SlideShare una empresa de Scribd logo
1 de 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih bermutu merupakan kunci keberhasilan pertanaman dilapangan.Penampilan
tanaman yang baik juga akan berpengaruh terhadap hasil panen.Benih bermutu dapat
diperoleh dengan melakukan penanganan pasca panen yang tepat seperti:panen pada saat
masak fisiologis,pengeringan hingga kadar air yang aman disimpan,melakukan sortasi
tongkol dan biji,penyimpanan dengan kemasan yang kedap udara dan bebas dari hama
gudang.Biji jagung termasuk dalam golongan biji ortodoks yang dalam penyimpanannya
dibutuhkan kadar air yang rendah untuk mempertahankan masa simpannya sehingga
vaibilitas dan vigornya tidak cepat menurun.Untuk itu diperlukan proses pengeringan dan
penyimpanan yang baik,agar benih dapat disimpan dengan kadar air yang rendah.Pada
umumnya semakin lama benih disimpan maka viabilitasnya akan semakin menurun.
Mundurnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif
akibat perubahan yang diberikan kepada benih.Pemahaman petani terhadap benih bermutu
masih sangat kurang,selain itu fasilitas untuk melakukan prosesing benih tidak memenuhi
standar yang diharapkan sehingga pada umumnya petani hanya melakukannya dengan
fasilitas yang sederhana.Tingkat pengetahuan yang masih rendah juga menyebabkan
penanganan

panen

dan

pascapanen

pada

jagung

dilakukan

dengan

tidak

maksimal.Permintaan akan benih jagung semakin meningkat dari tahun ketahun,sehingga
pengadaan benih jagung pun perlu ditingkatkan.

1.2 Tujuan
-

Untuk mengetahui sejarah infestasi serangga pasca panen

-

Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi preferensi serangga terhadap
inang

-

Untuk mengetahui sumber infestasi patogen benih

-

Untuk mengetahui tujuan dan manfaat evaluasi kesehatan benih

-

Untuk mengetahui patogen penting pada benih jagung dan kedelai

1.3 Manfaat
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengerti materi tentang preferensi
Sitophilus oryzae terhadap beberapa jenis beras serta evaluasi kesehatan benih jagung dan
kedelai terhadap patogen benih.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hama (Serangga) Pasca Panen
2.1.1 Sejarah Infestasi Serangga Pasca Panen
Dahulu pada saat petani bercocok tanam dengan cara nomaden hama
pasca panen sangat sedikit sekali ditemui mereka bertahan hidup dengan
tumbuh pada biji-bjian, seresah, kayu bekas pohon ,kotoran binatang,tanah dan
terbawa oleh binatang lain seperti burung dan tikus. Pada saat itu nenek
moyang kita bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jadi hasil
panen

mereka

tidak

memerlukan

perlakuan

khusus

dalam

system

penyimpanannya. Namun seiring dengan berkembangnya jaman yang
menyebabkan hasil pertanian tidak hanya untuk kebutuhan sehari- hari
melainkan juga karena desakan ekonomi yang didukung melimpahnya pakan,
terjadinya kelangkaan air dan berkembangnya perlakuan dalam system
penyimpanan, para petani mulai menyimpan hasil panen mereka pada tempat
penyimpanan yang biasa kita sebut gudang.
Pengertian gudang dapat dikemukakan bahwa gudang tidak hanya
terbatas pada wujud suatu bangunan yang dapat dipergunakan untuk
menyimpan produk pertanian yang biasanya tertutup rapat, melainkan pula
meliputi setiap tempat penyimpanan, tempat apapun tanpa memperdulikan
bentuk, ukuran serta letaknya yang ada kaitannya dengan hama gudang dapat
dianggap sebagai gudang. Menurut Franklin G. Moore dalam “Production
Control” (1961), gudang pada umumnya terbagi atas gudang terbuka dan
gudang tertutup. Pada gudang terbuka biasanya ditempatkan bahan-bahan yang
baru diambil, guna melindunginya sebelum dilakukan proses pemilihan atau
sebelum dilemparkan pada pedagang dan konsumen, nilai dari bahan-bahan di
sini dapat dianggap masih dalam transisi untuk dipersiapkan agar dapat
dimasukkan gudang tertutup. Gudang tertutup adalah suatu tempat tertutup
yang keadaan di dalamnya lebih terpelihara, bahan-bahan yang disimpan
ditempat ini biasanya yang telah disortir dan memperoleh pengolahanpengolahan, seperti pengeringan, pembersihan dari berbagai kotoran dan
biasanya ditempatkan lagi dalam tempat-tempat yang khusus (bakul, peti,
karung, belek dan lain sebagainya). Jadi hama gudang akan tetap ada walaupun

2
bahan disimpan dalam gudang tertutup dan telah mengalami beberapa
pengolahan sebelumnya.
Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga
hama pascapanen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan. Laju
populasi serangga dapat meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan
yang singkat, ketahanan hidup yang meningkat atau produksi telur yang lebih
banyak. Dalam kondisi normal, gudang adalah sumber makanan sehingga
permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar air/kelembaban.
Walaupun demikian, sebagian besar serangga hama pascapanen dapat hidup
pada berbagai bahan simpan dan terdapat variasi kelimpahan serangga pada
tiap-tiap bahan simpan.
Berbagai hama dalam gudang dapat diklasifikasikan menurut beberapa
sifat dan morfologi dari hama tersebut.Berdasarkan hasil penggolongan para
taksom, hama gudang yang penting terbatas pada serangga, burung dan
mamalia. Yang terbatas pada serangga tergolong dalam 2 ordo yaitu
Coleoptera dan Lepidoptera. Hama gudang yang tergolong dalam ordo luar
kedua ordo tersebut merupakan hama gudang yang kurang penting, artinya
sifat kerusakannya merupakan pengotoran pada bahan simpanan, seperti: Mites
(kelas Arachnoidea, ordo Acarina), Kecoak (ordo Orthoptera), Renget/gegat
(ordo Thysanura), Collembola (ordo Collembola), Semut (ordo Hymenoptera)
dan lain-lain, akan tetapi walaupun hama yang kurang penting daya
perusakannya dan hanya bersifat pengotorannya saja, kalau terlalu banyak
populasinya tentunya pengotoran yang dilakukannya akan menimbulkan
kerugian yang cukup besar.
2.1.2 Klasifikasi Sithopilus oryzae
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Sitophilus
Spesies: Sitophilus oryzae

3
2.1.3 Morfologi Sithopilus oryzae
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah
tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak
kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2
bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm,
tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung,
ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang
tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk
dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti
kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan
telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah
dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur
yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah
telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng
telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat
hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan,
demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus
hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang
pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan,
kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).
2.1.4 Biologi Sithopilus oryzae
S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim
panas. Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalam
butiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat
(gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan
panjangnya kira-kira 0,5 mm (Luh, 1980).Larva hidup dalam biji beras dengan
memakan isi biji. Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 34 instar selama 18 hari, berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva
instar akhir biasanya akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan
atau butiran beras (Anggara, 2007).

4
Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerahmerahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa
biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).Setelah
menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras. Kumbang dewasa makan
beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat bertelur 300-400
butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh 3,3 mm, berwarna gelap
kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian kepala. Untuk

mengadakan

perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan membebaskan
seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan memiliki moncong
yang pendek, dengan gerakan lebih lambat daripada betina (Bennet, 2003).
Dewasa mengebor ke dalam biji berkulit beras dengan moncongnya yang
panjang untuk meletakkan telur-telur ke dalam biji tersebut. Waktu yang diperlukan
dari telur sampai dewasa pada kondisi yang optimum adalah 30-40 hari (Borror
dkk,1996; Bulog, 1996)
2.1.5 Penjelasan Mengenai Beberapa Jenis Beras Yang Digunakan
a. Beras IR 64
Nama varietasnya adalah IR 64. Termasuk dalam kategori Varietas unggul
nasional (released variety). Dengan tetua persilangan yaitu antara IR 5657-33-2-1
dengan IR 2061-465-1-5-5. Rataan Hasil Kurang lebih 5 ton/ha. Termasuk dalam
golongan Cere, kadang -kadang berbulu. Umur tanaman Kurang lebih 115 hari.
Bentuk tanamannya adalah Tegak. Tinggi tanaman Kurang lebih 85 cm . Warna kaki
Hijau. Warna batangnya adalah Hijau. Telinga daun Tidak berwarna, lidah daun juga
Tidak berwarna. Muka daun Kasar. Posisi daun Tegak. Daun bendera Tegak. Bentuk
gabah Ramping, panjang. Warna gabah Kuning bersih. Tahan terhadap hama wereng
coklat biotipe 1 , 2 , 3 dan wereng hijau, agak tahan bakteri busuk daun dan tahan
virus kerdil rumput.
b. Beras Raskin
Penyaluran RASKIN (Beras untuk Rumah Tangga Miskin) sudah dimulai
sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan RASKIN yang
bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga
miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian
diubah menjadi RASKIN mulai tahun 2002, RASKIN diperluas fungsinya tidak lagi
5
menjadi program darurat (social safety net) melainkan sebagai bagian dari program
perlindungan sosial masyarakat. Menurut warga yang telah menerima raskin kondisi
beras agak hitam serta kondisi hancur yang tidak seperti biasanya. Beras yang tidak
layak konsumsi.
2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Serangga Terhadap Inang
1. Faktor Makanan
Preferensi sejenis serangga terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimuli
zat kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu gizi dan
adaptasi struktur . Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok
bagi kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya
populasi hama tidak akan dapat berkembang sebagaimana biasanya. Ketidak cocokan
makanan dapat timbul karenakurangnya kandungan unsur yang diperlukan, rendahnya
kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras dan bentuk
materialnya (Kartasapoetra, 1991). Sudah merupakan hukum alam walaupun semua
faktor lingkungan cukup baik bagi kehidupan sarangga, pada akhirnya kehidupan dan
perkembangan serangga ditentukan oleh ada tidaknya faktor makanan.Syarat agar
makanan dapat memberikan pengaruh yang baik adalah tersedianya makanan dalam
jumlah yang cukup dan cocok untuk pertumbuhan serangga (Mangundihardjo, 1978).
Makanan yang cukup sangat diperlukan pada tingkat hidup yang aktif,
terutama sejak penetasan telur berlanjut pada stadium larva dan kadang-kadang pada
tingkat setelah menjadi imago (Kartasapoetra, 1991).Kumbang bubuk beras menyukai
biji yang kasar dan tidak dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk
tepung. Kumbang ini tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena
imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut (Marbun danYuswani,
1991).
2. Faktor Kelembaban dan Suhu
Pengaruh kelembaban terhadap perkembangan kumbang bubuk beras berbeda
untuk setiap stadium. Hasil percobaan Hutomo (1972) menunjukan bahwa pada
kelembaban antara 30 – 70%, persentase kematian telur, larva dan serangga dewasa
makin tinggi dengan makin rendahnya kelembapan. Kelembapan yang terlalu rendah,
dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi terhadap telur, larva dan terutama
imago yaitu pada kelembapan 30, 40 dan 50% (Sitepu dkk, 2004).
6
Pengaruh kelembaban juga sama halnya dengan temperatur, temperatur yang
baik akan sangat menentukan perkembangan serangga. Kelembaban yang optimum
berada di sekitar 75% sedangkan batas kelembaban minimum dan maksimum masingmasing mendekati 0% dan 100% (Kartasapoetra, 1991). Perkembangan optimum
terjadi pada temperatur 30ºC dan kelembaban relatif 70%. Perkembangan pada
umumnya bisa terjadi pada temperatur 17-34º C dan kelembaban relatif 15-100%.
Apabila kelembaban melebihi 15% kumbang berkembang dengan cepat (Pracaya,
1991)
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya populasi
serangga hama di tempat penyimpanan. Serangga termasuk golongan binatang yang
bersifat heterotermis, oleh karena itu serangga tidak dapat mengatur suhu badannya
sendiri, sehingga suhu badannya mengikuti naik turunnya suhu lingkungannya.
Sebagian besar serangga gudang hidup dan berkembang biak pada kisaran suhu 10-45º
C. Dibawah 10º C serangga tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan di atas 45º
C mortalitas serangga sangat tinggi. Pada batas 15º C ke bawah, kegiatan serangga
mulai berkurang akibat laju pertumbuhan populasi sangat lambat. Setiap spesies
mempunyai suhu optimal dimana laju pertumbuhan populasi maksimum. Untuk
kebanyakan serangga gudang di daerah tropik kisaran suhu optimumnya adalah sekitar
25-35º C. Di bawah 20º C, biasanya laju pertumbuhan populasi sangat berkurang
(Sitepu dkk, 2004).
3. Faktor kadar Air
Produk-produk pertanian yang tersimpan dalam gudang yang kadar airnya
tinggi sangat disukai hama gudang. Batas terendah kadar air bahan dalam simpanan
yang diperlukan bagi kehidupan normal kebanyakan hama gudang sekitar 8-10%
Kadar air yang berbeda menyebabkan perubahan biji akan berbeda pula. Biji yang
berukuran cukup besar dan kulit luarnya cukup keras, untuk dapat mencapai kadar air
di bawah 10-11% cukup sulit. Biji yang berukuran kecil dengan kulit permukaan yang
relatif lunak umumnya dapat mencapai kadar air yang rendah atau di
bawah10%(HeridanAsih, 1995).
4. Kondisi Fisik Gudang

7
Kondisi fisik gudang adalah merupakan faktor penting dalam penyimpanan
komoditi pascapanen. Gudang yang baik adalah gudang yang memiliki kondisi yang
baik.Syarat-syarat gudang yang baik harus di perhatikan seperti:
• Atap gudang, perlu diamati atap gudang terbuat dari jenis apa,apakah atap gudang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan hama tersebut.
• Dinding gudang, dinding gudang juga mempengaruhi perkembangan

dan

pertumbuhan hama tersebut.Apabila dinding ada celah maka akan mempermudah
masuknya hama pada komoditi simpanan di gudang.
• Adanya alas sebelum bahan simpan diletakkanjuga mempengaruhi perkembangan
hama kareena apabila bahan simpan langsung bersinggungan dengan lantai maka
kelembaban akan meningkat.
• Ventilasi, Ventilasi juga berpengaruh pada bahan simpan karena semakin sedikit
pentilasi maka tempat pertukaran udara akan semakin kecil dapat diartikan Ventilasi
juga berpengaruh terhadap perkembangan populasi hama.
• Lampu penerangan, Lampu penerangan harus ada dalam ruangan maupun di luar
ruangan.
2.1.7 Metode Penyimpanan yang Tepat saat Pasca Panen
Penyimpanan benih pada jenis benih yang dapat dikeringkan harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu : (1) Keringkan benih dengan tepat. Makin kering
benih ortodoks makin baik benih tersebut dapat disimpan karrena penguapannya dapat
dikurangi, (2) Simpan benih dalam keadaan kering. Benih harus disimpan dalam
wadah tertutup sehingga akan tetap kering, misal disimpan pada kantong politon yang
tebaltoples gelas atau plastik atau kaleng yang ditutup rapat, (3) Jaga benih dalam
udara lembab. Untuk benih yang dikumpulkan selama udara basah dan embun tidak
boleh ditempatkan dalam wadah tertutup karena kandungan air tinggi menyebabkan
penguapan besar, kelembaban akan tertahan pada wadah tertutup sehingga
menyebabkan benih berjamur. Namun setelah benih dikeringkan,maka penyimpanan
harus pada wadah tertutup, (4) Jaga wadah agar tetap dingin. Suhu penyimpanan benih
3-5 derajat C untuk mengurangi penguapan, serangan serangga dan jamur. Selain
harus dingin, penyimpanan juga harus kering dan sirkulasi udara yang cukup.

8
Penyimpanan benih untuk benih yang harus dijaga kadar airnya perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Jaga kelembaban benih. Benih rekalsitran
berasal dari buah yang berdaging. Ambil dan taruh benih dalam air dan biarkan
beberapa hari sehingga benih dmenyerap banyak air dan memungkinkan benih
disimpan lama, (2) Hati-hati dengan jamur. Perlu diberikan fungisida yang cocok ke
dalam air dimana benih direndam dan harus dilakukan sebelum air habis untuk
menghindari kerusakan benih, (3) Simpan benih dalam keadaan dingin, gelap dan
cukup sirkulasi udara untuk membatasi perkecambahan, (4) Gunakan benih sesegera
mungkin. Pada umumnya penyimpanan akan tahan selama beberapa hari sampai
beberapa minggu. (PEH BPTH Sulawesi).
2.2 Patogen Benih
2.2.1 Sumber Infestasi Patogen Benih
Penyakit tidak hanya terjadi pada tanaman dewasa saja, tapi juga dapat terjadi
di benih. Hal ini dapat terjadi dapat disebabkan oleh beberapa hal.
1. Infeksi langsung dari induk tanaman
2. Infeksi melalui stigma (putik) saat terjadinya benang sari yang masuk ke
dalam putik dan terjadi pembuahan
3. Infeksi langsung dengan menembus dinding ovari atau kulit biji.
Keberadaan patogen (penyebab penyakit) pada benih bisa berada di embrio,
endosperm, kulit biji, atau hanya sebagai kontaminan saja yang terbawa tanah atau
sisa tanaman. Penyakit pada benih menjadi sangat penting untuk diuji kesehatannya,
sebab benih merupakan pembawa (carrier) potensial untuk penyebaran tanaman dari
satu generasi ke generasi lain dari satu tempat ke tempat lain.

9
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Evaluasi Kesehatan Benih

Tujuan dan Manfaat uji kesehatan benih antara lain :

1. Untuk mengetahui apakah dalam benih terdapat mikroorganisme yang bersifat
patogen.
2.

Untuk mengetahui apakah pada benih terdapat nematoda.

3. Untuk mengetahui kesehatan benih secara fisiologis
4. Untuk membandingkan antar seed lot
5. Untuk menentukan jenis inokulum yang menginfeksi benih
6.

Untuk mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan ke berbagai tempat
untuk usaha tani.

7. Untuk mengevaluasi efek dari festisida yang dipakai untuk perawatan benih
8.

Untuk mengevaluasi usaha pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh benih
di lapangan

9.

Untuk survei penyakit benih tingkat regional atau nasional guna mendeteksi
penyebaranya.

10. Untuk tujuan karantina dalam rangka mencegah masuknya penyakit benih dan
sekaligus mencegah terjadinya penyebaran penyakit benih tersebut.
2.2.3 Metode Evaluasi Kesehatan Benih
Metode yang digunakan / dipilih tergantung dari jenis patogen atau keadaan yang akan
diselidiki, jenis benih tanaman dan maksud dari pengujian. Pemilihan metode yang tepat
serta evaluasi hasil, memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Pada pengujian kesehatan
benih terdapat beberapa metode dasar yaitu :
a. Metode tanpa inkubasi
Metode pengamatan langsung terhadap benih tanpa bantuan peralatan atau dengan
menggunakan bantuan kaca pembesar (lup) dan dapat juga dibawah mikroskop stereo.
Pengujian dengan perendaman benih
Pengamatan terhadap suspensi dari pencucian benih. Pengamatan ini dilakukan
dengan menggunakan mikroskop.
b. Metode setelah inkubasi

10
Hasil pengujian ini tidak memberikan indikasi viabilitas patogen. Jarak antar tiap – tap
benih dibuat sedemikian rupa hingga tidak saling bersinggungan satu sama lain.
Kemudian petridis tersebut dismpan pada suatu ruangan/ lemari khusus selama masa
inkubasi. Pada umumnya masa inkubasi adalah 7-8 hari pada suhu (20 ±2)ºC kecuali
pada benih tanaman tropika diprlukan suhu (28 ± 2) ºC. Dapat juga dilakukan dengan
cara benih yang telah ditabur (khususnya pada metode blotter) benih diinkubasi pada
kondisi ruang pada 24 jam pertama, kemudian benih diinkubasi pada suhu - 20 ºC
pada 24 jam berikutnya. Setelah itu benih diinkubasi suhu ruang sampai pengamatan.
Untuk merangsang sporulasi cendawan sebaiknya tempat inkubasi dilengkapi dengan
lampu NUV dan secara bergantian diatur terang gelap masing – masing 12 jam.
Setelah masa inkubasi selesai benih diperiksa dengan menggunakan mikroskop stereo
dengan pembesaran 50 – 60 kali. Benih yang sangat mudah terkena kontaminasi
dengan saprofit perlu diberikan perlakuan dengan larutan chlorine (1 - 2)% sebelum
diuji.
Pengamatan terhadap benih atau kecambah benih setelah waktu inkubasi dapat
dilakukan dengan metode :
a. Metode blotter
Metode kertas blotter dapat digunakan untuk memeriksa kesehatan benih. Patogen
yang dapat diketahui dengan metode ini adalah ari negara Alternaria, Ascochyta,
Botrytis, Colletotrichum, Drecslera, Fusarium dan Phoma. Dengan melihat gejala
penyakit dan miselium yang terbentuk kadang – kadang dapat digunakan untuk
membedakan jenis tanaman dari cendawan tersebut. Metode inti mengidentifikasi
cendawan patogen dengam cepat dan tepat karena setiap jenis tanaman
menunjukan karakteristik masing – masing seperti bentuk dan aturan dan spesifik
dari konodiospora dan sebagainya.
b. Metode agar
Di banding metode blotter metode ini memberikan kondisi yang lebih memasiai
untuk tumbuhnya sporulusai atau gejala adanya serangan penyakit. Sejumlah benih
di letakan pada media agar di dalam petridish. Media agar yang umum di gunakan
adalah malt ekstract dan potato dextract. Untuk mencegah kontaminasi dengan
jasad saprofit maka benih didisinfektan dahulu, sebelum di tempatkan pada media
agar. Masa inkubasi adalah 5-7 hari pada suhu (20±2)0C. Tempat inkubasi juga di
lengkapi dengan lampu NUV dan diatur gelap dan terang masing-masing 12 jam.
Pengamatan presentase (%) serangan dilakukan secara mikroskopis, yaitu dengan
11
melihat bentuh dan warna dari koloni cendawan yang tumbuh dari benih tersebut.
Apabila kurang jelas dapat di lakukan pemgamatan secara mikroskopis.
c. Pengujian pada media pasir
Pengujian ini dapat memberikan informasi yang lebih mendekati pertumbuhan di
lapangan, kanya saja di butuhkan waktu pengujian yang agak lama (± 2 minggu).
Pada beberapa seed borne ada yang memerlukan masa inkubasi yang lama,
sehingga metode blotter atau agar tidak dapat memberikan gambaran adanya
patogen, untuk hal tersebut di gunakan metode lain yaitu dengan melihat gejala
serangan pada kecambah.Sebagai media di gunakan tanah, pasir atau batu bata
yang sudah di sterilisasi. Metode ini mulai di perkenalkan dan di kembangkan
sejak tahun 1971 di jerman oleh Hitner. Untuk melihat gejala serangan fusarium
nivale pada gandum di mana adanya cendawan tersebut tidak terlihat pada saat
pengujian daya berkecambah. Media yang di gunakan adalah batu bata yang di
hancurkan di mana butirannya berukuran maksimum (3-4) mm. Lalu di basahi
dengan air steril yang cukup hingga tidak memerlukan penyiraman selama masa
inkubasi. Suhu yang di perlukan kadang-kadang rendah yaitu (10-12)0C untuk
merangsang tumbuh cendawan tersebut. Dengan menggunakan teknik yang sama
dapat oula memeriksa adanya gejala serangan septoria dan drechslera pada
serealia, tapi suhu yangf di perlukan agak lebih tinggi yaitu 200C.
d. Pemeriksaan pertumbuhan tanaman atau growing plants
Pemeriksaan gejala penyakit terhadap pertumbuhan tanaman dari benih sering di
lakukan sebagai prosedur untuk mengindentifikasi adanya bakteri, cendawan atau
virus yang terbawa benih.Benih yang di uji dapat di tabur atau inokulum yang di
peroleh dapat di gunakan untuk menginfeksi tanaman yang sehat atau bagian
tanaman. Tanaman harus di lindungi dari infeksi lain yang tidak di harapkan dan
menjaga kondisi lungkungan.
2.2.4 Benih Jagung (Klasifikasi,Fisiologi dan Morfologi)
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Zea
12
Spesies: Zea mays L.
Fisiologi :
Jagung tidak memiliki cambium, tidak dapat menambah diameter batang secara
terus menerus dan tidak terjadi oertumbuhan sekunder.Selain itu cenderung lunak
dan berair.
Morfologi :
Bebih jagung memiliki cirri sebagai berikut : memiliki bentuk hilum yang
lonjong dan berlokasi di bagian pangkal biji dan posisinya menonjol. Selain itu
terlihat perbedaan warna yang membedakan antara embrio, endosperm, dan
epicarp benih jagung, ketika benih jagung dibelah. Pada benih jagung terlihat
endosperma, embrio dan posisi hilum.
2.2.5 Benih Kedelai (Klasifikasi,Fisiologi dan Morfologi)
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Glycine
Spesies: Glycine max (L.) Merr.
Fisiologi :
Kedelai memiliki cambium yang memungkinkannya untuk melakukan pertumbuhan
sekunder dengan pembesaran diameter batang.
Morfologi :
Benih kedelai merupakan sub kelas dikotil, dimana bentuk hilumnya bulat
lonjong, lokasi ditepi dan posisinya menjorok. Biji umumnya berbentuk
bulat/bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran bijiberkisar antara kecil (6–
10g/100 biji), sedang (11–12g/100 biji), dan besar (13atau lebih/100 biji).
Warna kulit biji bervariasi, antara lain kuning, hijau, cokelat,dan hitam.

13
2.2.6 Patogen Penting Pada Benih Jagung
a. Patogen Fusarium sp.
Gejala Serangan : Infeksi sistemik fusarium pada tanaman jagung adalah
dimulai dari konidia atau miselia yang berasal dari dalam ataupun bagian
permukaan biji kemudian berkembang pada tanaman muda dari akar ke batang
dan terakhir menginfeksi kebagian tongkol dan biji. Gejala visual khas pada
bagian yang terserang dicirikan dengan terkadang adanya kumpulan miselia
pada bagian permukaan batang, pelepah dan tongkol, berwarna merah jambu
(pink) atau dominan memperlihatkan warna keputih-putihan, pada batang
biasanya dijumpai bagian yang membusuk.
Pengendalian : -

Penggunaan pupuk kimia

b. Patogen Aspergillus sp.
Gejala serangan : Gejala dapat terlihat pada biji berupa warna coklat kehitamhitaman dan ada juga yang menginfeksi sampai pada bagian dalam biji.
Pengendalian : - Penggunaan pupuk kimia
-

pada pasca panen yang dianjurkan untuk kandungan
cemaran aflatoksin guna meminimalkan efek toksik pada
manusia dan ternak adalah pengenceran bahan yang
terkontaminasi aflatoksin.

2.2.7 Patogen Penting Pada Benih Kedelai
a. Penyakit Karat (Phakopsora pachyrrizi)
 Daur Penyakit
Jamur membentuk undospora yang mudah sekali terbawa oleh angin dan percikan air
hujan dan menular ketanaman yang sehat.
Patogen bertahan dalam bentuk undespora yang tahan kering.
 Gejala Serangan
Daun yang terserang terdapat bintik-bintik coklat dari uredinia atau sori cendawan.
Umumnya gejala nampak pada tanaman umur 20-30 hari.
Terjadi bintik-bintik coklat pada daun bawah dan meluas keatas (pucuk).
Bila serangan berat daun cepat gugur sebelum waktunya, polong tidak berisi penuh
atau hampa, jumlah biji berkurang dan daya kecambah biji menurun.

14
 Cara Pengendalian
Penanaman varietas tahan seperti Dempo, Kerinci, Cikuray, Pulosari, Tambora.
Sedangkan varietas Willis, Merbabu, Raung agak tahan terhadap penyakit kedelai.
Tanam serentak.
Menghindari bertanam kedelai berdekatan dengan tanaman inang lain seperti Kacang
Panjang, Kacang Kapri, Buncis, dll.
Sanitasi gulma untuk mengurangi sumber inokulum.
Perlakuan benih dengan fungisida dan penyemprotan tanaman didaerah endemis
dengan fungisida. Waktu aplikasi adalah pada saat umur tanaman 30 hari dengan
interval 15 hari.

15
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
1. Hama dan Kesehatan Benih

3. Pengamatan Mikroskop

Waktu

: 3 Mei 2012

Waktu : 10 Mei 2012

Tempat

: Lab. Nemathoda

Tempat : Lab Nemathoda

2. Patogen Benih
Waktu

: 10 Mei 2012

Tempat

: Lab Nemathoda

3.2 Alat, Bahan dan Fungsi
Alat
1. PAD

: media inokulasi

2. Timbangan

: menimbang beras

3. Cawan petri

: media tanamn benih jagung dan kedelai

4. Fialfilm

: media beras

5. Mikroskop

: mengamati jenis patogen benih

6. Jarum ose

: mengambil koloni jamur

7. Objek dan cover glass

: media pengamatan

Bahan
1. Beras IR 64, raskin dan pandan wangi, Sitophillus oryzae, benih jagung dan
kedelai : objek pengamatan
2. Wrapping : menutup cawan petri
Kain kasa : menutup fialfilm
Cara Kerja
1. Hama dan Kesehatan Benih
Beras IR 64, raskin dan pandan wangi ditimbag @10 gram

Masukkan beras ke fialfilm beserta sepasangSitophillus oryzae

Tutup dengan kain kasa

Amati selama ± 2 minggu
Timbang beras
16
2. Patogen Benih
Benih jagung dan kedelai @5benih

Direndam aqua steril
ditiriskan
Inokulasi pada media PDA (Potato Dextrose Agar)

Ditutup dengan wrapping

Amati selama ± 2 minggu
3. Pengamatan Mikroskopis
Ambil koloni jamur dengan jarum ose

Lejtakkan di objek glass
bisa ditetesi aquades steril
Tutup dengan cover glass

Amati dengan mikroskop dengan perbesara 4,0,4,10

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hama (Serangga) Pasca Panen
Tabel1. Pengamatan Intensitas Kerusakan Beras Dalam Satuan Gram

No.

Bobot Beras Rusak

Waktu
Pengamatan

IR 64

Raskin

Pandan
Wangi

1.

06 Mei 2012

10,2 gr

10,94 gr

10,87 gr

2.

11 Mei 2012

10,21 gr

11,4 gr

10,85 gr

3.

15 Mei 2012

10,2952 gr

11,099 gr

10,968 r

Perhitungan Presentase Tingkat Kerusakan Beras
IKB = Bobot beras rusak pengamatan akhir – Bobot beras rusak pengamatan awal X 100%
Bobot total beras mula-mula
1. Beras IR 64
x 100% = 0,95 %

2. Beras Raskin
x 100% = 1,59 %

3. Beras Pandan Wangi
x 100% = 0,98 %

18
Dokumentasi pengamatan Shitopillus oryzae

Tanggal

Pandan Wangi

IR 64

Raskin

Pandan Wangi

IR 64

Raskin

11 Mei
2012

Tanggal
15 Mei
2012

Jumlah Individu Sitophillus Oryzae
Waktu

Jenis Beras

Bobot Beras

Pengamatan

Jumlah Individu Sitophillus
Oryzae

Tanggal

Pandan Wangi

10,87 gr

4 Sitophillus Oryzae

6 Mei 2012

Raskin

10,94 gr

4 Sitophillus Oryzae

IR 64

10,2 gr

6 Sitophillus Oryzae mati 1 ekor

Pembahasan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks kerusakan beras yang tertinggi
didapat dari beras jenis beras raskin (1,,59%). Sedangkan beras yang lain Beras IR64 0,95%
dan pandan wangi 0,98%. Dan untuk jumlah populasi Sithophillus oryzae yang paling tinggi
setelah pengamatan selama 2 minggu adalah pada beras jenis IR 64 dan Raskin. Sementara
pada beras pandan wangi hanya tersisa 4 indifidu yang di masukkan. Dari hasil tersebut
dapat dianalisis bahwa perkembangan dari Sithophillus oryzae dipengaruhi oleh ketersediaan
makanan dan juga tergantung dari jenis makanannya. Kecocokan jenis makanan dengan
individu Sithophillus oryzae

juga menyebabkan turunnya populasinya di dalam wadah

percobaan. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang

19
diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras
dan bentuk materialnya (Kartasapoetra, 1991).

4.2 Patogen Benih
Dokumentasi Patogen benih
Tanggal
14 Mei
2012

JAGUNG

KEDELAI

Tanggal
21 Mei
2012

JAGUNG

KEDELAI

Tanggal
24 Mei
2012

JAGUNG

KEDELAI

Sampel Jagung

Sampel Kedelai

20
Jagung Sampel I

Kedelai Sampel I

Jagung Sampel II

Kedelai Sampel II

Jagung Sampel III

Kedelai Sampel III

Jagung Sampel IV

Kedelai Sampel IV

Jagung Sampel V

Kedelai Sampel V

Tabel Pengamatan
21
Benih

Koloni Patogen

Kenampakan

Patogen Yang

Mikroskopis

Peran Koloni

Diduga
(Genus/Spesies)

Jagung

Putih

Jamur Fusarium

Kedelai

Hitam

Jamur Aspergilus

Coklat

Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran
40, didapatkan hasil bahwa pada benih jagung terdapat cendawan jamur jenis Rhizopus sp.
Hal ini dicirikan dengan adanya kumpulan miselia pada bagian permukaan biji jagung
menyebar hingga ke media, berwarna keputih-putihan. Sedangkan pada benih kedelai terdapat
3 jenis patogen, dimana patogen ini temasuk jenis jamur, hanya saja untuk genus Aspergillus
dicirikan dengan sporangiofor hialin dan soprangium hitam. Untuk genus Mucor dicirikan
dengan sporangium coklat kehitaman dengan bentuk kotak spora bulat.Dari hasil tersebut
maka dapat dikatakan kedua benih termasuk benih tidak sehat.Pasalnya benih dikatakan sehat
kalau benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus maupun
nematoda.
Terdapat 3 cara bagaimana jamur bisa terbawa benih. Cara pertama adalah dengan
kontaminasi yaitu benih itu terbawa jamur di permukaan benih. Cara kedua adalah infestasi,
yaitu jamur tercampur oleh gulma atau sesuatu yang membawa jamur. Cara ketiga yaitu
infeksi, yaitu terbawanya jamur sejak masih dibenih itu sendiri
Berikut adalah ciri-ciri dari cendawan/patogen yang terdapat pada benih jagung dan
kedelai:Benih Jagung : Rhizopus sp. Gejala visual Rhizopus sp pada biji jarang ditemukan,
namun setelah ditumbuhkan pada kertas steril, akan nampak keputih-putihan, demikian pula
pada media PDA. Pertumbuhan miselia agak cepat, halus dan putih. Sporangiofor tunggal
atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih
dari1000µm dan diameter 10-18µm. Sporangia globosa yang pada saat masak berwarna hitam
kecoklatan, dengan diameter 100-180µm.Benih Kedelai.Aspergillus sp. Aspergillus sangat
mudah dikenali, baik dari morfologi selnya maupun dari morfologi koloninya.Aspergillus
niger mempunyai kepala pembawa konidia yang besar,dipak secara padat, bulat dan berwarna
hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini mempunyai bagian yang khas yaitu hifanya
bersepta, spora yang bersifat seksual dan tumbuh memanjang di alas stigma, mempunyai sifat
aerobik, sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen yangcukup.Mucor sp, Koloni
22
pada media PDA dicirikan pada mulanya berwarna putih kemudian menjadi coklat keabuabuan dengan diameter koloni pada hari pertama 2 cm dan pada hari keempat diameter koloni
mencapai 7,8 cm (1,95 cm/hari) dan pada umur 10 hari koloni bwrwarna putih keabu-abuan
serta koloni telah memenuhi cawan petri. Sporangiofor bercabang, konidiofor berwarna hijau
muda hingga kecoklatan, dapat bercabang maupun tidak berdiameter 3,8-4,5 µm. Sporangium
berwarna kuning kecoklatan dengan diameter 6,8-7,2 µm.
(Heydecker,

1972)

23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Indeks Kerusakan Beras pada Beras IR 64 dan Raskin sebesar 0,95% dan untuk Beras
Pandan wangi sebesar 0,98%, beras raskin 1,59%
Pada jumlah individu Sithopillus oryzae setelah dilakukan pengamatan selama 2
minggu didapat bahwa pada beras IR 64 dan Raskin tersisa 2 individu dari 4 yang
dimasukkan.
Perkembangan Sithopillus oryzae dipengaruhi oleh jenis makanan, kekerasan
makanan, dan kandungan yang ada di dalam makanan tersebut.
Benih jagung dan kedelai yang telah di tanam di dalam media PDA ditumbuhi oleh
jamur. Jamure tersebut ada yang berupa jamur yang menguntungkan dan merugikan.
5.2 Saran Praktikum
Saran untuk praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar dan peralatan yang ada di
laboratorium harus memadai. Materi ditambah lagi…
5.3 Kritik Praktikum atau Asisten
Lain kali untuk laporan jangan mendadak karena dan jangan terlalu banyak formatnya.

24
DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa. 2012. Beras IR 64. http://mutosorganik.com/produk.php?id=1. diakses pada
tanggal 23 Mei 2012.
Anonymousb. 2012. Beras Raskin. http://mutosorganik.com/produk.php?id=3. diakses pada
tanggal 23 Mei 2012.
Anonymousc. 2012. Beras Pandan Wangi Putih. http://mutosorganik.com/produk.php?id=2.
diakses pada tanggal 23 Mei 2012.
Heydecker, W. 1972. Seed Ecology. The Pennsylvania State University Press, University
Park and London. pp 1-3.
Idris, Zainal, Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim. 1982. Evaluasi beberapa sifat
biokimia dan fisiologi benih jagung (Zea mays L.) dari berbagai tingkat masak dan
beberapa waktu penundaan pengeringan. Prosiding Seminar Hasil Pengkajian dan
Penelitian Teknologi Pertanian Menghadapi Era Otonomi Daerah, 3-4 November di Palu,
Sulteng.
Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jogjakarta.
Sudjana, Rifin dan Sudjadi. 1991. Research on association of seed physical properties to
seeds quality. Prepared for Seed Research Workshop. AARP II Project, Sukamandi,
Indonesia.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNIBRAW: Malang.

25

Más contenido relacionado

La actualidad más candente

Makalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanMakalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanagronomy
 
9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropoda9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropodaxie_yeuw_jack
 
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROMakalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROSMPN 4 Kerinci
 
KULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAHKULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAHDevi Nathania
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...UNESA
 
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibLaporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibAndria Bin Muhayat
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSnovhitasari
 
Makalah jamur
Makalah jamurMakalah jamur
Makalah jamur111NURUL
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi beniharzaka
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...UNESA
 
Ciri ciri xanthomonas
Ciri   ciri xanthomonasCiri   ciri xanthomonas
Ciri ciri xanthomonasDesa Wonorejo
 
64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larvaYuga Rahmat S
 
Budidaya kacang tanah
Budidaya kacang tanahBudidaya kacang tanah
Budidaya kacang tanahafifauliya
 

La actualidad más candente (20)

Makalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanMakalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutan
 
9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropoda9 ramlan-kajian artropoda
9 ramlan-kajian artropoda
 
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITROMakalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
Makalah kuljar (amrullah m) PERBANYAKAN JERUK SECARA IN VITRO
 
Pasca
PascaPasca
Pasca
 
KULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAHKULTUR JARINGAN MAKALAH
KULTUR JARINGAN MAKALAH
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan: Pembuatan Media Sederhana, Isolasi, dan In...
 
Makalah_57 Makalah laporan praktikum
Makalah_57 Makalah laporan praktikumMakalah_57 Makalah laporan praktikum
Makalah_57 Makalah laporan praktikum
 
kultur jaringan
kultur jaringankultur jaringan
kultur jaringan
 
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unibLaporan praktikum kultur jaringan andria unib
Laporan praktikum kultur jaringan andria unib
 
pembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MSpembuatan larutan stok & media MS
pembuatan larutan stok & media MS
 
Makalah jamur
Makalah jamurMakalah jamur
Makalah jamur
 
Kultur jaringan
Kultur jaringanKultur jaringan
Kultur jaringan
 
Laporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benihLaporan praktikum produksi benih
Laporan praktikum produksi benih
 
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
Laporan Praktikum Kultur Jaringan Hewan: Kultur Sel Embrio Ayam Menggunakan M...
 
Makalah fungi
Makalah fungiMakalah fungi
Makalah fungi
 
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimunMakalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
 
Ciri ciri xanthomonas
Ciri   ciri xanthomonasCiri   ciri xanthomonas
Ciri ciri xanthomonas
 
64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva
 
Budidaya kacang tanah
Budidaya kacang tanahBudidaya kacang tanah
Budidaya kacang tanah
 
Kacang tanah
Kacang tanahKacang tanah
Kacang tanah
 

Similar a BENIH JAGUNG

Budidaya jengkrik
Budidaya jengkrikBudidaya jengkrik
Budidaya jengkrikFebri Koto
 
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnyaOperator Warnet Vast Raha
 
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3Surianim Azmi
 
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdfAdityaAditya585286
 
PPT PERTEMUAN 2.pptx
PPT PERTEMUAN 2.pptxPPT PERTEMUAN 2.pptx
PPT PERTEMUAN 2.pptxRestiana8
 
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptxRatyh
 
perkembangbiakan nyamuk
perkembangbiakan nyamukperkembangbiakan nyamuk
perkembangbiakan nyamukDini_febriani
 
Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1Yadhi Muqsith
 
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdfPENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdfTazmanianDevilz
 
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budiLaporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budifernandasyahputra1
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiAndrew Hutabarat
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiAndrew Hutabarat
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelaiMarta Adinata
 
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)fadlidera
 

Similar a BENIH JAGUNG (20)

Biologi xi. d
Biologi xi. dBiologi xi. d
Biologi xi. d
 
Budidaya jengkrik
Budidaya jengkrikBudidaya jengkrik
Budidaya jengkrik
 
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnyaBerikut ini nama tumbuhan monokotil  beserta nama latinnnya
Berikut ini nama tumbuhan monokotil beserta nama latinnnya
 
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
Slide PPT Mikroworm Daf 1042 tv t3
 
Semut rangrang
Semut rangrangSemut rangrang
Semut rangrang
 
Dormansi biji gulma
Dormansi biji gulmaDormansi biji gulma
Dormansi biji gulma
 
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pdf
 
PPT PERTEMUAN 2.pptx
PPT PERTEMUAN 2.pptxPPT PERTEMUAN 2.pptx
PPT PERTEMUAN 2.pptx
 
TERNAK PUYUH
TERNAK PUYUHTERNAK PUYUH
TERNAK PUYUH
 
Acara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekbenAcara 3 fix tekben
Acara 3 fix tekben
 
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
3. MATERI PENYULUHAN PHT PADI.pptx
 
Makalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiroMakalah sisver mono & chiro
Makalah sisver mono & chiro
 
perkembangbiakan nyamuk
perkembangbiakan nyamukperkembangbiakan nyamuk
perkembangbiakan nyamuk
 
Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1Makalah kacang hijau1
Makalah kacang hijau1
 
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdfPENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
PENGENDALIAN LALAT DAN KECOA.pdf
 
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budiLaporan akhir praktikum penetasan 1 budi
Laporan akhir praktikum penetasan 1 budi
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
34 hama-dan-penyakit-pada-kedelai
 
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
Pemijahan ikan lele dumbo secara intensif( buatan)
 

Más de fahmiganteng

Makalah gametogenisis
Makalah gametogenisisMakalah gametogenisis
Makalah gametogenisisfahmiganteng
 
Makalah botani chemistry of life
Makalah botani chemistry of lifeMakalah botani chemistry of life
Makalah botani chemistry of lifefahmiganteng
 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanfahmiganteng
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanfahmiganteng
 
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanah
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanahLaporan praktikum manajemen kesusuburan tanah
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanahfahmiganteng
 
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemLaporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemfahmiganteng
 
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putih
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putihLaporan praktikum klimatologi heat unit bawang putih
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putihfahmiganteng
 
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasiLaporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasifahmiganteng
 
Laporan praktikum irigasi dan drainase
Laporan praktikum irigasi dan drainaseLaporan praktikum irigasi dan drainase
Laporan praktikum irigasi dan drainasefahmiganteng
 
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktualLaporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktualfahmiganteng
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitfahmiganteng
 
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisfahmiganteng
 
Laporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofilLaporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofilfahmiganteng
 
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasiLaporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasifahmiganteng
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandafahmiganteng
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camfahmiganteng
 
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dnaLaporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dnafahmiganteng
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianfahmiganteng
 
Laporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha taniLaporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha tanifahmiganteng
 

Más de fahmiganteng (20)

Makalah gametogenisis
Makalah gametogenisisMakalah gametogenisis
Makalah gametogenisis
 
Makalah botani chemistry of life
Makalah botani chemistry of lifeMakalah botani chemistry of life
Makalah botani chemistry of life
 
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukanLaporan teknologi pupukdan pemupukan
Laporan teknologi pupukdan pemupukan
 
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukanLaporan teknologi pupuk dan pemupukan
Laporan teknologi pupuk dan pemupukan
 
Laporan tanah 1
Laporan tanah 1Laporan tanah 1
Laporan tanah 1
 
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanah
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanahLaporan praktikum manajemen kesusuburan tanah
Laporan praktikum manajemen kesusuburan tanah
 
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistemLaporan praktikum manajemen agroekosistem
Laporan praktikum manajemen agroekosistem
 
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putih
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putihLaporan praktikum klimatologi heat unit bawang putih
Laporan praktikum klimatologi heat unit bawang putih
 
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasiLaporan praktikum irigasi dan drainasi
Laporan praktikum irigasi dan drainasi
 
Laporan praktikum irigasi dan drainase
Laporan praktikum irigasi dan drainaseLaporan praktikum irigasi dan drainase
Laporan praktikum irigasi dan drainase
 
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktualLaporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
Laporan praktikum irigasi dan drainase pengukuran kadar air aktual
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
 
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
 
Laporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofilLaporan praktikum fistanklorofil
Laporan praktikum fistanklorofil
 
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasiLaporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
Laporan praktikum fisiologi tanaman respirasi
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
 
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dnaLaporan praktikum bioteknologi isolasi dna
Laporan praktikum bioteknologi isolasi dna
 
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanianLaporan praktikum bakteriologi pertanian
Laporan praktikum bakteriologi pertanian
 
Laporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha taniLaporan fieldtrip usaha tani
Laporan fieldtrip usaha tani
 

BENIH JAGUNG

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih bermutu merupakan kunci keberhasilan pertanaman dilapangan.Penampilan tanaman yang baik juga akan berpengaruh terhadap hasil panen.Benih bermutu dapat diperoleh dengan melakukan penanganan pasca panen yang tepat seperti:panen pada saat masak fisiologis,pengeringan hingga kadar air yang aman disimpan,melakukan sortasi tongkol dan biji,penyimpanan dengan kemasan yang kedap udara dan bebas dari hama gudang.Biji jagung termasuk dalam golongan biji ortodoks yang dalam penyimpanannya dibutuhkan kadar air yang rendah untuk mempertahankan masa simpannya sehingga vaibilitas dan vigornya tidak cepat menurun.Untuk itu diperlukan proses pengeringan dan penyimpanan yang baik,agar benih dapat disimpan dengan kadar air yang rendah.Pada umumnya semakin lama benih disimpan maka viabilitasnya akan semakin menurun. Mundurnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif akibat perubahan yang diberikan kepada benih.Pemahaman petani terhadap benih bermutu masih sangat kurang,selain itu fasilitas untuk melakukan prosesing benih tidak memenuhi standar yang diharapkan sehingga pada umumnya petani hanya melakukannya dengan fasilitas yang sederhana.Tingkat pengetahuan yang masih rendah juga menyebabkan penanganan panen dan pascapanen pada jagung dilakukan dengan tidak maksimal.Permintaan akan benih jagung semakin meningkat dari tahun ketahun,sehingga pengadaan benih jagung pun perlu ditingkatkan. 1.2 Tujuan - Untuk mengetahui sejarah infestasi serangga pasca panen - Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi preferensi serangga terhadap inang - Untuk mengetahui sumber infestasi patogen benih - Untuk mengetahui tujuan dan manfaat evaluasi kesehatan benih - Untuk mengetahui patogen penting pada benih jagung dan kedelai 1.3 Manfaat Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengerti materi tentang preferensi Sitophilus oryzae terhadap beberapa jenis beras serta evaluasi kesehatan benih jagung dan kedelai terhadap patogen benih. 1
  • 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama (Serangga) Pasca Panen 2.1.1 Sejarah Infestasi Serangga Pasca Panen Dahulu pada saat petani bercocok tanam dengan cara nomaden hama pasca panen sangat sedikit sekali ditemui mereka bertahan hidup dengan tumbuh pada biji-bjian, seresah, kayu bekas pohon ,kotoran binatang,tanah dan terbawa oleh binatang lain seperti burung dan tikus. Pada saat itu nenek moyang kita bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jadi hasil panen mereka tidak memerlukan perlakuan khusus dalam system penyimpanannya. Namun seiring dengan berkembangnya jaman yang menyebabkan hasil pertanian tidak hanya untuk kebutuhan sehari- hari melainkan juga karena desakan ekonomi yang didukung melimpahnya pakan, terjadinya kelangkaan air dan berkembangnya perlakuan dalam system penyimpanan, para petani mulai menyimpan hasil panen mereka pada tempat penyimpanan yang biasa kita sebut gudang. Pengertian gudang dapat dikemukakan bahwa gudang tidak hanya terbatas pada wujud suatu bangunan yang dapat dipergunakan untuk menyimpan produk pertanian yang biasanya tertutup rapat, melainkan pula meliputi setiap tempat penyimpanan, tempat apapun tanpa memperdulikan bentuk, ukuran serta letaknya yang ada kaitannya dengan hama gudang dapat dianggap sebagai gudang. Menurut Franklin G. Moore dalam “Production Control” (1961), gudang pada umumnya terbagi atas gudang terbuka dan gudang tertutup. Pada gudang terbuka biasanya ditempatkan bahan-bahan yang baru diambil, guna melindunginya sebelum dilakukan proses pemilihan atau sebelum dilemparkan pada pedagang dan konsumen, nilai dari bahan-bahan di sini dapat dianggap masih dalam transisi untuk dipersiapkan agar dapat dimasukkan gudang tertutup. Gudang tertutup adalah suatu tempat tertutup yang keadaan di dalamnya lebih terpelihara, bahan-bahan yang disimpan ditempat ini biasanya yang telah disortir dan memperoleh pengolahanpengolahan, seperti pengeringan, pembersihan dari berbagai kotoran dan biasanya ditempatkan lagi dalam tempat-tempat yang khusus (bakul, peti, karung, belek dan lain sebagainya). Jadi hama gudang akan tetap ada walaupun 2
  • 3. bahan disimpan dalam gudang tertutup dan telah mengalami beberapa pengolahan sebelumnya. Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga hama pascapanen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan. Laju populasi serangga dapat meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan yang singkat, ketahanan hidup yang meningkat atau produksi telur yang lebih banyak. Dalam kondisi normal, gudang adalah sumber makanan sehingga permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar air/kelembaban. Walaupun demikian, sebagian besar serangga hama pascapanen dapat hidup pada berbagai bahan simpan dan terdapat variasi kelimpahan serangga pada tiap-tiap bahan simpan. Berbagai hama dalam gudang dapat diklasifikasikan menurut beberapa sifat dan morfologi dari hama tersebut.Berdasarkan hasil penggolongan para taksom, hama gudang yang penting terbatas pada serangga, burung dan mamalia. Yang terbatas pada serangga tergolong dalam 2 ordo yaitu Coleoptera dan Lepidoptera. Hama gudang yang tergolong dalam ordo luar kedua ordo tersebut merupakan hama gudang yang kurang penting, artinya sifat kerusakannya merupakan pengotoran pada bahan simpanan, seperti: Mites (kelas Arachnoidea, ordo Acarina), Kecoak (ordo Orthoptera), Renget/gegat (ordo Thysanura), Collembola (ordo Collembola), Semut (ordo Hymenoptera) dan lain-lain, akan tetapi walaupun hama yang kurang penting daya perusakannya dan hanya bersifat pengotorannya saja, kalau terlalu banyak populasinya tentunya pengotoran yang dilakukannya akan menimbulkan kerugian yang cukup besar. 2.1.2 Klasifikasi Sithopilus oryzae Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Curculionidae Genus : Sitophilus Spesies: Sitophilus oryzae 3
  • 4. 2.1.3 Morfologi Sithopilus oryzae Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti kumbang dewasa (Naynienay, 2008). Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008). 2.1.4 Biologi Sithopilus oryzae S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas. Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalam butiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat (gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan panjangnya kira-kira 0,5 mm (Luh, 1980).Larva hidup dalam biji beras dengan memakan isi biji. Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 34 instar selama 18 hari, berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva instar akhir biasanya akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan atau butiran beras (Anggara, 2007). 4
  • 5. Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerahmerahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).Setelah menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras. Kumbang dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh 3,3 mm, berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian kepala. Untuk mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan lebih lambat daripada betina (Bennet, 2003). Dewasa mengebor ke dalam biji berkulit beras dengan moncongnya yang panjang untuk meletakkan telur-telur ke dalam biji tersebut. Waktu yang diperlukan dari telur sampai dewasa pada kondisi yang optimum adalah 30-40 hari (Borror dkk,1996; Bulog, 1996) 2.1.5 Penjelasan Mengenai Beberapa Jenis Beras Yang Digunakan a. Beras IR 64 Nama varietasnya adalah IR 64. Termasuk dalam kategori Varietas unggul nasional (released variety). Dengan tetua persilangan yaitu antara IR 5657-33-2-1 dengan IR 2061-465-1-5-5. Rataan Hasil Kurang lebih 5 ton/ha. Termasuk dalam golongan Cere, kadang -kadang berbulu. Umur tanaman Kurang lebih 115 hari. Bentuk tanamannya adalah Tegak. Tinggi tanaman Kurang lebih 85 cm . Warna kaki Hijau. Warna batangnya adalah Hijau. Telinga daun Tidak berwarna, lidah daun juga Tidak berwarna. Muka daun Kasar. Posisi daun Tegak. Daun bendera Tegak. Bentuk gabah Ramping, panjang. Warna gabah Kuning bersih. Tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1 , 2 , 3 dan wereng hijau, agak tahan bakteri busuk daun dan tahan virus kerdil rumput. b. Beras Raskin Penyaluran RASKIN (Beras untuk Rumah Tangga Miskin) sudah dimulai sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan RASKIN yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian diubah menjadi RASKIN mulai tahun 2002, RASKIN diperluas fungsinya tidak lagi 5
  • 6. menjadi program darurat (social safety net) melainkan sebagai bagian dari program perlindungan sosial masyarakat. Menurut warga yang telah menerima raskin kondisi beras agak hitam serta kondisi hancur yang tidak seperti biasanya. Beras yang tidak layak konsumsi. 2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Serangga Terhadap Inang 1. Faktor Makanan Preferensi sejenis serangga terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimuli zat kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu gizi dan adaptasi struktur . Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok bagi kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya populasi hama tidak akan dapat berkembang sebagaimana biasanya. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karenakurangnya kandungan unsur yang diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras dan bentuk materialnya (Kartasapoetra, 1991). Sudah merupakan hukum alam walaupun semua faktor lingkungan cukup baik bagi kehidupan sarangga, pada akhirnya kehidupan dan perkembangan serangga ditentukan oleh ada tidaknya faktor makanan.Syarat agar makanan dapat memberikan pengaruh yang baik adalah tersedianya makanan dalam jumlah yang cukup dan cocok untuk pertumbuhan serangga (Mangundihardjo, 1978). Makanan yang cukup sangat diperlukan pada tingkat hidup yang aktif, terutama sejak penetasan telur berlanjut pada stadium larva dan kadang-kadang pada tingkat setelah menjadi imago (Kartasapoetra, 1991).Kumbang bubuk beras menyukai biji yang kasar dan tidak dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk tepung. Kumbang ini tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut (Marbun danYuswani, 1991). 2. Faktor Kelembaban dan Suhu Pengaruh kelembaban terhadap perkembangan kumbang bubuk beras berbeda untuk setiap stadium. Hasil percobaan Hutomo (1972) menunjukan bahwa pada kelembaban antara 30 – 70%, persentase kematian telur, larva dan serangga dewasa makin tinggi dengan makin rendahnya kelembapan. Kelembapan yang terlalu rendah, dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi terhadap telur, larva dan terutama imago yaitu pada kelembapan 30, 40 dan 50% (Sitepu dkk, 2004). 6
  • 7. Pengaruh kelembaban juga sama halnya dengan temperatur, temperatur yang baik akan sangat menentukan perkembangan serangga. Kelembaban yang optimum berada di sekitar 75% sedangkan batas kelembaban minimum dan maksimum masingmasing mendekati 0% dan 100% (Kartasapoetra, 1991). Perkembangan optimum terjadi pada temperatur 30ºC dan kelembaban relatif 70%. Perkembangan pada umumnya bisa terjadi pada temperatur 17-34º C dan kelembaban relatif 15-100%. Apabila kelembaban melebihi 15% kumbang berkembang dengan cepat (Pracaya, 1991) Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya populasi serangga hama di tempat penyimpanan. Serangga termasuk golongan binatang yang bersifat heterotermis, oleh karena itu serangga tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri, sehingga suhu badannya mengikuti naik turunnya suhu lingkungannya. Sebagian besar serangga gudang hidup dan berkembang biak pada kisaran suhu 10-45º C. Dibawah 10º C serangga tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan di atas 45º C mortalitas serangga sangat tinggi. Pada batas 15º C ke bawah, kegiatan serangga mulai berkurang akibat laju pertumbuhan populasi sangat lambat. Setiap spesies mempunyai suhu optimal dimana laju pertumbuhan populasi maksimum. Untuk kebanyakan serangga gudang di daerah tropik kisaran suhu optimumnya adalah sekitar 25-35º C. Di bawah 20º C, biasanya laju pertumbuhan populasi sangat berkurang (Sitepu dkk, 2004). 3. Faktor kadar Air Produk-produk pertanian yang tersimpan dalam gudang yang kadar airnya tinggi sangat disukai hama gudang. Batas terendah kadar air bahan dalam simpanan yang diperlukan bagi kehidupan normal kebanyakan hama gudang sekitar 8-10% Kadar air yang berbeda menyebabkan perubahan biji akan berbeda pula. Biji yang berukuran cukup besar dan kulit luarnya cukup keras, untuk dapat mencapai kadar air di bawah 10-11% cukup sulit. Biji yang berukuran kecil dengan kulit permukaan yang relatif lunak umumnya dapat mencapai kadar air yang rendah atau di bawah10%(HeridanAsih, 1995). 4. Kondisi Fisik Gudang 7
  • 8. Kondisi fisik gudang adalah merupakan faktor penting dalam penyimpanan komoditi pascapanen. Gudang yang baik adalah gudang yang memiliki kondisi yang baik.Syarat-syarat gudang yang baik harus di perhatikan seperti: • Atap gudang, perlu diamati atap gudang terbuat dari jenis apa,apakah atap gudang mendukung pertumbuhan dan perkembangan hama tersebut. • Dinding gudang, dinding gudang juga mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan hama tersebut.Apabila dinding ada celah maka akan mempermudah masuknya hama pada komoditi simpanan di gudang. • Adanya alas sebelum bahan simpan diletakkanjuga mempengaruhi perkembangan hama kareena apabila bahan simpan langsung bersinggungan dengan lantai maka kelembaban akan meningkat. • Ventilasi, Ventilasi juga berpengaruh pada bahan simpan karena semakin sedikit pentilasi maka tempat pertukaran udara akan semakin kecil dapat diartikan Ventilasi juga berpengaruh terhadap perkembangan populasi hama. • Lampu penerangan, Lampu penerangan harus ada dalam ruangan maupun di luar ruangan. 2.1.7 Metode Penyimpanan yang Tepat saat Pasca Panen Penyimpanan benih pada jenis benih yang dapat dikeringkan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu : (1) Keringkan benih dengan tepat. Makin kering benih ortodoks makin baik benih tersebut dapat disimpan karrena penguapannya dapat dikurangi, (2) Simpan benih dalam keadaan kering. Benih harus disimpan dalam wadah tertutup sehingga akan tetap kering, misal disimpan pada kantong politon yang tebaltoples gelas atau plastik atau kaleng yang ditutup rapat, (3) Jaga benih dalam udara lembab. Untuk benih yang dikumpulkan selama udara basah dan embun tidak boleh ditempatkan dalam wadah tertutup karena kandungan air tinggi menyebabkan penguapan besar, kelembaban akan tertahan pada wadah tertutup sehingga menyebabkan benih berjamur. Namun setelah benih dikeringkan,maka penyimpanan harus pada wadah tertutup, (4) Jaga wadah agar tetap dingin. Suhu penyimpanan benih 3-5 derajat C untuk mengurangi penguapan, serangan serangga dan jamur. Selain harus dingin, penyimpanan juga harus kering dan sirkulasi udara yang cukup. 8
  • 9. Penyimpanan benih untuk benih yang harus dijaga kadar airnya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Jaga kelembaban benih. Benih rekalsitran berasal dari buah yang berdaging. Ambil dan taruh benih dalam air dan biarkan beberapa hari sehingga benih dmenyerap banyak air dan memungkinkan benih disimpan lama, (2) Hati-hati dengan jamur. Perlu diberikan fungisida yang cocok ke dalam air dimana benih direndam dan harus dilakukan sebelum air habis untuk menghindari kerusakan benih, (3) Simpan benih dalam keadaan dingin, gelap dan cukup sirkulasi udara untuk membatasi perkecambahan, (4) Gunakan benih sesegera mungkin. Pada umumnya penyimpanan akan tahan selama beberapa hari sampai beberapa minggu. (PEH BPTH Sulawesi). 2.2 Patogen Benih 2.2.1 Sumber Infestasi Patogen Benih Penyakit tidak hanya terjadi pada tanaman dewasa saja, tapi juga dapat terjadi di benih. Hal ini dapat terjadi dapat disebabkan oleh beberapa hal. 1. Infeksi langsung dari induk tanaman 2. Infeksi melalui stigma (putik) saat terjadinya benang sari yang masuk ke dalam putik dan terjadi pembuahan 3. Infeksi langsung dengan menembus dinding ovari atau kulit biji. Keberadaan patogen (penyebab penyakit) pada benih bisa berada di embrio, endosperm, kulit biji, atau hanya sebagai kontaminan saja yang terbawa tanah atau sisa tanaman. Penyakit pada benih menjadi sangat penting untuk diuji kesehatannya, sebab benih merupakan pembawa (carrier) potensial untuk penyebaran tanaman dari satu generasi ke generasi lain dari satu tempat ke tempat lain. 9
  • 10. 2.2.2 Tujuan dan Manfaat Evaluasi Kesehatan Benih Tujuan dan Manfaat uji kesehatan benih antara lain : 1. Untuk mengetahui apakah dalam benih terdapat mikroorganisme yang bersifat patogen. 2. Untuk mengetahui apakah pada benih terdapat nematoda. 3. Untuk mengetahui kesehatan benih secara fisiologis 4. Untuk membandingkan antar seed lot 5. Untuk menentukan jenis inokulum yang menginfeksi benih 6. Untuk mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan ke berbagai tempat untuk usaha tani. 7. Untuk mengevaluasi efek dari festisida yang dipakai untuk perawatan benih 8. Untuk mengevaluasi usaha pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh benih di lapangan 9. Untuk survei penyakit benih tingkat regional atau nasional guna mendeteksi penyebaranya. 10. Untuk tujuan karantina dalam rangka mencegah masuknya penyakit benih dan sekaligus mencegah terjadinya penyebaran penyakit benih tersebut. 2.2.3 Metode Evaluasi Kesehatan Benih Metode yang digunakan / dipilih tergantung dari jenis patogen atau keadaan yang akan diselidiki, jenis benih tanaman dan maksud dari pengujian. Pemilihan metode yang tepat serta evaluasi hasil, memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Pada pengujian kesehatan benih terdapat beberapa metode dasar yaitu : a. Metode tanpa inkubasi Metode pengamatan langsung terhadap benih tanpa bantuan peralatan atau dengan menggunakan bantuan kaca pembesar (lup) dan dapat juga dibawah mikroskop stereo. Pengujian dengan perendaman benih Pengamatan terhadap suspensi dari pencucian benih. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop. b. Metode setelah inkubasi 10
  • 11. Hasil pengujian ini tidak memberikan indikasi viabilitas patogen. Jarak antar tiap – tap benih dibuat sedemikian rupa hingga tidak saling bersinggungan satu sama lain. Kemudian petridis tersebut dismpan pada suatu ruangan/ lemari khusus selama masa inkubasi. Pada umumnya masa inkubasi adalah 7-8 hari pada suhu (20 ±2)ºC kecuali pada benih tanaman tropika diprlukan suhu (28 ± 2) ºC. Dapat juga dilakukan dengan cara benih yang telah ditabur (khususnya pada metode blotter) benih diinkubasi pada kondisi ruang pada 24 jam pertama, kemudian benih diinkubasi pada suhu - 20 ºC pada 24 jam berikutnya. Setelah itu benih diinkubasi suhu ruang sampai pengamatan. Untuk merangsang sporulasi cendawan sebaiknya tempat inkubasi dilengkapi dengan lampu NUV dan secara bergantian diatur terang gelap masing – masing 12 jam. Setelah masa inkubasi selesai benih diperiksa dengan menggunakan mikroskop stereo dengan pembesaran 50 – 60 kali. Benih yang sangat mudah terkena kontaminasi dengan saprofit perlu diberikan perlakuan dengan larutan chlorine (1 - 2)% sebelum diuji. Pengamatan terhadap benih atau kecambah benih setelah waktu inkubasi dapat dilakukan dengan metode : a. Metode blotter Metode kertas blotter dapat digunakan untuk memeriksa kesehatan benih. Patogen yang dapat diketahui dengan metode ini adalah ari negara Alternaria, Ascochyta, Botrytis, Colletotrichum, Drecslera, Fusarium dan Phoma. Dengan melihat gejala penyakit dan miselium yang terbentuk kadang – kadang dapat digunakan untuk membedakan jenis tanaman dari cendawan tersebut. Metode inti mengidentifikasi cendawan patogen dengam cepat dan tepat karena setiap jenis tanaman menunjukan karakteristik masing – masing seperti bentuk dan aturan dan spesifik dari konodiospora dan sebagainya. b. Metode agar Di banding metode blotter metode ini memberikan kondisi yang lebih memasiai untuk tumbuhnya sporulusai atau gejala adanya serangan penyakit. Sejumlah benih di letakan pada media agar di dalam petridish. Media agar yang umum di gunakan adalah malt ekstract dan potato dextract. Untuk mencegah kontaminasi dengan jasad saprofit maka benih didisinfektan dahulu, sebelum di tempatkan pada media agar. Masa inkubasi adalah 5-7 hari pada suhu (20±2)0C. Tempat inkubasi juga di lengkapi dengan lampu NUV dan diatur gelap dan terang masing-masing 12 jam. Pengamatan presentase (%) serangan dilakukan secara mikroskopis, yaitu dengan 11
  • 12. melihat bentuh dan warna dari koloni cendawan yang tumbuh dari benih tersebut. Apabila kurang jelas dapat di lakukan pemgamatan secara mikroskopis. c. Pengujian pada media pasir Pengujian ini dapat memberikan informasi yang lebih mendekati pertumbuhan di lapangan, kanya saja di butuhkan waktu pengujian yang agak lama (± 2 minggu). Pada beberapa seed borne ada yang memerlukan masa inkubasi yang lama, sehingga metode blotter atau agar tidak dapat memberikan gambaran adanya patogen, untuk hal tersebut di gunakan metode lain yaitu dengan melihat gejala serangan pada kecambah.Sebagai media di gunakan tanah, pasir atau batu bata yang sudah di sterilisasi. Metode ini mulai di perkenalkan dan di kembangkan sejak tahun 1971 di jerman oleh Hitner. Untuk melihat gejala serangan fusarium nivale pada gandum di mana adanya cendawan tersebut tidak terlihat pada saat pengujian daya berkecambah. Media yang di gunakan adalah batu bata yang di hancurkan di mana butirannya berukuran maksimum (3-4) mm. Lalu di basahi dengan air steril yang cukup hingga tidak memerlukan penyiraman selama masa inkubasi. Suhu yang di perlukan kadang-kadang rendah yaitu (10-12)0C untuk merangsang tumbuh cendawan tersebut. Dengan menggunakan teknik yang sama dapat oula memeriksa adanya gejala serangan septoria dan drechslera pada serealia, tapi suhu yangf di perlukan agak lebih tinggi yaitu 200C. d. Pemeriksaan pertumbuhan tanaman atau growing plants Pemeriksaan gejala penyakit terhadap pertumbuhan tanaman dari benih sering di lakukan sebagai prosedur untuk mengindentifikasi adanya bakteri, cendawan atau virus yang terbawa benih.Benih yang di uji dapat di tabur atau inokulum yang di peroleh dapat di gunakan untuk menginfeksi tanaman yang sehat atau bagian tanaman. Tanaman harus di lindungi dari infeksi lain yang tidak di harapkan dan menjaga kondisi lungkungan. 2.2.4 Benih Jagung (Klasifikasi,Fisiologi dan Morfologi) Klasifikasi : Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Ordo: Poales Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus: Zea 12
  • 13. Spesies: Zea mays L. Fisiologi : Jagung tidak memiliki cambium, tidak dapat menambah diameter batang secara terus menerus dan tidak terjadi oertumbuhan sekunder.Selain itu cenderung lunak dan berair. Morfologi : Bebih jagung memiliki cirri sebagai berikut : memiliki bentuk hilum yang lonjong dan berlokasi di bagian pangkal biji dan posisinya menonjol. Selain itu terlihat perbedaan warna yang membedakan antara embrio, endosperm, dan epicarp benih jagung, ketika benih jagung dibelah. Pada benih jagung terlihat endosperma, embrio dan posisi hilum. 2.2.5 Benih Kedelai (Klasifikasi,Fisiologi dan Morfologi) Klasifikasi : Kingdom: Plantae (Tumbuhan) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Ordo: Fabales Famili: Fabaceae (suku polong-polongan) Genus: Glycine Spesies: Glycine max (L.) Merr. Fisiologi : Kedelai memiliki cambium yang memungkinkannya untuk melakukan pertumbuhan sekunder dengan pembesaran diameter batang. Morfologi : Benih kedelai merupakan sub kelas dikotil, dimana bentuk hilumnya bulat lonjong, lokasi ditepi dan posisinya menjorok. Biji umumnya berbentuk bulat/bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran bijiberkisar antara kecil (6– 10g/100 biji), sedang (11–12g/100 biji), dan besar (13atau lebih/100 biji). Warna kulit biji bervariasi, antara lain kuning, hijau, cokelat,dan hitam. 13
  • 14. 2.2.6 Patogen Penting Pada Benih Jagung a. Patogen Fusarium sp. Gejala Serangan : Infeksi sistemik fusarium pada tanaman jagung adalah dimulai dari konidia atau miselia yang berasal dari dalam ataupun bagian permukaan biji kemudian berkembang pada tanaman muda dari akar ke batang dan terakhir menginfeksi kebagian tongkol dan biji. Gejala visual khas pada bagian yang terserang dicirikan dengan terkadang adanya kumpulan miselia pada bagian permukaan batang, pelepah dan tongkol, berwarna merah jambu (pink) atau dominan memperlihatkan warna keputih-putihan, pada batang biasanya dijumpai bagian yang membusuk. Pengendalian : - Penggunaan pupuk kimia b. Patogen Aspergillus sp. Gejala serangan : Gejala dapat terlihat pada biji berupa warna coklat kehitamhitaman dan ada juga yang menginfeksi sampai pada bagian dalam biji. Pengendalian : - Penggunaan pupuk kimia - pada pasca panen yang dianjurkan untuk kandungan cemaran aflatoksin guna meminimalkan efek toksik pada manusia dan ternak adalah pengenceran bahan yang terkontaminasi aflatoksin. 2.2.7 Patogen Penting Pada Benih Kedelai a. Penyakit Karat (Phakopsora pachyrrizi)  Daur Penyakit Jamur membentuk undospora yang mudah sekali terbawa oleh angin dan percikan air hujan dan menular ketanaman yang sehat. Patogen bertahan dalam bentuk undespora yang tahan kering.  Gejala Serangan Daun yang terserang terdapat bintik-bintik coklat dari uredinia atau sori cendawan. Umumnya gejala nampak pada tanaman umur 20-30 hari. Terjadi bintik-bintik coklat pada daun bawah dan meluas keatas (pucuk). Bila serangan berat daun cepat gugur sebelum waktunya, polong tidak berisi penuh atau hampa, jumlah biji berkurang dan daya kecambah biji menurun. 14
  • 15.  Cara Pengendalian Penanaman varietas tahan seperti Dempo, Kerinci, Cikuray, Pulosari, Tambora. Sedangkan varietas Willis, Merbabu, Raung agak tahan terhadap penyakit kedelai. Tanam serentak. Menghindari bertanam kedelai berdekatan dengan tanaman inang lain seperti Kacang Panjang, Kacang Kapri, Buncis, dll. Sanitasi gulma untuk mengurangi sumber inokulum. Perlakuan benih dengan fungisida dan penyemprotan tanaman didaerah endemis dengan fungisida. Waktu aplikasi adalah pada saat umur tanaman 30 hari dengan interval 15 hari. 15
  • 16. BAB III METODE PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan Tempat 1. Hama dan Kesehatan Benih 3. Pengamatan Mikroskop Waktu : 3 Mei 2012 Waktu : 10 Mei 2012 Tempat : Lab. Nemathoda Tempat : Lab Nemathoda 2. Patogen Benih Waktu : 10 Mei 2012 Tempat : Lab Nemathoda 3.2 Alat, Bahan dan Fungsi Alat 1. PAD : media inokulasi 2. Timbangan : menimbang beras 3. Cawan petri : media tanamn benih jagung dan kedelai 4. Fialfilm : media beras 5. Mikroskop : mengamati jenis patogen benih 6. Jarum ose : mengambil koloni jamur 7. Objek dan cover glass : media pengamatan Bahan 1. Beras IR 64, raskin dan pandan wangi, Sitophillus oryzae, benih jagung dan kedelai : objek pengamatan 2. Wrapping : menutup cawan petri Kain kasa : menutup fialfilm Cara Kerja 1. Hama dan Kesehatan Benih Beras IR 64, raskin dan pandan wangi ditimbag @10 gram Masukkan beras ke fialfilm beserta sepasangSitophillus oryzae Tutup dengan kain kasa Amati selama ± 2 minggu Timbang beras 16
  • 17. 2. Patogen Benih Benih jagung dan kedelai @5benih Direndam aqua steril ditiriskan Inokulasi pada media PDA (Potato Dextrose Agar) Ditutup dengan wrapping Amati selama ± 2 minggu 3. Pengamatan Mikroskopis Ambil koloni jamur dengan jarum ose Lejtakkan di objek glass bisa ditetesi aquades steril Tutup dengan cover glass Amati dengan mikroskop dengan perbesara 4,0,4,10 17
  • 18. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hama (Serangga) Pasca Panen Tabel1. Pengamatan Intensitas Kerusakan Beras Dalam Satuan Gram No. Bobot Beras Rusak Waktu Pengamatan IR 64 Raskin Pandan Wangi 1. 06 Mei 2012 10,2 gr 10,94 gr 10,87 gr 2. 11 Mei 2012 10,21 gr 11,4 gr 10,85 gr 3. 15 Mei 2012 10,2952 gr 11,099 gr 10,968 r Perhitungan Presentase Tingkat Kerusakan Beras IKB = Bobot beras rusak pengamatan akhir – Bobot beras rusak pengamatan awal X 100% Bobot total beras mula-mula 1. Beras IR 64 x 100% = 0,95 % 2. Beras Raskin x 100% = 1,59 % 3. Beras Pandan Wangi x 100% = 0,98 % 18
  • 19. Dokumentasi pengamatan Shitopillus oryzae Tanggal Pandan Wangi IR 64 Raskin Pandan Wangi IR 64 Raskin 11 Mei 2012 Tanggal 15 Mei 2012 Jumlah Individu Sitophillus Oryzae Waktu Jenis Beras Bobot Beras Pengamatan Jumlah Individu Sitophillus Oryzae Tanggal Pandan Wangi 10,87 gr 4 Sitophillus Oryzae 6 Mei 2012 Raskin 10,94 gr 4 Sitophillus Oryzae IR 64 10,2 gr 6 Sitophillus Oryzae mati 1 ekor Pembahasan Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks kerusakan beras yang tertinggi didapat dari beras jenis beras raskin (1,,59%). Sedangkan beras yang lain Beras IR64 0,95% dan pandan wangi 0,98%. Dan untuk jumlah populasi Sithophillus oryzae yang paling tinggi setelah pengamatan selama 2 minggu adalah pada beras jenis IR 64 dan Raskin. Sementara pada beras pandan wangi hanya tersisa 4 indifidu yang di masukkan. Dari hasil tersebut dapat dianalisis bahwa perkembangan dari Sithophillus oryzae dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dan juga tergantung dari jenis makanannya. Kecocokan jenis makanan dengan individu Sithophillus oryzae juga menyebabkan turunnya populasinya di dalam wadah percobaan. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang 19
  • 20. diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras dan bentuk materialnya (Kartasapoetra, 1991). 4.2 Patogen Benih Dokumentasi Patogen benih Tanggal 14 Mei 2012 JAGUNG KEDELAI Tanggal 21 Mei 2012 JAGUNG KEDELAI Tanggal 24 Mei 2012 JAGUNG KEDELAI Sampel Jagung Sampel Kedelai 20
  • 21. Jagung Sampel I Kedelai Sampel I Jagung Sampel II Kedelai Sampel II Jagung Sampel III Kedelai Sampel III Jagung Sampel IV Kedelai Sampel IV Jagung Sampel V Kedelai Sampel V Tabel Pengamatan 21
  • 22. Benih Koloni Patogen Kenampakan Patogen Yang Mikroskopis Peran Koloni Diduga (Genus/Spesies) Jagung Putih Jamur Fusarium Kedelai Hitam Jamur Aspergilus Coklat Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40, didapatkan hasil bahwa pada benih jagung terdapat cendawan jamur jenis Rhizopus sp. Hal ini dicirikan dengan adanya kumpulan miselia pada bagian permukaan biji jagung menyebar hingga ke media, berwarna keputih-putihan. Sedangkan pada benih kedelai terdapat 3 jenis patogen, dimana patogen ini temasuk jenis jamur, hanya saja untuk genus Aspergillus dicirikan dengan sporangiofor hialin dan soprangium hitam. Untuk genus Mucor dicirikan dengan sporangium coklat kehitaman dengan bentuk kotak spora bulat.Dari hasil tersebut maka dapat dikatakan kedua benih termasuk benih tidak sehat.Pasalnya benih dikatakan sehat kalau benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus maupun nematoda. Terdapat 3 cara bagaimana jamur bisa terbawa benih. Cara pertama adalah dengan kontaminasi yaitu benih itu terbawa jamur di permukaan benih. Cara kedua adalah infestasi, yaitu jamur tercampur oleh gulma atau sesuatu yang membawa jamur. Cara ketiga yaitu infeksi, yaitu terbawanya jamur sejak masih dibenih itu sendiri Berikut adalah ciri-ciri dari cendawan/patogen yang terdapat pada benih jagung dan kedelai:Benih Jagung : Rhizopus sp. Gejala visual Rhizopus sp pada biji jarang ditemukan, namun setelah ditumbuhkan pada kertas steril, akan nampak keputih-putihan, demikian pula pada media PDA. Pertumbuhan miselia agak cepat, halus dan putih. Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari1000µm dan diameter 10-18µm. Sporangia globosa yang pada saat masak berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180µm.Benih Kedelai.Aspergillus sp. Aspergillus sangat mudah dikenali, baik dari morfologi selnya maupun dari morfologi koloninya.Aspergillus niger mempunyai kepala pembawa konidia yang besar,dipak secara padat, bulat dan berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini mempunyai bagian yang khas yaitu hifanya bersepta, spora yang bersifat seksual dan tumbuh memanjang di alas stigma, mempunyai sifat aerobik, sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen yangcukup.Mucor sp, Koloni 22
  • 23. pada media PDA dicirikan pada mulanya berwarna putih kemudian menjadi coklat keabuabuan dengan diameter koloni pada hari pertama 2 cm dan pada hari keempat diameter koloni mencapai 7,8 cm (1,95 cm/hari) dan pada umur 10 hari koloni bwrwarna putih keabu-abuan serta koloni telah memenuhi cawan petri. Sporangiofor bercabang, konidiofor berwarna hijau muda hingga kecoklatan, dapat bercabang maupun tidak berdiameter 3,8-4,5 µm. Sporangium berwarna kuning kecoklatan dengan diameter 6,8-7,2 µm. (Heydecker, 1972) 23
  • 24. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indeks Kerusakan Beras pada Beras IR 64 dan Raskin sebesar 0,95% dan untuk Beras Pandan wangi sebesar 0,98%, beras raskin 1,59% Pada jumlah individu Sithopillus oryzae setelah dilakukan pengamatan selama 2 minggu didapat bahwa pada beras IR 64 dan Raskin tersisa 2 individu dari 4 yang dimasukkan. Perkembangan Sithopillus oryzae dipengaruhi oleh jenis makanan, kekerasan makanan, dan kandungan yang ada di dalam makanan tersebut. Benih jagung dan kedelai yang telah di tanam di dalam media PDA ditumbuhi oleh jamur. Jamure tersebut ada yang berupa jamur yang menguntungkan dan merugikan. 5.2 Saran Praktikum Saran untuk praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar dan peralatan yang ada di laboratorium harus memadai. Materi ditambah lagi… 5.3 Kritik Praktikum atau Asisten Lain kali untuk laporan jangan mendadak karena dan jangan terlalu banyak formatnya. 24
  • 25. DAFTAR PUSTAKA Anonymousa. 2012. Beras IR 64. http://mutosorganik.com/produk.php?id=1. diakses pada tanggal 23 Mei 2012. Anonymousb. 2012. Beras Raskin. http://mutosorganik.com/produk.php?id=3. diakses pada tanggal 23 Mei 2012. Anonymousc. 2012. Beras Pandan Wangi Putih. http://mutosorganik.com/produk.php?id=2. diakses pada tanggal 23 Mei 2012. Heydecker, W. 1972. Seed Ecology. The Pennsylvania State University Press, University Park and London. pp 1-3. Idris, Zainal, Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim. 1982. Evaluasi beberapa sifat biokimia dan fisiologi benih jagung (Zea mays L.) dari berbagai tingkat masak dan beberapa waktu penundaan pengeringan. Prosiding Seminar Hasil Pengkajian dan Penelitian Teknologi Pertanian Menghadapi Era Otonomi Daerah, 3-4 November di Palu, Sulteng. Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jogjakarta. Sudjana, Rifin dan Sudjadi. 1991. Research on association of seed physical properties to seeds quality. Prepared for Seed Research Workshop. AARP II Project, Sukamandi, Indonesia. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNIBRAW: Malang. 25