SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
estetika
05PDU




        : realisme - ekspresionisme - kognitivisme.

                                      Dita Restia    1301036124
                               Ellena Ekarahendy     1301035121
                                Jovienna Widjaja     1301038943
                                          Raslene    1301038331
                                    Rigina Felicia   1301038205
                                          Yessyka    1301036345
01 :Realisme

       Jelaskanlah maksud atau pandangan inti dari teori-teori realis (mimetis) tentang seni, dengan juga memberikan contoh-
       contoh!

       a. Di manakah letak keindahan (juga kejelekan), ‘kebenaran’ (juga ‘kesalahan’), dan kebaikan (juga keburukan) suatu
       karya seni dari sudut pandang teori ini?

       b. Apakah kekuatan utama teori-teori realis tentang seni?

       c. Di manakah batas-batas / kelemahannya dalam menjelaskan keindahan, ‘kebenaran’ dan kebaikan seni (termasuk
       lawannya: kejelekan, ‘kesalahan’ dan keburukan seni) ?

       -----------------------------------------------------------------------------------------------------

                     Pandangan inti dari teori-toeri realisme merupakan pemikiran dari filsuf Yunani, yakni Plato dan
                     Aristoteles, dengan teori mimemis.

                     Pemikiran Plato mengenai keindahan berkaitan dengan pemikirannya tentang dunia idea. Menurut Plato,
                     dunia terdiri atas dua, yakni dunia idea (dunia atas) dan dunia bawah (doxa). Plato, guru dari Aristoteles,
                     menyatakan bahwa realitas adalah yang berada di dalam dunia idea, sementara apa yang kita lihat dalam
                     kehidupan nyata sehari-hari di sekeliling kita (dunia inderawi) semata adalah tiruan dari dunia idea (yang
                     merupakan realitas sebenarnya.) “Idea itu bersifat rohani, kekal, dan tidak berubah”1 Dan Plato melihat
                     karya seni sebagai tiruan dari kenyataan yang ada di dunia, yang merupakan tiruan dari dunia idea, dan
                     inilah yang dikenal sebagai teori mimesis.

                     Dan seni, yang merupakan tiruan dari tiruan tersebut bagi Plato menjauhkan audiens dari realita
                     (kebenaran sejati). Bagi Plato, seni memiliki kecenderungan untuk menghasilkan suatu emotional appeal
                     yang dikhawatirkan mengarahkan audiens ke tingkah laku yang irasional dan imoral, terutama jika dilihat
                     pada masa itu warga Negara memiliki tugas besar untuk membangun Negara, yang bisa terdistraksi
                     dengan karya seni, terutama sastra dan drama yang akan mempengaruhi audiens untuk lebih berpihak
                     pada emosi dibanding pemikiran rasional.

                     Kita bisa melihat contoh hasil karya dari Jeff Koons, yang secara gamblang mengakui bahwa karya seninya
                     memang berorientasi pada keberhasilan yang bersifat komersial2. Salah satunya: Puppy. Puppy memberikan
                     suatu emotional appeal terhadap audiensnya, dimana audiens memiliki suatu hubungan emosional yang
                     dalam terhadap si karya seni yang merupakan tiruan dari anjing di dunia nyata, dibandingkan terhadap
                     anjing di dunia nyata itu sendiri. Contoh lain yang serupa adalah pada robot-robot anjing yang diciptakan
                     di Jepang, yang bisa kita sebut sebagai contoh seni kinetik. Robot-robot anjing tersebut adalah tiruan dari
                     anjing di dunia nyata, namun bisa memunculkan emotional appeal yang begitu persuasif bagi audiensnya,
                     sehingga memunculkan kecenderungan bagi audiens untuk ‘memelihara’ si anjing artifisial tersebut,
                     dibanding untuk memelihara (sebagai bentuk afeksi) terhadap anjing di kehidupan nyata; yang
                     membuktikan kekhawatiran Plato mengenai dampak seni realisme terhadap tingkah laku manusia yang
                     mengaburkan realita. Baginya, hanya filsafat yang bisa dijadikan sumber pengetahuan. Plato memiliki
                     kekhawatiran bahwa dampak dari seni yang begitu enjoyable bisa berbahaya terhadap efek psikologikal
                     tingkah laku.3


                     Jika Plato berkeberatan dengan seni karena dikhawatirkan berpotensi memberi pengaruh buruk bagi
                     tingkah laku masyarakat, Aristoteles melihat seni sebagai sesuatu yang bermakna, yang mampu
                     memberikan nilai tambah bagi manusia.




__________________________________________________________________________________________________________________________

1
  Matius Ali, Estetika – Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan. (Tangerang: Sanggar Luxor). h.16
2
  Terry Barett, Why Is That Art?.(Oxford: Oxford University). h.27
3
  Ibid. h.20
Yang utama mengenai keindahan bagi Aristoteles adalah pengetahuan yang dibawa di dalam seni. Bagi
                         Aristoteles, realita/hakikat suatu benda bukannya berada di dunia idea, melainkan di dalam benda itu
                         sendiri. “Seni tidak hanya tiruan dari suatu benda yang ada di alam, tetapi lebih sebagai “tiruan dari
                         sesuatu yang universal” (imitation of something that is universal).4 Kita bisa mengambil contoh karya seni
                         dari Andreas Serrano, yang melalui karya fotografinya, bukan sekedar mencari cermin dari apa yang terjadi
                         di dunia nyata, melainkan mampu memberikan suatu pemaham / pengetahuan yang particular namun
                         tetap universal.

                         Bagi Aristoteles, seni pertama-tama harus berbasis pada pengetahuan, baru pada tampilan dan fungsinya,
                         karena pengetahuan mampu mempengaruhi tingkah laku seseorang yang akan berdampak pada hidupnya
                         dalam bermasyarakat. Dalam karya seni Rockmann, Manifest Destiny, yang menggambarkan kondisi akibat
                         ketidakseimbangan alam akibat ulah manusia, mewakili teori katarsis Aristoteles, dimana seni dapat
                         menjadi media ‘pemurnian’. Yang dimaksud dengan pemurnian di sini adalah, seni yang mencerminkan
                         kehidupan nyata dan berbasis pada pengetahuan mampu memberikan suatu pemahaman bagi audiensnya
                         untuk bisa mengubah tingkah lakunya agar bisa memberikan sesuatu yang baik dalam hidup
                         bermasyarakat, atau singkatnya, seni yang bersifat normatif.

                         Dari paparan landasan pemikiran di atas, baik Plato maupun Aristoteles memiliki pandangan yang sejalan
                         mengenai keindahan / kebaikan dalam seni dari sudut pandang teori ini, yakni: pengetahuan dan dampak
                         yang diberikan karya seni terhadap manusia untuk bertingkah laku lebih baik (konstribusinya terhadap
                         pengetahuan yang sesungguhnya), yang dapat berpengaruh pada perilaku manusia dalam hidup
                         bermasyarakat; yang dilakukan dalam seni yang menjadi cerminan kehidupan nyata. Hanya saja,
                         representasi realistik dalam karya seni dapat dipahami secara keliru sebagai kondisi dunia yang terjadi
                         sesungguhnya, bukan sebagai apa yang seniman gambarkan atas apa yang mereka lihat (interpretasinya
                         terhadap dunia yang mereka hadapi), karena masing-masing seniman berperan secara unik dalam
                         pengalaman dan pengetahuan melalui karya seni.5 Dan bagaimana seni mampu berkontribusi terhadap
                         pengetahuan menjadi kelebihan sudut pandang teori realisme ini terhadap seni.

                         Kelemahannya adalah seniman dibebani oleh ekspektasi publik untuk bisa menggambar secara realistik,
                         yang dijadikan sebagai parameter untuk mengukur kredibilitas si seniman hanya dengan berdasar pada
                         keahliannya untuk menirukan, sehingga keahlian mimetisme (meniru) menjadi kriteria untuk segala jenis
                         karya seni yang dibuat oleh seniman manapun, tanpa mempertimbangkan apakah karya seni tersebut
                         merepresentasikan estetika Realisme atau tidak, dan mengabaikan kriteria apresiasi berupa kontribusi
                         karya seni realism tersebut terhadap pengetahuan.6 Di sisi lain, seniman yang memang menghasilkan karya
                         seni dengan estetika Realisme sebagai dasar filosofis karyanya, cenderung dianggap berangkat dari teori
                         yang sudah kuno dan ketinggalan jaman. Dan masyarakat awam yang mengekspektasikan seni dengan
                         teknik mimetis yang ahli membatasi apresiasi mereka sebatas pada kenikmatan yang ditimbulkan dari seni
                         yang realistik saja, dan Plato mengkhawatirkan kesenangan/kenikmatan seperti itu akan mengarahkan
                         audiens pada kesesatan dan kepalsuan, yang bisa berdampak pada tingkah laku yang immoral.7




__________________________________________________________________________________________________________________________

4
    Matius Ali, Op.cit,. h.22
5
    Terry Barrett, Op.cit., h. 52
6
    Ibid. h.51
7
    Terry Barret, loc.cit.
02 :Ekspresionisme & Kognitivisme

          Jelaskan maksud atau pandangan pokok teori-teori ekspresionistik / kognitivistik tentang seni, lengkapi dengan contoh!

         a.       Di manakah letak keindahan dan makna seni menurut teori-teori ekspresionistik?

         b.       Apakah kelebihan teori-teori ekspresionistik, terutama dibanding teori-teori realis (mimetis)?

         c.       Apakah kelemahan / batas-batas pandangan ekspresionistik dalam memahami dan menilai seni?

         -------------------------------------------------------------------------------------------------------

                           Pandangan pokok teori ekspresionistik / kognitivistik adalah emosi yang disampaikan melalui karya seni.
                           Secara lebih spesifik, ekspresionisme menampilkan / berbicara mengenai pengalaman emosional si
                           seniman melalui karya seninya, yang menjadikan karya seni ekspresionisme bersifat subyektif karena
                           berfokus pada si individu senimannya. Ekspresionisme menekankan perasaan, dan bagaimana emosi
                           dapat dirasakan melalui karya seni. Sementara kognitivisme, sebagaimana dijelaskan oleh Terry Barrett
                           dalam Why Is That Art?, memang berhubungan erat dengan ekspresionisme namun terpisah darinya,
                           karena kognitivisme menekankan pada pengetahuan yang disampaikan oleh suatu karya seni mengenai
                           dunia dengan cara yang unik dan powerful. Dari sini, kita dapat memahami bahwa kognitivisme
                           menekankan pada pemahaman tentang dunia, dan salah satu caranya adalah melalui emosi di dalam karya
                           seni. Jika ekspresionisme adalah tentang feeling, kognitivisme adalah tentang thinking.

                           Dengan demikian, keindahan ekspresionisme terletak pada sejauh mana emosi yang disampaikan seniman
                           melalui karya seninya juga dapat dirasakan oleh orang yang melihat karya seni tersebut. Keindahan
                           kognitivisme, selain pada perasaan yang termunculkan melalui karya seni, juga terletak pada bagaimana
                           karya seni dalam memberikan pemahaman / pengetahuan / kognisi.

                           Pemikir-pemikir seperti Tolstoy, Croce, Collingwood, Langer, Dewey, Goodman, dan Danto ikut mendasari
                           teori ekspresionisme & kognitivisme ini berkaitan dengan seni sebagai media penyampaian pengalaman
                           emosi, baik yang menekankan hanya pada perasaan yang mampu ditangkap oleh audiens saja maupun
                           pengalaman yang tercipta dengan munculnya pemahaman audiens terhadap emosi apa yang disampaikan
                           seniman melalui karya seninya.

                           Menurut Susanne Langer, seni adalah bahasa yang memberikan alternatif bentuk sebuah makna. Hal ini
                           senada dengan Cynthia Freeland dan Eileen John yang menyampaikan bahwa syarat dari seni adalah
                           mengandung upaya interpretasi artistik yang kompleks. Di sini, lain halnya dengan mimetis yang menjadi
                           cermin dari dunia keseharian, metafora mengambil peran dalam seni ekspresionisme / kognitivisme (yang
                           juga tersampaikan dalam pemikiran Croce, Goodman, dan Danto) untuk menyampaikan suatu makna,
                           berdasarkan pengalaman emosional si seniman melalui karya seni yang non-obyektif. Makna yang
                           terwakilkan lewat metafora di dalam karya seni berkaitan dengan ekspresi emosional dari sang seniman
                           berhubungan dengan teori psikoanalisa Sigmund Freud. Menurut Freud, ekspresi yang disampaikan oleh
                           seniman melalui karya seninya merupakan gambaran dari alam bawah sadarnya (subkonsius). Subkonsius
                           adalah pemikiran yang ditekan oleh kesadaran (something below the surface), namun mempengaruhi
                           pemikiran sadar tanpa secara langsung bisa terlihat / diinterpretasikan, dan di sanalah analisa
                           dibutuhkan.9


                           Mengambil contoh lukisan ekspresionisme karya Joan Mitchell; suatu pengalaman emosional si seniman
                           mampu tergambarkan melalui lukisan-lukisan abstraknya, yang mampu dirasakan juga oleh audiensnya,
                           misalnya perasaan marah. Mitchell mengakui bahwa “I am certainly not aware of myself. Painting is a way
                           of forgetting oneself.”9 yang mewakili teori Freud mengenai subkonsius yang mendominasi ekspresi
                           emosional di dalam karya seni ekspresionisme.
__________________________________________________________________________________________________________________________

8
    Ibid. h. 67
9
    Ibid. h.75
Untuk bisa memahami makna metafora dalam karya seni ekspresionisme Mitchell tersebut, audiens harus
bisa memahami latar belakang Mitchell itu sendiri, misalnya dari kebiasaannya, latar belakang kehidupan
pribadi dengan keluarganya, pandangannya, dan lain sebagainya.

Berkenaan dengan hal tersebut, untuk menilai suatu karya seni ekspresionisme, hanya bisa dipahami
secara menyeluruh hanya dengan memahami latar belakang si individu senimannya. Hal inilah yang
menjadi kelemahan atau batasan dalam teori ekspresionisme: jika audiens tidak memiliki kesempatan
untuk bertanya langsung pada senimannya mengenai ekspresi yang dibawakannya atau tidak
berkesempatan untuk memahami si senimannya tersebut (misalnya, ketika seniman tersebut wafat, kita
tidak akan bisa memahami secara menyeluruh dan sepenuhnya tepat tentang ekspresi emosi yang
disampaikan seniman tersebut lewat karya seninya).

Jika teori psikoanalisa Freud menyatakan bahwa seni ekspresionisme menyampaikan ekspresi yang berada
di bawah permukaan kesadaran seniman (individu), Estetika Marxisme kurang lebih menyampaikan hal
serupa, namun yang disampaikan adalah apa yang berada di bawah kesadaran sosial masyarakat.Filsafat
Marxisme sendiri adalah kritik terhadap kapitalisme yang terjadi pasca revolusi industry yang
memunculkan kelas baru dalam masyarakat, yakni kaum borjuis yang menguasai alat produksi, sehingga
kaum proletar teralienasi (terasingkan) antara kerja dan dirinya sendiri, dan hal itulah yang dirujuk
sebagai apa yang tidak terlihat di permukaan masyarakat dalam estetika Marxisme.

Estetika Marxisme tergolong sebagai kognitivisme karena dalam pandangan teori ini, seni selain menjadi
ekspresi masyarakat, juga harus bisa menyampaikan pemahaman / pengetahuan kepada audiensnya
tentang apa yang terjadi di masyarakat. Tidak hanya itu, menurut teori estetika Marxisme, seni harus bisa
memiliki daya transformasi di masyarakat, dimana seni tidak hanya sekedar membawa pemahaman dan
kesadaran, tapi juga daya yang mendorong audiensnya untuk bertindak atas ‘ketidakberesan’ yang
akhirnya mereka sadari melalui karya seni tersebut. Dalam konteks ini, seniman memiliki tanggung jawab
atas pengetahuan, untuk bisa menyampaikan pemahaman tersebut kepada masyarakat; atau dengan kata
lain, seniman memiliki tanggung jawab sosial atas apa yang terjadi di masyarakat dan berperan untuk
melakukan perubahan atas hal tersebut, karena seni itu tidak berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi oleh
masyarakat. (Ingat bahwa yang diekspresikan di sini adalah masyarakat, sudah bukan lagi individu). Poin
ini menjadi suatu kelebihan dari teori kognitivisme, dimana seni bisa membawa pemahaman, kesadaran,
pengetahuan, dan daya perubahan dan daya juang di dalam masyarakat.

More Related Content

What's hot

Dampak dari Perubahan Sosial, globalisasi dan modernisasi.
Dampak dari Perubahan Sosial, globalisasi dan modernisasi.Dampak dari Perubahan Sosial, globalisasi dan modernisasi.
Dampak dari Perubahan Sosial, globalisasi dan modernisasi.Rizky Erliyandi
 
MAKALAH prasangka sosial
MAKALAH prasangka sosial MAKALAH prasangka sosial
MAKALAH prasangka sosial Dede S. Nugraha
 
Era Peradaban Seni Baroque
Era Peradaban Seni BaroqueEra Peradaban Seni Baroque
Era Peradaban Seni Baroqueartventure ipkt
 
PRINSIP PRINSIP ANIMASI 2 DIMENSI
PRINSIP PRINSIP ANIMASI 2 DIMENSIPRINSIP PRINSIP ANIMASI 2 DIMENSI
PRINSIP PRINSIP ANIMASI 2 DIMENSIDiyah Rochmawati
 
Prinsip dan Tujuan Komunikasi Interpersonal
Prinsip dan Tujuan Komunikasi InterpersonalPrinsip dan Tujuan Komunikasi Interpersonal
Prinsip dan Tujuan Komunikasi InterpersonalErvina Nurjanah
 
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMIBakhrul Ulum
 
Sektor informal (Pengantar Studi Kependudukan)
Sektor informal (Pengantar Studi Kependudukan)Sektor informal (Pengantar Studi Kependudukan)
Sektor informal (Pengantar Studi Kependudukan)Titis Setya Wulandari
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMila Wati
 
PSV 3053 TEMA DAN KANDUNGAN DALAM EMPAT BIDANG
PSV 3053 TEMA DAN KANDUNGAN DALAM EMPAT BIDANG PSV 3053 TEMA DAN KANDUNGAN DALAM EMPAT BIDANG
PSV 3053 TEMA DAN KANDUNGAN DALAM EMPAT BIDANG melissaluai
 
Teori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatTeori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatSirajuddin Lathif
 
Strukturalisme dan Semiotik
Strukturalisme dan SemiotikStrukturalisme dan Semiotik
Strukturalisme dan SemiotikShafira Rahmani
 
Teori Seni dalam Tiga Tahap Kebudayaan
Teori Seni dalam Tiga Tahap KebudayaanTeori Seni dalam Tiga Tahap Kebudayaan
Teori Seni dalam Tiga Tahap KebudayaanAditya Sasongko
 

What's hot (20)

Dampak dari Perubahan Sosial, globalisasi dan modernisasi.
Dampak dari Perubahan Sosial, globalisasi dan modernisasi.Dampak dari Perubahan Sosial, globalisasi dan modernisasi.
Dampak dari Perubahan Sosial, globalisasi dan modernisasi.
 
Media audio visual(tv)
Media audio visual(tv)Media audio visual(tv)
Media audio visual(tv)
 
Seni tari
Seni tariSeni tari
Seni tari
 
Partisipasi politik
Partisipasi politikPartisipasi politik
Partisipasi politik
 
1.3b mod warna
1.3b mod warna1.3b mod warna
1.3b mod warna
 
MAKALAH prasangka sosial
MAKALAH prasangka sosial MAKALAH prasangka sosial
MAKALAH prasangka sosial
 
Jenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis SemantikJenis-Jenis Semantik
Jenis-Jenis Semantik
 
Era Peradaban Seni Baroque
Era Peradaban Seni BaroqueEra Peradaban Seni Baroque
Era Peradaban Seni Baroque
 
Partisipasi politik
Partisipasi politikPartisipasi politik
Partisipasi politik
 
Pert. 9 genre program televisi
Pert. 9 genre program televisiPert. 9 genre program televisi
Pert. 9 genre program televisi
 
PRINSIP PRINSIP ANIMASI 2 DIMENSI
PRINSIP PRINSIP ANIMASI 2 DIMENSIPRINSIP PRINSIP ANIMASI 2 DIMENSI
PRINSIP PRINSIP ANIMASI 2 DIMENSI
 
Prinsip dan Tujuan Komunikasi Interpersonal
Prinsip dan Tujuan Komunikasi InterpersonalPrinsip dan Tujuan Komunikasi Interpersonal
Prinsip dan Tujuan Komunikasi Interpersonal
 
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
 
Sektor informal (Pengantar Studi Kependudukan)
Sektor informal (Pengantar Studi Kependudukan)Sektor informal (Pengantar Studi Kependudukan)
Sektor informal (Pengantar Studi Kependudukan)
 
Makalah kritik sastra
Makalah kritik sastraMakalah kritik sastra
Makalah kritik sastra
 
PSV 3053 TEMA DAN KANDUNGAN DALAM EMPAT BIDANG
PSV 3053 TEMA DAN KANDUNGAN DALAM EMPAT BIDANG PSV 3053 TEMA DAN KANDUNGAN DALAM EMPAT BIDANG
PSV 3053 TEMA DAN KANDUNGAN DALAM EMPAT BIDANG
 
Teori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatTeori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakat
 
Silabus seni-rupa
Silabus seni-rupaSilabus seni-rupa
Silabus seni-rupa
 
Strukturalisme dan Semiotik
Strukturalisme dan SemiotikStrukturalisme dan Semiotik
Strukturalisme dan Semiotik
 
Teori Seni dalam Tiga Tahap Kebudayaan
Teori Seni dalam Tiga Tahap KebudayaanTeori Seni dalam Tiga Tahap Kebudayaan
Teori Seni dalam Tiga Tahap Kebudayaan
 

Similar to Estetika Realisme dan Ekspresionisme & Kognitivisme

Seni visual stpm sample hassan mohd ghazli
Seni visual stpm sample hassan mohd ghazliSeni visual stpm sample hassan mohd ghazli
Seni visual stpm sample hassan mohd ghazliHASSAN MOHD GHAZALI
 
Batasan antara seni dan bukan seni
Batasan antara seni dan bukan seniBatasan antara seni dan bukan seni
Batasan antara seni dan bukan seniWafiqUmami
 
Seni rupa modern dan kontemporer
Seni rupa modern dan kontemporerSeni rupa modern dan kontemporer
Seni rupa modern dan kontemporerDani Ibrahim
 
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, Ptolomeus
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, PtolomeusTokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, Ptolomeus
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, PtolomeusHariyatunnisa Ahmad
 
331704692 rangkuman-kuliah-pendidikan-seni
331704692 rangkuman-kuliah-pendidikan-seni331704692 rangkuman-kuliah-pendidikan-seni
331704692 rangkuman-kuliah-pendidikan-seniOctavianus Charles
 
Pertimbangan dan kesedaran estetik
Pertimbangan dan kesedaran estetikPertimbangan dan kesedaran estetik
Pertimbangan dan kesedaran estetikMelisa Amirullah
 
Estetika.pdf
Estetika.pdfEstetika.pdf
Estetika.pdfYusril41
 
Kelas x pendidikan_seni_rupa_(revisi_ii)
Kelas x pendidikan_seni_rupa_(revisi_ii)Kelas x pendidikan_seni_rupa_(revisi_ii)
Kelas x pendidikan_seni_rupa_(revisi_ii)andreirawanandre
 
2. نظرية المحاكاة
2.  نظرية المحاكاة2.  نظرية المحاكاة
2. نظرية المحاكاةMulyadi O
 
MATERI DARING KD 2 SENBUD 4.pptx
MATERI DARING KD 2 SENBUD 4.pptxMATERI DARING KD 2 SENBUD 4.pptx
MATERI DARING KD 2 SENBUD 4.pptxsmkpn1
 
- filsafat bahasa dan seni-2.pptx
 - filsafat bahasa dan seni-2.pptx - filsafat bahasa dan seni-2.pptx
- filsafat bahasa dan seni-2.pptxMarvael007
 
- filsafat bahasa dan seni-2.pptx
 - filsafat bahasa dan seni-2.pptx - filsafat bahasa dan seni-2.pptx
- filsafat bahasa dan seni-2.pptxMarvael007
 

Similar to Estetika Realisme dan Ekspresionisme & Kognitivisme (20)

Teori seni
Teori seniTeori seni
Teori seni
 
Teori seni
Teori seniTeori seni
Teori seni
 
Seni visual stpm sample hassan mohd ghazli
Seni visual stpm sample hassan mohd ghazliSeni visual stpm sample hassan mohd ghazli
Seni visual stpm sample hassan mohd ghazli
 
Seni rupa modern dan kontemporer
Seni rupa modern dan kontemporerSeni rupa modern dan kontemporer
Seni rupa modern dan kontemporer
 
Seni rupa modern dan kontemporer
Seni rupa modern dan kontemporerSeni rupa modern dan kontemporer
Seni rupa modern dan kontemporer
 
Seni rupa modern dan kontemporer
Seni rupa modern dan kontemporerSeni rupa modern dan kontemporer
Seni rupa modern dan kontemporer
 
Batasan antara seni dan bukan seni
Batasan antara seni dan bukan seniBatasan antara seni dan bukan seni
Batasan antara seni dan bukan seni
 
Seni rupa modern dan kontemporer
Seni rupa modern dan kontemporerSeni rupa modern dan kontemporer
Seni rupa modern dan kontemporer
 
Bab III Kelas XI Seni Budaya
Bab III Kelas XI Seni BudayaBab III Kelas XI Seni Budaya
Bab III Kelas XI Seni Budaya
 
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, Ptolomeus
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, PtolomeusTokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, Ptolomeus
Tokoh Pembaharu : Plato, Aristoteles, Ptolomeus
 
331704692 rangkuman-kuliah-pendidikan-seni
331704692 rangkuman-kuliah-pendidikan-seni331704692 rangkuman-kuliah-pendidikan-seni
331704692 rangkuman-kuliah-pendidikan-seni
 
Pertimbangan dan kesedaran estetik
Pertimbangan dan kesedaran estetikPertimbangan dan kesedaran estetik
Pertimbangan dan kesedaran estetik
 
Modul Seni Rupa
Modul Seni RupaModul Seni Rupa
Modul Seni Rupa
 
Estetika.pdf
Estetika.pdfEstetika.pdf
Estetika.pdf
 
Kelas x pendidikan_seni_rupa_(revisi_ii)
Kelas x pendidikan_seni_rupa_(revisi_ii)Kelas x pendidikan_seni_rupa_(revisi_ii)
Kelas x pendidikan_seni_rupa_(revisi_ii)
 
2. نظرية المحاكاة
2.  نظرية المحاكاة2.  نظرية المحاكاة
2. نظرية المحاكاة
 
MATERI DARING KD 2 SENBUD 4.pptx
MATERI DARING KD 2 SENBUD 4.pptxMATERI DARING KD 2 SENBUD 4.pptx
MATERI DARING KD 2 SENBUD 4.pptx
 
Pengertian keindahan
Pengertian keindahanPengertian keindahan
Pengertian keindahan
 
- filsafat bahasa dan seni-2.pptx
 - filsafat bahasa dan seni-2.pptx - filsafat bahasa dan seni-2.pptx
- filsafat bahasa dan seni-2.pptx
 
- filsafat bahasa dan seni-2.pptx
 - filsafat bahasa dan seni-2.pptx - filsafat bahasa dan seni-2.pptx
- filsafat bahasa dan seni-2.pptx
 

Recently uploaded

APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfVenyHandayani2
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...NiswatuzZahroh
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxHeriyantoHeriyanto44
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 

Recently uploaded (20)

APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
Pembuktian rumus volume dan luas permukaan bangung ruang Tabung, Limas, Keruc...
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptxAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 

Estetika Realisme dan Ekspresionisme & Kognitivisme

  • 1. estetika 05PDU : realisme - ekspresionisme - kognitivisme. Dita Restia 1301036124 Ellena Ekarahendy 1301035121 Jovienna Widjaja 1301038943 Raslene 1301038331 Rigina Felicia 1301038205 Yessyka 1301036345
  • 2. 01 :Realisme Jelaskanlah maksud atau pandangan inti dari teori-teori realis (mimetis) tentang seni, dengan juga memberikan contoh- contoh! a. Di manakah letak keindahan (juga kejelekan), ‘kebenaran’ (juga ‘kesalahan’), dan kebaikan (juga keburukan) suatu karya seni dari sudut pandang teori ini? b. Apakah kekuatan utama teori-teori realis tentang seni? c. Di manakah batas-batas / kelemahannya dalam menjelaskan keindahan, ‘kebenaran’ dan kebaikan seni (termasuk lawannya: kejelekan, ‘kesalahan’ dan keburukan seni) ? ----------------------------------------------------------------------------------------------------- Pandangan inti dari teori-toeri realisme merupakan pemikiran dari filsuf Yunani, yakni Plato dan Aristoteles, dengan teori mimemis. Pemikiran Plato mengenai keindahan berkaitan dengan pemikirannya tentang dunia idea. Menurut Plato, dunia terdiri atas dua, yakni dunia idea (dunia atas) dan dunia bawah (doxa). Plato, guru dari Aristoteles, menyatakan bahwa realitas adalah yang berada di dalam dunia idea, sementara apa yang kita lihat dalam kehidupan nyata sehari-hari di sekeliling kita (dunia inderawi) semata adalah tiruan dari dunia idea (yang merupakan realitas sebenarnya.) “Idea itu bersifat rohani, kekal, dan tidak berubah”1 Dan Plato melihat karya seni sebagai tiruan dari kenyataan yang ada di dunia, yang merupakan tiruan dari dunia idea, dan inilah yang dikenal sebagai teori mimesis. Dan seni, yang merupakan tiruan dari tiruan tersebut bagi Plato menjauhkan audiens dari realita (kebenaran sejati). Bagi Plato, seni memiliki kecenderungan untuk menghasilkan suatu emotional appeal yang dikhawatirkan mengarahkan audiens ke tingkah laku yang irasional dan imoral, terutama jika dilihat pada masa itu warga Negara memiliki tugas besar untuk membangun Negara, yang bisa terdistraksi dengan karya seni, terutama sastra dan drama yang akan mempengaruhi audiens untuk lebih berpihak pada emosi dibanding pemikiran rasional. Kita bisa melihat contoh hasil karya dari Jeff Koons, yang secara gamblang mengakui bahwa karya seninya memang berorientasi pada keberhasilan yang bersifat komersial2. Salah satunya: Puppy. Puppy memberikan suatu emotional appeal terhadap audiensnya, dimana audiens memiliki suatu hubungan emosional yang dalam terhadap si karya seni yang merupakan tiruan dari anjing di dunia nyata, dibandingkan terhadap anjing di dunia nyata itu sendiri. Contoh lain yang serupa adalah pada robot-robot anjing yang diciptakan di Jepang, yang bisa kita sebut sebagai contoh seni kinetik. Robot-robot anjing tersebut adalah tiruan dari anjing di dunia nyata, namun bisa memunculkan emotional appeal yang begitu persuasif bagi audiensnya, sehingga memunculkan kecenderungan bagi audiens untuk ‘memelihara’ si anjing artifisial tersebut, dibanding untuk memelihara (sebagai bentuk afeksi) terhadap anjing di kehidupan nyata; yang membuktikan kekhawatiran Plato mengenai dampak seni realisme terhadap tingkah laku manusia yang mengaburkan realita. Baginya, hanya filsafat yang bisa dijadikan sumber pengetahuan. Plato memiliki kekhawatiran bahwa dampak dari seni yang begitu enjoyable bisa berbahaya terhadap efek psikologikal tingkah laku.3 Jika Plato berkeberatan dengan seni karena dikhawatirkan berpotensi memberi pengaruh buruk bagi tingkah laku masyarakat, Aristoteles melihat seni sebagai sesuatu yang bermakna, yang mampu memberikan nilai tambah bagi manusia. __________________________________________________________________________________________________________________________ 1 Matius Ali, Estetika – Sebuah Pengantar Filsafat Keindahan. (Tangerang: Sanggar Luxor). h.16 2 Terry Barett, Why Is That Art?.(Oxford: Oxford University). h.27 3 Ibid. h.20
  • 3. Yang utama mengenai keindahan bagi Aristoteles adalah pengetahuan yang dibawa di dalam seni. Bagi Aristoteles, realita/hakikat suatu benda bukannya berada di dunia idea, melainkan di dalam benda itu sendiri. “Seni tidak hanya tiruan dari suatu benda yang ada di alam, tetapi lebih sebagai “tiruan dari sesuatu yang universal” (imitation of something that is universal).4 Kita bisa mengambil contoh karya seni dari Andreas Serrano, yang melalui karya fotografinya, bukan sekedar mencari cermin dari apa yang terjadi di dunia nyata, melainkan mampu memberikan suatu pemaham / pengetahuan yang particular namun tetap universal. Bagi Aristoteles, seni pertama-tama harus berbasis pada pengetahuan, baru pada tampilan dan fungsinya, karena pengetahuan mampu mempengaruhi tingkah laku seseorang yang akan berdampak pada hidupnya dalam bermasyarakat. Dalam karya seni Rockmann, Manifest Destiny, yang menggambarkan kondisi akibat ketidakseimbangan alam akibat ulah manusia, mewakili teori katarsis Aristoteles, dimana seni dapat menjadi media ‘pemurnian’. Yang dimaksud dengan pemurnian di sini adalah, seni yang mencerminkan kehidupan nyata dan berbasis pada pengetahuan mampu memberikan suatu pemahaman bagi audiensnya untuk bisa mengubah tingkah lakunya agar bisa memberikan sesuatu yang baik dalam hidup bermasyarakat, atau singkatnya, seni yang bersifat normatif. Dari paparan landasan pemikiran di atas, baik Plato maupun Aristoteles memiliki pandangan yang sejalan mengenai keindahan / kebaikan dalam seni dari sudut pandang teori ini, yakni: pengetahuan dan dampak yang diberikan karya seni terhadap manusia untuk bertingkah laku lebih baik (konstribusinya terhadap pengetahuan yang sesungguhnya), yang dapat berpengaruh pada perilaku manusia dalam hidup bermasyarakat; yang dilakukan dalam seni yang menjadi cerminan kehidupan nyata. Hanya saja, representasi realistik dalam karya seni dapat dipahami secara keliru sebagai kondisi dunia yang terjadi sesungguhnya, bukan sebagai apa yang seniman gambarkan atas apa yang mereka lihat (interpretasinya terhadap dunia yang mereka hadapi), karena masing-masing seniman berperan secara unik dalam pengalaman dan pengetahuan melalui karya seni.5 Dan bagaimana seni mampu berkontribusi terhadap pengetahuan menjadi kelebihan sudut pandang teori realisme ini terhadap seni. Kelemahannya adalah seniman dibebani oleh ekspektasi publik untuk bisa menggambar secara realistik, yang dijadikan sebagai parameter untuk mengukur kredibilitas si seniman hanya dengan berdasar pada keahliannya untuk menirukan, sehingga keahlian mimetisme (meniru) menjadi kriteria untuk segala jenis karya seni yang dibuat oleh seniman manapun, tanpa mempertimbangkan apakah karya seni tersebut merepresentasikan estetika Realisme atau tidak, dan mengabaikan kriteria apresiasi berupa kontribusi karya seni realism tersebut terhadap pengetahuan.6 Di sisi lain, seniman yang memang menghasilkan karya seni dengan estetika Realisme sebagai dasar filosofis karyanya, cenderung dianggap berangkat dari teori yang sudah kuno dan ketinggalan jaman. Dan masyarakat awam yang mengekspektasikan seni dengan teknik mimetis yang ahli membatasi apresiasi mereka sebatas pada kenikmatan yang ditimbulkan dari seni yang realistik saja, dan Plato mengkhawatirkan kesenangan/kenikmatan seperti itu akan mengarahkan audiens pada kesesatan dan kepalsuan, yang bisa berdampak pada tingkah laku yang immoral.7 __________________________________________________________________________________________________________________________ 4 Matius Ali, Op.cit,. h.22 5 Terry Barrett, Op.cit., h. 52 6 Ibid. h.51 7 Terry Barret, loc.cit.
  • 4. 02 :Ekspresionisme & Kognitivisme Jelaskan maksud atau pandangan pokok teori-teori ekspresionistik / kognitivistik tentang seni, lengkapi dengan contoh! a. Di manakah letak keindahan dan makna seni menurut teori-teori ekspresionistik? b. Apakah kelebihan teori-teori ekspresionistik, terutama dibanding teori-teori realis (mimetis)? c. Apakah kelemahan / batas-batas pandangan ekspresionistik dalam memahami dan menilai seni? ------------------------------------------------------------------------------------------------------- Pandangan pokok teori ekspresionistik / kognitivistik adalah emosi yang disampaikan melalui karya seni. Secara lebih spesifik, ekspresionisme menampilkan / berbicara mengenai pengalaman emosional si seniman melalui karya seninya, yang menjadikan karya seni ekspresionisme bersifat subyektif karena berfokus pada si individu senimannya. Ekspresionisme menekankan perasaan, dan bagaimana emosi dapat dirasakan melalui karya seni. Sementara kognitivisme, sebagaimana dijelaskan oleh Terry Barrett dalam Why Is That Art?, memang berhubungan erat dengan ekspresionisme namun terpisah darinya, karena kognitivisme menekankan pada pengetahuan yang disampaikan oleh suatu karya seni mengenai dunia dengan cara yang unik dan powerful. Dari sini, kita dapat memahami bahwa kognitivisme menekankan pada pemahaman tentang dunia, dan salah satu caranya adalah melalui emosi di dalam karya seni. Jika ekspresionisme adalah tentang feeling, kognitivisme adalah tentang thinking. Dengan demikian, keindahan ekspresionisme terletak pada sejauh mana emosi yang disampaikan seniman melalui karya seninya juga dapat dirasakan oleh orang yang melihat karya seni tersebut. Keindahan kognitivisme, selain pada perasaan yang termunculkan melalui karya seni, juga terletak pada bagaimana karya seni dalam memberikan pemahaman / pengetahuan / kognisi. Pemikir-pemikir seperti Tolstoy, Croce, Collingwood, Langer, Dewey, Goodman, dan Danto ikut mendasari teori ekspresionisme & kognitivisme ini berkaitan dengan seni sebagai media penyampaian pengalaman emosi, baik yang menekankan hanya pada perasaan yang mampu ditangkap oleh audiens saja maupun pengalaman yang tercipta dengan munculnya pemahaman audiens terhadap emosi apa yang disampaikan seniman melalui karya seninya. Menurut Susanne Langer, seni adalah bahasa yang memberikan alternatif bentuk sebuah makna. Hal ini senada dengan Cynthia Freeland dan Eileen John yang menyampaikan bahwa syarat dari seni adalah mengandung upaya interpretasi artistik yang kompleks. Di sini, lain halnya dengan mimetis yang menjadi cermin dari dunia keseharian, metafora mengambil peran dalam seni ekspresionisme / kognitivisme (yang juga tersampaikan dalam pemikiran Croce, Goodman, dan Danto) untuk menyampaikan suatu makna, berdasarkan pengalaman emosional si seniman melalui karya seni yang non-obyektif. Makna yang terwakilkan lewat metafora di dalam karya seni berkaitan dengan ekspresi emosional dari sang seniman berhubungan dengan teori psikoanalisa Sigmund Freud. Menurut Freud, ekspresi yang disampaikan oleh seniman melalui karya seninya merupakan gambaran dari alam bawah sadarnya (subkonsius). Subkonsius adalah pemikiran yang ditekan oleh kesadaran (something below the surface), namun mempengaruhi pemikiran sadar tanpa secara langsung bisa terlihat / diinterpretasikan, dan di sanalah analisa dibutuhkan.9 Mengambil contoh lukisan ekspresionisme karya Joan Mitchell; suatu pengalaman emosional si seniman mampu tergambarkan melalui lukisan-lukisan abstraknya, yang mampu dirasakan juga oleh audiensnya, misalnya perasaan marah. Mitchell mengakui bahwa “I am certainly not aware of myself. Painting is a way of forgetting oneself.”9 yang mewakili teori Freud mengenai subkonsius yang mendominasi ekspresi emosional di dalam karya seni ekspresionisme. __________________________________________________________________________________________________________________________ 8 Ibid. h. 67 9 Ibid. h.75
  • 5. Untuk bisa memahami makna metafora dalam karya seni ekspresionisme Mitchell tersebut, audiens harus bisa memahami latar belakang Mitchell itu sendiri, misalnya dari kebiasaannya, latar belakang kehidupan pribadi dengan keluarganya, pandangannya, dan lain sebagainya. Berkenaan dengan hal tersebut, untuk menilai suatu karya seni ekspresionisme, hanya bisa dipahami secara menyeluruh hanya dengan memahami latar belakang si individu senimannya. Hal inilah yang menjadi kelemahan atau batasan dalam teori ekspresionisme: jika audiens tidak memiliki kesempatan untuk bertanya langsung pada senimannya mengenai ekspresi yang dibawakannya atau tidak berkesempatan untuk memahami si senimannya tersebut (misalnya, ketika seniman tersebut wafat, kita tidak akan bisa memahami secara menyeluruh dan sepenuhnya tepat tentang ekspresi emosi yang disampaikan seniman tersebut lewat karya seninya). Jika teori psikoanalisa Freud menyatakan bahwa seni ekspresionisme menyampaikan ekspresi yang berada di bawah permukaan kesadaran seniman (individu), Estetika Marxisme kurang lebih menyampaikan hal serupa, namun yang disampaikan adalah apa yang berada di bawah kesadaran sosial masyarakat.Filsafat Marxisme sendiri adalah kritik terhadap kapitalisme yang terjadi pasca revolusi industry yang memunculkan kelas baru dalam masyarakat, yakni kaum borjuis yang menguasai alat produksi, sehingga kaum proletar teralienasi (terasingkan) antara kerja dan dirinya sendiri, dan hal itulah yang dirujuk sebagai apa yang tidak terlihat di permukaan masyarakat dalam estetika Marxisme. Estetika Marxisme tergolong sebagai kognitivisme karena dalam pandangan teori ini, seni selain menjadi ekspresi masyarakat, juga harus bisa menyampaikan pemahaman / pengetahuan kepada audiensnya tentang apa yang terjadi di masyarakat. Tidak hanya itu, menurut teori estetika Marxisme, seni harus bisa memiliki daya transformasi di masyarakat, dimana seni tidak hanya sekedar membawa pemahaman dan kesadaran, tapi juga daya yang mendorong audiensnya untuk bertindak atas ‘ketidakberesan’ yang akhirnya mereka sadari melalui karya seni tersebut. Dalam konteks ini, seniman memiliki tanggung jawab atas pengetahuan, untuk bisa menyampaikan pemahaman tersebut kepada masyarakat; atau dengan kata lain, seniman memiliki tanggung jawab sosial atas apa yang terjadi di masyarakat dan berperan untuk melakukan perubahan atas hal tersebut, karena seni itu tidak berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi oleh masyarakat. (Ingat bahwa yang diekspresikan di sini adalah masyarakat, sudah bukan lagi individu). Poin ini menjadi suatu kelebihan dari teori kognitivisme, dimana seni bisa membawa pemahaman, kesadaran, pengetahuan, dan daya perubahan dan daya juang di dalam masyarakat.