SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 5
Descargar para leer sin conexión
Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial:
 Suatu Suguhan Untuk Menyusun Ulang Kode-Kode Budaya dalam Membangun
                                                     Kesetaraan Gender


     Penulis dalam bukunya yang berjudul “Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial” ini,
mengantarkan kita semua untuk melakukan rekonstruksi gender dalam masyarakat yang
tengah berubah. Yaitu suatu tindakan untuk menyusun ulang tentang kode-kode budaya
yang setara untuk dimiliki para laki-laki dan perempuan. Sehingga tercipta suatu struktur
         sosial budaya yang berkeadilan dalam membangun tatanan sosial yang mapan.


Oleh: Suhadi Rembang
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPS Unnes, angkatan 2010




                                   Judul buku: Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial
                                   Penulis: Prof. Dr. Tri Marheni Pudji Astuti, M. Hum
                                   Tahun Terbit: Cetakan ke 2 tahun 2011 (dari cetakan
                                   pertama tahun 2008)
                                   Edisi: Revisi
                                   Penerbit: UNNESPress
                                   Tempat Terbit: Semarang
                                   Tebal Buku: 23,5 cm
                                   Jumlah halaman: xv + 158
                                   ISBN: 979 1006 62 8




      Inti dari buku dengan tebal 23,5 cm ini terdapat ada pada halaman 109 hingga 110.
       Penulis buku dengan judul “Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial” memberikan
  perspektif tentang konstruksi gender adalah suatu realitas yang dibangun dan diterima
 oleh masyarakat tentang suatu sifat-sifat yang secara budaya diasosiasikan sebagai sifat
                                        yang harus dimiliki oleh perempuan atau laki-laki.

Tema besar permasalahan yang diangkat dalam buku yang baru-baru ini dicetak ulang
(dua kali ini) adalah adanya ketidakadilan dalam mengasosiasikan sifat-sifat yang harus
dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Ketajaman penulis dalam menghadirkan masalah
yang tidak banyak diperhatikan oleh banyak orang inilah, mampu menghantarkan akan
masih banyaknya kesenjangan gender dalam berbagai bidang. Kesenjangan gender yang
dimaksud adalah suatu kondisi ketika ada salah satu pihak (laki-laki atau perempuan)
tertinggal dalam berperan, mengakses, dan melakukan kontrol dalam setiap aspek
kehidupan (lihat halaman 13).

Menurut penulis, kesenjangan gender yang tampak jelas digelar dalam masyarakat saat
ini adalah kesenjangan di bidang hukum, politik dan pemerintahan, ekonomi dan tenaga
kerja, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, hingga kesenjangan di bidang
kesehatan.

Masih banyaknya pasal dalam aturan hukum yang mendeskriminasikan perempuan,
sebagai bukti ramainya kesenjangan hukum digelar. Penulis menegaskan, hukum pada
masyarakat kita sangat kental dengan aroma patriarkhal. Realitas struktural birokrasi
hukum kita yang patrialkhal inilah, menurut penulis sebagai industri yang paling rajin
membangun cara pandang perempuan yang selalu takut berurusan dengan hukum.
Untuk mengatasi itu, menurut penulis, kesetaraan laki-laki atau perempuan di bidang
hukum dapat dimulai dengan memberikan pemahaman tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan masalah hukum (lihat halaman 16).

Tentu saja kesetaraan hukum antara laki-laki dengan perempuan di bidang hukum, tidak
cukup dengan sosialisasi akan hak dan kewajiban warga negara. Karena penciptaan
realitas sosial kesenjangan hukum menurut penulis adalah akibat dari struktural
birokrasi hukum yang patrialkhal, maka yang perlu dilakukan adalah mengubah struktur
birokrasi pencipta hukum kearah struktur birokrasi egalitarian. Dengan birokrasi
egalitarian inilah, produk-produk hukum yang dilegalkan tidak akan terjadi kesenjangan.
Namun reformasi birokrasi yang egalitarian ini tidak disenangi oleh penganut dan
pengikut birokrasi patrialkhal, karena sistem birokrasi egalitarian akan mengacaukan
sekaligus mengancam eksistensi kekuasaan laki-laki dihadapan muka hukum nasional.

Kesenjangan kedua menurut penulis adalah kesenjangan di bidang politik dan
pemerintahan. Menurut penulis, dalam mengambil keputusan dan kebijakan,
perempuan hanya sebatas dijadikan martir/ dikorbankan/ atau untuk senjata dalam
mengapai dan melanggengkan kuasa laki-laki. Suatu realitas sosial, dimana politik yang
seharusnya mampu mendorong terciptanya kesetaraan gender, malah sebaliknya,
semakin mendulang gender yang tersenjangkan.

Walaupun terdapat beberapa kebijakan politik yang dianggap mampu menanggalkan
kesenjangan gender, namun kenyataannya berbeda. Hal ini dapat dilihat rumitnya
aturan menjadi wakil rakyat dari mereka yang berjenis kelamin perempuan. Terbukti,
perbandingan prosentasi anggota DPR RI laki-laki dan perempuan tahun 2009 yang
penuh dengan kesenjangan (lihat halaman 26). Keadaan tersebut, menurut penulis
hanya akan menciptakan gender blind.

Keberpihakan akan keputusan konvensional seperti ekonomi, pendidikan, perumahan,
lingkungan, kesejahteraan sosial, yang bernuansa feminin, cenderung menjadi pilihan
nomor kesekian. Karena dunia pengambil keputusan maskulin lebih suka dengan
kebijakan peningkatan tentara, perang, pembelian senjata, dan pembuatan senjata
nuklir (lihat halaman 30).
Menurut penulis, untuk menciptakan politik yang mampu menghancurkan politik
produksi kesenjangan gender yaitu dengan cara mensosialisasikan bahwa berpolitik
bukan hanya hak laki-laki saja, melainkan juga hak kaum perempuan (lihat halaman 35).
Catatan penting menurut penulis, meningkatkan kemampuan dan kualitas diri
perempuan adalah hal terpenting sebelum perempuan terjun di politik.

Langkah kehati-hatian yang diutarakan penulis menjadi penting. Karena dalam realitas
sosial di lapangan, politisi perempuan adalah simbol pendulang suatu kekuasaan.
Namun jika terdapat sedikit saja kesalahan politisi perempuan, media politik sosial tak
henti-hentinya menayangkan. Suatu realitas sosial, isu perempuan dipuja bak sucinya
malaikat, sekaligus direndahkan bak kotornya comberan yang berbau anyir dan
menjijikkan.

Kesenjangan ketiga adalah kesenjangan ekonomi. Menurut penulis, kesenjangan
ekonomi pada perempuan diciptakan dari program revolusi hijau dan kolonialisasi.
Sebelum revolusi hijau diekspansikan, perempuan merupakan salah satu pemegang
kunci dari pemulia pengetahuan dan keterampilan bertani. Bukan hanya itu, perempuan
juga piawai dalam menguasai menejemen pertanian sekaligus elemen spirit yang
mampu menginjeksikan perdagangan lebih intensif dan mapan. Namun dengan hadirnya
kolonial yang menancapkan kebijakan perkebunan atau tanam paksa untuk mengisi
pundi-pundi ekonomi negara kolonial, pengetahuan dan keterampilan perempuan
terlucuti di kemudian hingga sekarang.

Dengan hadirnya revolusi hijau, perkebunan, dan tanam paksa, menurut penulis, pada
saat itulah perempuan kehilangan peran produktif dan sosial. Perempuan dipaksa dan
dipukul mundur dengan masuk pasar kerja yang jauh-jauh hari tidak pernah disiapkan.
Hingga kemudian, mereka semakin termarginalkan dalam kehidupan di desa ataupun di
perkotaan, bahkan hidup miskin adalah suatu pilihan tanpa tandingan. Pada bagian
inialh, penulis menguatkan bahwa terdapat pelemahan nilai tawar perempuan melalui
kebijakan global dan nasional.

Namun penulis tampaknya tidak memberikan alternatif dalam mengatasi realitas sosial
yang penuh dengan ekonomi yang tersenjangkan ini. Memberikan alternatif untuk
keluar dari marginalisasi ekonomi menjadi penting dihadirkan. Terlebih faktor pekerjaan
menjadi penentu akan potret kualitas perempuan di masa mendatang. Terlepas dari itu,
secara mendalam, penulis menganalisis relasi antara konteks historis dan realitas sosial
saat ini tentang mengapa perempuan dalam keadaan termarginalkan.

Keempat, penulis menaruh perhatian pada kesenjangan yang terjadi di bidang
pendidikan. Menurut penulis, kesertaan perempuan dalam pendidikan, terpinggirkan.
Rendahnya kesempatan belajar formal yang dapat di akses perempuan ini berdampak
pada rendahnya pekerjaan publik yang dapat diakses oleh perempuan. Dengan
demikian, nilai tawar perempuan di bidang bidang publik, terendahkan. Hal inilah yang
mengundang penulis untuk memberi perhatian lebih dalam isu kesenjangan pendidikan
yang menerpa perempuan.
Penulis mengajukan solusi dalam menciptakan kesetaraan pendidikan berbasis gender.
Yang perlu dilakukan, menurut penulis adalah membuat kebijakan pendidikan, sosialisasi
kesertaan pendidikan perempuan, hingga perumusan kurikulum (lihat halaman 51),
mendesak dilakukan.

Kelima, kesenjangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut penulis,
kesenjangan terjadi tidak hanya pada paras pendidikan, tetapi kesenjangan terjadi
hingga penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penulis menuding, realitas sosial
yang penuh dengan nuansa kesenjangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, telah
dimulai dari proses sosialisasi dasar keluarga hingga kebijakan rencana pengembangan
pembangunan.

Penggiringan akan penguasaan akan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh anak laki-laki
telah diperankan oleh kepala keluarga yang bersangkutan. Anak perempuan cenderung
digiring pada penguasaan bidang-bidang non teknologi. Dengan demikian, kontruksi bias
teknologi ini, menurut penulis, menciptakan perempuan yang technological alienation
and disempowerment (lihat halaman 57), sekaligus rendahnya perempuan dalam
berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masyarakat
global.

Gagasan yang ditawarkan penulis dalam mengatasi gagapnya teknologi yang mendera
perempuan, dan kontribusi perempuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yaitu
melibatkan keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan mengenai riset dan
pembangunan. Penulis menambahkan, pembentukan kelompok perempuan yang
bertindak sebagai katalisator untuk memperluas informasi dan akses terhadap ilmu
pengetahuan dan teknologi, perlu ditingkatkan (lihat halaman 57-58). Dan tidak kalah
pentingnya, proses sosialisasi di tingkat keluarga yang mendorong kesempatan anak
perempuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mendesak dilakukan.
Pada bagian ini, tampaknya penulis belum luas dalam memberi ulasan.

Kesenjangan gender ke-enam menurut penulis yaitu adanya kesenjangan di bidang
kesehatan. Menurut penulis, biangkerok dari terpuruknya kesehatan kaum perempuan,
berakar dari ketidasetaraan gender (lihat halaman 58). Menurut penulis, hal ini
tercermin dari angka kematian (ibu dan bayi), angka kesakitan, hak reproduksi
perempuan, hingga peran perempuan dalam keluarga berencana (lihat halaman 58).
Gagasan yang ditawarkan dalam menjawab ketidakadilan gender dibidang kesehatan
cukup komprehensif. Penulis menawarkan tentang; pendidikan kesehatan, kebijakan
politik, partisipasi medis, dan citra kesehatan harus mengusung kesetaraan gender.

Selain perhatian yang cukup tajam akan kesenjangan diberbagai bidang, penulis juga
mengajak masyarakat melalui bukunya ini, agar perempuan lebih kritis dalam
menyelami arus kesetaraan gender yang diusung. Penulis secara khusus menaruh
perhatian tentang potensi perempuan dan perlakuannya di bidang iklan, pembangunan,
hingga keterlibatannya dalam penyelamatan lingkungan (ekofeminsim).

Memang, perempuan secara fisik memiliki muatan simbolik yang menjual ini,
mengundang penulis untuk lebih hati-hati. Karena dibalik gerakan populer yang
menyelimuti isu kesetaraan gender, terdapat muatan pemberatan beban para
perempuan. Dengan menghadirkan bagian tentang iklan, pembangunan, dan partisipasi
perempuan dalam penyelamatan lingkungan, seakan penulis mengajak berfikir dengan
para perempuan, agar tidak terjerumus dengan kado spesial yang justru memberatkan
perempuan, hingga terperosok ke jurang yang semakin curam dan dalam.

Perempuan jangan terlena dengan perubahan sosial yang ditawarkan. Fase liminalis
(lihat halaman 104) dan aspiratif (lihat halaman 107) harus dicermati dengan kritis.

Menurut penulis, gerakan kesetaraan gender bukanlah hal yang mudah digelontorkan
pada alam yang penuh sesak dengan aroma patrialkhal. Penulis dengan gamblang telah
membedah begitu kuatnya marginalisasi perempuan yang diperteguh dengan teks-teks
suci (baca bab xi tentang gender dalam agama), sebagai landasan moral (yang semu).

Dengan mengembangkan budaya akademik, penulis menawarkan kembali untuk
membedah teks-teks suci yang cenderung menggiring interpretasi dalam membangun
konstruksi gender yang bias dan penuh dengan ketidakadilan yang harus diterima dan
diperankan oleh perempuan, baik peran produktif, reproduktif, hingga peran
kemasyarakatan. Namun, dalam mengimplementasi gagasan dekonstruksi gender ini,
tidak mudah dilakukan, selagi para penafsir teks-teks suci ini masih menyembah yang
namanya berhala kekuasaan patriarkhial.

Hingga kemudian, penulis dalam bukunya yang berjudul “Konstruksi Gender Dalam
Realitas Sosial” ini, mengantarkan kita semua untuk melakukan rekonstruksi gender
dalam masyarakat yang tengah berubah (lihat halaman 109). Yaitu suatu tindakan untuk
menyusun ulang tentang kode-kode budaya yang setara untuk dimiliki para laki-laki dan
perempuan. Dengan demikian, maka akan tercipta suatu struktur sosial budaya yang
berkeadilan dalam membangun tatanan sosial yang mapan.

Semarang, 12 Januari 2012

Más contenido relacionado

Destacado

Perubahan makna tanah yang melampaui batas
Perubahan makna tanah yang melampaui batasPerubahan makna tanah yang melampaui batas
Perubahan makna tanah yang melampaui batasSuhadi Rembang
 
TRANSKIPPEMBELAJARAN BERBASIS PENELITIAN SMA N 1 PAMOTAN
TRANSKIPPEMBELAJARAN BERBASIS PENELITIAN SMA N 1 PAMOTANTRANSKIPPEMBELAJARAN BERBASIS PENELITIAN SMA N 1 PAMOTAN
TRANSKIPPEMBELAJARAN BERBASIS PENELITIAN SMA N 1 PAMOTANSuhadi Rembang
 
Ucapan terimasih kepada donasi buku
Ucapan terimasih kepada donasi bukuUcapan terimasih kepada donasi buku
Ucapan terimasih kepada donasi bukuSuhadi Rembang
 
Membaca Pembangkang Jawa
Membaca Pembangkang JawaMembaca Pembangkang Jawa
Membaca Pembangkang JawaSuhadi Rembang
 
Kritik pedoman pembinaan kesiswaan sma
Kritik pedoman pembinaan kesiswaan smaKritik pedoman pembinaan kesiswaan sma
Kritik pedoman pembinaan kesiswaan smaSuhadi Rembang
 
Maket sman1 pamotan-2013
Maket sman1 pamotan-2013Maket sman1 pamotan-2013
Maket sman1 pamotan-2013Suhadi Rembang
 
The portrait of women resistance towards patriarchy system in the movie of di...
The portrait of women resistance towards patriarchy system in the movie of di...The portrait of women resistance towards patriarchy system in the movie of di...
The portrait of women resistance towards patriarchy system in the movie of di...Suhadi Rembang
 
Spj penelitian-stup-mete-sma-pamotan
Spj penelitian-stup-mete-sma-pamotanSpj penelitian-stup-mete-sma-pamotan
Spj penelitian-stup-mete-sma-pamotanSuhadi Rembang
 
Politik Etis Gagal Total
Politik Etis Gagal TotalPolitik Etis Gagal Total
Politik Etis Gagal TotalSuhadi Rembang
 
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012Suhadi Rembang
 
MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERAna Sengga
 
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRO
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPROSOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRO
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRONabighah Imanellya
 
Pertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund FreudPertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund FreudVivia Maya Rafica
 
Soal pemantapan ujian semester genap asli
Soal pemantapan ujian semester genap   asliSoal pemantapan ujian semester genap   asli
Soal pemantapan ujian semester genap asliSuhadi Rembang
 
Kekuasaan,Wewenang, dan Pengaruh
Kekuasaan,Wewenang, dan PengaruhKekuasaan,Wewenang, dan Pengaruh
Kekuasaan,Wewenang, dan PengaruhWisnu Pamungkas
 
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012Suhadi Rembang
 
Latihan Soal UN Antropologi
Latihan Soal UN AntropologiLatihan Soal UN Antropologi
Latihan Soal UN Antropologineunfaradilla
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaCatur Prasetyo
 

Destacado (20)

Perubahan makna tanah yang melampaui batas
Perubahan makna tanah yang melampaui batasPerubahan makna tanah yang melampaui batas
Perubahan makna tanah yang melampaui batas
 
TRANSKIPPEMBELAJARAN BERBASIS PENELITIAN SMA N 1 PAMOTAN
TRANSKIPPEMBELAJARAN BERBASIS PENELITIAN SMA N 1 PAMOTANTRANSKIPPEMBELAJARAN BERBASIS PENELITIAN SMA N 1 PAMOTAN
TRANSKIPPEMBELAJARAN BERBASIS PENELITIAN SMA N 1 PAMOTAN
 
Ucapan terimasih kepada donasi buku
Ucapan terimasih kepada donasi bukuUcapan terimasih kepada donasi buku
Ucapan terimasih kepada donasi buku
 
Membaca Pembangkang Jawa
Membaca Pembangkang JawaMembaca Pembangkang Jawa
Membaca Pembangkang Jawa
 
Kritik pedoman pembinaan kesiswaan sma
Kritik pedoman pembinaan kesiswaan smaKritik pedoman pembinaan kesiswaan sma
Kritik pedoman pembinaan kesiswaan sma
 
Maket sman1 pamotan-2013
Maket sman1 pamotan-2013Maket sman1 pamotan-2013
Maket sman1 pamotan-2013
 
The portrait of women resistance towards patriarchy system in the movie of di...
The portrait of women resistance towards patriarchy system in the movie of di...The portrait of women resistance towards patriarchy system in the movie of di...
The portrait of women resistance towards patriarchy system in the movie of di...
 
Spj penelitian-stup-mete-sma-pamotan
Spj penelitian-stup-mete-sma-pamotanSpj penelitian-stup-mete-sma-pamotan
Spj penelitian-stup-mete-sma-pamotan
 
Politik Etis Gagal Total
Politik Etis Gagal TotalPolitik Etis Gagal Total
Politik Etis Gagal Total
 
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe B17 Tahun 2012
 
Proposal penelitian
Proposal penelitianProposal penelitian
Proposal penelitian
 
MAKALAH GENDER
MAKALAH GENDERMAKALAH GENDER
MAKALAH GENDER
 
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRO
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPROSOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRO
SOAL LATIAN UAM ANTROPOLOGI XII BHS MANDAPRO
 
SOSIALISASI
SOSIALISASISOSIALISASI
SOSIALISASI
 
Pertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund FreudPertemuan ke-3 Sigmund Freud
Pertemuan ke-3 Sigmund Freud
 
Soal pemantapan ujian semester genap asli
Soal pemantapan ujian semester genap   asliSoal pemantapan ujian semester genap   asli
Soal pemantapan ujian semester genap asli
 
Kekuasaan,Wewenang, dan Pengaruh
Kekuasaan,Wewenang, dan PengaruhKekuasaan,Wewenang, dan Pengaruh
Kekuasaan,Wewenang, dan Pengaruh
 
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe C29 Tahun 2012
 
Latihan Soal UN Antropologi
Latihan Soal UN AntropologiLatihan Soal UN Antropologi
Latihan Soal UN Antropologi
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya
 

Similar a Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial

Similar a Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial (20)

1. GENDER.ppt
1. GENDER.ppt1. GENDER.ppt
1. GENDER.ppt
 
Tor lkk kota bogor
Tor lkk kota bogorTor lkk kota bogor
Tor lkk kota bogor
 
Tugas makalah gender
Tugas makalah genderTugas makalah gender
Tugas makalah gender
 
Gender
GenderGender
Gender
 
Contoh makalah-latihan-word
Contoh makalah-latihan-wordContoh makalah-latihan-word
Contoh makalah-latihan-word
 
Contoh makalah-latihan-word
Contoh makalah-latihan-wordContoh makalah-latihan-word
Contoh makalah-latihan-word
 
PPT PROPOSAL NOVELIA.pptx
PPT PROPOSAL NOVELIA.pptxPPT PROPOSAL NOVELIA.pptx
PPT PROPOSAL NOVELIA.pptx
 
S281
S281S281
S281
 
EMANSIPASI DI ERA KEKINIAN - DJOKO AW
EMANSIPASI DI ERA KEKINIAN - DJOKO AWEMANSIPASI DI ERA KEKINIAN - DJOKO AW
EMANSIPASI DI ERA KEKINIAN - DJOKO AW
 
Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"Makalah "Kesetaraan Gender"
Makalah "Kesetaraan Gender"
 
Modul 7
Modul 7Modul 7
Modul 7
 
SEX vs GENDER9.ppt
SEX vs GENDER9.pptSEX vs GENDER9.ppt
SEX vs GENDER9.ppt
 
Alaala
AlaalaAlaala
Alaala
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif GenderKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
 
Makalah teori feminisme
Makalah teori feminismeMakalah teori feminisme
Makalah teori feminisme
 
GENDER
GENDER GENDER
GENDER
 
Hubungan Antara Sosiologi dan Ilmu Sosial Lain (Powerpoint)
Hubungan Antara Sosiologi dan Ilmu Sosial Lain (Powerpoint)Hubungan Antara Sosiologi dan Ilmu Sosial Lain (Powerpoint)
Hubungan Antara Sosiologi dan Ilmu Sosial Lain (Powerpoint)
 
Review buku mpki
Review buku mpkiReview buku mpki
Review buku mpki
 
OPTIMALISASI PERAN STRATEGIS PEREMPUAN dalam PEMBANGUNAN.pptx
OPTIMALISASI PERAN STRATEGIS PEREMPUAN dalam PEMBANGUNAN.pptxOPTIMALISASI PERAN STRATEGIS PEREMPUAN dalam PEMBANGUNAN.pptx
OPTIMALISASI PERAN STRATEGIS PEREMPUAN dalam PEMBANGUNAN.pptx
 
Gender dan Kesetaraan
Gender dan KesetaraanGender dan Kesetaraan
Gender dan Kesetaraan
 

Más de Suhadi Rembang

Pawon Batik Ramah Lingkungan
Pawon Batik Ramah Lingkungan Pawon Batik Ramah Lingkungan
Pawon Batik Ramah Lingkungan Suhadi Rembang
 
Instrumen Penelitian Rempah Rempah
Instrumen Penelitian Rempah Rempah Instrumen Penelitian Rempah Rempah
Instrumen Penelitian Rempah Rempah Suhadi Rembang
 
Membaca Kebenaran Dalam Video Dokumenter
Membaca Kebenaran Dalam Video DokumenterMembaca Kebenaran Dalam Video Dokumenter
Membaca Kebenaran Dalam Video DokumenterSuhadi Rembang
 
Membaca kebenaran dalam video dokumenter
Membaca kebenaran dalam video dokumenterMembaca kebenaran dalam video dokumenter
Membaca kebenaran dalam video dokumenterSuhadi Rembang
 
Seragam keamanan sekolah
Seragam keamanan sekolahSeragam keamanan sekolah
Seragam keamanan sekolahSuhadi Rembang
 
Ucapan terimasih kepada donasi buku dina
Ucapan terimasih kepada donasi buku   dinaUcapan terimasih kepada donasi buku   dina
Ucapan terimasih kepada donasi buku dinaSuhadi Rembang
 
Pantai caruban rembang
Pantai caruban rembangPantai caruban rembang
Pantai caruban rembangSuhadi Rembang
 
Majalah bangkit rembang
Majalah bangkit rembangMajalah bangkit rembang
Majalah bangkit rembangSuhadi Rembang
 
Galangan kapal sarang rembang
Galangan kapal sarang rembangGalangan kapal sarang rembang
Galangan kapal sarang rembangSuhadi Rembang
 
Batik tulis lasem rembang
Batik tulis lasem rembangBatik tulis lasem rembang
Batik tulis lasem rembangSuhadi Rembang
 
Perajin kepang sarang rembang
Perajin kepang sarang rembangPerajin kepang sarang rembang
Perajin kepang sarang rembangSuhadi Rembang
 
Sinematografi sma pamotan 2012
Sinematografi sma pamotan 2012Sinematografi sma pamotan 2012
Sinematografi sma pamotan 2012Suhadi Rembang
 
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru maluku
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru malukuKemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru maluku
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru malukuSuhadi Rembang
 
Membangun beranda depan indonesia
Membangun beranda depan indonesiaMembangun beranda depan indonesia
Membangun beranda depan indonesiaSuhadi Rembang
 
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Suhadi Rembang
 
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Suhadi Rembang
 
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012 Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012 Suhadi Rembang
 
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012Suhadi Rembang
 

Más de Suhadi Rembang (19)

Pawon Batik Ramah Lingkungan
Pawon Batik Ramah Lingkungan Pawon Batik Ramah Lingkungan
Pawon Batik Ramah Lingkungan
 
Instrumen Penelitian Rempah Rempah
Instrumen Penelitian Rempah Rempah Instrumen Penelitian Rempah Rempah
Instrumen Penelitian Rempah Rempah
 
Membaca Kebenaran Dalam Video Dokumenter
Membaca Kebenaran Dalam Video DokumenterMembaca Kebenaran Dalam Video Dokumenter
Membaca Kebenaran Dalam Video Dokumenter
 
Membaca kebenaran dalam video dokumenter
Membaca kebenaran dalam video dokumenterMembaca kebenaran dalam video dokumenter
Membaca kebenaran dalam video dokumenter
 
Wakaf Buku
Wakaf Buku Wakaf Buku
Wakaf Buku
 
Seragam keamanan sekolah
Seragam keamanan sekolahSeragam keamanan sekolah
Seragam keamanan sekolah
 
Ucapan terimasih kepada donasi buku dina
Ucapan terimasih kepada donasi buku   dinaUcapan terimasih kepada donasi buku   dina
Ucapan terimasih kepada donasi buku dina
 
Pantai caruban rembang
Pantai caruban rembangPantai caruban rembang
Pantai caruban rembang
 
Majalah bangkit rembang
Majalah bangkit rembangMajalah bangkit rembang
Majalah bangkit rembang
 
Galangan kapal sarang rembang
Galangan kapal sarang rembangGalangan kapal sarang rembang
Galangan kapal sarang rembang
 
Batik tulis lasem rembang
Batik tulis lasem rembangBatik tulis lasem rembang
Batik tulis lasem rembang
 
Perajin kepang sarang rembang
Perajin kepang sarang rembangPerajin kepang sarang rembang
Perajin kepang sarang rembang
 
Sinematografi sma pamotan 2012
Sinematografi sma pamotan 2012Sinematografi sma pamotan 2012
Sinematografi sma pamotan 2012
 
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru maluku
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru malukuKemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru maluku
Kemah wilayah perbatasan tahun 2012 di kepulauan aru maluku
 
Membangun beranda depan indonesia
Membangun beranda depan indonesiaMembangun beranda depan indonesia
Membangun beranda depan indonesia
 
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
 
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe D32 Tahun 2012
 
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012 Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
 
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
Soal UN Sosiologi Tipe E45 Tahun 2012
 

Último

PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxdanangpamungkas11
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",Kanaidi ken
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 

Último (20)

PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY  SKILL",
RENCANA + Link2 Materi TRAINING "Effective LEADERSHIP & SUPERVISORY SKILL",
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 

Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial

  • 1. Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial: Suatu Suguhan Untuk Menyusun Ulang Kode-Kode Budaya dalam Membangun Kesetaraan Gender Penulis dalam bukunya yang berjudul “Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial” ini, mengantarkan kita semua untuk melakukan rekonstruksi gender dalam masyarakat yang tengah berubah. Yaitu suatu tindakan untuk menyusun ulang tentang kode-kode budaya yang setara untuk dimiliki para laki-laki dan perempuan. Sehingga tercipta suatu struktur sosial budaya yang berkeadilan dalam membangun tatanan sosial yang mapan. Oleh: Suhadi Rembang Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan IPS Unnes, angkatan 2010 Judul buku: Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial Penulis: Prof. Dr. Tri Marheni Pudji Astuti, M. Hum Tahun Terbit: Cetakan ke 2 tahun 2011 (dari cetakan pertama tahun 2008) Edisi: Revisi Penerbit: UNNESPress Tempat Terbit: Semarang Tebal Buku: 23,5 cm Jumlah halaman: xv + 158 ISBN: 979 1006 62 8 Inti dari buku dengan tebal 23,5 cm ini terdapat ada pada halaman 109 hingga 110. Penulis buku dengan judul “Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial” memberikan perspektif tentang konstruksi gender adalah suatu realitas yang dibangun dan diterima oleh masyarakat tentang suatu sifat-sifat yang secara budaya diasosiasikan sebagai sifat yang harus dimiliki oleh perempuan atau laki-laki. Tema besar permasalahan yang diangkat dalam buku yang baru-baru ini dicetak ulang (dua kali ini) adalah adanya ketidakadilan dalam mengasosiasikan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Ketajaman penulis dalam menghadirkan masalah yang tidak banyak diperhatikan oleh banyak orang inilah, mampu menghantarkan akan masih banyaknya kesenjangan gender dalam berbagai bidang. Kesenjangan gender yang dimaksud adalah suatu kondisi ketika ada salah satu pihak (laki-laki atau perempuan)
  • 2. tertinggal dalam berperan, mengakses, dan melakukan kontrol dalam setiap aspek kehidupan (lihat halaman 13). Menurut penulis, kesenjangan gender yang tampak jelas digelar dalam masyarakat saat ini adalah kesenjangan di bidang hukum, politik dan pemerintahan, ekonomi dan tenaga kerja, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, hingga kesenjangan di bidang kesehatan. Masih banyaknya pasal dalam aturan hukum yang mendeskriminasikan perempuan, sebagai bukti ramainya kesenjangan hukum digelar. Penulis menegaskan, hukum pada masyarakat kita sangat kental dengan aroma patriarkhal. Realitas struktural birokrasi hukum kita yang patrialkhal inilah, menurut penulis sebagai industri yang paling rajin membangun cara pandang perempuan yang selalu takut berurusan dengan hukum. Untuk mengatasi itu, menurut penulis, kesetaraan laki-laki atau perempuan di bidang hukum dapat dimulai dengan memberikan pemahaman tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah hukum (lihat halaman 16). Tentu saja kesetaraan hukum antara laki-laki dengan perempuan di bidang hukum, tidak cukup dengan sosialisasi akan hak dan kewajiban warga negara. Karena penciptaan realitas sosial kesenjangan hukum menurut penulis adalah akibat dari struktural birokrasi hukum yang patrialkhal, maka yang perlu dilakukan adalah mengubah struktur birokrasi pencipta hukum kearah struktur birokrasi egalitarian. Dengan birokrasi egalitarian inilah, produk-produk hukum yang dilegalkan tidak akan terjadi kesenjangan. Namun reformasi birokrasi yang egalitarian ini tidak disenangi oleh penganut dan pengikut birokrasi patrialkhal, karena sistem birokrasi egalitarian akan mengacaukan sekaligus mengancam eksistensi kekuasaan laki-laki dihadapan muka hukum nasional. Kesenjangan kedua menurut penulis adalah kesenjangan di bidang politik dan pemerintahan. Menurut penulis, dalam mengambil keputusan dan kebijakan, perempuan hanya sebatas dijadikan martir/ dikorbankan/ atau untuk senjata dalam mengapai dan melanggengkan kuasa laki-laki. Suatu realitas sosial, dimana politik yang seharusnya mampu mendorong terciptanya kesetaraan gender, malah sebaliknya, semakin mendulang gender yang tersenjangkan. Walaupun terdapat beberapa kebijakan politik yang dianggap mampu menanggalkan kesenjangan gender, namun kenyataannya berbeda. Hal ini dapat dilihat rumitnya aturan menjadi wakil rakyat dari mereka yang berjenis kelamin perempuan. Terbukti, perbandingan prosentasi anggota DPR RI laki-laki dan perempuan tahun 2009 yang penuh dengan kesenjangan (lihat halaman 26). Keadaan tersebut, menurut penulis hanya akan menciptakan gender blind. Keberpihakan akan keputusan konvensional seperti ekonomi, pendidikan, perumahan, lingkungan, kesejahteraan sosial, yang bernuansa feminin, cenderung menjadi pilihan nomor kesekian. Karena dunia pengambil keputusan maskulin lebih suka dengan kebijakan peningkatan tentara, perang, pembelian senjata, dan pembuatan senjata nuklir (lihat halaman 30).
  • 3. Menurut penulis, untuk menciptakan politik yang mampu menghancurkan politik produksi kesenjangan gender yaitu dengan cara mensosialisasikan bahwa berpolitik bukan hanya hak laki-laki saja, melainkan juga hak kaum perempuan (lihat halaman 35). Catatan penting menurut penulis, meningkatkan kemampuan dan kualitas diri perempuan adalah hal terpenting sebelum perempuan terjun di politik. Langkah kehati-hatian yang diutarakan penulis menjadi penting. Karena dalam realitas sosial di lapangan, politisi perempuan adalah simbol pendulang suatu kekuasaan. Namun jika terdapat sedikit saja kesalahan politisi perempuan, media politik sosial tak henti-hentinya menayangkan. Suatu realitas sosial, isu perempuan dipuja bak sucinya malaikat, sekaligus direndahkan bak kotornya comberan yang berbau anyir dan menjijikkan. Kesenjangan ketiga adalah kesenjangan ekonomi. Menurut penulis, kesenjangan ekonomi pada perempuan diciptakan dari program revolusi hijau dan kolonialisasi. Sebelum revolusi hijau diekspansikan, perempuan merupakan salah satu pemegang kunci dari pemulia pengetahuan dan keterampilan bertani. Bukan hanya itu, perempuan juga piawai dalam menguasai menejemen pertanian sekaligus elemen spirit yang mampu menginjeksikan perdagangan lebih intensif dan mapan. Namun dengan hadirnya kolonial yang menancapkan kebijakan perkebunan atau tanam paksa untuk mengisi pundi-pundi ekonomi negara kolonial, pengetahuan dan keterampilan perempuan terlucuti di kemudian hingga sekarang. Dengan hadirnya revolusi hijau, perkebunan, dan tanam paksa, menurut penulis, pada saat itulah perempuan kehilangan peran produktif dan sosial. Perempuan dipaksa dan dipukul mundur dengan masuk pasar kerja yang jauh-jauh hari tidak pernah disiapkan. Hingga kemudian, mereka semakin termarginalkan dalam kehidupan di desa ataupun di perkotaan, bahkan hidup miskin adalah suatu pilihan tanpa tandingan. Pada bagian inialh, penulis menguatkan bahwa terdapat pelemahan nilai tawar perempuan melalui kebijakan global dan nasional. Namun penulis tampaknya tidak memberikan alternatif dalam mengatasi realitas sosial yang penuh dengan ekonomi yang tersenjangkan ini. Memberikan alternatif untuk keluar dari marginalisasi ekonomi menjadi penting dihadirkan. Terlebih faktor pekerjaan menjadi penentu akan potret kualitas perempuan di masa mendatang. Terlepas dari itu, secara mendalam, penulis menganalisis relasi antara konteks historis dan realitas sosial saat ini tentang mengapa perempuan dalam keadaan termarginalkan. Keempat, penulis menaruh perhatian pada kesenjangan yang terjadi di bidang pendidikan. Menurut penulis, kesertaan perempuan dalam pendidikan, terpinggirkan. Rendahnya kesempatan belajar formal yang dapat di akses perempuan ini berdampak pada rendahnya pekerjaan publik yang dapat diakses oleh perempuan. Dengan demikian, nilai tawar perempuan di bidang bidang publik, terendahkan. Hal inilah yang mengundang penulis untuk memberi perhatian lebih dalam isu kesenjangan pendidikan yang menerpa perempuan.
  • 4. Penulis mengajukan solusi dalam menciptakan kesetaraan pendidikan berbasis gender. Yang perlu dilakukan, menurut penulis adalah membuat kebijakan pendidikan, sosialisasi kesertaan pendidikan perempuan, hingga perumusan kurikulum (lihat halaman 51), mendesak dilakukan. Kelima, kesenjangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut penulis, kesenjangan terjadi tidak hanya pada paras pendidikan, tetapi kesenjangan terjadi hingga penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penulis menuding, realitas sosial yang penuh dengan nuansa kesenjangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, telah dimulai dari proses sosialisasi dasar keluarga hingga kebijakan rencana pengembangan pembangunan. Penggiringan akan penguasaan akan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh anak laki-laki telah diperankan oleh kepala keluarga yang bersangkutan. Anak perempuan cenderung digiring pada penguasaan bidang-bidang non teknologi. Dengan demikian, kontruksi bias teknologi ini, menurut penulis, menciptakan perempuan yang technological alienation and disempowerment (lihat halaman 57), sekaligus rendahnya perempuan dalam berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masyarakat global. Gagasan yang ditawarkan penulis dalam mengatasi gagapnya teknologi yang mendera perempuan, dan kontribusi perempuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yaitu melibatkan keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan mengenai riset dan pembangunan. Penulis menambahkan, pembentukan kelompok perempuan yang bertindak sebagai katalisator untuk memperluas informasi dan akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu ditingkatkan (lihat halaman 57-58). Dan tidak kalah pentingnya, proses sosialisasi di tingkat keluarga yang mendorong kesempatan anak perempuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, mendesak dilakukan. Pada bagian ini, tampaknya penulis belum luas dalam memberi ulasan. Kesenjangan gender ke-enam menurut penulis yaitu adanya kesenjangan di bidang kesehatan. Menurut penulis, biangkerok dari terpuruknya kesehatan kaum perempuan, berakar dari ketidasetaraan gender (lihat halaman 58). Menurut penulis, hal ini tercermin dari angka kematian (ibu dan bayi), angka kesakitan, hak reproduksi perempuan, hingga peran perempuan dalam keluarga berencana (lihat halaman 58). Gagasan yang ditawarkan dalam menjawab ketidakadilan gender dibidang kesehatan cukup komprehensif. Penulis menawarkan tentang; pendidikan kesehatan, kebijakan politik, partisipasi medis, dan citra kesehatan harus mengusung kesetaraan gender. Selain perhatian yang cukup tajam akan kesenjangan diberbagai bidang, penulis juga mengajak masyarakat melalui bukunya ini, agar perempuan lebih kritis dalam menyelami arus kesetaraan gender yang diusung. Penulis secara khusus menaruh perhatian tentang potensi perempuan dan perlakuannya di bidang iklan, pembangunan, hingga keterlibatannya dalam penyelamatan lingkungan (ekofeminsim). Memang, perempuan secara fisik memiliki muatan simbolik yang menjual ini, mengundang penulis untuk lebih hati-hati. Karena dibalik gerakan populer yang
  • 5. menyelimuti isu kesetaraan gender, terdapat muatan pemberatan beban para perempuan. Dengan menghadirkan bagian tentang iklan, pembangunan, dan partisipasi perempuan dalam penyelamatan lingkungan, seakan penulis mengajak berfikir dengan para perempuan, agar tidak terjerumus dengan kado spesial yang justru memberatkan perempuan, hingga terperosok ke jurang yang semakin curam dan dalam. Perempuan jangan terlena dengan perubahan sosial yang ditawarkan. Fase liminalis (lihat halaman 104) dan aspiratif (lihat halaman 107) harus dicermati dengan kritis. Menurut penulis, gerakan kesetaraan gender bukanlah hal yang mudah digelontorkan pada alam yang penuh sesak dengan aroma patrialkhal. Penulis dengan gamblang telah membedah begitu kuatnya marginalisasi perempuan yang diperteguh dengan teks-teks suci (baca bab xi tentang gender dalam agama), sebagai landasan moral (yang semu). Dengan mengembangkan budaya akademik, penulis menawarkan kembali untuk membedah teks-teks suci yang cenderung menggiring interpretasi dalam membangun konstruksi gender yang bias dan penuh dengan ketidakadilan yang harus diterima dan diperankan oleh perempuan, baik peran produktif, reproduktif, hingga peran kemasyarakatan. Namun, dalam mengimplementasi gagasan dekonstruksi gender ini, tidak mudah dilakukan, selagi para penafsir teks-teks suci ini masih menyembah yang namanya berhala kekuasaan patriarkhial. Hingga kemudian, penulis dalam bukunya yang berjudul “Konstruksi Gender Dalam Realitas Sosial” ini, mengantarkan kita semua untuk melakukan rekonstruksi gender dalam masyarakat yang tengah berubah (lihat halaman 109). Yaitu suatu tindakan untuk menyusun ulang tentang kode-kode budaya yang setara untuk dimiliki para laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, maka akan tercipta suatu struktur sosial budaya yang berkeadilan dalam membangun tatanan sosial yang mapan. Semarang, 12 Januari 2012