Dokumen tersebut membandingkan karakteristik novel Angkatan 20-an dan 30-an Indonesia. Pada Angkatan 20-an, tokoh utama novel Azab dan Sengsara mengalami kisah percintaan yang berakhir tragis karena larangan orang tua. Sedangkan pada Angkatan 30-an, novel Layar Terkembang mengangkat tema emansipasi wanita melalui tokoh perempuan yang modern Tuti. Kedua novel membandingkan unsur-unsur seperti latar tempat, waktu, karakter tok
1. TUGAS BAHASA INDONESIA
MEMBANDINGKAN KARAKTERISTIK NOVEL
ANGKATAN 20-AN DAN 30-AN
Disusun Oleh: Kelompok 4
Ketua : Fajar Rian Wulandari
Sekertaris : Tyagita Ratih Nugraheni
Anggota :
1. Ina Rozani
2. Intan Setyawanty
3. Rizky Marianna N.P
4. Tazkia Amara
5. Vandana Budhi J
Membandingkan Karakteristik Novel Angkatan 20-an dan 30-an
2. Komponen Novel Angkatan 20 Novel Angkatan 30
Judul Azab dan Sengsara Layar Terkembang
Pengarang Merari Siregar Sutan Takdir Alisyahbana
Penerbit Balai Pustaka Balai Pustaka
Ringkasan
Isi
Ada sebuah keluarga di desa
Siporok yang dulunya
merupakan keluarga kaya raya
yang dikepala keluargai oleh
Sutan Baringin. Namun, karena
keborosan dan keangkuhan
Sutan Baringin akhirnya dia dan
keluarganya jatuh miskin dan
tak lama setelah itu dia
meninggal dunia, dan
meninggalkan kesengsaraan
bagi istri dan kedua anaknya.
Anak sulunngnya yang bernama
Mariamin, bersahabat dengan
sepupunya yang berenama
Aminudin. Ketika mereka mulai
dewasa rasa cinta mulai tumbuh
dikeduanya, tetapi Aminudin
harus pergi ke Deli untuk
bekerja. Ayah Aminudin tahu
bahwa antara Aminudin dan
Mariamin timbul rasa cinta,
namun karena ia beranggapan
bahwa keluarga Mariamin tidak
sederajat dengan keluarganya,
akhirnya dia menjodohkan
anaknya Aminudin dengan gadis
lain yang ia anggap sederajat.
Aminudin yang mendengar
Ada dua perempuan yang
bersaudara, mereka bernama Tuti
dan Maria. Kedua gadis ini adalah
anak dari Raden Wiraatmaja dan
sudah tidak memiliki ibu lagi. Di
Jakarta Tuti bekerja sebagai guru di
H.I.S. Arjuna Petojo dan aktif dalam
organisasi Putri Sedar yang
mendukung gerakan perempuan
untuk lebih maju, sedangkan Maria
masih menjadi murid H.B.S.
Carpentier Alting Stichting.
Suatu hari mereka pergi ke
akuarium, disanalah mereka
bertemu dengan seorang laki-laki
yang bernama Yusuf. Ia adalah
seorang mahasiswa fakultas
Kedokteran asal Sumatera Utara
yang kini tinggal di Jakarta dan aktif
dalam organisasi Pemuda Baru.
Semenjak pertemuan itulah mereka
menjadi akrab, terlebih lagi antara
Yusuf dan Maria, rupanya ada
percikan rasa cinta mulai pertemuan
pertama itu.
Suatu hari, Maria pergi ke pasar
ikan dengan Yusuf utuk bertamasya.
Tak disangka setelah tamasya itulah
Maria jatuh sakit malaria. Berhari-
3. Tema Perjodohan dan
kesengsaraan
Percintaan
Penokohan
Tokoh 1 Mariamin Maria
a. Sifat Penurut, perhatian, ramah,
jujur dan tidak suka
menunda pekerjaan
Mudah kagum, mudah
memuji dan memuja,
mudah tersenyum,
b. Perasaan Lemah lembut tetapi dia
merasakan kesengsaraan
setelah menikah dengan
Kasibun
Senang saat ia berjalan-jalan
dengan yusuf ke
pasar ikan lalu ia merasa
sedih saat ia mengetahui
penyakitnya
c. Pola Pikir Mariamin berpikir bahwa ia
harus berbakti kepada
orang tuanya, oleh sebab
itu ia menerima lamaran
Kasibun
Maria berfikir jika ia
meninggal itu hanya akan
meninggalkan kesedihan.
Oleh karena itu ia
berpesan kepada Tuti dan
Yusuf supaya mereka
4. berdua menikah
Tokoh 2 Aminu’ddin Tuti
a. Sifat Pandai, rajin, bijaksana,
suka menolong dan tidak
sombong
Tidak mudah kagum,
sangat menjunjung tinggi
harga diri, pandai bicara,
jarang memuji, kokoh
pada pendirian, dan teliti.
b. Perasaan Sedih, karena ia harus
menikah dengan wanita
lain bukan dengan
Mariamin
Tuti iri dengan Maria yang
memiliki kekasih seperti
Yusuf dan Tuti sedih saat
ia tahu adiknya sedang
sakit.
c. Pola Pikir Aminu’ddin berfikir ia
harus menerima
perjodohan yang dilakukan
oleh orang tuanya karena
kebaktiannya kepada orang
tua
Tuti berfikir derajat
wanita sama dengan
derajat laki-laki, oleh
karena itu ia harus
memperjuangkan
kesejahteraan kaum
wanita
Tokoh 3 Sutan Baringin (ayah
Mariamin)
Yusuf
a. Sifat Licik, pemarah dan kasar bertanggung jawab dan
sopan.
b. Perasaan Suka berburuk sangka
terhadap niat baik orang
lain terbukti dari dialog
“Si Tongam itu tiada dapat
dipercayai. Tiadakah
engkau tahu”
Senang saat pertama kali
bertemu dengan Maria
yang ceria lalu ia merasa
sedih saat kekasih hatinya
(maria) jatuh sakit.
5. c. Pola Pikir Ia berpola pikir licik ketika
ia tidak mau memberikan
warisan yang menjadi hak
milik saudaranya
Yusuf berfikir bahwa ia
harus memperjuangkan
bangsa dan tanah air, oleh
karena itu ia mengikuti
Organisasi Pemuda Baru
Tokoh 4 Nuria (Ibu Mariamin) Raden Wiraatmaja
a. Sifat Penyayang, penyabar,
tabah dan solehah
Belum bisa mengkaji dan
memahami jalan pikiran
anak-anaknya
b. Perasaan Lemah lembut terbukti
pada perlakuannya
terhadap kedua anaknya
Dan ia merasa bersedih
ketika suaminya tidak mau
mendengar nasihatnya
Sedih saat mendengar
Putri bungsunya yaitu
Maria terkena Malaria dan
TBC
c. Pola Pikir Ibu Mariamin berfikir jika
Mariamin menikah dengan
Kasibun hidup Mariamin
akan lebih baik dari
sebelumnya
Ia berfikir untuk memberi
kebebasan kepada Tuti
dan Maria untuk memilih
sendiri jalan yang mereka
suka
Tokoh 5 Baginda Diatas (ayah
Aminu’ddin)
Mang Parta (Patadiharja)
a. Sifat Sombong Selalu menginginkan
anaknya untuk hidup
bahagia tetapi baginya
bahagia adalah hidup
senang dengan
kemewahan
b. Perasaan Kesal, karena Aminu’ddin Kesal saat anaknya (Saleh)
6. ingin menikah dengan
Mariamin
memilih berhenti bekerja
dari kantornya.
c. Pola Pikir Ia berfikir jika Mariamin
tidak sederajat dengan
anaknya. Oleh karena itu ia
menentang hubungan
Aminu’ddin dengan
Mariamin
Mang Parta berfikir
bahwa kantor lah tempat
bekerja yang paling baik
karena ia sudah
menyekolahkan saleh
dengan susah payah
Tokoh 6 Ibunda Aminu’ddin Saleh
a. Sikap Penyayang dan baik hati Bebas dan selalu
menurutkan desakan
hatinya untuk hidup
bahagia,
b. Perasaan Tidak tega melihat anaknya
bekerja padahal
Aminu’ddin masih kecil hal
itu terdapat pada dialog Si
ibu berkata “Janganlah
Kakanda terlalu keras
kepada anak kita
itu! Umurnya belum berapa
dan tulangnya belum kuat,
tetapi Kakanda selalu
menyuruh dia bekerja
Senang saat ia bisa
mewujudkan impian dan
desakan hatinya dengan
menjadi petani di desa.
c. Pola Pikir Ibu Aminu’ddin berfikir jika
Aminu’ddin menikah
dengan Mariamin hal itu
akan membantu
perekonomian keluarga
Saleh befikir jika bahagia
itu tidak hanya hidup
bergelimang harta dan
kemewahan tetapi
keinginan dan hasrat
7. Mariamin. Hal itu terdapat
pada Dialog Kalau
Mariamin telah menjadi
menantunya, tentu
adalah perubahan
kemeralatan orang itu, pikir
ibu Aminuddin
dalam hatinya
Tokoh 7 Kasibun Juhro
a. sikap Pencemburu, kasar dan
licik
Sigap karena ia Selalu
menyediakan makanan
dan minuman setiap ada
tamu yang datang ke
rumah Pak Raden
Wiraatmaja.
b. Perasaan Kesal dan cemburu saat
Aminu’ddin bertamu
kerumahnya untuk
menemui Mariamin
Sedih saat ia mengetahui
majikannya yang selalu
riang gembira hatinya
tidak bisa tersenyum lagi
karena penyakitnya.
c. Pola Pikir Ia berfikir licik untuk
menikahi Mariamin, ia
mengatakan bahwa ia
belum beristri namun
dengan segera ia menalak
istri terdahulunya tanpa
sepengetahuan Mariamin.
Juhro berfikir bahwa ia
harus sigap melayani
tamu yang dating hal itu
dilakukan sebagai bukti
kesetiaanya kepada Raden
Wiraatmaja
latar
Latar
tempat
1. Kota Sipirok
“Akan tetapi siapakah
1. Gedung akuarium
Pagi itu, Maria dan Tuti
8. yang duduk di sana, di
sebelah rusuk rumah yang
beratap ijuk dekat sungai
yang mengalir di tengah-tengah
kota Sipirok”
2. Rumah Mariamin
... rumah kecil tempat
kediaman ibu dan
anaknya itu
3. Kampung A
Anak muda itu anak
kepala kampong yang
memerintahkan kampong
A itu
4. Stasiun Kampung
Berayan
Setelah habis mandi dan
berpakaian, pergilah
Aminuddin ke stasiun
Pulau Berayan
5. Deli
Setelah lengkaplah
sekalian, Baginda di atas
pun berangkatlah ke Deli
mengantarkan
menantunya
6. Medan
Ia sudah mendengar
kabar perkawinan
pergi ke gedung
akuarium untuk melihat
ikan.
2. Rumah Maria dan Tuti
Setelah meletakkan
sepedanya pergilah
Yusuf duduk bersama-sama
Tuti di halaman
rumahnya
3. Martapura
Ketika yusuf tiba di
rumah ayahhbundanya
di Martapura kembali,
didapatinya sebuah
surat pula dari Maria
4. Di hadapan Hotel Des
Indes
Saat tiba di hadapan
Hotel Des Indes,
harapannya akan
bertemu dengan Maria
telah lenyap.
5. Rumah Sakit di Pacet
Maria sakit, sehingga
terpaksa dirawat di
Rumah sakit di Pacet
6. Air Terjun Dago
Akhirnya, mereka
bertemu di air mancur
9. Mariamin itu,
itulah sebabnya ia datang
ke Medan, dengan
maksud hendak bersua
dengan Mariamin,
sahabatnya yang tak
dilupakannya itu
Dago (di Bandung)
untuk bertunangan.
Latar waktu 1. Sore hari
panas itu berangsur-angsur
menjadi dingin, karena
matahari, raja siang itu, akan
masuk ke dalam
peraduannya,
kebalik gunung Gunung
Sibualbuali,
2. Malam hari
“Ah, rupanya hari sudah
malam. Dari tadi saya
menunggu Angkang,” ...
3. Pagi hari
Waktu pukul tujuh pagi
Mariamin sudah sedia di
hadapanrumahnya
menantikan Aminuddin,
supaya mereka itu sama-sama
pergi ke sekolah
4. Hari Jumat
Waktunya berangkat pumn
sudah dekat, yakni besok
1. Pagi hari
”keesokan harinya
pagi-pagi sebelum
setengah tujuh....”
2. Sore hari
”...biasanya benar ia ia
duduk berangin-angin
menanti hari senja”
3. Malam hari
” Pada malam minggu
tuti duduk...”
”Di dalam kesunyian
malam yang mesra......”
10. hari Jumat,karena kawan di
jalan telah dapat
5. Tanggal enam belas
Adapun orang itu tiadalah
lain memang Aminuddin.
Waktu itutanggal enam
belas waktu istirahat bagi
orang kebun
Latar
suasana
Senang saat Mariamin
Jatuh cinta dengan
Aminu’ddin dan Senggsara
saat ayahnya Mariamin
(Sutan Baringin) melarat
dan setelah ia menikah
dengan Kasibun
Ramai pada saat Tuti dan
Maria pergi ke gedung
aquarium, senang saat
Maria kenal dengan Yusuf
dan sedih saat
mengetahui Maria sedang
sakit Malaria dan TBC
Nilai
Budaya
1. Anak harus berbakti
kepada orang tuanya.
Aminudin tak mencintai
wanita pilihan orang tuanya
namun tak berani menolak
karena baktinya kepada
orang tuanya.
2. Isteri sangat taat kepada
suaminya
Meskipun Mariamin ditipu
oleh Kasibun yang mengaku
perjaka, ia tetap berbakti
kepada suaminya.
1. Jangan mudah
terpengaruh budaya
lain
Pada Tokoh Tuti tercermin
sosok yang menganut
Budaya Barat akan tetapi
tidak meninggalkan budaya
sendiri dilihat dari cara
berpakaian Tuti yang
memakai kain panjang dan
kebaya
2. Masih segan untuk
singgah ke rumah
orang sebelum
11. dikenalnya benar
Karakteristik Adat dan kebiasaan
1. Menikahkan anak secara
paksa (jodoh dipilihkan
orang tua)
Aminudin dijodohkan
dengan wanita bukan
pilihannya
2. Harta merupakan
pertimbangan dalam
menjodohkan anak
Mariamin berasal dari
keluarga kurang mampu
maka ditolak oleh keluarga
Aminudin.
3. Poligami (laki-laki dengan
istri lebih dari satu)
Kasibun mengku perjaka
ternyata telah beristri, dan
Mariamin dijadikan isteri
kedua.
4. Kebiasaan minum dan
berjudi
Sutan Baringin ayah
Mariamin menjadi bangkrut
karena kebiasaan berjudi
dan minum.
Adat yang kebiasaan
1) Masih percaya terhadap
takhayul tentang
kuburan yang keramat
2) Orang yang tidak
menurut nasehat orang
tua itulah yang akhirnya
terjerumus. Dan
kemudian hari ia akan
menyesal
3) Agama dianggap untuk
pekerjaan orang yang
pension
4) Permpuan dianggap
hanya sebagai hamba
sahaya dan budak para
lelaki.
5) Para orang tua tidak
mau menyekolahkan
anak perempuanya tingi-tinggi
karena mereka
beranggapan
banhwaakan percuma
sebab anak
perempuannya akan
masuk kedalam dapur
juga nantinya.
12. 6) Bangsa Indonesia
digmbarkan selalu
mengikuti gaya hidup
Barat yang enaknya saja
7) Perempuan yang sudah
bersuami bisanya akan
berhenti untuk bekerja
Bahasa
Ciri-ciri :
a. Bahasanya
mengutamakan keindahan
bahasa daripada isi
b. menggunakan ejaan
lama, pepatah, pribahasa
dan banyak yang
menggunakan majas
sehingga sulit untuk
mengerti isi dari cerita
Bahasa
Ciri-ciri :
a. Pleonasme
(menggunakan kata-kata
yang berlebihan)
b. Bahasa kaku dan statis.
c. Banyak dijumpai dialog
yang digunakan untuk
nasihat/pendidikan.
d. Bahasa yang digunakan
dengan memakai saya dan
ragam yang khas pada
masa itu.
e. masih terpengaruh
budaya barat (Belanda)