagaan hukum dan kualitas aparatur hukum, serta peningkatan kesadaran masyarakat dalam rangka meningkatkan kepastian hukum: 2) peningkatan kesadaran dan pengembangan budaya masyarakat maupun aparat dalam memahami prinsip-prinsip dasar hukum dan HAM melalui pemasyarakatan dan pendidikan hukum dan HAM; 3) peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban melalui upaya menjaga kerukunan sosial kemasyarakatan yang diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi wilayah, penduduk, dan sosial masyarakat dengan mengutamakan penegakan hukum dan HAM. B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS 1. Indikator Indikator kinerja pembangunan daerah yang digunakan untuk mengukur kinerja pelaksanaan agenda pembangunan Indonesia yang adil dan demokratis di Provinsi Jawa Tengah, dikelompokan ke dalam 2 (dua) sub agenda (tampak pada Tabel 2.2. di bawah), yaitu: 1) Pelayanan Publik, yang kinerjanya diukur dengan indikator: a) Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan, b) Persentase kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap, dan c) Persentase pelaporan kabupaten/kota Wajar dengan pengecualian; dan 2) Demokrasi, dengan indikator kinerja: a) Gender Development Index (GDI) 10
  • 18. dan b) Gender Empowerment Measurement (GEM). Kondisi data indikator pada setiap sub agenda tersebut selama kurun waktu 2004-2009 di Provinsi Jawa Tengah tampak pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk Agenda Pembangunan Indonesia yang Adil dan Demokratis Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber 1. PELAYANAN PUBLIK a. Persentase 77,2 87,5 81,4 14,2 42,80 42,80 Polda kasus korupsi Jateng yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan b. Persentase 14,29 28,57 82,86 94,29 100,00 100,00 Biro Orpeg kabupaten/kota Setda yang memiliki Prov. peraturan Jateng daerah satu atap c. Persentase 100,00 94,29 97,14 88,57 85,71 100,00 BPK – RI pelaporan Perwakilan kabupaten/kota Jat Wajar dengan eng Pengecualian 2. DEMOKRASI a. Gender 59,80 60,80 63,70 64,28 65,66 66,61 BP3AKB Development Prov. Index (GDI) Jateng b. Gender 56,50 56,90 59,30 59,70 59,76 61,23 BP3AKB Empowerment Prov. Measurement Jateng (GEM) Selanjutnya pada bagian berikut ini akan disajikan analisis untuk setiap indikator dan diakhiri dengan analisis gabungan indikator, dengan menggunakan grafik garis, khususnya ditekankan pada kondisi yang melatar belakangi terjadinya fluktuasi pada titik-titik fokus pengamatan. 11
  • 19. 2. Analisis Pencapaian Indikator PELAYANAN PUBLIK Persentase Kasus Korupsi Yang Tertangani Dibandingkan Dengan Yang Dilaporkan Gambar 2.5. Persentase Kasus Korupsi yang Tertangani Dibandingkan dengan yang Dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah Korupsi merupakan salah satu penyakit birokrasi yang paling ditekankan pemberantasannya dalam RPJMN 2004-2009 dalam rangka mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis. Penanganan kasus korupsi juga menjadi prioritas penting pembangunan di Provinsi Jawa Tengah. Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung menunjukan kondisi yang fluktuatif, dimana tahun 2007 ditemukan persentase yang terendah. Pada tahun 2008 persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 42,80% dan pada tahun 2009 angka tersebut tidak berubah atau tetap. 12
  • 20. Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap Gambar 2.6. Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap di Provinsi Jawa Tengah Salah satu tugas pemerintah daerah adalah melayani masyarakat, untuk mempermudah serta untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat maka pemerintah daerah menggunakan prinsip pelayanan satu atap yang dirangkum dalam peraturan daerah pelayanan satu atap. Persentase kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) menunjukan kecenderungan yang fluktuatif, dimana persentase tertinggi pada tahun 2006 yang disebabkan oleh adanya regulasi Permendagri 24/2006 yang mengatur tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP). Pada tahun 2008 persentase kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap di Provinsi Jawa Tengah telah mencapai angka 100% dan pada tahun 2009 angka tersebut tidak mengalami perubahan atau tetap. Hal ini dikarenakan adanya regulasi tentang kelembagaan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan adanya Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang PPTSP bidang penanaman modal. Keseriusan pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk meningkatkan pelayanan kepada publik didukung dengan adanya program-program 13
  • 21. pembangunan sebagai berikut: 1) pengembangan sistem dan peningkatan kualitas pelayanan publik melalui peningkatan sarana prasarana aparatur dan kompetensi sesuai dengan kewenangan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada bidang pelayanan dasar; 2) pengembangan sistem dan peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip good governance melalui peningkatan akuntabilitas, transparansi, kesetaraan dan keadilan, serta partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; dan 3) peningkatan pelaksanaan otonomi daerah. Persentase Pelaporan Kabupaten/Kota Wajar dengan Pengecualian Gambar 2.7. Persentase Pelaporan Kabupaten/Kota Wajar dengan Pengecualian di Provinsi Jawa Tengah Salah satu indikator dalam mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis adalah persentase pelaporan Kabupaten/Kota Wajar dengan Pengecualian, hal ini dilakukan untuk membersihkan Provinsi Jawa Tengah dari kegiatan-kegiatan yang merugikan rakyat. Persentase pelaporan Kabupaten/Kota Wajar dengan Pengecualian di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) menunjukan kondisi yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 85% hingga 100%, dimana tahun 2005 dan 2006 menjadi titik tertinggi (97,22%), yang disebabkan oleh belum diberlakukannya standar akuntansi pemerintah. Tahun 2008 menjadi titik terendah, yang disebabkan adanya 4 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) 14
  • 22. mendapat opini disclaimer. Pemberlakuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Pengelolaan Keuangan Daerah berdampak bagi pemerintah daerah untuk menata ulang sistem keuangan sampai dengan pelaporannya. Pada tahun 2008 Persentase pelaporan kabupaten/kota wajar dengan pengecualian di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 85,71% kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 100%. Sehingga dibandingkan persentase pelaporan kabupaten/kota Wajar dengan Pengecualian pada tahun 2008 maka persentase pelaporan kabupaten/kota Wajar dengan Pengecualian pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 14,29%. Analisis Gabungan Sub Agenda Pelayanan Publik Gambar 2.8. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Pelayanan Publik Pada tahapan analisis gabungan untuk sub pelayanan publik, pada kasus Jawa Tengah, dapat disimpulkan adanya pelayanan publik yang cukup baik. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah berhasil mengadakan berbagai 15
  • 23. program terkait dengan pelayanan publik beberapa tahun terakhir. Keberhasilan ini menentukan dalam tercapainya persentase pelaporan Kabupaten/Kota Wajar dengan Pengeculian yang cukup tinggi di Provinsi Jawa Tengah, yaitu pada kisaran 85% sampai dengan 100%. Pelayanan publik yang cukup baik sampai sekarang semua Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah telah memiliki Perda OSS (100%). DEMOKRASI Gender Development Index (GDI) Gambar 2.9. Gender Development Index (GDI) di Provinsi Jawa Tengah Pengarusutamaan gender beberapa tahun terakhir menjadi agenda penting sebagai salah satu indikator terwujudnya kehidupan yang adil dan demokratis, seiring dengan adanya target-target dalam MDG’S. Gender Development Index (GDI) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) menunjukan angka yang stabil dan cenderung meningkat setiap tahunnya, dimana pada tahun 2005 GDI naik menjadi 60,80% dari tahun 2004 sebesar 59,80%, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 63,70%, pada tahun 2007 naik menjadi 64,28%. Pada tahun 2008 GDI di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 64,66%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 66.61%, sehingga dibandingkan GDI pada tahun 2008 maka GDI pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 1,95%. 16
  • 24. Gender Empowerment Measurement (GEM) Gambar 2.10. Gender Empowerment Measurement (GEM) di Provinsi Jawa Tengah Salah satu indikator pengarusutamaan gender yang dianggap mempunyai sumbangan besar terhadap kehidupan yang adil dan demokratis adalah Gender Empowerment Measurement (GEM). Gender Empowerment Measurement (GEM) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) menunjukan kondisi yang stabil dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2005 GEM naik menjadi 56,90% dari tahun 2004 yang sebesar 56,50%, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 59,30%, pada tahun 2007 naik menjadi 59,70%. Pada tahun 2008 GEM Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 59,76%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 61,23%, sehingga dibandingkan GEM pada tahun 2008 maka GEM pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 1,47%. Peningkatan persentase GEM pada lima tahun terakhir ditandai dengan meningkatnya keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan. Keterlibatan tersebut ditunjukkan adanya peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen. Hasil Pemilu 2009, persentase perempuan di parlemen sebanyak 23,90%. Indikator lain yang menunjang meningkatnya GEM adalah meningkatnya jumlah perempuan dalam Eselon II yang pada tahun 2007 tercatat 9 orang, juga terlibatnya perempuan dalam berbagai jabatan publik, seperti pengurus BPD, kepala sekolah, lurah, dan camat. 17
  • 25. Analisis Gabungan Sub Agenda Demokrasi Gambar 2.11. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Demokrasi Berdasarkan data tersebut di atas, pada tahun 2006 terjadi peningkatan Gender Development Index (GDI) sebesar 60,80% yang disebabkan adanya peningkatan Gender Empowerment Measurement (GEM). Tahun 2008 GDI kembali mengalami peningkatan menjadi 64,66% karena adanya prioritas pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 yang menitikberatkan pada pengembangan dan peningkatan pemberdayaan perempuan melalui kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan serta perlindungan anak dan remaja sesuai dengan norma-norma agama dan falsafah Pancasila serta peraturan perundangan. Hal ini juga didukung dengan adanya program-program pembangunan yang menitikberatkan pada: 1) keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan; 2) penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak; 3) peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak; 4) peningkatan peran serta anak dan kesetaraan gender dalam pembangunan. 18
  • 26. 3. Rekomendasi Kebijakan Dalam rangka pencapaian misi agenda mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis, perlu terus diupayakan peningkatan pelayanan publik dan demokrasi di Provinsi Jawa Tengah demi tercapainya tujuan pembangunan. Beberapa langkah strategis yang diremokendasikan untuk mewujudkan Provinsi Jawa Tengah yang aman dan damai antara lain: a. Peningkatan sinkronisasi, harmonisasi produk-produk hukum pusat dan daerah, pengembangan kapasitas kelembagaan hukum dan kualitas aparatur hukum, serta peningkatan kesadaran masyarakat dalam rangka meningkatkan kepastian hukum; b. Peningkatan kualitas dan budaya kerja aparatur dalam rangka menunjang tata pengelolaan pemerintahan yang baik; c. Pengembangan dan peningkatan proses demokratisasi, politik, dan penegakan hukum serta HAM melalui peningkatan partisipasi dan pendidikan politik rakyat serta profesionalisme aparat dan penegak hukum; d. Peningkatan kesadaran dan pengembangan budaya masyarakat maupun aparat dalam memahami prinsip-prinsip dasar hukum dan HAM melalui pemasyarakatan dan pendidikan hukum dan HAM; e. Pengembangan sistem dan peningkatan kualitas pelayanan publik melalui peningkatan sarana prasarana aparatur dan kompetensi sesuai dengan kewenangan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada bidang pelayanan dasar; f. Pengembangan sistem dan peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip good governance melalui peningkatan akuntabilitas, transparansi, kesetaraan dan keadilan, serta partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; dalam kerangka peningkatan pelaksanaan otonomi daerah; g. Pengembangan dan peningkatan pemberdayaan perempuan melalui kesetaraan dan keadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan serta perlindungan anak dan remaja sesuai dengan norma-norma agama dan falsafah Pancasila serta peraturan perundangan; disertai dengan keserasian kebijakan peningkatan kualitas anak dan 19
  • 27. perempuan; penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak; peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak; dan peningkatan peran serta anak dan kesetaraan gender dalam pembangunan. C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT 1. Indikator Indikator kinerja pembangunan daerah yang digunakan untuk mengukur kinerja pelaksanaan agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat di Provinsi Jawa Tengah, dikelompokan ke dalam 11 (sebelas) sub agenda, yaitu: 1) Indeks Pembangunan Manusia; 2) Pendidikan, yang diukur dengan indikator: a) Angka Partisipasi Murni SD/MI, b) Angka Partisipasi Kasar SD/MI, c) Rata-rata Nilai Akhir SMP/MTs, d) Rata-rata Nilai Akhir SMA/SMK/MA, e) Angka Putus Sekolah SD, f) Angka Putus Sekolah SMP/MTs, g) Angka Putus Sekolah Menengah, h) Angka Melek Aksara 15 Tahun ke Atas, i) Persentase Jumlah Guru Layak Mengajar SMP/MTs, dan j) Persentase Jumlah Guru Layak Mengajar Sekolah Menengah; 3) Kesehatan, dengan indikator: a) Umur Harapan Hidup (UHH), b) Angka Kematian Bayi (AKB), c) Prevalensi Gizi Buruk, d) Prevalensi Gizi Kurang, dan e) Persentase Tenaga Kesehatan per Penduduk; 4) Keluarga Berencana, dengan indikator: a) Persentase Penduduk ber-KB, b) Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk, dan c) Total Fertility Rate (TFR); 5) Ekonomi Makro, yang mencakup indikator: a) Laju Pertumbuhan Ekonomi, b) Persentase Ekspor terhadap PDRB, c) Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB, d) Pendapatan per Kapita, dan e) Laju Inflasi; 6) Investasi, mencakup indikator: a) Nilai Rencana PMA yang Disetujui, b) Nilai Realisasi Investasi PMA, c) Nilai Rencana PMDN yang Disetujui, d) Nilai Realisasi Investasi PMDN, dan e) Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja PMA; 7) Infrastruktur, yang mencakup indikator: a) Panjang Jalan Nasional Berdasarkan Kondisi Baik, Sedang, dan Buruk, dan b) Panjang Jalan Provinsi Berdasarkan Kondisi Baik, Sedang, dan Buruk, 8) Pertanian, yang mencakup indikator: a) Nilai Tukar Petani (NTP) dan b) PDRB Sektor Pertanian; 9) Kehutanan, yang mencakup indikator: Persentase Luas Lahan Rehabilitasi dalam Hutan terhadap Lahan Kritis; 10) Kelautan, yang mencakup indikator: a) Jumlah Tindak Pidana Perikanan dan b) Luas 20
  • 28. Kawasan Konservasi Laut; dan 11) Kesejahteraan Sosial, yang mencakup indikator: a) Persentase Penduduk Miskin dan b) Tingkat Pengangguran Terbuka. Indikator kinerja pembangunan daerah untuk agenda pembangunan meningkatkan kesejahteraan rakyatpada setiap sub agenda tersebut selama 2004-2009 di Provinsi Jawa Tengah tampak pada tabel di bawah ini: Tabel 2.3 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk Agenda Pembangunan Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1. IPM 68,90 69,80 70,25 70,92 71,60 72,10 2. PENDIDIKAN a. Angka Partisipasi 90,67 89,72 89,98 92,21 92,77 92,96 Murni (SD/MI) b. Angka Partisipasi 103,56 104,87 105,25 108,01 108,03 108,09 Kasar (SD/MI) c. Rata-rata nilai 5,12 5,86 6,37 6,29 6,00 6,22 akhir (SMP/MTs) d. Rata-rata nilai 5,44 5,46 7,33 7,22 7,06 6,89 akhir (SMA/SMK/MA) e. Angka Putus 0,33 0,31 0,24 0,24 0,23 0,22 Sekolah SD f. Angka Putus 1,01 1,20 0,91 0,91 0,90 0,64 Sekolah SMP/MTs g. Angka Putus 1,09 1,18 1,23 1,12 1,10 0,77 Sekolah Menengah h. Angka melek 86,70 87,40 88,24 88,62 89,24 89,46 aksara 15 tahun keatas i. Persentase 72,00 73,00 79,87 81,66 81,75 82,80 jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs j. Persentase 64,39 65,15 67,46 75,13 75,21 78,74 jumlah guru yang layak mengajar Sekolah Menengah 3. KESEHATAN a. Umur Harapan 69,70 70,60 70,80 70,90 71,10 71,25 Hidup (UHH) b. Angka Kematian 14,23 23,71 11,03 10,48 9,27 10,25 Bayi (AKB) c. Prevalensi Gizi 1,88 1,88 1,78 4,00 4,00 4,00 buruk (%) d. Prevalensi Gizi 15,13 15,13 13,54 12,00 12,00 12,00 kurang (%) e. Persentase 13,22 13,67 14,03 14,08 14,00 - tenaga kesehatan perpenduduk 4. KELUARGA BERENCANA a. Persentase 77,65 78,26 77,26 88,42 78,09 78,32 penduduk ber-KB b. Persentase laju 0,80 -1,29 0,63 0,63 0,67 0,37 21
  • 29. Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 2009 pertumbuhan penduduk c. Total Fertility 2,18 2,18 2,10 2,30 2,30 2,30 Rate (TFR) 5. EKONOMI MAKRO a. Laju 5,13 5,35 5,33 5,59 5,46 4,71 Pertumbuhan ekonomi b. Persentase 55,56 49,47 42,94 46,79 49,74 46,07 ekspor terhadap PDRB c. Persentase 32,64 33,71 32,85 33,14 33,08 31,45 output Manufaktur terhadap PDRB d. Pendapatan per 5.220.326,86 6.275.651,39 7.538.997,91 8.281.309,54 9.522.019,88 10.228.762,636 kapita (dalam juta rupiah) e. Laju Inflasi 5,76 15,97 6,53 6,24 9,55 3,22 6. INVESTASI a. Nilai Rencana 3.086.867,96 610.432,00 142.388,82 374.233,50 1.934.813,78 467,655,15 PMA yang disetujui b. Nilai Realisasi 504.630,00 550.512,44 381.668,71 317.165,10 39.488,86 9.604,14 Investasi PMA c. Nilai Rencana 5.680.617,36 1.912.678,00 3.821.468,58 1.306.994,53 2.578.988,46 1.017.467,10 PMDN yang sietujui d. NIlai Realisasi 1.900.000,00 5.756.775,87 5.067.314,48 1.191.875,23 1.336.340,57 1.342.795,38 Investasi PMDN e. Realisasi 8889 8162 20443 26336 13341 23,557,60 penyerapan tenaga kerja PMA 7. INFRA- STRUKTUR a. Panjang jalan nasional berdasarkan kondisi dalam persen  Baik 78,11 69,90 81,09 78,25 82,96 81,84  Sedang 18,08 24,99 15,80 16,52 12,83 13,53  Buruk 3,80 5,10 3,10 5,21 4,19 4,62 b. Panjang jalan provinsi dan kabupaten berdasarkan kondisi dalam persen  Baik 64,81 62,85 58,09 67,36 77,55 84,09  Sedang 24,39 24,98 24,36 17,95 15,22 13,34  Buruk 10,78 12,15 17,53 14,68 7,21 2,57 8. PERTANIAN a. Nilai tukar petani 91,42 91,89 96,65 103,12 99,77 98,57 per tahun b. PDRB sektor 5,33 4,61 3,60 2,78 5,09 4,38 pertanian (harga konstan) 9. KEHUTANAN a. Persentase Luas - 2,68 2,69 9,30 3,14 1,55 lahan rehabilitasi dalam hutan 22
  • 30. Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 2009 terhadap lahan kritis 10 KELAUTAN . a. Jumlah tindak 33.00 32.00 17.00 9.00 3.00 14.00 pidana perikanan b. Luas kawasan - - 110.117 110.117 110.117 122.09 konservasi laut 11 KESEJAHTERAA . N SOSIAL a. Persentase 21,11 20,49 22,19 20,43 19,23 17,72 penduduk miskin b. Tingkat 6,44 8,51 8,20 8,10 7,12 7,28 pengangguran terbuka Sumber lihat lampiran 2. Analisis Pencapaian Indikator INDEKS PEMBANGUNAN INDONESIA (IPM) Gambar 2.12. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Jawa Tengah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan suatu negara dalam menyejahterakan masyarakatnya. IPM mengukur capaian pembangunan manusia berdasarkan jumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan empat komponen yaitu Umur Harapan Hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, serta pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan. Kondisi IPM di Provinsi Jawa Tengah menunjukan 23
  • 31. kondisi yang stabil, dimana Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) mengalami kecenderungan naik setiap tahun. Pada tahun 2005 IPM naik menjadi 69,80% dibandingkan tahun 2004 sebesar 68,90%, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 70,25% dan pada tahun 2007 naik menjadi 70,92%. Pada tahun 2008 IPM di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 71,60%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 72,10%, sehingga dibandingkan IPM pada tahun 2008 maka IPM pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,50%. Analisis Gabungan Sub Agenda Indeks Pembangunan Manusia Gambar 2.13. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Indeks Pembangunan Manusia Dapat dilihat bahwa IPM di Provinsi Jawa Tengah disebutkan hingga tahun 2009 3 (tiga) indikator utama IPM mengalami perbaikan yaitu angka melek aksara 15 tahun ke atas mencapai 89,31%, rata-rata lama sekolah mencapai 6,86 tahun; dan angka harapan hidup yang meningkat dimana angka harapan hidup laki-laki sebesar 69,2 tahun sedangkan angka harapan hidup perempuan mencapai 73,11 tahun. Pada tahun 2008 dan 2009, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengalami peningkatan hingga mencapai angka 72,10%. Peningkatan IPM didukung adanya prioritas pembangunan yang terdapat dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013 yang menitikberatkan pada 24
  • 32. peningkatan pemerataan akses dan mutu pendidikan dengan menitikberatkan pada pendidikan dasar, pendidikan menengah dan peningkatan relevansi kurikulum pendidikan dengan perkembangan Ipteks serta jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan didukung pangsa pasar kerja dan sarana/prasarana yang memadai, tanpa diskriminasi usia, peningkatan pemerataan, jangkauan, dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perseorangan/rujukan yang didukung oleh persebaran sarana prasarana, pengembangan profesionalisme dan kompetensi tenaga kesehatan yang memadai dan berkualitas, serta mampu menjangkau masyarakat miskin melalui jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Prioritas pembangunan tersebut dijabarkan dalam berbagai program pembangunan yang menitikberatkan pada: a) program pendidikan dasar, b) pendidikan berkelanjutan, c) pendidikan formal dan non formal, d) pencegahan dan penanggulangan penyakit, e) perbaikan gizi masyarakat, f) akses pelayanan kesehatan masyarakat, g) pengembangan lingkungan sehat, h) pencegahan dan penanggulangan penyakit, i) farmasi dan perbekalan kesehatan, j) promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. PENDIDIKAN Angka Partisipasi Murni (SD/MI) Salah satu indikator keberhasilan pendidikan di suatu daerah adalah Angka Partisipasi Murni baik di tingkat dasar maupun menengah. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) bersifat fluktuatif dan cenderung stabil dengan angka partisipasi murni berkisar antara 89% hingga 92%. Apabila dilihat dari sisi fokus kecenderungan (2004-2009) tampak bahwa pada tahun 2005, Provinsi Jawa Tengah memiliki APM yang terendah. Pada tahun 2008 APM SD/MI di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 92,77%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 92,96%, sehingga dibandingkan APM SD/MI pada tahun 2008 maka APM SD/MI pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,19%. 25
  • 33. Gambar 2.14. Angka Partisipasi Murni (SD/MI) di Provinsi Jawa Tengah Peningkatan APM SD/MI di Provinsi Jawa Tengah cukup stabil karena adanya program-program pembangunan yang mendukung pembangunan daerah di sektor pendidikan melalui peningkatan pemerataan akses dan mutu pendidikan dengan menitikberatkan pada pendidikan dasar - pendidikan menengah dan peningkatan relevansi kurikulum pendidikan dengan perkembangan Iptek serta jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan didukung pangsa pasar kerja dan sarana/prasarana yang memadai, tanpa diskriminasi usia, kelompok dan jenis kelamin. Angka Partisipasi Kasar (SD/MI) 26
  • 34. Gambar 2.15. Angka Partisipasi Kasar (SD/MI) di Provinsi Jawa Tengah Indikator lain untuk mengukur keberhasilan pendidikan di suatu daerah adalah Angka Partisipasi Kasar baik di tingkat dasar maupun menengah. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung stabil, dengan peningkatan APK SD/MI setiap tahunnya. Pada tahun 2005 APK naik menjadi 104.87% dari tahun 2004 yang sebesar 103,56%, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 105,25%, pada tahun 2007 naik menjadi 108,01%. Pada tahun 2008 APK SD/MI di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 10,.03%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 108,09%, sehingga dibandingkan APK SD/MI pada tahun 2008 maka APK SD/MI pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,06%. Rata-rata Nilai Akhir (SMP/MTs) Rata-rata nilai akhir SMP/MTs menjadi salah satu indikator keberhasilan penyelenggaraan pendidikan dasar di suatu daerah. Rata-rata nilai akhir (SMP/MTs) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004- 2009) cenderung stabil berkisar pada angka 5 hingga 6. Apabila dilihat dari sisi fokus kecenderungan rata-rata nilai akhir SMP/MTs selama lima tahun terakhir (2004-2009), tampak bahwa pada tahun 2006 menunjukan titik tertinggi (6,37), sedangkan pada tahun 2008 menunjukan titik terendah (6,00). 27
  • 35. Gambar 2.16. Rata-rata Nilai Akhir (SMP/MTs) di Provinsi Jawa Tengah Pada tahun 2008 rata-rata nilai akhir SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah mencapai nilai 6,00, kemudian pada tahun 2009 mencapai nilai 6,22, sehingga dibandingkan rata-rata nilai akhir SMP/MTs pada tahun 2008 maka rata-rata nilai akhir (SMP/MTs) pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,22 point. Rata-rata Nilai Akhir (SMA/SMK/MA) Gambar 2.17. Rata-rata Nilai Akhir (SMA/SMK/MA) di Provinsi Jawa Tengah Nilai akhir SMA/SMK/MA menjadi salah satu indikator keberhasilan penyelenggaraan pendidikan menengah di suatu daerah adalah rata-rata nilai akhir (SMA/SMK/MA) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif, dimana pada tahun 2006 menjadi titik tertinggi (7,33). Pada tahun 2008 rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA di Provinsi Jawa Tengah mencapai nilai 7,06, kemudian pada tahun 2009 mencapai nilai 6,89, sehingga dibandingkan rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA pada tahun 2008 maka rata-rata nilai akhir pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0,17 poin. 28
  • 36. Angka Putus Sekolah SD Gambar 2.18. Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Jawa Tengah Tingginya angka putus sekolah adalah indikasi masih kurang meratanya pendidikan di kalangan masyarakat. Semakin tinggi angka putus sekolah menandakan bahwa daerah tersebut tidak berhasil melaksanakan pemerataan pendidikan di daerahnya. Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif dan cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya sehingga dapat dikatakan bahwa Provinsi Jawa Tengah telah mampu melaksanakan pemerataan pendidikan. Angka putus sekolah SD pada tahun 2005 turun menjadi 0,31% dari tahun 2004 yang sebesar 0,33%, kemudian pada tahun 2006 turun menjadi 0,24% dan angka tersebut tidak berubah pada tahun 2007. Pada tahun 2008 Angka Putus Sekolah SD di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 0,23%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 0,22%, sehingga dibandingkan Angka Putus Sekolah SD pada tahun 2008 maka Angka Putus Sekolah pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,01%. Angka Putus Sekolah SMP/MTs Angka Putus Sekolah SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung membaik. 29
  • 37. Gambar 2.19. Angka Putus Sekolah SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah Apabila dilihat dari fokus kecenderungan, angka putus sekolah SMP/MTs pada tahun 2005 menunjukan titik tertinggi (1,20%), dan pada tahun 2006 menunjukan titik terendah (0,91%). Pada tahun 2008 Angka Putus Sekolah SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 0,90%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 0,64%, sehingga dibandingkan Angka Putus Sekolah SMP/MTs pada tahun 2008 maka Angka Putus Sekolah SMP/MTs pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0,26%. 30
  • 38. Angka Putus Sekolah Menengah Gambar 2.20. Angka Putus Sekolah Menengah di Provinsi Jawa Tengah Angka Putus Sekolah Menengah di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan angka putus sekolah menengah selama lima tahun, maka pada tahun 2006 angka putus sekolah menengah menunjukan titik tertinggi (1,23%), dan pada tahun 2008 menunjukan titik terendah (1,10%). Pada tahun 2008 Angka Putus Sekolah Menengah di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 1,10%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 0,77%, sehingga dibandingkan Angka Putus Sekolah SD pada tahun 2008 maka Angka Putus Sekolah pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 1,1%. 31
  • 39. Angka Melek Aksara 15 tahun ke atas Gambar 2.21. Angka Melek Aksara 15 Tahun ke atas di Provinsi Jawa Tengah Angka melek aksara 15 tahun ke atas menjadi salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) disamping angka harapan hidup, pendidikan, dan standar hidup. Angka melek aksara 15 tahun ke atas di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung stabil dan meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka melek aksara 15 tahun ke atas naik menjadi 87,40% dibandingkan tahun 2004 yang sebesar 86,70%, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 88,24% dan pada tahun 2007 naik menjadi 88,62%. Pada tahun 2008 angka melek aksara 15 tahun ke atas di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 89,24%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 89,46%, sehingga dibandingkan angka melek aksara 15 tahun ke atas pada tahun 2008 maka angka melek aksara 15 tahun ke atas pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,22%, yang disebabkan karena adanya pola regular untuk menuntaskan buta aksara yang bekerjasama dengan lembaga dan organisasi sosial kemasyarakatan (Aisyah, NU, BKOW, LMDH) dan melalui pola percepatan yang mendayagunakan mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik penuntasan buta aksara dan pada tahun 2008 menunjukan titik terendah. 32
  • 40. Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar SMP/MTs Gambar 2.22. Persentase Guru Layak Mengajar SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah Jumlah guru layak mengajar menentukan sejauhmana pendidikan yang akan diterima oleh anak didiknya. Persentase jumlah guru layak mengajar SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004- 2009) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005 persentase jumlah guru layak mengajar SMP/MTs naik menjadi 73% dari tahun 2004 yang sebesar 72%, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 79.87% dan naik kembali pada tahun 2007 yaitu sebesar 81,66%. Pada tahun 2008 persentase jumlah guru layak mengajar SMP/MTs di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 81,75%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 82,80%, sehingga dibandingkan persentase jumlah guru layak mengajar SMP/MTs pada tahun 2008 maka persentase jumlah guru layak mengajar SMP/MTs pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 1,05%. Persentase Jumlah Guru Layak Mengajar Sekolah Menengah Jumlah guru layak mengajar menentukan sejauhmana pendidikan yang akan diterima oleh anak didiknya. Persentase jumlah guru layak mengajar sekolah menengah di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005 persentase jumlah guru layak mengajar sekolah menengah naik menjadi 33
  • 41. 65,15% dari tahun 2004 yang sebesar 64,39%, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 67,46% dan naik kembali pada tahun 2007 yaitu sebesar 75,13%. Gambar 2.23. Persentase Guru Layak Mengajar Sekolah Menengah di Provinsi Jawa Tengah Pada tahun 2008 persentase jumlah guru layak mengajar sekolah menengah di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 75,21%, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 78,74%, sehingga dibandingkan persentase jumlah guru layak mengajar sekolah menengah pada tahun 2008 maka persentase jumlah guru layak mengajar sekolah menengah pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 3,53%. 34
  • 42. Analisis Gabungan Sub Agenda Pendidikan (1)     Gambar 2.24. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Pendidikan (1) Pada tahapan analisis gabungan untuk sub agenda pendidikan APM SD/MI dan angka putus sekolah SD untuk kasus di Provinsi Jawa Tengah, dapat disimpulkan kondisi yang dicapai sudah cukup stabil, akan tetapi belum memenuhi target dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang mensyaratkan kondisi APM SD/MI 98% dan angka putus sekolah SD 0,12%. Kondisi yang cukup stabil ini dapat dilihat dari kondisi APM SD/MI yang bergerak di antara 89%-92% dan angka putus sekolah SD yang bergerak di angka 0,22%-0,33%. Hal menarik yang ditemukan terkait dengan kondisi indikator ini adalah, adanya kesesuaian kondisi APM SD/MI dan angka putus sekolah SD pada tahun 2007 ke 2008, dimana pada tahun 2007 menuju tahun 2008 APM SD/MI mengalami peningkatan dan angka putus sekolah SD mengalami penurunan (seperti yang tampak pada Grafik 2.24). Artinya, secara data dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya APM SD/MI maka semakin menurun angka putus sekolah SD, karena semakin tinggi nilai APM SD/MI maka semakin rendah angka putus sekolah SD sehingga program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dapat tercapai. 35
  • 43. Analisis Gabungan Sub Agenda Pendidikan (2) Gambar 2.25. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Pendidikan (2) Pada tahapan analisis gabungan untuk sub agenda pendidikan dilihat dari persentase guru layak mengajar SMP/MTs dan rata-rata nilai akhir SMP/MTs untuk kasus di Provinsi Jawa Tengah, dapat disimpulkan kondisi yang dicapai cenderung fluktuaktif dan belum memenuhi target dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang mensyaratkan rata-rata nilai akhir SMP/MTs mencapai 6,28. Kondisi yang fluktuatif ini dapat dilihat dari rata-rata nilai akhir SMP/MTs yang bergerak di antara 5,12-6,37 dan persentase guru layak mengajar SMP/MTs yang bergerak di angka 72,00%-82,80% Hal menarik yang ditemukan terkait dengan kondisi indikator ini adalah, adanya kesesuaian kondisi persentase guru layak mengajar SMP/MTs dengan rata-rata nilai akhir SMP/MTs pada tahun 2004 ke 2005 dan pada tahun 2008 menuju 2009 yaitu kedua indikator ini mengalami peningkatan (seperti yang tampak pada Grafik 2.25). Artinya, secara data dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya persentase guru layak mengajar SMP/MTs maka semakin meningkat pula rata-rata nilai akhir SMP/MTs. 36
  • 44. Analisis Gabungan Sub Agenda Pendidikan (3) Analisis Gabungan untuk Sub Agenda Pendidikan 90,00 78,74 80,00 75,13 75,21 67,46 70,00 64,39 65,15 60,00 Persentase jumlah guru yang P ers entas e 50,00 layak mengajar Sekolah Menengah 40,00 Rata-rata nilai akhir 30,00 (SMA/SMK/MA) 20,00 10,00 5,44 5,46 7,33 7,22 7,06 6,89 0,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Gambar 2.26. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Pendidikan (3) Pada tahapan analisis gabungan untuk sub agenda pendidikan dilihat dari persentase guru layak mengajar sekolah menengah dan rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA untuk kasus di Provinsi Jawa Tengah, dapat disimpulkan kondisi yang dicapai cenderung fluktuaktif. Kondisi yang fluktuatif ini dapat dilihat dari rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA yang bergerak di antara 5,44- 7,33 dan persentase guru layak mengajar sekolah menengah yang bergerak di angka 64,39%-78.74%. Hal menarik yang ditemukan terkait dengan kondisi indikator ini adalah, adanya kesesuaian kondisi persentase guru layak mengajar sekolah menengah dengan rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA pada tahun 2004 ke 2006 mengalami peningkatan (seperti yang tampak pada Grafik 2.26). Artinya, secara data dapat disimpulkan bahwa semakin meningkatnya persentase guru layak mengajar sekolah menengah maka semakin meningkat pula rata- rata nilai akhir SMA/SMK/MA. 37
  • 45. KESEHATAN Umur Harapan Hidup (UHH) Gambar 2.27. Umur Harapan Hidup (UHH) di Provinsi Jawa Tengah Umur harapan hidup menjadi salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) disamping melek huruf, pendidikan, dan standar hidup. Umur Harapan Hidup (UHH) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) menunjukan kondisi yang cenderung fluktuatif dan naik setiap tahunnya. Pada tahun 2005 umur harapan hidup naik menjadi 70,60 tahun dari tahun 2004 yang sebesar 69,70 tahun, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 70,80 tahun dan naik kembali pada tahun 2007 yaitu sebesar 70,90 tahun. Pada tahun 2008, UHH di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 71,10 tahun, kemudian pada tahun 2009 mencapai 71,25 tahun, sehingga dibandingkan UHH pada tahun 2008 maka UHH pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,25 tahun. 38
  • 46. Angka Kematian Bayi (AKB) Gambar 2.28. Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah Angka kematian bayi menjadi salah satu indikator dalam sub agenda kesehatan yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009) angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi pada tahun 2005 (23,71%), dan menunjukan titik terendah pada tahun 2006 (11,03%). Pada tahun 2008 Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 9,27%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 10,25%, sehingga dibandingkan Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2008 maka Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,98%. 39
  • 47. Prevalensi Gizi Buruk   Gambar 2.29. Prevalensi Gizi Buruk di Provinsi Jawa Tengah Prevalensi gizi buruk menjadi salah satu indikator dalam sub agenda kesehatan yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Prevalensi gizi buruk di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009), dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 prevalensi gizi buruk di Provinsi Jawa Tengah mencapai titik tertinggi (4,00%), yang disebabkan oleh belum mantapnya kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan bergizi seimbang. Pada tahun 2008 prevalensi gizi buruk di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 4,00%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 4,00%, sehingga dibandingkan prevalensi gizi buruk pada tahun 2008 maka prevalensi gizi buruk pada tahun 2009 kondisinya stabil/tetap. 40
  • 48. Prevalensi Gizi Kurang Gambar 2.30. Prevalensi Gizi Kurang di Provinsi Jawa Tengah Prevalensi gizi kurang menjadi salah satu indikator dalam sub agenda kesehatan yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Prevalensi gizi kurang di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009), tampak bahwa pada tahun 2007 menunjukan titik terendah (12,00%), yang disebabkan oleh adanya revitalisasi posyandu. Pada tahun 2008 dan tahun2009 prevalensi gizi kurang di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka yang stabil yaitu mencapai nilai 12,00%. 41
  • 49. Persentase Tenaga Kesehatan Perpenduduk Gambar 2.31. Persentase Tenaga Kesehatan perpenduduk di Provinsi Jawa Tengah Persentase tenaga kesehatan perpenduduk menjadi salah satu indikator dalam sub agenda kesehatan yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persentase tenaga kesehatan perpenduduk di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung stabil, yaitu berkisar pada angka 0,13%- 0,14%. 42
  • 50. Analisis Gabungan Sub Agenda Kesehatan Gambar 2.32. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Kesehatan Berdasarkan data diatas angka kematian bayi di Provinsi Jawa Tengah dalam dua tahun 2008-2009 mengalami peningkatan yaitu dari 9,27% menjadi 10,25% hal ini didukung dengan masih tetapnya angka prevalensi gizi buruk pada tahun 2008-2009 yaitu 4,00% serta diikuti pula dengan stabilnya angka prevalensi gizi kurang pada tahun 2008-2009 di angka 12,00%. Akan tetapi, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengupayakan berbagai strategi dalam prioritas pembangunan yang terdapat dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013 yaitu program peningkatan pemerataan jangkauan dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan perseorangan/rujukan yang didukung oleh persebaran sarana dan prasarana pengembangan profesionalisme dan kompetensi tenaga kesehatan yang memadai dan berkualitas serta mampu menjangkau masyarakat miskin serta kewenangan urusan wajib yaitu pencegahan dan penanggulangan penyakit penurunan prevalensi gizi kurang dan prevalensi gizi buruk didukung oleh program bantuan pangan, jaminan sosial bidang kesehatan bagi anak keluarga berpendapatan rendah dengan meningkatkan kualitas dan ketahanan keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan program peningkatan 43
  • 51. ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan cadangan pangan masyarakat, daerah dan perbaikan distribusi pangan. KELUARGA BERENCANA Persentase Penduduk ber-KB Gambar 2.33. Persentase Penduduk ber-KB di Provinsi Jawa Tengah Persentase penduduk ber-KB menjadi salah satu indikator dalam sub agenda keluarga berencana yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persentase penduduk ber-KB di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004- 2009), tampak bahwa pada tahun 2007 persentase penduduk ber-KB di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi (88,42%), dan pada tahun 2006 menunjukan titik terendah (77,26%), yang disebabkan karena masih minimnya tenaga penyuluh KB di Provinsi Jawa Tengah, idealnya satu orang penyuluh KB melayani hanya dua desa, akan tetapi yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah satu orang penyuluh KB melayani empat desa. Pada tahun 2008 persentase penduduk ber-KB di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 78,09%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 78,32%, sehingga dibandingkan persentase penduduk ber-KB pada tahun 2008 maka persentase penduduk ber-KB pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 0,23%. 44
  • 52. Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk   Gambar 2.34. Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Jawa Tengah Persentase laju pertumbuhan penduduk menjadi salah satu indikator dalam sub agenda keluarga berencana yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persentase laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009), tampak bahwa pada tahun 2008 persentase laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi (0,67%), dan pada tahun 2005 menunjukan titik terendah (-1,29%). Pada tahun 2006 persentase laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 0,63%, kemudian pada tahun 2008 naik mencapai titik tertinggi yaitu 0,67% dan pada tahun 2009 kembali turun menjadi 0,37%. sehingga dibandingkan persentase laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2008 maka persentase laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0,30%. Total Fertility Rate (TFR) Total Fertility Rate (TFR) menjadi salah satu indikator dalam sub agenda keluarga berencana yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk 45
  • 53. meningkatkan kesejahteraan rakyat. TFR di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Gambar 2.35. Total Fertility Rate (TFR) di Provinsi Jawa Tengah Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004- 2009), tampak bahwa pada tahun 2007 TFR di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi (2,3%), dan pada tahun 2006 menunjukan titik terendah (2,1%). Pada tahun 2007 TFR di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 2,3%, kemudian pada tahun 2008 dan 2009 tidak mengalami perubahan yaitu pada angka 2,3%. 46
  • 54. Analisis Gabungan Sub Agenda Keluarga Berencana   Gambar 2.36. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Keluarga Berencana Pada tahun 2005 persentase penduduk ber-KB mengalami peningkatan dari 77,65% menjadi 78,26% hal ini menyebabkan persentase laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2005 mengalami penurunan dari 0,8% menjadi -1,29%. Kondisi ini didukung dengan adanya otonomi daerah yang diikuti dengan P3GD yang pada akhirnya urusan KB diserahkan ke kabupaten/kota sehingga terjadi pergeseran program KB yang sentralistik menjadi desentralistik. Kondisi tersebut diatas didukung pula dengan adanya prioritas pembangunan yang terdapat dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013 yaitu program peningkatan pengembangan sistem pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan pengaturan persebarannya melalui fasilitas program KB dan transmigrasi didukung pula dengan program pelayanan keluarga berencana dan program pembinaan peranserta masyarakat dalam pelayan KB mandiri. 47
  • 55. EKONOMI MAKRO Laju Pertumbuhan Ekonomi Gambar 2.37. Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Laju pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator dalam sub agenda ekonomi makro yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009), tampak bahwa pada tahun 2007 laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi (5,33%), dan pada tahun 2008 menunjukan titik terendah (5,46%). Pada tahun 2008 laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 5.46%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 4,71%, sehingga dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2008 maka laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 0,75%. 48
  • 56. Persentase Ekspor terhadap PDRB Gambar 2.38. Persentase Ekspor terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah Persentase ekspor terhadap PDRB menjadi salah satu indikator dalam sub agenda ekonomi makro yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persentase ekspor terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009), tampak bahwa pada tahun 2008 persentase ekspor terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi (49,74%), dan pada tahun 2006 menunjukan titik terendah (42,94%). Pada tahun 2008 persentase ekspor terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 49,74%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 46,07%, sehingga dibandingkan persentase ekspor terhadap PDRB pada tahun 2008 maka persentase ekspor terhadap PDRB pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 3,67%. Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB Persentase output manufaktur terhadap PDRB menjadi salah satu indikator dalam sub agenda ekonomi makro yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Persentase output 49
  • 57. manufaktur terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Gambar 2.39. Persentase Output Manufaktur terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004- 2009), tampak bahwa pada tahun 2005 persentase output manufaktur terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi (33,71%), dan pada tahun 2006 menunjukan titik terendah (32,85%). Pada tahun 2008 persentase output manufaktur terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 33,08%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 31,45%, sehingga dibandingkan persentase output manufaktur terhadap PDRB pada tahun 2008 maka persentase output manufaktur terhadap PDRB pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 1,63%. 50
  • 58. Pendapatan per kapita Gambar 2.40. Pendapatan per kapita di Provinsi Jawa Tengah Pendapatan per kapita menjadi salah satu indikator dalam sub agenda ekonomi makro yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pendapatan per kapita di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2005 pendapatan per kapita naik menjadi 6.275.651,39 juta rupiah dari tahun 2004 yang sebesar 5.220.326,86 juta rupiah, kemudian pada tahun 2006 naik menjadi 7.538.997,91juta rupiah, pada tahun 2007 naik menjadi 8.281.309,54juta rupiah. Pada tahun 2008 pendapatan per kapita di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 9.522.019,88 juta rupiah, kemudian pada tahun 2009 mencapai angka 10.228.762,63 juta rupiah, sehingga dibandingkan pendapatan per kapita pada tahun 2008 maka pendapatan per kapita pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar 706.742,75 juta rupiah. 51
  • 59. Laju Inflasi Gambar 2.41. Laju Inflasi di Provinsi Jawa Tengah Laju inflasi menjadi salah satu indikator dalam sub agenda ekonomi makro yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Laju inflasi di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009), tampak bahwa pada tahun 2005 dan 2008 laju inflasi di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi yaitu 15,91% (2005) dan 9,55% (2008), dan pada tahun 2006 menunjukan titik terendah (6,53%). Pada tahun 2008 laju inflasi di Provinsi Jawa Tengah mencapai angka 9,55%, kemudian pada tahun 2009 mencapai 3,22%, sehingga dibandingkan laju inflasi pada tahun 2008 maka laju inflasi pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 6,33%. 52
  • 60. Analisis Gabungan Sub Agenda Ekonomi Makro Gambar 2.42. Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Untuk Sub Agenda Ekonomi Makro Berdasarkan data tersebut di atas, pada tahun 2006 terjadi penurunan laju pertumbuhan ekonomi menjadi sebesar 5,33% disebabkan oleh menurunnya persentase output manufaktur terhadap PDRB yang mencapai 32,85%. Pada tahun 2008 dan 2009, laju pertumbuhan ekonomi kembali mengalami penurunan yaitu mencapai angka 5,46%, hal ini disebabkan karena menurunnya persentase output manufaktur terhadap PDRB, lemahnya peran UMKM dalam pemenuhan kebutuhan pasar domestik dan berorientasi ekspor, kurangnya daya saing produk unggulan daerah, masih lambatnya pengembangan investasi dan akses pasar di Provinsi Jawa Tengah. 53
  • 61. INVESTASI Nilai Rencana PMA yang Disetujui   Gambar 2.43. Nilai Rencana PMA yang Disetujui di Provinsi Jawa Tengah Nilai rencana PMA yang disetujui menjadi salah satu indikator dalam sub agenda investasi yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Nilai rencana PMA yang disetujui di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004- 2009), tampak bahwa pada tahun 2008 nilai rencana PMA yang disetujui di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi yaitu 1.934.813,78 ribu US$, dan pada tahun 2006 menunjukan titik terendah (142.388,82 ribu US$). Pada tahun 2008 nilai rencana PMA yang disetujui di Provinsi Jawa Tengah mencapai 1.934.813,78 ribu US$, kemudian pada tahun 2009 mencapai 467.655,15 ribu US $. 54
  • 62. Nilai Realisasi Investasi PMA Gambar 2.44. Nilai Realisasi Investasi PMA di Provinsi Jawa Tengah Nilai realisasi investasi PMA menjadi salah satu indikator dalam sub agenda investasi yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Nilai realisasi investasi PMA di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004-2009), tampak bahwa pada tahun 2005 nilai realisasi investasi PMA di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi yaitu 550.512,44 ribu US$, dan pada tahun 2008 menunjukan titik terendah (39.488,86 US$). Pada tahun 2008 nilai realisasi investasi PMA yang disetujui di Provinsi Jawa Tengah mencapai 39.488,86 ribu US$, kemudian pada tahun 2009 mencapai 9.604,14 ribu US$. 55
  • 63. Nilai Rencana PMDN yang Disetujui Gambar 2.45. Nilai Rencana PMDN yang Disetujui di Provinsi Jawa Tengah Nilai rencana PMDN yang disetujui menjadi salah satu indikator dalam sub agenda investasi yang menjadi salah satu agenda pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Nilai rencana PMDN yang disetujui di Provinsi Jawa Tengah dalam 6 (enam) tahun terakhir (2004-2009) cenderung fluktuatif. Apabila dilihat dari fokus kecenderungan selama lima tahun (2004- 2009), tampak bahwa pada tahun 2006 dan 2008 nilai rencana PMDN yang disetujui di Provinsi Jawa Tengah menunjukan titik tertinggi yaitu 3.831.468,58 juta rupiah (2006) dan 2.578.988,46 juta rupiah (2008), sedangkan pada tahun 2005 dan 2007 menunjukan titik terendah yaitu 1.912.678,00 juta rupiah (2005) dan 1.306.994,53 juta rupiah (2007). Pada tahun 2008 nilai rencana PMDN yang disetujui di Provinsi Jawa Tengah mencapai 2.578.988,46 juta rupiah, kemudian pada tahun 2009 mencapai 1.017.467,10 juta rupiah. 56