1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih bermutu merupakan kunci keberhasilan pertanaman dilapangan.Penampilan
tanaman yang baik juga akan berpengaruh terhadap hasil panen.Benih bermutu dapat
diperoleh dengan melakukan penanganan pasca panen yang tepat seperti:panen pada saat
masak fisiologis,pengeringan hingga kadar air yang aman disimpan,melakukan sortasi
tongkol dan biji,penyimpanan dengan kemasan yang kedap udara dan bebas dari hama
gudang.Biji jagung termasuk dalam golongan biji ortodoks yang dalam penyimpanannya
dibutuhkan kadar air yang rendah untuk mempertahankan masa simpannya sehingga
vaibilitas dan vigornya tidak cepat menurun.Untuk itu diperlukan proses pengeringan dan
penyimpanan yang baik,agar benih dapat disimpan dengan kadar air yang rendah.Pada
umumnya semakin lama benih disimpan maka viabilitasnya akan semakin menurun.
Mundurnya viabilitas benih merupakan proses yang berjalan bertingkat dan kumulatif
akibat perubahan yang diberikan kepada benih.Pemahaman petani terhadap benih bermutu
masih sangat kurang,selain itu fasilitas untuk melakukan prosesing benih tidak memenuhi
standar yang diharapkan sehingga pada umumnya petani hanya melakukannya dengan
fasilitas yang sederhana.Tingkat pengetahuan yang masih rendah juga menyebabkan
penanganan
panen
dan
pascapanen
pada
jagung
dilakukan
dengan
tidak
maksimal.Permintaan akan benih jagung semakin meningkat dari tahun ketahun,sehingga
pengadaan benih jagung pun perlu ditingkatkan.
1.2 Tujuan
-
Untuk mengetahui sejarah infestasi serangga pasca panen
-
Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi preferensi serangga terhadap
inang
-
Untuk mengetahui sumber infestasi patogen benih
-
Untuk mengetahui tujuan dan manfaat evaluasi kesehatan benih
-
Untuk mengetahui patogen penting pada benih jagung dan kedelai
1.3 Manfaat
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengerti materi tentang preferensi
Sitophilus oryzae terhadap beberapa jenis beras serta evaluasi kesehatan benih jagung dan
kedelai terhadap patogen benih.
1
2. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hama (Serangga) Pasca Panen
2.1.1 Sejarah Infestasi Serangga Pasca Panen
Dahulu pada saat petani bercocok tanam dengan cara nomaden hama
pasca panen sangat sedikit sekali ditemui mereka bertahan hidup dengan
tumbuh pada biji-bjian, seresah, kayu bekas pohon ,kotoran binatang,tanah dan
terbawa oleh binatang lain seperti burung dan tikus. Pada saat itu nenek
moyang kita bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jadi hasil
panen
mereka
tidak
memerlukan
perlakuan
khusus
dalam
system
penyimpanannya. Namun seiring dengan berkembangnya jaman yang
menyebabkan hasil pertanian tidak hanya untuk kebutuhan sehari- hari
melainkan juga karena desakan ekonomi yang didukung melimpahnya pakan,
terjadinya kelangkaan air dan berkembangnya perlakuan dalam system
penyimpanan, para petani mulai menyimpan hasil panen mereka pada tempat
penyimpanan yang biasa kita sebut gudang.
Pengertian gudang dapat dikemukakan bahwa gudang tidak hanya
terbatas pada wujud suatu bangunan yang dapat dipergunakan untuk
menyimpan produk pertanian yang biasanya tertutup rapat, melainkan pula
meliputi setiap tempat penyimpanan, tempat apapun tanpa memperdulikan
bentuk, ukuran serta letaknya yang ada kaitannya dengan hama gudang dapat
dianggap sebagai gudang. Menurut Franklin G. Moore dalam “Production
Control” (1961), gudang pada umumnya terbagi atas gudang terbuka dan
gudang tertutup. Pada gudang terbuka biasanya ditempatkan bahan-bahan yang
baru diambil, guna melindunginya sebelum dilakukan proses pemilihan atau
sebelum dilemparkan pada pedagang dan konsumen, nilai dari bahan-bahan di
sini dapat dianggap masih dalam transisi untuk dipersiapkan agar dapat
dimasukkan gudang tertutup. Gudang tertutup adalah suatu tempat tertutup
yang keadaan di dalamnya lebih terpelihara, bahan-bahan yang disimpan
ditempat ini biasanya yang telah disortir dan memperoleh pengolahanpengolahan, seperti pengeringan, pembersihan dari berbagai kotoran dan
biasanya ditempatkan lagi dalam tempat-tempat yang khusus (bakul, peti,
karung, belek dan lain sebagainya). Jadi hama gudang akan tetap ada walaupun
2
3. bahan disimpan dalam gudang tertutup dan telah mengalami beberapa
pengolahan sebelumnya.
Masa perkembangan, ketahanan hidup dan produksi telur serangga
hama pascapanen tergantung pada kesesuaian lingkungan dan makanan. Laju
populasi serangga dapat meningkat sebagai hasil dari masa perkembangan
yang singkat, ketahanan hidup yang meningkat atau produksi telur yang lebih
banyak. Dalam kondisi normal, gudang adalah sumber makanan sehingga
permasalahan utama bagi serangga adalah suhu dan kadar air/kelembaban.
Walaupun demikian, sebagian besar serangga hama pascapanen dapat hidup
pada berbagai bahan simpan dan terdapat variasi kelimpahan serangga pada
tiap-tiap bahan simpan.
Berbagai hama dalam gudang dapat diklasifikasikan menurut beberapa
sifat dan morfologi dari hama tersebut.Berdasarkan hasil penggolongan para
taksom, hama gudang yang penting terbatas pada serangga, burung dan
mamalia. Yang terbatas pada serangga tergolong dalam 2 ordo yaitu
Coleoptera dan Lepidoptera. Hama gudang yang tergolong dalam ordo luar
kedua ordo tersebut merupakan hama gudang yang kurang penting, artinya
sifat kerusakannya merupakan pengotoran pada bahan simpanan, seperti: Mites
(kelas Arachnoidea, ordo Acarina), Kecoak (ordo Orthoptera), Renget/gegat
(ordo Thysanura), Collembola (ordo Collembola), Semut (ordo Hymenoptera)
dan lain-lain, akan tetapi walaupun hama yang kurang penting daya
perusakannya dan hanya bersifat pengotorannya saja, kalau terlalu banyak
populasinya tentunya pengotoran yang dilakukannya akan menimbulkan
kerugian yang cukup besar.
2.1.2 Klasifikasi Sithopilus oryzae
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
Genus : Sitophilus
Spesies: Sitophilus oryzae
3
4. 2.1.3 Morfologi Sithopilus oryzae
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah
tua warnanya berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak
kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2
bercak pada sayap sebelah kanan. Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm,
tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila kumbang hidup pada jagung,
ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm. larva kumbang
tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan membentuk
dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti
kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan
telur sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah
dilubangi terlebih dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur
yang dimasukkan ke dalam lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah
telur yang berbentuk lonjong. Stadia telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng
telah menetas akan langsung menggerek butiran beras yang menjadi tempat
hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di lubang gerekan,
demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari. Siklus
hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang
pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan,
kelembapan di ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).
2.1.4 Biologi Sithopilus oryzae
S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim
panas. Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalam
butiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat
(gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan
panjangnya kira-kira 0,5 mm (Luh, 1980).Larva hidup dalam biji beras dengan
memakan isi biji. Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 34 instar selama 18 hari, berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva
instar akhir biasanya akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan
atau butiran beras (Anggara, 2007).
4
5. Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerahmerahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa
biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).Setelah
menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras. Kumbang dewasa makan
beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat bertelur 300-400
butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh 3,3 mm, berwarna gelap
kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian kepala. Untuk
mengadakan
perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan membebaskan
seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan memiliki moncong
yang pendek, dengan gerakan lebih lambat daripada betina (Bennet, 2003).
Dewasa mengebor ke dalam biji berkulit beras dengan moncongnya yang
panjang untuk meletakkan telur-telur ke dalam biji tersebut. Waktu yang diperlukan
dari telur sampai dewasa pada kondisi yang optimum adalah 30-40 hari (Borror
dkk,1996; Bulog, 1996)
2.1.5 Penjelasan Mengenai Beberapa Jenis Beras Yang Digunakan
a. Beras IR 64
Nama varietasnya adalah IR 64. Termasuk dalam kategori Varietas unggul
nasional (released variety). Dengan tetua persilangan yaitu antara IR 5657-33-2-1
dengan IR 2061-465-1-5-5. Rataan Hasil Kurang lebih 5 ton/ha. Termasuk dalam
golongan Cere, kadang -kadang berbulu. Umur tanaman Kurang lebih 115 hari.
Bentuk tanamannya adalah Tegak. Tinggi tanaman Kurang lebih 85 cm . Warna kaki
Hijau. Warna batangnya adalah Hijau. Telinga daun Tidak berwarna, lidah daun juga
Tidak berwarna. Muka daun Kasar. Posisi daun Tegak. Daun bendera Tegak. Bentuk
gabah Ramping, panjang. Warna gabah Kuning bersih. Tahan terhadap hama wereng
coklat biotipe 1 , 2 , 3 dan wereng hijau, agak tahan bakteri busuk daun dan tahan
virus kerdil rumput.
b. Beras Raskin
Penyaluran RASKIN (Beras untuk Rumah Tangga Miskin) sudah dimulai
sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan RASKIN yang
bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga
miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK), kemudian
diubah menjadi RASKIN mulai tahun 2002, RASKIN diperluas fungsinya tidak lagi
5
6. menjadi program darurat (social safety net) melainkan sebagai bagian dari program
perlindungan sosial masyarakat. Menurut warga yang telah menerima raskin kondisi
beras agak hitam serta kondisi hancur yang tidak seperti biasanya. Beras yang tidak
layak konsumsi.
2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Serangga Terhadap Inang
1. Faktor Makanan
Preferensi sejenis serangga terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimuli
zat kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu gizi dan
adaptasi struktur . Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang cocok
bagi kehidupan serangga, bila makanan tidak cocok bagi hama dengan sendirinya
populasi hama tidak akan dapat berkembang sebagaimana biasanya. Ketidak cocokan
makanan dapat timbul karenakurangnya kandungan unsur yang diperlukan, rendahnya
kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras dan bentuk
materialnya (Kartasapoetra, 1991). Sudah merupakan hukum alam walaupun semua
faktor lingkungan cukup baik bagi kehidupan sarangga, pada akhirnya kehidupan dan
perkembangan serangga ditentukan oleh ada tidaknya faktor makanan.Syarat agar
makanan dapat memberikan pengaruh yang baik adalah tersedianya makanan dalam
jumlah yang cukup dan cocok untuk pertumbuhan serangga (Mangundihardjo, 1978).
Makanan yang cukup sangat diperlukan pada tingkat hidup yang aktif,
terutama sejak penetasan telur berlanjut pada stadium larva dan kadang-kadang pada
tingkat setelah menjadi imago (Kartasapoetra, 1991).Kumbang bubuk beras menyukai
biji yang kasar dan tidak dapat berkembang biak pada bahan makanan yang berbentuk
tepung. Kumbang ini tidak akan meletakkan telur pada material yang halus karena
imago tidak dapat merayap dan akan mati di tempat tersebut (Marbun danYuswani,
1991).
2. Faktor Kelembaban dan Suhu
Pengaruh kelembaban terhadap perkembangan kumbang bubuk beras berbeda
untuk setiap stadium. Hasil percobaan Hutomo (1972) menunjukan bahwa pada
kelembaban antara 30 – 70%, persentase kematian telur, larva dan serangga dewasa
makin tinggi dengan makin rendahnya kelembapan. Kelembapan yang terlalu rendah,
dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi terhadap telur, larva dan terutama
imago yaitu pada kelembapan 30, 40 dan 50% (Sitepu dkk, 2004).
6
7. Pengaruh kelembaban juga sama halnya dengan temperatur, temperatur yang
baik akan sangat menentukan perkembangan serangga. Kelembaban yang optimum
berada di sekitar 75% sedangkan batas kelembaban minimum dan maksimum masingmasing mendekati 0% dan 100% (Kartasapoetra, 1991). Perkembangan optimum
terjadi pada temperatur 30ºC dan kelembaban relatif 70%. Perkembangan pada
umumnya bisa terjadi pada temperatur 17-34º C dan kelembaban relatif 15-100%.
Apabila kelembaban melebihi 15% kumbang berkembang dengan cepat (Pracaya,
1991)
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya populasi
serangga hama di tempat penyimpanan. Serangga termasuk golongan binatang yang
bersifat heterotermis, oleh karena itu serangga tidak dapat mengatur suhu badannya
sendiri, sehingga suhu badannya mengikuti naik turunnya suhu lingkungannya.
Sebagian besar serangga gudang hidup dan berkembang biak pada kisaran suhu 10-45º
C. Dibawah 10º C serangga tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya dan di atas 45º
C mortalitas serangga sangat tinggi. Pada batas 15º C ke bawah, kegiatan serangga
mulai berkurang akibat laju pertumbuhan populasi sangat lambat. Setiap spesies
mempunyai suhu optimal dimana laju pertumbuhan populasi maksimum. Untuk
kebanyakan serangga gudang di daerah tropik kisaran suhu optimumnya adalah sekitar
25-35º C. Di bawah 20º C, biasanya laju pertumbuhan populasi sangat berkurang
(Sitepu dkk, 2004).
3. Faktor kadar Air
Produk-produk pertanian yang tersimpan dalam gudang yang kadar airnya
tinggi sangat disukai hama gudang. Batas terendah kadar air bahan dalam simpanan
yang diperlukan bagi kehidupan normal kebanyakan hama gudang sekitar 8-10%
Kadar air yang berbeda menyebabkan perubahan biji akan berbeda pula. Biji yang
berukuran cukup besar dan kulit luarnya cukup keras, untuk dapat mencapai kadar air
di bawah 10-11% cukup sulit. Biji yang berukuran kecil dengan kulit permukaan yang
relatif lunak umumnya dapat mencapai kadar air yang rendah atau di
bawah10%(HeridanAsih, 1995).
4. Kondisi Fisik Gudang
7
8. Kondisi fisik gudang adalah merupakan faktor penting dalam penyimpanan
komoditi pascapanen. Gudang yang baik adalah gudang yang memiliki kondisi yang
baik.Syarat-syarat gudang yang baik harus di perhatikan seperti:
• Atap gudang, perlu diamati atap gudang terbuat dari jenis apa,apakah atap gudang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan hama tersebut.
• Dinding gudang, dinding gudang juga mempengaruhi perkembangan
dan
pertumbuhan hama tersebut.Apabila dinding ada celah maka akan mempermudah
masuknya hama pada komoditi simpanan di gudang.
• Adanya alas sebelum bahan simpan diletakkanjuga mempengaruhi perkembangan
hama kareena apabila bahan simpan langsung bersinggungan dengan lantai maka
kelembaban akan meningkat.
• Ventilasi, Ventilasi juga berpengaruh pada bahan simpan karena semakin sedikit
pentilasi maka tempat pertukaran udara akan semakin kecil dapat diartikan Ventilasi
juga berpengaruh terhadap perkembangan populasi hama.
• Lampu penerangan, Lampu penerangan harus ada dalam ruangan maupun di luar
ruangan.
2.1.7 Metode Penyimpanan yang Tepat saat Pasca Panen
Penyimpanan benih pada jenis benih yang dapat dikeringkan harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu : (1) Keringkan benih dengan tepat. Makin kering
benih ortodoks makin baik benih tersebut dapat disimpan karrena penguapannya dapat
dikurangi, (2) Simpan benih dalam keadaan kering. Benih harus disimpan dalam
wadah tertutup sehingga akan tetap kering, misal disimpan pada kantong politon yang
tebaltoples gelas atau plastik atau kaleng yang ditutup rapat, (3) Jaga benih dalam
udara lembab. Untuk benih yang dikumpulkan selama udara basah dan embun tidak
boleh ditempatkan dalam wadah tertutup karena kandungan air tinggi menyebabkan
penguapan besar, kelembaban akan tertahan pada wadah tertutup sehingga
menyebabkan benih berjamur. Namun setelah benih dikeringkan,maka penyimpanan
harus pada wadah tertutup, (4) Jaga wadah agar tetap dingin. Suhu penyimpanan benih
3-5 derajat C untuk mengurangi penguapan, serangan serangga dan jamur. Selain
harus dingin, penyimpanan juga harus kering dan sirkulasi udara yang cukup.
8
9. Penyimpanan benih untuk benih yang harus dijaga kadar airnya perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : (1) Jaga kelembaban benih. Benih rekalsitran
berasal dari buah yang berdaging. Ambil dan taruh benih dalam air dan biarkan
beberapa hari sehingga benih dmenyerap banyak air dan memungkinkan benih
disimpan lama, (2) Hati-hati dengan jamur. Perlu diberikan fungisida yang cocok ke
dalam air dimana benih direndam dan harus dilakukan sebelum air habis untuk
menghindari kerusakan benih, (3) Simpan benih dalam keadaan dingin, gelap dan
cukup sirkulasi udara untuk membatasi perkecambahan, (4) Gunakan benih sesegera
mungkin. Pada umumnya penyimpanan akan tahan selama beberapa hari sampai
beberapa minggu. (PEH BPTH Sulawesi).
2.2 Patogen Benih
2.2.1 Sumber Infestasi Patogen Benih
Penyakit tidak hanya terjadi pada tanaman dewasa saja, tapi juga dapat terjadi
di benih. Hal ini dapat terjadi dapat disebabkan oleh beberapa hal.
1. Infeksi langsung dari induk tanaman
2. Infeksi melalui stigma (putik) saat terjadinya benang sari yang masuk ke
dalam putik dan terjadi pembuahan
3. Infeksi langsung dengan menembus dinding ovari atau kulit biji.
Keberadaan patogen (penyebab penyakit) pada benih bisa berada di embrio,
endosperm, kulit biji, atau hanya sebagai kontaminan saja yang terbawa tanah atau
sisa tanaman. Penyakit pada benih menjadi sangat penting untuk diuji kesehatannya,
sebab benih merupakan pembawa (carrier) potensial untuk penyebaran tanaman dari
satu generasi ke generasi lain dari satu tempat ke tempat lain.
9
10. 2.2.2 Tujuan dan Manfaat Evaluasi Kesehatan Benih
Tujuan dan Manfaat uji kesehatan benih antara lain :
1. Untuk mengetahui apakah dalam benih terdapat mikroorganisme yang bersifat
patogen.
2.
Untuk mengetahui apakah pada benih terdapat nematoda.
3. Untuk mengetahui kesehatan benih secara fisiologis
4. Untuk membandingkan antar seed lot
5. Untuk menentukan jenis inokulum yang menginfeksi benih
6.
Untuk mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan ke berbagai tempat
untuk usaha tani.
7. Untuk mengevaluasi efek dari festisida yang dipakai untuk perawatan benih
8.
Untuk mengevaluasi usaha pemberantasan penyakit yang disebabkan oleh benih
di lapangan
9.
Untuk survei penyakit benih tingkat regional atau nasional guna mendeteksi
penyebaranya.
10. Untuk tujuan karantina dalam rangka mencegah masuknya penyakit benih dan
sekaligus mencegah terjadinya penyebaran penyakit benih tersebut.
2.2.3 Metode Evaluasi Kesehatan Benih
Metode yang digunakan / dipilih tergantung dari jenis patogen atau keadaan yang akan
diselidiki, jenis benih tanaman dan maksud dari pengujian. Pemilihan metode yang tepat
serta evaluasi hasil, memerlukan pengetahuan dan pengalaman. Pada pengujian kesehatan
benih terdapat beberapa metode dasar yaitu :
a. Metode tanpa inkubasi
Metode pengamatan langsung terhadap benih tanpa bantuan peralatan atau dengan
menggunakan bantuan kaca pembesar (lup) dan dapat juga dibawah mikroskop stereo.
Pengujian dengan perendaman benih
Pengamatan terhadap suspensi dari pencucian benih. Pengamatan ini dilakukan
dengan menggunakan mikroskop.
b. Metode setelah inkubasi
10
11. Hasil pengujian ini tidak memberikan indikasi viabilitas patogen. Jarak antar tiap – tap
benih dibuat sedemikian rupa hingga tidak saling bersinggungan satu sama lain.
Kemudian petridis tersebut dismpan pada suatu ruangan/ lemari khusus selama masa
inkubasi. Pada umumnya masa inkubasi adalah 7-8 hari pada suhu (20 ±2)ºC kecuali
pada benih tanaman tropika diprlukan suhu (28 ± 2) ºC. Dapat juga dilakukan dengan
cara benih yang telah ditabur (khususnya pada metode blotter) benih diinkubasi pada
kondisi ruang pada 24 jam pertama, kemudian benih diinkubasi pada suhu - 20 ºC
pada 24 jam berikutnya. Setelah itu benih diinkubasi suhu ruang sampai pengamatan.
Untuk merangsang sporulasi cendawan sebaiknya tempat inkubasi dilengkapi dengan
lampu NUV dan secara bergantian diatur terang gelap masing – masing 12 jam.
Setelah masa inkubasi selesai benih diperiksa dengan menggunakan mikroskop stereo
dengan pembesaran 50 – 60 kali. Benih yang sangat mudah terkena kontaminasi
dengan saprofit perlu diberikan perlakuan dengan larutan chlorine (1 - 2)% sebelum
diuji.
Pengamatan terhadap benih atau kecambah benih setelah waktu inkubasi dapat
dilakukan dengan metode :
a. Metode blotter
Metode kertas blotter dapat digunakan untuk memeriksa kesehatan benih. Patogen
yang dapat diketahui dengan metode ini adalah ari negara Alternaria, Ascochyta,
Botrytis, Colletotrichum, Drecslera, Fusarium dan Phoma. Dengan melihat gejala
penyakit dan miselium yang terbentuk kadang – kadang dapat digunakan untuk
membedakan jenis tanaman dari cendawan tersebut. Metode inti mengidentifikasi
cendawan patogen dengam cepat dan tepat karena setiap jenis tanaman
menunjukan karakteristik masing – masing seperti bentuk dan aturan dan spesifik
dari konodiospora dan sebagainya.
b. Metode agar
Di banding metode blotter metode ini memberikan kondisi yang lebih memasiai
untuk tumbuhnya sporulusai atau gejala adanya serangan penyakit. Sejumlah benih
di letakan pada media agar di dalam petridish. Media agar yang umum di gunakan
adalah malt ekstract dan potato dextract. Untuk mencegah kontaminasi dengan
jasad saprofit maka benih didisinfektan dahulu, sebelum di tempatkan pada media
agar. Masa inkubasi adalah 5-7 hari pada suhu (20±2)0C. Tempat inkubasi juga di
lengkapi dengan lampu NUV dan diatur gelap dan terang masing-masing 12 jam.
Pengamatan presentase (%) serangan dilakukan secara mikroskopis, yaitu dengan
11
12. melihat bentuh dan warna dari koloni cendawan yang tumbuh dari benih tersebut.
Apabila kurang jelas dapat di lakukan pemgamatan secara mikroskopis.
c. Pengujian pada media pasir
Pengujian ini dapat memberikan informasi yang lebih mendekati pertumbuhan di
lapangan, kanya saja di butuhkan waktu pengujian yang agak lama (± 2 minggu).
Pada beberapa seed borne ada yang memerlukan masa inkubasi yang lama,
sehingga metode blotter atau agar tidak dapat memberikan gambaran adanya
patogen, untuk hal tersebut di gunakan metode lain yaitu dengan melihat gejala
serangan pada kecambah.Sebagai media di gunakan tanah, pasir atau batu bata
yang sudah di sterilisasi. Metode ini mulai di perkenalkan dan di kembangkan
sejak tahun 1971 di jerman oleh Hitner. Untuk melihat gejala serangan fusarium
nivale pada gandum di mana adanya cendawan tersebut tidak terlihat pada saat
pengujian daya berkecambah. Media yang di gunakan adalah batu bata yang di
hancurkan di mana butirannya berukuran maksimum (3-4) mm. Lalu di basahi
dengan air steril yang cukup hingga tidak memerlukan penyiraman selama masa
inkubasi. Suhu yang di perlukan kadang-kadang rendah yaitu (10-12)0C untuk
merangsang tumbuh cendawan tersebut. Dengan menggunakan teknik yang sama
dapat oula memeriksa adanya gejala serangan septoria dan drechslera pada
serealia, tapi suhu yangf di perlukan agak lebih tinggi yaitu 200C.
d. Pemeriksaan pertumbuhan tanaman atau growing plants
Pemeriksaan gejala penyakit terhadap pertumbuhan tanaman dari benih sering di
lakukan sebagai prosedur untuk mengindentifikasi adanya bakteri, cendawan atau
virus yang terbawa benih.Benih yang di uji dapat di tabur atau inokulum yang di
peroleh dapat di gunakan untuk menginfeksi tanaman yang sehat atau bagian
tanaman. Tanaman harus di lindungi dari infeksi lain yang tidak di harapkan dan
menjaga kondisi lungkungan.
2.2.4 Benih Jagung (Klasifikasi,Fisiologi dan Morfologi)
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Poales
Famili: Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus: Zea
12
13. Spesies: Zea mays L.
Fisiologi :
Jagung tidak memiliki cambium, tidak dapat menambah diameter batang secara
terus menerus dan tidak terjadi oertumbuhan sekunder.Selain itu cenderung lunak
dan berair.
Morfologi :
Bebih jagung memiliki cirri sebagai berikut : memiliki bentuk hilum yang
lonjong dan berlokasi di bagian pangkal biji dan posisinya menonjol. Selain itu
terlihat perbedaan warna yang membedakan antara embrio, endosperm, dan
epicarp benih jagung, ketika benih jagung dibelah. Pada benih jagung terlihat
endosperma, embrio dan posisi hilum.
2.2.5 Benih Kedelai (Klasifikasi,Fisiologi dan Morfologi)
Klasifikasi :
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Glycine
Spesies: Glycine max (L.) Merr.
Fisiologi :
Kedelai memiliki cambium yang memungkinkannya untuk melakukan pertumbuhan
sekunder dengan pembesaran diameter batang.
Morfologi :
Benih kedelai merupakan sub kelas dikotil, dimana bentuk hilumnya bulat
lonjong, lokasi ditepi dan posisinya menjorok. Biji umumnya berbentuk
bulat/bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran bijiberkisar antara kecil (6–
10g/100 biji), sedang (11–12g/100 biji), dan besar (13atau lebih/100 biji).
Warna kulit biji bervariasi, antara lain kuning, hijau, cokelat,dan hitam.
13
14. 2.2.6 Patogen Penting Pada Benih Jagung
a. Patogen Fusarium sp.
Gejala Serangan : Infeksi sistemik fusarium pada tanaman jagung adalah
dimulai dari konidia atau miselia yang berasal dari dalam ataupun bagian
permukaan biji kemudian berkembang pada tanaman muda dari akar ke batang
dan terakhir menginfeksi kebagian tongkol dan biji. Gejala visual khas pada
bagian yang terserang dicirikan dengan terkadang adanya kumpulan miselia
pada bagian permukaan batang, pelepah dan tongkol, berwarna merah jambu
(pink) atau dominan memperlihatkan warna keputih-putihan, pada batang
biasanya dijumpai bagian yang membusuk.
Pengendalian : -
Penggunaan pupuk kimia
b. Patogen Aspergillus sp.
Gejala serangan : Gejala dapat terlihat pada biji berupa warna coklat kehitamhitaman dan ada juga yang menginfeksi sampai pada bagian dalam biji.
Pengendalian : - Penggunaan pupuk kimia
-
pada pasca panen yang dianjurkan untuk kandungan
cemaran aflatoksin guna meminimalkan efek toksik pada
manusia dan ternak adalah pengenceran bahan yang
terkontaminasi aflatoksin.
2.2.7 Patogen Penting Pada Benih Kedelai
a. Penyakit Karat (Phakopsora pachyrrizi)
Daur Penyakit
Jamur membentuk undospora yang mudah sekali terbawa oleh angin dan percikan air
hujan dan menular ketanaman yang sehat.
Patogen bertahan dalam bentuk undespora yang tahan kering.
Gejala Serangan
Daun yang terserang terdapat bintik-bintik coklat dari uredinia atau sori cendawan.
Umumnya gejala nampak pada tanaman umur 20-30 hari.
Terjadi bintik-bintik coklat pada daun bawah dan meluas keatas (pucuk).
Bila serangan berat daun cepat gugur sebelum waktunya, polong tidak berisi penuh
atau hampa, jumlah biji berkurang dan daya kecambah biji menurun.
14
15. Cara Pengendalian
Penanaman varietas tahan seperti Dempo, Kerinci, Cikuray, Pulosari, Tambora.
Sedangkan varietas Willis, Merbabu, Raung agak tahan terhadap penyakit kedelai.
Tanam serentak.
Menghindari bertanam kedelai berdekatan dengan tanaman inang lain seperti Kacang
Panjang, Kacang Kapri, Buncis, dll.
Sanitasi gulma untuk mengurangi sumber inokulum.
Perlakuan benih dengan fungisida dan penyemprotan tanaman didaerah endemis
dengan fungisida. Waktu aplikasi adalah pada saat umur tanaman 30 hari dengan
interval 15 hari.
15
16. BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
1. Hama dan Kesehatan Benih
3. Pengamatan Mikroskop
Waktu
: 3 Mei 2012
Waktu : 10 Mei 2012
Tempat
: Lab. Nemathoda
Tempat : Lab Nemathoda
2. Patogen Benih
Waktu
: 10 Mei 2012
Tempat
: Lab Nemathoda
3.2 Alat, Bahan dan Fungsi
Alat
1. PAD
: media inokulasi
2. Timbangan
: menimbang beras
3. Cawan petri
: media tanamn benih jagung dan kedelai
4. Fialfilm
: media beras
5. Mikroskop
: mengamati jenis patogen benih
6. Jarum ose
: mengambil koloni jamur
7. Objek dan cover glass
: media pengamatan
Bahan
1. Beras IR 64, raskin dan pandan wangi, Sitophillus oryzae, benih jagung dan
kedelai : objek pengamatan
2. Wrapping : menutup cawan petri
Kain kasa : menutup fialfilm
Cara Kerja
1. Hama dan Kesehatan Benih
Beras IR 64, raskin dan pandan wangi ditimbag @10 gram
Masukkan beras ke fialfilm beserta sepasangSitophillus oryzae
Tutup dengan kain kasa
Amati selama ± 2 minggu
Timbang beras
16
17. 2. Patogen Benih
Benih jagung dan kedelai @5benih
Direndam aqua steril
ditiriskan
Inokulasi pada media PDA (Potato Dextrose Agar)
Ditutup dengan wrapping
Amati selama ± 2 minggu
3. Pengamatan Mikroskopis
Ambil koloni jamur dengan jarum ose
Lejtakkan di objek glass
bisa ditetesi aquades steril
Tutup dengan cover glass
Amati dengan mikroskop dengan perbesara 4,0,4,10
17
18. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hama (Serangga) Pasca Panen
Tabel1. Pengamatan Intensitas Kerusakan Beras Dalam Satuan Gram
No.
Bobot Beras Rusak
Waktu
Pengamatan
IR 64
Raskin
Pandan
Wangi
1.
06 Mei 2012
10,2 gr
10,94 gr
10,87 gr
2.
11 Mei 2012
10,21 gr
11,4 gr
10,85 gr
3.
15 Mei 2012
10,2952 gr
11,099 gr
10,968 r
Perhitungan Presentase Tingkat Kerusakan Beras
IKB = Bobot beras rusak pengamatan akhir – Bobot beras rusak pengamatan awal X 100%
Bobot total beras mula-mula
1. Beras IR 64
x 100% = 0,95 %
2. Beras Raskin
x 100% = 1,59 %
3. Beras Pandan Wangi
x 100% = 0,98 %
18
19. Dokumentasi pengamatan Shitopillus oryzae
Tanggal
Pandan Wangi
IR 64
Raskin
Pandan Wangi
IR 64
Raskin
11 Mei
2012
Tanggal
15 Mei
2012
Jumlah Individu Sitophillus Oryzae
Waktu
Jenis Beras
Bobot Beras
Pengamatan
Jumlah Individu Sitophillus
Oryzae
Tanggal
Pandan Wangi
10,87 gr
4 Sitophillus Oryzae
6 Mei 2012
Raskin
10,94 gr
4 Sitophillus Oryzae
IR 64
10,2 gr
6 Sitophillus Oryzae mati 1 ekor
Pembahasan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks kerusakan beras yang tertinggi
didapat dari beras jenis beras raskin (1,,59%). Sedangkan beras yang lain Beras IR64 0,95%
dan pandan wangi 0,98%. Dan untuk jumlah populasi Sithophillus oryzae yang paling tinggi
setelah pengamatan selama 2 minggu adalah pada beras jenis IR 64 dan Raskin. Sementara
pada beras pandan wangi hanya tersisa 4 indifidu yang di masukkan. Dari hasil tersebut
dapat dianalisis bahwa perkembangan dari Sithophillus oryzae dipengaruhi oleh ketersediaan
makanan dan juga tergantung dari jenis makanannya. Kecocokan jenis makanan dengan
individu Sithophillus oryzae
juga menyebabkan turunnya populasinya di dalam wadah
percobaan. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan unsur yang
19
20. diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan, permukaan material yang keras
dan bentuk materialnya (Kartasapoetra, 1991).
4.2 Patogen Benih
Dokumentasi Patogen benih
Tanggal
14 Mei
2012
JAGUNG
KEDELAI
Tanggal
21 Mei
2012
JAGUNG
KEDELAI
Tanggal
24 Mei
2012
JAGUNG
KEDELAI
Sampel Jagung
Sampel Kedelai
20
21. Jagung Sampel I
Kedelai Sampel I
Jagung Sampel II
Kedelai Sampel II
Jagung Sampel III
Kedelai Sampel III
Jagung Sampel IV
Kedelai Sampel IV
Jagung Sampel V
Kedelai Sampel V
Tabel Pengamatan
21
22. Benih
Koloni Patogen
Kenampakan
Patogen Yang
Mikroskopis
Peran Koloni
Diduga
(Genus/Spesies)
Jagung
Putih
Jamur Fusarium
Kedelai
Hitam
Jamur Aspergilus
Coklat
Berdasarkan hasil pengamatan mikroskopis menggunakan mikroskop dengan perbesaran
40, didapatkan hasil bahwa pada benih jagung terdapat cendawan jamur jenis Rhizopus sp.
Hal ini dicirikan dengan adanya kumpulan miselia pada bagian permukaan biji jagung
menyebar hingga ke media, berwarna keputih-putihan. Sedangkan pada benih kedelai terdapat
3 jenis patogen, dimana patogen ini temasuk jenis jamur, hanya saja untuk genus Aspergillus
dicirikan dengan sporangiofor hialin dan soprangium hitam. Untuk genus Mucor dicirikan
dengan sporangium coklat kehitaman dengan bentuk kotak spora bulat.Dari hasil tersebut
maka dapat dikatakan kedua benih termasuk benih tidak sehat.Pasalnya benih dikatakan sehat
kalau benih tersebut bebas dari patogen, baik berupa bakteri, cendawan, virus maupun
nematoda.
Terdapat 3 cara bagaimana jamur bisa terbawa benih. Cara pertama adalah dengan
kontaminasi yaitu benih itu terbawa jamur di permukaan benih. Cara kedua adalah infestasi,
yaitu jamur tercampur oleh gulma atau sesuatu yang membawa jamur. Cara ketiga yaitu
infeksi, yaitu terbawanya jamur sejak masih dibenih itu sendiri
Berikut adalah ciri-ciri dari cendawan/patogen yang terdapat pada benih jagung dan
kedelai:Benih Jagung : Rhizopus sp. Gejala visual Rhizopus sp pada biji jarang ditemukan,
namun setelah ditumbuhkan pada kertas steril, akan nampak keputih-putihan, demikian pula
pada media PDA. Pertumbuhan miselia agak cepat, halus dan putih. Sporangiofor tunggal
atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih
dari1000µm dan diameter 10-18µm. Sporangia globosa yang pada saat masak berwarna hitam
kecoklatan, dengan diameter 100-180µm.Benih Kedelai.Aspergillus sp. Aspergillus sangat
mudah dikenali, baik dari morfologi selnya maupun dari morfologi koloninya.Aspergillus
niger mempunyai kepala pembawa konidia yang besar,dipak secara padat, bulat dan berwarna
hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini mempunyai bagian yang khas yaitu hifanya
bersepta, spora yang bersifat seksual dan tumbuh memanjang di alas stigma, mempunyai sifat
aerobik, sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen yangcukup.Mucor sp, Koloni
22
23. pada media PDA dicirikan pada mulanya berwarna putih kemudian menjadi coklat keabuabuan dengan diameter koloni pada hari pertama 2 cm dan pada hari keempat diameter koloni
mencapai 7,8 cm (1,95 cm/hari) dan pada umur 10 hari koloni bwrwarna putih keabu-abuan
serta koloni telah memenuhi cawan petri. Sporangiofor bercabang, konidiofor berwarna hijau
muda hingga kecoklatan, dapat bercabang maupun tidak berdiameter 3,8-4,5 µm. Sporangium
berwarna kuning kecoklatan dengan diameter 6,8-7,2 µm.
(Heydecker,
1972)
23
24. BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Indeks Kerusakan Beras pada Beras IR 64 dan Raskin sebesar 0,95% dan untuk Beras
Pandan wangi sebesar 0,98%, beras raskin 1,59%
Pada jumlah individu Sithopillus oryzae setelah dilakukan pengamatan selama 2
minggu didapat bahwa pada beras IR 64 dan Raskin tersisa 2 individu dari 4 yang
dimasukkan.
Perkembangan Sithopillus oryzae dipengaruhi oleh jenis makanan, kekerasan
makanan, dan kandungan yang ada di dalam makanan tersebut.
Benih jagung dan kedelai yang telah di tanam di dalam media PDA ditumbuhi oleh
jamur. Jamure tersebut ada yang berupa jamur yang menguntungkan dan merugikan.
5.2 Saran Praktikum
Saran untuk praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar dan peralatan yang ada di
laboratorium harus memadai. Materi ditambah lagi…
5.3 Kritik Praktikum atau Asisten
Lain kali untuk laporan jangan mendadak karena dan jangan terlalu banyak formatnya.
24
25. DAFTAR PUSTAKA
Anonymousa. 2012. Beras IR 64. http://mutosorganik.com/produk.php?id=1. diakses pada
tanggal 23 Mei 2012.
Anonymousb. 2012. Beras Raskin. http://mutosorganik.com/produk.php?id=3. diakses pada
tanggal 23 Mei 2012.
Anonymousc. 2012. Beras Pandan Wangi Putih. http://mutosorganik.com/produk.php?id=2.
diakses pada tanggal 23 Mei 2012.
Heydecker, W. 1972. Seed Ecology. The Pennsylvania State University Press, University
Park and London. pp 1-3.
Idris, Zainal, Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim. 1982. Evaluasi beberapa sifat
biokimia dan fisiologi benih jagung (Zea mays L.) dari berbagai tingkat masak dan
beberapa waktu penundaan pengeringan. Prosiding Seminar Hasil Pengkajian dan
Penelitian Teknologi Pertanian Menghadapi Era Otonomi Daerah, 3-4 November di Palu,
Sulteng.
Rukmana, Rahmat. 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius. Jogjakarta.
Sudjana, Rifin dan Sudjadi. 1991. Research on association of seed physical properties to
seeds quality. Prepared for Seed Research Workshop. AARP II Project, Sukamandi,
Indonesia.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UNIBRAW: Malang.
25