SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 18
Tugas Kelompok

Makalah

Di susun Oleh
KELOMPOK 6
IRFAN SAPUTRA

D221 08 851

SUSANTI

D221 08 861

HAJAR ASWAD

D221 08 004

ADI WELLY KOBA

D221 08 259

ANDI MUH NOVIANSYAH

D221 08 853

CAKNAS ASHARI

D221 08 859

Program Studi Teknik Industri
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Makassar
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran proses produksi suatu departemen ke departeman yang lainnya
membutuhkan

wktu

proses

(waktu

siklus)

produk

tersebut.

Apabila

terjadi

hambatan/ketidakefisiensian dalam suatu departemen akan mengakibatkan tidak
lancarnya material ke departemen berikutnya, sehingga terjadi waktu menunggu (delay
time) dan penumpukan material
Dalam upaya menyeimbangkan lini produksi maka tujuan utama yang ingin
dicapai adalah mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi bagi setiap departemen dan
berusaha memenuhi produksi yang telah ditetapkan, sehingga diupayakan untuk
memenuhi perbedaan waktu kerja antar departemen dan memperkecil waktu tunggu.
Konsep keseimbangan lini produksi sangat cocok diterapkan untuk perusahaan
bertipe produksi missal. Pada produksi missal, penyeimbangan lintasan ini akan sangat
bermanfaat. Pada produksi missal, penurunan sedikit waktu siklus produksi akan
memberikan penghematan besar dalam biaya produksi. Lini produksi yang seimbang,
berarti tidak ada operasi-operasi yang menganggur (idle), juga akan memberikan efisiensi
yang bermuara pada optimalitas biaya produksi.
Pada produksi missal, lini produksi yang seimbang juga akan memudahkan
penyiapan

fasilitas

dan

bahan-bahan

pembantu.

Beberapa

perusahaan

mengimlementasikan keseimbangn lintasan ini secara maksimal, disertai dengan
pemasangan konveyor

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui lini produksi
2. Mahasiswa mampu memahami line balancing
3. Mahasiswa mampu mengetahui istilah-istilah dalam line balancing
4. Mahasiswa mampu memahami metode-metode penyeimbangan lini rakit
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Lini Produksi
Lini produksi adalah penempatan area-area kerja dimana operasi-operasi diatur secara
berturut-turut dan material bergerak secara kontinu melalui operasi yang terangkai
seimbang. Menurut karakteristiknya proses produksinya, lini produksi dibagi menjadi
dua:
1. Lini fabrikasi, merupakan lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah operasi
pekerjaan yang bersifat membentuk atau mengubah bentuk benda kerja
2. Lini perakitan, merupakan lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah operasi
perakitan yang dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dan digabungkan menjadi
benda assembly atau subassembly
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari perencanaan lini produksi yang baik
sebagai berikut:
1. Jarak perpindahan material yang minim diperoleh dengan mengatur susunan dan
tempat kerja
2. Aliran benda kerja(material), mencakup gerakan dari benda kerja yang kontinu.
Alirannya diukur dengan kecepatan produksi dan bukan oleh jumlah spesifik
3. Pembagian tugas terbagi secara merata yang disesuaikan dengan keahlian masingmasing pekerjaan sehingga pemanfaatan tenaga kerja lebih efisiensi
4. Pengerjaan operasi yang serentak yaitu setiap operasi dikerjakan pada saat yang sama
di seluruh lintasan produksi
5. Operasi unit
6. Gerakan benda kerja tetap sesuai dengan set-up dari lintasan dan bersifat tetap
7. Proses memerlukan waktu yang minimum
Persyaratan yang harus diperhatikan untuk menunjang kelangsungan lintasan produksi
antara lain:
1. Pemerataan distribusi kerja yang seimbang di setiap stasiun kerja yang terdapat di
dalam suatu lintasan produksi fabrikasi atau lintasan perakitan yang bersifat manual
2. Pergerakan aliran benda kerja yang kontinu pada kecepat yang seragam. Alirannya
tergantung pada waktu operasi
3. Arah aliran material harus tetap sehingga memperkecil daerah penyebaran dan
mencegah timbulnya atau setidak-tidaknya mengurangi waktu menunggu karena
keterlambatan benda kerja
4. Produski yang kontinu guna menghindari adanya penumpukan benda kerja di lain
tempat sehingga diperlukan aliran benda kerja pada lintasan produksi secara kontinu
Keseimbangan lintasan, proses penyusunannya bersifat teoritis. Dalam prktik persyaratan
di atas mutlak untuk dijadikan dasar pertimbangan.

B. Line Balancing
Line balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiunstasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau lini produksi
sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dari
stasiun

kerja

tersebut.

Menurut

Gasperz

(2000),

line

balancing

merupakan

penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work
stations untuk meminimumkan banyaknya work station dan meminimumkan total harga
idle time pada semua stasiun untuk tingkat output tertentu, yang dalam penyeimbangan
tugas ini, kebutuhan waktu per unit produk yang di spesifikasikan untuk setiap tugas dan
hubungan sekuensial harus dipertimbangkan

Selain itu dapat pula dikatakan bahwa line balancing sebagai suatu teknik untuk
menentukan product mix yang dapat dijalankan oleh suatu assembly line untuk
memberikan fairly consistent flow of work melalui assembly line itu pada tingkat yang
direncanakan.
Assembly line itu sendiri adalah suatu pendekatan yang menempatkan fabricated parts
secara bersama pada serangkaian workstations yang digunakan dalam lingkungan
repetitive manufacturing atau dengan pengertian yang lain adalah sekelompok orang dan
mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk. Sedangkan
idle time adalah waktu dimana operator/sumber-sumber daya seperti mesin, tidak
menghasilkan produk karena: setup, perawatan (maintenance), kekurangan material,
kekurangan perawatan, atau tidak dijadwalkan.

Tujuan line balancing adalah untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar dalam
rangka memperoleh utilisasi yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui
penyeimbangan waktu kerja antar work station, dimana setiap elemen tugas dalam suatu
kegiatan produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun kerja yang telah
ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik. Permulaan
munculnya persoalan line balancing berasal dari ketidak seimbangan lintasan produksi
yang berupa adanya work in process pada beberapa workstation.

Persyaratan umum yang harus digunakan dalam suatu keseimbangan lintasan produksi
adalah dengan meminimumkan waktu menganggur (idle time) dan meminimumkan pula
keseimbangan waktu senggang (balance delay). Sedangkan tujuan dari lintasan produksi
yang seimbang adalah sebagai berikut:
1. Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap workstation sehingga
setiap workstation selesai pada waktu yang seimbang dan mencegah terjadinya bottle
neck. Bottle neck adalah suatu operasi yang membatasi output dan frekuensi produksi.
2. Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancar.
3. Meningkatkan efisiensi atau produktifitas.

Penyeimbangan lintasan memerlukan metode tertentu yang sistematis. Metode
penyeimbngan lini rakit yang biasa digunakan antara lain:
1. Metode formulasi dengan program sistematis
2. Metode Kilbridge-Wester Heruistic
3. Metode Helgeson-Birnie
4. Metode Moodie Young
5. Metode Immediate Update First-Fit Heruistic
6. Metode Rank And Assign Heruistic
Syarat dalam pengelompokan stasiun kerja:
1. Hubungan dengan proses terdahulu
2. Jumlah stasiun kerja tidak boleh melebihi jumlah elemn kerja
3. Waktu siklus lebih dari atau sama dengan waktu maksimum dari tiap waktu di stasiun
kerja dari tiap elemn pengerjaan

C. Istial-Istilah Dalam Line Balancing
 Precedence diagram
Merupakan gambaran secara grafis dari urutan kerja operasi kerja, serta
ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan
pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya. Adapun tandatanda yang dipakai sebagai berikut:
Symbol

lingkaran

dengan

huruf

atau

nomor

di

dalamnya

untuk

mempermudah identifikasi dari suatu proses operasi
Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Dalam
hal ini, operasi yang berada pada pangkal panah berarti mendahului operasi
kerja yang ada pada ujung anak panah
Angka di atas symbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk
menyelesaikan setiap operasi
 Asssamble product
Adalah produk yang melewati urutan work stasiun di mana tiap work stasiun (WS )
memberikan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada perakitan akhir
 Work elemen
Elemen operasi merupakan bagian dari seluruh proses perakitan yang dilakukan
 Waktu operasi (Ti)
Adalah waktu standar untuk menyelesaikan suatu operasi
 Work stasiun (WS)
Adalah tempat pada lini perakitan di mana proses perakitan dilakukan. Setelah
menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja efisien dapat ditetapkan
dengan rumus berikut:
Di mana:
Ti

: waktu operasi/elemen ( I=1,2,3,…,n)

C

:waktu siklus stasiun kerja

N

: jumlah elemen

Kmin

: jumlah stasiun kerja minimal

 Cycle time (CT)
Merupaka waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk satu stasiun.
Apabila waktu produksi dan target produksi telah ditentukan, maka waktu siklus
dapat diketahui dari hasil bagi waktu produksi dan target produksi. Dalam mendesain
keseimbangan lintasan produksi untuk sejumlah produksi tertentu, waktu siklus harus
sama atau lebih besar dari waktu operasi terbesar yang merupakan penyebab
terjadinya bottle neck (kemacetan) dan waktu siklus juga harus sama atau lebih kecil
dari jam kerja efektif per hari dibagi dari jumlah produksi per hari, yang secara
matematis dinyatakan sebagi berikut

Di mana:
ti max : waktu operasi terbesar pada lintasan
CT

: waktu siklus (cycle time)

P

: jam kerja efektif per hari

Q

: jumlah produksi per hari

 Station time (ST)
Jumlah waktu dari elemen kerja yang dilakukan pada suatu stasiun kerja yang sama
 Idle time (I)
Merupakan selisih(perbedaan0 antara cycle time (CT) dan stasiun time (ST) atau CT
dikurangi ST
 Balance delay (D)
Sering disebut balancing loss, adalah ukuran dari ketidakefisiensinan lintasan yang
dihasilkan

dari

waktu

menganggur

sebenarnya

yang

disebabkan

karena
pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun kerja. Balance delay
ini dinyatakan dalam persentase. Balance delay dapat dirumuskan:

Di mana:
n

: jumlah stasiun kerja

C

: waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja
: jumlah waktu operasi dari semua operasi
: waktu operasi
: balance delay (%)

 Line efficiency (LE)
Adalah rasio dari total waktu di stasiun kerja dibagi dengan waktu siklus dikalikan
jumlah stasiun kerja

Di mana:
STi

: waktu stasiun dari stasiun ke-1

K

: jumlah(banyaknya) stasiun kerja

CT

: waktu siklus

 Smoothes index (SI)
Adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relative dari penyeimbangan lini
perakitan tertentu
SI=
Di mana:
St max : maksimum waktu di stasiun
Sti

: waktu stasiun di stasiun kerja ke-i

 Output production (Q)
Adalah jumlah waktu efektif yang tersedi dalam suatu periode dibagi dengan cycle
time
Di mana:
T

: jam kerja efektif penyelesaiaan produk

C

: waktu siklus terbesar

D. Metode Helgeson Birnie
Nama yang lebih popular ini adalah metode bobot posisi (Pisitional-Weight Technique).
Metode ini sesuai dengan namanya dikemukakan oleh Helgeson dan Birnie. Langkah-langkah
dalam metode ini adalah sebagai berikut.
1. Buat precedence diagram untuk setiap proses.
2. Tentukan bobot posisi untuk masing-masing elemen kerja yang berkaitan dengan waktu
operasi untuk waktu pengerjaan yang terpanjang dari mulai operasi permulaan hingga sisa
operasi sesudahnya.
3. Membuat rangking tiap elemen pengerjaan berdasarkan bobot posisi di langkah 2.
Pengerjaan yang mempunyai bobot terbesar diletakkan pada rangking pertama.
4. Tentukan waktu siklus (CT).
5. Pilih elemen operasi dengan bobot tertingg i, alokasikan ke suatu stasiun kerja. Jika masih
layak (waktu stasiun < CT), alokasikan operasi dengan bobot tertinggi berikutnya, namun
lokasi ini tidak boleh membuat waktu stasiun > CT.
6. Bila alokasi suatu elemen operasi membuat waktu stasiun > CT, maka sisa waktu ini (CT –
ST) dipenuhi dengan alokasi elemen operasi dengan bobot paling besar dan penambahannya
tidak membuat ST < CT.
7. Jika elemen operasi yang jika dialokasikan untuk membuat ST < CT sudah tidak ada,
kembali ke langkah 5.
Contoh : Sebuah perusahaan memiliki jalur perakitan yang terdiri dari 12 elemen operasi dengan
hubungan ketergantungan (precedence) seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Terapkan
metode Helgeson Birnie untuk menyeimbangkan jalur perakitan diperusahaan tersebut.
j

i = Nomor Operasi

i

j = Waktu elemen
3

4

2

6

2

3

7

8

5

5

1

7

1

6

9

12

3

6

4

4

4

5

10

11

Diagram Preseden Lini Perakitan
Penyelesaian :
Langkah 1, dihitung dulu bobot setiap elemen operasi (task). Bobot task 1 adalah jumlah
waktu elemen operasi 1 dan seluruh operasi setelahnya yang berhubungan, berarti 34 (jumlah
waktu elemen 1,2,…,12). Bobot elemen 2 adalah 27 (jumlah waktu elemen
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12). Selengkapnya seperti dilihat pada table.
Bobot Elemen Operasi
Operasi
1
2
3
4
5
6

Bobot
34
27
24
29
25
20

Operasi
7
8
9
10
11
12

Bobot
15
13
8
15
11
7

Langkah 2, urutkan elemen operasi ini berdasarkan bobot dari bobot tertinggi ke bobot
terrendah. Hasilnya terlihat pada table di bawah ini.
Rangking Bobot Elemen Operasi
Operasi
1
4
2
5
3

Bobot
34
29
27
25
24

Ti
5
3
3
6
4
6
7
10
8
11
9
12

20
155
15
13
11
8
7

5
2
4
6
4
1
7

Langkah 3, tentukan CT, misalkan 10.
Langkah 4, stasiun kerja I (WS1), alokasikan task 1 (bobot tertinggi) ke sini, sisa waktu =
5 (CT-T1), selanjutnya alokasikan task 4, sisa waktu = 2 (CT-T1-T4), hentikan alokasi di WS1,
task di rangking berikutnya (task 2) memiliki waktu operasi = 3, sehingga tak dapat dialokasikan
ke WS1 (akan membuat waktu stasiun kerja 1 > CT). alokasikan task 2 ke stasiun kerja
berikutnya.
Langkah 5, stasiun kerja II (WS2), alokasikan task 2 (waktu = 3) dan task 5 (waktu = 6),
selanjutnya alokasikan task 3 ke stasiun kerja berikutnya, karena bila dialokasikan ke WS2 akan
membuat station time 2 (ST2) > 10 (CT) demikian seterusnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat
pada table di bawah ini.
Penyusunan Stasiun Kerja Dengan Metode Helgeson-Birnie (CT = 10)
Stasiun kerja
I
II
III
IV
V
VI

Task
1
4
2
5
3
6
7
10
8
11
9
12

TI
5
3
3
6
4
5
2
4
6
4
1
7

STK

idle

8

2

9

1

9

1

6

4

10

0

8

2

Untuk mengukur performance dari pengelompokan operasi ke dalam stasiun kerja ini
apakah sudah baik atau belum, perlu dihitung nilai LE (Line Efficiency) dan SI (Smoothing
index)
.
Menghitung indeks kemulusan (kelancaran) :

Ternyata belum seimbang, suatu lintasan dikatakan seimbang bila LE nilainya 100%.
Artinya keseimbangan lintasan tercapai. Dengan menerapkan metode Helgeson-Birnie pada CT
= 10, LE = 83,3%. Nilai ini dapat diperbaiki dengan cara „Trial and Error’, yaitu dengan
mencoba CT yang lain dengan prosedur tetap. Misalkan ingin diketahui keseimbangan bila CT
= 11, maka pengelompokan stasiun kerja menjadi seperti pada table di bawah ini.
Penyusunan stasiun kerja dengan metode Helgeson-Birnie (CT = 11)
Stasiun kerja
I
II
III
IV
V

Task
1
4
2
5
3
6
7
10
8
11
9
12

TI
5
3
3
6
4
5
2
4
6
4
1
7

STK

Idle

11

0

10

1

11

0

10

1

8

3
E. Metode Moodie Young
Metode Moodie-Young memiliki dua tahap analisis. Fase (tahap) satu adalah membuat
pengelompokan stasiun kerja berdasarkan matriks hubungan antar-task, tidak dirangking seperti
metode Helgeson-Birnie. Fase dua, dilakukan revisi pada hasil fase satu.
Fase satu: Elemen pengerjaan ditempatkan pada stasiun kerja yang berurutan dalam lini
perakitan dengan menggunakan aturan largest-candidate. Aturan largest-candidate terdiri atas
penempatan elemen-elemen yang ada untuk tujuan penurunan waktu. Dari sini, bila dua elemen
pengerjaan cukup untuk ditempatkan di stasiun, salah satu yang mempunyai waktu yang lebih
besar ditempatkan pertama. Setelah masing-masing elemen ditempatkan, ketersediaan elemen
dipertimbangkan untuk tujuan pengurangan nilai waktu untuk penugasan selanjutnya. Sebagai
pemisalan, matriks P menunjukkan pengerjaan pendahulu masing-masing elemen dan matriks F
pengerjaan pengikut untuk tiap elemen untuk tiap prosedur penugasan.
Fase dua: Pada fase dua ini mencoba untuk mendistribusikan waktu nganggur (idle)
secara merata (sama) untuk tiap-tiap stasiun melalui mekanisme jual dan transfer elemen
antarstasiun. Langkah-langkah pada step dua ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan dua elemen terpendek dan terpanjang dari waktu stasiun dari penyeimbangan
fase satu.
2. Tentungan setengah dari perbedaan kedua nilai tujuan (GOAL).
3. GOAL = (STmax – STmin) / 2.
4. Menentukan elemen tunggal dalam STmax yang lebih kecil dari kedua nilai GOAL dan yang
tidak melampaui elemen pengerjaan terdahulu.
5. Menentukan semua penukaran yang mungkin dari STmax dengan elemen tunggal dari STmin
yang mereduksi STmax dan mendapatkan STmin akan lebih kecil dari 2 x GOAL.
6. Lakukan penukaran yang ditunjukkan oleh kandidat dengan perbedaan mutlak terkecil
antara kandidat tersebut dengan GOAL.
7. Bila tidak ada penukaran atau transfer yang dimungkinkan antara stasiun terbesar dan
terkecil, mengusahakan penukaran antara rank pada pengerjaan berikut: N (stasiun ranking
ke N memiliki jumlah waktu idle terbesar), N-1, N-2, N-3, …, 3, 2, 1.
8. Bila penukaran masih tidak mungkin, lakukan pembatasan dengan nilai GOAL dan ulangi
langkah satu hingga enam.
Contoh : Terapkan metode Moodie-Young untuk menyeimbangkan lini perakitan pada contoh
penerapan metode Helgeson-Birnie.
Penyelesaian :
Fase I. Pembuatan Matriks P dan F
Table dibawah menunjukkan matriks P dan F dari kasus sebelumnya. Kolom 1 dalam
matriks P menunjukkan nomor elemen kerja (task). Kolom 2, 3, dan 4 matriks P menunjukkan
elemen kerja yang mendahului elemen kerja padda kolom 1. Kolom 2, 3, dan 4 di matriks F
menunjukkan elemen kerja yang pengerjaannya didahului oleh elemen kerja pada kolom 1.
Jumlah kolom dalam kasus lain tidak harus tiga, tergantung pada jumlah elemen kerja yang
mendahului (untuk matriks P) dan jumlah elemen kerja yang mengikuti (untuk matriks F). dalam
contoh ini, jumlah kolom = 3 (elemen terbanyak yang mendahului ada pada elemen 12, yaitu 3
elemen. Matriks F berkolom 3, karena elemen 6 memiliki 3 elemen (terbanyak) yang
mengikutinya.
Matriks P dan F
Task
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Matriks P
0
0
0
1
0
0
2
0
0
1
0
0
4
0
0
3
5
0
6
0
0
7
0
0
6
0
0
6
0
0
10
0
0
8
9
11

Ti
5
3
4
3
6
5
2
6
1
4
4
7

Task
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Matriks F
2
4
0
3
0
0
6
0
0
5
0
0
6
0
0
7
9
10
8
0
0
12
0
0
12
0
0
11
0
0
12
0
0
0
0
0

Misalkan ditentukan waktu siklus = 10, maka elemen-elemen kerja ini akan digabungkan
(dengan algoritma Moodie Young) dengan syarat jumlah waktu di setiap stasiun kerja tidak lebih
dari 10.
Langkah 1, pilihlah elemen kerja (task) yang memiliki nilai 0 semua pada matrik P, pilih
task dengan waktu siklus terbesar bila ada lebih dari 1 task yang matriks P-nya 0 semua. Dalam
contoh ini berarti task 1 yang dipilih, waktu siklusnya = 5.
Langkah 2, tentukan task di matriks F yang berhubungan dengan task yang terpilih di
langkah 1. Task yang berhubungan dengan task 1 ini dalam matriks F adalah task 2 dan task 4.
Dipilih yang memiliki waktu siklus terbesar dulu. Jika Tc-nya ditambahkan dengan Tc task yang
terpilih dilangkah sebelumya kurang dari Tc yang ditentukan, pilihlah task kedua (lihat Te-nya,
apa masih mungkin, dalam kasus ini maksimal 10). Task 2 waktu siklusnya (Tc) = 3 dan task 4
Tc-nya 3, sama. Bila sama dapat salah satu tanpa aturan. Missal dipilih task2, dasar pemulihan
ini akan konsisten untuk langkah selanjutnya, yaitu “Memilih task dengan nomor task terkecil
bila Tc task sama”. Task 1 Tc = 5, dan task 2 Tc = 3, jumlahnya 8, task 4 tidak mungki digabung
(total Tc akan > 10). Maka task 1 dan 2 digabung dalam stasiun kerja1, dan task I ke stasiun
kerja II.
Stasiun II. Sudah ada task 4 dengan Tc = 3, masih ada sisa Tc = 7 (agar maksimal 10).
Langkah berikutnya kembali ke langkah 1 dan 2, demikian seterusnya. Di matriks F, task yang
berhubungan dengan task 4 adalah task 5 (Tc 6) dan task 3 (Tc = 4), dipilih task dengan Tc
terbesar, yaitu task 5. Dipilih task 5. Penambahan task membuat Tc = 9 (Tc task 4 + Tc task 5),
task 3 tak dapat digabung karena Tc-nya = 4. Penambahan task 3 membuat waktu stasiun II
menjadi 13 (9 + Tc task 3), maka task 3 ke stasiun kerja III.
Stasiun kerja III, lihat matriks P dan F. Task 3 yang berhubungan di matriks P adalah task
2 (sudah teralokasi, hentikan), di matriks F adalah task 6, gabungkan ke task 3, Tc total = 9 (Tc
task 3 = 4 + Tc task 6 = 5). Cari task yang berhubungan dengan task 6, di matriks P = task 3 & 5,
sudah teralokasi, hentikan, di matriks F adalah task 7, 9, dan 10 (Tc =2, 1, dan 4), task 10 mesti
kandidat terbesar, namun tidak layak karena penyertaan ke stsiun kerja III akan membuat Tc
stasiun II > 10. Dipilih task 9. Task 7 dan 10 ke stasiun kerja berikutnya.
Stasiun kerja IV, task 10 (task 7 dikesampingkan dulu) berhubungan dengan task 11 (task
6 sudah teralokasi jadi tidakk perlu disebut lagi). Tc stasiun IV menjadi 8 (4 + 4), task yang
berhubungan dengAN task 11 ADALAHA task 12 (Tc 7), maka tidak layak. Task
12dialokasikan ke stasiun kerja lain.
Penyusunan Stasiun Kerja Metode Moodie Young (Fase 1)
Untuk Contoh Dengan CT = 10
Stasiun kerja
I
II
III
IV
V
VI

Task
1
2
4
5
3
6
9
10
11
7
8
12

Ti
5
3
3
6
4
5
1
4
4
2
6
7

STK
8

Idle
1

9

1

10

0

8

2

8

2

7

3
Stasiun kerja V, stasiun kerja IV sudah habis ( sudah ke task 12, yaitu task terakhir),
di stasiun kerja III task yang tak teralokasi adalah task 7 (Tc = 2), yang berhubungan dengan task
7 adalah task 8 (Tc = 6). Task 7 dan 8 digabung menjadi stasiun kerja V (Tc = 8, sisa 2), task
yang berhubungan dengan task 8 tinggal task 12 (Tc = 7, tidak layak). Task 12 dialokasikan ke
stasiun lain. Hasil fase sati dapat dilihat pada table diatas.
Menghitung efisiensi lintasan (LE) :

Menghitung indeks kemulusan (kelancaran) :

Fase 2, merupakan perbaikan hasil dari fase1.
Stasiun kerja dengan waktu maksimal aalah III (10), stasiun kerja dengan waktu minimal
adalah VI (7). Alokasikanlah salah satu task di stasiun kerja III ini ke stasiun kerja VI. Task yang
dipilih ini harus berhubungan ( sesuai matriks P dan F) dengan task di stasiun kerja VI. Karena di
stasiun kerja VI hanya ada task 12, maka dipilih task di stasiun kerja III yang berhubungan
dengan task 12, di matriks P dan F adalah task 9. Pindahkan task 9 ke stasiun kerja VI. Setelah
ada pemindahan ini, maka pengelompokan stasiun kerja menjadi seperti terlihat pada table di
bawah ini.
Penyusunan stasiun kerja metode moodie young (Fase 2)
Stasiun kerja
I
II
III
IV

Task
1
2
4
5
3
6
10
11

Ti
5
3
3
6
4
5
4
4

STK
8

Idle
1

9

0

9

0

8

1
V
VI

7
8
12

2
6
7

8

1

8

1

Karena task 9 (dengan Tc = 1) pindah ke stasiun kerja VI, maka stasiun kerja III yang
waaktu siklusnya 10 (terbesar) menjadi berkurang 1 (karena Tc task 9 = 1). Waktu stasiun kerja
yang terbesar adalah CT (waktu siklus), maka CT menjadi 9. Dengan demikian, idle, LE, dan SI
dihitung dengan CT = 9 tersebut.
Menghitung efisiensi lintasan (LE) yang baru :

Menghitung indeks kemulusan (kelancaran) :
BAB III
KESIMPULAN

Line balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiunstasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau lini produksi
sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dari
stasiun kerja tersebut.
Tujuan line balancing adalah untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar dalam
rangka memperoleh utilisasi yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui
penyeimbangan waktu kerja antar work station, dimana setiap elemen tugas dalam suatu
kegiatan produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun kerja yang telah
ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik.
Persyaratan umum yang harus digunakan dalam suatu keseimbangan lintasan produksi
adalah dengan meminimumkan waktu menganggur (idle time) dan meminimumkan pula
keseimbangan waktu senggang (balance delay).
tujuan dari lintasan produksi yang seimbang adalah sebagai berikut:
1.Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap workstation sehingga
setiap workstation selesai pada waktu yang seimbang dan mencegah terjadinya
bottle neck. Bottle neck adalah suatu operasi yang membatasi output dan frekuensi
produksi.
2. Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancar.
3. Meningkatkan efisiensi atau produktifitas.
Metode penyeimbangan lini rakit yang biasa digunakan antara lain:
1.Metode formulasi dengan program sistematis
2.Metode Kilbridge-Wester Heruistic
3.Metode Helgeson-Birnie
4.Metode Moodie Young
5.Metode Immediate Update First-Fit Heruistic
6.Metode Rank And Assign Heruistic

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Model simulasi(2)
Model simulasi(2)Model simulasi(2)
Model simulasi(2)
cofry
 

La actualidad más candente (20)

4. pengukuran waktu baku
4. pengukuran waktu baku4. pengukuran waktu baku
4. pengukuran waktu baku
 
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of MaterialTugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
 
JIT Kanban (Sejarah and Implementasi)
JIT Kanban (Sejarah and Implementasi)JIT Kanban (Sejarah and Implementasi)
JIT Kanban (Sejarah and Implementasi)
 
6.2. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG MOST
6.2. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG MOST6.2. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG MOST
6.2. PENGUKURAN WAKTU KERJA TIDAK LANGSUNG MOST
 
Pemeliharaan dan Keandalan kelompok 4
Pemeliharaan dan Keandalan kelompok 4Pemeliharaan dan Keandalan kelompok 4
Pemeliharaan dan Keandalan kelompok 4
 
Strategi tata letak (layout)
Strategi tata letak (layout)Strategi tata letak (layout)
Strategi tata letak (layout)
 
Penjadwalan Produksi Induk
Penjadwalan Produksi IndukPenjadwalan Produksi Induk
Penjadwalan Produksi Induk
 
Work sampling
Work samplingWork sampling
Work sampling
 
Simulasi dengan menggunakan ProModel Software
Simulasi dengan menggunakan ProModel SoftwareSimulasi dengan menggunakan ProModel Software
Simulasi dengan menggunakan ProModel Software
 
Penjadwalan manajemen operasi
Penjadwalan manajemen operasiPenjadwalan manajemen operasi
Penjadwalan manajemen operasi
 
3.1 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - ANALISIS OPERASI PART 1 PETA-PETA K...
3.1 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - ANALISIS OPERASI PART 1 PETA-PETA K...3.1 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - ANALISIS OPERASI PART 1 PETA-PETA K...
3.1 PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - ANALISIS OPERASI PART 1 PETA-PETA K...
 
Model simulasi(2)
Model simulasi(2)Model simulasi(2)
Model simulasi(2)
 
Contoh tugas besar pemodelan sistem
Contoh tugas besar pemodelan sistemContoh tugas besar pemodelan sistem
Contoh tugas besar pemodelan sistem
 
Lean manufacturing
Lean manufacturingLean manufacturing
Lean manufacturing
 
Bab 15 Penjadwalan Mata Kuliah Manajemen Operasi A
Bab 15 Penjadwalan Mata Kuliah Manajemen Operasi ABab 15 Penjadwalan Mata Kuliah Manajemen Operasi A
Bab 15 Penjadwalan Mata Kuliah Manajemen Operasi A
 
ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESIN
ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESINANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESIN
ANALISA DAN PENGUKURAN KERJA - SISTEM MANUSIA MESIN
 
Analisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerja
Analisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerjaAnalisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerja
Analisis ergonomi terhadap rancangan fasilitas kerja pada stasiun kerja
 
4. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PENENTUAN WAKTU BAKU, PENGUKURAN LAN...
4. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PENENTUAN WAKTU BAKU, PENGUKURAN LAN...4. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PENENTUAN WAKTU BAKU, PENGUKURAN LAN...
4. PERANCANGAN SISTEM KERJA & ERGONOMI - PENENTUAN WAKTU BAKU, PENGUKURAN LAN...
 
Tata Letak (Layout)
Tata Letak (Layout)Tata Letak (Layout)
Tata Letak (Layout)
 
Konsep Kaizen
Konsep KaizenKonsep Kaizen
Konsep Kaizen
 

Similar a Line balancing

Desain proses ( 6 )
Desain proses ( 6 )Desain proses ( 6 )
Desain proses ( 6 )
nurulllah
 
5109100023 makalah
5109100023 makalah5109100023 makalah
5109100023 makalah
Budi Raharjo
 
Peranan managemen dan filosofi perawatan dalam merawat mesin
Peranan managemen dan filosofi perawatan dalam merawat mesinPeranan managemen dan filosofi perawatan dalam merawat mesin
Peranan managemen dan filosofi perawatan dalam merawat mesin
akbarali_
 

Similar a Line balancing (20)

Line balancing.pptx
Line balancing.pptxLine balancing.pptx
Line balancing.pptx
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
2013 2-01166-ti bab2001
2013 2-01166-ti bab20012013 2-01166-ti bab2001
2013 2-01166-ti bab2001
 
Line balancing
Line balancingLine balancing
Line balancing
 
the teory of constrain (toc)
the teory of constrain (toc)the teory of constrain (toc)
the teory of constrain (toc)
 
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
05. Konsep Perencanaan Fasilitas, Konsep Perancangan Tata Letak Fasilitas, da...
 
Desain proses ( 6 )
Desain proses ( 6 )Desain proses ( 6 )
Desain proses ( 6 )
 
Perencanaan Layout Fasilitas Pabrik (Plan Layout)
Perencanaan Layout Fasilitas Pabrik (Plan Layout)Perencanaan Layout Fasilitas Pabrik (Plan Layout)
Perencanaan Layout Fasilitas Pabrik (Plan Layout)
 
Warehouse task
Warehouse taskWarehouse task
Warehouse task
 
Contoh line balancing
Contoh line balancingContoh line balancing
Contoh line balancing
 
Jit presentasi
Jit presentasiJit presentasi
Jit presentasi
 
5109100023 makalah
5109100023 makalah5109100023 makalah
5109100023 makalah
 
Modul 1 ptlf
Modul 1 ptlfModul 1 ptlf
Modul 1 ptlf
 
Teori kendala
Teori kendalaTeori kendala
Teori kendala
 
Peranan managemen dan filosofi perawatan dalam merawat mesin
Peranan managemen dan filosofi perawatan dalam merawat mesinPeranan managemen dan filosofi perawatan dalam merawat mesin
Peranan managemen dan filosofi perawatan dalam merawat mesin
 
PTLF PPT.pptx
PTLF PPT.pptxPTLF PPT.pptx
PTLF PPT.pptx
 
Just in time
Just in timeJust in time
Just in time
 
Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...
Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...
Sipi, min sururi anfusina, hapzi ali, siklus produksi implementasi pada pt. a...
 
Isi makalah mo
Isi makalah moIsi makalah mo
Isi makalah mo
 
Pert.9 10 pernc agregat
Pert.9 10  pernc agregatPert.9 10  pernc agregat
Pert.9 10 pernc agregat
 

Último

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 

Último (20)

MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 

Line balancing

  • 1. Tugas Kelompok Makalah Di susun Oleh KELOMPOK 6 IRFAN SAPUTRA D221 08 851 SUSANTI D221 08 861 HAJAR ASWAD D221 08 004 ADI WELLY KOBA D221 08 259 ANDI MUH NOVIANSYAH D221 08 853 CAKNAS ASHARI D221 08 859 Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar 2010
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran proses produksi suatu departemen ke departeman yang lainnya membutuhkan wktu proses (waktu siklus) produk tersebut. Apabila terjadi hambatan/ketidakefisiensian dalam suatu departemen akan mengakibatkan tidak lancarnya material ke departemen berikutnya, sehingga terjadi waktu menunggu (delay time) dan penumpukan material Dalam upaya menyeimbangkan lini produksi maka tujuan utama yang ingin dicapai adalah mendapatkan tingkat efisiensi yang tinggi bagi setiap departemen dan berusaha memenuhi produksi yang telah ditetapkan, sehingga diupayakan untuk memenuhi perbedaan waktu kerja antar departemen dan memperkecil waktu tunggu. Konsep keseimbangan lini produksi sangat cocok diterapkan untuk perusahaan bertipe produksi missal. Pada produksi missal, penyeimbangan lintasan ini akan sangat bermanfaat. Pada produksi missal, penurunan sedikit waktu siklus produksi akan memberikan penghematan besar dalam biaya produksi. Lini produksi yang seimbang, berarti tidak ada operasi-operasi yang menganggur (idle), juga akan memberikan efisiensi yang bermuara pada optimalitas biaya produksi. Pada produksi missal, lini produksi yang seimbang juga akan memudahkan penyiapan fasilitas dan bahan-bahan pembantu. Beberapa perusahaan mengimlementasikan keseimbangn lintasan ini secara maksimal, disertai dengan pemasangan konveyor B. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengetahui lini produksi 2. Mahasiswa mampu memahami line balancing 3. Mahasiswa mampu mengetahui istilah-istilah dalam line balancing 4. Mahasiswa mampu memahami metode-metode penyeimbangan lini rakit
  • 3. BAB II LANDASAN TEORI A. Lini Produksi Lini produksi adalah penempatan area-area kerja dimana operasi-operasi diatur secara berturut-turut dan material bergerak secara kontinu melalui operasi yang terangkai seimbang. Menurut karakteristiknya proses produksinya, lini produksi dibagi menjadi dua: 1. Lini fabrikasi, merupakan lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah operasi pekerjaan yang bersifat membentuk atau mengubah bentuk benda kerja 2. Lini perakitan, merupakan lintasan produksi yang terdiri atas sejumlah operasi perakitan yang dikerjakan pada beberapa stasiun kerja dan digabungkan menjadi benda assembly atau subassembly Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari perencanaan lini produksi yang baik sebagai berikut: 1. Jarak perpindahan material yang minim diperoleh dengan mengatur susunan dan tempat kerja 2. Aliran benda kerja(material), mencakup gerakan dari benda kerja yang kontinu. Alirannya diukur dengan kecepatan produksi dan bukan oleh jumlah spesifik 3. Pembagian tugas terbagi secara merata yang disesuaikan dengan keahlian masingmasing pekerjaan sehingga pemanfaatan tenaga kerja lebih efisiensi 4. Pengerjaan operasi yang serentak yaitu setiap operasi dikerjakan pada saat yang sama di seluruh lintasan produksi 5. Operasi unit 6. Gerakan benda kerja tetap sesuai dengan set-up dari lintasan dan bersifat tetap 7. Proses memerlukan waktu yang minimum Persyaratan yang harus diperhatikan untuk menunjang kelangsungan lintasan produksi antara lain: 1. Pemerataan distribusi kerja yang seimbang di setiap stasiun kerja yang terdapat di dalam suatu lintasan produksi fabrikasi atau lintasan perakitan yang bersifat manual
  • 4. 2. Pergerakan aliran benda kerja yang kontinu pada kecepat yang seragam. Alirannya tergantung pada waktu operasi 3. Arah aliran material harus tetap sehingga memperkecil daerah penyebaran dan mencegah timbulnya atau setidak-tidaknya mengurangi waktu menunggu karena keterlambatan benda kerja 4. Produski yang kontinu guna menghindari adanya penumpukan benda kerja di lain tempat sehingga diperlukan aliran benda kerja pada lintasan produksi secara kontinu Keseimbangan lintasan, proses penyusunannya bersifat teoritis. Dalam prktik persyaratan di atas mutlak untuk dijadikan dasar pertimbangan. B. Line Balancing Line balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiunstasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau lini produksi sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dari stasiun kerja tersebut. Menurut Gasperz (2000), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station dan meminimumkan total harga idle time pada semua stasiun untuk tingkat output tertentu, yang dalam penyeimbangan tugas ini, kebutuhan waktu per unit produk yang di spesifikasikan untuk setiap tugas dan hubungan sekuensial harus dipertimbangkan Selain itu dapat pula dikatakan bahwa line balancing sebagai suatu teknik untuk menentukan product mix yang dapat dijalankan oleh suatu assembly line untuk memberikan fairly consistent flow of work melalui assembly line itu pada tingkat yang direncanakan. Assembly line itu sendiri adalah suatu pendekatan yang menempatkan fabricated parts secara bersama pada serangkaian workstations yang digunakan dalam lingkungan repetitive manufacturing atau dengan pengertian yang lain adalah sekelompok orang dan mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk. Sedangkan idle time adalah waktu dimana operator/sumber-sumber daya seperti mesin, tidak
  • 5. menghasilkan produk karena: setup, perawatan (maintenance), kekurangan material, kekurangan perawatan, atau tidak dijadwalkan. Tujuan line balancing adalah untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar dalam rangka memperoleh utilisasi yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antar work station, dimana setiap elemen tugas dalam suatu kegiatan produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun kerja yang telah ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik. Permulaan munculnya persoalan line balancing berasal dari ketidak seimbangan lintasan produksi yang berupa adanya work in process pada beberapa workstation. Persyaratan umum yang harus digunakan dalam suatu keseimbangan lintasan produksi adalah dengan meminimumkan waktu menganggur (idle time) dan meminimumkan pula keseimbangan waktu senggang (balance delay). Sedangkan tujuan dari lintasan produksi yang seimbang adalah sebagai berikut: 1. Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap workstation sehingga setiap workstation selesai pada waktu yang seimbang dan mencegah terjadinya bottle neck. Bottle neck adalah suatu operasi yang membatasi output dan frekuensi produksi. 2. Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancar. 3. Meningkatkan efisiensi atau produktifitas. Penyeimbangan lintasan memerlukan metode tertentu yang sistematis. Metode penyeimbngan lini rakit yang biasa digunakan antara lain: 1. Metode formulasi dengan program sistematis 2. Metode Kilbridge-Wester Heruistic 3. Metode Helgeson-Birnie 4. Metode Moodie Young 5. Metode Immediate Update First-Fit Heruistic 6. Metode Rank And Assign Heruistic
  • 6. Syarat dalam pengelompokan stasiun kerja: 1. Hubungan dengan proses terdahulu 2. Jumlah stasiun kerja tidak boleh melebihi jumlah elemn kerja 3. Waktu siklus lebih dari atau sama dengan waktu maksimum dari tiap waktu di stasiun kerja dari tiap elemn pengerjaan C. Istial-Istilah Dalam Line Balancing  Precedence diagram Merupakan gambaran secara grafis dari urutan kerja operasi kerja, serta ketergantungan pada operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan kegiatan yang terkait di dalamnya. Adapun tandatanda yang dipakai sebagai berikut: Symbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk mempermudah identifikasi dari suatu proses operasi Tanda panah menunjukkan ketergantungan dan urutan proses operasi. Dalam hal ini, operasi yang berada pada pangkal panah berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak panah Angka di atas symbol lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap operasi  Asssamble product Adalah produk yang melewati urutan work stasiun di mana tiap work stasiun (WS ) memberikan proses tertentu hingga selesai menjadi produk akhir pada perakitan akhir  Work elemen Elemen operasi merupakan bagian dari seluruh proses perakitan yang dilakukan  Waktu operasi (Ti) Adalah waktu standar untuk menyelesaikan suatu operasi  Work stasiun (WS) Adalah tempat pada lini perakitan di mana proses perakitan dilakukan. Setelah menentukan interval waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja efisien dapat ditetapkan dengan rumus berikut:
  • 7. Di mana: Ti : waktu operasi/elemen ( I=1,2,3,…,n) C :waktu siklus stasiun kerja N : jumlah elemen Kmin : jumlah stasiun kerja minimal  Cycle time (CT) Merupaka waktu yang diperlukan untuk membuat satu unit produk satu stasiun. Apabila waktu produksi dan target produksi telah ditentukan, maka waktu siklus dapat diketahui dari hasil bagi waktu produksi dan target produksi. Dalam mendesain keseimbangan lintasan produksi untuk sejumlah produksi tertentu, waktu siklus harus sama atau lebih besar dari waktu operasi terbesar yang merupakan penyebab terjadinya bottle neck (kemacetan) dan waktu siklus juga harus sama atau lebih kecil dari jam kerja efektif per hari dibagi dari jumlah produksi per hari, yang secara matematis dinyatakan sebagi berikut Di mana: ti max : waktu operasi terbesar pada lintasan CT : waktu siklus (cycle time) P : jam kerja efektif per hari Q : jumlah produksi per hari  Station time (ST) Jumlah waktu dari elemen kerja yang dilakukan pada suatu stasiun kerja yang sama  Idle time (I) Merupakan selisih(perbedaan0 antara cycle time (CT) dan stasiun time (ST) atau CT dikurangi ST  Balance delay (D) Sering disebut balancing loss, adalah ukuran dari ketidakefisiensinan lintasan yang dihasilkan dari waktu menganggur sebenarnya yang disebabkan karena
  • 8. pengalokasian yang kurang sempurna di antara stasiun-stasiun kerja. Balance delay ini dinyatakan dalam persentase. Balance delay dapat dirumuskan: Di mana: n : jumlah stasiun kerja C : waktu siklus terbesar dalam stasiun kerja : jumlah waktu operasi dari semua operasi : waktu operasi : balance delay (%)  Line efficiency (LE) Adalah rasio dari total waktu di stasiun kerja dibagi dengan waktu siklus dikalikan jumlah stasiun kerja Di mana: STi : waktu stasiun dari stasiun ke-1 K : jumlah(banyaknya) stasiun kerja CT : waktu siklus  Smoothes index (SI) Adalah suatu indeks yang menunjukkan kelancaran relative dari penyeimbangan lini perakitan tertentu SI= Di mana: St max : maksimum waktu di stasiun Sti : waktu stasiun di stasiun kerja ke-i  Output production (Q) Adalah jumlah waktu efektif yang tersedi dalam suatu periode dibagi dengan cycle time
  • 9. Di mana: T : jam kerja efektif penyelesaiaan produk C : waktu siklus terbesar D. Metode Helgeson Birnie Nama yang lebih popular ini adalah metode bobot posisi (Pisitional-Weight Technique). Metode ini sesuai dengan namanya dikemukakan oleh Helgeson dan Birnie. Langkah-langkah dalam metode ini adalah sebagai berikut. 1. Buat precedence diagram untuk setiap proses. 2. Tentukan bobot posisi untuk masing-masing elemen kerja yang berkaitan dengan waktu operasi untuk waktu pengerjaan yang terpanjang dari mulai operasi permulaan hingga sisa operasi sesudahnya. 3. Membuat rangking tiap elemen pengerjaan berdasarkan bobot posisi di langkah 2. Pengerjaan yang mempunyai bobot terbesar diletakkan pada rangking pertama. 4. Tentukan waktu siklus (CT). 5. Pilih elemen operasi dengan bobot tertingg i, alokasikan ke suatu stasiun kerja. Jika masih layak (waktu stasiun < CT), alokasikan operasi dengan bobot tertinggi berikutnya, namun lokasi ini tidak boleh membuat waktu stasiun > CT. 6. Bila alokasi suatu elemen operasi membuat waktu stasiun > CT, maka sisa waktu ini (CT – ST) dipenuhi dengan alokasi elemen operasi dengan bobot paling besar dan penambahannya tidak membuat ST < CT. 7. Jika elemen operasi yang jika dialokasikan untuk membuat ST < CT sudah tidak ada, kembali ke langkah 5. Contoh : Sebuah perusahaan memiliki jalur perakitan yang terdiri dari 12 elemen operasi dengan hubungan ketergantungan (precedence) seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Terapkan metode Helgeson Birnie untuk menyeimbangkan jalur perakitan diperusahaan tersebut. j i = Nomor Operasi i j = Waktu elemen
  • 10. 3 4 2 6 2 3 7 8 5 5 1 7 1 6 9 12 3 6 4 4 4 5 10 11 Diagram Preseden Lini Perakitan Penyelesaian : Langkah 1, dihitung dulu bobot setiap elemen operasi (task). Bobot task 1 adalah jumlah waktu elemen operasi 1 dan seluruh operasi setelahnya yang berhubungan, berarti 34 (jumlah waktu elemen 1,2,…,12). Bobot elemen 2 adalah 27 (jumlah waktu elemen 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12). Selengkapnya seperti dilihat pada table. Bobot Elemen Operasi Operasi 1 2 3 4 5 6 Bobot 34 27 24 29 25 20 Operasi 7 8 9 10 11 12 Bobot 15 13 8 15 11 7 Langkah 2, urutkan elemen operasi ini berdasarkan bobot dari bobot tertinggi ke bobot terrendah. Hasilnya terlihat pada table di bawah ini. Rangking Bobot Elemen Operasi Operasi 1 4 2 5 3 Bobot 34 29 27 25 24 Ti 5 3 3 6 4
  • 11. 6 7 10 8 11 9 12 20 155 15 13 11 8 7 5 2 4 6 4 1 7 Langkah 3, tentukan CT, misalkan 10. Langkah 4, stasiun kerja I (WS1), alokasikan task 1 (bobot tertinggi) ke sini, sisa waktu = 5 (CT-T1), selanjutnya alokasikan task 4, sisa waktu = 2 (CT-T1-T4), hentikan alokasi di WS1, task di rangking berikutnya (task 2) memiliki waktu operasi = 3, sehingga tak dapat dialokasikan ke WS1 (akan membuat waktu stasiun kerja 1 > CT). alokasikan task 2 ke stasiun kerja berikutnya. Langkah 5, stasiun kerja II (WS2), alokasikan task 2 (waktu = 3) dan task 5 (waktu = 6), selanjutnya alokasikan task 3 ke stasiun kerja berikutnya, karena bila dialokasikan ke WS2 akan membuat station time 2 (ST2) > 10 (CT) demikian seterusnya. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada table di bawah ini. Penyusunan Stasiun Kerja Dengan Metode Helgeson-Birnie (CT = 10) Stasiun kerja I II III IV V VI Task 1 4 2 5 3 6 7 10 8 11 9 12 TI 5 3 3 6 4 5 2 4 6 4 1 7 STK idle 8 2 9 1 9 1 6 4 10 0 8 2 Untuk mengukur performance dari pengelompokan operasi ke dalam stasiun kerja ini apakah sudah baik atau belum, perlu dihitung nilai LE (Line Efficiency) dan SI (Smoothing index) .
  • 12. Menghitung indeks kemulusan (kelancaran) : Ternyata belum seimbang, suatu lintasan dikatakan seimbang bila LE nilainya 100%. Artinya keseimbangan lintasan tercapai. Dengan menerapkan metode Helgeson-Birnie pada CT = 10, LE = 83,3%. Nilai ini dapat diperbaiki dengan cara „Trial and Error’, yaitu dengan mencoba CT yang lain dengan prosedur tetap. Misalkan ingin diketahui keseimbangan bila CT = 11, maka pengelompokan stasiun kerja menjadi seperti pada table di bawah ini. Penyusunan stasiun kerja dengan metode Helgeson-Birnie (CT = 11) Stasiun kerja I II III IV V Task 1 4 2 5 3 6 7 10 8 11 9 12 TI 5 3 3 6 4 5 2 4 6 4 1 7 STK Idle 11 0 10 1 11 0 10 1 8 3
  • 13. E. Metode Moodie Young Metode Moodie-Young memiliki dua tahap analisis. Fase (tahap) satu adalah membuat pengelompokan stasiun kerja berdasarkan matriks hubungan antar-task, tidak dirangking seperti metode Helgeson-Birnie. Fase dua, dilakukan revisi pada hasil fase satu. Fase satu: Elemen pengerjaan ditempatkan pada stasiun kerja yang berurutan dalam lini perakitan dengan menggunakan aturan largest-candidate. Aturan largest-candidate terdiri atas penempatan elemen-elemen yang ada untuk tujuan penurunan waktu. Dari sini, bila dua elemen pengerjaan cukup untuk ditempatkan di stasiun, salah satu yang mempunyai waktu yang lebih besar ditempatkan pertama. Setelah masing-masing elemen ditempatkan, ketersediaan elemen dipertimbangkan untuk tujuan pengurangan nilai waktu untuk penugasan selanjutnya. Sebagai pemisalan, matriks P menunjukkan pengerjaan pendahulu masing-masing elemen dan matriks F pengerjaan pengikut untuk tiap elemen untuk tiap prosedur penugasan. Fase dua: Pada fase dua ini mencoba untuk mendistribusikan waktu nganggur (idle) secara merata (sama) untuk tiap-tiap stasiun melalui mekanisme jual dan transfer elemen antarstasiun. Langkah-langkah pada step dua ini adalah sebagai berikut. 1. Menentukan dua elemen terpendek dan terpanjang dari waktu stasiun dari penyeimbangan fase satu. 2. Tentungan setengah dari perbedaan kedua nilai tujuan (GOAL). 3. GOAL = (STmax – STmin) / 2. 4. Menentukan elemen tunggal dalam STmax yang lebih kecil dari kedua nilai GOAL dan yang tidak melampaui elemen pengerjaan terdahulu. 5. Menentukan semua penukaran yang mungkin dari STmax dengan elemen tunggal dari STmin yang mereduksi STmax dan mendapatkan STmin akan lebih kecil dari 2 x GOAL. 6. Lakukan penukaran yang ditunjukkan oleh kandidat dengan perbedaan mutlak terkecil antara kandidat tersebut dengan GOAL. 7. Bila tidak ada penukaran atau transfer yang dimungkinkan antara stasiun terbesar dan terkecil, mengusahakan penukaran antara rank pada pengerjaan berikut: N (stasiun ranking ke N memiliki jumlah waktu idle terbesar), N-1, N-2, N-3, …, 3, 2, 1. 8. Bila penukaran masih tidak mungkin, lakukan pembatasan dengan nilai GOAL dan ulangi langkah satu hingga enam. Contoh : Terapkan metode Moodie-Young untuk menyeimbangkan lini perakitan pada contoh penerapan metode Helgeson-Birnie.
  • 14. Penyelesaian : Fase I. Pembuatan Matriks P dan F Table dibawah menunjukkan matriks P dan F dari kasus sebelumnya. Kolom 1 dalam matriks P menunjukkan nomor elemen kerja (task). Kolom 2, 3, dan 4 matriks P menunjukkan elemen kerja yang mendahului elemen kerja padda kolom 1. Kolom 2, 3, dan 4 di matriks F menunjukkan elemen kerja yang pengerjaannya didahului oleh elemen kerja pada kolom 1. Jumlah kolom dalam kasus lain tidak harus tiga, tergantung pada jumlah elemen kerja yang mendahului (untuk matriks P) dan jumlah elemen kerja yang mengikuti (untuk matriks F). dalam contoh ini, jumlah kolom = 3 (elemen terbanyak yang mendahului ada pada elemen 12, yaitu 3 elemen. Matriks F berkolom 3, karena elemen 6 memiliki 3 elemen (terbanyak) yang mengikutinya. Matriks P dan F Task 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Matriks P 0 0 0 1 0 0 2 0 0 1 0 0 4 0 0 3 5 0 6 0 0 7 0 0 6 0 0 6 0 0 10 0 0 8 9 11 Ti 5 3 4 3 6 5 2 6 1 4 4 7 Task 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Matriks F 2 4 0 3 0 0 6 0 0 5 0 0 6 0 0 7 9 10 8 0 0 12 0 0 12 0 0 11 0 0 12 0 0 0 0 0 Misalkan ditentukan waktu siklus = 10, maka elemen-elemen kerja ini akan digabungkan (dengan algoritma Moodie Young) dengan syarat jumlah waktu di setiap stasiun kerja tidak lebih dari 10. Langkah 1, pilihlah elemen kerja (task) yang memiliki nilai 0 semua pada matrik P, pilih task dengan waktu siklus terbesar bila ada lebih dari 1 task yang matriks P-nya 0 semua. Dalam contoh ini berarti task 1 yang dipilih, waktu siklusnya = 5. Langkah 2, tentukan task di matriks F yang berhubungan dengan task yang terpilih di langkah 1. Task yang berhubungan dengan task 1 ini dalam matriks F adalah task 2 dan task 4. Dipilih yang memiliki waktu siklus terbesar dulu. Jika Tc-nya ditambahkan dengan Tc task yang terpilih dilangkah sebelumya kurang dari Tc yang ditentukan, pilihlah task kedua (lihat Te-nya, apa masih mungkin, dalam kasus ini maksimal 10). Task 2 waktu siklusnya (Tc) = 3 dan task 4 Tc-nya 3, sama. Bila sama dapat salah satu tanpa aturan. Missal dipilih task2, dasar pemulihan
  • 15. ini akan konsisten untuk langkah selanjutnya, yaitu “Memilih task dengan nomor task terkecil bila Tc task sama”. Task 1 Tc = 5, dan task 2 Tc = 3, jumlahnya 8, task 4 tidak mungki digabung (total Tc akan > 10). Maka task 1 dan 2 digabung dalam stasiun kerja1, dan task I ke stasiun kerja II. Stasiun II. Sudah ada task 4 dengan Tc = 3, masih ada sisa Tc = 7 (agar maksimal 10). Langkah berikutnya kembali ke langkah 1 dan 2, demikian seterusnya. Di matriks F, task yang berhubungan dengan task 4 adalah task 5 (Tc 6) dan task 3 (Tc = 4), dipilih task dengan Tc terbesar, yaitu task 5. Dipilih task 5. Penambahan task membuat Tc = 9 (Tc task 4 + Tc task 5), task 3 tak dapat digabung karena Tc-nya = 4. Penambahan task 3 membuat waktu stasiun II menjadi 13 (9 + Tc task 3), maka task 3 ke stasiun kerja III. Stasiun kerja III, lihat matriks P dan F. Task 3 yang berhubungan di matriks P adalah task 2 (sudah teralokasi, hentikan), di matriks F adalah task 6, gabungkan ke task 3, Tc total = 9 (Tc task 3 = 4 + Tc task 6 = 5). Cari task yang berhubungan dengan task 6, di matriks P = task 3 & 5, sudah teralokasi, hentikan, di matriks F adalah task 7, 9, dan 10 (Tc =2, 1, dan 4), task 10 mesti kandidat terbesar, namun tidak layak karena penyertaan ke stsiun kerja III akan membuat Tc stasiun II > 10. Dipilih task 9. Task 7 dan 10 ke stasiun kerja berikutnya. Stasiun kerja IV, task 10 (task 7 dikesampingkan dulu) berhubungan dengan task 11 (task 6 sudah teralokasi jadi tidakk perlu disebut lagi). Tc stasiun IV menjadi 8 (4 + 4), task yang berhubungan dengAN task 11 ADALAHA task 12 (Tc 7), maka tidak layak. Task 12dialokasikan ke stasiun kerja lain. Penyusunan Stasiun Kerja Metode Moodie Young (Fase 1) Untuk Contoh Dengan CT = 10 Stasiun kerja I II III IV V VI Task 1 2 4 5 3 6 9 10 11 7 8 12 Ti 5 3 3 6 4 5 1 4 4 2 6 7 STK 8 Idle 1 9 1 10 0 8 2 8 2 7 3
  • 16. Stasiun kerja V, stasiun kerja IV sudah habis ( sudah ke task 12, yaitu task terakhir), di stasiun kerja III task yang tak teralokasi adalah task 7 (Tc = 2), yang berhubungan dengan task 7 adalah task 8 (Tc = 6). Task 7 dan 8 digabung menjadi stasiun kerja V (Tc = 8, sisa 2), task yang berhubungan dengan task 8 tinggal task 12 (Tc = 7, tidak layak). Task 12 dialokasikan ke stasiun lain. Hasil fase sati dapat dilihat pada table diatas. Menghitung efisiensi lintasan (LE) : Menghitung indeks kemulusan (kelancaran) : Fase 2, merupakan perbaikan hasil dari fase1. Stasiun kerja dengan waktu maksimal aalah III (10), stasiun kerja dengan waktu minimal adalah VI (7). Alokasikanlah salah satu task di stasiun kerja III ini ke stasiun kerja VI. Task yang dipilih ini harus berhubungan ( sesuai matriks P dan F) dengan task di stasiun kerja VI. Karena di stasiun kerja VI hanya ada task 12, maka dipilih task di stasiun kerja III yang berhubungan dengan task 12, di matriks P dan F adalah task 9. Pindahkan task 9 ke stasiun kerja VI. Setelah ada pemindahan ini, maka pengelompokan stasiun kerja menjadi seperti terlihat pada table di bawah ini. Penyusunan stasiun kerja metode moodie young (Fase 2) Stasiun kerja I II III IV Task 1 2 4 5 3 6 10 11 Ti 5 3 3 6 4 5 4 4 STK 8 Idle 1 9 0 9 0 8 1
  • 17. V VI 7 8 12 2 6 7 8 1 8 1 Karena task 9 (dengan Tc = 1) pindah ke stasiun kerja VI, maka stasiun kerja III yang waaktu siklusnya 10 (terbesar) menjadi berkurang 1 (karena Tc task 9 = 1). Waktu stasiun kerja yang terbesar adalah CT (waktu siklus), maka CT menjadi 9. Dengan demikian, idle, LE, dan SI dihitung dengan CT = 9 tersebut. Menghitung efisiensi lintasan (LE) yang baru : Menghitung indeks kemulusan (kelancaran) :
  • 18. BAB III KESIMPULAN Line balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiunstasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau lini produksi sehingga setiap stasiun kerja memiliki waktu yang tidak melebihi waktu siklus dari stasiun kerja tersebut. Tujuan line balancing adalah untuk memperoleh suatu arus produksi yang lancar dalam rangka memperoleh utilisasi yang tinggi atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antar work station, dimana setiap elemen tugas dalam suatu kegiatan produk dikelompokkan sedemikian rupa dalam beberapa stasiun kerja yang telah ditentukan sehingga diperoleh keseimbangan waktu kerja yang baik. Persyaratan umum yang harus digunakan dalam suatu keseimbangan lintasan produksi adalah dengan meminimumkan waktu menganggur (idle time) dan meminimumkan pula keseimbangan waktu senggang (balance delay). tujuan dari lintasan produksi yang seimbang adalah sebagai berikut: 1.Menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap workstation sehingga setiap workstation selesai pada waktu yang seimbang dan mencegah terjadinya bottle neck. Bottle neck adalah suatu operasi yang membatasi output dan frekuensi produksi. 2. Menjaga agar pelintasan perakitan tetap lancar. 3. Meningkatkan efisiensi atau produktifitas. Metode penyeimbangan lini rakit yang biasa digunakan antara lain: 1.Metode formulasi dengan program sistematis 2.Metode Kilbridge-Wester Heruistic 3.Metode Helgeson-Birnie 4.Metode Moodie Young 5.Metode Immediate Update First-Fit Heruistic 6.Metode Rank And Assign Heruistic